BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAHAN KABUPATEN BLITAR Jl.SEMERU NO 40 BLITAR Telp (0342) 808165/Fax (0342) 806275
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS
TAHUN ANGGARAN 2015
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
DAFTAR ISI
1.1.
UMUM
1
1.2.
LATAR BELAKANG
2
1.3.
MAKSUD DAN TUJUAN
5
1.4.
LOKASI KEGIATAN
6
1.5.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
6
I-1
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
BAB I PENDAHULUAN
1.1. UMUM Pemanfaatan sumber daya air dan tanah untuk berbagai keperluan, di satu pihak terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitasnya, tetapi di lain pihak ketersedian sumber daya air tanah semakin terbatas, bahkan cenderung semakin langka terutama akibat sedimentasi, degradasi dasar sungai, polusi air sungai dan pembukaan tanah tidak terkendali di daerah hulu yang mengakibatkan menurunnya fungsi sumber daya air dan tanah. Apabila hal ini tidak diantisipasi secara cepat dan tepat, pada saatnya dapat menimbulkan ketegangan dan konflik akibat terjadinya benturan kepentingan karena permintaan tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumber daya air dan tanah untuk pemenuhannya. Oleh karena itu, perlu upaya secara proporsional dan seimbang antara pengembangan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya air dan tanah, baik dilihat dari aspek teknis maupun dari aspek legal. Sedangkan kerusakan tanah akan berdampak pada resiko kejadian bencana seperti banjir, longsoran, sedimentasi tinggi, degradasi penurunan ketersediaan air saat musim kering. Untuk upaya pelestarian Sumber Daya Air dan Tanah, diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis Konservasi wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air (SDA), melindungi, melestarikan dan meningkatkan nilai SDA dan tanah. 1.2. LATAR BELAKANG WS Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km2 yang secara administratif melintasi 15 Kabupaten/Kota dengan total panjang sungai + 320 km. Jumlah curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm/tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan per tahun rata-rata 11,7 milyar m3. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6 - 3 milyar m3/tahun. Penduduk yang tinggal di wilayah sungai Kali Brantas mencapai 15,6 juta jiwa (2004) atau 42,8% dari penduduk Jawa Timur dan mempunyai kepadatan rata-rata 1.272 I-1
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
orang/km2 atau 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jawa Timur. WS Kali Brantas mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang Propinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional. Pada tahun 2004, Propinsi Jawa Timur memberikan kontribusi 9.002.025 ton beras atau sebesar ± 16,6% dari total produksi beras nasional. DAS Kali Brantas berbentuk trapesium dengan jumlah sub DAS sebanyak 32 buah. Morfologi sungai Kali Brantas mulai sungai di pegunungan, sungai di daerah transisi, sampai sungai di pedataran atau daerah pasang surut, mempunyai perubahan morfologi. Secara keseluruhan kemiringan lereng di DAS Kali Brantas dapat diklasifikasikan ke dalam kelas kemiringan sebagai berikut: ≤ 8%, 8-15%, 16-25%, 26-45% dan ≥ 45%. PERMASATANAH KONSERVASI Sejalan dengan bertambahnya populasi, manusia telah memaksa tanah untuk berproduksi pada tingkat maksimum dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usaha yang ditempuh untuk mendapatkan produksi yang tinggi adalah dengan meningkatkan produksi per satuan luas dan meningkatkan luasan tanah yang diusahakan. Dalam usaha peningkatan produksi ini, biasanya manusia hanya terpaku pada tingkat produksi yang ingin dicapai. Jarang sekali ada pihak yang memperhatikan tanah sebagai sumber daya alam yang mempunyai sifat fisik tidak dapat diperbaharui. Setelah semua tanah yang cocok sebagai tanah pertanian dapat dikatakan sudah semuanya dimanfaatkan, para petani terpaksa memanfaatkan tanah yang kurang sesuai untuk pertanian, misalnya pada tanah yang mempunyai kemiringan atau lereng yang curam. Hal ini akan menyebabkan tanah tersebut dengan mudah terkikis dan terangkut oleh aliran air hujan. Kerusakan tanah dipercepat dengan adanya pengelolaan tanah yang tidak benar, seperti yang banyak terjadi di DAS Kali Brantas khususnya di sub DAS Kali Brantas Hulu, sub DAS Kali Lesti dan sub DAS Kali Konto, dimana para petani menanami tanah dengan tanaman semusim, seperti kentang pada guludan-guludan yang dibuat searah dengan kemiringan lereng. DAERAH KASUS KONSERVASI DAS BRANTAS Pada pekerjaan ini akan mengkhususkan permasatanah Konservasi tanah dan air pada Daerah Sungai Kali Bogel salah satu Sub DAS WS Brantas. Kali Bogel saat ini mengalami bencana banjir hampir setiap tahun saat musim basah. Warga masyarakat sekitar, khususnya masyarakat tani mengeluhkan kondisis ini karena saat hujan dan debit besar terjadi, tanah sawah mereka terkena dampak genangan luapan banjir dari Kali Bogel.
I-2
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Kejadian banjir tersebut juga membawa material material sedimen yang besar sehingga pendangkalan sungai terjadi di sepanjang sistem jaringan sungai kali Bogel mulai dari hulu hingga bagian hilirnya. Pendangkalan tersebut semakin lama memberikan dampak kejadian luapan banjir Kali Bogel menjadi lebih besar. Bencana banjir dan besarnya tingkat sedimentasi di DAS Kali Bogel ini adalah salah satunya disebabkan adanya perubahan fungsi kawasan yang besar, di wilayah sub DAS bagian hulu.
Pada gambar di atas terlihat bahwa di daerah tanah DAS bagian hulu Kali Bogel, telah terjadi pembukaan tanah besar besaran, dimana kawasan tersebut merupakan daerah kawasan perbukitan dan pegunungan. Pembukaan tanah tersebut akan berdampak pada peningkatan Debit Banjir saat musim Hujan terjadi dan menimbulkan resiko degradasi debit saat musim kering. Pembukaan tanah secara besar besaran juga akan berpengaruh terhadap resiko longsoran dan erosi tanah sehingga tingkat sedimen disungai menjadi tinggi dan pendangkalan sungai menjadi tersebar di sepanjang aliran Kali Bogel.
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari kegiatan studi ini adalah : untuk melakukan kajian simulasi upaya konservasi perbaikan tanah guna mendapatkan keterpaduan perencanaan penataan kawasan terhadap penanggulangan bencana banjir dan kerusakan sungai, serta diketahui usulan penanganan kontruksi sipil yang dibutuhkan untuk menanggulangi daya rusak Kali Bogel saat ini dan masa mendatang, sehingga dapat tersusun Pedoman Perencanaan, dan Pelaksanaan pemeliharaan yang optimal untuk kelestarian kawasan Kali Bogel.
I-3
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan solusi optimal yang dapat menjamin berkelanjutan fungsi kawasan DAS dan Sungai Kali Bogel yaitu diantaranya adalah: 1 Merencanakan suatu perencanaan perbaikan tanahdansungai. 2 Menganalisis erosi yang mungkin terjadi sebagai potensi sedimen yang berdampakpadapendangkalan Kali Bogel. 3 Perencanaan konservasi di masa mendatang, untuk tujuan pelestarian wilayah catchment area. 4 Perencanaan struktur bangunan yang akan dipakai dalam perencanaan bangunan pengaman sungai. 5 Perencanaan penanggulanganpotensi DayaRusak Kali Bogel AspekKualitas Air 6 Menyajikan profil masyarakat di sekitar wilayah DAS Kali Bogel 7 Mengetahui kondisi potensi sumber daya air di wilayah DAS Kali Bogel 8 Mengetahui potensi lahan sebagai pengembangan kawasan Konservasi dan wisata. 1.4.
LOKASI KEGIATAN Lokasi kegiatan”Kajian Perencanaan Konservasi Daerah Aliran Sungai DAS Brantas” iniadalahdikhususkan di SUB DAS Brantas Kali Bogel, yang terletak di Kecamatan Sutojayan, Kecamatan Kademangan KabupatenBlitar.
1.5.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN Ruang lingkup dari kegiatan Kajian Perencanaan Konservasi ini adalah sebagai berikut : 1. KegiatanPersiapan a. Penyusunan Tim danJadwalPelaksanaanPenyelesaianProyek b. Pengumpulan data datastuditerdahuludansekunder c. Desk Study d. Peninjauan Awal Daerah Studi dan Pencatatan Poin Penting Yang Berkaitan dengan Pengaruh Kawasan terhadap kelestarian Kali Bogel. 2. Survey Pendahuluan Survey Pendahuuandilakukanuntuk : 1. IdentifikasiKondisiFisik Daerah Tangkapan (Catchment Area) Kali Bogel 2. IdentifikasiPerilakuMasyarakatSekitarkawasan Daerah Tangkapan (Catchment Area) Kali Bogel
I-4
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
3. Identifikasikerusakantanahdansungaisaatini di sepanjang Daerah Tangkapan (Catchment Area) Kali Bogel 4. Identifikasiupayakonservasi yang sudahadasaatini 3. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang sangat diperlukan dalam mendukung keakuratan hasil analisa secara keseluruhan. Sebagian besar data sekunder merupakan data historis yang mampu memberikan informasi proses yang terjadi dilokasi pekerjaan. Beberapa data seperti; PetaRupaBumi, PetaRencana Tata Tanam Global Kabupaten Blitar, Peta PenggunaanTanah RBI ataupun Updating dari data Sekunder lainnya seperti Google Earth, Data sekunder rencana penanganan dan pemeliharaan kawasan Hutan, Data Hidroklimatologi, Data Hidrometri Kali Bogel, dan data datalainnya yang menunjangserta data data studi terdahuu. 4. Pengumpulan Data Primer Pengumpuan data data primer yang dibutuhkan untuk penyelesaian kegiatan ini adalah : 1. Pengukuran kondisi geologi dan Tanah Tanah DAS Kali Bogel 2. Pengukuran Material Sedimen di Sepanjang Kali Bogel yang perlu untuk diiedentifikasi 3. Pengukuran Debit Kali Bogel 4. PengukuranKualitas Air Kali Bogel 5. Survey Wawancara Masyarakat sekitar di wilayah hulu DAS kali Bogel Wilayah tengah dan Hilir yang dominan terkena dampak bencana. 5. Analisa Rancangan Kajian perencanaan Konservasi merupakan salah satu kajian yang membutuhkan analisa data dan analisa desain yang komprehensif, pada pelaksanaan kegiatan ini harus mencakup analisa analisa sebagai berikut dibawah ini : 1. Inventarisasi kondisi tataguna tanaheksisting DAS Kali Bogel 2. Inventarisasi kondisi jenis tanah eksisting DAS Kali Bogel 3. Melakukan identifikasi besarnya laju limpasan permukaan di DAS Kali Bogel 4. Melakukan identifikasi potensi erosi tanahDAS Kali Bogel 5. Melakukan identifikasi laju sedimentasi yang terjadi di Kali Bogel 6. Melakukan identifikasi sumber polutan yang mencemariperairan Kali Bogel
I-5
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
7. Mengkaji pengaruh kegiatan sosial, ekonomi, dan lingkungan terhadap potensikerusakan DAS Kali Bogel. 8. MelakukanKajianSimulasiperbaikankawasan DAS Kali Bogel 6. AnalisaDesainRancangan Pada hasil kegiatan pekerjaan ini, ditujukan untuk mendapatkan hasil desain perencanaan perbaikan Kawasan DAS dan desainpenangananDayaRusak Kali Bogel yang efektif guna menanggulangi bencana besar seperti yang sudah pernah terjadi.Desain penanganan dapat diusulkan berupa desain konservasi sipil dan desain konservasi non sipil. AspekPerencanaandesainharusmencakupuntukpenanggulanagan : 1. ResikoPeningkatanErosiTanah DAS Kali Bogel 2. ResikoPeningkatanSedimentasi Kali Bogel 3. ResikoPeningkatanPencemaranKualitas Air Kali Bogel 4. ResikoPeningkatan Debit Banjir Kali Bogel
I-6
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
1.1.
UMUM .............................................................................................................................. 1
1.2.
LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1
1.3.
MAKSUD DAN TUJUAN..................................................................................................... 3
1.4.
LOKASI KEGIATAN............................................................................................................. 4
1.5.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN.................................................................................... 4
I-7
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1.
UMUM Kabupaten Blitar merupakan Kabupaten yang kaya akan Sumber Daya Alam. Dengan wilayah utara yang dibatasi dengan Gunung Kelud dan wilayah selatan dibatasi dengan Samudra Indonesia, sedangkan di tengahnya di lintasi oleh Sungai Brantas maka Kabupaten Blitar memliki kekayaan alam yang lengkap untuk daerah tropis. Hal ini juga menggambarkan siklus hidrologi yang lengkap mulai dari sumber dari pegunungan sampai mengalir menuju muara sungai di Samudra Indonesia.
2.2.
WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN BLITAR
2.2.1
KABUPATEN BLITAR Kabupaten Blitar merupakan Kabupaten yang terletak di Pulau Jawa bagian Timur. Merupakan salah satu Kabupaten dari 38 Kabupaten/Kota yang membagi habis wilayah Provinsi Jawa Timur, berada di pesisir Samudra Indonesia dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Kediri,
Sebelah Timur
: Kabupaten Malang.
Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia.
Sebelah Barat
: Kabupaten Tulungagung.
Dan Di tengah Wilayah Kabupaten Blitar Berbatasan Dengan Kota Blitar. Kabupaten Blitar berada di sebelah Selatan Khatulistiwa, terletak pada 111°40¹-112°10¹ Bujur Timur dan 7°58¹-8°9¹51¹¹ Lintang Selatan. 2.2.2
KEADAAN GEOGRAFIS Keberadaan Sungai Brantas membagi wilayah Kabupaten Blitar menjadi dua wilayah yaitu wilayah Kabupaten Blitar Bagian Utara dan Wilayah Kabupaten Blitar Bagian Selatan. Bagian Utara: Merupakan dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian antara 105 – 349 Meter dari permukaan air laut, dan keberadaanya dekat dengan Gunung Kelud yang merupakan gunung berapi yang masih aktif membuat struktur tanahnya lebih subur
II - 1
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
dan banyak dilalui sungai. Meliputi Kecamatan: Kanigoro, Talun, Selopuro, Kesamben, Doko, Wlingi, Gandusari, Garum, Nglegok, Sanankulon, Ponggok, Srengat, Wonodadi dan Udanawu. Bagian Selatan: Merupakan dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian antara 150 – 420Meter dari permukaan air laut. Sebagian wilayahnya merupakan daerah pesisir, dan pegunungan berbatu membuat struktur tanah yang kurang subur bila dibandingkan dengan Blitar bagian utara. Meliputi Kecamatan : Bakung, Wonotirto, Panggungrejo, Wates, Binangun, Sutojayan dan Kademangan. Hamparan wilayah Kabupaten Blitar merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata +100 meter di atas permukaan air laut, distribusi wilayah menurut ketinggian yaitu: 36,4 persen kecamatan berada pada ketinggian antara 100 – < 200 Meter di atas permukaan air laut 36,4 persen kecamatan berada pada ketinggian antara 200 – < 300 Meter di ataspermukaan air laut 27,2 persen kecamatan berada pada ketinggian antara > 300 Meter di ataspermukaan air laut Ada enam kecamatan yang wilayahnya berada pada ketinggian > 300 meter di atas permukaan air laut, yaitu : Kecamatan. Wates, Wonotirto, Doko, Gandusari, Nglegok dan Panggungrejo. Wilayah Kecamatan Wates beradapada ketinggian tertinggi diantara 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar, yaitu +420 m di ataspermukaan air laut.
2.2.3
IKLIM Kabupaten Blitar berada di sebelah selatan garis khatulistiwa, maka sama dengan wilayah lain di Indonesia yang mempunyai perubahan musim sebanyak 2 jenis musim pada setiap tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Bulan Nopember sampai dengan bulan Mei adalah musim penghujan dan musim kemarau biasanya pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober. Data yang diperoleh dari Dinas PU. Binamarga dan Pengairan Kabupaten Blitar menyatakan jumlah stasiun pengamat curah hujan sejumlah 42 stasiun pengamat yang tersebar di seluruh wilayah Blitar, yaitu 36 stasiun pengamat berada di wilayah Kabupaten Blitar dan 6 stasiun pengamat berada di wilayah Kota Blitar. Dari 22
II - 2
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
kecamatan yang ada terdapat 3 kecamatan yang tidak mempunyai stasiun pengamat curah hujan di wilayahnya, yaitu Kecamatan Wonotirto, Wates dan Selopuro. Data yang terekam pada 36 stasiun pengamat di Kabupaten Blitar tersebut menyimpulkan bahwa selama tahun 2011 Kabupaten Blitar diguyur hujan selama 108 hari atau hampir 4 bulan dengan rata-rata curah hujan 17,16 mm, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2010 rata-rat curah hujan sebanyak 20,98 mm. Walau sektor pertanian sangat tergantung oleh kondisi alam namun dengan pola tanam yang tepat dapat mengimbangi kondisi alam pada saat itu. Sehingga menurunnya curah hujan di tahun 2011 tidak mempengaruhi peningkatan produksi pertanian. Tabel 2. 1. Luas Wilayah , Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Blitar 2011
Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2012
2.2.4
PENDUDUK Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk (SP) jumlah penduduk Kabupaten Blitar pada tahun 2000 adalah sebesar 1.064.643 jiwa.dan pada tahun 2010 sebesar 1.116.639 jiwa mencakup penduduk tidakbertempat tinggal tetap.
II - 3
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Blitar selama dua periode yaitu 1990-2000 dan 2000-2010 mengalami kenaikan dari 0,14 persen pertahun selama periode 19902000 menjadi 0,48 persen per tahun selamaperiode 2000-2010. Sensus penduduk dilaksanakan sepuluh tahun sekali,guna memenuhi kebutuhan data kependudukan, pada setiap tahun dihitunglah proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk bisa maju untuk beberapa tahun kedepan dan juga bisa mundur sampai sensus penduduk sebelumnya. Penduduk Kabupaten Blitar pada tahun 2011 menurut hasil proyeksi Sensus Penduduk mencapai 1.122.922 jiwa, terdiri dari 562.623 jiwa penduduk laki-laki dan 560.299 jiwa penduduk perempuan, dengan sex rasiosebesar 100,41 persen yang berarti dalam 100 jiwa penduduk perempuan ada sebanyak 100-101 jiwa penduduk laki-laki. 2.2.5
LUAS LAHAN Kabupaten Blitar dengan luas 158.879 Ha, apabila di lihat dari penggunaan lahannya tampak bahwa 19,96 persen merupakan luas sawah dan 80,04 persen merupakan bukan lahan sawah. Dari lahan sawah seluas ituterdapat 71,00 persen lahan sawah berpengairan teknis, 12,12 persen lahan sawah berpengairan setengah tehnis, sederhana 10,57 persen, desa/Non PU2,51 persen dan lahan sawah yang berpengairan tadah hujan 3,80 persen. Untuk luas bukan lahan sawah dilihat dari penggunaannya tampak bahwa luas tegal/kebun menduduki luas terbesar yaitu 35,34 persen, urutankedua yaitu rumah dan pekarangan sebesar 26,85 persen, sedangkan sisanyauntuk penggembalaan/ padang rumput, tambak, kolam, sementara tidakdiusahakan, hutan perkebunan dan lainnya, sebagaimana terlihat pada kontribusi tanah di wilayah Kabupaten Blitar menurut jenis penggunaan danfungsinya.
2.2.6
KEHUTANAN Hutan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan produksi, hutanlindung, hutan tebang pilih dan suaka alam/hutan wisata/taman nasional.Luas tebangan secara umum mengalami peningkatan, tanaman kehutananyang menjadi produk andalan Kabupaten Blitar yaitu kayu jati dan kayurimba yang pada tahun 2011 ini produksinya mencapai 15.982 m3. Program PHBM (Pemanfaatan Hutan Bersama Masyarakat) yang dilaksanakan Perum Perhutani KPH Blitar diperoleh hasil pertanian tanaman bahan makanan, untuk tahun 2011 mengalami geliat peningkatan lagisetelah pada tahun 2010 mengalami penurunan yang menurut informasi yangdiperoleh dari Perum
II - 4
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Perhutani KPH Blitar dikarenakan luas lahan yangdipergunakan program PHBM pada tahun 2010 menurun dari sekitar 6.000Ha pada tahun 2009 tinggal sekitar 218,9 Ha, sehingga mempengaruhi produksinya. 2.2.7
PERKEBUNAN Luas areal, produksi dan jumlah petani perkebunan rakyat dibedakanmenjadi tanaman semusim dan tanaman tahunan, khusus mengenai tanamanperkebunan rakyat semusim per kecamatan yang terdiri dari tanaman tebu,tembakau lokal dan virgina, dimana petani tebu masih cukup banyak yaitu2.093 orang, 1.676 orang petani tembakau virginia dan lokal.Kemudian tanaman tahunan perkebunan rakyat yang terbanyak adalahpetani kelapa yaitu 33.713 orang, menyusul kakao 5.438 orang, kopi 3.436orang, cengkeh 2.831 orang, disusul kenanga dan lada masing-masing 840orang dan 41 orang.
2.2.8
PETERNAKAN Data peternakan, mengenai populasi ternak, dan hasilnya yaitu produksitelur susu dan daging yang didapat dari Dinas Peternakan Kabupaten Blitar.Disamping itu juga terdapat inseminasi buatan menurut jenis ternak danpengadaan ternak menurut jenisnya.Peternakan ayam ras petelur sangat berpengaruh pada sektor peternakan diKabupaten Blitar, populasi ayam ras petelur di Kabupaten Blitar mencapai 13.900.400 ekor pada tahun 2011 menurun 10,13 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun untuk ayam ras pedaging meningkat 22,38 persen yaitu sebanyak 17.873.880 ekor pada tahun 2010 menjadi 21.873.600 ekor. Peternakan sapi potong menduduki urutan kedua setelah ayam pedaging dan petelur, pada tahun 2011 populasinya mencapai 189.378 ekor dibandingkan tahun sebelumnya meningkat 62,13 persen. Produksi daging,susu dan telur selama lima tahun terakhir meningkat secara lamban.
2.2.9
PERIKANAN Komoditi ikan hias terutama ikan koi mengalami perkembangan yangcukup bagus pada beberapa tahun terakhir walaupun perkembangan tersebutterlihat berfluktuatif dari tahun ke tahun. Salah satu komoditi subsector perikanan yang dijadikan sebagai produk unggulan di Kabupaten Blitaradalah ikan hias khususnya ikan Koi, sub sektor perikanan menyumbangnilai PDRB Kabupaten Blitar sebanyak 1,88 persen pada tahun
II - 5
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
2011,merupakan penyumbang sektor pertanian terkecil kedua setelah subsector kehutanan. Data perikanan diperoleh dari Dinas Perikanan dan KelautanKabupaten Blitar yang memuat tentang luas kolam, jumlah petani ikan,banyaknya produksi dan nilai produksi ikan baik ikan air tawar maupun ikanlaut. 2.3.
WILAYAH ADMINISTRASI DAS BOGEL WS BRANTAS DAS Bogel merupakan salah satu Sub DAS Wilayah Sungai Brantas yang memiliki luas 55,425 km2, dengan 3 anak sungai utama yaitu : Kali Bogel, Kali Gesing, dan Kali Kedungwungu. DAS Bogel secara administratif melintasi 2 wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Sutojayan dan kecamatan Panggungrejo. Kecamatan Sutojayan memotong DAS Bogel di sebelah barat dan lebih dominan atau areal yang lebih luas daripada kecamatan Panggung rejo yang ada di sebelah timur. Tiga (3) anak sungai utama juga masih berada di wilayah kecamatan Sutojayan. Namun begitu DAS Bogel yang berada di wilayah kecamatan Panggungrejo sangatlah penting untuk di perhatikan karena merupakan wilayah hulu yang akan mempengaruhi sekali wilayah tengah dan hilir dari DAS Bogel. Segala aspek, baik secara alami maupun aktivitas manusia di dalamnya akan berpengaruh pada kondisi DAS Bogel, yang tentunya menjadi penentu kebijakaan instansi terkaid dalam melaksanakan perencanaan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut.
2.4.
KONDISI UMUM DAS BOGEL Lahan DAS Bogel merupakan lahan yang sudah menjadi lahan produktif bagi masyarakat Kabupaten Bitar, Daerah daerah hulu di perbukitan menjadi lahan produksi tanaman ladang dan tanaman hutan yaitu Hutan Jati milik perhutani. Daerah tengah dan hilir menjadi lahan pemukiman dan pertanian padi. Namun beberapa jangka waktu dekat ini, sistem jaringan sungai Kali Bogel ini selalu mengalami banjir saat musim hujan berlangsung, sehingga sarana prasarana kota kabupaten Blitar ini terendam banjir, lahan sawah tergenang luapan banjir Kali Bogel, dan hingga menjangkau wilayah pemukiman penduduk. Luas DAS Bogel 55,43 km2, dengan anak sungai utamanya adalah Sungai Gesing, Sungai Kedung wungu dan Kali Bogel. Berikut ini kondisi fisik dan hidrologi DAS Bogel.
II - 6
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
DAS Bogel mencakup 2 wilayah administrasi kecamatan Kabupaten Blitar yaitu Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan Panggung Rejo.
Gambar 2.1. Cakupan Wilayah Administrasi DAS Kali Bogel
2.5.
KONDISI FISIK DAS BOGEL
2.5.1. KARAKTERISTIK KELERENGAN DAS BOGEL Kelerengan lahan DAS Kali Bogel adalah antara 6,77% hingga 60,99%. Perbukitan terletak di sebelah Selatan dan kelerengan mengarah ke arah utara hingga di area perkotaan Kecamatan Sutojayan dan Panggung Rejo. 2.5.2. KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAHAN DAS BOGEL Secara umum Kabupaten Blitar terdiri dari lahan pertanian yang efektif. DAS Bogel mempunyai karakteristik yang juga dominan pertanian. Untuk penggunaan rinci di DAS Bogel terdiri dari : 1. Kebun 2. Padang Rumput/ Tanah Kosong 3. Pemukiman 4. Sawah Irigasi 5. Sawah Tadah Hujan 6. Semak Belukar II - 7
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
7. Ladang 8. Air terbuka 2.5.3. KARAKTERISTIK JENIS TANAHDAS BOGEL Jenis tanah pada DAS Bogel terdiri dari 2 jenis tanah , yaitu : 1. Bagian Utara terdiri dari Kompleks Litosol, Mediteran, dan Renzina 2. Bagian tengah dan selatan terdiri dari Regosol Coklat Keabuan 3. 2.5.4. KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAS BOGEL sungai-sungai dan anak sungai bermuara di sungai Brantas.Sumber-sumber mata air relatif kecil (rata-rata < 5 liter/detik). Kali Bogel memiliki jaringan anak sungai sebanyak 3 yaitu Sungai Gesing, Sungai Kedung Wungu, Sungai Bacem dan Kali Bogel Sebelah Hulu.
Gambar 2.2. Jaringan Sungai DAS Bogel 2.6.
KERUSAKAN DAN BENCANA DAS BOGEL Pada DAS Kali Bogel bencana yang sering terjadi adalah bencana banjir, baik pada Kali Bogel maupun anak anak sungainya. Bencana tersebut diakibatkan penampang sungai sungainya sudah mengalami pendangkalan dan penyempitan luas penampang. Di bagian hulu didapati lereng lereng terjal yang menjadi areal lahan rawan longsor, dimana kejadian longsor sering mangganggu akses jalan di daerah tersebut dan material materrial bekas longsoran masuk ke pengaliran anak sungai Kali Bogel.
II - 8
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 2.3. DAS Kali Bogel
Gambar 2.4. Cakupan Wilayah Administrasi DAS Kali Bogel
II - 9
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
2.1.
UMUM .............................................................................................................................. 1
2.2.
WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN BLITAR ............................................................... 1
2.2.1
KABUPATEN BLITAR...................................................................................................... 1
2.2.2
KEADAAN GEOGRAFIS .................................................................................................. 1
2.2.3
IKLIM ............................................................................................................................. 2
2.2.4
PENDUDUK.................................................................................................................... 3
2.2.5
LUAS LAHAN ................................................................................................................. 4
2.2.6
KEHUTANAN ................................................................................................................. 4
2.2.7
PERKEBUNAN................................................................................................................ 5
2.2.8
PETERNAKAN ................................................................................................................ 5
2.2.9
PERIKANAN ................................................................................................................... 5
2.3.
WILAYAH ADMINISTRASI DAS BOGEL WS BRANTAS ...................................................... 6
2.4.
KONDISI UMUM DAS BOGEL............................................................................................ 6
2.5.
KONDISI FISIK DAS BOGEL ................................................................................................ 7
2.5.1.
KARAKTERISTIK KELERENGAN DAS BOGEL .................................................................. 7
2.5.2.
KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAHAN DAS BOGEL ................................................... 7
2.5.3.
KARAKTERISTIK JENIS TANAHDAS BOGEL ................................................................... 8
2.5.4.
KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAS BOGEL ..................................................................... 8
2.6.
KERUSAKAN DAN BENCANA DAS BOGEL......................................................................... 8
Tabel 2. 1. Luas Wilayah , Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Blitar 2011 .............................................................................................................................................. 3 Gambar 2.1.
Cakupan Wilayah Administrasi DAS Kali Bogel 7
Gambar 2.2.
Jaringan Sungai DAS Bogel 8
Gambar 2.3.
DAS Kali Bogel 9
Gambar 2.4.
Cakupan Wilayah Administrasi DAS Kali Bogel 9
II - 10
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
BAB III ANALISA SPASIAL HIDROLOGI KONSERVASI 3.1.
UMUM Dalam pekerjaan Studi ini ”Kajian Perencanaan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas wilayah perencanaan DAS Bogel” dibutuhkan tahapan analisa hidrologi yang berbasis keruangan atau spasial wilayah DAS. Analisa hidrologi yang dilakukan adalah : 1. Analisa Limpasan Permukaan Lahan DAS 2. Analisa Laju erosi lahan DAS 3. Analisa Sumber Pencamar Polutan Di Lahan 4. Analisa beban Debit banjir jaringan Sungai 5. Analisa beban Sedimen Sungai 6. Analisa beban Polutan jaringan Sungai DAS Bogel
3.2.
KAJIAN SEBARAN LIMPASAN PERMUKAAN LAHAN DAS BOGEL Berdasarkan hasil analisa pemodelan hidrologi, laju limpasan rerata bulanan di lahan DAS Bogel maksimum terjadi sebesar : 73.33 mm/Bulan Sebaran limpasan permukaan lahan terbesar berada pada wilayah Kecamatan Panggung rejo Desa Morgomulyo, Desa Bumi Ayu, Panggung Asri, dan Kecamatan Sutojayan Desa Jingglong, Desa Sukorejo, Desa Sumberrejo, Desa Kalipang, Desa Kembang Arum,
Berikut ini adalah sebaran limpasan permukaan lahan tiap wilayah
administrasi Desa di wilayah DAS Bogel : Dimana rerata laju limpasan permukaan lahan akibat hujan yang pernah terjadi adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Rerata Laju Limpasan Permukaan Lahan DAS Bogel Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
123.97
140.00
131.12
46.27
22.59
3.76
6.37
2.05
Sept 8.29
Okt 44.82
Nov
Des
68.42
III - 1
124.16
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.1. Peta Sebaran Laju Limpasan Permukaan Lahan DAS Bogel 3.3.
KAJIAN SEBARAN LAJU EROSI LAHAN DAS BOGEL Sebaran laju erosi lahan terbesar di wilayah DAS Bogel adalah di wilayah perbukitan sebelah selatan yaitu : pada Kecamatan Sutojayan Desa Pandan Arum, Desa Kaulon, Desa Kedung Bunder, Desa Sukorejo, Kecamatan Panggung Rejo Desa Panggung Asri, Desa Margo Mulyo. Dimana rerata laju Erosi lahan akibat hujan yang pernah terjadi pada satuan wilayah DAS Bogel adalah sebagai berikut : Tabel 3.2. Rerata Laju Erosi Lahan DAS Bogel Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst Sept Okt
17.79 25.87 27.43 8.64 4.01 0.78 1.06 0.19 0.81
Nov
Des
8.97 12.04 15.87
di simpulkan bahwa kehilangan tanah akibat erosi rerata pertahunnya adalah sebesar 4,05 mm/tahun, Wilayah yang memiliki nilai kehilangan tanah akibat erosi adalah tiap wilayah administrasi desa .
III - 2
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
3.4.
TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Pada DAS Bogel secara keseluruan wilayah DAS memiliki tingkat kekritisan lahan Kelas III, hal ini mengindikasikan bahwa DAS Bogel dalam keadaan waspada kritis, namun beberapa wilayah Sub DAS Bogel sudah mengalami tingkat Kritis kelas IV. Berikut ini adalah sebaran luas area lahan dengan tingkat kekritisannya : Tabel 3.3. Luas dan Kelas Kekritisan lahan DAS Bogel Kelas Kekritisan Lahan I II III IV
Luas ha 1775.25 875.5 1188.5 1703.25
Gambar 3.2. Rerata Bulanan Laju Erosi Lahan (ton/ha/Bulan) DAS Bogel
III - 3
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.3. Rerata Tahunan Laju Erosi Lahan DAS Bogel (ton/ha/Tahun)
Gambar 3.4. Peta Sebaran Kelas Kekritisan Lahan DAS Bogel
III - 4
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
3.5.
KAJIAN SEBARAN SUMBER PENCEMARAN LAHAN DAS BOGEL Pada kajian sebaran sumber pencemar di lahan, akibat pengolahan management lahan pertanian lahan peternakan dan lahan permukiman, parameter polutan pencemar di lahan yang di lakukan kajian adalah : 1. 2. 3. 4. 5.
Polutan pencemar Organik N di lahan Polutan Pencemar Organik P di lahan Polutan Pencemar Nitrat NO3 di lahan Polutan Pencemar Phopur Terlarut di lahan Polutan Pencemar Mineral P di lahan
Berdasarkan pola sebaran bahan pencemar polutan di lahan tersebut menjadi bahan pencemar inflow menuju sungai dan akan berakhir mengendap di tampungan waduk, sehingga akan berpotensi terjadinya pencemaran waduk menyebabkan peningkatan kesuburan waduk atau eutrupikasi. Dalam hal ini konservasi kualitas air yang perlu dijaga pada DAS Bogel adalah untuk melindungi Waduk Lodoyo. Berikut ini kajian masing masing parameter sumber pencemar polutan di lahan DAS Bogel : 3.5.1. Polutan Organik N di Lahan DAS Bogel Daerah perbukitan selatan DAS Bogel merupakan area lahan sumber pencemar polutan organik N yang lebih dominan, dikarenakan laju limpasan yang lebih besar akibat kelerengan yang lebih curam sehingga laju transpor polutan menjadi lebih besar, dan juga lahan lahan perbukitan tersebut saat ini di manfaatkan sebagai lahan kebun dan tegalan. Nilai sumber pencemar polutan Organik N pada lahan lahan perbukitan wilayah selatan tersebut adalah : 2,95 – 4,59 (kg N/ha/Bulan). Tabel 3.4. Rerata Sumber Pencemar Polutan Organik N Lahan DAS Bogel Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
9.62
7.52
4.74
0.98
0.42
0.06
0.12
0.04
0.16
1.93
1.74
3.12
Desa Karang sono, Satreyan, Kedung Bunder, Sutojayan, Bacem, Kalipang, Kembang arum, memiliki kandungan bahan pencemar polutan Organik N di bawah rata rata, di akibatkan lahan lahan wilayah tersebut merupakan wilayah dataran.
III - 5
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.5. Peta Sebaran Polutan Organik N (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 3.5.2. Polutan Organik P di Lahan DAS Bogel Pola sumber pencemar Polutan Organik N memiliki trend yang sama dengan parameter Pencemar Organik N, yakni lahan perbukitan sebelah selatan memiliki sebaran polutan yang dihasilkan di lahan dominan lebih besar, yakni antara : 0,39 – 0,58 kg/ha/Bulan. Desa Karangsono, Desa satreyan, Desa Kedung Bunder, Desxa Sutojayan, Desa Bacem, Desa Kalipang, Desa Kembang Arum, merupakan area lahan yang memiliki sumber bahan pencemar Polutan Organik P di bawah rerata nilai Lahan DAS Bogel. Tabel 3.5. Rerata Sumber Pencemar Polutan Organik P Lahan DAS Bogel (kg P/ha/Bulan) Jan
Feb
Mar
1.20
0.94 0.60
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
0.13
0.06
0.01
0.02
0.01
0.02
0.25
0.23
0.42
III - 6
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.6. Peta Sebaran Polutan Organik P (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 3.5.3. Polutan Organik NO3 di Lahan DAS Bogel Polutan NO3 adalah di sebabkan oleh pergerakan bahan pencemar dari limbah pertanian, pada lahan DAS Bogel dominan pencemar NO3di area lahan tegalan, dengan kandungan 0.15 – 0.24 kg N/ha/Bulan. Kecamatan Panggung Rejo Desa Margo Mulyo, Bumiayu, Panggungasri merupakan Sumber Pencemar polutan NO3 tertinggi diatas rerata Polutan NO3 0.17 kg/ha/Bulan Lahan DAS Bogel. Tabel 3.6. Rerata Sumber Pencemar Polutan NO3 Lahan DAS Bogel (kg P/ha/Bulan) Jan
Feb
Mar
Apr
0.30
0.31 0.31 0.12
Mei
Jun
0.08 0.02
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
0.07 0.03
0.09
0.20
0.16
0.30
III - 7
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.7. Peta Sebaran Polutan NO3 (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 3.5.4. Polutan Phospor Terlarut di Lahan DAS Bogel Phospor terlarut adalah limbah pencemar polutan phospour yang terlarut bersama dengan laju limpasan permukaan lahan. Sebaran sumber pencemar Phospor terlarut tersebar merata di seluruh lahan DAS Bogel 0.01 – 0.04 kg/ha/Bulan. Tabel 3.7. Rerata Sumber Pencemar Polutan Phospor Terlarut Lahan DAS Bogel (kg P/ha/Bulan) Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
0.024 0.024 0.019 0.006 0.003 0.000 0.001 0.001 0.002 0.009 0.012 0.022
III - 8
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.8. Peta Sebaran Polutan Phospor Terlarut (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 3.5.5. Polutan Mineral P di Lahan DAS Bogel Pergerakan Transport Polutan Mineral P adalah terbawa bersama sama material erosi lahan hingga menjadi polutan di perairan sungai. Lahan DAS Bogel sebaran sumber pencemar polutan mineral P besar di area perbukitan 0.16 – 0.225 kg/ha/Bulan.
III - 9
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.9. Peta Sebaran Polutan Phospour Terlarut (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 3.6.
KAJIAN FASE DI SUNGAI DAS BOGEL Kajian hidrologi fase disungai adalah menganalisa pola hidrologi yang ada di setiap jaringan Sungai DAS Bogel, yakni terdiri dari kajian tentang : 1.
Ketersedian Debit Sungai Sungai DAS Bogel
2.
Debit Banjir DAS Bogel
3.
Beban Sedimen Sungai Sungai DAS Bogel
4.
Beban Pencemar Kualitas Air DAS Bogel
III - 10
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
3.6.1. Skema Sungai di Lokasi Studi Untuk Analisa Hidrologi Sub Das Bacem Sub Das Gesing
Sub Das Judeg 2
Sub Das Kedungwungu
Titik Kontrol 1
Titik Kontrol 2
Bendung PLTA Lodoyo Sungai Brantas
3.6.2. Ketersediaan Debit Sungai Sungai DAS Bogel
Pada Das bogel terdiri dari 4 aliran sungai besar yaitu : 1. Sungai Kedung Wungu/ Lodoyo, 2. Sungai Bacem, 3. K Gesing 4. Judeg
III - 11
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Pada ke empat sungai tersebut, memiliki pola ketersediaan debit sebagai berikut, rerata harian bulan :
Outlet Sungai Kedung Wungu Berdasarkan data tersebut diatas maka disinpulkan bahwa banjir maksimum yang pernah terjadi adalah sebesar 40 m3/det, berdasarkan time series data hujan banjir tersebut terjadi pada tanggal 5 Desember 2004. Sedangkan ketersediaan debit rerata pada Sungai Kedungwungu 1,25 m3/det. Berikut ini adalah tabel debit rerata bulharian pada sungai Kedungwungu : Tabel 3.8. Ketersediaan Debit Rerata Harian Bulan Sungai Kedungwungu (m3/det) Jan
Feb
Mar
2.39 3.29 2.82
Apr
Mei
Jun
1.44
0.60 0.11
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
0.16
0.02
0.14
0.84
1.27
2.34
Tabel 3.9. Ketersediaan Debit Andalan 80 % Sungai Kedungwungu (m3/det) Andalan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
80
0.27
0.78
0.58
0.30
0.10
0.04
0.01
0.00
0.00
0.00
0.00
0.11
50
0.94
2.34
1.40
0.74
0.21
0.06
0.02
0.01
0.00
0.00
0.04
0.91
Outlet Sungai Bacem Rerata Debit Outlet Sungai Bacem adalah sebesar 0.433 m3/det. Sedangkan debit Banjir Maksimum yang terjadi sebesar 15,49 m3/det. Tabel 3.10. Ketersediaan Debit Rerata Harian Bulan Sungai Bacem (m3/det) Jan
Feb
Mar
0.85 1.10 1.10
Apr
Mei
Jun
Jul
0.42
0.23 0.04 0.04
Agst Sept
Okt
Nov
Des
0.01 0.04
0.29 0.42
0.86
Tabel 3.11. Ketersediaan Debit Andalan 80 % Sungai Bacem (m3/det) Andalan Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst Sept Okt
Nov
Des
80
0.05
0.14 0.13
0.08 0.03 0.01 0.00 0.00 0.00
0.00
0.00 0.01
50
0.21
0.47 0.36
0.18 0.07 0.02 0.01 0.00 0.00
0.00
0.01 0.16
III - 12
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Outlet Sungai Gesing Sungai Gesing memiliki rerata aliran sebesar : 0.494 m3/det dengan debit maksimum yang pernah terjadi sebesar : 40 m3/det. Rerata debit andalan 80 % pada Sungai Gesing adalah sebesar : 0.05 m3/det.
Tabel 3.12. Ketersediaan Debit Andalan 80 % Sungai Gesing (m3/det) Andalan 80 50
Jan 0.06 0.30
Feb 0.20 0.71
Mar Apr 0.19 0.10 0.40 0.23
Mei Jun Jul 0.03 0.01 0.00 0.06 0.02 0.01
Agst Sept 0.00 0.00 0.00 0.00
Okt 0.00 0.00
Nov 0.00 0.01
Des 0.03 0.23
Outlet Sungai Judeg Sungai Judeg merupakan sungai pertemuan paling hilir dengan Sungai Bogel. Sungai judeg memiliki debit rerata sebesar : 0.211 m3/det. Debit maksimum banjir yang pernah terjadi 10.2 m3/det. Ketersediaan debit andalan 80 persen di sungai ini sebesar :
Tabel 3.13. Ketersediaan Debit Andalan 80 % Sungai Judeg (m3/det) Andalan Jan Feb Mar 80 0.07 0.16 0.12 50 0.17 0.37 0.24
Apr Mei 0.07 0.03 0.14 0.05
Jun 0.01 0.01
Jul 0.00 0.01
Agst 0.00 0.00
Sept Okt 0.00 0.00 0.00 0.00
Nov Des 0.00 0.05 0.01 0.18
Outlet Sungai Bogel Banjir maksimum yang terjadi di Outlet Muara Sungai Bogel adalah 50 m3/det, sedangkan debit rerata outflow outlet muara Sungai Bogel adalah sebesar : 1.5 m3/det
III - 13
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Berikut ini merupakan routing debit rerata harian bulan di seluruh sistem jaringan Sungai DAS Bogel dan tergambar pada gambar berikut ini :
Gambar 3.10. Peta Sebaran Debit Rerata Sungai Sungai DAS Bogel 3.6.3. High Flow Peluang Banjir DAS Bogel Analisa hidrologi khususnya perhitungan debit banjir rancangan dalam studi ini dilakukan dengan membagi daerah aliran sungai Kali Bogel menjadi beberapa sub das. Cara ini dilakukan agar dapat diketahui nilai debit banjir rancangan pada tiap-tiap ruas sungai yang ada di sistem Sungai Bogel.
Bendung PLTA Lodoyo
Sungai Brantas
Sub Das Judeg 2 A = 7,05 km2 Sub Das Lodoyo
Sub Das Judeg 1
A = 14,44 km2 Sub Das Bacem
A = 17,57 km2
A = 13,02 km2
Gambar 3.11. Peta Das di Sistem Sungai Bogel
III - 14
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
1.
Analisa Hidrologi Untuk Sub Das Lodoyo (Sungai Kedungwungu) a. Debit Banjir Rancangan Debit Banjir Rancangan Metode HSS Nakayasu Sub Das Lodoyo (Sungai Kedungwungu) Tabel 3.14. Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu untuk Sub Das Lodoyo Kala ulang Banjir T ( Tahun ) Q 1.01 th Q 2 th Q 5 th Q 10 th Q 20 th Q 25 th Q 50 th Q 100 th Q 200 th Q 1000 th
2.
Debit Banjir Maks Q ( m3/dt ) 21,63 32,17 63,17 83,69 103,38 109,63 128,87 147,96 166,99 211,06
Analisa Hidrologi Untuk Sub Das Bacem a. Debit Banjir Rancangan Debit Banjir Rancangan Metode HSS Nakayasu Sub Das Bacem Tabel 3.15. Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu Sub Das Bacem Kala ulang Banjir T ( Tahun ) Q 1.01 th Q 2 th Q 5 th Q 10 th Q 20 th Q 25 th Q 50 th Q 100 th Q 200 th Q 1000 th
3.
Debit Banjir Maks Q ( m3/dt ) 24,82 29,90 36,43 40,59 43,94 45,72 49,46 53,17 56,86 65,59
Analisa Hidrologi Untuk Sub Das Judeg (Sungai Gesing/Kedut Unut) a. Debit Banjir Rancangan Debit Banjir Rancangan Metode HSS Nakayasu Sub Das Judeg
III - 15
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Tabel 3.16. Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu Sub Das Judeg Kala ulang Banjir T ( Tahun ) Q 1.01 th Q 2 th Q 5 th Q 10 th Q 20 th Q 25 th Q 50 th Q 100 th Q 200 th Q 1000 th
4.
Debit Banjir Maks Q ( m3/dt ) 10,94 38,67 67,16 86,02 104,12 109,86 127,54 145,09 162,58 203,08
Analisa Hidrologi Pada Pertemuan Sungai (Gabungan) Tabel 3.17. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan Untuk Titik Kontrol 1(Pertemuan Sungai)
5.
Kala Ulang
Debit Banjir Maksimum
(tahun)
(m /det)
Q 1.01 th
57,39
Q 2 th
100,73
Q 5 th
166,75
Q 10 th
210,30
Q 20 th
251,44
Q 25 th
265,20
Q 50 th
305,86
Q 100 th
346,22
Q 200 th
386,43
3
Analisa Hidrologi Sub Das Judeg 2 Debit Banjir Rancangan Metode HSS Nakayasu Sub Das Judeg 2
III - 16
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Tabel 3.18. Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu Sub Das Judeg 2
6.
Kala ulang Banjir T
Debit Banjir Maks Q
( Tahun )
( m3/dt )
Q 1.01 th
7,60
Q 2 th
26,01
Q 5 th
44,93
Q 10 th
57,46
Q 20 th
69,48
Q 25 th
73,29
Q 50 th
85,03
Q 100 th
96,69
Q 200 th
108,30
Q 1000 th
135,20
Analisa Hidrologi untuk Titik Kontrol 2 – Sungai Bogel (Pertemuan Sungai)
Analisa hidrologi untuk titik kontrol ini dilakukan dengan menjumlahkan hidrograf satuan antara hidrograf satuan pada titik kontrol 1, yaitu pertemuan ketiga sungai dengan hidrograf satuan pada sub das Judeg 2. Berikut adalah hasil analisa hidrologinya.
Gambar 3.12. Hidrograf Banjir Rancangan DAS Kali Bogel
III - 17
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
3.6.4. Beban Sedimen Sungai Sungai DAS Bogel Tinjauan besar beban sedimen yang mengalir di dalam perairan sungai sungai DAS Bogel di kaji berdasarkan 4 jaringan Sungai utama pada DAS Bogel seperti pada pembahasan Routing Debit Sungai sungai DAS Bogel. Berikut ini besar beban sedimen yang mengalir di jaringan sungai sungai DAS Bogel :
Outlet Muara Sungai Bacem Sungai Bacem rerata memiliki jumlah angkutan sedimen sebesar : 7109.17 ton/Bulan. Sedangkan selama data hujan mulai tahun 2002 hingga 2012, angkutan sedimen terbesar adalah : 13660 ton/hari. Laju sedimen di Sungai Bacem besar karena di pengarui hasil erosi lahan di wilayah Selatan DAS Bogel. Berikut ini historis hasil pemodelan Hidrologi angkutan sedimen yang terangkut di Sungai Bacem :
Gambar 3.13. Transpor Sedimen Sungai Bacem (ton/hari)
Outlet Sungai Kedungwungu Pertemuan Sungai Bacem Rerata bulanan sedimen inflow sungai kedung wungu adalah sebesar : 3038.59 ton/bulan
Outlet Sungai Gesing Rerata transpor sedimen di Sungai Gesing adalah sebesar : 4504.95 ton/bulan. Angkutan sedimen terbesar adalah 32700.00 ton/hari..
III - 18
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Outlet Sungai Judeg Pada Sungai Judeng rerata sedimen yang mengalir masuk adalah sebesar : 35,81 ton/hari. Pada saat musim hujan besar, sedimen yang terbawa di aliran sungai Judeg hingga 5120 ton.
Outlet Sungai Muara Bogel Rerata volume sedimen Sungai Bogel adalah sebesar 7804.35 ton/Bulan, atau 264.98 ton/hari. Volume sedimen ini sangat lah mengganggu kondisi bank kapasitas penampang sungai di lahan DAS Bogel.
Gambar 3.14. Peta Sebaran Rerata Sedimen Sungai DAS Bogel (ton/Bulan) 3.6.5. Beban Pencemaran Kualitas Air Sungai Sungai DAS Bogel Pada kajian pencemaran sungai sungai di DAS Bogel ini, parameter yang dikaji diantaranya adalah : 1. Beban Pencemar Air Organik N kg/time Period 2. Beban Pencemar Air Organik P kg/time Period 3. Beban Pencemar Air NO3 kg/time Period 4. Beban Pencemar Air Mineral P kg/time Period
III - 19
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Berdasarkan kajian diatas maka dapat diketahui kelas baku mutu air kondisi perairan Sungai Bogel saat ini, berikut adalah kajian beban polutan dan tingkat kualitas air di sungai sungai DAS Bogel : 3.6.5.1. Kajian Beban Pencemar Sungai Polutan Organik N Rerata beban Polutan Organik N seluruh beban sungai sungai di DAS Bogel adalah sebesar : 510.50 kg/Bulan. Dimana sebaran beban pencemaran sungai parameter Organik N masing-masing titik tinjau outlet sungai adalah sebagai berikut : 1.
Sungai Kedung Wungu Pertemuan Sungai Bacem 1572.321 kg/Bulan
2.
Sungai Bacem 2298.03 kg/Bulan
3.
Sungai Gesing 1338.12 Kg/Bulan
4.
Sungai Judeg 1540.68 kg/Bulan
5.
Dan Muara Sungai Bogel 2875.34 kg/Bulan
Berdasarkan nilai tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber pencemar lahan, yang berdampak pada inflow polutan besar yaitu pada lahan Sub DAS Bacem, Kedung Wungu, dan Judeg. Pada Sungai Kedung wungu rerata harian beban pencemar polutan Organik N di sungai adalah sebesar 50.34 kg/hari atau 0.0022 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 1445 kg/hari atau 0.0017 mg/lt.
Sungai Bacem Pada Sungai Bacemrerata harian beban pencemar polutan Organik N di sungai adalah sebesar 73.72 kg/hari atau 0.002 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 3022 kg/hari atau 0.0023 mg/lt.
Sungai Gesing Pada Sungai Gesing rerata harian beban pencemar polutan Organik N di sungai adalah sebesar 42.81 kg/hari atau 0.001 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 806.50 kg/hari atau 0.0002 mg/lt.
Sungai Judeg Pada Sungai Judegrerata harian beban pencemar polutan Organik N di sungai adalah sebesar 49.58 kg/hari atau 0.003 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 5123 kg/hari atau 0.006 mg/lt. III - 20
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Sungai Outlet Muara Sungai Bogel Pada Sungai Muara Bogel rerata harian beban pencemar polutan Organik N di sungai adalah sebesar 92.54 kg/hari atau 0.0007 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 1546 kg/hari atau 0.0004 mg/lt.
Gambar 3.15. Peta Sebaran Beban Polutan Organik N Sunga DAS Bogel (kg/Bulan) 3.6.5.2. Kajian Beban Pencemar Sungai Polutan Organik P Rerata beban Polutan Organik P seluruh beban sungai sungai di DAS Bogel adalah sebesar : 60.38 kg/Bulan. Dimana sebaran beban pencemaran sungai parameter Organik P masing-masing titik tinjau outlet sungai adalah sebagai berikut : 1. Sungai Kedung Wungu Pertemuan Sungai Bacem 153.22 kg/Bulan 2. Sungai Bacem 246.23 kg/Bulan 3. Sungai Gesing 155.53 Kg/Bulan 4. Sungai Judeg 152.74 kg/Bulan 5. Dan Muara Sungai Bogel 282.25 kg/Bulan
III - 21
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Berdasarkan nilai tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber pencemar lahan, yang berdampak pada inflow polutan besar yaitu pada lahan Sub DAS Bacem, Kedung Wungu, dan Judeg.
Sungai Kedungwungu Pada Sungai Kedung wungu rerata harian beban pencemar polutan Organik N di sungai adalah sebesar 4.90 kg/hari atau 0.0002 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 134.9 kg/hari atau 0.0002 mg/lt.
Sungai Bacem Pada Sungai Bacemrerata harian beban pencemar polutan Organik P di sungai adalah sebesar 7.882 kg/hari atau 0.0002 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 249.5 kg/hari atau 0.0002 mg/lt.
Sungai Gesing Pada Sungai Gesingrerata harian beban pencemar polutan Organik P di sungai adalah sebesar 4.97 kg/hari atau 0.0001 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 78.89 kg/hari atau 0.00002 mg/lt.
Sungai Judeg Pada Sungai Judegrerata harian beban pencemar polutan Organik P di sungai adalah sebesar 4.898 kg/hari atau 0.0003 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 418.5 kg/hari atau 0.0005 mg/lt.
Sungai Outlet Muara Sungai Bogel Pada Sungai Muara Bogel rerata harian beban pencemar polutan Organik P di sungai adalah sebesar 92.54 kg/hari atau 0.0007 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 1546 kg/hari atau 0.0004 mg/lt.
III - 22
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.16. Peta Sebaran Rerata Beban Polutan Organik P Sungai DAS Bogel (kg/Bulan) 3.6.5.3. Kajian Beban Pencemar Sungai Polutan NO3 Rerata beban Polutan NO3 seluruh beban sungai sungai di DAS Bogel adalah sebesar : 2707.412 kg/Bulan. Dimana sebaran beban pencemaran sungai parameter NO3 masing-masing titik tinjau outlet sungai adalah sebagai berikut : 1. Sungai Kedung Wungu Pertemuan Sungai Bacem 5102.85 kg/Bulan 2. Sungai Bacem 27968.36 kg/Bulan 3. Sungai Gesing 13281.56 Kg/Bulan 4. Sungai Judeg 2917.28 kg/Bulan 5. Dan Muara Sungai Bogel 55893.53 kg/Bulan Berdasarkan nilai tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber pencemar lahan, yang berdampak pada inflow polutan besar yaitu pada lahan Sub DAS Bacem, Kedung Wungu, dan Judeg.
III - 23
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Sungai Kedungwungu
Gambar 3.17. Pola Rerata Beban Polutan NO3 Sungai Kedung Wungu (kg/Bulan)
Sungai Bacem Pada Sungai Bacem rerata harian beban pencemar polutan NO3 di sungai adalah sebesar 910.25 kg/hari atau 0.024 mg/lt.
Sungai Gesing Pada Sungai Gesingrerata harian beban pencemar polutan NO3 di sungai adalah sebesar 431.25 kg/hari atau 0.01 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 14760 k g/hari atau 0.0044 mg/lt.
Sungai Judeg Pada Sungai Judegrerata harian beban pencemar polutan NO3 di sungai adalah sebesar 95.35 kg/hari atau 0.0052 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 3959 kg/hari atau 0.0045 mg/lt.
Sungai Outlet Muara Sungai Bogel Pada Sungai Muara Bogel rerata harian beban pencemar polutan NO3 di sungai adalah sebesar 1810 kg/hari atau 0.014 mg/lt.
III - 24
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.18. Peta Sebaran Rerata Beban Polutan NO3 Sungai DAS Bogel (kg/Bulan) 3.6.5.4. Kajian Beban Pencemar Sungai Polutan Mineral P Rerata beban Polutan Mineral P seluruh beban sungai sungai di DAS Bogel adalah sebesar : 525.67 kg/Bulan. Dimana sebaran beban pencemaran sungai parameter Mineral P masing-masing titik tinjau outlet sungai adalah sebagai berikut : 1. Sungai Kedung Wungu Pertemuan Sungai Bacem 1451.75 kg/Bulan 2. Sungai Bacem 2704.96 kg/Bulan 3. Sungai Gesing 2914.23 Kg/Bulan 4. Sungai Judeg 961.48 kg/Bulan 5. Dan Muara Sungai Bogel 9398.01 kg/Bulan Berdasarkan nilai tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber pencemar lahan, yang berdampak pada inflow polutan besar yaitu pada lahan Sub DAS Bacem, Kedung Wungu, dan Judeg.
III - 25
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.19. Peta Sebaran Rerata Beban Polutan Mineral P Sungai DAS Bogel (kg/Bulan)
III - 26
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
3.1.
UMUM .........................................................................................................................1
3.2.
KAJIAN SEBARAN LIMPASAN PERMUKAAN LAHAN DAS BOGEL ......................1
3.3.
KAJIAN SEBARAN LAJU EROSI LAHAN DAS BOGEL ..........................................2
3.4.
TINGKAT KEKRITISAN LAHAN.................................................................................3
3.5.
KAJIAN SEBARAN SUMBER PENCEMARAN LAHAN DAS BOGEL.......................5 3.5.1. Polutan Organik N di Lahan DAS Bogel................................................5 3.5.2. Polutan Organik P di Lahan DAS Bogel................................................6 3.5.3. Polutan Organik NO3 di Lahan DAS Bogel...........................................7 3.5.4. Polutan Phospor Terlarut di Lahan DAS Bogel .....................................8 3.5.5. Polutan Mineral P di Lahan DAS Bogel.................................................9
3.6.
KAJIAN FASE DI SUNGAI DAS BOGEL....................................................................10 3.6.1. Skema Sungai di Lokasi Studi Untuk Analisa Hidrologi.........................11 3.6.2. Ketersediaan Debit Sungai Sungai DAS Bogel .....................................11 3.6.3. High Flow Peluang Banjir DAS Bogel ...................................................14 3.6.4. Beban Sedimen Sungai Sungai DAS Bogel..........................................18 3.6.5. Beban Pencemaran Kualitas Air Sungai Sungai DAS Bogel ....................................................................................................19 3.6.5.1. ..............................................................................................................Kajian Be 3.6.5.2. ..............................................................................................................Kajian Be 3.6.5.3. ..............................................................................................................Kajian Be 3.6.5.4. ..............................................................................................................Kajian Be
Tabel 3.1. Rerata Laju Limpasan Permukaan Lahan DAS Bogel ...................... 1 Gambar 3.1. Peta Sebaran Laju Limpasan Permukaan Lahan DAS Bogel 2 Tabel 3.2. Rerata Laju Erosi Lahan DAS Bogel .................................................. 2 Tabel 3.3. Luas dan Kelas Kekritisan lahan DAS Bogel .................................... 3 Gambar 3.2. Rerata Bulanan Laju Erosi Lahan (ton/ha/Bulan) DAS Bogel 3 Gambar 3.3. Rerata Tahunan Laju Erosi Lahan DAS Bogel (ton/ha/Tahun) 4 Gambar 3.4. Peta Sebaran Kelas Kekritisan Lahan DAS Bogel................. 4 Tabel 3.4. Rerata Sumber Pencemar Polutan Organik N Lahan DAS Bogel .... 5 Gambar 3.5. Peta Sebaran Polutan Organik N (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 6 Tabel 3.5. Rerata Sumber Pencemar Polutan Organik P Lahan DAS Bogel (kg P/ha/Bulan) 6 Gambar 3.6. Peta Sebaran Polutan Organik P (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 7 Tabel 3.6. Rerata Sumber Pencemar Polutan NO3 Lahan DAS Bogel (kg P/ha/Bulan) 7
III - 27
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 3.7. Peta Sebaran Polutan NO3 (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 8 Tabel 3.7. Rerata Sumber Pencemar Polutan Phospor Terlarut Lahan DAS Bogel (kg P/ha/Bulan) ................................................................................................ 8 Gambar 3.8. Peta Sebaran Polutan Phospor Terlarut (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 9 Gambar 3.9. Peta Sebaran Polutan Phospour Terlarut (kg/ha/Bulan) Lahan DAS Bogel 10 Tabel 3.8. Ketersediaan Debit Rerata Harian Bulan Sungai Kedungwungu (m3/det) 12 Tabel 3.9. Ketersediaan Debit Andalan 80 % Sungai Kedungwungu (m3/det) 12 Tabel 3.10. Ketersediaan Debit Rerata Harian Bulan Sungai Bacem (m3/det) ..12 Tabel 3.11. Ketersediaan Debit Andalan 80 % Sungai Bacem (m3/det).............12 Tabel 3.12. Ketersediaan Debit Andalan 80 % Sungai Gesing (m3/det) ............13 Tabel 3.13. Ketersediaan Debit Andalan 80 % Sungai Judeg (m3/det) ..............13 Gambar 3.10. Peta Sebaran Debit Rerata Sungai Sungai DAS Bogel ........14 Gambar 3.11. Peta Das di Sistem Sungai Bogel ..........................................14 Tabel 3.14. Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu untuk Sub Das Lodoyo ....15 Tabel 3.15. Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu Sub Das Bacem................15 Tabel 3.16. Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu Sub Das Judeg.................16 Tabel 3.17. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan Untuk Titik Kontrol 1(Pertemuan Sungai) ................................................................................................16 Tabel 3.18. Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu Sub Das Judeg 2..............17 Gambar 3.12. Hidrograf Banjir Rancangan DAS Kali Bogel........................17 Gambar 3.13. Transpor Sedimen Sungai Bacem (ton/hari).........................18 Gambar 3.14. Peta Sebaran Rerata Sedimen Sungai DAS Bogel (ton/Bulan) 19 Gambar 3.15. Peta Sebaran Beban Polutan Organik N Sunga DAS Bogel (kg/Bulan) 21 Gambar 3.16. Peta Sebaran Rerata Beban Polutan Organik P Sungai DAS Bogel (kg/Bulan) 23 Gambar 3.17. Pola Rerata Beban Polutan NO3 Sungai Kedung Wungu (kg/Bulan) 24 Gambar 3.18. Peta Sebaran Rerata Beban Polutan NO3 Sungai DAS Bogel (kg/Bulan) 25 Gambar 3.19. Peta Sebaran Rerata Beban Polutan Mineral P Sungai DAS Bogel (kg/Bulan) 26
III - 28
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
BAB IV Indeks Kerusakan DAS
4.1.
UMUM Indeks merupakan indikator untuk mengukur suatu nilai tertentu dengan standar atau dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Indeks kerusakan DAS adalah suatu cara untuk memonitor dan mengevaluasi kondisi lingkungan DAS secara kuantitatif dengan standard tertentu. Indeks akan menggambarkan kinerja DAS dari skala kondisi bagus, sedang dan rusak. Jika kondisi komponen DAS / HRU Hidrology Respon Unit (Lahan, hidrologi, penduduk, sosial ekonomi dan kelembagaan ) kurang dari jumlah tertentu berarti DAS dalam kondisi tidak terganggu (normal, tidak rusak). Indeks disusun berdasarkan parameter parameter kunci yang diperkirakan mempunyai indikasi yang kuat terhadap perkembangan kondisi suatu DAS.
IV - 1
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Tabel 4.1. Kriteria Dan Indikator Kinerja DAS KRITERIA
INDIKATOR 1 Penutupan Vegetasi
A. PENGGUNAAN LAHAN 2 Kesesuaian Penggunaan Lahan 3 Erosi, Indeks Erosi (IE) 4 Pengolahan Lahan
1 Debit Air Sungai]
B. TATA AIR
C. SOSIAL
PARAMETER
LVP x100% LuasDAS LPS KPL LuasDAS Erosi Aktual IE Erosi yang ditoleransi
IPL =
Pola Tanam ( c ) dan tindakan konservasi (P)
Q max Q min Sd b. CV x100% Qrata rata Kebutuhan c. IPA Persediaan a.
KRS
2 Kandungan Sedimen
Kadar lumpur dalam air
3 Kandungan Pencemar (Polutan) 4 Nisbah hantar sedimen (SDR)
Kadar biofisik kimia
1 Kepedulian Individu
E Kegiatan positip konservasi mandiri
2 Partisipasi Masyarakat
% kehadiran masyarakat dalam kegiatan bersama
3 Tekanan Penduduk Terhadap Lahan
Indek Tekanan Penduduk (TP)
SDR
TotalSe dim en TotalErosi
TP zx
1 Ketergantungan Penduduk Terhadap Lahan
Kontribusi pertanian terhadap total pendapatan keluarga
2 Tingkat Pendapatan 3 Produktivitas Lahan 4 Jasa Lingkungan (Air, wisata, iklim mikro, umur waduk)
Pendapatan keluarga/tahun Produksi/ha/thn Internalitas dari externalitas pembiayaan pengelolaan bersama (Cost Sharing) Peranan lembaga local dalam penghelolaaan DAS Intervensi Pemerintah Konflik Jumlah Unit Usaha
D. EKONOMI
E. KELEMBAGAAN
fP 0(1 r ) L
t
1 Pemberdayaan lembaga lokal/adat 2 Ketergantungan Masyarakat Kepada Pemerintah 3 KISS 4 Kegiatan Usaha Bersama
IV - 2
STANDAR EVALUASI IPL > 75 % baik IPL = 30 %– 75% sedang IPL < 30 % jelek KPL > 75 % baik KPL = 40%-75% sedang KPL < 40% jelek IE ≤ 1 baik IE > 1 Jelek
KETERANGAN IPL = Indeks Penutupan Lahan LVP = Luas lahan bervegetasi permanen Informasi dari peta penutup lahan / land use LPS = luas penggunaan lahan sesuai. Rujukan kesesuaian penggunaan lahan adalah RT, RW dan atau pola RLKT
C x P 0.10 baik C x P = 0.10-0.15 sedang C x P 0.10 Jelek KRS < 50 baik KRS = 50 – 120 sedang KRS > 120 buruk
Perhitungan nilai C & P merujuk pedoman RTL-RLKT tahun 1998
Perhitungan erosi merujuk pedoman RTL – RLKT 1998
Data SPAS PU/BRLKT/HPH Q = debit sungao
CV <10% baik CV> 10% Jelek
CV = Coefisien Varian Sd = Standar deviasi Data SPAS
Nilai IPA semakin kecil semakin baik
IPA = Indeks Penggunaan Air
Semaikn menurun semakin baik menurut mutu peruntukan Menurut stndar yang berlaku SDR < 50% Normal SDR 50% - 75% Tidak Normal SDR > 75% Rusak Ada, tidak ada
Data SPAS
> 70% tinggi 40% - 70% sedang < 40% rendah TP < 1 ringan TP = 1 – 2 sedang TP> 2 berat
Dari data pengamatan atau Laporan instansi terkait
> 75% tinggi 50% - 75% sedang < 50% rendah Garis kemiskinan BPS Menurun, tetap, meningkat Ada, tidak ada
Stndar baku yang berlaku, misal : PP 20/1990 Data SPAS dan perhitungan/pengukuran erosi Data dari instansi terkait
T = waktu dalam 5 tahun z = luas lahan pertanian minimum utk hidup layak/petani f = proporsi petani terhadap populasi penduduk Das P0 = Jumlah penduduk tahun 0 L = Luas Lahan pertanian R = Pertumbuhan Penduduk/thn Dihitung KK/thn Data dari instansi terkait atau petani sample Data dari instansi terkait atau petani sample Data BPS atau petani sample Dalam bentuk pajak, retribusi untuk dana lingkungan
Berperan, tidak berperan
Data hasil pengamatan
Tinggi, sedang, rendah Tinggi, sedang, rendah Bertambah, berkurang, tetap
Data hasil pengamatan Data hasil pengamatan Data dari instansi terkait
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
4.2.
Evaluasi Kinerja DAS
4.2.1. Evaluasi Komponen Lahan Indikator evaluasi komponen lahan DAS adalah terdiri dari : 1. Penutupan vegetasi Pada DAS Bogel prosentase luasan fungsi lahan adalah sebagai berikut : Tabel 4.2. Porsentasi Pemanfaatan Lahan Fungsi Lahan Luas % Perkebunan 2300.689 40.19 Padang Rumput\Tanah Kosong 159.176 2.78 Sawah Irigasi 173.151 3.02 Sawah Tadah Hujan 1003.574 17.53 Semak Belukar 3.063 0.05 Tanah Ladang 1015.646 17.74
IPL =
LVP x100% LuasDAS
IPL = Indeks Penutupan Lahan LVP = Luas lahan bervegetasi permanen Informasi dari peta penutup lahan / land use
Informasi dari peta penutup lahan / land use tersebut diatas maka nilai LVP adalah pada lahan perkebunan, yakni perkebunan yang di kelola oleh perhutani sebesar 40,19 %. Sehingga indikator kerja DAS Indeks Penutupan lahan masuk kategori evaluasi Sedang. 2. Kesesuaian Penggunaan lahan
KPL
LPS LuasDAS
LPS = luas penggunaan lahan sesuai. Rujukan kesesuaian penggunaan lahan adalah RT, RW dan atau pola RLKT
Nilai total lahan yang sesuai dengan RTRW adalah seluas : 78,48 ha, maka nilai KPL adalah : 78,48% % Indikartor Baik KPL > 75 % baik KPL = 40%-75% sedang KPL < 40% jelek
IV - 3
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
3. Erosi, Indeks Erosi
IE
Erosi Aktual Erosi yang ditoleransi
IE ≤ 1 baik IE > 1 Jelek Diketahu dari hasil pemodelan hidrologi AVSWAT 2000 bahwa rerata laju erosi DAS Bogel adalah sebesar : 123.45 ton/ha/tahun maka nilai IE adalah > 1 (jelek) 4. Pengolahan Lahan Pola Tanam ( c ) dan tindakan konservasi (P) dengan syarat batas/Indikator sebagai berikut :
C x P ≤ 0.10 baik C x P = 0.10-0.15 sedang C x P ≥0.15 Jelek Diketahui nilai CxP rerata DAS Bogel = 0,119, maka indikator kinerja das pada kelas sedang. 4.2.2. Evaluasi Komponen Tata Air Diketahui Bahwa : Debit Outlet DAS Bogel adalah sebesar : 1,56 m3/det dan Q minimum rerata adalah sebesar : 0,032 m3/det, Q maks = 3,9 m3/det, dan kebutuhan layanan air sebesar : 2,02 m3/det maka : DAS Bogel evaluasi kinerja DAS komponen tata air adalah : 1. IPA =
Defisit
2. KRS = 3.94 / 0.032 =123,2 a- Buruk/Jelek 3. CV
Sd 1,4 x100% x100% 89,8% Jelek Qrata rata 1,56
Berdasarkan kajian evaluasi kinerja DAS Bogel diatas maka disimpulkan bahwa secara global Kinerja DAS Bogel dinilai pada kondisi jelek, sehingga dibutuhkan upaya konservasi untuk menanggulangi : 1. 2. 3. 4.
Tingkat laju erosi lahan DAS Tingkat laju sedimentasi Sungai Tingkat pencemaran kualitas air Dan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi. Detail kebutuhan konservasi di sajikan pada pembahasan BAB Vi.
IV - 4
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Tabel 4.3. Evaluasi Kinerja DAS KRITERIA A. PENGGUNAAN LAHAN
INDIKATOR 1 Penutupan Vegetasi 2 Erosi, Indeks Erosi (IE) 3 Pengolahan Lahan
1 Debit Air Sungai]
LVP x100% LuasDAS
40,19 %. Sehingga indikator kerja DAS Indeks Penutupan lahan masuk kategori evaluasi Sedang
IE
Erosi Aktual Erosi yang ditoleransi
laju erosi DAS Bogel adalah sebesar : 123.45 ton/ha/tahun maka nilai IE adalah > 1 (jelek)
Pola Tanam ( c ) dan tindakan konservasi (P)
a.
c.
4 Nisbah hantar sedimen (SDR) C. SOSIAL
LPS LuasDAS
KRS
b. CV
3 Kandungan Pencemar (Polutan)
Q max Q min
1.IPA =
IPA
Defisit
2.KRS = 3.94 / 0.032 =123,2 a- Buruk/Jelek 3. CV
Kebutuhan Persediaan
Organik P = 0,07 mg/lt Organik N = 0,711 mg/lt NO3 = 13,82 mg/lt Mineral P = 2,32 mg/lt
Sd 1,4 x100% x100% 89,8% Qrata rata 1,56
Jelek
2 Partisipasi Masyarakat
% kehadiran masyarakat dalam kegiatan bersama
40% - 70% sedang
3 Tekanan Penduduk Terhadap Lahan
Indek Tekanan Penduduk (TP)
1 Ketergantungan Penduduk Terhadap Lahan
3 Jasa Lingkungan (Air, wisata, iklim mikro, umur waduk) 1 Pemberdayaan lembaga lokal/adat 2 Ketergantungan Masyarakat Kepada Pemerintah 3 KISS 4 Kegiatan Usaha Bersama
CV = Coefisien Varian Sd = Standar deviasi Data SPAS IPA = Indeks Penggunaan Air
Data SPAS dan perhitungan/pengukuran erosi
E Kegiatan positip konservasi mandiri
TotalSe dim en = 19% TotalErosi
Perhitungan nilai C & P merujuk pedoman RTL-RLKT tahun 1998 LPS = luas penggunaan lahan sesuai. Rujukan kesesuaian penggunaan lahan adalah RT, RW dan atau pola RLKT Data SPAS PU/BRLKT/HPH Q = debit sungao
Stndar baku yang berlaku, misal : PP 20/1990
1 Kepedulian Individu
SDR
IPL = Indeks Penutupan Lahan LVP = Luas lahan bervegetasi permanen Informasi dari peta penutup lahan / land use Perhitungan erosi merujuk pedoman RTL – RLKT 1998
Total p= Kelas IV NO3 = Kelas III SDR < 50% Normal SDR 50% - 75% Tidak Normal SDR > 75% Rusak Ada
2 Produktivitas Lahan
D. KELEMBAGAAN
Diketahui nilai CxP rerata DAS Bogel = 0,119, maka indikator kinerja das pada kelas sedang Nilai total lahan yang sesuai dengan RTRW adalah seluas : 78,48 ha, maka nilai KPL adalah : 78,48% % Indikartor Baik
Sd x100% Qrata rata
Data dari instansi terkait Dari data pengamatan atau Laporan instansi terkait
Kontribusi pertanian terhadap total pendapatan keluarga Produksi/ha/thn
> 75% Menurun
t = waktu dalam 5 tahun z = luas lahan pertanian minimum utk hidup layak/petani f = proporsi petani terhadap populasi penduduk Das P0 = Jumlah penduduk tahun 0 L = Luas Lahan pertanian R = Pertumbuhan Penduduk/thn Dihitung KK/thn Data dari instansi terkait atau petani sample Data BPS atau petani sample
Internalitas dari externalitas pembiayaan pengelolaan bersama (Cost Sharing) Peranan lembaga local dalam penghelolaaan DAS Intervensi Pemerintah
Tidak Ada,
Dalam bentuk pajak, retribusi untuk dana lingkungan
Berperan (BPD) dan Perhutani
Data hasil pengamatan
Tinggi
Data hasil pengamatan
Konflik
rendah
Data hasil pengamatan
Jumlah Unit Usaha
Bertambah (TAHURA,PJT I, Proyek Brantas, PPSA, LSM sekitar)
Data dari instansi terkait
TP zx
C. EKONOMI
KETERANGAN
IPL =
KPL B. TATA AIR
EVALUASI
PARAMETER
fP 0(1 r ) L
t
IV - 5
TP = 1 – 2 sedang
tinggi
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
4.1.
UMUM 1
4.2.
Evaluasi Kinerja DAS 3
4.2.1. Evaluasi Komponen Lahan 3 4.2.2. Evaluasi Komponen Tata Air 4 Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3.
Kriteria Dan Indikator Kinerja DAS ...................................................................... 2 Porsentasi Pemanfaatan Lahan ........................................................................... 3 Evaluasi Kinerja DAS............................................................................................. 5
IV - 6
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
BAB V PERENCANAAN KONSERVASI
5.1.
UMUM Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu ekosistem yang secara geomorfologi terdiri dari 3 sub sistem besar yaitu ekosistem pesisir, ekosistem dataran dan ekosistem perbukitan/pegunungan, yang secara ekologi mempunyai kesinambungan dalam kesatuan yang tidak terpisahkan. Pesatnya pembangunan di lahan DAS sering tidak memperhatikan aspek lingkungan dan daya dukung lahan sehingga berakibat pada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tataruang. Pada pembahasan Bab ini berisi tentang perencanaan Konservasi yang diusulkan di wilayah DAS Bogel, untuk menanggulangi kerusakan lahan DAS Bogel. Prinsip dasar konservasi yang di usulkan adalah untuk tujuan : 1. Upaya penanganan Erosi Lahan dan Limpasan permukaan Lahan 2. Upaya Penanganan Sedimen Sungai 3. Penanganan tingkat sedimentasi di sungai sungai DAS Bogel 4. Upaya Penanganan Banjir Sungai Bogel 5. Upaya Penanganan Kualitas air 6. Pengamanan yang dapat di lakukan adalah : Berikut ini adalah pembahasan masing masing perencanaan Konservasi yang di usulkan pada Management DAS Bogel :
5.2.
SITE PLAN UPAYA KONSERVASI DAS BOGEL Site plan Upaya Konservasi merupakan rencana master Plan Konservasi DAS Bogel secara keseluruhan untuk tujuan upaya penanganan aspek aspek di atas. Berikut ini merupakan site plan konservasi DAS Bogel :
5.3.
Penanganan Penghutanan Kembali Wilayah DAS yang harus di akukan penghutanan kembai / Reforestation adalah wilayah perbukitan sebelah selatan, yaitu wilayah : 1. Kecamatan Sutojayan Desa Kaulon, Sumber Jati, Pandanarum 2. Kecamatan Sutojayan Desa Panggung Asri, Bacem, Margomulyo, Sukorejo
V-1
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Berikut ini adalah luasan lahan kebutuhan Konservasi penghutanan kembali, di DAS Bogel : Tabel 5.1. Luas Lahan Yang Harus DiKonservasi Penghijauan/Penghutanan Kembali Menurut Wilayah Administrasi Pada DAS Bogel Kecamatan KADEMANGAN PANGGUNGREJO
SUTOJAYAN
Desa PLOSOREJO SUMBERJATI BUMIAYU KALITENGAH MARGO MULYO PANGGUNG ASRI PANGGUNGASRI/HTN BACEM JINGGLONG KAULON/HTN KEDUNG BUNDER PANDANARUM SOTOJAYAN SUKOREJO SUMBERJO
Luas lahan Konservasi ha 120.68 130.954 120.287 0.875 347.456 15.872 231.837 33.657 34.483 1046.397 143.65 310.157 8.091 81.346 2.545
Berikut di bawah ini adalah usulan tindakan Upaya Konservasi di wilayah DAS Bogel, yang dapat diterapkan untuk menjaga kelestarian DAS dan mengurangi potensi bencana yang bisa terjadi di lahan lahan DAS Bogel. 5.3.1.
Upaya Konservasi Kecamatan Kademangan
Desa plosorejo, adalah lahan dengan kelerengan 5,5 % - 17 %, lahan yang harus dikonservasi seperti pada gambar yaitu area Tegalan dan Kebun. Tindakan konservasi penghutanan kembali di usulkan pada lahan lahan kemiringan > 10 % dengan tataguna lahan saat ini adalah kebun, dengan luasan sebesar : 46,41 ha, yaitu pada area lokasi X ; 628457,24 dan Y : 9094827,37 Upaya Konservasi yang di terapkan adalah dengan melakukan penanaman pohon tanaman
V-2
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
keras tahunan seperti Pohon Jati, Pohon Sengon, atau bisa juga Pohon Kayu Putih. Penanaman Pohon kayu putih tersebut dapat memberikan dampak yang sangat bagus untuk penduduk sekitar. Pengelolaan lahan di usulkan untuk dikelola langsung oleh PERHUTANI. Pada Desa Sumberjati memiliki kelerengan 2 – 10 %, lahan tersebut dapat langsung di kelola oleh masyarakat sekitar. Di Desa Semberjati ini didapati lahan lahan kosong ditanami rerumputan pada areal perbukitan kelerengan 10%, dengan luasan 4,21 ha, luasan wilayah ini dalam waktu jangka pendek haruslah segera dilakukan penanaman kembali atau pengaturan manajemen lahan yang lebih bagus, dengan cara Pemberdayaan dan Pendampingan Masyarakat, penanaman kembali dengan jenis tanam yang produktif, yaitu pada lokasi geografis UTM X : 627556,61 dan Y : 9094179,86 Pada gambar terlihat citra warna coklat merupakan lahan terbuka pada areal perbukitan, dimana luasan lahan tersebut diperlukan upaya penanaman kembali dengan menggunakan jenis tanaman keras musiman.
V-3
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Untuk luasan lainnya dengan kemiringan lahan <10% dilakukan pemantaban cara pengolahan lahan pengaturan Drainase dan terasering, serta pengaturan tata drainase agar aju limpasan dapat diarahkan pengalirannya.Pengolahan lahan di Desa Sumberjati dapat dikelola langsung oleh masyarakat sekitar. 5.3.2.
Upaya Konservasi Kecamatan Panggungrejo
Pada area panggungrejo, yakni Desa Bumiayu, Kali Tengah, Margo Mulyo, Panggung Asri, merupakan lahan lahan yang membutuhkan tindakan konservasi penanaman kembali.
V-4
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
1. Desa Bumi ayu Areal ahan Desa Bumi ayu dengan kelerengan ≥ 10 % seluas 23,36 ha, lokasi 640240,95 dan Y : 9094597,05 di manfaatkan untuk tegalan dan kebun. Berdasarkan citra diatas tegalan dengan jenis kerapatan tanam yang jarang, atau menjadi lahan kosong, dan juga jenis penggunaan lahan tegalan/ladang pada kemiringan ≥ 10 % adalah riskan terhadap erosi lahan dalam jumlah besar. Penanganan jangka panjang lahan Desa Bumi Ayu adalah seluas 96,92 ha, untuk lahan lahan dengan kemiringan < 10%, pada lahan tanah ladang dan kebun. Pada lahan desa Bumi ayu diusulkan adanya sistem pemberdayaan masyarakat untuk mengolah lahan tegalannya menjadi lebih baik dengan konsep terasering yang bagus, pembuatan saluran saluran drainase, serta memberikan penanaman tanaman tambahan untuk memberikan dampak kerapatan tanaman di lahan lahan Desa Bumi ayu.
V-5
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
2. Desa Margo Mulyo
Kawasan Perbukitan di Desa Margo Mulyo, didapati 5,65 ha lahan kosong dengan tingkat kemiringan lahan 15,8%. Pada lahan tersebut diusukan penghutanan kembali dengan tanaman keras tahunan seperti Jati, Sengon, kayu putih, Karet, Kapas, Kopi. Dan lahan lahan lainnya, harus ditangani dalam jangka waktu pendek, pada lokasi geografis UTM X : 638288,12 dan Y : 9093783,37. Penanganan jangka waktu pendek lainnya adalah pada lahan lahan perkebunan 54,09 ha dan tegalan ladang 24,45 ha pada kelerengan 10% > Lahan< 15%. Upaya konservasi wilayah Desa Margomulyo ini dapat dilakukan secara pemberdayaan Masyarakat karena lokasi nya sangat dekat dengan lokasi pemukiman masyarakat bagian hilirnya. Dengan kendali Pemerintah Daerah dan PERHUTANI program Konservasi Pemberdayaan Masyarakat ini dapat dilaksanakan.
V-6
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
3. Desa Panggung Asri
Pada Desa Panggung Asri, terdapat pembukaan lahan yang sangat besar di wilayah perbukitan bagian selatan, yang saat ini dimanfaatkan sebagai area tegalan/tanah ladang. Kemiringan lahan di daerah Desa Panggungasri adalah : 10 – 15 % dengan total luas 56,2 ha dengan difungsikan sebagai tanah ladang tersebut (X : 639045,47 dan Y : 9092788,18) Pada lahan Perbukitan Desa panggungasri ini, upaya Konservasi juga dapat dilakukan secara pemberdayaan masyarakat, Dengan kendali Pemerintah Daerah dan PERHUTANI untuk penghutanan kembali dengan tanaman keras tahunan seperti Jati, Sengon, kayu putih, Karet, Kapas, Kopi. 5.3.3.
Upaya Konservasi Kecamatan Sutojayan
1. Desa Kaulon Pada lahan kecamatan Sutojayan Desa Koulon perbukitan bagian selatan dengan kemiringan lahan 15%-20% seluas 41,65 ha, saat ini menjadi lahan terbuka. Berdasarkan hasil perhitungan hidrologi erosi lahan pada kajian BAB 4 laporan ini, areal lahan tersebut memiliki tingkat kekritisan kelas IV. ( X : 636141,26, Y : 9092938,40) Konservasi yang diusulkan adalah peningkatan status lahan di area ini menjadi Kawasan Lindung, dengan luasan lahan 41,65 ha tersebut diatas. Peningkatan status kawasan lindung ini, maka pengolahan dan kepemilikan lahan mutlak dalam pengawasan Pemerintah Indonesia melalui Dinas Kehutanan, Perhutani, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar.
V-7
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Dalam waktiu jangka dekat juga dilakukan pengelolaan dan perbaikan lahan seluas 209.56 ha pada kawasan lahan lereng < 5%
2. Desa Kedung Bunder Pada Desa kedung Bunder terdapat lahan dengan kemiringan lahan 16% 22 % seluas 14,38 ha, saat ini di fungsikan sebagai tanah ladang. Lokasi lahan tersebut adalah berada pada bagian hulu dari area pemukiman sekjitar. Konservasi yang dapat di berlakukan pada lahan Desa Kedung Bunder adalah peningkatan status jenis tanam pada lahan lahan tegalan, menjadi tanaman industri tahunan, seperti :
Kapas
Kopi,
Kayu Putih
Dan tanaman tegalan
V-8
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Beserta pengolahan teknis lahan yang bagus, yaitu perencanaan terasering, saluran drainase, Penyusunan Global Jadwal Tanam, dan penjadwalan Panen raya 3. Desa Pandan Arum
Lahan seluas 28 ha telah mengalami pembukaan lahan menjadi lahan kosong dan tanaman
tegalan
intensitas
dengan
tanam
yang
rendah. Pada areal lahan ini di nilai cocok sebagai Wisata
jika
dimanfaatkan
lahan berupa
Konservasi Wisata
Arboretum dengan isian tanaman tanaman keras yang memiliki nilai kelangkaan dan tanaman tanaman buah dan bunga, yang sesuai dengan iklim di Kabupaten Blitar. Pengolahan Kawasan wisata Konservasi Arboretum ini dapat di kelola atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Blitar, Dinas Pariwisata dan Dinas Kehutanan. Pembukaan lahan ini juga akan menambah nilai aset pendapatan di wilayah Desa Pandan Arum.
V-9
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 5.1. Peta Lokasi Usulan Konservasi Perlindungan Kawasan Tanam 5.4.
PENANGANAN BESAR SEDIMEN SUNGAI DAS BOGEL
5.4.1.
Lokasi Chek Dam
Berdasarkan nilai tingkat sedimen di seluruh outlet outlet jaringan Sungai dan besar erosi, kekritisan lahan di DAS Bogel pada BAB 4, maka dapat di usulkan lokasi-lokasi perencanaan bangunan pengendali sedimen. Untuk tujuan menghambat laju sedimentasi kearah hilir sungai pada lokasi yang direncanakan bangunan Check DAM. Lokasi Usulan Check Dam adalah tersebar, yaitu di : 1. Desa Pandan Arum Kali Gonjongan x : 630770.048, Y : 9094837.8 dengan beban Sedimen Inflow = 2755 ton/Bulan atau 966.67 m3/bulan 2. Desa Pandan Arum Anak Sungai Kali Gonjongan x : 632024.331, Y : 9094684.903 dengan beban Sedimen Inflow = 1409,9 ton/Bulan atau 494.70 m3/bulan 3. Desa Pandan Arum Anak Sungai Kali Gonjongan x : 632324.989, Y : 9094709.6 dengan beban Sedimen Inflow = 5968,92 ton/Bulan atau 2094.36 m3/bulan V - 10
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
4. Desa Bacem x : 635502.492, Y : 9093879.074 dengan beban Sedimen Inflow = 2268.07 ton/Bulan atau 795.81 m3/bulan 5. Desa Margo Mulyo Kali Kedungpuring x : 638319.472, Y : 9094943.76 dengan beban Sedimen Inflow = 4350,86 ton/Bulan atau 1526.62 m3/bulan 6. Desa Sumber Rejo Kali Kedungpuring x : 636152.198, Y : 9094947.814 dengan beban Sedimen Inflow = 7804.35 ton/Bulan atau 2738.36 m3/bulan
Gambar 5.2. Peta Lokasi Usulan Check Dam Tipikal Volume Check DAM adalah sebagai berikut : Desain Tinggi Check Dam = 3.5 m Maka perhitungan volume yang dapat ditampung Check Dam adalah sebagai berikut : dengan :
mxn V = ½ x m n x B x H2 dengan : V
= Volume sedimen yang tertampung
n
= 1/i
i
= slope rata-rata sungai = 0.0018 V - 11
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
m
= 3/2 n
B
= lebar dasar sungai
H
= tinggi check dam
Diambil pendekatan bahwa rerata lebar sungai yang ada 15 m maka : 1. Check Dam 1 Desa Pandan Arum Kali Gonjongan x : 630770.048, Y : 9094837.8 dengan beban Sedimen Inflow = 2755 ton/Bulan atau 966.67 m3/bulan mengalami Penuh Sedimen tahun ke 13 2. Desa Pandan Arum Anak Sungai Kali Gonjongan x : 632024.331, Y : 9094684.903 dengan beban Sedimen Inflow = 1409,9 ton/Bulan atau 494.70 m3/bulan mengalami Penuh Sedimen tahun ke 26 3. Desa Pandan Arum Anak Sungai Kali Gonjongan x : 632324.989, Y : 9094709.6 dengan beban Sedimen Inflow = 5968,92 ton/Bulan atau 2094.36 m3/bulan mengalami Penuh Sedimen tahun ke 6 4. Desa Bacem x : 635502.492, Y : 9093879.074 dengan beban Sedimen Inflow = 2268.07 ton/Bulan atau 795.81 m3/bulan mengalami Penuh Sedimen tahun ke 6 5. Desa Margo Mulyo Kali Kedungpuring x : 638319.472, Y : 9094943.76 dengan beban Sedimen Inflow = 4350,86 ton/Bulan atau 1526.62 m3/bulan mengalami Penuh Sedimen tahun ke 8 6. Desa Sumber Rejo Kali Kedungpuring x : 636152.198, Y : 9094947.814 dengan beban Sedimen Inflow = 7804.35 ton/Bulan atau 2738.36
m3/bulan
mengalami Penuh Sedimen tahun ke 5
V - 12
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Gambar 5.3. Tipikal Desain Site Plan Check DAM
Gambar 5.4. Tipikal Desain Memanjang Check DAM
Gambar 5.5. Tipikal Desain Melintang Check DAM
V - 13
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
5.4.2. Pendekatan Perhitungan Dimensi Check DAM 1, 2,dan 3Perhitungan Banjir Lokasi Check DAM 1, 2,dan 3
1. Perhitungan kedalaman Limpasan Diatas Pelimpah, B1 dan B2 Data Perencanaan : Lebar Check Dam B1 : 15 m H Dam : 3.5 m h1 : 0.6 m
Disain :
0.000
Qo = C = g = B1 = Kemiringan tepi
80.141 0.62 9.81 15 =
m³/dt m/dt m 0.5
Tabel hubungan antara hw dan Q hw (m) Q (m³/dt)
v (m/dt)
B2
1.815
80.141
33.816
22.260
0.25
Kedalaman pondasi
V - 14
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
D
= =
1.32878 1.5
m m
Kemiringan Hilir Bangunan Utama
f = n maks =
0.67 atg Io = 0.46979
n maks =
0.50
2.g =
19.62 0.04412
Panjang Apron Disain : h
=
3.5
m
q D Ld yp y1
= = = = =
5.3427 0.0679 7.2792 1.9366 0.6024
m³/dt/m'
y2 =
2.8101
m
Panjang apron L1 = L1 = L1 =
5 x y2 14.0505 14.10
m m m
2. Pendekatan Perhitungan Dimensi Check DAM4, 5,dan 6
V - 15
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Perhitungan kedalaman Limpasan Diatas Pelimpah, B1 dan B2 Qo = 45.316 C = 0.62 g = 9.81 B1 = 15 Kemiringan tepi =
m³/dt m/dt m 0.5
Tabel hubungan antara hw dan Q hw (m) Q (m³/dt) v (m/dt)
B2
0.6686
17.675
16.082
10.924
Kedalaman pondasi Disain : D = =
0.25 1.41716 1.5
m m
Kemiringan Hilir Bangunan Utama Disain : b
= 2 . g = 19.62
f
= 0.67
a
= atg Io = 0.044117742
n maks = 0.5
Panjang Apron Disain : h
=
3.5
m
q D Ld yp y1
= = = = =
5.3427 0.0679 7.2792 1.9366 0.6024
m³/dt/m'
y2 =
2.8101
m
Panjang apron L1 = L1 = L1 =
5 x y2 14.0505 14.10
m m m
V - 16
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Area Check DAM Dapat dimanfaatkan juga menjadi area wisata sungai seperti gambar diatas. Kawasan wisata education akan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan akan menambah pendapatan daerah dari sektor wisata. 5.5.
UPAYA PENANGANAN BANJIR SUNGAI BOGEL Berdasarkan analisa hidrologi yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, diperoleh rekapitulasi debit banjir rancangan maksimum pada berbagai kala ulang. Dari data hasil perhitungan ini dapat diketahui kapasitas eksisting sungai kemudian dijadikan pedoman untuk perencanaan normalisasi sungai pada tahap selanjutnya. Tabel 5.2. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan
No.
Debit
Sub Das
Sub Das
Sub Das
Titik
Sub Das
Titik
Kala Ulang
Lodoyo
Bacem
Judeg
Kontrol 1
Judeg 2
Kontrol 2
3
(m /det) 1
Q 1.01 th
21,63
24,82
10,94
57,39
7,60
64,29
2
Q 2 th
32,17
29,90
38,67
100,73
26,01
124,09
3
Q 5 th
63,17
36,43
67,16
166,75
44,93
207,03
4
Q 10 th
83,69
40,59
86,02
210,30
57,46
261,78
5
Q 20 th
103,38
43,94
104,12
251,44
69,48
313,66
6
Q 25 th
109,63
45,72
109,86
265,20
73,29
330,83
7
Q 50 th
128,87
49,46
127,54
305,86
85,03
381,99
8
Q 100 th
147,96
53,17
145,09
346,22
96,69
432,76
9
Q 200 th
166,99
56,86
162,58
386,43
108,30
483,36
Gambar 5.6. Skema Tata Air Debit Banjir Pada Sistem Sungai Bogel
V - 17
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Berikut ini adalah hasil analisa pendahuluan untuk perencanaan normalisasi sungai berdasarkan kapasitas eksisting sungai dengan menggunakan perhitungan secara parsial atau terpisah hanya pada titik-titik tertentu yang dianggap kritis. Tabel 5.3. Perhitungan Kapasitas Sungai Eksisting pada Titik Tertentu Secara Parsial No.
1 2 3 4 5
Ruas Sungai
A-B C-B D-B B-F F-G
Panjang Sungai
Debit banjir
Debit banjir
Debit banjir
Kedalaman aliran
Kapasitas Keterangan bank full
yang Q 10 th dinormalisasi
Q 20 th
Q 25 th
maksimum eksisting
Sungai eksisting
(m3/det) 43,94 104,12 103,38 251,44 313,66
(m3/det) 45,72 109,86 109,63 265,20 330,83
(m) 2,20 2,64 2,60 2,40 3,40
(m3/det) 15,97 46,70 75,79 55,28 154,68
(m3/det) 40,59 86,02 83,69 210,30 261,78
(m) 370,84 2371,80 1044,44 1717,54 1927,73
Melimpas/banjir Melimpas/banjir Melimpas/banjir Melimpas/banjir Melimpas/banjir
Tabel 5.4. Perhitungan Kapasitas Sungai Eksisting
No.
Ruas
Panjang
Debit
Debit
Debit
Kedalaman
Kapasitas
Kedalaman
Kedalaman
Kapasitas
Kapasitas
Sungai
Sungai
banjir
banjir
banjir
aliran
bank full
pengerukan
aliran
desain
bank full
yang
Q 10 th
Q 20 th
Q 25 th
maksimum
Sungai
dasar
maksimum
normalisasi
normalisasi
eksisting
eksisting
sungai
Normalisasi
Sungai
Sungai
3
3
3
dinormalisasi
3
3
(m)
(m /det)
(m /det)
(m /det)
(m)
(m /det)
(m)
(m)
(m /det)
(m3/det)
1
A-B
370,84
40,59
43,94
45,72
2,20
15,97
2,00
3,60
38,17
50,58
2
C-B
2371,80
86,02
104,12
109,86
2,64
46,70
2,00
4,04
102,61
133,81
3
D-B
1044,44
83,69
103,38
109,63
2,60
75,79
2,00
4,00
165,73
215,45
4
B-F
1717,54
210,30
251,44
265,20
2,40
55,28
3,00
4,60
251,08
334,86
5
F-G
1927,73
261,78
313,66
330,83
3,40
154,68
2,00
4,40
271,34
387,48
V - 18
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
5.5.1. Analisa Kapasitas Sungai Desain Dari hasil running program dengan menggunakan bantuan program HEC-RAS 4.1.0. untuk kondisi eksisting diatas, dapat dilihat bahwa pada beberapa lokasi (cross section) masih meluap, terutama pada saat debit kala ulang 10 tahun dan debit kala ulang 25 tahun. Untuk menanggulangi kejadian tersebut perlu dilakukan kegiatan normalisasi penampang sungai dan perencanaan tanggul pada tiap-tiap ruas sungai. 5.5.2. Perbaikan Dasar Sungai Perbaikan dasar sungai dapat dilakukan dengan cara pengerukan. Pengerukan adalah pekerjaan penggalian endapan di bawah permukaan air dan dapat dilaksanakan baik dengan tenaga manusia maupun dengan alat berat. Kecuali pada hal-hal yang khusus, pengerukan biasanya dilakukan dengan menggunakan kapal keruk. Pengerukan dasar sungai hendaknya dimulai dari hulu ke hilir dan supaya dilakukan pengamanan, agar daerah yang sudah dikeruk tidak terisi kembali oleh sedimen. Demikian pula guna meningkatkan efisiensi pengerukan, supaya dipersiapkan pula alat-alat bantu seperti kapal bantu, dump truck dan lain-lain. Pengerukan dasar sungai dalam pekerjaan galian merupakan pekerjaan galian tanah deposit sungai. Galian deposit sungai adalah pekerjaan galian dengan material berupa deposit sungai yang terdiri dari pasir, kerikil dan kerakal/boulder, yang dapat dilakukan dengan excavator tetapi dengan tingkat produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan galian tanah biasa, karena kondisi lapisan endapan relatif lebih padat. Perbaikan dasar sungai direncanakan dilakukan disepanjang Kali Bogel, kali Gesing (kali Kedut Unut) dan Kali Kedungwungu karena hampir seluruh dasar sungai dari kali-kali tersebut telah mengalami pendangkalan. 5.5.3. Perencanaan Penampang Sungai Rencana Penampang melintang sungai perlu direncanakan untuk mendapatkan penampang ideal dan efisien dalam penggunaan lahan. Penampang yang ideal yang dimaksudkan merupakan penampang yang stabil terhadap perubahan akibat pengaruh erosi maupun pengaruh pola aliran yang terjadi. Sedang penggunaan lahan yang efisien dimaksudkan untuk memperhatikan lahan yang tersedia, sehingga tidak menimbulkan permasalahan terhadap pembebasan lahan.
V - 19
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
5.6.
KONSEP DESAIN NORMALISASI SUNGAI Konsep desain normalisasi sungai pada sistem kali Bogel, dilakukan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1. Kondisi morfologi sungai, 2. Karakteristik elevasi topografi di kiri dan kanan sungai, 3. Kondisi batas hilir sungai Bogel pada pertemuan dengan sungai Brantas di hulu Bendung PLTA Lodoyo (Serut), yaitu dengan kondisi muka air banjir 1,5 meter dan 3,5 meter lebih tinggi dari muka air normal sungai Bogel, 4. Kondisi batas kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran tanah, 5. Kondisi batas slope dasar sungai yang dapat direncanakan berdasarkan pertimbangan hidrolis, 6. Karakteristik debit banjir, 7. Karakteristik transport sedimen hasil erosi lahan di DAS sistem Kali Bogel, 8. Karakteristik genangan banjir pada beberapa kejadian banjir masa lampau yang pernah terjadi di wilayah Kecamatan Sutojayan, 9. Dampak kerugian banjir yang pernah terjadi pada masa lampau.
5.7.
UPAYA PENANGANAN KUALITAS AIR Konsep yang diusulkan pada lahan DAS Bogel ini, untuk mengatasi masalah kualitas air di persungaian DAS Bogel adalah dengan menambahkan imbuan alam buatan Wetland. Yang bertujuan untuk menampung aliran dari sungai atau lahan lahan dan di endapkan di dalam tampungan wetland tersebut. Ekosistem buatan Wetland sebagai usaha alternatif treatment pengelolaan kualitas air di negara indonesia, dengan penjelasan sebagai berikut : Untuk mengatasi masalah pencemaran air ini, jalan keluar yang cukup efektif adalah mencegah masuknya bahan pencemar kedalam system perairan. Biasanya limbah cair dari rumah tangga atau industri diolah terlebih dahulu difasilitas pembersih sebelum dibuang kesungai. Pembuatan Wetland untuk pengelolaan limbah dapat dikategorikan atas Free Water Surface atau sub surface Flow. Pada system FWS aliran air adalah posisinya diatas permukaan tanah, dan tanaman mengakar pada lapisan sediment yaitu pada dasar zona air. sedangkan pada sistem SSF aliran air melewati media porositas seperti kerikil, atau suatu agregat lainnya, dimana terdapat akar tanaman.
V - 20
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Berikut ini usulan lokasi perencanaan wetland di lahan DAS Bogel dengan tipe FWS :
Gambar 5.7. Lokasi WetLand Pemurnian Kualitas Air Wetland Desa Kualon Kecamatan Sutojayan seluas 17 Ha Wetland Desa Sukorejo Kecamatan Sutojayan seluas 27 ha Inlet Banjir INLET
Kolam Tampungan WETLAND
Outlet Outlet
Inlet
Gambar 5.8. Mekanisme Kinerja Retarding Wetland
V - 21
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
5.1.
UMUM .........................................................................................................................1
5.2.
SITE PLAN UPAYA KONSERVASI DAS BOGEL ......................................................1
Site plan Upaya Konservasi merupakan rencana master Plan Konservasi DAS Bogel secara keseluruhan untuk tujuan upaya penanganan aspek aspek di atas. Berikut ini merupakan site plan konservasi DAS Bogel :..................................1 5.3.
Penanganan Penghutanan Kembali .........................................................................1 5.3.1. Upaya Konservasi Kecamatan Kademangan.......................................2 5.3.2. Upaya Konservasi Kecamatan Panggungrejo......................................4 5.3.3. Upaya Konservasi Kecamatan Sutojayan ............................................7
5.4.
PENANGANAN BESAR SEDIMEN SUNGAI DAS BOGEL ........................................10 5.4.1. Lokasi Chek Dam .................................................................................10 5.4.2. Pendekatan Perhitungan Dimensi Check DAM 1, 2,dan 3Perhitungan Banjir Lokasi Check DAM 1, 2,dan 3 ..............................14
5.5.
UPAYA PENANGANAN BANJIR SUNGAI BOGEL ...................................................17 6.6.1. Analisa Kapasitas Sungai Desain .........................................................19 6.6.2. Perbaikan Dasar Sungai.......................................................................19 6.6.3. Perencanaan Penampang Sungai Rencana .........................................19
5.6.
KONSEP DESAIN NORMALISASI SUNGAI...............................................................20
5.7.
UPAYA PENANGANAN KUALITAS AIR....................................................................20
Gambar 5.1. Tanam Gambar 5.2. Gambar 5.3. Gambar 5.4. Gambar 5.5. Gambar 5.6. Gambar 5.7. Gambar 5.8.
Peta Lokasi Usulan Konservasi Perlindungan Kawasan 10 Peta Lokasi Usulan Check Dam.............................................11 Tipikal Desain Site Plan Check DAM .....................................13 Tipikal Desain Memanjang Check DAM ...............................13 Tipikal Desain Melintang Check DAM ..................................13 Skema Tata Air Debit Banjir Pada Sistem Sungai Bogel .....17 Lokasi WetLand Pemurnian Kualitas Air ..............................21 Mekanisme Kinerja Retarding Wetland .................................21
V - 22
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Tabel 5.1. Luas Lahan Yang Harus DiKonservasi Penghijauan/Penghutanan Kembali Menurut Wilayah Administrasi Pada DAS Bogel ....................................... 2 Tabel 5.2. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan ...............................................17 Tabel 5.3. Perhitungan Kapasitas Sungai Eksisting pada Titik Tertentu Secara Parsial 18 Tabel 5.4. Perhitungan Kapasitas Sungai Eksisting .........................................18
V - 23
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
BAB VI PENUTUP
6.1.
KESIMPULAN Dalam studi ini di dapatkan beberapa kesimpulan penting mengenai lingkup kajian hidrologi dan konservasi, yaitu : 1. laju limpasan rerata bulanan di lahan DAS Bogel maksimum terjadi sebesar : 73.33 mm/Bulan, Sebaran limpasan permukaan lahan terbesar berada pada wilayah Kecamatan Panggung rejo Desa Morgomulyo, Desa Bumi Ayu, Panggung Asri, dan Kecamatan Sutojayan Desa Jingglong, Desa Sukorejo, Desa Sumberrejo, Desa Kalipang, Desa Kembang Arum 2. Sebaran laju erosi lahan terbesar di wilayah DAS Bogel adalah di wilayah perbukitan sebelah selatan yaitu : pada Kecamatan Sutojayan Desa Pandan Arum, Desa Kaulon, Desa Kedung Bunder, Desa Sukorejo, Kecamatan Panggung Rejo Desa Panggung Asri, Desa Margo Mulyo. 3. Pada DAS Bogel secara keseluruan wilayah DAS memiliki tingkat kekritisan lahan Kelas III, hal ini mengindikasikan bahwa DAS Bogel dalam keadaan waspada kritis, namun beberapa wilayah Sub DAS Bogel sudah mengalami tingkat Kritis kelas IV. 4. Daerah perbukitan selatan DAS Bogel merupakan area lahan sumber pencemarpolutan organik N yang lebih dominan, Nilai sumber pencemar polutan Organik N pada lahan lahan perbukitan wilayah selatan tersebut adalah : 2,95 – 4,59 (kg N/ha/Bulan). Pencemar Organik P, yakni lahan perbukitan sebelah selatan memiliki sebaran polutan yang dihasilkan di lahan dominan lebih besar, yakni antara : 0,39 –0,58 kg/ha/Bulan.Kecamatan Panggung Rejo Desa Margo Mulyo, Bumiayu, Panggungasri merupakan Sumber Pencemar polutan NO3 tertinggi diatas rerata Polutan NO3 0.17 kg/ha/Bulan Lahan DAS Bogel.Sebaran sumber pencemar Phospor terlarut tersebar merata di seluruh lahan DAS Bogel 0.01 – 0.04 kg/ha/Bulan. Lahan DAS Bogel sebaran sumber pencemar polutan mineral P besar di area perbukitan 0.16 – 0.225 kg/ha/Bulan. 5. Bahwa banjir maksimum Sungai DAS Bogel adalah sebesar 40 m3/det, berdasarkan time series data hujan banjir tersebut terjadi pada tanggal 5 Desember 2004.
VI - 1
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
6. Sedangkan ketersediaan debit rerata pada Sungai Kedungwungu 1,25 m3/det. Berikut ini adalah grafik debit rerata bulanan pada sungai Kedungwungu. 7. Sungai Bacem rerata memiliki jumlah angkutan sedimen sebesar : 7109.17 ton/Bulan. Sedangkan selama data hujan mulai tahun 2002 hingga 2012, angkutan sedimen terbesar adalah : 13660 ton/hari. Laju sedimen di Sungai Bacem besar karena di pengarui hasil erosi lahan di wilayah Selatan DAS Bogel. Rerata bulanan sedimen inflow sungai kedung wungu adalah sebesar : 3038.59 ton/bulan. Rerata transpor sedimen di Sungai Gesing adalah sebesar : 4504.95 ton/bulan. Angkutan sedimen terbesar adalah 32700.00 ton/hari.Pada Sungai Judeng rerata sedimen yang mengalir masuk adalah sebesar : 35,81 ton/hari. Pada saat musim hujan besar, sedimen yang terbawa di aliran sungai Judeg hingga 5120 ton. Rerata volume sedimen Sungai Bogel adalah sebesar 7804.35 ton/Bulan, atau 264.98 ton/hari. Volume sedimen ini sangat lah mengganggu kondisi bank kapasitas penampang sungai di lahan DAS Bogel. 8. Rerata beban Polutan Organik N seluruh beban sungai sungai di DAS Bogel adalah sebesar : 510.50 kg/Bulan. Pada Sungai Muara Bogel rerata harian beban pencemar polutan Organik N di sungai adalah sebesar 92.54 kg/hari atau 0.0007 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 1546 kg/hari atau 0.0004 mg/lt. Pada Sungai Muara Bogel rerata harian beban pencemar polutan Organik P di sungai adalah sebesar 92.54 kg/hari atau 0.0007 mg/lt. Maksimum yang pernah terjadi saat musim hujan besar adalah sebesar : 1546 kg/hari atau 0.0004 mg/lt. Pada Sungai Muara Bogel rerata harian beban pencemar polutan NO3 di sungai adalah sebesar 1810 kg/hari atau 0.014 mg/lt. Rerata beban Polutan Mineral P seluruh beban sungai sungai di DAS Bogel adalah sebesar : 525.67 kg/Bulan, dimana muara Sungai Bogel 9398.01 kg/Bulan 9. Berdasarkan kajian evaluasi kinerja DAS Bogel diatas maka disimpulkan bahwa secara global Kinerja DAS Bogel dinilai pada kondisi jelek 6.2.
Matriks Upaya Konservasi Untuk meningkatkan kelestarian DAS Bogel Kabupaten Blitar ini, hasil kajian pekerjaan ini mengusulkan upaya Konservasi lahan DAS, yang meliputi berbagai aspek untuk di tangani, yaitu : 1. Aspek Konservasi terhadap penanganan erosi dan kekritisan lahan
VI - 2
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
2. Aspek Konservasi terhadap penanganan beban Sedimen dan Banjir di sungai 3. Aspek Konservasi terhadap penanganan pencemaran kualitas air 4. Aspek Konservasi Wisata dan pemberdayaan masyarakat Wilayah yang diusulkan dapat ditangani adalah : 1.
Secara global wilayah lahan DAS sebelah Selatan, yakni pada area lahan perbukitan
2.
Desa Plosorejo, Penanganan Jangka Pendek Menengah 46,41 ha pada area lahan di lokasi X : 628457,24 dan Y : 9094827,37, penanganan jangka panjang 74,27 ha
3.
Desa Sumber jati, penanganan jangka pendek Menengah 45,89 ha, pada lokasi geografis UTM X : 627556,61 dan Y : 9094179,86 dan penanganan jangka panjang 85,06 ha, pada area lokasi X : 627420,80 dan Y : 9093966,86
4.
Desa Bumiayu, penanganan jangka pendek Menengah 23,36 ha lokasi 640240,95 dan Y : 9094597,05, penanganan jangka panjang 96,92 ha
5.
Desa Margo Mulyo, penanganan jangka pendek Menengah 5,65 ha lahan kosong dengan tingkat kemiringan lahan 15,8%, pada lokasi geografis UTM X : 638288,12 dan Y : 9093783,37, dan Penanganan jangka waktu pendek lainnya adalah pada lahan lahan perkebunan 54,09 ha dan tegalan ladang 24,45 ha pada kelerengan 10% > Lahan< 15%. penanganan jangka panjang 263,23 ha
6.
Desa Panggungasri, penanganan jangka pendek Menengah 56,2 ha (X : 639045,47 dan Y : 9092788,18) , penanganan jangka panjang 175,63 ha
7.
Desa Kuolon, penanganan jangka pendek Menengah 41.65 ha menjadi kawasan lindung, dan kawasan lahan lereng < 5% 209.56 ha, dan jangka panjang lahan dengan kelerengan > 5% seluas 836.84 ha.
8.
Desa Kedung Bunder penanganan jangka pendek Menengah 14.38 ha, penanganan jangka panjang 143.65 ha
9.
Desa Pandan Arum sebagai Kawasan Wisata Konservasi 28 ha
10.
Perencanaan Check Dam Desa Pandan Arum Kali Gonjongan x : 630770.048, Y : 9094837.8 dengan beban Sedimen Inflow = 2755 ton/Bulan atau 966.67 m3/bulan
11.
Perencanaan Check DamDesa Pandan Arum Anak Sungai Kali Gonjongan x : 632024.331, Y : 9094684.903 dengan beban Sedimen Inflow = 1409,9 ton/Bulan atau 494.70 m3/bulan
12.
Perencanaan Check DamDesa Pandan Arum Anak Sungai Kali Gonjongan x : 632324.989, Y : 9094709.6 dengan beban Sedimen Inflow = 5968,92 ton/Bulan atau 2094.36 m3/bulan
VI - 3
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
13.
Perencanaan Check DamDesa Bacem x : 635502.492, Y : 9093879.074 dengan beban Sedimen Inflow = 2268.07 ton/Bulan atau 795.81 m3/bulan
14.
Perencanaan Check DamDesa Margo Mulyo Kali Kedungpuring x : 638319.472, Y : 9094943.76 dengan beban Sedimen Inflow = 4350,86 ton/Bulan atau 1526.62 m3/bulan
15.
Perencanaan Check Dam Desa Sumber Rejo Kali Kedungpuring x : 636152.198, Y : 9094947.814dengan beban Sedimen Inflow = 7804.35 ton/Bulan atau 2738.36 m3/bulan
16.
Perencanaan Normalisasi Sungai Bogel, Kedung Wungu Bacem dan Gesing.
17.
Perencanaan kawasan Wetlad Desa Wetland Desa Kaulon Kecamatan Sutojayan seluas 17 Ha, Wetland Desa Sukorejo Kecamatan Sutojayan seluas 27 ha
Berikut di bawah ini merupakan matrik Kebijakan Konservasi yang diusulkan pada DAS Bogel :
VI - 4
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
Tabel 6.1. Matriks Kebijakan Konservasi DAS Bogel No
1
2
Item Konservasi
Desa Plosorejo,
Desa Sumber jati,
Tindakan JangkaPendek
Luas (ha)
Desa plosorejo, adalah lahan dengan kelerengan 5,5 % - 17 %, penanaman pohon tanaman keras tahunan seperti Pohon Jati, Pohon Sengon, atau bisa juga Pohon Kayu Putih dilakukan pada kemiringan lahan > 10 % pada area lahan di lokasi X : 628457,24 dan Y : 9094827,37 Penataanzonaperlindunganakar Pemberdayaan dan Pendampingan Masyarakat, penanaman kembali dengan jenis tanam yang produktif pada lahan tanah kosong pada kemiringan lahan >10%. pada lokasi geografis UTM X : 627556,61 dan Y : 9094179,86 Dan luasan lahan wilayah kemiringan lahan < 5% yaitu seluas 41,69 ha dengan tataguna lahan eksisting tanah ladang, kebun, dan tanah kosong
JangkaPanjang
PelaksanaKebijakan
Keterlibatan
Luas (ha)
46.401 PenataanKembaliManajemenLahan, Terasering, danDrainase, setiaplahanpertaniankebondantegalan
74,27
DinasKehutanan Dan DinasPertanian
PemerintahKabupatenBlitar, BAPPEDA danaparatdesadanmasyarakat
4.21 ha
PenataanKembali Manajemen Lahan, Terasering, danDrainase, setiaplahan pertanian kebon dan tegalan. pada area lokasi X : 627420,80 dan Y : 9093966,86
85,06
DinasKehutanan Dan DinasPertanian
PengelolaanLangsungolehmasyara
41,69 ha
3
Desa Bumiayu,
Areal ahan Desa Bumi ayu dengan kelerengan ≥ 10 % seluas 23,36 ha di manfaatkan untuk tegalan dan lahan Kosong lokasi 640240,95 dan Y : 9094597,05.diusulkan adanya sistem pemberdayaan masyarakat untuk mengolah lahan tegalannya menjadi lebih baik dengan konsep terasering yang bagus, pembuatan saluran saluran drainase, serta memberikan penanaman tanaman tambahan untuk memberikan dampak kerapatan tanaman di lahan lahan Desa Bumi ayu.
23,36
PenataanKembaliManajemenLahan, Terasering, danDrainase, setiaplahanpertaniankebondantegalan
96,92
Pemerintah Daerah, DinasPertaniandanaparatDesa
PengelolaanLangsungolehmasyara
4
Desa Margo Mulyo,
Kawasan Perbukitan di Desa Margo Mulyo, didapati 5,65 ha pada lokasi geografis UTM X : 638288,12 dan Y : 9093783,37 lahan kosong dengan tingkat kemiringan lahan 15,8%. Pada lahan tersebut diusukan penghutanan kembali dengan tanaman keras tahunan seperti Jati, Sengon, kayu putih, Karet, Kapas, Kopi. Dan lahan lahan lainnya, harus ditangani dalam jangka waktu pendek. Penanganan jangka waktu pendek lainnya adalah pada lahan lahan perkebunan 54,09 ha dan tegalan ladang 24,45 ha pada kelerengan 10% > Lahan< 15%. penghutanan kembali dengan tanaman keras tahunan seperti Jati, Sengon, kayu putih, Karet, Kapas, Kopi (X : 639045,47 dan Y : 9092788,18)
5.65
Penghijauan tanaman tanaman rindang di wilayah penghutanan, pertanian dan permukiman
263,31
PendampinganPemerintah Daerah, DinasPertaniandanaparatDesa
PengelolaanLangsungolehmasyara
PenataanKawasanTanamProduktifMasyarakat
175,63
PendampinganPemerintah Daerah, DinasPertaniandanaparatDesa
PengelolaanLangsungolehmasyara
5
Desa Panggungasri,
VI - 5
54,09 24,45 56.2
KAJIAN PERENCANAAN KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS
6
Desa Kuolon,
Peningkatan Status LahanMenjadiKawasanLindung dan kawasan lahan lereng < 5% ( X : 636141,26, Y : 9092938,40) Dalam waktiu jangka dekat juga dilakukan pengelolaan dan perbaikan lahan seluas 209.56 ha pada kawasan lahan lereng < 5%
41.65 PenyusunanPerdaKawasanLindung 209.56
Pemerintah Daerah, BAPPEDA, DinasKehutanan
AparatMayarakat
AparatMayarakat
PenataanKembaliManajemenLahan, Terasering, danDrainase, setiaplahanpertaniankebondantegalan
7
Desa Kedung Bunder
lahan dengan kemiringan lahan 16% - 22 %, Desa Kedung Bunder adalah peningkatan status jenis tanam pada lahan lahan tegalan, menjadi tanaman industri tahunan , Kapas, Kopi, Cokela, Kayu Putih
14,38
PenataanKawasanTanamProduktifMasyarakat, 143.65 danPendampinganMasyarakat
Pemerintah Daerah, BAPPEDA, DinasKehutanan, DinasPertanian
8
Desa Pandan Arum
lahan Konservasi Wisata berupa Wisata Arboretum dengan isian tanaman tanaman keras yang memiliki nilai kelangkaan dan tanaman tanaman buah dan bunga, yang sesuai dengan iklim di Kabupaten Blitar
28
PengembanganKawasanWisataKonservasi
Pemerintah Daerah, BAPPEDA, DinasPariwisatadanMasyarakat DinasKehutanan,DinasCiptaKarya
9
Pembangunan Check DAM
6 Check Dam, 3 di DesaPandan Arum, danDesaBacem, Margomulyo,Sumberrejo
DinasPengairan
Pemerintah Daerah, BAPPEDA, DinasCiptaKarya
10
Perencanaan Normalisasi Sungai Bogel, Kedung Wungu Bacem dan Gesing.
Pembangunan normalisasi Sungai danTanggulTanggulBanjir
Pemerintah Daerah, BAPPEDA, DinasPengairan
BPBD (BadanPenanggulanganBencana Daerah, Masyarakat
11
Perencanaan kawasan Wetlad Desa Wetland
Pembangunan KawasanWisdata Wetland, sebagaiimbuahanbuatanberupatampunganpemurniankualitas air
Pemerintah Daerah, BAPPEDA, DinasPengairan, danDinasLingkunganHidup
DinasPariwisatadanMasyarakat
Desa Kualon Kecamatan Sutojayan seluas 17 Ha, Wetland Desa Sukorejo Kecamatan Sutojayan seluas 27 ha
VI - 6
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAHAN KABUPATEN BLITAR Jl.SEMERU NO 40 BLITAR Telp (0342) 808165/Fax (0342) 806275