CULTURE Vol. 1 No.1 Mei 2014
Kajian Tindak Tutur Performatis Dalam Perspektif Epistimologi Indah Arvianti Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas AKI Jl. Imam Bonjol 15, 16, 17 Semarang 50139 email :
[email protected] Abstract Epistemology is a systemic science as a branch of philosophy about the origin of the science, the means, the method or the way to get it, the validity, and the truth of the science. When we say a word, there is an understanding between speaker and hearer that can be analyzed by ratio, sense, and experience. Both speaker and listener respond one to each other by those means in communication. Speech act analysis as a branch of pragmatics deals with the textual meaning. Before the speaker says speech act, he/she must concern the ratio, sense, and experience to produce a speech that must be understood by his/her partner. On the other hand, the listener also uses all those means to interpret the speech. By using those means both interlocutors share the same knowledge and method to get the understanding, so the communication may run well. Key words : epistemology, pragmatics, performative speech act 1.
rasionalisme, empirisme, rasionalisme,
Pendahuluan Epistemologi adalah pengetahuan
sensisme, dan kririsisme. Epistemologi
sistematik mengenai pengetahuan yang
juga membahas bagaiamana menilai
merupakan
kelebihan
membahas
cabang
filsafat
tentang
yang
dan
kelemahan
suatu
terjadinya
pengetahuan beserta validitasnya bagi
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
pengetahuan (ilmiah), seperti teori ko-
mula pengetahuan, sarana, metode atau
herensi, korespondesi, teori pragmatis,
cara memperoleh pengetahuan, validitas
dan teori performatif.
dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).
Ketika
ada
ujaran
“Punya
Rasio, indra, dan pengalaman, atau
pensil?” yang direspon dengan “Ini,
kombinasi ketiganya merupakan sarana
mbak.”,
mencari pengetahuan yang dimaksud
kesepahaman
dalam epistemologik, sehingga dikenal
mencapai
model-model
rasio dan kepekaan indra untuk dapat
epistemologik
seperti
maka
tampaknya
antar
penutur.
kesepahaman,
terjadi Untuk
dibutuhkan
13
Kajian Tindak Tutur Performatis Dalam Perspektif Epistimologi (Indah Arvianti) memahami makna ujaran
penutur.
Pengalaman empiris keduanya
a.
Nativisme.
juga
Aliran ini mengatakan bahwa
kesepahaman
sumber pengetahuan berasal dari
ujaran antar keduanya. Validitas ujaran
bawaan lahir. Tokoh aliran ini
tersebut dianggap benar ketika
adalah Plato dan Rene Descartes.
mendukung
terjadinya
tutur memberikan respon
mitra
sesuai yang
Palto
mengemukakan
bahwa
diminta penutur. Dalam pembahasan ini
pengetahuan telah dimiliki manusia
penulis
akan
sejak lahir. Apa yang diketahui
contoh
studi
performatis
memberikan kasus
tindak
tutur
manusia setelah lahir merupakan
akan
dikaji
apa yang telah ia kenal sebelum
epistimologi
dalam
dilahirkan.
yang
menggunakan
beberapa
Sedangkan mengatakan
Rene
analisisnya untuk mengetahui makna
Descartes
bahwa
tuturan tersebut.
manusia memperoleh pengetahuan yang benar dengan rasio atau akal. b. Empirisme.
2. Landasan Teori Epistimologi yang berasal dari
Empirisme
merupakan
aliran
kata ‘episteme’ yang berarti pengetahuan
yang mengatakan bahwa empiri atau
dan ‘logos’ yang berarti penyelidikan
pengalamalah
tentang, merupakan cabang filsafat yang
sumber
membahas
tentang)
yang
merupakan
pengetahuan,
baik
pengalaman
lahiriah
yang
epistimologi
menyangkut
dunia
menyelidiki asal mula, susunan, metode,
pengalaman
batiniah
dan validitas pengetahuan (Mulyono,
menyangkut pribadi manusia. Tokoh
2008 : 31).
aliran ini adalah Francis Bacon,
tentang
pengetahuan.
(teori
Sehingga
maupun yang
Thomas Hobbes, dan John Locke. 2.1 Asal Mula Pengetahuan Dalam Mulyono (2008:31-32) terdapat
beberapa
aliran
yang
mengemukakan teori mengenai sumber pengetahuan. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 14
2.2
Sarana
Untuk
Memperoleh
Pengetahuan. a. Rasionalisme. Dalam Kebudayaan
buku Barat
Sejarah dan
CULTURE Vol. 1 No.1 Mei 2014 Perkembangan Pemikiran Modern
indra.
karangan
Thomas Hobbes dan David Hume (
Hamid
Mulyono
Abdullah
(1985:69),
rasionalisme adalah berpandangan
dan aliran
aliran yang
bahwa
Tokoh
aliran
ini
adalah
Mulyono, 2008:33). c. Kritisisme
sumber
Aliran ini memberikan jalan
pengetahuan yang mencukupi dan
tengah
dapat dipercaya adalah „rasio‟ atau
sensisme. Menurut Immanuel Kant,
akal. Pengetahuan yang diperoleh
seorang filsuf besar jaman modern,
melalui akal dianggap memenuhi
sarana
syarat sifat umum dan perlu mutlak
bukan hanya rasio saja atau indra
seperti ang diinginkan oleh semua
saja, namun merupakan gabungan
ilmu. Karena terlalu percaya pada
antar keduanya. Keduanya bekerja
rasio,
sama
maka
panca
sering
indra,
mengabaikan
yang
antara
dan
rasionalisme
sumber
untuk
dan
pengetahuan
menghasilkan
dianggap
pengetahuan yang mempunyai unsur
menyesatkan. Menurut aliran ini,
isi (berasal dari penginderaan) dan
indra, yang salah satu hasilnya adalah
bentuk (berasal dari rasio) (Mulyono,
pengalaman hanya dipakai untuk
2008:34).
meneguhkan pengetahuan yang telah diperoleh rasio. Peletak dasar aliran ini adalah Rene Descartes yang dijuluki
„bapak
filsafat
2.3
Metode
Untuk
Memperoleh
Pengetahuan
modern‟.
Dalam
kegiatan
penelitian
Menurut Descartes, hanya rasio saja
bahasa, dibutuhkan beberapa metode
yang
untuk
dapat
memperoleh
membawa
orang
pengetahuan
yang
mutlak (Mulyono, 2008:32). b. Sensisme
memecahkan
masalah
dari
temuan yang kita dapatkan. Tahap-tahap tersebut adalah tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian
Aliran ini mengatakan bahwa
hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5–
sense atau indra merupakan sarana
8). Pada tahap penyediaan data, penulis
yang
menggunakan
tepat
untuk
memperoleh
metode
untuk
pengetahuan. Akal hanya mengolah
memperoleh data dengan cara menyimak
bahan-bahan yang diperoleh dengan
ujaran-ujaran di lingkungan kerja penulis 15
Kajian Tindak Tutur Performatis Dalam Perspektif Epistimologi (Indah Arvianti) yaitu antara penulis dengan rekan kerja
dengan
atau dengan mahasiswa di Universitas
sebelumnya
AKI
dianggap benar.
Semarang.
Teknik
selanjutnya
adalah teknik catat dengan mencatat
pengetahuan-pengetahuan yang
secara
umum
b. Teori Korespondensi.
semua data yang diperlukan. Pada
Pengetahuan dianggap benar jika
metode
terdapat bukti-bukti pendukungnya.
analisis
data,
penulis
menggunakan metode padan karena alat
c. Teori Pragmatis.
penentunya di luar, terlepas, dan tidak
Menurut teori ini, kebenaran suatu
menjadi bagian dari bahasa (langue)
pengetahuan
(Sudaryanto, 1993:13). Pada karangan
pengetahuan itu dalam kehidupan
ini yang menjadi alat penentunya adalah
praktis.Jika mendatangkan kegunaan
mitra
praktis
wicara.
metode
Selain
padan,
menggunakan
peneliti
juga
menggunakan metode agih, yaitu alat
diukur
dalam
dari
fungsi
kehidupan,
maka
pengetahuan dianggap benar. d. Teori Performatis.
penentunya adalah bagian dari bahasa
Suatu pengetahuan atau informasi
yang
dianggap
bersangkutan
(Sudaryanto,
benar atau
jika
dengan
1993:15), karena alat penentunya adalah
pengetahuan
informasi
kenyataan yang diacu oleh bahasa.
tercipta suatu realitas baru. Jika dari
Tahap analisis data dilakukan dengan
pernyataan
metode informal yaitu merumuskan hasil
sebagaiman
analisis dengan kata-kata biasa.
pernyataan itu, maka pernyataan itu
tercipta diungkapkan
itu
realitas oleh
dianggap benar. 2.4 Validitas Pengetahuan Agar
pengetahuan
dianggap
sahih, maka perlu dibuktikan dengan teori-teori (Mulyono,
kebenaran
yang
2008:35-36).
2.5 Makna dalam Aliran Linguistik Abad XX
berbeda
Istilah makna telah dikemukan
Teori-teori
oleh Ferdinand de Saussure. Menurutnya
tersebut diantaranya :
setiap tanda atau tanda linguistik (signe
a . Teori Koherensi.
atau signe linguistique) terbentuk oleh
16
Suatu pengetahuan dianggap benar
dua komponen yaitu signifiant dan
jika bersifat runtut atau konsisten
signifie. Signifiant adalah citra bunyi
CULTURE Vol. 1 No.1 Mei 2014 atau
kesan
psikologis
bunyi
yang
signifiant sama dengan bunyi bahasa
muncul dalam minda kita. Sementara itu
dengan
urutan-urutan
fonemnya.
signifie adalah pemahaman atau kesan
Hubungan
keduanya
merupakan
makna yang ada dalam minda kita. Ada
kesatuan yang tidak terpisahkan dan
yang menyamakan signe dengan kata,
dapat dijelaskan lebih lanjut dengan
signifie disamakan dengan makna, dan
bagan di bawah ini.
Signifie ( makna ) pohon Signe linguistique ( kata ) wit Signifiant ( bentuk ) / w, i, t /
Kata dalam bahasa Jawa wit yang
„dataran
pengungkapan‟
mempunyai arti „pohon‟ mengacu pada
Analisis isi harus dilepaskan dari kriteria
sebuah acuan, yaitu sebuah pohon (
ekstra linguistik, sedangkankan analisis
Chaer, 1994 : 348 ).
pengungkapan
harus
(fonologi).
terlepas
dari
Hjelmslev sebagai tokoh aliran
kriteria fonetik. Kedua dataran ini
glosematik mendapat pengaruh dari
masing-masing dapat dianalisis menjadi
Saussure yang tampak pada pemilihan
bagian terkecil. Misalnya kata mare
expression-form dan content-form yang
menjadi /m/, /ɛ/, /ə/, atau m,a,r,e pada
merupakan bagian dari sign function.
dataran pengungkapan. Sedangkan pada
Hjelmslev menggunakan istilah substans
dataran isi mare dapat dipecah menjadi
dan meaning atau purport yang dalam
„kuda‟,
kajian
dan
dataran ini terpisah dan tidak ada
substance (Samsuri, 1988 : 42). Robins
hubungan yang terkait antara fonem atau
(1995 : 282) menambahkan bahwa
huruf dengan unsur isinya.
Saussure
disebut
form
segala bentuk dipertentangkan dengan dalam
„dataran
„tunggal‟.
Kedua
Kajian mengenai makna juga
isi‟
diungkapkan oleh J.R. Firth di Inggris
(semantik dan tata bahasa) dan di dalam
dan sekelompok pakar linguistik yang
substansi
di
„betina‟,
17
Kajian Tindak Tutur Performatis Dalam Perspektif Epistimologi (Indah Arvianti) bekerjasama dengannya di Universitas
dihubungkan,
selama
London
mensyaratkan
pengalaman
pada
Perhatian
tahun
Firth
1940-1950an.
terutama
kajian fonologi pada satu
mengenai
cara
makna (Samsuri,
1988 : 65).
pihak dan
Untuk menyatakan makna, suatu
(Robins,
sistem dan struktur dipelajari dalam
1995:309). Pandangan Firth mengenai
berbagai tataran analisis dalam konteks
semantik
situasi. Tataran seperti fonetik dan
semantik
di
pihak
lain
dipengaruhi
Malinowski
tentang
oleh makna
gagasan
fonemik
atau
bahasa yang disebut „konteks situasi‟.
tataran
makna,
Menurut Malinowski, makna tuturan itu
menunjukkan makna atau fungsi yang
dipahami
berbeda
berdasarkan
dalam
konteks
fonologi
berdasarkan
merupakan
dimana
(1)
bunyi
tempatnya
situasinya. Penerjemahan suatu makna
terjadi dan (2) kontras yang ditunjukkan
tidak dapat dibatasi sebagai sebuah kata
dengan bunyi yang dapat terjadi di
tunggal namun harus dikaji sebagai
tempat yang sama. Pada tataran leksikal,
kalimat dengan unit kebahasaan yang
makna kata dapat ditunjukkan tidak
lengkap karena fakta bahasa yang real
hanya dalam pengertian referensial,
adalah tuturan utuh dalam kandungan
tetapi juga dapat dipertimbangkan dalam
situasinya (Samsuri, 1988:61).
lingkup
Firth
misalnya
kata
istilah
April yang dikolokasi dengan kata fool
konteks situasi milik Malinowski dan
sehingga menjadi April Fool. Tataran
menggunakan kajian paradigmatik dan
ketiga yaitu tata bahasa yang dapat
sintakmatik
untuk
dipilah menjadi morfologi dan sintaksis.
memerikan makna. Menurut Firth, objek
Dalam tataran morfologi ini dapat dilihat
yang dikaji dalam linguistik adalah
paradigma untuk kata dengan tetap
pemakaian bahasa secara aktual dalam
mensyaratkan makna dalam paradigma
bentuk tuturan antar anggota masyarakat
itu. Sedangkan dalam tataran sintaksis,
sebagai salah satu bentuk kehidupan
terdapat hubungan sintagmatik antara
manusia. Tujuan kajian ini adalah
kategori gramatikal. Tataran keempat
menggambarkan aspek makna bahasa
adalah situasi yang sangat dekat dengan
dengan
tataran makna (Samsuri, 1988: 66–68).
linguistik 18
menggunakan
kolokasinya,
yang
suatu dan
cara
bertujuan
sehingga
unsur
nonlinguistik
dapat
CULTURE Vol. 1 No.1 Mei 2014 2.6 Makna dalam Kajian Semantik
korespondensi, (2) teori kontekstual, (3)
Istilah tentang makna merupakan
teori mentalisme atau konseptual, dan
istilah yang taksa dalam teori tentang
(4) teori formalisme (2004:46-48). Teori
makna. Odgen dan Richard menyatakan
referensial adalah teori seperti yang
16 definisi yang berbeda mengenai
dikemukakan oleh Odgen dan Richard
makna. Banyak unsur lain selain kata
dengan
seperti morfem yang juga mempunyai
menyatakan
makna. Untuk mempersempit istilah
hubungan antara referent berupa kata,
makna, maka J.R. Firth mengusulkan
frase, atau kalimat dan reference yaitu
agar makna atau fungsi dipecah menjadi
objek di luar bahasa. Teori mentalisme
sejumlah
dikemukakan
fungsi
memegang
komponen
peranan
yang
segitiga
maknanya
bahwa
yang
makna
pertama
adalah
kali
oleh
masing-masing
Saussure. Dia membedakan studi bahasa
dalam keseluruhan makna ujaran. Hal
secara sinkronis dan menghubungkan
tersebut dipertegas oleh ujaran Firth
bentuk bahasa lahiriah (la parole)
sebagai berikut :
dengan
“Saya usul supaya makna atau fungsi itu dipecah menjadi sejumlah fungsi komponen. Tiap fungsi dianggap sebagai penggunaan sesuatu bentuk atau unsur bahasa dalam hubungan dengan sesuatu konteks. Dengan demikian makna itu harus dianggap sebagai paduan dari hubunganhubungan yang bersifat kontekstual, dan fonetik, tata bahasa, leksikografi dan semantik masingmasing menangani komponen paduannya sendiri dalam konteks” ( Ullmann dalam Sumarsono, 2007 : 66 ).
konsep
penuturnya
(la
atau
citra
langue).
mental
Teori
ini
bertentangan dengan teori referensial karena terdapat istilah „kuda terbang‟ atau „pegasus‟ yang terdapat pada citra mental penuturnya, namun secara real atau
reference
kontekstual
tidak
adalah
ada.
Teori
teori
yang
dikemukakan oleh J.R. Firth tentang konteks situasi dalam analisis makna. Makna
suatu
lingkungan
kata
kultural
terikat dan
pada
ekologis
pemakai bahasa tertentu. Teori ini juga sejalan dengan pendapat antropolog Malinowski dan hipotesis Sapir – Whorf.
Menurut Parera, teori makna dibedakan atas (1) Teori referensial atau
Teori ini mengatakan bahwa suatu kata atau
simbol
ujaran
menjadi
tidak 19
Kajian Tindak Tutur Performatis Dalam Perspektif Epistimologi (Indah Arvianti) bermakna
jika
dilepaskan
dari
tindak tuturnya adalah direktif yaitu
konteksnya. Sedangkan teori formalisme
membuat
yang dikembangkan oleh filsuf Jerman
mahasiswanya untuk melakukan sesuatu
yaitu Wittgenstein berpendapat bahwa
yang si dosen minta dengan mematikan
kata
AC.
tidak
mungkin
dipakai
dan
mitra
Pada
aspek
tuturnya
atau
kegiatan,
terjadi
bermakna untuk semua konteks karena
interaksi berbahasa antara penutur dan
konteks selalu berubah dari waktu ke
mitra
waktu.
menghasilkan ujaran yang kemudian
tutur,
direspon melakukan
2.7 Tindak Tutur Performatif Ujaran “ Dingin ya”, jika ujaran itu
digunakan
mitra
suatu
penutur
tutur tindakan
dengan yaitu
mematikan AC.
memberi
Dari contoh pengalaman seperti
diparafrase
di atas , maka J.L. Austin (dalam Yule,
menjadi “ Saya memberitahukan kepada
1996 : 47) menggunakan rasio dan indra
anda bahwa udaranya dingin”. Namun
pemahamannya
jika
pengetahuan
informasi,
sekedar
oleh
dimana
maka
dapat
fungsinya
untuk
menghasilkan
adalah
suatu
maka
ujaran
ketika menyadari bahwa suatu ujaran
tersebut dapat diparafrase menjadi “
mempunyai maksud yang berbeda jika
Saya menyuruh kamu untuk mematikan
digunakan dalam konteks yang berbeda
AC”. Untuk mengetahui fungsi tindak
pula. Pengetahuan inilah yang disebut
tutur,
“tindak tutur performatif”.
perintah/permohonan,
antara penutur dan mitra tutur
perlu mempertimbangkan konteks. Jika settingnya
tindak
tutur
Menurut Austin dalam Thomas,
bahwa
(1985:49) dalam memproduksi ujaran,
tempat/kondisi pada waktu itu hujan
penutur melakukan 3 tindak secara
deras sementara AC menyala, maka
bersamaan yaitu tindak lokusi, tindak
fungsi
merupakan
ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak
permohonan untuk mematikan AC. Dari
lokusi adalah ujaran aktual penutur.
sisi relasi, jika yang mengujarkan tuturan
Tindak ilokusi yaitu makna dibalik
itu
tindak ujaran aktual penutur. Tindak
tindak
adalah
menunjukkan
mengenai
tuturnya
seorang
dosen
yang
mempunyai hubungan kedinasan lebih
perlokusi
tinggi, maka dimungkinkan juga fungsi
menimbulkan suatu efek terhadap mitra
20
adalah
tindak
yang
CULTURE Vol. 1 No.1 Mei 2014 tutur. Searl dalam Levinson (1991:240)
konteks dalam bukunya The Silent
mengemukakan 5 macam tindak ilokusi
Language ( 1959) dan The Hidden
yaitu, (1) tindak representatif, (2) tindak
Dimension
direktif, (3) tindak komisif, (4) tindak
pengalaman yang memunculkan kalimat
ekspresif, dan (5) tindak deklaratif.
„Wall have ears’ atau ‘Time is money’
Tindak representatif adalah tindak yang
menyebabkan Hall menggunakan rasio
menunjukkan kebenaran atas apa yang
dan indranya untuk menghasilkan suatu
diujarkan penutur. Contohnya adalah
ilmu yang mengungkapkan
menyatakan,
mendeskripsikan,
informasi, konteks, dan makna tidak
melaporkan,
menunjukkan,
dapat
(1966).
dipisahkan
Dari
dan
contoh
bahwa
ketiganya
menyimpulkan. Tindak direktif adalah
berhubungan secara dinamis. Untuk
tindak penutur yang menyebabkan mitra
menciptakan suatu konteks, maka ada 3
tutur
misalnya
ciri yang harus terpenuhi, yaitu setting
memohon,
(mencakup waktu dan tempat situasi itu
meminta. Tindak komisif adalah tindak
terjadi), kegiatan (semua tingkah laku
penutur
dalam
yang terjadi dalam interaksi berbahasa,
melaksanakan apa yang diujarkannya.
contohnya adalah bahasa itu sendiri.
Berjanji,
mengancam,
Selain bahasa, kegiatan juga mencakup
bersumpah
merupakan
melakukan
sesuatu,
menyuruh, memerintah,
untuk
komit
menolak, contoh
dari
interaksi nonverbal
antar penutur,
tindak komisif. Tindak ekspresif adalah
kesan, perasaan, tanggapan, dan persepsi
tindak yang mengekspresikan sesuatu.
para penutur), dan relasi
Contoh tindak ini adalah memuji, terima
antar penutur dan mitra tutur). Jika
kasih,
terdapat
interaksi
tersebur,
maka
mengeluh,
deklaratif
adalah
mengakibatkan seseorang.
membenci. Tindak tindak
yang
berubahnya
status
Memutuskan,
contoh tindak deklaratif.
terjadilah
hal
konteks
(Parera, 2004 : 227 – 228).
3.
Pembahasan. Pada pembahasan ini penulis
seorang
memberikan beberapa contoh tindak
bahwa
tutur dengan menyimak penggunaan
terdapat hubungan antara informasi dan
bahasa yang terjadi di lingkungan kerja
antropolog,
T.
ketiga
melarang,
membatalkan, mengizinkan merupakan
Edward
antar
(hubungan
Hall,
mengemukakan
21
Kajian Tindak Tutur Performatis Dalam Perspektif Epistimologi (Indah Arvianti) penulis yaitu di Universitas AKI, dimana
relasi antara A dan B adalah hubungan
konversasi tersebut terjadi antar penutur
kedinasan, dimana A adalah seorang
( yaitu penulis sendiri ) dan mitra tutur (
dosen, sementara B adalah Sekretaris
yaitu rekan kerja maupun mahasiswa ).
Fakultas Bahasa dan Sastra Inggris
Kajian epistimologi
digunakan untuk
Unaki. Bila dosen membutuhkan alat
mengungkapkan bagaimana cara penutur
tulis, maka dia akan meminta kepada
dan mitra tutur untuk memahami ujaran
sekretaris. Hal inilah yang dilakukan A
berdasarkan pengalaman empiris yang
terhadap B. Berdasarkan pengalaman
mereka punyai serta mencari validitas
empiris
pengetahuan ujaran tersebut.
Teori
sekretaris pasti mempunyai alat tulis
tindak tutur performatis dan pelibatan
lengkap. Oleh karena itulah ketika A
konteks juga akan digunakan untuk
tidak
mengetahui makna tuturan. Pembahasan
menanyakan itu kepada B. Dari tindak
tersebut akan penulis jelaskan pada
lokusinya, sepertinya itu merupakan
uraian berikut.
pertanyaan, karena bentuk kalimatnya
(1) A : Mbak punya pensil?
yang
punya
pensil,
maka
diparafrase,
seorang
maka
dia
menjadi,
“Saya
tersebut
bertanya kepada anda apakah anda
adalah ruang dosen dimana penutur dan
punya pensil?” Jika itu adalah suatu
mitra tutur berada. Pada saat itu, penutur
pertanyaan,
(A)
perkerjaan
jawabannya adalah “Ya” atau “Tidak”.
mahasiswa, setelah pelaksanaan ujian
Namun ternyata respon dari mitra tutur
akhir semester. Di atas meja A terdapat
adalah “Ini”, diikuti oleh tindakan B
banyak kertas-kertas hasil pekerjaan
yang memberikan pensil kepada A. Hal
mahasiswa. Karena A akan mengoreksi
ini
hasil pekerjaan mahasiswa, maka dia
menggunakan
membutuhkan alat yaitu pensil sebagai
untuk dapat menginterpretasikan ujaran
sarana.
tidak
A sebagai suatu permintaan, sehingga
kotak
ujaran A menciptakan realitas baru
pensilnya, maka A mengujarkan “Mbak
menjadi “ Saya meminta anda untuk
punya pensil” kepada B. Hubungan
memberi
sedang
mengoreksi
Namun
menemukan
22
konversasi
A,
adalah kalimat tanya. Sehingga jika
B : Ini. Setting
dimiliki
karena
pensil
dia
dalam
maka
seharusnya
memunjukkan
saya
rasio
bahwa dan
pensil”.
B
indranya
Ujaran
A
CULTURE Vol. 1 No.1 Mei 2014 memberikan efek terhadap B sehingga B
oleh B. Karena A bermaksud akan
melakukan
A.
menggunakan komputer tersebut, maka
yang
A mengujarkan “Pak ijik suwi?” (Pak
apa
Pengalaman memahami
yang
diminta
empiris
B
bahwa
terdapat
masih lama?).
Dari tindak lokusinya,
kecenderungan permintaan diungkapkan
ujaran tersebut dapat diparafrase menjadi
secara
“Saya bertanya apakah anda masih lama
tidak
langsung
juga
komputer?”
Jika
itu
mendukungnya dalam memahami ujaran
menggunakan
A. Pengetahuan atau informasi ujaran
adalah tindak bertanya, maka seharusnya
oleh A yang tampak seperti pertanyaan,
responnya adalah “Yo” (ya) atau “Ora”
menciptakan suatu realitas baru yaitu
(tidak). Namun ternyata respon B adalah
bahwa
diasumsikan
Yo wis nyoh nggo‟o” (ya sudah pakai
sebagai permintaan. Informasi tersebut
saja). Dari respon tersebut tampaknya B
adalah benar dengan dibuktikan oleh
menggunakan
respon mitra tutur dengan memenuhi
untuk memahami bahwa ujaran A bukan
permintaan penutur.
sekedar pertanyaan, namun merupakan
ujaran
tersebut
(2). A: Pak ijik suwi?
rasio
indranya
permohonan. Sehingga realitas baru
(Pak masih lama?)
dari kalimat tersebut
B : Yo wis nyoh, nggo‟o. (Ya
memohon
sudah, pakai saja)
anda
berupa “ Saya untuk
berhenti
menggunakan komputer, karena saya
Konteks situasi yang melingkupi ujaran tersebut terjadi
dan
dengan setting
akan
memakainya”.
Pengalaman
empiris B yang mengetahui bahwa A
ruang dosen. Di ruang dosen terdapat
sering
komputer yang dapat digunakan bersama
mengakibatkan B memahami ujaran A
oleh para dosen. Sebelum konversasi
sebagai suatu permohonan. Hal ini
tersebut terjadi, A telah menggunakan
dipertegas dengan tindakan B yang
komputer selama beberapa saat. Namun
dengan segera menutup filenya dan
karena A harus mengajar, maka kegiatan
beranjak dari tempat duduknya agar A
tersebut terhenti. Ketika A telah selesai
dapat menggunakan komputer. Tindakan
mengajar
melanjutkan
B ini merupakan akibat dari realitas
ternyata
baru suatu ujaran yang dilakukan oleh
komputer tersebut sedang digunakan
A. Pengetahuan atau informasi ujaran A
dan
menggunakan
akan komputer,
menggunakan
komputer
23
Kajian Tindak Tutur Performatis Dalam Perspektif Epistimologi (Indah Arvianti) berupa permohonan dianggap benar
atau
karena didukung oleh respon B yang
mengingatnya”.
memenuhi permohonan A.
dengan
(3) A
:
Ingat
kesepakatan
kita
sebelumnya.
Setting
terjadinya
Tidak,
saya Namun
menggunakan
tidak
mau
ternyata
B
rasio
dan
indranya memahami bahwa ujaran A bukan
B : Wah, jangan bu
“
sekedar
perintah
untuk
mengingat, namun berupa ancaman. konversasi
Ujaran A menciptakan realitas baru
tersebut adalah di dalam kelas. Di awal
berupa “ Saya mengancam anda untuk
perkuliahan A
sebagai dosen telah
tidak meluluskan anda pada mata kuliah
memberitahukan bahwa tiap mahasiswa
ini sesuai kesepakatan kita sebelumnya
harus melakukan presentasi sebagai
di awal perkuliahan”. Relasi hubungan
salah satu syarat mendapatkan nilai
antara
akhir. Jika mereka tidak melakukan
kedinasan antara dosen dan mahasiswa.
presentasi, maka nilai akhir tidak akan
Pada hubungan ini A yang mempunyai
keluar karena salah satu syarat penilaian
kedudukan
yaitu
peluang besar untuk melakukan tindak
presentasi
tidak
terpenuhi.
keduanya
lebih
adalah
tinggi
mempunyai
Sehingga telah terjadi kesepakatan antar
mengancam
A dan B (salah satu mahasiswa)
mempunyai kedudukan lebih rendah.
sebelumnya. Pada saat itu ada salah satu
Pengalaman empiris A mengatakan
mahasiswa yang seharusnya presentasi,
bahwa seorang dosen mempunyai kuasa
namun tidak siap karena belum membuat
untuk tidak meluluskan mahasiswanya,
power point materinya. Karena itulah
sehingga memungkinkan dirinya untuk
maka A mengujarkan “Ingat kesepakatan
melakukan
tindak
kita sebelumnya”. Dari tindak lokusinya,
Sedangkan
pengalaman
kalimat tersebut merupakan kalimat
menunjukkan bahwa sebagai seorang
imperatif berupa perintah akan suatu hal
mahasiswa berpeluang untuk tidak lulus
yaitu “Saya memerintahkan anda untuk
jika tidak mengikuti perintah dosennya.
mengingat
kita
Hal inilah yang menimbulkan rasa takut
sebelumnya”. Jika itu hanya dipandang
mahasiswa jika dirinya tidak lulus mata
sebagai
kuliah
perintah,
kesepakatan
maka
seharusnya
responnya adalah “Ya akan saya ingat” 24
terhadap
hubungan
tersebut.
B
yang
mengancam. empiris
Pengetahuan
B
atau
informasi ujaran A berupa realitas baru
CULTURE Vol. 1 No.1 Mei 2014 yang berbentuk ancaman merupakan
helm”. Jika ujaran tersebut disikapi
suatu kebenaran ketika B merasa takut
sebagai pernyataan saja, maka responnya
untuk tidak lulus karena efek dari
adalah “Ya ada helm”. Tetapi B dengan
ancaman itu.
menggunakan rasio dan indranya dapat
(4). A : Pak ada helm kan.
menyikapi bahwa ujaran tersebut bukan
B : OK bu I will take you home.
sekedar pernyataan, namun merupakan
(Baik bu, saya antar pulang)
permohonan. Sehingga ujaran tersebut
Konversasi terjadi antar teman
menciptakan realitas baru
menjadi
yaitu sesama dosen. Setting terjadi di
“Saya
ruang dosen. A
mengantarkan saya pulang karena ada
pada hari itu harus
memohon
bapak
untuk
karena
helm”. Ujaran ini mengakibatkan B
suaminya tidak dapat mengantarkan
melakukan apa yang diinginkan A
dirinya
dengan mengantarkannya pulang. Hal ini
pulang
ke
rumah
pulang.
sendiri
Pada
saat
yang
bersamaan B juga akan pulang ke
diperjelas
rumah. Dari pengalaman empiris, jika
mengatakan “OK bu I will take you
A dan B kebetulan pulang pada waktu
home” (Baik bu, saya antar pulang).
yang bersamaan, biasanya
B akan
Relasi antara penutur yang akrab juga
mengantarkan A pulang ke rumahnya.
mengakibatkan A tidak sungkan untuk
Karena sering terjadi hal itu, maka B
memohon sesuatu pada B karena adanya
meletakkan helm cadangan di kantor,
konteks seperti di atas. Pengetahuan atau
sebagai persiapan jika suatu saat B dapat
informasi permohonan A dianggap benar
mengantarkan A pulang ke rumah. Pada
ketika B memenuhi permohonan itu.
saat
konversasi
itu
berlangsung
dengan
respon
B : Ya pak silakan.
saat
Keduanya
bersamaan.
Ketika
yang
(5). A : Wah bu kelihatannya enak.
kebetulan A dan B hendak pulang pada yang
B
A
adalah
dosen
dan
mengujarkan “ Pak ada helm kan”,
konversasi terjadi di ruang dosen pada
tampaknya itu hanya berupa menyatakan
saat waktunya makan siang. Keduanya
karena jenis kalimatnya adalah kalimat
sedang
berita. Jika dilihat dari tindak lokusinya
mengajar. A tidak membawa bekal
ujaran
makan siang, sementara B
tersebut
menjadi
“Saya
menyatakan kepada bapak bahwa ada
beristirahan
setelah
selesai
baru saja
membeli beberapa makanan kecil dari 25
Kajian Tindak Tutur Performatis Dalam Perspektif Epistimologi (Indah Arvianti) kantin. Mereka duduk di meja yang
empiris
sama dan saling berhadapan. Ketika B
permohonan dapat diungkapkan secara
membuka makanan yang baru saja
tidak langsung sehingga ia memahami
dibelinya, A mengujarkan “Wah bu
ujaran
kelihatannya enak”. Jenis kalimat berita
Pengetahuan atau informasi A berupa
tersebut
permohonan
seharusnya
pernyataan, menjadi
menunjukkan
sehingga
“Saya
kalimatnya
menyatakan
bahwa
B
mengatakan
B
sebagai
bahwa
permohonan.
secara
tidak
langsung
dianggap benar ketika B memenuhi keinginannya.
makanan itu kelihatannya enak”. Namun ujaran tersebut dipahami B sebagai suatu
4. Simpulan.
permohonan dalam memahami ujaran B.
Berdasarkan hasil pembahasan,
Realitas baru ujaran tersebut adalah
dapat
“Saya memohon anda untuk berbagi
menggunakan pengalaman empiris serta
makanan itu karena kelihatannya enak”.
rasio
dan
indranya
Ujaran
memahami
ujaran
B
menunjukkan
menggunakan
rasio
bahwa
dan
ia
indranya
disimpulkan
Pengetahuan
atau
bahwa
penutur
untuk
suatu
dapat
seseorang. informasi
untuk memenuhi permohonan A ketika
dianggap benar ketika respon yang
respon
adalah
diberikan mitra tutur sesuai dengan yang
mempersilakan A untuk mengambil
diinginkan penutur. Respon yang benar
makanan tersebut. Relasi yang terjadi
terjadi
antara A dan B adalah sesama dosen
konteks terjadinya tuturan tersebut. Jika
yang
akrab.
tidak ada kesepahaman konteks antar
Pengalaman empiris A menunjukkan
keduanya, maka respon tidak akan sesuai
bahwa karena hubungan keduanya akrab
dengan yang diinginkan penutur. Dari
maka
hasil
yang
mempunyai
diberikan
hubungan
dimungkinkan
ia
melakukan
jika
tersebut
keduanya
jelaslah
memahami
bahwa
permohonan. Jika mereka tidak akrab
pengalaman empiris serta penggunaan
kecil kemungkinan A akan mengujarkan
rasio dan indra sangat diperlukan dalam
permohonan dan lebih baik menunggu
memahami ujaran seseorang.
untuk ditawari. Dari sisi pengalaman
26
CULTURE Vol. 1 No.1 Mei 2014
Daftar Pustaka Abdullah, Hamid dan Mulyono. 1985. Sejarah Kebudayaan Barat dan Perkembangan Pemikiran Modern. Semarang : badan Penerbit Undip Semarang.
Ullmann, Stephen dalam Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford : Oxford University Press.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge : Cambridge University Press. Mulyono. Pengantar Filsafat Sistematik. 2008. Semarang : Fakultas Sastra Universitas Diponegoro. Parera, J.D. 2004. Semantik. Jakarta : Penerbit Erlangga. Robins, R.H. 1995. Sejarah Singkat Linguistik. Edisi Ketiga. Bandung : Penerbit ITB Bandung. Samsuri. 1988. Berbagai Aliran linguistik Abad XX. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta : Duta Wacana University Press. Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction : an Introduction to Pragmatics. New York : Addison Wesley Longman Publishing. 27