KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN PENAMBAHAN KEPALA UDANG
SKRIPSI MUHAMMAD SYUKRON
PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN MUHAMMAD SYUKRON (D24101049). 2006. Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging serta Persentase Organ Dalam Ayam Broiler yang Diberi Ransum Finisher dengan Penambahan Kepala Udang. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Asep Sudarman, M. Rur. Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, MSc. Daging ayam merupakan salah satu sumber pangan yang kaya akan protein. Kualitas daging ayam broiler yang dihasilkan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dari setiap peternakan. Salah satu indikator yang dapat menentukan kualitas daging ayam broiler adalah kandungan lemak dan kolesterol dalam daging. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan kesehatan manusia. Kepala udang selain mengandung protein dan kalsium yang tinggi, juga merupakan salah satu bahan pakan sumber serat hewani (kitin) yang dapat ditambahkan ke dalam ransum untuk mengurangi kandungan lemak dan kolesterol daging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kepala udang terhadap kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam ayam broiler yang diberi ransum finisher. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai bulan Juli 2004 di Bagian Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak yang digunakan adalah 120 ekor ayam broiler strain Hubbard. Ternak ini dipelihara selama enam minggu. Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas empat perlakuan dengan tiga ulangan, tiap ulangan terdiri atas 10 ekor ayam. Kepala udang yang diberikan dalam ransum perlakuan yaitu : R1 (0%), R2 (3%), R3 (6%) dan R4 (9%). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of variance/ANOVA), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Pakan yang diberikan pada periode umur 0-3 minggu adalah ransum kontrol (0% kepala udang), pakan yang mengandung kepala udang diberikan pada ayam mulai umur empat minggu. Peubah yang diamati adalah persentase berat karkas, persentase lemak karkas, kadar kolesterol karkas, persentase lemak abdomen, persentase berat rempela, persentase berat pankreas, panjang usus halus dan seka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap penurunan kolesterol karkas, berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap peningkatan panjang usus halus, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas, lemak karkas, lemak abdomen, berat pankreas dan rempela serta panjang seka. Pemberian kepala udang sebanyak 6% dalam ransum menunjukkan hasil yang terbaik. Kata-kata kunci : Kepala udang, lemak, kolesterol, organ dalam, ayam broiler.
ABSTRACT The Effects of Shrimp Head Addition in the Finisher Diets on Fat, Total Cholesterol Content and Percentage of Viscera of Broiller Chickens. M. Syukron, A. Sudarman and Sumiati The quality of meat is important in livestock industry due to its correlation with consummer health. The problem of the broiler chickens is the excessive fat and cholesterol content in the carcass. This might be overcome by addition of fiber in their diet. The shrimp head is rich in protein, calcium carbonate and fiber (kitin). The experiment was aimed to investigate the effect of shrimp head addition in broiler diets on the reduction of fat and cholesterol content of broiler carcass and the percentage of viscera of broiler chickens. This research was conducted in Poultry Nutrition Laboratory using 120 Day Old Chicks (DOC) which randomly divided into four treatments and three replicates which in consisted of ten broilers for each replicate. The experimental diets contained shrimp head at levels of 0% (R1), 3% (R2), 6% (R3), and 9% (R4). This experiment used Completely Randomized Design. The data were analyzed using Analysis of Variances (ANOVA) and any significant differences were further tested using Duncan’s Multiple Range Test. The results showed that the treatment diets were significantly reduced the total meat cholesterol content (p<0.01) and small intestine length (p<0.05). The treatment diets did not affect the carcass fat, abdominal fat, carcass weight, gizzard and pancreas weight as well as the lenght of caecum. It was concluded that 6% shrimp head addition in the diets gave the best yield. Keywords : Shrimp head, fat, cholesterol, viscera, broiler chickens.
KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN PENAMBAHAN KEPALA UDANG
MUHAMMAD SYUKRON D24101049
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN PENAMBAHAN KEPALA UDANG
Oleh MUHAMMAD SYUKRON D24101049
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 17 April 2006
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Asep Sudarman, M. Rur. Sc. NIP : 131 849 398
Dr. Ir. Sumiati, MSc. NIP : 131 624 182
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc. NIP : 131 624 188
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 12 April 1982. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak R. Djuhdi Sufyan (Alm) dan Ibu R. Entih Sunarsih. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Cimahpar I Bogor, kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah pertama di MTs Negeri Bogor selesai pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke MA Negeri II Bogor dan selesai pada tahun 2001. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada bulan Juni tahun 2001 dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti perkuliahan, Penulis pernah aktif menjadi pengurus Forum Komunikasi Rohis Tes Pembelajaran Bersama (FKR-TPB) 2001/2002, pengurus Forum Aktivitas Muslim Fakultas Peternakan (FAM-AL’ANAM) 2002/2003 dan anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2003/2004.
KATA PENGANTAR Dewasa ini usaha peternakan ayam pedaging berkembang pesat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Para peternak berusaha untuk bersaing dalam memasarkan produknya, baik ayam hidup, karkas maupun produk hasil olahan. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan produk ternak yang berkualitas baik dan aman untuk dikonsumsi. Kandungan lemak daging ayam broiler yang relatif tinggi disinyalir dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia, seperti obesitas dan aterosklerosis. Kandungan lemak yang tinggi menunjukkan kandungan energi dalam ransum yang berlebih. Sebagian besar lemak terdapat di bawah kulit, sekeliling alat pencernaan (lemak abdomen), ginjal, urat daging dan tulang. Skripsi ini ditulis untuk dijadikan sebagai salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tingginya lemak karkas ayam adalah dengan cara penambahan serat kasar yang tinggi dalam ransum. Penggunaan kepala udang (mengandung kitin) dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan sumber serat yang dapat ditambahkan dalam ransum ayam untuk menurunkan kandungan lemak dan kolesterol daging ayam broiler. Selain mengandung kitin, kepala udang juga mengandung protein dan kalsium yang tinggi. Penulis sadar bahwa betapapun telah berusaha sekeras mungkin, namun isi skripsi ini belum sepenuhnya sempurna. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama para peternak.
Bogor, April 2006 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................
i
ABSTRACT......................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
xi
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................... Perumusan Masalah .............................................................................. Tujuan ...................................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
Limbah Udang dan kitin ....................................................................... Limbah Udang .......................................................................... Kitin .......................................................................................... Karkas Ayam Broiler ............................................................................ Lemak dan Kolesterol............................................................................ Lemak Karkas ........................................................................... Lemak Abdomen....................................................................... Kolesterol ................................................................................. Organ Dalam ......................................................................................... Rempela .................................................................................... Pankreas .................................................................................... Usus Halus ............................................................................... Seka ...........................................................................................
3 3 4 5 6 6 7 7 8 8 8 9 9
METODE PENELITIAN ..............................................................................
11
Lokasi dan Waktu .................................................................................. Materi ................................................................................................... Ternak ....................................................................................... Limbah Udang .......................................................................... Ransum ...................................................................................... Kandang dan Peralatan ............................................................. Obat Anti Stress dan Vaksin ..................................................... Rancangan .............................................................................................. Perlakuan ................................................................................... Model ......................................................................................
11 11 11 11 11 13 13 14 14 14
Peubah yang Diamati ............................................................... Analisis Data ............................................................................ Prosedur ............................................................................................... Persiapan Kandang dan Pemeliharaan ..................................... Analisa Lemak dan Kolesterol Karkas ......................................
14 15 15 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
18
Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Karkas, Lemak Karkas, Kolesterol Karkas dan Lemak Abdominal ............................................................... Berat Karkas .............................................................................. Lemak Karkas ............................................................................ Kolesterol Karkas ...................................................................... Lemak Abdominal ..................................................................... Pengaruh Perlakuan terhadap Organ Dalam........................................... Rempela ..................................................................................... Pankreas ..................................................................................... Usus Halus ................................................................................. Seka ...........................................................................................
18 18 19 20 21 22 22 23 24 24
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
26
Kesimpulan .......................................................................................... Saran ....................................................................................................
26 26
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
28
LAMPIRAN ...................................................................................................
30
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Komposisi Kimia dan Asam amino dari kepala udang .........................
4
2. Susunan dan Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian .................
12
3. Komposisi Kimia Kepala Udang .........................................................
13
4. Rataan Persentase Berat Karkas, Lemak Karkas (%), Kolesterol Karkas (mg%) dan Lemak Abdominal (%) Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..................................................................................................
18
5. Rataan Persentase Berat Rempela (%), Berat Pankreas (%), Panjang Usus Halus (cm/100g), dan Panjang Seka (cm/100g) Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..............................................................................
22
DAFTAR GAMBAR Nomor 1. Struktur Molekul Kitin ........................................................................
Halaman 5
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Analisis Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu .....
31
2. Sidik Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..........
31
3. Hasil Transformasi Lemak Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..................................................................................................
31
4. Sidik Ragam (Transformasi) Lemak Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ........................................................................................
31
5. Hasil Transformasi Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..................................................................................................
32
6. Sidik Ragam (Transformasi) Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ........................................................................................
32
7. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Kepala Udang terhadap Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ........................
32
8. Hasil Transformasi Lemak Abdomen Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..................................................................................................
33
9. Sidik Ragam (Transformasi) Lemak Abdomen Ayam Broiler Umur Enam Minggu ........................................................................................
33
10. Hasil Transformasi Berat Rempela Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..................................................................................................
33
11. Sidik Ragam (Transformasi) Berat Rempela Ayam Broiler Umur Enam Minggu ........................................................................................
34
12. Hasil Transformasi Berat Pankreas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..................................................................................................
34
13. Sidik Ragam Berat Pankreas (Transformasi) Ayam Broiler Umur Enam Minggu ........................................................................................
34
14. Hasil Transformasi Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..................................................................................................
34
15. Sidik Ragam (Transformasi) Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu ..............................................................................
35
16. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Kepala Udang terhadap Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu .....................
35
17. Hasil Transformasi Panjang Seka Ayam Broiler Umur Enam Minggu
36
18. Sidik Ragam (Transformasi) Panjang Seka Ayam Broiler Umur Enam Minggu ........................................................................................
36
PENDAHULUAN Latar Belakang Kandungan lemak yang tinggi pada ayam broiler menunjukkan efisiensi atau penggunaan
ransum menurun. Hal itu terjadi karena kandungan energi dalam
ransum yang berlebih akan disimpan sebagai lemak. Sebagian besar lemak terdapat di bawah kulit, di sekeliling alat pencernaan, ginjal, urat daging dan tulang. Lemak abdomen yang terbentuk selama pemeliharaan akan dibuang pada saat pengolahan, sehingga terjadi pemborosan energi dalam ransum. Kandungan energi
tersebut
seharusnya dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas daging dan penampilan ayam broiler. Disamping itu, kandungan lemak dalam daging ayam broiler yang relatif tinggi dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia seperti obesitas dan aterosklerosis. Melihat fenomena masalah di atas, perlu dilakukan suatu upaya yang dapat menurunkan kandungan lemak pada ayam broiler, salah satunya adalah dengan penambahan serat kasar yang tinggi dalam ransum, tetapi penambahan serat kasar yang tinggi ke dalam ransum juga dapat menurunkan pertumbuhan sebagai akibat pakan yang dikonsumsi tersebut tidak lama berada di dalam saluran pencernaan ayam. Penggunaan kepala udang sebagai sumber serat hewani dalam ransum diharapkan dapat menurunkan kadar lemak dan menghasilkan suatu produk hewani yang sehat dan sesuai dengan keinginan konsumen. Tepung kepala udang mengandung protein 27,2%, kitin 57,4% dan kalsium karbonat 15,3% (Angka dan Suhartono, 2000). Menurut Rismana (2003), limbah udang mampu menurunkan kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) atau biasa disebut dengan kolesterol jahat, sekaligus meningkatkan komposisi kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) atau biasa disebut dengan kolesterol baik. Limbah udang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kosmetik dan sebagai sumber serat hewani (kitin). Limbah udang yang dihasilkan dalam industri pengolahan udang dari mulai panen sampai dengan proses pengolahan berjumlah cukup besar. Hal ini terlihat dari proporsi bagian tubuh udang yang dibuang berkisar antara 40% - 80% tergantung dari cara pengolahan maupun bentuk olahan (Ariani, 1990). Menurut Biro Pusat Statistik (2003) ekspor udang Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ketahun, pada tahun 1999 dicatat ekspor udang
mencapai 106.374 ton, sedangkan pada tahun 2003 total ekspornya meningkat menjadi 134.214,6 ton. Total limbah udang yang dihasilkan pada tahun 2003 dapat mencapai 53.700 ton. Keuntungan dari limbah udang adalah ketersediaannya yang berkesinambungan, harganya yang relatif murah dan mampu bersaing dengan pakan konvensional lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu produk hewani yang rendah lemak dan kolesterol sehingga aman untuk dikonsumsi. Perumusan Masalah Kandungan lemak dan kolesterol dalam daging ayam broiler yang relatif tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi konsumen seperti obesitas dan aterosklerosis. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan serat kasar dalam ransum, salah satunya adalah dengan penambahan kepala udang yang memiliki kandungan kitin (serat hewani) yang tinggi sehingga diharapkan dapat menurunkan lemak dan kolesterol daging ayam broiler. Selain itu, besarnya proporsi limbah udang yang dihasilkan industri pengolahan udang bila tidak dimanfaatkan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kepala udang terhadap kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam ayam broiler yang diberi ransum finisher.
2
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Udang dan Kitin Limbah Udang Menurut Ariani (1990), limbah udang yang dihasilkan dalam industri pengolahan udang dari mulai panen sampai dengan proses pengolahan berjumlah cukup besar, yaitu berkisar antara 40% - 80% tergantung dari cara penyiangannya maupun bentuk olahannya. Menurut Suptijah et al. (1992) limbah udang ini dapat dikategorikan ke dalam beberapa macam sesuai dengan bentuk pengolahannya : 1)
Limbah berupa kepala udang, biasanya merupakan hasil samping dari industri pembekuan udang segar tanpa kepala.
2)
Limbah berupa kepala kulit udang/tanpa kepala, juga merupakan hasil samping dari industri udang beku yang berkualitas kedua atau industri pengalengan udang.
3)
Limbah campuran yaitu campuran antara kepala dan kulit yang biasanya merupakan hasil samping dari industri pengalengan udang. Limbah udang merupakan bahan yang cepat membusuk, proses degradasi
oleh bakteri pembusuk dan enzim berjalan dengan cepat yang menyebabkan menurunnya komponen-komponen nutrisi yang terdapat dalam limbah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penangan limbah yang baik agar tidak cepat terdegradasi, salah satunya dengan proses pengeringan dengan menggunakan oven atau sinar matahari. Kepala udang dapat dijadikan tepung bahan pakan ternak. keuntungan dari tepung kepala udang adalah produk limbah perikanan yang memiliki ketersediaan yang cukup berkesinambungan, harganya cukup stabil dan kandungan nutrisinya mampu bersaing dengan bahan pakan konvensional. Kelemahan dari tepung kepala udang terletak pada kandungan asam amino metionin dan lisin yang lebih rendah dibandingkan dengan tepung ikan, serat kasar relatif tinggi dan banyak mengandung kitin. Hal inilah yang menjadi faktor pembatas untuk tingkat penggunaan yang lebih tinggi dalam pakan ayam broiler (Wanasuria, 1990). Komposisi kimia dan asam amino dari kepala udang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia dan Asam amino dari kepala udang Komponen
Jumlah (%) Protein
41,82
Asam Amino Metionin
0,52
Metionin+Sistin
0,83
Lisin
1,52
Triptofan
0,25
Lemak Kasar
4,12
Serat Kasar
6,59
Kalsium
6,28
Fosfor tersedia
1,05
Magnesium
0,47
Sumber: Wanasuria (1990)
Kitin Komponen utama limbah udang adalah protein, kitin dan kalsium karbonat (Ariani, 1990). Menurut Angka dan Suhartono (2000) kitin merupakan suatu senyawa golongan karbohidrat yang dapat dihasilkan dari hasil laut, khususnya golongan udang, kepiting dan kerang yang merupakan bahan yang tidak larut dalam air, asam, basa, alkohol atau pelarut organik lainnya. Polisakarida ini dapat larut dalam HCl pekat, asam sulfat pekat, asam fosfat 78% - 79% atau asam format anhidrat. Molekul kitin tersusun atas monomer 2-asetamida-2-deoksi-D-glukosa yang terangkai oleh ikatan glikosidik pada posisi β-1-4. Struktur kitin mirip selulosa dengan perbedaan adanya pengikatan gugus asetamida pada atom karbon nomor 2 sebagai pengganti gugus hidroksil. Dalam proses pembuatannya, kitin didapat dengan jalan isolasi atau ekstraksi bahan baku untuk memisahkan komponenkomponen mineral, protein, lemak dan lain-lain sebagai komponen kotor, sehingga proses-proses demineralisasi dan deproteinase sangat perlu dilakukan dalam proses pemurnian kitin (Suptijah et al., 1992). Struktur molekul kitin dapat dilihat pada Gambar 1.
4
NHCOCH3
CH2OH
OH
CH2OH
OH NHCOCH3 n
Gambar 1. Struktur Molekul Kitin Sumber: Wikipedia (2006) Menurut Rismana (2003) seperti halnya kandungan serat yang terdapat pada tanaman, serat kasar (kitin) dalam kepala udang tidak dapat dicerna sehingga tidak mempunyai nilai kalori. Sifat ini sangat penting untuk produk-produk pelangsing tubuh. Kitin memiliki kemampuan dalam mengikat lemak sehingga bila lemak terikat oleh kitin akan menjadi senyawa yang tidak dapat diabsorbsi oleh tubuh. Selain dapat mengikat lemak tubuh, kitin juga memiliki kemampuan dalam menurunkan kandungan kolesterol low density lipoprotein (LDL) atau biasa disebut dengan kolesterol jahat, sekaligus dapat meningkatkan komposisi kolesterol high density lipoprotein (HDL) atau biasa disebut dengan kolesterol baik. Karkas Ayam Broiler Karkas merupakan bagian tubuh tanpa bulu, darah, kaki, kepala, serta organ dalam. Daging ayam yang dipasarkan dibagi dua yaitu karkas utuh dan potongan karkas. Persentase berat karkas sering digunakan sebagai nilai konversi produk daging ternak yang dihasilkan. Secara umum, bobot karkas akan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot tubuh ayam tersebut (Rose, 1997). Salah satu faktor yang mempengaruhi persentase berat karkas ayam broiler adalah kualitas ransum. Persentase kualitas berat karkas ayam broiler yang mendapat ransum dengan protein 23% akan lebih besar dibandingkan dengan ayam yang mendapatkan ransum dengan protein yang lebih rendah dari 23% (Thamrin, 1984). Menurut Soeparno (1994) faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat, komposisi kimia dan komponen karkas. Selain itu, 5
nutrisi, umur, dan laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komposisi berat karkas. Firmansyah (2002) melaporkan hasil penelitiannya bahwa berat karkas ayam broiler strain Hubbard pada umur empat minggu adalah sebesar 58,74% - 60,02%. Lemak dan Kolesterol Lemak Karkas Menurut Mc. Donald et al. (2002), lemak merupakan salah satu bagian (substansi) yang dapat ditemukan baik di dalam jaringan tanaman maupun hewan. Lemak memiliki sifat kimia yang tidak dapat larut dalam air (non polar), tetapi larut dalam pelarut organik seperti benzen, eter dan kloroform. Lemak seperti halnya karbohidrat mengandung karbon, hidrogen dan oksigen dengan rumus molekul C12H22O11. Klasifikasi lipid menurut Muchtadi et al. (1993) adalah sebagai berikut : 1) Lipid sederhana (lipid netral) yaitu ester asam lemak dengan alkohol yang terdiri atas asam lemak dengan gliserol dan ester asam lemak dengan alkohol tanpa gliserol; 2) Lipid majemuk merupakan senyawa yang mengandung gugus lain sebagai tambahan terhadap ester asam lemak dengan alkohol. Komponen yang termasuk dalam lipid ini seperti fosfolipid (fosfatida), serebrosida (glikolipid) dan spingolipid; 3) Lipid turunan merupakan senyawa yang berasal dari lipid netral atau campuran lipid dan memiliki sifat umum lipid. Termasuk dalam lipid ini adalah asam lemak, alkohol dan hidrokarbon. Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (1990) lemak dalam daging terdapat dalam bentuk trigliserida. Trigliserida merupakan komponen utama asam lemak dalam makanan yang dibentuk dari fraksi katalisis gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling efisien dalam menyimpan kalor. Kelebihan energi terjadi jika melebihi energi yang dibutuhkan, kelebihan energi dapat menyebabkan akumulasi lemak yang berlebihan sehingga disimpan pada jaringan adiposa dalam bentuk cadangan lemak. Menurut Supadmo (1997) salah satu cara yang dapat menekan sintesis lemak daging adalah dengan pemberian
6
serat. Pemberian serat yang baik menghasilkan lemak daging yang dapat ditekan tanpa mempengaruhi pertambahan berat badan. Lemak Abdomen Lemak abdomen merupakan salah satu komponen lemak tubuh yang terletak di sekitar rongga perut. Menurut Rose (1997) lemak tubuh akan meningkat seiring dengan mendekatinya masa dewasa ukuran tubuh. Semakin dewasa, lemak di dalam tubuh ayam akan semakin besar. Lemak abdomen dapat mencapai 2% dari bobot tubuh. Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (1990) jaringan adiposa merupakan jaringan yang berperan sebagai penyimpan lemak. Salah satu tempat penyimpanan lemak yaitu di sekitar rongga perut (abdomen). Dalam industri ayam pedaging penimbunan lemak pada daerah rongga perut biasanya akan dibuang. Kandungan lemak abdomen
dapat diturunkan dengan teknik manipulasi dalam ransum.
Syamsuhaidi (1997) melaporkan bahwa semakin tinggi penggunaan bahan pakan berserat (duckweed) dalam ransum, maka kandungan lemak abdominal yang dihasilkan cenderung semakin rendah. Kolesterol Menurut Anggorodi (1985) kolesterol merupakan komponen terbesar dari senyawa yang banyak dijumpai pada keluarga besar steroid yaitu pada struktur organ tubuh manusia dan hewan dengan berbagai fungsi biologis yang terkait. Kolesterol banyak dijumpai dalam jaringan syaraf, otak dan darah serta tidak terdapat dalam jaringan tanaman dan produk nabati. Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (1990) kolesterol tubuh berasal dari dua sumber yaitu dari makanan yang disebut kolesterol eksogen dan yang diproduksi sendiri di dalam tubuh atau disebut kolesterol endogen. Menurut Jabatan Dietetik dan Katering CGH (2005) kolesterol merupakan bahan seperti lemak, berlilin yang ada dalam semua sel hewan termasuk juga sel manusia. Kolesterol dibawa di dalam tubuh oleh lipoprotein. Kolesterol dibagi menjadi dua, yaitu low density lipoprotein (LDL)
atau disebut juga dengan
kolesterol jahat dan high density lipoprotein (HDL) atau biasa juga disebut kolesterol baik. LDL dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan risiko serangan penyakit jantung, sedangkan HDL dalam jumlah yang besar dapat mengurangi risiko serangan penyakit jantung. Kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh besar 7
dan memperbaiki sel-sel yang rusak, menghasilkan asam empedu yang membantu dalam penyerapan lemak dan untuk menghasilkan hormon, umumnya semua jaringan terutama hati menghasilkan kolesterol. Menurut Supadmo (1997) cara yang dapat ditempuh untuk menurunkan kandungan kolesterol pada daging ayam broiler adalah melalui manipulasi ransum yang secara spesifik dengan pendekatan sistem gastrointestinal yaitu berusaha agar kolesterol yang terdapat pada tubuh ayam dapat dikeluarkan melalui ekskreta. Hal ini dapat ditempuh dengan panambahan pakan serat dalam ransum ayam. Mekanisme aksi dari serat dalam saluran pencernaan ayam adalah untuk mengikat sebagian besar garam empedu untuk dikeluarkan lewat ekskreta. Organ Dalam Rempela Rempela terletak setelah lambung kelenjar (proventrikulus). Di dalam rempela berlangsung proses penggilingan bahan makanan secara mekanis. Bahan makanan kasar atau bijian digiling oleh otot kuat berlapis epitel tanduk sehingga sempurna halusnya. Ukuran rempela mudah berubah tergantung jenis makanan yang biasa dimakan oleh unggas (Amrullah, 2003). Menurut Pond et al. (1995), fungsi rempela pada unggas hampir sama dengan fungsi gigi pada spesies mamalia, bekerja untuk memperkecil ukuran partikel makanan secara fisik. Pada rempela terjadi sedikit pencernaan proteolitik dan aktivitas rempela tersebut memiliki sedikit pengaruhnya jika makanan terlebih dahulu digiling. Menurut Putnam (1991) persentase berat rempela untuk ayam broiler sebesar 1,60% - 2,30% dari berat hidupnya. Pankreas Menurut Anggorodi (1985) secara anatomis pankreas terletak sejajar dengan lekukan usus halus (duodenum). Pankreas memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem pencernaan unggas seperti halnya pada spesies-spesies lainnya. Pankreas menghasilkan getah pankreas dalam jumlah yang banyak, di dalamnya mengandung enzim-enzim amilolitik yang berfungsi dalam menghidrolisis pati, lipolitik yang berfungsi menghidrolisis lemak dan proteolitik yang berfungsi menghidrolisis protein. Pankreas tidak menghasilkan
enzim selulolitik sehingga
8
kurang optimal dalam mencerna serat kasar. Pankreas merupakan sebuah kelenjar yang mensekresikan sari cairan makanan yang kemudian masuk ke dalam duodenum melewati saluran pankreas dimana enzim-enzimnyanya membantu pencernaan pati, lemak dan protein. Sari cairan ini menetralisir kondisi asam asal lambung kelenjar (Amrullah, 2003). Usus Halus Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan pakan. Selaput lendir usus halus mempunyai jaringan yang lembut dan menonjol seperti jari. Fungsi usus halus selain sebagai penggerak aliran pakan dalam usus juga untuk meningkatkan penyerapan zat makanan (Akoso, 1993). Usus halus terdiri atas tiga bagian yang tidak dapat dipisahkan secara jelas yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Bagian yang membentuk huruf U adalah duodenum dengan kelenjar pankreas yang terdapat di dalamnya (Amrullah, 2003). Moran (1985) menyatakan bahwa usus halus menghasilkan enzim-enzim amilase, lipase dan protease yang berfungsi untuk memecah zat-zat makanan yang kompleks menjadi lebih sederhana yang dapat diserap oleh tubuh. Rose (1997) menyatakan bahwa ukuran usus halus pada unggas pendek sedangkan pakan yang lewat akan cepat turun dari saluran pencernaan. Pada usus halus terjadi gerakan peristaltik yang berperan untuk mencampur digesta dengan cairan pankreas dan empedu. Syamsuhaidi (1997) melaporkan bahwa semakin tinggi penambahan duckweed dapat menyebabkan ukuran usus semakin panjang. Hal ini disebabkan oleh adanya kemampuan usus untuk meregang dan mencerna ransum yang mengandung serat kasar tinggi dengan volume yang lebih besar. Seka Seka atau biasa disebut usus buntu terletak diantara usus halus dan usus besar. Panjang seka bisa mencapai 15 cm pada ayam dewasa yang kesehatannya normal (Amrullah, 2003). Pond et al. (1995) menyatakan bahwa sebagian kecil serat dapat dicerna di dalam seka yang disebabkan adanya bakteri fermentasi, tetapi jumlahnya sangat rendah dibandingkan dengan sebagian spesies hewan mamalia. Walaupun di dalam seka terjadi proses fermentasi oleh bakteri, namun fermentasi tersebut hanya sedikit atau tidak memberikan kontribusi terhadap suplai nutrien 9
untuk ayam (Rose, 1997). Syamsuhaidi (1997) melaporkan bahwa semakin tinggi pemberian duckweed dalam ransum, cenderung mempunyai ukuran seka yang lebih panjang.
10
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian ini bertempat di Bagian Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Mei sampai dengan Juli 2004. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 120 ekor ayam umur sehari (day old chicks/DOC) strain Hubbard yang dibagi dalam empat perlakuan dan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 10 ekor ayam yang dipelihara selama enam minggu. Limbah Udang Limbah kepala udang yang digunakan selama penelitian diperoleh dari UD. Tigaputra Jl. PNTP Muara Angke Blok A No. 20 Jakarta Utara. Limbah udang dicuci bersih kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering (sekitar enam jam/hari selama tiga hari). Setelah itu limbah udang digiling sampai halus untuk dicampur ke dalam pakan. Ransum Ransum yang digunakan dalam penelitian adalah ransum finisher. Ransum mengandung energi metabolis sebesar 3.200 kkal/kg dan protein kasar sebesar 20% yang disusun berdasarkan National Research Council (1994). Ransum yang digunakan dalam penelitian ini disusun dari bahan-bahan yang terdiri dari jagung kuning, dedak padi, pollard, bungkil kedelai, tepung ikan, kepala udang, minyak, premix dan CaCO3. Pakan yang mengandung kepala udang diberikan pada ayam mulai umur empat minggu. Susunan dan kandungan zat makanan dalam ransum penelitian disajikan pada Tabel 2. Komposisi kimia kepala udang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Susunan dan Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian Bahan Pakan
R1
R2
R3
R4
------------------------------( % )-----------------------------Jagung
51,3
52,6
50
45
Dedak Padi
12,5
11
12,7
19
Bungkil Kedelai
22
20
18
14,3
Tepung Ikan
8
8
8
8
Kepala Udang
0
3
6
9
Minyak
5
4,5
4,5
4,5
Premix
0,1
0,1
0,1
0,1
CaCO3
1,1
0,8
0,7
0,1
Total
100
100
100
100
3.202,25
3.210,8
3.218,02
3.231,2
Protein Kasar (%)
20,44
25,46
25,94
24,23
Lemak (%)2
9,39
9,17
10,89
9,89
2,50
3,04
3,64
4,92
Kalsium (%)
0,91
0,92
1,01
0,90
Fosfor tersedia (%)
0,36
0,40
0,49
0,56
Lisin (%)
1,16
1,18
1,21
1,22
Methionin (%)
0,39
0,40
0,41
0,42
Sistin (%)
0,32
0,33
0,34
0,35
Methionin + Sistin (%)
0,71
0,71
0,72
0,73
Kitin (%)3
0,00
0,81
1,62
2,43
2.893,3
2.847,4
2.780,4
2.628,8
Kandungan Nutrien Ransum : Energi Metabolis (kkal/kg)1 2
Serat Kasar (%)2)
*
Harga Ransum (Rp/kg)
Keterangan: 1) Hasil Perhitungan Berdasarkan National Research Council (1994) * Kontribusi Serat Kasar dari : Kepala Udang : R1 (0,00%), R2 (21,15%), R3 (35,32%), R4(39,20%) Bahan Pakan Lain : R1 (100%), R2 (78,85%), R3 (64,68%), R4(60,80%) 2) Hasil Analisis Proksimat Laboratorium Pusat Antar Universitas, IPB (2004) 3) Hasil Laporan Penelitian Suptijah et al. (1992)
12
Tabel 3. Komposisi Kimia Kepala Udang Komponen
Jumlah (%)
Air
9,34
Lemak Kasar
8,29
Protein Kasar
31,58
Beta - N
22,67
Serat Kasar
21,43
Ca
4,37
Fosfor
2,32
Sumber: Hasil Analisis Proksimat Laboratorium Pusat Antar Universitas, IPB (2004)
Kandang dan Peralataan Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem litter yang beralaskan sekam padi dengan ukuran 1,0 x 1,0 x 1,0 m sebanyak 12 petak. Setiap petak kandang dilengkapi dengan satu tempat pakan dan air minum serta lampu pijar 60 watt. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan untuk menimbang pakan dan bobot badan serta ember untuk menampung dan membawa air . Obat Anti Stress dan Vaksin Obat anti stress yang digunakan adalah Vitastress yang diberikan pada saat DOC datang, dua hari sebelum dan sesudah vaksinasi dan dua hari setelah pergantian ransum. Pemberian anti stress dilakukan dengan cara dilarutkan dengan air minum. Vaksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaksin ND (New Castle Disease) dan Gumboro. Vaksinasi ND dilakukan dua kali, yaitu pada waktu ayam berumur tiga hari dengan menggunakan vaksin ND Strain Hitchner B1 melalui tetes mata dan pada waktu ayam berumur tiga minggu dengan menggunakan vaksin ND La Sota melalui suntikan. Vaksinasi Gumboro dilakukan pada umur 10 hari melalui air minum.
13
Rancangan Perlakuan Penelitian ini menggunakan empat macam ransum perlakuan dengan taraf kepala udang berbeda : R1 = ransum tanpa kepala udang ( kontrol ) R2 = ransum yang mengandung 3 % kepala udang R3 = ransum yang mengandung 6 % kepala udang R4 = ransum yang mengandung 9 % kepala udang Model Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan empat taraf perlakuan dan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 10 ekor. Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi + εij Dimana, Yij
= nilai pengamatan perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ
= rataan umum
τi
= pengaruh perlakuan ke-i
εij
= pengaruh galat (eror) ke-i ulangan ke-j
Peubah yang Diamati 1. Persentase berat karkas (%) 2. Lemak karkas (%) 3. Kolesterol karkas (mg%) 4. Persentase lemak abdominal (%) 5. Persentase berat rempela (%) 6. Persentase berat pankreas (%) 7. Panjang usus halus (cm/100g) 8. Panjang seka (cm/100g) Persentase berat karkas, lemak abdominal, rempela dan pankreas diperoleh dengan cara membagi berat karkas, lemak abdominal, rempela dan pankreas tersebut dengan berat hidup kemudian dikalikan 100%, sedangkan panjang usus halus dan
14
seka diperoleh dengan membandingkan panjang masing-masing usus halus dan seka (cm) dibagi dengan berat hidup (g). Analisis Data Data yang diperoleh dalam bentuk persen terletak antara 0% - 20% sebelumnya ditransformasi ke arcsin√Y, dimana Y adalah nilai pengamatan kemudian dianalisis dengan sidik ragam (analysis of variance/ANOVA) dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan/Duncan Multiple Range Test (Steel dan Torrie, 1993). Prosedur Persiapan Kandang dan Pemeliharaan Tahap awal dari pelaksanaan penelitian adalah membersihkan kandang dan alat-alat yang akan digunakan dengan desinfektan. Setelah itu, dilakukan pengapuran pada seluruh dinding dan lantai kandang. Beberapa hari kemudian setelah kapur mengering, dilakukan penyemprotan desinfektan ke seluruh ruangan kandang dan dibiarkan
selama
dua
minggu
dengan
tujuan
untuk
memutuskan
siklus
mikroorganisme di dalam kandang. Tahap akhir adalah pemberian sekam di atas lantai kandang. Sebelum ayam datang, air minum yang telah dicampur dengan gula dan obat anti stres berupa Vitastress disiapkan. Setelah ayam datang, dilakukan penimbangan, pengacakan dan pemberian nomor sayap lalu dimasukkan dalam kandang. Minggu pertama dan kedua kertas koran diletakkan di atas sekam. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Selama dua minggu, tempat makan dan tempat air minum diletakkan di atas sekam yang sebelumnya telah dialasi koran. Setelah itu, tempat pakan dan air minum digantung sejajar dengan punggung ayam supaya pakan dan air minum tidak mudah kotor oleh ekskreta maupun sekam. Pemanas yang digunakan adalah bola lampu berkekuatan 60 watt. Lampu dinyalakan siang dan malam sampai ayam berumur dua minggu dan selanjutnya hanya dinyalakan pada malam hari atau jika kondisi kandang terlalu dingin. Sekeliling kandang dilapisi dengan plastik pelindung untuk mengurangi pengaruh udara luar. Ransum yang diberikan pada umur 0-3 minggu adalah ransum tanpa kepala udang/ransum kontrol (R1).
15
Selanjutnya ransum yang mengandung kepala udang diberikan pada ayam mulai masuk umur empat sampai dengan enam minggu. Analisa Lemak dan Kolesterol Karkas 1.
Lemak Karkas (%) Lemak karkas dianalisis dari daging paha bagian kanan (komposit dari dua ekor ayam). Penentuan kadar lemak daging dilakukan berdasarkan metode ekstraksi sochlet (Association of Official Analytical Chemist, 1984), yaitu sampel kurang lebih sebanyak dua gram (c gram) dibungkus dengan kertas saring bebas minyak lalu dimasukkan ke dalam sochlet dan diekstraksi dengan pelarut organik (petroleum eter) pada suhu 60 0C selama 25 menit. Proses ekstraksi dilakukan sampai alat berbunyi dan bila cairan dilihat sudah jernih maka ekstraksi diakhiri. Setelah ekstraksi selesai, kemudian pelarutnya disuling kembali dan labu lemak yang sebelumnya telah ditimbang bobot awalnya (a gram) diangkat kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C sampai berat tetap kemudian ditimbang (b gram). Kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut : (b-a) Kadar lemak (%) =
x 100 % c
3.
Kolesterol Karkas (mg%) Kolesterol karkas diukur dari daging paha bagian kanan (komposit dari dua ekor ayam). Penentuan kadar kolesterol karkas dilakukan berdasarkan metode Lieberman Burchard (Kleiner dan Dotti, 1962), yaitu sampel (sekitar satu gram) diekstraksi dengan pelarut organik (eter alkohol) lalu disentrifius dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit sehingga diperoleh supernatan. Supernatan dipanaskan dalam beakker glass 50 ml pada suhu 100 0C sampai kering dan larutan pengekstraksi habis. Residu diekstraksi ke dalam tabung berskala dengan ditambahkan kloroform hingga tepat mencapai lima ml. Sebanyak lima ml standar kolesterol dan lima ml kloroform (untuk blanko) dimasukkan ke dalam dua tabung gelas lain. Standar kolesterol yang digunakan adalah 4 mg/5ml. Sebanyak masing-masing dua ml asam asetat anhidrat dan 0,2 ml asam sulfat pekat ditambahklan ke dalam tiga tabung tersebut kemudian
16
didiamkan selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Kadar kolesterol dihitung dengan rumus sebagai berikut : Absorban sampel Kadar kolesterol (mg%) =
Konsentrasi standar x
Absorban standar
x 100 % Berat sampel
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Karkas, Lemak Karkas, Kolesterol Karkas dan Lemak Abdominal Rataan berat karkas, lemak karkas, kolesterol karkas dan lemak abdominal ayam broiler penelitian pada umur enam minggu disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Persentase Berat Karkas, Lemak Karkas (%), Kolesterol Karkas (mg%) dan Lemak Abdominal (%) Ayam Broiler Umur Enam Minggu Pemberian Kepala Udang
Peubah 0% (R1)
3% (R2)
6% (R3)
9% (R4)
Berat Karkas (%)
60,02 ± 1,24
57,46 ± 1,12
58,99 ± 2,61
56,64 ± 1,07
Lemak Karkas (%)
8,44 ± 1,63
5,79 ± 1,71
8,29 ± 3,49
5,82 ± 3,74
Kolesterol Karkas (mg%)
1,07A ± 0,03
1,05A ± 0,01
0,94B ± 0,02
0,91B ± 0,01
Lemak Abdominal (%)
2,26 ± 0,56
1,59 ± 0,43
1,44 ± 0,35
1,66 ± 0,42
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01).
Berat Karkas Persentase berat karkas digunakan untuk menilai produksi ternak daging. Karkas merupakan bagian tubuh ternak tanpa kepala, leher, kaki, bulu dan organ dalam. Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas antar lain bobot hidup, perlemakan, jenis kelamin, umur, aktivitas, jumlah dan kualitas ransum. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa pemberian kepala udang dalam ransum tidak berpengaruh terhadap persentase berat karkas. Rataan persentase berat karkas ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 56,64% - 60,02% dari bobot hidup. Persentase berat karkas yang dihasilkan seiring dengan kandungan lemak ransum yang dikonsumsi. Jika kandungan lemak dalam ransum yang dikonsumsi tinggi, maka persentase berat karkas yang dihasilkan cenderung mengalami peningkatan dan sebaliknya. Terlihat pada tabel 4, ketika
ayam mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,39% (R1) cenderung memiliki persentase berat karkas yang lebih besar dibandingkan dengan ayam yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,17% (R2). Persentase berat karkas yang dihasilkan cenderung mengalami peningkatan ketika ayam mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 10,89% (R3) dan persentase berat karkas cenderung kembali turun ketika mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,89% (R4). Salah satu faktor yang mempengaruhi persentase berat karkas adalah komposisi lemak tubuh (perlemakan). Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Ensminger (1992) komposisi tubuh (karkas) akan meningkat seiring meningkatnya kandungan lemak di dalam ransumnya. Ayam yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak yang lebih tinggi akan menghasilkan lemak tubuh yang tinggi pula, sehingga komposisi berat karkas yang dihasilkan menjadi semakin besar. Rose (1997) menyatakan bahwa jaringan adiposa yang berperan dalam menyimpan lemak tubuh mempengaruhi besarnya persentase berat karkas yang dihasilkan. Lemak Karkas Rataan persentase lemak karkas ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 5,79% - 8,44%. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kepala udang dalam ransum tidak berpengaruh terhadap kandungan lemak karkas. Hasil penelitian yang sama dengan menggunakan itik (Anwar, 2004) menunjukkan bahwa pemberian tepung kepala udang windu dengan taraf yang berbeda yaitu 0%, 3%, 6% dan 9% tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan lemak telur itik Mojosari. Persentase lemak karkas yang dihasilkan seiring dengan kandungan lemak ransum yang dikonsumsi. Jika kandungan lemak dalam ransum yang dikonsumsi tinggi, maka persentase lemak karkas yang dihasilkan cenderung mengalami peningkatan dan sebaliknya. Terlihat pada tabel 4, ketika ayam mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,39% (R1) cenderung memiliki persentase lemak karkas yang lebih besar dibandingkan dengan ayam yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,17% (R2). Persentase lemak karkas yang dihasilkan cenderung mengalami peningkatan ketika ayam mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 10,89% (R3) dan persentase lemak karkas 19
cenderung kembali turun ketika mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,89% (R4). Persentase lemak karkas yang dihasilkan selama enam minggu penelitian dipengaruhi oleh konsumsi lemak ransum. jika kandungan lemak dalam ransum ditingkatkan, maka sebagian besar lemak yang tidak digunakan dalam proses metabolisme tubuh akan disimpan dalam jaringan adiposa. Menurut Ensminger (1992) secara umum meningkatnya kandungan lemak dalam ransum akan meningkatkan kandungan lemak karkas. Jika semakin tinggi kandungan lemak ransum yang dikonsumsi, maka persentase lemak karkas yang dihasilkan akan semakin meningkat. Kolesterol Karkas Rataan kandungan kolesterol karkas ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 0,91mg% - 1,07 mg%. Berdasarkan uji statistik, pemberian kepala udang dalam ransum berpengaruh sangat nyata (p<0,01) dalam menurunkan kolesterol karkas. Semakin tinggi penggunaan kepala udang dalam ransum semakin rendah kadar kolesterol karkas yang dihasilkan. Kadar kolesterol karkas terendah dihasilkan pada taraf pemberian 9% kepala udang (R4) yaitu sebesar 0,91 mg%, tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian kepala udang sebesar 6% (0,94 mg%). Sedangkan kandungan kolesterol karkas tertinggi dihasilkan pada ransum kontrol (R1) yaitu sebesar 1,07 mg%, tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian kepala udang sebesar 3% (1,05 mg%). Hal ini disebabkan oleh kitin yang terkandung dalam kepala udang yang memiliki kemampuan dalam menekan sintesis kolesterol. Supadmo (1997) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan dalam menurunkan kandungan kolesterol pada daging ayam broiler adalah melalui pendekatan sistem gastrointestinal, yaitu berusaha agar kolesterol pada tubuh ayam dapat dikeluarkan melalui ekskreta. Hal ini dapat ditempuh melalui pakan serat pada ransum ayam, yaitu dengan penambahan kitin sebagai sumber serat hewani. Kolesterol memiliki fungsi menghasilkan asam empedu yang membantu dalam penyerapan lemak dan untuk menghasilkan hormon. Produk terakhir dari metabolisme kolesterol adalah asam empedu yang disimpan dalam kantong empedu (Muchtadi et al., 1993). Menurut Supadmo (1997) mekanisme aksi dari keberadaan kitin sebagai pakan serat hewani dalam saluran pencernaan ayam adalah mengikat 20
sebagian besar garam empedu untuk dikeluarkan lewat ekskreta. Agar proses pencernaan lemak terus berlangsung, maka garam empedu harus selalu tersedia. Apabila dalam pakan banyak mengandung serat, maka serat ini akan berusaha mengikat asam empedu karena serat memiliki daya ikat yang kuat terhadap asam empedu. Karena sebagian besar garam empedu dikeluarkan lewat ekskreta, maka tubuh perlu mensintesis garam empedu yang berasal dari kolesterol tubuh. Peningkatan sekresi garam empedu menyebabkan semakin banyak pula ekskresi kolesterol melalui feses sehingga kolesterol dalam tubuh secara keseluruhan dapat berkurang. Lemak Abdominal Rataaan persentase berat lemak abdominal yang diperoleh selama enam minggu penelitian adalah berkisar antara 1,44% – 2,26% dari bobot hidup. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kepala udang dalam ransum tidak berpengaruh terhadap persentase berat lemak abdominal. Hasil persentase berat lemak abdominal yang diperoleh lebih rendah sebagaimana yang dilaporkan Amrullah (2003), persentase lemak abdominal yang dihasilkan selama enam minggu dapat mencapai 3,3% - 3,4% dari bobot hidup. Persentase berat lemak abdominal yang dihasilkan selam enam minggu penelitian seiring dengan nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi. Persentase berat lemak abdominal dengan nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi tinggi menghasilkan persentase berat lemak abdominal yang cenderung tinggi pula dan sebaliknya. Pada tabel 4, terlihat ayam yang mengkonsumsi ransum dengan nisbah energi : protein tinggi (R1) cenderung menghasilkan persentase berat lemak abdominal yang lebih besar dibandingkan dengan ayam yang mengkonsumsi ransum dengan nisbah energi : protein yang lebih rendah (R2 dan R3). Persentase berat lemak abdominal yang dihasilkan cenderung kembali mengalami peningkatan ketika nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi meningkat (R4). Persentase berat lemak abdominal yang dihasilkan selama penelitian dipengaruhi oleh nisbah energi : protein. Jika nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi tinggi, maka persentase berat lemak abdominal yang dihasilkan cenderung semakin meningkat. Menurut Leeson and Summers (2000) secara umum ransum dengan kandungan energi tinggi dan protein rendah akan menghasilkan 21
lemak karkas yang lebih tinggi dan sebaliknya. Untuk mendapatkan ayam dengan proporsi persentase lemak abdomen yang rendah dan bobot tubuh yang ideal, maka nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi harus dalam keadaan seimbang. Menurut Amrullah (2003) jika nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi tidak dalam keadaan seimbang dapat terjadi proporsi lemak tubuh lebih banyak tetapi bobot tubuh ayamnya kurang dari normal. National Research Council (1994) merekomendasikan untuk ayam berumur 0 – 3 minggu energi metabolis dan protein kasar yang diberikan sebesar 3.200 kkal/kg dan 23%, umur 3 – 6 minggu energi metabolis dan protein kasar yang diberikan sebesar 3.200 kkal/kg dan 20%, umur 6 – 8 minggu energi metabolis dan protein kasar yang diberikan sebesar 3.200 kkal/kg dan 18%. Pengaruh Perlakuan terhadap Organ Dalam Rataan persentase organ dalam ayam broiler penelitian pada umur enam minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Persentase Berat Rempela (%), Berat Pankreas (%), Panjang Usus Halus (cm/100g), dan Panjang Seka (cm/100g) Ayam Broiler Umur Enam Minggu Pemberian Kepala Udang
Peubah 0% (R1)
3% (R2)
6% (R3)
9% (R4)
Rempela (%)
1,99 ± 0,19
2,35 ± 0,15
2,52 ± 0,29
2,27 ± 0,18
Pankreas (%)
0,32 ± 0,03
0,37 ± 0,09
0,35 ± 0,03
0,40 ± 0,06
14,07 b ± 0,22
18,16 a ± 2,56
17,31ab ± 1,58
20,10 a ± 2,92
2,54 ± 0,26
2,86 ± 0,56
2,80 ± 0,40
3,20 ± 0,63
Panjang Usus Halus (cm/100g) Panjang Seka (cm/100g)
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).
Rempela Rataan persentase berat rempela ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 1,99% – 2,52% dari bobot hidup. Persentase berat rempela ayam yang dihasilkan dengan pemberian ransum tanpa kepala udang (R1) cenderung memiliki persentase yang lebih rendah dibandingkan 22
dengan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 1,99% dari bobot hidup. Berdasarkan hasil sidik ragam, terlihat bahwa pemberian kepala udang dalam ransum tidak berpengaruh terhadap persentase berat rempela, namun jika dilihat pada Tabel 5 cenderung terjadi peningkatan persentase berat rempela ayam yang diberi perlakuan (R2, R3 dan R4) dibandingkan tanpa perlakuan (R1). Persentase berat rempela yang diperoleh selama enam minggu penelitian tidak jauh berbeda sebagaimana dilaporkan Putnam (1991) yaitu sebesar 1,60% – 2,30% dari berat hidup. Persentase berat rempela yang semakin meningkat diduga disebabkan karena peningkatan penggunaan kepala udang dalam ransum (pakan berserat). Rempela akan mulai bekerja ketika makanan sudah masuk ke dalam rempela, biasanya di dalam rempela terdapat grit yang memiliki fungsi untuk membantu memperkecil ukuran partikel makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi kepala udang yang diberikan, persentase berat rempela yang dihasilkan cenderung semakin meningkat. Kepala udang merupakan salah satu bahan pakan yang memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi yaitu sekitar 21,43% (Pusat Antar Universitas, 2004). Peningkatan kepala udang sebagai pakan berserat dalam ransum menyebabkan beban rempela menjadi lebih besar untuk memperkecil ukuran partikel ransum secara fisik. Otot dari rempela pada saat bekerja akan semakin meningkat aktivitasnya, akibatnya akan terjadi penebalan urat daging rempela sehingga ukuran berat dari rempela menjadi meningkat. Pankreas Rataan persentase berat pankreas ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0,32% - 0,40 % dari bobot hidup. Berdasarkan analisis ragam menunjukan bahwa pemberian kepala udang dalam ransum tidak berpengaruh terhadap persentase berat pankreas. Penggunaan sampai dengan taraf 9% (R4) pemberian kepala udang dalam ransum tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol (R1). Walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata, tetapi pada Tabel 5 terdapat kecenderungan peningkatan persentase berat pankreas seiring dengan peningkatan pemberian kepala udang dalam ransum. Persentase berat pankreas yang dihasilkan dengan pemberian kepala udang sebesar 9% (R4) cenderung memiliki persentase yang lebih besar yaitu sebesar 0,40% dari bobot hidup. Peningkatan berat pankreas 23
ini diduga disebabkan adanya serat kasar yang tinggi dalam ransum. Serat kasar merupakan komponen dari tanaman yang sulit dicerna oleh saluran pencernaan (Linder, 1992). Usus Halus Rataan panjang usus halus ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 14,07cm/100g - 20,10 cm/100g. Berdasarkan sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kepala udang dalam ransum berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap peningkatan panjang usus halus. Penggunaan 3% (R2) dan 9% (R4) kepala udang dalam ransum menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol (R1). Penggunaan 9% (R4) kepala udang dalam ransum menghasilkan panjang usus halus paling tinggi yaitu sebesar 20,10 cm/100g, sedangkan panjang usus terendah diperoleh pada penggunaan 0% (R1) kepala udang yaitu sebesar 14,07 cm/100g. Peningkatan panjang usus halus lainnya untuk R2 dan R3 berturut-turut adalah sebesar 18,16 cm/100g dan 17,31 cm/100g. Peningkatan panjang usus halus diduga disebabkan adanya kandungan serat kasar yang tinggi dalam ransum. Serat kasar merupakan karbohidrat yang tidak larut dan sangat sulit dicerna oleh saluran pencernaan ternak unggas karena unggas tidak memiliki enzim selulolitik (Anggorodi, 1995). Hal ini sesuai yang dilaporkan oleh Syamsuhaidi (1997), semakin tinggi penambahan duckweed yang merupakan salah satu bahan pakan berserat dapat menyebabkan ukuran usus semakin panjang. Aktifitas usus halus pada saat mencerna dan menyerap zat makanan yang masuk menjadi semakin meningkat. Agar intensitas zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh dapat diserap secara maksimum, maka usus halus memperluas ukurannya karena usus halus memiliki kemampuan meregang dan mencerna ransum yang mengandung serat kasar tinggi dengan volume yang lebih besar. Seka Rataan panjang seka ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 2,54 cm/100g - 3,20 cm/100g. Berdasarkan analisis ragam menunjukan bahwa pemberian kepala udang sampai taraf 9% (R4) dalam ransum tidak berpengaruh terhadap panjang seka. Walaupun secara statistik tidak
24
menunjukkan perbedaaan yang nyata, tetapi pada Tabel 5 terlihat bahwa panjang seka cenderung meningkat seiring dengan peningkatan pemberian kepala udang dalam ransum. Panjang seka ayam yang dihasilkan dengan pemberian ransum tanpa kepala udang (R1) memiliki nilai yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 2,54 cm/100g. Panjang seka yang cenderung meningkat diduga disebabkan adanya kandungan serat kasar yang tinggi dalam ransum. Pond et al. (1995) menyatakan bahwa sebagian kecil serat dapat dicerna di dalam seka yang disebabkan adanya bakteri fermentasi, tetapi jumlahnya sangat rendah dibandingkan dengan sebagian spesies hewan mamalia. Hal ini sesuai yang dilaporkan oleh Syamsuhaidi (1997), semakin tinggi penambahan duckweed (bahan pakan berserat) dalam ransum cenderung mempunyai ukuran seka yang lebih panjang. Dengan meningkatnya kandungan serat kasar yang tinggi dalam ransum, maka aktivitas kerja dari seka menjadi meningkat sehingga ukuran panjang seka menjadi meningkat pula.
25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian kepala udang dalam ransum dapat menurunkan kandungan kolesterol dan meningkatkan panjang usus halus. Taraf terbaik pemberian kepala udang dalam ransum ayam broiler adalah sebanyak 6% (R3). Saran Penelitian lebih lanjut dengan protein kasar sebesar 23% pada periode starter perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah pemberian kepala udang yang tepat guna menurunkan kolesterol dan lemak tanpa menurunkan berat karkas.
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam Penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberi tuntunan yang benar. Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada : 1) Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc. dan Dr. Ir. Sumiati, MSc. sebagai pembimbing untuk semua bimbingan, pengarahan dan saran-saran yang sangat berharga selama Penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2) Ir. Sudarsono Jayadi M.Agr. Sc. sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama penulis melaksanakan kuliah. 3) Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, MS. dan Ir. Rini Herlina Mulyono, Msi. yang telah menguji dan memberikan sumbangsih pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih dan rasa hormat penulis persembahkan kepada Bapak R. Djuhdi Sufyan (Alm), Ibu R. Entih Sunarsih dan adik yang telah memberikan curahan hati, nasihat, motivasi dan yang terpenting doa kepada Penulis sehingga Penulis dapat tabah dan tegar dalam menghadapi segala hambatan selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga Penulis ucapkan kepada teman sepenelitian Ozy, Fifi dan Sara atas kebersamaan dan kesabaran selama menjalani penelitian. Terima kasih juga kepada Lia atas dukungan dan nasihatnya, Pram, Marlin dan teman-teman Nutrisi Angkatan 38 yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatunya serta kepada semua pihak yang telah membantu selama penelitian baik langsung maupun tidak langsung. Bogor, April 2006 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Akoso, B.T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-1. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta. Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Angka, S. L. dan M. T. Suhartono. 2000. Pemanfaatan Limbah Hasil Laut. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anwar, S. 2004. Pengaruh pemberian tepung kepala udang windu dalam pakan terhadap kandungan protein dan lemak telur itik Mojosari. Disertasi. http//digilb.umm.ac.id/go.php?.id=jiptumpp-gdl-s1-2004-Syaifulanw-500 (Udang Malang). [01 Juli 2004]. Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methods of Analysis. 14th Ed. Association of Official Analytical Chemist, Washington D. C. Ariani, F. 1990. Pemanfaatan limbah udang sebagai komponen pakan udang. Prosiding Temu Karya Ilmiah Menuju Program Swasembada Pakan Ikan Budidaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian, Jakarta. Biro Pusat Statistik. 2003. Perdagangan Luar Negeri. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science. 4th Ed. Interstate Publisher Inc., Danville. Firmansyah, I. 2002. Uji Persentase berat bursa fabricius, karkas dan organ dalam ayam broiler dengan penambahan zat pewarna dalam ransumnya. Skripsi. Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jabatan Dietetik dan Katering CGH. 2005. Kolesterol. http://www.cgh.com.sg/health_public/pamphlet/Malay/LoweringCholesterol/ LC_content1.htm. [19 Agustus 2005]. Kleiner, I. S. dan L. B. Dotti. 1962. Laboratory Instruction in Biochemistry. 6th Ed. The C. V. Mosby Company, New York. Leeson, S. and J. D. Summers. 2000. Feeding system for poultry. In: Theodorou, M. K. and J. France (Eds.). Feeding System and Feed Evaluation Models. CAB International, Wallingford. Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis. Terjemahan: A. Parakkasi. UI-Prerss, Jakarta. Mc Donald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Pearson Education, Harlow. Moran, E.T. 1985. Digestive physiology of duck. in: Farrel, D. J and P. Stapleton (Eds.). Duck Productions and World Practice. University of New England, Armidale.
Muchtadi, D., N. S. Palupi dan M. Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi Sumber, Fungsi dan Kebutuhan dari Tubuh Manusia. Jilid II. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Revised Ed. National Academy Press, Washington DC. Piliang, W. G. dan S. Djojosoebagjo. 1990. Fisiologi Nutrisi. Volume I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Ed. John Willey and Sons, New York. Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. Academy Press, San Diego. Rismana, E. 2003. Serat Kitosan Mengikat Lemak. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Farmasi dan Medika. Balai Pusat Penelitian Terpadu, Jakarta. Rose, S. 1997. Principles of Poultry Science. CAB International, Biddles Ltd., Guidford. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Jogyakarta. Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Supadmo. 1997. Pengaruh sumber kitin dan prekursor karnitin serta minyak ikan lemuru terhadap kadar lemak dan kolesterol serta asam lemak omega-3 ayam broiler. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suptijah, P., E. Salamah, H. Sumaryanto, S. Purwaningsih dan Joko Santoso. 1992. Pengaruh berbagai metode isolasi kitin limbah udang terhadap mutunya. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan duckweed (famili Lemnaceae) sebagai pakan serat sumber protein dalam ransum pedaging. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Thamrin, A. 1984. Pengaruh Ransum dan galur ayam terhadap pembentukkan lemak tubuh. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wanasuria, S. 1990. Tepung kepala udang dalam pakan broiler. Poultry Indonesia. No. 122/Th. XI: 19-21. Wikipedia. 2006. Chitin. http://en.wikipedia.org/wiki/Chitin. [29 Maret 2006].
29
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu
Ulangan 1 2 3 Jumlah Rataan
Pemberian Kepala Udang 0 % (R1) 3 % (R2) 6 % (R3) 9 % (R4) 60,58 58,75 56,90 56,23 58,60 56,75 61,91 57,86 60,89 56,89 58,15 55,84 180,06 172,39 176,96 169,93 60,02 57,46 58,99 56,64
Total
699,33
Lampiran 2. Sidik Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Error Total
Db 3 8 11
JK 20,63 21,50 42,12
KT 6,87 2,69
F hitung 2,56
F 0,05 4,07
F 0,01 7,59
Lampiran 3. Hasil Transformasi Lemak Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu
Ulangan 1 2 3 Jumlah Rataan
Pemberian Kepala Udang 0 % (R1) 3 % (R2) 6 % (R3) 9 % (R4) 17,05 14,32 17,09 18,24 14,78 11,32 12,21 11,46 17,98 15,41 19,41 10,49 49,81 41,05 48,70 40,19 16,60 13,68 16,23 13,40
Total
179,75
Lampiran 4. Sidik Ragam (Transformasi) Lemak Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Error Total
Db 3 8 11
JK 25,18 77,09 102,28
KT 8 10
F hitung 0,87
F 0,05 4,07
F0,01 7,59
31
Lampiran 5. Hasil Transformasi Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu Ulangan 1 2 3 Jumlah Rataan Lampiran 6. Sumber Keragaman Perlakuan Error Total Keterangan :
Pemberian Kepala Udang Total 0 % (R1) 3 % (R2) 6 % (R3) 9 % (R4) 5,89 5,85 5,60 5,50 5,86 5,83 5,57 5,41 6,01 5,89 5,48 5,44 17,76 17,57 16,65 16,35 68,33 5,92 5,86 5,55 5,45 Sidik Ragam (Transformasi) Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu Db 3 8 11
JK 0,47 0,003 0,50
KT 0,16 0,0033
F hitung 47,95**
F 0,05 4,07
F 0,01 7,59
**
= berbeda sangat nyata (p<0,01)
Simpangan baku (Sx) = √((Kt(E)/r)) = √((0,003/3)) = 0,03 Lampiran 7. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Kepala Udang terhadap Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu Penentuan JNT (Jarak Nyata Terkecil) dan JNS (Jarak Nyata Student) Jarak JNS,05 JNS,01 JNT,05 JNT,01
2 3,26 4,74 0,11 0,16
3 3,39 5,00 0,11 0,17
4 3,47 5,14 0,12 0,17
Keterangan : JNT = JNS x Sx (Simpangan Baku)
Nilai Selisih antar Rataan Perlakuan R1 R2 R3 R4
X(Rataan) 5,92 5,86 5,55 5,45
X-R4 0,47** 0,41** 0,10tn
X-R3 0,37** 0,31**
X-R2 0,07tn
Keterangan : ** = Sangat nyata tn = Tidak nyata
32
Superskrip untuk Tiap Perlakuan Perlakuan
Rataan
Notasi
R1
5,92
A
R2 R3 R4
5,86 5,55 5,45
A B B
Lampiran 8. Hasil Transformasi Lemak abdominal Ayam Broiler Umur Enam Minggu
Ulangan 1 2 3 Jumlah Rataan
Pemberian Kepala Udang 0 % (R1) 3 % (R2) 6 % (R3) 9 % (R4) 8,74 8,23 5,97 9,78 7,41 6,40 6,92 6,48 9,56 6,89 7,64 5,10 25,71 21,52 20,53 21,35 8,57 7,17 6,84 7,12
Total
89,11
Lampiran 9. Sidik Ragam (Transformasi) Lemak Abdominal Ayam Broiler Umur Enam Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Error Total
Db 3 8 11
JK 5,42 17,12 22,54
KT 1,81 2,14
F hitung 0,84
F 0,05 4,07
F 0,01 7,59
Lampiran 10. Hasil Transformasi Berat Rempela Ayam Broiler Umur Enam Minggu Pemberian Kepala Udang Ulangan 1 2 3 Jumlah Rataan
0 % (R1) 7,80 8,51 7,92 24,23 8,08
3 % (R2) 9,12 6,64 8,65 24,41 8,14
6 % (R3) 9,52 8,50 9,25 27,26 9,09
9 % (R4) 8,18 8,87 8,80 25,84 8,61
Total
101,75
33
Lampiran 11. Sidik Ragam (Transformasi) Berat Rempela Ayam Broiler Umur Enam Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Error Total
Db 3 8 11
JK 2,00 4,60 6,61
KT 0,67 0,58
F hitung 1,16
F 0,05 4,07
F 0,01 7,59
Lampiran 12. Hasil Transformasi Berat Pankreas Ayam Broiler Umur Enam Minggu Pemberian Kepala Udang Ulangan 1 2 3 Jumlah Rataan
0 % (R1) 3,36 3,35 3,06 9,77 3,26
3 % (R2) 3,51 3,02 3,87 10,40 3,47
6 % (R3) 3,25 3,52 3,39 10,15 3,38
9 % (R4) 3,64 3,33 3,89 10,86 3,62
Total
41,19
Lampiran 13. Sidik Ragam (Transformasi) Berat Pankreas Ayam Broiler Umur Enam Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Error Total
Db 3 8 11
JK 0,21 0,62 0,83
KT 0,07 0,08
F hitung 0,91
F 0,05 4,07
F 0,01 7,59
Lampiran 14. Hasil Transformasi Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu Ulangan 1 2 3 Jumlah Rataan
Pemberian Kepala Udang 0 % (R1) 3 % (R2) 6 % (R3) 9 % (R4) Total 21,66 22,37 25,32 24,79 21,34 25,38 23,86 24,53 21,58 25,57 22,79 27,88 64,58 73,32 71,97 77,20 287,07 21,53 24,44 23,99 25,73
34
Lampiran 15. Sidik Ragam (Transformasi) Panjang Usus Halus Broiler Umur Enam Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Error Total
JK
Db 3 8 11
27,87 16,70 44,57
KT 9,29 2,09
F hitung 4,45*
F 0,05 4,07
Ayam
F 0,01 7,59
Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)
Simpangan baku (Sx) = √((Kt(E)/r)) = √((2,09)/3)) = 0,83 Lampiran 16. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Kepala Udang terhadap Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu Penentuan JNT (Jarak Nyata Terkecil) dan JNS (Jarak Nyata Student) Jarak JNS,05 JNS,01 JNT,05 JNT,01
2 3,26 4,74 2,72 3,95
3 3,39 5,00 2,83 4,17
4 3,47 5,14 2,89 4,29
Keterangan : JNT = JNS X Sx
Nilai Selisih antar Rataan Perlakuan R4 R2 R3 R1
X (Rataan) 25.73 24.44 23.99 21.53
X-R1 4.21* 2.91* 2.47tn
X-R3 1.74tn 0.45tn
X-R2 1.29tn
Keterangan : * = Nyata tn = Tidak Nyata
Superskrip untuk Tiap Perlakuan Perlakuan
Rataan
Notasi
R1 R2 R3 R4
21,53 24,44 23,99 25,73
b a ab a
35
Lampiran 17. Hasil Transformasi Panjang Seka Ayam Broiler Umur Enam Minggu Ulangan 1 2 3 Jumlah Rataan
Pemberian Kepala Udang Total 0 % (R1) 3 % (R2) 6 % (R3) 9 % (R4) 8,62 8,58 10,33 9,19 9,19 10,46 9,04 10,24 9,56 9,91 9,34 11,23 27,37 28,96 28,70 30,66 115,68 9,12 9,65 9,57 10,22
Lampiran 18. Sidik Ragam (Transformasi) Panjang Seka Umur Enam Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Error Total
Db 3 8 11
JK 1,83 5,28 7,11
KT 0,61 0,66
F hitung 0,92
F 0,05 4,07
Ayam Broiler
F 0,01 7,59
36