;1
\ss61
Jurnal Peternakan Sriwijaya (JPS)
1
,i
.M*rma
r::as
I
Prodt
Desember 2012
Nonro; Urut
Ayam Broiler dengan Penambahan Enzim Fitase dalam Ransum Eli Saharat, Erfi Raudhatyl dan Febrika Maharanyr Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya 3066?' Ji. Raya Palembang-Praburnulih Km 32, Ogan No. Telepon (071 1) 580029, era_saharamada(@yahoo.co.id
Ilir
ABSTRAK 5..*r*inaan dan daya cerna pakan sangat rnenentukan dalam menentukan kecukupan nutrien ,,*:*:dma tubuh dalam meningkatkan perrumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah memicu .F;han ayam broiler dengan penambahan enzim fitase ke dalam pakan. Penelitian ini s;kan DOC sebanyak 72 ekor, menggunakan rancarlgan acak lengkap (RAL) dengan 6 DOC. Terdapat 5 : 'ian 3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor ayam broiler : d*sis enzim fitase dalam perlakuan yaitu; P0: kotrol tanpa pemberian enzim fitase (RB), .$ * e::zim fitase 500 FTUlkg, P2= Rts + enzim iitase + 600 Fl'U/kg, P3 RB + enzim fitase slTi"kg. P4 RB = 800 FTUlkg dan P5 RB + 900 FTU/kg. Parameter yang diukur adalah ;, raflsum, pertambahan bohot badan serta konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan ry'::berian enzim fitase sampai level 900 FTUlkg ransum menunjukkan rataan yang hampir ;,m::.*dap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum (P>0,05). Namun ,+*sirliiiuhan perlakuan pemberian enzim fitase 900 FTU/kg ransum menunjukkan $,figan nilai peformayang lebih baik dengan angka konversi yangpaling rendah
:
:
:
Enzirn fitase, ransum, peforma, ayam broiier
,' ;q;
memperhatikan kandungan
PE){DAHULUAII{
',:
nutrisi
sangat
yang dikandung pakan. Umuninya tanaman
yang
serealia yang menjadi bagian lormulasi dari
avam. Kecukuoan nutrisi ini
ransum pakan mengandung asam fitat. Daiam
+ertumbuhan pada ayam
*leh I i:leh
zat anti
kecukunan nutrisi
gannya dengan kandungan
Anggorodi { 1995) dinyatakan bahrva dedak
wri,i kemampuan usus dalam menyerap tlikandung pakan tersebut. Ternak
padi mengandung asam fitat yang cukup tinggi -"sangat yaitu 2,42 o , sehingga iliperlukan
buruk dalam mencerna serat
perhitungan yang rnatang dalarn pencampuran
'3,a;*g
.r;t"3r'131
*:,:,+:crnu temak ruminansia, 1:1
llal
ini
laluran pencernaan unggas
;:: Fencerna selulase yang berfungsi \fxirnra serat kasar. Kecuali hal =r:herian
pakan ternak ayam hams
dedak padi kedalam ransunl agar tidak menekan pertumbuhan ayam. Kemungkinan
yang
bisa
saja terjadi pada ayam yaitu
beberapa mineral berv-aiensi-2 seperli Ca, '/n, Fe. N{n dan lain-iain. Laporan
defisiensi
Sumiati (2005) menyatakan bahwa defisiensi Zn banyak terjadi pada ternak yang umumnya
Volume
I Nomor I
Jurnal Peternakan Srilvijal.a (JItS)
mengkonsumsi biji-bijian
dan sel.at kasar
ini
Desember 2012
senada dengan pernyataan Widawati et
al
tinggi dalam jumlah banyak (kecuaii ternak ruminansia). Asam fitat yang terkandung
merupakan bentuk penyimpanan pospor yang
dalam makanan nabati dapat menurunkan
terbesar pada tanaman serealia, pada kondisi
ketersediaan beberapa mineral berv'alensi-2
alami asam f-rtat akan membentuk ikatan baik
Zn, zat besi (Fe), mangan {Mn),
dengan mineral yang berv.alensi clua maupun
kupmm (Cu) dan kalisum (Ca). Ternak (selain
protein menjadi senyawa yang sukar larut
ruminansia) maupun manusia miskin akan
sehingga menyebabkan mineral dan protein
enzim fitase di dalam saluran pencernaallnya.
tidak dapat diserap tubuh dan nilai cernanya
seperti
ini akan menurunkan produktivitas ternak dan terhambatnya sehingga keadaan
pertumbuhan pada temak maupun manusia. Selain adanya asam fitat yang tinggi yang
(2001) yang menyatakan bahwa asam fitat
rnenjadi rendah. IJntuk menekan akibat buruk
dari asam fitat 1.ang terkandung dalam ransum
perlu ditambahkan enzim pencerna asam fitat tersebut sepefti enzim
fitase.
penambahan
terkandung dalam serealia dan leguminosa,
enzim fitase ini ke dalam ransum diduga akan
juga pada umulnnya rendah akan kandungan
mengurangi aktivitas asam fitat dalam saluran
mineral
Zn. National
Researcir Council (NRC
pencernaan, sehingga bahan pakan dapat lebih
1994) memaparkan bahrva kandungan Zn
efisien untuk dicema. Laporan Ravindran er al
dalam jagung kuning, dedak padi (r-ice bran)
{2000) menunjukkan hahwa
dan bungkil kedelai berturut-turut adalah 18,30
enzim fitase sebesar 500-750
dan 49 mg/kg, sementara itu kandungan Zn dalam tepung ikan sebesar 147 mgrkg. Dalam
menghasilkan kecernaan .vang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan dibarvah
keadaan ransum normal. artinya tidak ada
500 FTUlkg. Untuk memicu perrumbuhan
Zn inorganik atau riclak adanya
ayam broiler agar kecernaan dan nutrisi
suplementasi enzim fitase ke dalam ransum.
ransuill terserap secara optilnal dan efisien maka ditambahkan enzim fitase ke dalam
penambahan
defisiensi
Zn
sudah pasti akan terjadi,
nrengingat ransum monogastrik sebagian besar
penambahan
FTUI
ransulTl.
(>80?;) terdiri atas screalia.
Zat anti nutrisi (fitat) sangat mempunyai efek negatif terhadap kecukupan gizi yang diserap oleh ayam karena sifat asam fitat akan
BAHAN DAF{ ]}IETODE Ilelyan Percobaan Penelitian
ini
menggunakan anak ayam
mengikat protein dan rnineral-mincral yang
broiier yang berumur
berguna untuk pernrmbuhan ayam
72 ekor,
broiler. Hal
I
hari (DOC) sebanyak
menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan
6 perlakuan dan 3
:4*xwe I \omor
Jurnal Peternakan Sriwijnya $PS)
1
w,mla*.i. ma-sing-masing ulangan terdiri dari 4
*iani broiler DOC. DOC yang baru .Mg ditimbang babot badannya untuk
i:s**trp
bobot badan awal. diberi label -.
.
.,
iw@ foagian kaki sseara aeale .;,::
sebelum
Dcsembcr 2Bl2
Analisis Dsta
Data dianalisis menggunakan
analisa
k*rag*man dan apabila terdapat perbedaan yang nyafa aniar perlakuan dilanjutkan dengan
uji Duncan {Steel and Torrie, 1993).
n ke dalam masing-masing kandang
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi ransum
Ransum dan P.erlakuan ffia*sum ayam disusun dengan kandungan
kasar l8,97qh dan energi metabolisme
ffi*]"!q Kkal/kg
yang terdiri dari dedak padi,
konsentrat, tepung ikan, premix dan
an
beberapa
taraf bahan aditif
enzim fitase. Penambahan enzim fitase
Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa penambahan enzim fitase dalam ransum memberikan pe-ngaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum ayam broiler (Gambar 1)
*aiasn ransurn dengan cara mencampurkan
Konsumii nnsum {€remhkortn hggu}
it1@ frrase pada dedak padi dan jagung yang ::,:', '
i
air
secukupnya,
lalu diaduk
sampai
t.'E lrPll
,,&ffis,gen, dibiarkan selama 30 menit , setelah
ffi
loP2l l0P3l
dicampurkan dengan bahan lain
lrP4l l@P5l
,:.,*M*ntrat, tepung ikan dan premix), lalu
Rdail Kor€{jm'i PerlqkuAn
hingga homogen.
5 tingkatan dosis enzim fitase perlakuan yaitu; P0: kotrol tanpa :,'.,, ::@erian enzim fitase (RB), Pl: RB * enzim T*rdapat
ifud
i. ..
,,.
5S0 FTUlkg,
f,Tu/kg, P3
a
L,hg. P4
:
P2: RB
* enzim fitase *
RB + enzim fitase
700
: RB + 800 FTU/kg dan P5 : RB
*',fl$,r FTU/kg. Parameter yang diukur adalah ,ffimsffilsi ransum, Pertambahan bobot badan
:ffi
ii0nvefsl fansUm.
ra[€{F|{
Gambar
l.
Rataan konsumsi ransum mingguan selama penelitian
Rataan konsumsi ra.nsum ayam selama penelitian berkisar antara 64A,491
-
gram/ekor/minggu. Konsumsi penelitian
789,721 ransum
ini dalam batasan yang normal
seperti yang diungkapkan
Leeson
and
Summer (2001) bahwa konsumsi ransum
selama 0-49 hari sebesar
728
gram/ekorlminggu. Konsumsi ransum yang senada seperti yang dilaporkan Croswell
Desember 2012
Jurnal Peternakan Sriwijaya (JPS)
Volume I Nomor I
(2003) bahwa konsumsi ransum untuk ayam
ayam broiler sehingga energi yang terserap
ISA Brown adalah 120 gramlekor/hari
serta
sudah memenuhi kebutuhan pokok dari ayam.
gram/ekor/hari.
Leeson and Summers (2001) menyatakan
NRC (1994) yaitu 110
jika faktor managemen sudah dikontrol
Konsumsi ransum pada penelitian ini tennasuk
bahwa
ke clalam range konsumsi normal yaitu sekitar
dengan baik, maka konsumsi
ransum
ini diduga
diantaranya tergantung kepada bangsa (breed)
disebabkan oleh kandungan gizi pakan yang
ayam, temperatur lingkungan, dan kandungan
sama terutama kandungan energi yaitu 3020,19 kkalikg. Ayam akan berhenti makan
energi dari ransum. Disisi lain penambahan
apabila energinya sesuai kebutuhan sehingga
menampakkan pengaruh yang nyata terhadap
semakin tinggi kandungan energi ransum
konsumsi ransum karena ditinjau dari cara
maka konsumsi ransum ayam biasanya akan
kerja enzim fitase untuk mendegradasi asam
sedikit dan begitu juga sebaliknya semakin
fitat yang terkandung dalam ransum diduga
rendah kandungan energi ransum' akan berakibat terhadap konsr-rmsi yang semakin
masih dalam batas ambang Yang
91,50
-
112,82 gram/ekor/hari. Hal
besar. Kecuali
itu
penyebab
samanya
enzim fttase sampai level 900 FTU/kg belum
bisa
ditoleransi ayam sehingga belum memberikan efek yang significan terhadap konsumsi.
ayam yang sangat sedikit serta didukr'rng oleh
In
-qt
Rataan penambahan berat badan masing-
yang menyebabkan ayam kurang sensitif
masing perlakuan secara statistik juga tidak
ruminasia. Amrullah (2003)
IE \!
TEN
dominannya keratin yang melapisi lidah ayam
dibanding
mc
ME
Pengaruh Perlakuan TerhadaP Pertambahan Bobot Badan
disebabkan oleh jumlah taste buds pada lidah
terhadap palatabilitas ransum
fims
ID!
konsumsi ransum antar perlakuan diduga juga
jika
^il
memperlihatkan perbedaan
yang
nyata
untr
k Crnq
menyatakan
(P>0,05). Rataan pertambahan berat badan
ilcfi
ayam
24
pacla semua perlakuan berkisar 225,2A0-
Imt!
jauh lebih kecil dibanding anak sapi yaitu
291,550 gram/ekor/minggu (Gambar 2)'
ftc
25000 buah. Imbangan energi protein dalam
Pembesaran sel atau jaringan dari ayarn broiler
ildm
ransum penelitian lebih besar yaitu 167 dari
seperti yang diharapkan akan ditunjang oleh
$fffr
yang direkomendasikan Amrullah
metabolisme protein yang lancar dan normal'
bahwa jumlah test bud pada lidah
(2003)
al
bahwa imbangan energi protein untuk ayam
Tillman et
1998) menyatakan bahwa
{liilrJilr!
broiler adalah 145. Imbangan energi protein
pertambahan berat badan adalah suatu fungsi
u$qi
dalam penelitian ini kemungkinan berakibat ke
dari
retensi energi yang juga lebih besar terhadap
perkembangan organ-organ tubuh'
(
pertambahan
jumlah sel
dan
of,!r r't-r!
ttl
Volume
-1n
I Nomor I
Jurnal Peternakan Sriwijaya (JPS)
Desember 2012
ransum akan dirobah menjadi nutrisi yang
Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor/minggu)
dapat dicerna dan diserap oleh tubuh dan
ll-i 2aqa67 248"6?
sisanya yang tidak terserap akan diekskresikan
i.ln t]trl
ke dalam feses. Jika energi yang dapat dicerna
200
dirobah menjadi energi metabolis yang dapat
150
;uin
100
rd) -r
dimanfaatkan untuk menghasilkan panas serta
50
rn
energi neto untuk hidup pokok dan kegiatan
0
Rataan Bobot Badan
berproduksi maka perrumbuhan yang diharapkan dari ayam pedaging akan
Pedakuan
[-L!1lr
Gambar
2.
Rata-rata pertambahan bobot badan
:iltm , iqn
yang tidak seragam oleh terjadinya gangguan
senantiasa normal dan sesuai dengan yang
protein yang salah satu adalah asam frtat ransum.
yang
Pertumbuhan
aJfa
disebabkan
:alm
metabolisme
luga 'lisa
penyebabnya
Namun dalam penelitian ini dinilai kandungan nkan
asam
fitat pada
masing-masing perlakuan
masih dalam batas ambang nonnal yang tidak mengganggu terhadap metabolisme, sehingga
penambahan enzim fitase dalam ransum
sampai level 900 FTU/kg ransum belum |trs1ng-
memperlihatkan dampak yang signifikan.
i
Kenyataan
:idak :'.
r ata
ini diperkuat oleh penelitian Augspurger and Baker (2004) bahwa
:rdan
peningkatan pertumbuhan ayam yang
:r.100-
mendapat ransum dengan penambahan enzim
.ri
fitase sampai dengan 1000 FTU,4
2).
::oiler
:.:
oleh
r.,',rmal.
:ahrva
l lirngsi " dan
pakan
belum memperlihatkan pertambahan
berat
Pada penelitian ini ransum
digunakan mengandung energi metabolis sebesar 3020 kkal dan protein kasar 18,970 yang merupakan batas terendah dari ketetapan
SNI
(1997\ dan Direktorat Bina Produksi
(1997) secara berturut-turut adalah (Energi metabolis 2800-3200 kkal/kg dan Protein kasar 18-22%: Energi metabolis 2800-3200 dan Protein kasar l8-23%. Penggunaan energi
dan protein pada batas terendah
ini bertujuan
untuk menekan biaya produksi
yang
digunakan untuk ransum yang mengambil porsi pengeluaran yang sangat besar, sehingga
biaya ransum merupakan hal utama yang paling diperhatikan oleh para peternak untuk dapat diturunkan (Amrullah, 2004). Hal ini
badan yangnyata.
Pertambahan bobot badan yang hampir sama dari penelitian
diharapkan.
ini dinilai juga disebabkan
oleh kemampuan ayam yang hampir
sama
dalam memetabolis ransum dalam tubuh dengan cara nutrisi yang terdapat dalam
sejalan dengan tujuan pemberian enzim fitase dalam ransum yang notabene diharapkan akan
meningkatkan ketersediaan mineral dan gizi
yang dibutuhkan oleh temak
sehingga
walaupun kebutuhan nutrisi yang diberikan
Volume
I
Nomor
Desember 2012
Jurnal Peternakan Sriwijaya (JPS)
1
dibatas minimal standar SNI tapi diharapkan
dengan adanya enzim fitase dalam ransum akan meningkatkan ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Walaupun perbedaan
z,a
pertambahan bobot badan antar perlakuan
1A
hampir sama tapi sudah menunjukkan bahwa
o6
2
1
dari pertambahan bobot badan yang hampir seragam ini mengindikasikan pemberian enzim
0 Rataan Konsumsi Ransum
Perlakuan
Gambar
fitase bermanfaat dalam membantu ketersediaan nutrisi ransum walaupun
3.
Rata-rata konversi ransum
Berdasarkan gambar
3
menunjukkan
menggunakan batas kebutuhan nutrisi ternak
bahwa konversi ransum terbaik diperoleh dari
dengan standar terendah.
penambahan enzim fitase pada
Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Ransum Rataan konversi ransum yang dihasilkan
level
900
FTU&g ransum, walaupun secara statistik memberikan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Angka konversi ransum yang paling
kecil diantara perlakuan ini
(2,294)
ini adalah 2,294-3,328'
memberikan gambaran optimalnya sistem
Rataan konversi ransum ini juga hampir sama
pencernaan ayam broiler ini dalam mengubah
secara secara statistik (P>0,05). Konversi
I
ransum yang hampir sama diduga disebabkan
Semakin
penambahan enzim fitase pada berbagai level
menandakan ayam lebih baik dalam mengubah
dalam penelitian ini jrrga
pakan menjadi daging dan ransum
dalam penelitian
memberikan
gram pakan menjadi
1
gram daging'
kecil angka konversi ransum dapat
pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi
dikatakan baik (Wahju, 1997). Anggorodi
ransum dan peningkatan pertambahan berat
(1995) menyatakan bahwa konversi ransum
badan, seperti diketahui bahwa konversi
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara
ransum adalah perbandingan antara jumlah
lain laju perjalanan ransum dalam saluran pencernaan, bentuk fisik ransum, komposisi ransum dan imbangan zat-zat gizr dalam
pakan yang diberikan dengan
pertambahan
berat badan yang dihasilkan pada satu satuan
waktu,
jadi dengan tidak
adanya perbedaan
ransum. Dalam penelitian ini
dapat
antata konsumsi ransum dan pertambahan
mengindikasikan angka konversi ransum yang
berat badan (P>0,05) maka besar kemungkinan
paling kecil dengan level pemberian enzim
menyebabkan konversinya juga tidak
fitase 900 FTU/kg memperbaiki metabolisme
berbeda.
akan
Volume
| ]lomor
Jurnal Peternakan Sriwija-va (JPS)
I
sehingga nuffien pakan meningkat dan dapat
diserap dengan baik sehingga pakan dapat dirobah menjadi daging secara optimal.
KESIN{PULAN Penambahan enzim fitase pada taraf 500-
900 FTUlkg belum memperbaiki peiorma
n tri
n ik frA
ng
um bah
pat lodi
um Era IIZIN
misi rlam
bpat rang
Pertanian
,Jakar1a.
Lesson S and JD Summer.200l. Nutrition of the chicken Fourth Ed. University Book. Gaelph. Ontario. Canada NRC (National Research Councill. 1994. Nutrient Requerement of Poultry. Ed ke9. Washington, DC:National Academy Press
Ravindran V, S Cabahug, G Ravindran, lVL Bryden and PH Selle. 2000. Response of
Broilers to
hal ini penambahan enzim fitase 900 FTU,&g
Dietary Phytic Acid and Non- Phytate Phosphorus Levels. II. Ilffects on Nutrient Digestibility and Retention. Br.
memperlihatkan hasil yang paling optimal dengan memperlihatkan kecenderungan nilai
konversi yang paling kecil sehingga dosis enzim frtase ini lah yang paling episien dalam merubah pakan mcnjadi daging secara lebih baik.
tm
ng.
Petemakan. Departemen
pakan secara nyata (P>0,05). Namun dalam
)4)
Bh
Desember 2012
DAFTAR PUSTAK.d
lK. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetaakan ke-l. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke -2. Lernlraga I Gu:rung Budi, Bogor Anggorodi R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama. Amrullah
Jakarta
Ar"rgsp;rger NR and DH Baker. 2004. High
Dietary Phytase do not
Pro:ein Utilizaticn in Chicks Fed Phosphorus or Amino Acid-Deficien Diets. Poult Sci. 82:1 100-l 107 Creswell. 2003. Optimum Production and Nutrition of layers. Asian Poul:ry l\4agazine September 2003: l8-20 Direktorat Bina Prodr,rksi. 1997. Kumpulan SNI Ransum. Direktorat Jendral
Microbial Phytase Supplementation as Influenced By
Poult. Sci 41:193-200
Stelt KGD and JH Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia. Jakarta Sumiati. 2005. Rasio ldolar Asam Fttat: Zn Untuk Menentukan Suplementasi Zn Serta Penambahan Enzim Fitase Dalam Ransum Berkadar Asam Fitat Tinggi. Disertasi Sekolah pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Tilman, ADH Hartadi, S Reksohadiprojo, S Prawirokusumo dan S Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak dasar.
Cetakan
ke enam. Gadjah
Mada
University Press, Yogyakarta Wahju J. 1997.Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke ernpat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Widorvati S. D Andriani, EI Riyanti, P Raharto dan L Sukarno. 2001. Karakter Fitase dari Bacillus Coagulans (abstrak). Di dalam: Seminar Hasii Peneliatn Rintisan dan Bioteknologi Tanatnan. Bogor: Bogor. 30-31 Januari 2001. Balai Besar
Penelitian dan
Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Peranian.
nzim [sme
40