BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang
penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat potensial sebagai sumber protein nabati. Kedelai banyak digemari oleh masyarakat sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi baik dalam bentuk olahan (tahu, tempe, susu, kecap) atau segar (cukup direbus), juga sebagai pakan ternak dan bahan baku industri (Suprapto, 1997). Menurut Suprapto (2002) kedelai merupakan satu-satunya sayuran yang mengandung sembilan jenis asam amino esensial, biji kedelai mengandung zat yang berguna dan senyawa tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organ tubuh manusia untuk kelangsungan hidupnya, terutama kandungan protein (35%), karbohidrat (35%), dan lemak (15%), air (13%). Pada varietas unggul kandungan proteinnya bisa mencapai 41%-50%. Kandungan protein pada kedelai relatif lebih tinggi dibandingkan bahan penghasil protein lainnya. Hasil kedelai di Indonesia rata-rata masih rendah yaitu dengan budidaya yang intensif hasilnya dapat mencapai
antara
0,7 – 1,5 t ha-1
3 – 3,5 t ha-1. Pengembangan
tanaman kedelai edamame pada suatu daerah dengan cara intensif dapat meningkatkan hasil per hektar serta mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan (Sumarno, 1983). Peluang pasar kedelai edamame sesungguhnya cukup besar, baik untuk ekspor maupun lokal, bahkan, kedelai jenis ini berpotensi mengurangi volume impor bahan baku pakan ternak maupun industri makanan di Tanah Air, asalkan panennya dilakukan lebih lama lagi, hanya hingga saat ini masih sedikit yang melakukan budidaya ataupun penelitian kedelai edamame khususnya di Bali. Masalah yang dihadapi oleh petani yang melakukan budidaya kedelai
edamame adalah masih sulit mendapatkan benih kedelai edamame yang dibutuhkan oleh petani, diharapkan perlu kerjasama pemerintah dan instansi terkait dalam memberdayakan ketersediaan benih kedelai edamame kepada petani dalam upaya meningkatkan swasembada pangan nasional. Salah satu cara dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai, adalah dengan pemupukan. Dwijoseputro (1988) menyatakan bahwa pemupukan perlu dilakukan untuk menambah unsur hara ke dalam tanah, karena sesungguhnya tanah mempunyai keterbatasan dalam menyediakan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, di antaranya adalah penggunaan pupuk organik. Pupuk organik, pemberian mulsa merupakan salah satu komponen penting dalam usaha meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Mulsa adalah bahan atau material yang digunakan untuk menutupi permukaan tanah atau lahan pertanian dengan maksud dan tujuan tertentu yang prinsipnya adalah untuk meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan mulsa dapat memberikan keuntungan antara lain menghemat penggunaan air dengan mengurangi laju evaporasi dari permukaan lahan, memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan akar dan mikro organisme tanah, memperkecil laju erosi tanah baik akibat tumbukan butir-butir hujan maupun aliran permukaan dan menghambat laju pertumbuhan gulma (Lakitan, 1995). Penelitian Vitria (2008) menyatakan bahwa perlakuan kompos kotoran sapi dosis 3 t ha-1 berpengaruh nyata pada hampir semua peubah, meningkatkan jumlah polong isi, bobot basah dan kering, polong isi dan bobot basah, berturut-turut sebesar 42,5; 57,6; 48,8; 42,5 , dan 47,4% . Bobot kering brangkasan, biji dan kulit polong dari polong isi per tanaman meningkat, berturutturut sebesar 45,7; 48,6, dan 46,6%. Jumlah tanaman tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar
342,9. Adimihardja et al. (2000) mengemukakan pemberian kompos kotoran sapi pada takaran 5 t h-1 nyata meningkatkan hasil kedelai dan kadar C-organik tanah. Hasil penelitian Suhartina dan Adisarwanto (1996) melaporkan bahwa penggunaan jerami padi sebagai mulsa yang dihamparkan merata di atas permukaan tanah sebanyak 5 t ha-1 dapat menekan pertumbuhan gulma 37-61% dibandingkan dengan tanpa mulsa. Penggunaan mulsa dan
pemberian kompos kotoran sapi memberikan pengaruh interaksi yang saling
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat pemulsaan tersebut akan bergantung pada dosis mulsa yang digunakan, sehingga diperlukannya dosis mulsa yang tepat. Pemberian mulsa jerami di permukaan tanah dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah (Dariah, 2007). Penambahan mulsa jerami juga dapat memperbaiki agregasi tanah sehingga meningkatkan pori udara tanah yang berakibat merangsang pertumbuhan akar tanaman. Luas permukaan partikel tanah menjadi bertambah yang berakibat meningkatnya jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman (Putra 2009).
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan
penelitian mengenai dosis kompos kotoran sapi dan mulsa jerami yang tepat untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai edamame.
1.2 Perumusan Masalah 1.
Berapa pemakaian dosis kompos kotoran sapi dan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering.
2.
Apakah terjadi interaksi antara kompos kotoran sapi dengan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering.
3.
Apakah terjadi perbaikan kualitas kadar air tanah, total ruang pori tanah, kadar N total, COrganik tanah, dan pH tanah dengan pemberian kompos kotoran sapi dan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering.
4.
Apakah secara ekonomi budidaya kedelai edamame dapat memberikan keuntungan dari segi usahatani.
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui berapa dosis kompos kotoran sapi dan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering 2. Untuk mengetahui terjadi interaksi antara kompos kotoran sapi dengan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering. 3. Untuk mengetahui terjadi perbaikan kualitas kadar air tanah, total ruang pori tanah, kadar N total, C- Organik tanah, dan pH tanah dengan pemberian kompos kotoran sapi dan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering. 4. Untuk mengetahui secara ekonomi budidaya kedelai edamame menguntungkan dari segi usahatani.
1.4
Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya berapa dosis
kompos kotoran sapi dan mulsa jerami padi terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering
2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani, terjadi interaksi antara kompos kotoran sapi dengan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering. 3. Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada petani, terjadi perbaikan kualitas kadar air tanah, total ruang pori tanah, kadar N total,
C- Organik tanah, dan pH tanah
dengan pemberian kompos kotoran sapi dan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dilahan kering. 4. Hasil penelitian dapat memberikan informasi secara ekonomi, budidaya kedelai edamame menguntungkan dari segi usahatani (R/C Ratio)