Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh
Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh JAM 14, 2 Diterima, Oktober 2015 Direvisi, Desember 2015 Februari 2016 Disetujui, April 2016
Agus Naufal Tridoyo Kusumastanto Program Pascasarjana Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika IPB Achmad Fahrudin Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan IPB
Abstract: Overfishing has made marine resources will be exhausted in the future, consequently this resource must be managed properly. Good fisheries management should consider many aspects. Therefore, this study aims to identify the policy and the relationship between the sub-systems of ecological, economic, and social aspects, as well as to calculate the financial feasibility of Skipjack fishery on the north beach of Aceh. The method used in this study were dynamic analysis, and feasibility analysis. The results showed in the long term based on the total allowable effort policy simulation and additional effort restrictions, the optimal management policy that gives the biggest economic rent is Rp. 40.329 billion will be achieved in 2033 with a total production of 3,191 tons per year. Skipjack fishing sector is still able to absorb workers without excessive depletion with the enforcement policy of limiting the addition of effort. Dynamic analysis showed that optimal and sustainable Skipjack resource management should be limited at the level of maximum economic rent then an increase of 20 percent effort per year can be added until the level of sustainable effort. NPV is Rp. 2.311 billion and the value of Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) is 1.97, indicating that investment of Skipjack purse seine vessels 40 GT on the North Beach of Aceh is feasible. Keywords: skipjack, dynamic analysis, financial feasibility, North Beach of Aceh
Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 14 No 2, 2016 Terindeks dalam Google Scholar
Alamat Korespondensi: Agus Naufal, Program Pascasarjana IPB, DOI: http:// dx.doi.org/10.18202/jam230 26332.14.2.03
Abstrak: Penangkapan ikan secara berlebih dapat menyebabkan habisnya sumberdaya di masa yang akan datang, oleh karena itu sumberdaya perikanan harus dikelola dengan baik. Pengelolaan perikanan yang baik adalah pengelolaan yang mempertimbangkan banyak aspek. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: melihat kebijakan dan hubungan keterkaitan antara sub sistem ekologi, ekonomi, dan sosial, serta menghitung kelayakan bisnis perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh. Metode yang digunakan adalah analisis dinamik, dan analisis kelayakan usaha. Hasil penelitian ini adalah dalam jangka panjang berdasarkan simulasi kebijakan total allowableeffort dan pembatasan penambahan effort, maka kebijakan pengelolaan optimal yang memberikan rente ekonomi terbesar yaitu sebesar 40,329 milyar rupiah dicapai pada tahun 2033 dengan jumlah produksi sebesar 3.191 ton per tahun. Sektor perikanan Cakalang masih mampu menyerap tenaga kerja tanpa melakukan pengurasan sumberdaya secara berlebihan dengan diberlakukannya kebijakan pembatasan penambahan effort. Analisis dinamik juga menunjukkan bahwa untuk pengelolaan optimal sumberdaya ikan Cakalang yang berkelanjutan, maka effort dibatasi hingga mencapai rente ekonomi maksimum dan selanjutnya peningkatan effort sebesar 20 persen tiap tahunnya dapat ditambahkan sampai batas effort lestarinya, hal ini terjadi karena diantara sub model-sub model pada model pengelolaan perikanan Cakalang tersebut memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain. Nilai NPV sebesar 2,311 milyar rupiah
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 209
ISSN: 1693-5241
209
Agus Naufal, Tridoyo Kusumastanto, Achmad Fahrudin
dan nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,97, menunjukkan bahwa investasi kapal purse seine berukuran 40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh layak dilaksanakan. Kata Kunci: cakalang, analisis dinamik, kelayakan ekonomi, Pantai Utara Aceh
Perairan Pantai Utara Aceh memiliki potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang sangat besar dan cukup menjanjikan.Subsektor perikanan merupakan subsektor penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB sektor pertanian Kota Banda Aceh. Sektor ini menyumbangakan 61 milyar rupiah di tahun 2008, ditahun 2009 meningkat menjadi 67 milyar rupiah, bahkan ditahun berikutnya mencapai angka 74 milyar rupiah dari total 163 milyar sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kota Banda Aceh tahun 2010. Atas dasar tersebut, maka sektor perikanan layak mendapatkan prioritas dalam pembangunan Kota Banda Aceh saat ini. Tingkat penganguran terbuka Kota Banda Aceh tahun 2010 sebesar 11,6%, jumlah pengangguran ini cukup besar bila dibandingkan dengan pengangguran Indonesia yaitu sebesar 7,14% pada tahun yang sama. Oleh karena itu,perlu dikaji lebih lanjut seberapa besar peranan sektor perikanan Cakalang dalam dalam mengurangi tingkat pengangguran di Kota Banda Aceh. Ikan Cakalang merupakan jenis ikan yang memiliki jumlah produksi tertinggi, yaitu mencapai 2.620 ton pada tahun 2010, nilai ini bahkan mencapai empat kali lipat produksi ikan Tongkol Krai yang merupakan ikan yang memiliki jumlah produksi tertinggi kedua setelah ikan Cakalang pada tahun yang sama (BPS, 2011). Berdasarkan uraian penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: melihat kebijakan dan hubungan keterkaitan antara sub sistem ekologi, ekonomi,dan sosial, serta menghitung kelayakan bisnis perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh.
bahwa Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo, Banda Aceh merupakan pelabuhan terbesar tempat didaratkannya ikan-ikan pelagis besar di Perairan Pantai Utara Aceh. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2013 sampai bulan Januari 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer didapat dari hasil wawancara mendalam pertanyaan-pertanyaan yang telah terstruktur secara langsung dengan para aktor yang terlibat, dan data sekunder yang diperoleh dari data literatur perikanan Aceh. Pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan secara purposive berdasarkan kriteria penelitian.
METODE
Keterkaitan Antar Sub Sistem
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus yang dilakukan dalam pengeloaan optimal perikanan Cakalang di Perairan Pantai Utara Aceh. Lokasi penelitian terletak di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo, Banda Aceh. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan
Sistem adalah suatu gugus atau keseluruhan gugus dari elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja untuk mencapai satu tujuan atau satu gugus dari tujuan-tujuan (Manetsch dan Park, 1979 dalam Eriyatno, 1999; Ruth dan Hannon, 1994). Sebuah sistem merupakan sebuah
210
Analisis Dinamik Analisis dinamik dilakukan untuk melihat kebijakan danhubungan keterkaitan antara sub sistem ekologi, sub sistem ekonomi, dan sub sitem sosial pada model pengelolaan perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh.
Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial investasi pada kapal purse seine yang menangkap ikan Cakalang pada perairan Pantai Utara Aceh. Analisis kelayakan yang digunakan dalam menentukan layak atau tidak layak suatu program, yaitu Net Present Value (NPV), dan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C).
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Sistem Dinamik
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 2 | JUNI 2016
Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh
mekanisme di mana berbagai macam komponen yang bervariasi berinteraksi melalui jalur yang berbedabeda dalam membentuk suatu fungsi. Pada sebuah sistem, kita dapat mengidentifikasikan interaksi di antara masing-masing komponen dan fungsinya. Sistem juga merupakan mekanisme yang dapat mengelola dunia nyata ketika sebuah model disederhanakan oleh sistem tersebut (Handoko, 2005). Sedangkan menurut Hartrisari (2007), sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu. Sistem dinamik adalah suatu metode analisis permasalahan, di mana waktu merupakan faktor penting, dan meliputi pemahaman bagaimana suatu sistem dapat dipertahankan dari ganguan diluar sistem, atau dibuat sesuai dengan tujuan dari pemodelan sistem yang akan dibuat (Hendrawan, et al., 2013). Menurut Thornley (1998), kata dinamis merujuk pada model yang menjelaskan perubahan waktu pada berbagai macam variabel. Model statis tidak memperhitungkan variabel waktu, seluruh variabel tidak berubah dan selamanya akan terus konstan. Pada model dinamik, seluruh variabel merupakan subjek yang akan berubah seiring bertambahnya waktu. Masalah-masalah yang dapat dengan tepat dimodelkan dengan pendekatan sistem dinamik adalah masalah-masalah yang memiliki sifat dinamis, dalam arti mempunyai kuantitas yang berubah terhadap waktu, dan minimal salah satu komponen atau variabel dari sistem yang diamati mempunyai ellemen umpan balik (Widodo, 2005). Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik diawali dan diakhiri dengan pemahaman sistem dan permasalahannya sehingga membentuk suatu lingkaran tertutup (Somantri, et al., 2007). Penyusunan model dinamik membutuhkan beberapa tahap,analisis kebutuhan merupakan tahap awal dalam menentukan komponen-komponen yang dibutuhkan dalam sebuah sistem, terutama dalam menentukan komponen-komponen pada causal loop sebuah model. Pelaku perikanan tangkap di Pantai Utara Aceh cukup banyak, oleh karena itu hanya dibagi menjadi enam pelaku utama yaitu; 1) nelayan, 2) konsumen, 3) pedagang, 4) Panglima Laot dan LSM, 5) DKP dan Pemerintah, dan 6) Akademisi.
Tahapan selanjutnya adalah merumuskan formulasi permasalahan. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh meliputi: 1) Stok sumberdaya perikanan yang sudah melebihi tingkat Maksimum Sustainable Yield (MSY), belum bisa dikelola secara optimal, 2) Kurangnya produktivitas nelayan ikan Cakalang, 3) Belum adanya kebijakan yang tepat yang dapat memuaskan seluruh pihak, 4) Jumlah pengangguran yang cukup besar di Kota Banda Aceh. Tahapan berikutnya adalah identifikasi sistem, yaitu tahapan yang bertujuan mengenali sistem, menetapkan batasannya, menganalisis perilaku sistem dan hubungan antar pelaku sistem serta komponen lainnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Identifikasi sistem juga bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem keberlanjutan perikanan tangkap dalam bentuk diagram causal loop.Causal loop perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut Eriyatno (1999), diagram kausal merupakan penggambaran sistem keberlanjutan perikanan tangkap serta berbagai komponennya yang terkait, berikut interaksinya yang menjelaskan perilaku hubungan sebab akibat antar komponen sistem dalam mencapai tujuan. Diagram kausal tersebut kemudian diterjemahkan dalam bentuk diagram input-output. Tahapan terakhir adalah pemodelan sistem dinamik. Metode yang dapat dijadikan acuan pada strategi pembangunan adalah sistem dinamik, yang bisa didefinisikan sebagai metode yang digunakan sebagai umpan balik informasi pada sebuah sistem, dan penggunaan model untuk meningkatkan desain organisasi atau strategi pembangunan. Beberapa elemen sistem dinamik meliputi feedback loops, level, dan rate (Forester dalam Tjakraatmadja, 2014). Analisis sistem dinamis pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara ketersediaan stok ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh dengan pendapatan nelayan dan penyerapan tenaga kerja di Kota Banda Aceh. Pada suatu tingkat tertentu, sumberdaya alamiah dipengaruhi oleh interaksi antara 1) pertumbuhan alami dan kematian alami tanpa campur tangan manusia, 2) fluktuasi ekologi, 3) peraturan penangkapan, dan 4) transfer biologis dari satu sistem ekologi ke sistem ekologi lainnya (Low, 1999).
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
211
Agus Naufal, Tridoyo Kusumastanto, Achmad Fahrudin
+ k ebe rlanj utan ek ono mi
Pengeluaran
+
N P V d an BC Rat io + +
+su ku b unga
+ Inves tasi +
k o ndis i perairan ya ng b aik
Pend ap atan +
+ natural gro wth
k euntungan penang kap an +
+
-
+
CP UE sto k ikan
+
k eberlanjut an ek olo gi +
harga ik an s tand ar
+
+ p endap atan p enangk apan
-
p rod uk si ikan lok al +
+ t ot al effo rt
+ pro duk si t otal ik an
+ kes ejahteraan
+ b agi has il
+
jumlah pend ud uk
jumlah nelayan + keb erlanjutan so sial
Gambar 1. Diagram Causal Loop Perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh
Atas dasar tersebut, penelitian ini menggunakan tiga sub model sesuai aspek keberlanjutan Charles (2001), yaitu: 1) Sub model sistem ekologi yang menggambarkan biomassa sumberdaya ikan Cakalang, penangkapan (catch), nilai pertumbuhan intrinsik (r), daya dukung lingkungan (K), dan koefisien tangkap (q). 2) Sub model sistem ekonomi yang menggambarkan keuntungan, sistem bagi hasil nelayan, effort (E), total penerimaan, total biaya, biaya investasi, NPV, dan Net B/C. 3) Sub model sistem sosial yang menggambarkan kenaikan jumlah penduduk di Kota Banda Aceh dan peranan sub sektor perikanan dalam mengurangi tingkat pengangguran di Kota Banda Aceh. Gambar 2 menunjukkan model yang menggambarkan hubungan antara sub sistem ekologi, ekonomi, dan sosial pada sumberdaya ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh. Sub model-sub model pada model pengelolaan perikanan Cakalang tersebut memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain. Jumlah trip (effort) penangkapan perlu disesuaikan melihatkondisi perikanan Cakalang yang sudah overfishingdi Pantai Utara Aceh. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan total allowable effort, effort harus dibatasi hingga tingkat effort yang memberikan rente ekonomi maksimum. Pengurangan effort berarti penambahan 212
waktu luang bagi nelayan yang bisa digunakan untuk pekerjaan sampingan lainnya. Selanjutnya diperlukan pula kebijakan pembatasan penambahan effort. Penambahan effort masih tetap diperlukan agar sektor perikanan dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran di Kota Banda Aceh. Kebijakan penambahan upaya penangkapan harus berdasarkan kebijakan yang tepat, untuk itu dengan menggunakan asumsi seluruh pengangguran di Kota Banda Aceh akan terserap secara bertahap pada masing-masing sektor sesuai proporsinya terhadap PDRB, diakukan kebijakan pembatasan penambahan effort sebesar 80%, sehingga sektor perikanan Cakalang masih mampu menyerap tenaga kerja tanpa melakukan pengurasan sumberdaya secara berlebihan. Berdasarkan simulasi kebijakan total allowable effort dan pembatasan penambahan effort, pada sub sistem ekologi terlihat laju tangkap (produksi) yang semakin meningkat yang terjadi karena penambahan effort sebagai dampak dari pengurangan pengangguran di Kota Banda Aceh. Pada sub sistem ekonomi terlihat rente ekonomi perikanan Cakalang juga menunjukkan peningkatan walaupun pada akhirnya turun kembali, penurunan ini diduga karena rente ekonomi sudah mencapai nilai maksimum sehingga rente
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 2 | JUNI 2016
Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh
Su b Sis tem Ek on omi
Bg H A BK
Jl m ABK 40GT
K eu ntun gan PS 40 GT Bg H T B gk
F r Bg H A BK
B g H Pe r AB K
Bg H P er A BK Pe r Trip
N ly n n on A BK
D is c B en efi tTotal
Bg H P wg Bg H Ms ns
Fr Bg H T Bgk
Fr Bg H Ms ns
Bg H T Bgk P er Trip D is c Co s t Total
Bg H M sn s Per Tr ip
Trip 40 GT Pe r Tahun
F r Bg H P wg
Fr B g H P R u m po n
B g H P R u m po n Pe r Trip
D is c B ene fit
BC R atio Tot al Per ub D isc Be ne f it Total
Bg H Pm lk R u m po n
D is c Co st
Bg H P wg Pe r Trip
B C R at io P er ub D is c Be ne f it Perub D isc C o st Tota l N P V Tot al
Pe ru b D is c C os t N PV Ka pal
R a te
D isk on Fa k tor
D isk o n F ak tor
Ke un tu ng a n P S 4 0 GT Perub N P V Tot al
PV Ben ef it To tal
P er ub N PV
H ar ga Ik an Ke un tu ng an Tot al A rus K as Total
PV B en ef it Pn dptn Ik a n La in ny a B ia y a
PV C ost To ta l
Bia y a Lainny a
Inv es tasi PS 40 GT
PV C o st
Biay a Bah an Pe ng awet
Nly n B r P en da pata n To ta l
P enge lua ran Tot al Fr Kg Pe nd apatan
Ef f o rt E
J lm Nl y n Per K pl
Pe ngelua ran
La ju Tagk ap
Biay a P er awa ta n
Fr J ut a Biay a P elum a s
Fr PS 4 0 GT
P ena mb ahan Ef f ort F r Pem bata san Ef f or t
C a tc h Per U nit E ff o rt
C PU E PS 40 GT
B ia y a Baha n Ba ka r
Trip 4 0GT P er Ta hun
S ub Sist em Ek o lo gi
Sub S is te m So sial
S tok Ik an C a k alang
P ny r pn TK Pe rt
N ly n B r L aj u P er tum buha n S tok
Laju Ta gk a p
Pn y rpn TK Pe rik a na n
Koe f is ie n Ta ngkap q
Fr P en g an gg u ran
P en gan gg ur an
F r Pn y rpn TK Pe rtanian Fr N ly n B r
F r J lm Ang k K erj a
F r Pny rp n TK Perik
La ju Pertu m bu ha n In trin s ik r La ju Kem at iia n Alam i La ju Ke m at ia n
J lm An g k K erja J lm P en du duk
Ef f o rt E
Fr Ke matian
Fr Kela hira n Ra si o D ay a Du k un g
Fr ak si Tan gkapa n
D ay a D uk un g Li ng k un gan K
Kelahira n
Kem a tia n
Gambar 2. Model Pengelolaan Perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh
ekonomi turun seiring dengan peningkatan effort dan produksi ikan Cakalang. Pada sub sistem sosial terjadi peningkatan jumlah penduduk yang akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sehingga tenaga kerja terserap pada perikanan Cakalang yang akhirnya akan kembali menambah effort pada sub sistem ekonomi. Kebijakan pengelolaan optimal yang memberikan rente ekonomi terbesar yaitu sebesar 40,329 milyar rupiah dicapai pada tahun 2033 dengan jumlah produksi sebesar 3.191 ton per tahun. Pengelolaan optimal
sumberdaya ikan Cakalang yang berkelanjutan membutuhkan pembatasan effort hingga mencapai rente ekonomi maksimum dan selanjutnya peningkatan effort sebesar 20% tiap tahunnya dapat ditambahkan sampai batas effort lestarinya.Hubungan laju tangkap (produksi), jumlah penyerapan tenaga kerja perikanan Cakalang, effort dan rente ekonomi perikanan Cakalang di Pesisir Utara Aceh dapat dilihat pada Gambar 3A.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
213
Agus Naufal, Tridoyo Kusumastanto, Achmad Fahrudin 1: Ren te Ekon omi 1: 2: 3: 4:
2 : Ef fo rt E
3 : La ju Tan gkap
1: Jlm Pendud uk
4: Pny rpn TK P erikan an
4 0330. 00 6450. 00 3205. 00 700. 00
1 4
1: 2: 3: 4:
2 : Pny rpn TK Pe rikana n
3 : Pny rpn TK Pert
4: Peng anggu ran
80 0000. 00 700. 00 1300. 00 4 0000. 00 3
3
1
2 1: 2: 3: 4:
4 0320. 00 6300. 00 3185. 00 450. 00
3
1
4
1: 2: 3: 4:
2
1
50 0000. 00 450. 00 850. 00 2 5000. 00 2 1
2 3
4
4 0310. 00 6150. 00 3165. 00 200. 00
1
2
2 014. 00
3
4
3
2 1: 2: 3: 4:
4
3
1
4
20 20.2 5
2026 .50
Grap h 11 (Unt itled)
Y e ars
20 32.7 5
203 9.00
12 :10 PM Sat, Sep 1 3, 2 014
1: 2: 3: 4:
20 0000. 00 200. 00 400. 00 1 0000. 00
1 1 .00
2
3
2
4
4 7 .00
13. 00
Grap h 6 (Unt it led)
A
Y e ars
1 9.00
2 5.00
8:5 2 PM Su n, Jun 0 1, 2 014
B
Keterangan: A : Hubungan laju tangkap (produksi), penyerapan tenaga kerja perikanan Cakalang, effort, dan rente ekonomi perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh; B : Hubungan perubahan jumlah penduduk, pengangguran, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, dan penyerapan tenaga kerja sektor perikanan Cakalang di Kota Banda Aceh
Gambar 3. Grafik Keterkaitan Antar Unsur Pada Model Dinamisperikanan Cakalang
Peningkatan jumlah penduduk terjadi pada sub sistem sosial, hal ini diduga akanmempengaruhi penyerapan tenaga kerja sehingga tenaga kerja terserap pada sub sektor perikanan yang akhirnya akan kembali menambah effort pada sub sistem ekologi. Gambar 3B menunjukkan perubahan jumlah penduduk, pengangguran, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, dan penyerapan tenaga kerja sektor perikanan Cakalang di Kota Banda Aceh dengan asumsi seluruh pengangguran akan terserap secara bertahap pada masing-masing sektor sesuai proporsinya terhadap PDRB, dengan pembatasan penambahan effort sebesar 80%. Pertambahan jumlah penduduk Kota Banda Aceh diiringi pertambahan jumlah angkatan kerja akan tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan lapangan pekerjaan sehingga dibutuhkan lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi tingkat pengangguran. Sektor pertanian merupakan sektor penyumbang PDRB yang cukup besar bagi Kota Banda Aceh, di samping itu sektor ini juga merupakan sektor yang padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Sub sektor perikanan merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar kedua pada sektor pertanian yaitu sebesar 45%, oleh karena itu sub sektor perikanan Cakalang merupakan sub sektor yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap sektor pertanian sehingga sub sektor ini cukup signifikan dalam mengurangi pengangguran di Kota Banda Aceh. 214
Perikanan Cakalang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 0,4% dari total pengangguran di Banda Aceh dengan pembatasan penambahan effort sebesar 80%. Peningkatan penambahan effort yang diperbolehkan hanya 20% tiap tahunnya sampai batas effort lestarinya. Pembatasan penambahan effort sebesar 80% merupakan tingkat optimal penyerapan tenaga kerja perikanan Cakalang secara berkelanjutan.
Analisis Kelayakan Usaha Analisis investasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha perikanan Cakalang di Perairan Pantai Utara Aceh. Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan untuk investasi kapal purse seine berukuran 40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh. Secara keseluruhan biaya operasional dalam satu tahun adalah sebesar 1,370 milyarrupiah. Nilai NPV sebesar 2,311 milyar rupiah, artinya nilai saat ini dari keuntungan yang akan diperoleh selama umur proyek 5 tahun di masa yang akan datang adalah 2,311 milyar rupiah. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) yang merupakan perbandingan hasil penjualan dengan biaya operasi adalah sebesar 1,97, artinya dengan biaya operasi 1,370 milyar rupiah akan mendapatkan keuntungan 1,97 kalinya, dengan kata lain setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan (manfaat) sebesar 1,97 kali dari biaya yang dikeluarkanselama umur usaha 5 tahun dengan suku bunga
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 2 | JUNI 2016
Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh
Tabel 1. Analisis kelayakan untuk investasi kapal purse seine 40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh (juta rupiah) 0
1
2
3
4
5
2 .833
2 .833
2 .833
2 .833
2 .833
198 720
198 720
198 720
198 720
198 720
Biaya Perawatan Biaya Pelumas
200 72
200 72
200 72
200 72
200 72
Biaya Lainnya Total Pengeluaran
2 .370
180 1 .370
180 1 .370
180 1 .370
180 1 .370
180 1 .370
Cash Flow Discoun t Factor (17%) Present Value
(2 .370) 1,0000 (2 .370)
1 .463 0,8 547 1 .250
1 .463 0,7305 1 .069
1 .463 0,6244 913
1 .463 0,53 37 781
1 .463 0,4561 667
Cummulative NPV (17%)
(2 .370) 2 .311
(1 .120)
(51)
863
1 .643
2 .311
Pendapatan Pengeluaran Investasi Biaya Es Biaya Bahan Bakar
2 .370
Net B/C
1,97
Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
17%. Hal ini menunjukkan bahwainvestasi kapal purse seine berukuran 40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh layak dilaksanakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwadalam jangka panjang berdasarkan simulasi kebijakan total allowableeffort dan pembatasan penambahan effort, maka kebijakan pengelolaan optimal yang memberikan rente ekonomi terbesar yaitu sebesar 40,329 milyar rupiah dicapai pada tahun 2033 dengan jumlah produksi sebesar 3.191 ton per tahun. Sektor perikanan Cakalang masih mampu menyerap tenaga kerja tanpa melakukan pengurasan sumberdaya secara berlebihan dengan diberlakukannya kebijakan pembatasan penambahan effort. Analisis dinamik juga menunjukkan bahwa untuk pengelolaan optimal sumberdaya ikan Cakalang yang berkelanjutan, maka effort dibatasi hingga mencapai rente ekonomi maksimum dan selanjutnya peningkatan effort sebesar 20% tiap tahunnya dapat ditambahkan sampai batas effort lestarinya, hal ini terjadi karena diantara sub model-sub model pada model pengelolaan
perikanan Cakalang tersebut memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain. Nilai Net Present Value (NPV) sebesar 2,311 milyar rupiah dan nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,97, menunjukkan bahwa investasi kapal purse seine berukuran 40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh layak dilaksanakan.
Saran Kebijakan total allowable effort dan pembatasan penambahan effort harus sepenuhnya didukung oleh semua pihak, baik pihak Panglima Laot sebagai pembuat peraturan kelembagaan daerah, Pemerintah sebagai pemberi izin penangkapan, dan pihak penegak hukum demi terjaganya kelestarian sumberdaya perikanan Cakalang dipesisir Pantai Utara Aceh.
DAFTAR RUJUKAN [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. Jakarta :BPS. Charles, A.T. 2001.Sustainable Fishery Systems. United Kingdom: Blackwell Scientific. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Bogor: IPB Press. Handoko, I. 2005.Quantitative Modeling of System Dy-
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
215
Agus Naufal, Tridoyo Kusumastanto, Achmad Fahrudin
namics for Natural Resources Management.Bogor: Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology. Hartrisari H. 2007. Sistem Dinamik-Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan. SEAMEO BIOTROP Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology. Bogor. www.biotrop.org. Hendrawan, I., dan Y. Widianti. 2013. Pendekatan Model Sistem Dinamik untuk Memprediksi Ketersediaan Alat Pengering pada Subtitusi Beras dengan Hasil Diversifikasi Pangan di Provinsi Jawa Barat. Jurnal IPTEK, Vol. 8, No. 1, April 2013:28–39. Low, B., R. Costanza, E. Ostrom, J. Wilson, and C.P. Simon. 1999. Human-Ecosystem Interactions: A Dynamic Integrated Model.Ecological Economics 31 (1999) 227– 242. Elsevier.http://www.elsevier.com Ruth, M., and B. Hannon. 1997. Modeling Dynamic Economic System. Center for Energy and Environmental Studies and the Departement of Geography Boston
216
University 675 Commonwealth Avenue Boston, MA 02215 USA. Somantri, A.S., dan R. Thahrir. 2007. Analisis Sistem Dinamik Ketersediaan Beras di Merauke Dalam Rangka Menuju Lumbung Padi Bagi Kawasan Timur Indonesia. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian, Vol. 3, No. 1. Thornley, J.H.M. 1998. Grassland Dynamics an ecosystem simulation model. London: Cambridge Univ Press. Tjakraatmadja, J.H. 2014. System Dynamic Models As A Basis Strategy Development of Tin Ore Production Optimization Case Study: Indonesia Tin Mining Company. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 11, No. 4, Desember 2013:559–566. Widodo, L. 2005. Kecenderungan Reklamasi Wilayah Pantai dengan Pendekatan Model Dinamik. Jurnal Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT, Vol. 6, No. 1:330– 338.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 2 | JUNI 2016