Jurnal Vol.6 No.2 Desember 2011
ISSN : 1907 - 3941
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional
o Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional Denik Iswardani Witarti o Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik Ditinjau Dari Perspektif Pembangunan Dan Budaya Studi Kasus: Parlemen India Dan Mesir Jeanie Annissa
o The Role Of NGO & Women Empowerment In The Peacebuilding Process Of Aceh Conflict Ronald Roger Rohrohmana o Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan Transnasional Dalam Rangka Implementasi Cedaw Di Malaysia Sharifah Syahirah Bt Syed Sheikh, Rashila Ramli o NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita Studi Kasus: National Council Of Women’s Organizations (NCWO) Di Malaysia Yuni Satia Rahayu o Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia Yusran
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional
Penanggung jawab: Dekan FISIP Pemimpin Redaksi: Rusdiyanta, S.IP, M.Si
Dewan Redaksi: Denik Iswardani Witarti, Ph.D Bambang Pujiyono, MM, M.Si Arin Fithriana, S.IP, M.Si Yusran, S.IP, M.Si
Reviewer Dato’ Dr. Junaidi Abubakar (Universiti Kebangsaan Malaysia) Denik Iswardani Witarti, Ph.D (Universitas Budi Luhur) Dr. Lili Romli (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Sekretariat Samsinar, M.Kom Alamat Redaksi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur Jln. Raya Ciledug, Petukangan Utara, Jakarta Selatan 12260 Telp. (021) 5853753 Ext. 252
PENGANTAR REDAKSI
Pembaca yang budiman,
Beberapa tanggapan telah kami terima, sehubungan dengan beberapa edisi penerbitan jurnal ini sebelumnya. Kami ucapkan terima kasih atas saran, kritik dan komentar yang konstruktif demi perbaikan jurnal ini.
Penerbitan pada edisi ini merupakan makalah yang terpilih dari Seminar Nasional “Peran NGO Dalam Perlindungan Hak Perempuan” pada tanggal 25 April 2011 dan telah direvisi. Kami telah berusaha mengelaborasi ruang lingkup studi hubungan internasional pada setiap edisinya. Untuk edisi ini, kami menampilkan ragam topik di antaranya tulisan Denik Iswardani Witarti tentang Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional, Jeanie Annissa tentang Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik Ditinjau Dari Perspektif Pembangunan Dan Budaya Studi Kasus: Parlemen India Dan Mesir, Ronald Roger Rohrohmana tentang The Role Of NGO & Women Empowerment In The Peacebuilding Process Of Aceh Conflict, Sharifah Syahirah Bt Syed Sheikh, Rashila Ramli tentang Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan Transnasional Dalam Rangka Implementasi CEDAW Di Malaysia, Yuni Satia Rahayu tentang NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita Studi Kasus: national Council Of Women’s Organizations (NCWO) Di Malaysia, Yusran tentang Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia.
Semoga tulisan-tulisan ini bermanfaat bagi bagi para pembaca. Kemanfaatan ini sangat tergantung pada kontribusi tulisan-tulisan yang masuk pada redaksi. Selamat membaca
Jakarta, Desember 2011 Salam kami,
Dewan Redaksi
DAFTAR ISI
Denik Iswardari Witarti
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
1-15
Jeanie Annissa
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik Ditinjau Dari Perspektif Pembangunan Dan Budaya Studi Kasus: Parlemen India Dan Mesir
16-27
Ronald Roger Rohrohmana
The Role Of NGO & Women Empowerment In The Peacebuilding Process Of Aceh Conflict
28-36
Sharifah Syahirah Bt Syed Sheikh,
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan Transnasional Dalam Rangka Implementasi CEDAW Di Malaysia
37-54
Yuni Satia Rahayu
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita Studi Kasus : National Council Of Women’s Organizations (NCWO) Di Malaysia
55-74
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
75-92
Rashila Ramli
GERAKAN PEREMPUAN MALAYSIA: KAJIAN GERAKAN TRANSNASIONAL Denik Iswardani Witarti
[email protected],
[email protected] ABSTRACT Feminism and gender issues have become one of the subjects in the study of international relations. The emergence of these issues through a long process and is the result of the struggle of the women's movement across borders. This paper describes and analyzes the developments about the women's movement by using a transnational approach. This approach is able to bridge the local women's issues to be discussed as a global issue of women. It also describes the development of woman’s issues, particularly discussing about the major problems of women in the world. This paper focuses on women's movement in Malaysia as a case study to clarify the phenomenon. This study found that the international women's conference has an important role in building women's networks in order to fight for the rights of women. Finally, this paper concludes that the women's movement has the character and the different problems in each country. Keywords: Transnational issues, Feminism, Social movement, Women movement PENDAHULUAN
2006;
Masuknya isu gender sebagai
Beberapa kajian (Baylis & Smith,
bagian
Burchill,
internasional
2001;
Ticker,
2002)
dalam
studi
tidak
ilmu
hubungan
dapat
dilepaskan
gerakan
perempuan
menyebutkan bahwa pada awalnya ilmu
dengan sejarah
hubungan
merupakan
yang terjadi sejak beberapa abad silam
salah satu cabang ilmu sosial yang
di Eropa. Perjuangan kaum perempuan
sangat maskulin dan patriarkal. Ilmu
dalam menuntut hak-haknya dipelopori
hubungan
awal
oleh Lady Mary Wotrley dan Marquis de
perkembangannya menekankan kepada
Condorcet di Middleburg, sebuah kota di
masalah-masalah high politics misalnya
selatan
keamanan, perang, dan
Mereka
internasional
internasional
di
perdamaian
Belanda
pada
mengkaji
tahun
bahwa
1785.
keadaan
yang dianalisa berdasarkan kepentingan
mayoritas kaum perempuan yang buta
kaum
huruf dan tidak mempunyai keahlian
laki-laki.
Hal
tersebut
terus
mendominasi bahkan ketika pendekatan
merupakan
ekonomi
mereka. Oleh karena itu hal utama yang
politik
perkembangan internasional. dikembangkan
muncul ilmu
dalam hubungan
Konsep-konsep hampir
yang
semuanya
merefleksikan kepentingan laki-laki.
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
dituntut
penyebab
adalah
ketertinggalan
adanya
perubahan
sistem sosial sehingga memungkinkan wanita
mempunyai
hak
pilih
dalam
pemilihan umum.
1
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
Namun
perjuangan
mereka
kurang
mendapat dukungan yang maksimal.
Denik Iswardani W
lebih besar dalam bidang pendidikan dan profesional.2
Seabad kemudian gerakan perempuan
Gerakan
feminis
kembali
kembali muncul. Seiring dengan revolusi
berkembang sekitar tahun 1960-an. Kali
industri yang sedang terjadi, perjuangan
ini tidak hanya negara-negara Barat
mereka
kepada
seperti Amerika Serikat dan beberapa
masalah-masalah ketidakadilan dalam
negara Eropa saja yang terdorong untuk
gaji, hak untuk memperoleh cuti haid,
menggalakan kembali gerakan tersebut.
termasuk
Gerakan
lebih
menumpukan
isu
kekerasan
terhadap
1
perempuan.
pada
periode
ini
disebut
sebagai gerakan feminisme Gelombang
Meskipun
berawal
di
Eropa,
Kedua. Gelombang kedua ini dipelopori
tetapi gerakan perempuan mengalami
oleh
perkembangan yang cukup signifikan
Helene
ketika
kelahiran
terjadi
di
Amerika
Serikat.
para
feminis
Cixous
Perancis (seorang
Aljazair
seperti Yahudi
yang
kemudian
Perjuangan wanita di Amerika Serikat ini
menetap di Perancis) dan Julia Kristeva
menandai lahirnya geraka feminisme
(seorang
Bulgaria
yang
kemudian
3
dunia yang dikenal sebagai Feminisme
menetap
Gelombang Pertama. Buku karya Mary
gelombang
Wollstonecraft yang berjudul Vindication
penerbitan buku The Second Sex yang
of the Rights of Women yang diterbitkan
ditulis oleh Simone de Beauvoir’s. Dalam
pada
buku
tahun
1792
telah
menandai
di
Perancis). kedua
tersebut
Feminisme
ditandai
oleh
dinyatakan
bahwa
lahirnya feminisme gelombang pertama.
perbedaan gender bukan berakar dari
Kaum
biologi,
feminis
menumpukan memperoleh
pada
masa
perjuangan politik
untuk
tetapi
diciptakan
memang untuk
sengaja
memperkuat
dan
penindasan terhadap kaum perempuan.
kesempatan ekonomi yang sama bagi
Kaum feminis gelombang kedua lebih
kaum perempuan. Pada masa ini, kaum
radikal
feminis liberal menjadi motor penggerak
merubah setiap aspek kehidupan pribadi,
perjuangan. Keberhasilan utama mereka
ekonomi dan politik.4 Pada tahun 1980
adalah memperoleh hak pilih dalam
gerakan
pemilu pada tahun 1920. Kaum feminis
yang
juga
gelombang ketiga. Kaum feminis pada
berhasil
hak-hak
ini
memenangkan
hak
kepemilikan bagi perempuan, kebebasan
masa
reproduksi yang lebih dan akses yang
2
1
Soenarti Djajanegara. 2000. Kritik Sastra Feminis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 1-14 2
dalam
perjuangannya
perempuan dikenal ini
memasuki
sebagai
menginginkan
untuk
fase
feminisme keragaman
Cudd, Ann E & Robin O. Andreasen (ed). 2005. Feminist Theory; A Philosophical Anthology. Blackwell Publishing Ltd. 3 Soenarti Djajanegara, hlm. 1-14. 4 Cudd, hlm. 8 Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Denik Iswardani W
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
perempuan
(women’s diversity)
keragaman
secara
umum.
atau
Misalnya
(2005)
untuk
menganalisis
memamahami
gerakan
perempuan
suatu
berwarna yang kurang terwakili oleh
strategi lintas nasional (cross- national).
kaum feminis gelombang kedua yang
Pendekatan ini mempunyai hipotesis
didominasi oleh wanita kulit putih yang
bahwa gerakan perempuan di berbeda
berasal dari kelas menengah.
Pertama,
di
mengenai kepentingan perempuan kulit
5
negara.
dan
pendekatan
negara akan menghadapi kesempatan,
Perjuangan gerakan perempuan
kondisi dan tantangan yang berbeda
semakin berkembang di seluruh dunia
juga. Cara-cara yang digunakan gerakan
dan
ketika
perempuan juga akan berbeda, misalnya
untuk memperingati 50 tahun berdirinya
dalam merubah bentuk institusi politik,
Persatuan
merubah praktek politik, dan menggeser
menemukan
momentum
Bangsa-Bangsa
menyelenggarakan
(PBB)
Pertemuan
konfigurasi
kekuasaan
ada.6
yang
Perempuan Sedunia yang menghasilkan
Kedua, pendekatan lintas jangkauan
Deklarasi
(cross-scope) yang sangat dekat dengan
Beijing.
Pertemuan
yang
diselenggarakan di bulan September
kajian
1995 tersebut telah menandai masuknya
Prinsip dasar pendekatan ini adalah
isu-isu
membahas masalah-masalah nasional
gender
sebagai
salah
satu
ilmu
hubungan
internasional.
agenda penting dalam arena politik
secara
internasional. Isu gender berkembang
transnasional
semakin
interaksi satu dengan yang lain, dengan
cepat
seiring
dengan
laju
transnasional.
negara,
media
membantu
internasional untuk membentuk jaringan
penyebaran isu-isu gender ke seluruh
para aktivis, dan mereka mempunyai
dunia.
idea atau nilai-nilai yang berbeda yang
yang
dengan
sebagai
keterbukaan di berbagai bidang terutama massa
dan
didefinisikan
Aktivitas
organisasi
mendorong pembentukannya. METODE PENELITIAN Tulisan penelitian
ini
Kedua
merupakan
kualitatif
hasil
dengan
pendekatan
tersebut
mampu menjelaskan bahwa masalahmasalah
yang
diperjuangkan
oleh
menggunakan data sekunder. Data yang
gerakan perempuan di setiap negara
diperoleh
adalah tidak sama tetapi tetap dapat
dianalisis
dengan
menggunakan dua pendekatan strategi 6
yang dikemukakan oleh Karen Beckwith 5
Dinar Dewi Kania. 2010. Sejarah Feminisme Di Barat. Jurnal Islamia http://uikabogor.academia.edu/DinarKania/Papers/384769/H istory_of_Feminism diakses pada 2 April 2011. Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Kriesi, Hanspeter. 1996. The organizational structure of new social movements in a political context. Dalam Doug McAdam, John D. McCarthy & Mayer N. Zald (ed). Comparative perspectives on social movements: Political opportunities, mobilizing structures, and cultural framings, hlm. 152–84. Cambridge: Cambridge University Press. 3
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
diangkat
dan
dibahas
pada
level
Denik Iswardani W
dilakukan
oleh
suatu
kelompok
internasional. Hal ini semakin didukung
masyarakat disertai program terencana
oleh keterbukaan media massa secara
yang ditujukan pada suatu perubahan
global
atau
yang
dapat
dengan
cepat
sebagai
gerakan
perlawanan.
menyebarkan ide atau masalah-masalah
Apabila mencermati definisi di atas,
yang
menunjukkan
sedang
perempuan
dihadapi.
secara
Gerakan
transnasional
gerakan
sosial
dapat
ini
dilakukan tanpa harus melibatkan massa
pada akhirnya bisa memberi inspirasi
dalam jumlah besar. Gerakan sosial
dan mendorong gerakan perempuan di
mesti memiliki program yang terencana
tempat lain. Untuk mendapatkan analisa
dan memiliki target untuk mencapai
yang lebih terperinci, tulisan ini mengkaji
tujuan
gerakan perempuan di Malaysia.
diperkuat oleh Yanti Muchtar (2000:7-8)
yang
ingin
dicapai.
Hal
ini
yang menyatakan bahwa meskipun tidak DEFINISI GERAKAN PEREMPUAN Karen
Beckwith
mengidentifikasi
(2005:
gerakan
memiliki massa, gerakan perempuan 583)
merupakan suatu gerakan sosial karena
perempuan
mampu menumbuhkan kesadaran baru
sebagai suatu gerakan sosial dimana
di masyarakat.
kaum perempuan yang diorganisasikan
Definisi
mengenai
gerakan
secara terbuka, menjadi aktor utama dan
perempuan secara komprehensif sangat
sebagai
pemimpin,
identitas
gender
tindakan
mereka.Gerakan perempuan
serta
mengklaim
sulit dirumuskan karena mereka tidak
sebagai
asas/dasar
berbicara dalam satu bahasa. Saskia E. Wieringa
(1999:75)
merupakan bagian dari gerakan sosial
gerakan
pada umumnya. Definisi gerakan sosial
menyeluruh dari perbuatan individu atau
menurut David Meyer dan Sidney Tarrow
kolektif
baik secara sadar atau tidak
(1998) adalah “collective challenges to
sadar,
kegiatan,
existing arrangements of power and
organisasi
distribution by people with common
terhadap berkurangnya berbagai aspek
purposes and solidarity, in sustained
subordinasi
interaction with elites, opponents and
sebagai penindasan berdasarkan pada
authorities.”
preferensi kelas, ras, etnik, umur dan
M.
Dahlan
Yacub
Al-Barry
lebih
tegas.
Menurutnya,
yang
sebagai
spektrum
kelompok menaruh
gender
yang
atau
perhatian dipandang
seks.
(2001:92) mendefinisikan gerakan sosial dengan
wanita
mendefinisikan
Definisi lain dikemukakan oleh Kongres
Wanita
Indonesia
(Kowani)
gerakan sosial adalah tindakan atau
(1978:26) yang merumuskan gerakan
agitasi terencana dan terorganisir yang
wanita
4
sebagai
perjuangan
untuk
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Denik Iswardani W
memperbaiki
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
kedudukan
mempertahankan kemerdekaan
wanita,
dan
dengan
KONFERENSI PEREMPUAN SEDUNIA
mengisi
pembangunan.
Gerakan-gerakan semakin
perempuan
mengglobal
dengan
Hal inilah yang membedakan warna
diselenggarakannya
beberapa
perjuangan emansipasi wanita di dunia.
konferensi
mengenai
Ruang lingkup gerakan wanita meliputi
perempuan.
berbagai bidang iaitu bidang pendidikan,
tersebut menjadi ajang penting bagi para
sosial,
dan
pejuang kaum perempuan untuk saling
politik.Sedangkan, Sukanti Suryochondro
bertukar informasi, membangun jaringan
(1984:26)
dan
budaya,
ekonomi
mendefinisikan
gerakan
internasional
Konferensi-konferensi
mengangkat
masalah-masalah
perempuan sebagai usaha kaum wanita
perempuan
melawan
Nations World Conference on Women
penindasan,
untuk
secara
global.
mendapatkan hak dan kedudukan yang
yang
sama dengan kaum lelaki. Definisi yang
September
dibuat
seakan-akan
ajang pertemuan terbesar para aktivis
mewakili daripada kaum feminis liberal,
pejuang wanita secara transnasional.
yang hanya mengutamakan kesamaan
Pada konferensi ini terjadi dua macam
hak dan kedudukannya dengan kaum
pertemuan
lelaki. Hal ini bisa difahami karena
Perempuan Seduania ke 4 yang dihadiri
memang definisi ini dibuat dalam konteks
para utusan resmi dari negara-negara
pasca kemerdekaan.
anggota PBB. Kedua, Pertemuan Forum
oleh
Sukanti
Definisi
yang
pada
bulan
1995 di Beijing menjadi
resmi.
Pertama,konferensi
luas
Organisasi Perempuan Non-Pemerintah
Muchtar
(Forum NGO on Women) yang dihadiri
pendapat
oleh perwakilan NGO perempuan dari
Alvarez. Definisi gerakan perempuan
seluruh dunia. Kedua kelompok peserta
adalah
konferensi ini kemudian menghasilkan
dinsampaikan (2000:8)
oleh
yang
sebuah
lebih
diselenggarakan
United
Yanti
mengutip
gerakan
sosial
dan
politik, yang terdiri dari sebagian besar wanita
dan
7
sebagai
suatu
program
memperjuangkan
aksi.
Alvarez
dalam
tidak saja menjadi arena komunikasi
membuat ini tidak hanya mencakup
para aktivis pada level internasional
organisasi perempuan milik pemerintah
tetapi
saja, tetapi juga termasuk organisasi
mengenai
perempuan milik partai politik atau di
transnasional dan jaringan bagi kaum
keadilan
yang
persetujuan
gender.
Konferensi yang tersebut juga
juga
menimbulkan
pentingnya
kesadaran
sumber-sumber
bawah organisasi massa tertentu atau organisasi yang bergerak tidak saja pada isu wanita. Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
7
Murniati A. Nunuk P. 2004. Perempuan Indonesia dalam perspektif sosial, politik, ekonomi, hukum, dan HAM. Magelang:IndonesiaTera, hlm. 8 5
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
feminis.
Tabel
menunjukkan perempuan
Tabel
1
bawah
beberapa sedunia
di
atas
sebelum
di
konferensi
yang
Beijing,
diselenggarakan rangka
oleh
PBB.
globalisasi
isu
bahwa terdapat
deklarasi
mengenai
persamaan
perempuan
perempuan
keputusan di bidang politik.8
Beijing
merupakan
Konvensi
Perempuan
gender.
diselenggarakan di Mexico menghasilkan
beberapa konferensi atau pertemuan sedunia.
dalam
pernah
menunjukkan
Deklarasi
ini
Denik Iswardani W
Konferensi
di
rangkaian
dari
Sedunia
yang
dalam
pengambilan
Pertemuan Perempuan Sedunia selanjutnya
diselenggarakan
dimulai pada peringatan Tiga Dasawarsa
Copenhagen
tahun
PBB
juga
menghasilkan
ditetapkan sebagai Tahun Internasional
melaksanakan
Perempuan
Elimination
pada
tahun
1975
yang
(International
Women’s
kesadaran
(CEDAW).
memperjuangkan pembangunan,
“keseteraan, dan
perdamaian”.
Convention Of
Discrimination
untuk
1980
All
di yang
kesepakatan
Year). Pada peringatan tersebut muncul perempuan
hak
untuk On
The
Forms
Of
Against
Women
CEDAW secara terstruktur menjelaskan mengenai
konvensi
HAM
yang
Konferensi Perempuan Sedunia pertama 8
6
Murniati A. Nunuk P, hlm. 6 Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Denik Iswardani W
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
menyebutkan satu demi satu hak-hak
juga muncul di beberapa konferensi
perempuan dan selanjutnya diiringi oleh
internasional
ketetapan-ketetapan
yang
Konferensi Dunia tentang Lingkungan
berkesinambungan dengan implementasi
dan Pembangunan di Rio de Janeiro
konvensi
Dengan
pada tahun 1992. Partisipasi gerakan
terselenggaranya CEDAW, artinya setiap
perempuan juga mewarnai Konferensi
negara di dunia secara de jure gerakan
Dunia mengenai Hak Asasi Manusia di
perempuan
Wina
tersebut.
telah
mendapatkan
lainnya
tahun
seperti
1993.11
dalam
Konferensi
pengakuan. Namun secara de facto
internasional mengenai Kependudukan
pemerintah di masing-masing negara
dan
tetap masih harus membereskan banyak
diselenggarakan di Kairo pada tahun
persoalan dalam mengimplementasikan
1994 juga sangat penting bagi kaum
CEDAW
9
secara
utuh.
Secara
sederhana,
CEDAW
menyebutkan
bahwa
pelanggaran-pelanggaran
Pembangunan
perempuan
yang
karena
persoalan
kependudukan berkaitan erat dengan fungsi reproduksi perempuan.12
terhadap hak-hak perempuan adalah
Berdasarkan penjelasan di atas
bentuk pelanggaran terhadap hak asasi
tergambar bahwa membangun suatu
10
manusia.
Oleh
karena
itu,
adalah
kerangka kerjasama organisasi pada
sebuah konsekuensi logis jika negara
level
harus
jembatan untuk membicarakan isu-isu
bertanggungjawab
jika
terjadi
pelanggaran HAM di negaranya.
internasional
dapat
menjadi
perempuan yang melintas batas negara.
Konferensi Perempuan Sedunia
Feminisme
dalam
berbagai
bentuk
ketiga berikutnya diselenggarakan di
variasi lokalnya kini dapat dimengerti
Nairobi,
sebagai
dicapai
Kenya. dalam
pengakuan
Kemajuan konferensi
pentingya
penting ini
Hasil
penting
global.
Ini
yaitu
menunjukkan kesuksesan atau hasil dari
membahas
dialog, persetujuan, koalisi dan jaringan
masalah-masalah perempuan di Dunia Ketiga.
fenomena
lain
yang dijalin.13
adalah
Memang feminisme secara umum
mengenai pentingnya jaringan di antara
pada awalnya lebih berasal perspektif
NGO perempuan yang melintas batas
Barat. Perspektif itu kemudian menyebar
negara. Aktivitas gerakan perempuan 11
9
Goran Melander dan Gudmundur A. 1997. The Raoul Wallenberg Compilation of Human Rights Instruments. London : The Hague, hlm. 18. 10 Rebecca J.Cook (ed). 1994. Human Rights of Woman, National and International Perspective,. Philadelphia: University of Pennsylvania Press, hlm. 634. Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Baylis, John & Steve Smith. 2004. The Globalization of World Politics. An Introduction to the International Relations.New York: Oxford University Press, hlm. 683 12 Murniati A. Nunuk, hlm. 8 13 Ferree, Myra Marx & Aili Mari Tripp. 2006. Global Feminism: Transnational Women's Activism, Organizing, and Human Rights. New York: NYU Press. 7
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
Denik Iswardani W
ke seluruh dunia dengan berbagai variasi
Hal
tersebut
menyesuaikan dengan masalah-masalah
benturan karena perbedaan situasi social
lokal. Ini merupakan hasil saling belajar
dan budaya masyarakat yang berbeda
dan berbagi mengenai masalah-masalah
dengan negara Barat.
lain secara transnasional.
sering
Rohana
Arifin
menguraikan GERAKAN
PEREMPUAN
DI
MALAYSIA
menimbulkan
(1999)
perbedaan
perjuangan
kaum
dasar
perempuan
di
Malaysia dengan kebanyakan negara
Kaum wanita di Malaysia tidak
Barat.
Perbedaan
utamanya
adalah
suka dipanggil sebagai feminis karena
wanita di Malaysia tidak berjuang untuk
lebih berkonotasi dengan konsep dan
mendapatkan hak memilih. Hak tersebut
praktek yang diimpor dari Barat, dan
telah diberikan berdasarkan konstitusi
kurang sesuai dengan keadaan lokal.
ketika Malaysia mendapat kemerdekaan
Mereka lebih suka menyebut dirinya
dari Inggris tahun 1957. Partisipasi kaum
sebagai pejuang wanita, yang berjuang
perempuan sudah dimulai ketika mereka
melawan segala bentuk ketidakadilan
berjuang bersama-sama dengan kaum
ekonomi dan sosial, dan segala bentuk
pria melawan rezim kolonial di Malaysia.
kekerasan terhadap kaum perempuan. Pada
kenyataannya
14
gerakan
Persamaan hak ketika itu adalah dalam konteks
perjuangan
untuk
meraih
perempuan di Malaysia sangat kuat
kemerdekaan negara, bukan sebagai isu
dipengaruhi oleh feminisme dari Barat.
gender. Setelah tahun 1945, ketika
Gerakan mereka
perjuangan
didukung
oleh
kebanyakan golongan
hanya
elit
dan
menuntut
kemerdekaan
semakin memuncak, kaum wanita di
menengah ke atas yang berpendidikan
Malaysia
tinggi.
dibahas
pendidikan yang lebih baik terutama
adalah berkenaan dengan soal keadilan
untuk anak-anak perempuan meskipun
sosial, kesetaraan, hak kemanusiaan,
hal tersebut belum menjadi agenda
hak wanita, liberalisasi kaum wanita, dan
utama. Selain itu, mereka juga
pelbagai
menuntut adanya perwakilan politik baik
Isu-isu
utama
pendekatan
yang
yang
berpusat
pada kepentingan dan pandangan yang 15
memihak dan membela kaum wanita.
di
juga
tingkat
mulai
pusat
menuntut
maupun
mulai
daerah.
Partisipasi politik kaum perempuan di Malaysia
juga
dipengaruhi
oleh
14
Arifin, Rohana 1999 Arifin, Rohana. 1999. Feminism In Malaysia: A Historical And Present Perspective Of Women’s Struggles In Malaysia. Women’s Studies International Forum, Vol. 22, No. 4, hlm. 417–423. 15 Abd. Rahim Abd. Rashid. 1998. Gerakan Feminisme Di Malaysia. Antara Idelisme Dengan Matlamat. DEWAN BUDAYA, OGOS 1998, BIL 8 8
kemajemukan
etnis
yang
ada
di
JIL 20, M/S 10-11. http://www.sabah.org.my/bm/nasihat/wanita/femini sme.htm diakses pada 13 Maret 2010
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Denik Iswardani W
Malaysia.
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
Mereka
perjuangannya
pada
awal
berupaya
di
Malaysia
pernah
mengalami
untuk
kekerasan domestik dalam perkawinan
memperbaiki posisi etnik mereka sendiri.
mereka. Berdasarkan catatan Polis Di
Bentuk partisipasi politik mereka adalah
Raja
melalui sayap perempuan di masing-
perkosaan terhadap perempuan dan
masing partai politik yang mewakili etnik
anak-anak
mereka. Misalnya, Malaysian Chinese
Malaysia
(PDRM)
pada
tahun
kasus-kasus
2008
semakin meningkat sekitar 10%.
Association (MCA) dan Malaysian Indian
Isu
kekerasan
dalam
juga
16
rumah
Congress (MIC) yang mendirikan sayap
tangga tersebut menjadi perhatian utama
perempuan tahun 1950an dan 1960an.
gerakan wanita di Malaysia terutama
Perbedaan
adalah
mereka yang tergabung dalam JAG
perjuangan kaum wanita di Malaysia
(Joint Action Group). JAG merupakan
berkembang di bawah pengaruh kuat
koalisi
agama
menjadi
perempuan yang memperjuangkan hak
pedoman hidup dan sebagai identitas
perempuan di Malaysia. Pada tahun
mereka. Para aktivis perempuan di
1985, JAG mengawali kampanye anti
Malaysia
dan
kekerasan terhadap wanita. Beberapa
menghindari segala perdebatan yang
kelompok seperti Association of Women
bertentangan dengan tatanan sosial-
Lawyers (AWL), Malaysian Trades Union
budaya atau hirarki keagaamaan yang
Congress – Women’s Section, University
sudah ada. Mengenai hal ini kajian
Women’s
Cecilia Ng (2007) menunjukkan bahwa
Malaya), dan Women’s Aid Organisation
mempolitikkan hal-hal etnik dan agama
(WAO), bergabung dalam Joint Action
telah
Group against Violence Against Women
Islam
lainnya
yang
sangat
semakin
telah
berhati-hati
mempersempit
ruang
gerak perjuangan kaum wanita yang
dari
beberapa
Association
kelompok
(University
(JAG-VAW).17
memang sudah terbatas.
Isu
kekerasan
terhadap
Gerakan perempuan di Malaysia
perempuan di Malaysia dahulu bukan
pada awal kemunculannya menumpukan
merupakan hal yang biasa untuk dibahas
kepada isu kekerasan domestik terhadap
di publik. Dalam rangka International
kaum
Women’s Day, JAG melakukan road
perempuan
dan
anak-anak.
Insiden kekerasan domestik yang biasa
show
terjadi
nasional, dan ternyata mendapat respon
adalah
kekerasan
seksual,
pemerkosaan, perdagangan wanita, dan
yang
penderaan psikologis. Penelitian yang
16
dilakukan oleh Fuziah Salleh (2010) menunjukkan bahwa hampir 50% wanita Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
untuk sangat
melakukan baik.
Ini
kampanye mendorong
Berita Harian, 12 Mei 2009 Joint Action Group against Violence Against Women. 1985. “Proceedings of a Workshop-cumExhibition on Violence Against Women”, 23-24 Maret. 17
9
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
pembentukan
beberapa
NGO
Denik Iswardani W
seksual,
Sis
untuk
perjuangan
perempuan baru seperti All Women’s
perempuan
Action Society (AWAM), Sabah Women’s
perempuan
Action Resource Group (SAWO). Others
masalah isu ketenagakerjaan. Selain
like
Development
tergabung dalam JAG, kebanyakan NGO
Collective (WDC), Sarawak Women for
perempuan di Malaysia juga bergabung
Women’s
dan
dengan National Council of Women’s
di
Organizations (NCWO). NCWO secara
the
Service
Women’s Penang.
Women’s
Crisis
(SWWS), 18
Centre
(WCC)
19
Islam, di
dan
hak
MTUC
komisi
memgurusi
resmi berdiri pada tanggal 25 Agustus
Sebagai suatu gerakan sosial,
1963 yang bertindak sebagai coordinator
JAG bersifat ad hoc dan informal,
konsultasi dan badan penasehat untuk
dengan keanggotaan yang terbagi dalam
meningkatkan status kaum perempuan
urusan isu-isu khusus. Pada tahun 2005,
dan partisipasinya dalam pembangunan
untuk lebih memperluas koalisi dan
nasional.
NCWO
mempunyai
afiliasi
20
perjuangannya demi keseteraan dan
dengan 125 NGO lainnya. Dengan kata
tidak
lain,
adanya
kehidupan
diskriminiasi
perempuan,
terhadap
jaringan
ini
NCWO
payung
merupakan
bagi
NGO
organisasi perempuan.
berubah namanya menjadi Joint Action
Keberadaan
NCWO
Group for Gender Equality (JAG/GE).
meluasnya
kesadaran
Meskipun belum bersifat formal secara
wanita, kegiatan NGO perempuan tidak
resmi,
memiliki
saja hanya membela kepentingan dan
komposisi yang lebih permanen yaitu
menjaga kebajikan semata-mata tetapi
AWAM, WAO, WCC Penang, WDC,
juga mulai melakukan langkah-langkah
Sisters
komisi
agitasi (penentangan) terhadap undang-
perempuan di Malaysian Trades Union
undang yang diskriminatif terhadap kaum
Congress (MTUC) Women’s Committee.
perempuan.21
jaringan
in
ini
Islam
telah
(Sis),
dan
dan
semakin emansipasi
Mereka mempunyai tujuan yang hampir sama
tetapi
memiliki
strategi
dan
mengkampanyekan isu yang berbeda. AWAM
melakukan
kampanye
anti
perkosaan, WAO untuk anti kekerasan domestik,
WCC
untuk
pelecehan
18
Sejak tahun 2003, organisasi ini lebih dikenal dengan nama Women’s Centre for Change. 19 Ng, Cecilia, Maznah Mohamad and tan, beng hui (2006), Feminism and the Women’s Movement in Malaysia: An unsung (r)evolution, London and New York: Routledge, hlm. 185. 10
20
http://www.ncwomalaysia.org.my/ diakses pada 2 April 2011 21 Makmor Tumin. 2006. Wanita di Malaysia, Perjuangan Menuntut Hak. Kuala Lumpur: Penerbit Universiti Malaya. Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Denik Iswardani W
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
Secara teoritis untuk mencapai
Hal tersebut bisa dikatakan sebagai
tujuannya, gerakan perempuan dapat
bagian
menjalankan sejumlah strategi. Salah
“institusionalisme feminis”
satunya adalah dengan bergabung atau
digunakan untuk memahami mengenai
melembagakan gerakan mereka, bahkan
ide institusionalisme.22
bergabung dengan pemerintah. Karakter
dari
bentuk
baru
yang dapat
Apa yang terjadi di Malaysia
gerakan sosial yang pertama diangkat
menunjukkan
pada tahun 1960an dan 1970an, pada
menjadi
awalnya ditandai dengan kegiatan protes
antara NGO-NGO perempuan dengan
melawan negara dan melawan norma-
pemerintah
norma
memperjuangkan
yang
mempunyai
mendominasi
struktur
,
dan
organisasi
yang
bahwa
NCWO
penghubung
NCWO
sering
komunikasi
dalam
yang
di
usaha
tuntutan
mereka.
sejarahnya
memiliki
longgar. Kini, gerakan-gerakan sosial,
hubungan
termasuk
berkuasa, ternyata lebih mendapatkan
feminisme,
dilembagakan
sebagian
dalam
telah
pemerintahan
dengan
respon
mengartikulasikan
dalam
NGO
praktek
maupun
norma-norma sosial. Hal
ini
perdebatan,
bahkan beberapa pemerhati menyatakan
sosial.
Ide
instiusionalisme
sebagai
secara efektif.
bahwa ini merupakan tanda berakhirnya gerakan
organisasi
bertindak
ketika
kepentingan
perempuan.
payung
menjadi
partai
pemerintah
maupun lembaga non-pemerintah, dan kebijakan,
dengan
NCWO
para
sebagai
perempuan
telah
kelompok
pelobi
23
Organisasi perempuan tersebut akan
lebih
terjamin
keberhasilannya
membawa konsekuensi bahwa gerakan-
dalam memperjuangkan wanita bila mau
gerakan sosial tersebut bergabung atau
berkerjasama dan berhubungan dekat
berkolaborasi
dengan
yang
lebih
mereka
dengan formal.
mesti
menyesuaikan diri
institusi-instusi Konsekuensinya,
menerima dengan
atau
birokrasi
lebih
menjamin
keberhasilan perjuangan wanita. Model seperti
ini
dikenal
dengan
istilah
cara-cara
“femokrat”, yaitu nama yang diberikan
perjuangan lain yang lebih variatif, yang
untuk para kaum feminis yang ditunjuk
bisa
untuk duduk atau mempunyai posisi di
membahayakan
mereka.
Hal
perubahan pergeseran
ini
berkaitan
struktur, yang
perjuangan
tidak
dengan
birokrasi dengan tugas khusus untuk
terjadinya
menghasilkan kebijakan yang lebih baik
nyambung,
perubahan dukungan pemerintah, hingga pemutusan dukungan dana.
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
22
Andrew, Merrindahl. 2010. Women’s Movement Institutionalization: The Need for New Approaches. Journal Politics and Gender 6(4), hlm. 609-616. 23 Rohana Arifin, hlm. 420. 11
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
mengenai perempuan.24 gerakan
Denik Iswardani W
Keberhasilan
perempuan
di
Malaysia
Gabungan, kerjasama di
konsolidasi
dan
antara NGO-NGO yang
misalnya, dapat dilihat dari terbentuknya
terwakili dalam NCWO dan JAG telah
Kementrian Wanita dan Pembangunan,
memberikan
lahirnya
Rumah
terhadap gerakan feminisme di Malaysia.
Tangga, Women’s Agenda for Change
Kegiatan NGO-NGO wanita tidak lagi
(WAC) dan Women’s Candidacy Inisiatif
terpusat hanya kepada isu-isu gender
(WCI). Hal ini tidak saja menunjukkan
semata-mata, tetapi berkembang pada
keberhasilan
dalam
isu-isu hak asasi. Dalam perjalanannya
juga
NCWO dan JAG memberikan kontribusi
pengaruh gerakan tersebut terhadap
yang amat besar dalam perjuangan
negara
wanita
Akta
mencapai
Keganasan
suatu
gerakan
tujuannya, dan
memahami ide
tetapi
masyarakat dan
dalam
tujuan gerakan
dan
kontribusi
hak
yang
asasi
besar
manusia
di
Malaysia.
perempuan. Di beberapa kantor pemerintahan
KESIMPULAN
bahkan sudah mempunyai unit khusus
Berdasarkan hasil kajian di atas,
perempuan. Para pegawai perempuan di
tulisan ini menyimpulkan bahwa konsep
pemerintah ini diperbolehkan menghadiri
perjuangan Feminisme Barat apabila
konferensi-konferensi
diterima begitu saja akan berbenturan
sedunia
yang
perempuan
berhubungan
dengan
dengan isu-isu dasar yang dihadapi oleh
perbaikan nasib perempuan. Setelah
kebanyakan
masyarakat
mengikuti
pertemuan-pertemuan
berkembang
seperti
internasional seperti di Wina, Denmark
kemunduran,
dan konferensi Beijing, banyak para
sosial, dan pergeseran kelas. Dalam
anggota parlemen perempuan yang lebih
konteks seperti inilah gerakan wanita
berani bersuara vokal menyangkut isu-
transnasional menjadi jembatan antara
isu perempuan. Para femokrat inilah
masalah-masalah
yang kemudian mempunyai tanggung
regional
jawab
pendekatan
beberapa
untuk
menyelenggarakan
pertemuan
dan
dan
di
negara
kemiskinan,
pemodernan,
lokal,
keadilan
nasional,
internsional. transnasional,
Melalui gerakan
seminar-
perempuan sedunia dapat mengangkat
seminar dengan NGO perempuan untuk
isu-isu lokal perempuan di suatu negara
menciptakan hubungan yang lebih dekat
dan
antara NGO dengan pemerintah.
24 25
membicarakanya
secara
global.
25
Andrew, Merrindahl, hlm. 610. Rohana Arifin, hlm. 421.
12
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Denik Iswardani W
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
Konferensi-konferensi sedunia
yang
menguntungkan
perempuan telah
sangat
perempuan
di
seluruh
dunia
untuk
memperkuat jaringan mereka.
gerakan-gerakan
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
13
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
Denik Iswardani W
DAFTAR PUSTAKA
Andrew,
Merrindahl. 2010. Women’s Movement
Ferree, Myra Marx & Aili Mari Tripp.
Institutionalization:
2006.
The Need for New Approaches.
Transnational
Journal
Activism,
Politics and Gender
6(4), hlm. 609-616.
Feminisme Di Malaysia. Antara Idelisme
Women's
Organizing,
And
Dengan
Press. Joint Action Group against Violence
Matlamat.
Against
Women.
1985.
Dewan Budaya, Ogos 1998, BIL
“Proceedings of a Workshop-
8
cum-Exhibition
JIL
20,
M/S
10-11.
http://www.sabah.org.my/bm/na sihat/wanita/feminisme.htm Rohana. Malaysia:
1999. A
Present
Hanspeter.
And
context. Dalam Doug McAdam,
Of
John D. McCarthy & Mayer N. Zald
Women’s Studies International
perspectives
Forum, Vol. 22, No. 4, hlm. 417–
movements:
423.
opportunities,
Baylis, John & Steve Smith. 2004. The
(ed).
framings,
An
Cambridge:
the
Relations.New
York: Oxford University Press
Women’s
Politics
of
Movements.
Perspectives on Politics 3 (3), hlm. 583. Scott.
on
social Political mobilizing
and hlm.
cultural 152–84. Cambridge
University Press. Meyer, David S & Tarrow, Sidney (ed).
Beckwith, Karen. September 2005. The Comparative
Comparative
structures,
Globalization of World Politics. International
The
social movements in a political
Women’s Struggles In Malaysia.
to
1996.
In
Perspective
Introduction
Violence
organizational structure of new
Feminism Historical
on
Against Women”, 23-24 Maret. Kriesi,
diakses pada 13 Maret 2010
Burchill,
Feminism:
Human Rights. New York: NYU
Abd. Rahim Abd. Rashid. 1998. Gerakan
Arifin,
Global
1998. The Social Movement Society: Contentious Politics for a
New
Century.
Lanham,
Maryland: Rowman & Littlefield. Murniati A. Nunuk P. 2004. Perempuan
2001.
International
Theories
of
Relations:
Feminism. New York: Palgrave.
Indonesia
dalam
perspektif
sosial, politik, ekonomi, hukum, dan
HAM.
Magelang:
IndonesiaTera. 14
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Denik Iswardani W
Gerakan Perempuan Malaysia: Kajian Gerakan Transnasional
Ng, Cecilia, Maznah Mohamad and tan, beng hui (2006), Feminism and the
Women’s
Malaysia:
Movement An
in
unsung
(r)evolution. London and New York: Routledge. Soenarti Djajanegara. 2000. Kritik Sastra Feminis.
Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama. Ticker, Aann. 2002. Feminist Perspective on
International
Relations.
London: SAGE Publications
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
15
KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM BERPOLITIK DITINJAU DARI PERSPEKTIF PEMBANGUNAN DAN BUDAYA STUDI KASUS: PARLEMEN INDIA DAN MESIR
Jeanie Annissa
[email protected] ABSTRACT In the last four decades, woman’s role in the national socio-economic development has been increasing. Woman has a significant contribution in development process instead of being considered as a weak creature. Gender is a discourse of socio-cultural construction that has been explained through dialogue to build better option for woman needs. Gender issues are usually related to development process and culture which then are also connected to socio-economic area thus give impact on woman’s role in politics. This paper discusses issues on woman from political and cultural perspective correlated with national development and politic representation in the case of study of India and Egypt who have strong cultural values. Keywords : Woman, Politic, and Culture
PENDAHULUAN
pembangunan selalu berkorelasi dengan
Tahapan
pembangunan
merupakan suatu karakteristik penting untuk
mengukur
kaum
representasi
perempuan.
pembagian kerja antara pria dan wanita. Dalam
perspektif
budaya,
arah
perempuan selalu termarginalkan untuk
pembangunan seperti tingkat pendidikan,
mendapatkan hak kemandiriannya dalam
perbaikan sosial ekonomi, peningkatan
menentukan pilihan. Perempuan selalu
urbanisasi dan perkembangan nilai-nilai
ditempatkan sebagai makluk yang tidak
modernisasi mengantarkan perempuan
memiliki posisi bargain. Padahal disisi
untuk
dalam
lain, pembangunan meningkatkan posisi
mendapatkan sumber-sumber politiknya.
tawar perempuan dan mensetarakannya
memiliki
Melalui
politik
budaya yang menyinggung persoalan
kemandirian
Pembangunan juga meningkatkan perempuan
untuk
eksistensinya,
menjaga
ekonomi
posisi
pekerjaan seperti
dan
melalui
menjaga
Namun, perspektif budaya juga
pertahanan
memiliki pengaruhnya sendiri. Setiap
tawar
dalam
organisasi
formal,
memiliki
masing-masing,
pengaruh
budaya walaupun
perkembangan pembangunannya setara.
organisasi-organisasi profesional lainnya.
Di suatu negara bisa saja perempuan
Kondisi
secara substansial memiliki kesetaraan
ini
pekerja
negara
ataupun
16
serikat
dengan laki-laki.
terbentuk
karena
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Jeanie Annissa
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
dengan laki-laki tetapi di negara lain
kekuatan besar yang bersinergi untuk
kondisi tersebut belum tentu terjadi.
menentang aktivitas politik perempuan
Sementara
berkaitan dengan peraturan representasi
budaya
selalu
dianggap
sebagai sesuatu yang sakral dan penting
minimal.
yang terus-menerus diyakini tetapi sulit
nasional di negara berkembang juga
secara
masih menganggap bahwa kaum lelaki-
langung
untuk
menguji
1
pengaruhnya.
pembangunan
lah yang mendominasi bidang publik
Dalam beberapa penelitian, rasio perempuan
yang
melek
huruf,
dan
bekerja
memiliki
berpendidikan
sedangkan wanita hanya mengurus hal yang
berkaitan
laki-laki
yang
melek
huruf,
dengan
lingkungan
rumah tangga atau domestik.
tingkat kemampuan yang sama dengan rasio
Gagasan
Namun,
seiring
pembangunan,
pertumbuhan
perempuan
mulai
berpendidikan dan bekerja. Asumsinya
mendapat tempat dalam memperoleh
bahwa perempuan dan laki-laki dalam
sumber-sumber yang diperlukan secara
lingkup
politis.
sosial
kesetaraan.
dan
politik
Dengan
memiliki
Ketika
sumber-sumber
politis
demikian
substansial dikuasai, lalu perempuan
meningkat.
membentuk kelompok kepentingan yang
Hipotesanya menunjukan penggambaran
efektif dalam memperoleh haknya yang
bahwa ukuran-ukuran kultur sangat erat
lebih luas.
representasinya
berkaitan
pun
dengan
keterwakilan
Pergeseran
nilai
peranan
perempuan. Penelitian ini memang dapat
perempuan sebagai imbas dari laju
mengidentifikasi
perkembangan
sebab-sebab
pembangunan
bukan
perspektif
budaya
representasi perempuan, tetapi hanya
berarti
berlaku di negara yang sudah maju. Di
terhadap
negara-negara berkembang, tidak ada
Perempuan selalu ditempatkan sebagai
variabel yang signifikan dan mempunyai
mahluk ”nomer 2” dalam segala bidang.
pengaruh yang konsisten.2
Khususnya,
Tingkat
pembangunan
melibas posisi
kaum
perempuan
perempuan.
di
negara-
yang
negara yang sarat akan tingginya nilai
rendah di negara-negara berkembang
budaya dan agama, selalu mendapatkan
sangat
sikap diskriminasi.
mempengaruhi
perempuan
dalam
representasi
berpolitik.
Ada
Di
negara
yang
memiliki
adat
budaya dan agama yang kental seperti 1
Richard, E. Matland, Pengaruh Pembangunan dan Kultur Terhadap Reresentasi Peremuan; dalam buku Perempuan di Parlemen Bukan Sekedar Jumlah, Bukan Sekedar Hiasan, Yayasan Jurnal Perempuan (YJP), International IDEA, Jakarta, 1999, hal. 27. 2 Ibid. Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
India -Hindu-, memperlihatkan bahwa banyak politisi perempuan mengalami kesulitan dunia
untuk
politik,
berpartisipasi apalagi
dalam
menyamakan 17
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
jurang
gender.
Persoalan
tanggung
jawab domestik, kurangnya kekuasaan finansial, politik
memuncaknya
dan
ancaman
Jeanie Annissa
dalam
politik
tetapi
juga
meningkatkan kinerja di aspek lainnya.5
kriminalisasi pembinasaan
bidang
Berdasarkan kajian
ini
penjelasan
akan
diatas,
menguraikan
karakter menyebabkan kesulitan yang
menganalisa
meningkat
kedudukan
peranan
wanita
dalam
berpolitik
ditinjau
dari
aspek
bagi
perempuan
untuk 3
menjadi bagian dari kerangka politik.
Banyak dari politisi perempuan di parlemen
India
menyatakan
bahwa,
lebih
lanjut
dan
tentang
pembangunan dan budaya melalui studi kasus di India dan Mesir.
sedikit sekali perempuan yang berada dalam posisi kepemimpinan. Sebagian besar dari
perempuan
METODOLOGI PENELITIAN
yang masuk
Metode
penelitian
ini
dalam kandidat pemilihan dikarenakan
menggunakan metode kualitatif dengan
takut
mengumpukan instrument pengumpulan
kehilangan
suara
pemilih
sedangkan partai tidak mau membuang
data
kandidat laki-laki.4
memberikan
Sejalan dengan itu, Mesir sebagai
berupa
dokumen
yang
dapat
jawaban
dari
inti
6
permasalahan.
Penulisan
ini
hanya
negara yang memiliki adat budaya dan
mendekripsikan informasi dan data yang
agama yang kuat -Islam-, menunjukan
tersedia tanpa pengujian hipotesa yang
adanya tingkat partisipasi perempuan
berkembang. Penelitian dalam penulisan
yang sangat rendah di parlemen. Kondisi
ini dilakukan melalui teknik pengumpulan
ini disebabkan oleh sejumlah faktor
data
meliputi
berupa
jumlah
perempuan
dalam
kepustakaan validitas
(library
research)
data-data
sekunder
anggota parlemen yang masih sedikit,
seperti buku, makalah, dan jurnal dan
minimnya
artikel baik elektronik maupun non-
peran
perempuan
dalam
pembangunan ekonomi dan sosial serta lemahnya
elektronik.
perencanaan strategi bagi
partisipasi perempuan. Perempuan arab,
PEMBAHASAN DAN HASIL
khususnya Mesir telah mengembangkan
Representasi Perempuan Di Parlemen
sejumlah strategi dalam menjalankan
India
mekanisme partisipasi
untuk perempuan,
memudahkan tidak
hanya
India menganut sistem demokrasi parlementer dua kamar dengan sistem politik
3
Shirin Rai, Kelas, Kasta dan Gender: Perempuan Dalam Parlemen Di India terdapat dalam buku Perempuan Di Parlemen, Bukan Sekedar Jumlah, Bukan Sekedar Hiasan, YJP, Jakarta, 1999, hal. 107. 4 Ibid, hal. 107.
18
multipartai.
majelis
rendahnya
5
Gehan Abu Zayd, Mencari Kekuasaan Politik Perempuan Dalam Parlemen Di Mesir. Yordania, dan Libanon, YJP, Jakarta, 1999, hal. 39. 6 John W. Creswell, Research Design, Jakarta : KIK Press, 2002, hal. 144.
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Jeanie Annissa
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
disebut dengan Lok Sabha (Majelis Rakyat) yang beranggotakan 545 orang, sedangkan
majelis
tingginya
implementasi
prakarsa
politik
yang 9
tanggap gender (gender-sensitive).
disebut
Tuntutan
terhadap
Rajya Sabha (Majelis Negara) yang
perempuan
beranggotakan
Wakil
dengan sistematis sampai terbentuknya
perempuan ada tahun 1991 sebanyak
Komite Status Perempuan Di India atau
5,2 persen dari seluruh anggota Lok
Commitee On The Status Of Women In
Sabha dan 9,8 persen dari seluruh Rajya
India (CSWI). Sebelum adanya CSWI,
250
orang.
7
Sabha.
di
India
representasi
gerakan perempuan
Persentase dibandingkan
ini
lebih
pada
di
India hanya
persoalan
peningkatan
posisi sosial-ekonomi perempuan tetapi
1996,
melalui
dalam
perempuan dalam institusi-institusi politik
perempuan.
khususnya dari kelompok akar rumput
Kecenderungan representasi perempuan
(grass root) harus ditingkatkan melalui
yang rendah dalam lembaga-lembaga
kebijakan
penambahan
perempuan.
10
umum
memperlihatkan persoalan
tahun
tertuju
berjalan
1989.
Pemilihan
parlemen
rendah
tidak
tahun
kemunduran
representasi
politik di negara-negara baru dapat menjadi suatu hal yang mencemaskan untuk keberlangsungan demokrasi. Penyebab
laporan
representasi
kursi
untuk
Di tahun 1988, Rencana Perspektif Nasional
kemunduran
CSWI,
Untuk
Perempuan
ini
mengusulkan kuota 30 persen bagi
disebabkan oleh menguatnya sistem
perempuan yang diperkenalkan diseluruh
kepartaian
tingkatan
yang
marjinalisasi ataupun
politik
mengakibatkan berdasarkan
pengambil-alihan
isu
gerakan
badan-badan
Kelompok-kelompok
pemilihan. perempuan
mendorong partisipasi kelompok akar
berdasarkan isu-isu tunggal. Mayoritas
rumput
gerakan-gerakan perempuan di India
akhirnya
harus berhadapan
diapresiasikan kedalam Amandemen ke-
8
seperti ini.
dengan
pola isu
Di sisi lain, Partai-partai
setempat
mendapatkan
Tuntutan hasil
itu yang
Di tahun 1995, persoalan kuota
masih
menjadi isu polemik ketika perempuan
lemahnya mereka secara organisasional.
dihadapkan dalam perspektif budaya dan
Oleh
agama.
karena
dianggap
dikarenakan
politik.
73 dan 74 dalam konstitusi di India.11
politik di India masih bergantung pada elite
dalam
itu,
sebagai
kondisi
tersebut
perlawanan
atas
Ketika
Rancangan
Undang-
Undang yang berisi tentang isu kuota di
7
Hem Lata Swarup, Niroj Sinha, Chithra Ghosh, Pam Rajput, Women’s Political Engangement In India dalam buku B. Nelson and Chowdhury, Women and Politics Worldwide, London, Yale University Press, hal. 362. 8 Op.Cit, Shirin Rai, hal. 107.
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
9
Ibid, Shirin Rai. GOI (Government Of India Publication), 1974 dalam tulisan Ibid, Shirin Rai, hal. 108. 11 Ibid 10
19
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
Jeanie Annissa
parlemen XI pada tahun 1997, beberapa
yang
partai mengajukan sikap keberatannya
menempatkan mereka lebih istimewa
dengan beberapa alasan. Pertama, isu
dan memiliki banyak pilihan daripada
kuota
perempuan yang berasal dari kelompok
yang
tumpang
tindih
bagi
perempuan dan untuk perempuan dari
Sebagian
besar
kelompok
Posisi
kelas
selalu
kelas yang lebih rendah.
kasta yang lebih rendah. Kedua, isu elitisme.
ada.
Kasta
merupakan
ciri
dari
kehidupan publik dan politik di India.
perempuan merasa bahwa isu kasta
Sebagain
dapat memecah belah kaum perempuan.
perempuan berasal dari kasta tinggi.
Banyak yang merasa khawatir mengenai
Namun, bukan berarti korelasi politik
hak-hak istimewa yang akan diberikan
semata-mata dikaitkan dengan kasta.
kepada
Ada
perempuan
elite
dengan
besar
juga
anggota
parlemen
perempuan
yang
menjamin kursi bagi mereka di parlemen,
keterwakilannya
padahal kaum-kaum perempuan elite
tergabung dan aktif dalam pergerakan
inilah yang mendukung adanya jumlah
politik, perjuangan nasional dan gerakan
kuota khususnya dari kelompok akar
anti keadaan darurat. Dengan demikian
12
rumput.
jumlah
Profil perempuan di Parlemen India tahun
1996,
mayoritas
perempuan-perempuan dari
kelas
kelompok sekali
terdiri
yang
menengah, preofesional
memiliki
dari
berasal
perempuan yang
hubungan
sedikit dengan
karena
perempuan
mereka
yang
mampu
mengambil manfaat dari sistem kasta ini masih
sedikit
meskipun
kasta
mempengaruhi profil, loyalitas dan kerja perwakilan dalam parlemen. Representasi parlemen
perempuan
walaupun
penting
dalam dalam
kelompok gerakan perempuan. Sebagian
landasan keadilan sosial dan legitimasi
besar dari mereka memasuki dunia
sistem politik, tidak dapat semudah itu
politik
diterjemahkan
lewat
hubungan
keluarga, gerakan
sebagian
lagi
melalui
mahasiswa
dan
hak-hak
sipil,
dan
representasi perempuan.
ke
dalam
berbagai Tidak
perbaikan kepentingan
hanya
persoalan
sebagian lagi hasil dari prakarsa negara
kasta semata tetapi ditentukan juga
untuk meningkatkan representasi kasta-
dalam
kasta lebih rendah.
13
kemampuan
perempuan
mengelola isu yang berkembang di
Mayoritas perempuan di Parlemen
masyarakat. Sistem yang mempengaruhi
terdiri dari kelas-kelas elite. Peran publik
dan menghambat suatu kelembagaan
mereka seringkali menantang stereotipe
berdampak diajukan
12 13
terhadap perempuan
isu-isu di
yang
parlemen.
Ibid Ibid
20
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Jeanie Annissa
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
Dalam tulisan Shirin Rai14 dikatakan bahwa,
sebagian
besar
anggota
memberikan
kepemimpinan partai.
Melihat pengaruh dan hambatan
yang bermutu tinggi dalam melolokan
yang
kepentingan
parlemen
anggota
dalam
15
parlemen perempuan tidak memiliki isu
Perempuan.
pengaruh
dibebankan
kepada
perempuan
di
India,
parlemen perempuan tersebut hanya
membuktikan
merasa cukup dan sekedar mengisi
menjadi saluran antara kepemimpinan
komite-komite yang berkaitan dengan
partai
ekonomi, hubungan internasional dan
khususnya yang perempuan mengenai
perdagangan.
isu-isu
Mereka
hanya
dan
perempuan,
berarti
perempuan.16
sudah
melakukan
keterwakilan politik perempuan tanpa memberikan pengaruh yang substansial. Isu-isu penting dalam pembahasan gender
dan
representasi
juga
yang
menganggap dengan berada di parlemen mereka
bahwa
anggota
mereka
dapat
anggota-anggotanya
berkaitan
keluarga,
dengan
dan
hak-hak
Saat ini, Majelis Tinggi parlemen India
telah
menyetujui
Rancangan
Undang-Undang yang akan menyisihkan
adalah
sepertiga dari seluruh kursi di parlemen
mengenai konstituensi yang diwakili oleh
nasional serta badan pembuat undang-
perempuan.
Ketika
isu
mengenai
undang untuk para perempuan. RUU ini
perempuan
muncul
di
parlemen,
mengalokasikan sepertiga dari seluruh
perempuan yang berada di parlemen
kursi di parlemen nasional dan legislator
harus
setiap
negara bagian untuk para perempuan.17
kesejahteraan,
RUU ini diloloskan dengan dukungan
kekerasaan terhadap perempuan, serta
186 anggota dari 245 anggota majelis
perlindungan
tinggi.
berpartisipasi
perdebatan.
merupakan
dalam
Isu-isu terhadap isu-isu
perempuan yang
mendapatkan
perhatian
mensinergikan
kinerja
harus
dan
bisa
menentang,
satu
anggota
sementara
yang
beberapa
anggota partai kecil melakukan veto.
perempuan di
parlemen.
Hanya
Sekarang ini, para perempuan hanya memiliki 10 persen kursi dalam
Beberapa perempuan di parlemen
parlemen. Kursi yang disisihkan untuk
memanfaatkan instruksi pimpinan partai
para perempuan ini akan dipilih secara
untuk
sayap
bergilir. Hal ini berarti kaum perempuan
perempuan. Meskipun situasi ini tidak
dalam setiap konstituante di daerah
melibatkan
meningkatkan
diri
status
dalam dan
peranan
perempuan di partai, tetapi banyak dari mereka yang berhasil menjalankan dan 14
Ibid, Shirin Rai, hal. 112.
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
15
Ibid, Shirin Rai, hal. 113. Rai S.M, Women Negotiating Boundaries Gender, Law and The Indian State, Social and Legal Studies, Vol.4, No.3 Setember 1995. 17 www.bbcindonesia.com “India loloskan UU Persamaan Wanita” diakses 14 April 2011. 16
21
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
Jeanie Annissa
pemilihan wilayah negara bagian akan
politik dan ekonomi yang terjadi di
memiliki satu wakil. Dengan adanya
Mesir.19
keterwakilan perempuan di tiap daerah
Ekonomi di Mesir, saat ini dicirikan
pemilihan dapat menjadi saluran aspirasi
terutama oleh Program Penyesuaian
dari
Struktural (SAPs-Structural Adjusment
isu-isu
perempuan
yang
berkembang.
Program) yang direkomendasikan oleh
.
IMF yang menimbulkan dampak negatif
Representasi Perempuan Di Parlemen
terhadap
Mesir
didasarkan pada dua unsur utama, yakni:
Anggota parlemen perempuan di
dalam
perempuan
terutama
parlemen
tidak
Kebijakan
ini
pertama, berkurangnya peran negara
Mesir mengungkapkan bahwa 68 persen anggota
perempuan.
bidang di
kesejahteraan
bidang
sosial,
pendidikan
dan
memadai jika dikaitkan dengan tingkat
kesehatan. Kedua, privatisasi industri-
partisipasi politik perempuan. Kondisi ini
industri
disebabkan
mentransformasikan ekonomi ke suatu
meliputi,
oleh masih
beberapa
faktor
sedikitnya
jumlah
milik
Kebijakan-kebijakan tersebut telah
peran perempuan dalam pembangunan
mempengaruhi
ekonomi
kedalam
banyak
tenaga
kerja
sosial
dan
lemahnya
perencanaan strategi bagi partisipasi 18
perempuan.
yang
sistem yang berbasis kekuatan pasar.20
perempuan anggota parlemen, kecilnya
dan
negara,
situasi
perempuan
persoalan. membuat
Migrasi peranan
perempuan bergeser sehingga beban
Suatu fakta bahwa perempuan di
sosial yang dideritanya menjadi besar.
Mesir, kewarganegaraan serta hak-hak
Dalam waktu yang bersamaan, negara
politiknya dijamin dalam Undang-Undang
pun telah mundur dari peranannya untuk
1956, namun lingkungan sosial ekonomi
meningkatkan
di
Situasi
negara
tersebut
telah
berjalan
kesejahteraan
ini
akhirnya
menentang hak-hak politik perempuan
sebagian
tersebut.
memanfaatkan
Nilai-nilai
yang
mendorong
sosial.
dimanfaatkan
golongan
dengan
Islam
sebagai
partisipasi perempuan dalam urusan-
pembenaran program kebijakan melalui
urusan
pelayanan sosial.
dengan akibatnya
publik
saling
nilai-nilai konflik
berdampingan
reaksioner, diantara
dua
dan nilai
Kelompok pelayanan
islam
sosial
membangun hanya
untuk
tersebut hanya menghabiskan waktu dan
mendorong ideologi politik mereka yang
menjadi semakin intensif karena situasi
bermusuhan terhadap perempuan, yang 19
18
Op.Cit, Gehan Abu Zayd,, hal. 39
22
20
Ibid Ibid Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Jeanie Annissa
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
akhirnya membawa perempuan hanya
sebagai
mengurusi
saja.
menempati posisi bargain. Kondisi ini
Dengan demikian, situasi ini berakibat
terbukti dengan terpilihnya Rawya ’Atiya
pada menurunnya partisipasi ekonomi
sebagai
perempuan
perempuan
pertama kalinya. Situasi ini di dukung
termarginalkan ke dalam bidang-bidang
oleh ideologi sosialis yang mendukung
tertentu yang tidak memiliki posisi-posisi
perempuan
penting.
pemerintahan dan politik. Sesaat setelah
hal-hal
domestik
sehingga
Anggota parlemen terbentuk dalam
itu,
pelayan
sosial
anggota
di
juga
parlemen
dalam
tahun
tetapi
semua
1976
untuk
aspek
ketika
sistem
dua era besar, yaitu: era gerakan
multipartai kembali diterapkan, partisipasi
nasionalis dan era negara satu partai
politik perempuan rendah dan mereka
dalam periode pasca kolonial. Gerakan
dianggap
perempuan
pada
dengan
secara
gerakan
langsung
terkait
nasionalis
yang
dipimpin oleh kalangan laki-laki dan
sama
dengan
umumnya
masyarakat
dikarenakan
kultur
sistem satu partai tidak mendorong adanya pluralitas politik.22
perempuan terdidik yang berasal dari
Ada empat hal yang digunakan
kalangan menengah-atas. Perempuan
untuk
aktif
nasionalis
berpolitik di Parlemen Mesir, yaitu23: (i)
dikarenakan keluarganya terkait dengan
Alokasi kursi sebanyak 30 kursi telah
aktivis politik laki-laki. Perempuan tidak
dicadangkan untuk perempuan sesuai
diberikan akses untuk dapat menduduki
dekrit
jabatan
menominasikan perempuan dalam daftar
dalam
gerakan
pembuatan keputusan. Para
pemimpin
perempuan
memperjuangkan
kebijakan
memudahkan
presiden
tahun
perempuan
1979.
(ii)
tidak
partai. (iii) perempuan mencalonkan diri
yang
sebagai
kandidat
perorangan
dalam
memperlihatkan pemahaman yang benar
pemilihan perempuan. (iv) perempuan
mengenai permasalahan dan kebutuhan
ditunjuk sebagai anggota parlemen oleh
perempuan. Aktivitas politik perempuan
presiden, yang mempunyai hak untuk
hanya melingkupi persoalan amal dan
menunjuk sampai 10 anggota parlemen,
juga memberikan pelayanan sosial.21
proporsinya
Namun, sesudah revolusi tahun 1952,
Mesir
menghapuskan
tunggal. Saat pemilihan tahun 1957, lingkup
peranan
perempuan
Mesir
bergeser. Mereka berpolitik tidak lagi 21
Ibid, hal. 40.
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
selalu
diberikan
mengenai
kinerja
24
kepada perempuan.
sistem
multipartai dan memberlakukan partai
yang
Analisa perempuan
di
parlemen
Mesir
22
Dahlerup, Drude, From a Small to a Large Minority: A Theory of a Critical Mass Applied to the Case of Women in Scandinavian politics. Dalam Hem Lata Swarup and Sarojini Bisaria, Women, Politics and Religion, Etawah, India A.C Brothers, 1991, hal. 267-303 23 Op.Cit. Gehan Abu Zayd,, hal. 40. 24
Ibid. 23
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
mengungkapkan
hal.25
beberapa
Pertama, tidak adanya korelasi antara
Jeanie Annissa
tekanan dari konstituante terhadap isuisu lokal.
jumlah anggota parlemen perempuan dengan
jumlah
munculkan. bahwa
Kondisi
kuantitas
menjamin dalam
isu
yang ini
mereka
menjelaskan
perempuan
kemampuan
memunculkan
Partai
perempuan
periode parlementer perempuan masuk
penting
didalam
partai
ideologis
bergantung
yang
pada
perempuan
kuantitatif.
perempuan
Ini
yang
hanya
homogen.
terletak
dan masalah masyarakat dan bertindak
masyarakat.26
secara representatif dengan cara yang
mengungkapkan
perempuan
berbagai
isu
yang
yang
partai secara
Perbedaannya
pada sejarah politik,
interaksi
mereka
dengan
Anggota parlemen Mesir baik lakilaki
partisipasi
–
kesadaran kultur parlementer, serta sifat dan
terbuka dan efisien.
berkuasa
nasional-
terpilih untuk menghadirkan berbagai isu
Ketiga,
keanggotaan
termasuk daftar partai. Namun, dalam
Kedua,
sesuatu
tidak
partai kecuali pada saat-saat perempuan
demokrasi
bukan
Mesir
tidak
isu-isu
representasi
di
memberikan perempuan
yang berkenaan dengan perempuan. Isu
politik
maupun
perempuan
memiliki
kecenderungan untuk mengangkat isuisu
lokal
yang
berkaitan
dengan
meliputi pekerjaan politik, ekonomi dan
kesejahteraan sosial maupun lemahnya
sosial. Kajian ini juga menunjukan bahwa
infrastruktur dan pelayanan publik yang
wilayah
ada
utama
parlemen
perhatian
perempuan
anggota
adalah
isu-isu
di
masyarakat.
Rendahnya
pendapatan dan meningkatnya jumlah
ekonomi yang diikuti dengan persoalan
kemiskinan
sosial
penting terhadap masalah-masalah di
lainnya.
perempuan
Keempat,
anggota
kinerja
parlemen
yang
parlemen
memberikan yang
kemudian
pengaruh berpindah
terpilih berbeda dari kinerja mereka yang
pada isu-isu yang berkaitan dengan
memperoleh kursinya menurut sistem
pelayanan
cadangan
kinerja perempuan anggota parlemen
partai.
atau Dengan
perempuan parpol
suatu
demikian
dipengaruhi
dalam
sistem
kinerja
oleh
masyarakat
daftar
peran
dan juga
merefleksikan masyarakat
Wahbi Azza, Al-Mar’a Al-Misriya wa-l- Ajhiza AlTashri’ya (Perempuan Mesir dan Mekanisme Legislatif), Kairo, Markaz Al-bahuth wa-i- Dirasat Al-Siyasiya, 1995, hal. 17-20. terdapat juga dalam tulisan H. Farida AlNaqash, Perkembangan Partisipasi Politik Perempuan, Kairo, Fakultas Ilmu Politik dan Ekonomi; Universitas Kairo, 1994, hal. 12.
24
Dengan
situasi dan
demikian,
umum
bukan
dalam
kekuasaan
gerakan perempuan yang lebih progresif tetapi
25
sosial.
akibat
tekanan
lemahnya
politik
mekanisme
khususnya
yang
berkenaan dengan kenyataan bahwa partai-partai 26
politik
masih
tetap
Ibid. Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Jeanie Annissa
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
membahas isu-isu perempuan sebagai 27
isu-isu
sekunder.
diuraikan
Berikut
karakteristik
ini
perempuan di parlemen, tetapi kondisi
akan
tersebut bergantung pada sikap aktif-
keterwakilan
reaktif perempuan dalam menyuarakan
perempuan parlemen Mesir dalam tiga
isu-isu perempuan di parlemen.
periode.
Jika
ditinjau
dari
jumlah
keterwakilan politik perempuan menurut gambaran tabel, maka dapat dilihat bahwa isu ekonomi dan isu pelayanan sosial dari masa ke masa mengalami peningkatan. Meskipun begitu, jumlah perempuan yang mewakili tidak berarti berbanding
sama
dengan
jumlah
kuantitas isu yang mewakili kebutuhan perempuan. Dengan jumlah keterwakilan politik perempuan yang banyak belum tentu
mampu
kebutuhan
meng-cover
bentuk
perempuan
secara
menyeluruh. KESIMPULAN Keterwakilan
politik
perempuan
dalam parlemen menunjang mayoritas kaum perempuan untuk menyampaikan persoalan
ataupun
isu-isu
yang
Berdasarkan penjelasan tersebut, partai
berkenaan dengan kebutuhan proteksi
politik di Mesir hanya memposisikan
bagi
perempuan dalam persoalan-persoalan
kenyataan politis-realisnya perempuan
domestik, kalau pun mereka terlibat
masih
dalam
Tingkat pendidikan, persoalan kasta,
kancah
pemenuhan parlemen
politik
jumlah melalui
dikarenakan
perempuan daftar
ditinjau 27
bisa
terselesaikan berdasarkan
Walaupun
termarginalkan
dalam
dalam
politik.
di
budaya dan agama menimbulkan konflik
partai.
ataupun hambatan bagi representasi
Penanganan isu perempuan juga belum tentu
perempuan.
walaupun kuantitas
Ibid.
kaum perempuan dalam berpolitik. Dalam
kasus
di
India,
kedudukan perempuan dalam berpolitik masih
harus
persoalan Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
studi
berhadapan
budaya
dan
dengan
agama-hindu 25
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
Jeanie Annissa
yang membagi kelompok keterwakilan
menyatakan bahwa mereka perlu belajar
perempuan di parlemen dalam kasta-
mengenai
kasta sosial yang ada di masyarakat,
pembuatan
tanpa melihat kebutuhan konstituante
masalah keagamaan yang relevan untuk
dalam menyampaikan aspirasinya.
mempertahankan hak perempuan.
Kedudukan
perempuan
dalam
posisi
perempuan
dalam
Undang-Undang
dan
Dengan
demikian,
berpolitik di India telah diberikan tempat
perempuan
melalui pemberian kuota 10 persen bagi
terbentuk
kaum perempuan secara keseluruhan
perempuan
baik di majelis rendah maupun tinggi.
pembangunan seperti sosio-ekonomi dan
Walaupun kini telah diloloskan RUU
tingkat pendidikan meningkat. Namun,
kuota perempuan dengan memberikan
situasi ini juga harus didukung dengan
sepertiga kursi parlemen nasional dan
kemampuan
negara bagian tapi hal ini hanya sebuah
dalam membangun interaksi dan kerja
awal
perjalanan
mensuarakan
dalam
kedudukan
jika
berpolitik
dapat
hambatan-hambatan dalam
korelasi
perempuan
dengan
itu
sendiri
perempuan
dalam
sama
organisasi-organisasi
kepentingannya.
Kuota
perempuan, agar isu-isu yang berkenaan
yang diberikan bukan menjadi suatu
dengan
prasyarat
disuarakan demi melindungi hak-hak
bagi
perempuan
jika
perempuan
perempuan di parlemen tidak mampu
perempuan
mengelola atau mencari isu-isu yang
kekerasan sosial.
diperlukan oleh mayoritas kaum wanita. Sejalan dengan itu, studi kasus di
dari
Manfaat perempuan
tetap
lantang
kejahatan
pemberian
ataupun
kuota
bagi
juga
dapat
terlaksana
maksimal
ketika
perempuan
sadar
mengenai
Mesir juga bernasib tidak jauh berbeda.
dengan
Perempuan hanya ditempatkan sebagai
mengetahui
pelayan
bagi
haknya, sehingga bisa memunculkan isu-
masyarakat. Mereka terbatasi lingkup
isu publik yang khususnya berkenaan
berpolitik dalam partai karena dihalangi
dengan wanita. Oleh karena itu wanita
oleh
dapat
sosial
nilai-nilai
dan
budaya
amal
dan
agama.
dan
bertanggung
jawab
dan
Persoalan yang paling mendasar di
menunjukan eksistensinya dalam partai
kalangan perempuan anggota parlemen
politik maupun parlemen tanpa harus
adalah
termarginalkan
masih
minimnya
kebutuhan
pendidikan
dan
akses
informasi.
Kebanyakan
dari
anggota
parlemen
26
peranannya
menjadi
makluk ”nomer 2”.
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Jeanie Annissa
Kedudukan Perempuan Dalam Berpolitik …
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku : Richard,
Rai S.M, Women Negotiating Boundaries
E.
Matland,
Pembangunan
Pengaruh
Gender, Law and The Indian State,
Kultur
Social and Legal Studies,Vol.4,
dan
Terhadap Reresentasi Peremuan;
No.3 Setember 1995.
di
Dahlerup, Drude, From a Small to a
Parlemen Bukan Sekedar Jumlah,
Large Minority: A Theory of a
Bukan Sekedar Hiasan, Yayasan
Critical Mass Applied to the Case
Jurnal
(YJP),
of Women in Scandinavian politics.
International IDEA, Jakarta, 1999,
Dalam Hem Lata Swarup and
hal. 27.
Sarojini Bisaria, Women, Politics
dalam
buku
Perempuan
Perempuan
Shirin Rai, Kelas, Kasta dan Gender: Perempuan Dalam Parlemen Di India
terdapat
dalam
and Religion, Etawah, India A.C Brothers, 1991, hal. 267-303
buku
Wahbi Azza, Al-Mar’a Al-Misriya wa-l-
Perempuan Di Parlemen, Bukan
Ajhiza Al- Tashri’ya (Perempuan
Sekedar Jumlah, Bukan Sekedar
Mesir dan Mekanisme Legislatif),
Hiasan, YJP, Jakarta, 1999, hal.
Kairo,
107.
Dirasat Al-Siyasiya, 1995, hal. 17-
Gehan Abu Zayd, Mencari Kekuasaan Politik
Perempuan
Dalam
Markaz
Al-bahuth
wa-i-
20. H. Farida Al-Naqash, Perkembangan
Parlemen Di Mesir. Yordania, dan
Partisipasi
Libanon, YJP, Jakarta, 1999, hal.
Kairo, Fakultas Ilmu Politik dan
39.
Ekonomi; Universitas Kairo, 1994,
John W. Creswell, Research Design,
Politik
Perempuan,
hal. 12.
Jakarta : KIK Press, 2002, hal. 144. Hem Lata Swarup, Niroj Sinha, Chithra Ghosh,
Pam
Rajput,
Women’s
Political Engangement In India B. Nelson and Chowdhury, Women and
Artikel On-Line : www.bbcindonesia.com “India loloskan UU Persamaan Wanita” diakses 14 April 2011.
Politics Worldwide, London, Yale University Press, hal. 362. GOI (Government Of India Publication), 1974 dalam tulisan Ibid, Shirin Rai, hal. 108.
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
27
THE ROLE OF NGO & WOMEN EMPOWERMENT IN THE PEACEBUILDING PROCESS OF ACEH CONFLICT Ronald Roger Rohrohmana
[email protected] ABSTRACT With the signing of the Memorandum of Understanding (MOU) on 15 August 2005 in Helsinki, Aceh has a fair chance to create a fair, just and equal society after decades of protracted conflicts. Parties to this agreement – the Government of Indonesia and the Free Aceh Movement – have been implementing its clauses with commitment, receiving praise from the international community. However as men have been visible in the peace process, womens empowerment in the peace process has thus been limited. This paper will examine the role of non governmental organizations (NGO) in establishing the status of women's involvement and their participation in developing the Acehnese society and its governance as a part of the peacebuilding process. It expounds the level of women's involvement and deepth of their views which are taken into consideration along with whether the structures that are currently created as a result of the MOU provide equal opportunity for men and women in the peacebuilding process. As a conclusion, considering that women make up the majority of the Acehnese people, this paper underlines that NGO activities in women's empowerment vastly contribute to the peacebuilding process in Aceh. Keywords: NGO, Women Empowerment, Peacebuilding Process
BACKGROUND
have lobbied for the goal of achieving
A historical narrative of violence
sustainable
peace in
conflict
prone
and humanitarian tragedy caused by
areas. Women involvement in peace
conflicts throughout the world has shown
processes can inspire or confirm in
that women, while remaining a minority in
women an awareness of the political
terms
and
dimensions of conflicts and of their own
the
political position. Women have identified
of
perpretrators
being of
combatants conflict,
are
vulnerable majority, often victimized and
working
increasingly suffer the greatest harm.
opportunity to become organized, an
However, taking into account the active
experience that has proved useful in
role of women in peacebuilding the focus
other aspects of peacebuilding.
has then shifted to women as active agents of political change.
for
peace
as
a
unique
The interest of women in becoming involved in peace processes often stems
At the global level, women have
from their experiences in armed conflicts,
long been active in advocating peace.
whether primarily as victims or as armed
Both individually and in groups, women
participants. Women in conflict areas are
28
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Ronald Roger Rohrohmana
The Role Of NGO And Womens Empowerment In …
aware of the potential for transformation
relegated to “housekeeping” functions .
and reform in periods of peacemaking
In most cases, the activities of local
and often work intensively to be part of
woman activist were disapproved of, and
this process . Involvement in peace
women were told to stay at home and
processes can inspire or confirm in
take care of their children . Hence,
women an awareness of the political
discrimination
dimensions of conflicts and of their own
gender inequality can persist or deepen
political position. Women have identified
during the period after conflict, thereby
working
unique
limiting the opportunities of women to
opportunity to become organized, an
play significant roles in the design and
experience that has proved useful in
implementation
other
processes .
for
peace
aspects
as
a
of
reconstruction.
postconflict
Women's
against
of
women
and
peacebuilding
peace
In the case of Aceh, little attention
movements often focus on the shared
has been paid to the role that women
social
thus
played in the conflict in Aceh, their
producing greater solidarity across lines
survival efforts or their involvement in
of division.
development
and
active
Acording
the
is
humanitarian tragedy in Aceh, women
experiences
On
the
involvement
of
other
in
women,
hand,
peacebuilding
a
to
historical
are
limitations in specific skills, resources
submission and bear the consequences
and institutional
are
of being the wives and relatives of the
difficult to access in conflict situations.
“enemy”. In contrary, Acehnese women
Local male-dominated groups – even
played strategic roles, generated bright
those devoted to peace - may be
ideas and were able to find unique ways
resistant to the involvement of women.
to survive. They were able to become
Prevailing assumptions about their roles
agents of change in ushering peace. In
in society, particulary in relation to
February 2000, five years before the
decision
MOU had been signed, the first All
making,
assumptions
about
and their
stereotypical areas
victimized
and
challenge for most local actors due to
support, which
vulnerable,
peacebuilding.
suffer
of
Acehnese Women's Congress (Duek
expertise, have been used to exclude
Pakat Inong Aceh) was held. Nearly 500
women from the peace processes. In
women, many of whom suffered the
some cases, women may be invited to
direct consequences of armed conflicts
join existing peace groups, but can then
engaged in discussions that demanded
be denied access to decision-making
the prioritazation of dialogues towards
positions within the organizatios, and
resolving the conflict and for greater
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
29
The Role Of NGO And Womens Empowerment In …
Ronald Roger Rohrohmana
women's participation in all political
serve as the guiding questions of this
decision-making. Then in 2005, the
research.
second All Acehnese Women's Congress was held drawing more participants from
UNDERSTANDING NON
different elements of the society including
GOVERNMENTAL ORGANIZATIONS
former
(NGOS)
female
GAM
combatants.
Contributions to this development have largely
occured
the
Literaly, they are transnational, made up
establishment of structures by NGOs in
of individuals or national groups and not
parallel
official
to
the
mandated
through
NGOs have various definitions.
various
with
institutions
the
MOU's
implementation.
representatives
governments.
The
governmental
of
national
term
organizations”
“non (NGOs)
This paper is intended to explore
refers to a large range of organizations in
the role of women in the peacebuilding
the developed or developing world. In
process of conflict prone areas through
addition, it is a subject of ambigous
the
governmental
conceptions . Hence the term, NGO's
organizations (NGO). It expounds the
becomes all over applied to a wide
lessons learned from the peacebuilding
variety of organizations . “Voluntary
process in Aceh, Indonesia which was
organizations,” “nonprofit associations,”
established with the signing of the
“grassroots
Memorandum of Understanding (MOU)
organizations” etc. are often used to
between the Government of Indonesia
describe
(GOI) and the Free Aceh Movement
NGOs . A 1994 United Nations document
(GAM) on 15 August 2005 in Helsinki. As
describes an NGO as;
support
of
non
organizations,”
similar
“peoples
organizations,
i.e.,
men have been visible throughout the peace
process
implementation
and of
the
during
the
MOU,
the
involvement of women has thus far been limited . Issues such as the role of non govermental organizations (NGOs) in empowering
women
in
the
implementation of the MOU along with their views taken into consideration and whether the structures created as a result of the MOU
provide gender
equality in the peacebuilding process will 30
A non-profit entity whose members are citizens or associations of citizens of one or more countries and whose activities are determined by the collective will of its members in response to the needs of the members of one or more communities with which the NGO cooperates . Meanwhile,
Kerstin
Martens
defines NGOs according to the two major controversial interpretations;
tracks the
of juridicial
NGO and
sociological accounts, namely NGOs are Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Ronald Roger Rohrohmana
formal
The Role Of NGO And Womens Empowerment In …
(professionalized)independent
societal organizations whose primary aim
themselves compelled to follow through force of public opinion.
is to promote common goals at the national or international level.
LIMITATIONS
In general, there is no universally accepted
NGOs
WOMEN The Securing Peace document
however the way NGOs functions are
stresses the importance of a broad base
important. NGOs usually function as
of participation of all societal components
agents of international comprehension,
to
as shapers of public opinion, and as
development
pressure groups. NGOs affect national
women brings many benefits to the
governments,
peace
multilateral
institutions,
and
multinational
national
cooperations
of
EMPOWERING
yet,
and
definition
FOR
four
ways;
sustainable
peace
possible.
process.
and
Empowering
Women
informally
monitor the implementation of the peace
setting
agreement through local networks and
outcomes,
activities. Women can be an important
conferring legitimacy, and implementing
ally in monitoring efforts conducted by
solutions .
parties during peace processes.
agendas,
in
make
negotiating
According to Simmons, first, in setting
Furthermore the Securing the
agendas, NGOs through their vast global
Peace document published by UNIFEM
public-relations has the capability in
lists the benefits of empowering women
forcing leaders and policy makers to pay
in the peace process and how women's
attention.
participation
Second,
in
negotiating
can
improve
outcomes, NGOs own the capacity in
maintenance of peace:
designing mulitateral treaties that work.
Women's
Third, in conferring legitimacy, NGOs through their judgements or assestments play an important role in promoting or withholding
political
and
financial
support. NGOs also play important roles in turning agreements and norm into
organization
the
persistently
advocate for peace. Women often build a foundation for peace negotiations. Women
can
build
ties
among
opposing factions. Women
can
increase
the
reality. Moreover, NGOs increasingly
inclusiveness,
operate
sustainability of the peace process.
outside
existing
formal
frameworks, moving independently to meet their goals and establishing new standards, institutions,
hence and
transparency
and
Women ofthen complement official peacebuilding efforts.
governments,
corporations
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
are 31
The Role Of NGO And Womens Empowerment In …
Women can foster reconciliation and
Ronald Roger Rohrohmana
involved
in
the
dialogue
processes
provide and example for moving
spaning over five years that finally
society forwards.
culminated in the MOU in August 2005 . A second factor identified is the
Women often work to sustain the
failure to recognise the need to address
peace agreement on all levels.
women's rights as human rights by In an assestment carried out by
counterparts in the institutions mandated
UNIFEM and later published by the Crisis
by the MOU. The kind of gender-aware
Management
non
conflict resolution mandated by Security
governmental/ non profit organization
Council 1325 was not achieved. This was
from Finland responsible for brokering
mirrored in other political processes as
peace and holding mediations between
well; when Islamic Shari'ah law was
GOI and GAM, in 2006 indicated that
introduced to Aceh, as a part of the Law
women had limited involvement in the
on Governing Aceh (LoGA), women's
peace proses that led to the Helsinki
representatives were not involved . When
Agreement
Women's Policy Network, a local non
Initiative,
(MOU)
a
and
its
implementation. Technical reasons such
governmental
as the presence of Acehnese women
with gender equality issues, campaigned
with the substantial level of political and
for the insertion of gender sensitive
legal knowledge and familiarity has been
provisions to the
indicated as the cause of the limitation.
draft
However a deep assesstment into the
parliament were reluctant to include such
issue would identify the following as
provisions
principal
women's
their focus on women to be negatively
involvement in the peacebuilding process
discriminatory to men. Women were
.
considere only as objects of political
reasons
limiting
First, cultural paradigm in Aceh
have restricted women's involvement in
of
organisation
LoGA,
male
concerned
members
of
because they considered
processes, not active subjects .
the political spehere. Many Acehnese
Third, women's organizations cite
men believe that women do not have a
exhausted capacity as a critical factor
role to play in politics. Interestingly, most
limiting their involvement in implementing
Acehnese women submit to the same
the MOU. Women organizations in Aceh
gender constructions and are therefore
are finding it hard to conduct their
confine themselves from engaging on
grassroots activities and contributing to
political issues . Despite a record of
higher
advocating
fostering
advocacy due to the lack of human
barely
resources. Adding to this is the fact that,
for
reconciliation, 32
peace and women
were
level
policy
discussions
and
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Ronald Roger Rohrohmana
The Role Of NGO And Womens Empowerment In …
while male counterparts in NGOs work
for them. The signing of the Helsinki
full-time, a large number of women
agreement on the 15 August 2005 has
activists contribute only on a part-time
brought a sigh of relief to the battered
basis as they have other, especially
local population and the nation in general
family, obligations . As for financial
after decades of protracted conlflict and
resources, they are not the issue, as
the devastating tsunami disaster in 2004.
donors have channelled more funds than
For Acehnese women, the Helsinki
the organisations capacity can absorb .
peace agreement has a greater meaning. Women feel that with peace in Aceh they
Despite the above limitations, it is
can regain their freedom. Freedom to
important to take into account the
farm, to do business, to work and to
contributions that Acehnese women have
travel . With the new sense of freedom,
made to the MOU's implementation and
women are looking forward to having
to ensuring that women's rights in Aceh
more
are represented in this process.
themselves freely in the peacebuilding
opportunities
process
in
order
to to
express
develop
and
NGO & EMPOWERMENT OF WOMEN
reconstruct Aceh. The urge to voice their
IN ACEH'S PEACE PROCESS
concerns and make decisions on issues
In Aceh's case, NGOs are crucial
relating to health and education are
elements in building peace and justice.
becoming
When
societal
before, the main problem in Aceh's
development of Aceh, it has to be
peace process related to gender issues
underlined that the local NGO has played
is the exclusion of women from the
a pivotal role already through the years
peace process itself. Womens concerns
of conflict. These local NGOs have been
and views were marginally accomodated
actively searching for various ways of
by signatories of the MOU leading to
obtaining peace despite that fact that
specific laws that take women and
many were silenced and shut down .
children into account being neglected.
However
also
During the drafting of the Law on
new
Governance of Aceh for instance, only
generation of Acehnese who have been
two women were involved and out of 15
commited to develop Aceh in a peaceful
gender related issues that was proposed,
and non-violent way. An unargurable fact
only 6 were taken into account in the
that can be obtained from all Acehnese,
draft that was sent to Jakarta . After the
both men and women is that peace and
peace agreement was signed between
the maintenance of peace is a top priority
the government and GAM, attempts were
looking
contributed
this to
at
the
situation the
rise
has of
a
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
more
intense.
As
stated
33
The Role Of NGO And Womens Empowerment In …
made
by
women
activist
to
Ronald Roger Rohrohmana
have
The establishment of regular meeting
women's voices and concerns heard in
and improved communication among
processes like law development and
NGOs, local government, national
distribution of donor assistance. The
government
government also has made efforts to
community.
and
international
address these concerns through the
The initiation of dialogues between
bureau for Women's Empowerment at
women's groups and key stakeholders
the Governors office. Limited resources,
in the peace process.
however, were seen to be a constraint for the bureau .
Improved understanding of the MOU and peace process so far among
With the growing urge of voicing their concerns and getting involved in the
women NGOs. Enhanced capacity of women's NGOs
decision making processes of Aceh,
to
women begun to engage on building
populations about the peace process
women grassroots NGOs coordinated by
and solicit information about womens
single networks such as the Womens
needs.
educate
their
beneficiary
Peace Network. The Woman's Peace Network was established in Desember
Due to the limitations imposed on
2005 with purpose of women's groups
women participate actively and openly in
working
for
the peace process, the constructions of
women to get more information about the
structures in parallel (NGOs) to the
peace process, and above all, to support
various institutions mandated with the
the maintenance of peace in Aceh. It
MOU's implementation, such as the
includes 26 organisations. These NGOs
Womens
under the coordination of larger NGOs
Womens Policy Network, women have
such
Network
been able to assist the implementation of
involved in socialising peace, Women's
the MOU while at the same time ensuring
Policy
that
together
the
more
Womens
Network
closely,
Peace
involved
establishing
gender mainstreaming from a regulatory
Peace
womens
Network
rights
are
and
the
taken into
consideration at the process.
and law point of view have lead to the following developments in gender equility and mainstreaming in Aceh:
CONCLUSION As women represents the majority
The establishment of more women
of the Acehnese people, they also form
organization networks that are familiar
the majority of the decision makers in a
with women's issues.
democratic system. The empowerment of women in the decision making process in
34
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
Ronald Roger Rohrohmana
Aceh
The Role Of NGO And Womens Empowerment In …
would help contribute to the
community related issues should be
peacebuilding process which aims at
established.
creating sustainable peace. As shown in
request funding from the international
this research, the role of NGOs as
community to provide aid for women
parallel institutions of structure mandated
NGOs
by the MOU has enable Acehnese
organisations in Aceh.
women
to
do
their
part
in
or
Government
gender
could
also
mainstreaming
the
implementation of the MOU, thus making a
significant
contribution
to
the
peacebuilding process in Aceh. Due to the limitations imposed on women participate actively and openly in the peace process, the constructions of structures in parallel (NGOs) to the various institutions mandated with the MOU's implementation, such as the Womens
Peace
Network
and
the
Womens Policy Network, women have been able to assist the implementation of the MOU while at the same time ensuring that
womens rights
are taken
into
consideration at the process. Although the presence of NGOs has brought significant change in lives of many
women
in
Aceh
by
having
forwarding their voices and concerns to stakeholders
of
the
MOU,
more
assistance is needed specifically from the
national
international
government
community
to
and
aid
the
activities of NGOs. Training on women's rights
and
programmes
gender should
sensisitive
be
introduced.
Proper representation of women in all organizations
and
bodies
deals
that
decision-making especially
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
to 35
The Role Of NGO And Womens Empowerment In …
Ronald Roger Rohrohmana
REFERENCE
Aceh, S . P. (2006, May 25). Womens Involvement in the Aceh Peace Process. (C. M.Initiative,
United
Nations
Development
Fund for Women. Kamaruzzaman, S. (2008) . Agents for
Interviewer)
change : T he role s of women in
Andarlini, S. N. (2000). Women at the
Aceh's peace process. In C.
Peace Table: Making a
Resources, Reconfiguring politics
Difference. New York: The United
: the Indonesia – Aceh peace
Nations Development Fund for
process (pp. 70-71). London:
Women (UNIFEM).
Conciliation Resources.
Ayissi, A . &. (2006) . Bound to Cooperate: Conflict, Peace and People in Sierra Leone. United Nations CIDA . (1998). Gender Equality & Pe acebuilding: An Operational Framework. Canadian International Development Agency. Clark, G. (1998) . The Politics of NGOs in South-East Asia: Participation and Protest in the Philippines. London: Routledge Press. Corrin, C. (2008). GENDER AUDIT OF RECONSTRUCTION PROGRAMMES
IN
SOUTH
EASTERN EUROPE. New York: The Urgent Action Fund and The World's Commision for Refugee Women and Children. UNIFEM. (2005). Securing the Peace: Guiding Community
the
International
towards
Women's
Effective Participation throughout Peace Processes. New York:
36
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
PERANAN NGO SEBAGAI REPRESENTASI PEREMPUAN TRANSNASIONAL DALAM RANGKA IMPLEMENTASI CEDAW DI MALAYSIA
Sharifah Syahirah Bt Syed Sheikh, Rashila Ramli
[email protected],
[email protected]
This article aims to discuss the role of NGOs in the efforts of empowering women in Malaysia through political representation that cross national boundaries. This Political representation happened after the Government of Malaysia ratifies the Convention of Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) and sent it to the CEDAW Committee: The First and The Second Report of Malaysia CEDAW in 2004. Through CEDAW, women NGOs had the opportunity to represent Malaysian woman by including them into NGO Shadow Report CEDAW Malaysia at the 35th session, May 22, 2006. Thus, this paper has three objectives studies, first, is to highlight CEDAW’s system that has enabled NGOs representing women globally. Second, is identify NGOs and played a substantive role. Third, analyzing the strength of NGO’s influence to ensuring the Malaysian Government and the progress of CEDAW’s domestication and women empowerment in Malaysia. Qualitative methods used to conduct interviews with 13 respondents among woman NGOs who has been involved directly and indirectly in the structure of CEDAW. Emphasis was also given to official documents, especially records Conclusion-732 Meeting-35th Session of the CEDAW Committee and Conclusions Comments of the CEDAW Committee. Primary data was obtained through observation and participation by attending 17 meetings, workshops and conventions that related to the women affairs in Malaysia which has been held during 2007 to 2009. This article will apply the social constructivist approach to global politics and upholding the feminist epistemology has been to strengthen the role of NGOs in the context of female political representation across the national border. This article finding that there are at least 30 NGOs showed involved descriptively. In terms of substantive representation, at least 24 roles have played a substantive role in voicing the interests of Malaysian women in the global governance. Keywords: NGOs, Women's Movement, Women Political Rights
PENDAHULUAN
India, bumiputera Sabah dan Sarawak.
Menurut Wanita,
data
Keluarga
Malaysia
pada
Kementerian
dan
tahun
Masyarakat 2010,
kaum
Terdapat
juga
golongan
warganegara asing seperti warganegara Indonesia, Filipina, Thailand, Cambodia
perempuan di Malaysia terdiri dari 49.1%
dan
populasi,
dari
sebanyak
60.4%
Malaysia.
beragama
Islam,
27,738,900 Sebanyak
yaitu
13,614,600
orang 32%
rakyat
Dari
segi
rakyat 19.2%
agama, Malaysia beragama
Buddha, 9.1% beragama Kristian, 6.3%
kebawah, 63.3% berusia 15 hingga 64
Hindu, 2.6% beragama Confusion dan
tahun dan 4.7% berusia 65 tahun keatas.
Toaism, 0.8% agama puak, 0.8% tidak
Perempuan
mempunyai agama dan 0,7% agama
Malaysia
14
Rohingya.
tahun
di
berusia
perempuan
terdiri
dari
berbagai kaum yaitu Melayu, China, Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
lainnya. 37
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
Awal
tahun
1960an,
agenda
pemberdayaan perempuan di Malaysia telah
mulai
ternyata
dijalankan.
Agenda
membuahkan
hasil
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli dan
kemajuan
pemberdayaan
perempuan di Malaysia.
ini dan
dibuktikan dengan tercapainya jumlah
KONSEP
REPRESENTASI
POLITIK
TRASNASIONAL
yang tinggi pada tingkat perempuan yang
Representasi segala
sektor
berbagai aktifitas dalam menyuarakan
serta
pembuat
yang
pendapat
mungkin akan terealisasikan jika tidak
berbagai proses membuat keputusan.
ada
yang
Representasi politik dapat terjadi jika
berupaya mewakili, menyuarakan dan
terdapat aktor yang hadir menyuarakan,
memobilisasi kepentingan perempuan.
mendukung,
Tulisan ini memberi tumpuan kepada
bertindak bagi kepentingan golongan-
pemberdayaan
golongan
perempuan
representasi
politik
kepentingan
dengan
keputusan. Namun, jumlah ini tidak
organisasi
dan
berkaitan
adalah
belajar di universitas, peningkatan dalam pekerjaan
hal
politik
dalam
melambangkan
yang
diwakili.
dan
Konsep
ini
perempuan yang telah dijalankan oleh
adalah kompleks karena ia melibatkan
berbagai NGO perempuan dalam proses
berbagai aktor dan mewakili berbagai
implementasi domestik Convention on
golongan serta masalah. Namun, ia
Elimination
against
seringkali dianggap sebagai konsep yang
Women (CEDAW) di Malaysia. Bentuk
berkaitan dengan struktur dan forum di
representasi politik ini merupakan bentuk
tingkat nasional saja. Menurut Zapplan
representasi yang melintasi batas-batas
(1996), Castiglione and Warren (2004),
negara yang berhasil diwujudkan dengan
Rehfeld (2006, 2009), Urbinati (2003),
adanya ruang dan forum-forum yang
Mansbridge (2005) dan Dovi (2006),
mewakili
transformasi politik global dan domestik
of
Discrimination
perempuan
dalam
tingkat
global.
telah menyebabkan perubahan dalam Maka, tulisan ini mempunyai tiga
objektif
kajian
yaitu
pertama,
bentuk dan sifat konsep representasi politik.
Fenomena
globalisasi
telah
mengetengahkan mekanisme CEDAW
membolehkan berbagai aktor tertentu
yang telah membolehkan NGO mewakili
berpartisipasi di tingkat global terutama
perempuan di tingkat global. Kedua,
dalam isu-isu yang lintas batas politik
mengkaji NGO dan peranan substantif
nasional.
yang
perempuan dapat diwakili oleh berbagai
telah
menganalisis
dimainkan. kekuatan
NGO
Ketiga, dalam
mempengaruhi Pemerintahan Malaysia
aktor
Golongan
yang
berupaya
lemah
seperti
menggunakan
forum global.
dalam memastikan domestikasi CEDAW 38
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
Terdapat peningkatan partisipasi pergerakan
sosial
dan
NGO
Dalam tulisan ini, NGO merupakan aktor
telah
yang mewakili kepentingan perempuan
berhasil mempengaruhi rakyat dalam
Malaysia di tingkat global yang telah
menyuarakan
menghantar
tuntutan-tuntutan
memenuhi
dan
demi
Laporan
NGO
Shadow
memperjuangkan
mengenai Laporan Pertama dan Kedua
kepentingan golongan-golongan rakyat
CEDAW Pemerintahan Malaysia (2005).
yang berbeda baik dari segi bangsa,
Aktor-aktor
gender, ketidakmampuan fisik bahkan
perempuan di Malaysia terdiri dari tiga
orientasi
aktor
seksual.
mempengaruhi
Hal
konsep
ini
telah
representasi
yang
utama
berperan yaitu
mewakili
CEDAW-PBB,
Pemerintah Malaysia dan masyarakat
politik ini (Held & Mcgrew 2002; Antrobus
sipil.
2004; Mayo 2005). Representasi politik
kerangka CEDAW yang terdiri dari Pasal
perempuan adalah salah satu bentuk
1 hingga Pasal 30. Satu kerangka,
representasi yang lintas batas negara
struktur dan situasi yang membolehkan
dan menjadi salah satu agenda global
aktifitas representasi berlangsung adalah
karena
dari
CEDAW sebagai forum global yang
populasi dunia (Phillips 1998; Karam
berada dalam ruang sosialisasi politik
1998;
global.
ia
melibatkan
Antrobus
separuh
2004).
Untuk
Hal-hal
yang
diwakili
adalah
menganalisis konsep representasi politik
Zapplan (1999), Dovi (2006),
ini, Dovi (2006) mengetengahkan empat
Urbinati (2006), Mansbridge (2005) dan
komponen utama representasi politik
Castiglione
&
yaitu;
berpendapat
bahwa
1) Aktor
yang
mewakili
organisasi, pergerakan
kali hanya terbatas pada representasi politik formal saja. Oleh karena itu,
yang yang
diwakili
seperti
diwakili
seperti
4) Satu kerangka, struktur dan situasi membolehkan
representasi
kajian
atau agen
pendapat, kehendak atau pemikiran.
yang
teori,
demokrasi dan representasi politik sering
kawasan, rakyat, kaum atau gender. 3) Sesuatu
(2005)
seperti
pemerintahan. 2) Golongan
Warren
berlangsung
aktifitas dalam
konteks politik.
konsep representasi tersebut bersifat sukar dan rumit (elusive) serta hanya digunakan untuk aktor politik negara dalam
konteks
kawasan.
Teori
menjelaskan
yang ini
negara
tidak
dan
berupaya
perkembangan
gerakan
sosial serta organisasi tidak formal yang kini
sering
mewakili
kali
berperanan
golongan-golongan
dalam tertentu
terutama golongan lemah dan minoritas. Selain Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
itu,
hubungan
di
antara 39
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
representasi
politik
formal
dan
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli diwakilkan dengan ide saja. Perempuan
representasi politik tidak formal ini tidak
perlu
dapat dijelaskan oleh teori dan kajian
perempuan
representasi politik yang terbatas. Maka,
memastikan kebijakan serta keputusan
tulisan ini mencoba mengembangkan
pemerintah sesuai dengan keinginan,
konsep representasi politik ini dengan
kepentingan
menerapkan
Keberadaan representasi deskriptif ini
dan
menganalisis
hadir
untuk
mewakili
secara
dan
kaum
fisik
situasi
perempuan.
representasi politik tidak formal dan
dapat
meluaskan
pada
representasi substantif. Sapiro (1998)
ruang sosialisasi politik global yang tidak
berpendapat bahwa representasi dari
terbatas pada negara dan kawasan.
populasi perempuan diperlukan karena
kajian
Tulisan kepada pandang
ini
representasi
memberi
memastikan
demi
peningkatan
tumpuan
populasi ini mempunyai pendapat dan
sudut
corak pemikiran tersendiri. Golongan
dan
perempuan berupaya memberi kesan
pengaplikasian
dua
representasi
politik
mengukur sejauh manakah keberadaan
proaktif
aktor yang mewakili perempuan dalam
politik dan membuat keputusan yang
ruang kepemerintahan global berperan
lebih seksama dalam negara.
demi
kepentingan
Malaysia.
Dua
perempuan sudut
dalam
institusi,
kepimpinan,
di
Di Malaysia, kepentingan dan
pandang
penjabaran dari representasi deskriptif
representatif politik yang ditumpukan
perempuan
adalah
representasi
perspektif lokal dan nasional oleh Lenore
pandang
(1981), Dancz (1984), Nik Safiah Karim
representasi substantif. Sudut pandang
(1984), Jamilah Ariffin (1984), Rashila
representasi
untuk
Ramli (1998, 1998ª, 1999, 1999a), Saliha
menjawab persoalan berkaitan dengan
Hassan (2005), Sharifah Zaleha Syed
sejauh manakah aktor yang mewakili
Hassan
melambangkan golongan yang diwakili
Mohammad (2001, 2002) dan Lai Suat
dan adakah aktor tersebut mempunyai
Yan (2003, 2004). Ahli-ahli akademik ini
persamaan dari segi rupa, pengalaman
juga mempercayai bahwa representasi
dan situasi kehidupan. Phillips (1998)
deskriptif
mengetengahkan
‘politik
memastikan pembangunan representasi
kehadiran’ bagi mengantikan konsep
substantif. Sudut pandang representasi
representasi tradisional yaitu ‘politics of
substantif merujuk kepada tindakan yang
idea’. Bagi Phillips (1998) golongan
dijalankan oleh aktor yang mewakili
minoritas perlu mempunyai aktor yang
untuk memenuhi kepentingan, kehendak
mewakili secara fisik dan bukan hanya
dan pendukung agenda komunitas yang
sudut
deskriptif
40
pandang
dan
sudut
deskriptif
adalah
konsep
telah
(1998,
diwacanakan
2006),
merupakan
upaya
dari
Maznah
untuk
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
diwakili. Analisis representasi substantif
Pemerintah Malaysia untuk memastikan
ini merujuk kepada hasil dan usaha yang
diskriminasi
telah dijalankan oleh berbagai aktor
dihapuskan. Pemerintah Malaysia telah
yang mewakili kepentingan golongan
menyiapkan
yang diwakili
2006).
Kedua CEDAW pada tahun 2004 dan
Dalam hal ini, kajian ini menggunakan
mengutus sejumlah besar delegasi untuk
pendekatan ‘hal pribadi adalah politik’
mempresentasikannya pada tahun 2006.
(the
Ini
(Sanbotmatsu
personal
is
political)
yang
terhadap
Laporan
menunjukkan
perempuan
Pertama
bahwa
dan
walaupun
dipopulerkan oleh feminis radikal dan
terdapat limitasi dari segi undang-undang
1
telah diterima oleh aliran feminis lain.
dan status CEDAW sebagai konferensi
Representatif
internasional,
substantif
juga
dinilai
Pemerintah
Malaysia
melalui upaya dan power yang dimiliki
menyetujui kesepakatan kepemerintahan
oleh berbagai aktor yang mewakili dalam
global yang perlu dilaksanakan oleh
mengetengahkan agenda perempuan di
pemerintah
Malaysia
CEDAW. Hal ini merupakan legalisasi
CEDAW.
melalui Maka,
kerangka
kerja
representasi
politik
merupakan
suatu
pemberdayaan
perempuan
terpenting
dalam
CEDAW
negara dalam
yang
meratifikasi
berperan
sebagai
dimensi
mekanisme kepemerintahan global yang
yang
telah mewujudkan representasi politik
memastikan
perempuan di Malaysia yang diwujudkan
domestikasi CEDAW di Malaysia.
dalam
ruang
sosialisasi
politik
kepemerintahan global. CEDAW: Mekanisme Pemerintah Global
Analisis normatif kepemerintahan global dapat digunakan untuk mengukur
Sebagai konferensi internasional,
kekuatan CEDAW sebagai platform dan
CEDAW mempunyai beberapa limitasi
mekanisme
yang disebabkan oleh sejarah hubungan
membolehkan
internasional yang mendukung prinsip
aktor untuk
state-centric.
Malaysia. CEDAW merupakan salah satu
Namun,
keberadaan
global
yang
keberadaan mewakili
telah berbagai
perempuan di
peraturan kepemerintahan global telah
dari sembilan
perjanjian hak asasi
membolehkan CEDAW mempengaruhi
manusia utama yang didukung oleh PBB dan merupakan perjanjian internasional
1
Terdapat berbagai aliran feminis yang dipengaruhi dan mengkritik aliran rasional yaitu feminis liberal, feminis maxis, feminis radikal, feminis poskolonial dan feminis posmodern. Walaupun menyadari kemajemukan pendekatan dan interpretasi feminis, kajian ini lebih tertumpu kepada sasaran utama feminis saja yaitu untuk memastikan tidak ada kesamaan dan kesetaraan perempuan. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
hak
asasi
manusia
yang
terbanyak
diratifikasi oleh negara-negara anggota PBB yaitu 186 negara dari 192 negara (Womenwatch
DAW,
CEDAW-PBB
2009). Dalam tulisan ini, CEDAW tidak 41
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
dinilai
hanya
konferensi
sebagai
salah
satu
hak
asasi
internasional
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli (Karl
1995; Womenwatch
2010).
Kedua,
DAW-PBB
prinsip-prinsip
yang
manusia saja, tetapi ia juga merupakan
terkandung dalam CEDAW adalah hasil
salah satu mekanisme global yang telah
dari
mewujudkan
internasional
ruang
sosialisasi
kepemerintahan global.
pengabungan yang
enam
konferensi
terdahulu
yaitu
Convention for the Supression of Traffic
Menurut Dingwerth (2003, 2004),
in Persons and Exploitation of the
terdapat tujuh prinsip utama mekanisme
Prostitution of Others (1949), Convention
kepemerintahan global yang diwujudkan
Concerning Equal Remuneration for Men
melalui
seperti
and Women Workers for Work of Equal
CEDAW yaitu partisipasi, ketermasukan,
Value (ILO) (1951), Convention on the
akauntabilitas, efektifitas, timbal balik
Political
(reciprocity),
dan
Convention Concerning Discrimination in
rasionalitas. Tulisan ini menganalisis
Respect of Employment and Occupation
CEDAW
(ILO)
institusi
internasional
universalitas
sebagai
mekanisme
Rights
(1958),
of
Women
Convention
(1952),
against
kepemerintahan global dari tiga aspek
Discrimination in Education (UNESCO)
yaitu latar belakang CEDAW, Pasal 1
(1962) dan Convention on Consent to
hingga Pasal 16 dan sistem struktur
Marriage, Minimum Age of Marriage, and
CEDAW.
Registration of Marriage (1964). Hal ini menunjukkan
a. Sejarah Terbentuknya CEDAW Sejarah menunjukkan
terwujudnya eksistensi
CEDAW prinsip
merupakan
bahwa konferensi
CEDAW yang
bersifat
universal dari segi aspek-aspek yang mewakili perempuan.
partisipasi dan universalitas. Pertama, CEDAW adalah konferensi internasional
b. Pasal 1 hingga Pasal 16 CEDAW.
yang terbentuk dari hasil partisipasi dan jaringan kerja NGO perempuan global2
Pertama, sebagai konferensi hak asasi
manusia
CEDAW
telah
menyiapkan definisi diskriminasi yang 2
Gerakan dan organisasi perempuan global (terutamanya Barat) telah mulai semenjak pendirian League of Nations. Ketika PBB berdiri, gerakan perempuan global ini telah memastikan isi Piagam PBB (1945) mendukung kesetaraan dan keadilan di antara lelaki dan perempuan. Pada tahun 1946, Commission on the Status of Women (CSW) telah didirikan dan menjadi mekanisme utama mempromosi kepentingan perempuan dunia. Usaha pergerakan perempuan global ini semakin menanpakkan hasil apabila Deklarasi Universal Hak Kemanusiaan juga telah mengakui kesetaraan gender (Karl 1995; Womenwatch DAW-PBB 2010). 42
mendukung prinsip universalis. Pasal 1 menyatakan; For the purposes of the present Convention, the term ‘discrimination against women’ shall mean any distinction, exclusion or restriction made on the basis of sex which has the effect or purpose of impairing or nullifying the recognition, enjoyment or exercise by women, irrespective of their marital status, on basis of equality of men and women, of human rights and Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
fundamental freedoms in the political, economic, social, cultural, civil or any other field.
Pasal 1 ini telah secara teliti memberi definisi
diskriminasi
dalam
dukungan
yang
termasuk
terhadap
prinsip
universalitas. Hal ini berbeda dengan definisi
yang
telah
dibuat
oleh
perwakilan terhadap perempuan dari kandungan Pasal 1 hingga Pasal 16. Berikut
adalah
The is no clear definition of the term ‘discrimination against women’. However, for practical purposes, it is often interpreted to mean treating women differently to men to detriment women.
dan
Kedua
CEDAW Malaysia 2004)
pasal
dalam
yang
mempunyai
sangat
mendukung
sempit prinsip
ruang
lingkup
dan
tidak
universalitas.
Definisi ini menjadi lebih sempit lagi karena ditambah dengan pernyataan bahwa pemerintah Malaysia mendukung implementasi tradisi dan adat yang notabene nya membedakan peran lakilaki dan perempuan. Ini menunjukkan Pemerintah Malaysia tidak menerima prinsip universalitas yang disebabkan oleh
keberpihakan
mutlak
terhadap
kepentingan adat dan tradisi. Dalam analisis hak asasi manusia, Malaysia mendukung doktrin relativis berbandang doktrin universalis yang didukung oleh CEDAW dan konferensi-konferensi hak asasi manusia lain. Sifat universalitas CEDAW juga dapat dilihat dari segi aspek-aspek
yang
CEDAW
menggambarkan dan
prinsip
masuknya
semua
ini
universalitas golongan
apapun
terhadap
perempuan harus dihapuskan. Tabel 1 menunjukkan ringkasan Pasal 1 hingga Pasal 16 CEDAW. Tabel 1 : Ringkasan Pasal 1 hingga Pasal 16 CEDAW Artikel Artikel 1
Definisi diskriminasi yang diberikan oleh Malaysia
yang
menunjukkan isi CEDAW. Enam belas
diskriminasi
Permulaan
1
perempuan dalam memastikan bentuk
Pemerintah Malaysia yaitu;
(Laporan
Tabel
Kandungan Artikel Definisi ‘diskriminasi terhadap perempuan’. Artikel 2 Penolakan ‘diskriminasi terhadap perempuan’ dan komitmen untuk menghapuskannya. Artikel 3 Kesamaan dan kebebasan hak perempuan dan laki-laki. Artikel 4 Special measures. Artikel 5 Implementasi tradisi dan stereotype. Artikel 6 Eksploitasi perempuan dan pelacuran. Artikel 7 Kehidupan publik dan politik. Artikel 8 Representasi dalam organisasi internasional. Artikel 9 Kewarganegaraan. Artikel 10 Pendidikan. Artikel 11 Pekerjaan dan hak-hak pekerja. Artikel 12 Kesehatan. Artikel 13 Hak-hak ekonomi, sosial dan kebudayaan. Artikel 14 Perempuan luar kota. Artikel 15 Hak-hak perundangan dan kapasitas perjanjian. Artikel 16 Keluarga dan perkawinan. Sumber: Diolah oleh penulis dari CEDAW (2010)
mencerminkan
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
43
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
c. Struktur CEDAW Analisis
struktur
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli oleh berbagai aktor global lain terutama
dan
mekanisme
agen-agen PBB dan NGO bagi agenda
CEDAW dapat dibagi menjadi dua, yaitu
perempuan. Keterlibatan Perhimpunan
analisis struktur melalui jaringan dasar
Agung PBB, ECOSOC dan CSW telah
global dan sistem penyerahan dan ruang
dinyatakan dalam Pasal 21 CEDAW. Ia
lingkup
CEDAW
menyatakan bahwa laporan pengambilan
melalui jaringan global dengan Negara-
keputusan dan pergantian ketua CEDAW
negara anggota PBB, agen PBB dan
dilakukan pada setiap Sidang Umum
konferensi-konferensi
PBB
CEDAW.
internasional.
Struktur
perempuan
Jaringan
ECOSOC
mengenai
global
aktifitas, serta saran yang berasaskan
menjadikan isi CEDAW salah satu dasar
penelitian laporan-laporan dan maklumat
penting dalam membuat keputusan dan
yang
resolusi seperti di konferensi-konferensi
anggota.
perempuan sedunia. Selain itu, CEDAW
diteruskan ke CSW oleh Majelis Umum
juga
politik,
PBB. CSW merupakan komponen PBB
dan
yang bertanggungjawab merancang dan
penyelidikan. Gambar 1 menunjukkan
menjadikan CEDAW sebagai sebuah
jaringan global CEDAW,
konferensi
mendapat
pembentukan,
dasar
melalui
sokongan pembiayaan
diperoleh
dari
Laporan
negara-negara tersebut
internasional.
akan
Keterlibatan
agen-agen PBB yaitu OHCHR, UNIFEM Gambar 1: Jaringan Dasar Global
dan INSTRAW adalah berdasarkan misi,
CEDAW.
prinsip dan objektif yang berlandaskan isi CEDAW. DAW dan OSAGI adalah dua badan
yang bertanggungjawab dalam
melaksanakan dokumentasi, menerima dan
membuat
laporan.
CEDAW.
Semenjak tahun 2009, tugas ini telah dipindahkan ke OHCHR. Gambar 1 juga menunjukkan 186 negara-negara anggota PBB yang telah Sumber: Sharifah Syahirah (2011)
meratifikasi CEDAW. Sebagai konferensi internasional, ratifikasi dari 186 negara
Gambar 1 menunjukkan keberadaan
anggota
berbagai aktor yang mempunyai jaringan
terbesar berbanding dengan konferensi-
dasar global dengan CEDAW. Jaringan
konferensi hak asasi manusia lain. Ini
dasar global termasuk prinsip, visi misi
menguatkan
dan pasal-pasal CEDAW telah didukung
melalui jaringan dasar global. Dalam
44
merupakan
sistem
ratifikasi
yang
kepemerintahan
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli konteks
Malaysia,
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
negara-
CEDAW. NGO bertugas menyiapkan
negara anggota PBB ini dapat dilihat
laporan NGO Shadow jika pemerintah
ketika
mengeluarkan
para
peranan
anggota
penambahan
laporan
resmi.
Dalam
pengecualian
konteks Malaysia, terdapat dua NGO
dibuat
oleh
utama yaitu NCWO dan JAG yang
Pemerintah Malaysia. Pasal 23 hingga
terlibat secara langsung dalam proses
Pasal 30 telah menyatakan mengenai
ini. Proses penyerahan dan pembuatan
status, jaringan kerja dan hubungan
laporan ini
konferensi dengan negara-negara yang
regional dan global seperti IWRAW-Asia
telah meratifikasinya. Ciri rasionalitas
Pasifik.
dapat dilihat melalui Pasal 23 yang
‘mediator’
menyatakan tidak ada provision dalam
kepentingan dan prosedur yang perlu
konferensi yang boleh menentukan yang
diikuti oleh NGO dan negara anggota
mana yang lebih sesuai untuk mencapai
apabila
kesamaan
mempresentasikan
kebijakan
dan
membantah
yang
telah
antara
laki-laki
dan
juga
NGO
melibatkan
ini
berperan
dalam
sudah
NGO
sebagai
menjelaskan
bersedia laporan
untuk masing-
perempuan yang mungkin terkandung
masing. Dalam sesi ke-32 pembuatan
dalam
laporan
perundang-undangan
negara
CEDAW,
para
pembuat
anggota dan konferensi internasional,
keputusan CEDAW yang sudah satu
perjanjian atau persetujuan yang dibuat
suara kemudian saling menyetujui untuk
untuk
Ciri
mengkaji dan memperincikan peranan
akauntabilitas juga didukung oleh Pasal
NGO sebagai salah satu pendukungnya
24 yang menyatakan bahwa negara-
(IWRAW-Asia
negara
untuk
sistem kepemerintahan melalui jaringan
yang
dasar global CEDAW adalah berasaskan
negara
tersebut.
anggota
mengambil
berjanji
semua
langkah
diperlukan di tingkat nasional dengan maksimal
untuk
mencapai
Pasifik
2010).
Maka,
prinsip partisipasi dan universalitas.
hak-hak
Sistem
sepenuhnya yang telah dibahas dalam
pembentukan
laporan
CEDAW
konferensi.
mendukung
semua
prinsip
rasionalitas, partisipasi, akauntabilitas,
kepemerintahan
global.
transparansi dan timbal balik didukung
menerangkan mengenai pemilihan pihak-
oleh Pasal 25, Pasal 26 hingga Pasal 30.
pihak pemegang keputusan CEDAW
Prinsip
Keberadaan
universalitas,
NGO
nasional,
pakar
global CEDAW dapat dilihat melalui
universalitas.
partisipasi
pemegang
penyerahan dan
dalam
sistem
pembuatan laporan
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
dan
Pasal
17
yang terdiri dari dua puluh tiga orang
regional dan global dalam jaringan dasar
NGO
penyerahan
yang
memenuhi Pemilihan
keputusan
prinsip
pihak-pihak
CEDAW
perlu
mencakupi wakil dari setiap benua. 45
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Melalui penyerahan dua jenis laporan
menggalakkan
yaitu resmi dan shadow menunjukkan
yang
sistem
prinsip
representasi tidak resmi memainkan
akuntabilitas. Sesi tidak formal bersama
peranan. Kekuatan prinsip transparansi
NGO mendukung pandangan alternatif
dalam kepemerintahan telah menjadikan
dan usaha untuk mengurangkan sifat
perbedaan status resmi dan tidak resmi
state-centric
konferensi
ini
memaparkan
sistem
ini
CEDAW
mendukung
internasional
kepemerintahan
berlaku
tidak
mewakili
aktifitas dengan
membolehkan
menghalangi perempuan
representasi
NGO
dari
untuk
perspektif
yang mementingkan prinsip
apapun melalui Laporan Shadow. Zaitun
partisipasi, timbal balik dan rasionalitas,
Kassim (2007), Ivy Josiah (2007) dan
sedangkan sesi tanya jawab di antara
Rozana
pemerintahan dengan pemimpin CEDAW
walaupun waktu yang diberikan untuk
yang disaksikan oleh NGO menunjukkan
NGO
sistem
CEDAW
ini
mendukung
ciri-ciri
Isa terbatas,
(2007)
menyatakan
pemimpin-pemimpin
seringkali
mempercepat
akuntabilitas, transparansi dan timbal
Laporan Shadow dalam sesi soal jawab
balik. Ciri-ciri transparansi juga dapat
dengan pemerintahan. Dalam konteks
dilihat
Malaysia,
melalui
usaha
memasukkan
kajian
ini
tersebut
berkaitan dengan laporan CEDAW dalam
menunjukkan struktur CEDAW yang
satu wadah dengan dokumentasi DAW
telah berupaya kepada NGO untuk
dan OHCHR. Dokumentasi dan bahan-
mewakili perempuan di tingkat global.
dilihat
dalam
NGO
regional
seperti
IWRAW-Asia Pasifik. Walaupun, status
resmi
CEDAW kepada
Gambar
hal
semua dokumentasi dan transkrip yang
bahan mengenai CEDAW juga bisa
berlaku.
mendapati
2
Gambar 2 juga menunjukkan peranan dua aktor utama lain yang terlibat yaitu Pemerintah Malaysia dan
memberi partisipasi
pemerintahan negara dan status tidak
agen PBB Division for the Advancement of
Women
(DAW)
serta
pemimpin
CEDAW.
resmi kepada NGO. Namun, sistem ini
46
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
Gambar 2: Struktur dalam Laporan Pelaksanaan CEDAW
Sumber: IWRAW-Asia Pasifik (2010)
Setelah
Pemerintah
Malaysia
perempuan di Malaysia. Dua dokumen
menyerahkan laporan resmi, pihak DAW
dari pihak NGO ini diteliti oleh pemimpin
telah menjadwalkan sesi perumusan
CEDAW
dan
informasi
memasukkan
laporan
resmi
tabel
tersebut
sesi
serta
ke
dalam
dan
dibandingkan
dalam
Pemerintahan
dengan
laporan
Malaysia.
resmi Setelah
dokumentasi DAW. Kemudian, satu Pre-
penelitian ini, satu persatu isu-isu kritis
sessional Working Group Pemimppin-
mengenai
pemimpin
diserahkan pada 10 Februari
CEDAW
diadakan
untuk
perempuan
di
Malaysia 2006
meneliti laporan resmi. Dalam sesi ini,
kepada pihak Pemerintahan Malaysia
Pemimpin CEDAW telah menguraikan
untuk dijawab dan diserahkan kembali
isu-isu perempuan yang perlu dijelaskan
kepada pemimpin CEDAW dalam tempo
dengan
enam minggu.
lebih
mendalam
oleh
Pemerintah Malaysia. Pada masa yang
Pada
bulan
Mei
2006,
sama, NGO di Malaysia telah membuat
Pemerintah Malaysia dan NGO telah
laporan
hadir untuk membahas laporan. NGO
dengan
NGO Shadow isu-isu
dan
penting
sejalan
mengenai
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
terlebih
dahulu
membahas
Laporan 47
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
NGO
Shadow
kepada
pemimpin
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli Memorandum
on
The
Concluding
CEDAW hari kedelapan sesi ke-35 yaitu
Comments from Committee for the
22 Mei 2006. Kemudian pada 24 Mei
Convention on the Elimination of All
2006, delegasi Pemerintah Malaysia
Forms of Discrimination against Women
yang
Tahir
(CEDAW) to the Ministry of Women,
kepada
Family and Community Development,
Pemimpin CEDAW. Sesi pembahasan
Malaysia dengan mengetengahkan isi
dan perumusan yang disertakan dengan
kandungan
sesi
CEDAW (2006). Proses penyerahan dan
diketuai
membahas
oleh
laporan
tanya
jawab
Faizah resmi
tersebut
telah
Kesimpulan
berlangsung selama 5 jam 20 menit
pembahasan
yaitu dari jam 10 pagi hingga 1 siang
Kedua CEDAW Malaysia (2004) dan
dan 3 petang hingga 5.20 petang. Ketika
Laporan NGO Shadow (2005) telah
sesi ini berlangsung, enam wakil NGO
menunjukkan besarnya kekuatan NGO
juga turut hadir sebagai pemerhati dan
dalam memastikan Pemerintah Malaysia
pencatat
mendomestikasi CEDAW di Malaysia.
tindakan
susulan
bagi
Laporan
Pemimpin
Pertama
dan
pelaksanaan CEDAW yang dinyatakan oleh
delegasi
Pemerintah
Malaysia.
BERBAGAI EKSISTENSI NGO:
Selepas sesi tersebut pada 31 Mei
ANALISIS REPRESENTASI
2006,
DESKRIPTIF
Pemimpin
CEDAW
telah
membuat kesimpulan dan memberikan masukan kepada Pemerintah Malaysia untuk merumuskan tindakan selanjutnya di tingkat nasional. Hasil dan kesimpulan ini
juga
telah
dimasukkan
dalam
dokumentasi DAW demi memudahkan pihak mana saja terutama NGO yang mengetahui
pasal-pasal
yang
perlu
digunakan untuk meneliti Pemerintah Malaysia
selepas
menghadiri
sesi
pembahasan tersebut. tersebut dilaksanakan pada 8 Maret
menyerahkan
memorandum
yang telah mewakili perempuan dalam usaha mendomestikasikan CEDAW di Malaysia. Pada tingkat awal, IWRAWAsia Pasifik yang telah berperanan dalam memberi penerangan kepada NGO
lokal
setelah
mengenai
ratifikasi
proses-proses
CEDAW
oleh
Pemerintahan Malaysia. Terdapat dua sesi pertemuan yang telah diadakan oleh NCWO dan WAO untuk memberi
Sesi Susulan dari pertemuan 2007, NGO di Malaysia yang
Tulisan ini mendapati berbagai NGO
telah
penerangan kepada NGO perempuan mengenai
CEDAW.
Sesi
ini
telah
dihadiri oleh 30 orang aktivis perempuan
kepada
menteri KPWKM mengenai pelaksanaan CEDAW 48
di
Malaysia yang bertajuk Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
dari NGO.3 Dua sesi penerangan ini
Shanthi
telah dikelola oleh IWRAW-Asia Pasifik.
Malaya (UM).
Setelah
dua
sesi
telah disiapkan untuk dibahas dengan 28 masyarakat sipil yang terdiri dari kalangan NGO perempuan, aktivis, ahli akademik, agen pemerintahan dan parti politik. NCWO telah diwakili oleh lima orang ahlinya yaitu Prof Madya Dr. Kiranjit Kaur4, Puan Sri Prof Dr. Fatimah Hamid Don, Prof Madya Dr. Norma Mansur5, Dr. Hamidah Karim dan Usha Pillay. WAO juga telah diwakili oleh Ivy Josiah, Wathshlah Naidu, Jaclyn Kee, Lee Shook Fong and Mah Xian Shen. Dari JAG, sebanyak 10 orang terlibat yaitu Nik Noraini (SIS), Zarizana Abdul Aziz (WCC), Zaitun Kassim (WCI), Cecilia Ng (WDC), Lynn Oh (WCC), Manohari
Subramaniam
(AWAM),
Angela Foo (SAWO), Anne Lasimbang (PACOS),
Gill
Raja
(SWWS)
dan
Margaret Bedus (SWWS). Selain itu dari ahli
akademik
universitas
juga
yang
terdapat terlibat
tiga
secara
langsung yaitu Datin Dr Rashidah Shuib dari Universitas Sains Malaysia (USM), Dr. Hew Cheng Sim dari Universitas Malaysia Sabah (UNIMAS) dan Dr.
dari
Universitas
Selain itu, wakil NGO lain yang
tersebut,
Laporan NGO Shadow Malaysia (2005)
Thambiah
terlibat
adalah
Catherine
Arumanayagam (WAKE), Colin Nicholas (COAC),
Shellatay
Devadason
(Methodist Women Organization) dan Bathmavathi
Krishnan
Confederation
of
(Malaysian
Disable
Persons).
Terdapat empat wakil dari Tenaganita yaitu
Maslina
Bathmalashanee
Abu
Hassan,
Muniandy,
Aegile
Fernandez dan Dr. Irene Fernandez. Terdapat tiga wakil dari partai politik yaitu YB Chong Eng (DAP), Priscillia Yap (MCA) dan Haezreena Begum (Puteri UMNO). Terdapat juga wakil dari agen-agen pemerintahan yang terdiri dari tiga wakil dari Lembaga Pertubuhan Peladang (LPP) yaitu Dr Rokiah Talib, Salbi
Ranting
dan
Che
Aloha
Bt
Sulaiman, seorang dari FELDA yaitu Sarifah Yusof, tiga orang dari Jabatan Pertanian yaitu Dr. Husna Sulaiman, Zaliha
Othman
dan
Redza
Baba,
seorang dari RISDA yaitu Maimun Teop Kamarudin dan seorang dari FELCRA yaitu
Azizah
Hashim.
Gambar
3
menunjukkan 28 aktor dari masyarakat sipil yang telah menyiapkan Laporan NGO Shadow (2005);
3
Lihat Annex I dalam Laporan NGO Shadow mengenai Laporan Permulaan dan Kedua Kerajaan Malaysia (2005). 4 Prof Madya Dr. Kiranjit Kaur merupakan dosen di Universiti Teknologi Mara, Shah Alam. 5 Prof Madya Dr. Norma Mansur merupakan dosen di Universiti Malaya. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
49
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Gambar 3: Kemajemukan Aktor Dalam Menyiapkan Laporan NGO Shadow (2005)
Melalui jumlah individu dan organisasi
Jumlah partisipasi masyarakat sipil yang
yang berpartisipasi dalam menyiapkan
terdiri
Laporan NGO Shadow (2005), dapat
akademik,
dilihat jumlah representasi deskriptif dari
pemerintahan menunjukkan sistem dan
segi jumlah perempuan dari berbagai
mekanisme
kaum dan organisasi yang mempunyai
mewujudkan berbagai aktor mewakili
tujuan khusus untuk aspek-aspek yang
perempuan di Malaysia dalam ruang
mewakili
kepemerintahan
perempuan
di
Malaysia.
dari
berbagai partai
NGO,
politik
CEDAW
telah
global.
agen
berhasil
Keterlibatan
Kemudian, pada Sesi ke-35, masyarakat
deskriptif
sipil telah diwakili oleh enam delegasi
masyarakat sipil ini disebabkan oleh
yaitu Dr.Hamidah Karim (NCWO), Zaitun
kerangka
Kassim (SIS), Ivy Josiah (WAO), Vizla
merangkumi berbagai aspek perempuan
Kumaresan (WAO), Meera Samanther
dan
(WAO) dan Zarizana Abdul Aziz (WCC).
mempunyai aspek khusus seperti bagi
Dua
golongan perempuan asing.
dari
enam
delegasi
ini
telah
berbagai
dan
ahli
setiap
CEDAW aktor
aktor
yang yang
dalam
telah terlibat
membahas laporan NGO Shadow yaitu Dr. Hamidah Karim dan Zaitun Kassim.
50
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
PERANAN SUBSTANTIF
telah dibahas. Peranan masyarakat sipil
Melalui analisis peranan substantif yang
melalui
dimainkan oleh NGO dalam beberapa
terutamnya
fase
NCWO, WAO, JAG dan ahli akademik
utama
dalam
kepemerintahan
kerjasama NGO
berbagai
aktor
perempuan
yaitu
CEDAW, terdapat sekurang-kurangnya
menunjukkan
24 tindakan dan peranan substantif yang
dalam mengkoordinasi dan bekerjasama
telah
dalam
dijalankan
oleh
NGO
untuk
mengumpulkan
mewakili perempuan di Malaysia di
menyiapkan
tingkat
(2005).
global.
Fase-fase
tersebut
kesungguhan
Laporan
Terdapat
mereka
data
dan
NGO
Shadow
juga
usaha
adalah; Empat fase ini telah menyiapkan
pengumpulan dana bagi pihak-pihak
platform kepada NGO perempuan untuk
yang menghadiri sesi pembahasan oleh
mengetengahkan pandangan, kritikan
WAO dan NCWO. Peranan masyarakat
dan
sipil
cadangan
pelaksanaan
mereka
kerangka
mengenai di
penting mengenai status perempuan di
Malaysia. Tabel 2 menunjukkan peranan
Malaysia telah membantu Pemimpin
substantif yang telah dimainkan oleh
CEDAW
masyarakat
kelemahan pelaksanaan
sipil
perempuan
CEDAW
dalam mengetengahkan isu-isu
terutamanya
dalam
NGO
memastikan
domestikasi CEDAW di Malaysia.
untuk
lebih
memahami CEDAW
di
Malaysia. Masyarakat sipil juga telah mengkritik dan membantah setengah kandungan laporan pemerintah. Entitas
Tabel
2
:
Peranan
Substansif
Berbagai Aktor dari Tiga Entiti Utama
ini
juga
telah
bertindak
melobi,
mempengaruhi dan mencetus keraguan mengenai laporan
setengah
isi
pemerintah.
terdapat
usaha
kandungan
Di
Malaysia,
mobilisasi
dan
meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat Malaysia mengenai CEDAW seperti penyerahan memorandum dan bengkel mengenai CEDAW. Terdapat beberapa kerjasama dengan berbagai Sumber: Sharifah Syahirah (2011)
pihak khususnya masyarakat sipil yang telah
Dari
Tabel
2,
terdapat
sekurang-
kurangnya 24 peranan dan tindakan yang telah diketahui melalui analisis peranan aktor melalui empat fase yang
Transnasional Vol .6 No.2 Desember 2011
dijalankan
oleh
Pemerintahan
Malaysia yang diprakarsai oleh KPWKM dalam
memastikan
CEDAW
di
Malaysia.
pelaksanaan Pemerintahan
Malaysia juga telah menjanjikan dan 51
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
menyokong kerangka CEDAW seperti
dalam mewakili perempuan di Malaysia
menyatakan kesiapan untuk melihat
dalam tingkat global. Secara deskriptif,
kembali pengecualian bagi Pasal 5 (a)
terdapat berbagai NGO perempuan dan
dan Pasal 7 (b).
aktor-aktor lain dalam masyarakat sipil yang terlibat dalam mewakili perempuan
KESIMPULAN Pembahasan
di tulisan
ini
telah
Malaysia
untuk
perlaksanaan
memastikan
CEDAW.
menunjukkan bentuk baru representasi
representasi
politik yang telah melintasi batas-batas
bahwa
negara.
kemudian
memainkan peranan dan bertindak demi
diwujudkan karena disebabkan oleh
kepentingan dan kehendak wanita di
perkembangan kepemerintahan global
Malaysia
yang
fenomena
kerangka CEDAW. Maka, representasi
globalisasi. Representasi ini bertujuan
lintas batas negara ini telah memberi
untuk mewakili golongan yang telah
ruang kepada NGO untuk terlibat secara
dipinggirkan dalam representasi formal
deskriptif dan substantif, Ia juga telah
di
kaum
memperkuat suara dan kepentingan isu
perempuan. Analisis CEDAW sebagai
dan golongan yang telah dipinggirkan
mekanisme
dalam
Representasi
dihasilkan
tingkat
ini
oleh
nasional
seperti
kepemerintahan
global
menunjukkan bahwa sistem konferensi
subtantif
Analisis
NGO
perempuan
dengan
negara
kepentingan
menunjukkan
seperti kaum
telah
berlandaskan
isu
dan
perempuan.
ini telah membolehkan NGO berperanan
52
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
DAFTAR PUSTAKA Antrobus, Peggy. 2004. The global women’s movement: origin, issues and strategies. Kuala Lumpur: SIRD. Dingwerth, Klaus. 2003. The democratic legitimacy of global public policy networks: analysing the world commission on dams. Global Governance Working Paper No . http://www.glogov.org [6 April 2007] Dingwerth, Klaus. 2004. Democratic governance beyond the state: operationalising an idea. Global Governance Working Paper No 14 December 2004 http://www.glogov.org [6 April 2007] Dovi, Suzanne. 2006. Political Representation. Stanford Encyclopedia of Philosophy. http://plato.stanford.edu [2 Januari 2006] Karam, Azza (pnyt.). 1998. Women in parliament: beyond numbers. Sweden: International Institute for Democracy and Electoral Assistance (IDEA). Kementerian Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat (KPWKM). 2004. Dasar 30% Tingakat Pembuat Keputusan Wanita. Malaysia: KPWKM Malaysian Government. 2006. Introduction of combine initial and second period report to the committee on the elimination of discrimination against women (CEDAW) by Datuk Faizah Tahir, secretary general of the Ministry of Women, Family and Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Community Development Malaysia, 24 May 2006. New York: UN-DAWN. Rashila Ramli, Lubi, Elisa Tita & Djanaeva, Nurgul (pnyt.). 2005. Seethings and seatings: strategies for women’s political participation in Asia Pacific. Ching Mai: Asia Pacific Forum on Women, Law and Development (APWLD) United Nations Division for the Advancement of Women Department of Economic and Social Affairs. 2005. NGO Shadow Report on Combined initial and second periodic reports of States parties: Malaysia (CEDAW). http://www.un.org/womenwatch/d aw/ [20 Mei 2006] United Nations Division for the Advancement of Women Department of Economic and Social Affairs. 2006. Summary record of the 732nd meeting, 35th Session Committee on the Elimination of Discrimination against Women, 24 May 2006, at 10a.m. New York: DAWN. http://www.un.org/womenwatch/d aw/ [28 April 2007] United Nations Division for the Advancement of Women Department of Economic and Social Affairs. 2006. Summary record of the 732nd meeting, 35th Session Committee on the Elimination of Discrimination against Women, 24 May 2006, at 3p.m. New York: DAWN. 53
Peranan NGO Sebagai Representasi Perempuan …
http://www.un.org/womenwatch/d aw/ [28 April 2007] United Nations Division for the Advancement of Women Department of Economic and Social Affairs. 2006. Concluding
54
Syarifah Syahirah Bt Syed Sheikh Rashila Ramli Comment of the Committee on the Elimination of Discrimination against Women: Malaysia. http://www.unorg/womenwatch/daw/ [20 Mei 2006]
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
NGO DAN PERKEMBANGAN GERAKAN WANITA STUDI KASUS : NATIONAL COUNCIL OF WOMEN’S ORGANIZATIONS (NCWO) DI MALAYSIA
Yuni Satia Rahayu
[email protected] ABSTRACT This study aims to explain the development of women's movement in Malaysia done by NCWO. This study is a qualitative research using descriptive analysis techniques, and library research in data collection. This study found that the NCWO is an important women's movement NGO in Malaysia. NCWO in its development have achieved some important progress in the fight for women's rights. Some important areas such as education, health, family, children, violence, media, and disenfranchised rights showed positive results. So, the development of the women's movement through the NGO showed a positive progressive. Keywords:
Social Movements, Movement Organizations, and NCWO.
Woman’s,
Non-Governmental
PENDAHULUAN
proses panjang. Bermula dari gerakan
A. Latar belakang
yang berlangsung di kalangan wanita elit
dan
Kesenjangan posisi antara pria
di
wanita
perempuan kemudian meluas hingga ke
secara
fundamental
Eropa,
perjuangan
terbentuk melalui konstruksi sosial yang
Amerika
terbangun dalam masyarakat. Terutama
mulanya
pada sistem masyarakat yang patriarkhi,
menampakkan hasil signifikan karena
lingkungan sosial dan budaya tanpa
tidak
disadari
stigma
pemerintah. Setelah bertransformasi ke
tentang superioritas kaum pria. Secara
Amerika Serikat, barulah gerakan wanita
otomatis
mulai dikenal (Melander, 1997: 18).
telah stigma
menciptakan itu
telah
mampu
Serikat
(AS).
gerakan
gerakan
Di
wanita
mendapat
belum
tanggapan
Melalui
yang marjinal. Berangkat dari realita
Non-Governmental Organization (NGO)
seperti ini, wanita-wanita yang berpikir
AS yang bernama National Organization
maju berupaya memperjuangkan hak
for Women (NOW), gerakan wanita telah
asasi mereka agar dapat menjadi mitra
berhasil
sejajar bagi kaum pria.
penting di PBB. Dimana,
perhatian
terhadap
kemudian
berlangsung
di
wanita dunia
tidak
yang muncul
dengan begitu saja, melainkan melalui Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
menjadi
yang
dari
menggeser wanita sebagai kelompok
Gerakan
perjuangan
Eropa,
topik
gerakan
direalisasikan
PBB
diprakarsai
pembicaraan
wanita dalam
bentuk
Convention on the Elimination of All 55
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Yuni Satia Rahayu
Forms of Discrimination Against Women
membebaskan
(CEDAW) (Cook, 1994: 634). Setelah
ketertindasan oleh kaum pria dalam
terlelenggaranya konvensi wanita tingkat
segala dimensi kehidupan.
dunia yang pertama itu, gerakan wanita semakin
meluas
internasional.
di
Selain
wanita
dari
kondisi
Walaupun tidak dapat dikatakan
kalangan
mutlak, namun secara mayoritas, aktor
kondisi
pergerakan wanita pada setiap negara
itu,
internasional yang berdinamika, juga
didominasi
berpengaruh terhadap gerakan wanita.
Governmental Organization). Mulai dari
Awal
gerakan feminis yang terjadi di Eropa,
tahun
1980-an
–
dimana
munculnya
fenomena
globalisasi
membuat
gerakan
wanita
mendapatkan
dilakukan
momentum
pentingnya.
Malaysia
membuka
peluang
aktor-aktor
baru
dalam
NGO
(Non-
Amerika Serikat, dan Asia secara umum,
kian
Globalisasi munculnya
–
oleh
oleh
NGO.
Termasuk
sebagai bagian dari
di
Asia,
gerakan wanita juga didominasi oleh perjuangan
NGO.
lingkungan global, dan feminisme yang
Council
Women’s
diperjuangkan oleh kalangan NGO dari
tercatat sebagai NGO pergerakan wanita
berbagai negara termasuk salah satu
yang terbesar dan
aspek yang diperhitungkan. Hasilnya,
pula di Malaysia.
of
NCWO
(National
Organizations)
berpengaruh besar
gerakan feminisme yang sebelumnya terkesampingkan, berdiferensiasi
selanjutnya menjadi
B. Perumusan masalah
gerakan
Gerakan
wanita
yang
feminisme global yang menyita perhatian
berlangsung di berbagai negara muncul
masyarakat
internasional,
melalui
mempengaruhi
proses
dan
pengambilan
kebijakan di tingkat negara.
perkembangan
yang
memiliki ciri khas tersendiri pada masingmasing
Gerakan wanita di tiap negara
proses negara.
Kendati
demikian
perkembangan gerakan wanita baik di
memiliki karakteristik yang berbeda-beda
negara
sesuai
seperti halnya Malaysia, berhubungan
dengan
kondisi
internalnya
maju
ataupun
masing-masing. Perbedaan adat, budaya,
dengan
agama
dilakukan NGO-NGO baik di tingkat
mayoritas,
kesejahteraan mempengaruhi
dan
dan
tingkat
pembangunan
maupun
sosial
yang
yang
berafiliasi
motif
dengan NGO yang berada di lingkungan
pergerakan wanita di setiap negara.
global. Oleh karena itu perkembangan
Akan tetapi dari perbedaan-perbedaan
gerakan wanita di Malaysia juga dapat
motif pergerakan tersebut terdapat satu
dikatakan berhubungan dengan upaya-
kesamaan
upaya gerakan wanita yang dilakukan
56
perbedaan
domestik
pergerakan
berkembang
fundamental,
yakni
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
oleh
NGO
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Malaysia,
sepertihalnya
gender
dan
seks.
Seks
adalah
NCWO. Berdasarkan uraian di atas,
perbedaan biologis
maka masalah yang difokuskan dalam
kelamin) yang merupakan kodrat Tuhan,
penelitian
mengenai
dan oleh karenanya secara permanen
gerakan
berbeda. Adapun gender, perbedaan
ini
bagaimana
adalah
perkembangan
wanita melalui NGO NCWO di Malaysia.
(perbedaan jenis
yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Gender merupakan perbedaan
C. Tinjauan pustaka Gerakan
perilaku (behavioral differences) yang
wanita
bukanlah
dikonstruksi oleh manusia melalui proses
terminologi tunggal yang berdiri sendiri,
sosial
namun dibangun oleh gagasan secara
(Sandilands,
teoritis, yakni feminisme.
seperti inilah yang dianggap mendasari
Pemikiran
feminisme
diimplementasikan
selanjutnya
dalam
bentuk
kultural
yang
1999: 10).
panjang Konstruksi
perbedaan perlakuan antara pria dan wanita.
gerakan wanita yang bertujuan untuk merubah perlakuan diskriminatif yang
dan
Pemikiran
feminis
diaktualisasikan
melalui
gerakan
1
diterima wanita selama ini. Sedangkan
perempuan. Sarah (1982) menyebutkan
gerakan wanita, pada dasarnya adalah
bahwa
bagian dari pergerakan sosial yang
perjuangan kaum wanita sebagai bagian
terjadi dalam lingkungan masyarakat sipil.
dari
Mayoritas aktor dari gerakan wanita yang
memperjuangkan
berlangsung di dunia adalah NGO.
dengan kaum pria. Gerakan wanita tidak
Jackson
masyarakat
merupakan
sipil
persamaan
untuk haknya
bermaksud untuk mengungguli kaum
mengkaji bahwa gerakan wanita identik
pria. Namun lebih tepatnya merupakan
dengan
upaya
terminologi
Feminisme
adalah yang
pembebasan sosial,
Jones
wanita
(1998)
ideologi
dan
gerakan
memposisikan
pemikiran
berisikan
wanita
budaya,
feminisme.
dan
atau tentang
dari
konstruksi
agama
perempuan
pencapaian
sebagai
mitra
eksistensi
sejajar
berinteraksi
pada
kehidupan
(Sarah,
pria
wanita dalam
semua
aspek
1982:
702).
yang pada
kelompok nomor dua (Jackson dan 1
Jones: 1998). Namun Sandilands (1999) berupaya untuk memberikan pencerahan. Menurutnya, pembebasan perempuan dalam
pemikiran
feminisme
menghendaki adanya pemisahan antara Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Terdapat beberapa istilah yang mengacu pada pergerakan kaum feminis, seperti: gerakan wanita, gerakan perempuan, gerakan feminis, kesetaraan gender, dan beberapa istilah yang bersinonim lainnya. Dalam tulisan ini penulis menggunakan istilah gerakan wanita.
57
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Pada
dasarnya
gerakan
wanita
Yuni Satia Rahayu
muncul menjadi salah satu aktor yang
merupakan bagian dari gerakan social
dipertimbangkan
yang
pembuatan kebijakan di tingkat lokal dan
terjadi
masyarakat
dalam
sipil.
lingkungan
Gerakan
sosial
dalam
internasional. Aktor
proses
merupakan
berkaitan dengan aksi organsiasi atau
komponen
kelompok civil society dalam mendukung
berperan
atau
sosial
kualitas pergerakan dalam mencapai
(Jenkins dan William, 2006). Untuk
keberhasilan. Stetson dan Maszur (2003)
menjelaskan
secara
menentang
perubahan
gerakan
wanita
yang
gerakan penting
umum
wanita
untuk
yang
menentukan
mengidentifikasi
aktor
merupakan bagian dari gerakan sosial,
yang menjadi komponen gerakan wanita
Sijatmiko (2006) memberikan spesifikasi
dalam 4 kelompok, yaitu (a) jejaring
untuk
nasional
mempermudah
gerakan
sosial
masyarakat.
mengidentifikasi
yang
Gerakan
/
terjadi
dalam
organisasi
sosial
terbagi
(termasuk
organisasi perempuan NGO
payung;
(b)
independen
perempuan);
(c)
dalam dua bagian. Pertama, Old Social
organsiasi internal (misalnya kelompok
Movement. Pergerakan sosial jenis ini
perempuan dalam serikat buruh, sayap
memfokuskan isu pada hal-hal yang
perempuan dalam partai politik, aktor-
berkaitan dengan metari dan biasanya
aktor individu maupun kelompok pakar);
terkait dengan satu kelompok misalnya,
dan (d) kelompok-kelompok akar rumput
petani dan buruh. Kedua, New Sosial
(Stetson
Movement. Gerakan sosial ini lebih
keempat komponen itu, NGO menjadi
berkaitan dengan masalah ide atau nilai
fokus utama dalam penelitian ini.
seperti
gerakan
Maszur,
2003).
Dari
atau
Menurut Bastian (1997), NGO
lingkungan (Sujatmiko, 2006: xv). Dari
adalah bagian dari civil society. Sebagai
penjelasan ini dapat dicermati bahwa
bagian dari masyarakat sipil, NGO dapat
gerakan
mendorong perubahan sosial melalui
wanita
feminisme
dan
adalah
bagian
gerakan sosial dengan bentuk
dari New
Sosial Movement. Semenjak globalisasi,
pemberdayaan
politik
(commnunity
empowering), penguatan arus bawah, perkembangan
New
Sosial
era
dan peningkatan pendapatan ekonomi.
Movement
Kinerja NGO ditandai dengan perubahan
seolah mendapatkan momentum yang
sosial,
tepat karena dalam globalisasi banyak
meningkatkan
bermunculan ragam bentuk baru dalam
sipil.
pola hubungan antar kelompok dalam
masyarakat, sebagai pelaku perubahan,
lingkungan
domestik
melalui
lingkungan
global.
58
negara NGO
dan
kemudian
dimana
mandatnya
kesadaran
Perubahan
penataan
adalah
masyarakat
difokuskan
organisasi
pada
dan
metodologi secara bersama (Bastian, Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
1997: 8). PBB (2007) mendefinisikan
gerakan wanita, gerakan sosial, dan
NGO sebagai organisasi swasta yang
NGO) tersebut. Sinerji diantara semua
kegiatannya
untuk
aspek itulah yang mampu membuat
membebaskan penderitaan, memajukan
gerakan wanita bertransfomasi dari satu
kepentingan kaum miskin, melindungi
ke wilayah ke wilayah lainnya, dan dari
lingkungan,
pelayanan
gerakan
menangani
Demikian
dasar
ditujukan
menyediakan
masyarakat,
atau
marjinal
ke
pula
ranah
halnya
global. dengan
pengembangan masyarakat. Istilah NGO
perkembangan
ini diterapkan pada organisasi non-profit
Malaysia
yang
aktivitas dan peran dari NGO. NGO di
bebas
dari
pemerintah.
NGO
gerakan
yang
tidak
telah
wanita
di
terlepas
berupaya
dari
merupakan organisasi yang berbasis
Malaysia
melakukan
nilai secara keseluruhan atau sebagian
pergerakan sosial
tergantung pada lembaga donor dan
NCWO adalah diantara NGO gerakan
pelayanan yang sukarela. Jadi, prinsip
wanita yang terpenting di Malaysia.
secara aktif, dan
altruisme dan voluntarisme ditetapkan sebagai defenisi karakter kuncinya. NGO
D. Tujuan penelitian
meliputi semua organisasi yang berada
Penelitian ini bertujuan untuk:
di
Menjelaskan tentang gerakan wanita
luar
struktur
atau
jalur
formal
pemerintah dan tidak dibentuk oleh atau bagian dari birokrasi pemerintah (Bastian, 2007: 8-9).
di Malaysia. Menjelaskan tentang NCWO sebagai NGO
Peran
NGO
dalam
mencapai
keberhasilan
gerakan
wanita
tidak
berlangsung
dalam
proses
yang
sederhana.
Perjalanan
NGO
dalam
yang
berperan
aktif
dalam
pergerakan wanita di Malaysia. Menjelaskan perkembangan gerakan wanita
melalui
NGO
NCWO
di
Malaysia.
mempengaruhi pembuatan kebijakan tak terlepas dari situasi dan kondisi yang
E. Metode Penelitian
terjadi di lingkungan internasional. Oleh
Penelitian ini termasuk dalam
karena itu, dinamika yang berlangsung
jenis
dalam dunia internasional pada dasarnya
Alwasilah (2002) penelitian jenis ini
turut mengkonstruksi signifikansi peran
dilakukan
NGO
sebab-akibat
baik
bagi
lingkungan
internal
negara maupun lingkungan global. Dari penjelasan di atas, dapat dicermati pada
adanya
beberapa
bentuk aspek
penelitian dengan dari
kualitatif. melihat
Menurut hubungan
gejala-gejala
yang
diteliti dalam suatu latar yang bersifat alamiah. Penelitian kualitatif terfokus
inter-relasi
pada fenomena tertentu yang tidak
(feminisme,
memiliki generalisasi dan perbandingan,
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
59
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Yuni Satia Rahayu
tetapi memiliki validitasi internal dan
feminisme
karena
pemahaman yang konseptual.
pertama kali memperjuangkan gerakan
Teknik analisis yang digunakan
perempuan
secara
adalah deskriptif analitik, yang pada
terorganisir.
Kaum
dasarnya
mempelopori
dan
berusaha untuk
menjawab
negara
itu
yang
terstruktur feminis
dan
di
AS
menyelenggarakan
pertanyaan bagaimana. Artinya, temuan
konvensi perempuan yang pertama di
ataupun hasil penelitian ini hanya akan
dunia. Konvensi yang diselenggarakan di
memberikan
ataupun
Seneca Falls pada tahun 1848 inilah
gambaran tentang masalah yang telah
yang dianggap sebagai awal munculnya
dirumuskan sebelumnya.
gerakan perempuan. Bahkan, konvensi
deskripsi
Dalam
penelitian
ini
penulis
itu dianggap pula sebagai Women’s
menggunakan teknik pengumpulan data
Great Rebellion. Namun tahun pasca
studi kepustakaan atau library research,
Perang Dunia I, wanita AS cenderung
dimana
kembali
data-data
dikumpulkan
dan
pendukung
dengan
merujuk
ke
semenjak
lingkungan
saat
itu
kepada buku-buku, jurnal, artikel, dan
kembali
berita-berita dan berbagai media yang
(Djajanegara, 2000).
relevan dengan penelitian ini. Data-data yang
digunakan
domestik,
gerakan
mengalami
masa
wanita
stagnansi
Sekitar tahun 1960-an gerakan
merupakan
data
feminis kembali berkembang, namun kali
dikumpulkan
dan
ini dengan skala yang lebih luas karena
dengan
tidak hanya negara-negara Barat seperti
kerangka pemikiran yang digunakan.
AS dan beberapa negara Eropa saja
Dalam
data-data
yang terdorong untuk menggalakkan
menggunakan
kembali gerakan tersebut. Melalui NGO
sekunder
yang
dianalisa atau dikaji
sesuai
mengumpulkan
tersebut, penulis
juga
fasilitas
dengan
internet
informasi-informasi
mengambil
yang
bernama
National
relevan
Organization for Women (NOW) yang
laporan
didirikan tahun 1966 oleh Betty Friedan
tahunan dan sumber-sumber lain yang
di Amerika Serikat, persoalan gerakan
berkaitan dengan permasalahan ini.
perempuan
berhasil
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
terhadap
yang
perempuan
penelitian,
serta
dibawa
ke (PBB).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahun
A. Gerakan wanita di Malaysia
Amerika Serikat membentuk Student For
Gerakan
di
sebenarnya
A Democratic Society (SDS). Lembaga
sudah bermula pada tahun 1785 di
ini berhasil mengadakan konvensi di Ann
Eropa. Namun dunia lebih mengenal AS
Arbor
sebagai
Chichago
60
pelopor
wanita
1967, gerakan feminisme
penting
gerakan
dan
kemudian
kemudian
(Djajanegara,
di
2000).
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
Untuk
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
memasukkan
gerakan
pergerakan-pergerakan wanita maupun
wanita ke tingkat internasional, aktifis
pergerakan
sosial
feminis
internasional
yang
berupaya
pembahasan
memasukkan
tengah
Dunia semakin
masalah
dalam memasuki era globalisasi telah
dalam
memunculkan NGO sebagai kekuatan
agenda Hak Asasi Manusia (HAM).
tersendiri yang berpengaruh signifikan.
Perjuangan
mendapatkan
Di tingkat global, NGO menjadi salah
momentum penting dan masuk dalam
satu aktor internasional yang mampu
pembahasan internasional pertama kali
mempengaruhi
pada Convention on the Elimination of All
pengguliran isu-isu tertentu. Demikian
Forms of Discrimination Against Women
pula halnya dengan wilayah domestik
(CEDAW) PBB. CEDAW
(Ticker,
diskriminasi
tentang
lainnya.
perempuan
wanita
ke
merupakan
keputusan
1997:
611).
melalui
NGO
semakin
bagian dari konvensi HAM PBB yang
berkembang dan menjadi salah satu
diselenggarakan tahun 1979. Secara
kelompok yang dapat mempengaruhi
sederhana, pesan yang dapat ditangkap
proses pengambilan kebijakan.
dari
konvensi
yaitu:
Gerakan wanita di Malaysia dapat
pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-
juga ditelisik seperti halnya gerakan
hak wanita adalah bentuk pelanggaran
wanita
terhadap
lingkungan
HAM
CEDAW
(Cook:
1994,
634).
yang
berlangsung
global
dalam
seperti
yang
Konvensi CEDAW PBB adalah tonggak
digambarkan di atas. Gerakan wanita di
awal
Malaysia sebenarnya telah berlangsung
sekaligus
merupakan
bentuk
legitimasi international terhadap upaya
sejak
perjuangan
pendudukan
gerakan
wanita
seluruh
lama,
bahkan Jepang.
sebelum masa Akan
tetapi
negara di dunia. Selain itu, konvensi
gerakan-gerakan tersebut masih terpisah
tersebut
dalam kelompok-kelompok
juga
menjadi
cikal
bakal
dengan
dan
perkembangan gerakan wanita secara
belum
global (Antrobus, 2004:17-18).
sehingga hasil pencapaian gerakannya
Pola pergerakan wanita secara
terorganisir
kecil
baik,
pun belum begitu signifikan. Gerakan
global dipengaruhi oleh sistem dan geo-
perempuan
politik dominan yang berlangsung di
mengalami perubahan setelah gerakan
dunia internasional. Pada dekade 1980-
wanita menjadi isu global. Oleh karena
an, NGO sudah mulai muncul dan
itu, gerakan wanita yang berlangsung di
berpengaruh
pergerakan
lingkungan global memberikan pengaruh
perempuan di tingkat global. Selanjutnya,
tersendiri terhadap gerakan wanita di
pada dekade 1990-an, peranan NGO
Malaysia.
terhadap
di
Malaysia
barulah
menjadi semakin kuat dirasakan dalam Transnasional Vol .6 No.2 Juni 2011
61
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Yuni Satia Rahayu
Perkembangan pergerakan wanita di
meningkatkan dukungan politik terhadap
Jepang secara umum dapat dijelaskan
pemerintah
sebagai berikut:
Semenanjung
tentara
Jepang
Tanah
di
Melayu
dan
Singapura (Dairiam, 2006: 3-8). a.
Zaman pra-pendudukan Jepang Menurut tinjauan sejarah, NGO
c.
Pasca
pendudukan
Jepang
hingga kemerdekaan 1957
gerakan perempuan telah bermunculan
Sesudah
pendudukan
Jepang,
sebelum zaman pendudukan Jepang.
kesadaran politik yang menyeluruh di
Pada
kalangan
awal
munculnya
gerakan
masyarakat
Melayu
dalam
perempuan di Malaysia, jumlah NGO
menentang penubuhan Malayan Union
masih sedikit, dan masing-masing NGO
secara
memiliki
membangkitkan
matlamat
kegiatan
yang
tidak
langsung
juga
kesadaran
telah
politik
di
berbeda-beda. NGO pada masa itu
kalangan perempuan. Perempuan tidak
adalah
Christian
hanya hadir dalam rapat-rapat umum
Women
tetapi juga mengambil bahagian dalam
Teacher’s Union (MWTU), Malay Ladies
berbagai musyawarah dan unjuk rasa.
Association
Manifestasi kesadaran politik perempuan,
Young
Association
Women’s
(YWCA), (MLA),
Malay Chinese
Ladies
Association of Singapore, Khalsa Diwan
terutama perempuan Melayu diwujudkan
Selangor,
dengan
dan
bagian
atau
sayap
membentuk
NGO
seperti
perempuan Kesatuan Melayu Singapura
Angkatan Perempuan Sedar (AWAS)
(KMS) (Tumin, 2006: 3-8).
yang dipimpin oleh Aishah Ghani (Cecilia, 2006).
b.
Zaman pendudukan Jepang
perempuan”
Pada zaman pendudukan Jepang, NGO
pergerakan
merupakan
pada
Parti
”sayap
Kebangsaan
Melayu Malaya (PKMM). Pada masa itu
tidak
juga muncul NGO perempuan China
berkembang independen (Manderson,
yang berhaluan kiri yakni Women’s
1980:52).
Jepang
Federation di bawah pimpinan Lee Kin
memprakarsai NGO perempuan antara
pada bulan Mei 1946, namun NGO ini
lain: (a) Kor Perkhidmatan Buruh (KPB)
berhaluan
tahun
keberadaannya (Tumin, 2006: 3-8).
Pada
1949;
perempuan
AWAS
masa
(b)
Kor
itu
Perkhidmatan
Sukarela Perempuan Melayu (KPSWM); (c)
Malayan
Operative
Reconstruction
Association
(MRCA);
komunis
Untuk
gerakan
perempuan membentuk NGO All Malaya
dan
Women’s
Federation
memiliki
Namun
sayangnya,
Semenanjung
organsiasi
itu
62
politik
dilarang
Co-
Malayan Welfare Association (MWA). organisasi-
”diperalatkan”
bidang
dan
untuk
Singapura
(AMWF),
sebelas cabang di Tanah (Dancz:
seluruh
Melayu 1987,
dan
dan 101).
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Perkembangan signifikan adalah saat
pimpinan
terbentuknya
Ibu
NAWIM merupakan NGO yang aktif
UMNO (diketahui Puteh Mariah) pada
mengambil bagian dalam isu-isu isu-isu
September 1949 untuk bersama-sama
kemajuan masyarakat di tingkat akar
dengan
UMNO
rumput (Tumin, 2006: 3-8).
National
Organizations) meningkatkan
Pengaruh kesadaran emansipasi
status orang-orang Melayu seterusnya
perempuan yang semakin meningkat
menuntut
(Padaonkar,
dan
Ibu
kerja
Pertubuhan
(The
United
kemerdekaan
1993).
Pendirian
sangat
berperan
gerakan
Kaum
penting
perempuan
Malay
UMNO
keperluan yang
Abdul
Majid).
membangun
lebih
luas
jaringan
mendorong
terhadap
beberapa pemimpin NGO perempuan
dan
memicu
manggabungkan NGO perempuan yang
NGO-NGO
gerakan
ada di bawah satu kelompok (Dancz,
perempuan
bermunculannya
Kaum
Khamsiah
yang
tersebar
hampir
1987:139).
Keinginan
itu
diseluruh wilayah Malaysia (Sri Susayati,
dimusyawarahkan oleh Kaum Ibu UMNO,
1978: 25).
dan
akhirnya
pada
Agustus
1963
beberapa NGO besar menggabungkan d.
Tahun-tahun awal kemerdekaan
diri dengan membentuk National Council
sampai 1980
of Women’s
Organizations
(NCWO).
Kemerdekaan yang dicapai pada
Berdirinya NCWO merupakan langkah
telah
dan
terpenting dari gerakan perempuan di
peluang yang lebih luas pada gerakan
Malaysia karena jangkauan kerjanya
perempuan di Malaysia. Di tahun-tahun
tidak lagi sekedar meningkatkan taraf
awal
kehidupan perempuan saja, namun mula
1957
memberikan
kemerdekaan
gerakan
ruang
pengaruh
“emansipasi
dan
perempuan”
berani
mengambil
langkah-langkah
semakin berkembang melalui berbagai
menentang
Undang-Undang
kerajaan
kegiatan. Pada tahun 1960, langkah
yang selama ini diskriminatif terhadap
yang lebih sistematik dilakukan dengan
perempuan (Tumin, 2006: 3-8).
mendirikan Women’s Teanhers Union of the Federation of Malaya (WTU)
di
e.
Tahun 1980 sampai sekarang
bawah pimpinan F.R. Bhupalan pada Maret
1960.
masa
ini
gerakan
merancang
perempuan di Malaysia semakin meluas
pergerakan perempuan dengan lebih
dan kesadaran perempuan di dalam
terstruktur dan sistematis. Selain itu di
masyarakat juga tumbuh semakin pesat.
tingkat
National
Pada masa ini feminisme sudah menjadi
Association of Women’s Institute of
agenda global, dimana setiap negara
Malaya (NAWIM) tahun 1960 (di bawah
harus
nasional
WTU
Pada
didirikan
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
menyelaraskan
dan
mengikuti 63
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Yuni Satia Rahayu
kecenderungan yang ada agar sejalan
wanita
dengan lingkungan global. Pada masa ini,
kecenderungan
NCWO
NGO
sebagai
NGO
perempuan
semakin
menjadi
utama.
Berbagai
yang membawa
maklumat
terbesar di Malaysia banyak memberikan
gerakan wanita bermunculan dalam
kontribusi dan capaian-capaian yang
berbagai dimensi, mulai dari rasial,
signifikan (Cecilia, 2006).
religi, dan kelompok-kelompok ide.
Dari wanita
perkembangan
di
Malaysia
gerakan NGO
masih terpecah-pecah tersebut pada
menjadi aktor penting
akhirnya dipersatukan dalam satu
yang berjuang melalui pergerakan sosial.
wadah. Beberapa NGO melebur diri
Pergerakan sosial yang dilakukan NGO
menjadi ”satu payung” dan mulai
terangkum dalam gerakan wanita yang
mengorganisasikan
bertujuan
perempuan secara terarah, yang
tampak telah
tersebut,
Pergerakan yang tersebar luas dan
untuk
mengupayakan
penghapusan segala bentuk diskriminasi
pergerakan
dikenal dengan NCWO.
terhadap wanita. Apapun nama dan
National Council of Women’s
bentuknya, pesan yang dibawa NGO-
Organizations
NGO dalam gerakan wanita di Malaysia
tahun 1960 dan diresmikan pada 25
itu tetaplah sama, yakni menggeser
Agustus 1963. Kamsiah Abdul Majid
posisi
mereka
termarjinalkan
(NCWO)
didirikan
yang
semula
(Presiden WI) merupakan Presiden
menjadi
lebih
pertama NGO ini. NCWO adalah
diperhitunkan dalam setiap sendi-sendi
sebuah
kehidupan berkeluarga dan bernegara.
penting dalam mengetengahkan isu-
Sungguhpun
isu wanita (gender) di Malaysia.
demikian
dapat
badan
yang
dikemukakan bahwa NCWO merupakan
Sebagai
NGO yang penting dalam pergerakan
memayungi sejumlah besar (kira-kira
wanita di Malaysia dalam era globalisasi,
dua pertiga) NGO wanita yang aktif
tatkala NGO mulai menjadi aktor penting
di Malaysia, banyak isu gender dari
yang
berbagai perspektif telah diartikulasi
dipertimbangkan
dalam
dunia
internasional.
badan
berperan
sebagai
NGO
gerakan
wanita di Malaysia
melalui
pembentukan NGO-NGO gerakan 64
pendirian
yaitu antara tahun 1960
hingga 1961 dan 1962 hingga 1963.
Gerakan wanita di Malaysia dimanifestasikan
belakang
NCWO dapat dibagi dalam dua tahap,
a. Terbentuknya NCWO
yang
yang
melalui NGO ini (Tumin, 2006 : 24). Latar
B. NCWO
penting
Pada tahap yang pertama, usahausaha
untuk
pendirian
NCWO
banyak dilakukan oleh pemimpin Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
pemimpin tertinggi YWCA, terutama
Sifat
NCWO
yang
non-
F.R. Buphalan. Pada tahap kedua,
political, non-religious, non-comunal
usaha-usaha mendirikan NGO ini
dan hanya fokus pada isu-isu gender
banyak dilakukan oleh pemimpin-
membuka kesempatan luas NGO
pemimpin tertinggi Kaum Ibu UMNO,
wanita dari berbagai latar belakang
khususnya Fatimah Hashim (Ketua)
yang berlainan (agama, etnik, dan
yang
kecenderungan
terlibat
mengambil
menggabungkan
inisiatif
menganggotai
NGO
ini.
perempuan yang berasal dari partai-
Kepemimpinannya
yang
rentas
partai politik di bawah satu kelompok
politik telah menjadikan NGO ini
yang bernama NCWO ini tersebut
memiliki
(Tumin, 2006 : 28).
representatif terhadap isu-isu yang
Tahun perubahan
kelompok
politik)
1970-an
corak
terjadi
aktivitas
NGO
status
dan
imej
yang
berkaitan dengan kepentingan dan kemajuan
perempuan.
Faktor
perempuan di Malaysia dari yang
keseimbangan
sebelumnya
“tradisional”
kepemimpinan dan keanggotaannya
menjadi “modern”. Perkembangan
semakin memperkuat imej dan sifat
semakin
bersifat
pesat
meningkatnya
etnik
dalam
lagi
setelah
pluralitas tersebut (Tumin, 2006 : 24).
pengaruh
gerakan
NCWO memayungi 76 afiliasi
feminisme global, khusunya pasca
organisasi
Persidangan Perempuan Sedunia
1993).
Pertama tahun 1975 di Mexico City
terbentuk dengan semangat untuk
yang
Tahun
menghentikan ketidaksetaraan upah
Perempuan. Selain itu penetaan
yang di terima kaum perempuan di
tempo 1976-1985 sebagai Dekade
Malaysia.
Perempuan
pertama kali oleh Women Teacher’s
ditetapkan
sebagai
juga
mempengaruhi
semakin
strategi
pendekatan NGO
perempuan
dan di
Union.
perempuan
NCWO
Isu
(Dairiam,
pada
ini
mulanya
dikemukakan
Ketidaksetaraan
merupakan
upah
permasalahan
yang
Malaysia dalam mengetengahkan
sangat penting yang menggerakkan
isu-isu perempuan dalam era 1980-
perempuan kaum urban dan kelas
an (Tumin, 2006 : 22). NCWO yang
menengah di Malaysia. Lahirnya
dibangun atas dasar kemajemukan,
NCWO
mampu
kecenderungan
merespon
kondisi
di
juga
didasari
oleh
global
yang
lingkungan global secara efektif dan
mencoba
positif.
terhadap
hak-hak
perempuan
(Mohamad,
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
mendapatkan
perhatian pekerja 2002). 65
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
b. Tantangan
NCWO
dalam
melakukan pergerakan
Yuni Satia Rahayu
seperti
NCWO
berbagai
tantangan.
mendapat
Sejumlah lebih dari setengah
menghadapi
populasi (50,39 persen) di Malaysia.
Tantangan-
perempuan sudah seharusnya ikut
tantangan itu berasal dari beberapa
berpartisipasi
unsur, yakni situasi sosial, politik,
pengambilan keputusan baik dalam
dan budaya di lingkungan internal
level keluarga, sosial dan publik
Malaysia.
NGO
dengan hak hak politik yang setara
dapat dikatakan relatif mengalami
(Azizah, 2002). Namun banyak yang
kesulitan dalam menghadapi situasi
beranggapan bahwa budaya sosial
internal tersebut.
dalam masyarakat Malaysia masih
NCWO
Malaysia
sebagai
dalam
setiap
adalah
negara
didominasi oleh kaum pria. Pria
konstitusional
yang
merasa terancam oleh keberadaan
demokrasi
kaum perempuan jika perempuan
negaranya
menempati posisi yang tinggi dalam
terbagi sekitar 65 persen keturunan
masyarakat. Hal ini tercermin dalam
Melayu, 26 persen keturunan China,
jumlah perempuan Malaysia pada
dan
kekuasaan politik tingkat atas di
monarki mengikuti
sistem
parlementer.
7
Warga
persen
keturunan
India.
Malaysia adalah salah satu contoh
Malaysia
bentuk masyarakat plural. Dengan
etnis
keberagaman
patriakhi merupakan persoalan yang
yang
ada,
secara
(Kim:
Melayu
2005). dan
India
Islam
sosial masyarakat patriarkhi lebih
agama
terbesar
dengan Malaysia
mengutamakan
(Mohamad, 2002). Ini merupakan
pertimbangan
tantangan pertama bagi
mengambil
NCWO.
ini.
yang
mendasari
sebagai
masalah
Dominasi
politik dan sosial lebih didominasi mayoritas
pria penting
Secara sebagai dalam
keputusan-keputusan,
Pada dasarnya NGO merupakan
baik di lingkungan keluarga, sosial,
kelompok kepentingan yang tumbuh
terlebih lagi publik (Azmawati dan
subur
Wahab, 2005).
di
negara-negara
yang
demokratis, karena suara-suara dari kelompok
66
belum
tempat yang terlalu strategis.
Dalam melakukan gerakan wanita,
NGO
kepentingan
turut
Angapan agama dan budaya setempat
merupakan
tantangan
membangun mekanisme (sebagai
tersendiri bagi pergerakan NCWO.
input)
pembuatan
Dalam masalah budaya ini, faktor
kebijakan. Namun dalam bentuk
yang menghambat partispasi aktif
kerajaan,
perempuan Malaysia dalam bidang
dalam
proses
kelompok
kepentingan
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
politik adalah: (a) diskriminasi sosial
berpartisipasi
yang terjadi secara tidak sadar atau
penting
membudaya
keputusan.
terhadap
peran
dan
memiliki
dalam
arti
pengambilan
Apabila
perempuan
perempuan dalam domain publik, (b)
berhasil menerobos tantangan di
keterbatasan waktu dalam berkarir
atas,
yang
berikutnya
harus
diimbangi
oleh
maka
tantangan
juga
harus
yang
dihadapi.
kebutuhan domestik rumah tangga,
Ketika seorang perempuan sudah
(c) anggapan budaya dan agama
beraktivitas di luar rumah, dan ketika
bahwa
seharusnya
sebagian perempuan Malaysia telah
berada di rumah saja, (d) batasan
berada pada posisi yang tinggi di
struktural di dalam setiap partai di
masyarakat,
Malaysia
tidak
dihadapkan dengan tangung jawab
perempuan
kodrati mereka, baik sebagai istri,
berada pada level tertentu (Keong,
maupun sebagai ibu dari anak-anak
2004,
pandangan
mereka (Azizah: 2002). Oleh karena
struktural yang telah terbentuk ini,
itu, tanpa pengertian dan dukungan
perempuan
memiliki
dari kaum pria, gerakan wanita juga
persoalan,
seperti
perempuan
dibentuk
untuk
memperbolehkan
17).
Dalam
beberapa kurangnya
mereka
mengalami
kesulitan
kuantitas dan kualitas dari berbagai
mengimplementasikan
faktor,
capaian pergerakannya.
kurangnya
pendukung,
organisasi
pengaruh
pribadi
harus
Contoh
dalam
tujuan dan
sederhana
untuk
kesulitan
wanita
keluarga, dan kurangnya dalam hal
memperlihatkan
keuangan (Ramli dan Hasan, 1998).
untuk tampil di publik adalah ketika
Persoalan di atas memang
wanita berada di parlemen. Mereka
begitu struktural. Namun NCWO
mengalami
harus
dalam
mampu
organisasinya kondisi
mencapai di
tujuan
tengah-tengah
fundamental
beberapa menjalani
hambatan rutinitasnya
sebagai aktor penting dalam politik
yang
Malaysia (Cecilia, 2006), seperti: (a) Beban ganda. Wanita di parlemen
menyempitkan
peluang
untuk
memposisikan
perempuan
setara
Malaysia
biasanya
menemui
dengan pria. Sementara, subjek dan
kesulitan dalam mengekspresikan
objek gerakan perempuan adalah
pendapat karena dianggap kurang
perempuan itu sendiri.
kuat keberadaanya dan juga mereka
Kondisi telah
secara
membuat
mengalami
struktural
harus
perempuan
jawab
kesulitan
untuk
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
memikul domestik
beban rumah
tanggung tangga
beserta segenap permasalahan karir 67
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
yang dihadapi. Namun keberadaan
strata
wanita yang lebih muda lebih bisa
pemimpin
diterima
merupakan keturunan dari orang
keberadaanya
karena
sosial.
Di
Malaysia
wanita
para
biasanya
dianggap lebih fleksibel; (b) Partai
yang
Politik.
yang
terhormat (orang besar kampung)
ditetapkan, partai politik di Malaysia
(Pandokar, 1983). Para wanita ini
biasanya mempersulit keterlibatan
biasanya terlanjur menikmati status
wanita.
Dalam
kebijakan
Secara
dikatakan
berpendidikan,
dan
dapat
sosial yang tinggi dikarenakan latar
partai
politik
belakang keluarga, sehingga para
mempertahankan
pemimpin
wanita
perilaku dan aturan konservatif, dan
jumlahnya
tidak
mengabaikan
perubahan
merupakan
yang
di
terjadi
kaya
general
bahwa
cenderung
radikal
mayarakat;
ini,
walaupun
banyak,
bagian
hanya
dari
para
(c)
pemimpin pria. Di beberapa bagian
kurang
merupakan istri dari suami mereka
mendukung. Wanita dalam parlemen
yang mempunyai jaringan yang luas
dan perwakilan wanita lainnya dalam
di masyarakat. Sehingga, partispasi
berbagai macam pertemuan masih
wanita
juga mendapatkan tindak kekerasan
Malaysia
digambarkan
hanya
seksual
sebagai
pengikut,
bukan
dianggapnya peran serta wanita dan
berdasarkan
kemampuan
dilecehkan
membuat suatu kebijakan sebagai
Lingkungan
yang
dalam
kesempatan
bentuk
dalam sidang
tidak
berbagai parlementer.
dalam
sosial
politik
di
mereka
pemimpin (Dairiam, 1993).
Tidak ada tindakan yang efektif guna
Berbagai persoalan politik,
menghilangkan permasalahan ini,
sosial dan budaya Malaysia yang
baik dari anggota parlemen wanita
sangat
maupun laki laki. Selain itu juga
merupakan tantangan yang relatif
anggapan bahwa ”panggung” politik
berat bagi NCWO dalam melakukan
adalah
pergerakan
wilayah
pria,
membuat
kompleks
wanita
tersebut
di
Malaysia.
wanita sering kali merasa tidak
Sebabnya, tantangan itu berkenaan
percaya diri yang disebabkan oleh
dengan
hiprokasi dan “dirty game” dalam
struktural yang secara fundamental
politik yang dilakukan oleh pria.
telah menjadi ”darah daging” dalam
Hal lain yang menjadi faktor penghambat keterlibatan
68
Yuni Satia Rahayu
partisipasi wanita
baik
dan
kehidupan tetapi,
persoalan-persoanal
masyarakatnya. perkembangan
Akan situasi
dalam
gerakan wanita di lingkungan global
lingkungan politik dan sosial adalah
dan usaha keras NGO yang salah Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
satunya adalah NCWO, gerakan
juga merupakan Menteri dalam kabinet.
wanita
tetap
Hal ini membuat NCWO bukan hanya
tingkat
mempunyai kedekatan dengan dengan
di
Malaysia
menunjukkan
adanya
keberhasilan. Keberhasilan itu salag
pemerintah,
satunya dapat dilihat dari peranan-
cerminan elit dari model consociational-
peranan yang disumbangkan oleh
democratic
NCWO
pengaturan partai
sebagai
NGO
gerakan
wanita yang terbesar di Malaysia.
gerakan
wanita
melalui NGO NCWO Keberadaan peranan
NCWO
gerakan
yang
sebagai
diadopsi koalisi
dari
(Mohamed,
tengah
tantangan
yang
dihadapi NCWO dalam gerakan wanita di Malaysia, NCWO tetap melakukan
signifikan
perkembangan
juga
2002). Di
C. Perkembangan
tetapi
memiliki
pergerakan dan memainkan peranan
terhadap
penting bagi kemajuan wanita-wanita di
wanita
di
Malaysia.
Beberapa
bentuk
Malaysia. Kedekatan NCWO dengan
perkembangan gerakan wanita melalui
dengan sayap wanita dari Partai UMNO
NGO NCWO di Malaysia adalah sebagai
(Kaum Ibu UMNO) – partai pemerintah
berikut (Kim, 2005):
yang sangat berpengaruh pada masa itu
a.
Pendidikan
– sangat strategis untuk mencapai tujuan
Di bidang pendidikan, pergerakan
gerakan wanita oleh NCWO. Selain itu
wanita
NCWO
“payung”
menunjukkan perkembangn yang positif.
berbagai
NCWO peranan melalui keberhasilannya
kepentingan golongan wanita sangatlah
melakukan berbagai pencapaian, seperti
pluralis, sehingga lebih menjadi pilihan
pengajuan
bagi wanita lintas agama dan lintas etnis.
agar terciptanya suatu edukasi formal
Keberadaan NCWO dapat menyatukan
yang terkonsentrasi kepada penguasaan
berbagai
kemampuan dasar pada tahun 1975.
sebagai
yang
organisasi
mengakomodir
suara
wanita
dalam
melalui
memorandum
menyampaikan isu-isu wanita kepada
Pengajuan
masyarakat dan kerajaan (Cecilia, 1990).
diimplementasikan
NCWO
telah
berkembang
NGO
NCWO
pendidikan,
itu
akhirnya oleh
Menteri
Pendidikan Malaysia melalui penerapan
menjadi “kendaraan” bagi wanita menuju
kurikulum
legislatif yang menyetujui perubahan
sekunder baru yang diterapkan pada
akan
tahun 1980-an.
diterapkannya
kesetaraan
akses
kesetaran upah, perempuan
akan
pendidikan
NCWO
primer
melakukan
dan
pengajuan
pekerjaan pelayanan publik, dan hak-hak
proposal pendidikan untuk membentuk
pernikahan. Beberapa pemimpin NCWO
pola
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
pendidikan
baru
dimana 69
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
dijadikannya bahasa
bahasa Inggris
kedua
di
Malaysia.
Yuni Satia Rahayu
sebagai
aspek lain yang ada dalam keluarga.
Melalui
NCWO telah berkontribusi besar dalam
perkembangan teknik mengajar pada
membawa
tahun 1979 yang mendapat perhatian
perempuan dan anak anak. NCWO pada
khusus
tahun
dari
Malaysia,
Menteri bahasa
pendidikan Inggris
di pun
perubahan
1963
hukum
terhadap
mengajukan
yang
lebih
penegakan
kuat
terkait
diaplikasikan dalam aktivitas pengajaran
permasalahan pembayaran uang pasca
yang diresmikan pada tahun 1990-an.
perceraian terhadap perempuan dan
NCWO juga terus menekankan akan
anak
pentingnya pendidikan berbasis sains
pemerintah
dan teknologi, dan pendidkan moral yang
Women and Children (Enforcement of
efektif
Maintenance) ACT, 1968.
melalui
NCWO
Education
yang
direalisasikan kedalam
The
NCWO
Commites and Commition.
oleh Married
mengangkat
permasalahan terkait hukum pernikahan b.
Kesehatan
untuk Non-Muslim pada tahun1963 yang
NCWO melalui The Commition
direalisasikan oleh pemerintah Malaysia
Health
menekankan
kedalam The Law Reform (Marriage and
permasalahan kesahatan yang dialami
Divorce) ACT, 1976 Comes Into Forces.
Malaysia
NCWO juga mengangkat permasalahan
On
seperti
terus
:
(a)
kurangnya
kebutuhan akan dokter suster, dan ahli
hukum
medis lainnya, (b) transparansi terhadap
perempuan ditujukan kepada pengadilan
privatisasi
Syariah
perusahaan
asing
yang
keluarga
pada
Islam.
tahun
Meminta
1970,
bergerak dalam masalah kesehatan, (c)
direalisasikan
mendorongnya formulasi National Health
kedalam Islamic Family Law (Federal
Policy yang mengatur berbagai kebijakan
Teritorry) ACT,1984.
akan
permasalahan
Malaysia
seperti
kesehatan
pemerintah
yang
Malaysia
di
perlakuan terhadap
d.
Anak
orang cacat dan korban kekerasan, (d)
Hak-hak
terhadap
anak-anak
kesadaran akan pencegahan pribadi
diperjuangakan dengan sangat aktif oleh
terhadap suatu penyakit, (e) keamanan
NCWO.
penggunaan obat dan lain-lain, dan (f)
anak-anak telah diberikan perlindungan
pembentukan Malaysian Aids Council.
legal yang lebih baik agar terindar dari
Melalui
perjuangan
NCWO,
penyiksaan, eksploitasi dan ditelantarkan. c.
Keluarga Berhubungan dengan penerapan
hukum atas pernikahan, perceraian dan 70
Selain itu NCWO juga berperan dalam mengupayakan perawatan yang lebih baik
terhadap
anak
yang
memiliki
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
keterbelakangan dan anak yang lahir di
Menteri Informasi bahwa setiap iklan
luar
dengan
pernikahan,
yang
kesemuanya
dimasukkan ke dalam Undang-Undang.
merek
produk
rokok
dan
kegiatan yang disponsori oleh rokok di TV nasional akan dikenai hukuman
e.
Kekerasan
selama 6 tahun.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam bentuk pemerkosaan dan
kekerasan
Tempat tinggal
adalah
NCWO secara konsisten terus
permasalahan sosial yang terus dilawan
menekankan tentang kebutuhan akan
oleh
terkait
tempat tinggal murah bagi kelompak
lainnya. Hampir semua rekomendasi
pendapatan rendah. NCWO mencatat
yang mereka ajukan ke pemerintah
bahwa developer perumahan swasta
diterima dan
lebih
NCWO
perilaku
domestik,
g.
dan
organisasi
usaha untuk
negatif
merubah
membangun
bangunan
dapat
biaya tinggi seperti kondominium. Ketika
dikatakan sukses, walaupun masih celah
tekanan terjadi terhadap mereka oleh
dalam hukum yang berlaku dan kurang
pemerintah dan media untuk membuat
sempurnanya implementasi dari hukum
bangunan
tentang kekerasan di Malaysia. Dalam
biasanya membuat bangunan dengan
hal
berhasil
kualitas buruk. NCWO terus mendorong
kekerasan
pemerintah dalam melakukan dukungan
ini
masyarakat
tertarik
NCWO
memperjuangkan
juga
masalah
biaya
rendah
mereka
dalam rumah tangga, dengan keluarnya
terhadap pembangunan rumah
Akta Keganasan Dalam Rumah Tangga.
layak
terhadap
mendorong f.
Media
di
Malaysia
menggambarkan imej wanita,
miskin
diberikannya
dan
hukuman
kepada developer yang tidak menaati
NCWO terus berusaha merangkul media
rakyat
yang
pencegahan
positif
untuk tentang
eksploitasi
fisik
peraturan.
NCWO
juga
berusaha
mencegah
kenaikan
eskalasi
harga
rumah, terutama rumah dengan kategori budget rendah.
wanita dalam periklanan, pelarangan film
Gerakan wanita melalui NGO
porno dan literatur pornogrfi. NCWO juga
NCWO
mengajukan beberapa proposal kepada
perkembangan
Menteri
Malaysia yang
perkembangan pergerakan berlangsung
membahas tentang bahaya rokok, agar
dalam dua sisi. Pertama dalam sisi
memberikan
internal
Informasi
di
batasan
kepada
media
di
Malaysia yang
Malaysia,
mengalami
positif,
dimana
capaian-capaian
Malaysia tentang iklan produk rokok.
NCWO dalam perkembangan gerakn
Hasilnya adalah pengumunan dari deputi
wanita
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
begitu penting
dalam upaya 71
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Yuni Satia Rahayu
meminimalisir berbagai bentuk perlakuan
secara
diskriminatif terhadap kaum wanita di
kehidupan
Malaysia. Pada sisi ekternal, jaringan
Masyarakat Malaysia yang patriarkhi
dan afiliasi yang dibangun NCWO di
membentuk lingkungan politik, sosial,
lingkungan regional dan internasional,
dan budaya yang tidak berpihak pada
dapat mengangkat martabat perjuangan
wanita,
gerakan wanita di Malaysia. Kedua sisi
mengunggulkan
ini semakin mengarahkan pada realita
pria. Berbagai perubahan status wanita
bahwa sebagai NGO gerakan wanita,
akan
NCWO mengalami perkembangan yang
terjadinya ”benturan” dan beban bagi
positif
wanita
dan
relatif
memperjuangkan
berhasil
gerakan
dalam
wanita
di
fundamental
membangun
masyarakat
dan
Malaysia.
hanya dan
semata
mengedepankan mengakibatkan
itu
sendiri
setelah berkiprah
layaknya pria.
Malaysia.
Kendati demikian, NCWO tetap melanjutkan
KESIMPULAN NCWO merupakan NGO gerakan
dan
bahkan
berupaya
meningkatkan
pencapaian-pencapaian
hak
dalam
wanita
perkembangan
wanita tersebesar di Malaysia yang
pergerakannya. Pada perkembangannya
merupakan
NCWO
gabungan
dari
berbagai
telah
mampu
memunculkan
NGO yang sebelumnya terpecah-pecah
teobosanterobosan
dan
memperjuangkan hak kaum wanita di
berjalan
Penggabungan dalam
”satu
kelebihan
sendiri-sendiri. beberapa
payung”
tersendiri.
ini
NGO memiliki
NCWO
bersifat
baru
dalam
Malaysia dalam beberapa bidang penting seperti
pendidikan,
keluarga,
anak,
media, dan lain-lain seperti yang telah
pluralistik karena memiliki keanggotaan
dijelaskan
dari berbagai etnik, agama dan isu
gerakan wanita di Malaysia melalui
dalam pergerakan wanita. Dikarenakan
perjuangan
NCWO
mencapai kemajuan-kemajuan signifikan
merupakan
gabungan
dari
beberapa NGO denga keunggulan dan
sebelumnya.
NGO
NCWO
Akhirnya,
berhasil
dalam pergerakan wanita di Malaysia.
spesifikasi masing-masing, maka NCWO menjadi lebih komprehensif dan memiliki beragam sumber daya serta dukungan. Dalam
perjalanannya
memperjuangkan
gerakan
wanita,
NCWO menghadapi berbagai tantangan yang relatif luar biasa. Tantangan itu merupakan 72
bentuk
struktural
yang Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yuni Satia Rahayu
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
DAFTAR PUSTAKA
Antrobus, Peggy, The Global Women’s
Djajanegara,
Soenarti,
Kritik
Movement: Origins, Issues and
Feminis,
Strategies, New York: Palgrave,
Pustaka Utama, 2000.
2004.
Jackson,
Azizah, Wan, “Women in politics : Reflections
from
Malaysia
“Power
Patriarchy:
and
Women's
Programmes
on
dan
Malaysian
Kim,
Wang
Lay,
Ways
the
Global
Age.
International
Conference; Media and Society in
Media
Asia-Transformation
Communication,
People's
Republic of China, 2005. Politik,
Paper
pada
the
Conference
and
on
Communication: Globalization
and Cultural Identities, Universiti Kebangsaan Malaysia, Putrajaya,
Bastian, Indra, Akuntansi untuk LSM dan Partai
Seeing
Magazines in
pada the 14th AMIC Annual and
of
Women: Sketches of Women in
dipresentasikan
Beijing,
Jones,
New York: New York University
Television” Paper dipresentasikan
Transition.
Jackie
Press, 1998.
Azmawati, Azman, Azwan, dan Juliana Wahab
Stevie
Gramedia
Contemporary Feminist Theories,
International” IDEA, 2002.
Abdul
Jakarta:
Sastra
Yogyakarta:
Erlangga, 2007.
2005. Maznah, Mohamad, “From Nationalism to Post-Developmentalism ; the
Catriona, Sandilands, The Good-Natured
Intersection of Gender, Race,and
Feminist, Minneapolis: University
Religion
of Minnesota Press, 1999.
Macalester International Vol. 12..
Cecilia, Ng, Mazmah Mohammad dan
in
Padaonkar, Latika, Women in Politics :
Tan Beng Hui Feminism and the
Australia,
women’s movement in Malaysia,
Philippines,
2006.
Philadelphia:
Dairiam,
Shanthi,
“The
struggle
for
women Right’s in Malaysia : A Review
and
Appraisal
of
Malayasia”,
India,
Thailand University
of
Pennsylvania Press, 1994. Rallonza, Louders ,Veneration, “Women and the Democracy Project: A
Women’s Activism in the Eighties
Feminis
Take
and Nineties, Canadian Woman
Political
Participation
Studies, Cahiers De La Femme,
Philippines”,
Volume 15, Nomor 2.
Political
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Malaysia,
on
dalam
Women’s in
the
Women’s
Participation
and
73
NGO Dan Perkembangan Gerakan Wanita …
Yuni Satia Rahayu
Representation in Asia, Kazuki
Boli
ed.,
California:
Iwanaga ed., Copenhagen: NIAS
University Press, 1999.
Stanford
Press, 2008. Tickner,
J.,
Ann,
“You
Just
Understand:
Don't
Troubled
Engagements between Feminists and IR Theorists”, International Studies Quarterly, Vol. 41, No. 4. Desember, 1997. Tumin, Makmor, Perempuan di Malaysia, Perjuangan Menuntut Hak, Kuala Lumpur:
Penerbit
Universiti
Malaya, 2006. Sarah, Elizabeth, “Finding A Feminist Historical Framework: A Review of Feminism in Europe”, Women Stidies International Forum, Vol. 5, No. 6, 1982. Sujatmiko, Iwan, Gardono, “Gerakan Sosial
dalam
Masyarakat”
Dinamika
dalam
Gerakan
Sosial Wahana Cevil Society bagi Demokratisasi,
Darmawan
Triwibowo ed., Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES, 2006. Sylvester,
Christine,
International
Feminist
Relations:
An
Unfinished Journey, Cambridge: Cambridge
University
Press,
2004. Thomas, George M. dan John Boli, “INGOs and the Organization of World Culture” dalam Constructing World Culture : International Nongovernmental Organizations Since 1875, John
74
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
PENGARUH FEMINISME GLOBAL TERHADAP GERAKAN WANITA DI INDONESIA Yusran
[email protected] ABSTRACT As part of the social sciences, the discipline of international relations have developed continuously according to the dynamics that take place in the international. Fundamental issues such as perspectives, theories, and concepts were also shifting. This paper aims to clarify the influence of feminism on feminist movements that occurred in Indonesia. Writing that uses qualitative methods, found that the entry of feminism into the realm of international relations to give effect to the countries in the world, especially in addressing the feminist movements that take place in their respective countries. Thus, it can be concluded that the feminist movement that occurred in Indonesia is inseparable from the influence of the feminist movement at the global level. Keywords:
Feminism, Non-Government Organization, and the Feminist Movement in Indonesia.
PENDAHULUAN Studi
ilmu
Hubungan
masyarakat
yang
terus
perubahan
dengan
mengalami
dimensi
yang
Internasional (HI) merupakan salah satu
melewati batas negara akan memberikan
bagian dari ilmu sosial dengan
pengaruh
area
tersendiri
studi yang interdisipliner dan heterogen.
perkembangan
Wilayah
sebaliknya, perubahan substansi dalam
kajiannya
menyangkut
sangat
orang-orang
luas beserta
kebiasaan-kebiasaannya yang melintasi 1
batas negara. Dewasa ini HI merupakan disiplin atau cabang ilmu pengetahuan 2
yang sedang tumbuh.
HI
dapat
pula
HI.
terhadap
Demikian
memberi
pula
pengaruh
terhadap sikap negara-negara di dunia dalam menyikapi persoalan tertentu. Adalah
gerakan
feminisme
Artinya, masih
sebagai contohnya. Berbagai persoalan
berada dalam proses perkembangan dan
seputar perkembangan feminisme pada
belum mencapai bentuk final. Dengan
perjalanannya tidak sekedar menjadi
demikian, dinamika yang terjadi dalam
persoalan bagi negara-negara tertentu saja – Eropa dan Amerika – yang
1
Joshua S. Goldstein dan Jon C. Pavehouse, International Relations 2006-2007 Edition, (New York: Prisscilla McGeehon, 2007), 3. 2 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 2. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
mengawali munculnya pemikiran dan pergerakan ini. Lebih lanjut, feminisme telah melintasi batas-batas negara dan menghadirkan
“tugas”
baru
bagi 75
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
pemerintah
negara-negara
di
dunia.
Yusran
wanita.4 Ide utama pemikirannya dalam
Selain itu, feminisme juga menjadi topik
rangka
perbincangan penting dan turut pula
antara dua jenis manusia: pria dan
mengkonstruksi disiplin ilmu HI yang
wanita. Sandilands mengatakan bahwa
sedang
pemikir
berada
perkembangan. Sylverster, termasuk
dalam
dalam
“Feminisme
dalam masalah seks secara kodrati tidak
hubungan
perlu dipermasalahkan, tetapi yang perlu
kajian
internasional yang kontemporer” . ini
menghendaki
pemisahan gender dan seks.5 Artinya,
3
Tulisan
feminisme
persamaan
Christine
Sehingga,
mengatakan:
masa
memperjuangkan
merupakan
diperhatikan adalah dari segi gender telaah
(sifatnya).6
mengenai gerakan feminisme. Secara
Dalam
perkembangannya
spesifik tulisan ini membahas tentang
feminisme terbagi atas berbagai jenis
pengaruh feminisme global. Selanjutnya
aliran pemikiran berdasarkan gelombang
pandangan-pandangan yang ditemukan
kemunculannya yang terkadang saling
dalam tulisan ini akan lebih dikhususkan
kontroversial satu sama lainnya, namun
lagi untuk menelaah pergerakan feminis
memiliki
yang
Pada
Pertama, feminisme gelombang pertama
dasarnya, selain upaya yang dilakukan
terdiri dari: (a) Feminisme Liberal, yang
masyarakat Indonesia secara internal,
menekankan pada hak individu; (b)
respon pemerintah terhadap gerakan,
Feminisme Radikal, yang terfokus pada
serta capaian gerakan feminis tentunya
permasalahan ketertindasan perempuan;
tak
terjadi
di
terlepas
internasional
Indonesia.
tujuan
Feminisme
akhir
yang
sama.
dari
pengaruh
dunia
(c)
Marxis/Sosialis,
yang
merupakan
objek
menekankan pada permasalahan kelas
substansial dalam ilmu HI. 4
FEMINISME
DALAM
TATANAN
KONSEPTUAL Feminisme yang
mulanya
adalah
pemikiran
dikembangkan
oleh
kalangan Eropa Barat dan kemudian meluas
ke
AS.
Kajian
feminisme
terkandung dalam filsafat humaniora dan mencerminkan
3
sifat
dasar
seorang
Christine Sylverster, Feminist International Relations: Unfinished Journey (Cambridge: Cambridge University Press, 2004), 9. 76
Elizabeth Sarah, “Finding A Feminist Historical Framework: A Review of Feminism in Europe”, Women Stidies International Forum, Vol. 5, No. 6, 1982, 702. 5 Catriona Sandilands, The Good-Natured Feminist (Minneapolis: University of Minnesota Press, 1999). 8. 6 Seks adalah perbedaan biologis (perbedaan jenis kelamin) yang merupakan kodrat Tuhan, dan oleh karenanya secara permanen berbeda. Adapun gender, perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Gender merupakan perbedaan perilaku (behavioral differences) yang dikonstruksi oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Oleh karena itu, gender dapat berubah dari masa ke masa. Misalnya, wanita itu dikenal lemah, lembut, cantik, emosional, keibuan, dan lain sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Konstruksi seperti inilah yang dianggap mendasari perbedaan perlakuan antara pria dan wanita. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
sebagai penyebab utama perbedaan
dari
fungsi dan status perempuan. Kedua,
manusia terhadap ligkungan atau alam.7
feminisme gelombang kedua yang terdiri
ketidakadilan
yang
dilakukan
Implementasi
pemikiran
dari: (a) Feminsime Eksistensial, yaitu
feminisme dilakukan melalui gerakan
feminisme yang melihat ketertindasan
pembebasan wanita yang dikenal juga
perempuan dari beban reproduksi yang
dengan beberapa istilah lain, seperti
ditanggung oleh perempuan, sehingga
gerakan gender, gerakan wanita, atau
tidak mempunyai posisi tawar degan laki-
gerakan feminis – dimana seluruhnya
laki; dan (b) Feminisme Gynosentris,
memiliki pengertian yang sama. Gerakan
yaitu
feminis yang terjadi dalam masyarakat
feminisme
ketertindasan
yang
memandang
perempuan
dari
terformat dalam bentuk gerakan sosial
dan
masyarakat sipil (civil society movement
menyebabkan
– selanjutnya baca: gerakan sosial).
perbedaan fisik antara laki-laki perempuan,
yang
perempuan lebih inferior dibandingkan
Gerakan
laki-laki.
feminisme
dikatakan sebagai “motor” penggerak
gelombang ketiga yang terdiri dari: (a)
gerakan wanita, dimana pada mulanya
Feminisme
hanya
berlangsung di tingkat akar
rumput
(grass
feminisme
Terakhir
adalah
Post-Modernis, yang
menggali
yaitu
persoalan
sosial
inilah
root
yang
society)
dapat
hingga
alienasi perempuan, seksual, psokologis,
menyebar luas menjadi agenda global
dan sastra bertumpu pada bahasan
yang
sebagai suatu sistem; (b) Feminisme
kalangan internasional seperti sekarang
Multikultural,
ini.
melihat
yaitu
feminisme
ketertindasan
yang
diperbincangkan
intensif
di
perempuan
M. Diani dan I. Bison yang dikutip
sebagai “satu definisi” dan tidak melihat
oleh Sujatmiko, mengartikan gerakan
ketertindasan terjadi dari kelas, ras,
sosial
preferensi
dengan orientasi konfliktual yang jelas
sosial,
umur,
agama,
sebagai
lawan
bentuk
sosial
aksi
kolektif
pendidikan, kesehatan,dan sebagainya;
terhadap
(c) Feminisme Global, menekankan pada
8
dan
politik
tertentu.
J.
Craig
ketertindasan dalam konteks perdebatan
Jenkins
antara feminisme di dunia yang sudah
mengemukakan bahwa gerakan sosial
Sementara dan
William
Form,
maju dengan feminisme di dunia yang sedang
berkembang;
dan
(d) 7
Ekofeminisme, yaitu feminisme yang berbicara
tentang
ketidakadilan
perempuan dalam lingkungan, berangkat
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Stevie Jackson dan Jackie Jones, Contemporary Feminist Theories (New York: New York University Press, 1998). 8 Iwan Gardono Sujatmiko “Gerakan Sosial dalam Dinamika Masyarakat” dalam Gerakan Sosial Wahana Cevil Society bagi Demokratisasi, Darmawan Triwibowo ed., (Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES, 2006), vii.
77
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
muncul
dari
aspek-aspek
tradisional
yang
membawa
perubahan
bernilai
diupayakan sosial
semua
bidang
dan
untuk
dinomorduakan oleh kaum pria dalam
dalam
bidang
masyarakat terhadap tujuan perubahan yang
dalam
Yusran
diinginkan.9 Dari pendapat ini
sosial,
ekonomi,
pekerjaan,
pendidikan, dan politik khususnya – terutama
dalam
masyarakat
yang
terlihat bahwa isu-isu yang dimunculkan
bersifat patriarki. Gerakan feminis lahir
dalam gerakan sosial adalah nilai-nilai
dari
mendasar yang ada dalam lingkungan
berupaya
masyarakat
jelasnya,
terhadap ideologi penindasan atas nama
persoalan-persoalan
gender, pencarian akar ketertindasan
sipil.
merupakan mendasar dialami
Lebih
secara
tradisional
masyarakat
(atau
sebuah
ide
yang
melakukan
diantaranya
pembongkaran
yang
perempuan, sampai upaya penciptaan
bersifat
pembebasan perempuan secara sejati.11
bottom-up).
Sehingga, tujuannya adalah menuntut
Gerakan sosial yang cenderung
keadilan dan pembebasan wanita dari
inklusif ini terbagi dalam dua bentuk.
kungkungan
Pertama, “Old Social Movement” yakni
struktur kehidupan lainnya.
gerakan sosial yang memfokuskan pada
agama,
Gerakan
budaya,
sosial
–
dan
termasuk
isu yang berkaitan dengan materi dan
gerakan feminis didalamnya – berkaitan
biasanya terkait dengan satu kelompok
dengan aksi organsiasi atau kelompok
misalnya, petani dan buruh. Kedua,
civil society dalam mendukung atau
“New
Sosial Movement” yang lebih
menentang perubahan sosial. Gerakan
berkaitan dengan masalah ide atau nilai
tersebut juga menujukkan pentingnya
seperti
para aktor organisasi civil society seperti
gerakan
lingkungan.
10
feminisme
atau
Dari pembagian bentuk ini,
Ormas,
Ornop
(NGO),
komunitas,
bahwa gerakan feminis adalah bentuk
Secara umum, Stetson dan Maszur
New Sosial Movement.
(2003)
mengakhiri terhadap
masa-masa kebebasan
pemasungan
wanita.
Secara
umum kaum wanita merasa dirugikan
membagi
dan
Universitas.12
maka secara eksplisit dapat disebutkan
Gerakan feminis ditujukan untuk
Media
Organsiasi
komponen
gerakan
feminis ke dalam empat kelompok, yaitu (1) jejaring nasional atau organisasi payung;
(2)
organisasi
wanita
independen (termasuk NGO wanita); (3) organsiasi internal (misalnya kelompok
9
J. Craig Jenkins dan William Form, “Social Movement and Social Change” dalam Thomas Janoski dkk. (ed.), The Handbook of Political Sociologi: States, Civil Societies, and Globalization (Cambridge: Cambridge University Press, 2005), 31. 10 Op.Cit, Sujatmiko, hlm xv. 78
11
Jane L. Parpart dan Marysia Zalewski, Rethinking The Man Question: Sex, Gender and Violence in International Relations (New York: Zed Books, 2008), 3. 12 Op.Cit, Sujatmiko, xxiv. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
wanita
dalam
serikat
buruh,
sayap
perempuan dalam partai politik, aktor-
MUNCULNYA GERAKAN FEMINISME DI DUNIA
aktor individu maupun kelompok pakar); dan
(4)
kelompok-kelompok
akar
rumput.13
Gerakan
feminis
telah
terjadi
sejak beberapa abad silam yang bermula di Eropa pada Era Pencerahan. Lady
Dari penjelasan di atas terlihat
Mary Wotrley dan Marquis de Condorcet
bahwa salah satu komponen penting
merupakan
dalam gerakan feminis adalah NGO
melakukan upaya perjuangan hak wanita
sebagai aktornya. PBB mendefinisikan
di Middleburg, sebuah kota di selatan
NGO atau
organisasi
Belanda pada tahun 1785. Karena tidak
suasta yang kegiatannya ditujukan untuk
mendapat dukungan yang maksimal,
membebaskan penderitaan, memajukan
gerakan ini kemudian seolah terhenti.15
kepentingan kaum miskin, melindungi
Gerakan feminis muncul kembali sekitar
lingkungan,
satu abad kemudian, bertepatan dengan
dasar
LSM sebagai
menyediakan
masyarakat,
pelayanan
industrialisasi
setelah
pengembangan masyarakat. Istilah NGO
terjadinya
revolusi
industri.
ini diterapkan pada organisasi non-profit
Ketidakpuasan atas kondisi ketidakadilan
yang
NGO
terhadap wanita ketika itu dituangkan
merupakan organisasi yang berbasis
oleh Simone de Beauvoir, seorang filsuf
nilai secara keseluruhan atau sebagian
Perancis dalam karya pertamanya yang
tergantung pada lembaga donor dan
berjudul The Second Sex. Dua puluh
pelayanan yang sukarela. Jadi, prinsip
tahun setelah kemunculan buku itu,
altruisme dan voluntarisme ditetapkan
barulah pergerakan wanita di Barat
sebagai defenisi karakter kuncinya. NGO
mengalami kemajuan pesat.16
dari
menangani
Mereka
meningkatnya
bebas
atau
pelopornya.
pemerintah.
meliputi semua organisasi yang berada di
luar
struktur
atau
jalur
formal
Gerakan
awal
telah
di
Eropa.
Namun
pemeruntah dan tidak dibentuk oleh atau
perkembangannya
belum
begitu
bagian dari birokrasi pemeintah. Sebagai
signifikan. Pergerakan yang berpusat di
bagian dari masyarakat sipil, NGO dapat
Eropa
14
mendorong perubahan sosial.
berlangsung
feminis
ini
kemudian
merambah
ke
Amerika dan berkembang sejak publikasi John Stuart Mill yang berjudul The Subjection of Women, pada tahun 1869. Setelah berlangsung di AS, gerakan
13
Ibid, 100. Indra Bastian, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik, (Yogyakarta: Erlangga, 2007), 8-9. 14
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
15
Soenarti Djajanegara, Kritik Sastra Feminis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 1-14. 16 Ibid.
79
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
wanita
memasuki
Yusran
momentum
Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan
perkembangan pesat dalam sejarah.
(ahli sosiologi dan aktivis feminisme)
Perjuangan wanita di AS menandai
pada tahun 1963 berdampak luas bagi
lahirnya gerakan feminisme gelombang
gerakan wanita di seluruh dunia. Sukses
pertama di dunia. Namun sekitar tahun
dengan
1920-1930 wanita AS cenderung kembali
kemudian mendirikan suatu organisasi
ke
wanita
lingkungan
bersaing bidang
domestik,
dengan politik
mengalihkan
kaum
tidak pria
maupun
dalam
bisnis,
perhatian
ke
ikut dan
bidang
tulisannya,
yang
Betty
Friedan
bernama
National
Organization for Women (NOW) tahun 1966.
Organisasi
non-pemerintah
ini
cukup berpengaruh, dan merambat ke bidang.19
kesejahteraan wanita dan anak yang
segala
meliputi
dan
jangkauan kerja dan pengaruh di level
kesehatan. Semenjak masa itu, gerakan
nasional. NOW merupakan NGO feminis
wanita
terbesar di dunia. Prestasinya dalam
bidang
seolah
pendidikan
mengalami
masa
17
stagnansi.
NOW
memiliki
perjuangan wanita di dunia, berhasil
Gerakan
feminis
kembali
membawa persoalan wanita ke PBB, dan
berkembang sekitar tahun 1960-an. Kali
NOW juga merupakan organisasi aktifis
ini tidak hanya negara-negara Barat
feminis yang terbesar di PBB.20
seperti AS dan beberapa negara Eropa
Gerakan
feminis
gelombang
saja yang terdorong untuk menggalak
kedua terutama yang terjadi di AS telah
kembali gerakan tersebut. Gerakan pada
berhasil
periode ini disebut sebagai gerakan
seluruh dunia. Walaupun secara spesifik
feminisme
perjuangan
Gelombang
Kedua.
membuatnya
kaum
bergaung
feminis
ke
banyak
Gelombang kedua ini dipelopori oleh
dilakukan oleh individualis kulit putih
para feminis Perancis seperti Helene
untuk
Cixous
masing-masing, namun
(seorang
Yahudi
kelahiran
menuntut
haknya
di
negara
mereka juga
Aljazair yang kemudian menetap di
mengarahkan
Perancis) dan Julia Kristeva (seorang
penelitiannya
Bulgaria yang kemudian menetap di
dunia ketiga, seperti Afrika, Asia, dan
18
Perancis).
perhatian pada
dan
wanita-wanita
di
Amerika Selatan.
Gerakan feminisme gelombang kedua yang berlangsung di AS ternyata lebih keras gaungnya
ketimbang di
Eropa. Terbitnya buku The Feminine 17 18
Ibid. Ibid.
80
19
Diperoleh dari http://www.now.org/ diakses tanggal 12 April 2011. 20 Jennifer Tripp, ”National Organization for Women”, diperoleh dari http://learningtogive.org/papers/paper200.html diakses tanggal 12 April 2011. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
Hal itu menjadikan gerakan feminis 21
semakin di kenal di dunia.
CEDAW PBB adalah
tonggak
awal
sekaligus merupakan bentuk legitimasi international terhadap upaya perjuangan
PENGARUH
FEMINISME
GLOBAL
TERHADAP
NEGARA-NEGARA
DI
gerakan
feminis
seluruh
negara
di
dunia.24
DUNIA
Pola pergerakan wanita secara Munculnya gerakan feminis di
global dipengaruhi oleh sistem dan geo-
tingkat internasional dan terbentuknya
politik dominan yang berlangsung dalam
feminisme
dari
HI. Pada dekade 1980-an, NGO sudah
kontribusi perjuangan wanita di negara
mulai muncul dan berpengaruh terhadap
maju. NGO perjuangan wanita di negara
pergerakan wanita di tingkat global.
maju, terutama NOW AS, telah berhasil
Selanjutnya,
membawa persoalan wanita sebagai
peranan NGO menjadi semakin kuat
pembahasan
dirasakan dalam pergerakan-pergerakan
global,
Perjuangan
tak
terlepas
penting
PBB.
1990-an,
maupun
momentum penting dan masuk dalam
lainnya.
Dunia
pembahasan internasional pertama kali
memasuki era globalisasi ketika itu, telah
pada Convention on the Elimination of All
memunculkan NGO sebagai kekuatan
Forms of Discrimination Against Women
tersendiri yang berpengaruh signifikan.
(CEDAW) PBB. CEDAW
merupakan
Di tingkat global, NGO menjadi salah
bagian dari konvensi HAM PBB yang
satu aktor internasional yang mampu
diselenggarakan tahun 1979. Dengan
mempengaruhi
terselenggaranya seluruh
de
jure
negara
mendapatkan
mendapatkan
dekade
wanita
secara
wanita
di
pada
pergerakan internasional
keputusan
sosial sedang
melalui
CEDAW,
artinya
pengguliran isu-isu tertentu, termasuk
pergerakan
wanita
feminsme. Demikian pula halnya dengan
di
dunia 22
wilayah
domestik.
NGO
semakin
Secara
berkembang dan menjadi salah satu
sederhana, pesan yang dapat ditangkap
kelompok yang dapat mempengaruhi
dari
proses pengambilan kebijakan.25
konvensi
pengakuan.
telah
CEDAW
adalah,
pelanggaran-pelanggaran terhadap hakhak wanita adalah bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
23
Konvensi
21
Djajanegara, 1-14. Goran Melander dan Gudmundur A, The Raoul Wallenberg Compilation of Human Rights Instruments, (London : The Hague, 1997), 18. 23 Rebecca J.Cook (ed)., Human Rights of Woman, National and International Perspective, 22
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Berbagai internasional
perkembangan secara
komprehensif
memberikan atmosfir positif terhadap
(Philadelphia: University of Pennsylvania Press, 1994), 634. 24 Peggy Antrobus, The Global Women’s Movement: Origins, Issues and Strategies, (New York: Palgrave, 2004), 17-18. 25 Ibid, 135. 81
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
Yusran
gerakan feminis. Masuknya feminisme
PENGARUH
dalam agenda HI memberikan pengaruh
TERHADAP GERAKAN FEMINIS DI
kepada negara-negara di dunia. Hampir
INDONESIA
seluruh negara di dunia berupaya untuk membangkitkan pentingnya
kesadaran
gerakan
kesinambungan penghargaan
terhadap
FEMINISME
Secara
GLOBAL
internal
Indonesia
mengenal beberapa tokoh perempuan
feminis
bagi
seperti R.A. Kartini, Tjut Nyak Dien, dan
pembangunan
dan
beberapa
terhadap
HAM
tokoh
lainnya
yang
telah
serta
disebut sebagai tonggak pergerakan
menyesuaikan dengan lingkungan global
perempuan di Indonesia. Namun pada
maupun internasional.
kenyataannya pergerakan mereka belum
Keberhasilan negara maju dalam
melembaga dalam bentuk-bentuk yang
mengangkat gerakan feminis menjadi
terorganisir
agenda
belum
global
signifikan
menjadi
bagi
inspirasi
kemunculan
dengan
memberikan
rapih,
sehingga
hasil
signifikan.
dan
Menurut Murniati, “Kemajuan penting
perkembangan gerakan-gerakan feminis
dalam gerakan feminis di Indonesia
di negara-negara sedang berkembang.
dimulai setelah adanya gerakan feminis
Kehadiran ribuan utusan dari negara-
di lingkungan eksternal yang muncul
negara
pada
berdasarkan pemikiran-pemikiran besar
yang
di
sedang
konvensi
berkembang
wanita
terselenggara, kesadaran
se-dunia
dunia”26. Oleh
karena itu
dapat
menunjukkan
bentuk
ditegaskan bahwa peningkatan gerakan
keseriusan
mereka
feminis di Indonesia tak terlepas dari
dan
dalam upaya menuntut haknya. Selain
kondisi
itu pertumbuhan NGO-NGO gerakan
berlangsung di tingkat internasional.
feminis
yang
kuatnya
signifikan
pengaruh
menujukkan
Jika
dilihat
feminis dari
yang
sejarahnya,
global
tonggak gerakan feminis di Indonesia
terhadap negara-negara di dunia. Tidak
baru dimulai pada permulaan abad ke-
hanya negara-negara maju, eksistensi
20, yaitu mula dibentuknya gerakan
feminisme
telah
secara modern. Hal ini dikarenakan
terhadap
bentuk gerakan tersebut ditandai oleh
pergerakan feminis di negara-negara
tumbuhnya organisasi-organisasi wanita
berkembang, termasuk Indonesia.
yang diikuti oleh proses perkembangan
memberikan
di
feminisme
gerakan
tingkat pengaruh
global
organisasi-organisasi
gerakan
26
A. Nunuk P. Murniati, Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum dan HAM, (Magelang: Yayasan Indonesia Tera, 2004), xiii. 82
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
kebangsaan Indonesia pada waktu itu.27
Indonesia. Selain itu, NGO berperan
Selain itu, perhatian secara akademik
penting
dan
Indonesia,
terorganisir
feminis
di
terhadap
Indonesia
gerakan
dimulai
saat
dalam
secara
gerakan
karena
feminis
gerakan
terorganisir
baru
di
feminis dilakukan
munculnya Pusat Studi Wanita (PSW)
setelah terbentuknya gerakan feminis
awal
secara modern yakni melalui organisasi.
tahun
adalah
1970-an,
NGO
dimana
di
Dalam perjalanannya, organisasi
adalah
perempuan Indonesia untuk pertama
implementasi yang dilakukan delegasi
kalinya mengikuti Kongres Perempuan
wanita
mengikuti
Internasional di Lahore, Januari 1931.
World Women’s Conference di Mexico
Pada kongres itu perempuan Indonesia
tahun 1975. Pemikir-pemikir wanita di
mulai mengetahui ternyata organisasi
Indonesia
perempuan
Indonesia.
gerakan
PSW
Munculnya
Indonesia
feminis PSW
setelah
berupaya
kecenderungan
untuk
yang
mengikuti
negara
lain
tidak
di
mengesampingkan masalah politik, dan
lingkungan global. Setelah tiga tahun
bahkan mulai menggiring masalah politik
diperbincangkan, lobi mereka terhadap
menjadi
pemerintah
mengikuti
akhirnya
terjadi
di
mendapatkan
persoalan utaman. Semejak kongres
itu,
selanjutnya
respon dengan dimasukkannya wanita
kongres perempuan yang berlangsung di
dan pembangunan di dalam Rencana
internal
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA)
masalah politik dan partisipasi bersama
28
laki-laki untuk melawan penjajah, dan
III pada 1978-1983.
Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan
bahwa
lingkungan
NGO29
berkonstribusi
gerakan
besar
feminis
di
terhadap Indonesia.
pun
mulai
memikirkan
semakin
tumbuh
30
berkembang.
internasional secara langsung maupun tidak
Indonesia
Pada masa Orde Baru (Orba), walaupun berkembang namun gerakan feminis
tidak
dapat
leluasa
karena
Perkembangan feminis di lingkungan
“terkungkung” oleh kondisi rezim yang
internasional
sepenuhnya berada dalam pengawasan
efektifitas pemerintah
turut pergerakan di
mempengaruhi dan
lingkungan
reaksi internal
27
Sulistyowati Irianto dan Titiek Kartika Hendrastiti, Buku Panduan tentang Gender di Parlemen (Jakarta: Sekjen DPR RI dan UNDP, 2003), 9. 28 Nahiyah Haidi “Country Institutional Report: Indonesia”, dalam Women’s/gender studies in Asia-Pacific Thailand, UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education, 2004, 73. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
29
NGO wanita yang muncul saat itu adalah Istri Sedar. Organisasi Istri Sedar itu selanjutnya berganti nama menjadi Gerakan Wanita Sedar (Gerwis) di tahun 1940, dan selanjutnya beruban menjadi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) tahun 1954 dengan anggota lebih dari satu juta orang di tahun 1961. Sayangnya organisasi ini terpecah dua akibat adanya pengaruh PKI. Pergantian rezim Orde Lama (Orla) menjadi Orde Baru (Orba) membuat Gerwani juga dinyatakan sebagai organisasi terlarang. 30 Op.cit, Murniati, 17-19. 83
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
Yusran
dan kontrol pemerintah. Akan tetapi,
kemunculan NGO perempuan terjadi
gerakan perempuan yang berlangsung di
ketika berbagai
tingkat global ternyata tidak mampu
berada dalam kontrol ketat pemerintah.
memasung gerakan perempuan yang
Semangat
berada dalam kontrol penuh pemerintah
Indonesia yang sudah ada sejak zaman
Orba. Tahun 1978 PBB mendorong
penjajahan
pemerintah Indonesia untuk membentuk
padam dalam diri kelompok perempuan
Kementerian Urusan Wanita. Walaupun
di Indonesia, meskipun berada dalam
kementerian ini kurang bekerja secara
“pasungan” rezim Orba yang sangat
efektif, tapi dampak positifnya mampu
berada dalam kontrol ketat pemerintah.
memberi
pengaruh
perempuan
di
gerakan
gerakan
masyarakat
perempuan
Belanda,
rupanya
di
tidak
bagi
gerakan
Namun kondisi itu dapat dilalui oleh NGO
Indoensia.
Terlebih
wanita di Indnonesia.32
setelah berlangsungnya CEDAW yang
Masa
Orba
dapat
dikatakan
pertama, pemerintah “terpaksa” harus
kendala bagi gerakan feminis Indonesia.
membuka pintu kebebasan bagi wanita
Hal
hingga akhirnya Indonesia meratifikasi
menggunakan
CEDAW melalui keluarnya UU No 7
Kesejahteraan Keluarga) sebagai wadah
tahun
pengesahan
satu-satunya gerakan perempuan dalam
konvensi mengenai penghapusan segala
pembangunan di masyarakat. Ketika
bentuk
organisasi
1984,
tentang
diskriminasi
terhadap
itu
terjadi
karena PKK
perempuan
independen,
dengan
besar
gerakan
dikoordinasi dan dipayungi oleh Kowani
feminis Indonesia di masa Orba. Pasca
(Korps Wanita Indonesia), tak ada lagi
CEDAW, di pertengahan dekade 1980-
pergerakan
an berbagai NGO bermunculan kembali,
benar independen untuk menentukan
dan mulai melakukan gerakan feminis di
sendiri langkah-langkah dan agenda-
segala
agenda perjuangannya. Dua organisasi
aspek
perjuangan
kehidupan,
seperti
pribadi
(Pendidikan
perempuan. CEDAW berkontribusi relatif terhadap
status
pemerintah
perempuan
politik, dan budaya, advokasi, litigasi,
ditentukan oleh hierarki sosial yang
dan
ditentukan oleh suami mereka (jabatan
mengenai
masalah
perempuan.
Sejarah perempuan membuktikan
31
Ibid, 20-21.
84
pengurus
benar-
itu,
31
dan
yang
perburuhan, pertanian, sosial, ekonomi,
informasi
ketua
perempuan,
intinya
suami sangat menentukan posisi dalam pergerakan Indonesia peran
NGO.
kaum
kepengurusan dua organsasi ini). Dalam
telah
Kowani, bahkan para pengurus intinya
Bahkan,
berasal
32
dari
organsiasi
perempuan
Ibid, 22. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
dependen yang sistem keanggotaannya
maratifikasi
itu
desakan PBB dalam mendorong lahirnya
permanen.
Kementerian Urusan Perempuan (1978),
atas dasar status mereka sebagai istri. Untungnya, tidak
situasi
seperti
berlangsung
Dominannya
pembahasan
Indonesia. Apalagi setelah Indonesia
33
persoalan
CEDAW
hingga
(1981)
kemudian
atas
Indonesia
seputar gender di lingkungan global
mengesahkan
memberikan pengaruh tersendiri bagi
Undang Nonor 7 Tahun 1984 tentang
gerakan feminis di Indonesia. Ketika
penghapusan segala bentuk diskriminasi
dunia
pada perempuan.35
dan
tergabung
negara-negara dalam
PBB
yang
berlakunya
Undang-
sudah
Wawasan dan tujuan pergerakan
membicarakan Gender and Development
dalam NGO36 tersebut secara umum
(GAD), Indonesia masih berputar-putar
mengikuti suara pergerakan wanita di
34
dalam Women in Development (WID) .
tingkat internasional yakni masyarakat
Situasi
yang
di
lingkungan
internasional
demokratis
dan
berkeadilan
membuat Indonesia “dipaksa” untuk turut
gender. Berbagai NGO wanita yang
mengikuti
tersebar luas di
cara
pandang
GAD.
seluruh
Pergerakan pemikiran GAD terakumulasi
Indonesia
dalam Kongres Perempuan Se-dunia
kerja yang luas, koneksi dengan NGO di
yang diselenggarakan PBB setiap lima
tingkat
tahun
aktivitas
sekali.
Kongres
perempuan
tersebut
bagian di
memiliki
internasional, yang
dan
aktivitas-
dilakukan
untuk
jaringan
sangat
tersebut memiliki imbas yang sangat
komprehensif
memperjuangkan
nyata dalam aktifitas dan pemikiran para
persoalan-persoalan
aktivis NGO gerakan perempuan di
Beberapa materi yang diperjuangkan
perempuan.
dan dikembangkan NGO dalam proses pendampingan dirancang sesuai dengan 33
Ibid, 23. 34 Ada tiga istilah keterlibatan wanita dalam pembangunan. Women in Development (WID), Women and Development (WAD) dan Gender and Development (GAD). WID menganggap perempuan sebagai masalah karena tidak mampu bersaing dengan laki-laki, dan oleh karena itu harus dilakukan peningkatan potensi, posisi perempuan masih sangat marjinal. WAD setingkat lebih memperhatikan posisi perempuan, dan telah berfokus pada hubungan perempuan dan pembangunan yang melihat laki-laki kelas bawah di dunia ketiga juga tertindas oleh struktur masyarakat internasional yang tidak adil. Sedangkan pemikiran tentang GAD muncul dari teori sosial yang dikemukakan Frederich Engels yang berpandangan bahwa laki-laki dan perempuan itu sama-sama memiliki peranan penting dalam pembangunan dan saling ketergantungan. Pendekatan GAD ini muncul dari cara pandang holistik. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
kondisi
dan
perempuan
kebutuhan
Indonesia,
penyesuaian-penyesuaian gerakan
wanita
di
serta
kaum dengan agenda
lingkungan
35
Ibid. NGO wanita yang muncul pada tahap ini: Yayasan Annisa Swasti (Yasanti), Kalyanamitra, Perserikatan Solidaritas Perempuan (SP), Perserikatan Kelompok Perempuan Sadar (KPS), RUMPUN, Yayasan TjutNja’ Dien, Lembanga Studi Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA), Lembaga Bantuan Hukum APIK, Yayasan Kesejahteraan Fatayat, WCC dan WIC Suara Nurani Perempuan Yabinkas, KAKAK, YLKI, dan masih banyak lagi. 36
85
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
Yusran
internasional, terutama pada program-
dalam ekonomi, sosial, ketenagakerjaan,
program yang diselenggarakan PBB.
perempuan
Pada awalnya berbagai NGO gerakan
perempuan
di
Indonesia
di
pedesaan,
kependudukan
masalah
dan
kesehatan
reproduksi perempuan, pendidikan bagi
berjalan sendiri-sendiri, sehingga tidak
perempuan,
jelas arah dan tujuannya. Keruntuhan
perempuan, perdagangan perempuan,
rezim Orba yang berganti menjadi rezm
situasi perempuan di daerah konflik,
reformasi
apresiasi
situasi perempuan di kawasan Afrika,
tersendiri terhadap gerakan perempuan.
Asia dan Pasifik, dan banyak lagi. Dalam
Jaringan kerja NGO gerakan perempuan
pertemuan-pertemuan
di
dicanangkan
memberikan
Indonesia
makin
menunjukkan
meningkat, dan
bahwa
kekerasan
terhadap
tersebut
program
juga
bersama,
gerakan
kesepakatan internasional, dan bahkan
perempuan di Indonesia telah bangkit
instrumen hukum yang harus dipatuhi
kembali.
oleh
Peningkatan
jaringan
kerja
negara-negara
peserta
NGO yang berproses dan berkelanjutan
penandatangan.
bukan saja dengan menjalin jaringan
pertemuan
internasional, melainkan lebih penting
terpenting adalah: (a) ICPD (Konferensi
dari itu adalah jaringan kerja secara
Internasional tentang Kependudukan dan
nasional, untuk secara serentak berjuang
Pembangunan Kairo-Mesir (1994), (b)
37
menegakkan keadilan gender.
Di
dan
penting
pertemuantersebut,
yang
Beijing 1995, (c) Beijing Plus Five (New
Ada begitu banyak pertemuan
York, 2000), (d) Beijing Plus Ten (New
internasional – yang diselenggarakan
York, 2005), dan (e) jaringan regional
PBB – yang memberikan pengaruh
seperti APWLD (Asia Pacific Forum on
terhadap gerakan feminis di Indonesia.
Women, Law and Development) yang
Pertemuan tersebut diawali oleh Seminar
setiap tahun mengadakan pertemuan.38
tentang
Peningkatan
partisipasi
Sebagai
perempuan Asia dalam kehidupan publik
Bangsa-Bangsa
di Bangkok pada tahun 1957, dan
komunitas
dilanjutkan oleh banyak pertemuan besar
terikat dalam berbagai kesepakatan dan
di berbagai kota di dunia sampai hari ini.
hukum
Isu yang diagendakan sangat beragam,
Indonesia
di
negara
antaranya
adalah
keikutsertaan
anggota
Perserikatan
dan
warga
internasional,
internasional. menyatakan
Indonesia
Apalagi
sebagai
penandatangan,
dan
meratifikasinya,
itu
politik perempuan, hak-hak perempuan
berkewajiban
memastikan
37
38
86
bila
diri
perempuan dalam pembangunan, hak
Op.cit, Murniati, 30.
dari
berarti
Indonesia bahwa
Ibid. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
prinsip-prinsip
dari
dan
peran penting feminisme global, telah
itu
menghasilkan banyak pencapaian bagi
terakomodasi dalam berbagai peraturan
gerakan feminis di Indonesia. Kesemua
perundangan
diimplementasikan
itu sangat sulit dilepaskan dari peran-
dalam kehidupan nyata. Bila ratifikasinya
peran NGO berbasis feminis yang ada
melalui
pada
kesepakatan
hukum
internasional
dan
Undang-Undang,
itu
berarti
berbagai 40
Konvensi Internasional, menjadi sumber
masyarakat.
hukum
gerakan
nasional,
dan
kedudukannya
kelompok
dalam
Secara legal, perjuangan
feminis
Indonesia
yang
setara dengan Undang-Undang. Apabila
dipengaruhi oleh situasi internasional
ada Konvensi yang belum diratifikasi
telah memberikan hasil (pencapaian)
oleh Indonesia, maka sebagai negara
dalam berbagai bentuk peraturan hukum
anggota PBB, Indonesia tetap terikat
(Undang-Undang/ UU), seperti berikut:
secara moral untuk menjujung tinggi
1.
prinsip-prinsip dalam konvensi tersebut. Berikut
ini
adalah
Konstitusi UUD 1945, Pasal 27 (2), UU No. 7/1984 yang meratifikasi
beberapa
Konvensi
CEDAW
(Penghapusan
hukum, dan kesepakatan internasional
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
terpenting,
Perempuan).41
yang
mengikat Indonesia
dalam gerakan feminis: (a) Deklarasi
2.
UU
No.
3/1997
tentang
Umum Hak Asasi Manusia (1948), (b)
Perlindungan Anak, UU No. 39/1999
Konvensi Hak-Hak Politik Perempuan
tentang Hak Asasi Manusia, (Pasal
(1956), (c) Deklarasi Anti Kekerasan
45
terhadap
perempuan
Perempuan
(1993),
(d)
Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi atau Platform for Action (2005), (e)
menyebutkan
hak
sebagai
hak
asasi asasi
manusia). 3.
UU No. 23/2000 tentang Peradilan
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Anak, Instruksi Presiden No. 9/2000
Diskriminasi terhadap Perempuan atau
tentang Pengarusutamaan Gender
CEDAW
dalam
(1979),
Internasional Pekerja
(f)
Perlindungan
Migran
Keluarganya
Konvensi
(g)
Nasional.
Hak-hak
dan
(1990),
Pembangunan
Anggota Konvensi
Palermo (2000), (h) Deklarasi Millenium Development Goals (MDG’s).39 40
Berdasarkan
pengaruh
situasi
internasional yang telah memunculkan
39
Ibid. 12-15.
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Ester Mariani GA, “Partisipasi Politik Perempuan: Antara Kewajiban dan Perjuangan, Bina Darma, No. 54, Maret 1997, 94. 41 Sali Susiana, Keterwakilan Perempuan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008. Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Kajian, Vol 13, No. 3, September 2008, 2 87
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
4.
UU No. 12/2003 tentang Pemilu,
untuk menempati kursi di parlemen
Pasal 65 (1) yang mengatur kuota
pusat maupun daerah.
politik perempuan dalam parlemen.42 5.
UU
No.
23/2004
Penghapusan
6. 7.
Kekerasan
MPR, DPR, DPD, dan DPRD.43
dalam
Beberapa UU di atas merupakan
Rumah Tangga.
hasil
UU No. 12/2005 tentang Ratifikasi
Indonesia. Jika menelaah UU tersebut
Kovenan Hak Sipil Politik.
satu per satu, akan terlihat “benang
UU No.13/2005 tentang Ratifikasi
merah”
Kovenan
kesamaan persepsi bahwa pengaruh
Hak
Ekonomi
Sosial
UU
No.
UU
17/2006
No.
tentang
13/2006
No.
tentang
pada
internasional
satu
dan
NGO
sebagai salah satu aktor pergerakan, besar
keberhasilan
Pidana
terhadap
gerakan
feminis
di
PENUTUP
Perdagangan Orang. tentang
membawa
di
tentang
Tindak
Kapolri
feminis
Indonesia.
21/2007
Pemberantasan
11. Peraturan
yang
gerakan
berkontribusi
Perlindungan Saksi. 10. UU
(capaian)
lingkungan
Kewarganegaraan. 9.
14. UU No.27 Tahun 2009 Tentang
tentang
Budaya. 8.
Yusran
Dari tulisan di atas penulis dapat No.
10/2007
Pembentukan
Unit
menjelaskan awalnya
bahwa gerakan feminis
terjadi
di
Eropa
dan
AS.
Pelayanan Perempuan dan Anak
Feminisme
(PPA) dari
Resor
bentuk pergerakan sosial yang semakin
(Polres) ke atas. Dalam hal ini
meluas dan dilakukan oleh beberapa
ditegaskan bahwa PPA harus ada
elemen dasar dalam masyarakat sipil,
dalam unit kepolisian.
termasuk
NGO.
dilakukan
NGO
tingkat Polisi
12. Peraturan
Presiden
2005
tentang
No.
7/tahun Rencana
diimplementasikan
feminisme internasional
Nasional,
marjinal,
yang
jelas
menyebut
Pergerakan berhasil
masuk
Pembangunan Jangka Menengah
dalam
dan
membawa
ke dari
feminisme
yang
tatanan pergerakan
bertransformasi
agenda kesetaraan dan keadilan
membentuk feminisme global. Esksisnya
gender.
feminisme global memberikan pengaruh
13. Terakhir adalah UU Pemilu No.
terhadap
negara-negara
10/2008 yang memberikan peluang
Pengaruh
itu
lebih
Indonesia,
dan
besar
kepada
perempuan
juga
di
dunia.
merambah
membentuk
ke
gerakan
42
Nani Saptarini, ”Perempuan dan Politik Lokal”, Wacana, ELSPPAT, Edisi 30/VIII, 18. 88
43
Irianto dan Hendrastiti, 10. Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
feminis Indonesia yang membawa pesan
feminis awal yang berlangsung di Eropa
dan tujuan pergerakan relatif sama
dan AS.
dengan feminisme di lingkungan global. Selain
itu, secara
gerakan
feminis
di
tidak langsung Indonesia
pada
dasarnya juga terkait dengan gerakan
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
89
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
Yusran
DAFTAR PUSTAKA Haidi, A.
Acker,
Brooke
dkk.,
Feminist
Methodologies for International
Nahiyah
“Country
Institutional
Report: Indonesia”, dalam Women’s/gender studies in Asia-Pacific
Relations, New York: Cambridge
Thailand, UNESCO
University Press, 2006.
Pacific
Antrobus, Peggy, The Global Women’s Movement: Origins, Issues and
Regional
Asia
and
Bureau
for
Education, 2004.
Irianto, Sulistyowati dan Titiek Kartika
Strategies, New York: Palgrave,
Hendrastiti,
2004.
tentang Gender di Parlemen,
Bastian, Indra, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik, Yogyakarta: Erlangga, 2007.
Buku
Panduan
Jakarta: Sekjen DPR RI dan UNDP, 2003. Jackson,
Stevie
dan
Jackie
Jones,
Burchill, Scott, Theories of International
Contemporary Feminist Theories,
Relations : Feminism, New York :
New York: New York University
Palgrave, 2001.
Press, 1998.
Connell,
R.W.
dan
James
Messerschmidt, Masculinity:
W.
Jenkins, J., Craig dan William Form,
“Hegemonic
“Social Movement and Social
Rethinking
the
Change” dalam Thomas Janoski
Concept”, dalam Gender and
dkk. (ed.), The Handbook of
Society, Vol. 19, 2005.
Political Sociologi: States, Civil
Cook, Rebecca J. (ed)., Human Rights of Woman,
National
International Instruments,
and
Perspective, (London
:
The
Hague, 1997), 18. Djajanegara,
Soenarti,
Feminis,
Kritik
Jakarta:
Sastra
Gramedia
Joshua
Pavehouse, Relations
90
S.
dan
Globalization,
Press, 2005. Jennifer, Tripp, ”National Organization Women”,
diperoleh
dari
http://learningtogive.org/papers/p aper200.html Linklater, Andrew, International Relations
C.
Volume:
International
Political
2006-2007
and
Cambridge: Cambridge University
for
Pustaka Utama, 2000. Goldstein,
Societies,
Jon
Critical
Concepts
Science
in
Critical
Edition,
Concepts in Political Science,
New York: Prisscilla McGeehon,
Volume IV, New York: Routledge,
2007.
2000.
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
Yusran
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
Mariano, Ester, GA., “Partisipasi Politik Perempuan: Antara
Kewajiban
dan Perjuangan, Bina Darma, No. 54, Maret 1997.
Susiana,
Sali,
New
dalam
Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2008
York:
Zed
Banyu,
dan
Books, 2008. Perwita,
Anak,
Agung,
Yanyan
”Keterwakilan
Perempuan
Relations,
Mochamad
Pengantar
Ilmu
Yani,
Hubungan
Internasional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
Sandilands, Catriona, The Good-Natured
DPD, dan DPRD”, Kajian, Vol 13,
Feminist, Minneapolis: University
No. 3, September 2008.
of Minnesota Press, 1999.
Saptarini, Nani, ”Perempuan dan Politik
Sarah, Elizabeth, “Finding A Feminist
Lokal”, Wacana, ELSPPAT, Edisi
Historical Framework: A Review
30/VIII, 18.
of Feminism in Europe”, Women
Keohane,
Robert
0.,
Dichotomy:
“Beyond
Conversations
between
International
Relations
and
Feminist
Theory”, International Studies Quarterly, J Stor, Vol. 42, No. 1. Maret, 1998. Melander, Goran dan Gudmundur, A, The
Raoul
Wallenberg
Compilation of Human Rights, Philadelphia:
University
of
Pennsylvania Press, 1994. Murniati, A., Nunuk, P., Perempuan Indonesia
dalam
Perspektif
Stidies International Forum, Vol. 5, No. 6, 1982. Steans, Jill,
Gender and International
Relations:
an
Introduction,
Cambridge: Polity Press, 1998.
Sujatmiko, Iwan, Gardono, “Gerakan Sosial
dalam
Dinamika
Masyarakat” dalam Gerakan Sosial Wahana Cevil Society bagi
Demokratisasi,
Darmawan Jakarta:
Triwibowo Penerbit
ed.,
Pustaka
LP3ES, 2006. Sylverster,
Christine,
Feminist
Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum
International
dan HAM, Magelang: Yayasan
Unfinished Journey, Cambridge:
Indonesia Tera, 2004.
Cambridge
Parpart,
Jane,
L.,
dan
Marysia
Relations: University
Press,
2004.
Zalewski, Rethinking The Man
Ticker J. Ann, Feminist Perspective on
Question: Sex, Gender and
International Relations, London:
Violence
in
International
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
SAGE
Publications,
2002.
91
Pengaruh Feminisme Global Terhadap Gerakan Wanita Di Indonesia
Yusran
----------, Gender in International Relations Feminist Perspectives on Achieving Global
Security,
New
York
:
Columbia University Press, 1992.
----------, “You Just Don't Understand: Troubled
Engagements
between Feminists and IR Theorists”,
International
Studies Quarterly, Vol. 41, No. 4, Deember, 1997.
92
Transnasional Vol.6 No.2 Desember 2011
PENULIS
Denik Iswardani Witarti, Ph.D adalah Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Budi Luhur, Jakarta.
Jeanie Annissa, S.IP, M.Si adalah Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Budi Luhur, Jakarta. Ronald Roger Rohrohmana, S.IP adalah Staf FISIP Universitas Budi Luhur, Jakarta.
DR. Sharifah Syahirah Bt Syed Sheikh dan Rashila Ramli adalah Dosen senior ilmu politik di Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia. Pada tahun 2011, memperoleh gelar Ph.D dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Selama ini aktif bergiat dalam politik, pada tahun 2001-2004 menjabat selaku EXCO Pergerakan Puteri UMNO dan Pengerusi Biro Pendidikan Pergerakan Puteri UMNO Malaysia. Kini, terlibat aktif dalam beberapa NGO seperti National Council of Women Malaysia (NCWO) dan organisasi akademik seperti
Persatuan Sains Sosial Malaysia (PSSM), Southeast Asia Women Studies
(Malaysia) (SAMA), dan anggota International Movement for A Just World (JUST) and Asian Association of Women’s Studies (AAWS), dan Director, Institute of Occidental Studies,Universiti Kebangsaan Malaysia and Associate Professor Faculty of Social Science and Humanities Universiti Kebangsaan Malaysia.
Yuni Satia Rahayu, SS, M.Hum adalah Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Budi Luhur, Jakarta. Saat ini sendang menyelesaikai S3 di Program Studi Ilmu Politik, Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan, Universiti Kebangsaan Malaysia. Sejak tahun 2005 - sekarang menjabat sebagai Direktur Rumpun Tjoet Njak Dien Yogyakarta.
Yusran, S.IP, M.Si adalah Dosen dan Kepala Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Budi Luhur, Jakarta.
PEDOMAN PENULISAN JURNAL Beberapa hal yang harus diperhatikan penulis dalam penulisan jurnal adalah sebagai berikut: Maksud dan Tujuan Jurnal Transnasional diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur untuk media penyebarluasan hasil penelitian yang dilakukan para peneliti di lingkungan Universitas Budi Luhur maupun dari para peneliti lain. Ruang Lingkup Jurnal ini memuat tulisan hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang menunjang pengembangan ilmu pengetahuan, Teknologi dan Pembangunan Nasional. Bahasa Tulisan yang dimuat dalam jurnal ini menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan baik. Penggunaan istilah hendaknya menggunakan pedoman dari lembaga Pembinaan Bahasa. Bentuk Naskah Naskah diketik pada kertas jenis A4 putih pada satu permukaan dengan jarak 1,5 spasi. Tulisan mempunyai jarak 3 cm dari Atas dan Kiri kertas, Kanan dan Bawah kertas berjarak 2,5 cm. Panjang naskah tidak lebih dari 20 halaman dan sekurang-kurangnya 10 halaman termasuk gambar dan tabel. Tulisan menggunakan jenis font Arial ukuran 11, naskah diketik dengan bentuk satu kolom. Isi Naskah Naskah disusun dalam urutan: judul (Bahasa Indonesia); Nama penulis: lembaga/instasi: Abstrak ( 100-150 kata) dalam bahasa Inggris berisi tujuan, metode dan hasil penelitian; Pendahuluan ( berisi latar belakang; perumusan masalah; Tinjauan Pustaka; Tujuan penelitian); Metode penelitian ( alat, bahan, cara dan metode Analisis); Hasil dan pembahasan; Kesimpulan; Daftar Pustaka, lampiran (jika ada). Judul Karangan dan Nama Pengarang Judul karangan berupa suatu ungkapan dalam bentuk kalimat pendek mencerminkan isi dari karangan. Nama lembaga/Instansi pengarang harus jelas dicantumkan pada halaman pertama. Bila Penulis lebih dari satu orang, maka perlu diurutkan sesuai dengan kode etik penulisan. Tabel dan Gambar Tabel dan gambar diberi judul yang singkat dan jelas maksudnya. Judul tabel berada diatas, sedangkan judul pada gambar berada dibawah. Setiap tabel dan gambar diberi nomor urut (1,2,… dst). Daftar Pustaka Penulisan daftar pustaka disusun menurut abjad nama penulis dan diketik 1 spasi untuk setiap pustaka dan berjarak 2 spasi untuk pustaka yang satu dengan yang lain. Alamat Redaksi Naskah dikirim dalam bentuk file(copy CD) dan 1 print out ke: Redaksi Jurnal Pusat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Budi Luhur, Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan 12260, Telp. (021) 5853753 Ext. 252