Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Pengamatan aspek tingkah laku serangga hama kumbang bubuk dilakukan dengan mengkaji dua dasar. Pertama, yakni pemunculan progenis hama Kumbang Bubuk Sitophilus zeamays Motsch oleh pengaruh perbedaan nisbah kelamin dan Pendugaan Jenis Kelamin. Kedua, Serangga Hama Kumbang Bubuk Sitophilus zeamays Motsch dengan Mata Telanjang. Kajian Pemunculan Progenis Hama Kumbang Bubuk Sitophilus Zeamays Motsch oleh Pengaruh Perbedaan Nisbah Kelamin Telah Dilaksanakan Di Laboratorium Balitsereal, 2008. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Beberapa pasang serangga dewasa hama kumbang bubuk diinfestasikan pada gelas yang berisi jagung varietas Sukmaraga dengan tiga kelompok perbandingan nisbah kelamin jantan (j) dan betina (b) antara lain, a) 1j+1b, 1j+2b, 1j+3b, 1j+4b, b) 2j+1b, 2bj+2b, 2j+3b, 2j+4b, c) 3J+1b, 3j+2b, 3j+3b, 3j+4b. Setelah 3-5 hari setelah infeksi (his), serangga uji dibuang kemudian dilakukan pengamatan terhadap pemuncukan progenis pada minggu ketiga setelah infeksi (msi) sampai progenis tidak muncul lagi dari gelas pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang menghasilkan keturunan yang paling banyak dari tiga kombinasi perlakuan adalah 1 jantan + 4 betina dengan jumlah progenis 55.33 ekor, 2 jantan + 3 betina dengan jumlah progenis 39.32 ekor dan terahir adalah pasangan 3 jantan + 2 betina dengan jumlah progenis 18.34 ekor. Penelitian Pendugaan Jenis Kelamin Serangga Hama Kumbang Bubuk Sitophilus zeamays Motsch dengan Mata Telanjang telah dilakukan di laboratorium Kelti Hama Penyakit Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros pada tahun 2008. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Sebanyak 20 ekor serangga dewasa Sitophilus zeamays yang digrouping menurut beberapa kriteria pengambilan sampel yang ditaruh dalam gelas penampungan untuk diidentifikasi jenis kelaminnya dibawah mikroskop. Identifikasi mikroskop melihat perbedaan rostrum serangga dan kecerahan warna kulit yang merujuk pada literatur yang selama ini digunakan di Kelti Hama Penyakit Balitsereal. Pendugaan jenis kelamin serangga dengan mata telanjang didasarkan pada bentuk dan ukuran (postur) dari serangga uji yang merujuk kepada teori umum bahwa serangga betina mempunyai postur tubuh lebih gemuk dan besar dari pada yang jantan. Beberapa sampel uji yang dijadikan objek penelitian adalah serangga sampel diambil berdasarkan ukuran tubuh (postur) dan waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendugaan jenis kelamin serangga hama kumbang bubuk jagung dengan mata telanjang pada populasi heterogen menghasilkan variasi nisbah dan proporsi jenis kelamin antar sampel pengamatan. Ini mengindikasikan bahwa pada kondisi populasi serangga yang heterogen, penentuan/pendugaan jenis kelamin akan menghasilkan bias yang relatif agak besar, sehingga untuk ketepatan pendugaan syaratnya adalah populasinya homogen dan harus diidentikasi menggunakan mikroskop. Preferensi serangga uji bervariasi dari 0,63%-6,7% pada perlakuan I (menggunakan serangga yang sama) dan 2,38%-8,00% pada perlakuan II (menggunakan serangga yang berbeda). Trend persentase preferensi yang dicatat di atas 5% pada perlakuan I ada 5 varietas pada interval 24 JSI, 5 varietas pada interval 48 JSI dan 2 varietas pada interval 72 JSI, sedangkan pada perlakuan II tercatat 7 varietas pada interval 24 JSI, 9 varietas pada interval 48 JSI dan 3
344
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
varietas pada interval 72 JSI. Varietas yang mencatat persentase preferensi di atas 5% pada kedua perlakuan tersebut adalah ICSV-Lm 9052 dan K1 pada interval 24 JSI, IS23502, GJ38, ICSV233, K1 dan 11/k-247-1-1 pada interval 48 JSI dan varietas K1 pada interval 72 JSI. Proporsi preferensi serangga pada perlakuan adalah 57,89% berfluktuasi dari interval ke interval lainnya, 15,79% menunjukkan trend mendatar, 10.52% menunjukkan trend menaik dan menurun, sedangkan pada perlakuan II, 57,89% berfluktuasi, 10,52% mendatar, 5,26% menaik dan 26,31% menurun. Kata Kunci : Progenis, Hama Kumbang Bubuk, Nisbah Kelamin, Pendugaan, jenis kelamin
PENDAHULUAN Di daerah tropis Sitophilus sp. merupakan hama gudang utama pada komoditi serealia dan sering dijumpai baik sewaktu tanaman masih di lapangan maupun setelah di gudang (Porntip dan Sukpraharn, 1974; Teetes et al., 1983). Hasil survey di Honduras Sitophilus sp. hampir selalu ditemukan di gudang penyimpanan serealia (Hoppe, 1986). Selain Sitophilus sp. hama lain yang umum ditemui adalah Rhyzoperta dominica, Sitotroga serealella dan Ephis cautella.. Diantara hama gudang yang diketahui, S. zeamais merupakan hama utama pada komoditas serealia dalam masa penyimpanan bahan. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai di atas 30%. Faktor-faktor yang mempercepat laju kumbang bubuk tersebut adalah tingginya kadar air awal penyimpanan, suhu, kelembaban udara dan rendahnya mutu biji di tempat penyimpanan (Bejo, 1992). S. zeamais umumnya menyerang malai menjelang panen di lapangan dan tempat penyimpanan (Giles dan Aslin dalam Jorge, 1981). Seekor serangga betina dapat meletakkan telur sebanyak 300-500 butir dalam waktu 4 hingga 5 bulan dan dalam waktu satu tahun dapat terjadi 5-7 generasi (Anonim, 1983). Selanjutnya Anonim (1983) melaporkan bahwa selain S. zeamais, serangga Cryptolestus fussilus, Tribolium comfusum, T. castaneum, Rhyzoperta dominica, Corcyra chevalonica, dan Sitotroga cerealella juga menyerang biji tanaman serealia dari jenis jagung dan sorgum dalam penyimpanan. Akibat serangan S. zeamais dapat menurunkan berat biji yang sangat drastis, sedang pada beras serangan cukup ringan (Morallo dan Javier, 1980). Kerusakan yang diakibatkan oleh hama gudang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas biji. Penurunan kualitas akibat hama gudang berdampak negative pada biji sorgum untuk konsumsi maupun untuk benih. BAHAN DAN METODE Percobaan I (Kajian Pemunculan Progenis Hama Kumbang Bubuk Sitophilus Zeamays Motsch Oleh Pengaruh Perbedaan Nisbah Kelamin) Penelitian dilaksanakan di laboratorium Balitsereal pada tahun 2008. Penelitian menggunakan Rancangan Acak lengkap dengan tiga ulangan. Beberapa pasangan serangga dewasa hama kumbang bubuk diinfestasikan pada gelas yang berisi jagung varietas Sukmaraga dengan tiga kelompok perbandingan nisbah kelamin jantan (j) dan betina (b) antara lain, a) 1j+1b, 1j+2b, 1j+3b, 1j+4b, b) 2j+1b, 2bj+2b, 2j+3b, 2j+4b, c) 3J+1b, 3j+2b, 3j+3b, 3j+4b. Setelah 3-5 hari setelah infeksi (his) pasangan serangga uji, serangga kemudian dibuang dan selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap pemuncukan
345
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
progenis pada minggu ketiga setelah infeksi (msi) sampai seluruh progenis tidak muncul lagi pada gelas pengamatan. Percobaan II (Pendugaan Jenis Kelamin Serangga Hama Kumbang Bubuk Sitophilus zeamays Motsch dengan Mata Telanjang) Penelitian Presisi Indentifikasi Jenis Kelamin Pada Hama Kumbang Bubuk Jagung Sitophilus zeamays Motsch dengan Mata Telanjang telah dilakukan dilaboratorium Kelti Hama Penyakit Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros pada tahun 2008. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 50 ulangan. Sebanyak 50 ekor serangga dewasa Sitophilus zeamays yang dikelompokkan menurut beberapa kriteria pengambilan sampel ditaruh dalam gelas penampungan untuk diidentifikasi jenis kelaminnya dibawah mikroskop. Identifikasi mikroskop melihat perbedaan rostrum serangga yang merujuk pada literatur yang selama ini digunakan di Kelti Hama Penyakit Balitsereal. Pendugaan jenis kelamin serangga dengan mata telanjang didasarkan bentuk dan ukuran (postur) dari serangga uji yang merujuk kepada teori umum bahwa serangga yang betina mempunyai postur tubuh lebih gemuk dan besar daripada yang jantan. Beberapa sampel uji yang dijadikan objek penelitian adalah 1) serangga diambil berdasarkan perbedaan varietas tempat serangga direaring, 2) serangga sampel diambil berdasarkan waktu pengambilan yakni pagi dan siang, 3) serangga sampel diambil berdasarkan kegelapan warna. Prosentase presisi pendugaan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: 1. Untuk Seranga jantan: Jumlah serangga jantan P jantan (%) = ------------------------------------Total serangga uji 2. Untuk serangga betina :
x 100 %
P betina (%) = 100 % - P jantan (%)
Percobaan III (Evaluasi Tingkat Ketahanan Galur/Varietas Sorgum Terhadap Kumbang Bubuk) Kegiatan I : Sebanyak 19 galur/varietas sorgum yang digunakan sebagai bahan uji. Masing-masing galur/varietas dimasukkan kedalam gelas plastik transparan dan selanjutnya diletakkan secara melingkar dalam baskom kemudian ditutup kain kasa. Setiap baskom diinfeksi dengan serangga dewasa yang dibagi dalam 2 kategori yakni 1) menggunakan serangga yang sama., 2) menggunakan serangga yang berbeda yang diambil dari sangkar perbanyakan. Pengamatan jumlah serangga yang mati dan hidup pada setiap gelas uji dengan tiga interval yakni waktu 24, 48 dan 72 jam setelah infeksi serangga. Jumlah serangga yang digunakan tiap baskom adalah 200 ekor. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dan diulang 3 kali. Kegiatan II : Perlakuan pada kegiatan II, adalah galur/ varietas yang telah selesai digunakan pada kegiatan I diuji kembali ketahanannya dengan cara infestasi serangga melalui uji makan paksa (force feeding). Galur/varietas uji dimasukkan dalam wadah plastik diameter 5 cm, tinggi 10 cm sebanyak 25 g tiap wadah. Sebanyak 10 ekor serangga dewasa diinfeksikan dalam tiap wadah dan selanjutnya disimpan selama 4
346
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
bulan. Pengamatan terhadap persentase kerusakan biji dilakukan setelah biji disimpan selama 4 bulan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemunculan Progenis Hama Kumbang Bubuk Sitophilus Zeamays Motsch Oleh Pengaruh Perbedaan Nisbah Kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa total progenis yang dihasilkan dari rata-rata 3 ulangan sampai pada pengamatan 12 MSI oleh kombinasi pasangan untuk 1 jantan + 1 betina, 1 jantan + 2 betina, 1 jantan + 3 betina dan 1 jantan + 4 betina masing-masing adalah 10.33 ekor, 19.67 ekor, 6.99 ekor dan 55.33 ekor. Pada kombinasi pasangan tersebut di atas yang tertinggi diperoleh pada kombinasi pasangan dengan 1 jantan + 4 betina (Gambar 1). Pada pengamatan kombinasi perlakuan dengan proporsi 2 Jantan + 1 betina, 2 jantan + 2 betina, 2 jantan + 3 betina dan 2 jantan + 4 betina, total progenis yang dihasilkan masing-masing adalah 10.99 ekor, 3.99 ekor, 39.32 ekor dan 6.00 ekor. Pada kombinasi pasangan tersebut di atas, yang tertinggi diperoleh pada kombinasi pasangan 2 jantan + 3 betina (Gambar 2).
Gambar 1. Jumlah progenis yang dihasilkan pada kombinasi 1j+1b, 1j+2b, 1j+3b, 1j+4b sampai pada pengamatan 12 MSI Pada pengamatan kombinasi pasangan 3 jantan + 1betina, 3 jantan + 2 betina, 3 jantan + 4 betina jumlah progenis yang dihasilkan masing-masing adalah 11.33 ekor, 18.34 ekor, 9.99 ekor dan 9.32 ekor. Pada kombinasi pasangan tersebut di atas, progenis yang tertinggi dihasilkan dari pasangan 3 jantan + 2 betina (gambar 3). Dari ketiga hasil pengamatan nampak bahwa pasangan dengan jumlah jantan 1 ekor dan betina 3 ekor justru menghasilkan paling banyak keturunan (55.33 ekor) dibanding kombinasi pasangan lainnya, sedangkan peringkat kedua ditempati oleh kombinasi pasangan 2 jantan dengan 3 betina (39.32 ekor).
347
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
Gambar 2.
ISBN :978-979-8940-27-9
Jumlah progenis yang dihasilkan pada kombinasi 2j+1b, 21j+2b, 2j+3b, 21j+4b sampai pada pengamatan 12 MSI
Gambar 3. Jumlah progenis yang dihasilkan pada kombinasi 3j+1b, 3j+2b, 3j+3b, 3j+4b sampai pada pengamatan 12 MSI Pendugaan Jenis Kelamin Serangga Hama Kumbang Bubuk Motsch Dengan Mata Telanjang Pada Populasi Heterogen
Sitophilus Zeamays
Pengamatan Pada Sembarang Waktu. Pada pengamatan sembarang waktu pengambilan sampel pengujian terlihat bahwa pada sampel serangga dengan postur tubuh yang kecil tercatat populasi jantan 1 ekor (5%) sedang populasi betina 19 ekor (95%). Dari data tersebut di atas maka nisbah kelamin dari sample tersebut adalah 1 : 19. Pada sample dengan postur serangga besar, populasi jantan tercatat ada 7 ekor (35%), betina 13 ekor (65%) dengan nilai perbandingan (nisbah) 1 : 2. Pada sample populasi campuran, populasi jantan tercatat 5 ekor (25%), betina 15 ekor (75%) dengan nisbah kelamin 1 : 3. Data ini nampak persis sama dengan sampel populasi serangga uji yang diambil secara random (Tabel 1). Pengamatan Pada Waktu Pagi Pada pengamatan pagi nampak bahwa pada sampel dengan postur serangga kecil, jumlah serangga jantan tercatat ada 6 ekor (30%), betina 14 ekor (70%) dengan nisbah antara jantan betina 1 : 2.3. Pada pengamatan sampel serangga yang berpostur besar,
348
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
jumlah jantan tercatat 5 ekor (25%), betina 15 ekor (75%) dengan nisbah sebesar 1 : 3, Pada pengamatan sampel campuran, jumlah serangga jantan 6 ekor (30%), betina 14 ekor (70%) dengan nisbah kelamin sebesar 1 : 2.3, sedangkan pada pengamatan sample serangga yang diambil secara random tercatat jumlah serangga jantan 8 ekor (40%), betina 12 ekor (60%) dengan nisbah kelamin sebesar 1 : 1.5 (Tabel 2). Pengamatan Pada Waktu Siang Pada pengamatan siang nampak bahwa pada sampel dengan postur serangga kecil, jumlah serangga jantan tercatat ada 8 ekor (40%), betina 12 ekor (60%) dengan nisbah antara jantan betina 1 : 1.5. Pada pengamatan sampel serangga yang berpostur besar, jumlah jantan tercatat 9 ekor (45%), betina 11 ekor (55%) dengan nisbah sebesar 1 : 1.2. Pada pengamatan sample campuran, jumlah serangga jantan 8 ekor (40%), betina 12 ekor (60%) dengan nisbah kelamin sebesar 1 : 1.5, sedangkan pada pengamatan sampel serangga yang diambil secara random tercatat jumlah serangga jantan 7 ekor (35%), betina 13 ekor (65%) dengan nisbah kelamin sebesar 1 : 1.9 (Tabel 3). Tabel 1. Pendugaan jenis kelamin serangga yang diambil berdasar ukuran tubuh (postur) yang diambil secara sengaja dan acak pada sembarang waktu. Perlakuan/sampel Jenis kelamin Prosentase (%) Nisbah jantan pengamatan (ekor) betina ===== Pengamatan terhadap 20 ekor serangga uji ===== Postur serangga kecil Jantan 1 5 1 : 19 Betina 19 95 Postur serangga besar Jantan 7 35 1:2 Bentina 13 65 Postur serangga campur (besar dan kecil) Jantan 5 25 1:3 Betina 15 75 Postur serangga diambil secara random Jantan 5 25 1:3 Betina 15 75
349
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
Tabel 2. Pendugaan jenis kelamin serangga yang diambil berdasar ukuran tubuh (postur) yang diambil secara sengaja dan acak pada waktu pagi. Perlakuan/sampel Jenis kelamin Prosentase (%) Nisbah jantan pengamatan (ekor) betina ===== Pengamatan terhadap 20 ekor serangga uji ===== Postur serangga kecil Jantan 6 30 1 : 2.3 Betina 14 70 Postur serangga besar Jantan 5 25 1:3 Bentina 15 75 Postur serangga campur (besar dan kecil) Jantan 6 30 1 : 2.3 Betina 14 70 Postur serangga diambil secara random Jantan 8 40 1 : 1.5 Betina 12 60 Tabel 3. Pendugaan jenis kelamin serangga yang diambil berdasar ukuran tubuh (postur) yang diambil secara sengaja dan acak pada waktu siang. Perlakuan/sampel Jenis kelamin Prosentase (%) Nisbah jantan pengamatan (ekor) betina ======= Pengamatan terhadap 20 ekor serangga uji ======= Postur serangga kecil Jantan 8 40 1 : 1.5 Betina 12 60 Postur serangga besar Jantan 9 45 1 : 1.2 Bentina 11 55 Postur serangga campur (besar dan kecil) Jantan 8 40 1 : 1.5 Betina 12 60 Postur serangga diambil secara random Jantan 7 35 1 : 1.9 Betina 13 65 Pengamatan Pada Waktu Sore Pada pengamatan sore nampak bahwa pada sampel dengan postur serangga kecil, jumlah serangga jantan tercatat ada 6 ekor (30%), betina 14 ekor (70%) dengan nisbah antara jantan betina 1 : 2.3. Pada pengamatan sampel serangga yang berpostur besar, jumlah jantan tercatat 7 ekor (35%), betina 13 ekor (65%) dengan nisbah sebesar 1 : 1.9. Pada pengamatan sample campuran, jumlah serangga jantan 8 ekor (40%), betina 12 ekor (60%) dengan nisbah kelamin sebesar 1 : 1.5, sedangkan pada pengamatan sampel
350
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
serangga yang diambil secara random tercatat jumlah serangga jantan 9 ekor (45%), betina 1 ekor (55%) dengan nisbah kelamin sebesar 1 : 2.2. (Tabel 4). Pada pengamatan sampel serangga dengan kategori postur kecil nampak bahwa pada pengamatan sembarang waktu, proporsi serangga uji adalah 95% betina dan 5% jantan, sedangkan pada pengamatan pagi, proporsinya mencapai 70% betina dan 30% jantan, 60% betina dan 40% jantan pada pengamatan siang dan pada pengamatan sore, proporsinya 70% betina dan 30%. Pada pengamatan sampel serangga dengan kategori postur besar nampak bahwa pengamatan sembarang waktu, proporsi serangga uji adalah 65% betina dan 35% jantan, sedangkan pada pengamatan pagi, proporsinya mencapai 75% betina dan 25% jantan, 55% betina dan 45% jantan pada pengamatan siang dan pada pengamatan sore, proporsinya 65% betina dan 35% siang dan pada pengamatan sore, proporsinya 70% betina dan 30%. Tabel 4. Pendugaan jenis kelamin serangga yang diambil berdasar ukuran tubuh (postur) yang diambil secara sengaja dan acak pada waktu sore. Perlakuan/sampel Jenis kelamin Prosentase (%) Nisbah jantan pengamatan (ekor) betina ===== Pengamatan terhadap 20 ekor serangga uji ===== Postur serangga kecil Jantan 6 30 1 : 2.3 Betina 14 70 Postur serangga besar Jantan 7 35 1 : 1.9 Bentina 13 65 Postur serangga campur (besar dan kecil) Jantan 8 40 1 : 1.5 Betina 12 60 Postur serangga diambil secara random Jantan 9 45 1 : 2.2 Betina 11 55
351
ISBN :978-979-8940-27-9
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
Tabel 5. Proporsi jumlah serangga jantan dan betina yang diambil dengan mata telanjang berdasarkan perbedaan waktu pengambilan. Perlakuan/sampel pengamatan Postur serangga kecil Jantan Betina Postur serangga besar Jantan Bentina Postur serangga campuran (besar dan kecil) Jantan Betina Postur serangga diambil secara random Jantan Betina
Waktu Pengambilan Sampel Sembarang Pagi Siang Sore waktu 9 95
30 70
40 60
30 70
35 65
25 75
45 55
35 65
25 75
30 70
40 60
40 60
25 75
40 60
35 65
45 55
Pada pengamatan sampel serangga dengan kategori postur campuran nampak bahwa pengamatan sembarang waktu, proporsi serangga uji adalah 75% betina dan 25% jantan, sedangkan pada pengamatan pagi, proporsinya mencapai 70% betina dan 30% jantan, pada pengamatan siang dan sore proporsinya 60% betina dan 40%. Pada pengamatan sampel serangga yang diambil secara random nampak bahwa pada pengamatan sembarang waktu, proporsi serangga uji adalah 75% betina dan 25% jantan, pada pengamatan pagi proporsinya mencapai 60% betina dan 40% jantan, pada pengamatan siang 65% betina dan 35% jantan sedangkan pada pengamatan sore 55% betina dan 45% jantan (Tabel 5). Evaluasi Tingkat Ketahanan Galur/Varietas Sorgum Terhadap Kumbang Bubuk Perlakuan dengan menggunakan serangga yang sama Pada infeksi serangga dengan metode I umumnya preferensi yang dicatat semuanya rendah pada semua interval pengamatan. Akan tetapi angka tertinggi yang tercatat pada interval 24 Jam Setelah Infeksi (JSI) adalah IS23502 (5,25%), ICSV233 (5,75%), ICSV Lm90502 (5,00%), M2 (6,76%) dan IS6973 (6,75%), yang terendah tercatat pada varietas GJ38 (1,13%), Keller (0,86%), Wray (1,50%), ICSV1 (1.25%), UPCASI (1.63%), Keris M3 (1,00%), IS3552 (1,38%) dan 11/k-B-201-1-1 (1.63%). Pada pengamatan 48JSI tertinggi tercatat pada varietas IS23502 (5.75%), GJ38 (5,13%), ICSV1 (6,63%), M2 (5.75%), 11/k-B-247-1-1 (5,50%), sedang terendah tercatat pada varietas Mandau (1.75%), Keller (1.13%), Wray (1.13%), ICSV1 (1.50%), Keris M3 (1.86%), KAT/83369 (0.75%), RIO (1,00%), dan IS3552 (0,63%). Pada pengamatan 72 JSI tertinggi tercatat pada IS23502 dan K1 (5,00%), sedang yang terendah tercatat pada Wray, KAT/83369, dan RIO (1,88%), dan 11/k-B-201-1-1 (1,63%) (Tabel 6). Perlakuan dengan menggunakan serangga yang berbeda Hasil pengamatan pada metode II, tidak terlihat skor yang rendah (dibawah 2%) pada semua interval pengamtan (24, 48 dan 72 JSI). Pada interval 24 JSI tertinggi
352
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
tercatat pada GJ38 (6,25%), ICSV Lm9025 (5,00%), K1 (5,88%), 11/k-B-247-1-1 (7,13%), Keris M3 (7,38%), RIO (5,13%), dan ISIAP Dorado (5,63%). Sedang interval 48 JSI terlihat skor tertinggi yang tercatat pada galur IS23502 (5,75%, GJ38 dan ICSV2333 (5,38%), ICSVLm9052 (5,13%), K1 dan IS6973 (5,50%, 11/K-B-247-1-1 (6,13%), Keris M3 (8,00%), dan ISIAP Dorado (6,75%). Pada interval 72 JSI tertinggi tercatat pada Keller (7,25%), K1 (6,63%) dan Keris M3 (7,38%) (Tabel 7). Tabel 6. Persentase preferensi serangga Sitophilus sp pada beberapa varietas/galur sorgum di laboratorium dengan menggunakan serangga yang sama. No.
Varietas/galur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
IS23502 Mandau GJ38 Keller ICSV233 Wray ICSV Lm9052 K1 ICSV1 IS6973 UPCASI 11k-B-247-1-1 ICSV111 Keris M3 KAT/83369 RIO !S3552 ISIAP Dorado 11/k-B-201-1-1
Preferensi serangga (%) (jam setelah infeksi) 24 48 72 5,25 5,75 5,00 3,50 1,75 2,75 1,13 5,13 4,00 0,86 1,13 2,63 5,75 6,63 2,38 1,50 1.13 1,88 5,00 3,86 3,75 6,76 5,75 5,00 1,25 1,50 3,25 6,75 3,75 3,00 1,63 2,25 2,13 4,38 5,50 4,25 3,25 2,25 3,63 1,00 1,86 2,00 2,00 0,75 1,88 3,25 1,00 1,88 1,38 ,63 2,00 2,00 3,50 3,25 1,63 2,75 1,63
Persentase Kerusakan Biji Persentase kerusakan biji berkisar antara 17,7% - 65,1% (Tabel 8). Tingkat kerusakan biji pada semua galur/varietas Nampak tinggi di atas kriteria suatu varietas yang masuk kategori toleran (<10%). Ini berarti bahwa walaupun pada penelitian preferensi terlihat nilai skornya rendah (<10%), namun tingkat kerusakan biji cukup tinggi seperti pada Tabel 3. Meskipun demikian persentase kerusakan biji di bawah 50 tercatat pada 13 galur/varietas, sedangkan diatas 50% hanya ada 2 galur/varietas yaitu IS6973 dan Keris M3, untuk 4 galur lainnya tidak ada nilai yang tercatat.
353
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
Tabel 7. Persentase preferensi serangga Sitophilus sp. pada beberapa varietas/galur sorgum di laboratorium dengan menggunakan serangga yang berbeda. No.
Varietas/galur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
IS23502 Mandau GJ38 Keller ICSV233 Wray ICSV Lm9052 K1 ICSV1 IS6973 UPCASI 11k-B-247-1-1 ICSV111 Keris M3 KAT/83369 RIO !S3552 ISIAP Dorado 11/k-B-201-1-1
Preferensi serangga (%) (jam setelah infeksi) 24 48 72 3,38 5,75 4,75 4,13 4,75 3,25 6,25 5,38 3,38 3,88 4,88 7,25 3,00 5,38 2,63 4,25 3,38 3,00 5,00 5,13 3,38 5,88 5,50 6,63 4,00 3,25 2,63 4,63 5,50 4,25 3,25 4,50 3,25 7,13 6,13 3,63 3,88 2,38 4,13 7,38 8,00 7,38 2,38 3,50 3,38 5,13 4,50 3,50 3,13 4,88 2,88 5,63 6,75 3,38 4,75 3,88 3,88
Tabel 8. Rata rata persentase kerusakan biji setelah disimpan selama 4 bulan. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Varietas/galur IS23502 Mandau GJ38 Keller ICSV233 Wray ICSV Lm9052 K1 ICSV1 IS6973 UPCASI 11/k-B-247-1-1 ICSV111 Keris M3 KAT/83369 RIO !S3552 ISIAP Dorado 11/k-B-201-1-1
Persentase biji rusak (%) 37.5 17.7 28.6 42.7 37.7 35.3 24.1 65.1 29.6 58.2 23.5 22.2 29.2 22.3 45.1
354
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
Padat Populasi Padat populasi serangga setelah 4 bulan penyimpanan bervariasi antara 29,2 – 104,6 ekor dan sangat dipengaruhi oleh ukuran biji. Perkembangan populasi serangga, < 50 ekor tercatat pada varietas Mandau, GJ38, Keller, ICSV1, IS3552, ISIAP Dorado dan 11/k-B-201-1-1, sedangkan >50 ekor tercatat pada varietas IS23502, Wray, ICSVLm9052, IS6973, 11/k-B-247-1-1, Keris M3, KAT/8336, dan Rio. Menurut Coombs (1972) tipe biji yang berbeda ukuran akan menghasilkan jumlah progenies yang berbeda (Tabel 9). Tabel 9. Padat populasi serangga dewasa setelah disimpan selama 4 bulan (data diolah). No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Varietas/galur IS23502 Mandau GJ38 Keller ICSV233 Wray ICSV Lm9052 K1 ICSV1 IS6973 UPCASI 11/k-B-247-1-1 ICSV111 Keris M3 KAT/83369 RIO !S3552 ISIAP Dorado 11/k-B-201-1-1
Populasi serangga (ekor) 71,0 29,2 42,2 38,0 58,9 73,8 43,8 102,6 97,4 101,0 104,6 84,4 46,4 30,8 30,4
Persentase Preferensi Persentase preferensi bervariasi dari 0.63% - 6.76% pada perlakuan I dan 2.38% 8,00% pada perlakuan II. Trend preferensi yang dicatat diatas 5% pada perlakuan I ada 5 varietas (24 JSI), 5 varietas (48 JSI) dan 2 varietas (72 JSI), sedangkan pada perlakuan II tercatat 7 varietas (24 JSI), 9 varietas (48 JSI) dan 3 varietas (72 JSI) (Tabel 10).
355
ISBN :978-979-8940-27-9
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
Tabel 10. Skor preferensi diatas 5% yang dicatat pada semua interval pengamatan. No. 1.
2.
Preferensi (%) (jam setelah infeksi) 24 48 72 Menggunakan serangga yang IS23502 IS23502 IS23502 sama ICSV233 GJ38 K1 ICSV Lm9052 ICSV233 K1 K1 IS6973 11/k-B-247-1-1 Varietas/galur
Menggunakan serangga yang berbeda
GJ38 ICSV Lm9052 K1 11k-B-247-1-1 Keris M3 RIO ISIAP Dorado
IS23502 GJ38 ICSV233 ICSV Lm9052 K1 IS6973 11/k-B-247-1-1 Keris M3 ISIAP Dorado
Keller K1 Keris M3
Proporsi Preferensi Serangga Pada Tabel 11 nampak bahwa preferensi serangga pada pengujian dengan metode I adalah 57,89% berfluktuasi dari ketiga interval waktu pengamatan, 10,52% menunjukkan trend menaik yakni tercatat pada varietas ICSV1 dan Keris M3, 15,79% menunjukkan trend mendatar tercatat pada varietas IS23502, M2 dan 11/k-B-247-1-1, sedang selebihnya 10,52% menunjukkan trend menurun tercatat pada varietas ICSV Lm9052 dan IS6973. Pada pengujian dengan metode II, preferensi serangga 57,89% berfluktuasi pada setiap interval pengamatan, 26,31% menunjukkan trend menurun tercatat pada varietas GJ38, Wray, ICSV1, UPCASI dan RIO, 1,52% menunjukkan trend mendatar tercatat pada varietas M2 dan Keris M3, sedangkan 5,26% menunjukkan trend menaik. Tabel 11. Proporsi fluktuasi preferensi serangga pada semua interval pengamatan. No. 1.
2.
Uraian
Trend Preferensi Menaik Menurun ICSV1 ICSV Lm9052 Keris M3 IS6973
Menggunakan serangga yang sama
Mendatar IS23502 M2 11/k-B-247-1-1
Proporsi (%)
15,79
1,52
10,52
Menggunakan serangga yang berbeda
M2 Keris M3
Keller
GJ38 Wray ICSV1 UPCASI RIO
Proporsi (%)
10,52
5,26
26,31
356
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
KESIMPULAN Pasangan yang menghasilkan keturunan yang paling banyak dari tiga kombinasi perlakuan adalah 1 jantan + 4 betina dengan jumlah progenis 55.33 ekor, 2 jantan + 3 betina dengan jumlah progenis 39.32 ekor dan terahir adalah pasagan 3 jantan + 2 betina dengan jumlah progenis 18.34 ekor. Pendugaan jenis kelamin serangga hama kumbang bubuk jagung dengan mata telanjang pada populasi heterogen menghasilkan variasi nisbah dan proporsi jenis kelamin antar sampel pengamatan. Ini mengindikasikan bahwa pada kondisi populasi serangga yang heterogen penentuan/pendugaan jenis kelamin akan menghasilkan bias yang relatif agak besar, sehingga untuk ketepatan pendugaan syaratnya adalah populasinya homogen dan harus diidentikasi menggunakan mikroskop. Preferensi serangga uji bervariasi dari 0,63%-6,7% pada perlakuan I (menggunakan serangga yang sama) dan 2,38% - 8,00% pada perlakuan II (menggunakan serangga yang berbeda). Trend persentase preferensi yang dicatat di atas 5% pada perlakuan I ada 5 varietas pada interval 24 JSI, 5 varietas pada interval 48 JSI dan 2 varietas pada interval 72 JSI, sedangkan pada perlakuan II tercatat 7 varietas pada interval 24 JSI, 9 varietas pada interval 48 JSI dan 3 varietas pada interval 72 JSI. Varietas yang mencatat persentase preferensi di atas 5% pada kedua perlakuan tersebut adalah ICSVLm 9052 dan K1 pada interval 24 JSI, IS23502, GJ38, ICSV233, K1 dan 11/k-247-1-1 pada interval 48 JSI dan varietas K1 pada interval 72 JSI. Proporsi preferensi serangga pada perlakuan adalah 57,89% berfluktuasi dari interval ke interval lainnya, 15,79% menunjukkan trend mendatar, 10.52% menunjukkan trend menaik dan menurun, sedangkan pada perlakuan II, 57,89% berfluktuasi, 10,52% mendatar, 5,26% menaik dan 26,31% menurun. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1983. Sorghum insect identification handbook. International Crops Research Institute for the Semi Arid Tropics. Information Buletin, No.12 Bedjo, 1992. Pengaruh kadar air awal biji Jagung terhadap laju infeksi kumbang bubuk dalam Astanto et.al(ed). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang Tahun 1991. Balai penelitian Tanaman Pangan Malang p. 294-298 Hoppe, T. 1986. Storage insects of basic food grain in Honduras. Tropical Science.26:25-28. Jorge,D Melchor 1981. The effect of density on the survival and development of Sitophilus zeamais Motsch (Coleopthera curculionidae) is different maize varieties. P Land Protection News Vol.X, No.7 Morallo Rejesus,B.Javier,P.A.1980. Laboratory assessment of damage caused by Sitophilus spp and Rhizopertha dominica in stored grain, in sorghum and unillets abstract, CA.B April 1982. Vol.7 No 1. Abstract 1-120 Porntip, V. and C. Sukpraharn. 1974. Current problems of pest of stored products in Thailand. In pest of stored products. Biotrop Special Pub. No.33. hal.45-53 Teetes, G.L., K.V.S. Reddy, K. Leuschener and L.R. House. 1983. Sorghum Insect Identification Hand Book. International Crops Research Institute for the Semi Arid Tropics.Information Bulletin no.12.
357