Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KEBUDAYAAN INDONESIA YANG DITAMPILKAN DILUAR NEGERI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANAGARAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN SISWA KELAS IV SDN URATA Mariati Sekolah Dasar Negeri Urata Tanta Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas IV SD Negeri Urata pada pembelajaran PKn yaitu masih rendahnya hasil belajar siswa dari tahun ketahun selalu turun naik dan dibawah rata-rata standar kelulusan, dan kurangnya partisipasi siswa terhadap konsep Kebudayaan indonesia yang ditampilkan di luar negeri. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan kelas.dengan tujuan dapat meningkatkan aktivitas guru,aktivitas siswa dan hasil belajar siswapada konsep Kebudayaan indonesia yang ditampilkan di luar negeri. Pemecahan masalah ini dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Bertukar Pasangan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun setting penelitian adalah siswa kelas IV SDN Urata Kecamatan Tanta , dengan jumlah siswa14 orang yaitu terdiri dari 10 siswa lakilaki dan 4 siswa perempuan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui teknik pengukuran dengan tes tertulis secara individu, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui instrument penelitian berupa lembar observasi. Untuk lembar observasi berupa aktivitas guru dalam pembelajaran, aktivitas siswa dalam pembelajaran, Analisis data yang digunakan diinterpretasikan berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi dengan pembahasan berdasarkan skala persentasi dan indikator ketuntasan belajar yang ditetapkan kurikulum. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Bertukar Pasangan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep Kebudayaan indonesia yang ditampilkan di luar negeri di kelas IV SDN Sei Rukam 1. Dengan ketuntasan siklus pertama 64,27%. dan siklus dua meningkat menjadi 100% pada pertemuan duanya. Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini disarankanguru perlu perlu melakukan motivasi dengan jalan membangkitkan semangat untuk bertanya, mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, dan saling membantu karena pembelajaran dengan Model Pembelajaran Bertukar Pasanganmerupakan hal yang baru bagi anak sehingga mereka masih merasa takut dan canggung dalam melakukan kerja kelompok. Kata Kunci: Hasil belajar, aktivitas siswa, aktivitas guru, model bertukar pasangan PENDAHULUAN Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidkan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pemerintah sangat memperhatikan dalam sektor pendidkan pada setiap pereode akhir-akhir ini terus memperbaiki mutu pendidikan terbukti dengan diberlakukannya otonomi daerah tentang pendidikan seperti yang dijelaskan ditas, dan juga pemerintah membuktikan dengan adanya perubahan kurikulum, kurikulum yang ditetapkan
sekarang dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dirombak lagi menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dilaksanakan dimsing-masing satuan pendidikan, sesuai dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 yang menyatakan bahwa “ Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan”, agar guru dapat menerapkan pada setiap satuan pendidikan (Semiawan, 2006:1). Guru adalah seorang yang sangat berperan dalam suksesnya pelaksanaan pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah dan memiliki tanggung jawab penuh dalam pendidikan sesuai dengan UU Nomor 14 tahun 2005 pasal 7 menyatakan bahwa “ guru memiliki komitmen
43
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia”. Mengingat pentingnya pendidikan Kewarganegaraan untuk peserta didik, diperlukan berbagai strategi pembelajaran yang dapat membantu agar tujuan dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat terlaksana sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 19 Tahun 2005, khususnya pada Bab IV pasal 19 yang menyatakan bahwa pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis pserta didik. Mata pelajaran PKn ini, salah satu mata pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa karena anak merasa bosan terhadap materi-materi yang ada dalam PKn yang menurut mereka sulit untuk dipahami apalagi jika siswa hanya diminta untuk memperhatikan dan duduk manis ditempat duduknya masing-masing, apalagi materi yang bersangkutan dengan hapalan dan ingatan, maka PKn akan sangat dirasa membosankan, anak sering tidak memperhatikan sehingga sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Sebagai seorang guru hendaknya perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembanagn fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan emosional mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif anak. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik diatas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancanagan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. Selain itu terdapat terdapat teori belajar menurut ilmu jiwa, ahli-ahli ilmu jiwa daya mengememukakan bahwa belajar adalah semua daya untuk melatih semua daya ingat seseorang harus dilakukan dengan cara menghafal. (Djamarah, 2008:18). Teori di atas memberikan gambaran bahwa bahwa siswa kelas tinggi di SD umumnya berada pada dua tahap yakni berada pada operasional konkret, dan operasional formal dinyatakan bahwa anak usia 9–13 tahun berada pada masa kelas tinggi di SD di mana pada tahap ini siswa menunjukkan sifat-sifat antara lain gemar
44
membentuk kelompok sebaya untuk dapat bermain bersama-sama, selain itu belajar juga dikatakan sebagai melatih daya ingat seperti menghafal, kita sebagai guru hendaknya mencari cara bagaimana cara agar anak gembira dan senang walaupun belajar materi yang sifatnya hapalan. Kita ketahui pendidikan diharapkan berjalan aktif dan baik, dalam proses pembelajaran bukan hanya guru yang berperan aktif didepan kelas, cuap-cuap tidak jelas dan monoton, seorang guru dihapakan berperan aktif sebagai fasilitator bagi siswa, guru seharusnya dapat membuat pembelajaran bermakna bagi siswa sesuai dengan perkembangannya siswa kelas tinggi menurut piaget senang bermin dan membentuk kelompok, sehingga dalam proses belajar mengajar bukan hanya guru yang berperan aktif namun siswa juga ikut berperan aktif. Cara mengatasi permasalahan diatas yaitu dengan menggunakan model dan metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Tetapi pada kenyataannya tidak sepenuhnya hal tersebut dapat diwujudkan masih banyak guru disekolah-sekolah hanya menggunakan model dan metode lama, guru berperan aktif dalam proses pembelajaran dan siswa hanya diminta mendengarkan dan menjawab pertanyaan. Kemudian masih banyak guru yang memiliki pola mengajar yang bersifat monoton dan otoriter sehingga membentuk suasana kurang akrab antara guru dengan siswa, serta anak merasa benci dengan pelajaran tersebut. Sehingga siswa merasa bosan dan kurang bersemanagat. Keadaan seperti ini juga dialami oleh SDN Urata, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong, dimana siswa mengalami kesulitan untuk menerima pelajaran yang diberikan karena kurang semangat dan bosan terhadap pelajaran sehingga berdampak negatif terhadap nilai yang mereka raih. Kenyataan dilapangan dan hasil pengalaman dan pengamatan guru, pembelajaran PKn di SDN Urata Kecamatan Tanta , Khususnya pada materi yang berhubungan dengan hapalan seperti materi mengenai jenis kebudayaan Indonesia dan kebudayaan yang pernah ditampilkan di luar negeri masih menekankan pada pembelajaran yang berpaku pada buku saja serta guru PKN sebagian masih menyajikan pembelajaran dengan teori saja melalui metode ceramah yang monoton tanpa menggunakan media yang bersifat efektif dalam menumbuhkan keaktifan siswa yang berfungsi meningkatkan daya ingat siswa ataupun melibatkan siswa dalam pembelajaran tersebut. Dalam hal ini membuat pembelajaran tidak efektif dan kurang menyenangkan, karena siswa kurang merespon dan sulit memahami terhadap pelajaran yang disampaikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
rata-rata ulangan di SDN Urata Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong yang rata-rata yang diperoleh hanya mencapai 63,00 pada tahun ajaran 2016/2017. Nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan ketuntasan belajar menurut kurikulum yakni sebesar 70,00 atau 70% dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berada di bawah standar ketuntasan yang diharapkan. Jika masalah tersebut dibiarkan begitu saja di khawatikan nilai siswa pada mata pelajaran tersebut akan semakin menurun dan tidak memenuhi standar KKM yang di tetapkan oleh sekolah, serta akan berdampak pada pembelajaran yang lain. Salah satu upaya yang digunakan oleh peneliti untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan memperbaiki proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Bertukar Pasangan, model Bertukar Pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang model Bertukar Pasangan, untuk membantu siswa mengatasi kesulitannya. Rumusan, Tujuan, dan Manfaat Berdasarkan latar belakang penelitian tindakan kelas ini maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu (1) Bagaimana aktivitas guru dalampembelajaran PKn tentang Kebudayaan Indonesia yang di Tampilkan di Luar Negeri dengan model Bertukar Pasangan siswa kelas IV semester II di SDN Urata Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong?, (2) Bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti prosespembelajaran tentang Kebudayaan Indonesia yang di Tampilkan di Luar Negeri dengan model Bertukar Pasangan siswa kelas IV semester II di SDN Urata Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong, dan (3) Apakah Model Pembelajaran Bertukar Pasangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Kebudayaan Indonesia yang di tampilkan di luar negeri di kelas IV SDN Urata?. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui aktivitas guru dalam pembelajaran PKn tentang Kebudayaan Indonesia Yang di Tampilkan di Luar Negeri dengan model Bertukar Pasangan siswa kelas IV semester II di SDN Urata Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong, (2) Mengetahui aktivitas siswa kelas IV semester II dalam mengikuti proses pembelajaran PKn tentang Kebudayaan Indonesia yang di Tampilkan di Luar Negeri dengan model Bertukar Pasangan siswa kelas IV semester II di SDN Urata
Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong, dan (3) Mengetahui model pembelajaran Bertukar Pasangan dapat meningkatkan Hasil belajar siswa kelas IV semester II pada mata pelajaran PKn tentang Kebudayaan Indonesia yang di Tampilkan di Luar Negeri dengan siswa kelas IV semester II di SDN Urata Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong. Manfaat yang diharapkan adalah (1) Bagi Siswa yakni membantu para siswa dalam mempelajari tentang kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Indonesia yang pernah di tampilkan diluar negeri, meningkatkan hasil belajar/nilai ulangan siswa pada mata pelajaran PKn, dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa untuk menggali berbagai pengetahuan baru sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari; (2) Bagi Guru adalah memperbaiki pengelolaan kelas agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran, sebagai alternatif pilihan utuk melakukan pembaharuan dalam pembelajaran PKn di sekolah, dan meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode, teknik atau model pembelajaran; (3) Bagi sekolah adalah memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas Belajar Aktivitas belajar peserta didik adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental (Sardiman, 2005:96). Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini peserta didik haruslah aktif mendominasi dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain dalam beraktivitas peserta didik tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang dijumpai di sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional. Proses pembelajaran dikatakan efektif bila peserta didik secara aktif ikut terlibat langsung dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan), sehingga mereka tidak hanya menerima secara pasif pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar tugas guru adalah mengembangkan dan menyediakan kondisi agar peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Menurut Nasution (2000:89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik
45
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berfikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berfikir maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar, hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru, hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring” (Dimiyati dan Mudjiono, 2009: 20). Peran guru dalam penilaian yang lebih efaktif adalah pemanfaatan informasi hasil penilaian melalui umpan balik. Umpan balik merupakan sarana bagi guru dan siswa untuk mengetahui sejauhmana kemajuan pembelajaran yang telah dilakukan (Rasyid dan Mansur, 2007:26). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah penguasaan informasi oleh seseorang dalam bentuk verbal baik secara lisan maupun tulisan untuk berinteraksi dengan lingkungannya melalui keterampilan, kecepatan dan berfikir rasional dalam memecahkan masalah, sehingga dapat mengendalikan dan mengelola seluruh aktivitasnya. Model Pembelajaran Bertukar Pasangan Model pembelajaran bertukar pasangan adalah suatu metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan membagi siswa menjadi berpasangan untuk mengerjakan suatu tugas dari guru kemudian salah satu pasangan dari kelompok tersebut bergabung dengan pasangan lain untuk saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban masing-masing. Adapun Langkah-langkah atau sintaks Model Pembelajaran Bertukar Pasangan adalah (1) Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa yang memilih sendiri pasangannya), (2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas tersebut dengan pasangannya, (3) Setelah selesai setiap siswa yang berpasangan bergabung dengan satu pasangan lain, (4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka, (5) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula. Kelebihan Model Pembelajaran Bertukar Pasangan adalah (1) Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama mempertahankan pendapat, (2) Semua siswa terlibat, (3) Melatih siswa untuk lebih teliti, cermat, cepat dan tepat. Sedangkan Kelemahannya adalah (1) Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, (2) Guru tidak
46
dapat mengetahui kemampuan siswa masingmasing, (3) Siswa kurang konsentrasi (Rusman, 2011:223). Penelitian Relevan Penelitian tindakan kelas Zainal Hakim Yang berjudul Penerapan Model Bertukar Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Alat Pencernan Manusia di Kelas V SDN Hakim kecamatan sungai pinang Tahun Ajaran 2007/2008. (2007) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Bertukar Pasangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA alat pencernaan manusia di kelas V SDN Hakim Hulu Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Banjar. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I pertemuan pertama 6,41 pertemuan kedua 6,25 sedangkan siklus II nilai yang diperoleh adalah pertemuan pertama 7,05 sedangkan pertemuan kedua 7,25 dari hasil yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat terlihat bahwa hasil akhir yang diperoleh rata-rata nilai siswa berada di atas rata-rata 7 yang ditetapkan sebagai indikator keberhasilan tindakan. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Qomaruddin (2009) menyimpulkan bahwa melalui penggunaan model kolaborasi antara model STAD dan Bertukar Pasangan, hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Gunung Melati 2 Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut dapat meningkat. Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Bertukar Pasangan dalam pembelajaran dapat meningkatakan hasil belajar siswa khususnya pada materi yang sifatnya hafalan. KerangkaBerpikir Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa proses dan hasil belajar pada umumnya berlangsung sebagai hasil proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatanpendekatan. Di dalam pembelajaran PKn SD, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana atau iklim belajar mengajar yang menantang dan merangsang daya fikir anak sehingga anak merasa terlibat dalam proses pembelajaran. Dari beberapa teori yang telah diulas diatas diketahui bahwa peran aktif siswalah yang sangat dominan bagi keberhasilan belajarnya, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pemberi arahan, siswa dapat mudah memahami pelajaran jika mereka dilibatkan langsung dalam pembelajaran tersebut. Dengan melalui model pembelajaran hasil pembelajaran PKn anak kelas IV SDN Urata
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
METODOLOGI Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Urata Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong dengan subyek adalah siswa kelas IV yang berjumlah 14 orang yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 4 orang siswa perempuan. Faktor-faktor yang diteliti adalah faktor siswa yang meliputi aktivitas dan hasil belajar serta factor aktivitas guru. Penelitian ini dilaksanakan dengan scenario tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (action), tahap observasi, dan tahap refleksi (reflection). Data penelitian diperoleh dari data hasil belajar diperoleh dari tes tertulis pada akhir proses pembelajaran dan dari data tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran diambil atau dikumpulkan dengan teknik observasi yang selanjutnya dianalisis dengan teknik prosentase. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas adalah secara individual danklasikal 80 % siswa berhasil memperoleh nilai 70 dan diatas 70, penguasaan dianggap memiliki kulifikasi sangat baik dan sebagaimana yang ditentukan oleh Standar Ketuntasan Belajar Minimal Sekolah. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Guru Aktivitas guru dari 2 siklus yang masing masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1. Aktivitas Guru Siklus I dan II
Skor Kriteria
Siklus I Pertemuan Pertemuan 1 2 48 51 Cukup Baik Baik
Siklus II Pertemuan Pertemuan 1 2 62 78 Baik Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran yakni dari pertemuan 1 ke pertemuan 4 ada peningkatan. Guru selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan Model Bertukar Pasangan agar dapat meningkatkan aktivitas siswa baik dalam kegiatan pembelajaran secara keseluruhan maupun aktivitas siswa dalam kelompok, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena keberhasilan guru dalam kegiatan pembelajaran akan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Bertukar Pasangan dapat dilihat pada diagram berikut. 70
58.32
60
49.9
50 Persentasi
,Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong masih belum mencapai nilai yang maksimal, karena sebagian anak mengikuti proses pembelajaran tidak begitu aktif, maka salah satu upaya penulis lakukan adalah untuk mencari pendekatan dan metode yang tepat, peneliti menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan metode eksperimen yang diharapkan dapat mengakomodasikan keberagaman latar belakang siswa baik kemampuanya masing-masing siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sosial, ekonomi, agama, suku, sehingga kegiatan kelas dapat berjalan lancar, kondusif, aktif kreaktif dan menyenangkan. Menurut teori yang telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan, maka peneliti berasumsi adanya pengaruh yang positif bagi siswa terhadap model Bertukar Pasangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidkan Kewarganegaraan pada materikedudayaan Indonesia yang ditampilkan diluar negeri di kelas IV.
40
40.47
Sangat aktif
30.94
25 30 20.23 21.42 19.04 20
27.37
16.67 15.47
Aktif
25
17.85
15.47
7.14
10
0
Cukup Kurang
0 Pert. 1 siklus I Pert.2 siklus I Pert.1 siklus IIPert.2 siklus II
Diagram 1. Aktivitas siswa siklus I dan II Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat terjadi peningkatan. Dimana pada pertemuan pertama, siswa yang berada pada kualifikasi kurang aktif masih banyak, namun pada pertemuan selanjutnya berkurang. Sedangkan siswa yang berada pada kualifikasi aktif dan sangat aktif mengalami peningkatan. Adapun siswa yang berada pada kualifikasi aktif dan sangat aktif pada pertemuan 1 siklus I yakni 51,19%, pada pertemuan 2 siklus I sebanyak 65,47%, pertemuan 1 siklus II sebanyak 77,27% dan pertemuan 2 siklus II mencapai 83,32%. Setiap pertemuan mengalami peningkatan aktivitas siswa dan mencapai indikator yang ditetapkan pada pertemuan terakhir. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada siklus I dan II dapat dilihat tabel berikut. Tabel 2. Hasil Belajar siklus I dan II No 1. 2. 3.
Pertemuan ke 1 2 Evaluasi Siklus
Siklus I 61,41 67,85 69,24
Siklus II 72,85 82,85 87,8
Peningkatan 11,45 15,02 18,52
47
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
Hasil ketuntasan belajar siswa pun terlihat meningkat pada siklus II dibandingkan siklus I dengan menggunakan model bertukar Pasangan. Hal ini dapat dilihat melalui perbandingan tabel berikut. Tabel 3. Ketuntasan Siswa No 1. 2. 3.
Pertemuan ke 1 2 Evaluasi Siklus
Siklus I 35,71% 57,13% 64,27%
Siklus II 85,72% 100% 100%
Peningkatan 50% 42,87% 35,73%
Berdasarkan data-data yang telah dilampirkan di atas maka dapat kita lihat bahwa adanya peningkatan-peningkatan pembelajaran guru, keaktivan siswa hasil belajar siswa dan juga ketuntasan belajar yang mencapai indikator ketuntasan belajar. Diketahui bahwa penerapan model Bertukar Pasangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk menyelesaikan materi kebudayaan daerah yang ada di indonesia dan kebudayaan daerah indonesia yang ditampilkan diluar negeri. Jadi penelitian bahwa penerapan model Bertukar Pasangan pada materi kebudayaan daerah yang ada di indonesia dan kebudayaan daerah indonesia yang ditampilkan diluar negeri kelas IV di SDN Urata, Kabupaten Tabalong ini berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga melebihi dari indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I pertemuan pertama 6,41 pertemuan kedua 6,25 sedangkan siklus II nilai yang diperoleh adalah pertemuan pertama 7,05 sedangkan pertemuan kedua 7,25 dari hasil yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat terlihat bahwa hasil akhir yang diperoleh rata-rata nilai siswa berada di atas rata-rata 7 yang ditetapkan sebagai indikator keberhasilan tindakan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan (1) Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Bertukar Pasangan pada siklus I pertemuan 1 pada kualifikasi cukup baik, siklus I pertemuan 2 pada kualifikasi baik, siklus II pertemuan 1 pada kualifikasi baik dan siklus II pertemuan 2 pada kualifikasi sangat baik, (2) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model Bertukar Pasangan terjadi peningkatan. Jumlah siswa yang berada pada kualifikasi aktif dan sangat aktif pada pertemuan 1 siklus I hanya mencapai yakni 51,19%,pada pertemuan 2 mencapai 65,47%,, namun meningkat pada siklus II pada pertemuan 1 mecapai 77,27% dan pada pertemuan 2 menjadi 83,32%, (3) Hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model Bertukar Pasanganterjadi peningkatan Pada siklus I ketuntasan belajar secara klasikal hanya
48
mencapai 64,27%. Mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II sebesar 100%, Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disarankan (1) untuk peneliti hendaknya peneliti dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dengan sebaik- baiknya dan dapat menerapkan hasil temuan yang diperoleh untuk kepentingan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, (2) Untuk Guru PKn Hendaknya menggunakan pendekatan dan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Alternatif pendekatan dan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu Model Pembelajaran Bertukar Pasangan. Karena selain meningkatkan hasil belajar siswa juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun hal tersebut juga harus didukung oleh kretivitas guru dalam menggunakan pendekatan dan model tersebut, (3) Untuk siswa Hendaknya tidak takut lagi belajar matematika dan jangan menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit, karena belajar matematika dengan menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat belajar akan menjadi senang dan bermakna, dan (4) Untuk Kepala Sekolah hendaknya memberikan motivasi dan dorongan kepada guru demi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif dan efektif. Salah satunya dengan memberikan motivasi dan dorongan kepada guru untuk menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Salah satu pendekatan dan model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Model Pembelajaran Bertukar Pasangan. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Depertemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Pengembangan Minat dan Kegemaran Membaca Siswa. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional. Depertemen Pendidikan Nasional. (2009). Modul Model Pembelajaran. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Dimiyati., & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Hakim, Z. (2007). Penerapan Model Bertukar Pasangan Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Alat Pencernan Manusia di Kelas V SDN Hakim Tahun Ajaran 2007/2008. Banjarmasin: Tidak Diterbitkan.
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
Mahing. (2005). Pendidikan Tanggung Tawab Bersama. Banjarbaru: Lembaga Penjamin Mutu pendidikan. Mikarsa, H. L., dkk. (2008). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Nasution, S. (1997). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Novita, K. (2005). Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dan Hasil Belajar Kekuatan Konstruksi Bangunan Sederhana pada Siswa Kelas 2 Semester III SMK Negeri 4 Semarang Tahun Ajaran 2004/2005. Semarang: Universitas NegeriSemarang (tidak untuk diterbitkan). Nursa’adah.Y. (2008) http://repository.upi.edu diakses tanggal 19 Maret 2011 Rasyid, H., & Mansur. (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima. Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sardiman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sarjan, & Nugroho. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas. Semiawan, C. R. (2006). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Suharsimi, A., dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.Sumarsono, dkk. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suriansyah, A., dkk. (2009). Strategi Pembelajaran. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Susilana, R., & Riyana, C. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Suyatno. (2009). Manajemen Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Mas Media Buana Pustaka. Taniredja., dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. (2007). Jakarta: Grafika Persada. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2006). Citra Umbara Uzer, U. (2001). Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Wardani, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Winataputra, U. S. (2007). Teori belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Zaini, H., dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani
49
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017
50