Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
PERAN DINAS PARIWISATA KOTA SEMARANG DALAM UPAYA MELESTARIKAN GEDUNG LAWANG SEWU SEBAGAI OBJEK WISATA PENINGGALAN BELANDA DI KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2011 – 2014 Ria Ari Minarti Program StudI Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro
Sumiyatun Program StudI Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dinas pariwisata kota Semarang dalam upaya melestarikan Gedung Lawang Sewu sebagai objek wisata peninggalan Belanda di kota Semarang Jawa Tengah. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model dari James Spradley. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian Gedung Lawang Sewu sebagai objek wisata peninggalan Belanda belum berjalan sebagaimana mestinya, hal ini dikarnakan upaya perlindungan cagar budaya Gedung Lawang Sewu sebagai cagar budaya belum dilakukan secara maksimal. Kata kunci: Pelestarian, Lawang Sewu, Wisata, Semarang Jawa Tengah. Abstract This study aims to determine the role of the agency in Semarang in an effort to preserve the Building Lwang Sewu as a tourist attraction by the Netherlands in Semarang, Central Java. This type of research is qualitative by using the phenomenological approach. Data collection techniques used were interviviews, observation, literature and documentation. Data analysis technique used is the modal of James Spardley. The result of this research shows that Lawang Sewu Building preservation effort as the tourist attraction of Netherlands heritage is not running as it should, it is because the protection of cultural heritage Lawang Sewu Building as a cultural heritage has not done optimally. Keyword : Conservation, Lawang Sewu, Tourist, Semarang Central Java.
PENDAHULUAN
tidak
dapat
dipisahkan
dari
Kota Semarang merupakan salah
perkembangan bentuk-bentuk bangunan
satu kota peninggalan zaman kolonial.
Eropa pada masa lalu, meskipun dalam
Terbukti
sejumlah
penerapan gayanya tidak sesempurna di
tersisa.
Eropa. Nama Lawang Sewu memang tak
bangunan
masih
terdapat
kolonial
yang
Bangunan tersebut ada yang berada di
asing lagi bagi warga Kota Semarang.
daerah utara Kota Semarang, yaitu
Bangunan
bersejarah
Lawang
kawasan Kota Lama, ada juga yang
Sewu merupakan salah satu “tetenger“
berada di tengah-tengah kota, salah
Kota Semarang yang sangat menonjol
satunya Lawang Sewu. Dimana dalam
pada daerah Tugu Muda dan berperan
perkembangan
dalam
bentuk
bangunannya 29
membentuk
citra
lingkungan
Peran Dinas Pariwisata Kota Semarang..., Ria Ari Minarti dan Sumiyatun, 29-37
setempat. Dijuluki Lawang Sewu (pintu
istilah pariwisata yang disebut istilah
seribu) karena memiliki begitu banyak
natural amenties, hasil ciptaan manusia
pintu
kelompok ini dapat dibagi dalam empat
serta
busur-busur
yang
mengesankan rongga. Juga merupakan
bagian
salah satu saksi bisu dari sejarah Kota
bersejarah,
Semarang yang masih berdiri sampai
keagamaan,
dan
tatacara
sekarang ini (Soerjonosoepomo, 1979:
tradisional
dari
suatu
24).
merupakan salah satu sumber yang Tempat-tempat
tersebut
harus
pelestarian
bersejarah
tetap
guna
benda-benda
yang
kebudayaan
dan hidup tempat
amat penting untuk ditawarkan kepada
dilakukan
para wisatawan (Marioti, 2002: 8-9).
dan
Objek wisata yang terdapat di
merawat tempat maupun benda-benda
kota Semarang antara lain, Gedung
bersejarah agar dapat terlihat utuh.
Lawang
Awal pelestarian melakukan konservasi,
Tengah,
yaitu
dan
Klenteng Sam Poo Kong dan masih
memanfaatkan
banyak obyek wisata lain yang masih
sumber daya suatu tempat dengan
dalam taraf pengembangan. Faktor-
adaptasi terhadap fungsi baru, tanpa
faktor penunjang antara lain meliputi:
menghilangkan
kehidupan
Bandara Ahmad Yani, jasa penginapan
budaya (Nia Kurmasih Pontoh,1999:36-
dan restoran, sarana transportasi jalur
37).
lintas
upaya
melindungi
melindungi
yaitu
melestarikan
sekaligus
makna
Upaya pelestarian tersebut tidak
Sewu,
Masjid
Museum
yang
Agung
Ronggo
Jawa
Warsito
strategis
yang
menghubungkan
kota-kota
besar
terlepas dari peran Dinas Pariwisata
Jawa
Jakarta,
Bandung,
untuk
Yogjakarta dan Surabaya, serta sarana
selalu
melakukan
peninjauan
seperti
terhadap objek-objek wisata bersejarah
komunikasi
yang berada di kota Semarang, karena
Pengembangan
kota
telah
Semarang
tempat digunakan
terdapat
bersejarah sebagai
beberapa
yang terhadap
menyumbangkan
di
memadai. sektor
ini
sejumlah
yang
dapat
penambahan bagi pendapatan daerah
sumber
belajar
(Direktorat Bina Pemasaran Pariwisata,
maupuan objek wisata. Segala sesuatu
Dirjen
Pariwisata,
yang terdapat di daerah tujuan wisata
Produk Wisata).
Data
Base
Dan
yang merupakan daya tarik orang-orang agar mau datang berkunjung kesuatu
METODE PENELITIAN
tempat dengan tujuan wisatanya adalah benda-benda
yang
tersedia
Penelitian ini dilaksanakan di
dan
gedung Lawang Sewu yang bertempat di
terdapat di alam semesta, yang dalam
kota Semarang Jawa Tengah, dengan 30
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
menggunakan
penelitian
(Moleong 2008:302) dengan cara analisis
menggunakan
domain dilakukan terhadap data yang
pendekatan fenomenologi. Pendekatan
diperoleh dari pengamatan berperan
fenomenologi menunda semua penilaian
serta/wawancara
tentang
deskriptif yang terdapat dalam catatan
kualitatif
metode dengan
sikap
yang
alami
sampai
pengamatan
ditemukan dasar tertentu. Penundaan
lapangan,
ini biasa disebut epoche (jangka waktu)
melakukan pengamatan dan wawancara
konsep epoche adalah memebedakan
terfokus
wilayah
dengan
sebelumnya telah dipilih oleh peneliti,
interpretasi peneliti. Konsep epoche
dan analisis tema kultural merupakan
menjadi
seperangkat prosedur untuk memahami
data
(subjek)
pusat
dimana
peneliti
analisis
berdasarkan
menyusun dan mengelompokkan dugaan
secara
awal tentang fenomena untuk mengerti
sedang diteliti.
tentang apa yang dikatakan responden Teknik
holistic
yaitu
fokus
yang
pemandangan
Tahap
(Creswell, 1998:54-55).
taksonomi
yang
selanjutnya
yaitu
pengecekan keabsahan data melalui data
teknik pemeriksaan keabsahan yang
menggunakan wawancara dengan nara
disarankan oleh Moleong (2008:324)
sumber pengurus gedung Lawang Sewu,
yang
pengunujung dan masyarakat yang ada
(credibility),
di
(transferability),
sekitar
pengumpulan
gedung
Lawang
Sewu,
meliputi
derajat
keteralihan
melakukan observasi yang bertujuan
(dependability),
untuk
(confrimbility).
mengamati
penelitian
langsung
dan
lokasi
kepercayaan
kebergantungan dan
kepastian
mengadakan
pencatatan-pencatatan
untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
memperoleh data tertentu. Selanjutnya
Benda cagar budaya merupakan
melakukan studi pustaka dengan cara
kekayaan budaya bangsa, pemanfaatan
pengumpulan data dan juga membaca
adalah
berdasarkan buku-buku sumber tertulis
kepentingan agama, sosial, pariwisata,
yang berkaitan dengan masalah yang
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
diteliti,
Peninggalan
dan
yang
terakhir
melalui
dokumen untuk sumber data. akan
perlu
upaya
pendayagunaan
banguanan
dilindungi,
bagi
bersejarah
dilestarikan,
Setelah data diperoleh, data
dikembangkan,
dideskripsikan
pemanfaatan untuk memupuk jati diri
Analisis
data
menggunakan
pada tehnik
dan
dianalisis,
penelitian analisis
ini
bangsa
data
dan
serta
dan
kepentingan
adanya nasional
lainnya serta kepetingan daerah pada
kualitatif model dari James Spradley
khususnya. 31
Perlindungan
dan
Peran Dinas Pariwisata Kota Semarang..., Ria Ari Minarti dan Sumiyatun, 29-37
pemeliharaan
terhadap
bangunan
Lawang Sewu dilaksanakan oleh PT KAI
sejarah tidak lain merupakan upaya
Kota
pelestarian terhadap keberadaan benda
dengan Dinas Pariwisata Kota Semarang
peninggalan sejarah dan budaya. Upaya
dan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa
pelestarian benda peninggalan sejarah
Tengah. Pemugaran dilakukan dengan
serta budaya tersebut besar artinya
melalui dua tahapan, yang pertama
untuk
bangunan dan yang kedua lingkungan.
menumbuhkan
apresiasi
Semarang
yang
masyarakat untuk melestarikan benda
Pemugaran
cagar budaya disekitarnya.
pengecetan ulang dinding yang sudah
Semarang merupakan salah satu
dilakukan
berkerajasam
dengan
cara
usang dan penggantian kaca serta daun
daerah yang memiliki benda cagar
pintu di ruang kantor gedung.
budaya. berdasarkan surat keputusan
Pelestarian
suatu
bangunan
Walikota Madya kepala daerah tingkat II
bersejarah tidak terpelas dari peran
Semarang No: 646/50/1992 tentang
masyarakat
konservasi
pengujung yang datang ke tempat
bangunan-bangunan
kuno/bersejarah
di
kota
Semarang
objek
setempat
tersebut.
Di
maupun sekitar
para
Gedung
salah satunya adalah Gedung Lawang
Lawang Sewu kesadaran masyarakat
Sewu dan kawasan Kota Lama. Gedung
atau pengunjung masih kurang terhadap
ini
kebersihan lingkungan, walaupun telah
merupakan
bangunan
tua
yang
terletak di ujung jalan Pemuda Persisi
disediakan
di sebelah kanan Tugu Muda yang
pengunjung masih tetap membuang
memiliki gaya arsitektur Belanda.
sampah sembarangan.
Keberadaan Sewu
ini
Gedung
merupakan
Lawang
tempat
Dalam
peninggalan
sampah,
pembangunan
namun
Gedung
Lawang Sewu kedepanya agar bisa
sejarah yang sangat penting, untuk
dikombinasikan
menggali
kembali
teknis dan kepentingan politis. Artinya
sejarah dan budaya kota Semarang
Gedung Lawang Sewu sebagai cagar
dimasa lalu. berkaitan dengan upaya
budaya atau gedung bersejarah, untuk
pelestarian, maka pemerintah melalui
kepentingan studi dan ilmiah dapat
dinas tingkat Provinsi Kota Semarang
dilestarikan dan tetap utuh, dan juga
telah
pelestarian
Gedung Lawang Sewu sebagai aset
peninggalan sejarah dan budaya yang
pariwisata dapat diandalkan sebagai
ada
aset budaya yang bernilai tinggi.
dan
mengetahui
melakukan di
kota
upaya
Semarang.
khususnya
Gedung Lawang Sewu, dengan cara pemugaran
dan
antara
kepentingan
Dinas pariwisata kota Semarang
pemeliharaan.
melestarikan
Pemugaran dan pemeliharaan Gedung
bersejarah 32
dan dapat
menjaga dijadikan
situs tempat
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
memperoleh
ilmu
pengetahuan
berkaitan
dengan
mata
sejarah,
khususnya
area Gedung Lawang Sewu. Salah satu
pelajaran
jalan
peninggalan-
untuk
Lawang
mengenalkan
Sewu
dimata
Gedung
masyarakat
peninggalan bersejarah yang ada di
Indonesia, di Kota Semarang khususnya,
kota
diselenggarakanlah
Semarang.
Menjadikan
objek
beberapa
event
bersejarah di kota Semarang masuk
yang berbudaya, seperti pegelaran seni.
kedalam
lokal,
Pergelaran
tidak
Pertunjukan Seni Musik Pelajar, Festival
pelajaran
muatan
sehingga para perserta didik hanya
mempelajari
peninggalan
seni
Dolanan Anak
akan
menampilkan
dan Pergelaran Seni
bersejarah di daerah lain saja, tetapi
Tradisional
dari
dengan pelajaran mautan lokal yang
kabupaten/kota
di
berisis sejarah lokal dapat memberikan
Sedangkan Atraksi Budaya akan diisi
pengetahuan bahwa di daerah sendiri
dengan
terdapat peninggalan bersejarah yang
partisipasi
perlu dilestarikan keberadaannya.
pembuatan wayang kertas dan wayang
Selain itu juga, Sejalan dengan
berbagai Jawa
kegiatan
Tengah.
yang
menarik
masyarakat
seperti
kulit, pembuatan permainan tradisional
bergulirnya era otonomi daerah yang
anak,
pembuatan
angklung,
atraksi
menuntut setiap daerah kabupaten kota
egrang bergoyang, atraksi gathilan, dan
untuk menggali, memanfaatkan dan
atraksi gasing.
mendayagunakan berbagai potensi yang
Dalam upaya pelestarian Gedung
terdapat di daerahnya untuk sebanyak-
Lawang Sewu sebagai objek wisata di
banyaknya
Kota
mendapat
sumber
Semarang,
Dinas
pendapatan Asli Daerah (PAD). Objek
mengalami
wisata
dalam pelestarian gedung tersebut.
bangunan
bersejarah
sedikit
banyaknya mengandung nilai ekonomis,
hambatan
Pariwisata
atau
kendala
Faktor penghambatnya antar lain:
dapat menambah pendapatan daerah
1. Minimnya anggaran yang dimiliki
dan meningkatkan ekonomi masyarakat
oleh pemerintah Kota Semarang
daerah sekitarnya.
maupun PT.KAI DAOP IV Semarang
Pemerintah
dalam
hal
ini
untuk pelestarian gedung Lawang
berkerjasama dengan masyarakat dalam
Sewu.
upaya melestarikan Gedung Lawang Sewu,
sehingga
tercipta
2. Kurangnya minat investor swasta
hubungan
dan kontarktor dalam melakukan
saling menguntungkan antara kedua
konservasi bangunan Lawang Sewu
belah pihak. Sebagai contoh banyaknya
dengan
masyarakat
tidak
sekitar
yang
menjadi
pemandu wisata dan tukang parkir di 33
berbagai
alasan
menguntungkan
seperti
dari
segi
Peran Dinas Pariwisata Kota Semarang..., Ria Ari Minarti dan Sumiyatun, 29-37
bisnis, besarnya pajak, rumitnya
Selain itu ada juga faktor-faktor
birokrasi, dan APBN.
yang menghambat kelestarian yang lain
3. Kurangnya kesadaran terhadap arti
diantaranya adalah:
penting keberadaan benda cagar budaya,
seperti
a. Faktor alam dan manusia
ingin
Kerusakan
karena
faktor
alam
melindunginya masih kurang, baik
dapat disebabkan karena iklim dan
para pemilik, pemerintah investor
bencana
maupun masyarakat sendiri.
kerusakan
4. Belum
maksimalnya
kebijakan-kebijakan
aplikasi
alam.
Sementara
karena
ulah
manusia
adalah pencurian benda- benda
pemerintah
cagar
budaya,
seperti
dalam upaya melakukan pelestarian
gedung,
cagar budaya termasuk Gedung
bangunan
Lawang Sewu walaupun menjadi
menunjukkan bahwa oknum telah
bagian dari kebijakan yang penting
mengunjungi tempat tertentu ini
namun
adalah salah satu kebiasaan yang
bukan
prioritas.
kebijakan
Selain
itu,
yang
dan
merusak
mencoret-coret gedung
pengelola
melanggar hukum.
cagar budaya Lawang Sewu saat ini
b. Kelemahan aturan
menjadi monopoli pemerintah saja
Minimnya
tanpa
Gedung
melibatkan
peran
serta
masyarakat.
Lawang
pelestarian Sewu
juga
disebabkan oleh kebijakan yang
5. Masih lemahnya pengamanan dan penindakan
upaya
untuk
oleh
aparat
lemah. Dalam UU Benda Cagar
hukum
Budaya,
ada
ketidakjelasan
dalam perlindungan gedung dan
kewenangan
pelestarian
benda cagar budaya, yaitu dengan
dan
cagar
adanya tindakan kriminal seperti
minimnya partisipasi swasta dan
pencurian, sehingga ada bagian-
masyarakat
bagian tertentu seperti keramik
Lawang Sewu. Oleh karena itu
atau pintu di Gedung Lawang Sewu
harus ada peraturan daerah yang
yang
sampai
mengatur secara teknis tentang
dengan sekarang tidak ada pelaku
kualifikasi, konservasi, dan tata
yang
cara
telah
hilang
ditangkap,
dan
padahal
dalam
Undang-Undang No 5 Tahun 1992
benda
sekitar
gedung
budaya di
pengelolaan
dan
Gedung
bangunan
bersejarah.
tentang pelestarian gedung dan
c. Konsep
benda cagar budaya diatur dengan
modernitas
ketentuan pidana.
Kepala
pembanguanan daerah
pembangunan 34
dan
berorientasi
modern
dengan
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
indikator
keberhasilan
dan
Lorong-lorong
gedung
ini
berdirinya gedung-gedung pencakar
memberikan kesan yang sejuk dan
langit,
membuat
mall-mall,
supermarket
kita
membuang
jauh
disetiap sudut kota. Semua Ini
kesan mistis tersebut dan hasil
merupakan orientasi pembangunan
penelitian
yang
semua mitos tersebut.
salah,
karena
terbukti
dibeberapa negara seperti Belanda,
justru
Upaya
mamatahkan
pelestarian
Gedung
Prancis, Yordania, Sinagpura, Dan
Lawang Sewu dapat dilakukan dengan
Mesir, tetap mempertahankan dan
cara menumbuhkan kesadaran sejak
melestarikan keberadaan bangunan
dini akan pentingnya keberadaan benda
kuno
cagar budaya sebagai warisan sejarah
dikotanya.
Jadi
konsep
pembangunan yang harus digunakan
dan
adalah “penyatuan peradaban masa
menggunakan konsep pelestarian yang
lalu dengan masa kini, untuk masa
tidak
depan”.
kepentingan budaya dan sejarah saja,
d. Mitos yang keliru Mitos-mitos
kekayaan hanya
tetapi
yang
berhubungan
juga
bangsa,
serta
berorientasi memiliki
pada
nilai
sosial
ekonomi. Dengan demikian, diharapkan
dengan keangkeran gedung Lawang
Gedung
Sewu memang sangat terasa karena
dikenang sebagai kontor jawatan kereta
ada
api pada masa penjajahan Belanda dan
acara
televisi
yang
Lawang
tidak
saksi
keangkeran gedung Lawang Sewu.
Belanda,
Tidak dipungkiri lagi banyak saksi
Indonesia, menjadi saksi pertempuran
mata yang melihat
pemuda AMKA di sekitaran Tugu Muda
tentara
Belanda,
Indonesia
para
maupun
pejuang
dan
pembantaian
hanya
menayangkan sajian mistis dibalik
penampakan
bisu
Sewu
Jepang
gedung
maupun
tersebut,
akan
tentara tentara
tetapi
nona-nona
menjadi aset sejarah kota Semarang
Belanda bergentayangan di area
yang perlu dilestarikan keberadaannya,
Gedung Lawang Sewu. Wajar saja
sekaligus aset wisata kota Semarang
karena gedung ini sudah berumur
yang bernilai ekonomis yang dapat
ratusan tahun, akan tetapi bila kita
meningkatkan
mengamati
dan
disekitar Gedung Lawang Sewu.
perjalanan
wisata
melakukan di
ekonomi
masyarakat
gedung
tersebut keangkeran dan kemistisan
PENUTUP
gedung tersebut sangat tidak terasa
Simpulan
karena
Berdasarkan hasil penelitian dapat
kita
perjalanan
mengalami yang
sebuah
menyenangkan.
disimpulkan sebagai berikut: 35
Peran Dinas Pariwisata Kota Semarang..., Ria Ari Minarti dan Sumiyatun, 29-37
1. Upaya pelestarian Gedung Lawang Sewu
sebagai
peninggalan
objek Belanda
Semarang
untuk
melestarikan
wisata
Gedung Lawang Sewu, kurangnya
belum
minat
investor
asing
terhadap
berjalan sebagaimana mestinya hal
konsevasi
ini dikarnakan upaya perlindungan
kurangnya kesadaran masyarakat
cagar budaya Gedung Lawang Sewu
sekitar
sebagai
perlindungan
cagar
budaya
belum
bangunan akan
Sewu
oleh
aplikasi-aplikasi
pariwisata
kota
dan
pentingnya
bangunan
dilakukan secara maksimal, baik dinas
tersebut,
belum
Lawang
maksimalnya kebijakan
Semarang maupun PT KAI DAOP IV
pemerintah, serta masih lemahnya
Semarang sebagai pemilik sekaligus
aturan-aturan yang berlaku.
pengelola gedung ini. 2.
Adanya
tanggapan
positif
dari
Saran
pemerintah, pengelola gedung dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
masyarakat
dikemukakan
disekitar
Lawang
Gedung
Sewu
memeperkenalkan Gedung
Lawang
untuk
objek Sewu
di
wisata
1. Kepada
kesetiap
Dinas
datang
melestarikan
mengadakan
ini
berbagai
dengan pameran
Lawang
Sewu
Pariwisata
Sewu
budaya adalah
agar
Kota tetap
bangunan
menjaganya
untuk menarik wisatawan. 3. Gedung
dapat
Semarang dan pengelola Gedung Lawang
gedung
maka
diberikan saran antara lain:
wisatawan asing maupun lokal yang ke
atas,
ini,
sebagai
Indis
warisan
dan
arsitektur
bangunan Belanda.
warisan budaya Indis yang harus
2. Kepada
masyarakat
agar
lebih
tetap dijaga bentuk aslinya agar
menyadari akan pentingnya Gedung
tetap cantik dan megah. Dalam
Lawang Sewu Sebagai warisan cagar
upaya ini pemerintah melakukan
budaya yang harus tetap dilindungi,
perawatan dan pemugaran serta
tidak dikotori, bagian-bagian dalam
mengecat
bagian-bagian
harus dijaga seperti koleksi-koleksi
Gedung Lawang Sewu yang sudah
miniatur dan peralatan KAI yang
nampak kusam.
dulu
4. Faktor
ulang
penghambat
pelestarian
dipakai
pemerintahan
zaman
Kolonial
Belanda
Gedung Lawang Sewu antara lain
agar
adalah minimnya anggaran yang
masyarakat
dimiliki
wisatawan asing maupun lokal yang
oleh
pemerintah
kota
Semarang maupun PT KAI DAOP IV 36
tetap
pada
bisa
dilihat
Indonesia
oleh serta
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
berkunjung ke gedung yang cantik
Pontoh, Nia Kurniasih.1999. Konsep
dan megah ini.
Pelestarian Bangunan.
3. Kepada para pengunjung agar tidak merusak
gedung
ini
dan
Bandung: Angkasa.
tidak
Soerjonosoempomo.1979. Sejarah Kota
mencoret-coret bangunan, menjaga
Semarang.
koleksi-koleksi
Daerah Kota Madya Dati II
yang
ada,
serta
merawat dan melidunginya agar tetap
asri
seperti
Semarang.
banguanan
sebelumnya. 4. Kepada para pelajar agar tetap melestarikan gedung ini, menjaga, tidak mengotori, merusak miniatur dan koleksi–koleksi PT KAI yang ada di bangunan Gedung Lawang Sewu dan merawatnya agar tidak rusak dan bisa dilihat dari masa kemasa dan
untuk
menambah
ilmu
pengetahuhan khususnya Sejarah Lokal
dan
situs
peninggalan
bersejarah yang ada di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Creswell.1998.
Metode
Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Ombak. ..........
1993.
Direktorat
Pemasaran
Wisata,
Pariwisata,
Data
Bina Dirjen
Base
dan
Produk Wisata. Jakarta. J. Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian
Kualitatif
Edisi
Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Marioti.
2002. Pariwisata.
Pengantar
Ilmu
Yogyakarta:
Ombak.
37
Pemerintahan