KAJIAN EMPIRIS PERANAN SEKTOR KUNCI (KEY SECTOR) DALAM PEREKONOMIAN SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 2007 Oleh Dr. M. Natsir, SE.MSi Dosen FE & Program Pascasarjana Unhalu Kendari ABSTRACT This research used secondary data from the data taken from table input-output of Southeast Sulawesi in 2007 and Southeast Sulawesi in figure 2006 and 2007. The decisions of key sector were based on some indicators: (1) have high backward linkage and forward linkage point of view. (2) Produce high additional gross income (NTB). (3) Produce high multiplier output value. (4) Produce high income multiplier and produce relative high output The result of this research shows that: a. Some economic sectors that contribute to the surplus of export activities to the other place such as sector of nickel (46,21), sector of horticulture plants (24,90%), sector of cassava plant 912,92%), sector of marine fish and other marine output (6,52%) and sector of wood and other forest output (4,14). b. The biggest of economic sectors in output structure are administration/bureaucracy sector, business sector, land transportation sector, nickel sector, and building sector. While the biggest economic sectors in multiplier value structure are administration/bureaucracy sector, business sector, sector of horticulture plants, nickel sector, and land transportation sector. c. Based on criterion of multiplier output, key sectors in the economic of Souteast Sulawesi are food sector, drinks, and tobaco (code 16), building sector (code 21), services sector (code 31), dried fish and salted fish (code 12), restaurant and hotel sector (code 31). Then based on criterion of multiplier income, key sectors in this province are business sector (code 22), other industry sector (code 17), bulding rent and service of company (code 29), food, drink and tobaco sector (code 16), and nickel sector (code 14). d. Based on criterion of cross sector relationship, key sectors in the economy of southeast sulawesi are food, drink and tobaco scetor (code 16), other industry sector (code 17), bank and other finance sector (code 28), nickel sector (code 14), Cattle and the output sector (code 7) Keywords: Key Sector, Backward &Forward Lingkage and Income Multiplier
1. PENDAHULUAN Dewasa ini telah terjadi perubahan-perubahan fundamental, baik di tingkat global maupun nasional yang berpengaruh pada dinamika lingkungan strategis suatu negara atau daerah. Perubahan-perubahan yang terjadi didukung oleh kemajuan di bidang informasi dan teknologi, negara-negara di dunia ini hanya dibatasi oleh sekat-sekat administrasi. Akibatnya, apa yang terjadi di suatu negara, dalam waktu singkat akan dapat diketahui atau diakses oleh masyarakat di hampir semua negara. Perubahan-perubahan yang terjadi membawa impilkasi tentang perlunya suatu negara atau daerah untuk membuat perencanaan pembangunan yang handal dan komprehensif namun
1
cukup luwes terhadap perubahan-perubahan dan dinamika yang terjadi begitu cepat. Perencanaan yang handal dan komprehensif membutuhkan data dan informasi yang akurat serta disusun/dirumuskan berdasarkan penelitian (perencanaan yang berbasis riset). Untuk alasan itu, peneliti tertarik untuk melakukan studi dengan topik ” Kajian Empiris Peranan Sektor Kunci Dalam Perekonomian Sulawesi Tengagara”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1). Mengetahui dan menganalisis kegiatan-kegiatan dan dinamika perekonomian Sulawesi Tenggara. (2). Mengidentifikasi sektor-sektor kunci dan peranannya dalam perekonomian Sulawesi Tenggara. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan pembangunan yang handal dan komprehensif di masa yang akan datang.
2. Metode Penelitian Data yang digunakan merupakan data sekunder yang bersumber dari Tabel I-O Sulawesi Tenggara tahun 2007. Dari tabel tersebut dilakukan analisis dan identifikasi sektor-sektor kunci dalam perekonomian Sulawesi Tenggara. Penentuan sektor kunci didasarkan atas indikatorindikator yang secara umum telah digunakan oleh ekonom, antara lain: (1). Metode Backward Lingkage dan Forward Lingkage Indeks atau derajat keterkaitan diukur dari tingkat ketergantungan antar sektor dalam suatu perekonomian, disini pertumbuhan suatu sektor dipengaruhi oleh sektor lainnya dan sebaliknya. (a). Keterkaitan Ke Belakang (Backward Lingkage) Kaitan ke belakang menggambarkan peranan suatu sektor terhadap sektor lainnya yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut per unit kenaikan permintaan akhir. Sebagai contoh, sektor industri bahan makanan dalam berproduksi memerlukan bahan baku makanan dan campurannya dari sektor lainnya. Dasar dari backward lingkage (kaitan ke belakang) adalah adanya permintaan akan input yang dirumuskan sebagai: n
∑a KLB j =
i =1
1
n
∑∑ a i
Dimana:
KLBj aij
ij
i = 1, 2, 3, K n ij
j
= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik
(b). Keterkaitan Ke Depan (Forward Lingkage) Forward lingkage menunjukkan peranan suatu sektor tertentu terhadap lainnya yang menggunakan output sektor tersebut sebagai inputnya, perunit kenaikan permintaan akhir. Dasar dari forward lingkage (kaitan ke depan) adalah penawaran akan input yang dirumuskan sebagai: n
∑a KLD i =
j =1
1
n
∑∑ a i
Dimana:
KLBi
ij
j = 1, 2, 3, K n ij
j
= Keterkaitan langsung ke depan sektor i
2
aij
= Unsur matriks koefisien teknik
(2). Indeks Daya Penyebaran Daya penyebaran menggambarkan pengaruh yang timbul oleh kenaikan satu unit permintaan akhir output suatu sektor terhadap peningkatan output semua sektor dalam perekonomian. Indeks daya penyebaran sektor j (α j) dihitung dengan formula: n
∑c αj =
i =1
1
n
∑∑ c i
αj
Dimana:
ij
ij
j
= Indeks daya penyebar sektor j
n
∑c
ij
= total daya penyebar sektor j
∑∑ c
ij
= rata-rata penyebaran persektor
i =1
1
n
i
j
Apabila αj > 1 berarti daya penyebaran sektor j relatif lebih tinggi dari rata-rata sektor dan sebaliknya apabila αj < 1. Sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran yang paling tinggi berarti mempunyai pengaruh yang terbesar dalam pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan.
(3). Indeks Daya Kepekaan Daya kepekaan menggabarkan pengaruh yang ditimbulkan oleh kenaikan satu unit permintaan akhir output semua sektor terhadap output salah satu sektor ekonomi. (4). Berdasarkan Nilai Tambah Bruto Penentu sektor kunci berdasarkan kriteria ini adalah dengan melihat sektor mana yang mempunyai NTB yang paling besar. besarnya nilai tambah tersebut dilihat dari komponen yang membentuk NTB, seperti variabel gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. NTB = Gaji + Keuntungan + Penyusutan + Pajak tak langsung (5). Berdasarkan Sektor yang Menghasilkan Devisa Penentuan sektor kunci didasarkan pada sektor mana yang menghasilkan surplus produksi (ekspor) yang paling besar dalam struktur perekonomian. Surplus produksi yang dihasilkan ini tentunya setelah mengurangkan dengan impor barang yang diperlukan oleh suatu sektor dalam proses produksi. (6). Pengganda Output (Output Multiplier) Pengganda output mengukur pengaruh langsung dan tidak langsung kenaikan satu unit permintaan akhir terhadap output suatu sektor dan selanjutnya pada output sektor-sektor ekonomi lainnya.
3
(7). Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Dengan metode ini yang dilihat adalah angka pengganda pendapatan yang paling besar, pengganda yang besar berarti jika ada kenaikan permintaan akhir terhadap output semua sektor perekonomian maka akan meningkatkan pendapatan di sektor tersebut sebesar angka pengganda. Pengganda pendapatan adalah angka yang menggambarkan berapa kali pendapatan meningkat sebagai akibat kenaikan satu unit permintaan akhir terhadap output suatu sektor. Ada dua jenis pengganda pendapatan, yaitu Pengganda Pendapatan Tipe I dan II. Penganda Tipe I dan II dibedakan oleh perlakuan rumah tangga dan upah/gaji. Pada Tipe II, rumah tangga yang tadinya berada pada kolom permintaan antara (pada kolom), demikian pula upah/gaji dimasukkan pada input antara (pada baris). Tipe II biasa juga disebut model tertutup (close model) karena memperlakukan rumah tangga sebagai variabel endogen. 3. KAJIAN PUSTAKA Model atau Tabel Input-Output (I-O) merupakan suatu analisa kuantitatif berbentuk matriks yang menggambarkan arus transaksi barang dan jasa antar sektor yang ada dalam suatu perekonomian, sehingga terbentuk hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antara unit kegiatan ekonomi di suatu negara. Model keseimbangan umum (general equilibrium) ini diperkenalkan oleh W. Leontief ketika membangun model input-output Amerika Serikat pada tahun 1929. Akan tetapi model ini pertama kali dikembangkan oleh Francois Quesnay pendiri Mazhab Physiochrat pada Abad 18 dalam teori distribusinya yang disebut “Tableau Economique”. 3.1 Kerangka Dasar Input Output (I-O) Tabel (I-O) menggambarkan transaksi barang dan jasa dari berbagai sektor ekonomi yang saling berkaitan dan mempunyai hubungan saling ketergantungan yang dinyatakan dalam suatu waktu tertentu. Tabel I-O terdiri dari 5 komponen dasarnya yaitu: permintaan antara (transaksi antar sektor), permintaan akhir, input primer (nilai tambah), input total dan output total. Secara sederhana kerangka dasar tersebut dapat digambarkan dalam suatu sistem kuadran seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Kuadran
Kuadran
I
II
Kuadran
Kuadran
III
IV
Kuadran pertama berisi bagian transaksi antar sektor yang umumnya dinotasikan sebagai Xjj yang diukur dalam harga berlaku. Setiap sektor dicatat dua kali, yaitu sebagai sektor baris dan sebagai sektor kolom, maka kuadran ini selalu berbentuk matriks kuadran dengan jumlah baris dan kolom yang sama.
4
Kuadran kedua berisi komponen permintaan akhir dan output total. Permintaan akhir merupakan output suatu sektor yang dialokasikan bukan untuk proses produksi, tetapi digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan moda tetap, ekspor netto dan inpor netto, variabel tersebut dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional berdasarkan metode pengeluaran (expenditure aproach).Sedangkan output total adalah output total bruto produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dalam negeri atau penjumlahan dari permintaan antara dan permintaan akhir. Kuadran ketiga berisi penggunaan input-output primer yang digunakan oleh masingmasing sektor dalam memproduksi output mereka. Jumlah dari nilai input primer yang dipakai dalam perekonomian secara keseluruhan menunjukkan nilai tambah (value added) total dari n industri (sektor). Input primer terdiri dari: upah/gaji tenaga kerja, sewa tanah, dan surplus usaha. Variabel input primer merupakan pendekatan perhitungan pendapatan nasional menurut tingkat pendapatan (value added aproach). Kuadran keempat terdiri dari pembelian faktor langsung yang menunjukkan input primer yang digunakan oleh pemakai akhir (final use). Komponen utama kuadran ini adalah pembelian jasa tenaga kerja oleh pemerintah (misalnya pegawai negeri).
3.2 Tabel Transaksi Tabel transaksi menggambarkan arus (flow) barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian, setiap sektor muncul dua kali dalam perhitungan: pertama sebagai sektor produsen output (sektor baris i sampai n). Kedua, sebagai sektor pemakai input (sektor kolom i sampai n). Sektor baris menunjukkan alokasi output sektor i untuk permintaan antara sektor j dan sebagian untuk permintaan akhir (final demand). Permintaan antara suatu sektor adalah output sektor tersebut yang digunakan oleh sektor lainnya sebagai input dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Permintaan akhir suatu sektor adalah output sektor tersebut yang langsung digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, dan ekspor netto. Sektor kolom menunjukkan penggunaan input yang disediakan oleh sektor lain (input antara) dan penggunaan input primer (nilai tambah) untuk kegiatan produksi. Input antara merupakan input yang diperoleh dari sektor lain sebagai bahan mentah. Sedangkan input primer merupakan input yang bukan diperoleh dari sektor lain, input primer ini disebut nilai tambah bruto (value added), yaitu nilai balas jasa atas pemakaian input yang berupa faktor-faktor produksi primer, input primer ini terdiri dari beberapa sub bagian yang disusun menurut baris yaitu baris upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Impor juga dapat masuk dalam kategori input primer, tergantung pada perlakuannya apakah kompetitif atau non-kompetitif. 3.3 Ciri-ciri Pokok Tabel Transaksi Tabel transaksi dapat dibagi atas dua bagian, yaitu pertama secara vertikal, kedua secara horizontal. Secara vertikal tabel transaksi terbagi atas dua bagian: bagian pertama di sebelah kiri yang menggambarkan input antara dalam proses produksi pada setiap sektor bagian kedua di sebelah kanan yang menggambarkan permintaan akhir Sedangkan secara horizontal tabel transaksi dibagi juga atas dua bagian, yaitu: pertama sebagai input antara dan yang kedua sebagai input primer Tabel transaksi terdiri atas empat kuadran dapat disimak pada Tabel 2.
5
Tabel 2. Tabel Transaksi (Arus Barang dari Sektor & Tujuan) Permintaan Antara 1
2
3
Permintaan Akhir
Pertanian (1)
x11
x12
x13
F1
X1
Industri (2)
X21
X22
X23
F2
X2
Jasa (3)
X31
X32
X33
F3
X3
Input Primer
V1
V2
V3
Input Total
X1
X2
X3
Input/Output
Output Total
Sumber: R’O Connor and E.W. Henry (1975 : 24) 3.4 Koefisien Input Tabel koefisien input menggambarkan tingkat kebutuhan suatu sektor menurut kolom untuk menghasilkan satu unit produksi yang memerlukan produk sektor sebagai input, atau tabel ini memperlihatkan peranan setiap produk yang berasal dari berbagai sektor sebagai input dalam memproduksi satu unit output sektor tertentu. Koefisien input dapat dibedakan atas dua bagian yaitu koefisien input antara dan koefisien input primer. Koefisien input antara dalam model input output diperoleh dari hasil bagi antara output sektor i yang digunakan dalam sektor j atau (xij) dengan input total sektor j atau (Xj). Apabila koefisien input = aij, maka secara matematik dapat diformulasikan sebagai berikut:
aij =
x ij Xj
Sedangkan koefisien input primer (Yij) adalah hasil bagi antara input primer (Vj) dengan jumlah input sektor j (Xj). Secara matematik dapat difurmulasikan sebagai berikut:
Yij =
Vj Xj
Jumlah koefisien input antara dengan koefisien input primer adalah sama dengan 1 (satu), atau: aij + Yij = 1 Dari persamaan di atas terlihat bahwa hubungan antara kedua koefisien tersebut bersifat terbalik. Apabila aij makin besar maka Yij menjadi kecil, demikian sebaliknya apbila Yij besar maka aij menjadi kecil. Hubungan kedua koefisien tersebut juga dapat menjadi indikator tingkat efisiensi suatu sektor. Misalnya suatu sektor mempunyai koefisien input antara yang tinggi hal ini memberikan indikasi tingkat efisiensi yang rendah, sebab output yang terbentuk dari sektor tersebut hanya menghasilkan nilai tambah (value added) yang relatif rendah. Koefisien input ini sangat penting dalam analisis model input output, dengan koefisien input antara berguna untuk melihat komponen input yang paling dominan seperti: penggunaan bahan baku, energi, tingkat pemakaian jasa Bank, komunikasi, transportasi dan sebagainya. Sedangkan koefisien inpu ptimer dapat menunjukkan peranan dan komposisi dari upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung dan penyusutan. Secara skematis tabel koefisien input dapat digambarkan sebagai berikut:
6
Tabel 3. Koefisien Teknik Antar Sektor Input/Output
Permintaan Antara Pertanian
Industri
Jasa
Pertanian (1)
a11
a12
a13
Industri (2)
a21
a22
a23
Jasa (3)
a31
a32
a33
Sumber: R’O Connor and E.W. Henry (1975: 25) 3.5 Koefisien Pengganda Output Dari Tabel I-O dapat diturunkan matriks kebalikan Leontief yang merupakan bilanganbilangan pengganda total yang dapat digunakan untuk menghitung dampak dari suatu perubahan variabel makro terhadap perubahan output. Untuk mendapat matriks kebalikan Leontief maka persamaan di atas dapat diformulasikan menjadi: X = AX + F X - AX = F IX - AX = F (I - A) X = F X = (I - A)-1 F Keterangan: X = Jumlah output yang dihasilkan suatu sektor A = Koefisien teknik F = Permintaan akhir terhadap output suatu sektor (I - A)-1 = Matriks kebalikan (inverse) Leontif. Dimana:
cij adalah menunjukkan elemen dari baris ke i dan kolom ke j dari matriks kebalikan Leontief. Peranan matriks kebalikan Leontief dalam model input output merupakan peralatan yang fundamental untuk analisis ekonomi, karena matriks ini dapat digunakan untuk meramalkan berapa output yang harus diproduksi apabila terjadi perubahan dalam variabel permintaan akhir pada setiap sektor. Elemen matriks kebalikan Leontief (cij) menunjukkan jumlah komoditi i yang harus diproduksi untuk setiap satuan final demand akan barang dan jasa dari sektor j. Matriks kebalikan inilah yang menunjukkan nilai-nilai pengganda (multiplier) dari suatu sektor, yang dapat digunakan untuk menghitung dampak baik langsung maupun tak langsung dari suatu sektor kegiatan terhadap sektor kegiatan ekonomi lainnya. Dampak langsung diartikan sebagai dampak yang timbul akibat berubahnya suatu sektor terhadap sektor sendiri, sedangkan dampak tak langsung berarti dampak perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya.
4. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Sektor Kunci Perekonomian Sulawesi Tenggara. 4.1.1 Sektor Kunci Berdasarkan Struktur Output Output merupakan nilai produksi barang dan jasa domestik yang dihasilkan oleh unit-unit kegiatan produksi dalam negeri tanpa melihat apakah barang dan jasa tersebuit dihasilkan oleh
7
penduduk negara tersebut atau orang asing. Untuk sektor yang memproduksi barang, misalnya sektor pertanian, pertambangan dan industri, nilai outputnya adalah merupakan hasil kali antara jumlah produksi dengan harga produsennya. Sedangkan bagi unit usaha yang menghasilkan jasa maka nilai outputnya sama dengan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan oleh pihak lain. Dengan melihat jumlah output pada setiap sektor eknomi, maka kita dapat mengidentifikasi sektor-sektor yang dominan dalam pembentukan output keseluruhan dalam suatu perekonomian. Pemasok terbesar untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa di Sulawesi Tenggara berasal dari output domestik Sulawesi Tenggara sendiri. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai sektor apa yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan output di Sulawesi Tenggara. Dari sepuluh sektor terbesar secara total memberikan kontribusi sebesar Rp. 864.939,40 juta atau sekitar 74,72% dari total output. Dari sepuluh sektor tersebut terlihat bahwa sektor pemerintahan dan pertahanan (kode 30) merupakan sektor yang paling besar nilai outputnya, yaitu sebesar Rp. 140.300,97 juta atau sekitar 12,12% dari keseluruhan output yang dihasilkan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa seperdelapan dari seluruh output yang dihasilkan oleh Sulawesi Tenggara berasal dari sektor pemerintah. Output sektor ini meliputi seluruh belanja pusat dan daerah di Sulawesi Tenggara, baik berasal dari belanja rutin maupun berasal dari belanja pembangunan serta penyusutan barang modal. Output sektor pemerintha besarnya sama dengan NTB yang dibangkitkan sektor pemerintah yaitu penjumlahan dari upah dan gaji, penyusutan serta pajak tak langsung netto. Seperti halnya dengan provinsi lain di Indonesia, besarnya output sektor ini mencerminkan masih domunannya peranan sektor pemerintah dalam kegiatna perekonomian. Sektor terbesar kedua adalah sektor perdagangan (kode 22) dengan nilai output sebesar Rp 127.704,58 juta atau sekitar 11,03% dari total nilai output Sulawesi Tenggara. Kegiatan sektor perdagangan di Sulawesi Tenggara meliputi kegiatna pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengadakan perubahan bentuk. Besarnya output sektor ini mencerminkan perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat, sehingga mendorong terjadinya peningkatan permintaan barang dan jasa di Sulawesi Tenggara Sektor terbesar ketiga adalah angkutan darat (kode 24) dengan nilai output sebesar Rp. 110.659,20 juta atau sekitar 9,56% dari total output Sulawesi Tenggara. Kegiatan sektor angkutan darat yaitu memindahkan barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu, besarnya output sektor ini mencerminkan bahwa peranan sektor angkutan darat relatif besar terutama dalam mobilitas barang dan jasa di daerah ini. Sektor terbesar keempat adalah biji nikel (kode 14) dengan nilai output sebesar Rp. 105.707,52 juta, atau sekitar 9,56% dari total output Sulawesi Tenggara. Sektor ini merupakan sektor yang strategis untuk dikembangkan karena cadangan sektor ini cukup besar di Sulawesi Tenggara dan permintaan mancanegara dari komoditi produk ini relatif mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sektor terbesar kelima adalah sektor bangunan (kode 21) dengan nilai output sebesar Rp. 89.791,23 juta atau sekitar 7,76% dari total output Sulawesi Tenggara. Sektor ini meliputi kegiatan konstruksi yang dilakukan di daerah ini yang terdiri atas: kegiatan pembuatan, pembangunan, pemasangan, perbaikan konstruksi bangunan tempat tingga dan bukan tempat tinggal, jembatan, jalan dan lain-lain. Besarnya nilai sektor ini disebabkan oleh pesarnya pembangunan infrastruktur di daerah ini. Indikator ini dapat kita lihat pada peningkatan anggaran pemerintah, baik APBN, APBD TK I maupun APBD TK II yang dialokasikan untuk membiayai pembangunan infrastruktur perekonomian di daerah Sulawesi Tenggara. Sedang sektor keenam sampai sepuluh terbesar berturut-turut adalah tanaman perkebunan (kode 06), makanan, minuman dan tembakau (kode 16), ikan laut dan hasil laut lainnya (kode
8
10), ubi kayu (kode 03) dan unggas serta hasil-hasilnya (kode 08) kemudian untuk sektor-sektor lainnya, kontribusinya dalam pembentukkan output lebih kecil dari 10%.
4.1.2
Sektor Kunci Berdasarkan Nilai Tambah Bruto (NTB)
Nilai tambah bruto merupakan balas jasa yang diterima oleh masing-masing faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat pada periode tertentu, misalnya satu tahun. Komponen nilai tambah bruto terdiri atas upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Penjumlahan sewa tanayh, bunga modal dan keuntungan biasanya dikenal dengan sebutan surplus usaha, pajak tak langsung netto merupakan selisih antara pajak tak langusng dengan subsidi. Dalam makalah ini, upah dan gaji diartikan sebagai balas jasa yang dibayarkan kepada pemilik faktor produksi tenaga kerja termasuk hadiah, bonus, premi, dana asuransi, dana pensiun dan sejenisnya. Besarnya nilai tambah di tiap-tiap sektor ditentukan oleh besarnya output yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang memiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar, sebab hal ini tergantung pada berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan. Sebagai contoh, dilihat dari peringkat nilai tambah, sektor perkebunan menduduki peringkat ketiga, sedangkan sektor angkutan darat peringkat kelima. Tapi output sektor perkebunan menduduki peringkat output terbesar keenam, sedangkan sektor angkutan darat menduduki peringkat output terbesar ketiga. Dari 10 sektor terbesar menurut peringkat nilai tambah, sektor pemerintah dan pertahanan (kode 30) memberikan kontribusi paling besar di dalam menciptakan nilai tambah yaitu sebesar Rp. 140.300,97 juta atau sekitar 16,78% dari total nilai tambah, dengan kata lain lebih dari seperlima nilai di Sulawesi Tenggara berasal dari sektor pemerintah. Ini menunjukkan besarnya peranan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Dari besarnya nilai tambah ini komponen surplus usaha merupakan komponen terbesar yakni Rp. 484.876,58 juta atau sekitar 57,94% dari total nilai tambah, kemudian komponen upah dan gaji sebesar Rp. 302.876,58 juta, atau sekitar 36,23%, sedangkan sisanya adalah penyusutan dan pajak tak langsung. Sektor terbesar kedua adalah sektor perdagangan (kode 22) dengan nilai sebesar Rp. 109.468,33 juta atau 13,10% dari total nilai tambah. Inplikasinya bahwa sektor ini lebih tepat untuk meningkatkan nilai tambah Sulawesi Tenggara. Sektor ketiga, keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesepuluh merupakan sub sektor dari sektor pertanian dalam arti luas yang masing-masing adalah sektor tanaman perkebunan )kode 06), sektor ubi kayu (kode 03), sektor ikan laut dan hasilnya (kode 10), sektor padi (kode 01), serta sektor unggas dan hasilnya (kode 08), dengan total nilai tambah sebesar Rp 226.575,83 juta atau 27,19% dari total nilai tambah. Hal ini merupakan indikator bahwa masih banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian atau dengan kata lain sektor pertanian masih dominan dalam pembentukkan nilai tambah di Sulawesi Tenggara. Sektor terbesar keempat adalah sektor biji nikel (kode 14) dengan nilai tambah sebesar Rp 68.239,49 juta, atau 8,16% dari total nilai tambah, dengan komposisi nilai tambah berupa gaji Rp18.485,92 juta, surplus usaha Rp. 44.287,90 juta dan pajak langsung Rp 421,39 juta. Sektor terbesar kelima adalah sektor angkutan darat (kode 24) dengan nilai tambah sebesar Rp.65.695,41 juta atau 7,86% dari total nilai tambah, dengan komposisi nilai tambah berupa gaji Rp.30.129,18 juta, surplus usaha Rp24.756,39 juta, penyusutan Rp.10.587,65 juta dan pajak tak langsung Rp.222,19 juta. Sektor terbesar kesembilan adalah sektor bangunan (kode 21) dengan nilai tambah sebesar Rp.34.280,69 juta atau 4,10% dari total nilai tambah, dengan komposisi nilai tambah berupa gaji Rp.17.806,96 juta surplus usaha sebesar Rp.13.958,20 juta, penyusutan RP.1.983,70
9
juta dan pajak tak langsung sebesar Rp.531,83 juta. Dengan demikian sektor kelima dan kesembilan cukup peting dalam pembentukan bilai tambah di Sulawesi Tenggara. Suatu hal yang perlu dicermati dari sisi nilai output terbesar maupun nilai tambah terbesar, ada beberapa sektor yang mempunyai output yang besar dan nilai tambah yang besar pula. Sektor yang dimaksud adalah sektor pemerintahan dan pertahanan (kode 30), perdagangan (kode 22), biji nikel (kode 14) dan angkutan darat (kode 24) serta tanaman perkebunan (kode 06). Dari kelima sektor tersebut baik nilai output maupun nilai tambah termasuk ke dalam enam sektor terbesar. Sedangkan sektor lainnya yang masuk ke dalam sepuluh sektor terbesar baik nilai outputnya maupun nilai tambahnya adalah sektor bangunan (kode 21), Ubi Kayu (kode 03), ikan laut dan hasilnya (kode 10) dan unggas dan hasil-hasilnya (kode 08). Struktur produksi seperti ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi di daerah ini belum terlalu berkembang. Hal ini terlihat dari masih dominannya peran sektor primer dalam nilai tambah. Apabila struktur produksi ini dikaitkan dengan pola normal pembangunan, maka dalam perkembangan kegiatan ekonomi yang lebih maju, proporsi peran sektor primer dan pemerintahan akan berkurang, sebaliknya proporsi peran sektor industri dan sektor jasa akan relatif meningkat. Inplikasinya adalah pemerintah daerah dan dunia usaha harus dapat mengembangkan sektor-sektor yang berpotensi dan berpeluang untuk dikembangkan, terutama kegiatan agro industri, industri semen, industri gula, industri minyak kelapa sawit dan industri sari buah-buahan. Sedangkan sektor yang termasuk salah satu terbesar dalam nilai tambah tapi tidak termasuk dalam nilai output adalah sektor padi (kode 01), kemudian sektor terbesar dalam nilai output, tapi tidak termasuk dalam nilai tambah adalah sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16). Apabila dilihat dari komposisi nilai tambah bruto menurut komponennya di Sulawesi Tenggara pada tahun 1990, dari total nilai tambah sebesar Rp 835.923,17 juta, komponen upah dan gaji yang diciptakan oleh perekonomian di Sulawesi Tenggara adalah sebesar Rp 302.876,58 juta atau 36,23% dari total nilai tambah. Surplus usaha terbesar Rp.484.313,13 juta atau 57,94%. Penyusutan sebesar Rp 42.957,87 juta atau sekitar 5,14% dan pajak tak langsung sebesar Rp 5.775,59 juta atau sekitar 0,69% dari total nilai tambah.
4.1.3
Sektor Kunci Berdasarkan Angka Pengganda Output
Sebagaimna penjelasan sebelumnya bahwa Tabel I-O selain dapat digunakan untuk mengindentifikasi keterkaitan antar sektor (indeks DP dan indeks DK), juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengganda output setiap sektor dalam suatu perekonomian. Pengganda jenis ini diturunkan dari matriks kebalikan Leontief atau (I-A)-1. Pengganda output mengukur pengaruh langusng dan tidak langsung kenaikan satu unit permintaan akhir terhadap output suatu sektor dan selanjutnya pada output sektor-sektor ekonomi lainnya. Apabila sektor-sektor yang ada diurut dari peringkat terbesar ke terkecil (lima besar) menurut angka pengganda output, maka susunannya adalah sebagai berikut: sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16), sektor bangunan (kode 21), sektor jasa-jasa (kode 31), sektor ikan kering dan ikan asing (kode 12), sektor restoran dan hotel (kode 23). Dari 32 sektor ekonomi, sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16) mempunyai angka pengganda output yang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya, yang berarti bahwa kenaikan permintaan akhir terhadap sektor ini mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung atas output seluruh sektor perekonomian. Pengaruh langsung sektor tersebut adalah sebesar 1,041907, sedangkan pengaruh tidak langsungnnya adalah sebesar 0,926681. apabila pemerintah daerah meningkatkan permintaan akhir di sektor ini sebesar satu unit, maka output seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1,968588, dengan cara yang sama kita dapat menganalisis sektor-sektor lainnya.
10
4.1.4 Sektor Kunci Berdasarkan Angka Pengganda Pendapatan Komponen pendapatan merupakan salah satu dari input primer (NTB) yaitu berupa gaji dan upah. Koefisien pendapatan merupakan rasio upah dan gaji terhadap total input, karena adanya hubungan linier antara perubahan output terhadap perubahan NTB, demikian juga dengan pendapatan. Apabila permintaan akhir berubah, maka besar kecilnya dampak langsung dan tidak langsung terhadap perubahan pendapatan suatu sektor dan sektor lainnya tergambar pada angka pengganda pendapatan. Angka pengganda pendapatan yang tertinggi adalah pada sektor perdagangan (kode 22), yaitu 4,631276. Ini berarti bahwa setiap kenaikan satu unit permintaan akhir terhadap output semua sektor perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara akan meningkatkan pendapatan di sektor perdagangan sebesar 4,631276 kali lipat. Di samping itu sektor industri lainnya (kode 17) juga mempunyai angka pengganda pendapatan yang relatif tinggi, yaitu 3,865381. Selanjutnya diikuti oleh sektor sewa bangunan dan jasa perusahaan (kode 29), sektor pertambangan dan penggalian lainnya (kode 15), sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16), sektor angkutan darat (kode 24), sektor bangunan (kode 21) dan sektor padi (kode 01). Angka pengganda pendapatan ini sangat penting untuk perencanaan di masa datang, bahwa ditinjau dari pengganda pendapatan, pemerintah daerah Sulawesi Tenggara sebaiknya mendorong/mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang mempunyai angka pengganda pendapatan yang relatif tinggi, terutama sektor perdagangan dan industri lainnya. Hal ini juga sejalan dengan pola normal pembangunan yang ditandai oleh peranan sektor perdagangan dan sektor industri yang relatif dominan, sebaliknya peranan sektor pertanian akan makin berkurang.
4.1.5
Sektor Kunci Berdasarkan Keterkaitan Antar Sektor
Daya dukung antar sektor, dianalisa dengan pendekatan analisa keterkaitan antar sektor. Hal ini digambarkan pada hasil analisa daya penyebaran (power of dispersion) dan daya kepekaan (power of sensitivity) berdasarkan tabel input output Sulawesi Tenggara pada tahun 2007. Mengacu pada kerangka teoritik dasar analisa input output bahwa daya penyebaran menggambarkan pengaruh yang timbul oleh kenaikan satu unit permintaan akhir output suatu sektor terhadap peningkatan output semua sektor dalam perekonomian. Bila koefisiennya kurang dari 1, menunjukkan kebutuhan input antara sektor tertentu dapat menimbulkan dampak peningkatan output di atas rata-rata terhadap sektor-sektor lainnya. Sektor yang mempunyai koefisien daya penyebaran yang paling tinggi berarti mempunyai pengaruh terbesar dalam pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan daya kepekaan menggambarkan pengaruh yang ditimbulkan oleh kenaikan satu unit permintaan akhir ekonomi. Sektor yang mempunyai daya kepekatan yang paling tinggi berarti sektor tersebut akan terkena pengaruh yang paling besa dari pertumbuhan pereknomian secara keseluruhan. Dari Daya Penyebaran (DP) dan Daya Kepekatan (DK) diturunkan pula indeks DK dan DP yang dapat digunakan untuk menentukan sektor-sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah.
4.1.6
Daya Penyebaran (Backward Power of Dispersion)
Analisa keterkaitan ke belakang menjelaskan dampak penyediaan barang dan jasa hasil produksi suatu sektor yang dimanfaatkan sebagai input oleh sektor lain. Pada Tabel 9 memperlihatkan sepuluh (10) sektor utama menurut indeks DP. Dari kesepuluh sektor utama tersebut, sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16) merupakan sektor yang memiliki indeks DP yang relatif paling tinggi di Sulawesi Tenggara dibanding sektor lainnya (1,437231). Sektor terbesar kedua adalah sektor bangunan (kode 21) dengan nilai indeks DP sebesar 1,321965. Sektor terbesar ke empat adalah sektor jasa-jasa (kode
11
31) dengan nilai indeks DP sebesar 1,309807. Sektor terbesar 1,301154. Kemudian sektor terbesar kelima sampai ke sepuluh masing-masing adalah: sektor restoran dan hotel (kode 23), air minum (kode 20), industri lainnya (kode 17), angkutan darat (kode 26), angkutan laut (kode 25), dan listrik (kode 19). Sektor lainnya yang memiliki indeks DP yang lebih besar dari satu adalah sektor ternak dan hasil-hasilnya (kode 7) dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya (kode 28), dengan nilai indeks DP masing-masing sebesar 1,091491 dan 1,050819. Ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut di atas mempunyai pengaruh yang relatif cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Hal ini dapat juga diartikan bahwa setiap kenaikan 1 (satu) unit permintaan produk sektor makanan, minuman dan tembakau akan mempengaruhi output seluruh sektor sebesar 1,437231. Dengan cara yang sama kita dapat pula memberikan analisis untuk sektor-sektor yang lainnya. Dari sepuluh sektor tersebut, dapat kita katakan bahwa sektor makakan, minuman dan tembakau mempunyai indeks keterkaitan ke belakang yang tinggi artinya perkembangan/pertumbuhan sektor ini lebih dapat mendorong sektor di belakangnya bila dibanding dengan sektor lainnya. Hal ini juga menggabarkan bahwa jika terjadi kenaikan output sektor ini akan berpengaruh positif terhadap produksi sektor-sektor lainnya. Apabila sektor-sektor tersebut di atas dikembangkan lebih lanjut akan mendorong sektor lainnya untuk berkembang, terutama bagi sektor yang mempunyai nilai output yang besar dan nilai tambah bruto yang tinggi. Sedangkan sektor-sektor yang tidak disebutkan di atas, misalnya sektor padi (kode 1), merupakan sektor-sektor yang mempunyai indeks DP yang lebih kecil dari satu. Nilai indeks DP yang lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan ke belakang yang relatif lemah dibanding sektor-sektor lainnya. Lemahnya keterkaitan ke belakang sektor ini merupakan suatu indikasi bahwa produksi sektor padi pada umumnya tidak memberikan dukungan yang kuat bagi keperluan input sektor lain, hal tersebut juga menunjukkan bahwa sektor ini menghasilkan output yang cenderung untuk dikonsumsi sendiri.
4.1.7
Daya Kepekaan (Foward Power of Sensitivity)
Sepuluh sektor utama menurut indeks DK. Dari kesepuluh sektor tersebut, sektor perdagangan (kode 22) mempunyai indeks DK yang paling tinggi yakni sebesar 2,245295. Sektor terbesar kedua adalah sektor industri lainnya (kode 17) dengan nilai indeks DK sebesar 2,195212. Ketiga terbesar adalah sektor pengilangan minyak (kode 18) dengan nilai indeks DK sebesar 2,019577. Kemudian sektor terbesar keempat sampai kesepuluh masing-masing adalah sektor padi (kode 1), angkutan darat (kode 24), sewa bangunan dan jasa perusahaan (kode 29), biji nikel (kode 14), bangunan (kode 21), Bank dan lembaga keuangan lainnya (kode 28) dan sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16). Sektor-sektor tersebut secara relatif sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Apabila pemerintah daerah Sulawesi Tenggara melakukan kebijakan perekonomian tingkat sektoral. Misalnya terjadi kenaikan permintaan seluruh barang dan jasa pada masingmasing sektor sebesar satu unitm maka dampaknya akan terasa sekali pada sepuluh sektor utama menurut indeks DK, terutama pada sektor perdagangan dan industri lainnya, yakni terjadi peningkatan output masing-masing sebesar 2,245295 dan 2,195212. Sektor yang tidak disebutkan merupakan sektor yang mempunyai nilai indeks DK yang lebih kecil dari satu, yang bermakna bahwa sektor mempunyai keterkaitan ke depan yang relatif lemah tersebut dibandingkan dengan sektor lainnya. Misalnya aspal dengan nilai indeks DK sebesar 0,724552. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan yang terjadi di sektor-sektor lainnya akan memberikan dampak relatif sangat kecil terhadap sektor aspal. Apabila keterkaitan antar sektor dalam perekonomian Sulawesi Tenggara diukur langsung berdasarkan pengaruhnya terhadap kenaikan produksi yang dihasilkan oleh kemampuan
12
sendiri (tanpa ketergantungan barang impur).Sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16) merupakan sektor yang mempunyai indeks DP terbesar (1,541547) dibanding sektor lainnya. Sedangkan indeks DK yang tertinggi dimiliki oleh sektor perdaganagn (kode 22) dengan nilai indeks DK sebesar 2,353675. Apabila pemerintah melakukan kebijaksanaan yang bersifat sektoral, maka sektor perdagangan merupakan sektor yang sangat sensitif atau menerima dampak yang paling besar akibat kebijakan pemerintah tersebut. Mengacu pada indeks DP dan indeks DK, baik atas harga produsen maupun atas harga produsen domestik, maka dapat dibuat pemetaan dalam empat kategori, yaitu: Pertama. Kategori sektor yang mempunyai indeks DP >1 dan indeks DK > 1. Sektor ini diidentifikasi sebagai sektor kunci dilihat dari derajat penyebaran dan derahat kepekaan. Sektor yang termasuk dalam kategori ini adalah sektor makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor biji nikel dan sektor ternak dan hasilhasilnya. Kedua Kategori sektor yang mempunyai indeks DP > 1, tapi indeks DK <1. Sektor yang termasuk dalam kategori ini adalah sektor restiran dan hotel, angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, unggas dan hasil-hasilnya, ikan darat dan hasil-hasilnya, ikan kering dan ikan asin, air minum dan jasa-jasa. Ketiga. Kategori sektor yang mempunyai indeks DP < 1, tapi mempunyai nilai indeks DK > 1. Sektor yang termasuk dalam kategori ini adalah sektor angkutan darat, ikan laut dan hasil-hasil laut lainnya, padi, sewa bangunan dan jasa-jasa perusahaan. Keempat. Kategori sektor yang mempunyai nilai indeks DP < 1 dan indeks DK < 1. Sektor yang termasuk dalam kategori ini adalah sektor listrik, pertambangan dan penggalian lainnya, aspal, jagung, ubi kayu, sayur-sayuran dan buah-buahan, tanaman bahan makanan lainnya, tanaman perkebunan, kayu dan hasil hutan lainnya, pemerintahan dan pertahanan, serta kegiatan yang tidak jelas batasannya. Berdasarkan keterkaitan antar sektor, sektor-sektor kunci adalah sektor makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainya, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor biji nikel dan sektor ternak dan hasil-hasilnya.
5. Kesimpulan Dan Saran 5.1 Simpulan Mengacu pada uraian dan pembahasan, maka dikemukakan beberapa simpulan: a. Dari perkembangan sektoral, ekonomi Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh sektor primer, keadaan ini dapat dilihat dari besarnya output yang dihasilkan oleh sektor tersebut, maupun sumbangan surplus usaha yang diekspor ke daerah lain. Sektor biji nikel dan sektor tanaman perkebunan merupakan sektor strategis Provinsi Sulawesi Tenggara yang perlu terus dikembangkan, sebab dengan meningkatnya sektor ini akan mendatangkan devisa yang besar bagi perekonomian Sulawesi Tenggara. Potensi daerah ini berada pada sektor perikanan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor industri (industri marmer, industri gula, industri pengolahan ikan kaleng dan industri hasil laut lainnya), sektor pertambangan dan sektor pariwisara. Sektor yang banyak menggunakan tenaga kerja adalah sektor pertnaian, sektor perdaganan dan sektor jasa-jasa. Penduduk Sulawesi Tenggara kurang mendukung pembangunan di daerah ini, baik dari segi jumlah maupun mutu sumberdaya manusia, untuk itu yang perlu dikembangkan adalah sektor pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan dan Balai Latihan Kerja (BLK). b. Dari sisi permintaan, perekonomian daerah Sulawesi Tenggara relatif belum mengarah pada sistim perekonomian yang berorientasi ke luar dan outward looking karena sebagian besar produksi atau output barang dan jasa digunakan untuk permintaan akhir dalam daerah dan permintaan antara (84,63 persen) sedangkan yang diekspor hanya sebesar 15,37 persen. Pada
13
c.
d.
e.
f.
g.
sisi penawaran hampir secara keseluruhan (85,17 persen) dapat dipenuhi oleh produksi domestik dan kebutuhan barang dan jasa impur sebesar 14,83 persen. Sektor ekonmi yang memberikan kontribusi surplus usaha yang diekspor ke daerah lain adalah sektor biji nikel (46,21 persen), sektor tanaman perkebunan (24,90 persen), sektor ubi jayu (12,92 persen), sektor ikan laut dan hasil laut lainnya (6,52 persen) dan sektor kayu dan hasil hutan lainnya (4,15 persen). Sektor ekonomi yang terbesar dalam stuktur output adalah sektor pemerintahan, sektor perdagangan, sektor angkutan darat, sektor biji nikel dan sektor bangunan. Sedangkan sektor ekonomi yang terbesar dalam struktur nilai tambah adalah sektor pemerintahan, sektor perdagangan, sektor tanaman perkebunan, sektor biji nikel dan sektor angkutan darat. Berdasarkan kriteria pengganda output, sektor kunci dalam perekonomian Sulawesi Tenggara adalah sektor makana, minuman dan tembakau (kode 16), sektor bangunan (kode 21), sektor jasa-jasa (kode 31), sektor ikan kering dan ikan asin (kode 12) dan sektor restoran dan hotel (kode 23). Kemudian menurut kriteria pengganda pendapatan, sektor kunci di daerah ini adalah sektor perdagangan (kode 22), sektor industri lainnya (kode 17), sektor sewa bangunan dan jasa perusahaan (kode 29), sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16) dan sektor biji nikel (kode 14). Berdasarkan kriteria keterkaitan antar sektor, sektor kunci dalam perekonomian Sulawesi Tenggara adalah sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16), sektor industri lainnya (kode 17), sektor bank dan keuangan lainnya (kode 28), sektor biji nikel (kode 14) dan sektor ternak dan hasil-hasilnya (kode 7). Untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara, maka kebijakan pemerintah daerah ini harus diarahkan pada pengembangan dan mendorong sektor-sektor unggulan, sektor unggulan yang dimaksud adalah: sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16), sektor bangunan (kode 21), sektor industri lainnya (kode 17), sektor perdagangan (kode 22), sektor angkutan darat (kode 24), sektor sewa bangunan (kode 29) dan sektor biji nikel (kode 14). Sektor-sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke belakang (DP) maupun keterkaitan ke depan (DK) yang tinggi dan menghasilkan pendapatan (income multiplier) yang tinggi.
5.2 Saran-Saran a. Dengan diketahuinya sektor-sektor kunci dalam struktur perekonomian Sulawesi Tenggara, maka diharapkan adanya usaha dari pemerintah daerah untuk mengarahkan kebijakannya untuk mengembangkan/mendorong sektor makanan, minuman dan tembakau (kode 16), sektor ini potensial untuk dikembangkan karena mempunyai keterkaitan (DP dan DK) yang relatif tinggi dan sektor ini sangat berkaitan dengan sektor pertanian. Kemudian sektor yang perlu pula didorong perkembangannnya adalah sektor perdagangan (kode 22), karena sektor ini mempunyai keterkaitan ke depan (DK) yang relatif tinggi, nilai tambah yang tinggi dan menghasilkan penapatan yang tinggi. Di samping itu, diharapkan pula adanya usaha dari pemerintah daerah untuk mengarahkan kebijakannya untuk mendorong/mengembangkan sektor-sektor industri (misalnya, agroindustri, agrowisara, industri marmer, industri pengolahan ikan kaleng, industri pengolahan hasil laut lainnya, industri gula dan industri semen) yang relevan dengan potensi daerah, sehingga perekonomian daerah ini bercirikan perekonomian modern (berkembang). b. Mengingat besarnya potensi yang dimiliki oleh Sulawesi Tenggara seperti sektor perikanan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor pertambangan dan sektor pariwisara, pemerintah daerah haruslah aktif mempromosikan potensi yang dimiliki tersebut dan memberikan keringanan-keringanan tertenteu, misalnya pembebasan biaya pajak, keringanan biaya pembebasan lahan dan kepastian hukum atas pemilikan lahan kepada para investor, sehingga para ingestor tertarik untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Tenggara.
14
c. Mengingat adanya beberapa sektor ekonomi yang mengalami defisit dalam neraca perdagangan, maka pemerintah daerah harus aktif mendorong/mengembangkan sektor-sektor yang sudah mengalmai surplus dalam neraca perdagangan, sebab dari adanya peingkatan ekspor diharapkan dapat menciptakan efek multiplier ke sektor-sektor lainnya, sektor yang surplus dalam neraca perdagangan adalah sektor biji nikel, sektor tanaman perkebunan, sektor ubi kayu, sektor ikan laut dan hasil laut lainnya dan sektor kayu dan hasil hutal lainnya. d. Dalam penyusunan tabel input output pada masa yang akan datang diharapkan telah memuat tabel matriks tenaga kerja, sebab dari matriks tersebut akan dapat diketahui sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja, maupun dampak perubahan permintaan akhir terhadap penciptaan kesempatan kerja. Hal ini sangat penting untuk perencanaan pembangunan, khususnya perencanaan ketenagakerjaan. e. Dalam merumuskan perencanaan sekotoral, pemerintah daerah sebaiknya memperhatikan keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi di daerah ini.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Tabel Input Output Sulawesi Tenggara Tahun 2007. BPS Sulawesi Tenggara dan Bappeda Tingkat I. Sulawesi Tenggara, 2007. Anonim, Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005. BPS Jakarta, 2007. Budiharsono, Sugeng. Perencanaan Pembangunan Wilayah: Teori, Model Perencanaan dan Penerapannya, PAU-Ekonomi Universitas Indonesia, 1989. Chenery, B. Hollis, Clark, Paul G. Interindustry Economics, John Wiley & Sons, Inc., 1959. Parenta, Tadjuddin. Analisa Input-Output, Fakultas Ekonomi Unhas, 1992. R. O’connor and E.W. Henry. Input Output Analysis and Aplications, Griffis’s Statistical Monographis & Course No. 36, 1975. Saptastri, Edbiningtyas K. Dampak Beberapa Sektor Penting dalam Pembangunan Ekonomi DKI Jakarta (Studi Analisis Tabel Input Output Indonesia 1990), Makalah PPN Angkatan XXI, Jakarta, 1992. Supranto, J. Linear Programming, PP-FEUI, Jakarta, 1983. Thomas, V. Bulmer, Input Output Analysis In Developing Coutries, Sources, Methods and Application, John Wiley & Sons Ltd., 1982. Todaro, P. Michael. Development Planning: Models And Methods, Oxford University Press, 1971. Thirwall, A.P. Grouwth And Development: With Special Reference to Developing Economies, Published by Macmilan Education Ltd., 1989. Vincent, Gasper. Analisa Kuantitatif Untuk Perencanaan, Penerbit Tarsito, Bandung, 1987. Val A. Bendavid. Regional And Local Economies Analysis For Practioners, Praeger, New York, New And Expanded Edition, 1983.
15