ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh
Suhasti Nursaputri NIM. 6411411185
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang April 2015 ABSTRAK Suhasti Nursaputri Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR pada Wanita Hipertiroid Kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2014 xvi + 123 pages + 29 tables + 7 images + 12 attachments Hipertiroid adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid dimana kadar TSH serum <0,3µIU/ml dan FT4 >2 nano gram/dl. Diagnosa hipertiroid pada kehamilan ditegakkan melalui tes laboratorium karena tanda dan gejala sama dengan kehamilan pada umumnya. Hipertiroid kehamilan menjadi penyebab abortus pada trimester pertama kehamilan, meningkatkan risiko kelahiran prematur, IUGR, BBLR, pre-eklamsia, gagal jantung kongesif, dan IUFD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR pada wanita hipertiroid di Kabupaten Magelang tahun 2014. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan case control, dilengkapi dengan kajian kualitatif. Sampel penelitian adalah ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR di tahun 2014 dan pernah mengikuti tes TSHs ibu hamil di laboratorium GAKI sebanyak 41 kasus dan 41 kontrol. Teknik pengambilan sampel secara Proportionate Stratified Random Sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, multivariat, dan analisis kualitatif. Hasil penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR menurut analisis bivariat adalah LILA (p=0,023; OR= 0,695; 95% CI=0,263-1,833) , kenaikan BB (p=0,010; OR=0,078; 95%CI=0,009-0,638), dan status anemia (p=0,000; OR=0,126; 95% CI=0,046-0,344), sedangkan menurut analisis multivariat, adalah status hipertiroid kehamilan, kenaikan BB dan status anemia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ibu hamil yang memiliki status hipertiroid kehamilan, kenaikan BB berisiko (<6kg atau >12 kg) dan memiliki status anemia (Hb<11gr%) akan memiliki probabilitas sebesar 89% untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah.. Kata Kunci : hipertiroid kehamilan, BBLR, TSHs rendah Kepustakaan : 44 (2001-2014)
ii
Public Health Department Sport Science Faculty Semarang State University April 2015 ABSTRACT Suhasti Nursaputri The Analysis of Factors Related to Low Birth Weight (BBLR) In Women Hyperthyroidism During Pregnancy at Magelang District 2014 xvi + 123 pages + 29 tables + 7 images + 12 attachments Hyperthyroidism is a state of thyrotoxicosis as a result of the thyroid productionwhen serum TSH levels <0,3μIU / ml and FT4> 2 nano grams / dl. Diagnosis of hyperthyroidism in pregnancy enforced by laboratory tests for signs and symptoms are the same as with pregnancy in general. Hyperthyroidism pregnancy is the cause of abortion in the first trimester of pregnancy, increases the risk of preterm birth, IUGR, low birth weight, preeclampsia, heart failure congestif, and IUFD This study aims to determined the risk factors of low birth weight in hyperthyroidism pregnancy at Magelang 2014.. This type of research is analytic observational case control approach, supplemented with a qualitative assessment. The sample were 41 pregnant womens who had low birth weight babies and 41 normal birth weightin 2014 and never take the test in the laboratory.Sampling technique Proportionate Stratified Random Sampling.Data analysis was performed using univariate, bivariate, multivariate, and qualitative analysis. Factors that are related of BBLR according to bivariate analysis are LILA (p=0,023; OR= 0,695; 95% CI=0,263-1,833) , increase in weight (p=0,010; OR=0,078; 95%CI=0,009-0,638), and anemia status (p=0,000; OR=0,126; 95% CI=0,046-0,344), while according to multivariate analysis are hipertiroidism in pregnancy, increase in weight and anemia status. The conclusion of this research is a women pregnancy had a hypertiroidsm status, increase in weight (<6kg atau >12 kg) and anemia status (Hb<11gr%) have the probability of having a baby with LBW is 89%. Keywords: hyperthyroidism in pregnancy, low birth weight, low TSHs Bibliography: 44 (2001-2014)
iii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian manapun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, April 2015
Penyusun
iv
PERSETUJUAN
Skrispi Suhasti Nursaputri, NIM. 6411411185, yang berjudul "Analiss FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Pada Wanita Hipertiroid Kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2014" disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Semarang, April 2015
Menyetujui ,
Pembimbing
Drh. Dyah Mah endrasari Sukendra. M.Sc
NIP.
198303092008122001 -
Mengetahui ,
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya. - Q.S. An Najm ayat 39-40 Belajarlah mengalah sampai tak seorangpun bisa mengalahkanmu, Belajarlah merendah sampai tak seorangpun bisa merendahkanmu. – Gobind Vashdev Hanya mereka yang berani mengambil resiko untuk melangkah lebih jaulah yang akan mengetahui sejauh mana dia dapat melangkah. – T.S. Eliot Ibu dari semua keahlian adalah repetisi (pengulangan) dan ayahnya adalah practice (latihan). – Felix Y. Siauw Impian tidak akan menggerakkan seseorang untuk maju, alasan kuat dibalik impian itulah yang menggerakannya. – Kahlil Gibran
PERSEMBAHAN 1.
Orangtua dan keluargaku
2.
Almamaterku, Universitas Negeri Semarang
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ” Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada Wanita Hipertiroid Di Kabupaten Magelang Tahun 2014” dapat terselesaikan dengan baik.Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Keberhasilan penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Dr. Harry Promono, M.Si, atas ijin penelitian yang diberikan. 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Tri Rustiadi, M.Kes, atas ijin penelitian yang diberikan. 3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, S.KM., M.Kes. atas persetujuan penelitian.
viii
4.
Pembimbing
skripsi, drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M.Sc.
atas
bimbingannya dan doa dalam penyusunan skripsi ini. 5.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu
pengetahuan yang telah diberikan selama ini. 6. Staf Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Keolahragaan dan staf TU Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bapak Sungatno, yang telah membantu dalam segala urusan administrasi dan surat perijinan penelitian. 7. Kepala Kesatuan bangsa Politik Kabupaten Magelang atas ijin penelitian yang diberikan. 8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang atas ijin penelitian yang diberikan. 9.
Kepala UPT Puskesmas se Kabupaten Magelang atas ijin penelitian yang
diberikan. 10. Ayah (Bapak Supadiyatno), Ibu (Ibu Siti Khopsoh), serta Adik ( Dwi Irna Budiarti) tersayang atas bimbingan, kasih sayang, dukungan dan motivasi serta doa selama menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi ini. 11. Seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, atas motivasi dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
ix
12. Teman-temanku Luluk, Nuzi, Tri, Dina, Nia, Ryan , Mb. Jenny, Charisna, Bunga, Linda dan seluruh teman-teman Kos Arista atas motivasi, dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi ini. 13. Keluarga Bapak Karjani, Bapak Rudi Dinkes, Ibu Puji , ibu Rumi, ibu bidan Asih dan keluarga bapak-ibu responden penelitian atas segala bantuan dan dukungan selama penelitian. 14. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii ABSTRACT ..................................................................................................... iii PERNYATAAN .............................................................................................. iv PERSETUJUAN ............................................................................................. v PENGESAHAN .............................................................................................. . vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8 1.3.1
Tujuan Umum ............................................................................... 8
1.3.2
Tujuan Khusus............................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9 1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 10 1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 11
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 13 2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 13 2.1.1
Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ........................ 13
2.1.1.1 Definisi .......................................................................................... 13 2.1.1.2 Klasifikasi...................................................................................... 13 2.1.1.3 Epidemiologi ................................................................................. 15 2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian (BBLR) ................. 17 2.1.2
Hipertiroid Kehamilan................................................................... 24
2.1.2.1 Definisi ......................................................................................... 24 2.1.2.2 Klasifikasi..................................................................................... 25 2.1.2.3 Anatomi dan Fisiologi Tiroid ....................................................... 26 2.1.2.4 Etiologi ......................................................................................... 31 2.1.2.5 Patofisiologi ................................................................................. 33 2.1.2.6 Diagnosa Hipertiroid .................................................................... 34 2.1.2.7 Faktor Risiko Ibu Mengalami Hipertiroid Kehamilan ................. 37 2.1.2.8 Kelahiran Bayi BBLR Akibat Hipertiroid ................................... 38 2.1.2.9 Komplikasi ................................................................................... 39 2.1.2.10 Penatalaksanaan .......................................................................... 41 2.1.2.11 Penyakit Kronis Sebagai Komplikasi dan Penyulit Kehamilan ............ 42
2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 46 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 47 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 47 3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 48
xi
3.2.1
Variabel Bebas .............................................................................. 48
3.2.2
Variabel Terikat............................................................................. 48
3.3 Hipotesis Penelitian.................................................................................... 48 3.4 Definisi Operasional................................................................................... 49 3.5 Jenis Dan Rancangan Penelitian ................................................................ 51 3.6 Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................................ 52 3.6.1
Populasi ......................................................................................... 52
3.6.2
Sampel Penelitian .......................................................................... 53
3.6.3
Teknik Pemilihan Sampel ............................................................ 55
3.7 Sumber Data ............................................................................................... 59 3.8 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data ................................ 57 3.8.1
Instrumen Penelitian ...................................................................... 60
3.8.2
Validitas Instrumen ....................................................................... 61
3.8.3
Reliabilitas Instrumen ................................................................... 62
3.8.4
Teknik Pengambilan Data ............................................................. 63
3.9 Prosedur Penelitian..................................................................................... 64 3.10 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 119 LAMPIRAN .................................................................................................... 124
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
: Keaslian Penelitian …………………………………...
Tabel 2.1
: Kadar Normal Pemeriksaan FT4, FT3, TSHs dan Masa Kehamilan…………………………………………….
Tabel 2.2
10
29
: Test Fungsi Kelenjar Tiroid, Hipertiroid dan Perubahan Hormon…………….....................................................
36
Tabel 2.3
: Diagnosa Definitif Hasil Pemeriksaan Fungsi Tiroid
36
Tabel 3.1
: Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran ………..
49
Tabel 3.2
: Distribusi Sampel Penelitian………………………….
58
Tabel 3.3
: Matriks OR …………………………… ……………
68
Tabel 4.1
: Distribusi Menurut Usia Responden………………….
76
Tabel 4.2
: Distribusi Menurut Usia Kehamilan Responden………
76
Tabel 4.3
: Distribusi Menurut Status Pekerjaan Responden ……..
77
Tabel 4.4
: Distribusi Menurut Tingkat Pendidikan ……………..
77
Tabel 4.5
: Distribusi Menurut Pendapatan ……………….. …..
78
Tabel 4.6
: Distribusi Menurut Pekerjaan Suami ……………….
78
Tabel 4.7
: Distribusi Menurut Status Hipertiroid………………
79
Tabel 4.8
: Distribusi Menurut Usia…………………………….
79
Tabel 4.9
: Distribusi Paritas……………………………………
80
Tabel 4.10
: Distribusi Jarak Kelahiran…………………………..
80
Tabel 4.11
: Distribusi LILA…………………………………….
81
Tabel 4.12
: Distribusi Kenaikan BB……………………………
81
xiii
Tabel 4.13
: Distribusi Status Anemia………………………………
Tabel 4.14
: Crosstab Hubungan antara Status Hipertiroid Kehamilan dengan
82
Riwayat BBLR…………………………………………. ……………..
82
Tabel 4.15
: Crosstab Hubungan Usia dengan BBLR……………...
83
Tabel 4.16
: Crosstab Hubungan Paritas dengan BBLR…………...
84
Tabel 4.17
: Crosstab Hubungan Jarak Kelahiran dengan BBLR….
84
Tabel 4.18
: Crosstab Hubungan LILA dengan BBLR…………….
85
Tabel 4.19
: Crosstab Hubungan Kenaikan BB dengan BBLR…….
86
Tabel 4.20
: Crosstab Hubungan Status Anemia dengan BBLR……
87
Tabel 4.21
: Hasil Seleksi Kandidat Analisis Multivariat……. …..
88
Tabel 4.22
: Hasil Analisis Multivariat………………………………. 88
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
: Klasifikasi Neonatus (Berat Lahir dan Usia Kehamilan)………………………………………….
15
Gambar 2.2
: Anatomi Kelenjar Tiroid…………………………....
27
Gambar 2.3
: Patofisiologi Kelahiran BBLR Akibat Penyakit Hipertiroid 39
Gambar 2.4
: Kerangka Teori ………………………………………...
46
Gambar 3.1
: Kerangka Konsep ……………………………………...
47
Gambar 3.2
: Desain Penelitian Case Control ………………………..
52
Gambar 4.1
: Peta Administrasi Kabupaten Magelang……………….. 73
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing .......................................... . 124 Lampiran 2. Surat Ijin Observasi .....................................................................
125
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian .....................................................................
128
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................
133
Lampiran 5. Ethical Clearance ........................................................................
135
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian ....................................................................
136
Lampiran 7. Karakteristik Responden Penelitian............................................
140
Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Penelitian ....................................................... . 143 Lampiran 9. Output Analisis Univariat ............................................................ . 147 Lampiran 10. Output Analisis Bivariat ............................................................
155
Lampiran 11. Output Analisis Multivariat .......................................................
159
Lampiran 12. Dokumentasi ..............................................................................
160
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Riskesdas RI, 2013). Indonesia sebagai negara berkembang, masih memiliki Angka Kematian Bayi (AKB) yang tinggi. Berdasarkan hasil
Survey Demografi dan
Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan angka sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2012 yaitu sebesar 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Hal ini menunjukkan bahwa AKB di Indonesia mengalami penurunan secara melandai (SDKI, 2012). Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2009 terdapat 5 juta kematian bayi setiap tahun dengan angka kematian bayi (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan 98% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di 1
2
Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKB di Indonesia bila dibandingkan dengan angka kematian bayi di seluruh dunia tampak hampir sama. AKB di Indonesia bila dibandingkan dengan AKB di negara-negara anggota Assosiation East Asian Nation (ASEAN) tampak masih tinggi yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (Depkes RI, 2008). AKB di Provinsi Jawa Tengah sampai triwulan 3 tahun 2014 menurut hasil Survey Kesehatan Daerah (SKD) di tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 10,62 per 1000 kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,34 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan Survey Kesehatan Daerah (SKD) di tahun 2012, AKB kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,75 per 1000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2013 yaitu sebesar 10,41 per 1000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi Jawa Tengah memiliki angka yang sama dari angka standar nasional yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKB di Provinsi Jawa Tengah cenderung stagnan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB menurut laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 antara lain asfiksia, BBLR, infeksi, sepsis, dan kelainan kongenital. Sebesar 27% AKB disebabkan oleh bayi dengan berat badan lahir rendah (State Of The World’s Mother, 2007).
3
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh angka kematian bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup dimana penyebab kematian bayi adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu sebesar 30,3% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang suplai gizi waktu dalam kandungan, komplikasi kehamilan, hipertiroid kehamilan ataupun lahir prematur. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organorgan tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi (Proverawati, 2010). Berdasarkan data Riskesdas Departemen Kesehatan tahun 2013, prevalensi BBLR di Indonesia masih terdapat 10,2% dan pada tahun 2010 yaitu sebesar 11,1%. Hal ini menunjukkan bahwa presentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ini menurun landai akan tetapi masih menjadi kebijakan pemerintah sebagai program evaluasi oleh KEMENKES RI (Riskesdas RI, 2013). Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada laporan triwulan III tahun 2014 sebanyak 2.165 kasus, tahun 2013 sebanyak 20,912 (3,75%) memiliki nilai yang sama dengan tahun 2012. Jumlah BBLR tahun 2012 sebanyak 21,573 (3,75%), tahun 2011 yang sebanyak 21,184 (3,73%) dan tahun 2010 sebanyak 15,631 (2,69%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
4
jumlah BBLR di Provinsi Jawa Tengah ( Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas se Kabupaten Magelang sampai triwulan III tahun 2014 sebesar 815 (4.54%). Jumlah BBLR pada tahun 2013 sebesar 911 (4,8%), tahun 2012 sebesar 862 (4,3%) dan tahun 2011 sebesar 932 (4,6 %) bayi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah BBLR di Kabupaten Magelang cenderung stagnan. Rata-rata jumlah BBLR di Kabupaten Magelang bila dibandingkan dengan Jumlah BBLR di Provinsi Jawa Tengah tampak lebih tinggi yaitu sebesar 4,55% ( Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, 2014). Menurut Dimitry Garry (2013), bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi kehamilan dari wanita hamil yang mengalami hipertiroid yaitu sekitar 34%. Prevalensi hipertiroid di Indonesia dalam kehamilan yaitu sebesar 0,1-0,4% dan 85% dalam bentuk penyakit Graves/gondok. Penyakit gondok muncul akibat kerja kelenjar tiroid yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hormon tiroksin di dalam tubuh sehingga lama-kelamaan kelenjar tiroid tersebut akan membesar. Pembesaran kelenjar tiroid disebabkan oleh kekurangan unsur iodium yang terdapat di dalam tanah maupun air yang terkikis saat banjir, banjir lahar dingin maupun letak geografis suatu daerah yaitu didaerah pegunungan atau lereng gunung berapi. Hasil pemetaan GAKI di Jawa Tengah tahun 2004 menunjukkan angka sebesar 9,68% dan di tahun 2003 yaitu sebesar 13,35% dengan indikator Total
5
Goiter Rate (TGR). Tingkat endemisitas di Kabupaten Magelang pada tahun 2004 sebesar 9,5% dan di tahun 2003 sebesar 19,5%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat endemisitas di Kabupaten Magelang mengalami penurunan, tetapi apabila dibandingkan dengan angka endemisitas di Jawa Tengah memiliki nilai yang lebih tinggi di tahun 2003 masih dalam kategori endemis berat dan menurun landai pada tahun 2004 menjadi endemis sedang. Berdasarkan data UPT Puskesmas Kabupaten Magelang, tingkat endemisitas sebesar 30% dengan indikator TGR termasuk endemik berat. Dengan adanyanya kebijakan penanggulangan GAKI dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang bekerja sama dengan Kemenkes RI tentang pemberian kapsul iodium pada kelompok rawan di daerah endemik GAKI yaitu wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang dilakukan setiap tahunnya mulai tahun 2004 maka pada tahun 2010 mengalami penurunan angka endemisitas menjadi 20% dan tergolong endemik sedang (Untung S, 2013). Dampak jangka panjang dari pemberian kapsul iodium secara massif dan terus menerus di daerah endemik GAKI mengakibatkan terjadinya hipertiroid. Hipertiroid merupakan overfungsional kelenjar tiroid. Hipertiroid adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi produksi hormon tiroid yang berlebihan. Apabila seorang wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil mempunyai riwayat hipertiroid maka akan berdampak pada perkembangan janin didalam rahim. Saat wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil mengalami hipertiroid maka akan terjadi peningkatan
6
hipermetabolisme dalam tubuhnya yang menyebabkan kekurangan nutrisi pada janin yang dikandung sehingga mengakibatkan kelahiran BBLR dikemudian hari. Dikatakan seseorang mengalami hipertiroid apabila kadar TSH serum <0,3µIU/ml dan FT4 >2 nano gram/dl. Penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan darah dan telah diukur sebelumnya melalui skala penegakan diagnosis hipertiroid Indeks Wayne ( Yusi Dwi Nurcahyani, 2010). Menurut hasil Riskesdas RI (2013), prevalensi hipertiroid menurut karakteristik umur 15-45 tahun berdasarkan provinsi di Indonesia sebanyak (0,4%). Prevalensi hipertiroid pada kehamilan di Indonesia sebesar 0,04-1,4% dari semua kehamilan. Hipertiroid pada kehamilan menjadi penyulit selama kehamilan dan menjadi penyebab risiko persalinan prematur (11-25%) yang meningkatkan kejadian BBLR. Hipertiroid menjadi penyebab abortus pada trimester pertama kehamilan (Yusi D, 2010). Kabupaten Magelang adalah kabupaten dengan jumlah endemik struma tinggi dimana banyak dilakukan pemberian kapsul dan garam beryodium, fenomena hipertiroid biasanya timbul di daerah tersebut. Prevalensi hipertiroid pada kehamilan di Kabupaten Magelang berdasarkan hasil pemeriksaan TSH serum pada ibu hamil pada tahun 2012 sebesar 80 orang (16%) , tahun 2013 sebanyak 49 orang (11,47%) dan tahun 2014 sebesar 25 orang (5,5%) positif hipertiroid pada kehamilan yang diperiksa di Laboratorium GAKI. Angka tersebut menunjukkan bahwa persentase jumlah hipertiroid di Kabupaten Magelang dari tahun ke tahun mengalami penurunan akan tetapi apabila dibandingkan dengan
7
angka nasional, hipertiroid pada kehamilan di Kabupaten Magelang memiliki nilai yang lebih tinggi dari rentang nasional (0,04-1,4%) dan masih menjadi kebijakan program evaluasi penanggulangan GAKI di Kabupaten Magelang (Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, 2014). Mengingat jumlah persentase kejadian BBLR dan angka hipertiroid kehamilan yang masih tinggi di Kabupaten Magelang dan pemeriksaan TSH serum ibu hamil sebagai indikator penegakan kejadian hipertiroid masih menjadi program evaluasi penanggulangan GAKI di daerah endemis GAKI, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Pada Wanita Hipertiroid Kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2014.” 1.2.Rumusan Masalah 1.2.1. Rumusan Masalah Umum Berdasarkan uraian latar belakang diatas,maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah: “Faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) pada wanita hipertiroid kehamilan di kabupaten magelang tahun 2014?” 1.2.2. Rumusan Masalah Khusus Berdasar latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : 1
Adakah hubungan antara status hipertiroid kehamilan dengan kejadian BBLR?
2
Adakah hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian BBLR?
8
3
Adakah hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR?
4
Adakah hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian BBLR?
5
Adakah hubungan antara LILA ibu hamil dengan kejadian BBLR?
6
Adakah hubungan antara kenaikan BB ibu hamil dengan kejadian BBLR?
7
Adakah hubungan antara status anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelahiran Berat Bayi Lahir Rendah ( BBLR ) pada wanita hipertiroid kehamilan di Kabupaten Magelang tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Mengetahui hubungan antara status hipertiroid kehamilan dengan kejadian BBLR.
2.
Mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian BBLR.
3.
Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR.
4.
Mengetahui hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian BBLR.
5.
Mengetahui hubungan antara LILA ibu hamil dengan kejadian BBLR.
6.
Mengetahui hubungan antara kenaikan BB ibu hamil dengan kejadian BBLR.
7.
Mengetahui hubungan antara status anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR.
9
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat Menambah
wawasan
dan
pengetahuan
sehingga
masyarakat
dapat
berpartisipasi dalam melakukan deteksi dini tanda dan gejala hipertiroid serta pengendalian kehamilan berisiko dengan penyakit endokrin sebagai upaya dalam perlindungan dan pencegahan riwayat kelahiran (BBLR) . 1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk memberikan intervensi preventif dalam mengurangi atau menghindari terjadinya gangguan kesehatan masyarakat khususnya pada ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) yang tinggal di daerah endemik GAKI, sehingga dapat menurunkan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Magelang. 1.4.3. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Bagi jurusan ilmu kesehatan masyarakat khususnya program peminatan epidemiologi dan gizi, diharapkan penelitian ini bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat, masukan serta referensi di bidang kesehatan ibu hamil dengan riwayat penyakit endokrin sebagai bahan penelitian selanjutnya.
10
1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan pembelajaran melakukan penelitian dan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan maternitas (khususnya penyakit endokrin dalam kehamilan). 1.5. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 : Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini Judul Penelitian (1) Hubungan Kadar TSH dengan Maturitas dan Umur Pascanatal Pada Masa Neonatal Dini (AdaptasiModel Sistem Neuman) Hubungan Antara Status TSH Ibu Hamil Dengan Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran Di Daerah Endemik GAKI
Peneliti, Tahun
Rancangan Penelitian (2) (3) Nia Kania, dkk, Penelitian 2003 retrospektif
Variabel Penelitian (4) Variabel Bebas : Nilai kadar TSH bayi kurang bulan dan cukup bulan
Yusi Dwi Nurcahyani dan Suryati Kumorowulan, 2010
Variabel Bebas : Nilai TSH serum rendah Jumlah kadar tidak berpengaruh pada TSH keadaan klinis ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Variabel Terikat : Riwayat Tidak ada perbedaan yang kehamilan dan nyata keluhan saat hamil kehamilan yang mengarah pada tandatanda hipertiroid antara kelompok hamil dengan TSH rendah dengan kelompok ibu hamil dengan TSH normal. Tetapi riwayat kelahiran bayi dengan tindakan medis lebih banyak pada TSH rendah (12,5%).
Gambaran Konsumsi
Retno Penelitian Sulistiyani, 2013 cross sectional
Penelitian non intervensi rancangan potong lintang komparatif
Hasil Penelitian
(5) Kadar TSH berhubungan dengan maturitas dan umur pasca natal. Lebih matur bayi, kadar TSH lebih rendah dan lebih awal uji tapis Variabel Terikat : dilaku- kan kadar TSH Maturitas dan lebih tinggi. umur pascanatal pada masa neonatal dini
Variabel bebas : Kadar TSH ibu Konsumsi yodium hamil tidak dipeng
11
Garam Iodium, Kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon) Dan Kadar UIE (Urine Iodium Excretion) Pada Ibu Hamil
iaruhi konsumsi garam iodium dan UEI. Variabel terikat : Kadar TSH dan UIE pada ibu hamil
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Penelitian mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR pada wanita hipertiroid kehamilan belum pernah dilakukan sebelumnya. 2. Variabel yang berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah status hipertiroid berdasarkan data sekunder hasil pemeriksaan TSH serum ibu, karakteristik ibu hamil (usia, paritas, jarak kelahiran, LILA, kenaikan BB, dan status anemia) berdasarkan data kohort ibu hamil dan buku KIA . 3. Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR pada wanita hipertiroid kehamilan di Kabupaten Magelang tahun 2014 menggunakan desain penelitian case control study. 1.6.Ruang Lingkup Peneltian 1.6.1.
Ruang Lingkup Tempat Tempat penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magelang.
12
1.6.2.
Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari s.d April 2014.
1.6.3.
Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini merupakan penelitian bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat kajian bidang epidemiologi penyakit tidak menular sistem endokrin (Hipertiroid) pada ibu hamil.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
LANDASAN TEORI
2.1.1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1.1.Definisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Menurut WHO, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) yaitu neonatus atau kelahiran bayi dengan berat saat kelahiran kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Prawirohardjo, 2008). Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir. Bayi prematur (preterm) termasuk dalam klasifikasi bayi BBLR yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu yang disebut berat badan rendah prematur dan bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37 minggu yang disebut pertumbuhan janin terhambat atau sering disebut “Intra Uterine Growth Retardation” (IUGR) (Proverawati, 2010). 2.1.1.2.Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Beberapa klasifikasi pengelompokkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), yaitu (Usman, 2008 ; Proverawati, 2010) adalah sebagai berikut : Menurut harapan hidup : a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram
13
14
c. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), berat lahir kurang dari 1.000 gram Menurut masa gestasi : a. Prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu akan tetapi berat badan sesuai dengan berat badan masa gestasinya. Prematuritas murni sering disebut dengan noenatus kurang bulan sesuai masa kehamilannya. b. Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi biasanya mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin atau sering disebut Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilanya. Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Manuaba, 2007) : a. Bayi dengan berat badan normal, 2.500-4.000 gram b. Bayi dengan berat badan lebih, lebih dari 4.000 gram c. Bayi dengan berat badan rendah, kurang dari dari 2.500 gram / 1.5002.500 gram d. Bayi dengan berat badan sangat rendah, kurang dari 1.500 gram e. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah, kurang dari 1.000 gram Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi, dihitung dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, yaitu (Prawirohardjo, 2006: 771) :
15
a. Bayi kurang bulan (preterm), adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) b. Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 – 42 minggu (259-293 hari) c. Bayi lebih bulan (post-term), adalah bayi dengan masa kehamilan lebih 42 minggu (294 hari atau lebih)
Gambar 2.1. Klasifikasi Neonatus Dengan Berat Lahir Dan Usia Kehamilan (Sumber: Jung Ju Lee, 2007)
16
2.1.1.3.Epidemiologi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi baru lahir (usia dibawah 1 bulan) dan setiap 6 menit terdapat 1 bayi baru lahir yang meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%) dan lain-lain 44% (JNPKKR, 2008). Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008 –2012) bahwa semua angka kematian bayi dan balita hasil
Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Pada tahun 2012 Angka kematian bayi tertinggi di Indonesia diduduki oleh Gorontalo dan Papua Barat dengan jumlah kematian 67 jiwa dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa (SDKI, 2012). Persentase berat badan bayi baru lahir anak balita menurut karakteristik pendidikan dan pekerjaan adalah gambaran dari kepala rumah tangga. Menurut
kelompok
umur,
persentase
BBLR
tidak
menunjukkan
pola
kecenderungan yang jelas. Persentase BBLR pada perempuan (11,2%) lebih
17
tinggi daripada laki-laki (9,2%). Presentase BBLR tahun 2013 sebesar (10,2%). Menurut
pendidikan
dan
kuintil
indeks
kepemilikan
terlihat
adanya
kecenderungan semakin tinggi pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah prevalensi BBLR. Menurut jenis pekerjaan, persentase BBLR tertinggi pada anak balita dengan kepala rumah tangga yang tidak
bekerja
(11,6%), sedangkan persentase terendah pada kelompok pekerjaan pegawai (8,3%).
Persentase BBLR di perdesaan (11,2%) lebih tinggi daripada di
perkotaan (9,4%) (Riskesdas RI, 2013). Menurut Rustam Mochtar (1998) frekuensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di negara maju berkisar antara 3,6-10,8%, di negara berkembang berkisar antara 10-43%. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1:4. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosioekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan berat lahir lebih dari 2.500 gram (Mulyawan,2009). 2.1.1.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Penyebab BBLR terbanyak adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang dapat terjadi (Proverawati, 2010).
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) secara umum, yaitu sebagai berikut (Kliegman et al, 2007; Manuaba, 2007) : 1. Faktor Ibu a. Umur Kehamilan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), umur kehamilan adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam rahim. Ditinjau dari umur atau usia kehamilan dibagi dalam 3 bagian yaitu sebagai berikut: 1. Kehamilan trimester pertama ( usia kehamilan sampai 12 minggu) Trimester pertama kehamilan merupakan trimester paling rawan bagi seorang ibu hamil karena akan mengalami morning sickness yang membuat seorang ibu malas makan apalagi mengkonsumsi makanan yang sehat dan mencukupi nilai gizi akibatnya seorang ibu mengalami kekurangan nutrisi yang akan berdampak pada janin yang dikandungnya . Padahal trimester pertama adalah masa penentuan apakah janin yang dikandungnya akan tumbuh dengan sehat dan sempurna atau tidak sempurna. Organ vital janin akan terbentuk pada trimester pertama kehamilan dan trimester berikutnya hanya bersifat menyempurnakan saja. Artinya jika organ vital pada trimester pertama terbentuk tidak sempurna atau mengalami kekurangan nutrisi maka akan melahirkan bayi yang tidak sempurna, premature, BBLR (Proverawati, 2010).
19
2. Kehamilan trimester kedua (usia kehamilan pada minggu 13-24) Pada trimester kedua terjadi penyempurnaan organ vital, pembentukan wajah, ekstremitas atas dan bawah serta perkembangan gerak motorik janin seperti menghisap ibu jari dan mengenggam tangannya. Pada kehamilan trimester kedua biasanya dilakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan program pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan seperti pemeriksaan TSH serum ibu hamil sebagai upaya pencegahan hipertiroid pada kehamilan yang akan berdampak pada abortus pada kehamilan trimester ketiga. Pada kehamilan trimester kedua biasanya muncul penyakit kronis dan penyakit infeksi seperti TORCH, rubella, HIV-AIDS, TBC, ginjal, jantung, Diabetes Melitus dll. Gangguan penyakit-penyakit tersebut berpeluang menimbulkan ketidaksempurnaan tumbuh kembang janin seperti klep paru, gangguan perkembangan otak yang akan berakibat pada gangguan air ketuban maupun fungsi lain akibat adanya gangguan metabolism tubuh janin (Proverawati, 2010: 55-62 ; Yusi D, 2010). 3.Kehamilan trimester ketiga (usia kehamilan minggu 25-38) Kehamilan trimester ukuran janin terus membesar, kedudukan bayi sudah dipintu rahim dan kepala bayi akan turun ke pelvik dimana harus diwaspadai kenaikan ukuran atau BB janin yang berlebih dan komplikasi kehamilan pada trimester tiga seperti hipertensi, perdarahan antepartum, kehamilan ganda, kelainan air ketuban dll yang ditakutkan akan menjadi
20
penyulit saat proses persalinan (Marmi, dkk, 2011: 64-142; Proverawati, 2010: 55-57). b. Usia ibu Saat Hamil Usia reproduksi yang optimal bagi ibu adalah usia 20-35 tahun, usia dimana rahim ibu sudah siap menerima kehamilan, mental matang dan mampu merawat bayi dan dirinya sendiri (Draper, 2001). Usia di bawah 20 tahun rahim serta panggul ibu belum siap untuk menerima kehamilan karena belum tumbuh mencapai ukuran dewasa serta organ-organ reproduksi belum berfungsi secara sempurna. Usia diatas 35 tahun sudah mengalami degeneratif sel-sel reproduksi . c. Paritas Paritas merupakan faktor resiko penting dalam menentukan derajat kesehatan ibu baik atau tidak selama kehamilan maupun persalinan (Mochtar, 1998). Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya dan baru mulai membuka jalan lahir. Akan tetapi bila sering melahirkan, rahim semakin lemah karena jaringan parut. Jaringan parut menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga menganggu distribusi nutrisi dari ibu ke janin yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin (Depkes RI, 2004).
21
d. Jarak kehamilan terlalu dekat atau pendek Jarak kehamilan kurang dari dua tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin terganggu, persalinan lama dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik (Kliegman et al, 2007). e. Riwayat BBLR sebelumnya Riwayat persalinan ibu yang tidak normal sperti perdarahan, abortus, prematuritas, BBLR merupakan resiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Riwayat BBLR berulang biasanya terjadi karena kelainan anatomis uterus seperti septum uterus. Septum akan mengurangi kapasitas endometrium sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin, dan menyebabkan keguguran pada trimester serta persalinan prematur (Prawirohardjo, 2008). f. Komplikasi kehamilan Komplikasi
dari
kehamilan
antara
lain
anemia,
perdarahan,
preeklamsia/eklamsia, hipertensi, ketuban pecah dini, menderita penyakit malaria, HIV-AIDS, TORCH, IMS serta kehamilan kembar menganggu kesehatan ibu dan pertumbuhan janin sehingga meningkatkan resiko kelahiran bayi dengan BBLR (Cunningham et al, 2005 ; Prawirohardjo, 2008 ; Manuaba, 2010). g. Keadaan sosial ekonomi Status sosial ekonomi yang rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi mengalami kelahiran kurang bulan yang menyebabkan BBLR,
22
diukur berdasarkan pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, tempat tinggal, status sosial dan pekerjaan / jabatan (Jusuf, 2008). h. Sebab lain Kebiasaan atau life style ibu , misal kebiasaan perilaku merokok baik aktif maupun pasif, kebiasaan minum alcohol, mengkonsumsi NAPZA. Zat aktif rokok seperti nikotin, sianida, tar, CO dan hidrokarbon bersifat fetotoksik dan efek vasokontrinsik pembuluh darah dan mengurangi kadar oksigen dan gangguan pembuluh darah yang berakibat aliran nutrisi dari ibu ke janin terganggu sehingga pertumbuhan terhambat (Cuningham et al, 2005). i. Status Gizi Ibu Hamil Status gizi ibu hamil yang paling mempengaruhi keadaan atau kondisi kehamilan yaitu LILA dan kenaikan berat badan (BB) selama kehamilan. Menurut I dewa Nyoman (2000), mengemukakan bahwa ibu hamil yang mempunyai LILA <23,5 cm akan mengalami KEK dimana kejadian KEK akan menyebabkan gangguan pada distribusi nutrisi pada ibu ke janin yang akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan janin dan mengakibatkan kelahiran BBLR.
Indikator yang ke dua yaitu
kenaikan BB ibu selama kehamilan, berat badan (BB) ibu selama hamil akan menentukan berat lahir bayi yang akan dilahirkan. Menurut Irma D (2007), mengemukakan bahwa BB ibu hamil <45 kg atau mengalami penurunan 10 kg selama hamil berisiko BBLR. Status gizi yang kurang
23
pada ibu hamil memiliki risiko 2,7 kali lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan status gizi baik (Puspita S, 2013). j. Status Anemia Ibu Hamil Status anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan kesehatan ibu hamil yang erat hubungannya dengan kadar Hb dalam darah dimana kurang dari standar normal ibu hamil yaitu 11 distribusi gr%. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 63,5%. Seorang ibu hamil yang memiliki kadar Hb <11 gr% atau anemia akan mengakibatkan kekurangan suplai darah pada tubuh sehingga distribusi nutrisi ibu ke janin menjadi terganggu yang akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan janin dan melahirkan BBLR (Tinuk Istiarti, 2000). 2. Faktor Janin a. Trisomi 18 atau sering disebut sindrom Edward terjadi pada 1 dari 8000 neonatus. Janin dan neonatus trisomi 18 menyebabkan kelahiran cacat bawaan seperti cacat jantung (hamper 95%) terutama defek septum ventrikel atau atrium, kelainan ginjal, aplasia radial dll. Disamping hal itu janin mengalami gangguan pertumbuhan dengan rata-rata berat lahir 2340 gram. 3. Faktor Plasenta Ukuran plasenta yaitu besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta pada dinding uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan plasenta
24
mempengaruhi distribusi aliran darah ke janin yang dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat (Cunningham et al, 2005). 4. Faktor Lingkungan Semakin tinggi tempat tinggal ibu hamil seperti dataran tinggi atau pegunungan maka semakin rendahnya kadar oksigen yang diserap sehingga suplai oksigen terhadap janin terganggu yang berakibat pada kelahiran dengan BBLR. Radiasi dan paparan zat racun di lingkungan tempat tinggal ibu hamil dapt menimbulkan kelainan kongenital janin (Sistiarini, 2008). 2.1.2. Hipertiroid Kehamilan 2.1.2.1.Definisi Hipertiroid Hipertiroid merupakan salah satu penyakit tidak menular endokrin yang sering kita temukan di masyarakat. Hipertiroid merupakan salah satu penyebab dari penyakit kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon tiroid (Hipotiroid) dan kelebihan hormon tiroid (Hipertiroid). Kelebihan hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai fungsi tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh. Menurut Dini Sulistyani (2013:6) mendefinisikan hipertiroidisme merupakan respon jaringan- jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan. Hipertiroid dijumpai 5 - 7 kali lebih sering pada wanita dibanding pria.
25
Diagnosis
hipertiroid
pada
kehamilan
sulit
untuk
dikenali
dan
diditegakkan karena memiliki gejala yang sama dengan gejala kehamilan normal terutama pada kehamilan trimester pertama. Pada saat kehamilan trimester pertama terjadi perubahan hormonal dan meningkatnya sejumlah metabolisme selama kehamilan yang menyebabkan beberapa perubahan yang kompleks pada fungsi tiroid. Satu-satunya cara untuk menegakkan diagnosis hipertiroid pada kehamilan adalah dengan pemeriksaan TSH serum, pemeriksaan T3, T4, FT4. Dikatakan seseorang ibu hamil mengalami hipertiroid apabila kadar TSH serum <0,3µIU/ml dan FT4 >2 nano gram/dl. Penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan darah dan telah diukur melalui Indeks Wayne. Jika kadar FT4 normal perlu pemeriksaan FT3 dan FT3I serum, jika tinggi dikenal dengan “T3toxicosis sindrom”. Hipertiroid merupakan penyakit hormon yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes dan jumlahnya kini terus meningkat. Posisi ini serupa dengan kasus yang terjadi di dunia ( Dini Sulistyani, 2010). 2.1.2.2.Klasifikasi Thamrin (2007) dalam Dini Sulistyani (2013:6) mengklasifikasikan hipertiroidisme menjadi empat, yaitu : a. Goiter Toksik Difusa (Grave’s Disease) Kondisi
yang
disebabkan, oleh
adanya
gangguan
pada
sistem
kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga
26
menstimulasi kelenjar
tiroid
untuk
memproduksi
hormon
tiroid
terus
menerus. Grave’s disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri. b. Penyakit Tiroid Nodular (Nodular Thyroid Disease) Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia. c. Subakut Tiroiditis Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, serta mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang. d. Postpartum Tiroiditis Timbul pada 5 –10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.
27
2.1.2.3.Anatomi dan Fisiologi Tiroid 2.1.2.3.1. Anatomi Tiroid
Gambar 2.2. Anatomi Kelenjar Tiroid (Sumber: EGC Kedokteran, 1985) Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh istmus. Kelenjar tiroid terbentuk saat kehamilan minggu ke tiga. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya diperkirakan 15-20 gram. Lobus kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular dibandingkan lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada keadaaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat sampai 1 liter/menit/gram. Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam tubuh dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin (T3) dan tetraiodohyronin (T4) atau tirosin. Iodin (I2) memilki berat atom sebesar 127 dan berat molekulnya 254. T4 memilki berat molekul sebesar 777 Dalton yang 508 didalamya merupakan iodida. Hormon tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf normal, pertumbuhan tulang, dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C berada di dekat sel folikuler yang menghasilkan suatu hormon polipeptida,
28
kalsitonin. Aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid mengatur fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhan. Produksi dan pelepasan hormon tiroid diatur oleh thyroid-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus. TRH mencapai hipofisis anterior melalui sistem portal, dimana sel tirotropik dirangsang untuk menghasilkan thyroidstimulating hormone (TSH) atau thyrotropin. TSH dilepaskan ke aliran darah sistemik kemudian dibawa sampai ke kelenjar tiroid. Di sini, TSH merangsang pengambilan iodida, dan semua proses yang mendorong pembentukan dan pelepasan T4 dan T3. Di dalam darah, tubuh kita hanya memiliki sejumlah kecil thyroxine-binding globulin (TBG) sekitar 10 mg/L, tetapi afinitasnya terhadap T4 sangat tinggi. T4 total sekitar 10-7 mol/L setara dengan 77,7 μg/L serum darah, karena 777 gram T4 sama dengan 1 mol dari total. Kurang lebih 70% dari T4 dan T3 berikatan pada TBG, dan sisanya terikat pada thyroxine-binding albumin (TBA) dan transthyrenin. Estrogen merangsang sintesis TBG. 2.1.2.3.2. Fisiologi Tiroid Pada Kehamilan Hormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) disintesis di dalam folikel tiroid. Tiroid-stimulating hormone (TSH) merangsang sintesis dan pelepasan T3 dan T4, yang sebelumnya didahului dengan pengambilan iodide yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Selama kehamilan normal kadar tiroid binding globulin (TBG) dalam sirkulasi meningkat dan juga akhirnya T3 dan T4 ikut meningkat.
29
Tabel 2.1. Kadar Normal Pemeriksaan FT4, FT3, TSH Dan Masa Kehamilan Gestation FT4(pmol/l) 11-23 Non Pregnant st 11-22 1 Trimester 11-19 2nd Trimester 7-15 3rd Trimester Sumber : Frances K (2003)
FT3(pmol/l) 4-9 4-8 4-7 3-5
TSH(mU/I) 0-4 0-1.6 0.1-1.18 0.7-7.3
Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan otak bayi dan sistem saraf. Selama trimester pertama kehamilan, fetus bergantung pada ibu untuk menyediakan hormon tiroid melalui plasenta karena fetus tidak dapat menghasilkan hormon tiroid sendiri sampai trimester kedua. Pada minggu ke-1012, kelenjar tiroid fetus mulai berfungsi namun fetus tetap membutuhkan iodin dari ibu untuk menghasilkan hormon tiroid. Selama kehamilan, fungsi kelenjar tiroid maternal bergantung pada tiga faktor yaitu
:
1. Peningkatan “Tyroxin Binding Globulin” (TBG) dalam serum. 2. Efek
dari
peningkatan
kadar
“Human
Chorionic
Gonadotropin"
(hCG) terhadap “Thyroid Stimulating Hormon” (TSH) dan kelenjar tiroid. 3. Penurunan aviabilitas iodida terhadap tiroid ibu. a. Human Chorionic Gonadtropin (hCG) Human Chorionic Gonadtropin (hCG) adalah hormon peptida yang bertanggung jawab memproduksi progesteron secara adekuat pada awal kehamilan, sampai produksi progesteron diambil alih oleh plasenta yang sedang berkembang. Konsentrasi hCG meningkat drastis pada kehamilan
30
trimester pertama dan menurun secara perlahan pada trimester dua dan tiga. Sedangkankadar TSH turun selama kehamilan trimester pertama, hal ini berbanding terbalik dengan peningkatan hCG walaupun hCG hanya sebagai stimulant kelenjar tiroid. Pada kondisi ibu hamil yang normal efek perangsangan hCG pada kehamilan tidak signifikan dan ditemui pada pertengahan awal kehamilan. Pada awal kehamilan ke-12 atau keadaan patologis, seperti hiperemesis gravidarum dan tumor trofoblastik, konsentrasi hCG mencapai kadar paling maksimal yang akan merangsang peningkatan T3, T4 dan kadar TSH ditekan. b. Ekskresi Iodin Selama Kehamilan Konsentrasi
iodine
plasma
mengalami
penurunan
selama
kehamilan, akibat peningkatan filtrasi glomerulus (GFR). Peningkatan GFR menyebabkan meningkatnya pengeluaran iodine lewat ginjal yang berlangsung pada awal kehamilan. Ini merupakan faktor penyebab turunnya konsentrasi iodine dalam plasma selama kehamilan. c. Thyroxine Binding Globulin (TBG) Peningkatan TBG menyebabkan peningkatan ikatan tiroksin, TBG adalah faktor ketiga yang mempengaruhi fungsi tiroid selama kehamilan. Hormon tiroid dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu Thyroxine Binding Globulin (TBG), albumin, dan Thyroxine Binding Prealbumin (TBPA) atau transtiretin. Dari ketiga protein tersebut, TBG memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap tiroksin. Pada pasien tidak hamil,
31
sekitar 2/3 dari hormon tiroksin diikat oleh TBG. Pada kehamilan normal, terjadi peningkatan dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal selama kehamilan sampai 6-12 bulan setelah bersalin. Hal ini menggambarkan peningkatan kadar hormon tiroksin total (TT4) pada semua wanita hamil, namun kadar tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin total (FTI) normal. Peningkatan konsentrasi TBG merupakan efek langsung dari meningkatnya kadar estrogen selama kehamilan. 2.1.2.4.Etiologi Hipertiroid Pada Kehamilan Hipertiroid pada kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa keadaan berikut : 1. Penyakit Graves 2. Gestational Transient Thyrotoxicosis ( GTT ) 3. Mola hidatidosa 4. Multinoduler goiter 5. Adenoma toksik 6. Tiroiditis subakut 7. Hyperthroidism iatrogenik 8. TSH - producing pituitary tumor 9. Struma ovari Dari beberapa etiologi
hipertiroid pada kehamilan, etiologi yang
terbanyak dilaporkan adalah Penyakit Graves’ dan GTT. a. Penyakit Graves
32
Menurut Dimitry Garry (2013: 501), penyebab tersering penyakit hipertiroid hampir 95% adalah penyakit Graves, suatu penyakit autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan. Prevalensi hipertiroid di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 1%. Penyebab tersering adalah penyakit Graves, yang 5-10 kali lebih sering dialami wanita dengan puncaknya pada usia reproduktif. Prevalensi hipertiroid dalam kehamilan 0,1-0,4%, 85% dalam bentuk penyakit Graves. Sama halnya seperti penyakit hiperemesis tidak memiliki gejala penyakit Graves ataupun antibodi tiroid. Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif hormon tiroid terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar hormon tiroid dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari hormon tiroid dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan hormon tiroid yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan (Dini Sulistyani (2013:7). b.Gestational Transient Thyrotoxicosis (GTT) Terdapat 2-3% GTT pada seluruh kehamilan. Keadaan GTT yang selalu ditandai dengan mual dan muntah berat membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 2,27 kg, ketonuria dan gangguan elektrolit terutama hipoglikemi. Kadar FT4 meningkat 2-3 kali diatas normal dengan penurunan kadar TSH. FT3 juga ikut meningkat akan tetapi tidak
33
terlalu bermakna dibanding FT4. Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan tremor ringan dan tidak didapatkan oftalmopati (Darman R, 2011). 2.1.2.5.Patofisiologi Hipertiroid Pada hipertiroidisme, kontrol pengaturan sekresi hormon tiroid yang normal tidak ada sehingga mengakibatkan produksi hormon tiroid meningkat sehingga menyebabkan hipermetabolisme dengan peningkatan aktivitas saraf simpatis.
Peningkatan
jumlah
hormon
tiroid
yang
berlebihan
akan
merangsang system cardiac dan meningkatkan sejumlah reseptor beta adrenergik yang mengakibatkan meningkatkan denyut nadi dan peningkatan cardiac output, stroke volume dan aliran darah perifer sebagai usaha tubuh untuk berkompensasi. Peningkatan metabolisme yang besar menyebabkan nitrogen balance negatif, penurunan lipid dan defisiensi nutrisi. Pada sistem pencernaan terjadi peningkatan peristalatik usus sehingga terjadi diare. Peningkatan metabolisme pada sistem neurologi menyebabkan keterlambatan kelopak mata untuk mengikuti gerakan mata sehingga otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit dan sel mast menyebabkan eksoftalmus atau penonjolan pada mata. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme
yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan
tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
34
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus
dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler (Dini Sulistyani (2013:8). 2.1.2.6.Diagnosa Hipertiroid 2.1.2.6.1 Manifestasi Klinis a. Kardiovaskuler: palpitasi, sesak napas, angina, gagal jantung, nyeri dada, takikardi pada saat istirahat maupun aktifitas. b. Neuromuskular: gugup, agitasi, tremor, mudah tersinggung, terus merasa kuatir, susah tidur. c. Gastrointestinal: berat badan menurun tetapi nafsu makan meningkat, diare, muntah, kelelahan otot, suhu meningkat. d. Kulit: pruritus, rambut tipis, kulit teraba hangat, lunak dan basah, kemerahan (flushing). e. Mata: adanya penonjolan (eksoftalmus), proptosis, kemosis (edema konjungtiva), penglihatan kabur. f. Nadi basal > 100 kali per menit Tanda dan gejala hipertiroid pada kehamilan sulit dikenali karena sering tertutupi dengan tanda dan gejala kehamilan sehingga sulit dilakukan deteksi dini. Menurut Dimitry Garry (2013: 502), menyarankan ada beberapa manifestasi klinis yang perlu diperhatikan pada ibu hamil dengan hipertiroid yaitu kenaikan berat
35
badan yang rendah selama hamil dengan nafsu makan baik, adanya tremor, dan manuver valsava tanpa akselerasi laju jantung. Dicari tanda-tanda oftalmopati Grave (tatapan melotot, kelopak tertinggal saat menutup mata, eksoftalmus) dan bengkak tungkai bawah (pretibial myxedema). 2.1.2.6.2. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah pengukuran kadar T4 bebas dan TSH dalam darah untuk menegakkan diagnosis hipertiroid. Pada pasien hipertiroid didapati peningkatan kadar T4 bebas dan penurunan kadar TSH. Pemeriksaan laboratorium lain mungkin diperlukan seperti antara lain pemeriksaan kadar T3, antibodi tiroid (terutama TRAbs) dan tes ambilan yodium radioaktif. Pemeriksaan terakhir ini dilakukan jika diagnosis penyakit Graves belum meyakinkan (Batubara, 2010). Menurut Dimitry Garry (2013: 502), pemeriksaan laboratorium mencakup kadar
keton
urin,
BUN,
kreatinin,
alanin
aminotransferase,
aspartat
aminotransferase, elektrolit, dan tirotropin (termasuk tiroksin T4 bebas jika tirotropin rendah). Jika kadar fT4 meningkat tanpa tanda dan gejala penyakit Graves, pemeriksaan sebaiknya diulang setelah usia kehamilan 20 minggu. Pemeriksaan USG sebaiknya dilakukan untuk mendeteksi kehamilan multipel atau mola hidatodosa.
36
Tabel 2.2. Test Fungsi Kelenjar Tiroid Hipertiroid dan Perubahan Hormon Test
Wanita Hamil Normal Hormon Estrogen Wanita Tidak Hamil Meningkat Meningkat Meningkat pengikat Meningkat
T4 total Globulin tiroksin Normal T4 bebas Meningkat T3 total Normal T3 bebas Test pengambilan T3 Meningkat Pengambilan I Tidak pada hamil epitiroid Meningkat Kolesterol serum Sumber : Frances K (2003)
Normal Meningkat Normal Meningkat wanita Normal Variabel
Wanita Hamil dengan Hipertiroid Meningkat Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Turun
Tabel 2.3. Diagnosis Definitif Hasil Pemeriksaan Fungsi Tiroid Test Tiroid
Unit
(1)
(2)
Kondisi Normal (Non Hamil) (3)
Nilai Normal (Hamil)
Hipertiroid
Hipotiroid
(4)
(5)
(6)
Thyrid
0,8-1,3
Stimulating
berubah
Hormon (TSH) Thyroxine
23-25
Binding
meningkat
Globulin
tidak
37
Lanjutan Tabel 2.3 (1)
(2)
Levotiroksin
(3)
(4)
3,9-11,6
10,7-11,5
(T4) Total
meningkat
Levotiroksin
1,0-1,4 tidak
(T4) Bebas
berubah
L-
205-233
triiodotironi
meningkat
(5)
(6)
n (T3) Total L-
250-330
triiodotironi
tidak berubah
n (T3) Bebas Sumber : Norwitz, Errol dan John Schorge (2007) Pada wanita hamil yang mempunyai riwayat penyakit Graves aktif maupun (TSI)
inaktif,
perlu
diperiksa
Thyroid
Stimulating
Immunoglubulin
untuk menilai kemungkinan terjadinya “fetal/neonatal hypertyroid”.
Antibodi TSH reseptor atau TSI ini termasuk kelas IgG yang dapat melewati plasenta dalam jumlah yang besar sehingga merangsang kelenjar tiroid janin. Kadar TSI yang lebih 500% ( normal < 8%) merupakan prediktor adanya “fetal / neonatal hipertiroid”.
38
2.1.2.7 Faktor Risiko Ibu atau Wanita Usia
Subur Mengalami Hipertiroid
Kehamilan Menurut American Thyroid Association, ibu atau wanita usia subur yang berisiko mengalami hipertiroid saat kehamilan antara lain : 1. Ibu atau wanita dengan sejarah penyakit tiroid / gondok atau pernah melakukan bedah tiroid ibu/wanita dengan sejarah keluarga pernah menderita penyakit gondok. 2. Ibu/wanita yang membawa antibdi tiroid 3. Ibu/wanita dengan gejala klinis hipertiroid atau hipotiroid. 4. Ibu/wanita denagan diabetes tipe 1 5. Ibu/wanita dengan kelainan gondok. 6. Ibu/wanita dengan kelainan aotuimun. 7. Ibu/wanita yang tidak subur/infertile 8. Ibu/wanita yang pernah melakukan terapi kepala atau radiasi pada leher. 9. Ibu/atau wanita dengan sejarah keguguran atau kelahirann prematur 2.1.2.8 Kelahiran Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Akibat Hipertiroid Penyakit hipertiroid yang diderita oleh ibu hamil mengakibatkan terganggunya pertumbuhan janin. Menurut Dimitry Garry (2013: 502), Tirotoksikosis ibu yang tidak diobati secara adekuat meningkatkan risiko
39
kelahiran prematur, IUGR, berat badan lahir rendah, preeklamsia, gagal jantung kongestif, dan IUFD.
Hipermetabolisme Ibu Hamil Konsumsi Iodium Tinggi
Ibu Hamil Trimester I
Penyakit Graves
Hipertiro id
Defisiensi Nutrisi Janin
BBLR
Gambar 2.3 Patofisiologi Kelahiran BBLR Akibat Penyakit Hipertiroid (Sumber : Dimitry Garry, 2013: 501) Sebelum usia kehamilan 10-12 minggu (awal trimester I), janin sangat bergantung pada hormon tiroid ibu karena belum memproduksi hormon tiroid sendiri. Menurut World Health Organization (WHO) dalam Muhammad Iqbal Hassarief Putra (2012), manyarankan asupan iodium untuk ibu hamil lebih tinggi dibanding orang dewasa normal karena janin membutuhkan asupan iodium banyak dari ibunya untuk mengaktifkan hormon tiroidnya sendiri. Efek jangka panjang dari konsumsi iodium yang tinggi mengakibatkan penyakit graves pada ibu hamil. Menurut Dimitry Garry (2013: 501), penyebab tersering penyakit hipertiroid hampir 95% adalah penyakit Graves, suatu penyakit autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan sehingga mengakibatkan produksi hormone tiroid meningkat dan menyebabkan
40
hipermetabolisme. Efek berkelanjutan dari hipermetabolisme menyebabkan nitrogen balance negatif, penurunan lipid dan defisiensi nutrisi. Apabila seorang ibu hamil mengalami defisiensi nutrisi maka akan mempengaruhi pertumbuhan janin yang dia kandung sehingga berdampak pada kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). 2.1.2.9 Komplikasi Hipertiroid 2.1.2.9.1
Komplikasi Pada Ibu
a. Pregnancy-Induced Hypertension(PIH) Pada pasien dengan hipertiroid tidak terkontrol, resiko preeklamsia berat menjadi lima kali lebih berat dibanding pasien yang terkontrol. Komplikasi lain dapat berupa abruptio plasenta, kelahiran preterm dan keguguran. Gagal jantung dapat terjadi pada pasien yang tidak diobati terutama bila terdapat PIH. Pada pasien dengan gejala gagal jantung disfungsi ventrikel kiri dengan derajat keparahan yang berbeda dapat dideteksi dengan echocardiografi. Walaupun kelainan ini reversibel, namun gejalanya dapat menetap dalam beberapa minggu setelah status eutiroid tercapai, namun penurunan resistensi vaskular dan cardiac output yang tinggi dapat tetap terjadi pada keadaan tiroksin normal. Hal ini penting karna dekompensasi ventrikel kiri pada wanita hamil yang hipertiroid dapat terjadi bersamaan dengan preeklamsia, pada waktu kelahiran ataubersamaan dengan komplikasi lain misalnya anemia atau infeksi. Kejadian tiroid krisis pada kehamilan juga pernah dilaporkan walaupun relatif jarang. Hipertiroid juga dilaporkan sebagai faktor resiko independen operasi Caesar.Pada suatu penelitian
41
oleh Kriplani dkk dengan sampel 32 kelahiran pada ibu hamil yang mengalami hipertiroidisme ternyata didapatkan partus preterm terjadi pada 25% pasien, 3% mengalami hipermesis, 22% mengalami hipertensi pada kehamilan dan 9% mengalami krisis tiroid. b. Infertilitas c. Keguguran berulang d. Gagal jantung (10-20%) e. Badai tiroid (0,1%) 2.1.2.9.2
Komplikasi Pada Janin
Hipertiroidisme maternal dapat mempengaruhi janin dan neonatal melalui dua cara yaitu hipertiroid maternal yang tidak terkontrol (tanpa kadar TSI yang tinggi) dan TSI mengalami pasase transplasenta. Pada hipertiroidisme maternal yang tidak terkontrol janin mengalami resiko Intrauterine Growth Retardation (IUGR), stillbirthdan prematuritas. Resiko prematuritas meningkat dari 11% menjadi 55% pada ibu yang tidak diobati, resikostillbirth meningkat dari 5% menjadi 24%. Pada suatu penelitian pada 230 kehamilan, 15 neonatus (6,5%) mengalami IUGR. Komplikasi pada janin meningkat secara signifikan pada ibu yang tetap hipertiroid pada paruh kedua kehamilan. Faktor resiko IUGR pada pasien ini meliputi tirotoksikosis maternal selama lebih dari 30 minggu dalam kehamilan, riwayat penyakit Graves selama lebih dari 10 tahun, dan onset penyakit Graves sebelum 20 tahun.
42
2.1.2.10 Penatalaksanaan 1. Pengobatan jangka panjang (obat anti tiroid propiltiourasil/methimazol) minimal 1 tahun untuk menghambat pembentukan hormon tiroid di dalam sel-sel tiroid . 2. Pembedahan tiroidektomi subtotal setelah diberi terapi propiltiourasil preoperatif, hanya bisa dilakukan pada trimester II. 3. Pengobatan yodium radioaktif (terapi ablatif). 2.1.3.
Penyakit Kronis Sebagai Komplikasi Dan Penyulit Kehamilan
2.1.3.1
Diabetes Melitus Diabetes Melitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat
ringan maupun berat yang terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung mencakup pasien yang sudah memiliki riwayat DM , pasien yang baru diketahui DM saat kehamilan dan pasien yang benar-benar menderita DM akibat kehamilan. Saat kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin dan menyusui. Seorang ibu hamil yang mengalami DM mengakibatkan insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Komplikasi pada janin yang dapat terjadi akibat DM pada kehamilan yaitu abortus spontan, premature/BBLR, kematian intra uterine, kematian neonatal, hipoglikemia dll. Deteksi dini sangat diperlukan terutama pada ibu
43
dengan faktor risiko berupa keguguran berkali-kali selama hamil, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi > 4000 gr dan polyhidramnion (Marmi, dkk, 2011: 116-117). 2.1.3.2
Penyakit Jantung Penyakit jantung dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh
demam reumatik atau memang seorang ibu sudah memiliki riwayat jantung. Faktor predisposing jantung dalam kehamilan yaitu peningkatan usia seorang ibu dengan penyakit jantung hipertensi dan superiomposed preeklamsia atau eklamsi, aritmia jantung dan anemia. Patofisiologi penyakit jantung dalam kehamilan disebabkan adanya perubahan dalam system kardiovaskular yang diakibatkan oleh kerja pompa jantung yang meningkat akibat kebutuhan darah pada janin untuk suplai nutrisi dari ibu ke janin meningkat. Komplikasi yang ditimbulkan pada janin yaitu premature, BBLR, hipoksia, pertumbuhan janin terhambat dan pada ibu akan terjadi abortus, kematian ibu, gagal jantung kognitif dan edema paru (Marmi, dkk, 2011: 118-121). 2.1.3.3
Hipertensi Hipertensi dalam kehamilan di bagi dalam 4 klasifikasi yaitu sebagai
berikut:
44
1.
Hipertensi esensial Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah
(TD) seorang ibu hamil dimana tidak ada sebab yang nyata akan tetapi sering dihubungkan dengan penyakit ginjal dan muncul pada awal kehamilan dengan Td mencapai 140/90mmHg. Yang membedakan dengan preeklamsia adalah faktor-faktor hipertensi esensial muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum muncul preeklamsia, tidak mengalami edema atau proteinuria. 2.
Hipertensi karena kehamilan
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan dengan faktor risiko pada ibu hamil yang terpapar vili korialis untuk pertama kalinya, terpapar vili korialis dalam jumlah yang banyak seperti pada kehamilan kembar dan mola hidatosa, ada riwayat penyakit vaskuler dan mempunyai riwayat keturunan hipertensi. 3.
Preeklamsia
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan proteinuria (protein dalam urin melebihi 0,3 g/lt dalam 24 jam) yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul pada triwulan tiga kehamilan tetapi bisa jug timbul sebelum trimester tiga misalnya pada ibu hamil denga mola hidatosa. Pemeriksaan tekanan darah (TD) dilakukan minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam dari pemeriksaan pertama dan dalam keadaan istirahat. Penyebab preeklamsi antara lain primigravida, tuanya kehamilan dan kehamilan kembar.
45
4.
Eklamsia
Eklamsia adalah serangan konvulsi pada kehamilan tetapi, tetapi tidak selalu komplikasi dari pre-eklamsi. Konvulsi dapat terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Terjadi setelah 48-72 jam setelah persalinan. Dampak dari eklamsiabagi ibu dapat terjadi gagal hati, cerebral haemorage, gagal ginjal dan bagi janin akan menyebabkan retardari mental atau pertumbuhan terhambat, BBLR, dan hipoksia. 2.1.3.4
Penyakit Graves atau Gondok Menurut Dini, S (2013), penyakit gondok adalah penyakit kelainan
kelenjar endokrin terbesar ke 2 setelah DM di Indonesia. Penyakit gondok muncul akibat kerja kelenjar tiroid yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hormon tiroksin di dalam tubuh sehingga lama-kelamaan kelenjar tiroid tersebut akan membesar. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi kehamilan dari wanita hamil yang mengalami hipertiroid yaitu sekitar 34 %. Prevalensi hipertiroid di Indonesia dalam kehamilan yaitu sebesar 0,1-0,4% dan 85% dalam bentuk penyakit Graves/gondok (Dimitry Garry, 2013).
46
2.2 KERANGKA TEORI Sosiodemografi - Umur - Jenis Kelamin - Tingkat Pendidikan - Tipe Daerah - Status Kawin - Kondisi Sosial Ekonomi - Pekerjaan Suami Status Status Anemia Anemia -- Kadar Kadar Hb Hb Ibu Ibu Pemeriksaan Fungsi Kelenjar Tiroid - Pemeriksaan TSH ibu - Pemeriksaan FT4 - Pemeriksaan T3 - Pemeriksaan T4 - Pemeriksaan hCG
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Status Gizi Karakteristik Ibu Hamil - Umur Kehamilan - Paritas - Jarak Kelahiran - Umur Ibu Saat Hamil - Riwayat Persalinan
Komplikasi Pada Kehamilan - Penyakit Graves - Diabetes Melitus - Jantung - Hipertensi Gambar 2.4 Kerangka Teori Hubungan Status Hipertiroid Pada Kehamilan Dengan Riwayat Kelahiran Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) Di Kabupaten Magelang Tahun 2014.(Sumber : Guyton (1995), Hendy Mulyawan (2009), Irma D.M. Sianturi (2009), Proverawati, (2010), Yusi Dwi C (2010), Marmi (2011), Dini S (2013), Dimitry G (2013) di modifikasi).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
KERANGKA KONSEP Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010:100). Kerangka konsep penelitian ini adalah : Variabel Bebas
Variabel Terikat
Hipertiroid Kehamilan Karakteristik Ibu Hamil -
Usia Ibu Hamil Paritas Jarak Kelahiran
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Status Anemia -
Kadar Hb Ibu Hamil
Status Gizi -
LILA Ibu Hamil Kenaikan BB Ibu Hamil
Gambar 3.1 Kerangka Konsep 3.2
VARIABEL PENELITIAN Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 61). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: 47
48
3.2.1
Variabel Bebas Variabel bebas atau variabel yang akan mempengaruhi dan mengakibatkan
perubahan pada variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status hipertiroid pada kehamilan, usia, paritas, jarak kelahiran, LILA, kenaikan BB, dan status anemia. 3.2.2
Variabel Terikat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat penelitian ini adalah riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014. 3.3.
HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris (Sudigdo Sastroasmoro, 2011). 3.3.1. Hipotesis Mayor Terdapat hubungan antara status hipertiroid pada kehamilan, usia ibu hamil, paritas, jarak kelahiran, status gizi ibu hamil (LILA dan kenaikan BB), dan status anemia ibu hamil dengan riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014 3.3.2. Hipotesis Minor 1.
Terdapat hubungan antara status hipertiroid kehamilan dengan kejadian BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
49
2.
Terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
3.
Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
4.
Terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
5.
Terdapat hubungan antara LILA ibu hamil dengan kejadian BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
6.
Terdapat hubungan antara kenaikan BB ibu hamil dengan kejadian BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
7.
Terdapat hubungan antara status anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
3.4. DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel Definisi (1) (2) Variabel Terikat Bayi dengan Bayi dengan Berat Lahir berat lahir Rendah rendah (BBLR) (BBLR) yaitu neonatus atau kelahiran bayi dengan berat saat kelahiran kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa
Alat Ukur (3)
Kategori (4)
Skala (5)
Lembar Kuisioner
1.BBLR (<2500 gram)
Ordinal
Data pelaporan BBLR Kabupaten Magelang tahun 2014
2.Normal (≥2500 gram) (Prawirohardjo, 2008).
Data pencatatan kohort ibu
50
kehamilan (Prawirohardj Variabel Bebas o, 2008).
Hipertiroid Kehamilan
Paritas
Jarak Kelahiran
hamil 2014
Hipertiroidism e merupakan respon kelenjar tiroid/gondok terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan (Dini Sulistyani , 2013). Paritas (Para)Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati (Prawirohardjo , 2009).
Data TSH Serum Ibu Hamil Tahun 2013 dan 2014 dari Laboratorium GAKI
1.Hipetiroid TSH Ordinal serum (<0,3µIU/ml)
Lembar Kuisioner, Kohort Ibu Hamil, dan Buku KIA
1. Berisiko Ordinal ≥ 4 anak 2.Tidak berisiko <4anak (Prawirohardjo, 2009)
Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan pertama dengan kehamilan berikutnya
Lembar Kuisioner, Kohort Ibu Hamil, dan Buku KIA
1.Berisiko Ordinal <2 tahun. 2.Tidak berisiko ≥2tahun (Kliegman, et, al, 2007).
2. Normal TSH serum (≥0,3µIU/ml) (WHO, 2001)
51
(DEPKES RI, 2001) LILA
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada wanita usia subur (Supariasa, 2002: 48-49).
Lembar Kuisioner, Kohort Ibu Hamil, dan Buku KIA
1.Berisiko, Ordinal LILA<23,5cm 2.Tidak berisiko, LILA ≥ 23,5 cm (Supariasa, I Dewa Nyoman 2002),
Kenaikan Berat Badan (BB)
Penambahan berat badan (BB) ibu pada masa kehamilan (Cunningham, dkk, 2005)
Lembar Kuisioner, Kohort Ibu Hamil, dan Buku KIA
1. Berisiko, Ordinal kenaikan BB (< 6kg atau >12 kg). 1. Tidak berisiko, kenaikan BB (612 g) atau 20% dari BB sebelum hamil (DEPKES RI, 2001).
Status Anemia
Keadaan kesehatan ibu hamil yang erat kaitannya dengan kadar Hb (Tinuk Istiarti, 2000).
Lembar Kuisioner Kohort Ibu Hamil, dan Buku KIA
1. Anemia, Hb< Ordinal 11 gr%. 2. Normal, Hb ≥11gr% (Tinuk Istiarti, 2000),
3.5.
JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian tentang hubungan status hipertiroid pada kehamilan dengan
riwayat
BBLR
di
Kabupaten
Magelang
merupakan
penelitian
analitik
52
observasional dengan desain kasus kontrol dilengkapi dengan kajian kualitatif dengan metode indepth interview. Metode Kasus Kontrol (case control study) yaitu rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan-penyakit dengan cara menentukan sekelompok orang yang berpenyakit (kasus) dan sekelompok orangorang yang tidak berpenyakit (kontrol), lalu membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Subjek penelitian dipilih berdasarkan kasus penyakit kemudian dilakukan pengamatan apakah subjek penelitian terpapar dengan faktor penelitian atau tidak dengan membandingkan status paparan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Desain ini dipilih dengan pertimbangan kekuatan hubungan sebab akibat rancangan studi case control lebih kuat daripada rancangan studi cross sectional. Studi kasus kontrol lebih mudah, dan jumlah sampel lebih sedikit jika dibandingkan dengan studi kohort. Faktor Risiko (+) Faktor Risiko (-)
Retrospektif (Kasus)
Efek + Populasi (Sampel )
Faktor Risiko (+) Faktor Risiko (-)
3.6.
Retrospektif (Kontrol)
Efek -
Gambar 3.2 Rancangan Penelitian Case Control Sumber : Notoatmodjo, 2010:42 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.6.1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010).
53
3.6.1.1. Populasi Kasus Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh bayi (BBLR) di Kabupaten Magelang yang lahir pada tahun 2014 yang berjumlah 815 bayi. 3.6.1.2.Populasi Kontrol Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir normal di Kabupaten Magelang pada tahun 2014. 3.6.2
Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan kontrol. 3.6.2.1 Sampel Kasus Sampel kasus dalam penelitian ini adalah bayi BBLR yang dilahirkan pada tahun 2014 dan memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah : 1.
Bayi BBLR (<2.500gr) yang lahir pada tahun2014.
2.
Bayi lahir hidup.
3.
Ibu bayi yang melakukan pemeriksaan kadar TSH serum di Laboratorium
GAKI, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang tahun 2013. 4.
Berdomisili di Kabupaten Magelang.
5.
Ibu bayi bersedia menjadi responden penelitian.
54
Dan kriteria eksklusi penelitian ini adalah
:
1. Bayi BBLR yang lahir pada tahun 2014 dan mengalami cacat bawaan atau kelainan kongenital. 2. Bayi kembar yang lahir pada tahun 2014. 3. Bayi prematur yang lahir di tahun 2014. 4. Bayi lahir mati atau stillbirth di tahun 2014. 3.6.2.2 Sampel Kontrol Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah ibu hamil dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah : 1.
Bayi yang lahir normal pada tahun 2014.
2.
Ibu bayi yang melakukan pemeriksaan kadar TSH serum di Laboratorium GAKI, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang tahun 2013.
3.
Berdomisili di Kabupaten Magelang.
4.
Ibu bayi bersedia menjadi responden penelitian.
Dan kriteria eksklusi penelitian ini adalah 1.
:
Bayi yang lahir normal pada tahun 2014 dan mengalami cacat bawaan atau kelainan kongenital.
2.
Bayi kembar yang lahir pada tahun 2014.
3.
Bayi prematur yang lahir di tahun 2014.
4.
Bayi lahir mati atau stillbirth di tahun 2014.
55
3.6.3
Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengambilan sampel dengan Teknik pengambilan sampel Proportionate Stratified Random Sampling adalah cara mengambil sampel dengan melihat unsur populasi yang bersifat heterogenitas dan memiliki tingkatan/ strata secara proporsional (Sugiyono, 2010: 119). Cara pengambilan sampel kasus dan kontrol diambil dari bayi yang lahir BBLR (< 2.500gr) dan bayi normal (≥ 2.500gr) di Kabupaten Magelang tahun 2014. Langkah pengambilan sampel kasus dan sampel kontrol adalah sebagai berikut : 1.
Melihat data BBLR dari UPT Puskesmas se Kabupaten Magelang tahun
2014. 2.
Membuat strata/tingkatan jumlah kasus BBLR dari masing-masing UPT Puskesmas se Kabupaten Magelang tahun 2014.
3.
Setiap tingkatan/strata diambil sejumlah subjek secara acak menggunakan rumus sebagai berikut : n= xN Keterangan:
n = subjek penelitian pada masing-masing tingkatan/strata x = jumlah populasi BBLR di masing-masing UPT Puskesmas di Kabupaten Magelang tahun 2014.
56
N = jumlah sampel yang telah ditentukan berdasarkan rumusan besaran sampel yaitu 41. 4. Jumlah subjek dari setiap tingkatan/strata adalah sampel penelitian. 3.6.4
Besar Sampel Penentuan besar sampel untuk sampel kelompok kasus dan kelompok
kontrol yang akan diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow (1997). Penghitungan besaran sampel ditentukan melalui perhitungan dari nilai OR (Ratio Odds) dari penelitian terdahulu yaitu Yusi, D 2010. Untuk menentukan besarnya sampel minimal yang terdapat dalam populasi maka digunakan rumus berikut : (Z √
√ (P1 P2)
Catatan: Q1= (1-P1), Q2= (1-P2), P= ½ (P1+P2), Q= 1-P,
P1(1-P2) P2(1-P1)
P2 = b/(b+d) ditetapkan dari kepustakaan penelitian sebelumnya P1= OR x P2/1- P2 + OR xP2 Keterangan : n1
= jumlah sampel minimal kelompok kasus
n2
= jumlah sampel minimal kelompok kontrol
Z
= nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96) Zβ
= nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)
sebesar diinginkan sebesar 20% yaitu 0,84%
57
P1
= Pro porsi paparan pada kelompok kasus
P2
= Proporsi paparan pada kelompok kontrol
OR`
= Odds Ratio (diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya)
(Satroasmoro S, 2011: 204 ; Sopiyudin D, 2005) OR= 2 (diperoleh dari penelitian Yusi D: 2010) P2 = 1.67(diperoleh dari hasil penelitian Yusi D :2010) OR x P2 1 P2 OR x P2 2 x 1.67 1 1.67 2 x 1.67 3.34/ ( 0.67) 3.34 2.67 1.67 0.67 1/2 (P1 P2) = 2.17 P 2.17
(Z √
√ (P1 P2)
(1,96√
√ (2.67 1.67)
58
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan rumus diatas, maka besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 41 responden. Perbandingan kasus dan kontrol 1:1, sehingga jumlah sampel yang didapat adalah 41 kasus dan 41 kontrol. Pembagian proporsi sampel berdasarkan pada jumlah sampel minimal yaitu 41 responden yang dibagi banyaknya puskesmas se Kabupaten Magelang yaitu 29 puskesmas, kemudian diambil 20 puskesmas sebagai sampel penelitian karena 9 puskesmas yang lain tidak memenuhi kriteria inklusi sampel penelitian. Distribusi sampel berdasarkan teknik proportionate stratified random sampling dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.2: Distribusi Sampel Penelitian Ibu Hamil Yang Melahirkan Bayi BBLR Di Kabupaten Magelang Tahun 2014
No
Puskesmas
Bayi BBLR (x)
1.
Salaman I
40
Perhitungan
Sampel (n) 2 1
2.
Salaman II
24
3.
Borobudur
47
4.
Salam
49
5.
Dukun
46
2
4
3
4
2 2 6.
Sawangan I
35 1
7.
Sawangan II
22
8.
Muntilan II
25
9.
Mungkid
20
1 2
59
1 10.
Mertoyudan II
10 2
11.
Tempuran
31
12.
Kajoran I
36
13.
Kaliangkrik
31
14.
Bandongan
50
2 2 3
4
1 15.
Candimulyo
17 1
16.
Pakis
27
17.
Grabag I
63
18.
Grabag II
17
3
5
1 2 19.
Tegalrejo
34 1
20.
Windusari Total Sampel
3.7.
Sumber Data
3.7.1
Data Primer
20 41
Data yang diambil dari responden atau sampel penelitian.. Pengambilan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada responden menggunakan kuesioner berupa data identitas responden, sosiodemografi, Berat Badan (BB) bayi saat dilahirkan, karakteristik ibu hamil, riwayat penyakit gondok dalam keluarga, riwayat pemeriksaan kelenjar tiroid yang pernah dikuti oleh responden dan riwayat konsumsi kapsul iodium. Data hasil pemeriksaan TSH serum ibu hamil tahun 2013 dari laboratorium GAKI. 3.7.2
Data Sekunder
60
3.7.3
Data sekunder diperoleh peneliti dari UPT Puskesmas Kabupaten Magelang tentang data jumlah kasus BBLR pada tahun 2014 dan data laporan kohort ibu hamil, beserta data tentang palpasi (TGR) ibu hamil.
3.8
Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data
3.8.1
Instrumen Penelitian Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013:102). Instrumen penelitian atau alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.8.1.1 Data Kohort Ibu Hamil ( Buku KIA) Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang identitas responden, status anemia (Hb) ibu hamil, status gizi ibu hamil (LILA dan kenaikan BB selama hamil), dan umur saat hamil. 3.8.1.2 Pedoman Wawancara Kualitatif dan Kuisioner Pedoman wawancara kualitatif merupakan instrument penelitian yang berisi pedoman pertanyaan kualitatif yang berkaitan dengan fokus penelitian supaya wawancara penelitian tidak menyimpang dari tujuan penelitian, dimana tujuan penelitian ini ingin mengetahui hubungan status hipertiroid pada kehamilan dengan riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
61
Wawancara
dilakukan
untuk
memperoleh
data
primer
dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat. Kuesioner digunakan untuk pengambilan data mengenai identitas responden, sosiodemografi,
karakteristik ibu hamil,
riwayat penyakit gondok dalam keluarga, riwayat pemeriksaan kelenjar tiroid yang pernah dikuti oleh responden, riwayat konsumsi makanan goitrogenik dan riwayat konsumsi kapsul iodium. 3.8.1.3 Alat Perekam Alat perekam (tape recorder) digunakan untuk merekam sewaktu obrolan peneliti dengan informan atau responden berlangsung. Pada penelitian ini peneliti menggunakan handphone (HP) sebagai alat perekam dan pendukung penelitian. Instrumen ini memiliki keuntungan dapat diamati dan didengar secara berulangulang sehingga memungkinkan mengadakan analisis secara teliti, memberikan dasar yang kuat dan mudah untuk dilakukan pengecekan ulang. Namun, terdapat kelemahan
pada
alat
ini
yaitu
memakan waktu, biaya, dan situasi latar
pengamatan terganggu (Lexy J. Moleong, 2007:180). 3.8.2
Validitas Instrumen Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui instrumen yang valid dan sahih, maka kuesioner diuji validitasnya menggunakan uji product moment. Suatu instrumen dikatakan valid apabila korelasi tiap butir memiliki nilai positif dan nilai r hitung > r tabel (Notoatmodjo S, 2010:164). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner diujikan pada selain responden,
62
yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden yang akan diteliti maka dipilih Puskesmas Magelang Utara. Untuk menguji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment: r=
√{
}
Keterangan : r = Koefisien validitas item yang dicari N = jumlah responden χ = skor yang diperoleh subyek dalam setiap item у = skor yang diperoleh subyek dalam setiap item Σ χ = jumlah skor dalam variabel χ Σ у = jumlah skor dalam variabel у Item pertanyaan dinyatakan valid apabila r yang diperoleh dari hasil pengujian setiap item lebih bedar dari r tabel (r hasil > r tabel). Pengujian validitas instrument pada penelitian ini menggunakan program komputer, dimana hasil akhirnya (r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel Product moment pearson. Dasar pengambilan keputusan dari uji validitas tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid.
2.
Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.
3.8.3
Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan berkali-kali.
63
Penentuan reliabilitas instrumen, hasil uji coba ditabulasi dalam tabel dan analisis data dicari varian tiap item kemudian dijumlahkan menjadi varian total. Dinyatakan reliabel jika r alpha positif > r tabel (Notoatmodjo S, 2010:168). Uji reliabilitas instrumen untuk pertanyaan yang valid diuji dengna rumus alpha cronbach dengan bantuan komputer SPSS Windows 17.00. Rumus yang digunakan adalah : R11= (
∑
)(
)
Keterangan: R11= Reliabilitas instrument k= Banyaknya butir pertanyaan ∑
= Jumlah butir varians = Varians total
Item pertanyaan dikatakan reliabel apabila r 11 yang diperoleh dari hasil pengujian setiap item soal lebih besar dari r tabel ( r11 > r tabel). 3.8.4.
Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data yang dalam penelitian adalah sebagai berikut :
3.8.4.1 Wawancara Wawancara
adalah
suatu
metode
yang
dipergunakan
untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin,dilengkapi dengan kajian kualitatif
64
menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) . Wawancara terpimpin yakni wawancara yang dilakukan dengan pedoman-pedoman berupa kuesioner. Pedoman
dalam
kuesioner
disusun
dari
variabel-variabel
yang
diteliti
(Notoatmodjo S, 2010). Jenis wawancara mendalam (indepth interview) yang akan dilakukan yaitu pendekatan menggunakan petunjuk
umum
wawancara.
Jenis
ini
mengharuskan peneliti membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan yang diperlukan, dan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui hubungan antara status hipertiroid pada kehamilan dengan riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014. 3.9
PROSEDUR PENELITIAN
3.9.1
Tahap Pra Penelitian Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah: 1. Pengambilan data awal tentang hasil uji TSH serum di Laboratorium GAKY tahun 2012-2014 dan pengambilan data laporan tahunan BBLR dari tahun 2011-2014
dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang guna penyusunan proposal skripsi. 2. Pengambilan data laporan tahunan BBLR di tahun 2014 dari UPT Puskesmas Kabupaten Magelang. 3. Menyusun rancangan penelitian. 4. Menentukan sampel yang akan diteliti.
65
5. Mengurus perizinan. 6. Menyiapkan instrument penelitian untuk mengumpulkan data primer. 3.9.1
Tahap Penelitian Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan
penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian meliputi : 1. Menyeleksi bayi BBLR yang memenuhi criteria inklusi dan ekslusi serta tercatat dalam kohort ibu hamil di masing-masing UPT Puskesmas Kabupaten Magelang. 2. Menemui responden secara langsung. 3. Mewawancarai subjek penelitian mengenai riwayat kehamilan dan kelahiran bayi pada masa lampau (recall) menggunakan kuisioner yang sudah disusun di dalam instrumen penelitian. 4. Mencatat data kohort ibu hamil yang melahirkan bayinya di tahun 2014 5. Mendokumentasikan penelitian dalam bentuk foto. 3.9.2
Tahap Post Penelitian Akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan pada saat setelah selesai
penelitian adalah: 1.
Pengumpulan data setelah dilakukan wawancara
2.
Analisis data univariat, bivariat dan multivariat
3.
Penyusunan skripsi
66
Setelah data primer dari masing-masing kelompok terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data kuantitatif secara terkomputerisasi dengan menggunakan software komputer. Dalam penyusunan laporan ini, peneliti juga melakukan konsultasi-konsultasi dengan pembimbing untuk membuat laporan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. 3.10
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data, mulai dari
membuat editing, koding, skoring dan tabulasi. Langkah pengolahan data adalah sebagai berikut : 3.10.1 Teknik Pengolahan Data Setelah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara entri data, editing, koding, dan tabulasi. 3.10.1.1 Editing Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, dan konsisten. 3.10.1.2 Coding Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Pemberian kode bertujuan untuk mempermudah analisis data dan entry data.
67
3.10.1.3 Entry Data Memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam perangkat computer untuk selanjutnya diolah. 3.10.1.4 Tabulasi Tabulasi dimaksudkan untuk memasukkan data ke dalam tabel-tabel dan mengatur angka-angka serta mengelompokkan data sesuai variabel dan kategori penelitian sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori. Langkah selanjutnya yakni analisis data. Teknik analisis data pada penelitian ini diolah secara statistik dengan menggunakan bantuan program komputer, melalui dua jenis analisis yaitu: 3.10.2. Teknik Analisa Data 3.10.2.1
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat bermanfaat untuk melihat apakah data telah layak untuk dianalisis, melihat gambaran data yang dikumpulkan dan apakah data telah optimal untuk dianalisis lebih lanjut selain itu digunakan untuk menggambarkan variabel bebas dengan variabel terikat yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi (Notoatmodjo S, 2010: 182).
68
3.10.2.6
Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan menggunakan nilai kemaknaan atau p sebesar 5%. Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Tabel 3.3 Matriks perhitungan Odds Ratio (OR)
Faktor risiko
Ya Tidak Jumlah
Ya (kasus) A C A+C
Disabilitas Tidak (kontrol) B D B+D
Jumlah A+B C+D A+B+C+D
Keterangan : Sel A : kasus mengalami pajanan Sel B
: kontrol mengalami pajanan
Sel C
: kasus tidak mengalami pajanan
Sel D
: kontrol tidak mengalami pajanan
Untuk menentukan variabel bebas sebagai hubungan atau bukan dilakukan uji OR dengan menghitung nilai Confident Interval (CI) 95% OR.Rumus menghitung OR adalah sebagai berikut (Sudigdo Sastroasmoro, 2011) : OR = Odds pada kelompok kasus : Odds pada kelompok kontrol = (Proporsi kasus dengan faktor risiko) / (proporsi kasus tanpa faktor risiko) (Proporsi kontrol dengan faktor risiko)/(proporsi kontrol tanpa faktor risiko)
69
= a/(a + c) : c/(a + c) b/(b + d) : d/(b + d) = a/c b/d = ad bc Interpretasi nilai Odds Ratio (OR) : 1. OR > 1, dan 95% CI tidak mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor resiko terjadinya BBLR. 2. OR > 1, dan 95% CI mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti belum merupakan faktor resiko terjadinya BBLR. 3. OR = 1, dan 95% CI mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor resiko terjadinya BBLR. 4. OR < 1, dan 95% CI tidak mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi risiko terjadinya tekanan darah tidak terkendali. 5. OR < 1, dan 95% CI mencakup angka 1 , menunjukkan bahwa faktor yang diteliti belum tentu merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi risiko terjadinya BBLR (Sudigdo Sastroasmoro, 2011).
70
3.10.2.7
Analisis Multivariat
Analisis bivariat hanya akan menghasilkan hubungan antara dua variabel yang bersangkutan (variabel independen dan variabel dependen). Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen, harus dilanjutkan lagi dengan melakukan analisis multivariat (Notoatmodjo, 2010: 184). Analisis multivariate dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara sebuah paparan dan penyakit (yang diukur biner) dan untuk mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu potensial yang bisa mempengaruhi variabel dependen/ variabel terikat. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Analisis regresi logistic digunakan untuk untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data dikotomik / biner dengan variabel bebas yang berupa data numerik (skala interval) dan atau kategorik (Hosmer dan Lemeshow, 1989).
Dalam penelitian ini
hubungan antara variabel kovariat (riwayat konsumsi kapsul iodium, riwayat konsumsi bahan makanan goitrogenik, riwayat penyakit grave’s dalam keluarga, karakteristik ibu hamil (paritas, usia ibu saat hamil, jarak kelahiran, status anemia ibu hamil dan status gizi ibu hamil) dianalisis dan dapat dapat diketahui bahwa faktor independen (variabel kovariat)
manakah yang erat hubungannya atau
sangat mempengaruhi variabel dependen/ variabel terikat (Riwayat Kelahiran BBLR). Analisis ini menggunakan SPSS dengan tingkat kemaknaan 95%. Seluruh variabel bebas dimasukan bersama-sama dengan uji Binary Logistic untuk melakukan seleksi
kandidat. Variabel bebas yang lolos seleksi yang memiliki nilai p<0,25.
71
Kemudian lakukan kembali uji Binary Logistic dengan memasukan seluruh variabel bebas yang memenuhi syarat seleksi. Hasil yang dipilih menjadi variabel bebas yang paling memiliki hubungan yang tinggi terhadap variabel terikat adalah variabel yang memiliki nilai p (p-value) paling kecil. Rumus analisis regresi logistic adalah sebagai berikut
:
F (q) = 1/1 +e (a+b1x1 + b2x2 + b3x3………………. + bixi) Keterangan
:
F (q) atau p
: probabilitas untuk mengalami “peristiwa” (penyakit, kematian)
A
: konstanta yang sering disebut intersep
B1B2…………., Bk: Koefisien regresi variabel prediktor (independen, bebas, pengaruh, penjelas, kovariat ) yang sering disebut lereng atau slope X1, X2………., Xk : variabel prediktor yang pengaruhnya akan diteliti. 3.10.2.4
Analisis Kualitatif
3.10.2.4.1
Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu proses pemlihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
72
catatan-catatan tertulis di lapangan dan reduksi data berlangsung terus menerus selama
penulisan
berlangsung kemudian catatan lapangan tersebut
dirangkum, di ikhtisarkan atau diseleksi dan bisa dimasukkan pada tema atau permasalahan yang sama. 3.10.2.4.2
Displai Data
Displai data dapat digunakan untuk mebantu peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Displai data dilakukan setelah dilakukan reduksi data untuk masing-masing pola, kategori, focus, tema yang akan difahami dan dimengerti inti permasalahannya. 3.10.2.4.3
Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan kegiatan analisis data kualitatif terletak pada pelukisan atau penuturan tentang apa yang dihasilkan, dapat dimengerti berkenaan dengan suatu masalah
yang
diteliti.
Dalam
hal
ini
akan
sangat
bergantung
pada
kemampuan peneliti dalam merinci fokus masalah yang benar-benar menjadi pusat perhatian untuk
ditelaah
secara
mendalam,
melacak,
mencatat,
mengorganisasikan setiap data yang relevan untuk masing-masing fokus masalah yang telah ditelaah.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan status hipertiroid pada kehamilan dengan riwayat kelahiran bayi BBLR di Kabupaten Magelang dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Faktor yang menunjukkan hubungan dengan kejadian BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014 berdasarkan analisis bivariat adalah LILA, kenaikan berat badan (BB) ibu hamil dan status anemia. 2. Hasil analisis multivariat, faktor yang menunjukkan hubungan dengan kejadian BBLR adalah status hipertiroid (p-value=0,052; OR=2,839; 95%CI=
0,993-8,121),
kenaikan
BB
(p-value=0,061;
OR=0,119;
95%CI=0,013-1,100), dan status anemia (p-value=0,002; OR= 0,182; 95%CI=0,063-0,532 3. Ibu hamil yang memiliki status hipertiroid kehamilan, kenaikan BB berisiko (<6kg atau >12 kg) dan memiliki status anemia (Hb<11gr%) akan memiliki probabilitas sebesar 89% untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah.. 6.2
SARAN
6.2.1 Bagi Dinas Kesehatan 1. Menetapkan kebijakan berupa penyediaan anggaran kesehatan untuk pelaksanaan program pemeriksaan lengkap kehamilan, pemeriksaan
116
117
fungsi kelenjar tiroid (TSHs, FT4, T3, T4 dan TSH BS) bagi ibu hamil sebagai evaluasi maslah GAKI dan untuk mengurangi kejadian BBLR di Kabupaten Magelang sesuai dengan Keputusan Bupati Magelang nomor: 188.45/365/KEP/21/2013. 2. Memberikan feedback hasil pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid ( TSHs) ibu hamil dan TSH BS kepada tiap-tiap layanan kesehatan atau puskesmas yang mengirimkan untuk sesegera mungkin ditindak lanjuti sesuai penanganan medis. 6.2.2 Bagi Puskesmas se Kabupaten Magelang 1. Melakukan rekap data secara lengkap setiap ada program gizi terutama yang berhubungan dengan masalah GAKI seperti pemeriksaan TSHs, TSH BS neonatal dan lain-lain serta menyimpan file atau berkas tersebut karena dibeberapa puskesmas dijumpai kesulitan dalam pencarian data karena file tidak tersimpan secara rapi dan benar. 2
Menyediakan media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang hipertiroid kehamilan dan risiko komplikasi pada kehamilan.
3
Memberikan informasi hasil test yang positif hipertiroid kehamilan dan hasil test laboratorium yang mengarah pada diagnosa komplikasi kehamilan pada pasien selanjutnya untuk bisa ditindak lanjuti dengan penenganan medis.
4
Memberikan edukasi dan informasi bagi ibu hamil tentang tata cara meminum tablet besi (Fe) pada malam hari menjelang tidur untuk
118
mengurangi efek mual dan eneg diperut serta sebaiknya diminum dengan air putih atau air jeruk untuk membantu proses penyerapan zat besi. 6.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Meneliti hubungan kadar TSHs dengan riwayat kelahiran BBLR dan komplikasi kehamilan yang bisa muncul dengan desain penelitian kohort prospektif
jadi
perjalanan
kehamilan
responden
diikuti
untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih efektif dan bisa menunjukkan komplikasi yang terjadi selama kehamilan. 2. Meneliti faktor-faktor tentang hipertiroid pada kehamilan dengan desain penelitian yang berbeda dan memperbanyak sampel penelitian. 3. Melakukan kajian kualitatif yang lebih mendalam tidak hanya dengan responden penelitian dan petugas kesehatan tetapi juga dengan petugas laboratorium GAKI bagian gizi dan analis kesehatan. 4. Dapat mengembangkan penelitian dengan metode lain dan mencari korelasi antara riwayat kelahiran BBLR dengan variabel yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ruswana, 2005, Biosintesis, Sekresi dan Mekanisme Kerja Hormon, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung. Batubara, W.R., 2010, Penegakan Diagnosis Penyakit Graves, Skripsi, Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Bonnie, E, et al, First-Week Protein And Energy Intake Are Associated With 18Month Developmental Outcomes in Extremely Low Birth Weight Infants, Pediatric, Vol 123, No.5, May 2009. Buku Saku Kesehatan Jawa Tengah Tribulan 3, 2014, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2015. Choirunnisa, Miftahani, 2010, Hubungan Kenaikan BB< LILA, Kadar Hb Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian BBLR Di Kota Surakarta, Skripsi, Universitas Negeri Surakarta. Chowdhry, Parveen, et al, 2014, Results of Controlled Double-Blind Study of Thyroid Replacement in Very Low-Birth-Weight Premature Infants with Hypothyroxinemia, American Journal of Pediatrics, Vol 73, No.301, Oktober 2014, (http://pediatrics.appublications.org/content/73/3/301.full.html). Depkes RI, 2010, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2010, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. ------------, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2013, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang. ------------,2014, Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2014, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Dinas KesehatanKabupaten Magelang, 2013, Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2031, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang,Magelang. ------------, 2014, Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2014, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang,Magelang.
120
De Groot Leslie, et al, 2012, Management Of Thyroid Dysfunction During Pregnancy And Postpartum, Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, No.97, 2012: 2543–2565. Depkes RI, 2003, Gizi Dalam Angka Sampai Dengan 2000/2001, Depkes RI, Jakarta. Depkes RI, 2005, Buku Pedoman Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan, Perawat, Maternal Dan Neonatal Health, Depkes RI, Jakarta. Eunike R. Rustiana, 2005, Psikologi Kesehatan, Semarang: Universitas Negeri Semarang Press. Garry, Dimitry, 2013, Penyakit Tiroid Pada Kehamilan, CDK-206, Vol 2, No.7, 2013. Gernauli P, Imelda, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Kolinesterase Pada Perempuan Usia Subur Di Daerah Pertanian, Tesis, Universitas Diponegoro. Guyton,1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC Kedokteran, Jakarta. Handayani, S dan Umi Roziqoh, 2008, Paritas Dengan Kejadian BBLR Di RUSP dr.Soeradji Klaten, Jurnal Maternitas, Skripsi, Stikes Klaten. Istiarti, T, 2000, Menanti Buah Hati, Media Pressindo, Yogyakarta. Kania, Nia, dkk, 2013, Hubungan Kadar TSH Dengan Maturitas Dan Umur Pascanatal Pada Masa Neonatal Dini, Tesis, Universitas Padjajaran. Kartika Sari, Noni, dkk, 2013, Hubungan Riwayat Pajanan Pestisida Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 April, 2013. Keputusan Bupati Magelang, 2013, Keputusan Bupati Magelang Nomor 188.45/365/KEP/21/13tentangPembentukan Tim Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Dan Pengawasan Garam Beryodium Di Kabupaten Magelang. Kliegman, et, all, 2007, Maternity and Pediatric Nursing, Library Of Congress Cataloging In Publication Data: China.
121
Kooistra, Libbe, et al, 2006, Neonatal Effects of Maternal Hypothyroxinemia During Early Pregnancy, Jurnal of Pediatric, Vol 117, No.1, January 2006, (http://pediatrics.appublications.org/content/117/1/161.full.html). Kusrini, Ina dan Prihatin Broto, 2010, Karakteristik Klinis Penderita Hipertiroid Di Daerah Endemik Dan Non Endemik GAKI, Vol 2, No.1, Juni 2010. Labir, I Ketut, dkk, 2013, Anemia Ibu Hamil Trimester I dan II Meningkatkan Risiko BBLR Di RSUD Wangaya Denpasar, Jurnal of Public Health and Preventive Medicine Archieve, Vol 2, No.1, Juli 2013. Lemeshow, Stainley et al, 1997, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Gajah Mada Unniversity Press, Yogyakarta. Linda, 2014, Hubungan Kenaikan BB Dan LILA Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang, Volume 8, No. 1, Februari 2014. Manuaba, Ida Bagus, (1998) ,Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Marmi, dkk, 2011, Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Mochtar, Rustman, 2011, Sinopsis Obstetri Jilid 2, EGC, Jakarta. Mutianingsih, Rosa, 2012, Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Kejadian Ikterus, Hipoglikemi Dan Infeksi Neonatorum Di RSUP NTB Tahun 2012, Tesis, Universitas Brawijaya Malang. Notoatmodjo S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), Rineka Cipta, Jakarta. Nurcahyani, Yusi D dan Suryati Kumorowulan, 2010, Hubungan Antara Status TSH Ibu Hamil Dengan Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran Di Daerah Endemik GAKI, Jurnal MGMI, Vol 1, No.3, Desember 2010: 78-119. Ogilvy-Stuart, et al, 2002, Neonatal Thyroid Disorders, Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed, No.8, May 2002: 165-171, (http:// www.archdischild.com). Parravicini, Elvira, et al, 2014, Iodine, Thyroid Function, and Very Low Birth Weight Infants, American Journal of Pediatric, Vol 98, No. 730, Oktober 2014, (http://pediatris.appublications.org/content/98/4/730.full.html).
122
Pesce L and Peter Kopp, 2014, Iodide Transport: Implications For Health And Disease, International Journal of Pediatric Endocrinology, Vol 1, No.8, 2014, (http://www.jjpeonline.com/content/2014/1/8). Phoojaroenchanachai, et al , 2001, Effect Of Maternal Hyperthroidism During Late Pregnancy On The Risk Of Neonatal Low Birth Weight, Journal Clinical Endocrinology, Vol.54, No.3: 365-370, 2001. Prawirohardjo, 2006, Ilmu Kebidanan ( Edisi Ketiga), Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Proverawati, A.,& Ismawati, C, 2010, Berat Bayi Lahir Rendah, Yogyakarta: Nuha Medika. Rasyid, Puspita S, dkk, 2012, Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo Tahun 2012, Tesis, Universitas Hassanudin. Sastroasmoro, S, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta. Setiyobudi, B, dkk, 2012, Hubungan Paparan Pestisida pada Masa Kehamilan dengan Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 12 , No. 1 , April 2013. Sitorus, RH, 1996, Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu Dan Janin Selama Kehamilan, CV. Pionir Jaya, Bandung. Soetjiningsih, 2012, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC. Soekidjo Notoatmodjo, 2012,Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Sulistyanti, Dini, 2013, Analisis Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Dengan Hipertiroid Pasca Tiroidektomi Di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, Skripsi, Universitas Indonesia.
123
Sulistyani, Retno, 2013, Gambaran Konsumsi Garam Iodium, Kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon) Dan Kadar UIE (Urine Iodium Excretion) Pada Ibu Hamil, Skripsi, Universitas Diponegoro. Supadmi, S, dkk, 2007, Hubungan Hipertiroid Dengan Aktivitas Kerja Pada Wanita Usia Subur, Vol 23, No.3, September 2007. Supariasa I. D. N., Bakri B., &Fajar I, 2002, Penilaian Gtatus Gizi, Jakarta: EGC. Tazkiah, M, dkk, 2013, Determinan Epidemiologi Kejadian BBLR Pada Daerah Endemis Malaria Di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol 1, No. 2, September 2013: 266-276. Umar, Husaini, dkk, 2010, Hasil Kehamilan Pada Penderita Hipertiroidisme, Jurnal Medicinus, Vol.23, No.2 Juni-Agustus, 2010. Widman, France K. 2003. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC Kedokteran Edisi 9, Jakarta. Widodo, US, dkk, 2013, Status GAKI Ibu Hamil Kaitannya Dengan Pola Konsumsi Pangan Dan Aktifitas Fisik Di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, Vol 2, No.1, Januari-Juni 2011 : 15-27. William, et al, 2003, Associations Between Peak Serum Billirubin and Neurodevelopmental Outcomes in Extremely Low Birth Weight Infants, American Journal of Pediatric, Vol 112, No. 4, October 2003, (http://pediatrics.appublications.org/content/112/4/773.full.html).
124
Lampiran 1
125
Lampiran 2
126
127
128
Lampiran 3
129
130
131
132
133
Lampiran 4
134
135
Lampiran 5
136
Lampiran 6
KUESIONER ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
Petunjuk Pengisian Kuesioner Informan Awal 1. Pertanyaan pada kuesioner ditujukan langsung kepada responden. 2. Jawaban diisi oleh pewawancara dengan menanyakan langsung kepada responden. 3. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya dan sejujurjujurnya. 4. Apabila responden mempunyai keterbatasan komunikasi sertakan pendamping (keluarga/orang terdekat responden) 5. Membuat tanda silang (X) atau centang (√) pada jawaban yang dipilih.
A. Identitas Responden Nama
:
Alamat
:
Hari/Tanggal
:
Kategori Responden : B. Sosiodemografi
Kasus
Kontrol
137
Usia saat ini
:
tahun
Jenis Kelamin Bayi
:
Laki-laki
Perempuan
Status Pekerjaan Ibu
:
Bekerja
Tidak Bekerja
Status Perkawinan saat ini
:
Kawin
Tidak Kawin
*Catatan
: Belum kawin, janda, duda termasuk dalam tidak kawin
Berat Badan Bayi (BB) saat dilahirkan Pendidikan
:
:
kg
Tidak Bersekolah SD SMP SMA PT
Pendapatan
: < Rp.500.000 per Bulan Rp. 500.000 - 1.500.000 per Bulan > Rp.1.500.000 per Bulan
Pekerjaan Suami
: a. Buruh/Karyawan Swasta Petani Pedagang/Wiraswata PNS
138
Karakteristik Ibu Hamil Usia ibu saat hamil
:
Berat Badan (BB) saat hamil : Tinggi Badan (TB)
:
Jumlah paritas atau anak yang dilahirkan hidup:
<4 anak
≥4anak
Jarak ibu melahirkan seorang bayi
<2 tahun
≥2tahun
:
≥ 7kg
Kenaikan Berat Badan (BB) ibu selama hamil :
< 7kg
Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu saat hamil :
<23,5 cm ≥ 23,5cm
Status anemia(Hb) ibu selama hamil
:
<11gr%
Riwayat penyakit gondok
:
YA
TIDAK
Riwayat penyakit gondok pada keluarga
:
YA
TIDAK
≥ 11gr%
C. Riwayat Kesehatan Ibu sebelum Hamil
Riwayat pernah mengikuti pemeriksaan fungsi Kelenjar tiroid (diisi peneliti) : YA TIDAK Riwayat pernah mengkonsumsi kapsul iodium:
YA TIDAK
139
PEDOMAN KUISINOER WAWANCARA KUALITATIF ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
1. Apakah selama ibu hamil, ibu pernah diambil darahnya oleh petugas kesehatan setempat dan diperiksa di GAKI Borobudur ? (jika YA/ Pernah, saat kehamilan berapa bulan ….! ) 2. Apakah selama hamil, ibu mengetahui bahwa ibu mengetahui hasil dari pemeriksaan darah di GAKI tersebut ? ( jika mengetahui, dari mana ibu mengetahui sumber informasi tersebut. Sebutkan…!) 3. Apakah ibu merasakan keluhan saat hamil seperti : berat badan turun terus tapi nafsu makan normal, bengkak tungkai bawah, tremor, banyak mengeluarkan keringat, nafas terengah-engah dan denyut nadi serta detak jantung cepat, cepat lelah saat beraktivitas, pusing, kepala berat dan sering keluar keringat dingin di malam hari ? 4.
Berapa lama ibu mengalami gejala tersebut?
5. Apakah ibu pernah mendapatkan pengobatan secara medis dan mendapat kapsul seperti minyak ikan dari puskesmas atau layanan kesehatan setempat ? (Jika iya, kapan dan berapa kali mendapat pengobatan. Sebutkan….!) 6. Apakah jenis makanan yang sering ibu konsumsi selama hamil ? (Tolong sebutkan dengan jelas…!), bagaimana dengan konsumsi protein seperti telur, ikan, bandeng, daging dll ? (Jika mengkonsumsi, berapa kali dalam seminggu…!)
7. Apakah ibu pernah mengalami keguguran dalam kehamilan dan perdarahan selama hamil ?
140
Lampiran 7 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
A. KELOMPOK KASUS
No. Responden Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24
Umur (TH) 28 30 32 31 23 19 23 20 23 20 27 27 24 23 17 24 34 43 30 22 24 25 24 23
Umur Hamil (BLN) 5 bln 7 bln 5.5 bln 5 bln 4 bln 3 bln 5 bln 5.5 bln 4 bln 3 bln 5 bln 5 bln 8 bln 4.5 bln 4 bln 3 bln 4 bln 6.5 bln 2.5 bln 7 bln 2.5 bln 3 bln 6 bln 6 bln
Alamat
Hipertiroid µIU/ml
Borobudur Borobudur Borobudur Sawangan Sawangan Sawangan Kajoran Kajoran Kajoran Salaman Salaman Grabag Grabag Grabag Grabag Grabag Mungkid Mungkid Kaliangkrik Kaliangkrik Kaliangkrik Windusari Bandongan Bandongan
0.07 0.03 0.24 5.48 0.38 0.1 0.26 2.59 0.79 0.01 0.13 0.06 0.04 1.63 0.4 1.41 0.27 1.27 0.06 0.01 1.22 0.07 0.07 3.13
Kategori Hipertiroid Hipertiroid Hipertiroid Normal Normal Hipertiroid Hipertiroid Normal Normal Hipertiroid Hipertiroid Hipertiroid Hipertiroid Normal Normal Normal Hipertiroid Normal Hipertiroid Hipertiroid Normal Hipertiroid Hipertiroid Normal
Riwayat Kelahiran Bayi Gram Kategori 2300 BBLR 2350 BBLR 2400 BBLR 2450 BBLR 2450 BBLR 2200 BBLR 2400 BBLR 1200 BBLR 1100 BBLR 2400 BBLR 2450 BBLR 2000 BBLR 2300 BBLR 2200 BBLR 1200 BBLR 1400 BBLR 2100 BBLR 2450 BBLR 2400 BBLR 2450 BBLR 1150 BBLR 2100 BBLR 2300 BBLR 1800 BBLR
141
Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30 Responden 31 Responden 32 Responden 33 Responden 34 Responden 35 Responden 36 Responden 37 Responden 38 Responden 39 Responden 40 Responden 41
34 37 30 31 34 26 38 20 18 32 23 24 29 24 36 25 27
4 bln 7 bln 4 bln 4.5 bln 2 bln 5.5 bln 4 bln 3 bln 5 bln 5.5 bln 6 bln 7 bln 4 bln 8 bln 7 bln 5.5 bln 8 bln
Bandongan Bandongan Candimulyo Candimulyo Candimulyo Tempuran Tempuran Tempuran Secang Secang Tegalrejo Tegalrejo Mertoyudan Muntilan Muntilan Muntilan Dukun
2.42 2.5 2.32 4.02 1.12 0.03 0.23 0.61 0.01 0.24 3.23 0.59 0.09 2.94 0.05 0.08 0.01
Normal Normal Normal Normal Normal Hipertiroid Hipertiroid Normal Hipertiroid Hipertiroid Normal Normal Hipertiroid Normal Hipertiroid Hipertiroid Hipertiroid
2400 2300 2450 2200 1400 2100 2300 2100 2300 2400 1300 1800 2400 1900 2450 2300 2000
BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR BBLR
B. KELOMPOK KONTROL
No. Responden
Umur Umur (TH) Hamil
Responden 1 Responden 2
28 24
Responden 3 Responden 4
22 25
Responden 5 Responden 6 Responden 7
22 30 38
Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12
26 19 22 25 27
2.5 bln 4 bln 5.5 bln 5 bln 2.5 bln 4 bln 7 bln 7.5 bln 3 bln 3 bln 3 bln 3 bln
Alamat
Hipertiroid µIU/ml
Kategori
Riwayat Kelahiran Gram Kategori
Kaliangkrik Kaliangkrik
0.05 Hipertiroid 1.73 Normal
3100 BBLN 3300 BBLN
Kaliangkrik Sawangan
0.01 Hipertiroid 0.83 Normal
3250 BBLN 3000 BBLN
Windusari Bandongan Mungkid
0.67 Normal 3.77 Normal 0.05 Hipertiroid
3300 BBLN 3000 BBLN 3700 BBLN
Mungkid Borobudur Borobudur Borobudur Bandongan
2.6 0.97 1.34 0.05 2.3
2500 3000 3400 2700 3800
Normal Normal Normal Hipertiroid Normal
BBLN BBLN BBLN BBLN BBLN
142
Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16
20 23 26 25
Responden 17
23
Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21
20 22 30 26
Responden 22 Responden 23 Responden 24
25 20 22
Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30 Responden 31
18 30 25 30 34 19 24
Responden 32 Responden 33 Responden 34 Responden 35 Responden 36
28 24 25 36 32
Responden 37 Responden 38 Responden 39
36 35 24
Responden 40 Responden 41
30 32
4.5 bln 5 bln 4 bln 6 bln 5.5 bln 2.5 bln 6 bln 3 bln 3 bln 4.5 bln 6 bln 5bln 2.5 bln 5 bln 2 bln 6 bln 3 bln 3 bln 2 bln 3.5 bln 4 bln 2 bln 3 bln 4 bln 7.5 bln 7 bln 4 bln 5.5 bln 5 bln
Bandongan Bandongan Salaman Salaman
2.46 0.26 0.03 0.03
Normal Hipertiroid Hipertiroid Hipertiroid
Grabag
0.16 Hipertiroid
3300 BBLN
Grabag Grabag Grabag Grabag
2.47 2.86 0.81 0.79
3800 2600 2750 2550
Sawangan Sawangan Kajoran
1.11 Normal 2.81 Normal 3.73 Normal
3000 BBLN 3200 BBLN 2900 BBLN
Kajoran Kajoran Candimulyo Candimulyo Candimulyo Tempuran Tempuran
1.86 0.14 1.68 0.09 1.75 0.03 0.04
Normal Hipertiroid Normal Hipertiroid Normal Hipertiroid Hipertiroid
2600 3100 2700 2900 3500 2700 3100
BBLN BBLN BBLN BBLN BBLN BBLN BBLN
Tempuran Secang Secang Tegalrejo Tegalrejo
3.65 1.27 4.88 0.26 0.05
Normal Normal Normal Hipertiroid Hipertiroid
2550 2800 2900 3800 3200
BBLN BBLN BBLN BBLN BBLN
Mertoyudan Muntilan Muntilan
0.03 Hipertiroid 1.19 Normal 0.19 Hipertiroid
3500 BBLN 2750 BBLN 3000 BBLN
Muntilan Dukun
0.25 Hipertiroid 0.03 Hipertiroid
2600 BBLN 3100 BBLN
Normal Normal Normal Normal
3000 4000 3000 3300
BBLN BBLN BBLN BBLN
BBLN BBLN BBLN BBLN
143
Lampiran 8 REKAPITULASI HASIL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 A. Hasil Bivariat Nama Status Responden Hipertiroid Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16
Usia
Paritas
Jarak LILA Kelahiran
Kenaikan BB
Status anemia
Status BBLR
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
11
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
144
Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30 Responden 31 Responden 32 Responden 33 Responden 34 Responden 35 Responden 36 Responden 37 Responden
1
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
1
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
2
2
1
1
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
145
38 Resp1onden 39 Responden 40 Responden 41 Responden 42 Responden 43 Responde n 44 Responden 45 Responden 46 Responden 47 Responden 48 Responden 49 Responden 50 Responden 51 Responden 52 Responden 53 Responden 54 Responden 55 Responden 56 Responden 57 Responden 58 Responden 59
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
0
2
2
2
1
1
2
1
0
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
1
2
1
0
2
2
2
2
2
2
2
0
1
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
1
2
1
0
2
2
2
1
1
2
1
0
2
2
2
2
1
2
2
0
1
2
2
2
1
2
2
0
1
2
2
2
1
2
2
0
2
2
2
2
1
2
2
0
1
2
2
2
1
2
1
0
1
2
2
2
2
2
2
0
1
2
2
2
2
2
2
0
1
2
2
2
1
2
2
0
2
2
2
2
1
2
1
0
146
Resp. 60
1
2
2
1
2
2
2
0
Resp. 61
1
2
1
1
2
2
2
0
Resp. 62
1
2
2
2
2
2
2
0
Resp. 63
1
2
2
2
2
2
2
0
Resp. 64
2
2
2
2
1
2
2
0
Resp. 65
1
2
2
2
1
2
2
0
Resp. 66
2
2
2
2
1
2
2
0
Resp. 67
1
2
1
1
1
2
1
0
Resp. 68
2
2
1
1
1
2
1
0
Resp. 69
1
2
2
1
1
2
1
0
Resp. 70
2
2
2
1
2
2
2
0
Resp. 71
1
2
2
2
1
2
1
0
Resp. 72
1
2
2
2
2
2
2
0
Resp. 73
2
2
2
2
2
2
2
0
Resp. 74
1
2
2
2
1
2
2
0
Resp. 75
1
2
2
2
1
2
1
0
Resp. 76
1
2
2
2
1
2
2
0
Resp. 77
1
2
2
1
1
2
1
0
Resp. 78
1
2
2
2
1
2
1
0
Resp. 79
2
2
2
2
1
2
2
0
Resp. 80
1
2
2
2
1
2
2
0
Resp.81
1
2
2
2
2
2
2
0
Resp. 82
1
2
2
2
2
2
2
0
Keterangan
: 1= Berisiko 0= BBLN
2= Tidak Berisiko 1=BBLR
147
Lampiran 9 UJI CHI- SQUARE A.
Hubungan Status Hipertiroid Kehamilan dengan BBLR Case Processing Summary Cases Valid N
StsHiper * stsBBLR
Missing
Percent 82
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 82
100.0%
StsHiper * stsBBLR Crosstabulation StsBBLR BBLR StsHiper
hipertiroid
Count Expected Count % of Total
normal
% of Total Total
17
39
19.5
19.5
39.0
26.8%
20.7%
47.6%
19
24
43
21.5
21.5
43.0
23.2%
29.3%
52.4%
41
41
82
41.0
41.0
82.0
50.0%
50.0%
100.0%
Count Expected Count % of Total
Total
22
Count Expected Count
BBLN
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Asymp. Sig. (2sided)
Df
1.222a .782 1.226
1 1 1
Exact Sig. (2sided)
.269 .376 .268 .377
1.208
1
Exact Sig. (1sided)
.272
82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.50. b.Computed only for a 2x2 table
.188
148
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for StsHiper (hipertiroid / normal) For cohort stsBBLR = BBLR For cohort stsBBLR = BBLN N of Valid Cases
Lower
Upper
1.635
.683
3.915
1.277
.827
1.972
.781
.500
1.219
82
B. Hubungan Usia dengan BBLR usia_bblr * sts_bblr Crosstabulation sts_bblr "BBLR" usia_bblr
"Berisiko"
Count Expected Count % of Total
"Tidak Berisiko"
Count Expected Count % of Total
Total
Count Expected Count % of Total
"BBLN"
Total
7
6
13
6.3
6.7
13.0
8.5%
7.3%
15.9%
33
36
69
33.7
35.3
69.0
40.2%
43.9%
84.1%
40
42
82
40.0
42.0
82.0
48.8%
51.2%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
.159a
1
.690
.009
1
.924
.159
1
.690
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.768 .157 82
1
.692
.461
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.34. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for usia_bblr
Lower
Upper
1.273
.388
4.177
For cohort sts_bblr = "BBLR"
1.126
.643
1.972
For cohort sts_bblr = "BBLN"
.885
.472
1.659
("Berisiko" / "Tidak Berisiko")
N of Valid Cases
82
C. Hubungan Paritas dengan BBLR Crosstab sts_bblr "BBLR" paritas
"berisiko"
Count
3
8
4.0
4.0
8.0
6.1%
3.7%
9.8%
36
38
74
37.0
37.0
74.0
43.9%
46.3%
90.2%
41
41
82
41.0
41.0
82.0
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total Count Expected Count % of Total Total
Count Expected Count % of Total
Total
5
Expected Count
"normal"
"BBLN"
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
.554a
1
.457
Continuity Correctionb
.139
1
.710
Likelihood Ratio
.559
1
.455
150
Fisher's Exact Test
.712
Linear-by-Linear
.547
Association N of Valid Casesb
1
.459
82
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for paritas ("berisiko" /
Lower
Upper
1.759
.392
7.902
For cohort sts_bblr = "BBLR"
1.285
.715
2.307
For cohort sts_bblr = "BBLN"
.730
.291
1.836
"normal")
N of Valid Cases
82
D. Hubungan Jarak Kelahiran dengan BBLR
Crosstab sts_bblr "BBLR" jarak_lhr
"berisiko"
Count Expected Count % of Total
"normal"
Count Expected Count % of Total
Total
Count Expected Count % of Total
"BBLN"
Total
18
10
28
14.0
14.0
28.0
22.0%
12.2%
34.1%
23
31
54
27.0
27.0
54.0
28.0%
37.8%
65.9%
41
41
82
41.0
41.0
82.0
50.0%
50.0%
100.0%
.356
151
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Df
Pearson Chi-Square
3.471a
1
.062
Continuity Correctionb
2.657
1
.103
Likelihood Ratio
3.507
1
.061
Fisher's Exact Test
.102
Linear-by-Linear
3.429
Association N of Valid Casesb
1
.064
82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.00. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for jarak_lhr ("berisiko" / "normal") For cohort sts_bblr = "BBLR"
Lower
Upper
2.426
.945
6.227
1.509
.997
2.285
.622
.360
1.076
For cohort sts_bblr = "BBLN" N of Valid Cases
82
E. Hubungan Kenaikan BB dengan BBLR Crosstab Sts_BBLR BBLN Naik_BB
Berisiko
Count Expected Count % of Total
Tidak Berisiko
Count
BBLR
Total
40
31
71
35.5
35.5
71.0
48.8%
37.8%
86.6%
1
10
11
.051
152
Expected Count
5.5
5.5
11.0
1.2%
12.2%
13.4
41
41
82
41.0
41.0
82.0
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total Total
Count Expected Count % of Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
Df
8.504a 6.720 9.691
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
1 1 1
Exact Sig. (2sided)
.004 .010 .002 .007
8.401
1
.004
82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Naik_BB (Berisiko / Tidak Berisiko) For cohort Sts_BBLR = BBLN For cohort Sts_BBLR = BBLR N of Valid Cases
Lower
Upper
.078
.009
.638
.161
.025
1.057
2.082
1.506
2.878
82
F. Hubungan LILA dengan BBLR Crosstab Sts_BBLR BBLN Lila
Berisiko
Count Expected Count % of Total
Tidak Berisiko
Count Expected Count % of Total
Total
Count
Exact Sig. (1sided)
BBLR
Total
28
31
59
29.5
29.5
59.0
34.1%
37.8%
72.0%
13
10
23
11.5
11.5
23.0
15.9%
12.2%
28.0%
41
41
82
.004
153
Expected Count % of Total
41.0
41.0
82.0
50.0%
50.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
Df
.544a .242 .545
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
1 1 1
Exact Sig. (2sided)
.461 .023 .460 .624
.537
1
.464
82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Lila (Berisiko / Tidak Berisiko) For cohort Sts_BBLR = BBLN For cohort Sts_BBLR = BBLR N of Valid Cases
Lower
Upper
.695
.263
1.833
.840
.537
1.314
1.208
.715
2.043
82
G. Hubungan Status Anemia dengan BBLR Crosstab Sts_BBLR BBLN Sts_Anemia
Berisiko
Count Expected Count % of Total
Tidak Berisiko
Count Expected Count % of Total
Total
Count Expected Count % of Total
Exact Sig. (1sided)
BBLR
Total
14
33
47
23.5
23.5
47.0
17.1%
40.2%
57.3%
27
8
35
17.5
17.5
35.0
32.9%
9.8%
42.7%
41
41
82
41.0
41.0
82.0
50.0%
50.0%
100.0%
.312
154
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Asymp. Sig. (2sided)
df
17.995a 16.151 18.797
1 1 1
Exact Sig. (2sided)
.000 .000 .000 .000
17.776
1
.000
82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.50. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Sts_Anemia (Berisiko / Tidak Berisiko) For cohort Sts_BBLR = BBLN For cohort Sts_BBLR = BBLR N of Valid Cases
Lower
Upper
.126
.046
.344
.386
.240
.621
3.072
1.625
5.805
82
Exact Sig. (1sided)
.000
155
Lampiran 10. UJI REGRESI LOGISTIK A.
HASIL MULTIVARIAT BERHUBUNGAN DENGAN BBLR Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 82
100.0
0
.0
82 0 82
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Classification Tablea,b Predicted Sts_BBLR Observed Step 0
Sts_BBLR
BBLN
Percentage Correct
BBLR
BBLN
0
41
.0
BBLR
0
41
100.0
Overall Percentage
50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
Wald
.221
Df
.000
Sig. 1
Exp(B)
1.000
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
df
Sig.
1
2.287
8
.971
2
2.306
8
.970
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Sts_BBLR = BBLN Observed Step 1
Sts_BBLR = BBLR
Expected
Observed
Expected
Total
1
7
6.875
0
.125
7
2
7
7.960
2
1.040
9
3
8
7.722
1
1.278
9
1.000
156
Step 2
4
6
6.508
2
1.492
8
5
5
4.675
3
3.325
8
6
4
3.012
4
4.988
8
7
3
2.724
5
5.276
8
8
1
1.406
8
7.594
9
9
0
.118
8
7.882
8
10
0
.000
8
8.000
8
1
7
6.873
0
.127
7
2
7
7.961
2
1.039
9
3
10
9.419
1
1.581
11
4
7
7.169
2
1.831
9
5
3
2.747
3
3.253
6
6
6
4.998
8
9.002
14
7
1
1.540
6
5.460
7
8
0
.294
8
7.706
8
9
0
.000
7
7.000
7
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B Step 1a
Paritas
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
-.099
.728
.019
1
.891
.905
.217
3.769
-2.773
1.336
4.307
1
.038
.062
.005
.857
2.206
.903
5.969
1
.015
9.078
1.547
53.268
-2.600
.881
8.710
1
.003
.074
.013
.418
-23.006
9.299E3
.000
1
.998
.000
.000
.
sts_hiper
1.947
.705
7.634
1
.006
7.007
1.761
27.881
Constant
48.800
1.860E4
.000
1
.998 1.562E21
Naik_BB
-2.832
1.265
5.009
1
.025
.005
.703
Naik_BB Lila Sts_Anemia Usia
Step 2a
S.E.
.059
157
Lila
2.205
.903
5.958
1
.015
9.070
1.544
53.270
-2.625
.863
9.247
1
.002
.072
.013
.393
-23.085
9.299E3
.000
1
.998
.000
.000
.
sts_hiper
1.953
.703
7.717
1
.005
7.052
1.777
27.978
Constant
48.937
1.860E4
.000
1
.998 1.791E21
Sts_Anemia Usia
a.
Variable(s) entered on step 1: Paritas, Naik_BB, Lila, Sts_Anemia, usia, sts_hiper.
Model if Term Removed
Variable Step 1
Model Log
Change in -2
Likelihood
Log Likelihood
df
Change
Paritas
-30.991
.019
1
.891
Naik_BB
-33.747
5.531
1
.019
Lila
-34.880
7.796
1
.005
-37.019
12.074
1
.001
usia
-41.586
21.210
1
.000
sts_hiper
-35.469
8.975
1
.003
Naik_BB
-34.419
6.856
1
.009
Lila
-34.882
7.782
1
.005
-37.521
13.060
1
.000
usia
-42.529
23.076
1
.000
sts_hiper
-35.537
9.093
1
.003
Sts_Anem ia
Step 2
Sig. of the
Sts_Anem ia
Variabel <0,25 diuji kembali menggunakan uji statistik regresi logistik ganda Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B Step 1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
sts_hiper
1.124
.550
4.178
1
.041
3.077
1.047
9.042
naik_BB
-2.311
1.146
4.069
1
.044
.099
.010
.936
1.035
.690
2.252
1
.133
2.816
.728
10.887
LILA
158
Sts_Ane
-2.102
.645
10.620
1
.001
.122
Constant
4.340
2.212
3.850
1
.050
76.683
sts_hiper
1.044
.536
3.788
1
.052
naik_BB
-2.131
1.136
3.518
1
-1.701
.546
9.705
4.885
2.182
5.014
mia
Step 2a
Sts_Ane mia Constant
.035
.433
2.839
.993
8.121
.061
.119
.013
1.100
1
.002
.182
.063
.532
1
.025
132.310
a. Variable(s) entered on step 1: sts_hiper, naik_BB, LILA, Sts_Anemia. Correlation Matrix Constant Step 1
Step 2
sts_hiper
naik_BB
LILA
Sts_Anemia
Constant
1.000
-.193
-.829
-.152
-.047
sts_hiper
-.193
1.000
-.214
.137
-.064
naik_BB
-.829
-.214
1.000
-.097
-.131
LILA
-.152
.137
-.097
1.000
-.507
Sts_Anemia
-.047
-.064
-.131
-.507
1.000
Constant
1.000
-.172
-.864
-.140
sts_hiper
-.172
1.000
-.198
-.015
naik_BB
-.864
-.198
1.000
-.204
Sts_Anemia
-.140
-.015
-.204
1.000
Model if Term Removed
Variable Step 1
Step 2
Model Log
Change in -2 Log
Likelihood
Likelihood
df
Sig. of the Change
sts_hiper
-44.710
4.361
1
.037
naik_BB
-45.506
5.954
1
.015
LILA
-43.752
2.445
1
.118
Sts_Anemia
-49.003
12.948
1
.000
sts_hiper
-45.711
3.919
1
.048
naik_BB
-46.291
5.079
1
.024
Sts_Anemia
-49.042
10.580
1
.001
159
Lampiran 11.
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya dapat menanyakan kepadaSuhasti Nursaputri.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Tandatangan subjek
(Nama jelas :...........................................................)
Tandatangan saksi
(Nama jelas :...........................................................)
Tanggal
160
Lampiran 12 DOKUMENTASI
Gambar 1. Wawancara mendalam dengan informan triangulasi
Gambar 2. Wawancara mendalam dengan petugas kesehatan di puskesmas
161
Gambar 3. Wawancara mendalam dengan petugas kesehatan di puskesmas
Gambar 4. Wawancara mendalam dengan informan utama dan informan triangulasi
162
Gambar 4. Wawancara dengan responden kasus Gambar 5. Responden control
Gambar 6. Buku KIA ibu hamil
Gambar 7. Konsumsi sumber goitrogenik