KAJIAN MANFAAT KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BAGI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI (STUDI KASUS DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA, BALI)
MARJAN BATO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Bagi Pengembangan Ekowisata Bahari (Studi Kasus di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Marjan Bato NIM C252110121
1
RINGKASAN MARJAN BATO. Kajian Manfaat Kawasan Konservasi Perairan Bagi Pengembangan Ekowisata Bahari (Studi Kasus Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali). Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA dan ACHMAD FAHRUDDIN. Pengembangan kawasan konservasi perairan bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dengan keinginan untuk melestarikan sumberdaya alam. Seiring dengan perkembangannya, kawasan konservasi perairan telah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan seperti sebagai tempat penelitian, perlindungan alam, pelestarian spesies dan keragaman genetik, kegiatan wisata, kegiatan pendidikan lingkungan serta perlindungan unsur alam atau budaya yang spesifik. Nusa Penida merupakan salah satu calon kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia dan telah dicadangkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten Klungkung (Perbup) No. 12 Tahun 2010 dengan status kawasan adalah taman wisata perairan. Salah satu alasan pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu karena Nusa Penida memiliki organisme spesifik atau endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu, dan lumba-lumba sehingga dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk dikonservasi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Nusa Penida dengan 4 (empat) lokasi pengamatan yaitu Desa Toyapakeh, Desa Ped, Desa Sakti dan Desa Jungut Batu. Keempat desa ini dipilih karena merupakan daerah yang pengembangannya diarahkan kepada kegiatan wisata. Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji manfaat Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida bagi pengembangan ekowisata bahari dengan mengkaji manfaat yang dirasakan oleh masyarakat yang berada di Nusa Penida, baik masyarakat lokal, pemerintah maupun pihak swasta yang menjadi stakeholder di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida dengan mempertahankan kondisi ekologi kawasan tersebut. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kondisi ekologi khususnya terumbu karang berada pada kondisi/kategori yang baik dengan indeks mortalitas karang berkisar antara 0 – 0,01 pada kedalaman 3 meter dan 0 – 0,025 pada kedalaman 10 meter. Tingkat kerusakan karang di kawasan Nusa Penida sangat kecil atau dengan kata lain tidak ada perubahan yang mendasar dari karang hidup menjadi hamparan karang mati di kawasan Nusa Penida. Walaupun kondisi bioekologi kawasan Nusa Penida dikategorikan baik sampai dengan sangat baik tetapi dari segi pengelolaan belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari persentase tutupan komunitas karang yang tiap tahunnya masih terjadi naik-turun atau tidak stabil. Ikan karang yang ditemukan di kawasan Nusa Penida ± 576 jenis yang terdiri dari ikan mayor, ikan target dan ikan indikator. Berdasarkan hasil analisis indeks kesesuaian ekowisata bahari, kawasan Nusa Penida sesuai untuk aktivitas selam (diving), snorkeling dan rekreasi pantai. Namun, kunjungan wisatawan ke Nusa Penida sudah melebihi daya dukung kawasan yaitu 183.977 orang/tahun sedangkan daya dukung kawasannya sekitar 177.755 orang/tahun.
2
Karakteristik wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida sangat bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa wisatawan yang terbanyak berkunjung ke Nusa Penida berasal dari negara Australia (41,8%), Amerika (10%) dan Jepang (9%). Dan dari hasil penelitian diperoleh 67 responden untuk wisatawan baik domestik maupun internasional masing-masing berasal dari negara Indonesia, Amerika, Inggris, Jepang, Swiss, Republik Cheko, Perancis, Jerman, Australia, Denmark, Belanda, Kanada, dan Kolombia. Pencadangan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida telah berlangsung selama kurang lebih tiga tahun. Dalam perjalanannya telah memberi manfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan masyarakat setelah dicadangkannya kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu meningkat sekitar 10% - 30%. Bukan hanya masyarakat lokal tetapi juga pihak swasta dan pemerintah. Adapun manfaat yang terlihat bagi pemerintah yaitu terjadinya laju pertumbuhan perekonomian pemerintah daerah Kabupaten Klungkung melalui peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) dari sektor wisata yaitu sebesar 5,67% dari tahun 2009-2011. Sedangkan untuk pihak swasta terbukanya peluang usaha di bidang wisata seperti bertambahnya dive operator, hotel, homestay, villa, bungalow, watersport dan resort yang juga secara langsung bermanfaat bagi masyarakat yaitu terbukanya lapangan kerja di bidang pariwisata. Kata kunci: Ekowisata bahari, Kawasan konservasi perairan, Manfaat kawasan konservasi perairan, dan Nusa Penida
3
SUMMARY MARJAN BATO. Study The Benefit of Marine Protected Areas for Development of Marine Ecotourism (Study Case on Marine Protected Area of Nusa Penida, Bali). Supervised by FREDINAN YULIANDA and ACHMAD FAHRUDIN. Development of Marine Protected Areas (MPA) aims to harmonize the economic needs of the community with the disire to consrve natural resources. Along with its development, Marine Protected Areas has been used for various purposes such as the place of research, environmental protection, preservation of species and genetic diversity, tourism activies, environmental education and protection of natural or cultural elements specific.. Nusa Penida is one of the candidate Marine Protected Areas in Indonesia and have been reserved by regulation of Regent of Klungkung Regency No. 12 of 2010. The status of the areas is a tourist park waters. One of reasons for to conservation reserve in Nusa Penida, becouse Nusa Penida have a specific organism/ endemic who can become an attraction for tourist such as : sunfish, manta rays, turtles and dolphins. This research was conducted in the Distric of Nusa Penida with four (4) location in the village of Nusa Penida such as Toyapakeh Village, Ped Village, Sakti Village and Jungut Batu Village. The four villages was selected becouse its development were directed to areas of tourist activities. The general objective of this study is to assess the benefit of Marine Protected Areas in Nusa Penida for the development of marine ecotourism by reviewing the benefits felt by the community who are in Nusa Penida, local community, government and private who become stakeholders in Marine Protected Areas and maintain the condition of the regions ecology. Results of this study showed that the ecological condition of coral reefs in particular was good category with coral mortality index range 0-0,01 at a depth of three meters and 0 – 0,025 at a depth of ten meters. Level of coral damage in Nusa Penida are very small or in others words there are no fundamental change from a live coral reef become the expanse of dead corals in Nusa Penida. Although the bioecology condition of Nusa Penida are categorized good until very good but not optimal in terms of management. It can be seen from percentage cover of coral communities that occur eac year are still up-down or unstable. Reef fish are found in Nusa Penida ± 576 species, consisting major fish, target fish, and indicators fish. Based on the anaysis of marine ecotourism suitability index, Nusa Penida appropriate for diving activities, snorkeling, and beach recreation. However, tourist visit to Nusa Penida already exceeded the carrying capacity of the area were 183.977 persons/year while the carrying capacity to the region around 177.755 persons/years. Characteristics of tourists visiting in Nusa Penida was very varied. the result showed that most travelers who visit in Nusa Penida was Australia (41,8%), American (10%) and Japan (9%). And the results obtained from 67 respondents, domestic and international tourist each country comes from Indonesia, America,
4
England, Japan, Switszerland, Czech Republic, France, Germany, Australia, Denmark, Netherland, Canada and Colombia. Marine Protected Areas in Nusa Penida had been held fo more than three years. It can be seen from the public revenue after reserved conservation area in Nusa Penida was an increase of approximately 10% - 30%. Not only the local community but also the private sector and government The benefit of being visible to the government that the economic growth rate of Klungkung Regency through increased regional gross domestic product (GDP) of the tourism sector in the amount of 5,67% from the year 2009-2011. For Private sector opening to bussiness opportunies such as increased dive operators, hotels, homestay, villas, bungalows, watersport and resorts are directly benefit for the lokal community work opportunities in the field of tourism. Keywords: Marine Ecotourism, Marine Protected Areas, Nusa Penida, and The Benefit of Marine Protected Area.
5
PRAKATA Segala puji dan syukur serta hormat hanya bagi Allah Bapa yang telah menganugerahkan kasih dan rahmatNya, sehingga penyusunan karya ilmiah (Tesis) ini dapat dikerjakan sebagaimana mestinya. Penyusunan tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan para dosen pembimbing yang dengan hormat penulis sebutkan namanya yaitu Bapak Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc sebagai pembimbing ketua serta Bapak Dr Ir Achmad Fahruddin, MSi sebagai pembimbing anggota oleh karena itu diucapkan terima kasih. Seiring dengan selesainya penulisan tesis ini, dengan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Bapak Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA sebagai ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. 2. Bapak Dr Ir Handoko Adi Susanto, SPi, MSc selaku penguji luar komisi pada ujian tesis. Terima kasih atas saran-saran yang diberikan dalam melengkapi dan memperbaiki penulisan Tesis ini. 3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor melalui Beasiswa Unggulan (BU) Tahun 2011. 4. Pimpinan Universitas Negeri Papua (UNIPA) atas rekomendasinya untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor dengan jalur beasiswa DIKTI. 5. Marine Protected Areas Governance (MPAG) yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Nusa melalui bantuan dana Penelitian. 6. Coral Triangle Center (CTC) Bali yang telah membantu penulis selama mengambil data dilokasi penelitian, serta telah berkontribusi dalam menyediakan data-data yang dibutuhkan. 7. Pemerintah Kab. Klungkung yang boleh memberikan ijin bagi penulis melaksanankan penelitian di daerahnya. 8. Mama dan adik serta sanak saudara saya tercinta yang telah memberi dukungan baik secara moral maupun atas doa-doanya. 9. Mas Triyadi Purnomo dan Keluarga serta rekan-rakan SPL 2011 yang boleh memberi dukungan dan bantuan serta partisipasi dalam penyelesaian penulisan tesis ini. 10. Adik Krisye dan Hendra yang boleh membantu penulis untuk mengambil data di lapangan. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung penyelesaian tugas akhir penulis, semoga Tuhan memberkati segala bantuan dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. Pada akhirnya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis. Bogor, Agustus 2013 [
Marjan Bato 6
1
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Pengelolaan sumberdaya perairan melalui pengelolaan kawasan konservasi perairan merupakan suatu tindakan/langkah kooperatif yang dilakukan untuk mengembangkan suatu kawasan perairan. Pengelolaan kawasan konservasi perairan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem dari kerusakan dan kepunahan akibat pemanfaatan yang berlebihan dan tidak terkontrol. Kawasan konservasi perairan mempunyai peranan yang sangat penting baik secara ekologis maupun ekonomis, sehingga pengelolaannya harus menjadi prioritas utama. Petrosillo et al. (2007) menyatakan bahwa tujuan dibentuknya kawasan konservasi perairan adalah untuk melindungi seluruh sistem sosialekologi, meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat lokal, mengembangkan ekowisata dan mendorong pelestarian budaya tradisional. Pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati tetapi juga akan mendukung pengelolaan perikanan berkelanjutan dan peningkatan ekonomi melalui aktivitas ekowisata bahari (PISCO 2002, Gell and Roberts 2003). Kawasan konservasi perairan dan ekowisata merupakan satu kesatuan yang saling mendukung yang mana konsep dari pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan kawasan konservasi (Yulianda et al. 2010). Drumm and Moore (2005) mengungkapkan bahwa ekowisata merupakan strategi dalam pengembangan kawasan konservasi, dimana keduanya merupakan simbiosis mutualisme yakni ekowisata memerlukan kawasan konservasi dan sebaliknya kawasan konservasi memerlukan ekowisata. Pengembangan kawasan konservasi perairan bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dengan keinginan untuk melestarikan sumberdaya alam. Seiring dengan perkembangannya, kawasan konservasi perairan telah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan seperti sebagai tempat penelitian, perlindungan alam, pelestarian spesies dan keragaman genetik, kegiatan wisata, kegiatan pendidikan lingkungan serta perlindungan unsur alam atau budaya yang spesifik. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadikan kawasan konservasi sebagai salah satu sarana yang dapat menunjang perekonomian negara. Oleh karena itu telah banyak peraturan perundangundangan ataupun turunannya tentang kawasan konservasi diantaranya adalah Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 (telah direvisi dengan Undang-Undang No. 45 Tahun 2009) tentang Perikanan, Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. Per.16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Permen KP No. Per. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
7
Nusa Penida merupakan salah satu kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia dan telah dicadangkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten Klungkung (Perbup) No. 12 Tahun 2010 dengan status kawasan adalah taman wisata perairan. Salah satu alasan pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu karena Nusa Penida memiliki organisme spesifik atau endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu, dan lumba-lumba sehingga dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk dikonservasi. Pencadangan kawasan konservasi perairan khususnya di Nusa Penida mempunyai dampak bagi masyarakat dan lingkungan laut (ekologi) yang berada di kawasan Nusa Penida karena kawasan ini dianggap sebagai kawasan wisata yang telah berkembang dan telah dikelola selama hampir 3 (tiga) tahun. Dampak yang dapat ditimbulkan bisa positif dan juga bisa negatif. Berdampak positif jika pengelolaan selama ini telah mensejahterakan masyarakat dan melindungi lingkungan laut (ekologi) dalam hal ini terumbu karang, dan organisme spesifik/ endemik yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu dan lumbalumba yang menjadi objek wisata terbesar serta organisme lainnya dan memiliki daya tarik bagi wisatawan. Dan sebaliknya akan berdampak negatif jika tidak adanya perbaikan terhadap lingkungan laut (ekologi) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, sehingga dalam pengelolaan wilayah pesisir khususnya di kawasan konservasi perairan perlu memperhatikan keseimbangan dari kedua aspek tersebut. Pengelolaan kawasan konservasi perairan berbasis masyarakat merupakan suatu upaya atau usaha masyarakat dan pemerintah untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas sumberdaya yang didalamnya terdapat ekosistem terumbu karang dan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya lainnya yang berasosiasi dengan terumbu karang sehingga mendatangkan nilai ekonomi dan sosial bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan wilayah pesisir khususnya pada wilayah kajian yaitu Nusa Penida. Kawasan ini telah dicadangkan menjadi kawasan konservasi perairan yang dikelola oleh pemerintah setempat, masyarakat dan LSM secara bersama-sama. Pelletier et al. (2005) mengemukakan bahwa kinerja keberhasilan suatu kawasan konservasi perairan dapat diukur dari tiga sudut pandang penting yakni ekologi, ekonomi dan sosial. Beberapa variabel ekologi yang dapat diukur diantaranya ialah (a) kekayaan spesies dan indeks keanekaragaman, (b) kelimpahan invertebrata, (c) penutupan karang, (d) distribusi spasial spesies, (e) komposisi spesies dan kepadatan relatif. Variabel ekonomi yang dapat diukur diantaranya adalah (a) biaya pengelolaan, (b) jumlah kunjungan dan pengeluaran kasar secara langsung terkait dengan kawasan konservasi, (c) perubahan dalam upaya penangkapan ikan. Kemudian variabel sosial yang dapat diukur diantaranya adalah (a) persepsi masyarakat, (b) frekuensi pertemuan antara masyarakat dan pengelola kawasan konservasi perairan. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan dan kondisi saat ini pada kawasan konservasi perairan di Nusa Penida yang telah dicadangkan sebagai kawasan konservasi perairan, maka dibutuhkan suatu kajian ilmiah tentang manfaat kawasan konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari, untuk melihat sejauh mana manfaat yang dirasakan oleh masyarakat yang berada disekitar kawasan tersebut
8
dan berdampak bagi kehidupan sosial dan perekonomian serta memelihara dan menjaga kelestarian ekologi kawasan.
1.2
Perumusan Masalah
Kawasan konservasi perairan pada dasarnya memiliki tujuan supaya tercapainya keterpaduan antara kepentingan ekologis, sosial dan ekonomi. Dengan dicadangkannya suatu kawasan menjadi kawasan konservasi itu berarti bahwa kawasan tersebut secara ekologis diharapkan dapat melindungi, memelihara dan melestarikan ekosistem yang ada dan yang berasosiasi dengannya sedangkan terhadap kondisi sosial dan ekonomi diharapkan supaya tercipta suatu sistem dan mekanisme pengelolaan yang berbasis masyarakat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspek hukum dalam pemanfaatan potensinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Pengelolaan kawasan konservasi khususnya bagi perairan laut yang akan dijadikan sebagai objek wisata seharusnya berbasis ekowisata. Mengapa harus berbasis ekowisata? Karena tujuan dari kegiatan ekowisata yaitu meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh wisatawan terhadap lingkungan/ekologi namun memberi manfaat bagi masyarakat lokal yaitu meningkatnya kesejahteraan. Ekowisata bahari dalam kawasan konservasi telah banyak dilakukan diberbagai tempat dan telah memberi manfaat kepada masyarakat lokal seperti di Great Barrier Reef Australia (Harriott, 2002), Bagalangit, Mabini (Oraciona et al. 2005), Torre Guaceto di Italy (Petrosillo et al. 2007), Pulau Calamianes di Philipina (Fabinyi, 2008), Montego Bay di Jamaica (Red-Grant and Bhat, 2009) serta beberapa Negara Asia Selatan seperti Pakistan, India, Srilanka, Maldives, dan Bangladesh (IUCN, CORDIO, dan ICRAN, 2008). Di Indonesia, kawasan konservasi perairan telah berkembang dan berdasarkan data telah terbentuk seluas 15,7 ha sampai pada tahun 2012 (Ruchimat et al. 2012). Berkembangnya kawasan konservasi di Indonesia tidak diiringi dengan kajian manfaat kawasan konservasi perairan tersebut terhadap kehidupan masyarakat serta lingkungan, oleh karena itu penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida belum menerapkan konsep ekowisata secara utuh. 2. Data atau informasi tentang bioekologi di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida belum tersedia secara lengkap. 3. Belum tersedia secara lengkap data atau informasi tentang karakteristik wisatawan yang berkunjung di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida. 4. Pengembangan ekowisata bahari di Kawasan Konservasi Perairan akan memberi dampak/ manfaat terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat pesisir.
9
1.3 1. 2. 3. 4. 5.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah Mengkaji manfaat kawasan konservasi perairan di Nusa Penida dengan menggunakan konsep ekowisata. Mengidentifikasi kondisi bioekologi kawasan wisata Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali Menggambarkan karakteristik pengunjung/wisatawan daerah wisata Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali Mengkaji dampak pengembangan ekowisata bahari terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat pesisir kawasan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali Membuat rekomendasi pengelolaan wisata bahari yang memberi dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di kawasan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Sebagai Informasi dasar bagi pengembangan ekowisata bahari di kawasan konservasi perairan di Nusa Penida. 2. Memberikan masukan bagi pengelola kawasan konservasi untuk mengelola kawasan konservasi di Nusa Penida secara efektif dan berkelanjutan 3. Sebagai referensi untuk pengembangan kawasan konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.5
Kerangka Alur Pikir Penelitian
Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida dicadangkan berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten klungkung No. 12 tahun 2010 tepatnya pada tanggal 7 Juli 2010. Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan tersebut dimanfaatkan untuk wisata bahari, perikanan yang berkelanjutan, budidaya ramah lingkungan, penelitian dan pengembangan sosial ekonomi masyarakat serta pemanfaatan sumberdaya laut lainnya secara lestari. Sebelum Kabupaten Klungkung khususnya Kecamatan Nusa Penida dicadangkan sebagai kawasan konservasi, kegiatan wisata sudah berkembang. Pengelolaan kawasan konservasi di Nusa Penida sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah yang bekerja sama dengan masyarakat, lembaga swadaya dan Coral Triangel Center (CTC). Walaupun kawasan konservasi Nusa Penida telah dicadangkan, namun yang menjadi kendala adalah apakah pengelolaannya didasarkan pada prinsip ekowisata atau hanya untuk kepentingan
10
pendapatan daerah semata sehingga prinsip-prinsip yang menjadi dasar dari pengelolaan kawasan konservasi menjadi terabaikan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka disusun sebuah kerangka pemikiran seperti yang tertuang pada Gambar 1. Kerangka pemikiran ini didasarkan pada pencadangan Nusa Penida sebagai kawasan konservasi perairan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Pengelolaannya ini akan dianalisis apakah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip ekowisata atau belum dengan menggunakan indeks kesesuaian ekowisata bahari dengan daya dukung kawasan di Nusa Penida dan dibandingkan dengan kondisi aktual atau eksisting apakah sudah mempunyai dampak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian dan kealamian alam yang tersedia di Nusa Penida. Berdasarkan analisis gap yang dilakukan maka di buat rekomendasi pengelolaan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida dengan tujuan untuk memanfaatkan kawasan konservasi tersebut secara optimal. Adapun kerangka alur pikir penelitian ini adalah sebagai berikut : Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida (Peraturan Bupati Kab. Klungkung No. 12 Tahun 2010)
Potensi Wisata Bahari
Pemanfaatan Berbasis Ekowisata
Pemanfaatan Aktual/ Existing
Analisis Kesesuaian & Daya Dukung Ekowisata Bahari Analisis Gap Kesejahteraan Masyarakat Sesuai Prinsip Ekowisata
Rekomendasi Pengelolaan
Gambar 1. Kerangka alur pikir penelitian
11
Pemanfaatan Optimal
63
7
KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan konservasi perairan di Nusa Penida dapat dimanfaatkan untuk aktifitas ekowisata selam (diving), snorkeling dan wisata pantai (rekreasi pantai) karena nilai indeks kesesuaiannya berada pada kategori sesuai dan sangat sesuai. Sedangkan daya dukung kawasan (DDK) di Nusa Penida sebesar 177.755 orang/tahun. 2. Kondisi Bioekologi kawasan wisata Nusa Penida dalam hal ini kondisi terumbu karang dan ikan karang dalam kategori baik. 3. Wisatawan yang berkunjung di kawasan Nusa Penida terbanyak berasal dari Australia kemudian dari Amerika dan Jepang. Data kunjungan wisata dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. 4. Manfaat dicadangkannya kawasan konservasi perairan di Nusa Penida berupa peningkatan jumlah wisatawan yang berdampak kepada penghasilan rumah tangga dengan tingkat kenaikan pendapatan berkisar antara 10-30%, serta adanya peningkatan pendapatan daerah yang dilihat dari peningkatan PDRB khususnya dari sektor wisata sebesar 5,67% dari tahun 2009 ke tahun 2011.
7.2 1. 2.
3.
4.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengkaji manfaat secara menyeluruh dari kawasan konservasi perairan bagi masyarakat di Nusa Penida. Perlu mengadakan kajian secara menyeluruh tentang kesesuaian kawasan wisata dan daya dukung kawasan di kawasan konservasi perairan Nusa Penida sehingga diperoleh data yang lengkap untuk menyususn program yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat Nusa Penida Perlu meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap tujuan dibentuknya kawasan konservasi perairan di Nusa Penida dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik manfaat secara langsung maupun manfaat yang tidak langsung. Untuk memenuhi tujuan pembentukkan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida bagi pengembangan ekowisata bahari maka diperlukan sarana dan prasarana yang menunjang khususnya sarana dan prasarana yang ramah lingkungan seperti tidak menggunakan bahan bangunan dari batu karang, pembangunan hotel tidak boleh di pinggir pantai, dan lain-lain.
12