KAJIAN MANFAAT KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BAGI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI (STUDI KASUS DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA, BALI)
MARJAN BATO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Bagi Pengembangan Ekowisata Bahari (Studi Kasus di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Marjan Bato NIM C252110121
RINGKASAN MARJAN BATO. Kajian Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Bagi Pengembangan Ekowisata Bahari (Studi Kasus Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali). Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA dan ACHMAD FAHRUDDIN. Pengembangan kawasan konservasi perairan bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dengan keinginan untuk melestarikan sumberdaya alam. Seiring dengan perkembangannya, kawasan konservasi perairan telah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan seperti sebagai tempat penelitian, perlindungan alam, pelestarian spesies dan keragaman genetik, kegiatan wisata, kegiatan pendidikan lingkungan serta perlindungan unsur alam atau budaya yang spesifik. Nusa Penida merupakan salah satu calon kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia dan telah dicadangkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten Klungkung (Perbup) No. 12 Tahun 2010 dengan status kawasan adalah taman wisata perairan. Salah satu alasan pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu karena Nusa Penida memiliki organisme spesifik atau endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu, dan lumba-lumba sehingga dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk dikonservasi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Nusa Penida dengan 4 (empat) lokasi pengamatan yaitu Desa Toyapakeh, Desa Ped, Desa Sakti dan Desa Jungut Batu. Keempat desa ini dipilih karena merupakan daerah yang pengembangannya diarahkan kepada kegiatan wisata. Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji manfaat Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida bagi pengembangan ekowisata bahari dengan mengkaji manfaat yang dirasakan oleh masyarakat yang berada di Nusa Penida, baik masyarakat lokal, pemerintah maupun pihak swasta yang menjadi stakeholder di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida dengan mempertahankan kondisi ekologi kawasan tersebut. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kondisi ekologi khususnya terumbu karang berada pada kondisi/kategori yang baik dengan indeks mortalitas karang berkisar antara 0 – 0,01 pada kedalaman 3 meter dan 0 – 0,025 pada kedalaman 10 meter. Tingkat kerusakan karang di kawasan Nusa Penida sangat kecil atau dengan kata lain tidak ada perubahan yang mendasar dari karang hidup menjadi hamparan karang mati di kawasan Nusa Penida. Walaupun kondisi bioekologi kawasan Nusa Penida dikategorikan baik sampai dengan sangat baik tetapi dari segi pengelolaan belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari persentase tutupan komunitas karang yang tiap tahunnya masih terjadi naik-turun atau tidak stabil. Ikan karang yang ditemukan di kawasan Nusa Penida ± 576 jenis yang terdiri dari ikan mayor, ikan target dan ikan indikator. Berdasarkan hasil analisis indeks kesesuaian ekowisata bahari, kawasan Nusa Penida sesuai untuk aktivitas selam (diving), snorkeling dan rekreasi pantai. Namun, kunjungan wisatawan ke Nusa Penida sudah melebihi daya dukung kawasan yaitu 183.977 orang/tahun sedangkan daya dukung kawasannya sekitar 177.755 orang/tahun.
Karakteristik wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida sangat bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa wisatawan yang terbanyak berkunjung ke Nusa Penida berasal dari negara Australia (41,8%), Amerika (10%) dan Jepang (9%). Dan dari hasil penelitian diperoleh 67 responden untuk wisatawan baik domestik maupun internasional masing-masing berasal dari negara Indonesia, Amerika, Inggris, Jepang, Swiss, Republik Cheko, Perancis, Jerman, Australia, Denmark, Belanda, Kanada, dan Kolombia. Pencadangan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida telah berlangsung selama kurang lebih tiga tahun. Dalam perjalanannya telah memberi manfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan masyarakat setelah dicadangkannya kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu meningkat sekitar 10% - 30%. Bukan hanya masyarakat lokal tetapi juga pihak swasta dan pemerintah. Adapun manfaat yang terlihat bagi pemerintah yaitu terjadinya laju pertumbuhan perekonomian pemerintah daerah Kabupaten Klungkung melalui peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) dari sektor wisata yaitu sebesar 5,67% dari tahun 2009-2011. Sedangkan untuk pihak swasta terbukanya peluang usaha di bidang wisata seperti bertambahnya dive operator, hotel, homestay, villa, bungalow, watersport dan resort yang juga secara langsung bermanfaat bagi masyarakat yaitu terbukanya lapangan kerja di bidang pariwisata. Kata kunci: Ekowisata bahari, Kawasan konservasi perairan, Manfaat kawasan konservasi perairan, dan Nusa Penida
SUMMARY MARJAN BATO. Study The Benefit of Marine Protected Areas for Development of Marine Ecotourism (Study Case on Marine Protected Area of Nusa Penida, Bali). Supervised by FREDINAN YULIANDA and ACHMAD FAHRUDIN. Development of Marine Protected Areas (MPA) aims to harmonize the economic needs of the community with the disire to consrve natural resources. Along with its development, Marine Protected Areas has been used for various purposes such as the place of research, environmental protection, preservation of species and genetic diversity, tourism activies, environmental education and protection of natural or cultural elements specific.. Nusa Penida is one of the candidate Marine Protected Areas in Indonesia and have been reserved by regulation of Regent of Klungkung Regency No. 12 of 2010. The status of the areas is a tourist park waters. One of reasons for to conservation reserve in Nusa Penida, becouse Nusa Penida have a specific organism/ endemic who can become an attraction for tourist such as : sunfish, manta rays, turtles and dolphins. This research was conducted in the Distric of Nusa Penida with four (4) location in the village of Nusa Penida such as Toyapakeh Village, Ped Village, Sakti Village and Jungut Batu Village. The four villages was selected becouse its development were directed to areas of tourist activities. The general objective of this study is to assess the benefit of Marine Protected Areas in Nusa Penida for the development of marine ecotourism by reviewing the benefits felt by the community who are in Nusa Penida, local community, government and private who become stakeholders in Marine Protected Areas and maintain the condition of the regions ecology. Results of this study showed that the ecological condition of coral reefs in particular was good category with coral mortality index range 0-0,01 at a depth of three meters and 0 – 0,025 at a depth of ten meters. Level of coral damage in Nusa Penida are very small or in others words there are no fundamental change from a live coral reef become the expanse of dead corals in Nusa Penida. Although the bioecology condition of Nusa Penida are categorized good until very good but not optimal in terms of management. It can be seen from percentage cover of coral communities that occur eac year are still up-down or unstable. Reef fish are found in Nusa Penida ± 576 species, consisting major fish, target fish, and indicators fish. Based on the anaysis of marine ecotourism suitability index, Nusa Penida appropriate for diving activities, snorkeling, and beach recreation. However, tourist visit to Nusa Penida already exceeded the carrying capacity of the area were 183.977 persons/year while the carrying capacity to the region around 177.755 persons/years. Characteristics of tourists visiting in Nusa Penida was very varied. the result showed that most travelers who visit in Nusa Penida was Australia (41,8%), American (10%) and Japan (9%). And the results obtained from 67 respondents, domestic and international tourist each country comes from Indonesia, America,
England, Japan, Switszerland, Czech Republic, France, Germany, Australia, Denmark, Netherland, Canada and Colombia. Marine Protected Areas in Nusa Penida had been held fo more than three years. It can be seen from the public revenue after reserved conservation area in Nusa Penida was an increase of approximately 10% - 30%. Not only the local community but also the private sector and government The benefit of being visible to the government that the economic growth rate of Klungkung Regency through increased regional gross domestic product (GDP) of the tourism sector in the amount of 5,67% from the year 2009-2011. For Private sector opening to bussiness opportunies such as increased dive operators, hotels, homestay, villas, bungalows, watersport and resorts are directly benefit for the lokal community work opportunities in the field of tourism. Keywords: Marine Ecotourism, Marine Protected Areas, Nusa Penida, and The Benefit of Marine Protected Area.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KAJIAN MANFAAT KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BAGI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI (STUDI KASUS DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA, BALI)
MARJAN BATO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Handoko Adi Susanto, SPi, MSc
Judul Tesis : Kajian Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Bagi Pengembangan Ekowisata Bahari (Studi Kasus di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali Nama : Marjan Bato NIM : C252110121
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc Ketua
Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA
Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr
Tanggal Ujian: 27 Agustus 2013
Tanggal Lulus:
PRAKATA Segala puji dan syukur serta hormat hanya bagi Allah Bapa yang telah menganugerahkan kasih dan rahmatNya, sehingga penyusunan karya ilmiah (Tesis) ini dapat dikerjakan sebagaimana mestinya. Penyusunan tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan para dosen pembimbing yang dengan hormat penulis sebutkan namanya yaitu Bapak Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc sebagai pembimbing ketua serta Bapak Dr Ir Achmad Fahruddin, MSi sebagai pembimbing anggota oleh karena itu diucapkan terima kasih. Seiring dengan selesainya penulisan tesis ini, dengan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Bapak Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA sebagai ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. 2. Bapak Dr Ir Handoko Adi Susanto, SPi, MSc selaku penguji luar komisi pada ujian tesis. Terima kasih atas saran-saran yang diberikan dalam melengkapi dan memperbaiki penulisan Tesis ini. 3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor melalui Beasiswa Unggulan (BU) Tahun 2011. 4. Pimpinan Universitas Negeri Papua (UNIPA) atas rekomendasinya untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor dengan jalur beasiswa DIKTI. 5. Marine Protected Areas Governance (MPAG) yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Nusa melalui bantuan dana Penelitian. 6. Coral Triangle Center (CTC) Bali yang telah membantu penulis selama mengambil data dilokasi penelitian, serta telah berkontribusi dalam menyediakan data-data yang dibutuhkan. 7. Pemerintah Kab. Klungkung yang boleh memberikan ijin bagi penulis melaksanankan penelitian di daerahnya. 8. Mama dan adik serta sanak saudara saya tercinta yang telah memberi dukungan baik secara moral maupun atas doa-doanya. 9. Mas Triyadi Purnomo dan Keluarga serta rekan-rakan SPL 2011 yang boleh memberi dukungan dan bantuan serta partisipasi dalam penyelesaian penulisan tesis ini. 10. Adik Krisye dan Hendra yang boleh membantu penulis untuk mengambil data di lapangan. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung penyelesaian tugas akhir penulis, semoga Tuhan memberkati segala bantuan dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. Pada akhirnya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis. Bogor, Agustus 2013 [
Marjan Bato
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Kerangka Pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Perairan (KKP) 2.1.1 Pengertian Kawasan Konservasi Perairan (KKP) 2.1.2 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan (KKP) 2.1.3 Zonasi Pada Kawasan Konservasi Perairan (KKP) 2.2 Ekowisata 2.3 Ekowisata Bahari 2.4 Aspek Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Pesisir 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data 3.3.1 Analisis Deskriptif 3.3.2 Persen Tutupan Komunitas Karang 3.3.3 Indeks Kematian Karang (Mortalitas Karang) 3.3.4 Kelimpahan Ikan Karang 3.3.5 Indeks Kesesuaian Ekowisata Bahari 3.3.6 Analisis Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari 3.3.7 Evaluasi Kegiatan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir yang Berada Pada Kawasan Nusa Penida 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4.2 Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida 4.3 Penetapan Batas Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida 4.4 Rencana Pengelolaan dan Mekanisme Pendanaan Jangka Panjang 4.5 Zonasi Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida
24 26 26 26 28 29 29
5 EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN EKOWISATA BAHARI 5.1 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang 5.2 Indeks Mortalitas Karang ( Tingkat Kematian Karang) 5.3 Kondisi Ikan Karang
31 31 34 35
1 1 3 4 4 4 6 6 6 6 8 12 13 14 15 15 15 19 19 19 19 20 20 22
5.4 Kesesuaian Kawasan Untuk Lokasi Ekowisata Bahari 5.4.1 Ekowisata Selam (Diving) 5.4.2 Ekowista Snorkeling 5.4.3 Ekowisata Pantai 5.4.4 Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari
37 37 38 40 41
6 PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA 42 6.1 Karakteristik Wisatawan di Kawasan Nusa Penida 6.2 Pengetahuan Wisatawan Tentang Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida 43 6.3 Tingkat Kepuasan Wisatawan Terhadap Kawasan Wisata Bahari di Nusa Penida 45 6.4 Pengeluaran Wisatawan Selama Berada di Kawasan wisata Bahari Nusa Penida 48 6.5 Kesediaan Wisatawan Membayar Biaya Masuk Kawasan Konservasi 49 6.6 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida 49 6.6.1 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Bagi Pengembangan Ekowisata Bahari 51 6.6.2 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Terhadap Pendapatan Masyarakat 52 6.6.3 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat 52 6.6.4 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Bagi Pemerintah dan Pihak Swasta 54 6.7 Analisis Gap (Analisis Kesenjangan) Kesesuaian Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida 6.8 Rekomendasi Pengelolaan Kawasan konservasi di Nusa Penida
57 62
7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
63 63 63 64
LAMPIRAN
68
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Manfaat Ekowisata di Kawasan Konservasi Jenis dan Metode Pengumpulan Data Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Kategori Wisata Selam Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Kategori Wisata Snorkling Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Pantai Kategori Rekreasi Pantai Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata Indikator Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Titik Koordinat Batas Luar Calon KKP Nusa Penida Persentase Tutupan Karang Hidup Pada Kedalaman 3 Meter dan Kedalaman 10 Meter di Nusa Penida Nilai Indeks Kesesuaian Lahan Untuk Ekowista Kategori Selam (Diving) Nilai Indeks Kesesuaian Lahan Untuk Ekowista Kategori Snorkeling Nilai Indeks Kesesuaian Lahan Untuk Ekowista Kategori Wisata Pantai (Rekreasi Pantai) Daya Dukung Kawasan Di Nusa Penida Kategori Selam (Diving), Snorkeling, dan Rekreasi Pantai Sarana Kesehatan Per Desa/Kelurahan di Kecamatan Nusa Penida PDRB Sektor Pariwisata Kabupaten Klungkung Tahun 2009 - 2011 Matriks Analisis Gap (Analisis Kesenjangan) Kesesuaian Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida
7 16 20 21 21 23 23 24 28 33 38 39 40 41 46 55 57
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kerangka Alur Pikir Penelitian Peta Lokasi Penelitian Peta Zonasi Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida Kondisi Komunitas Karang di Kawasan Nusa Penida Nilai Indeks Mortalitas Karang (Kematian Karang) Pada Lokasi Penelitian Kelimpahan Ikan Karang di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Aktifitas Wisatawan dalam Melakukan Snorkling di Kawasan Wisata Desa Jungut Batu Pantai Di Desa Sakti (Crystal Bay) Persentase Wisatawan yang Berkunjungan Wisatawan di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida berdasarkan Asal Negara Grafik Kunjungan Wisatawan di Nusa Penida dari Tahun 2007-2012 Persentase Sumber Informasi yang Diperoleh Responden Tentang Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida Bentuk Sosialisasi Kelompok Kerja (POKJA) Terhadap Wisatawan
5 17 30 34 35 36 39 40 42 43 44
14 15 16 17 18 19 20
Yang Memanfaatkan Kawasan Wisata Nusa Penida Persentase Penyebab Ketidakpuasan Wisatawan yang Berkunjung Di Kawasan Wisata Nusa Penida Persentase Tanggapan Responden Terhadap Penyebab Buruknya Kawasan Wisata Nusa Penida Metode pembersihan Pantai di Kawasan Wisata Nusa Penida Persentase Biaya yang di Keluarkan Wisatawan Selama Berada di Kawasan Nusa Penida 21 Persentase Kesediaan Membayar Biaya Masuk pada Lokasi Wisata di Kawasan Nusa Penida 22 Persentase Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Nusa Penida 23 Box Plot Skor Kesejahteraan Masyarakat Nusa Penida di Empat Desa Sampling
45 45 47 47 48 49 51 53
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Persen tutupan Komunitas Karang dan Nilai Indeks Mortalitas Karang Tahun 2010 di Nusa Penida, Bali Persen tutupan Komunitas Karang dan Nilai Indeks Mortalitas Karang Tahun 2011 di Nusa Penida, Bali Persen tutupan Komunitas Karang dan Nilai Indeks Mortalitas Karang Tahun 2012 di Nusa Penida, Bali Persen Tutupan Komunitas Karang di Lokasi Penyelaman Pada Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida Tahun 2010 Persen Tutupan Komunitas Karang di Lokasi Penyelaman Pada Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida Tahun 2011 Persen Tutupan Komunitas Karang di Lokasi Penyelaman Pada Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida Tahun 2012 Karakteristik Responden Pada Rumah Tangga Masyarakat Pelaku Wisata/ Pedagang di Nusa Penida Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (Responden) Pada Rumah Tangga Pekerja Wisata/ Pedagang di Nusa Penida Hasil Analisis Indeks Kesesuaian Area Ekowisata Kategori Wisata Selam (Diving) Hasil Analisis Indeks kesesuaian Area Ekowisata Kategori Snorkeling Hasil Analisis Indeks Kesesuaian Area Ekowisata Kategori Wisata Pantai (Rekreasi Pantai) Hasil Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) Untuk Ekowisata Bahari Kategori Selam (Diving) Hasil Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) Untuk Ekowisata Bahari Kategori Snorkeling Hasil Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) Untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata Pantai (Rekreasi Pantai)
69 67 73 75 76 77 78 80 84 85 87 89 90 91
18 Data Kunjungan Wisatawan Daya Tarik Wisata (DTW) di Kabupaten Klungkung Tahun 1998 s/d 2012 19 Hasil Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Kesejahteraan keluarga dengan Karakteristik Indikator yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan 20 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku dan Artas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2011 21 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku dan Artas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2011 (Hasil Analisis) 22 Dokumentasi Objek Wisata yang di Jumpai di Kawasan Wisata Nusa Penida (Sumber : CTC, 2012) 23 Dokumentasi Pengambilan/Pengumpulan Data di Lapangan 24 Kegiatan Yang DiPerbolehkan dan Di Larang Dalam Zonasi KKP Nusa Penida 25 Kuisioner yang digunakan dalam Penelitian
92
93
94
95 98 100 105 108
1
1
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Pengelolaan sumberdaya perairan melalui pengelolaan kawasan konservasi perairan merupakan suatu tindakan/langkah kooperatif yang dilakukan untuk mengembangkan suatu kawasan perairan. Pengelolaan kawasan konservasi perairan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem dari kerusakan dan kepunahan akibat pemanfaatan yang berlebihan dan tidak terkontrol. Kawasan konservasi perairan mempunyai peranan yang sangat penting baik secara ekologis maupun ekonomis, sehingga pengelolaannya harus menjadi prioritas utama. Petrosillo et al. (2007) menyatakan bahwa tujuan dibentuknya kawasan konservasi perairan adalah untuk melindungi seluruh sistem sosialekologi, meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat lokal, mengembangkan ekowisata dan mendorong pelestarian budaya tradisional. Pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati tetapi juga akan mendukung pengelolaan perikanan berkelanjutan dan peningkatan ekonomi melalui aktivitas ekowisata bahari (PISCO 2002, Gell and Roberts 2003). Kawasan konservasi perairan dan ekowisata merupakan satu kesatuan yang saling mendukung yang mana konsep dari pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan kawasan konservasi (Yulianda et al. 2010). Drumm and Moore (2005) mengungkapkan bahwa ekowisata merupakan strategi dalam pengembangan kawasan konservasi, dimana keduanya merupakan simbiosis mutualisme yakni ekowisata memerlukan kawasan konservasi dan sebaliknya kawasan konservasi memerlukan ekowisata. Pengembangan kawasan konservasi perairan bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dengan keinginan untuk melestarikan sumberdaya alam. Seiring dengan perkembangannya, kawasan konservasi perairan telah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan seperti sebagai tempat penelitian, perlindungan alam, pelestarian spesies dan keragaman genetik, kegiatan wisata, kegiatan pendidikan lingkungan serta perlindungan unsur alam atau budaya yang spesifik. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadikan kawasan konservasi sebagai salah satu sarana yang dapat menunjang perekonomian negara. Oleh karena itu telah banyak peraturan perundangundangan ataupun turunannya tentang kawasan konservasi diantaranya adalah Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 (telah direvisi dengan Undang-Undang No. 45 Tahun 2009) tentang Perikanan, Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. Per.16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Permen KP No. Per. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2
Nusa Penida merupakan salah satu kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia dan telah dicadangkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten Klungkung (Perbup) No. 12 Tahun 2010 dengan status kawasan adalah taman wisata perairan. Salah satu alasan pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu karena Nusa Penida memiliki organisme spesifik atau endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu, dan lumba-lumba sehingga dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk dikonservasi. Pencadangan kawasan konservasi perairan khususnya di Nusa Penida mempunyai dampak bagi masyarakat dan lingkungan laut (ekologi) yang berada di kawasan Nusa Penida karena kawasan ini dianggap sebagai kawasan wisata yang telah berkembang dan telah dikelola selama hampir 3 (tiga) tahun. Dampak yang dapat ditimbulkan bisa positif dan juga bisa negatif. Berdampak positif jika pengelolaan selama ini telah mensejahterakan masyarakat dan melindungi lingkungan laut (ekologi) dalam hal ini terumbu karang, dan organisme spesifik/ endemik yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu dan lumbalumba yang menjadi objek wisata terbesar serta organisme lainnya dan memiliki daya tarik bagi wisatawan. Dan sebaliknya akan berdampak negatif jika tidak adanya perbaikan terhadap lingkungan laut (ekologi) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, sehingga dalam pengelolaan wilayah pesisir khususnya di kawasan konservasi perairan perlu memperhatikan keseimbangan dari kedua aspek tersebut. Pengelolaan kawasan konservasi perairan berbasis masyarakat merupakan suatu upaya atau usaha masyarakat dan pemerintah untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas sumberdaya yang didalamnya terdapat ekosistem terumbu karang dan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya lainnya yang berasosiasi dengan terumbu karang sehingga mendatangkan nilai ekonomi dan sosial bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan wilayah pesisir khususnya pada wilayah kajian yaitu Nusa Penida. Kawasan ini telah dicadangkan menjadi kawasan konservasi perairan yang dikelola oleh pemerintah setempat, masyarakat dan LSM secara bersama-sama. Pelletier et al. (2005) mengemukakan bahwa kinerja keberhasilan suatu kawasan konservasi perairan dapat diukur dari tiga sudut pandang penting yakni ekologi, ekonomi dan sosial. Beberapa variabel ekologi yang dapat diukur diantaranya ialah (a) kekayaan spesies dan indeks keanekaragaman, (b) kelimpahan invertebrata, (c) penutupan karang, (d) distribusi spasial spesies, (e) komposisi spesies dan kepadatan relatif. Variabel ekonomi yang dapat diukur diantaranya adalah (a) biaya pengelolaan, (b) jumlah kunjungan dan pengeluaran kasar secara langsung terkait dengan kawasan konservasi, (c) perubahan dalam upaya penangkapan ikan. Kemudian variabel sosial yang dapat diukur diantaranya adalah (a) persepsi masyarakat, (b) frekuensi pertemuan antara masyarakat dan pengelola kawasan konservasi perairan. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan dan kondisi saat ini pada kawasan konservasi perairan di Nusa Penida yang telah dicadangkan sebagai kawasan konservasi perairan, maka dibutuhkan suatu kajian ilmiah tentang manfaat kawasan konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari, untuk melihat sejauh mana manfaat yang dirasakan oleh masyarakat yang berada disekitar kawasan tersebut
3
dan berdampak bagi kehidupan sosial dan perekonomian serta memelihara dan menjaga kelestarian ekologi kawasan.
1.2
Perumusan Masalah
Kawasan konservasi perairan pada dasarnya memiliki tujuan supaya tercapainya keterpaduan antara kepentingan ekologis, sosial dan ekonomi. Dengan dicadangkannya suatu kawasan menjadi kawasan konservasi itu berarti bahwa kawasan tersebut secara ekologis diharapkan dapat melindungi, memelihara dan melestarikan ekosistem yang ada dan yang berasosiasi dengannya sedangkan terhadap kondisi sosial dan ekonomi diharapkan supaya tercipta suatu sistem dan mekanisme pengelolaan yang berbasis masyarakat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspek hukum dalam pemanfaatan potensinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Pengelolaan kawasan konservasi khususnya bagi perairan laut yang akan dijadikan sebagai objek wisata seharusnya berbasis ekowisata. Mengapa harus berbasis ekowisata? Karena tujuan dari kegiatan ekowisata yaitu meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh wisatawan terhadap lingkungan/ekologi namun memberi manfaat bagi masyarakat lokal yaitu meningkatnya kesejahteraan. Ekowisata bahari dalam kawasan konservasi telah banyak dilakukan diberbagai tempat dan telah memberi manfaat kepada masyarakat lokal seperti di Great Barrier Reef Australia (Harriott, 2002), Bagalangit, Mabini (Oraciona et al. 2005), Torre Guaceto di Italy (Petrosillo et al. 2007), Pulau Calamianes di Philipina (Fabinyi, 2008), Montego Bay di Jamaica (Red-Grant and Bhat, 2009) serta beberapa Negara Asia Selatan seperti Pakistan, India, Srilanka, Maldives, dan Bangladesh (IUCN, CORDIO, dan ICRAN, 2008). Di Indonesia, kawasan konservasi perairan telah berkembang dan berdasarkan data telah terbentuk seluas 15,7 ha sampai pada tahun 2012 (Ruchimat et al. 2012). Berkembangnya kawasan konservasi di Indonesia tidak diiringi dengan kajian manfaat kawasan konservasi perairan tersebut terhadap kehidupan masyarakat serta lingkungan, oleh karena itu penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida belum menerapkan konsep ekowisata secara utuh. 2. Data atau informasi tentang bioekologi di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida belum tersedia secara lengkap. 3. Belum tersedia secara lengkap data atau informasi tentang karakteristik wisatawan yang berkunjung di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida. 4. Pengembangan ekowisata bahari di Kawasan Konservasi Perairan akan memberi dampak/ manfaat terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat pesisir.
4
1.3
1. 2. 3. 4.
5.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah Mengkaji manfaat kawasan konservasi perairan di Nusa Penida dengan menggunakan konsep ekowisata. Mengidentifikasi kondisi bioekologi kawasan wisata Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali Menggambarkan karakteristik pengunjung/wisatawan daerah wisata Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali Mengkaji dampak pengembangan ekowisata bahari terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat pesisir kawasan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali Membuat rekomendasi pengelolaan wisata bahari yang memberi dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di kawasan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Sebagai Informasi dasar bagi pengembangan ekowisata bahari di kawasan konservasi perairan di Nusa Penida. 2. Memberikan masukan bagi pengelola kawasan konservasi untuk mengelola kawasan konservasi di Nusa Penida secara efektif dan berkelanjutan 3. Sebagai referensi untuk pengembangan kawasan konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.5
Kerangka Alur Pikir Penelitian
Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida dicadangkan berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten klungkung No. 12 tahun 2010 tepatnya pada tanggal 7 Juli 2010. Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan tersebut dimanfaatkan untuk wisata bahari, perikanan yang berkelanjutan, budidaya ramah lingkungan, penelitian dan pengembangan sosial ekonomi masyarakat serta pemanfaatan sumberdaya laut lainnya secara lestari. Sebelum Kabupaten Klungkung khususnya Kecamatan Nusa Penida dicadangkan sebagai kawasan konservasi, kegiatan wisata sudah berkembang. Pengelolaan kawasan konservasi di Nusa Penida sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah yang bekerja sama dengan masyarakat, lembaga swadaya dan Coral Triangel Center (CTC). Walaupun kawasan konservasi Nusa Penida telah dicadangkan, namun yang menjadi kendala adalah apakah pengelolaannya didasarkan pada prinsip ekowisata atau hanya untuk kepentingan
5
pendapatan daerah semata sehingga prinsip-prinsip yang menjadi dasar dari pengelolaan kawasan konservasi menjadi terabaikan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka disusun sebuah kerangka pemikiran seperti yang tertuang pada Gambar 1. Kerangka pemikiran ini didasarkan pada pencadangan Nusa Penida sebagai kawasan konservasi perairan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Pengelolaannya ini akan dianalisis apakah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip ekowisata atau belum dengan menggunakan indeks kesesuaian ekowisata bahari dengan daya dukung kawasan di Nusa Penida dan dibandingkan dengan kondisi aktual atau eksisting apakah sudah mempunyai dampak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian dan kealamian alam yang tersedia di Nusa Penida. Berdasarkan analisis gap yang dilakukan maka di buat rekomendasi pengelolaan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida dengan tujuan untuk memanfaatkan kawasan konservasi tersebut secara optimal. Adapun kerangka alur pikir penelitian ini adalah sebagai berikut : Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida (Peraturan Bupati Kab. Klungkung No. 12 Tahun 2010)
Potensi Wisata Bahari
Pemanfaatan Berbasis Ekowisata
Pemanfaatan Aktual/ Existing
Analisis Kesesuaian & Daya Dukung Ekowisata Bahari Analisis Gap
Kesejahteraan Masyarakat Sesuai Prinsip Ekowisata
Rekomendasi Pengelolaan
Gambar 1. Kerangka alur pikir penelitian
Pemanfaatan Optimal
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kawasan Konservasi Perairan (KKP)
2.1.1 Pengertian Kawasan Konservasi Perairan Kawasan konservasi perairan merupakan terjemahan Pemerintah Indonesia yang berasal dari istilah Marine Protected Area (MPA) yang didefinisikan pada World Wilderness Congress Ke-4 dan diadopsi oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam General Assembly pada tahun 1994, adalah suatu daerah intertidal atau subtidal beserta flora dan fauna, dan penampakan sejarah serta budaya, yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, untuk melindungi sebagian atau seluruh lingkungan disekitarnya (Kelleher, 1999; Kasasiah, 2013). International Union for Conservation of Nature tahun 2008 (IUCN, 2008) telah merevisi defenisi Marine Protected Area (MPA) dari yang sebelumnya pada tahun 1994 menjadi Sebuah kawasan yang memiliki batas geografis yang jelas yang diakui, diperuntukkan dan dikelola, baik secara formal maupun tidak formal, agar dalam jangka panjang melindungi alam berikut jasa-jasa ekosistem dan nilainilai budayanya. Menurut FAO (2011), terdapat beberapa perbedaan KKP di beberapa negara, di Filipina kawasan konservasi merupakan daerah laut yang spesifik yang dilindungi hukum dan cara efektif lainnya serta pelaksanannya dipandu dengan aturan spesifik atau panduan untuk mengelola aktivitas dan melindungi sebagian dari seluruh wilayah pesisir dan lingkungan laut. Brazil mengategorikan KKP ke dalam dua daerah yaitu daerah tanpa penangkapan (inti/ no-take zone) dan daerah untuk pemanfaatan berkelanjutan, sedangkan di Senegal, KKP merupakan kawasan perlindungan dengan dasar keilmuan untuk generasi sekarang dan akan datang, dari sumberdaya alami dan budaya serta ekosistem yang menunjukkan lingkungan laut. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2007 mendefenisikan kawasan konservasi perairan sebagai suatu kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Kawasan yang dilindungi melalui definisi ini mencakup tidak hanya kawasan laut namun juga perairan secara umum, termasuk sungai dan danau. Sedangkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 17 Tahun 2008 mendefenisikan kawasan konservasi adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai ciri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan. 2.1.2 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Syms dan Jones (2001) menyatakan bahwa terumbu karang sebagai habitat dari berbagai ikan karang memiliki korelasi positif terhadap kelimpahan ikan karang. Jika terjadi gangguan terhadap habitat (ekosistem terumbu karang) maka populasi ikan akan bergerak untuk berpindah ke lokasi yang lebih nyaman. Selain
7
manfaat terhadap ekosistem, kawasan konservasi juga bermanfaat terhadap kegiatan ekowisata. Kegiatan ekowisata yang biasa dilakukan di kawasan terumbu karang yaitu menyelam dan snorkling. Gao dan Hailu (2011) mengemukakan bahwa kondisi ekosistem karang yang baik akan meningkatkan kekayaan ikan yang selanjutnya akan meningkatkan kegiatan wisata sebagai contoh wisata sport fishing. Jennings (2009) menguraikan fungsi utama dalam pengelolaan adalah untuk memodifikasi tekanan-tekanan manusia terhadap ekosistem sumberdaya maka berbagai model pengelolaan telah dilakukan, salah satunya adalah pembentukan kawasan konservasi, telah diusulkan untuk mendukung pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan. Daerah Perlindungan laut diakui diseluruh dunia, sebagai desain untuk melindungi sumberdaya dengan cara melindungi habitatnya, serta dapat menyelesaikan masalah konflik sumberdaya dan salah satu upaya pengembalikan sumberdaya yang telah tereklpoitasi serta kawasan yang terdegradasi (Maliao et al. 2004). Angulo-Valdes and Hatcher (2010) menyebutkan bahwa ada 99 manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya kawasan konservasi perairan yang terbagi dalam 9 kategori utama yaitu manfaat terhadap perikanan, non-perikanan, manfaat kepada pengelola, pendidikan/ penelitian, budaya, proses, manfaat kepada ekosistem, serta manfaat kepada spesies dan populasi. Menurut Eagles et al. (2002) bahwa ketertarikan wisatawan berkunjung ke lokasi ekowisata dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan lingkungan yang dijadikan sebagai kawasan konservasi (Tabel 1). Tabel 1. Manfaat potensial dari ekowisata di kawasan konservasi Kategori Manfaat
Jenis Manfaat Ekowisata bagi Lingkungan
Masyarakat dan
Meningkatkan - Peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat lokal perekonomian - Peningkatan pendapatan masyarakat - Wisatawan dapat merangsang perkembangan usaha baru - Mendorong produksi barang-barang lokal - Mendapatkan pasar baru untuk menghasilkan devisa - Memperbaiki standar hidup masyarakat stempat - Menghasilkan pajak lokal - Pekerja dimungkinkan memperoleh keterampilan baru - Menghasilkan pembiayaan untuk kawasan konservasi dan untuk masyarakat lokal Melindungi - Melindungi proses ekologis teristerial maupun aliran alam dan sungai Warisan - Memelihara keanekaragaman hayati (genus, spesies dan budaya ekosistem) - Melindungi, memelihara, nilai budaya dan membangun warisan sumberdaya - Menciptakan nilai ekonomi dan perlindungan sumberdaya - Menyebarkan nilai-nilai konservasi seperti pendidikan dan penafsiran
8
Kategori Manfaat
Meningkatkan kualitas hidup
Jenis Manfaat Ekowisata bagi Masyarakat dan Lingkungan - Membantu untuk mengkomunikasikan dan menafsirkan nilai-nilai alam dan warisan budaya kepada pengunjung dan masyarakat setempat Hal ini dapat membangun generasi baru yang merupakan konsumen yang bertanggung jawab - Mendukung penelitian dan pengembangan jasa-jasa lingkungan dan pengelolaan sistem yang dapat meningkatkan kapasitas maupun kepedulian biro perjalanan dan bisnis wisata terhadap tanggung jawab lingkungan - Memperbaiki fasilitas-fasilitas lokal, transportasi dan komunikasi - Membantu pengembangan mekanisme keuangan sendiri bagi operasional kawasan konservasi - Mempromosikan nilai-nilai spiritual yang berhubungan dengan kesehatan - Mendukung pendidikan lingkungan bagi pengunjung dan masyarakat lokal - Menyediakan atraksi lingkungan sebagai tujuan persinggahan bagi penduduk lokal dan pengunjung yang dapat mendukung aktivitas lain yang dapat dilakukan secara bergantian - Memperbaiki pemahaman antar budaya - Mendorong pengembangan budaya, kerajinan tangan dan seni - Meningkatkan kualitas pendidikan bagi masyarakat lokal - Mendorong masyarakat untuk mempelajari bahasa dan budaya asing yang dibawa oleh pengunjung dibawa oleh pengunjung - Mendorong masyarakat lokal untuk menilai budaya dan lingkungan mereka
Sumber : Eagles et al. (2002), Irwan (2010)
2.1.3 Zonasi Pada Kawasan Konservasi Perairan Pembentukkan kawasan konservasi perairan tujuan utamanya yaitu untuk melindungi spesies/habitat keanekaragaman hayati dan mempertahankan pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan. Sedangkan tujuan lainnya yaitu sebagai tempat penelitian ilmiah, pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Tujuan pengelolaan kawasan tercermin atau terefleksi di dalam perencanaan zonasi. Suatu kawasan yang bertujuan untuk melindungi perikanan, zonasi akan diprioritaskan untuk melindungi wilayah atau tempat pemijahan ikan dan habitat penting lainnya yang mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan. Oleh karena itu, zonasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi.
9
Istilah zonasi banyak digunakan dalam sistem penataan ruang, seperti ketentuan pada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Undang-Undang 27 tahun 2007 juga membahas zonasi khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.30 tahun 2010 mendefenisikan zonasi kawasan konservasi perairan adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) diatur dengan sistem zonasi, yakni zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, dan zona lainnya (Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan). Untuk kasus-kasus yang spesifik, maka akan ada pembagian sub-sub zona sebagai bagian dari keempat zona utama yang penentuannya disesuaikan dengan potensi, karakteristik, dan pertimbangan sosial ekonomi masyarakat sekitar. 1. Zona inti adalah zona yang diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, penelitian dan pendidikan dengan tetap mempertahankan perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Kriteria penentuan zona inti meliputi : daerah yang merupakan tempat pemijahan, pengasuhan atau alur migrasi ikan; daerah yang merupakan habitat biota perairan tertentu; mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya; mempunyai ciri khas ekosistem alami dan mewakili keberadaan biota tertentu yang masih asli; mempunyai kondisi perairan yang relatif masih asli dan tidak atau belum terganggu manusia; mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jenis-jenis ikan tertentu untuk menunjang pengelolaan perikanan yang efektif dan menjamin berlangsungnya bioekologis secara alami; serta mempunyai ciri khas sebagai sumber plasma nutfah bagi KKP. 2. Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan, budidaya ramah lingkungan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Penentuan zona perikanan berkelanjutan yaitu daerah yang memiliki nilai konservasi namun masih memiliki toleransi terhadap pemanfaatan budidaya ramah lingkungan dan penangkapan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan. Selain itu, mempunyai karakteristik ekosistem yang memungkinkan untuk berbagai pemanfaatan ramah lingkungan dan mendukung perikanan berkelanjutan, memiliki keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya, mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk mendukung kegiatan multifungsi dengan tidak merusak ekosistem aslinya, dan mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin pengelolaan budidaya ramah lingkungan, perikanan berkelanjutan, dan kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta mempunyai karakteristik potensi dan keterwakilan biota perairan bernilai ekonomi. 3. Zona pemanfaatan yaitu bagian KKP yang diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, pariwisata dan rekreasi, penelitian
10
dan pengembangan, dan pendidikan. Kriteria penentuan zona pemanfaatan ini diantaranya mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan beserta ekosistem perairan yang indah dan unik, mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi, dan mempunyai karakter objek penelitian dan pendidikan yang mendukung kepentingan konservasi, serta mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk berbagai kegiatan pemanfaatan dengan tidak merusak ekosistem aslinya. 4. Zona lainnya adalah zona diluar zona inti, zona perikanan berkelanjutan dan zona pemanfaatan yang diperuntukkan bagi zona rehabilitasi dalam rangka mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya. Zona khusus untuk kepentingan aktivitas, sarana penunjang kehidupan kelompok masyarakat dan/atau masyarakat adat yang tinggal di wilayah tersebut, dan kepentingan umum antara lain berupa sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi, dan jaringan listrik. Kriteria penentuan zona lainnya tergantung dari karakteristik kawasan seperti adanya perubahan fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan manusia, adanya invasif spesies (masuknya spesies lain) yang mengganggu jenis atau biota asli kawasan, dan adanya pemanfaatan lain yang sesuai kebutuhan zona dengan tetap memperhatikan daya dukung dari kawasan tersebut. Sistem zonasi pada kawasan konservasi dan pulau-pulau kecil berdasarkan Peraturan Menteri Keluatan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 17 Tahun 2008 berbeda dengan sistem zonasi pada kawasan konservasi perairan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 Tahun 2007. Adapun sistem zonasi berdasarkan Permen KP Nomor 17 Tahun 2008 dibagi menjadi 3 zona yaitu zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona lainnya dengan penjelasan masingmasing zona adalah sebagai berikut : 1. Zona Inti merupakan zona perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, serta alur migrasi biota laut, perlindungan ekosistem pesisir yang unik dan/atau rentan terhadap perubahan, perlindungan situs budaya/ adat tradisional, penelitian, dan/atau pendidikan. Zona inti ini terdiri dari a) daerah tempat berpijah (spawning ground), tempat bertelur (nesting site), daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground) ikan dan/atau biota perairan lainnya, b) ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil yang relatif masih utuh dan tidak terganggu, c) Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil yang unik dan rentan terhadap perubahan. 2. Zona pemanfaatan terbatas diperuntukkan a) Perlindungan habitat dan populasi ikan, 2) pariwisata dan rekreasi, c) Penelitian dan pengembangan, d) Pendidikan. 3. Zona lainnya merupakan zona diluar zona inti dan zona pemanfaatan terbatas yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain zona rehabilitasi. Sistem zonasi pada Kawasan Konservasi Perairan di tiap daerah di Indonesia mengalami perbedaan dan disesuaikan dengan kondisi daerah atau
11
kawasan yang akan di konservasi. Sebagai contoh di Nusa Penida, zonanya dibagi dalam 7 subzona, sedangkan di Taman Nasional Wakatobi dibagi dalam 6 zona yang terdiri dari : 1) Zona Inti, 2) Zona Perlindungan Bahari, 3) Zona Pariwisata, 4) Zona Pemanfaatan Lokal, 5) Zona Pemanfaatan Umum, dan 6) Zona Daratan/Khusus. Adapun Penjelasan dari keenam zona tersebut adalah sebagai berikut (BTNW, 2007): Zona Inti (Core Zone), bagian taman nasional yang mempunyai kondisi 1. alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. 2. Zona Perlindungan Bahari (No Take Zone), adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Pariwisata (Tourism Zone), adalah bagian taman nasional yang letak, 3. kondisi dan potensi alamnya terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Zona ini merupakan pusat rekreasi dan kunjungan pariwisata alam. Lokasinya berdekatan dengan daerah pemukiman dan mudah dijangkau/aksesibilitas mudah, sehingga pengembangannya dapat memberikan dampak keuntungan ekonomi bagi masyarakat setempat. 4. Zona Pemanfaatan Lokal (Local Using Zone), adalah zona yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan terbatas secara tradisional untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat sekitarnya yang biasanya menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam laut. Zona pemanfaatan lokal berfungsi dan diperuntukkan bagi pemanfaatan potensi sumber daya alam tertentu di kawasan taman nasional oleh masyarakat setempat (Wakatobi) secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan peningkatan kesejahteraan. Zona Pemanfaatan Umum (Common Using Zone), zona yang 5. diperuntukkan bagi pengembangan dan pemanfaatan perikanan laut dalam. Zona pemanfaatan umum berfungsi dan diperuntukkan bagi pemanfaatan potensi sumber daya perairan laut dalam di kawasan TNW baik oleh masyarakat setempat/lokal Wakatobi maupun oleh nelayan/ pengusaha perikanan dari luar Wakatobi dalam rangka pengembangan usaha perikanan pelagis/laut dalam yang akan mendukung pembangunan Kabupaten Wakatobi sesuai ketentuan yang berlaku. 6. Zona Daratan/Khusus (Land Zone), adalah wilayah daratan berupa pulaupulau yang berpenduduk dan telah terdapat hak kepemilikan atas tanah oleh masyarakat atau kelompok masyarakat yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional dimana pengaturannya akan dilakukan lebih lanjut melalui rencana umum tata ruang kabupaten.
12
2.2
Ekowisata
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Kekhususan ini menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata massal. Perbedaannya dengan wisata massal adalah karakteristik produk dan pasar (Damanik dan Weber, 2006). Ekowisata juga diartikan sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (TIES 1990 dalam Fandeli 2000). Dari defenisi ini ekowisata dapat dipandang dari tiga perspektif yaitu : 1. Ekowisata sebagai produk yang merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam 2. Ekowisata sebagai pasar yang merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan 3. Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan yang merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Disini kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsipprinsip pariwisata berkelanjutan yang membedakannya dengan wisata lain. Dalam prakteknya hal ini terlihat dalam bentuk kegiatan wisata yang : a. Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya b. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka. c. Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk kelompok kecil (UNEP, 2000). Dengan kata lain ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri. Dari defenisi tersebut diatas, dapat didefenisikan beberapa prinsip ekowisata (TIES 1990 dalam Fandeli, 2000), yaitu : 1. Perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural destinations), terkadang perjalanan yang jauh, ada penduduk atau tidak ada penduduk, biasanya lingkungan tersebut dilindungi. 2. Meminimalkan dampak negatif (minimalized impact). Pariwisata menyebabkan kerusakan, tetapi ekowisata berusaha untuk meminimalkan dampak negatif yang bersumber dari hotel, jalan, atau infrastruktur lainnya. Meminimalkan dampak negatif dapat dilakukan melalui pemanfaatan material/sumberdaya setempat yang dapat di daur ulang, sumber energi yang terbaharui, pembuangan dan pengolahan limbah dan sampah yang aman, dan menggunakan arsitektur yang sesuai dengan lingkungan (landscape) dan budaya setempat, serta memberikan batasan/jumlah wisatawan yang sesuai dengan daya dukung obyek dan pengaturan perilakunya.
13
3.
4.
5.
6.
7.
Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build environmental awareness). Unsur penting dalam ekowisata adalah pendidikan, baik kepada wisatawan maupun kepada masyarakat penyanggah obyek. Sebelumnya semua pihak yang terintegrasi dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang karakteristik obyek dan kode etik sehingga dampak negatif dapat diminimalkan. Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan konservasi (provides direct financial benefits for conservation). Ekowisata dapat membantu meningkatkan perlindungan akan lingkungan, peneitian dan pendidikan, melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan sebagainya. Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada masyarakat lokal (provides financial benefits and powerment for local people). Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan konservasi apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan ekoturisme disuatu kawasan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (local community walfare). Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui pemberdayaan atau peningkatan kapasitas masyarakat lokal, baik dalam pendidikan, wirausaha, pemodalan dan manajemen. Menghormati budaya setempat (respect localculture ). Ekoturisme disamping lebih ramah lingkungan, juga tidak bersifat destruktif, intrutif, polutan dan eksploitatif terhadap budaya setempat, yang justru merupakan salah satu “core” bagi pengembangan kawasan ekoturisme. Mendukung gerakan hak asasi manusia dan demokrasi (support human right and democratic movement).
2.3
Ekowisata Bahari
Ekowisata bahari merupakan jenis kegiatan pariwisata yang berhubungan dengan kelautan dengan sasaran antara lain melihat/mengamati terumbu karang, berbagai jenis ikan, hewan-hewan kecil di laut (microfauna) yang dilakukan dengan cara menyelam, snorkling, dan berenang (Garrod & Wilson, 2004). Menurut Cater (2003) dalam Garrod & Wilson (2004), wisata bahari adalah sebuah komponen dari sektor ekowisata yang lebih luas yang tumbuh dengan pesat baik nilai maupun volume. Dahuri et al. (2001) menyatakan bahwa daya tarik wilayah pesisir untuk wisatawan adalah keindahan dan keaslian lingkungan seperti kehidupan di bawah air, bentuk pantai (gua-gua, air terjun, pasir dan sebagainya) dan kekayaan jenis tumbuhan, burung dan hewan-hewan lain. Dengan demikian, cakupan kegiatan wisata ini memiliki spektrum industri yang sesungguhnya sangat luas dan bisnis yang ditawarkannya sangat beragam, antara lain jasa penyedia transportasi, kapal pesiar, pengelola pulau kecil, pengelola taman laut, hotel, restoran terapung, kawasan lepas pantai, rekreasi pantai, konvensi di pantai dan di laut, pemandu wisata alam, dan sebagainya. Tentunya industri-industri pendukung juga akan terbuka lebar antara lain jasa foto dan video, pakaian dan peralatan olahraga, jasa kesehatan, jasa keamanan laut, jas resque, kerajinan dan cindera mata, pemasok makanan dan minuman, hiburan dan
14
lain sebagainya. Konsep wisata pesisir dan bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekowisata bahari haruslah dikakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir secara berkelanjutan haruslah dilakukan dengan perencanaan yang matang dengan pendekatan pengelolaan konservasi sehingga total dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya (Dahuri et al. 2001). Yulianda (2007) mendefenisikan ekowisata adalah pariwisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi yang mengutamakan kelestarian dan keseimbangan alam. Selanjutnya ditambahkan bahwa ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Obyek ekowisata bahari dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan a) Obyek komoditi yang terdiri dari penyu, duyung, paus, lumba-lumba, hiu, spesies endemik, pasir putih, dan ombak; b) Obyek ekosistem terdiri dari terumbu karang, mangrove, lamun, goba, dan pantai; c) Obyek kegiatan terdiri dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan sosial/budaya (Yulianda, 2007). Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari yaitu wisata pantai dan wisata bahari. Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan lingkungan pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim. Sedangkan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut seperti wisata selam, snorkeling, selancar, jet ski, banana boat, kapal selam, wisata ekosistem lamun, wisata nelayan, wisata pendidikan, wisata pancing dan wisata satwa (Yulianda, 2007).
2.4
Aspek Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Pesisir
Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat pesisir adalah suatu kajian terhadap hubungan sosial antara manusia yang berdiam di wilayah pesisir dengan sumberdaya alam yang ada. Wisata bahari merupakan salah satu aspek yang pelaksanaannya melibatkan sumberdaya alam yang tersedia di wilayah pesisir dengan kegiatan masyarakat. Adanya kegiatan wisata bahari di suatu wilayah akan berkaitan erat dengan manusia yang ada di wilayah tersebut sebagai konsumen dan akan mempengaruhi nilai sosial ekonomi dan budayanya. Masyarakat pesisir memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda dengan beberapa kelompok masyarakat industri lainnya. Menurut Nikijuluw (2001), perbedaan ini dikarenakan eratnya keterkaitan terhadap karakteristik ekonomi pesisir, ketersediaan sarana prasarana sosial ekonomi maupun latar belakang budaya. Selanjutnya ditambahkan bahwa masyarakat pesisir dapat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang kehidupan segenap anggotaanggotanya tergantung sebagian atau sepenuhnya pada kelimpahan sumberdaya pesisir dan lautan. Pada umumnya masyarakat pesisir mempunyai nilai budaya yang berorientasi hidup selaras dengan alam, sehingga teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumberdaya alam adalah adaptif dengan kondisi ekologi wilayah pesisir (Damanhuri dan Adrianto, 1995).
15
Pada umumnya kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir dapat dinyatakan memprihatinkan yang dapat ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan, produktifitas, dan pendapatan. Menurut Nikijuluw (2001), tertinggalnya kelompok masyarakat pesisir dibanding dengan kelompok masyarakat lainnya yaitu salah satunya disebabkan oleh karena kurangnya kegiatan/proyek pembangunan yang menjangkau masyarakat pesisir, seperti terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, jalan dan lain sebagainya.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Pemilihan daerah ini dengan pertimbangan bahwa kawasan Nusa Penida merupakan kawasan wisata yang saat ini mulai berkembang. Waktu penelitian laksanakan pada bulan September 2012 – Februari 2013.
3.2
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder. Data primer merupakam data yang diperoleh langsung di lapangan, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kajian terhadap hasil penelitian, publikasi ilmiah, peraturan daerah, data dari instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat. Adapun jenis data dan sumber data serta metode pengumpulan datanya terlihat pada Tabel 2. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah objek yang terkait dengan kegiatan wisata bahari antara lain kawasan terumbu karang, pantai, wisatawan, masyarakat, pengusaha wisata, infrastruktur penunjang, dan instansi lain yang terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi di Nusa Penida . Penentuan responden dilakukan secara non-probability sampling, yakni purpossive sampling. Metode purposive sampling adalah penentuan responden yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan kriteria tertentu. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja sebagai pekerja wisata dan wisatawan lokal/asing yang berkunjung di Kawasan Nusa Penida. Jumlah responden diperoleh yaitu sebanyak 105 responden yang terdiri dari masyarakat yang bekerja sebagai pekerja wisata sebanyak 38 responden sedangkan untuk wisatawan sebanyak 67 responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di empat desa yakni Desa Toyapakeh, Desa Ped, Desa Sakti dan Desa Jungut Batu seperti yang terlihat pada Gambar 2.
16
Tabel 2. Jenis dan metode pengumpulan data Kebutuhan Data
Jenis Data Primer
Sekunder
Sumber Data/ Metode Pengumpulan Data
Data Ekologi : Tutupan Karang
√
CTC
Kondisi Ikan Karang
√
CTC
Panjang Pantai
√
Insitu
Lebar Pantai
√
Insitu
Kecepatan Arus
√
Kemiringan pantai
√
Insitu
Kondisi dan Fasilitas Perumahan Penghasilan/ Pendapatan Masyarakat Konsumsi /Pengeluaran Masyarakat Persepsi/Tanggapan Masyarakat terhadap kegiatan KKP di Nusa Penida
√
Kuesioner & Mendalam Kuesioner & Mendalam Kuesioner & Mendalam
Wawancara
√
Kuesioner & Mendalam
Wawancara
Karakteristik Wisatawan
√
Kuesioner & Wawancara Mendalam Dinas Kebudayaan & Pariwisata, Kab. Klungkung Kantor Kecamatan Nusa Penida
√
Insitu, Fauziyah (2012)
Data Sosial Ekonomi :
√ √
Wawancara Wawancara
Jumlah Pengunjung di Nusa Penida Data Kependudukan
√
Kab. Klungkung Dalam Angka Nusa Penida Dalam Angka
√
BPS, Kab. Klungkung
√
BPS, Kab. Klungkung
√
17
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
19
3.3 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan untuk menganalisis aspek-aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 3.3.1 Analisis Deskriptif Analisis ini untuk mengetahui kondisi gambaran umum lokasi penelitian, data kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia pada kawasan Nusa Penida. Kondisi dan potensi sumberdaya yang ada dilakukan dengan analisis deskriptif dari hasil pengamatan lapangan dan data hasil penelitian sebelumnya yang masih relevan. 3.3.2 Persen Tutupan Komunitas Karang Kondisi terumbu karang terutama persen tutupan komunitas karang, dihitung dengan persentasi karang hidup (life form) dan berdasarkan kategori. Data persen tutupan komunitas karang yang didapatkan dengan menggunakan metode LIT dihitung dengan menggunakan rumus :
Dimana :
Ni = Persen penutupan komunitas karang li = Panjang total life form l jenis ke-i L = Panjang Transek (m) Dari hasil perhitungan diatas akan dianalisis dengan menggunakan kategori persen tutupan karang dimana persen tutupan komunitas karang merupakan penjumlahan dari persentase tutupan karang keras, persentase tutupan karang lunak, dan tutupan kategori others (OT) (Yulianda, 2007). Kriteria tersebut menggunakan 4 kategori, yaitu : a) Kategori rusak : 0 – 24,9% b) Kategori sedang/kritis : 25 – 50% c) Kategori baik : 50,1 – 75% d) Kategori sangat baik : 75,1 – 100% 3.3.3 Indeks Kematian Karang (Mortalitas Karang) Penilaian suatu kondisi atau kesehatan karang tidak hanya berpatokan pada persentase tutupan karang, karena bisa terjadi bahwa dua daerah memiliki persentase tutupan karang hidupnya sama namun mempunyai tingkat kerusakan yang berbeda. Tingkat kerusakan ini terkait dengan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati. Rasio kematian karang dapat diketahui melalui perhitungan indeks kematian karang (mortalitas karang) berdasarkan perhitungan yang telah ditetapkan oleh English et al. 1997 : IM =
20
Nilai indeks kematian karang yang mendekati nol menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup, sedangkan nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi karang mati. 3.3.4 Kelimpahan Ikan Karang Kelimpahan ikan karang akan dihitung dengan menggunakan rumus :
Kelimpahan suatu ikan karang =
3.3.5 Indeks Kesesuaian Ekowisata Bahari Penentuan suatu kegiatan pemanfaatan yang dilakukan pada suatu kawasan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukkannya. Demikian halnya jika kawasan tersebut akan dijadikan sebagai kawasan ekowisata bahari maka perlu dianalisis dengan menggunakan rumus Indeks kesesuaian ekowisata bahari yang mengacu pada Yulianda et al. (2010), sebagai berikut : ∑[ Dimana : IKW Ni Nmaks
= = =
]
Indeks Kesesuaian wisata nilai parameter ke-i (bobot x skor) nilai maksimum dari suatu kategori wisata.
Dalam menentukan kesesuaian ekowisata bahari ini tidak terlepas dari bantuan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan acuan kriteria kesesuaian setiap peruntukkan. Adapun matriks kesesuaian yang digunakan secara lengkap disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 berikut : Tabel 3. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata kategori wisata selam Parameter
Bobot
S1
Skor
S2
Skor
S3
Skor
N
Skor
5
>80
3
50-80
2
20-< 50
1
< 20
0
5
>75
3
>50-75
2
25-50
1
< 25
0
Jenis life form
3
>12
3
<7-12
2
4-7
1
<4
0
Jenis Ikan Karang
3
>100
3
50-100
2
20-< 50
1
< 20
0
1
0-15
3
>15-30
2
>30-50
1
> 50
0
1
6-15
3
>15-20
2
>20-30
1
< 30
0
Kecerahan Peraian (%) Tutupan Komunitas Karang (%)
Kecepatan
Arus
(cm/det) Kedalaman terumbu karang
Sumber : Yulianda et al. (2010)
21
Keterangan : Nilai Maksimum : 54 Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100% Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - < 75% Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW < 50% Tabel 4. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata kategori wisata snorkling Parameter
Bobot
S1
Skor
S2
Skor
S3
Skor
N
Skor
5
100
3
80-<100
2
20-< 80
1
< 20
0
5
> 75
3
>50-75
2
25-50
1
< 25
0
Jenis life form
3
> 12
3
<7-12
2
4-7
1
<4
0
Jenis Ikan Karang
3
> 50
3
30-50
2
10-< 30
1
< 10
0
1
0-15
3
>15-30
2
>30-50
1
> 50
0
1
1-3
3
>3-6
2
>6-10
1
1
>500
3
2
20-100
1
Kecerahan Peraian (%) Tutupan Komunitas Karang (%)
Kecepatan
Arus
(cm/det) Kedalaman terumbu karang Lebar Hamparan dasar karang (m)
>100500
< 10; <1 <20
0
0
Sumber : Yulianda et al. (2010)
Keterangan : Nilai Maksimum : 57 Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100% Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - < 75% Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW < 50% Tabel 5. Matriks kesesuaian area untuk wisata pantai kategori rekreasi Parameter Kedalaman Perairan (m)
Bobot
S1
Skor
S2
Skor
S3
Skor
N
Skor
5
0-3
3
>3-6
2
>6-10
1
>10
0
Pasir
Pasir Tipe Pantai
5
Pasir putih
3
putih, sedikit
hitam, 2
(m) Material dasar perairan Kecepatan Arus (m/det)
5
> 15
3
3
Pasir
3
3
0-0,17
3
10-15 Karang berpasir 0,170,34
1
sedikit
karang Lebar Pantai
berkarang,
Lumpur, berbatu,
0
terjal
terjal 2
2
2
3-<10 Pasir berlumpur 0,34-0,51
1
<3
0
1
Lumpur
0
1
>0,51
0
22
Parameter Kemiringan pantai (0) Kecerahan Perairan
Bobot
S1
Skor
S2
Skor
S3
Skor
N
Skor
3
<10
3
10-25
2
>25-45
1
>45
0
1
>10
3
>5-10
2
3-5
1
<2
0
Hutan
Kelap Penutupan lahan pantai
Semak
a, 1
lahan
3
terbuk
belukar, rendah,
bakau, 2
Belukar tinggi
1
savanna
a
pemuki man,
0
pelabuh an Bulu
Biota berbahaya
1
Tidak ada
3
Bulu babi
2
Bulu babi ikan pari
babi, 1
ikan
0
pari, lepu, hiu
Keterse diaan air tawar
1
< 0,5
3
>0,5 -1
2
>1-2
1
>2
0
Sumber : Yulianda et al. (2010)
Keterangan : Nilai Maksimum : 90 Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100% Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - < 75% Kategori TS ((S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW < 50%
3.3.6 Analisis Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil (PPK) secara lestari. Mengingat pengembangan ekowisata bahari tidak bersifat mass tourism , mudah rusak dan ruang untuk pengunjung terbatas, maka perlu daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK) (Yulianda et.al., 2010). Selanjutnya dikatakan bahwa konsep daya dukung ekowisata bahari mempertimbangkan dua hal, yaitu (1) kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia, dan (2) keaslian sumberdaya alamnya. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata bahari yaitu menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK) dimana Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Secara matematis DDK diformulasikan sebagai berikut (Yulianda et.al., 2010).
23
DDK = K x Dimana : DDK K Lp Lt Wt
x
= = = = =
Daya dukung kawasan (orang) Potensi Ekologis pengunjung per unit area (orang) Luas area yang dapat dimanfaatkan (m2) Unit area untuk kategori tertentu (m2) Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari) Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam/hari). Potensi ekologis pengunjung (K) sangat ditentukan oleh kondisi sumberdaya alam dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan dan luas area yang dapat digunakan oleh pengunjung/ wisatawan (Lt) harus mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolerir pengunjung/wisatawan sehingga keaslian alam tetap terjaga (Tabel 6). Setiap melakukan kegiatan ekowisata, seperti snorkling, diving dan wisata pantai para pengunjung/wisatawan membutuhkan ruang gerak yang nyaman untuk beraktivitas dalam menikmati keindahan dan keaslian alam yang tersedia. Dalam melakukan aktivitas tersebut maka setiap kategori aktivitas ekowisata dibatasi oleh waktu (Tabel 7). Tabel 6. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan Jenis Kegiatan Selam (Diving)
K
Unit area
(∑ pengunjung)
(Lt)
2
2000 m2 2
Snorkling
1
500 m
Rekreasi Pantai
1
50 m
Keterangan Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m 1 orang tiap 50 m panjang pantai
Sumber : Yulianda et al. (2010)
Tabel 7. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata Waktu yang dibutuhkan (Wp)
Total Waktu satu hari (Wt)
(Jam)
(Jam)
Selam (Diving)
2
8
Snorkling
3
6
Rekreasi Pantai
3
6
Jenis Kegiatan
Sumber : Yulianda et al. (2010)
24
3.3.7 Evaluasi Kegiatan Kawasan Konservasi Perairan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir yang Berada Pada Kawasan Nusa Penida Tingkat kesejahteraan masyarakat pada penelitian ini dibedakan atas 3 (tiga) kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Indikator ini diadopsi dari indikator kesejahteraan Badan Pusat Statistik (BPS, 2011). Tingkat kesejahteraan masyarakat lokal/masyarakat setempat dilihat berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan, yang meliputi: tingkat pendapatan/penghasilan keluarga, tingkat konsumsi/pengeluaran keluarga, pendidikan keluarga, kondisi perumahan, dan fasilitas perumahan. Indikator-indikator tersebut dianalisis secara deskriptif dengan sistem skor yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori tertentu. Indikator kesejahteraan ini dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Indikator tingkat kesejahteraan masyarakat No
Indikator Kesejahteraan
1
Tingkat Pendapatan / penghasilan Keluarga : Diukur dari besarnya pendapatan RT perkapita dalam sebulan di bagi kedalam tiga kategori interval yang sama dalam satuan rupiah. - > Rp. 433.333 -
2
3
Rp. 216.666 – Rp. 433.333
- < Rp.216.666 Tingkat Konsumsi/pengeluaran Keluarga : Diukur dari besarnya pengeluaran RT perkapita dalam sebulan berpedoman pada data Susenas 2011 yang digunakan BPS dalam penentuan Desa tertinggal di Indonesia - > Rp. 1.000.000
Bobot
- Tinggi
3
- Sedang
2
- Rendah
1
- Tinggi
3
-
Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000
- Sedang
2
-
Rp 100.000 - Rp. 500.000,-
- Rendah
1
> 60 % jumlah anggota keluarga tamat SD - 30 % - 60 % jumlah anggota keluarga tamat SD - < 30 % jumlah anggota keluarga tamat SD Kesehatan Keluarga :
- Tinggi
3
- Sedang
2
- Rendah
1
-. < 25 % Jumlah anggota keluarga sering sakit -. 25% - 50% jumlah anggota keluarga sering sakit -. > 50 % jumlah anggota keluarga sering sakit
- Tinggi
3
- Sedang
2
- Rendah
1
6
5
Pendidikan Keluarga : -
4
Skor
4
3
25
No
Indikator Kesejahteraan
5
Kondisi Perumahan :
6
-. Atap : daun (1)/ sirep (2)/ seng (3)/ asbes (4)/ genteng (5) -. Dinding : banbu (1)/ bambu kayu (2)/ kayu (3)/ setengah tembok (4)/ Tembok (5) -. Status Kepemilikan : numpang (1)/ sewa (2)/ milik sendiri (3) -. Jenis lantai : tanah (1)/ papan (2)/ plester (3)/ ubin (4)/ porselin (5) -. Luas lantai : sempit (50 m2) (1)/ sedang ( 50 - 100 m2) (2)/ luas (> 100 m2) (3) Fasilitas Perumahan : -. Pekarangan : luas (50 m2) (1)/ sedang ( 50 - 100 m2) (2)/ sempit ( > 100 m2) (3) -. Hiburan : radio (1)/ tape recorder (2)/ TV (3)/ video (4) -. Pendingin : alam (1)/ kipas angin (2)/ lemari es (3)/ AC (4) -. Sumber penerangan : lampu tempel (1)/ petromak (2)/ listrik (3) -. Bahan Bakar : kayu (1)/ minyak tanah (2)/ gas (3) -. Sumber air : sungai (1)/ air hujan (2)/ mata air (3)/ sumur gali(4)/ PAM (5) -. MCK : kebun (1)/ sungai/laut (2)/ kamar mandi umum (3)/ kamar mandi sendiri (4)
Skor
Bobot
- Permanen (Skor 15-21)
3
- Semi permanen (skor 10-14)
2
- Tidak permanen (skor 5-9)
1
- Lengkap (Skor 21-27)
3
- Semi Lengkap (skor 14-20)
2
- Tidak Lengkap (skor 7-13)
1
2
1
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik), 2011
Penentuan klasifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat tesebut dilakukan dengan cara mengalikan bobot dengan skor, nilai tertinggi kemudian dikurangi dengan hasil kali bobot dengan skor terendah yang kemudian hasilnya dibagi tiga untuk membentuk tiga kategori dengan interval yang sama secara statistik dengan pembagian kelas sebagai berikut : 1. Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor 51 - 63 2. Tingkat kesejahteraan sedang jika skor 36 - 50 3. Tingkat kesejahteraan rendah jika skor 21 – 35
26
4 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA
4.1 Kondisi Umum Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Nusa Penida merupakan sebuah kepulauan yang berada di Kabupaten Klungkung yang terdiri dari tiga pulau utama yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Kepulauan Nusa Penida terletak di sebelah tenggara Pulau Bali yang berada pada posisi 115025’ – 115037’ BT dan 8038’ – 8049’ LS. Kecamatan Nusa Penida merupakan daerah kepulauan yang luas wilayah daratannya sekitar 202.840 hektar dengan panjang garis pantainya sekitar 83,50 km. Luas wilayah dengan garis pantai yang panjang menjadikan Kecamatan Nusa Penida menjadi kecamatan yang terluas dari tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung. Kecamatan Nusa Penida ini berbatasan dengan Selat Badung di sebelah utara dan barat, selat Lombok di sebelah timur dan Samudera Indonesia di selatan (BPS, 2012) Kecamatan Nusa Penida, secara administrasi terdiri dari 16 Desa, 79 Banjar Dinas, dan 37 Desa Adat. Jumlah Penduduk di Kecamatan Nusa Penida sebannyak 48.560 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 23.707 jiwa dan perempuan berjumlah 24.853 jiwa dengan kepadatan rata-rata sebesar 237 jiwa per kilometer persegi dengan penyebaran yang tidak merata (BPS, 2012). Penduduk Kecamatan Nusa Penida mayoritas beragama Hindu yaitu sebanyak 47.838 jiwa. Selain penganut agama Hindu di Nusa Penida juga terdapat penduduk dengan penganut agama Islam sebanyak 689 jiwa, Kristen Protestan sebanyak 24 jiwa dan Kristen Katolik sebanyak 9 jiwa. Nusa Penida dapat ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi laut seperti perahu, speedboad, dan kapal roro dari beberapa lokasi/ pelabuhan yakni Pantai Sanur, Pelabuhan Padang Bai, dan dari Kabupaten Klungkung daratan dengan waktu tempuh sekitar 30 – 45 menit. Di Kecamatan Nusa Penida juga terdapat 2 SPBU untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak bagi masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor.
4.2 Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) telah diatur dalam undang-undang termasuk peraturan dibawahnya. Pembentukan kawasan konservasi perairan juga secara internasional erat kaitannya dengan komitmen Indonesia bersama negara-negara di dunia untuk melindungi terumbu karang khususnya di kawasan segitiga karang dunia (coral triangle). Adapun cakupan dari wilayah yang tergolong dalam segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle) adalah Indonesia bagian timur, Philipina, Malaysia bagian timur, Papua New Guinea, Timor Leste, dan Kepulauan Salomon.
27
Pencanangan inisiatif untuk melindungi terumbu karang lahir dari pertemuan APEC yang diselenggarakan pada bulan Desember 2007 yang bertempat di Sydney-Australia. Pada pencanangan tersebut Indonesia hadir bersama dengan 5 (lima) negara-negara lain yang berada pada kawasan coral triangle yaitu Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Kepulauan Salomon. Inisiatif tersebut dikenal dengan sebutan Coral Triangle Inisiative (CTI). Indonesia sendiri mengaplikasikannya dengan membentuk kawasan dengan sebutan Kawasan Konservasi perairan (KKP). Kawasan Konsevasi Perairan di Nusa Penida meliputi seluruh wilayah di Kecamatan Nusa Penida yang terdiri dari 3 pulau yaitu Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Kawasan Konservasi Periaran Nusa Penida memiliki luas 20.057 hektar dengan batas luar 1 mil (1,8 km) diukur dari garis pantai. Pencadangan kawasan konservasi perairan di Nusa penida didasari oleh tujuan : 1) melindungi keanekaragaman hayati pesisir dan lautan, 2) menuju pariwisata bahari yang berkelanjutan, 3) Perikanan yang berkelanjutan. Ketiga tujuan tersebut akan menjadi landasan pembangunan di kecamatan Nusa Penida dalam rangka mempertahankan keberlangsungan sumber mata pencaharian masyarakat dan untuk meningkatkan pemasukan bagi Kabupaten Klungkung (Darma et al. 2010). Pencadangan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida melalui beberapa tahapan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Adapun tahapan-tahapannya meliputi : a. Pembentukan Kelompok Kerja kawasan konservasi perairan Nusa Penida b. Pengumpulan data ekologi, sosial-ekonomi, oseanografi melalui survey dan monitoring c. Sosialisasi (tingat FGD, kecamatan dan kabupaten) d. Penentuan batas luar dan dan Zonasi e. Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan oleh Bupati Klungkung f. Pembuatan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang termasuk di dalamnya sistem zonasi dan mekanisme pendanaan jangka panjang g. Pembentukan Badan Pengelola termasuk sistem pengawasan dan pengamanan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida h. Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Kelompok Kerja (Pokja) di bentuk dalam rangka mempersiapkan pembentukkan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida. Kelompok kerja ini dibentuk berdasarkan SK Bupati Klungkung No. 216 tahun 2009 yang mana kelompok kerja ini merupakan kelompok kerja yang terdiri dari lintas instansi dan lembaga serta masyarakat dan LSM. Pokja KKP Nusa Penida ini bertugas mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan terkait pengelolaan KKP hingga terbentuk KKP Nusa Penida secara resmi. Pokja yang telah terbentuk mempunyai tugas mensosialisasikan kepada para stakeholder di Nusa Penida terkait rencana pembentukan KKP Nusa Penida. Sosialisasi dan diskusi dalam rangka pembentukkan KKP Nusa Penida telah dilakukan oleh Pojka KKP sejak Oktober 2009 – Februari 2010. Sosialisasi ini dilakukan dalam bentuk Focus Group Disscusion (FGD) kepada 16 desa yang ada di Kecamatan Nusa Penida melalui 32 kali pertemuan. Peserta sosialisasi
28
terdiri dari para kepala desa, bandesa adat, petani rumput laut, nelayan, guru, pelajar, dan pengusaha wisata bahari. Materi yang disampaikan pada saat sosialisasi adalah 1) Dasar Pembentukan KKP Nusa Penida, 2) Film dokumentasi kekayaan alam laut serta pesona daratan Nusa Penida, 3) Fakta-fakta berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang mendukung kekayaan alam laut Nusa Penida, 4) Nusa Penida sebagai bagian dari Coral Triangle yaitu segitiga pusat kekayaan terumbu karang dunia, 5) Manfaat kekayaan alam laut secara ekonomi, 6) Ancamanancaman terhadap kekayaan alam laut Nusa Penida, 7) Upaya Penanganan ancaman dengan pembentukan KKP Nusa Penida, 8) Tahapan-tahapan pembentukan KKP Nusa Penida, dan 9) Diskusi. Tujuan pelaksanaan sosialisasi ini adalah untuk menyebarluaskan rencana pembentukan KKP Nusa Penida kepada para stakeholder di Nusa Penida serta menjelaskan konsep KKP secara menyeluruh dan manfaat yang akan diperoleh dari pembentukan KKP sehingga dengan pemahaman masyarakat dan stakeholder tersebut akan menolong proses pembentukan KKP secara resmi karena dengan pemahaman akan konsep dan manfaat KKP yang akan diperoleh masyarakat tersebut akan mendorong dan mendukung terbentuknya KKP di Nusa Penida (Darma et al. 2010).
4.3 Penetapan Batas Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida Penentuan batas luar calon KKP Nusa Penida telah dilakukan dengan melibatkan unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan Nusa Penida yang terdiri dari Camat, Kapolsek, Pos AL-Nusa Penida, Kejaksaan, Perwakilan Kepala Desa, Nelayan, Staf Kecamatan dan Pokja KKP Nusa Penida. Batas luar calon KKP Nusa Penida telah ditandai dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) sejauh 1 mil (1,8 km) diukur dari garis pantai. Titik-titik tersebut telah di plot kedalam peta GIS. Untuk mempermudah pengenalan secara langsung mengenai batas di laut, maka ditetapkan ada enam titik yang mengacu pada beberapa tanjung yang menonjol sehingga mudah terlihat dan dikenali. Beberapa tanjung yang menonjol tersebut anatara lain adalah Batu Abah, Batununggul, Jungut Batu dan Lembongan. Enam titik koordinat yang menjadi batas terluar calon KKP Nusa Penida disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Titik koordinat batas luar KKP Nusa Penida Koordinat Batas Luar Nama Lokasi Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS) Batununggul Batu Abah Sekartaji Sakti Lembongan Jungut Batu
1150 34' 37.10" 1150 39' 41.36" 1150 35' 32.77" 1150 26' 6.53" 1150 24' 13.28" 1150 26' 42.52"
Sumber Data : Darma et al. 2010.
80 39" 14.43" 80 46' 25.54" 80 51' 39.59" 80 45' 46.33" 80 41' 5.82" 80 38' 34.63"
29
4.4
Rencana Pengelolaan dan Mekanisme Pendanaan Jangka Panjang
Rencana pengelolaan jangka panjang akan memuat 1) visi, misi dan tujuan KKP Nusa Penida, 2) Potensi dan target yang akan dilestarikan (ekologi, spesies, sosial, ekonomi, budaya terkait dengan pesisir dan laut), 3) Ancaman dan pengenalan sumber ancaman terhadap potensi yang ada, 4) strategi untuk mengatasi ancaman, 5) Monitoring dan evaluasi terhadapa pelaksanaan strategi. Rencana pengelolaan jangka panjang ini di dalamnya memuat rencana pengelolaan wisata bahari Nusa Penida dan mekanisme pendanaan jangka panjang terhadap pengelolaan di Nusa Penida yang direncanakan dalam kurun waktu 2030 tahun dan akan diturunkan menjadi program 5 tahunan dan 1 tahunan oleh badan pengelola yang akan di bentuk. Sektor wisata bahari merupakan salah satu sumber pendanaan jangka panjang karena sektor ini tidak bersifat ekstraktif yaitu tidak adanya aktifitas mengambil sesuatu yang berasal dari alam dan hanya menjual keindahan alam bawah laut Nusa Penida, sehingga ini dijadikan sebagai landasan untuk menetapkan bahwa sektor wisata bahari merupakan potensi sumber pendanaan jangka panjang. Sumber tersebut direncanakan berasal dari pungutan dana konservasi (conservation fund) yang mana dana konservasi ini merupakan dana yang diberikan oleh pengunjung wisata untuk menghargai lingkungan. Nusa Penida menyimpan aset wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisatawan seperti terumbu karang, hutan bakau ikan pari manta, ikan mola-mola, dan lumbalumba. Dana konservasi yang akan dipungut dari wisatawan telah dikaji melalui keinginan wisatawan untuk membayar biaya masuk dalam kawasan konservasi (willingness to pay). Mekanisme pungutan ini akan dicocokkan dengan keberadaan pungutan-pungutan yang sudah berlaku di beberapa desa pesisir yang memiliki lokasi penyelaman dan wisata bahari lainnya agar tidak terjadi tumpang tindih atau pungutan berulang. 4.5 Zonasi Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 yang merupakan turunan dari Undang-Undang No. 31 tahun 2004 menetapkan bahwa kawasan konservasi memiliki tiga zona yaitu 1) Zona Inti, 2) Zona Pemanfaatan, 3) Zona lainnya. Kawasan Nusa Penida sendiri memiliki 7 sub zona (Gambar 3) yaitu 1) Zona Inti, 2) Zona Perikanan berkelanjutan, 3) Zona wiasata bahari, 4) Zona wisata bahari khusus, 5) Zona Budidaya Rumput Laut, 6) Zona Suci Pura dan 7) Zona Pelabuhan. Pada zona yang dibentuk ini didalamnya melekat larangan dan kegiatan-kegiatan yang boleh dilakukan. Adapun kegiatan-kegiatan yang diperbolehkan dan yang dilarang dapat dilihat pada Lampiran 22. Penentuan zonasi dilakukan berdasarkan hasil survei dan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan, selanjutnya disepakati bersama para pemangku kepentingan termasuk nelayan dan petani rumput laut.
30
Gambar 3. Peta Zonasi Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. (Sumber : CTC, 2011)
31
5 EKOSISTTEM TERUMBU KARANG DAN EKOWISATA BAHARI
5.1 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida dikategorikan baik atau berada dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat kesehatan karang yang di nilai dari persen tutupan komunitas karang dan kelimpahan ikan karang. Persen tutupan komunitas karang pada Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida berdasarkan data yang diperoleh diamati pada dua kedalaman yakni pada kedalaman 3 meter dan 10 meter dapat dilihat pada Lampiran 4, Lampiran 5 dan Lampiran 6. Kategori tutupan komunitas karang tersebut mulai dari baik sampai dengan sangat baik. Pada tahun 2010 kisaran tutupan komunitas karang antara 72,00% - 95,67%, tahun 2011 berkisar antara 62,00% - 96,33%, sedangkan pada tahun 2012 berkisar antara 52,00% 97,00%. Persentutupan komunitas karang ini dihitung dengan menjumlahkan persen tutupan karang keras, tutupan karang lunak dan tutupan organisme hidup lain (living others) yang hidup berdampingan dengan ekosistem terumbu karang yang sifatnya menetap dan membentuk satu komunitas. Adapun organisme yang tergolong dalam organisme hidup lainnya yaitu alga, crinoid, linkia, tridacna, anemone dan organisme lainnya yang hidup bersama dengan ekosistem terumbu karang dalam satu komunitas. Lokasi penyelaman Atuh berdasarkan data yang diolah pada tahun 2010 diperoleh persen tutupan komunitas karangnya tertinggi yaitu 95,67% pada kedalaman 10 meter sedangkan lokasi penyelaman Buyuk persen tutupannya yang terendah yaitu 72,00%. Pada tahun 2011 persentutupan komunitas yang tertinggi ada di lokasi penyelaman Atuh pada kedalaman 3 meter dengan nilai 96,33% sedangkan yang terendah berada pada lokasi penyelaman Mangrove Point yaitu 62,00%. Sedangkan pada tahun 2012 lokasi penyelaman yang memiliki nilai persen tutupan komunitas karang yang tertinggi yaitu Crystal Bay dengan nilai persen tutupan komunitas karangnya adalah 97,00% dan yang terendah berada pada lokasi penyelaman Ped dengan nilai persen tutupan komunitas karangnya 52,00%. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa lokasi penyelaman Mangrove Point baik pada kedalaman 3 meter maupun 10 meter memiliki tutupan komunitas karang yang terbaik. Dikatakan terbaik oleh karena dalam persen tutupan komunitas karang yang dihasilkan, tutupan karang kerasnya dari tahun 2010-2012 masih yang tertinggi dari tutupan karang lunak dan organisme hidup lainnya (living others). Pada tahun 2010 tutupan komunitas karang di Mangrove Point pada kedalaman 3 meter sebesar 77,99% yang terdiri dari 37,33% karang keras, 35,33% karang lunak dan 5,33% organisme hidup lain (living others). Pada kedalaman 10 meter nilai tutupan komunitas karangnya adalah 77,33% yang terdiri dari 41,33% karang keras, 28,00% karang lunak dan 8,00% organisme hidup lainnya (living others). Hal ini menunjukkan bahwa karang di lokasi penyelaman Mangrove Point masih tergolong sehat dan berdasarkan kenyataan di lapangan terlihat bahwa lokasi ini juga menjadi tempat favorit tujuan wisatawan.
32
Pada lokasi ini juga ada atraksi lain selain menyelam (diving) dan renang (snorkling) yaitu memberi makan roti kepada ikan-ikan karang. Lokasi penyelaman lainnya yang memiliki persen tutupan karang keras yang lebih tinggi dari persen tutupan karang lunak dan organisme lainnya adalah lokasi penyelaman Atuh pada kedalaman 10 meter yaitu 68,00% (tahun 2010), 65,33% (tahun 2011), dan 66,00% (tahun 2012). Lokasi penyelaman Ped pada kedalaman 10 meter dari tahun 2010-2012 masing-masing secara berturut-turut adalah 33,33%, 35,67%, 42,33%. Lokasi penyelaman Crystal Bay pada kedalaman 3 meter masing-masing secara berurutan dari tahun 2010-2012 adalah 39,33%, 38,67%, dan 45,00%. Hasil analisis persen tutupan komunitas karang dari tahun 2010-2012 menunjukkan bahwa kondisi karang di KKP Nusa Penida pada kedalaman 3 meter dan 10 meter telah mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan walaupun kondisi karang dikategorikan dalam kondisi yang baik sampai sangat baik. Adapun nilai rata-rata persen tutupan komunitas karang dari tahun 2010-2012 pada kedalaman 3 meter berturut-turut adalah 77,65%, 74,48%, 77,28% sedangkan pada kedalaman 10 meter nilai rata-rata persen tutupan karangnya berturut-turut adalah 78,13%, 85,33%, 77,33%. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan KKP Nusa Penida belum maksimal sehingga keberadaan KKP Nusa Penida dinilai belum memberi manfaat yang berarti terhadap kondisi ekologi khususnya kepada kondisi terumbu karang. Hal ini terlihat dengan tidak stabilnya kondisi karang di KKP Nusa Penida. Kondisi ini terjadi karena belum adanya perangkat hukum yang kuat dari penetapan KKP Nusa Penida menjadi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan yang mengakibatkan tidak adanya tindakan yang tegas kepada setiap orang yang melakukan aktivitas yang merusak dikawasan tersebut. Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa rata-rata persen tutupan karang hidup pada kedalaman 3 meter berkisar antara 68,90% - 73,85% sedangkan pada kedalaman 10 meter berkisar antara 64,06% - 68,30%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi karang di kawasan konservasi perairan Nusa Penida berada pada kondisi baik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Coral Triangle Center (CTC) dan diolah maka dapat disimpulkan bahwa kondisi karang di kawasan konservasi perairan Nusa Penida belum mengalami perubahan kearah yang membaik secara signifikan, hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh bahwa persen tutupan karang hidup yang diwakili oleh tutupan karang keras hidup di masing-masing lokasi masih belum stabil atau masih mengalami kondisi yang naik turun.
33
Tabel 10. Persentase tutupan karang hidup pada kedalaman 3 meter dan 10 meter di Nusa Penida Stasiun Pengamatan Atuh Buyuk Crystal Bay Manta Point Mangrove Point Ped Tower Sental Toyapakel Wall Batununggul Suana Sakenan Ceningan Wall Gamat Malibu Tanjung Samuh Secret Manta Manta 2 Rata-rata Standar Deviasi
Kedalaman 3 meter 2010 2011 2012
Kedalaman 10 meter 2010 2011 2012
72,00 73,00 78,67 72,67 62,00 73,00 45,00 70,00 55,67 87,00
74,67 81,33 73,67 78,33 63,00 60,00 83,67 71,33 78,67
58,33 71,33 79,50 84,67 43,00 84,00 69,33 76,66 -
83,67 60,33 60,00 69,33 58,33 79,33 49,67 38,34 68,34 79,34 89,00
76,67 69,67 78,67 62,00 52,33 57,33 69,67 45,33 56,33 67,00 66,33
-
-
-
-
-
68,90 11,91
73,85 8,00
70,85 14,18
66,88 15,37
67,33 64,06 9,81
83,67 68,00 78,60 46,67 79,67 72,33 62,67 74,34 44,00 58,33 83,00 68,30 13,89
Sumber : CTC, 2010-2012
Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida memiliki tipe terumbu karang tepi (fringing reefs) yang mengelilingi Nusa Penida, Nusa Ceningan, dan Nusa Lembongan dengan luas 1.419 hektar (CTC, 2012). Turak and De Vantier (2008) (coral expert) telah melakukan Kajian Ekologi Laut secara cepat (Rapid Ecology Assesment/REA) pada bulan November di Nusa Penida dan hasilnya yaitu ditemukannya 296 jenis karang yang didominasi oleh genus karang seperti: Porites sp, Acropora sp, Montipora sp, Favia sp, Favites sp dan Sponge. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan Nusa Penida memiliki keanekaragaman jenis karang. Keanekaragaman jenis karang inilah yang menjadikan kawasan Nusa Penida menjadi salah satu yang menjadi daya tarik kedatangan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Keanekaragaman jenis karang tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
34
Sakti (Crystal Bay)
Jungut Batu ( Mangrove Point)
Toyapakeh
Atuh
Gambar 4. Kondisi komunitas karang di Kawasan Nusa Penida ( Sumber : CTC, 2010)
5.2 Indeks Mortalitas Karang (Tingkat Kematian Karang) Indeks mortalitas karang adalah suatu cara untuk menghitung tingkat kesehatan karang atau rasio kematian karang pada suatu kawasan atau ekosistem yang terdapat hamparan karang dan dijadikan sebagai kawasan tempat melakukan aktivitas wisata bawah laut. Nilai atau indeks ini sangat penting untuk diketahui karena dapat memberi gambaran tentang kondisi karang dan ekosistem yang ada di kawasan tersebut. Berdasarkan English et al.(1997) maka nilai indeks mortalitas karang dibagi menjadi dua kategori dengan batasan sebagai berikut : 1) Jika nilai indeks mortalitas karang berkisar 0 – 0,5 artinya bahwa tidak ada perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi hamparan karang mati, 2) Jika nilai indeks mortalitas karang berkisar antara 0,51 – 1 artinya bahwa terjadi perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi hamparan karang mati. Nilai indeks mortalitas pada kawasan konservasi perairan di Nusa Penida adalah berkisar antara 0 – 0,02 pada kedalaman 3 meter dan berkisar antara 0 – 0,05 pada kedalaman 10 meter (Gambar 5). Berdasarkan nilai indeks mortalitas karang ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan karang di tahun 2010-2012 ini baik artinya bahwa tingkat kerusakan karang di kawasan Nusa Penida sangat kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks mortalitas karang pada kedalaman 3 meter dan 10 meter mengalami perubahan yang membaik dari tahun 2010 sampai dengan 2012 dengan nilai indeks mortalitasnya lebih kecil dari satu bahkan mendekati nol (0) yang artinya tidak ada perubahan yang mendasar dari karang hidup menjadi hamparan karang mati. Pada tahun 2010 kematian karang terjadi walaupun indeksnya sangat kecil namun pada tahun 2012 hampir semua stasiun penyelaman mengalami pemulihan. Hal ini diindikasikan bahwa pada tahun 2010 merupakan awal dari pencadangan kawasan Nusa Penida menjadi Kawasan Konservasi Perairan sedangkan pada tahun 2012 sudah ada kelompok
35
kerja yang dibentuk untuk mengawasi pemanfaatan ruang dari kawasan tersebut sehingga terjadi pemulihan.
Gambar 5.
Nilai indeks mortalitas karang (kematian karang) di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida (Sumber Data : CTC 2010-2012)
5.3 Kondisi Ikan Karang Para ahli terumbu karang membagi ikan karang menjadi tiga kelompok berdasarkan fungsi dan peranannya yaitu ikan target, ikan indikator dan ikan mayor. Ikan target adalah ikan-ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk dikonsumsi. Ikan ini menjadikan terumbu karang sebagai daerah pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan ini terdiri dari famili Serranidae, (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethiridae (ikan lencam), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Acanthuridae (ikan pakol), Scaridae (ikan kakatua), Nemipteridae (ikan kuris). Ikan Indikator adalah ikan-ikan khas yang mendiami terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem terumbu karang di daerah tersebut. Contoh ikan ini dari famili Chaetodontidae (ikan kepekepe). Sedangkan Ikan mayor adalah ikan hias yang berukuran kecil, umumnya berukuran antara 5-25 cm dengan ciri-ciri warna yang beragam. Kelompok ikan ini umumnya ditemukan melimpah dan sepanjang hidupnya berada di terumbu karang. Contoh ikan ini berasal dari famili Apongonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), Blennidae (ikan peniru), Pomancentridae (ikan betok
36
Kelimpahan Ikan (Ind/ha)
laut). Berdasarkan pengelompokkan tersebut, dari 576 jenis ikan karang yang ditemukan di perairan Nusa Penida, ikan mayor menjadi ikan yang terbanyak ditemukan yaitu sekitar 331 jenis (57,47 %), kemudian ikan target sekitar 209 jenis (36,28 %) sedangkan ikan indikator sekitar 36 jenis (6,25 %). Hasil kajian ekologi laut secara cepat oleh Allen dan Erdmann (2009) menemukan 576 jenis ikan di perairan Nusa Penida yang terdiri dari 68 famili, dan 5 diantaranya adalah jenis/spesies baru yang belum ada namanya. Dari 68 famili yang ditemukan terdapat 8 famili yang dominan yaitu Labridae (94 jenis), Acanthuridae (36 jenis), dan Serranidae (32 jenis) yang merupakan kelompok ikan target, Chaetodontidae (36 Jenis) yang merupakan ikan indikator, Pomacentridae (86 jenis), Gobiidae (24 jenis), Apogonidae (22 jenis) dan Scaridae (21 jenis) yang merupakan ikan mayor. Ditemukannya ikan dari famili Chaetodontidae yang merupakan ikan indikator pada perairan Nusa Penida menandakan bahwa kondisi terumbu karang di perairan ini cukup baik. Kehadiran spesies/jenis ikan dari famili Chaetodontidae yakni ikan kepe-kepe merupakan salah satu indikator bahwa terumbu karang di perairan Nusa Penida masih sehat. Semakin tinggi keragaman jenis dari ikan indikator pada suatu perairan maka semakin tinggi pula tingkat kesuburan dari terumbu karang di perairan tersebut. 25000 20000
Tahun 2010
15000
Tahun 2011
10000
Tahun 2012
5000 0
Stasiun Pengamatan
Gambar 6. Kelimpahan ikan karang di Kawasan Nusa Penida (Sumber : CTC, 2010-2012)
Gambar 6 diatas menunjukkan kelimpahan ikan karang di Nusa Penida pada tahun 2010 hingga 2012. Stasiun pengamatan Atuh menjadi stasiun yang kelimpahan ikan karangnya dari tahun 2010 hingga 2012 mengalami peningkatan, sedangkan pada lokasi pengamatan lainnya terjadi fluktuasi. Pada tahun 2012 kelimpahan rata-rata ikan karang sebesar 11.430 ind/ha lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2010 rata-rata kelimpahan ikan karangnya adalah 9.645 ind/ha sedangkan pada tahun 2011 rata-rata kelimpahan ikan karangnya sekitar 6.105 ind/ha. Terjadinya fluktuasi kelimpahan ikan karang di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida karena masih diperbolehkan melakukan penangkapan pada jam-jam tertentu yang sudah menjadi kesepakatan antara masyarakat dengan pemerintah dan pengelola kawasan konservasi.
37
Kelimpahan ikan karang di kawasan Nusa Penida sangat berlimpah sehingga hal tersebut juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Nusa Penida untuk melakukan aktivitas wisata bahari. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida juga karena kawasan ini memiliki jenis ikan karang yang banyak dan hal ini sangat disukai oleh wisatawan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Buckley (2004) yang menyatakan bahwa sebagian besar wisatawan yang melakukan kegiatan bahari di National Park Australia menyukai ekosistem terumbu karang yang memiliki jenis ikan yang beragam dan bentuk tubuh yang unik. Melimpahnya ikan karang di kawasan Nusa Penida tidak terlepas dari kondisi karang khususnya tutupan karang hidup yang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Langga (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelimpahan individu ikan dengan kondisi tutupan karang hidup. Hal ini juga didukung oleh pendapat Carpenter et al. (1982) yang mengatakan bahwa tutupan karang hidup mempunyai pengaruh positif terhadap kelimpahan individu ikan karang. 5.4 Kesesuaian Kawasan Untuk Lokasi Ekowisata Bahari Analisis kesesuaian lahan yang dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata sangat perlu dilakukan supaya pemanfaatannya tidak tumpang tindih sehingga wisatawan yang berkunjung di kawasan tersebut nyaman untuk melakukan aktivitas wisata. Unsur kenyamanan dalam melakukan aktivitas dari wisatawan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam kawasan yang akan dijadikan sebagai tujuan wisata. Oleh karena itu, hal yang sangat penting untuk dilakukan yaitu penilaian estetika atau keindahan lokasi yang sesuai untuk pengembangan ekowisata bahari. Panorama yang menjadi daya tarik untuk kegiatan ekowisata bahari seperti keindahan terumbu karang, tingkat kejernihan perairan, terdapat organisme atau spesies yang unik, keanekaragaman biota laut, keindahan pantai yang diselimuti oleh pasir putih serta adanya ciri khas atau keunikan dari kawasan yang menjadi daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing. Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida memiliki keindahan terumbu karang, tingkat kejernihan perairan, terdapat organisme atau spesies yang unik, keanekaragaman biota laut, keindahan pantai yang diselimuti oleh pasir putih dan sangat cocok untuk dijadikan sebagai tujuan wisata. Namun untuk menjaga kelestarian alam dan keberlanjutan ekosistemnya maka sangat perlu untuk dilakukan analisis kesesuaian area wisata. Adapun analisis yang digunakan untuk pengembangan ekowisata di kawasan Nusa Penida yaitu kesesuaian area untuk kegiatan ekowisata bahari kategori wisata selam, wisata snorkling dan wisata pantai khususnya kategori rekreasi pantai. 5.4.1
Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Kategori Selam (Diving)
Hasil survei dan analisis kesesuaian yang dilakukan (Tabel 11) menunjukkan bahwa lokasi yang sangat sesuai untuk melakukan aktifitas ekowisata selam berada di lokasi Desa Jungut Batu (Mangrove Point) dengan nilai 85,19% sedangkan 3 lokasi/desa lainnya masuk dalam kategori sesuai dengan nilai kesesuaian masing-masing adalah 74,07% untuk lokasi di Desa
38
Toyapakeh dan Desa Ped, 79,63% untuk lokasi di Desa Sakti (Tabel dan perhitungan lengkapnya pada Lampiran 4). Hasil ini menunjukkan bahwa semua lokasi di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida khususnya empat desa yang menjadi tempat penelitian sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penyelaman karena tidak ada satu pun lokasi yang termasuk dalam kategori yang tidak sesuai. Oleh karena itu, kawasan ini harus dioptimalkan pemanfaatannya sebagai tempat untuk penyelaman. Tabel 11. Nilai indeks kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori selam (diving) Jumlah Nilai Nama Lokasi IKW (%) Kategori Skor Maksimum Desa Toyapakeh Desa Ped Desa Sakti Desa Jungut Batu
40 40 43
54 54 54
74,07 68,52 68,52
46
54
85,19
Sesuai (S2) Sesuai (S2) Sesuai (S2) Sangat Sesuai (S1)
Pemanfaatan suatu kawasan harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki sehingga pengelolaannya lebih optimal dan terukur. Hal ini sejalan yang dikatakan oleh Collins (2008) bahwa kesesuaian suatu kawasan merupakan kecocokan suatu kawasan untuk penggunaan tertentu, sehingga pemanfaatannya dapat disesuaikan dengan kondisi atau potensi yang dimilikinya. Di Desa Sakti (Crystal Bay) berdasarkan hasil analisis berada pada kategori sesuai untuk pemanfaatan ekowisata kategori selam. Adapun atraksi yang menjadi daya tarik di lokasi ini adalah munculnya ikan mola-mola (sunfish) ke permukaan untuk membersihkan badannya yang berlangsung pada bulan JuliSeptember. Berdasarkan hasil dari kuisioner, 92,11% mengetahui bahwa ikan mola-mola muncul pada bulan Juli-September sedangkan 7,89% mengetahui bahwa ikan mola-mola hanya muncul di bulan Agustus. Kemunculan ikan molamola ini menjadikan Desa Sakti (Crystal Bay) menjadi tempat penyelaman yang terfavorit. Selain ikan mola-mola, ikan pari manta juga menjadi salah satu atraksi yang menjadi daya tarik di kawasan wisata Nusa Penida dan kemunculannya setiap saat tanpa ada batas waktu. Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida sendiri memiliki 20 site penyelaman yang tersebar secara merata di seluruh desa tetapi dari 20 site tersebut ada 8 site yang menjadi lokasi penyelaman favorit secara khusus pada bulan JuniSeptember yakni Crystal Bay, Manta Point, Ceningan Wall, Blue Corner, SDSental, Mangrove-Sakenan, Gamat Bay dan Batu Atuh (Darma et al. 2010). 5.4.2 Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Kategori Snorkeling Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori snorkeling, lokasi yang memiliki indeks kesesuaian sangat sesuai yaitu lokasi di Desa Jungut Batu (mangrove point) dengan nilai IKW sebesar 85,96%. Hasil analisis kesesuaian ini tidak menemukan nilai indeks kesesuaian yang tidak sesuai
39
tetapi semuanya berada dalam kategori sesuai dengan nilai IKW masing-masing adalah Desa Toyapakeh sebesar 75,44%, Desa Ped 75,44% dan Desa Sakti sebesar 80,70% (Tabel 12). Tabel 12. Nilai indeks kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori snorkeling Jumlah Nilai IKW Nama Lokasi Kategori Skor Maksimum (%) Desa Toyapakeh
43
57
75,44
Desa Ped
43
57
70,18
Desa Sakti
46
57
75,44
Desa Jungut Batu
49
57
85,96
Sangat Sesuai (S1) Sesuai (S2) Sangat Sesuai (S1) Sangat Sesuai (S1)
Hasil analisis ini sangat sesuai dengan kondisi eksistingnya dimana lokasi snorkeling di Desa Jungut Batu menjadi lokasi primadona karena pada lokasi ini ada atraksi khusus yang dilakukan oleh wisatawan yaitu memberi makan ikanikan karang dengan roti. Dan pada lokasi ini terdapat 109 jenis ikan karang dengan kecerahan perairan 100% (Gambar 7). Namun, pada lokasi ini yang menjadi kendala yaitu derasnya arus yakni sekitar 0,514 m/det. Derasnya arus di kawasan Nusa penida menjadi satu ciri khas dimana kawasan ini memang menjadi daerah Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang melintasi selat Lombok dan langsung berhadapan dengan Samudera Hindia (Fauziyah, 2012).
Gambar 7. Aktifitas wisatawan dalam melakukan snorkling di kawasan wisata Desa Jungut Batu (mangrove point)
40
5.4.3 Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Kategori Wisata Pantai (Rekreasi) Kawasan wisata Nusa Penida memiliki pemandangan pantai yang indah karena diselimuti oleh pasir putih. Namun, pengelolaannya tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan karena hampir semua lokasi pantai masih dalam kondisi kotor dan belum dikelola secara baik. Berdasarkan hasil survei dan analisis kesesuaian dari keempat pantai yang dijadikan sebagai sampling, Desa Sakti memiliki skor tertinggi untuk kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi dengan nilai IKW sekitar 83,33% (Tabel 13). Hasil ini sangat sesuai dengan kondisi dilapangan (kondisi eksisting) karena Desa Sakti yang dikenal dengan nama site Crystal Bay (Penida) memiliki pantai yang indah yang menyerupai kristal sehingga penamaan site ini dikenal dengan sebutan Crystal Bay. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian hampir semua parameter untuk kategori wisata pantai di Desa Sakti memiliki skor 3 kecuali kecepatan arus yang menjadi ciri khas di seluruh perairan Nusa Penida. Kecepatan arus di perairan Nusa Penida tergolong deras dan di Desa Sakti sendiri kecepatan arusnya berkisar antara 0,875 m/det sampai dengan 1,021 m/det. Tabel 13. Nilai indeks kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori wisata pantai (rekreasi) Jumlah Nilai IKW Nama Lokasi Kategori Skor Maksimum (%) Desa Toyapakeh Desa Ped
64 53
90 90
71,11 58,89
Desa Sakti
75
90
83,33
Desa Jungut Batu
65
90
72,22
Sesuai (S2) Sesuai (S2) Sangat Sesuai (S1) Sesuai (S2)
Nilai kesesuaian yang tinggi untuk kategori wisata pantai dalam hal ini untuk rekreasi pantai di Desa Sakti disebabkan oleh tingginya nilai pada setiap parameter yang diukur seperti kedalaman perairan yang tidak lebih dari 3 meter, tipe pantai pasir putih yang menyerupai batu kristal, kecerahan perairan yang tinggi sehingga dasar perairan masih dapat terlihat dengan jelas dengan kasat mata serta lebar pantai 19,2 meter dan kemiringan pantai sebesar 150 (Gambar 8).
Gambar 8. Pantai di Desa Sakti (Crystal Bay)
41
5.4.4 Analisis Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Daya dukung kawasan diartikan sebagai kemampuan suatu kawasan untuk menampung atau menerima sejumlah wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata tanpa mengganggu atau merusak alam/lingkungan yang ada di kawasan tersebut. Dengan menganalisis daya dukung kawasan berarti menghitung beban maksimal atau optimum dari wisatawan yang dapat di tolerir oleh alam, sehingga alam dapat dengan mudah untuk memulihkan keadaan atau kondisinya. Analisis daya dukung ini ditujukan kepada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat model pengelolaan ekowisata bahari tidak bersifat mass tourism dimana pemanfaatan sumberdaya dan ruang bagi pengunjung atau wisatawan sangat terbatas, maka sangat perlu dilakukan analisis untuk menentukan daya dukung kawasan (Yulianda et al. 2007). Daya dukung kawasan akan sangat menentukan keberlanjutan dari kegiatan ekowisata bahari itu sendiri dan daya dukung untuk setiap kawasan akan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya serta dipengaruhi oleh jenis kegiatan ekowisata yang akan dikembangkan. Menghitung daya dukung kawasan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata sangat perlu dilakukan untuk mengurangi tekanan akibat dari aktifitas pengunjung di kawasan wisata. Pendapat ini didukung oleh Scheleyer dan Tomalin (2000); Zakai dan Chadwick (2002) yang mengatakan bahwa salah satu upaya dalam mengurangi tekanan dari aktifitas yang dapat merusak karang atau ekosistem yaitu dengan cara membatasi waktu wisata diving dan snorkling. Sejalan dengan hal tersebut, Maldonado dan Montagnini (2006) menyatakan bahwa daya dukung merupakan suatu ukuran batas maksimal penggunaan suatu area berdasarkan kepekaan atau toleransinya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami diantaranya ketersediaan sumber makanan, tempat berlindung, ketersediaan air tawar dan ruang untuk beraktivitas. Berdasarkan data yang diperoleh dari The Nature Conservancy Indonesia Marine Program (TNC-IMP 2010) menyatakan bahwa luas total terumbu karang di Nusa Penida adalah sekitar 1.419 hektar atau sekitar 14.190.000 m2. Dari luas tersebut yang dimanfaatkan untuk aktifitas diving dan snorkling seluas 12.212.740 m2 atau sekitar 1.221,274 hektar. Hasil perhitungan daya dukung kawasan di Nusa Penida dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Daya dukung kawasan di Nusa Penida kategori selam (diving), snorkeling dan rekreasi pantai No. Jenis Kegiatan Ekowisata DDK 1 Selam 153 orang/hari 2 Snorkling 212 orang/hari 3 Rekreasi Pantai 122 orang/hari 487 orang/hari Total 177.755 orang/tahun (365 hari) Hasil analisis daya dukung kawasan (DDK) di Nusa Penida diperoleh bahwa kegiatan ekowisata selam maksimum dimanfaatkan oleh 153 orang/hari
42
dengan sebaran pemanfaatan oleh pengunjung pada spot atau site penyelaman dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan untuk kegiatan ekowisata snorkling dan rekreasi pantai masing-masing adalah 212 orang/hari dan 122 orang/hari.
6
PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIIDA
6.1 Karakteristik Wisatawan di Kawasan Nusa Penida Wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida berasal dari berbagai negara di dunia. Berdasarkan data yang diperoleh pada saat penelitian yaitu pada bulan November-Desember 2012 dan Februari 2013 dengan menggunakan kuisioner ada 13 negara termasuk Indonesia yang berkunjung di Nusa Penida yaitu Australia, Amerika, Jepang, Inggris, Republik Cheko, Jerman, Perancis, Swiss, Denmark, Belanda, Kanada, dan Kolombia. Gambar 9 menunjukkan bahwa pengunjung terbanyak berasal dari negara Australia yaitu sebesar 41,8% atau 28 responden dari 67 responden yang ditemui saat penilitian ini dilakukan. Data ini sama dengan data yang dimiliki oleh Friends of the National Parks Foundation (FNPF, Nusa Penida) yang mencatat bahwa pada tahun 2012 wisatawan yang banyak berkunjung di kawasan Nusa Penida adalah berasal dari Australia. Banyaknya wisatawan yang berasal dari Australia itu karena secara geografis jarak antara Indonesia (Nusa Penida, Bali) dengan Australia lebih dekat dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia.
1.50% (KA) 1.50% (KO) 1.50% (BE)
7.50% (IN) 10% (AS)
3% (DE)
7.50% (UK) 41.80% (AU)
9% (JG) 7.50% (RC)
Indonesia (IN) Inggris (UK) Swiss (SW) Perancis (PR) Australia (AU) Belanda (BE) Kolombia (KO)
Amerika (AS) Jepang (JG) Rep. Ceko (RC) Jerman (JE) Denmark (DE) Kanada (KA)
1.50% (SW)
4.50% (JE)
3% (PR)
Gambar 9. Persentase wisatawan yang berkunjung di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida berdasarkan asal negara
43
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung memperlihatkan bahwa ada peningkatan kunjungan wisatawan mulai dari tahun 2007-2012 di kawasan Nusa Penida seperti yang terlihat pada Gambar 10. Banyaknya wisatawan yang berkunjung (org)
Kunjungan Wisatawan di Nusa Penida 200.000 183.977 180.000 173.528 160.000 150.931 140.000 133.633 120.000 93.155 100.000 83.046 79.967 80.000 57.493 76.511 60.000 49.465 49.040 40.000 37.157 20.000 6.196 3.977 4.750 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 10. Grafik kunjungan wisatawan di Nusa Penida dari Tahun 2007-2012 Data tersebut diatas menggambarkan kunjungan wisatawan sebelum dan sesudah terbentuknya Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida. Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida terbentuk melalui peraturan Bupati Klungkung No.12 tahun 2010. Sebelum terbentuknya KKP di Nusa Penida berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten klungkung terlihat bahwa dari tahun 1998-2009 jumlah kunjungan wisatawan di kawasan Nusa Penida sangat kecil jumlahnya yaitu berkisar antara 3,977 orang (tahun 1999) sampai 150,931 (tahun 2008) namun setelah di bentuknya KKP Nusa Penida melalui peraturan Bupati terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang sangat signifikan (seperti yang terlihat pada Lampiran 15). Data kunjungan wisata (Lampiran 15) memberikan informasi bahwa dengan terbentuknya Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida memberi pengaruh terhadap peningkatan kunjungan wisatawan. Peningkatan kunjungan wisatawan di Nusa Penida akan memberi pengaruh terhadap kehidupan masyarakat terutama akan terbentuknya lapangan kerja di bidang pariwisata yang sekaligus akan menambah pendapatan masyarakat yang ada di kawasan Nusa Penida (akan dibahas pada pokok bahasan tersendiri yakni Manfaat Kawasan Konservasi Perairan terhadap kesejahteraan Masyarakat di Nusa Penida, Bali).
6.2
Pengetahuan Wisatawan Tentang Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida
Responden yang merupakan wisatawan yang berkunjung di kawasan Nusa Penida baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri telah mengetahui jika kawasan Nusa Penida telah dijadikan sebagai Kawasan Konservasi Perairan. Dari 67 responden yang ditanya melalui kuisioner ada 53 responden atau sekitar
44
79,10 % telah mengetahui bahwa Nusa Penida menjadi Kawasan Konservasi Perairan dan 14 responden atau sekitar 20,90 % tidak mengetahui jika kawasan Nusa Penida menjadi Kawasan Konservasi Perairan. Responden yang mengetahui bahwa kawasan Nusa Penida telah dijadikan sebagai Kawasan Konservasi Perairan rata-rata mengetahui dari internet (52,83%) dan brosur (13,21 %) serta dari kawan yang pernah datang ke Nusa penida (11,32 %) secara lengkap informasi yang diperoleh responden tentang Kawasan Konservasi Nusa Penida disajikan pada Gambar 11. Untuk memperkenalkan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida kepada masyarakat dan wisatawan, pemerintah daerah Kabupaten Klungkung dalam hal ini Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan bekerja sama dengan Coral Triangle Center (CTC) membagi-bagikan peta zonasi Kawasan Konservasi Perairan dan menjelaskan manfaat Kawasan Konservasi Perairan itu sendiri (Gambar 12). Dan melalui kerja sama tersebut telah dibentuk kelompok kerja (Pokja) lintas instansi/sektor yang anggotanya terdiri dari Masyarakat, TNI-AL, Polisi Air dan Udara, Aparat Desa dan Kecamatan di Nusa Penida, serta dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 9,43%
9,34% 11,32% 52,83%
3,77%
Gambar 11.
13,21%
Internet
Brosur
Pemerintah Setempat
Kawan
Biro Perjalanan
Others
Persentase sumber informasi yang diperoleh responden tentang Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida
Kelompok kerja (Pokja) ini di bentuk melalui Surat Keputusan Bupati Klungkung dengan Nomor 216 tahun 2009. Kelompok kerja Kawasan Konservasi Perairan (KKP) ini bertugas untuk mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan yang terkait dengan Kawasan Konservasi Perairan hingga terbentuk badan pengelola Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida secara resmi. Dan kelompok kerja (Pokja) yang terbentuk tersebut secara berkala melakukan kegiatan sosialisasi kepada setiap pengguna jasa wisata yang ada di Nusa Penida yaitu setiap sebulan.
45
Gambar 12. Bentuk sosialisasi kelompok kerja (Pokja) terhadap wisatawan yang memanfaatkan kawasan wisata Nusa Penida.
6.3 Tingkat Kepuasan Wisatawan Terhadap Kawasan Wisata Bahari di Nusa Penida Kepuasan wisatawan terhadap jasa wisata yang ditawarkan oleh penyedia jasa merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan karena hal ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai tolak ukur keberlanjutan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata. Kecamatan Nusa Penida merupakan salah satu penyedia jasa wisata yang dikelola oleh pemerintah setempat dan bekerja sama dengan masyarakat dan Coral Triangle Center (CTC) membentuk Kawasan Konservasi Perairan. Alasan dibentuknya kawasan Nusa Penida menjadi Kawasan Konservasi Perairan yaitu supaya ekosistem yang menjadi daya tarik wisata dan kebudayaan masyarakat yang ada pada kawasan tersebut tetap terjaga keaslian dan kealamiannya. 10,45% 8,96% Produk wisatanya sedikit 29,85%
50,75%
Akomodasi dan Pelayanannya kurang Aksesnya Sulit Lainnya
Gambar 13. Persentase penyebab ketidakpuasan wisatawan yang berkunjung di kawasan wisata Nusa Penida Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, secara keseluruhan berdasarkan ketersediaan objek atau ikon yang menjadi daya tarik wisata mereka menyatakan sangat puas (79,10% atau sekitar 53 responden), namun ada beberapa hal yang membuat mereka tidak puas selama berada di kawasan Nusa Penida.
46
Ketidakpuasan wisatawan tersebut bukan disebabkan oleh karena kerusakan ekosistem/ekologi tetapi kurangnya akomodasi dan pelayanan yang disediakan terutama pada kawasan di “Nusa Gede” (sebutan untuk Nusa Penida) (Gambar 13) . Selain itu wisatawan juga sangat mengharapkan agar pemerintah menyediakan sarana kesehatan yang memadai, karena dibeberapa tempat yang dijadikan sebagai kawasan wisata dan ramai akan pengunjung sarana kesehatan seperti Rumah Sakit ataupun Puskesmas sangat kurang. Hal ini didukung oleh data dari Badan Pusat Statistik dalam buku Kecamatan Nusa Penida Dalam Angka 2012 menunjukkan bahwa sarana kesehatan pada setiap desa/kelurahan di Kecamatan Nusa Penida masih sangat terbatas yaitu hanya tersedia satu Puskesmas setiap desa kecuali di Desa Ped yang tersedia dua Puskesmas (Tabel 15). Tabel 15. Sarana kesehatan Per Desa/Kelurahan di Kecamatan Nusa Penida
No
Desa/ Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sakti Bunga Mekar Batumadeg Klumpu Batukandik Sekartaji Tanglad Pejukutan Suana Batununggul Kutampi Kutampi Kaler Ped Toyapakeh Lembongan Jungut Batu Jumlah
Poliklinik
-
Puskesmas/ Puskesmas Pembantu
Rumah Sakit Bersalin (BKIA)
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 16
-
Posyandu
7 7 6 9 8 6 5 6 8 8 6 4 10 1 8 4 103
Sumber : BPS Kabupaten Klungkung, Kecamatan Nusa Penida Dalam Angka 2012
Selain sarana kesehatan yang menjadi faktor kurang puasnya wisatawan selama berada di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, infrastruktur juga menjadi salah satu aspek penyebab wisatawan tidak puas. Infrastruktur yang dimaksud adalah jalan-jalan raya yang menghubungkan antar desa dan lokasilokasi wisata lainnya. Akses jalan ini memang menjadi kendala, karena hampir 80%-90% jalan di kawasan wisata Nusa Penida dalam keadaan rusak dan tidak
47
beraspal. Sehingga pada saat responden ditanya tentang apa saja yang menurut anda dapat meningkatkan layanan kawasan wisata bahari Nusa Penida, maka sekitar 80,60% (67 responden) menjawab memperbaiki infrastruktur sedangkan yang lainnya menjawab yaitu sekitar 19,40 % membuat paket wisata yang lebih profesional dan bervariasi (Gambar 13). Pendapat atau kesan wisatawan setelah berkunjung di kawasan wisata Nusa Penida yaitu mereka sangat puas dengan keindahan dan kealamian dari lokasi wisata namun mereka sangat menyayangkan karena hampir di sepanjang pantai atau perairan di kawasan wisata Nusa Penida sangat kotor dengan banyaknya sampah dan plastik. Dari 67 responden yang diberikan kuisioner 76,12% menyatakan bahwa penyebab buruknya kawasan wisata Nusa Penida adalah pantainya kotor dan 2,99% menyatakan karena terumbu karangnya rusak sedangkan responden lainnya menjawab tidak tahu (Gambar 14). 2,99% 20,90% 76,12%
Terumbu karangnya rusak
Pantainya kotor
Tidak tahu
Gambar 14. Persentase tanggapan responden terhadap penyebab buruknya kawasan wisata Nusa Penida Berdasarkan respon wisatawan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perhatian masyarakat, pemerintah dan instansi yang terkait belum sepenuhnya memperhatikan akan kebersihan lingkungan pantai yang dijadikan sebagai objek wisata. Walaupun di beberapa lokasi wisata seperti di Toyapakeh dan Crytal Bay (desa Sakti) sudah menyediakan tempat sampah dan bahkan di Toyapakeh sendiri telah membagi tugas untuk membersihkan pantai dari sampah-sampah yang terbuang oleh masyarakat ataupun dari wisatawan itu sendiri (Gambar 15).
a
b
Gambar 15. Metode pembersihan pantai (a) di Toyapakeh, (b) di Crystal Bay (Sakti)
48
6.4 Pengeluaran Wisatawan Selama Berada di Kawasan Wisata Bahari Nusa Penida Saat ini, Kawasan Konservasi Perairan menjadi tujuan wisata bagi wisatawan. Wisatawan memlilih hal tersebut oleh karena pada Kawasan Konservasi Perairan merupakan suatu kawasan yang dikelola dengan baik dan sumberdaya alamnya masih alami dan terjaga. Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang berada di Pulau Bali tepatnya di Kabupaten Klungkung, Kecamatan Nusa Penida. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung tahun 2012 (seperti yang tertera Lampiran 15) menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun pengunjung ke lokasi kawasan wisata Nusa Penida mengalami peningkatan. Semenjak tahun 2007 hingga tahun 2012 pengunjung mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Ini berarti bahwa Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida sudah dikenal oleh banyak orang baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Oleh karena itu perlu pengelolaan yang baik untuk mengelola kawasan wisata ini supaya alam yang menjadi objek wisata tidak menjadi rusak. Salah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata seperti di kawasan Nusa Penida adalah membuat atau menetapkan biaya masuk. Biaya masuk ditetapkan dengan tujuan bahwa setiap pengunjung memberi nilai/menghargai alam yang tersedia sebagai bentuk partisipasi pengunjung untuk menjaga kelestarian alam yang menjadi objek wisata. Pengeluaran wisatawan melalui pembayaran biaya masuk kawasan konservasi menjadi sumber pendapatan bagi pengelola untuk mengelola Kawasan Konservasi Perairan Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui kuisioner bahwa rata-rata pengunjung menghabiskan dananya di lokasi wisata sebesar Rp 100.000,00 Rp 500.000,00 setiap harinya atau sekitar 56,72% wisatawan kemudian ada sekitar 35,82% menghabiskan dananya sebesar Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00 seperti yang terlihat pada Gambar 16. 7,46%
35,82% 56,72%
Rp 50.000,- - Rp 100.000,-
Gambar 16.
Rp 101.000,- - Rp. 500.000,-
> Rp 500.000,-
Persentase biaya yang dikeluarkan wisatawan selama berada di Nusa Penida
Data tersebut diatas menunjukkan bahwa saat wisatawan berada di Kawasan Konservasi Perairan, mereka akan mengeluarkan sejumlah dana untuk memenuhi kepuasan mereka. Sehingga hal ini akan menjadi tolak ukur dalam menentukan/menetapkan biaya masuk di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida yang dijadikan sebagai kawasan wisata.
49
6.5
Kesediaan Wisatawan Membayar Biaya Masuk Kawasan Konservasi
Pemerintah Kabupaten Klungkung yang menjadi pengelola kawasan Nusa Penida belum menetapkan secara khusus biaya masuk pada kawasan Nusa Penida. Namun Pemerintah tingkat desa di kawasan Nusa Penida menetapkan bahwa untuk setiap boat yang mengantar wisatawan untuk menikmati alam laut di kawasan Nusa Penida wajib membayar sebesar Rp 15.000,00. Akan tetapi pada saat penelitian ini dilakukan dengan menanyakan kepada wisatawan berapa kesediaan anda membayar biaya masuk pada kawasan Nusa Penida, jawabannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17. 4,48%
4,48%
14,93% 41,79% 34,33%
< 3 US$
3 - 5 US$
5 - 7 US$
7 - 10 US$
> 10 US$
Gambar 17. Persentase keinginan membayar biaya masuk pada lokasi wisata di kawasan Nusa Penida Berdasarkan data pada Gambar 17 tersebut diatas menunjukkan bahwa keinginan dari wisatawan untuk menghargai akan alam yang menjadi objek wisata sangat tinggi, hal ini dapat disimpulkan dengan adanya sekitar 41,79% orang yang bersedia membayar 3-5 US$ atau sekitar Rp 30.000,00 – Rp 50.000,00 dan ada sekitar 34,33% bersedia membayar sebesar 5-7 US $ atau sekitar Rp 50.000,00 – Rp 70.000,-. Dengan demikian pemerintah Kabupaten Klungkung diharapkan dapat menetapkan biaya masuk ke kawasan wisata Nusa Penida dengan segera berdasarkan data tersebut.
6.6
Manfaat Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dibentuk dengan tujuan : a) melindungi dan melestarikan sumberdaya ikan serta tipe-tipe ekosistem penting di perairan untuk menjamin keberlanjutan fungsi ekologisnya, b) mewujudkan pemanfaatan sumberdaya ikan dan ekosistemnya serta jasa lingkungan secara berkelanjutan, c) melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya ikan di dalam dan/atau disekitar kawasan konservasi perairan, dan d) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi. Tujuan ini menjadi dasar untuk mengelola suatu lokasi yang dijadikan sebagai Kawasan Konservasi Perairan.
50
Dukungan terhadap pembentukkan suatu daerah/lokasi menjadi Kawasan Konservasi Perairan didasarkan kepada manfaat yang akan dirasakan oleh kawasan yang akan dikembangkan menjadi lokasi wisata. Pembangunan pariwisata tersebut umumnya didasarkan pada manfaat ekonomi yang akan diterima oleh masyarakat lokal yang daerah/lokasinya dijadikan sebagai Kawasan Konservasi Perairan. Manfaat yang dirasakan dapat berupa ekonomi langsung maupun secara tidak langsung. Manfaat ekonomi langsung yang akan diterima oleh masyarakat yaitu berasal dari pengeluaran wisatawan yang berkunjung di lokasi wisata tersebut dengan cara membeli produk berupa souvenir yang disediakan oleh masyarakat di lokasi yang dijadikan sebagai objek wisata. Sedangkan manfaat langsung yang diterima oleh alam dengan terbentuknya kawasan konservasi tersebut adalah terlindunginya ekosistem atau ekologi serta spesies yang ada di lokasi wisata terutama bagi spesies unik yang menjadi daya tarik wisatawan yang tersedia dilokasi yang dijadikan sebagai objek wisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sebagai pelaku wisata dari 4 (empat) desa (Desa Toyapakeh, Desa Ped, Desa Sakti dan Desa Jungut Batu) yang menjadi fokus pengambilan data sosial-ekonomi hampir semuanya mengenal atau mengetahui bahwa kawasan Nusa Penida telah dicadangkan sebagai kawasan konservasi perairan. Dari 38 responden yang ditanya tentang apakah mereka mengetahui bahwa wilayah perairan Nusa Penida merupakan Kawasan Konservasi Perairan maka ada 37 responden atau sekitar 97,37% menjawab “Ya” dan hanya 1 responden atau 2,63% yang menjawab “Tidak tahu”. Secara kontekstual masyarakat tidak mengetahui tentang istilah kawasan konservasi perairan, namun pada saat mengambil data kuisioner dan sekaligus berdiskusi dengan masyarakat ternyata mereka mengenal kawasan Nusa Penida itu menjadi daerah yang dilarang melakukan aktivitas memancing, daerah/lokasi yang bisa melakukan aktivitas wisata bahari seperti menyelam dan snorkling, daerah/lokasi yang tidak boleh melakukan aktivitas wisata, daerah/lokasi tempat ikan bertelur. Tujuan dibentuknya kawasan konservasi di Nusa Penida telah diketahui oleh masyarakat. Dari 38 responden yang ditanya tentang apakah mereka tahu tujuan kawasan konservasi maka sebanyak 37 responden atau sekitar 97,37% yang mengetahui. Adapun tujuan yang mereka pahami dengan dicadangkannya kawasan Nusa Penida sebagai kawasan konservasi perairan yaitu sebagai bank ikan, menjaga kelestarian karang, sebagai tempat penelitian tentang kelautan, menambah kunjungan wisata, dan untuk meningkatkan sumberdaya pesisir dan lautan di Nusa Penida. Pemahaman masyarakat ini menunjukkan bahwa manfaat dari kawasan konservasi perairan di Nusa Penida sudah dirasakan oleh masyarakat terutama pada peningkatan kunjungan wisata ke kawasan Nusa Penida. Hal ini akan menjadi dasar untuk pemantapan pengesahan kawasan Nusa Penida menjadi Kawasan Konservasi Perairan.
51
6.6.1 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Terhadap Pendapatan Masyarakat
Terbentuknya suatu daerah menjadi Kawasan Konservasi Perairan seharusnya didasarkan kepada manfaat yang akan diterima oleh masyarakat setempat sesuai dengan tujuan pembentukannya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar Kawasan Konservasi Perairan. Manfaat ini dapat dirasakan langsung ataupun secara tidak langsung oleh masyarakat. Hasil wawancara melalui kuisioner diperoleh bahwa sekitar 92,11% atau sebanyak 35 responden yang menjawab sadar bahwa pencadangan Kawasan Konservasi Perairan yang berjalan di kawasan Nusa Penida memberi manfaat kepada kehidupan mereka, sedangkan sekitar 7, 89% menjawab tidak merasakan manfaatnya. Adapun manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dengan dicadangkannya kawasan Nusa Penida sebagai kawasan konservasi perairan yaitu meningkatkan pendapatan mereka karena semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung di kawasan Nusa Penida, dagangan mereka laris, usaha warung makan tidak sepi, banyak yang menggunakan boat mereka sebagai transportasi, dan usaha penginapan juga tidak sepi. Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum dicadangkannya Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida sebesar Rp. 700.000,00 – Rp. 900.000,00. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara melalui kuisioner diperoleh bahwa pendapatan masyarakat meningkat sejak dicadangkannya kawasan Nusa Penida menjadi kawasan konservasi periaran. Adapun kisaran peningkatan pendapatan masyarakat yakni sebesar 10%-30%. Dari 38 responden 15 responden (39,47%) yang pendapatannya meningkat sebesar 30%, delapan responden (21,05%) yang pendapatannya meningkat sebesar 20%, sembilan responden (23,68%) yang pendapatannya meningkat sebesar 15%, dan enam responden (15,79) yang pendapatannya meningkat sebesar 10% (Gambar 18).
Banyaknya Responden (Orang)
5 4 10%
3
15%
2
20% 1
30%
0 Toyapakeh
Ped
Sakti
Jungut Batu
Lokasi Penelitian
Gambar 18. Persentase peningkatan pendapatan masyarakat di Nusa Penida
52
Pendapatan masyarakat ini belum stabil oleh karena kunjungan wisatawan ke kawasan Nusa Penida juga belum stabil oleh karena produk wisata belum bervariasi serta akomodasi dan infrastruktur yang sampai saat ini belum ditangani secara baik dan maksimal sehingga wisatawan masih enggan berada di kawasan Nusa Penida dalam jangka waktu yang lama. Padahal jika wisatawan tinggal dalam jangka waktu yang lama di kawasan wisata tersebut maka akan menambah pendapatan masyarakat karena pada umumnya pengeluaran wisatawan di daerah/lokasi wisata menjadi tolak ukur perhitungan dampak ekonomi bagi daerah/lokasi yang menjadi daerah wisata. Wisatawan membutuhkan berbagai hal dalam memenuhi kebutuhannya selama berada di lokasi wisata seperti akomodasi (homestay), penyewaan alat selam dan snorkling, transportasi lokal, konsumsi, souvenir, layanan kesehatan, dan jasa pemandu (guide). Hal ini sangat perlu diperhatikan oleh masyarakat lokal dan pemerintah setempat agar memberi dampak terhadap peningkatan perekonomian. Sebab jika kebutuhan ini dipenuhi oleh masyarakat lokal dan pemerintah setempat maka akan terjadi transaksi antara masyarakat lokal dan wisatawan serta pemerintah pun memperoleh pemasukan yang berasal dari pajak usaha yang dimiliki oleh masyarakat sehingga dengan demikian akan memberi manfaat atau keuntungan kepada masyarakat dan pemerintah melalui sektor wisata. Pengelolaan yang baik terhadap kawasan konservasi bagi pengembangan ekowisata menjadi sangat bermanfaat bagi masyarakat karena dengan berkembangnya pariwisata di suatu daerah maka sangat membantu masyarakat untuk membuka usaha dan tersedia lapangan kerja bagi masyarakat. Lokasi objek wisata yang maju atau berkembang akan menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Sehingga diharapkan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida mampu dikelola dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat sehingga mendatangkan keuntungan dalam hal terciptanya lapangan kerja dan badan usaha yang dapat di kelola langsung oleh masyarakat lokal. Manfaat lain yang bisa dirasakan oleh masyarakat apabila lokasi/daerahnya dijadikan sebagai kawasan wisata adalah banyaknya investor yang tertarik untuk melakukan investasi dengan membuka usaha wisata yang juga nantinya akan semakin membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal serta meningkatkan pemahaman/pengetahuan masyarakat terhadap bidang bisnis kepariwisataan. 6.6.2 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nusa Penida Tingkat kesejahteraan masyarakat diukur berdasarkan karakteristik indikator kesejahteraan masyarakat seperti : tingkat pendapatan/penghasilan keluarga, tingkat konsumsi/pengeluaran keluarga, tingkat pendidikan keluarga, tingkat kesehatan keluarga, kondisi perumahan, dan fasilitas perumahan (Agusniatih, 2002) yang mana setiap variabel di skoring dan diberi bobot untuk mendapatkan nilai/bobot yang nantinya dijadikan sebagai variabel untuk klasifikasi masyarakat. Adapun kategorinya yaitu : 1) Tingkat kesejahteraan tinggi dengan skor 51-63, 2) Tingkat kesejahteraan sedang dengan skor 36-50, 3) Tingkat kesejahteraan rendah dengan skor 21-35.
53
Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan konservasi Nusa Penida menunjukkan bahwa masyarakat berada dalam tingkat kesejahteraan yang tinggi dan bahkan berdasarkan analisis skoring yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya beberapa dari responden yang berada pada taraf tingkat kesejahteraan yang sedang dan tidak ada yang berada pada tingkat kesejahteraan yang rendah. Dari empat desa yang disurvei yakni Desa Toyapakeh dan Desa Jungut Batu tingkat kesejahteraannya tinggi dengan nilai skoring berkisar antara 56-63 (disajikan pada lampiran 3), pada Desa Ped terdapat satu keluarga yang berada dalam tingkat kesejahteraan yang sedang dan keluarga lainnya berada pada tingkat kesejahteraan yang tinggi dengan nilai skoring berkisar antara 55-63 sedangkan di Desa Sakti dari 10 responden keluarga yang di wawancara terdapat 5 keluarga yang berada dalam tingkat kesejahteraan yang sedang yaitu dengan nilai skoring antara 46-50 sedangkan 5 keluarga yang lainnya berada pada tingkat kesejahteraan yang tinggi (Gambar 19). Tingkat kesejahteraan di Desa Sakti tergolong sedang padahal jika dilihat dari aktivitas wisatanya yakni di pantai Crystal Bay sangat tinggi bahkan menjadi tempat favorit di kawasan Nusa Penida. Berdasarkan pengamatan dilapangan dan hasil wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa walaupun desa mereka menjadi salah satu tempat aktivitas wisata bahari yang terfavorit namun mereka belum merasakan manfaat yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh karena wisatawan yang berkunjung di lokasi wisata Crystal Bay tidak melalui daratan tetapi langsung menggunakan jasa Dive operator yang mengantarkan langsung ke lokasi penyelaman di Crytal Bay, sehingga jarang atau bahkan sangat sedikit yang turun di daerah pantai kecuali wisatawan yang menggunakan jasa Quicksilver karena di lokasi wisata Crystal Bay ada tempat yang disediakan untuk wisatawan beristirahat dan menikmati indahnya pasir putih. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nusa Penida 65
Skor
60
55
50
45 Toyapakeh
Ped
Sakti
Jungut Batu
Gambar 19. Box plot skor kesejahteraan masyarakat Nusa Penida di empat desa sampling
54
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan korelasi jenjang Spearman diperoleh bahwa variabel yang paling memiliki hubungan erat yang positif dengan tingkat kesejahteraan keluarga adalah fasilitas perumahan (r = 0,726) pada tingkat kepercayaan 99% (Lampiran 16). Hal ini menunjukkan bahwa variabel yang sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat di empat desa yakni Desa Toyapakeh, Desa Ped, Desa Sakti dan Desa Jungut Batu adalah fasilitas perumahan, karena semakin sejahtera suatu keluarga maka keinginan untuk memiliki fasilitas dalam rumah tangga semakin tinggi. Selanjutnya dari hasil pengujian dengan menggunakan korelasi jenjang Spearman (Lampiran 16) terlihat bahwa ada hubungan yang sangat nyata antara tingkat pendapatan/penghasilan keluarga dengan tingkat konsumsi/pengeluaran keluarga (r = 0,650) dan antara tingkat pendapatan/penghasilan keluarga dengan fasilitas perumahan (r = 0,444). Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan/penghasilan keluarga maka akan semakin besar tingkat konsumsi/ pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga untuk memperlengkapi rumah tangga dengan fasilitas yang lebih baik atau mewah. Data yang diperoleh dari lapangan dan diolah menunjukkan bahwa ratarata pendapatan/penghasilan perkapita dari masyarakat Nusa Penida adalah Rp 1.416.667,00 sedangkan pengeluaran/tingkat konsumsi dari masyarakat Nusa Penida adalah Rp 667.708,00. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diasumsikan bahwa masyarakat Nusa Penida hidup dalam kecukupan. Nilai ratarata pendapatan/ penghasilan tersebut sangat besar karena ada beberapa responden yang penghasilan atau pendapatannya berkisar antara Rp 7.000.000,00 – Rp 20.000.000,00, sehingga nilai rata-rata tersebut tidak dapat disimpulkan secara umum untuk kesejahteraan masyarakat Nusa Penida (Lampiran 7). 6.6.3 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Bagi Pemerintah dan Pihak Swasta Dampak dari dibentuknya Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida tidak hanya dirasakan oleh masyarakat, tetapi juga akan dirasakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Klungkung secara khusus pemerintah di Kecamatan Nusa Penida. Salah satu dampak atau manfaat yang dirasakan oleh pemerintah daerah yaitu melalui pajak, baik itu pajak biaya masuk di kawasan konservasi ataupun pajak biaya dari jasa perhotelan, rumah makan, biro perjalanan wisata, dan pajak dari toko-toko yang menjual souvenir. Manfaat lain yang dirasakan oleh pemerintah dengan adanya kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu masyarakat mampu mengelola daerahnya sendiri serta menjaga kelestarian alam yang tersedia untuk kepentingan kesejahteraan dan keberlanjutan sumberdaya alam. Selain itu juga manfaat yang dapat dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Klungkung yaitu melalui pendapatan daerah yang dihitung melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Kabupaten Klungkung. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita suatu daerah dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2012), PDRB perkapita Kabupaten Klungkung cenderung mengalami peningkatan sejak dari
55
tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 (Tabel 16). PDRB dari sektor wisata berdasarkan harga berlaku Kabupaten Klungkung pada tahun 2009 sebesar Rp 879.805,58 dan pada tahun 2011 meningkat menjadi sebesar Rp 1.144.638,10 sedangkan berdasarkan harga konstan 2000 juga terjadi peningkatan namun tidak sebesar dengan PDRB atas dasar harga berlaku yakni pada tahun 2009 sebesar Rp 489.225,71 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 579.580,15 Tabel 16. PDRB Sektor Pariwisata Kabupaten Klungkung tahun 2009-2011 Tahun
Harga Berlaku (ADHB)
2009 2010 2011 Total
879.805,58 1.006.267,48 1.144.638,04 3.030.711,10
Atas Dasar Persentase Harga Konstan 2000 (%) (ADHK2000) 29,03 33,20 37,77 100,00
489.225,71 526.116,17 579.580,27 1.594.922,15
Persentase (%) 30,67 32,99 36,34 100,00
Sumber : BPS Kab. Klungkung (2012)
Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 2000 pada umumnya digunakan untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu (BPS Kab. Klungkung, 2012). Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa ada peningkatan pada PDRB dari sektor pariwisata Kabupaten klungkung atas dasar harga konstan 2000. Ini berarti bahwa perekonomian di Kabupaten Klungkung mengalami pertumbuhan yakni sebesar 2,32% pada tahun 2010 dan 3,35% pada tahun 2011. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung (2012) menunjukkan bahwa sektor yang berperan dalam pembentukan PDRB pada tahun 2011 adalah sektor pertanian yaitu sebesar 29,28% atau sekitar Rp 885.022,16. Namun, jika dianalisis lebih lanjut maka berdasarkan data tersebut terlihat bahwa pembentuk PDRB pada Kabupaten Klungkung seharusnya berasal dari sektor pariwisata karena sektor pariwisata itu mencakup Perdagangan, hotel, restoran, dan jasa-jasa. Jika kedua sektor ini disatukan maka terlihat bahwa sektor pariwisata menjadi pembentuk PDRB kabupaten Klungkung sebesar 37,87% atau sebesar Rp 1.144.638,04 (Lampiran 17 dan 18). Pendapatan daerah yang berasal dari retribusi yang dibebankan kepada setiap badan usaha yang bergerak di bidang pariwisata yang berada di kawasan wisata Nusa Penida juga sangat membantu keuangan daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Coral Triangle Center (CTC, 2011) tentang profil wisata bahari di Nusa Penida terlihat bahwa badan usaha yang dikelola oleh pihak swasta memberi manfaat kepada pemerintah melalui retribusi yang ditarik dari setiap wisatawan yang menggunakan jasa setiap badan usaha tersebut. Dari data yang telah diolah didapatkan bahwa sumbangan terbesar yang diperoleh pemerintah daerah berasal dari retribusi pengusaha resort yaitu sebesar Rp 9.585.360.000,00 per tahun, dari pengusaha bungalow sebesar Rp 8.123.400.000,00 per tahun, dan dari pengusaha villa dan dive operator masing-masing memberi kontribusi ke
56
pemerintah daerah sebesar Rp 1.926.000.000,00 dan Rp 1.967.400.000,00 per tahunnya. Manfaat dicadangkannya Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida bukan hanya dirasakan oleh pemerintah ataupun masyarakat tetapi juga dapat dirasakan oleh pihak swasta yang berinvestasi di kawasan Nusa penida. Adapun bentuk manfaat yang dirasakan oleh pihak swasta yaitu terbentuknya lapangan usaha di bidang pariwisata yang di kelola oleh pihak swasta. Jenis usaha yang bergerak di bidang pariwisata yang ada di kawasan Nusa Penida adalah homestay, bungalow, resort, vila, Mangrove Tour, dive Operator dan watersport (CTC, 2011). Berkembangnya kawasan wisata Nusa Penida akan memberi dampak atau manfaat kepada setiap badan usaha yang dikelola oleh pihak swasta tersebut.
57
6.7 Analisis Gap (Analisis Kesenjangan) Kesesuaian Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida
Tabel 17. Matriks analisis gap (analisis kesenjangan) kesesuaian pengelolaan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida No 1
Indikator
Kondisi Aktual
Kondisi Ideal
a. Kedalaman 3 meter
52,00 - 97,00
75,1 – 100 1)
b. Kedalaman 10 meter
60,00 – 95,67
75,1 – 100
a. Kedalaman 3 meter
0,00 - 0,01
0,00
Tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup
b. Kedalaman 10 meter
0,00 - 0,025
0,00 Sumberdaya yang Endemik, Unik, dilindungi
Tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup
Parameter
Keterangan
Ekologi Persen Tutupan Komunitas Karang (%) Ada lokasi yang kondisi komunitas karangnya baik yaitu di Ped dan ada yang sangat baik yaitu di Crystal Bay Ada lokasi yang kondisi komunitas karangnya baik yaitu Manta Point dan ada yang sangat baik yaitu di Atuh.
Indeks Mortalitas Karang
2
Organisme Spesifik/ Endemik
Ikan Mola-mola, Penyu, Lumba-lumba dan Ikan Pari Manta
Luas daerah Perairan (Ha)
20.057 2) ( 1 mil laut dari garis pantai) (Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 18 Ayat (4) )
Kawasan yang akan di konservasi harus memiliki sumberdaya dalam hal ini organisme yang Endemik, Unik dan termasuk organisme yang dilindungi.
Kawasan Konservasi Perairan
Kawasan
Konservasi
Sesuai Kondisi & Kebutuhan Kawasan
Luas kewenangan Kabupaten/Kota seluas 4 mil
58
No
3
Kondisi Aktual
Kondisi Ideal
Keterangan
Zonasi
7 (Sub Zona)
Permen No.30 Tahun 2010 Pasal 9 Ayat (1) terdiri dari 4 Zona
Pembentukkan zonasi disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar pembentukan kawasan konservasi di suatu daerah.
Status Kawasan
Taman Wisata Perairan
Sesuai Kondisi Daerah
Status kawasan disesuaikan pengelolaan kawasan
Persepsi Wisatawan tentang KKP
Buruk
Baik
Partisipasi Masyarakat
Pasif
Aktif
Kurang
Tersedia
Sedang
Sejahtera
183.977 4)
177.7555)
Jumlah Kunjungan Wisatawan > Daya dukung kawasan
Peraturan Bupati Kab. Klungkung No. 12 Tahun 2010
Peraturan Menteri Kelautan & Perikanan
Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2007 Pasal 8 ayat (3), Permen Kelautan & Perikanan No. 2 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Pasal 21 Ayat (1) dan (2)
Indikator
Sosial Ekonomi
Parameter
dengan
tujuan
-
Sumberdaya Masyarakat (SDM) Kesejahteraan Masyarakat Kunjungan Wisatawan (orang/tahun) 4
3)
(2012)
Ada beberapa infrastruktur penunjang yang belum disediakan dan ada yang dalam kondisi buruk. Belum memahami manfaat dari dicadangkannya KKP di Nusa Penida
Kelembagaan Pencadangan Kawasan Perairan Nusa Penida
Konservasi
Sumber Data : 1) Yulianda, 2007 2) Darma et al. 2010 3) Welly, 2013 4) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung, 2012 5) Hasil Perhitungan Daya Dukung Kawasan (DDK)
59
Berdasarkan tabel matriks analisis gap diatas, kawasan konservasi perairan Nusa Penida memiliki kesenjangan (gap) dalam pengelolaannya. Adapun kesenjangan (gap) yang terjadi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut : 1. Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida a. Luas area KKP Berdasarkan kondisi aktual luas kawasan konservasi perairan Nusa Penida yaitu 20.057 hektar yang diukur 1 mil laut dari garis pantai. Luasan ini merupakan ¼ dari luasan ideal yang menjadi kewenangan kabupaten/kota untuk dikelola yaitu 4 mil. Berdasarkan informasi yang diterima dari Pimpinan Coral Triangle Center wilayah Bali menyatakan bahwa luas KKP Nusa Penida sebesar 20.057 hektar merupakan luasan yang efektif untuk saat ini dikelola. Artinya bahwa dengan luasan ini pengelolaan KKP Nusa Penida akan dimaksimalkan. Menurut informasi melalui komunikasi pimpinan Coral Triangle Center bahwa jika luas KKP Nusa Penida yang 1 mil ini dapat dikelola dengan baik maka ada rencana untuk memperluas wilayah KKP Nusa Penida. b. Sistem Zonasi di KKP Nusa Penida Berdasarkan kondisi ideal sitem zonasi kawasan konservasi perairan diatur melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 30 Tahun 2010 Pasal 9 Ayat (1) Zonasi pada kawasan konservasi perairan terdiri dari (1) Zona Inti, (2) Zona Perikanan Berkelanjutan, (3) Zona Pemanfaatan, (4) Zona Lainnya. Artinya bahwa dalam Permen No.30 Tahun 2010 ini menetapkan 4 zona yang ada di kawasan konservasi perairan. Namun pada kenyataannya KKP Nusa Penida membaginya menjadi 7 (tujuh) sub zona yaitu (1) Zona Inti, (2) Zona Perikanan Tradisional, (3) Zona Pariwisata Bahari Khusus, (4) Zona Budidaya Rumput Laut, (5) Zona Pariwisata Bahari, (6) Zona Pelabuhan, (7) Zona Suci. Informasi yang diperoleh tentang penjelasan pembagian zona di KKP Nusa Penida menjadi 7 sub zona yaitu bahwa KKP Nusa Penida membentuk zona tersebut berdasarkan Permen Kelautan dan Perikanan No. 30 Tahun 2010 namun dijabarkan berdasarkan kondisi yang ada di kawasan Nusa Penida. Ketujuh sub zona tersebut masih merupakan bagian dari zona yang ditetapkan oleh Permen No.30 Tahun 2010 tersebut yakni 1) Zona Inti, 2) Zona Perikanan Berkelanjutan dibagi menjadi sub zona : a) Zona Perikanan Tradisional, b) Zona Pariwisata Khusus, c) Zona Budidaya Rumput Laut, 3) Zona Pemanfaatan terdiri dari sub zona : a) Zona Pariwisata Bahari, b) Zona Pelabuhan, 4) Zona Lainnya terdiri dari sub zona : a) Zona Suci. Pembentukkan sub zona pariwisata bahari khusus dan zona suci dimaksudkan untuk menjawab dari kebutuhan masyarakat Nusa Penida yang memanfaatkan sumberdaya yang ada di kawasan Nusa Penida. Dikatakan zona pariwisata bahari khusus karena pada kawasan tersebut selain dimanfaatkan dalam aktifitas wisata juga masih ada kegiatan penangkapan ikan secara tradisional oleh masyarakat dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan dan waktunya dibatasi yaitu hanya pada jam 4 sore hingga jam 9 pagi. Zona Suci di bentuk untuk menertibkan kegiatan wisata yang ada di sekitar tempat ibadah yaitu Pura. Aktifitas yang dilarang yaitu parkir
60
kapal yang mengantar wisatawan dan kegiatan wisata pantai. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegiatan wisatawan yang mengganggu aktifitas ibadah di Pura seperti wisatawan yang memakai pakaian bikini (swimwear), dan aktivitas wisata di pinggir pantai sekitar pura. Penetapan zona suci dikawasan konservasi secara hukum berdasarkan PP No.60 Tahun 2007 itu tidak diperbolehkan karena pada kawasan konservasi perairan berdasarkan peraturan tersebut setiap orang yang masuk dalam kawasan konservasi perairan harus memperoleh ijin dari pihak pengelola atau paling tidak terdaftar sebagai pengunjung tetap pada kawasan konservasi ini. Sehingga penetapan zona suci pada wilayah pencadangan konservasi perairan di Nusa Penida dinilai tidak tepat. 2. Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida secara aktual hanya berpedoman kepada Peraturan Bupati No. 12 Tahun 2010. Status kawasan konservasi perairan Nusa Penida adalah Taman Wisata Perairan (TWP) yang termuat dalam peraturan bupati tersebut. Seharusnya dengan adanya Peraturan Bupati itu sudah menjadi pedoman kuat untuk mengelola kawasan Nusa Penida karena berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam mengelola kekayaan sumberdaya alam yang ada didaerahnya namun harus juga diakui oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu pengelolaan kawasan konservasi Nusa Penida tidak terlepas dari Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan yang saat ini sementara di usahakan. Penetapan Kawasan Konservasi Perairan telah diatur didalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 2 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Pasal 21 Ayat (1) dan (2) yang didasarkan pada Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 (yang telah diubah menjadi Undang-Undang No. 45 Tahun 2009) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 Tahun 2007. Penetapan Kawasan Konservasi Perairan dengan mengunakan perangkat Peraturan Menteri dilakukan dengan tujan agar kekuatan legalitasnya lebih kuat sehingga pemerintah daerah dalam mengelola Kawasan Konservasi Perairan tersebut tidak dapat semena-mena. Hal ini sangat penting meningat bahwa sistem pemerintahan di Bali berbeda degan daerah lainnya di Indonesia karena di Bali ada sistem adat yang juga mempunyai kewenangan sehingga timbul permasalahan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida. Sistem adat di Bali juga berperan dalam pengambilan keputusan di dalam sistem pemerintahan, oleh karena itu seharusnya pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida melibatkan sistem adat. Pencadangan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk menjaga kelestarian dan kealamian sumberdaya hayati yang terdapat didalamnya. Namun dalam perjalanannya selama 3 tahun, pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida tidak terlepas dari permasalahan. Berdasarkan analisis gap (analisis kesenjangan) seperti yang terlihat pada Tabel 17 terdapat gap dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida diantaranya adalah kondisi bioekologi kawasan yang diwakili oleh kondisi tutupan komunitas karang dan kondisi ikan karang. Berdasarkan hasil analisis persen tutupan komunitas karang secara keseluruhan kondisi karang kawasan dikategorikan dari baik sampai pada sangat
61
baik. Namun kondisi ini bukan menjadi suatu kebanggaan bagi pengelola pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida karena kondisi bioekologi ini belum optimal artinya bahwa masih ada lokasi yang dijadikan sebagai objek wisata yang kondisi karangnya belum mengalami peningkatan dengan kata lain kualitas karangnya masih terjadi naik-turun. Sehingga disimpulkan bahwa pengelolaan pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida belum optimal. Hal ini juga didasari oleh hasil perhitungan indeks mortalitas yang walaupun nilainya kecil (mendekati nol) tetapi pada pencadangan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida masih terjadi kerusakan di beberapa lokasi yang dijadikan sebagai lokasi penyelaman untuk aktivitas wisata. Pengelolaan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida belum seutuhnya menggunakan prinsip ekowisata. Hal ini terlihat dengan jumlah pengunjung (wisatawan) yang datang ke Nusa Penida telah melebihi daya dukung kawasan. Data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung menunjukkan bahwa jumlah pengunjung di tahun 2012 mencapai 183.977 orang/tahun dimana data tersebut belum termasuk data dari data para dive operator, dan data dari public-boat sedangkan jumlah pengunjung yang seharusnya berdasarkan hasil analisis daya dukung kawasan adalah 177.755 orang/tahun. Data ini menunjukkan bahwa pengunjung (wisatawan) yang berkunjung di Nusa Penida telah melebihi daya dukung kawasan dan ini telah melanggar prinsip dari konsep pemanfaatan sumberdaya ekowisata yaitu harus terjadi kesesuaian atau keseimbangan antara sumberdaya dan daya dukung (carrying capacity) yang dapat mendukung kegiatan wisata bahari (Yulianda et al. 2010). Kondisi ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah Kabupaten Klungkung dan pengelola kawasan konservasi di Nusa Penida, karena jika tidak ditangani dengan serius maka kawasan ini nantinya hanya akan menjadi kenangan dan ekosistem yang ada akan menjadi hilang dan pada akhirnya mendatangkan malapetaka bagi masyarakat yang ada di kawasan tersebut. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah dan pengelola kawasan adalah segera membatasi jumlah pengunjung dan meningkatkan retribusi atau biaya masuk ke kawasan konservasi. Mengurangi atau membatasi jumlah pengunjung (wisatawan) akan berdampak pada pendapatan daerah dari sektor wisata namun untuk menutupi hal tersebut maka yang perlu dilakukan adalah meningkatkan biaya masuk ke kawasan konservasi di Nusa Penida. sejalan dengan hal tersebut yakni menaikkan biaya masuk ke kawasan konservasi maka pemerintah, pengelola, dan masyarakat harus meningkatkan jasa pelayanan yang ada di kawasan yakni memperbaiki infrastruktur seperti jalan raya yang menjadi akses darat yang menghubungkan lokasi-lokasi yang dijadikan sebagai objek wisata, menjaga kebersihan pantai, serta menambah sarana dan prasarana kesehatan. Kesemuanya ini akan memberi dampak positif kepada semua pihak yakni alam akan tetap terjaga keaslian dan kelestariannya, masyarakat mendapat keuntungan ekonomi yang akan meningkatkan kesejahteraannya, pihak swasta juga semakin memperhatikan kualiatas pelayanannya serta memberi konstribusi pendapatan bagi pemerintah daerah melalui peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) melalui sektor wisata.
62
6.8
Rekomendasi Pengelolaan Kawasan Konservasi di Nusa Penida
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida secara umum telah memberi dampak, baik kepada masyarakat, pemerintah, pengusaha yang bergerak dalam bidang pariwisata (Swasta), maupun Lembaga Swadaya Masyarakat yang bersama-sama mengelola kawasan Nusa Penida. Namun, untuk lebih meningkatkan kualitas pengelolaan maka ada beberapa rekomendasi yang akan disampaikan berdasarkan data dan fakta selama penelitian ini dilakukan serta pertimbangan dari wisatawan sebagai pengguna jasa pariwisata dan masyarakat lokal yang menjadi motor dalam penggerak dalam pengelolaan kawasan, antara lain : 1. Memperbaiki infrastruktur yang ada di kawasan wisata Nusa Penida seperti jalan-jalan raya yang menjadi penghubung antar satu lokasi wisata dengan lokasi wisata lainnya sebagai sarana transportasi daratan, karena hampir seluruh jalan di Nusa Penida dalam kondisi memprihatinkan (rusak). 2. Menambah jumlah sarana dan prasarana kesehatan di setiap lokasi yang dijadikan sebagai objek wisata. Hal ini menjadi permintaan khusus dari wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida. 3. Menambah bentuk atraksi wisata, dalam hal ini penulis merekomendasikan untuk membuat satu paket wisata dalam bentuk “Wisata Keliling Nusa Penida” 4. Menetapkan biaya masuk kawasan Nusa Penida dengan segera agar setiap pelaku usaha dan juga wisatawan memperoleh harga yang sama dan akan meningkatkan pendapatan daerah. Menambah sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata secara 5. khusus di kawasan wisata Nusa Gede karena sarana dan prasarana sangat minim seperti tempat-tempat penginapan, rumah makan, hotel dan dive operation (penyewaan alat selam dan snorkling). Tujuannya yaitu agar wisatawan lebih betah tinggal di kawasan Nusa Gede. 6. Zona suci di kawasan konservasi Nusa Penida perlu dilakukan peninjauan ulang dan disesuaikan dengan dasar Undang-Undang yang menjadi dasar pencadangan kawasan Nusa Penida sebagai kawasan konservasi perairan. 7. Membatasi Jumlah pengunjung (wisatawan) yang masuk di kawasan Nusa Penida karena berdasarkan hasil analisis daya dukung kawasan yang dilakukan dalam penelitian ini jumlah pengunjung sudah melebihi daya dukung kawasan. Oleh karena itu pengelola dan pemerintah harus membatasi jumlah pengunjung(wisatawan) namun untuk meningkatkan pendapatan daerah maka perlu meningkatkan biaya masuk ke kawasan. Pengelola pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida 8. segera mengusulkan penetapan Kawasan Konservasi Perairan melalui Peraturan Menteri sehingga memiliki kekuatan legalitas yang kuat.
63
7
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
7.1
Berdasarkan dari uraian hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan konservasi perairan di Nusa Penida dapat dimanfaatkan untuk aktifitas ekowisata selam (diving), snorkeling dan wisata pantai (rekreasi pantai) karena nilai indeks kesesuaiannya berada pada kategori sesuai dan sangat sesuai. Sedangkan daya dukung kawasan (DDK) di Nusa Penida sebesar 177.755 orang/tahun. 2. Kondisi Bioekologi kawasan wisata Nusa Penida dalam hal ini kondisi terumbu karang dan ikan karang dalam kategori baik. 3. Wisatawan yang berkunjung di kawasan Nusa Penida terbanyak berasal dari Australia kemudian dari Amerika dan Jepang. Data kunjungan wisata dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. 4. Manfaat dicadangkannya kawasan konservasi perairan di Nusa Penida berupa peningkatan jumlah wisatawan yang berdampak kepada penghasilan rumah tangga dengan tingkat kenaikan pendapatan berkisar antara 10-30%, serta adanya peningkatan pendapatan daerah yang dilihat dari peningkatan PDRB khususnya dari sektor wisata sebesar 5,67% dari tahun 2009 ke tahun 2011.
7.2 1.
2.
3.
4.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengkaji manfaat secara menyeluruh dari kawasan konservasi perairan bagi masyarakat di Nusa Penida. Perlu mengadakan kajian secara menyeluruh tentang kesesuaian kawasan wisata dan daya dukung kawasan di kawasan konservasi perairan Nusa Penida sehingga diperoleh data yang lengkap untuk menyususn program yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat Nusa Penida Perlu meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap tujuan dibentuknya kawasan konservasi perairan di Nusa Penida dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik manfaat secara langsung maupun manfaat yang tidak langsung. Untuk memenuhi tujuan pembentukkan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida bagi pengembangan ekowisata bahari maka diperlukan sarana dan prasarana yang menunjang khususnya sarana dan prasarana yang ramah lingkungan seperti tidak menggunakan bahan bangunan dari batu karang, pembangunan hotel tidak boleh di pinggir pantai, dan lain-lain.
64
DAFTAR PUSTAKA Agusniatih A. 2002. Kajian Pengembangan Kawasan Wisata dan Pengaruhnya Pada Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Teluk Palu Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Allen GR and Erdmann M, 2009. Reef Fish of Nusa Penida, Indonesia. Final Report to Conservation International. 22p Angulo-Valdes JA and Hatcher BG. 2010. A New Typology of Benefits Derived From Marine Protected Areas. Marine Policy. 34. 635-644 Ardarini F. 2002. Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Ekosistem Terumbu Karang dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Nusa Penida Bali. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2010. Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung. 2012. Kabupaten Klungkung Dalam Angka. Kabupaten Klungkung. Bali [BPS] Badan Pusat Statistik Kecamatan Nusa Penida. 2012. Nusa Penida Dalam Angka. Kabupaten Klungkung. Bali [BTNW] Balai Taman Nasional Wakatobi. 2007. Buku Zonasi Taman Nasional Wakatobi. Bau-Bau. Sulawesi Tenggara. Disahkan di Jakarta. Buckley R. 2004. Tourism in Parks: Australia Initatives, International Center for Ecotouris Research. Tourism Management. 28: 328-329. Carpenter KE, Miclat RI, Albaladejo VD, Corpuz VT. 1982. The Influence of Substrate Structure on The Local Abundance and Diversity of Philippine Reef Fishes. Coral Reef 2: 497-502 Cater E, Lowman G. 1996. Ecotourism-A Sustainable Option? Royal Geographical Society. London Collins JH. 2008. Marine Tourism in The Kimberly Region of Western Australia. Geographical Research 46 (1) : 111-123. [CTC] Coral Triangle Center. 2011. Profil Wisata Bahari Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. Dahuri R., Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan (Edisi Revisi). PT. Pradnya Paramitha. Jakarta Damanik and Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata. Dari Teori ke Aplikasi. Andi. Yogyakarta Damhuri D dan Adrianto L. 1995. Dimensi Sosial Ekonomi dalam Kerangka Pembangunan Masyarakat Pesisir. Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Badan Pembina Hukum Nasional. Jakarta 22 September 1995 Darma N, Basuki R, Welly M. 2010. Profil Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida. Kabupaten Klungkung. Bali Drumm A, Moore A. 2005. Ecotourism Development – A Manual for Conservation Planners and Managers Volume 1 : An Introduction to Ecotourism Planning. 2nd Edition. The Nature Conservancy, Arlington, Virginia, USA.
65
Eagles PFJ, McCool SF, Haynes CD. 2002. Sustainable Tourism in Protected Areas : Guidelines for Planning and Management. IUCN- The World Conservation Union. IUCN Gland, Switzerland and Cambridge, UK. English S, Wilkinson C, Baker U. 1997. Survey Manuals for Tropical Marine Resources. Australia Institute of Marine Science Townsville. Australian. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2011. Fisheries Management. 4. Marine Protected Areas and Fisheries. FAO Technical Guidelines For Responsible Fisheries. No 4, Suppl 4. Rome. FAO. 198p. Fabinyi M. 2008. Dive Tourism, Fishing and Marine Protected Areas in The Calamianes Islands, Phillippines. Marine Policy 32. 898-904 Fandeli CM. 2000. Pengusaha Ekowisata. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Fauziyah IM. 2012. Kajian Implementasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Padjajaran. Bandung Gao L and Hailu A. 2011. Evaluating The Effects Of Area Closure For Recreational Fishing In A Coral Reef Ecosystem : The Benefits Of An Integrated Economic And Biophysical Modeling. Garrod B and Wilson JC. 2004. Nature on the Edge? Marine Ecotourism in Peripheral Coastal Areas. Journal of Sustainable Tourism 12 (2) : 9599 Gell FR and Roberts CM. 2003. Benefits Beyond Boundaries : The Fisheries Effects of Marine Reserves. TRENDS in Ecology and Evolution 18(9) : 448-455. Halpem BS and Warner RR. 2002. Marine Reserves Have Rapid and Lasting Effects. Ecology Letters 5:361-366 Harriott VJ. 2002. Marine Tourism Impacts and Their Management on The Great Barrier Reef. CRC Reef Research Centre Technical Report No. 46. CRC Reef. Centre, Townsville Hilyana S. 2001. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural dan Struktural Masyarakat Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari Lombok Barat Provinsi NTB.) Thesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Irwan. 2010. Kajian Potensi dan Pengembangan Ekowisata Bahari di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar. Thesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor [IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2008. Guidelines for Protected Area Management Categories. Cambridge, UK, and Gland, Switzerland, International Union for Conservation of Nature. [IUCN] International Union for Conservation of Nature, [CORDIO] Coatal Ocean Research and Development in the Indian Ocean. [ICRAN] International Coral Reef Action Network. 2008. Managing Marine and Coastal Protected Areas ; A Toolkit for South Asia. IUCN, Gland, Switzerland and Bangkok, Thailand; CORDIO, Kalmar, Sweden; and ICRAN, Cambridge, UK. Jennings S. 2009.The role of marine protected areas in environmental management.ICES Journal of Marine Science. 66: 16–21.
66
Langga A N T, 2010. Kajian Sumberdaya Terumbu Karang untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Perairan Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Maldonado E and Montagnini F. 2004. Carrying Capacity of La Tigra National Park, Honduras : can the park be self-sustainable? Journal of Sustainable Forestry 19(4) : 29-48. Maliao RJ, Edward LB, Kathe RJ. 2004. A survey of stock of the donkey’s ear abalone, Haliotis asinina L. in the Sagay Marine Reserve, Philippines: evaluating the effectiveness of marine protected area enforcement. Fisheries Research 66:343–353 Nikijuluw PHV. 2001. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Proyek Pesisir, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor (IPB). Hotel Permata. Bogor 29 Oktober 2001. Oraciona GE, Millerb ML, Christie P. 2005. Marine Protected Areas for Whom? Fisheries, Tourism, and Solidarity In A Phillippine Community. Ocean & Coastal Management 48. 393-410 Pelletier D, Garcia-Charton JA, Ferraris J, David G, Thebaud O, Letourneur Y, Claudet J, Amand M, Kulbicki M, Galzin R.2005. Designing Indicators of Assessing The Effects of Marine Potected Areas on Coral Reef Ecosystems : A Multidisciplinary Standpoint. Aquat. Living Resour, 18. 15-33. Petrosillo I, Zurlini G, Corlian O ME, Zaccarelli N, Dadamo M. 2007. Tourist Perception of Recreational Environment and Management In A Marine Protected Area. Landscape and Urban Planning 79 : 29-37 [PISCO] Partnership for the Interdiciplinary Study of Coastal Oceans. 2002. The Science of marine reserves. www.piscoweb.org. Reid-Grant K and Bhat MG. 2009. Financing Marine Protected Areas in Jamaica : An Exploratory Study Kimesha. Marine Policy 33. 128-136 Ruchimat T, Basuki R, Suraji. 2012. Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Paradigma, Perkembangan, dan Pengelolaannya. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta Schleyer MH and Tomalin BJ.2000. Damage on South African Coral Reefs and An Assessment of Their Sustainable Diving Capacity Using A Fisheries Approach. Bulletin of Marine Science 67(3) : 1025-1042 Syms C dan Jones GP. 2001. Soft Corals Exert No Direct Effects On Coral Reef Fish Assemblages. Springer, Verlag. Oecologia 127 : 560 – 571. [TNC-IMP] The Nature Conservancy Indonesia Marine Program. 2010. Peta Sumberdaya Pesisir dan Laut Kecamatan Nusa Penida. 10 Maps. Turak E and De Vantier, L. 2008. Biodiversity and Conservation Priorities of Reef Building Corals in Nusa Penida. Final Report to Conservation International. 66p [UNEP] United Nation Environment Programme. 2000. About Ecotourism. (http://www.unepic.org)
67
Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Yulianda F, Fahrudin A, Hutabarat, Armin A, Harteti Sri, Kusharjani, Kang Ho Sang. 2010. Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Book 3. Pusdiklat Kehutanan-Departemen Kehutanan RI- SECEM – Korea International Coorporation Agency. Bogor. Jawa Barat. Zaakai D, Chadwick-Furman NE.2002. Impacts of Intensive Recreational Diving on Reef Corals at Eiliat, Northern Red Sea. J Biol Conserv 105 : 179187.
68
LAMPIRAN
Lampiran 1. Persen Tutupan Komunitas Karang dan Nilai Indeks Mortalitas Karang Tahun 2010 di Nusa Penida, Bali Rata-Rata Persen Tutupan Life Form
Code
Atuh 3m
Acropora Acropora Branching Acropora Tabulate Acropora Encrusting Acropora Submasive Acropora Digitate
10 m
Tower 3m
Ped
Manta Point
10 m
3m
10 m
3m
10 m
Crystal Bay 3m 10 m
Buyuk 3m 10 m
Mangrove Point 3m 10 m
ACB ACT
22,33
11,33
2,00
1,67
2,33
5,00
6,00
10,00
0,33
29,00
26,67
7,33
3,33
0,00
0,00
2,00
20,00
3,33
0,00
0,67
2,67
2,00
ACE
0,00
2,33
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
ACS
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
ACD
Non Acropora Coral Branching
CB
4,00
0,33
0,00
0,00
14,00
3,67
0,00
0,33
0,33
0,67
0,00
Coral Encrusting
CE
6,33
1,33
2,00
3,00
2,33
5,33
13,33
0,33
7,33
0,33
1,67
Coral Folios Coral Heliopora
CF CHL
6,00
0,00
10,67
8,67
0,33
0,00
1,33
11,33
8,67
0,00
0,33
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Coral Massive
CM
14,33
3,00
1,33
15,33
2,00
4,33
7,67
0,33
13,67
1,33
3,67
Coral Melliopora Coral Musroom
CME CMR
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
1,00
0,67
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
0,33
0,00
Coral Submasive
CS
5,33
0,67
9,00
4,00
0,00
1,00
0,00
3,67
6,00
3,00
7,00
2,33
0,00
0,00
0,00
7,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
15,67
56,67
36,00
25,00
48,33
33,67
28,33
46,00
23,00
35,33
28,00
79,33
62,00
58,33
78,67
73,00
60,00
72,00
60,33
72,67
69,33
Coral Tubifora CTU Soft coral SC Total Cover I dan II
0,00
83,67
0,00
0,00
69
70
Lampiran 1. Lanjutan Rata-Rata Persen Tutupan Life Form
Code
Atuh 3m
Tower
10 m
3m
Ped
Manta Point
10 m
3m
10 m
3m
1,00
0,33
0,67
0,67
1,00
0,33
0,67
0,67
10 m
Crystal Bay
Buyuk
Mangrove Point
3m
10 m
3m
10 m
3m
10 m
1,00
2,33
1,67
0,67
1,00
3,33
1,00
2,33
1,67
0,67
1,00
3,33
Dead Scleratina Dead Coral Dead Coral With Algae
DC
1,00
DCA
Total Cover III
0,00
1,00
0,00
0,00
Living Others (LO) Algae Macro algae
MA
2,00
0,00
3,33
0,00
0,33
0,00
8,33
0,67
0,33
1,00
0,00
Turf
TA
0,33
0,33
2,67
2,00
0,00
3,67
1,67
1,67
3,67
1,33
0,00
Coraline
CA
2,33
2,33
1,67
0,00
0,33
2,33
5,00
0,00
1,00
0,00
0,67
Halimeda
HA
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
Alga Assemblage
AA
Others
OT
0,00
0,00
0,33
0,00
2,67
0,33
0,00
0,33
1,67
1,00
0,00
Sponges
SP
7,33
1,00
2,67
2,00
3,00
0,67
0,67
0,33
5,00
2,00
7,00
Zoanthids
ZO
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,67
10,67
4,00
6,33
7,00
15,67
3,00
11,67
5,33
8,00
Total Cover IV
0,00
12,00
0,00
0,00
Abiotic Sand
S
0,33
3,33
3,00
10,67
3,67
0,00
0,33
6,67
7,00
3,00
1,67
Rubble
R
0,67
2,67
20,00
22,33
7,00
0,00
0,00
11,67
13,33
15,33
5,33
Silt
SI
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,67
10,00
2,67
4,00
3,67
19,00
21,67
2,00
1,67
2,67
9,00
16,00
25,67
37,00
14,33
0,00
19,00
22,00
20,33
22,00
21,00
16,00
83,00
72,67
62,33
85,00
0,00
80,00
75,67
75,00
72,00
78,00
77,33
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
0,01
0,04
0,02
0,01
0,01
0,05
Water
WA
Rock
RCK
Total Cover V Total I + II + LO
0,00 0,00
1,67
0,00
95,67
0,00
Kondisi/ Kategori
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat baik
IM (Indeks Mortalitas)
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Lampiran 2. Persen Tutupan Komunitas Karang dan Nilai Indeks Mortalitas Karang Tahun 2011 di Nusa Penida, Bali Rata-Rata Persen Tutupan Life Form
Code
Atuh
Tower
3m
10 m
3m
Ped
Manta Point
10 m
3m
10 m
3m
Crystal Bay
Buyuk
Mangrove Point
10 m
3m
10 m
3m
10 m
3m
10 m
Acropora Acropora Branching
ACB
15,67
16,33
7,33
2,33
0,67
0,33
21,33
15,00
0,33
0,33
36,33
26,00
Acropora Tabulate
ACT
0,00
12,00
3,67
0,67
0,00
2,33
11,33
3,33
0,00
0,00
8,33
1,67
Acropora Encrusting
ACE
0,00
0,33
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
0,00
0,00
0,00
0,67
Acropora Submasive
ACS
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
0,00
0,00
0,00
0,00
1,00
0,33
Coral Branching
CB
6,00
5,33
2,00
0,33
0,00
0,00
3,00
6,00
0,00
1,00
0,00
1,00
Coral Encrusting
CE
0,67
4,33
0,67
0,33
28,00
2,67
1,33
2,00
2,00
0,33
1,00
4,00
Coral Folios
CF
3,00
3,33
0,67
5,00
3,67
2,00
0,33
4,67
9,67
3,33
0,33
2,00
Coral Heliopora
CHL
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Coral Massive
CM
9,00
17,33
7,33
1,67
1,67
13,33
1,00
1,67
5,00
12,00
6,33
0,00
Coral Melliopora
CME
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Coral Musroom
CMR
0,00
0,33
0,33
0,00
0,67
0,33
0,00
0,33
1,00
1,33
0,00
0,00
Coral Submasive
CS
4,00
4,00
0,33
11,33
1,00
2,67
0,33
1,33
0,67
7,33
6,67
2,67
CTU
0,00
2,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
0,00
0,33
0,00
0,00
SC
36,33
11,33
47,33
41,33
21,67
37,00
35,00
43,67
62,67
43,67
18,33
14,00
74,67
76,67
69,67
63,00
57,33
62,00
73,67
78,67
81,33
69,67
78,33
52,33
Acropora Digitate
Non Acropora
Coral Tubifora Soft coral Total Cover I dan II
0,00
0,00
71
72
Lampiran 2. Lanjutan Rata-Rata Persen Tutupan Life Form
Code
Atuh
Tower
3m
10 m
0,00
3m
Ped
Manta Point
10 m
3m
10 m
1,67
0,00
1,00
0,33
0
1,67
0
1,00
0,33
MA
2,33
4,00
0,00
1,33
Turf
TA
9,67
0,00
0,00
Coraline
CA
1,33
5,00
4,67
Halimeda
HA
0,33
0,00
Alga Assemblage
AA
Others
OT
0,00
Sponges
SP
Zoanthids
ZO
3m
Crystal Bay
Buyuk
Mangrove Point
10 m
3m
10 m
3m
10 m
3m
10 m
0,00
0,33
0,33
2,00
0,33
2,00
0,00
0
0,33
0,33
2,00
0,33
2,00
0
0,33
1,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2,33
1,00
0,00
1,33
0,00
2,33
0,00
1,33
0,67
0,67
4,33
2,67
2,67
2,00
1,33
0,00
0,33
2,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,00
0,67
0,00
0,67
0,00
0,00
0,33
1,00
4,33
0,00
0,33
8,00
3,67
1,00
7,67
4,33
0,67
5,67
1,33
1,67
2,33
4,33
6,67
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
21,67
13,67
6,33
12,00
10,67
4,33
9,67
3,67
6,33
6,67
6,00
9,67
Dead Scleratina Dead Coral Dead Coral With Algae
DC DCA
Total Cover III
0
Living Others (LO) Algae Macro algae
Total Cover IV
0,00
Abiotic Sand
S
0,00
0,00
1,67
3,67
1,67
5,67
0,00
1,33
3,33
1,00
7,00
7,00
Rubble
R
0,00
1,33
1,00
19,33
17,33
0,00
9,67
1,00
3,33
15,67
5,33
25,33
SI
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,33
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,67
6,33
21,33
1,00
12,67
28,00
5,33
14,67
3,67
6,67
1,33
5,33
Silt Water
WA
Rock
RCK
Total Cover V
3,67
7,67
24,00
24,00
31,67
0,00
33,67
16,33
17,00
10,33
23,33
13,67
37,67
Total I + II + LO
96,33
90,33
76,00
75,00
68,00
0,00
66,33
83,33
82,33
87,67
76,33
84,33
62,00
Kondisi/ Kategori
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
IM (Indeks Mortalitas)
0,00
0,02
0,00
0,02
0,01
0,00
0,00
0,00
0,02
0,00
0,02
0,00
Lampiran 3. Persen Tutupan Komunitas Karang dan Nilai Indeks Mortalitas Karang Tahun 2012 di Nusa Penida, Bali Rata-Rata Persen Tutupan Life Form
Atuh
Code
Tower
3m
10 m
3m
Ped
Manta Point
10 m
3m
10 m
40,33
11,67
3,00
3,67
3m
Crystal Bay
Buyuk
Mangrove Point
10 m
3m
10 m
3m
10 m
3m
10 m
2,00
1,50
18,67
1,33
0,33
42,67
39,67
Acropora Acropora Branching
ACB
5,67
Acropora Tabulate
ACT
0,00
1,67
0,00
0,00
1,00
0,67
8,00
3,67
0,00
0,00
0,33
4,00
Acropora Encrusting
ACE
0,00
10,00
1,67
0,00
7,00
11,33
0,00
7,00
1,00
0,00
1,00
7,33
Acropora Submasive
ACS
1,67
1,00
1,00
0,00
3,00
0,00
12,00
0,00
0,33
0,00
1,33
1,00
Acropora Digitate
ACD
Non Acropora Coral Branching
CB
0,00
0,00
0,00
1,00
1,00
0,00
0,00
0,00
0,33
0,33
0,00
3,67
Coral Encrusting
CE
0,00
0,00
0,00
0,33
0,00
0,00
13,50
0,00
0,00
8,67
0,00
6,33
Coral Folios
CF
44,67
7,00
0,00
9,33
7,67
1,00
0,50
0,33
8,33
3,33
2,00
0,67
Coral Heliopora
CHL
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Coral Massive
CM
2,33
5,00
4,00
1,67
16,33
5,67
0,50
2,00
2,00
2,33
1,33
4,00
Coral Melliopora
CME
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2,67
0,00
0,67
0,00
0,00
Coral Musroom
CMR
0,00
0,00
0,00
0,67
0,67
0,00
0,00
0,00
0,67
0,67
0,00
0,00
Coral Submasive Coral Tubifora Soft coral Total Cover I dan II
CS
0,00
0,00
0,00
24,00
0,00
0,00
9,00
0,00
0,33
45,33
1,33
0,00
CTU
0,00
1,00
0,00
0,00
2,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
SC
4,00
17,67
44,33
3,00
30,00
26,00
34,50
44,33
57,00
6,33
34,67
13,00
58,33
83,67
62,67
43,00
72,33
46,67
79,50
78,67
71,33
68,00
84,67
79,67
73
74
Lampiran 3. Lanjutan
Life Form
Atuh
Code 3m
10 m
0,00
Tower 3m
Rata-Rata Persen Tutupan Manta Point Crystal Bay
Ped
10 m
3m
10 m
0,00
0,00
0,33
0,00
0,00
0,00
3 m
Buyuk
Mangrove Point
10 m
3m
10 m
3m
10 m
3m
10 m
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
2,00
0,00
0,33
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,33
2,00
0,00
Dead Scleratina Dead Coral
DC
Dead Coral With Algae
DCA
Total Cover III Living Others (LO) Algae Macro algae
MA
1,67
0,00
0,67
0,00
0,00
9,67
0,00
0,00
4,67
0,00
1,33
0,67
Turf
TA
0,00
0,00
0,00
4,33
0,00
0,33
16,50
0,00
1,00
0,33
3,00
0,67
Coraline
CA
0,00
2,00
1,67
0,00
1,00
3,33
1,00
1,33
0,67
0,00
0,00
1,00
Halimeda
HA
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Alga Assemblage
AA
Others
OT
0,00
5,67
1,00
4,33
2,67
0,00
0,00
0,00
0,33
3,00
0,33
0,67
Sponges
SP
3,00
4,33
0,33
0,33
4,00
0,00
0,00
0,00
7,00
1,00
0,33
4,00
Zoanthids
ZO
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4,67
12,00
3,67
9,00
7,67
13,33
17,50
1,33
13,67
4,33
5,00
7,00
S
4,67
0,00
5,33
1,00
1,33
14,67
0,00
4,00
2,33
0,33
0,33
1,00
Rubble
R
24,00
3,00
10,67
23,67
15,00
0,00
0,00
8,33
11,33
22,00
7,00
4,67
Silt
SI
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Total Cover IV Abiotic Sand
Water
WA
Rock
RCK
8,33
1,33
37,00
4,33
Total I + II + LO
63,00
Kondisi/ Kategori IM (Indeks Mortalitas)
Total Cover V
17,67
0,00
3,67
25,33
1,00
4,33
1,33
0,00
1,00
7,67
33,67
24,67
20,00
40,00
1,00
16,67
15,00
22,33
8,33
13,33
95,67
66,33
52,00
80,00
60,00
97,00
80,00
85,00
72,33
89,67
86,67
Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
0,00
0,00
0,00
0,01
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,02
0,00
0,00
Lampiran 4. Persen tutupan komunitas karang di Lokasi penyelaman pada kawasan konservasi perairan Nusa Penida Tahun 2010 Atuh
Jenis Life Form 3m Karang Keras (HC) Karang Lunak (SC) Living Others Tutupan Komunitas Karang Kategori
10 m
Tower 3m
Ped
Manta Point
Crystal Bay 3m
10 m
3m
10 m
10 m
Buyuk
Mangrove Point 3m 10 m
10 m
3m
10 m
3m
68,00
22,67
26,00
33,33
30,33
39,33
31,67
26,00
37,33
37,33
41,33
15,67
56,57
36,00
25,00
48,33
33,67
28,33
46,00
23,00
35,33
28,00
12,00
3,67
10,67
4,00
6,33
7,00
15,67
3,00
11,67
5,33
8,00
95,67
82,91
72,67
62,33
84,99
80,00
75,67
75,00
72,00
77,99
77,33
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sumber Data : CTC, 2010
75
76
Lampiran 5. Persen tutupan komunitas karang di Lokasi penyelaman pada kawasan konservasi perairan Nusa Penida Tahun 2011
Atuh
Jenis Life Form Karang Keras (HC) Karang Lunak (SC) Living Others Tutupan Komunitas Karang Kategori
3m
10 m
38,33
Tower 10 m
3m
10 m
65,33
22,33
21,67
36,33
11,33
47,33
21,67
13,67
96,33 Sangat Baik
Sumber Data : CTC, 2011
3m
Ped
Manta Point 3m
Crystal Bay
Buyuk
Mangrove Point 3m 10 m
10 m
3m
10 m
3m
10 m
35,67
25,00
38,67
35,00
18,67
26,00
60,00
38,33
41,33
21,67
37,00
35,00
43,67
62,67
43,67
18,33
14,00
6,33
12,00
10,67
4,33
9,67
3,67
6,33
6,67
6,00
9,67
90,33
75,99
75,00
68,01
66,33
83,34
82,34
87,67
76,34
84,33
62,00
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Lampiran 6. Persen tutupan komunitas karang di Lokasi penyelaman pada kawasan konservasi perairan Nusa Penida Tahun 2012
Jenis Life Form Karang Keras (HC) Karang Lunak (SC) Living Others Tutupan Komunitas Karang Kategori
Atuh 3m
10 m
54,33
Tower 3m
Ped
Manta Point
Crystal Bay
Buyuk
3m
10 m
3m
10 m
3m
10 m
Mangrove Point 3m 10 m
10 m
3m
10 m
66,00
18,33
40,00
42,33
20,67
45,00
34,33
14,33
61,67
50,00
66,67
4,00
17,67
44,33
3,00
30,00
26,00
34,50
44,33
57,00
6,33
34,67
13,00
4,67
12,00
3,67
9,00
7,67
13,33
17,50
1,33
13,67
4,33
5,00
7,00
63,00
95,67
66,33
52,00
80,00
60,00
97,00
79,99
85,00
72,33
89,67
86,67
Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sumber Data : CTC, 2012
77
78
Lampiran 7. Karakteristik Responden Pada Rumah Tangga Masyarakat Pelaku Wisata/ Pedagang di Nusa Penida Umur
Pendidikan
Jumlah Anggota
Pendapatan
Lama Tinggal
(Tahun)
Formal
Keluarga (Orang)
(Rp)
(Tahun)
5.000.000 3.000.000 3.000.000 2.500.000 5.000.000 3.000.000 3.000.000 20.000.000 2.500.000 3.000.000 50.000.000
28 30 32 28 38 40 40 58 34 37 365
4,4
5.000.000
36,5
Desa Ped 3 9 5 3 5 3 6 5 8 3 50
1.000.000 5.000.000 5.000.000 2.500.000 3.000.000 4.500.000 5.000.000 3.000.000 5.000.000 1.000.000 35.000.000
40 48 51 42 44 56 40 46 46 30 443
5
3.500.000
44,3
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Ratarata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Ratarata
28 30 32 28 38 40 40 58 34 37 365
Desa Toyapakeh D2 5 SMA 3 SMA 3 SMA 4 SMA 4 SD 5 SMP 5 SMA 6 SD 4 SMP 5 44
36,5 40 48 51 42 44 56 40 46 46 30 44,3
SMA S2 S1 SMA SMA S1 SMA S1 SMA SD
79
Lampiran 7. Lanjutan.... Umur
Pendidikan
Jumlah Anggota
Pendapatan
Lama Tinggal
(Tahun)
Formal
Keluarga (Orang)
(Rp)
(Tahun)
37 54 52 49 43 60 38 23 26 27 409
Desa Sakti SMP 5 SD 12 SD 5 SD 10 SD 4 SD 4 SMP 4 SD 3 S1 3 S1 5 55
1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 3.000.000 3.000.000 14.000.000
37 54 52 49 43 60 38 23 26 27 409
40,9
5,5
1.400.000
40,9
5.000.000 7.000.000 10.000.000 5.000.000 7.000.000 5.000.000 5.000.000 3.000.000
40 37 48 35 37 24 45 45
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Ratarata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Ratarata
40 37 48 35 37 24 45 45
Desa Jungut Batu SMA 6 SMA 3 S1 4 SMA 3 SMA 6 S1 6 S1 4 SMA 4
311
36
47.000.000
311
38,875
4,5
5.875.000
38,875
80
Lampiran 8. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Responden Pada Rumah Tangga Pekerja Wisata/Pedagang di Nusa Penida No
(Rp)
Pendapatan Perkapita Skor (S) Bobot (B)
SXB
Konsumsi / Pengeluran Perkapita (Rp) Skor (S) Bobot (B) SXB
(%)
Pendidikan Keluarga Skor (S) Bobot (B)
SXB
Desa Toyapakeh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.000.000 1.000.000 1.000.000 625.000 1.250.000 600.000 600.000 3.333.333 625.000 600.000
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
400.000 666.667 833.333 375.000 1.125.000 600.000 500.000 1.166.667 450.000 400.000
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
100 66,67 66,67 50 100 80 100 100 75 100
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 12 12 8 12 12 12 12 12 12
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
15 15 15 15 15 15 15 15 15 5
100 100 100 100 80 100 83,33 100 100 100
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Desa Ped 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
333.333 555.556 1.000.000 833.333 600.000 1.500.000 833.333 600.000 625.000 333.333
2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
12 18 18 18 18 18 18 18 18 12
283.333 388.889 600.000 500.000 400.000 566.667 500.000 150.000 875.000 66.667
3 3 3 3 3 3 3 3 3 1
Lampiran 8. Lanjutan......... No
(Rp)
Pendapatan Perkapita Skor (S) Bobot (B)
SXB
Konsumsi/ Pengeluaran Perkapita (Rp) Skor (S) Bobot (B) SXB
(%)
Pendidikan Keluarga Skor (S) Bobot (B)
SXB
Desa Sakti 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
200.000 83.333 200.000 100.000 250.000 250.000 250.000 333.333 1.000.000 600.000
2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
12 12 12 12 12 12 12 12 18 18
200.000 83.333 140.000 75.000 125.000 250.000 150.000 166.667 333.333 250.000
3 1 2 1 2 3 3 3 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
15 5 10 5 10 15 15 15 15 15
80 91,67 80 70 100 100 100 66,67 100 60
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 12 12 12 12 12 12 12 12 8
5 5 5 5 5 5 5 5
15 15 15 15 15 15 15 15
83,33 66,67 100 100 100 100 100 50
3 3 3 3 3 3 3 2
4 4 4 4 4 4 4 4
12 12 12 12 12 12 12 8
Desa Jungut Batu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata2
833.333 2.333.333 2.500.000 1.666.667 1.166.667 833.333 1.250.000 750.000 1.416.667
3 3 3 3 3 3 3 3
6 6 6 6 6 6 6 6
18 18 18 18 18 18 18 18
250.000 1.000.000 1.250.000 1.000.000 500.000 416.667 450.000 475.000 667.708
3 3 3 3 3 3 3 3
87,5
81
82
Lampiran 8. No
(%)
Lanjutan..... Kesehatan Skor Bobot (S) (B)
SX B
Jmlh
Kondisi Rumah Skor Bobot (S) (B)
SX B
Jmlh
Fasilitas Rumah Skor Bobot (B) (S)
Tingkat SX B
Total
Kesejahteraan
Desa Toyapakeh 1
0
3
3
9
20
3
2
6
24
3
1
3
63
Tinggi
2
0
3
3
9
19
3
2
6
23
3
1
3
63
Tinggi
3
0
3
3
9
18
3
2
6
22
3
1
3
63
Tinggi
4
25
2
3
6
19
3
2
6
23
3
1
3
56
Tinggi
5
0
3
3
9
19
3
2
6
21
3
1
3
63
Tinggi
6
0
3
3
9
19
3
2
6
22
3
1
3
63
Tinggi
7
0
3
3
9
19
3
2
6
23
3
1
3
63
Tinggi
8
0
3
3
9
21
3
2
6
25
3
1
3
63
Tinggi
9
0
3
3
9
18
3
2
6
22
3
1
3
63
Tinggi
10
0
3
3
9
19
3
2
6
23
3
1
3
63
Tinggi
Desa Ped 1
0
3
3
9
19
3
2
6
13
1
1
1
55
Tinggi
2
0
3
3
9
20
3
2
6
22
3
1
3
63
Tinggi
3
0
3
3
9
19
3
2
6
22
3
1
3
63
Tinggi
4
0
3
3
9
17
3
2
6
20
2
1
2
62
Tinggi
5
0
3
3
9
18
3
2
6
11
1
1
1
61
Tinggi
6
0
3
3
9
20
3
2
6
20
2
1
2
62
Tinggi
7
0
3
3
9
18
3
2
6
20
2
1
2
62
Tinggi
8
0
3
3
9
20
3
2
6
22
3
1
3
63
Tinggi
9
0
3
3
9
18
3
2
6
17
2
1
2
62
Tinggi
10
0
3
3
9
20
3
2
6
19
2
1
2
46
Sedang
Lampiran 8. Lanjutan.... No
Kesehatan Skor Bobot (S) (B)
(%)
SX B
Jmlh
Kondisi Rumah Skor Bobot (S) (B)
SX B
Jmlh
Fasilitas Rumah Skor Bobot (S) (B)
Tingkat SX B
Total
Kesejahteraan
Desa Sakti 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
40 17 20 0 25 50 0 67 0 0
2 3 3 3 2 2 3 1 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6 9 9 9 6 6 9 3 9 9
19 19 18 18 19 19 18 17 20 12
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
6 6 6 6 6 6 6 6 6 4
23 26 12 19 18 20 12 14 16 15
3 3 1 2 2 2 1 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 1 2 2 2 1 2 2 2
54 47 50 46 48 53 55 50 62 56
Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
23 22 24 15 24 18 22 18
3 3 3 2 3 2 3 2
1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 2 3 2 3 2
63 63 63 59 63 62 60 58
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Desa Jungut Batu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata2
0 0 0 33 0 0 25 0
3 3 3 2 3 3 2 3
7
3 3 3 3 3 3 3 3
9 9 9 6 9 9 6 9
18 19 20 18 19 15 20 17
18,25
3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2
6 6 6 6 6 6 6 6
20,75
61,375
Tinggi
83
84
Lampiran 9. Hasil Analisis Indeks Kesesuaian Area Ekowisata Kategori Wisata Selam (Diving) Parameter 1 Kecerahan Perairan (%) Tutupan Komunitas Karang (%) Jenis Life Form Jenis Ikan Karang Kecepatan Arus (cm/det) Kedalaman Terumbu Karang Total Nilai IKW (Indeks Kesesuaian) Kategori
Kategori 2 >80 (S1) >50 - 75 (S2) 7 - 12 (S2) 50 - 100 (S2) > 50 (N) 6-15 (S1)
Toyapakeh Skor (S) Bobot (B) 3 4 3 5 2 5 2 3 2 3 0 1 3 1
SXB 5 15 10 6 6 0 3
Kategori 6 50 - 80 (S2) >50 - 75 (S2) > 12 (S1) 50 - 100 (S2) > 50 (N) 15 -20 (S2)
1 Kecerahan Perairan (%) Tutupan Komunitas Karang (%) Jenis Life Form Jenis Ikan Karang Kecepatan Arus (cm/det) Kedalaman Terumbu Karang Total Nilai IKW (Indeks Kesesuaian) Kategori
Bobot (B) 8 5 5 3 3 1 1
40 74,07 Sesuai Kategori
Skor (S)
Bobot (B)
SXB
Kategori
2 > 80 (S1)
3 3
4 5
5 15
>50 - 75 (S2)
2
5
10
7 - 12 (S2) 50 - 100 (S2) > 50 (N) 6 - 15 (S1)
2 1 0 3
3 3 1 1
6 3 0 3 37 68,52
6 > 80 (S1) >50 - 75 (S2) > 12 (S1) >100 (S1) > 50 (N) 6 - 15 (S1)
Sesuai
SXB 9 10 10 9 6 0 2 37 68,52 Sesuai
Sakti Parameter
Ped Skor (S) 7 2 2 3 2 0 2
Jungut Batu Skor Bobot (S) (B) 7 8 3 5
SXB 9 15
2
5
10
3 3 0 3
3 3 1 1
9 9 0 3 46 85,19 Sangat Sesuai
Lampiran 10. Hasil Analisis Indeks Kesesuaian Area Ekowisata Kategori Snorkling Parameter 1 Kecerahan Perairan (%) Tutupan Komunitas Karang (%) Jenis Life Form Jenis Ikan Karang Kecepatan Arus (cm/det) Kedalaman Terumbu Karang Lebar Hamparan Dasar Karang (m) Total Nilai IKW (Indeks Kesesuaian) Kategori
Kategori 2 >80 (S1) >50 - 75 (S2) 7 - 12 (S2) 50 - 100 (S2) > 50 (N) 6-15 (S1) > 500 (S1)
Toyapakeh Skor Bobot (S) (B) 3 4 3 5
Ped SXB
Kategori
Skor (S)
Bobot (B)
SXB
5 15
6 50 - 80 (S2)
7 2
8 5
9 10
2
5
10
>50 - 75 (S2)
2
5
10
2
3
6
> 12 (S1)
3
3
9
2
3
6
50 - 100 (S2)
2
3
6
0 3 3
1 1 1
0 3 3 43 75,44 Sangat Sesuai
> 50 (N) 15 -20 (S2) > 500 (S1)
0 2 3
1 1 1
0 2 3 40 70,18 Sesuai
85
86
Lampiran 10. Lanjutan... Parameter 1 Kecerahan Perairan (%) Tutupan Komunitas Karang (%) Jenis Life Form Jenis Ikan Karang Kecepatan Arus (cm/det) Kedalaman Terumbu Karang Lebar Hamparan Dasar Karang (m) Total Nilai IKW (Indeks Kesesuaian) Kategori
Kategori 2 > 80 (S1) >50 - 75 (S2) 7 - 12 (S2) 50 - 100 (S2) > 50 (N) 6 - 15 (S1) > 500 (S1)
Sakti Skor Bobot (S) (B) 3 4 3 5
SXB
Kategori
5 15
2
5
10
2
3
6
6 > 80 (S1) >50 - 75 (S2) > 12 (S1)
2
3
6
0 3 3
1 1 1
0 3 3 43 75,44 Sangat Sesuai
Jungut Batu Skor Bobot (S) (B) 7 8 3 5
SXB 9 15
2
5
10
3
3
9
>100 (S1)
3
3
9
> 50 (N) 6 - 15 (S1) > 500 (S1)
0 3 3
1 1 1
0 3 3 49 85,96 Sangat Sesuai
Lampiran 11. Hasil Analisis Indeks Kesesuaian Area Ekowisata Kategori Wisata Pantai (Rekreasi) Parameter 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai Lebar Pantai (m) Material Dasar Perairan Kecepatan Arus (m/det) Kemiringan Pantai ( 0 ) Kecerahan Perairan Penutupan Lahan Pantai Biota Berbahaya Ketersediaan Air Tawar Total
Toyapakeh Skor Bobot Kategori (S) (B) 2 3 4 0 - 3 (S1) 3 5 Pasir Putih (S1) 3 5 10 - 15 (S2) 2 5 Karang berpasir (S2) 2 3 0,34 - 0,51 (S3) 1 3 10 - 25 (S2) 2 3 > 10 (S1) 3 1 Pemukiman (N) 0 1 Tidak Ada (S1) 3 1 < 0,5 (S1) 3 1
SXB 5 15 15 10 6 3 6 3 0 3 3 64
Ped Skor Kategori (S) 6 7 0 - 3 (S1) 3 Pasir Putih, Sdikit Karang 2 3 - < 10 (S3) 1 Karang Berpasir (S2) 2 0,34 - 0,51 (S3) 1 10 - 25 (S2) 2 > 10 (S1) 3 Pemukiman (N) 0 Tidak Ada (S1) 3 > 0,5 - 1 (S2) 2
Bobot (B) 8 5 5 5 3 3 3 1 1 1 1
SXB 9 15 10 5 6 3 6 3 0 3 2 53
Nilai IKW (Indeks Kesesuaian)
71,11
58,89
Kategori
Sesuai
Sesuai
87
88
Lampiran 11. Lanjutan...... Parameter 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai Lebar Pantai (m) Material Dasar Perairan Kecepatan Arus (m/det) Kemiringan Pantai ( 0 ) Kecerahan Perairan Penutupan Lahan Pantai Biota Berbahaya Ketersediaan Air Tawar Total Nilai IKW (Indeks Kesesuaian)
Kategori
Kategori 2 0 - 3 (S1) Pasir Putih (S1) > 15 (S1) Pasir (S1) 0,34 - 0,51 (S3) 10 - 25 (S2) >10 (S1) Kelapa, Lahan Terbuka Tidak Ada (S1) < 0,5 (S1)
Sakti Skor (S) 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3
Jungut Batu Bobot (B) 4 5 5 5 3 3 3 1 1 1 1
SXB
Kategori
Skor (S)
Bobot (B)
SXB
5 15 15 15 9 3 6 3 3 3 3 75
6 0 - 3 (S1) Pasir Putih (S1) 10 - 15 (S2) Karang Berpasir (S2) 0,34 - 0,51 (S3) < 10 (S1) > 10 (S1) Hutan Bakau (N) Bulu Babi (S2) > 0,5 - 1 (S2)
7 3 3 2 2 1 3 3 0 2 2
8 5 5 5 3 3 3 1 1 1 1
9 15 15 10 6 3 9 3 0 2 2 65
83,33
72,22
Sangat Sesuai
Sesuai
Lampiran 12. Hasil Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk Ekowisata Bahari Kategori Selam (Diving)
Loksai Penelitian
Atuh Buyuk Crystal Bay Manta Point Mangorve Point Ped Tower Sental Batu Nunggul Suana Sakenan Ceningnan Wall Gamat Malibu Tanjung Samuh Manta 2 Total
Jumlah Pengunjung (K)
Unit Area (Lt) (m2)
Luas area yang dimanfaatkan (Lp) (m2)
Waktu yang dibutuhkan (Wp) (Jam)
Total waktu satu hari (Wt) (Jam)
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000
20722 21605 26500 14397 24309 15313 17927 4224 9000 9003 5401 5400 5850 2700 6300 3530
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
38184
Daya Daya Dukung Dukung Kawasan Pemanfaatan (DDK) (DDP)
83 86 106 58 97 61 72 17 36 36 22 22 23 11 25 14
8 9 11 6 10 6 7 2 4 4 2 2 2 1 3 1
153
15
89
90
Lampiran 13. Hasil Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk Ekowisata Bahari Kategori Snorkling
Loksai Penelitian
Toyapakeh Ped Sakti Jungut Batu Total
Jumlah Pengunjung (K)
Unit Area (Lt) (m2)
Luas area yang dimanfaatkan (Lp) (m2)
Waktu yang dibutuhkan (Wp) (Jam)
Total waktu satu hari (Wt) (Jam)
1 1 1 1
500 500 500 500
15380 25060 1520 11020
3 3 3 3
6 6 6 6
Daya Daya Dukung Dukung Kawasan Pemanfaatan (DDK) (DDP) 62 100 6 44 212
6 10 1 4 21
Lampiran 14. Hasil Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata Pantai (Rekreasi Pantai)
Loksai Penelitian
Toyapakeh Ped Sakti Jungut Batu Total
Jumlah Pengunjung (K)
Unit Area (Lt) (m)
Luas area yang dimanfaatkan (Lp) (m)
Waktu yang dibutuhkan (Wp) (Jam)
Total waktu satu hari (Wt) (Jam)
1 1 1 1
50 50 50 50
356 457 675 1560
3 3 3 3
6 6 6 6
Daya Daya Dukung Dukung Kawasan Pemanfaatan (DDK) (DDP) 14 18 27 62 122
1 2 3 6 12
91
92
Lampiran 15 .
No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Data Kunjungan Wisatawan Daya Tarik Wisata (DTW) di Kabupaten Klungkung Tahun 1998 s/d 2012 Lokasi Wisata yang Memiliki Daya Tarik Wisata Kertha Gosa Goa Lawah Kawasan Nusa Penida Rafting 84,471 3,404 6,196 5,253 93,938 37,885 3,977 7,474 62,595 21,290 4,750 4,392 74,240 30,913 93,155 1,180 53,967 19,796 83,046 4,189 30,461 21,810 49,465 4,082 47,010 23,395 79,967 9,936 72,389 33,740 57,493 4,937 46,286 28,951 49,040 2,566 71,057 34,370 37,157 2,443 79,028 45,870 150,931 1,929 68,218 51,906 75,511 2,053 54,457 51,260 133,633 3,904 54,684 52,309 173,528 3,524 56,734 53,109 183,953 3,988
Sumber Data : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Klungkung (2012)
93
Lampiran 16.
Hasil Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Kesejahteraan Keluarga dengan Karakteristik Indikator yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan
X1
X1 1.000
X2 0.650**
X3 -0.175
X4 0.405*
X5 -0.098
X6 0.444**
Y 0.102
X2
0.650**
1.000
;-0.114
0.023
-0.064
0.240
0.101
**
0.069
0.023
X3
-0.175
-0.114
1.000
-0.127 0.562
X4
0.405
*
0.023
-0.127
1.000
-0.071
0.109
0.064
X5
-0.098
-0.064
0.562** -0.071
1.000
0.134
0.039
X6
**
0.240
0.069
0.109
0.134
1.000
0.726**
0.101
0.023
0.064
0.039
0.726**
1.000
0.444
Y
0.102
Keterangan : X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y * **
: : : : : : : : :
Tingkat Pendapatan/Penghasilan Keluarga Tingkat Konsumsi/Pengeluaran Keluarga Tingkat Pendidikan Keluarga Tingkat Kesehatan Keluarga Kondisi Perumahan Fasilitas Perumahan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Hubungan nyata pada α = 0,05 Hubungan Sangat nyata pada α = 0,01
94
Lampiran 17. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar harga Konstan 2000 Tahun 2009 – 2011
No
Lapangan Usaha
ADH Berlaku
2009 ADH Konstan 2000
ADH Berlaku
2010 ADH Konstan 2000
ADH Berlaku
2011 ADH Konstan 2000
1 2 3 4 5
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bangunan
778.738,45 94.568,82 246.786,12 38.444,19 181.737,11
404.640,77 48.913,12 113.899,33 14.304,86 70.810,14
845.590,48 99.898,52 285.860,60 44.501,13 211.167,23
413.226,75 48.892,74 122.222,06 15.605,76 76.626,97
885.022,16 104.891,14 309.467,55 50.901,61 241.982,94
417.443,64 48.404,09 126.449,79 16.920,70 83.160,02
6
Perdagangan, hotel, dan restoran
504.015,54
278.421,66
570.800,43
298.735,01
644.422,72
325.787,98
7
Pengangkutan dan Komunikasi
151.014,36
63.343,55
172.785,63
66.955,98
194.709,64
71.274,49
8
Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
70.832,81
35.405,45
82.283,52
38.242,52
91.173,63
40.657,22
375.790,04
210.804,05
435.467,05
227.381,16
500.215,32
253.792,29
9
Lampiran 18. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabuapten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 – 2011 No
Lapangan Usaha
ADH Berlaku
2009 ADH Konstan 2000
ADH Berlaku
2010 ADH Konstan 2000
ADH Berlaku
2011 ADH Konstan 2000
1 2 3 4 5
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bangunan
778.738,45 94.568,82 246.786,12 38.444,19 181.737,11
404.640,77 48.913,12 113.899,33 14.304,86 70.810,14
845.590,48 99.898,52 285.860,60 44.501,13 211.167,23
413.226,75 48.892,74 122.222,06 15.605,76 76.626,97
885.022,16 104.891,14 309.467,55 50.901,61 241.982,94
417.443,64 48.404,09 126.449,79 16.920,70 83.160,02
6
Pengangkutan dan Komunikasi
151.014,36
63.343,55
172.785,63
66.955,98
194.709,64
71.274,49
7
Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Pariwisata
70.832,81
35.405,45
82.283,52
38.242,52
91.173,63
40.657,22
879.805,58
489.225,71
1.006.267,48
526.116,17
1.144.638,04
579.580,27
8
95
96
Lampiran 19. Dokumentasi Objek Wisata yang dijumpai diKkawasan Wisata Nusa Penida (Sumber : Coral Triangle Center)
97
98
Lampiran 20. Dokumentasi Pengambilan Data di Lapangan
99
100
Lampiran 21. Kegiatan yang diperbolehkan dan dilarang dalam Zonasi KKP Nusa Penida (Fauziyah, 2012) No
Zona 1.
2.
1
Inti
3. 4. 5. 6. 1.
2.
3. 2
Perikanan Berkelanjutan 4. 5. 6. 7.
Kegiatan yang diperbolehkan Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. Pemulihan dan rehabilitasi ekosistem Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk mengumpulkan data dasar Penelitian terapan menggunakan metode survey untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi Pendidikan tanpa pengambilan material langsung dari alam Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. Pengelolaan jenis sumberdaya ikan beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan antara populasi dengan habitatnya Alur migrasi biota perairan Pemulihan Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar Penelitian terapan tanpa menggunakan metode survey untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi
1.
2. 3. 4.
5. 1.
2. 3. 4. 5.
Kegiatan yang dilarang Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat Kegiatan budidaya laut Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata mancing, wisata budaya, kapal pesiar, serta wisata memberi makan ikan Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat Kegiatan budidaya laut Kegiatan wisata memberi makan ikan Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, dan bangunan wisata
No
3
Zona
Pariwisata Bahari Khusus
Kegiatan yang diperbolehkan 8. Pendidikan biologi, ekologi, sosial-ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 9. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan /penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat yang tidak merusak 10. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa menggunakan alat , berenang, snorkling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata mancing, wisata budaya, serta kapal pesiar 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. 3. Pengelolaan jenis sumberdaya ikan beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan antara populasi dengan habitatnya 4. Alur migrasi biota perairan 5. Pemulihan 6. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 7. Penelitian terapan tanpa menggunakan metode survey untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 8. Pendidikan biologi, ekologi, sosial-ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 9. Pada jam 4 sore hingga jam 9 pagi diijinkan kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat ramah lingkungan.
Kegiatan yang dilarang
1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat 3. Kegiatan budidaya laut 4. Kegiatan wisata memberi makan ikan 5. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat
101
102
No
Zona
4
Pariwisata Bahari
Kegiatan yang diperbolehkan 10. Pada jam 9 pagi hingga jam 4 sore diijinkan kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa menggunakan alat , berenang, snorkling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata mancing, wisata budaya, serta kapal pesiar 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. 3. Pengelolaan jenis sumberdaya ikan beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan antara populasi dengan habitatnya 4. Alur migrasi biota perairan 5. Pemulihan 6. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 7. Penelitian terapan tanpa menggunakan metode survey untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 8. Pendidikan biologi, ekologi, sosial-ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 9. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan /penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat yang tidak merusak 10. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa menggunakan alat , berenang, snorkling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata mancing, wisata budaya, serta kapal pesiar
Kegiatan yang dilarang
1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat 3. Kegiatan budidaya laut 4. Kegiatan wisata memberi makan ikan 5. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat
No
Zona
5
Budidaya Rumput Laut
6
Suci
Kegiatan yang diperbolehkan 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. 3. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 4. Penelitian terapan tanpa menggunakan metode survey untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 5. Pendidikan biologi, ekologi, sosial-ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 6. Budidaya rumput laut menggunakan sistem tancap 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. 3. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 4. Penelitian terapan tanpa menggunakan metode survey untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 5. Pendidikan biologi, ekologi, sosial-ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 6. Kegiatan wisata penyelaman 7. Aktivitas budidaya rumput laut 8. Peribadatan umat Hindu
Kegiatan yang dilarang 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat 3. Kegiatan budidaya laut selain rumput laut 4. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata mancing, wisata budaya, kapal pesiar, serta wisata memberi makan ikan 5. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat 3. Kegiatan budidaya laut 4. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata mancing, wisata budaya, kapal pesiar, serta wisata memberi makan ikan 5. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat
103
104
No
Zona
7
Pelabuhan
Kegiatan yang diperbolehkan 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. 3. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 4. Penelitian terapan tanpa menggunakan metode survey untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 5. Pendidikan biologi, ekologi, sosial-ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 6. Pelayaran dan Pelabuhan
Kegiatan yang dilarang 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat 3. Kegiatan budidaya laut 4. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata mancing, wisata budaya, kapal pesiar, serta wisata memberi makan ikan 5. Pembangunan infrastruktur bangunan
105
Lampiran 22.
Kuisioner yang di Gunakan dalam Penelitian PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN SEKOLAH PASCASARJANA – INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kepada Yth : Bapak/Ibu/Saudara(i) Responden, Untuk keperluan Penyusunan Tugas Akhir (Thesis) Pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya : Nama : Marjan Bato – Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Dengan Judul : Kajian Manfaat Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Bagi Pengembangan Ekowisata Bahari (Studi Kasus di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali) Sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk dapat meluangkan waktunya menjawab beberapa pertanyaan yang nantinya akan dijadikan sebagai data dalam penelitian ini. Atas pastisipasinya diucapkan terima kasih. Hari/ tanggal : .............../.......November 2012 Pewawancara : Marjan Bato Lokasi Penelitian : Nusa Penida I.
DATA WISATAWAN (Tourism Data) 1. 2. 3. 4. 5.
II.
Nama responden (Name of Respondent) Umur (Age) Jenis Kelamin (Sex) Lama tinggal (Lengh of Stay) Pendidikan (Education)
: : : : :
INFORMASI DARI WISATAWAN (Tourism Information) 1. Berasal dari manakah Anda (Where are you come from)? a. Indonesia b. USA c. Inggris (English) d. Negara Eropa Lain (Other, Eropean country) e. Negara Asia Lain (Other Asian country) f. Lainnya (Other) :...................... 2. Apakah ini kunjungan Anda yang pertama (Is this your first visit)? a. Ya/ Yes ( lanjut ke No. 2.a ) b. Tidak/ No ( lanjut ke No. 2.b ) c. Tidak Tahu (Don’t Know)
106
2. (a) Mengapa Anda mengunjungi kawasan wisata bahari Nusa Penida (Why are you coming to this area)? a. Ingin kehidupan bawah lautnya (I want to see under water world here) b. Mau menikmati kehangatan matahari (I want to enjoy sunbathing) c. Semua diatas (To see all above) d. Tidak ada tujuan khusus (No spesific plan) e. Lainnya (Other) :........................... 2. (b) Kalau Anda datang lagi kemari atau merekomendasikan kawan Anda untuk datang kemari, apa yang menjadi daya tariknya (If you come back to visit the park again or recommend it to friends to visit, what would be the main reason the attraction for visiting)? a. Alamnya indah (The nature is so beautiful) b. Orangnya ramah (Friendly people) c. Hidup disini murah (Living here is so cheap) d. Nilai Sejarahnya (Historical features) e. Lainnya (Other) :................................... 3. Apakah Anda tahu bahwa kawasan wisata Nusa Penida sekarang menjadi Kawasan Konservasi Perairan (Do you know that Nusa Penida become a marine protected area)? a. Ya/ Yes (lanjut ke nomor 4/ Next to the nomber 4) b. Tidak / No (lanjut ke nomor 5 / next to the number 5) 4. Dari mana informasinya Anda dapatkan (How did you get information about) ? a. Internet (Internet) b. Brosur tentang Nusa Penida (Brochures of Nusa Penida) c. Pemerintah setempat (The local government) d. Kawan/rekan (Friends) e. Biro perjalanan (Travel agent) f. Lainnya (Others) ............... 5. Apakah pekerjaan Anda sekarang (What is your current job)? a. Mahasiswa/ Pelajar (Student) b. Pekerja (Employee) c. Tidak Bekerja (Jobless) d. Pengusaha (Bussiness Person) e. Pegawai Negeri (Government Employee) f. Peneliti (Researcher) g. Tidak tahu (No answer) h. Lainnya (Others) :........................... 6. Dari mana Anda mendapat informasi mengenal kawasan wisata bahari Nusa Penida (How did you get information about this marine tourism)? a. Dari Internet (From Internet) b. Dari Kawan (From Friends) c. Dari Brosur (From Brochures) d. Dari biro perjalanan (From a travel agent) e. Others :...................
107
7.
Kepada siapa Anda akan menceritakan pengalaman Anda di kawasan wisata bahari Nusa Penida (Whom will you share your experience in this area with)? a. Kawan (Friends) b. Tidak akan saya bagi (I will not share my experience) c. Keluarga (Family) d. Lainnya (Others) :............................. 8. Bagaimana perasaan anda selama berada dikawasan wisata bahari Nusa Penida khususnya keindahan alam bawah lautnya (How did you feel as long as, you are in this area particularly the beauty of nature under water)? a. Sangat puas (very satisfied) b. Puas (Satisfied) c. Tidak puas (Not satisfied) 9. Selama Anda berada di kawasan wisata bahari Nusa Penida adakah yang membuat Anda tidak puas (as long as in Nusa Penida, what makes your unsatisfied)? a. Jasa pemandunya buruk (Poor guide services) b. Tidak dapat melihat kehidupan liar (Difficult to see wildlife) c. Produk wisatanya sedikit (Not enough tourism services) d. Akomodasi dan pelayanannya kurang (Poor accomodation and its service) e. Aksesnya sulit (The Sows is difficult) f. Lainnya (Others) :......................................... 10. Dapatkah Anda menyebutkan hal-hal apa saja yang menurut Anda dapat meningkatkan layanan kawasan wisata bahari Nusa Penida (Can you mention, some other points that could improve tourism in this marine tourism in Nusa Penida)? a. Melatih pemandu agar dapat bercerita banyak dan berbahasa inggris (To train local guides to be more interpretative and fluent in English) b. Membuat suatu paket wisata yang profesional (To create a proffesional tourism package) c. Menaikkan harga tanda masuk wisata bahari (To increase the enterence fee) d. Memperbaiki infrastruktur (To improve infrastructure) 11. Jika menurut Anda kondisi kawasan wisata bahari Nusa Penida saat ini buruk, apakah yang menurut Anda penyebabnya (if you think the area of marine tourism in Nusa Penida to be damage, what is are the underlying cause(s))? a. Terumbu karangnya rusak (The coral is damaged) b. Hewannya hilang (The animals are extinct) c. Pantainya kotor (The beach is polluted) d. Tidak tahu (Don’t Know) e. Lainnya (Others) : .............................
108
12. Apakah yang harus dilakukan agar alam di kawasan wisata bahari ini lestari (What do you think should be taken to sustain this marine tourism)? a. Meningkatkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat (To increase local pride and awarness) b. Memberikan sumber pendapatan dari sektor wisata (To offer benefit of tourism to local people) c. Meningkatkan penegakan hukum dan patroli (To enforce law and Patrolling) d. Menarik dana konservasi dari para pengunjung (To draw conservation fee from visitor) e. Lainnya (Others) : ......................................................... 13. Menurut Anda, atraksi tambahan apa di masa datang yang menurut Anda bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk datang kesini kembali (What do you feel could be and additional, future attraction for tourists coming to this Park)? a. Berkemping (Camping) b. Melihat burung (Bird Watching) c. Memancing (Fly Fishing) d. Menyelam dan Snorkling (Diving and Snorcling) e. Tidak tahu f. Others : .......................................... 14. Kira-kira berapa Anda berencana akan menghabiskan uang per hari disini (What is the total amount per day per person that you plan to spend during your visit to this area) ? a. < Rp. 50.000 b. Rp 50.000 - Rp. 100.000 c. Rp. 100.000 - Rp 500.000 d. > Rp 500.000 e. Tidak tahu (Don’t know) f. Others : ......................................... 15. Berapakah Anda bersedia membayar untuk masuk ke kawasan wisata bahari Nusa Penida (How much would you willing to pay as fee to enter this marine tourism)? a. < 3 US$ b. 3 – 5 US$ c. 5 - 7 US$ d. 7 – 10 US$ e. > 10 US$ f. Others : ...................... TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA (Thank You for Your Attention)
109
b.
Kuisioner Data Pelaku Wisata PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN SEKOLAH PASCASARJANA – INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kepada Yth : Bapak/Ibu/Saudara(i) Responden, Untuk keperluan Penyusunan Tugas Akhir (Thesis) Pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya : Nama : Marjan Bato – Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Dengan Judul : Kajian Manfaat Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Bagi Pengembangan Ekowisata Bahari (Studi Kasus di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali) Sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk dapat meluangkan waktunya menjawab beberapa pertanyaan yang nantinya akan dijadikan sebagai data dalam penelitian ini. Atas pastisipasinya diucapkan terima kasih. Tanggal Desa
: ...... November 2012 : __________________
I. INFORMASI DEMOGRAFI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama responden Umur Jenis Kelamin Asal Lama tinggal Agama Bahasa Suku Pendidikan tertinggi Pengalaman Organisasi
: : : : : : : : : : 1. ................................................................................ 2. ................................................................................ 3. ................................................................................
11. Jika Anda merupakan pendatang, apa yang menjadi alasan kepindahan Anda ke daerah ini? (pilih salah satu) a. Mencari ikan c. Keluarga/saudara/teman e. Hal lain..... b. Pekerjaan wisata
d. Kesehatan/spiritual
12. Berapa banyak orang yang tinggal di rumah Anda? Kategori Jumlah ( orang) Tingkat Pendidikan (Orang) Pria dewasa a. SD (.....) b. SMP (.....) c. SMA (.....) d. S1 (....) Wanita dewasa a. SD (.....) b. SMP (.....) c. SMA (.....) d. S1 (....) Anak laki-laki a. SD (.....) b. SMP (.....) c. SMA (.....) d. S1 (....) Anak perempuan a. SD (.....) b. SMP (.....) c. SMA (.....) d. S1 (....)
110
II. INFORMASI SOSIAL EKONOMI 13. Lama jadi pekerja wisata :……..Tahun 14. Apakah ayah Anda seorang pekerja wisata? a. Ya 15. Apa jenis keindahan alam yang merupakan atraksi bagi dari satu) a. Terumbu Karang (diving) e. b. Terumbu karang (snorkling) f. c. Berjemur/sunbathing g. :....................... d. Berenang di Pantai 16. Apakah Anda tahu dengan jenis ikan Mola-mola yang Penida? a. Ya b. Tidak 17. Kapan dan dimana biasanya Mola-mola muncul.........
b. Tidak wisatawan? (Bisa Pilih lebih Ikan Mola-mola Ikan Pari Manta Lain-lain (sebutkan)
menjadi daya tarik di Nusa
18. Jika Anda seorang Pekerja wisata apakah terdapat perubahan jenis usaha Anda sebelum dan sesudah pembentukan kawasan konservasi di Nusa Penida. III. INFORMASI MANAJEMEN 19. Adakah daerah dimana orang/wisatawan dilarang beraktifitas wisata? Sebutkan :................................................................................................................ 20. Adakah waktu tertentu di mana orang/wisatawan dilarang beraktifitas wisata? Sebutkan : ............................................................................................................... 21. Adakah larangan tertentu dalam beraktifitas wisata? Sebutkan : ............................................................................................................... 22. Jika Anda mengantar wisatawan beraktifitas wisata menggunakan kapal/perahu, teknik sandar kapal/perahu yang digunakan: (tanyakan jika responden adalah guide/boat operator) a. Menggunakan jangkar besi c. Menggunakan jangkar batu b. Mengikat tali kapal pada karang d. Mengikat tali kapal pada pelampung (buoy) e. Lainnya... 23. Jika menggunakan jangkar, dimana Anda meletakannya? a. Terumbu karang c. Pantai b. Pasir d. Dimana saja e. Lainnya... 24. Lokasi tujuan wisata yang sering dikunjungi Oleh wisatawan : No Jenis wisata Nama Lokasi Nama pulau 1 2 3 4 5 6 7 8
Menyelam (diving) Snorkeling Berenang di pantai Berjemur/sunbathing Wisata mangrove Memancing Ikan Mola-mola Ikan Pari Manta
111
IV. PERSEPSI MENGENAI SUMBERDAYA ALAM 25. Bagaimana perkiraan Anda mengenai kondisi kunjungan wisatawan 3 tahun ke depan: a. Semakin banyak b. Banyak c. Cukup d. Sedikit e. Sangat sedikit f. Sama saja g. Tidak Tahu 26. Menurut Anda, kegiatan apa saja yang membuat para wisatawan berkurang/berkunjung di Nusa Penida 27. Apa yang dilakukan oleh masyrakat untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Apakah membantu Meningkatkan Promosi 28. Bisakah saudara ceritakan kondisi terumbu karang di daerah ini? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Rusak e. Sangat rusak dibandingkan dengan 5 tahun yang lalu apakah a. Semakin baik b. Lebih baik, c. Lebih Buruk, d. Sama saja, e. Tidak tahu 29. Apa saja yang bisa mengganggu kondisi karang? 30. Menurut Anda tindakan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi karang? V. PEMAHAMAN PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUT 31. Apakah Anda tahu bahwa wilayah perairan Nusa Penida telah dicadangkan sebagai kawasan konservasi Perairan? a. Ya b. Tidak 32. (Jika no. 31 menjawab ’ya’) Apakah Anda tahu tujuan adanya kawasan konservasi perairan? a. Ya b. Tidak kalau Ya, sebutkan apa saja tujuannya:
33. Menurut Anda siapa yang mempunyai tugas untuk mengelola kawasan konservasi peraiaran a. Masyarakat b. Pemerintah c. Pemerintah daerah (Kabupaten/kecamatan) d. LSM e. Bersama f. Tidak tahu 34. Apakah kawasan Konservasi Nusa Penida sudah memberi manfaat bagi Anda? a. Ya b. Tidak Jika Ya, seperti apa dampak yang Anda rasakan : Jika Tidak mengapa?
112
35. Menurut Anda siapa saja yang mendapat manfaat dari kawasan konservasi di Nusa Penida a. Pemerintah b. Pengusaha Resort c. Masyarakat lokal d. Dive Operator e. Nelayan f. Pekerja wisata g. Aparat desa h. LSM i. Semua 36. Apakah Anda mengetahui program-program pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dilakukan di wilayah ini? a. Tahu b.Tidak tahu Jika tahu, apa saja program-program tersebut? Menurut Anda apa dampaknya bagi masyarakat di sekitar sini? Program-program pemerintah
Dampak (membantu/tidak berdampak/merugikan)
37. Menurut pendapat Anda, apa saja persoalan utama yang dihadapi oleh masyarakat disini berkaitan dengan adanya kawasan konservasi perairan di Nusa Penida? Apa yang Anda harapkan untuk masyarakat disini kedepannya? Jika jawabannya sejahtera, menurut Anda apa arti sejahtera itu? 38. Apa saran Anda untuk perbaikan kegiatan wisata di Nusa Penida? .......................................................................................................
VI. PENGETAHUAN TERHADAP PERATURAN 39. Apakah Anda mengetahui peraturan-peraturan tentang kawasan konservasi perairan di Nusa Penida? a. Ya b. Tidak 40. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai peraturan-peraturan tersebut? a. Pengelola KKP c. Instansi pemerintah b. Warga desa/tetangga/tokoh masyarakat
d. Sumber lain..........
41. Apakah Anda ikut serta dalam penyusunan peraturan-peraturan tersebut kesepakatan dalam pengelolaan? a. Ya b. Tidak 42. Apa kendala dalam mengimplementasikan peraturan tersebut?
113
VII. KEPATUHAN DAN PARTISIPASI 43. Apakah Anda akan menerima dan mendukung adanya status Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida? a. Ya, b. Tidak VIII. KESEJAHTERAAN 44. Jika boleh tahu, berapa pendapatan Anda per bulan ? a. < Rp 1.000.000,b. Rp 1.000.000,- - Rp 3.000.000,c. Rp 3.100.000,- - Rp 5.000.000,d. > Rp 5.000.000,Lima tahun lalu berapa pendapatan Anda? Apakah sama dengan yang sekarang, lebih kecil dari yang sekarang atau lebih meningkat dari yang sekarang?
1 .
45. Kepemilikan Kondisi Perumahan : -. Atap -. Dinding -. Status Kepemilikan -. Jenis Lantai -. Luas Lantai
2 .
(Pilih Salah satu dari setiap kondisi perumahan) 1. daun, 2. Sirep, 3. Seng, 4. Asbes, 5. genteng 1. bambu, 2. bambu kayu, 3. Kayu, 4. setengah tembok, 5. Tembok 1. numpang, 2. sewa, 3. milik sendiri 1. tanah, 2. Papan, 3. Plester, 4. Ubin, 5. porselin 1. sempit (50 m2), 2. sedang ( 50 - 100 m2), 3. luas (> 100 m2)
Fasilitas Perumahan : -. Pekarangan
1. luas (50 m2), 2. sedang ( 50 - 100 m2), 3. Sempit ( > 100 m2) -. Hiburan 1. radio, 2. tape recorder, 3. TV, 4. video -. Pendingin 1. alam, 2. kipas angin, 3. lemari es, 4. AC -.Sumber penerangan 1. lampu tempel, 2. Petromak, 3. listrik -. Bahan Bakar 1. kayu, 2. minyak tanah, 3. gas -. Sumber air 1. sungai, 2. air hujan, 3. mata air, 4. sumur gali, 5.PAM -. MCK 1. kebun, 2. sungai/laut, 3. kamar mandi umum, 4. kamar mandi sendiri 46. Berapa rata-rata pengeluaran Rumah Tangga Anda per bulannya? Sebutkan! Dibandingkan dengan 5 tahun yang lalu, apakah pendapatan bapak a. Meningkat ........(berapa % peningkatannya?) b. Menurun .......(berapa % penurunannya?) Pengeluarannnya untuk kebutuhan apa saja................... 47. Dalam satu (1) tahun terakhir , apakah ada anggota keluarga yg sering sakit atau dirawat dirumah sakit? a. Ya b. Tidak Jika Ya, berapa orang ..................................
114
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 26 Maret 1981 di Pomalaa sebagai anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan alm. Yohanis Bato dengan Ibu tercinta Maria Pabuntang. Penulis telah menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1993 dari SDN Pesouha, tahun 1996 dari SMP Negeri 1 Dawi-Dawi, dan pada tahun 1999 dari Sekolah Menengah Atas (SMA) dari SMA Negeri 1 Pomalaa. Pada tahun 2000, Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin di Makassar dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2006, Penulis menjadi dosen honorer di Universitas YAPIS Papua, pada Program Studi Ilmu Perikanan. Tahun 2008, Penulis pindah ke Provinsi Papua Barat dan menjadi dosen honorer di Universitas Negeri Papua (UNIPA) Manokwari. Pada tahun 2011, merupakan anugerah yang terindah dari Tuhan Yesus memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL) melalui Beasiswa Unggulan Dikti. Puji Tuhan, pada tanggal 27 Agustus 2013, Penulis boleh menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor.