perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO
Skripsi Oleh: Ika Wahyuti NIM K1503027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO
Oleh: Ika Wahyuti NIM K1503027
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Chundakus Habsya M. Sa NIP 19730727 198003 1 002
Rima Sri Agustin ST, MT NIP 1979 0816 200604 2 002
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Agus Efendi M. Pd
...................................
Sekretaris
: Drs. Bambang Sulistyo Budhi
...................................
Anggota I
: Ir. Chundakus Habsya M. Sa
...................................
Anggota II
: Rima Sri Agustin ST, MT
..................................
Disahkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ika Wahyuti. DESAIN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Mei 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hal-hal spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa, (2) lay out furniture ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo, (3) sistem pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Penelitian ini dilaksanakan di kompleks Hotel Sahid Jaya Solo yang berlokasi di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah “Purposive Sampling” yaitu, mengambil data tidak secara acak tetapi berdasarkan sampel yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) wawancara, yaitu mencari sumber data yang langsung pada nara sumber dengan menggunakan seperangkat pertanyaan baku dan dipakai untuk menangkap data, baik secara eksplisit maupun tacit, (2) observasi, yaitu melakukan pengamatan pada obyek penelitian secara mendetail dan mencermati segala sesuatu obyek, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang dialami obyek, (3) mencatat arsip dan dokumentasi, yaitu pengarsipan dari dokumen yang telah ada dan pengambilan data obyek. Teknik analisis data digubakan model analisis interaktif yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji validitas dengan trianggulasi data. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) hal-hal spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Ornamen pada Pedan Ball Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa manusia atau tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana. Pedan Ball Room tidak terdapat adanya aksesori. Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah. Ornamen pada Langen Harjo Executive Lounge, Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak terdapat adanya ornamen. Hanya terdapat aksesori yang berupa aksesori dekoratif, yaitu lukisan dan tanaman. (2) lay out furniture ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Lay out pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge diantaranya diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, restaurant style, dan cocktail style dengan kapasitas ruang pertemuan yang berbeda-beda. (3) pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Pencahayaan alami dan buatan dengan pemilihan jenis lampu sebagai general lighting dengan menggunakan down light, lampu TL, dan Lampu halogen spott light pemasangannya pada ceiling. Wall lamp pemasangannya pada wall dan lampu gantung crome cabe pemasangannya digantung yang berfungsi sebagai decorative lighting. Sistem penghawaan ruang
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertemuan menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC semi sentral dan AC split dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling. Akustik ruang pertemuan. Untuk mendukung akustik pada ruang pertemuan digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Hidup ini surga, pintunya ada di hati (Kahlil Gibran).
Jika kita bersedia menerima matahari beserta kehangatannya, kita juga harus siap menerima petir dan halilintar (kahlil Gibran).
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Persembahan khusus atas karya ini teruntuk: 1. Ayah, Bunda, Bapak dan Ibu angkatku, serta Eyang atas pengorbanan, doa, dan kasih sayang yang tak mampu terlukiskan. 2. Saudara-saudaraku, kakakku Pipiet sekeluarga dan adik-adikku tersayang Winda, Canggih, Dwi. 3. Calon pendamping hidupku kelak yang masih menjadi rahasia-Nya.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan banyak permasalahan dan hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya permasalahan dan hambatan yang dialami dapat diatasi. Untuk itulah, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini; 2. Ketua Jurusan Pendidikan dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi kepada penulis; 3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan yang telah memberikan izin penulisan skripsi kepada penulis; 4. Ir. Chundakus Habsya M. Sa., selaku Pembimbing I dan Rima Sri Agustin, ST. MT., selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan nasihat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini; 5. Bapak Stephanus., selaku Asisten Manager Personalia Hotel Sahid Jaya Solo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini; 6. Bapak Nono., selaku Assisten Manager Engginering yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini; 7. Seluruh staf Hotel Sahid Jaya Solo yang membantu terlaksananya penelitian ini; 8. Keluarga besar Kelompok Peron Surakarta atas rumah, keluarga, dan kehidupan yang telah penulis dapatkan; 9. Dhian Novitasari atas persahabatan dan bantuan yang telah diberikan, dan 10. Teman-teman PTS / B angkatan 2003 atas bantuan yang telah diberikan.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, pembaca, dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Surakarta,
Penulis
commit to user x
Juli 2008
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL .................................................................................................................... i PERSETUJUAN .................................................................................................... iii PENGESAHAN ...................................................................................................... iv ABSTRAK .............................................................................................................. vi MOTTO ................................................................................................................. vii PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xxi BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4 1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 4 2. Manfaat Praktis ................................................................................... 4 BAB II. KAJIAN TEORI .......................................................................................... 5 A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... . 5 1. Hotel ..................................................................................................... 5 a. Pengertian Hotel ............................................................................ . 5 b. Klasifikasi Hotel ........................................................................... . 6 2. Kajian Interior Ruang Pertemuan ......................................................... 8 a. Pengertian Kajian ........................................................................... 8 b. Pengertian Interior ......................................................................... 8 c. Ruang Pertemuan .......................................................................... 8 d. Elemen Desain Interior ................................................................... 9 1.) Lantai ..................................................................................... 9
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.) Elemen Vertikal ................................................................... 11 a) Dinding ............................................................................ 11 b) Pintu ……………………………………………………. 13 c) Jendela ………………………………………………….. 14 3.) Ceiling ……………………………………………………... 15 4.) Furniture …………………………………………………… 18 5.) Warna ……………………………………………………… 19 6.) Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang .................. 20 a) Sistem Pencahayaan .......................................................... 20 (1) Pencahayaan Alami .................................................. 20 (2) Pencahayaan Buatan ................................................ 22 b) Sistem Penghawaan .......................................................... 26 c) Akustik Ruang ................................................................. 27 7.) Ornamen dan Aksesori ......................................................... 29 a) Ornamen .......................................................................... 29 (1) Motif Ornamen ......................................................... 30 (a) Motif Geometris .................................................. 30 (b) Motif Naturalis ................................................... 31 (2) Motif Ukiran Khas Tradisional Jawa ....................... 32 b) Aksesori ........................................................................... 33 3. Lay Out Interior Ruang Pertemuan ................................................... 34 a. Obyek Lay Out Ruang Pertemuan .............................................. 34 1.) Meja ..................................................................................... 34 2.) Tempat Duduk .................................................................... 34 3.) Mimbar ................................................................................. 34 4.) Stage ..................................................................................... 34 b. Lay Out Ruang Pertemuan ........................................................... 34 B. Kerangka Berfikir .................................................................................... 41 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 43 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 43 1. Tempat Penelitian ............................................................................... 43 2. Waktu Penelitian ................................................................................ 43
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................................ 43 C. Sumber Data ........................................................................................... 44 1. Instrumen .......................................................................................... 44 2. Informan ............................................................................................ 44 3. Tempat atau Obyek ............................................................................ 44 4. Studi Pustaka ...................................................................................... 44 5. Dokumentasi ...................................................................................... 45 D. Teknik Sampling .................................................................................... 45 E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 45 1. Wawancara ........................................................................................ 46 2. Observasi ........................................................................................... 46 3. Menelaah Dokumen .......................................................................... 46 F. Validitas Data .......................................................................................... 46 G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 47 1. Reduksi Data ...................................................................................... 48 2. Penyajian Data .................................................................................. 48 3. Penarikan Kesimpulan ...................................................................... 48 H. Prosedur Penelitian .................................................................................. 48 1. Tahap Persiapan Penelitian ................................................................ 49 2. Tahap Pengumpulan Data ………………………………………….. 49 3. Tahap Analisis Data ………………………………………………. 49 4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian ………………………………. 49 BAB IV. HASIL PENELITIAN ………………………………………………….. 51 A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………………… 51 1. Sejarah Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo ………………………… 51 2. Struktur Organisasi .......................................................................... 53 3. Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo ....................................... 53 a. Pedan Ball Room ......................................................................... 54 b. Sukoharjo Meeting Room ........................................................... 54 c. Langen Harjo Executive Lounge ................................................ 55 B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................................... 55 1. Data Spesifikasi Ruang Pertemuan .................................................. 56
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pedan Ball Room ......................................................................... 56 1) Lantai .................................................................................... 56 2) Elemen Vertikal .................................................................
57
a) Dinding ............................................................................ 57 b) Pintu dan Jendela ............................................................ 59 3) Ceiling ................................................................................... 60 4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 62 a) Furniture .......................................................................... 62 b) Perlengkapan ................................................................... 64 5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 65 b. Sukoharjo Meeting Room ............................................................ 67 1) Lantai .................................................................................... 67 2) Elemen Vertikal .................................................................
68
a) Dinding ............................................................................ 68 b) Pintu dan Jendela ............................................................ 70 3) Ceiling ................................................................................... 71 4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 72 a) Furniture .......................................................................... 72 b) Perlengkapan ................................................................... 75 5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 75 c. Langen Harjo Executive Lounge ……………………………….. 76 1) Lantai ………………………………………………………. 76 2) Elemen Vertikal .................................................................
77
a) Dinding ............................................................................ 77 b) Pintu dan Jendela ............................................................ 78 3) Ceiling ................................................................................... 79 4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 80 a) Furniture .......................................................................... 80 b) Perlengkapan ................................................................... 82 5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 82 2. Lay Out Furniture ………………………………………………… 83 a. Pedan Ball Room ………………………………………………. 83
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Sukoharjo Meeting Room ……………………………………… 85 c. Langen Harjo Executive Lounge ………………………………. 87 3. Data Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang …… 90 a. Data Sistem Pencahayaan ……………………………………… 90 b. Data Sistem Penghawaan .............................................................. 94 c. Data Akustik Ruang ..................................................................... 96 C. Temuan Studi ......................................................................................... 100 1. Spesifikasi Interior Ruang Pertemuan …………………………….100 a. Pedan Ball Room ……………………………………………….100 b.Sukoharjo Meeting Room …………………………………….....101 c. Langen Harjo Executive Lounge …………………………....... 103 2. Lay Out Ruang Pertemuan ……………………………………… 104 3. Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang ………….104 a. Pedan Ball Room ……………………………………………… 104 b. Sukoharjo Meeting Room …………………………………….. 105 c. Langen Harjo Executive Lounge …………………………...... 106 BAB V.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................. 108 A. Kesimpulan .................................................................................... 108 B. Implikasi ........................................................................................ 111 C. Saran .............................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 114 LAMPIRAN .......................................................................................................... 116
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Ukuran Lubang Pintu .................................................................. 13 Tabel 2. Tingkat Pencahayaan Minimum Hotel dan Restoran ................... 24 Tabel 3. Waktu Penelitian ........................................................................... 43 Tabel 4. Akustik Ruang Pertemuan ........................................................... 96 Tabel 5. Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo ............... 96
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Lantai ...............................................................................................
10
Gambar 2. Macam-macam Lantai Lunak ..........................................................
10
Gambar 3. Dinding ............................................................................................
12
Gambar 4. Ceiling .............................................................................................
17
Gambar 5. Pencahayaan Alami .........................................................................
22
Gambar 6. Pencahayaan Buatan .......................................................................
24
Gambar 7. Penghawaan Alami .........................................................................
27
Gambar 8. AC Split ..........................................................................................
27
Gambar 9. Akustik Ruang .................................................................................
28
Gambar 10. Garis Gelombang dan Lingkaran ................................................... 30 Gambar 11. Berlian ............................................................................................ 31 Gambar 12. Ikal .................................................................................................
31
Gambar 13. Swastika ......................................................................................... 31 Gambar 14. Meander .........................................................................................
31
Gambar 15. Guirlande .......................................................................................
31
Gambar 16. Tumpal ........................................................................................... 31 Gambar 17. Motif Tumbuhan ............................................................................ 31 Gambar 18. Motif Hewan .................................................................................. 31 Gambar 19. Motif Manusia ...............................................................................
31
Gambar 20. Motif Pajajaran ..............................................................................
32
Gambar 21. Motif Mataram ............................................................................... 32 Gambar 22. Motif Majapahit .............................................................................
32
Gambar 23. Motif Bali ....................................................................................... 32 Gambar 24. Motif Jepara ...................................................................................
32
Gambar 25. Motif Cirebon ................................................................................
32
Gambar 26. Motif Pekalongan ........................................................................... 33 Gambar 27. Motif Madura ................................................................................. 33 Gambar 28. Motif Yogyakarta ........................................................................... 33
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 29. Motif Surakarta .............................................................................. 34 Gambar 30. Motif Semarang ………………………………………………….
34
Gambar 31. Lay Out Furniture ………………………………………………..
36
Gambar 32. Lay Out Furniture ………………………………………………..
37
Gambar 33. Lay Out Furniture ………………………………………………..
38
Gambar 34. Lay Out Furniture ………………………………………………..
39
Gambar 35. Lay Out Furniture ………………………………………………..
40
Gambar 36. Lay Out Furniture ………………………………………………..
41
Gambar 37. Alur Kerangka Berfikir ………………………………………….. 43 Gambar 38. Skema Prosedur Penelitian ……………………………………....
51
Gambar 39. Hotel Sahid Jaya Solo …………………………………………… 53 Gambar 40. Peta Hotel Sahid Jaya Solo ………………………………………
53
Gambar 41. Struktur Organisasi Hotel Sahid Jaya Solo .................................... 54 Gambar 42. Pedan Ball Room ...........................................................................
55
Gambar 43. Sukoharjo Meeting Room .............................................................. 56 Gambar 44. Langen Harjo Executive Lounge ...................................................
56
Gambar 45. Lantai Pedan Ball Room ................................................................ 58 Gambar 46. Stage Pedan Ball Room ………………………………………….
58
Gambar 47. Dinding Pedan Ball Room .............................................................
59
Gambar 48. Pintu Pedan Ball Room .................................................................. 59 Gambar 49. Wall Lamp Pedan Ball Room ……………………………………
60
Gambar 50. Ornamen Pedan Ball Room ...........................................................
60
Gambar 51. Pintu Pedan Ball Room .................................................................. 61 Gambar 52. Ceiling Pedan Ball Room ..............................................................
62
Gambar 53. Drop Ceiling Pedan Ball Room .....................................................
62
Gambar 54. Down Light Pedan Ball Room …………………………………... 62 Gambar 55. Meja dan Kursi Pedan Ball Room .................................................
64
Gambar 56. Mimbar Pedan Ball Room .............................................................
64
Gambar 57. Stage Pedan Ball Room ………………………………………….
65
Gambar 58. Screen Pedan Ball Room ………………………………………...
65
Gambar 59. Sound System Pedan Ball Room ………………………………...
65
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 60. Ornamen Dinding Pedan Ball Room …………………………….
67
Gambar 61. Ornamen Ceiling Pedan Ball Room ……………………………..
67
Gambar 62. Aksesori Pedan Ball Room ……………………………………… 67 Gambar 63. Lantai Sukoharjo Meeting Room ………………………………... 68 Gambar 64. Stage Sukoharjo Meeting Room ………………………………... 68 Gambar 65. Dinding Sukoharjo Meeting Room ……………………………… 70 Gambar 66. Dinding Track Wall Sukoharjo Meeting Room …………………. 70 Gambar 67. Pintu Sukoharjo Meeting Room …………………………………
70
Gambar 68. Wall Lamp Sukoharjo Meeting Room ………………………….. 71 Gambar 69. Ornamen Sukoharjo Meeting Room …………………………….. 71 Gambar 70. Pintu Sukoharjo Meeting Room …………………………………
72
Gambar 71. Ceiling Sukoharjo Meeting Room ……………………………….
72
Gambar 72. Down Light Sukoharjo Meeting Room ………………………….
73
Gambar 73. AC Split Sukoharjo Meeting Room ……………………………... 73 Gambar 74. Furniture Sukoharjo Meeting Room …………………………….. 75 Gambar 75. Mimbar Sukoharjo Meeting Room ……………………………… 75 Gambar 76. Stage Sukoharjo Meeting Room ………………………………… 75 Gambar 77. Aksesori Sukoharjo Meeting Room ……………………………... 76 Gambar 78. Screen Sukoharjo Meeting Room ……………………………….. 76 Gambar 79. Ornamen Dinding dan Ceiling Sukoharjo Meeting Room ………
77
Gambar 80. Lantai Langen Harjo Executive Lounge ………………………… 77 Gambar 81. Dinding Langen Harjo Executive Lounge ………………………. 78 Gambar 82. Aksesori Langen Harjo Executive Lounge ……………………… 78 Gambar 83. Wall Lamp Langen Harjo Executive Lounge …………………… 79 Gambar 84. Pintu Langen Harjo Executive Lounge ………………………….. 79 Gambar 85. Jendela Langen Harjo Executive Lounge ………………………..
80
Gambar 86. Ceiling Langen Harjo Executive Lounge ………………………..
80
Gambar 87. Down Light Langen Harjo Executive Lounge …………………
81
Gambar 88. AC Split Langen Harjo Executive Lounge ……………………… 81 Gambar 89. Meja Langen Harjo Executive Lounge ………………………….. 82 Gambar 90. Kursi Langen Harjo Executive Lounge ………………………….
commit to user xix
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 91. Sound System Langen Harjo Executive Lounge ………………...
83
Gambar 92. Screen Langen Harjo Executive Lounge ………………………...
83
Gambar 93. Aksesori Langen Harjo Executive Lounge ……………………… 84 Gambar 94. Down Light Pedan Ball Room …………………………………... 91 Gambar 95. Crome Cabe Pedan Ball Room …………………………………..
92
Gambar 96. Wall Lamp Pedan Ball Room ……………………………………
92
Gambar 97. Down Light Sukoharjo Meeting Room ………………………….
93
Gambar 98. Wall Lamp Sukoharjo Meeting Room …………………………... 93 Gambar 99. Crome Cabe Sukoharjo Meeting Room …………………………. 93 Gambar 100. Down Light Langen Harjo Executive Lounge …………………. 94 Gambar 101. Wall Lamp Langen Harjo Executive Lounge ………………….. 95 Gambar 102. AC Split Pedan Ball Room ……………………………………..
95
Gambar 103. AC Split Sukoharjo Meeting Room ……………………………. 96 Gambar 104. AC Split Langen Harjo Executive Lounge …………………….. 96
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Wawancara .......................................................................... 113 Lampiran 2. Hasil Wawancara ………………………………………..... ........ 116 Lampiran 3. Foto-Foto Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya ...... 119 Lampiran 5. Surat-Surat Perijinan Penelitian .................................................... 121
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini persaingan dalam bidang bisnis semakin berkembang dari negara maju yang sudah mapan perekonomiannya sampai negara berkembang tidak ketinggalan dalam persaingan ini, demikian juga Indonesia. Indonesia ikut bersaing dalam memajukan perekonomian negara dengan jalan berbisnis baik sektor migas maupun nonmigas. Dalam bidang migas, saat ini Indonesia masih merupakan negara yang pengekspor, sedangkan untuk nonmigas Indonesia kaya akan hutan dan aneka ragam budaya yang sedang berupaya mengembangkan sektor ini untuk menggantikan migas yang selama ini menjadi devisa negara. Khusus dengan beragamnya budaya daerah, Indonesia secara tak langsung akan bisa menjadi negara andalan pariwisata apabila dikelola dan diolah secara profesional dan didukung fasilitas akomodasi atau penginapan yang ideal tentunya. Bidang pariwisata inilah yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dengan didukung masyarakat industrinya untuk dikembangkan secara maksimal agar bisa menggantikan dalam rangka mendapatkan devisa negara. Berdasarkan realita tersebut, ternyata memberikan dampak yang positif terhadap usaha industri perhotelan, khususnya hotel-hotel yang bertaraf internasional (hotel berbintang). Hotel berbintang di Indonesia pada umumnya didirikan pada daerah yang menjadi daerah tujuan wisata, daerah perdagangan, kota besar, kota penting, dan lain sebagainya. Pada kota atau daerah tersebut diharapkan hotel sebagai sarana akomodasi mampu menyedot pengguna jasa hotel sehingga memperoleh keuntungan. Hotel pada hakekatnya merupakan bangunan yang memberikan jasa lainnya bagi tamu yang berkunjung. Pada awalnya perkembangan hotel merupakan sarana akomodasi, dalam arti sebagai fungsi istirahat, namun kemudian mengalami perkembangan dalam sifat dan bentuk kegiatan pemakai. Salah satu bentuk kegiatan hotel tersebut adalah kegiatan pertemuan (konferensi). Berawal dari kejelian menangkap
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
peluang dari meningkatnya kegiatan pertemuan yang tidak lepas dari bisnis perhotelan dan pariwisata, dewasa ini banyak hotel yang dilengkapi sarana untuk tujuan pertemuan lengkap dengan fasilitas yang diperlukan untuk menjamin efisiensi pertemuan. Kota Surakarta merupakan daerah pariwisata dan oleh karena itu sangat baik dikembangkan usaha dalam bidang perhotelan sebagai sarana akomodasi bagi para wisatawan, karena hotel sendiri merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa dengan memberikan sarana akomodasi untuk umum serta menyajikan hidangan berupa makanan, minuman, dan fasilitas lainnya. Dengan adanya hotel tersebut diharapkan wisatawan yang datang lebih nyaman sehingga wisatawan yang datang lebih berkesan dan betah lama tinggal di hotel yang nantinya tertarik untuk kembali menggunakan hotel, untuk itu maka ada suatu ketetapan persyaratan dibidang perhotelan dengan maksud agar wisatawan bisa lebih nyaman tinggal di hotel, salah satu persyaratan antara lain dekorasi interior dalam suatu ruangan yang tentunya tidak lepas dari pengaruh fungsi utamanya. Interior merupakan salah satu cerminan aktifitas yang diwadahi dalam suatu ruangan, sehingga dalam perancangan suatu ruangan akan memiliki interior yang berbeda-beda. Dalam hal ini interior pada Hotel Sahid Jaya Solo telah menggunakan lantai, dinding, dan ceiling akustik yang mengandung material peredam suara, sehingga diharapkan dapat menguatkan suara yang dikehendaki dan menghindari kebisingan. Untuk memberikan kelancaran dalam kegiatan pertemuan yang relatif lama. Maka suasana ruangan dan lingkungan harus nyaman, lighting (pencahayaan), penghawaan dan akustik ruang juga sangat penting. Sebab sistem interior ini mempunyai keterkaitan kenyamanan penghuni ruangan dalam kegiatannya. Untuk mendukung kegiatan yang nyaman dan menyehatkan, maka Hotel Sahid Jaya Solo telah dilengkapi dengan peralatan mekanik baik untuk lighting, maupun penghawaan dan instalasi air. Bertolak dari hal tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mempelajari interior ruang pertemuan pada Hotel Sahid Jaya Solo. Dengan berbagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
pertimbangan di mana hotel ini memiliki tiga ruang pertemuan, yaitu Sukoharjo room, Pedan Ball Room dan Langen Harjo Executive Lounge. Pedan Ball room merupakan ruang pertemuan terbesar di Hotel Sahid Jaya Solo yang berkapasitas 500 orang. Ruang ini difasilitasi dengan peralatan mekanik penunjang kegiatan pertemuan dan akustik ruang. Sukoharjo Meeting Room ruang pertemuan ini juga telah difasilitasi dengan peralatan-peralatan mekanik serta akustik ruang baik pada dinding, ceiling maupun lantainya. Ruang pertemuan ini berkapasitas 150 orang. Langen Harjo Executive Lounge ruang pertemuan ini berkapasitas 40 orang, ruang pertemuan ini juga telah difasilitasi dengan peralatan mekanik serta akustik ruang.
B. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hal-hal spesifikasi apa yang ada pada interior ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa ? 2. Bagaimana lay out furniture ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo ? 3. Bagaimana pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo ? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui spesifikasi apa yang ada pada interior ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan kepada ornamen khas tradisional Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
2. Untuk mengetahui lay out furniture ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo. 3. Untuk mengetahui pencahayaan, penghawaan dan akustik yang digunakan ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan penelitian dimasa yang akan datang. b. Sebagai masukan bagi mahasiswa Program Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan khususnya konsentrasi gambar / arsitektur. 2. Manfaat Praktis a. Dari analisis data yang diperoleh diharapkan adanya pertimbangan pemikiran bagi masyarakat pengguna ruang hotel bersangkutan. b. Sebagai masukan bagi staff pengelola ruang pertemuan hotel yang bersangkutan. c. Dari hasil yang diperoleh diharapkan bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang desain interior ruang pertemuan hotel. d. Dari hasil yang diperoleh diharapkan bisa dijadikan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Hotel
a. Pengertian Hotel Pada umumnya hotel berbintang di Indonesia banyak didirikan di daerah yang menjadi arus wisatawan, kota besar, kota perdagangan dan kota penting. Hal ini sebagai upaya untuk memberikan jasa penginapan dan jasa lain bagi para tamu yang sedang melakukan perjalanan serta masyarakat pengguna fasilitas yang ada dalam hotel, seperti restoran, ruang pertemuan dan fasilitas lainnya. Sebagai industri jasa setiap pengusaha hotel akan berusaha memberikan pelayanan yang maksimal bagi tamunya, sehingga akan memberikan kepuasan kepada pemakai jasa hotel tersebut. Untuk memahami dan mengkaji pengertian tentang hotel, maka lebih dahulu diuraikan dan dikaji satu persatu pengertian tentang hotel yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Martin H. Manser (1993:202) berpendapat bahwa “hotel is building where rooms and meals are provided for traveller”. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa hotel adalah suatu bangunan yang dilengkapi dengan kamar-kamar dan makanan untuk orang-orang yang berpergian. Sedangkan menurut Biro Pusat Statistik (1986:2) mengemukakan bahwa “hotel adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian daripadanya khususnya disediakan, di mana setiap orang dapat menginap, makan dan minum serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran (mempunyai restaurant yang berbeda di bawah manajemen tersebut)”. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa hotel adalah suatu bangunan yang disediakan dan digunakan untuk menginap, makan, minum serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran.
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Adanya istilah dan termologi tentang hotel pada hakekatnya tergantung dari jenis hotel itu sendiri. Dewasa ini banyak istilah-istilah tentang hotel seperti recidence hotel, hotel transit, resort hotel, sport hotel, hotel konvensi, hotel garden dan lain-lain. Dalam hal ini Oka A. Yoeti ( 1990:144 - 145 ) berpendapat bahwa : “Residen hotel adalah hotel yang menerima tamu untuk tinggal jangka waktu yang agak lama, tetapi untuk tidak menetap…. Transit hotel atau Comersial hotel adalah hotel yang menyediakan kamar bagi pengunjung yang sedang melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis dalam waktu yang relatif pendek…. Resort hotel adalah hotel yang menyediakan akomodasi bagi para pengunjung untuk jangka waktu tertentu dan musim-musim tertentu pula…”. Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa ada beberapa istilah tentang hotel yang berkembang sekarang ini, diantaranya yaitu residence hotel, yaitu hotel yang digunakan untuk tinggal agak lama, tetapi tidak untuk menetap. Transit hotel atau komersial hotel, yaitu hotel yang diperuntukkan bagi pengunjung yang sedang melakukan perjalanan bisnis atau perdagangan. Hotel ini biasanya terletak di daerah dekat terminal atau bandara dilengkapi dengan sarana atau fasilitas transportasi dan rekreasi. Resort hotel, yaitu hotel yang menyediakan sarana akomodasi atau tempat menginap bagi orang yang sedang berpergian dalam jangka waktu tertentu dan musim tertentu pula. Hotel ini biasanya terletak pada daerah-daerah pariwisata, peristirahatan yang banyak dikunjungi pada waktu libur. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa yang dimaksud dengan hotel adalah suatu tempat atau bangunan yang menyediakan jasa penginapan, penyajian hidangan atau masakan dan jasa-jasa lain yang telah memenuhi persyaratan bagi keperluan tamu yang sedang melakukan perjalanan untuk waktu tertentu dan tidak untuk menetap yang bertujuan komersil.
b. Klasifikasi Hotel Klasifikasi
atau
penggolongan
hotel
adalah
suatu
sistem
pengelompokkan hotel-hotel ke dalam berbagai kelas atau tingkatan, berdasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
ukuran penilaian tertentu. Hotel dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kriteria menurut kebutuhannya, namun ada beberapa kriteria yang dianggap paling lazim digunakan. Sistem klasifikasi atau penggolongan hotel di dunia berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Pada tahun 1970 pemerintah Indonesia menentukan klasifikasi hotel berdasarkan penilaian-penilaian tertentu seperti luas bangunan, bentuk bangunan, perlengkapan (fasilitas) dan mutu pelayanan. Namun pada tahun 1977 ternyata sistem klasifikasi yang telah ditetapkan tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM. 10/PW. 301/Pdb-77 tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada jumlah kamar, fasilitas, peralatan yang tersedia dan mutu pelayanan. Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia kemudian digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu : 1) Hotel bintang 1 2) Hotel bintang 2 3) Hotel bintang 3 4) Hotel bintang 4 5) Hotel bintang 5 Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut, ataupun yang berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh Menteri Perhubungan disebut Hotel Non Bintang. Tujuan umum daripada penggolongan kelas hotel adalah untuk menjadi pedoman teknis bagi calon investor (penanam modal) di bidang usaha perhotelan, agar calon penghuni hotel dapat mengetahui fasilitas dan pelayanan yang akan diperoleh di suatu hotel sesuai dengan golongan kelasnya, agar tercipta persaingan (kompetisi) yang sehat antara pengusahaan hotel, dan agar tercipta keseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) dalam usaha akomodasi hotel. Pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 2001, penggolongan kelas hotel bintang 1 sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke aspek bangunannya seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas penunjang hotel dengan bobot
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
penilaian yang tinggi. Tetapi sejak tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor. KM. 3/ HK. 001/ MPK. 02 tenang penggolongan kelas hotel, bobot penilaian aspek mutu pelayanan lebih tinggi dibandingkan dengan aspek fasilitas bangunannya.
2. Kajian Interior Ruang Pertemuan
a. Pengertian Kajian Pengertian kajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:491) adalah studi, telaah, pemeriksaan, penelitian, penyelidikan ilmiah. b. Pengertian Interior Interior atau ruang dalam mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Semua kehidupan dan kegiatan manusia berkaitan dengan suatu obyek yang nyata dengan penglihatan maupun pendengaran, penciuman, ataupun rasa yang akan selalu menimbulkan kesan ruang. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena manusia bergerak dan berada di dalamnya. Maka titik tolak dari perancangan ruang harus selalu didasarkan pada manusia. Pembentukan ruang ditentukan oleh adanya massa dan bentuk yang disusun dengan menentukan ukuran-ukuran kebutuhan kegiatan manusia maupun menyangkut persepsi manusia terhadap lingkungannya. Pengertian interior dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:438) adalah bagian dalam ruang, tatanan perabot di ruang dalam gedung. c. Ruang Pertemuan Sedangkan mengenai ruang pertemuan, Fred Lawson (1981:7) berpendapat bahwa, “meeting room is defined as an assembly some common object or for the change of ideas, news and formation or common interest”. Pendapat tersebut mengandung suatu pengertian bahwa, ruang pertemuan didefinisikan sebagai tempat untuk menampung kegiatan bertemu yang membicarakan masalah umum atau informasi tentang sesuatu yang menarik. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kajian interior ruang pertemuan adalah studi atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
penyelidikan tentang bagian dalam ruangan yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan pertemuan yang mengacu pada lingkungan yang sehat bagi orang yang melakukan kegiatan di dalamnya dan ditangani secara profesional. d. Elemen Desain Interior Ruang pertemuan mempunyai unsur pembentuk ruang dimana unsur tersebut pada dasarnya adalah yang membentuk adanya ruang fisik sebagai wadah kegiatan manusia, yang terdiri dari lantai, dinding dan langit-langit. Ketiga unsur tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang fungsi atau kegiatan yang berlangsung di dalam ruang. 1) Lantai Lantai berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah, sebagai akustik. Sebagai isolasi atau perlindungan terhadap panas, dingin dan juga sebagai pemikul beban di atasnya. Hal ini seperti apa yang dijelaskan oleh Y. B. Mangun Wijaya (1980:329) : “Lantai berfungsi selaku dinding atau penutup ruangan bagian bawah. Oleh karena itu, dilihat dari pertimbangan-pertimbangan akustik misalnya atau isolasi (perlindungan) terhadap panas dan dingin luar, lantai dapat digarap menurut hukum-hukum yang biasa berlaku untuk dinding…Tetapi lantai masih mempunyai tugas untuk mendukung beban yang datang dari bendabenda seperti perabot rumah, manusia dengan segala aktivitasnya. Dan karena itu harus mampu dan kuat memikul beban mati maupun hidup, lalu lintas manusia serta hal-hal lain yang menumpanginya”. Dari pendapat di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa lantai harus memenuhi persyaratan secara teknik dan secara ekonomi yaitu lantai harus kuat, memberikan isolasi yang baik terhadap hawa dingin dan hawa panas, dan konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga setelah berumur panjang tidak kehilangan kekuatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Gambar 1. Lantai Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 15) Lantai dapat menentukan karakter ruang, yaitu dengan menggunakan bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola maupun warna yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang ingin dicapai. Berdasarkan karakteristiknya lantai dibagi menjadi empat, yaitu : a. Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi.
Gambar 2. Macam-macam lantai lunak atau permadani Sumber : Francis D. K. (2006 : 175) b. Lantai semi keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal, dan cor. c. Lantai keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang dipakai sebagai bahan lantai. d. Lantai kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan lantai yang terbuat dari kayu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Pemilihan lantai untuk ruang pertemuan, tidak memakai lantai yang bermotif sebab akan menimbulkan kesan ramai, hal ini senada dengan pendapat Pamudji J. Suptandar (1999:132) menyatakan bahwa : “pada ruang rapat yang memerlukan konsentrasi hendaknya jangan digunakan lantai yang terlalu banyak motif dan warna karena dapat mengganggu”. Sedang lantai yang dipergunakan biasanya memakai lantai dengan lapisan penutup (floor covering) dapat berupa karpet dan permadani, karpet dan perekat, keramik, batuan, batu bata dan material lainnya. 2) Elemen Vertikal a) Dinding Dinding dalam sebuah bangunan sebagai salah satu unsur pembentuk ruang, dinding mempunyai beberapa fungsi pokok, yaitu : sebagai pemikul beban di atasnya, sebagai penutup atau pembatas ruangan, baik visual maupun akustik, menghadapi alam luar dan ruangan dalam. Seperti yang dikemukaan oleh Y. B. Mangun Wijaya (1980:339) : “Dinding-dinding bangunan dari segi fisika bangunan mengemban fungsi : 1). fungsi pemikul beban di atasnya. 2). fungsi penutup atau pembatas ruangan, baik mengenai visual maupun akustik. 3). menghadapi alam luar dan ruangan dalam, radiasi sinar cahaya dan sinar kalor dari matahari. 4). pengatur derajat kelembaban di ruang. 5). radiasi sumber bunyi perlindungan arus angin”. Beberapa jenis bahan-bahan yang berfungsi sebagai dinding atau bahan-bahan pokok dinding : (1) Batu
: batu kali, batu bata, batako, dan sebagainya.
(2) Kayu
: papan, tripleks, bambu, hardboard, dan sebagainya.
(3) Metal
: alumunium, tembaga, kuningan, plat baja, dan sebagainya.
(4) Gelas
: kaca, dsb.
(5) Plastik
: fiber glass, folding door, dsb.
Sedangkan beberapa jenis bahan-bahan yang berfungsi sebagai penutup dinding adalah sebagai berikut : (1) Batu
: bermacam-macam batu alam, asbes, coreltex, dan marmer.
(2) Cat
: bermacam-macam cat tembok, chemistone.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
(3) Fiberglass : flexiglass, paraglass. (4) Gelas
: cermin, kaca (kaca bening, kaca rayben, kaca es, dsb).
(5) Kain
: batik, sutra.
Dinding yang difungsikan sebagai ruang pertemuan selain harus memenuhi persyaratan teknis juga harus memenuhi persyaratan akustik. Pencapaian persyaratan akustik ini diharapkan akan dapat memperlancar kegiatan pertemuan yang ada di dalamnya. Dalam pencapaian akustik ini, Leslie L. Doelloe yang diterjemahkan Lea Prasetyo (1990:56) berpendapat bahwa : “sumber bunyi harus dikelilingi oleh material absorbsi yang baik (perforetet aqioustic) sebagai pengendali akustik”. Dari pendapat di atas mengandung pengertian bahwa, bahan penyerap (pengendali) suara dapat ditempatkan pada permukaan ceiling dan dinding yang berfungsi untuk mengendalikan kebisingan suara. Bahan yang digunakan dapat berupa wall paper dan material sejenisnya.
Gambar 3. Dinding Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 176) b) Pintu Pada setiap bangunan ada suatu bagian dari bangunan tersebut yang berfungsi sebagai penghubung antar ruang satu dengan ruang yang lain. Penghubung itu dikenal dengan istilah pintu. Pintu terdiri dari ibu pintu atau kusen dan daun pintu yang dihubungkan dengan engsel atau pelipat serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
dilengkapi pengunci maupun grendel. Rangka pintu atau kusen dapat dibuat dari aluminium atau kayu. Rangka aluminium banyak dipakai untuk bangunan umum atau bangunan komersil, karena bentuknya indah dan memberi kesan mewah. Selain itu sangat tepat juga dipakai pada bangunan bertingkat banyak, karena ringan dan tahan api. Ukuran lubang pintu biasanya dibuat disesuaikan dengan kebutuhan ruangannya atau jenis dari bangunan. Beberapa ukuran yang banyak dipakai adalah sebagai berikut : Tabel 1. Ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) 80 cm x 200 cm 90 cm x 200 cm 120 cm x 200 cm 160 cm x 200 cm 70 cm x 200 cm
Jenis bangunan Rumah tinggal Bangunan umum sekolah Toko, bioskop, dan lain-lain Pintu utama pada bangunan umum Pintu kamar mandi
Jumlah daun pintu 1 daun 1 daun 2 daun 2 daun 1 daun
Sumber : Konstruksi Bangunan Gedung. Ir. Ign Benny P. M.Sc (1995:72) c) Jendela Jendela berfungsi sebagai jalannya sirkulasi udara dan sebagai jalan masuknya sinar matahari agar ruangan tetap sehat. Rangka jendela tidak jauh berbeda dengan rangka pintu, hanya di sini selain ambang atas, terdapat juga ambang bawah, jadi tiang diapit atas bawah oleh ambang. Di dalam suatu bangunan, sebaiknya bentuk pintu dan jendelanya adalah sama, walaupun mungkin ukuran lebarnya tidak sama, hal ini dimaksudkan agar bangunan tampak harmonis. Jendela dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu jendela mati dan jendela berventilasi. Jendela mati tidak akan pernah dapat dibuka, sedangkan jendela berventilasi dapat dibuka dan dapat ditutup. Penanganan jendela interior bervariasi tergantung bagaimana penanganan-penanganan tersebut dapat mengurangi cahaya, ventilasi, dan pandangan yang diberikan oleh jendela dan bagaimana cahaya, ventilasi, dan pandangan tersebut mempengaruhi bentuk dan penampilan jendelanya. Adapun penanganan jendela sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
(1) Tirai Tirai adalah cara penanganan jendela yang paling ekonomis, yang terbuat dari tekstil, vinil atau bambu. Tirai bergerak dari atas ke bawah untuk menutup sebagian atau seluruh lubang jendela. Bahan tirai bisa transparan atau opak. Tirai mengurangi cahaya sekaligus menambah privasi. Bambu memberi tekstur yang menyenangkan dan membatasi cahaya maupun pandangan. Tirai dapat digulung atau dikumpulkan di satu sisi ketika dibuka. (2) Penghalang Pandangan Penghalang horisontal dari strip-strip tipis berukuran agak lebar. Stripstrip tersebut dapat terbuat dari kayu atau metal. Jarak dan pengaturan masing-masing strip mengendalikan cahaya dan aliran udara, strip tipis menghalangi pemandangan lebih sedikit daripada strip lebar. Penghalang pandangan horisontal sulit untuk dibersihkan. Penghalang vertikal mempunyai strip-strip dari bahan sejenis kain yang opak atau transparan dengan engsel putar pada bagian puncak dan dasarnya. (3) Tirai Panjang Tirai panjang merujuk pada semua bahan tekstil yang tergantung lurus dalam lipatan bebas. Tirai panjang biasanya menggunakan bahan tekstil yang tebal, biasanya diikat atau digantung seperti permadani, seringkali dilengkapi dengan penutup pada bagian atasnya. Tirai yang dapat ditarik yang terbuat dari kain yang opak atau transparan dipasang pada rel melintang di atasnya. Tirai tersebut harus penuh dan tergantung lurus, mulai dari langit-langit atau sedikit di atas kusen dan berhenti sedikit di bawah kusen atau dekat lantai. (4) Gorden Gorden kaca adalah material yang tipis, halus, ringan, dan digantung menempel pada kaca jendela atau pintu kaca. Kehalusannya melunakkan dan membaurkan cahaya, menyaring pandangan dan memberikan privasi siang hari. Dapat digantung di dalam kusen jendela atau bagian luarnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
untuk menyatukan sekelompok jendela. Gorden pada rangka daun jendela seperti juga gorden kaca, tetapi digantung atau dibentang melintang pada rangka daun jendela.
3. Ceiling /Langit-langit Sebagai salah satu unsur pembentuk ruang, ceiling atau plafond merupakan penutup ruang bagian atas. Seperti halnya lantai dan dinding, ceiling juga mempunyai karakteristik tersendiri yang ikut menentukan terbentuknya kesan ruangan keseluruhan. Adapun pengertian ceiling menurut Pamudji J. Suptandar (1999:161) menyatakan bahwa : “pengertian ceiling atau langit-langit berasal dari kata ceil, yang artinya melindungi dengan suatu bidang penyekat sehingga terbentuk suatu ruang”. Dari pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa ceiling atau langit-langit merupakan pembentuk suatu ruang. Secara umum ceiling atau langit-langit merupakan sebuah bidang yang berfungsi sebagai pelindung atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya. Ceiling yang merupakan penutup bagian atas suatu bangunan berfungsi menambah kesan rapi pada bangunan bagian atas, sebab ceiling dapat menutupi bagian-bagian yang kurang rata pada bangunan bagian atas dan sebagai tempat beberapa instalasi yang berada di atas atau menempel pada ceiling, hal ini senada dengan pendapat Fred Lawson (1997:261) bahwa : “The perspective of the ceiling is a major consideration in the design of the ballroom and its dividing rooms. In addition the contruction must incorporate meny funtional requiremants including access to technical equipment : a) Air-conditioning ducting, terminals and diffusers, including the loadinh and insulation of roof-mounted plant and balanced zone control equipment. b) Lighting systems with a combination of decorative lamps, general lighting, track lighting arrays, exhibition and asecial lighting requirements, emergency lighting, dimmer switches and controls for separate curcuits. c) Fire detection and alarm systems automatic spinkler installations. Ceiling meterials to satisfy low surface flame spread, low smoke generation and secure fixing requirements.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
d) Acoustic treatment over the whole or part to reduce reverberation time to 0. 8 seconds or lessin use. e) Ceiling voids will require separation above the lines of partitions to meet fire-resistance periods-usually ½ hour-and sealed sound flanking paths. f) Thermal and sound insulation (particularly near airports, railways, major roads) under roof construction and plant. g) Mechanical equipment for moving partitions, projection screens and other retractable equipment. Pendapat di atas mengandung pengertian presfektif pada ceiling menjadi perhatian utama di dalam ballroom / ruang dansa dan ruang pemisah. Di dalam pemasangan pada konstruksi harus menggabungkan banyak fungsi yang penting termasuk akses / jalan masuk pada peralatan teknis : a) Saluran udara / AC, sambungan dan pembesar termasuk pemuatan dan penyekatan pada susunan atap gedung dan keseimbangan pada daerah kontrol peralatan. b) Sistem penerangan dengan kombinasi dekoratif lampu, penerangan umum, penerangan jalan, pertunjukan dan keperluan penerangan khusus, penerangan dalam keadaan darurat, tombol lampu dan kontrol untuk kontak terpisah. c) Deteksi kebakaran dan sistem alarm, alat pemadam otomatis, bahanbahan ceiling untuk menghambat penjalaran api, pembangkit asap rendah dan keperluan bahan-bahan yang aman. d) Tindakan akustik yang lebih pada semua atau sebagian untuk mengurangi waktu gema sampai 0, 8 detik atau sisa dalam penggunaan. e) Menghindari ceiling akan membutuhkan pemisahan di atas garis pada dinding untuk menemukan waktu pemadam kebakaran biasanya 0, 5 jam dan tertutup oleh bunyi sisa garis edar. f) Yang berhubungan dengan panas dan penyekat bunyi (terutama sekali di dekat bandara, rel kereta api dan jalan utama) di bawah konstruksi atap dan gedung. g) Peralatan mesin untuk perpindahan sekat, layar proyeksi dan peralatan yang dapat ditarik masuk lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Karakteristik suatu ceiling merupakan ciri tertentu yang minimal harus ada pada suatu ruang yang bersangkutan dengan jenis kegiatan yang berlangsung dalam ruang. Pada ruang pertemuan atau ruang rapat dimana diharapkan tercapai suatu pendapat yang membutuhkan ketenangan dan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk sederhana tidak mencolok karena akan mengganggu konsentrasi pengguna ruangan tersebut, hal ini senada dengan pendapat Pamudji J. Suptandar (1999:166) yang menyatakan bahwa : “pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceiling berbentuk sederhana tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi”. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Ceiling adalah bagian dari bangunan yang merupakan suatu bidang yang terletak dibagian atas, bersatu dengan dinding dan lantai akan membentuk suatu ruangan. 2. Ceiling akan menambah kesan rapi ruangan karena ceiling dapat menutupi bagian-bagian yang kurang rata pada bangunan bagian atas dan sebagai tempat
beberapa
instalasi
di
dalamnya
seperti
instalasi
lampu
(pencahayaan), instalasi AC (pengkondisian udara), alarm pemadam, pemadam kebakaran dan lain-lain. 3. Ceiling ruang pertemuan diusahakan berbentuk sederhana agar tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi.
Gambar 4. Ceiling Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 176)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
4) Furniture Istilah furniture sering disama artikan dengan kata “meubel” dalam bahasa Perancis dan “mobel” dalam bahasa Jerman, yang berarti “mebel” dalam bahasa Indonesia. Pada hakekatnya furniture dibedakan menjadi dua, yaitu furniture yang dapat dipindahkan, seperti meja, kursi dan sebagainya. Yang kedua yaitu furniture yang tidak dapat dipindahkan atau tidak bergerak, seperti almari tanam, kursi tanam, meja tanam. Desain furniture harus diselaraskan dengan kebutuhan pengguna, perancangan ini akan menimbulkan berbagai aspek yang berhubungan dengan jenis aktifitas, fungsi, maupun segi-segi visual. Lebih lanjut Pamudji J. Suptandar (1999:173) menerangkan bahwa : Desain furniture dibagi atas dua kategori : 1. Furnituree yang berbentuk case (kotak) termasuk chests, meja tulis meja, lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, type furnituree semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahan-bahan lain makin bartambah populer. 2. Furnituree yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan-perlengkapan tidur. Pendapat di atas mengandung suatu pengertian desain furniture dibagi dalam dua kategori yaitu furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chests, furniture ini tanpa dilapisi, seperti meja, kursi, lemari buku tanpa pelapis dan furniture yang diberi pelapis misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya diberi pelapis atau sebagian saja yang diberi pelapis. Dalam hal ini Fred lawson (1997:262-263) berpendapat bahwa : “Essentianlly furniture sould be : ● lightweight but strong : stackable into mobile carriers ● linkable to form rows : interchangeable (e.g.tops and frames) ● styled to suit character of room and hotel ● durable, resistent to staining, scraping and marking ● protected to prevent damage to floor or walls”. Pendapat di atas mengandung suatu pengertian bahwa pada dasarnya furniture seharusnya : 1) Ringan tapi kuat : Penyambungannya dimasukkan pada alat pengikat yang ringan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
2) Dapat dihubungkan untuk membentuk satu kesatuan : yang dapat dipertukarkan (seperti atap dan kerangka) 3) Dapat dibentuk dalam karakter yang bagus pada ruangan dan hotel 4) Dapat tahan lama, melindungi dari noda, kikisan dan tanda-tanda 5) Dilindungi untuk mencegah bahaya pada lantai atau dinding. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, pada hakekatnya furniture dapat dibedakan menjadi dua, yaitu furniture yang dapat dipindahkan dan furniture yang tidak dapat dipindahkan. Penggunaan bahan tidak keras dan kuat, mudah dipertukarkan, dapat membentuk karakter yang bagus pada ruangan atau hotel, tahan lama dan dilindungi sehingga tidak merusak lantai maupun dinding.
5) Warna Warna adalah corak, intensitas dan nada pada
permukaan suatu
bentuk. Warna merupakan atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna mempunyai peranan yang sangat besar dalam tata ruang, terutama dalam pembentukan suasana keseluruhan dari ruang. Warna adalah kekuatan yang berpengaruh terhadap manusia dan memberikan rasa sehat atau rasa lesu. Pengaruh warna terhadap manusia terjadi secara tidak langsung melalui pengaruh fisiologis. Pengaruh tersebut terjadi secara langsung melalui kekuatan pengaruh impuls. Menurut Munsell, satu warna ditentukan oleh 3 (tiga) komponen, yaitu : a) Hue
: menyatakan kualitas warna atau intensitas panjang gelombang
b) Value
: kesan kemudahan warna
c) Chroma : penyimpangan terhadap warna putih atau kejenuhan warna. Selanjutnya itu juga dikenal adanya percampuran antara warna murni dengan warna kutub yang disebut dengan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
a) Tint Merupakan warna murni dicampur dengan warna putih sehingga terjadi warna muda. b) Shade Yaitu warna murni dicampur dengan hitam sehingga terjadi warna tua. c) Tone Adalah warna murni dicampur dengan warna abu-abu (percampuran putih dan hitam) sehingga terjadi warna tanggung. Setiap warna memberi kesan tersendiri. Perasaan hangat ditimbulkan oleh warna-warna matahari, diantaranya warna kuning, merah, kuning kemerahan, dan warna serumpun lainnya. Kesan dingin diperoleh dari warnawarna musim dingin, yaitu biru, biru kehijauan, putih, dan hitam. Warnawarna muda musim semi seperti kuning muda, hijau daun muda, merah jambu, dan coklat serta memberi kesan hangat dan berjiwa remaja. Warna musim gugur yang bercampuran abu-abu dan hitam terasa tenang dan hangat.
6) Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang a) Pencahayaan (1) Pencahayaaan Alami Cahaya merupakan syarat bagi pengelihatan manusia. Penerangan yang baik dalam suatu ruangan memberikan kontribusi terhadap penampilan elemen dekoratif maupun arsitektural ruangan. Untuk memperoleh cahaya dalam suatu ruangan dapat diperoleh dari sumber cahaya alami, yaitu cahaya sinar matahari. Penggunaan pencahayaan ini dapat dilakukan pada siang hari. Setyo Soetiadji (1997:7) mengemukakan bahwa : “pada umumnya pancapaian terang dalam suatu ruang dapat dilakukan dengan teknik alami dan buatan”. Pendapat tersebut di atas mengandung pengertian bahwa sumber cahaya sebagai penerangan berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan. Selanjutnya Setyo Soetiadji (1997:8) menerangkan lebih lanjut bahwa : “Dalam penerangan alami, sinar matahari yang masuk dalam ruangan terdiri atas beberapa unsur, yaitu : 1. Sinar matahari yang langsung tanpa halangan apapun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
2. Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan yang berasal dari langit 3. Sinar matahari refleksi luar, hasil pantulan cahaya dari benda-benda yang ada di luar bangunan 4. Sinar matahari refleksi dalam, yaitu hasil pantulan cahaya dari dalam melalui elemen ruang atau benda yang ada dalam ruang”. Dari pendapat yang dikemukakan di atas mengandung suatu pengertian bahwa, cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu ruangan itu dapat berupa cahaya langsung, cahaya pantulan dan cahaya refleksi, baik refleksi luar maupun refleksi dalam. Biasanya untuk memperoleh cahaya alami dalam suatu ruangan adalah dengan menggunakan ventilasi, jendela dan lain sebagainya. Sedangkan Y. B. Mangunwijaya (1980:211) mengemukakan bahwa : “ada dua macam terang. Yaitu terang berasal dari matahari secara langsung dan secara tidak langsung”. Terang secara tidak langsung sebagai pantulan cahaya matahari oleh awan-awan serta benda-benda di keliling bangunan dan terang dari lampu atau sumber-sumber cahaya buatan manusia. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, pencahayaan alami dapat digunakan pada siang hari, yaitu cahaya yang bersumber dari matahari, yang dapat diperoleh melalui media jendela, ventilasi, dan lain-lain. Biasanya unsur cahaya yang masuk dalam ruangan merupakan pencahayaan refleksi atau pantulan.
Cahaya dari atas kanan dan kiri
Cahaya dari samping atas
commit to user
Cahaya dari atas kanan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Cahaya dari samping lurus Gambar 5. Pencahayaan alami Sumber : Setyo Soetiadji (1997:8) (2) Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan sangat berfungsi pada malam hari, bahkan untuk memperoleh cahaya yang cukup, pada siang hari pun pencahayaan buatan dapat dipergunakan. Untuk memperoleh penyesuaian pencahayaan dan suasana yang nyaman dengan fungsi ruangan maka dapat dilakukan dengan sistem pencahayaan yang tetap. Adapun beberapa sistem pencahayaan menurut Setyo Soetiadji (1997:48) adalah sebagai berikut : Secara umum pencahayaan yang dihasilkan oleh penerangan ruangan dapat digolongkan ke dalam lima macam : - pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) - pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting) - pencahayaan langsung tidak langsung (direct-indirect lighting) - pencahayaan setengah langsung (semi direct lighting) - pencahayaan langsung (direct lighting) Pendapat tersebut di atas mengandung suatu pengertian sebagai berikut : (a) Pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) Adalah pencahayaan yang diarahkan kepada langit-langit dan bagian atas dari dinding ruangan, yang penerangannya sebesar 90 % sampai 100 %. Kemudian dipantulkan keseluruh ruangan untuk menghasilkan diffuse. (b) Pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting) Adalah pencahayaan yang penerangannya diarahkan ke permukaan langitlangit dan bagian atas dari dinding ruangan yang penerangannya sebesar 60 % sampai 90 % sedang sisanya untuk penerangan bidang kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
(c) Pencahayaan langsung tidak langsung (direct-indirect lighting) Adalah pencahayaan yang penerangannya diarahkan ke permukaan langitlangit dan bagian atas dari dinding ruangan yang penerangannya sebesar 50 % dan 50 % sisanya untuk penerangan bidang kerja. (d) Pencahayaan setengah langsung (semi direct lighting) Adalah suatu pencahayaan yang dipancarkan ke arah bidang kerja sebesar 60 % sampai 90 % dan selebihnya untuk penerangan pantul. (e) Pencahayaan langsung (direct lighting) Adalah pencahayaan yang diarahkan secara langsung ke arah bidang kerja yang diterangi dengan penerangannya sebesar 90 % sampai 100 %.
Pencahayaan langsung
Pencahayaan tak langsung
Pencahayaan setempat
Pencahayaan yang membias
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Pencahayaan khusus Gambar 6. Pencahayaan buatan Sumber : Setyo Soetiadji (1997:48) Standar penerangan untuk suatu ruang pertemuan yang mencakup direct lighting dan indirect lighting harus memenuhi persyaratan terang baca, sehingga penerangan langsung yang diarahkan ke bidang kerja atau tempat duduk harus memenuhi persyaratan. Tabel 2. Tingkat pencahayaan minimum untuk Hotel dan Restaurant yang dirokemendasikan. Fungsi Ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Lobby, koridor 100 Ballroom/ruang sidang 200
Ruang makan Cafetaria Kamar tidur
Keterangan Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik. Sistem pencahayaan harus dirancang untuk menciptakan suasana yang sesuai. Sistem pengendalian ”switching” dan ”dimming” dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan.
250 250 150
Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin.
Dapur 300 Sumber : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung (SNI 03-6575-2001). Sedangkan teknik penempatan lampu Pamudji J. Suptandar (1999:228) mengemukakan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
“Beberapa cara teknik penempatan lampu dalam ruangan : 1. Teknik pencahayaan pada dinding 2. Teknik pencahayaan pada plafond 3. Teknik pencahayaan yang dapat dipindah-pindahkan 4. Teknik pencahayaan yang digantung 5. Teknik penempatan khusus”. Pendapat di atas mengandung suatu pengertian sebagai berikut : (1) Teknik pencahayaan pada dinding meliputi (a) Valance yaitu penempatan lampu dengan penyinaran tidak langsung dan ditempatkan di atas jendela. (b) Penutup dinding atau bracket yaitu salah satu dari variasi valance dengan cara memasang penutup pada dinding dengan mempergunakan lampu cahaya atau lampu dekorasi dan tidak memerlukan jendela seperti halnya valances, sistem ini dapat diletakkan pada berbagai ketinggian dan lebar. (c) Cornices adalah salah satu tipe valance yang melekat pada plafond di mana seluruh cahaya dipancarkan langsung ke bawah. (d) Ceiling mounted spot / flood light adalah pemasangan lampu dengan penempatan lampu pijar di dalam plafond, hal ini untuk mengurangi jumlah udara yang panas. (e) Luminous panels/wall yaitu pencahayaan yang penempatannya pada dinding bagian dalam sehingga tembok sebagai pelindung sumber cahaya. (2) Teknik pencahayaan dari plafond meliputi : (a) Cove pencahayaan ini dapat dipergunakan pada ke empat dinding yang berseberangan dan ini termasuk dalam pencahayaan tak langsung. (b) Luminous panel dari plafond adalah menutup dari langit-langit atau sebagian dari langit-langit, ini cara yang efisien untuk menerangi beberapa area dengan menggunakan sheet yang transparan dan sangat mudah pemasangannya. Kebanyakan dipergunakan pada kamar mandi, dapur dimana cahaya bayangan bebas dari lampu sangat penting. (3) Teknik pencahayaan yang dapat dipindah-pindah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Dalam penggunaan cahaya ini ada beberapa petunjuk umum untuk menentukan lampu-lampu dari tipe ini. Misalnya portable lamp, standard lamp dan sebagainya. (4) Teknik pencahayaan yang digantung Teknik ini penempatan lampu-lampu yang digantungkan dengan alat-alat penggantung. (5) Teknik penempatan khusus Pemasangan lampu ini biasanya dipergunakan untuk keperluan-keperluan yang sifatnya khusus dan tidak lazim dipergunakan oleh umum, contohnya adalah pemasangan lampu operasi, ruang pameran dan lain sebagainya.
(b)
Penghawaan Kondisi yang nyaman dan segar dalam suatu ruangan merupakan
tuntutan bagi setiap penghuninya. Demikian pula dalam ruang pertemuan, penghawaan
yang
baik
dalam
suatu
ruangan
sangat
mendukung
berlangsungnya kegiatan yang ada di dalamnya. Diratmaja E. (1983:17) berpendapat bahwa, “faktor penentu suhu dalam ruangan antara lain : suhu udara, suhu pancaran, gerakan udara, kelembapan udara dan kemurnian udara”. Pendapat tersebut di atas jelas mengandung suatu pengertian bahwa besarnya suhu udara dalam suatu ruangan akan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu suhu udara itu sendiri, suhu pancaran, gerakan udara, kelembapan udara, dan kemurnian udara. Selanjutnya James C. Snyner dan Anthony J. Catanese yang diterjemahkan oleh Hendro Sangkoyo dan Yani Sianipar (1985:481) menerangkan lebih lanjut, bahwa “…pencapaian udara segar dalam suatu ruangan dapat dipakai alat mekanis (AC, kipas angin/ van), karena suhu dapat dikondisikan dan dijaga”. Pamudji J. Suptandar (1999:277) berpendapat bahwa : “dalam pasaran umum kita kenal ada tiga jenis AC, yaitu AC window, AC central dan AC split”. AC window umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada salah satu dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
penyemprotan udara tidak mengganggu si pemakai. AC central biasa digunakan
pada
unit-unit
perkantoran,
hotel,
supermarket
dengan
pengontrolan atau pengendalian yang dilakukan dari satu tempat. Sedangkan AC split hampir sama bentuknya dengan AC window bedanya hanya pada konstruksi di mana alat condensator terletak di luar ruang. Sedangkan suhu udara yang dipergunakan dalam ruang pertemuan menurut Fred Lawson (1997:300) dalam pernyataannya adalah : “The temperature of heated public space and office may be limited to 20° C (60° F)”.
Gambar 7. Penghawaan Alami Sumber : Setyo Soetiadji (1997:39)
Gambar 8. AC Split Sumber : www. google.co.id
(c)
Akustik Ruang Akustik merupakan bagian dari ilmu suara (since of sound), secara
umum siatem akustik merupakan suatu usaha untuk mendukung kelancaran komunikasi yang terjadi dalam suatu ruangan. Dalam arti akustik ruang adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
sebagai pengendalian terhadap suara-suara yang tidak diinginkan dan lebih menguatkan suara-suara yang dibutuhkan yang menjadi tujuan utama dalam akustik ruang. Dalam hal ini James C. Snyner & Anthony J. Catanese yang diterjemahkan oleh Hendro Sangkoyo dan Yani Sianipar (1985:448) berpendapat bahwa “ada dua tujuan pokok akustik arsitektural, meningkatkan dan memperkuat suara-suara yang diinginkan dan mengurangi atau melenyapkan kebisingan yang mengganggu dan tidak diinginkan yang pertama biasa disebut akustik ruang, dan yang kedua disebut kontrol kebisingan”. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa akustik arsitektural mempunyai dua tujuan yaitu untuk meningkatkan suara-suara yang diinginkan (disebut akustik ruang) dan untuk melenyapkan kebisingan (disebut kontrol kebisingan).
Gambar 9. Akustik Ruang Sumber : Leslie L. Doelloe (1990:56) Selanjutnya untuk memperoleh kondisi akustik yang baik dalam ruangan Leslie L. Doelloe yang diterjemahkan oleh Lea Prasetyo (1990:53) berpendapat bahwa untuk mendapat kondisi akustik yang baik adalah : 1. Harus ada kekerasan (nudness lodnes) yang cukup dalam tiap bagian ruangan, terutama pada tempat-tempat yang jauh dari sumber suara. 2. Energi bunyi harus dapat didistribusikan kesemua arah secara merata. 3. Ruangan harus bebas dari cacat akustik seperti : gema, pemantulan yang berkepanjangan (longdelayetd reflection), gaung dan sebagainya. Pendapat tersebut di atas mengandung pengertian bahwa ada 3 faktor yang penting untuk memperoleh kondisi akustik ruang yang baik yaitu : adanya kekerasan permukaan yang cukup, terutama pada tempat-tempat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
jauh dari sumber bunyi, bunyi yang ke luar harus dapat disebar ke seluruh arah ruangan secara merata dan ruangan harus bebas dari cacat akustik. Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut oleh Leslie L. Doelloe yang diterjemahkan oleh Lea Prasetyo (1985:448) menerangkan bahwa “…sumber bunyi harus dikelilingi oleh meterial absorsi yang baik (parporated akustic) yang dipasang pada permukaan ceiling, dinding atau lantai sebagai pengendali akustik”. Pendapat tersebut mengandung suatu pengertian bahwa untuk mendapatkan akustik ruang yang baik maka dapat dipasang material peredam suara yang dapat dipasang pada dinding, plafond atau lantai. Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan sementara bahwa : 1. Tujuan akustik adalah untuk menguatkan suara yang dibutuhkan dan menghilangkan kebisingan. 2. Karena sifat suara atau bunyi dapat memantulkan setelah menumbuk rintangan dan dapat menimbulkan gema serta kebisingan maka dapat dipasang material absorsi pada dinding, plafond dan lantai sebagai bahan penyerap suara.
7) Ornamen dan Aksesori a) Ornamen Menurut Soepratno (1997:11) “Ornamen berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ornae yang artinya hiasan atau perhiasan”. Ragam hias atau ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias sesuatu yang ingin kita hiasi. Oleh karena itu motif adalah dasar untuk menghias sesuatu ornamen. Ungkapan hasil pikiran dan daya cipta untuk memberikan tambahan pada sesuatu benda dengan tujuan agar lebih indah merupakan bagian dari seni hias atau ornamen. Ornamen atau seni hias tersebut mendorong manusia untuk menikmati berbagai corak hiasan sehingga dapat menimbulkan rasa menyenangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
(1) Motif Ornamen Terjadinya ornamen merupakan hasil dari suatu susunan atau pengolahan unsur-unsur ornamen. Karena unsur-unsur ornamen tersebut mempunyai persamaan-persamaan tertentu dengan unsur seni rupa lainnya. Diantara unsur-unsur ornamen tersebut ialah motif geometrik, tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dan alam. Dari sebuah motif dapat disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan pola hiasan yang dapat dilakukan pada benda. Semula ornamen-ornamen tersebut berupa garis seperti : garis lurus, garis patah, garis miring, garis sejajar, garis lengkung, lingkaran, dan sebagainya yang kemudian berkembang menjadi bermacam-macam bentuk yang beraneka ragam coraknya. Dalam penggunaannya ornemen tersebut ada yang hanya berupa satu motif saja, dua motif atau lebih, pengulangan motif, kombinasi motif, dan ada pula yang “distilasi” atau digayakan. Dengan demikian jenis ornamen itu sendiri terdiri dari : (a) Motif Geometris Pada motif geometris mempunyai bentuk dari sebuah ilmu ukur atau dengan alat-alat ukur yang dikembangkan menjadi sebuah
garis-garis
yang
diinginkan.
Menurut
Soepratno
(1997:11) “motif geometris berupa garis lurus, garis patah, garis sejajar, lingkaran dan sebagainya”. Motif
geometris
tersebut
dapat
diolah
dengan
menambahkan dari beberapa bagian sehingga tercipta motif gabungan yaitu dengan menggabungkan motif lainnya. Pada motif geometris ini dalam ornamen merupakan motif dengan bentuk yang peling sederhana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini :
Gambar 10. Garis gelombang dan lingkaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Gambar 11. Berlian
Gambar 12. Ikal
Gambar 13. Swastika
Gambar 14. Meander
Gambar 15. Guirlande
Gambar 16. Tumpal
Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:12) (b) Motif Naturalis Motif naturalis adalah motif yang berupa tumbuhtumbuhan, hewan dan sebagainya. Soepratno (1997:11) Motif naturalis itu sendiri merupakan motif yang bersumber dari lingkungan sekitarnya. Motif ini biasanya menimbulkan kesan yang bersifat alamiah, sebagai contoh yaitu : hewan, tumbuhtumbuhan, manusia dan alam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini :
Gambar 17. Motif Tumbuhan
Gambar 18. Motif Hewan
Gambar 19. Motif Manusia Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:13)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
(2)
Motif Ukiran Khas Tradisional Jawa Motif ukiran yang ada di Indonesia memiliki kekayaan corak
yang beraneka ragam. Bentuk-bentuk motif ukiran yang beraneka ragam tersebut masing-masing memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan daerahnya. Untuk mengenal dan mengetahui motif tradisional tersebut diperlukan pengetahuan tentang bentuk-bentuk dan ciri pada setiap jenis tersebut. Khusus untuk motif ukiran tradisional Jawa banyak terdapat bentuk-bentuk peninggalan dari kerajaan-kerajaan zaman dahulu. Selain itu juga terdapat motif ukiran yang memiliki khas daerah. “Nama-nama khas tradisional Jawa erat hubungannya dengan pemberian nama-nama kerajaan yang pernah ada di Jawa. Dapat diduga bahwa motif ukiran tersebut merupakan peninggalan rajaraja atau kerajaan yang mempunyai kemajuan kebudayaan pada zaman itu. Motif ukiran ini bentuknya lemah gemulai, berirama dengan gayanya yang luwes, agung dan berwibawa. Adapun motif ukiran tradisional yang ada hubungannya dengan nama-nama kerajaan tersebut ialah motif Pajajaran, motif Mataram, motif Majapahit dan motif Bali. Dalam perkembangannya dikenal beberapa motif bercorak khas kedaerahan antara lain ialah motif Jepara, motif Madura, motif Cirebon, motif Pekalongan, motif Surakarta, motif Yogyakarta dan motif Semarang. Soepratno (1997:18-20)”
Gambar 20. Motif Pajajaran Gambar 21. Motif Mataram Gambar 22. Motif Majapahit
Gambar 23. Motif Bali
Gambar 24. Motif Jepara
commit to user
Gambar 25. Motif Cirebon
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Gambar 26. Motif Pekalongan Gambar 27. Motif Madura Gambar 28. Motif Yogyakarta
Gambar 29. Motif Surakarta
Gambar 30. Motif Semarang
Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:13) b) Aksesori Aksesori dalam desain interior mencakup benda-benda yang memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang. Benda-benda tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Aksesori yang dapat menambah kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa : (1)
Aksesori yang bermanfaat, merupakan alat-alat dan obyek-obyek yang memang berguna. Contoh : jam dinding, lampu belajar, gelas, garpu, dan lain-lain.
(2)
Aksesori insidental, memperkaya ruang dan sekaligus berguna untuk fungsi-fungsi lainnya. Salah satu contohnya adalah elemen arsitektur dan berbagai detail yang mengekspresikan cara material tersebut disatukan. Yang lain dapat berupa bentuk, warna, dan tekstur dari kelengkapan interior. Contoh : kursi, kran wastafel, dsb.
(3)
Aksesori dekoratif bersifat menyenangkan mata, tangan atau pikiran tanpa perlu mempunyai manfaat dalam penggunaan. Diantaranya meliputi benda seni, koleksi, dan tanaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
2. Lay Out Interior Ruang Pertemuan
a. Obyek Lay Out Ruang Pertemuan 1) Meja Pada dasarnya meja rata, permukaannya horisontal, ditopang di atas lantai, dan digunakan untuk makan, bekerja, menyimpan, dan menyajikan. Meja harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a) Kuat dan stabil untuk menopang benda-benda yang digunakan b) Ukuran, bentuk, dan tingginya dari lantai harus sesuai dengan tujuan penggunaannya c) Hasil konstruksi dari material-material yang awet dan kuat. Permukaan daun meja dapat terbuat dari kayu, kaca, plastik, batu, tegel, atau beton. 2) Tempat Duduk Tempat duduk harus dirancang untuk mampu menyangga berat dan bentuk pemakainya. Biasanya dalam ruang pertemuan, digunakan tempat duduk atau kursi dengan bahan stainless steel serta dudukan busa dengan pelapis oskar. 3) Mimbar Mimbar atau podium adalah panggung kecil untuk berkhotbah atau ceramah. Biasanya mimbar terbuat dari kayu. 4) Stage Stage atau panggung adalah lantai yang agak tinggi, terbuat dari papan atau bambu tempat berpidato, sandiwara, atau pentas.
b. Lay Out Ruang Pertemuan Suasana yang nyaman dalam suatu ruangan dapat dicapai dengan lay out furniture yang tepat sesuai dengan fungsi ruangan. Secara umum lay out furniture dapat diartikan sebagai penataan atau tata letak. Hal ini senada dengan pendapat Echols M J & Hasan Sadili (1976:271) bahwa “lay out berarti susunan atau rancangan”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Dalam bidang interior, perancangan lay out ruang pertemuan yang difungsikan untuk ruang pertemuan sangat memerlukan perhatian yang khusus. Susunan furniture harus dapat memudahkan pemakainya dalam beraktifitas. Fred Lawson (1981:144) mengemukakan bahwa “seating of lay out furniture in the convention room devided to audience style : 1. seating lay out furniture theatre style; 2. seating lay out furniture class room style”. Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa, susunan letak furniture dalam ruang pertemuan dibedakan menjadi dua gaya, yaitu susunan letak furniture dengan theatre style dan class room style. Metode class room style adalah konsep penataan (lay out) pada ruang kelas, yaitu penataan linier antara meja panjang dan kursi berjajar ke samping dengan berjenjang. Sedangkan metode theatre style adalah konsep penataan (lay out) pada teater, yaitu penataan furniture secara berjajar linier ke samping dan ke belakang. Perbedaan kedua gaya tersebut terletak pada penggunaan meja. Pada gaya teater tanpa menggunakan meja, tetapi pada gaya ruang kelas menggunakan meja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.
Gambar 31. Seating lay out furniture dengan metode theatre style Sumber : Fred Lawson (1981:144)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Gambar 32. Seating lay out furniture dengan metode ruang kelas Sumber : Fred Lawson (1981:144) Seating lay out ini sangat berpengaruh terhadap penentuan kapasitas jumlah pengguna ruangan yang dapat ditampung dan luas ruangan yang dibutuhkan. Dalam hal ini Ernst Neufred yang diterjemahkan oleh Sjamsu Amril (1991:214) mengemukakan : Luas ruang yang dibutuhkan Dengan tempat duduk model banket 1,1−1,3 m² / orang Untuk pertemuan : meja-meja kelompok 0,9−1,1 m² / orang tempat duduk seperti di teater 0,5−0,6 m² / orang Sedang kebutuhan ruang lainnya adalah : Ruang-ruang samping, kira-kira ⅓ luas ruang serbaguna dan bar tambahan ; Gudang perabotan kira-kira 0,5 m²/kursi, yang dapat dengan mudah dicapai dari ruang serbaguna tersebut. Pendapat di atas mengandung suatu pengertian bahwa kebutuhan ruang atau kapasitas suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh bentuk seating lay out dari furniture terutama penataan meja dan kursi, dan perlu adanya gudang penyimpanan perabotan kira-kira 0,5 m²/kursi, yang dengan mudah dicapai dari ruang pertemuan. Sedang seating lay out untuk ruang pertemuan Josheph De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:252) menerangkan lebih lanjut yang dapat dilihat pada gambar berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Gambar 33. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:252)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Gambar 34. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:253)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Gambar 35. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:254)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Gambar 36. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:255)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
B. Kerangka Berfikir Hotel sebagai suatu bangunan yang menyediakan jasa penginapan, penyajian hidangan dan jasa-jasa lain yang telah memenuhi persyaratan, bagi para tamu yang sedang melakukan perjalanan dalam jangka waktu tertentu dan tidak untuk menetap, yang bertujuan komersial, dalam perkembangannya yang bersifat komersial perlu memberikan jasa-jasa lain yang menunjang kegiatan yang berlangsung di dalam hotel, salah satu adalah dengan tersedianya ruang pertemuan (meeting room). Interior ruang pertemuan yang merupakan perwujudan suatu bagian dalam yang menampung kegiatan pertemuan, dimana dalam penciptaannya dipengaruhi aspek-aspek fungsional teknik dan ekonomi dengan pertimbangan manusia, keindahan dan psikologis yang diharapkan mampu memberikan suasana yang nyaman, menyenangkan bagi penghuninya dan mewakili cita rasa penciptanya. Dalam penciptaan interior ruang pertemuan di hotel perlu mempertimbangkan beberapa hal : 1. Spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan yang meliputi lantai, dinding dan plafond / ceiling yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa 2. Lay out furniture ruang pertemuan 3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO
Pedan Ball Room
Spesifikasi interior ruang pertemuan
Sukoharjo Meeting Room
Lay out furniture ruang pertemuan
Langen Harjo Executive Lounge
Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan
Kajian Teori
Analisis
Hasil Analisis
Kurang sesuai kriteria
Sesuai kriteria
Masukan bagi perbaikan hotel
Masukan bagi pengguna dan pengelola hotel
Gambar 37. Alur Kerangka Berfikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo yang beralamatkan di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132, telephon (0271) 644144 Fax (0271) 644133.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian di Hotel Sahid Jaya Solo dimulai pada bulan Januari 2009. Tabel 3. Waktu Penelitian No
Kegiatan
Waktu
1
Pengajuan Judul
30 April 2008
2
Proposal Skripsi
20 Mei 2008
3
Seminar Skripsi
13 Juni 2008
4
Revisi Proposal
15 September 2008
5
Perijinan Penelitian
6
Penelitian
2 Desember 2008 10 Januari 2009
A. Bentuk dan Strategi Penelitian Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam penelitian ini, maka perlu menggunakan metode penelitian yang tepat. Ditinjau dari bidangnya, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian ilmu teknik. Ditinjau dari taraf penulisannya maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu tindakan untuk mempelajari suatu obyek, tanpa suatu maksud untuk mengambil suatu kesimpulan yang berlaku secara umum. Ditinjau dari analisa datanya, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu analisa yang menggunakan
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas. Sedangkan strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengacu pada penelitian deskriptif.
B. Sumber data Menurut Lofland dalam Lexy. J. Moleong (2002:157), “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sumber data yang diambil dari penelitian ini didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya : 1. Instrumen Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak tergantung pada kemampuan peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data. 2. Informan Informan adalah orang yang mengetahui permasalahan-permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi seluas-luasnya kepada peneliti. Informasi inilah yang akan dikaji oleh peneliti untuk dijadikan sumber data. Orang yang bertindak sebagai informan adalah personalia manager, karyawan dan staff pengelola Hotel Sahid Jaya Solo, dan semua pihak yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang tepat dan akurat. 3. Tempat atau Obyek Tempat atau obyek yang akan dijadikan penelitian adalah Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo. 4. Studi Pustaka Disamping data yang diperoleh dari hasil wawancara, diambil juga data dari hasil studi ilmiah yang berhubungan dengan obyek penelitian. Penelitian ini juga mencari data dengan menggunakan observasi dan literatur. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pengertian awal serta gambaran permasalahan yang lebih khusus. Identifikasi segala permasalahan dan pemecahannya dengan mencari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
berbagai informasi yang berhubungan dengan obyek penelitian melalui media cetak, elektronik, maupun internet. 5. Dokumentasi Selain beberapa sumber data di atas, peranan dokumentasi sangat penting untuk mendukung tingkat keakuratan data. Hal ini untuk menjelaskan kondisi sesungguhnya di lapangan dan dapat disajikan dalam laporan penelitian dengan bentuk gambar atau foto.
C. Teknik Sampling Karena penelitian ini merupakan teknik kualitatif, maka cuplikan yang digunakan bukan cuplikan seperti yang digunakan dalam penelitian kuantitatif. Oleh karena itu cuplikan yang digunakan lebih bersifat purposive sampling. Sampling yang purposive adalah sample yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Menurut Lexy J. Maleong (2002:165) mengatakan bahwa : “Teknik sampling digunakan dalam penelitian kualitatif mempunyai maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (construction). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan dalam konteks yang unik. Maksud kedua dari teknik sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel yang bertujuan (purposive sample)”. Sehingga yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel bertujuan (purposive sample) maksudnya dalam penelitian ini sampel telah ditentukan sebelumnya terutama yang akan dijadikan informasi harus melalui selektif yang ketat dan cermat. Ditetapkan adalah orang yang mengetahui dan berhubungan langsung dengan masalah penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat dengan mengadakan pengamatan lapangan dan menghubungi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
instansi-instansi yang mempunyai data yang berhubungan dengan masalah yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi : 1. Wawancara Yang dimaksud wawancara adalah mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara lisan yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam penyusunan penelitian. Dengan wawancara ini diharapkan akan diperoleh data secara langsung dari informan baik itu data yang bersifat informasi. 2. Observasi Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diamati atau diteliti. Dalam penelitian ini peneliti mencatat dan menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam situasi yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Menelaah Dokumen Menelaah dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen yang ada. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005:272) dijelaskan bahwa “dokumen adalah rekaman suara, gambar, film, dan sebagainya yang dapat dijadikan bukti keterangan”. Teknik ini bisa berupa catatan lapangan dan penggunaan dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat dan stabil sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya dengan masalah dan tujuan penelitian.
F. Validitas Data Validitas data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas data trianggulasi. Lexy J. Maleong (2006:330) menyatakan bahwa, “trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain”. Hal tersebut senada dengan pernyataan Denzin (1978) yang dinyatakan oleh Lexy J. Moleong (2006:330) berpendapat bahwa “empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Trianggulasi dengan sumber yang berarti membandingkan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode deskriptif kualitatif. Adapun langkah yang diambil dengan jalan : (1) membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang bersangkutan, (3) membandingkan hasil dari pengamatan dengan arsip atau dokumen yang berkaitan, (4) membandingkan hasil dari suatu pengamatan dengan pendapat pribadi mengenai masalah penelitian. Trianggulasi dengan metode menurut Patton (1987) yang dinyatakan oleh Lexy J. Moleong (2006:331) menyatakan bahwa “terdapat dua strategi, yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat pengumpulan kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama”. Trianggulasi penyidik, ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Trianggulasi dengan teori, adapun trianggulasi teori menurut Patton (1987) yang dinyatakan Lexy J. Moleong (2006:331) menyatakan bahwa “faktafakta tertentu dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih toei itu dinamakan penjelasan pembanding”. Dalam hal ini tidak boleh berharap hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran. Yang terpenting adalah bisa mengetahui adanya alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut. Dari ke empat macam trianggulasi tersebut, penelitian ini menggunakan jenis trianggulasi data, trianggulasi teori, dan trianggulasi peneliti.
G. Teknik Analisis Data Setelah data dari berbagai sumber terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah analisis data. Menurut Patton (1980:168) dalam buku Lexy J. Maleong (2002:103),
analisis
data
adalah
:
“proses
mengatur
urutan
data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola ketegori dan satuan uraian dasar. Hal ini dilakukan dengan memberikan arti signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Dari rumusan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data-data yang terkumpul kemudian pekerjaan selanjutnya adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikannya. Yang bertujuan untuk menemukan tema yang akhirnya diangkat menjadi teori. Dalam proses analisis data ini ada tiga komponen yang penting. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses yang berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut : 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, membuang hal-hal yang tidak penting dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data yaitu antara data primer di lapangan dengan data sekunder dari informasi atau dokumen yang didapat dari instansi yang terkait. 2. Panyajian Data Yaitu menyampaikan data yang telah direduksi dalam bentuk sajian yang berupa teks narasi, gambar, skema yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif. 3. Penarikan Kesimpulan Setelah semua data yang direduksi disajikan maka selanjutnya dilakukan penyimpulan data, namun kesimpulan itu mula-mula masih kabur, mudah berubah dan masih diragukan. Dalam hal ini kesimpulan masih dalam kerangka analisis data.
H. Prosedur Penelitian Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian ini, maka diperlukan suatu susunan prosedur yang sistematis dan berurutan sehingga mudah untuk dipahami dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dari penelitian. H. B. Sutopo (1996:140) menyatakan bahwa “kegiatan penelitian dapat terdiri dari persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan”. Berdasarkan pendapat tersebut maka prosedur dalam penelitian ini meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
1. Tahap Persiapan Penelitian Tahap ini merupakan tahap awal sebelum mengadakan penelitian ke lapangan, kegiatan utama yang meliputi : a. Studi pustaka, yaitu mempelajari buku-buku hasil penelitian, majalah ilmiah serta bacaan lain yang berkaitan dengan tema penelitian. b. Pengajuan proposal penelitian, yaitu menyusun rancangan penelitian sebagai kelengkapan untuk memperoleh ijin pelaksanaan dan sebagai pedoman kegiatan penelitian. 2. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilakukan dengan melakukan kegiatan langsung ke lapangan melalui observasi, wawancara atau mencari dokumen serta arsip yang terdapat pada instansi yang terkait dengan masalah penelitian ini. 3. Tahap Analisis Data Tujuan analisis adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Kegiatan yang dilakukan adalah mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola dasar sehingga mudah dilakukan penafsiran. 4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan, yaitu kegiatan menyusun laporan hasil penelitian dalam bentuk penulisan skripsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
SKEMA PROSEDUR PENELITIAN
Pengajuan Judul
Disetujui
Tidak disetujui
Praproposal
Proposal
Seminar
Pengajuan Ijin ke Universitas dan Lokasi Penelitian
Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Pengambilan Data dan Penelitian di Lapangan
Analisis Data dan Pemrosesan Data
Penulisan Laporan
Gambar 38. Skema Prosedur Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo tidak lepas dari sejarah kehidupan pasangan Sukamdani dan Juliah. Pada tanggal 13 Januari 1960, mereka mendirikan PT. Sahid & CO yang bergerak dalam bidang percetakan. Itulah badan hukum pertama yang mereka dirikan dengan perjuangan dan keuletan. Kata “Sahid” itu sendiri diambil dari nama orang tua Sukamdani yaitu KH. Sahid Djogosentono. Pada awalnya mereka ingin membangun sebuah hotel di Solo daerah asal Sukamdani. Maka antara tahun 1961 – 1962 melalui pertimbangan dan perhitungan yang matang mereka membeli sebidang tanah seluas 3. 749 m² di Solo, tanah bekas milik keluarga almarhum Mr. Wongsonegoro mantan wakil perdana menteri pertama di jaman Orde lama dan mantan gubernur Jawa Tengah pertama. Pembangunan Hotel Sahid Solo ini selesai dan diresmikan pada tanggal 8 Juli 1965. Bertepatan dengan hari ulang tahun Juliah yang ke 31, hadir dalam peresmian itu menteri penasehat presiden / perdana menteri funs & forces, ketua umum humas Notohamiprojo, Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai ketua dewan pariwisata Indonesia, gubernur Jawa Tengah Mochtar. Semua tamu yang hadir memberi sambutan dan mendukung usaha pariwisata yang ditangani secara baik dan Hotel Sahid Solo berubah namanya menjadi Hotel Sahid Raya Solo. Kemudian pada tahun 2008 hotel Sahid Raya Solo menjadi hotel berbintang lima dengan nama Hotel Sahid Jaya Solo hingga sekarang ini. Hotel Sahid Jaya Solo berlokasi di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132, lokasi yang sangat ideal untuk keperluan bisnis dan rekreasi, karena letaknya yang strategis, berada di pusat kota Solo. Selain itu Hotel Sahid Jaya Solo juga berdekatan dengan stasiun kereta api Balapan ∀ 500 meter dari arah selatan stasiun Balapan dan ∀ 1, 5 km ke arah selatan dari terminal bus Tirtonadi Solo.
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Hotel Sahid Jaya Solo juga terletak tidak jauh dari obyek dan daya tarik wisata, antara lain 100 m arah selatan hotel terdapat Monumen Pers Nasional dan ∀ 300 meter arah timur terdapat Pura Mangkunegaran dan Pasar Antik Triwindu dan obyek serta daya tarik wisata lainnya.
Gambar 39. Hotel Sahid Jaya Solo Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo (2008)
Gambar 40. Peta Hotel Sahid Jaya Solo Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo (2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
2. Struktur Organisasi Dalam penelitian ini disampaikan struktur organisasi Hotel Sahid Jaya Solo. Tentang struktur organisasi engineering yang dapat dilihat dalam bagan di bawah ini : ORGANIZATION CHART ENGINEERING DEPARTMENT HOTEL SAHID JAYA SOLO GENERAL MANAGER
CHEEF ENGINEERING
ASSISTANT CHEEF ENGINEERING
CHEEF H. L. P
CHEEF R/M ADM. SPV
HLP. SPV
BOILERS
AIR COND.
R/M SPV
ELECTRIC GENERATOR
WATER SOUND TV
PAINTING
PLUMBING
CARPENTRY
REFRIG
MASONRY
Gambar 41. Bagan struktur organisasi bagian Engineering Hotel Sahid Jaya Solo. Sumber : Bagan struktur organisasi Hotel Sahid Jaya Solo (2009)
3. Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo Hotel Sahid Jaya memiliki 3 (tiga) ruang pertemuan di dalamnya, yaitu : Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge dimana ketiga ruangan ini disediakan bagi masyarakat pengguna ruang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
pertemuan, yang biasanya dipergunakan untuk seminar, rapat, simponsium dan lain sebagainya. a. Pedan Ball Room Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 18 m x 18 m (324 m²) dengan kapasitas 225 orang untuk class room, 400 orang untuk theatre, dan 225 orang untuk restaurant. Pedan Ball Room berada di lantai tiga hotel, dengan dilengkapi fasilitas penunjang kegiatan pertemuan antara lain over head and slide projector, sound system, flip chart, laser, pointer, whiteboard dan boardmaker. Ruang ini juga menggunakan alat pengkondisian udara dengan AC (Air Conditioner) split dan akustik ruang.
Gambar 42. Pedan Ball room Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo
b. Sukoharjo Meeting Room Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 21 m x 11 m (231 m²) dengan kapasitas 130 orang untuk class room, 200 orang untuk theatre, dan 120 orang untuk restaurant. Sukoharjo Room berada di lantai dasar hotel, dengan dilengkapi fasilitas penunjang kegiatan pertemuan seperti pada Pedan Ball room. Ruang ini juga menggunakan alat pengkondisian udara AC (Air Conditioner) split dan akustik ruang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Gambar 43. Sukoharjo Meeting Room Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo
c. Langen Harjo Executive Lounge Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 9 m x 6 m (54 m²) dengan kapasitas 40 orang untuk class room, 60 orang untuk theatre, dan 60 orang untuk restaurant. Langen Harjo Executive Lounge berada di lantai sembilan hotel, antara lain over head and slide projector, sound system, flip chart, laser, pointer, whiteboard dan boardmaker. Ruang ini juga menggunakan alat pengkondisian udara dengan AC (Air Conditioner) split.
Gambar 44. Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
B.
Deskripsi Permasalahan Penelitian
Dalam perancangan interior ruang pertemuan harus memperhatikan lingkungan yang sehat dan kenyamanan pengguna ruangan dalam menjalankan segala aktifitas pertemuan. Maka ruang pertemuan tersebut harus memiliki perancangan yang khusus sehingga kebutuhan pengguna dapat terpenuhi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Dalam penelitian ini berusaha dikaji keadaan interior ruang pertemuan pada Hotel Sahid Jaya Solo dengan mengambil permasalahan spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan, lay out furniture ruang pertemuan dan pencahayaan, penghawaan dan akustik yang digunakan di dalam ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi langsung di lapangan, wawancara dengan pihak yang terkait dan dokumentasi yang ada. Dengan ketiga cara yang ditempuh di atas diharapkan bisa didapat data yang akurat, dari data yang telah diperoleh sedemikian rupa sehingga dapat digambarkan dalam bentuk pernyataan. Hal-hal yang didapatkan dari ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo adalah : 1. Spesifikasi Interior Ruang Pertemuan Dalam penelitian ini, faktor penentu spesifikasi ruang pertemuan di dalamnya meliputi :
a. Pedan Ball Room 1) Lantai a) Dasar dari lantai Pedan Ball Room menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran setebal 2 cm dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi dengan lantai lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to wall bermotif sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm dengan warna hijau bintik merah dan biru yang memberikan kesan hangat. (Gambar 45) b) Terdapat stage yang terbuat dari block board (kotak kayu tebal 18 mm) dengan tinggi 50 cm, lebar 250 cm, dan panjang 10 m yang dilapisi dengan karpet berwarna hijau. Konstruksi stage non permanen. (Gambar 46)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Gambar 45. Lantai Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 46. Stage Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009) 2) Elemen Vertikal a) Dinding (1) Dinding Pedan Ball Room menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna crem. Lis profil dari bahan kayu dipasang pada bagian atas dan bawah dengan bahan kayu selebar kurang lebihnya 50 cm. (Gambar 47) (2) Pada dinding terdapat pintu yang terbuat dari bahan kayu jati dengan 2 macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu. Finishing pintu adalah cat melamin dengan warna cokelat. (Gambar 48)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
(3) Terdapat wall lamp (25 watt) yang digunakan sebagai decorative lighting dengan pemasangan pada wall (gambar 49). Terdapat juga ornamen pada sudut-sudut dinding yang berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Finishing ornamen motif hewan tersebut menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna merah, biru, hijau, dan kuning. Finishing ornamen motif tumbuhan menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan cokelat. (Gambar 50)
Gambar 47. Dinding Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 48. Pintu Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Gambar 49. Wall lamp pada dinding Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 50. Ornamen pada dinding Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b) Pintu dan Jendela (1) Pintu Pedan Ball Room adalah terbuat dari bahan kayu jati sungkei. (2) Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 4 buah dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 1 buah. Finishing pintu adalah cat melamin dengan warna coklat. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup. (Gambar 51) (3) Pedan Ball Room tidak terdapat adanya jendela.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Gambar 51. Pintu Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
3) Ceiling a) Pada ruangan ini, bahan ceilingnya terbuat dari gypsum warna crem dengan penurunan atau permainan drop ceiling 2 kali. (Gambar 52) b) Ketinggian ceiling 8 meter. Terdapat juga ornamen Jawa yang berupa motif manusia. Lis profil dari bahan kayu dipasang pada sudut-sudut ceiling untuk menambah kerapian. c) Terdapat lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan digantung. (Gambar 53) d) Adanya fixture AC split pada ceiling Pedan Ball Room. (Gambar 54)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Gambar 52. Ceiling Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 53. Drop ceiling Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 54. Down light dan fixture AC split pada ceiling Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
4) Furniture dan Perlengkapan a) Furniture Semua furniture dibuat moveable (dapat dipindah), karena menyesuaikan dengan jenis kegiatan maupun acara yang akan diadakan, serta dapat mempermudah dalam penyimpanannya. Meja (1) Terdapat dua jenis meja pada Pedan Ball Room, yaitu meja berbentuk bundar dan persegi panjang. (2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi, papan meja terbuat dari melamin dan formika. (3) Ukuran meja bundar dengan diameter 140 cm, tinggi 75 cm. Ukuran meja persegi panjang dengan lebar 29, 5 cm, panjang 210 cm, dan tinggi 75 cm. (Gambar 55) (4) Finishing meja adalah cat melamin dan formika yang dilapisi dengan karpet covering dan kain cotton. (5) Konstruksi meja non permanen. Kursi (1) Bahan kursi pada Pedan Ball Room adalah rangka kursi terbuat dari stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa. (2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45 cm. (3) Konstruksi kursi permanen. Mimbar (1) Bahan mimbar pada Pedan Ball Room adalah terbuat dari kayu jati dengan ketebalan 2 cm. (2) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm, panjang 80 cm, dan tinggi 120 cm dengan finishing dari cat melamin. (3) Pada mimbar terdapat nama dan logo hotel Sahid Jaya Solo. (4) Konstruksi mimbar permanen. (Gambar 56)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Stage (1) Stage Pedan Ball Room terbuat dari block board (kotak kayu tebal 18 mm) dengan tinggi 50 cm, lebar 250 cm, dan panjang 10 m yang dilapisi dengan karpet berwarna hijau. Konstruksi stage non permanen. (2) Pada stage terdapat 2 buah trap tangga yang terbuat dari kayu dengan ketinggian 40 cm, lebar 40 cm, panjang 100 cm yang dilapisi dengan karpet polos barwarna merah. Stage juga terdapat aksesori dekoratif yang berupa tanaman hias. (Gambar 57)
Gambar 55. Meja dan kursi pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 56. Mimbar pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Gambar 57. Stage pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009) b) Perlengkapan (1)
Overhead & slide projector, screen, OHP
(2)
Sound system
(3)
Flip chart & laser pointer
(4)
Whiteboard & boardmaker.
Gambar 58. Screen pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 59. Sound system pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
5) Ornamen dan Aksesori a) Pada sudut dinding Pedan Ball Room terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Finishing ornamen motif hewan tersebut menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna merah, biru, hijau,
dan
kuning.
Finishing
ornemen
motif
tumbuhan
menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan cokelat. (Gambar 60) b) Pada ceiling Pedan Ball Room terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa manusia atau tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana. Dewa Endra yaitu Dewa Bumi. Merupakan simbol badan manusia yang diwujudkan bumi atau tanah. Watak kisma atau bumi adalah kaya, rela, suka berderma, kaya hati atau lembah manah. Sifat Bumi. Dewa Brahma adalah Dewa Api, Ini merupakan simbol nafsu, yang dilambangkan api. Watak api mampu menyelesaikan masalah dengan adil serta tidak membedakan satu dan lainnya. Sifat api, bersifat panas membara, kalau disulut akan berkobar dan membakar apa saja tanpa pandang bulu, tetapi juga sangat diperlukan dalam kehidupan. Dewa Baruna berwujud Dewa Samudra atau Dewa Air. Watak samudra maknanya adalah hati yang luas, penuh kesabaran, serta siap menerima berbagai keluhan atau mampu menampung beban orang banyak tanpa perasaan keluh kesah. Sedangkan Dewa Srisadana adalah Dewi Hasil Bumi atau Dewi Kemakmuran atau disebut juga dengan Dewi Sri / Dewi Padi. (Gambar 61) b) Finishing ornamen pada ceiling Pedan Ball Room adalah menggunakan cat lukis dengan kombinasi warna merah, coklat, dan hitam. c) Pada Pedan Ball Room terdapat adanya aksesori dekoratif berupa tanaman hias yang terletak pada stage. (Gambar 62)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Gambar 60. Ornamen dinding Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 61. Ornamen ceiling Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 62. Aksesori dekoratif Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
b. Sukoharjo Meeting Room 1) Lantai a) Dasar dari lantai Sukoharjo Meeting Room menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran setebal 2 cm dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi dengan lantai lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to wall bermotif sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm dengan warna hijau bintik putih yang memberikan kesan hangat. (Gambar 63) b) Terdapat stage yang terbuat dari block board (kotak kayu tebal 18 mm) dengan tinggi 30 cm, lebar 240 cm, dan panjang 5, 5 m yang dilapisi dengan karpet berwarna merah. Konstruksi stage non permanen. (Gambar 64)
Gambar 63. Lantai Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 64. Stage Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
2) Elemen Verikal a) Dinding (1) Dinding Sukoharjo Meeting Room menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna crem (gambar 65). Lis profil dari bahan kayu dipasang pada bagian atas dan bawah dengan bahan kayu selebar kurang lebihnya 30 cm. Pada ruangan ini terdapat juga dinding pembagi ruangan yang disebut dengan Track Wall terbuat dari multiplek yang dilapisi dengan wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna crem, dinding tersebut merupakan dinding buatan yang dimaksudkan agar pengguna ruangan dapat menggunakan ruang seperlunya saja. (Gambar 66) (2) Pada dinding terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu. Finishing pintu adalah cat melamin dengan warna coklat. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup. (Gambar 67) (3) Terdapat wall lamp (25 watt) yang digunakan sebagai decorative lighting dengan pemasangan pada wall (gambar 68). Terdapat juga ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bungabungaan. Finishing ornamen tersebut menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan putih. (Gambar 69)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Gambar 65. Dinding Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 66. Dinding Track Wall Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 67. Pintu Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Gambar 68. Wall lamp pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 69. Ornamen dinding pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b) Pintu dan Jendela (1) Pintu Sukoharjo Meeting Room terbuat dari bahan kayu jati sungkei. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 3 buah dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 3 buah. Finishing pintu adalah cat melamin dengan warna coklat. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup. (Gambar 70) (2) Sukoharjo Meeting Room juga tidak terdapat adanya jendela.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Gambar 70. Pintu Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009) 3) Ceiling a) Pada ruangan ini, bahan ceilingnya terbuat dari gypsum warna crem dengan penurunan atau permainan drop ceiling. Ketinggian ceiling 2, 75 meter. Terdapat juga ornamen Jawa yang berupa motif hewan yaitu berupa gajah dan kuda. Lis profil dari bahan kayu dipasang pada sudut-sudut ceiling untuk menambah kerapian. (Gambar 71) b) Terdapat lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan digantung. (Gambar 72) c) Adanya fixture AC Split pada ceiling Sukoharjo Meeting Room. (Gambar 73)
Gambar 71. Ceiling Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Gambar 72. Lampu down light Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 73. Fixture AC split pada ceiling Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
4) Furniture dan Perlengkapan a) Furniture Semua
furniture
dibuat
moveable
(dapat
dipindah),
karena
menyesuaikan dengan jenis kegiatan maupun acara yang akan diadakan, serta dapat mempermudah dalam penyimpanannya. Meja (1) Terdapat satu jenis meja pada Sukoharjo Meeting Room, yaitu meja persegi panjang. (2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi, papan meja terbuat dari melamin. (3) Ada dua macam ukuran meja pada Sukoharjo Meeting Room yang pertama dengan lebar 50 cm, panjang 180 cm, dan tinggi 75 cm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Meja ukuran kedua yaitu dengan lebar 45 cm, panjang 210 cm, dan tinggi 75 cm. (4) Finishing meja adalah cat melamin yang dilapisi dengan karpet covering dan kain cotton. (5) Konstruksi meja non permanen. (Gambar 74) Kursi (1) Bahan kursi pada Sukoharjo Meeting Room adalah rangka kursi terbuat dari stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa. (2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45 cm. (3) Konstruksi kursi permanen. Mimbar (1) Bahan mimbar pada Sukoharjo Meeting Room adalah terbuat dari kayu jati dengan ketebalan 2 cm. (2) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm dan tinggi 120 cm dengan finishing dari cat melamin. (3) Konstruksi mimbar permanen. (Gambar 75) Stage (1) Stage Sukoharjo Meeting Room terbuat dari block board (kotak kayu tebal 18 mm) dengan tinggi 30 cm, lebar 240 cm, dan panjang 5, 5 m yang dilapisi dengan karpet berwarna merah. Konstruksi stage non permanen. (Gambar 76) (2) Pada stage terdapat 2 buah trap tangga yang terbuat dari kayu dengan ketinggian 20 cm, lebar 50 cm, panjang 150 cm yang dilapisi dengan karpet polos barwarna merah. Stage juga terdapat aksesori dekoratif yang berupa tanaman hias. (Gambar 77)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Gambar 74. Furniture pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 75. Mimbar pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 76. Stage Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Gambar 77. Aksesori dekoratif berupa tanaman hias pada stage Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009) b) Perlengkapan (1) Overhead & slide projector, screen, OHP (2) Sound system (3) Flip chart & laser pointer (4) Whiteboard & boardmaker
Gambar 78. Screen pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009) 5) Ornamen dan Aksesori a) Pada dinding Sukoharjo Meeting Room terdapat ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-bungaan. Finishing ornamen tersebut menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan putih. b) Pada ceiling Sukoharjo Meeting Room terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah. Finishing ornamen pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
ceiling Sukoharjo Meeting Room adalah menggunakan cat lukis dengan kombinasi warna merah, biru, dan hitam.
Gambar 79. Macam ornamen pada dinding dan ceiling Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
c. Langen Harjo Executive Lounge 1) Lantai a) Dasar dari lantai Langen Harjo Executive Lounge menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran setebal 2 cm dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi dengan lantai lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to wall bermotif sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm dengan warna hijau bintik merah yang memberikan kesan hangat. (Gambar 80) b) Lantai Langen Harjo Executive Lounge tidak terdapat adanya stage.
Gambar 80. Lantai Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
2) Elemen Vertikal a) Dinding (1) Dinding Langen Harjo Executive Lounge menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding menggunakan wall paper covering setebal kertas dengan warna crem tanpa adanya ornamen. (Gambar 81) (2) Pada dinding Langen Harjo Executive Lounge terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu. (3) Terdapat juga aksesori dekoratif yang berupa lukisan (Gambar 82) dan wall lamp (25 watt) yang berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan pada wall. (Gambar 83)
Gambar 81. Dinding Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 82. Aksesori dekoratif Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Gambar 83. Wall lamp pada Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009) b) Pintu dan Jendela (1) Terdapat dua macam jenis pintu. Pintu dari kaca dan pintu dari kayu jati sungkei. (2) Ukuran pintu kaca dengan dua daun pintu (180 cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah dan ukuran pintu kayu dengan satu daun pintu (90 cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah. Finishing pintu kayu adalah cat melamin dengan warna coklat. (Gambar 84) (3) Langen Harjo Executive Lounge terdapat adanya jendela geser bahan dari kaca dengan ukuran 80 cm x 120 cm dengan jumlah 2 buah. Pada jendela tersebut ada penanganan jendela berupa tirai panjang berwarna merah yang terbuat dari kain tekstil. (Gambar 85)
Gambar 84. Pintu Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Gambar 85. Jendela Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
3) Ceiling a) Ceiling ruangan ini sangat sederhana terbuat dari bahan gypsum tanpa adanya permainan drop ceiling. (Gambar 86) b) Ketinggian ceiling 2, 80 meter dengan warna putih polos tanpa adanya ornamen. c) Terdapat lampu down light (18 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu halogen spott light (20 watt) berfungsi sebagai pencahayaan setempat dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 87) d) Adanya fixture AC split pada ceiling Langen Harjo Executive Lounge. (Gambar 88)
Gambar 86. Ceiling Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Gambar 87. Lampu down light Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 88. Fixture AC split Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
4) Furniture dan Perlengkapan a) Furniture Meja (1) Terdapat satu jenis meja pada Langen Harjo Executive Lounge, yaitu meja persegi panjang. (2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi, papan meja terbuat dari melamin. (3) Ukuran meja persegi panjang dengan lebar 29, 5 cm, panjang 210 cm, dan tinggi 75 cm. (4) Finishing meja adalah cat melamin yang dilapisi dengan karpet covering dan kain cotton. (5) Konstruksi meja non permanen. (Gambar 89)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Kursi (1) Kursi pada ruangan ini sama dengan kursi pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room. Yaitu rangka kursi terbuat dari stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa. (2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45 cm. (3) Konstruksi kursi permanen. (Gambar 90) Mimbar (1) Mimbar pada ruangan ini sama dengan mimbar pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room. (2) Bahan mimbar terbuat dari kayu jati dengan ketebalan 2 cm. (3) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm, panjang 80 cm, dan tinggi 120 cm dengan finishing dari cat melamin. (4) Konstruksi mimbar permanen.
Gambar 89. Meja Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 90. Kursi Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
b) Perlengkapan (1) Overhead & slide projector, screen, OHP (2) Sound system (3) Flip chart & laser pointer (4) Whiteboard & boardmaker
Gambar 91. Sound system Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 92. Screen Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
5) Ornamen dan Aksesori a)
Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak terdapat adanya ornamen.
b)
Hanya terdapat aksesori yang berupa aksesori dekoratif, yaitu lukisan dengan jumlah 4 buah dan aksesori dekoratif berupa tanaman sebanyak 2 buah. (Gambar 93)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Gambar 93. Macam aksesori pada Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
2. Lay Out Furniture Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan lay out furniture dan analisa perhitungan besaran kapasitas ruang pertemuan sebagai berikut :
a.
Pedan Ball Room L
= 324 m2
L sarana penunjang
= 2 m x 18 m = 36 m²
V ruang efektif = L ruang – L sarana penunjang = 324 – 36 = 288 m2
1)
Class style 116 p
Biasanya digunakan untuk : - meeting
18.00
- presentasi, seminar, dll
18.00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Meja
= 0,295 x 0,525 = 0,154 m2
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture
= 0,145 + 0,189 = 0,343 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 288
= 0,343X + 40%.0,343X + 1/3.288
288
= 0,343X + 0,1372X + 96
192
= 0,4802X
X
= 192/0,4802 = 400 orang
Maka penataan Class style untuk 225 orang di ruang Pedan Ball Room memenuhi syarat, karena kurang dari 400 orang.
2)
Theatre style 182 p
Biasanya digunakan untuk :
18.00
- seminar - presentasi, party, dll
18.00
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture
= 0,189
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 288
= 0,189X + 40%.0,198X + 1/3.288
288
= 0,189X + 0,0756X + 96
192
= 0,2646X
X
= 192/0,2646 = 725 orang
Maka penataan Theatre style untuk 400 orang di ruang Pedan Ball Room memenuhi syarat, karena kurang dari 725 orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
3)
Restaurant style 64 p
Biasanya digunakan untuk : - party, arisan
18.00
- weeding, dll
18.00
Meja
= 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture
= 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 288
= 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.288
288
= 0,3115X + 0,1246X + 96
192
= 0,4361X
X
= 192/0,4361 = 440 orang
Maka penataan Restaurant style untuk 225 orang di ruang Pedan Ball Room memenuhi syarat, karena kurang dari 440 orang.
b.
Sukoharjo Meeting Room L
= 231 m2
L sarana penunjang = 1,5 m x 11 m = 16, 5 m2 V Ruang efektif
= L Ruang – L sarana penunjang = 231 – 16,5 = 214,5 m2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
1)
Class style 30 p
Biasanya digunakan untuk :
21.00
- meeting - loka karya, seminar, dll 11.00
Meja
= 0,50 x 0,45 = 0,225 m2
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,225 + 0,189 = 0,414 m2 V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 214,5 = 0,414X + 40%.0,414X + 1/3.214,5 214,5 = 0,414X + 0,1656X + 71,5 143 = 0,5796X X
= 143/0,5796 = 246 orang
Maka penataan Class style untuk 130 orang di ruang Sukoharjo Meeting Room memenuhi syarat, karena kurang dari 246 orang.
2)
Theatre style 132 p
Biasanya digunakan untuk :
21.00
- meeting - presentasi, seminar, dll 11.00
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,189 V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 214,5 = 0,189X + 40%.0,189X + 1/3.214,5 214,5 = 0,189X + 0,0756X + 71,5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
143 = 0,2646X X = 143/0,2646 = 540 orang Maka penataan Theatre style untuk 200 orang di ruang Sukoharjo Meeting Room memenuhi syarat, karena kurang dari 540 orang. 3) Restaurant style 48 p
Biasanya digunakan untuk : - party
21.00
- weeding, dll 11.00
Meja
= 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture
= 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 214,5 = 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.214,5 214,5 = 0,3115X + 0,4361X + 71,5 143 = 0,7476X X = 192/0,7476 = 256 orang Maka penataan Restaurant style untuk 120 orang di ruang Sukoharjo Meeting Room memenuhi syarat, karena kurang dari 256 orang.
c.
Langen Harjo Executive Lounge L
= 54 m2
Luas sarana penunjang
=1mx6m = 6 m2
V Ruang efektif
= L Ruang – L sarana penunjang = 54 – 6 = 48 m2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
1)
Class style 40 p
Biasanya digunakan untuk :
9.00
- meeting, loka karya - presentasi, seminar, dll 6.00
Meja
= 0,295 x 0,525 = 0,154 m2
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture
= 0,154 + 0,189 = 0,343 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 48
= 0,343X + 40%.0,343X + 1/3.48
48
= 0,343X + 0,1372X + 16
32
= 0,4802X
X
= 32/0,4802 = 66 orang
Maka penataan Class style untuk 40 orang di ruang Langen Harjo Executive Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 66 orang.
2)
Theatre style 60 p
Biasanya digunakan untuk : - presentasi, seminar, dll
9.00
6.00
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture
= 0,189
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 48
= 0,189X + 40%.0,189X + 1/3.48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
48
= 0,189X + 0,0756X + 16
32
= 0,2646X
X
= 32/0,2646 = 120 orang
Maka penataan Theatre style untuk 60 orang di ruang Langen Harjo Executive Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 120 orang.
3)
Restaurant style 28 p
Biasanya digunakan untuk :
9.00
- meeting - presentasi, seminar, dll 6.00
Meja
= 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2
Kursi
= 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture
= 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif 48
= 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.48
48
= 0,3115X + 0,1246X + 16
32
= 0,4361X
X
= 32/0,4361 = 79 orang
Maka penataan Restaurant style untuk 60 orang di ruang Langen Harjo Executive Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 79 orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
3. Pencahayaan, Penghawaan dan Akustik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
a. Pencahayaan Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan pencahayaan ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. 1)
Pedan Ball Room Secara keseluruhan digunakan pencahayaan buatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menampilkan kesan khusus digunakan pencahayaan setempat. Cahaya ditempatkan pada langitlangit dan sebagian pada dinding. Untuk jenis lampu yang digunakan yaitu : a) Lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 94) b) Lampu flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. c) Lampu crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan digantung. (Gambar 95) d) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan pada wall. (Gambar 96)
Gambar 94. Lampu down light pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Gambar 95. Lampu crome cabe pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 96. Wall lamp pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
2)
Sukoharjo Meeting Room Pencahayaan pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan pencahayaan pada Pedan Ball Room. Yaitu secara keseluruhan digunakan pencahayaan buatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menampilkan kesan khusus digunakan pencahayaan setempat. Cahaya ditempatkan pada langit-langit dan sebagian pada dinding. Untuk jenis lampu yang digunakan yaitu : a) Lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 97) b) Lampu flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
c) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan pada wall. (Gambar 98) d) Lampu crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan digantung. (Gambar 99)
Gambar 97. Lampu down light pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 98. Wall lamp pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 99. Lampu crome cabe pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
3)
Langen Harjo Executive Lounge Pada ruangan ini, digunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami menggunakan jendela kaca sebagai media untuk jalan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan. Sedangkan pencahayaan buatannya menggunakan pencahayaan secara langsung dan tidak langsung. Untuk menampilkan kesan khusus digunakan pencahayaan setempat. Cahaya ditempatkan pada langit-langit dan sebagian pada dinding. Untuk jenis lampu yang digunakan yaitu : a) Lampu down light (18 watt) berfungsi sebagai general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 100) b) Lampu halogen spott light (20 watt) berfungsi sebagai pencahayaan setempat dengan pemasangan pada recessed in ceiling. c) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan pada wall. (Gambar 101)
Gambar 100. Lampu down light pada Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Gambar 101. Wall lamp pada Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b. Penghawaan Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan penghawaan ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. 1)
Pedan Ball Room Tata kondisi udara pada Pedan Ball Room menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC split yang diproses oleh AHU (Air Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang terpisah berfungsi mengatur suhu ruangan dan kelembaban ruangan berkisar 20°C - 25°C dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling.
Gambar 102. AC split pada Pedan Ball Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
2)
Sukoharjo Meeting Room Tata kondisi udara pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan tata kondisi udara pada Pedan Ball Room, menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC Split yang diproses oleh AHU (Air Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang terpisah dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling.
Gambar 103. AC split pada Sukoharjo Meeting Room Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
3)
Langen Harjo Executive Lounge Tata kondisi udara pada Langen Harjo Executive Lounge menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC split berfungsi mengatur suhu ruangan dan kelembaban ruangan berkisar 20°C 25°C dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling.
Gambar 104. AC split pada Langen Harjo Executive Lounge Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
3) Akustik Ruang Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan akustik ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Tabel 4. Akustik ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo LOKASI
KETERANGAN
Pedan Ball Room
Untuk mendukung akustik pada Pedan Ball Room, digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.
Sukoharjo
Untuk mendukung akustik pada Sukoharjo Meeting Room,
Meeting Room
digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.
Langen
Harjo Untuk mendukung akustik pada Langen Harjo Executive
Executive Lounge Lounge, digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.
Tabel 5. Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo Kondisi Fisik Ruang
Aspek yang
Syarat
diamati 1. Lantai
Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
Pemilihan lantai untuk ruang Dasar dari lantai ruang pertemuan,
tidak
memakai pertemuan
menggunakan
lantai yang bermotif sebab lantai semi keras yaitu plat akan
menimbulkan
kesan beton, yang terbuat dari
ramai. Sedang lantai yang bahan dipergunakan memakai lapisan
lantai penutup
beton,
plesteran
biasanya setebal 2 cm dan dilapisi dengan dengan underlayer yang (floor kemudian dilapisi dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
covering) dapat berupa karpet lantai
lunak
yaitu
dan permadani, karpet dan menggunakan karpet floor perekat, keramik, batuan, batu covering
wall
to
wall
bermotif sederhana dari
bata dan material lainnya.
bahan nylon dan wool setebal 1 cm.
2. ElemenVertikal a. Dinding
Dinding
harus
persyaratan
memenuhi Dinding ruang pertemuan
akustik. dengan bahan pasangan
persyaratan Persyaratan
dan menggunakan tembok bata
teknis
yaitu batu bata ukuran ½ batu,
teknis
sebagai pembatas ruangan dan plesteran setebal 2 cm, dan pemikul
Untuk dilapisi dengan multiplek.
beban.
persyratan
akustik
yaitu Untuk persyaratan akustik,
mengendalikan dinding
mampu
dilapisi
menggunakan wall paper
kebisingan suara.
covering setebal 0, 08 cm warna crem.
b. Pintu
Pintu harus memenuhi fungsi Terdapat
dua
macam
dan kriteria ukuran lubang ukuran lubang pintu (lebar pintu. Ukuran lubang pintu x tinggi) yaitu (180 cm x 160 cm x 200 cm dengan dua 240 cm) dua daun pintu dan (90 cm x 240 cm) satu
daun pintu.
daun pintu.
3. Ceiling
Ceiling
ruang
pertemuan Ceiling ruang pertemuan berbentuk menggunakan
diusahakan sederhana
agar
menyolok
karena
mengganggu konsentrasi.
gypsum
tidak yang berbentuk sederhana akan dan
commit to user
terdapat
adanya
ornamen-ornamen Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
4. Furniture
Penggunaan bahan tidak keras Semua dan
kuat,
dipertukarkan, membentuk bagus
karakter
pada
hotel,
ruangan
tahan
dilindungi merusak
dibuat
mudah moveable
(dapat
dapat dipindah),
karena
yang menyesuaikan
dengan
atau jenis
kegiatan
maupun
dan acara yang akan diadakan,
lama
sehingga
furniture
tidak serta dapat mempermudah maupun dalam penyimpanannya.
lantai
dinding.
5. Lay Out
Lay out furniture dalam ruang Lay out ruang pertemuan pertemuan dibedakan menjadi yang
ditawarkan
oleh
dua gaya, yaitu susunan letak pengelola
hotel
furniture dengan theatre style diantaranya
adalah
U-
dan class room style. Metode Shafe style, theatre style, class room style adalah konsep class style, dan restaurant penataan (lay out) pada ruang style. kelas.
6. Pencahayaan
Standar
penerangan
untuk Pencahayaan
buatan
di
suatu ruang pertemuan dengan dalam ruang pertemuan tingkat pencahayaan 200 lux dengan
menggunakan
yang mencakup direct lighting pencahayaan dan indirect lighting harus yaitu
langsung pencahayaan
memenuhi persyaratan terang diarahkan secara langsung baca,
sehingga
penerangan ke
arah
langsung yang diarahkan ke Pemilihan bidang duduk
kerja harus
atau
bidang
kerja.
jenis
lampu
tempat sebagai general lighting
memenuhi dengan
persyaratan.
commit to user
menggunakan
down light dan lampu TL. Wall lamp pemasangannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
pada
wall
gantung
dan
lampu
crome
cabe
pemasangannya digantung yang
berfungsi
sebagai
decorative lighting.
7. Penghawaan
Suhu
yang Tata kondisi udara pada
udara
dipergunakan
dalam
ruang ruang
pertemuan
pertemuan kurang lebih 20° C menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC
(60° F).
split yang diproses oleh AHU (Air Handling Unit) yang
ditempatkan
pada
ruangan lain yang terpisah berfungsi mengatur suhu ruangan dan kelembaban ruangan berkisar 20°C 25°C
dengan
sistem
ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling.
8. Akustik
Untuk mendapatkan akustik Untuk mendukung akustik ruang yang baik maka dapat pada dipasang
material
ruang
peredam digunakan
pertemuan, karpet
pada
suara yang dapat dipasang lantai sebagai penyerap pada dinding, plafond atau bunyi, wall paper covering pada dinding dan gypsum
lantai.
pada
ceiling
pemantul bunyi.
commit to user
sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
C. Temuan Studi
Setelah penelitian ini dilakukan, diperoleh beberapa informasi yang penting tentang kondisi ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo berdasarkan analisa yang dilakukan : 1. Spesifikasi interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa : a. Pedan Ball Room 1) Lantai Lantai Pedan Ball Room sudah memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan. Persyaratan teknis yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai Pedan Ball Room menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton. Untuk persyaratan akustik, lantai dilapisi menggunakan karpet floor covering wall to wall bermotif sederhana agar tidak mengganggu konsentrasi dengan warna hijau bintik merah dan biru terbuat dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm yang memberikan kesan hangat. 2) Elemen Vertikal a) Dinding Dinding Pedan Ball Room sudah memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan akustik. Persyaratan teknis yaitu sebagai pembatas ruangan dan pemikul beban. Dinding Pedan Ball Room menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan multiplek.
Untuk
persyaratan
akustik,
dinding
dilapisi
menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm warna crem. Pada dinding terdapat juga ornamen pada sudut-sudut dinding yang berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Finishing ornamen motif hewan tersebut menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna merah, biru, hijau,
dan
kuning.
Finishing
commit to user
ornamen
motif
tumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan cokelat. b) Pintu dan Jendela Pintu Pedan Ball Room sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 4 buah dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 1 buah. Finishing pintu adalah cat melamin dengan warna coklat. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup yang memberikan kesan estetis. Pada Pedan Ball Room tidak terdapat adanya jendela. 3) Ceiling Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya pantul bunyi dengan penurunan atau permainan drop ceiling 2 kali, dengan ketinggian ceiling 8 meter ruangan terkesan sangat luas dan besar. 4) Furniture dan Perlengkapan Fasilitas
furniture
yang
meliputi
meja,
kursi,
mimbar,
dan
perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus menjadikan perhatian yang utama.
b. Sukoharjo Meeting Room 1) Lantai Lantai Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan. Persyratan teknis yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai Sukoharjo Meeting Room menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton. Untuk persyaratan akustik, lantai dilapisi menggunakan karpet floor covering wall to wall bermotif sederhana agar tidak mengganggu konsentrasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
dengan warna hijau bintik putih yang terbuat dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm yang memberikan kesan hangat. 2) Elemen Vertikal a) Dinding Dinding Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan akustik. Persyaratan teknis yaitu sebagai pembatas ruangan dan pemikul beban. Dinding Pedan Ball Room menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan multiplek.
Untuk
persyaratan
akustik
dinding
dilapisi
menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm warna crem. Terdapat juga ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-bungaan. Finishing ornamen tersebut menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan putih. b) Pintu dan Jendela Pintu Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu, terbuat dari bahan kayu jati sungkei. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 3 buah dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 3 buah. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup yang memberikan kesan estetis. Pada Sukoharjo Meeting Room tidak terdapat adanya jendela. 3) Ceiling Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya pantul bunyi dengan permainan drop ceiling, dengan ketinggian ceiling 2, 75 meter ruangan terkesan sempit dan kecil. Terdapat juga ornamen Jawa yang berupa motif hewan yaitu berupa gajah dan kuda. 4) Furniture dan Perlengkapan Fasilitas
furniture
yang
meliputi
meja,
kursi,
mimbar,
dan
perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus menjadikan perhatian yang utama.
c. Langen Harjo Executive Lounge 1) Lantai Lantai Langen Harjo Executive Lounge sudah memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan. Persyratan teknis yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai Langen Harjo Executive Lounge menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton. Untuk persyaratan akustik, lantai dilapisi menggunakan karpet floor covering wall to wall bermotif sederhana agar tidak mengganggu konsentrasi dengan warna hijau bintik merah dan biru terbuat dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm yang memberikan kesan hangat. 2) Elemen Vertikal a) Dinding Dinding Langen Harjo Executive Lounge sudah memenuhi persyaratan teknis yaitu sebagai pembatas ruangan dan pemikul beban. Dinding Langen Harjo Executive Lounge menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm. Finishing dinding menggunakan wall paper covering setebal kertas dengan warna crem tanpa adanya ornamen. b) Pintu dan Jendela Pintu dan jendela Langen Harjo Executive Lounge sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu dan jendela. Terdapat dua macam jenis pintu. Pintu dari kaca dan pintu dari kayu jati sungkei. Ukuran pintu kaca dengan dua daun pintu (180 cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah dan ukuran pintu kayu dengan satu daun pintu (90 cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah. Terdapat adanya jendela geser bahan dari kaca dengan ukuran 80 cm x 120
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
cm dengan jumlah 2 buah, jendela juga dipercantik dengan tirai panjang berwarna merah untuk menambah nilai estetis. 3) Ceiling Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya pantul bunyi dengan ketinggian ceiling 2, 80 meter warna putih polos tanpa adanya ornamen. 4) Furniture dan Perlengkapan Fasilitas
furniture
yang
meliputi
meja,
kursi,
mimbar,
dan
perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus menjadikan perhatian yang utama.
2. Lay Out ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo a. Pedan Ball Room Lay out pada Pedan Ball Room harus tepat berdasarkan kebutuhan dan jenis pertemuan yang dilakukan. Lay out pada Pedan Ball Room yang ditawarkan oleh pengelola hotel diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, dan restaurant style. b. Sukoharjo Meeting Room Lay out pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan lay out pada Pedan Ball Room, harus tepat berdasarkan kebutuhan dan jenis pertemuan yang dilakukan. Lay out pada Sukoharjo Meeting Room yang ditawarkan oleh pengelola hotel diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, dan restaurant style. c. Langen Harjo Executive Lounga Lay out pada Langen Harjo Executive Lounge sedikit berbeda dengan lay out pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Room. Tetapi juga harus tepat berdasarkan kebutuhan dan jenis pertemuan yang dilakukan. Lay out pada Langen Harjo Executive Lounge yang ditawarkan oleh pengelola hotel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, dan restaurant style.
3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang a) Pedan Ball Room 1) Pencahayaan Pencahayaan buatan di dalam Pedan Ball Room dengan menggunakan pencahayaan langsung yaitu pencahayaan diarahkan secara langsung ke arah bidang kerja. Pemilihan jenis lampu sebagai general lighting dengan menggunakan down light (14 watt) dan lampu TL (36 watt), pemasangannya pada recessed in ceiling (tersembunyi masuk ke dalam ceiling). Wall lamp (25 watt) pemasangannya pada wall dan lampu gantung crome cabe pemasangannya digantung yang berfungsi sebagai decorative lighting. Perancangan pencahayaan general lighting perlu memperhatikan pemerataan penerangan dan tercapainya terang baca yang baik. Pewarnaan dinding dengan warna crem dan ceiling warna crem memberikan cahaya pantul yang mencukupi kebutuhan penerangan. 2) Penghawaan Penghawaan dengan menggunakan AC Split yang diproses oleh AHU (Air Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang terpisah dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling untuk menambah kerapian. 3) Akustik Ruang Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh karpet. Penggunaan wall paper covering yang difungsikan sebagai bahan absrobsi suara dapat pula memberikan pewarnaan pada dinding.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
b) Sukoharjo Meeting Room 1) Pencahayaan Pencahayaan buatan di dalam Sukoharjo Meeting Room dengan menggunakan pencahayaan langsung yaitu pencahayaan diarahkan secara langsung ke arah bidang kerja. Pemilihan jenis lampu sebagai general lighting dengan menggunakan down light (14 watt) dan lampu TL (36 watt), pemasangannya pada recessed in ceiling (tersembunyi masuk ke dalam ceiling). Wall lamp (25 watt) pemasangannya pada wall dan lampu gantung crome cabe pemasangannya digantung yang berfungsi sebagai decorative lighting. Perancangan pencahayaan general lighting perlu memperhatikan pemerataan penerangan dan tercapainya terang baca yang baik. Pewarnaan dinding dengan warna crem dan ceiling warna putih memberikan cahaya pantul yang mencukupi kebutuhan penerangan. 2) Penghawaan Tata kondisi udara pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan tata kondisi udara pada Pedan Ball Room, menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC split dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling untuk menambah kesan rapi ruangan. 3) Akustik Ruang Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh karpet. Penggunaan wall paper covering yang difungsikan sebagai bahan absrobsi suara dapat pula memberikan pewarnaan pada dinding. c) Langen Harjo Executive Lounge 1) Pencahayaan Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami yaitu melalui jendela dan pencahayaan buatan menggunakan pencahayaan langsung yaitu pencahayaan diarahkan secara langsung ke arah bidang kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Pemilihan jenis lampu sebagai general lighting dengan menggunakan down light (18 watt) dan lampu halogen spott light (20 watt) sebagai pencahayaan setempat yang pemasangannya pada recessed in ceiling (tersembunyi masuk ke dalam ceiling). Wall lamp (25 watt) pemasangannya pada wall yang berfungsi sebagai decorative lighting. Perancangan pencahayaan general lighting perlu memperhatikan pemerataan penerangan dan tercapainya terang baca yang baik. Pewarnaan dinding dengan warna crem dan ceiling warna putih memberikan cahaya pantul yang mencukupi kebutuhan penerangan. 2) Penghawaan Tata
kondisi
udara
pada
Langen
Harjo
Executive
Lounge
menggunakan penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami menggunakan jendela, sedangkan penghawaan buatan mengunakan AC split dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling menambah kesan rapi ruangan. 3) Akustik Ruang Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh karpet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Hotel Sahid Jaya Solo adalah hotel berbintang lima yang berlokasi di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132. Hotel Sahid Jaya memiliki 3 (tiga) ruang pertemuan di dalamnya, yaitu : Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge. Hal-hal yang didapatkan dari ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo adalah : 1. Spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa : a. Pedan Ball Room 1) Lantai Lantai Pedan Ball Room dengan penggunaan karpet floor covering sudah memenuhi kriteria lantai ruang pertemuan hotel berbintang. Luas lantai 324 m², lantai tidak terdapat adanya ornamen. 2) Elemen Vertikal a)
Dinding secara fisik dan akustik sudah memenuhi persyaratan dengan penggunaan dinding ½ batu, plesteran dilapisi dengan multiplek dan menggunakan wall paper covering sebagai finishing. Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan.
b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm) dan (90 cm x 240 cm). Tidak terdapat adanya jendela. 3) Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya pantul bunyi. Terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa manusia
atau
tokoh
pewayangan
disebut
juga
Dewa-Dewa
kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana.
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
4) Furniture dan perlengkapan Pedan Ball Room yaitu dengan fasilitas furniture meja, kursi, dan mimbar. Sedang fasilitas perlengkapan overhead & projector, sound system, flip chart & laser pointer, whiteboard & board maker, dan blocknote & pencil. 5) Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa manusia atau tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana. Pedan Ball Room tidak terdapat adanya aksesori. b. Sukoharjo Meeting Room 1) Lantai dengan penggunaan karpet floor covering sudah memenuhi kriteria lantai ruang pertemuan hotel berbintang. Luas lantai 231 m², lantai tidak terdapat adanya ornamen. 2) Elemen Vertikal a)
Dinding secara fisik dan akustik sudah memenuhi persyaratan dengan penggunaan dinding ½ batu, plesteran dilapisi dengan multiplek dan persyaratan akustik menggunakan wall paper covering sebagai finishing.
b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm) dan (90 cm x 240 cm). Tidak terdapat adanya jendela. 3) Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya pantul bunyi. Terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah.. 4) Fasilitas furniture meja, kursi, dan mimbar. Sedang fasilitas perlengkapan overhead & projector, sound system, flip chart & laser pointer, whiteboard & board maker. 5) Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
c. Langen Harjo Executive Lounge 1) Lantai Langen Harjo Executive Lounge sama dengan lantai pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Room dengan penggunaan karpet floor covering sudah memenuhi kriteria lantai ruang pertemuan hotel berbintang. Luas lantai 54 m², lantai tidak terdapat adanya ornamen. 2) Elemen Vertikal a)
Dinding menggunakan dinding ½ batu, plesteran dan dilapisi dengan wall paper covering setebal kertas dengan warna crem.
b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu. Terdapat adanya jendela geser dari kaca yang dipercantik dengan tirai panjang warna merah. 3) Ceiling Langen Harjo Executive Lounge sama dengan ceiling Pedan Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room yaitu penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya pantul bunyi tetapi tanpa adanya ornamen. 4) Furniture dan perlengkapan Langen Harjo Executive Lounge sama dengan fasilitas furniture dan perlengkapan pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room. 5) Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak terdapat adanya ornamen. Hanya terdapat aksesori yang berupa aksesori dekoratif, yaitu lukisan dan tanaman. 2. Lay out pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, dan restaurant style, dengan kapasitas yang berbeda-beda untuk masingmasing ruang. 3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo meliputi : a. Pencahayaan pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge dengan penempatan recessed in ceiling sebagai general lighting sudah memenuhi kriteria sebagai penerangan umum. Pewarnaan dinding dengan warna crem, serta ceiling berwarna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
putih pada Pedan Ball Room dan Langen Harjo Executive Lounge, dan warna crem pada Sukoharjo Meeting Room memberikan cahaya pantul yang cukup. b. Penghawaan pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room, menggunakan penghawaan buatan dengan menggunakan AC split sudah memenuhi persyaratan kenyamanan dan pemasangan fixturenya pada ceiling menambah kesan rapi ruangan. c. Akustik ruang pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge digunakan karpet floor covering pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.
B. Implikasi Hasil dari suatu penelitian sebaiknya harus dapat memberikan dampak atau implikasi, berdasar hasil penelitian yang dilakukan di ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo dapat mempunyai dampak / implikasi sebagai berikut : 1. Dampak Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dipakai sebagai bahan masukan bagi peneliti yang akan datang dengan mengkaji terhadap perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju. Terutama bagi mahasiswa Program Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam perkuliahan Desain Interior dan Exterior, sehingga nantinya dalam merancang bangunan perlu mempertimbangkan fungsi kegunaan bangunan, kenyamanan penghuni dalam menjalankan aktifitas, perlengkapan dan kelengkapan yang harus dipenuhi oleh suatu ruangan. 2. Dampak Praktis Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi : a. Masyarakat pengguna ruang pertemuan tentang kondisi ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo, terutama tentang kapasitas yang dapat ditampung dalam ruangan tersebut serta sarana pendukungnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
b. Sebagai bahan masukan bagi pengelola ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo dalam mendeteksi berbagai masalah yang terjadi dalam ruang pertemuan. c. Sebagai bahan pertimbangan peneliti maupun pembaca dalam merancang suatu desain ruang pertemuan terutama ruang pertemuan di dalam hotel.
C. Saran Dari penelitian ini dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : a. Spesifikasi interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo meskipun secara keseluruhan sudah baik, hendaknya pihak pengelola ruang pertemuan hotel terus mengadakan pembenahan dan perawatan yang terus menerus sejalan dengan perkembangan jaman. b. Lay out yang ditawarkan pihak pengelola ruang pertemuan hotel terhadap masyarakat stylenya sudah cukup beragam, namun fasilitas dan perlengkapan ruang pertemuan perlu mendapat perhatian dengan menambah fasilitas penunjang kegiatan pertemuan yang disesuaikan dengan bentuk kegiatan pertemuan yang dilangsungkan sehingga kelancaran kegiatan pertemuan terjamin. c. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan perlu mendapatkan perhatian yang khusus terutama akustik ruang dan pancahayaan, sehingga tidak terjadi cacat akustik dan penerangan yang tidak merata. Hal ini perlu dilakukan demi kenyamanan pengguna ruang pertemuan. d. Bagi masyarakat pengguna ruang pertemuan hendaknya perlu mengetahui kondisi ruangan yang akan digunakan terutama kapasitas yang dapat ditampung, fasilitas, dan perlengkapan yang disediakan oleh pihak pengelola ruang pertemuan serta kenyamanan ruang pertemuan. e. Dalam merancang interior hendaknya perlu mempertimbangkan syarat-syarat teknis maupun non teknis yang harus dipenuhi.
commit to user