Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KREASI CIPTAAN GAMBAR/ KARAKTER BERGAMBAR YANG DIGUNAKAN DALAM MEDIA KOMIK DI INDONESIA
Hosiana Daniel Adrian Gultom Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan
[email protected] Abstract The first regulation concerning copyright in Indonesia was in year 1982 through Act Number 6 of 1982 concerning Copyright. Copyright act been amended several times along with the development of copyright itself. Currently, Copyright Act in force is Act Number 28 of 2014 on Copyrights, issued to accommodate the creative economy and advances in information technology. Indonesia was also active in international relations that had an influence on the regulation concerning Copyrights, and ratified several international legal product namely the Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works (Presidential Decree No. 18 of 1997); Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Act No. 7 of 1994); Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Presidential Decree No. 18 of 1997); and the World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (Presidential Decree No. 19 of 1997). Comics as a medium consisting of stories and images, combined with a distinctive color and writing to then assembled into one is a work that is included in the Copyright product. In many parts of the world, people like comics, they come from of all ages and from various social structure. Therefore comics been transformed into an industry, including in Indonesia. In connection with the foregoing, in this paper the author examines the protection of copyright on image/character image used in comics In Indonesia. Keywords: Copyright, draw, comic Abstrak Indonesia mempunyai peraturan Hak Cipta sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang telah beberapa kali mengalami perubahan seiring dengan perkembangan Hak Cipta itu sendiri. Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku saat ini adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang dikeluarkan untuk mengakomodasi ekonomi kreatif serta kemajuan teknologi informasi. Indonesia sejak dahulu juga aktif dalam pergaulan internasional yang mempunyai pengaruh terhadap pengaturan mengenai Hak Cipta dan meratifikasi beberapa produk hukum internasional yaitu Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra (Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997); Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994); Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997); dan World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997). Komik sebagai sebuah medium yang terdiri atas cerita dan gambar yang dipadukan dengan warna serta tulisan yang khas untuk kemudian dirangkai menjadi satu adalah suatu karya yang termasuk dalam Hak Cipta. Komik digemari oleh begitu banyak orang di berbagai belahan dunia, dari segala usia dan segala lapisan masyarakat sehingga telah menjelma menjadi suatu industri, termasuk di Indonesia.
243
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam tulisan ini Penulis menelaah mengenai perlindungan Hak Cipta atas Kreasi Ciptaan Gambar/Karakter Bergambar Yang Digunakan Dalam Media Komik Di Indonesia. Kata kunci: Hak Cipta, gambar, komik A. Pendahuluan Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan konsep perlindungan hukum yang bertujuan melindungi suatu karya, invensi dan hal-hal lainnya yang merupakan hasil dari pemikiran dan kreativitas manusia yang dituangkan dalam bentuk berwujud maupun tidak berwujud98. Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir manusia yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Intinya, HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia99. Hak atas kekayaan intelektual ini baru ada bila kemampuan intelektual manusia itu telah membentuk sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dibaca, maupun digunakan secara praktis. David I. Bainbridge mengatakan bahwa100: "intellectual property" is the collective name given to legal rights which protect the product of the human intellect. The terms intellectual property seem to be the best available to cover that body of legal rights which arise from mental and artistic endeavour. Hak atas kekayaan intelektual ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan untuk atau kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia. Hak seperti itu juga mempunyai nilai ekonomi101. Perkembangan peraturan perundang-undangan mengenai Hak Cipta di Indonesia telah melalui perjalanan yang cukup panjang, yaitu sejak jaman penjajahan Belanda, yang kemudian telah dilakukan beberapa kali perubahan terhadap Undang-Undang Hak Cipta. Hal
98
Muhammad Djumhana, R.Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia) edisi revisi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal.22 99 http://119.252.161.174/pengertian-hak-kekayaan-intelektual/,diakses pada hari Kamis, tanggal 25 Juli 2013, jam 11.29 WIB 100 Muhammad Djumhana, R.Djubaedillah, Op.cit, hal.21 101 Ibid, hal. 29-30
244
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 tersebut dilakukan seiring dengan perkembangan dunia pada umumnya serta perkembangan hak atas kekayaan intelektual pada khususnya. Hak cipta sebagai salah satu bagian daripada hukum positif yang diperkenalkan dan diberlakukan pertama sekali oleh Pemerintah Belanda di Indonesia, sudah tentu tidak terlepas dari tata hukum nasional masa lampau sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia102. Dalam catatan sejarah perundang-undangan, pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda. Dari segi tujuan, pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa103. Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 7 Tahun 1987 sebagai perubahan atas UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam penjelasan UU No. 7 Tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU No. 6 tahun 1982 dilakukan karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat104. Setelah itu, pada tanggal 7 Mei 1997 Pemerintah RI mengeluarkan UU No. 12 Tahun 1997 sebagai perubahan atas UU No. 7 Tahun 1987 dan UU No. 12 Tahun 1982. UndangUndang No. 12 Tahun 1997 tersebut dibuat untuk mengakomodir perkembangan hak cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dan juga sebagai penyesuaian terhadap penerimaan dan keikutsertaan Indonesia dalam Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Atas Kekayaan Intelektual (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in Counterfeit Goods/TRIPs) yang merupakan bagian dari Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade Organization) yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-undang No. 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Oorganisasi Perdagangan Dunia)105.
102
Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta: Kedudukan dan peranannya di dalam pembangunan, (Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1994), hal.6 103 Ibid 104 Ibid 105 Disarikan dari Bagian Umum, Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
245
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… Pada tanggal 29 Juli 2002, Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 1 tahun setelah tanggal 29 Juli 2002. Undang-Undang Hak Cipta tersebut menggantikan semua Undang-Undang mengenai Hak Cipta sebelumnya. Kemudian pada tanggal 16 Oktober 2014, Pemerintah RI mengesahkan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang pada garis besarnya mengatur mengenai106: a. Perlindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang seialan dengan penerapan aturan di berbagai negara sehingga .jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. b. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta dan/atau Pemilik Hak Terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus. c. Penvelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana. d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat penlualan dan/atau pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di pusat tempat perbelanjaan yang dikelolanya. e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan fidusia. f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan, apabila Ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundang-undangan. g. Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau Royalti. h. Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan Royalti untuk Ciptaan atau produk Hak Terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial. i. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri. j. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Nomor 7 Tahun 1987, alinea 5 dan 6, dan Bagian I. Umum, Penjelasan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, alinea 2 dan 3 106 Bagian I.Umum, Penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, alinea 4
246
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 Sebagai salah satu Negara yang memiliki komitmen yang sangat kuat terhadap perlindungan HaKI, Indonesia juga sudah lama terlibat secara aktif dalam kerangka kerja baik yang bersifat regional maupun internasional di bidang HaKI107. Peran serta Indonesia secara langsung di dalam kerja sama hukum HaKI internasional dimulai sejak tahun 1950, beberapa tahun setelah kemerdekaan, saat Indonesia meratifikasi Konvensi Paris, sebuah perjanjian internasional di bidang hak kekayaan industri108. Untuk keperluan ini, oleh masyarakat internasional, khususnya yang tergabung dalam perundingan-perundingan yang diselenggarakan atas prakarsa forum General Agreement on Tariffs and Trade (selanjutnya disingkat GATT), pada tahun 1994 telah disepakati suatu perjanjian internasional yang mengatur substansi-substansi HAKI dikaitkan dengan perdagangan internasional pada umumnya109. Indonesia telah ikut serta dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual), selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994110. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO), selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997111. Salah satu bukti komitmen Indonesia terhadap perlindungan HKI secara global adalah dengan ikut sertanya Indonesia menjadi anggota dari lembaga internasional yang bernama World Intellectual Property Organization (WIPO) sejak tahun 1979. Adapun WIPO itu sendiri berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), didirikan pada tahun 1967 dan sampai saat ini beranggotakan 186 negara112.
107
Tim Lindsay, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: PT.Alumni, 2002), hal.23 108 Sophar Maru Hutagalung, Op.cit, hal.24 109 Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan World Trade Organization/WTO-TRIPs Agreement, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hal.5 110 Bagian I. Umum, Penjelasan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, alinea 2 111 Ibid, alinea 2 112 http://www.wipo.int/about-wipo/en/, di akses pada hari Selasa, tanggal 20 Agustus 2013, pukul 2:58 WIB
247
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… Permasalahan Hak Milik Intelektual merupakan suatu permasalahan yang terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perdagangan internasional. Pada awal perkembangannya, permasalahan tersebut sangatlah sederhana, yaitu misalnya: hanya menyangkut tuntutan supaya dapat dikuasainya dan dipergunakannya untuk tujuan apapun, apa-apa yang sudah ditemukannya, diciptakannya dengan kemampuan tenaganya maupun intelektualnya; siapakah yang berhak menjadi pemilik dari suatu hasil karya bila bahan bakunya berasal dari pihak lain dan sebagainya113. Di dalam bidang hak cipta (copyright), yang merupakan bagian HAKI terkandung hak-hak eskploitasi atau hak-hak ekonomi (economic right) dan hak-hak moral (moral right). Berdasarkan
hak-hak
ekonomi
yang
dipunyai,
memungkinkan
seorang
pencipta
mengeksploitasi suatu karya cipta sedemikian rupa untuk memperoleh keuntungankeuntungan ekonomi sehingga perlu dilindungi secara memadai114. Oleh karena itu, suatu ciptaan jika tidak dikelola secara tertib berdasarkan seperangkat kaidah-kaidah hukum, dapat menimbulkan sengketa antara pemilik hak cipta dengan pengelola (pemegang) hak cipta atau pihak lain yang melanggarnya. Untuk pengaturannya diperlukan seperangkat aturan hukum yang efektif dari segala kemungkinan pelanggaran oleh mereka yang tidak berhak atas hak cipta yang dimiliki seseorang115. Seperti judul di atas, dalam karya tulis ini penulis membahas mengenai perlindungan hak cipta terhadap ciptaan berupa gambar/ karakter bergambar yang digunakan dalam media komik di Indonesia. Dengan demikian untuk dapat memahami topik karya tulis ini, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai sejarah, perkembangan dan penggunaan kreasi ciptaan berupa gambar/ karakter bergambar dalam komik di Indonesia. Para ahli teori komik cenderung menganggap komik sebagai salah satu bentuk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya melalui gambar dan tanda. Penggunaan grafis sebelum tulisan, yang mungkin sekadar bernilai tanda atau untuk memenuhi kepuasan estetis, merupakan pengganti kata-kata dan pengisahan lisan116. Sejarah komik Indonesia dapat ditelusuri sampai ke masa prasejarah. Bukti pertama terdapat pada monumen-monumen keagamaan yang terbuat dari batu itu. Kemudian, lebih
113
Muhammad Djumhana, R.Djubaedillah, Op. Cit., hal.7 Suyud Margono, Op. Cit., hal.4 115 Ibid, hal.4-5 116 Marcel Bonnef, Komik Indonesia, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 1998), hal.16 114
248
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 dekat dengan masa kini, ada wayang beber dan wayang kulit yang menampilkan tipe penceritaan dengan sarana gambar yang dapat dianggap sebagai cikal bakal komik117. Di Hindia Belanda, komik mulai muncul dalam media massa sebelum Perang Dunia II. Harian berbahasa Belanda, De Java Bode (1938), memuat komik karya Clinge Doorenbos yang berjudul Flippie Flink dalam rubrik anak-anak. Kemudian De Orient adalah mingguan yang pertama kalinya memuat komik petualangan Flash Gordon yang termashyur itu118. Pada tahun 1930, sebuah surat kabar besar yang bernama Sin Po, yaitu surat kabar berbahasa Melayu, memuat komik strip yang Penciptanya adalah Kho Wang Gie yang kemudian menciptakan tokoh/karakter manusia yang bernama Put On. Kemudian pada awal Perang Dunia II muncul Nasrun A.S dengan cerita legenda kuno Mentjari Puteri Hidjau. Pada tahun 1954 mulai muncul Pencipta komik Indonesia seperti Kosasih dengan komik yang berjudul Sri Asih. Kosasih adalah legenda komik Indonesia dan disebut “Bapak Komik Indonesia”. Pada tahun 1954, R.A. Kosasih menciptakan tokoh Sri Asih untuk penerbit Melodie. Tanggapan dari masyarakat sangat baik sehingga seri berikut dimunculkan. John Lo sebelumnya menciptakan tokoh Kapten Kilat walau tidak sepopuler Sri Asih. Tokoh-tokoh yang diciptakan antara lain, Putri Bintang dan Garuda Putih dari John Lo. Siti Gahara adalah tokoh dengan latarbelakang dunia 1001 malam karya RA Kosasih119. Setelah tahun 1950-an, kemudian muncul periode selanjutnya, yaitu pada rentang tahun 1960 sampai tahun 1980-an. Pada periode tersebut jenis komik yang digemari adalah komik roman remaja, komik horor, komik silat dan komik super hero. Komik jenis silat tersebut dipelopori oleh Ganes TH, seorang komikus yang banyak menghasilkan cerita serta karakter bergambar yang dituangkan dalam media komik antara lain Si Buta dari Gua Hantu, Siluman Srigala Putih, Tuan Tanah Kedawung dan Si Djampang. Kemudian ada Djair yang membuat cerita dan menciptakan karakter bergambar Jaka Sembung, Hans Jaladara yang membuat cerita dan menciptakan karakter bergambar Panji Tengkorak. dan ada juga Mansur Daman yang membuat cerita dan menciptakan karakter bergambar Mandala.
117
Ibid, hal.19 Ibid 119 Elok Dyah Messwati, http://komikindonesia.com//index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=2, “Komik Indonesia Masih Eksis”, Kompas, Minggu, 13 Februari 2000, diakses pada hari Jum’at, tanggal 23 Agustus 2013, Jam 13.30 WIB 118
249
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… Adapun jenis komik pahlawan super (super hero) juga ikut menjadi populer dengan para penciptanya, yaitu Wid NS dengan karyanya Godam, Hasmi dengan karakter bergambar Gundala, Gerdi WK dengan karakter bergambar Gina, Ahmad Thariq dengan
karakter
bergambar Caroq, pada awal tahun 2012 Marcelino Lefrandt menciptakan karakter bergambar Volt, dan masih banyak lagi karakter bergambar lainnya. Kemudian ada perkumpulan para pencipta komik yang diberi nama Jagoan Comic, dengan ciptaan karakter bergambar seperti Zantoro, GunturGen, Aryageni, Winda, Blacan, Saifer, Bujang Anom, Siluet Ungu, Elang Hitam dan Mahsha, Sraten Komik dengan karakter bergambar Jawara, dan masih banyak lagi ciptaan bergambar yang diciptakan oleh komikus Indonesia. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa ciptaan bergambar yang dituangkan dalam media komik di Indonesia ternyata sudah ada di bumi nusantara sejak negara Indonesia belum lahir, setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada tahun 1950-an muncul R.A. Kosasih dengan karakter bergambar ciptaannya yang dinamakan Sri Asih yang dituangkan dalam bentuk cerita bergambar (cergam)/ komik. Komik adalah cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu120. Dapat diamati bahwa ketika para seniman Indonesia sudah mampu membuat komik, dan ingin memproduksi komik asli untuk menghadapi produksi Amerika yang mendominasi, mereka kembali ke wayang bukan sekadar untuk menggali tema melainkan terutama untuk menggali teknik dramatisasi dan konvensi pencitraan121. Dalam medium komik, diperlukan sebuah cerita dan gambar yang digabung dan dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk suatu jalinan cerita. Kemudian dalam sebuah cerita diperlukan satu atau beberapa karakter dalam bentuk gambar. Adapun gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil pada kertas dan sebagai lukisan122. Dari segi proses penciptaan, karakter bergambar tersebut tidak muncul begitu saja. Karakter seperti itu merupakan hasil karya seseorang atau beberapa orang yang
120
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal.1273 121 Marcel Bonef, Op.cit, hal.19. 122 Departemen Pendidikan Nasional, Op.cit, hal. 409
250
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 menciptakannya. Mereka mempunyai daya cipta berupa imajinasi, kreativitas dan bakat dalam menciptakan karakter bergambar, yang selanjutnya dipergunakan dalam media komik. Imajinasi, kreativitas dan bakat yang merupakan kekuatan intelektualitas manusia melekat dalam setiap diri pribadi seseorang, akan tetapi kadar dan tingkat intelektualitas tersebut berbeda-beda antara satu manusia dengan manusia lainnya. Pada titik inilah terjadi pertemuan dan/atau persinggungan antara daya cipta intelektual dengan ilmu hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, khususnya hukum mengenai Hak Cipta. Berdasarkan penjelasan di atas, menjadi menarik untuk dicermati, dipahami, ditelaah dan dikritisi mengenai konsep pengaturan hak cipta di Indonesia terhadap gambar atau karakter bergambar yang dipergunakan dalam medium komik. Hal ini diperlukan mengingat beberapa tahun belakangan ini komik di Indonesia mulai bangkit kembali dan tidak tertutup kemungkinan menuju ke arah industrialisasi dengan pendistribusian secara digital. Sejalan dengan perkembangan itu, konsepsi perlindungan hak cipta bagi karakter bergambar yang dipergunakan dalam medium komik perlu dikaji secara lebih mendalam. Sasarannya untuk mengantisipasi persoalan hukum yang kemungkinan akan terjadi serta untuk memaksimalkan perlindungan hukum hak cipta bagi gambar atau karakter bergambar yang dipergunakan dalam medium komik di Indonesia. Berdasarkan uraian singkat mengenai latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana konsepsi perlindungan Hak Cipta bagi Ciptaan gambar atau karakter bergambar yang digunakan dalam komik di Indonesia?.
2.
Bagaimana implementasi norma pengaturan Undang-Undang Hak Cipta atas ciptaan gambar atau karakter bergambar yang digunakan dalam komik di Indonesia?. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum
normatif yang akan menelaah, membandingkan isi ketentuan hukum hak cipta, serta meneliti bagaimana pelaksanaan terhadap ketentuan hukum Hak Cipta bagi Ciptaan gambar atau karakter bergambar yang digunakan dalam komik di Indonesia.
B. Pembahasan Hak Cipta adalah adalah rumpun/bagian dari Hak atas Kekayaan Intelektual yang memberikan perlindungan hukum atas ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
251
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… Untuk kebutuhan praktis, upaya memahami Hak Cipta dapat diawali dengan mengenali obyeknya. Yaitu segala bentuk ciptaan yang bermuatan ilmu pengetahuan, berbobot seni dan bernuansa sastra. Lingkup ketiga objek ini yang menjadi wilayah perlindungan Hak Cipta123. Dalam alinea pertama, Bab I bagian penjelasan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dijelaskan bahwa sebab dilakukannya pembaruan Undang-Undang tentang Hak Cipta adalah dalam rangka mengantisipasi perkembangan ekonomi kreatif serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian pembuat UndangUndang menyadari bahwa
perkembangan kemampuan intelektual masyarakat Indonesia
memerlukan perlindungan hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Definisi Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan124. Menurut Black’s Law Dictionary, Hak Cipta yang dalam bahasa Inggris disebut copyright adalah the right to copy; specifically a property right in an original work of authorship (including literary, musical, dramatic, choreographic, pictorial, graphic, sculptural, and architectural works; motion pictures and other audiovisual works; and sound recordings) fixed in any tangible medium of expression, giving the holder the exclusive right to reproduce, adapt, distribute, perform and display the work125. Secara singkat pemahaman awam akan menyatakan bahwa pencipta adalah orang yang menghasilkan ciptaan. Dengan menggunakan contoh ciptaan, pengertian mengenai siapa pencipta dapat dengan mudah dipahami. Namun dalam praktiknya, tidak mudah menentukan siapa yang dimaksud dengan pencipta126. Di dalam hak cipta (copyright), yang merupakan bagian HAKI terkandung hak-hak eksploitasi atau hak-hak ekonomi (economic rights) dan hak-hak moral (moral rights). Berdasarkan
123
hak-hak
ekonomi
yang
dipunyai,
memungkinkan
seorang
pencipta
Henry Soelistyo, Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2011), hal.50 124 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 125 Black’s Law Dictionary, 9th Edition, (Thomson Reuters, 2009), hal. 386 126 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 64-65
252
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 mengeksploitasi suatu karya cipta sedemikian rupa untuk memperoleh keuntungankeuntungan ekonomi, sehingga perlu dilindungi secara memadai127. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu Ciptaan yang bersifat khas dan pribadi128. Ciptaan adalah hasil setiap karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata129. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah130. Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu orang yang namanya : a. disebut dalam Ciptaan; b. dinyatakan sebagai Pencipta dalam suatu Ciptaan; c. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan; dan/atau d. tercantum dalam daftar umum sebagai Pencipta. Selain hal tersebut di atas, terdapat berbagai konsep pengaturan lainnya mengenai Pencipta yang perlu kita pahami bersama, yaitu sebagai berikut: 1. Dalam hal suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh 2 (dua) orang (perseorangan atau badan hukum) atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta adalah perseorangan atau badan hukum yang memimpin dan mengawasi seluruh Ciptaan131. 2. Dalam hal perseorangan atau badan hukum yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan sebagaimana dimaksud pada poin nomor 1 di atas tidak ada, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu orang yang menghimpun Ciptaan dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian Ciptaannya132. 3. Dalam hal Ciptaan dirancang oleh seseorang dan diwujudkan serta dikerjakan oleh orang (perseorangan atau badan hukum) lain di bawah pimpinan dan pengawasan (dilakukan
127
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung, Penerbit PT.Alumni, 2003), hal.8 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 129 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 130 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 131 Pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 132 Pasal 33 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 128
253
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… dengan bimbingan, pengarahan, ataupun koreksi dari orang yang memiliki rancangan tersebut) dari orang (perseorangan atau badan hukum) yang merancang, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu orang (perseorangan atau badan hukum) yang merancang Ciptaan133. 4. Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang dibuat oleh Pencipta dalam hubungan dinas (hubungan kepegawaian antara aparatur Negara dengan instansinya), yang dianggap sebagai Pencipta yaitu instansi Pemerintah134. Dalam hal Ciptaan tersebut digunakan secara komersial, Pencipta dan/atau Pemegang Hak Terkait mendapat imbalan dalam bentuk Royalti135. 5. Kecuali diperjanjikan lain, Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan (Ciptaan yang dibuat atas dasar hubungan kerja di lembaga swasta atau atas dasar pesanan pihak lain) yaitu pihak yang membuat Ciptaan136. 6. Kecuali terbukti sebaliknya, dalam hal badan hukum melakukan pengumuman, pendistribusian, atau komunikasi yang berasal dari badan hukum tersebut, dengan tanpa menyebut seseorang sebagai Pencipta, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu badan hukum137. 7. Dalam hal Ciptaan tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan tersebut belum dilakukan pengumuman, Hak Cipta atas Ciptaan tersebut dipegang oleh Negara untuk kepentingan Pencipta138. 8. Dalam hal Ciptaan telah dilakukan Pengumuman tetapi tidak diketahui Penciptanya, atau hanya tertera nama aliasnya atau samaran Penciptanya, Hak Cipta atas Ciptaan tersebut dipegang oleh pihak yang melakukan pengumuman untuk kepentingan Pencipta139. 9. Dalam hal Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Pencipta dan pihak yang melakukan pengumuman, Hak Cipta atas Ciptaan tersebut dipegang oleh Negara untuk kepentingan Pencipta140.
133
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta beserta penjelasannya Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta beserta penjelasannya 135 Pasal 35 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta beserta penjelasannya 136 Pasal 36 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta beserta penjelasannya 137 Pasal 37 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 138 Pasal 39 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 139 Pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 140 Pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta beserta penjelasannya 134
254
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dapat melakukan pengumuman atau perbanyakan terhadap Hak Cipta yang dimiliki/ diperolehnya tersebut. dimaksud dengan Pengumuman atas suatu Hak Cipta adalah pembacaan, penyiaran, pameran, suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, baik elektronik atau non elektronik, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain141. Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonograma atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara142. Jika kita kaitkan dengan hak cipta maka dapatlah dikatakan hak cipta itu sebagai hak kebendaan. Pandangan ini dapat kita simpulkan dari rumusan pasal 1 Undang-undang Hak Cipta Indonesia yang mengatakan bahwa hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku143. Hal ini menunjukkan bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Hanya namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususlah yang boleh menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain yang mengganggu atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hukum144. Prinsip-prinsip di atas yang secara umum berlaku dalam lapangan hak atas kekayaan intelektual, tentunya juga berlaku terhadap hak cipta, karena hak cipta itu sendiri merupakan bagian dari hak atas kekayaan intelektual. Jenis-jenis Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Berdasarkan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Salah satu jenis Ciptaan yang dilindungi sebagaimana terdapat dalam Pasal 40 ayat 1 huruf f Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau
141
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 143 Eddy Damian, Op.cit., hal.50 144 Ibid 142
255
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… kolase. Yang dimaksud dengan ”gambar” antara lain motif, diagram, sketsa, logo, unsurunsur warna dan bentuk huruf indah. Dalam kaitannya dengan topik penulisan, penulis menelaah ketentuan Pasal 40 huruf f Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Sesuai dengan penjelasan dari Pasal 40 huruf f Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang dimaksud dengan ”gambar” antara lain motif, diagram, sketsa, logo, unsur-unsur warna dan bentuk huruf indah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, yang dimaksud dengan gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas dan sebagainya, serta lukisan. Menarik untuk mencermati bunyi kalimat ”yang dimaksud dengan gambar antara lain”. Pemahaman logika penulis, kalimat tersebut bersifat tidak membatasi (terbuka), sehingga definisi gambar yang dijelaskan dalam bagian penjelasan Pasal 40 huruf f UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta tidak terbatas pada motif, diagram, sketsa, logo dan bentuk huruf indah. Kalimat ”antara lain” yang terdapat dalam penjelasan pasal 40 huruf f Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mempunyai arti bahwa jenis-jenis gambar lainnya yang tidak disebutkan dalam penjelasan Pasal 40 huruf f UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta tetap termasuk dalam ciptaan yang dilindungi.
1.
Ciptaan yang dilindungi menurut Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra (Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works) Alasan utama diadakannya Konvensi Bern 1886 adalah negara-negara peserta
konvensi mempunyai keinginan, seperti alasan negara-negara untuk memberikan hak-hak khusus kepada pencipta, dan hak untuk menikmati keuntungan materiil dari ciptaanciptaannya, serta melarang orang lain memanfaatkan suatu ciptaan-ciptaannya, serta melarang orang lain memanfaatkan suatu ciptaan tanpa izin dari penciptanya. Menurut Arpad Bogsch, it is behaved that the underlying reason is a sense of justice. Justitia fundamentum rei publicae. Justice is the foundation of the republic. Without its preservation, no government can survive145.
145
Suyud Margono, Op.cit., hal.31
256
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 Atas dasar pemikiran tersebut, Konvensi Bern, sebagai suatu konvensi di bidang Hak Cipta yang paling tua di dunia, semenjak dilahirkan hingga 1 Januari 1886, telah banyak Negara yang menjadi anggotanya. Keseluruhannya tercatat 117 negara meratifikasinya. Belanda pada 1 November 1912 juga memberlakukan keikutsertaannya pada Konvensi Bern, selanjutnya menerapkan pelaksanaan Konvensi Bern di Indonesia (Hindia Belanda) berdasarkan asas konkordansi di Indonesia. Revisi dilakukan pada 13 November 1908 di Berlin146. Konvensi Bern, dikatakan sebagai law making treaty, dengan memberlakukan secara terbuka bagi semua Negara yang belum menjadi anggota. Keikutsertaan sebagai Negara anggota baru dilakukan dengan cara meratifikasinya dan menyerahkan naskah ratifikasi kepada Direktur Jenderal WIPO147. Indonesia adalah negara yang aktif dalam pergaulan internasional, termasuk dalam bidang perdagangan internasional. Indonesia menjadi anggota dari Organisasi Perdagangan Internasional (World Trade Organization) dengan cara menjadi salah satu pihak dalam Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade Organization) yang mencakup Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights), selanjutnya disebut TRIPs yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia
melalui
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Indonesia telah meratifikasi Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra (Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works. Jenis – jenis ciptaan yang dilindungi Hak Cipta menurut Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works adalah sebagai berikut: Protected Works: 1. “Literary and artistic works”; 2. Possible requirement of fixation; 3. Derivative works; 4. Official texts; 5. Collections; 6. Obligation to protect; beneficiaries of protection; 7. Works of applied art and industrial design; 8. News148.
146
Ibid Ibid 148 Article 2 Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works 147
257
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… Lebih lanjut dalam Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works ditentukan bahwa yang mendapat perlindungan hak cipta adalah ekspresi dari kesusasteraan dan karya seni yang di dalamnya termasuk semua produk dalam ruang lingkup kesusasteraan, ilmu pengetahuan, dan karya seni, yang dijelaskan secara spesifik sebagai berikut: The expression “literary and artistic works” shall include every production in the literary, scientific and artistic domain, whatever may be the mode or form of its expression, such as books, pamphlets and other writings; lectures, addresses, sermons and other works of the same nature; dramatic or dramatic musical works; choreographic works and entertainments in dumb show; musical compositions with or without words; cinematographic works to which are assimilated works expressed by a process analogous to cinematography; works of drawing, painting, architecture, sculpture, engraving and lithography; photographic works to which are assimilated works expressed by a process analogous to photography; works of applied art; illustrations, naps, plans, sketches and three-dimensional works relative to geography, topography, architecture or science149. Dari bunyi Pasal 2 Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works, jelas dikatakan bahwa ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan yang terdapat dalam lapangan sastra, ilmiah, dan artistik dalam bentuk apapun, termasuk di dalamnya ciptaan yang berbentuk gambar (works of drawing), lukisan (painting), ilustrasi (illustrations), dan sketsa (sketches). Menarik untuk kita cermati bunyi Pasal 2 ayat 1 Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works, yang berbunyi sebagai berikut: The expression “literary and artistic works” shall include every production in the literary, scientific and artistic domain, whatever may be the mode or form of its expression. Terjemahan dari kalimat tersebut di atas adalah sebagai berikut: Ungkapan karya sastra dan seni meliputi setiap produksi dalam domain sastra, ilmiah dan artistik, apapun mode atau bentuk ekspresinya. Dengan demikian terdapat pembatasan terhadap ciptaan yang dilindungi menurut Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works, yaitu ciptaan yang terdapat dalam bidang sastra, bidang ilmiah, dan bidang artistik. Adapun jenis-jenis karya tidak dibatasi, selama karya-karya tersebut termasuk dalam bidang sastra, ilmiah, dan artistik. Kata gambar (works of drawing) yang terdapat dalam Pasal 2 ayat 1 Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary mempunyai arti segala jenis dan bentuk gambar, karena tidak terdapat definisi atau arti spesifik terhadap gambar tersebut. 149
Article 2 (1) Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works
258
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 2.
Ciptaan Yang Dilindungi Menurut Trade Related in Intellectual Property Rights (TRIPs) Dalam TRIPs, pengaturan mengenai Hak Cipta (Copyright) dimulai pada Pasal 9
(Article 9: Relation to the Berne convention), yang berbunyi sebagai berikut: 1.
Members shall comply with article 1 through 21 of the Berne Convention (1971) and the appendix thereto. However, members shall not have rights or obligation under this Agreement in respect of the rights conferred under Article 6bis of that convention or of the rights derived therefrom. 2. Copyright protection shall extend to expressions and not to ideas, procedures, methods of operation or mathematical concepts as such. Selanjutnya dalam Pasal 10 (Article 10: Computer Programs and Compilations of Data), terdapat ketentuan yang berbunyi sebagai berikut: 1.
Computer programs, whether in source or object code, shall be protected as literary works under the Berne Convention (1971). 2. Compilations of data or other material, whether in machine readable or other form, which by reason of the selection or arrangement of their contents constitute intellectual creations shall be protected as such. Such protection, which shall not extend to the data or material itself, shall be without prejudice to any copyright susbsisting in the data or material itself. Berdasarkan Pasal 9 dan 10 TRIPs, dapat diketahui bahwa jenis-jenis ciptaan yang dilindungi dalam TRIPs mengacu kepada Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary dengan tambahan 2 (dua) jenis ciptaan, yaitu Progam Komputer dan Kompilasi Data. Berdasarkan uraian di atas, Penulis mencermati bahwa di dalam Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary, Trade Related in Intellectual Property Rights (TRIPs), dan Undang-Undang Hak Cipta Indonesia tidak menyebutkan kata komik secara eksplisit ke dalam ciptaan yang dilindungi.
3.
Pencipta Gambar/Karakter Bergambar Yang Ciptaannya Digunakan Dalam Media Komik di Indonesia Penulis mewawancarai 3 (tiga) orang pencipta gambar/karakter bergambar yang
ciptaannya digunakan dalam media komik di Indonesia, yaitu sebagai berikut: a.
Mansyur Daman, pencipta karakter bergambar yang diberi nama Mandala;
b.
Gerdi Wirata Kusuma (Gerdi WK), pencipta karakter bergambar yang diberi nama Gina;, dan
c.
Andi Martin, pencipta karakter bergambar yang diberi nama Hebring.
259
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… Mansyur Daman adalah pencipta gambar/karakter bergambar yang karyanya yaitu Mandala dimuat dalam media komik pertama kali pada tahun 1972 dengan judul Golok Setan. Gerdi WK adalah pencipta gambar/karakter bergambar yang karyanya yaitu Gina pertama kali dimuat dalam media komik pada tahun 1972 dengan judul Siluman Ular. Adapun Andi Martin adalah pencipta gambar/karakter bergambar yang karyanya yaitu Hebring dimuat dalam media komik sejak tahun 2012. Disarikan dari pertanyaan-pertanyaan yang penulis tanyakan kepada Mansyur Daman, Gerdi WK, dan Andi Martin mengenai hak cipta, ketiganya telah memahami bahwa hak cipta adalah hak eksklusif yang dimiliki pencipta terhadap ciptaannya yang lahir pada saat gambar/karakter bergambar diciptakan. Apabila pemahaman mengenai hak cipta dari Mansyur Daman, Gerdi WK, dan Andi Martin kita bandingkan dengan definisi hak cipta yang terdapat dalam Undang-Undang Hak Cipta yang berbunyi sebagai berikut: hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka pemahamannya sudah tepat. Mansyur Daman, Gerdi WK, dan Andi Martin juga mengetahui bahwa dari hak cipta yang mereka miliki terhadap gambar/karakter bergambar terdapat hak ekonomi yang mereka dapatkan, yaitu berupa royalti yang didapat dari penerbit yang menerbitkan karya-karya mereka. Mansyur Daman dan Andi Martin tidak mengetahui mengenai hak moral, sedangkan Gerdi WK mengetahuinya. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta yang tidak dapat dialihkan selama Pencipta masih hidup, untuk150 : a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum; b. menggunakan nama aliasnya atau nama samaran; c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan (tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas Ciptaan), mutilasi Ciptaan (proses atau tindakan menghilangkan
150
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta beserta penjelasannya
260
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 sebagian Ciptaan), modifikasi Ciptaan (pengubahan atas Ciptaan), atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Hak moral dapat dipindahkan ke pihak lain setelah Pencipta meninggal dunia dengan melalui wasiat atau sebab lain berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa hak moral mempunyai fungsi sebagai pengenal terhadap ciptaan agar supaya pihak yang menggunakan, membaca, melihat dapat mengetahui siapa penciptanya. Hak moral tidak dapat dipindahkan selama pencipta masih hidup, kecuali atas wasiat dari pencipta. Hak moral dijamin dalam Undang-Undang Hak Cipta. Menurut penulis, hak moral ini penting sekali untuk dipahami dan dipatuhi untuk meminimalkan terjadinya pelanggaran terhadap hak cipta itu sendiri.
4.
Pelanggaran-pelanggaran Hak Cipta terhadap gambar/karakter bergambar yang dipergunakan dalam media komik di Indonesia Mengenai terjadinya beberapa pelanggaran hak cipta terhadap gambar/karakter
bergambar yang digunakan dalam media komik di Indonesia, ada 2 (dua) pelanggaran terhadap hak cipta terhadap gambar/karakter bergambar yang dipergunakan dalam media komik di Indonesia. Pertama, dialami oleh Gerdi WK terhadap Gambar/karakter bergambar ciptaan Gerdi WK yang bernama Gina. Gerdi WK bekerja sama dengan salah satu penerbit yang namanya tidak saya sebutkan disini, katakanlah penerbit A untuk menerbitkan berbagai komik Gina, akan tetapi kemudian di pasaran terdapat komik Gina yang diterbitkan oleh penerbit lain, katakanlah penerbit B, sedangkan Gerdi WK tidak pernah mengadakan kerjasama dengan penerbit B tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan Gerdi WK sebagai pencipta dan pemilik Gina. Dilihat dari kacamata hukum hak cipta, penerbit B
telah jelas melakukan
pelanggaran terhadap hak cipta sehingga Gerdi WK (pencipta dan pemilik) sebagai pihak yang dirugikan dapat melakukan upaya hukum terhadap penerbit B. Akan tetapi Gerdi WK tidak menginginkan hal tersebut diselesaikan melalui jalur hukum, Gerdi WK melihat dari sisi positifnya yaitu dengan semakin banyaknya komik Gina di pasaran diharapkan semakin banyak masyarakat yang mengetahui Gina dan diharapkan juga masyarakat ikut membeli dan menghargai karya anak bangsa.
261
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… Kedua, ada seorang pencipta yang bernama Kus Bram, dia menciptakan gambar/karakter bergambar yang bernama Laba-laba Merah yang dituangkan dalam media komik di Indonesia sejak tahun 1970-an sampai sekarang. Jika dilihat, dicermati, dan disandingkan, gambar/ karakter bergambar Laba-laba Merah tersebut sangat mirip dengan gambar/karakter bergambar yang berasal dari Amerika Serikat, yaitu Spider-Man. Kus Bram tidak membuat perjanjian lisensi dengan pemilik hak cipta Spider-Man yang ada di Amerika Serikat. Komik Laba-laba Merah sampai sekarang masih dijual bebas, dan ternyata disukai oleh orang Indonesia. Penulis tidak mengerti apa yang menjadi latar belakang/sebabnya Kus Bram menciptakan Laba-laba Merah yang sangat mirip dengan Spider-Man. Dilihat dari kacamata hukum hak cipta, karya yang demikian menimbulkan permasalahan. Pemilik dan/atau pemegang hak cipta atas Spider-Man dapat melakukan upaya hukum, apabila upaya hukum tersebut benar-benar dilaksanakan maka akan menjadi preseden yang buruk terhadap dunia komik Indonesia. Indonesia dapat di cap buruk oleh para pencipta dan/atau pemilik hak cipta atas gambar/karakter bergambar yang digunakan dalam media komik akibat adanya karya yang demikian. Pemilik dan/atau pemegang hak cipta Spider-Man tidak melakukan upaya hukum. Mungkin saja pemilik dan/atau pemegang hak cipta Spider-Man memiliki pertimbanganpertimbangan tertentu atau memang tidak tahu adanya Laba-laba Merah. Padahal seperti yang telah penulis sebutkan tadi, Laba-laba Merah telah diterbitkan sejak tahun 1970-an sampai sekarang. Dari kedua kasus tersebut, dapat diketahui dan dipahami bahwa masih ada pelanggaran hak cipta terhadap gambar/karakter bergambar yang dipergunakan dalam media komik di Indonesia. Pasal 112 sampai dengan Pasal 118 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur mengenai berbagai macam sanksi terhadap pelanggaran hak cipta, berupa sanksi pidana penjara dan denda, sanksi-sanksi tersebut seharusnya dipergunakan sebaik-baiknya oleh para penegak hukum. Akan tetapi penegak hukum baru dapat bertindak jika ada pengaduan dari pemilik dan/atau pemegang hak cipta. Masih banyaknya pelanggaran tidak terlepas dari pandangan masyarakat kita pada umumnya yang sampai sekarang berbeda pandangan dengan Undang-Undang Hak Cipta, dimana masyarakat masih memandang hak cipta sebagai milik bersama (res communis)
262
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 sedangkan Undang-Undang memandang hak cipta sebagai milik perseorangan (res nullius). Perbedaan pandangan ini yang merupakan salah satu penyebab maraknya pelanggaran hak cipta di Indonesia151.
C. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka kesmipulannya adalah sebagai berikut: 1. Konsep perlindungan hak cipta di Indonesia terhadap gambar/karakter bergambar yang dipergunakan dalam media komik di Indonesia yang saat ini diatur dalam UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sudah sempurna, hal tersebut dapat dilihat dari perlindungan hak cipta terhadap 3 (tiga) bidang, yaitu ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Kemudian dalam Pasal 40 Undang-Undang Hak Cipta terdapat ketentuanketentuan mengenai jenis-jenis ciptaan yang dilindungi, khususnya dalam Pasal 40 huruf f Undang-Undang Hak Cipta, yaitu sebagai berikut: f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase. Yang dimaksud dengan gambar antara lain motif, diagram, sketsa, logo, unsur-unsur warna dan bentuk huruf indah. Konsep perlindungan tersebut sudah sejalan dengan konsep perlindungan terhadap hak cipta yang diatur dalam Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra), yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. Adapun jenis – jenis Ciptaan yang dilindungi menurut Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra diatur dalam Pasal 2, yaitu sebagai berikut: Protected Works: 1. “Literary and artistic works”;2. Possible requirement of fixation; 3. Derivative works; 4. Official texts; 5. Collections; 6. Obligation to protect; beneficiaries of protection; 7. Works of applied art and industrial design; 8. News]152. Penjelasan Pasal 2 Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra menyebutkan bahwa: The expression “literary and artistic works” shall include every production in the literary, scientific and artistic domain, whatever may be the mode or form of its expression, such as books, pamphlets and other writings; lectures, addresses, sermons and other works of the same nature; dramatic or dramatic musical works; choreographic works and entertainments in dumb show; musical compositions with or 151
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal.150-151
152
Article 2 (1) Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works.
263
Hosiana Daniel Adrian Gultom : Perlindungan Hak Cipta Atas Kreasi Ciptaan… without words; cinematographic works to which are assimilated works expressed by a process analogous to cinematography; works of drawing, painting, architecture, sculpture, engraving and lithography; photographic works to which are assimilated works expressed by a process analogous to photography; works of applied art; illustrations, naps, plans, sketches and three-dimensional works relative to geography, topography, architecture or science. Dengan demikian gambar adalah ciptaan yang dilindungi berdasarkan Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) yang telah diratifikasi oleh Indonesia. 2. Dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta tidak diatur secara normatif mengenai jenis ciptaan berupa gambar/karakter bergambar yang digunakan dalam media komik, tapi gambar/karakter bergambar yang dipergunakan dalam media komik diasumsikan/dipersamakan sebagai gambar yang merupakan karya seni lukis sehingga gambar/karakter bergambar tersebut dilindungi oleh peraturan perundang-undangan tentang Hak Cipta di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Buku Bonnef, Marcel. Komik Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 1998 Damian, Eddy. Hukum Hak Cipta. Bandung: Penerbit Alumni, 2003 Djumhana, Muhammad, R.Djubaedillah. Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia) edisi revisi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003 Hutagalung, Sophar Maru. Hak Cipta: Kedudukan dan peranannya di dalam pembangunan. Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1994 Lindsay, Tim, dkk. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: PT.Alumni, 2002 Margono, Suyud. Hukum Hak Cipta Indonesia, Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan World Trade Organization/WTO-TRIPs Agreement. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010 Soelistyo, Henry. Plagiarisme: Pelanggaran Hak cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2011 _______. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011 Supramono, Gatot. Hak Cipta dan Aspek-aspek Hukumnya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010
264
Law Review Volume XIV, No. 2 – November 2014 Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works Kamus Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 Black’s Law Dictionary, 9th Edition. Thomson Reuters, 2009 Internet http://119.252.161.174/pengertian-hak-kekayaan-intelektual/ http://www.wipo.int/about-wipo/en/ http://komikindonesia.com//index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=2
265