Gunakan tabel check list di bawah ini. Judul Jurnal : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM ORGAN MANUSIA MELALUI “4 STEPS OF QUACO BASED ON INTERNET” Penulis : Yohanes Eko Nugroho Jurnal :
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013
No Aspek 1. menyajikan fakta atau fenomena
ya v
tidak
keterangan Data nilai siswa sebelum proses di bawah KKM Data hasil quesioner metode ceramah yang menunjukkan 84% siswa tidak enjoyable dalam pembelajaran di kelas
2.
bersifat orisinal, kreatif dan handal
v
3.
menggunakan metode ilmiah
v
4.
teruji melalui verifikasi dan validasi
v
data pengguaan internet siswa hasil quesioner menunjukkan 91 % pernah menggunakan internet Menggunakan data dan fenomena yang ada untuk membuat model belajar yang efektif, menggunakan “4 Steps of Quaco Based on Internet”(1. Browsing, 2. Diskusi dan pembuatan media presentasi 3. Presentasi 4. Kuis Sniper). Melalui metode ini, siswa berkelompok untuk browsing, diskusi, dan presentasi. Pengujian daya serap kelompok dilakukan melalui kuis sniper (penembak jitu). Kuis yang diformulasi untuk bertanding dengan nuansa meriah dan menuntut sportivitas. Metode ilmiah yang digunakan menggunakan siklus model Rancangan Penelitian Tindakan Model John Elliot Siklus I pada materi “Sistem Pernafasan dan Hubungannya dengan Kesehatan” dan Siklus II pada materi “Sistem Peredaran Darah dan Hubungannya dengan Kesehatan” Sebelum masuk ke jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013
Sudah dilakukan seleksi administrasi, verifikasi dan validasi dari tim editor
5.
menghasilkan temuan, model,koreksi, teori
v
6.
secara aksiologi memiliki manfaat
v
Metode “4 Steps of Quaco Based on Internet”(1. Browsing, 2. Diskusi dan pembuatan media presentasi 3. Presentasi 4. Kuis Sniper). Mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian sebelum tindakan ratarata hanya 57 dengan ketuntasan klasikal 47% meningkat secara signifikan pada siklus II menjadi 81 dengan ketuntasan klasikal 87,5%. Selama ini, mayoritas siswa memanfaatkan internet hanya untuk berfacebook dan main game online saja, dengan metode ini sekaligus menyadarkan siswa bahwa internet merupakan sebuah perpustakaan besar yang efektif, efisien, dan praktis karena dapat diakses kapanpun dan dimanapun juga. Sehingga, selain dapat dimanfaatkan untuk memperkaya sumber materi pelajaran juga mendidik siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Metode “4 Steps of Quaco Based on Internet” yang merupakan kolaborasi antara belajar berkelompok dengan penciptaan metode pengujian daya serap kelompok yang meriah dan menyenangkan namun kompetitif melalui kuis sniper ternyata memberikan dampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
KATA PENGANTAR Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) merupakan salah satu Unit pelayanan Teknis dibawah koordinasi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dan Kebudayaan dan Penjaminan Pendidikan. Salah satu tugas fungsinya adalah meningkatkan kemampuan dan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA di Indonesia melalui pembuatan program-program kegiatan berkualitas yang terkait dengan peningkatan kompetensi PTK IPA yang dimaksud. Salah satu kegiatan tersebut melalui penuangan pemikiran dan gagasan dalam bentuk tulisan ilmiah atau artikel di Majalah maupun di Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Majalah dan Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan wujud nyata untuk mengembangkan dan memberdayakan kemampuan dalam bentuk tulisan yang dituangkan kedalam karya tulis ilmiah, artikel dan lainlain sehingga terbiasa untuk membuat sebuah karya tulis. Majalah dan Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam adalah forum pembelajaran dan pemberdayaan PTK IPA yang mengedepankan peran pendidik sebagai ujung tombak di lapangan, sebagai motivator, sebagai Inovator dan kreativator dalam pembelajaran melalui penelitian Tindakan Kelas (classroom Action Research) sebagai salah satu pembenahan dalam pembelajaran atau melalui penelitian deskritif kualitatif. Dengan dimuatnya beberapa naskah tulisan dari beberapa PTK IPA dalam Majalah dan Jurnal ini merupakan wujud pengakuan (recognition) lembaga terhadap karya tulis ilmiah yang dihasilkan oleh yang bersangkutan. Budaya menulis bagi PTK IPA harus diasakan karena dapat dijadikan sebagai alat atau jembatan untuk selalu melaksanakan tugas dan fungsinya secara professional dalam pembelajaran dengan melakukan perencanaan pembelajaran yang terprogram dan sistematik serta pengkajian dalam pembelajaran subtansi materi dalam bidang IPA. Rencana program tersebut harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan memberdayakan berbagai sumber yang relevan seperti yang sudah dikemas oleh lembaga PPPPTK IPA melalui kegiatan Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar (LSBB) dengan mengobservasi berbagai tempat yang berkaitan erat dengan objek atau sasaran untuk dijadikan sumber inspirasi naskah tulisan ilmiah agar lebih faktual. Dengan demikian model-model penelitian yang dilakukan oleh Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 1
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA pendidik dan tenaga kependidikan lainnya melalui penelitian tindakan dapat menjadi upaya dan rangsangan dalam melakukan pengembangan profesionalisme PTK IPA. Semoga Majalah dan Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam tetap eksis dan terkondisikan dalam mengatur ritme pelaksanaan terbitan untuk edisi-edisi berikutnya. Untuk kali ini Majalah dan Jurnal Pendidikan IPA semoga dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam belajar bagi PTK IPA dalam menulis naskah ilmiah dan dalam melaksanakan tugas profesionalnya serta dapat berkontribusi dalam membantu pengembangan profesi para PTK pada Uumnya, sehingga pada ujung-ujung akan bermuara kepada meningkatnya kualitas pembelajaran IPA di sekolah-sekolah secara regional dan secara nasional. Bandung, Agustus 2013 Kepala PPPPTK IPA
DR. Sediono Abdullah, M.Si.
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 2
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Hal. 1
Daftar Isi
Hal. 3
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sistem Organ Manusia Melalui “4 Steps Of Quaco Based On Internet” (Yohanes Eko Nugroho)
Hal. 5
Menghambat Laju Korosi Menggunakan Metode Desulfurisasi (Agus Solehudin dan Yeyen Maryani)
Hal. 21
Evaluasi Dampak Diklat untuk Memperbaiki Sistem Diklat Sains (Mamat Supriatna dan I. Made Alit M) Pemanfaatan Botol Bekas dan Bayam Merah (Amaranthacea Gangeticus) sebagai Alat Peraga Paru-Paru dan Reagent Alternatif pada Konsep Respirasi serta Aplikasinya melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Usman, S.Si.)
Hal. 39
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (Nht) dengan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas XI Kria Kayu SMK Negeri 1 Tamanan Bondowoso (Juwandoko)
Hal. 69
Hal. 51
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 3
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
JURNAL PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (P4TK IPA) Bandung. Jurnal ini ditujukan bagi pengembangan kompetensi guru-guru sains di Indonesia serta masyarakat umum yang berminat terhadap perkembangan sains.Berlangganan dapat menghubungi Bagian Sirkulasi Jurnal Pendidikan IPA Jl. Diponegoro No. 12 Bandung 40115 Jawa Barat No. Telp. 022-4231191 (ext. 18). Redaksi menerima tulisan berupa artikel penelitian, makalah seminar, resume thesis dan disertasi yang berkaitan dengan sains. Panjang tulisan agar tidak melebihi 10 (sepuluh) halaman kertas A4, dengan pengetikan 1,5 spasi. Setiap naskah hendaknya disertakan softcopy (tipe file: .doc/.rtf). Bila terdapat grafik/ image/gambar sebaiknya disertakan dalam folder terpisah.Pemimpin Umum: Dr. Sediono Abdullah; Wakil Pemimpin Umum: Drs. H. Dedi Herawadi, M.Si; Pemimpin Usaha: Drs. Bambang Hermawan, M.Si; Dewan Redaksi: Drs. Iwan Heryawan, M.Si; Dr. Indrawati, M.Pd.; Anggraeni Kusumadewi, M.T.; Trimukti Zachrowani, S.E.; Drs. Aang Gumilar, M.M.; Dra. N. Hunaenah, M.M.; Mardi Wibowo, M.A.P.Pemimpin Redaksi: Drs. Wita Sutrisno, M.Pd.; Editor Ahli: Drs. Dadan Muslih, M.T.; Drs. Moh. Syarif, M.Si.; Dr. Poppy Kamalia Devi, M.Pd.; Erly Tjahja, S.Pd. Redaktur Pelaksana: Irman Yusron, S.Sos.; Wakil Redaktur Pelaksana: Dani Suhadi, S.Sos.; Staf Redaksi: Drs. Henri Simanjuntak, M.Pd.; R. Iryandi Hendarsyah, SE.; Purwono. Sekretariat Redaksi: Dian Indriyani, M.Si. Desain/Lay Out: Dani Suhadi, S.Sos.; Agus Maulani, A.Md; Alamat Redaksi/Sirkulasi: Jl. Diponegoro No. 12 Bandung 40115 Jawa Barat Telp. 022-4231191 Faks. 022-4207922. Website http://www.p4tkipa.org Email:
[email protected]
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM ORGAN MANUSIA MELALUI “4 STEPS OF QUACO BASED ON INTERNET” Yohanes Eko Nugroho Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 4
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA Guru IPA Terpadu SMP Negeri 2 Ungaran
Abstrak Pembelajaran konvensional yang didominasi metode ceramah, suasana belajar yang monoton dan kurang menyenangkan merupakan masalah klasik yang dirasakan oleh guru maupun siswa. Masalah itu juga dialami oleh siswa kelas VIII H SMPN 2 Ungaran. Hal itu tampak pada hasil kuesioner, 85,75% siswa menyatakan pembelajaran IPA selama ini kurang menarik. Fakta ini berdampak terhadap hasil belajar IPA. Nilai ulangan harian ke-1 dengan materi “Sistem Pencernaan pada Manusia dan Hubungannya dengan Kesehatan” nilai rata-rata kurang dari 70 (KKM) yaitu 57 dan ketuntasan klasikal hanya 47%, masih jauh di bawah 85% (batas ketuntasan klasikal). Tahun pelajaran 2011-2012 internet sudah dapat diakses di SMP Negeri 2 Ungaran, dan berdasarkan hasil kuesioner menyatakan 91% siswa pernah browsing, baik di warung internet (warnet) maupun di laboratorium Teknologi Informasi dan Komuikasi (TIK). Oleh karena itu, memungkinkan diterapkannya metode “4 Steps of Quaco Based on Internet”(1. Browsing, 2. Diskusi dan pembuatan media presentasi 3. Presentasi 4. Kuis Sniper). Melalui metode ini, siswa berkelompok untuk browsing, diskusi, dan presentasi. Pengujian daya serap kelompok dilakukan melalui kuis sniper (penembak jitu). Kuis yang diformulasi untuk bertanding dengan nuansa meriah dan menuntut sportivitas. Berdasarkan observasi dengan menggunakan skala likert 1-5 (1 = sangat kurang, 2=kurang, 3=sedang, 4=baik, dan 5=sangat baik) yang dilakukan oleh guru dan observer (guru mitra), kegiatan browsing, diskusi, dan presentasi untuk siklus I rata-rata 3,3 (sedang) dan meningkat pada siklus II, yakni rata-rata 4,2 (baik). Sedangkan, hasil kuis sniper siklus I, rata-rata siswa yang menjelaskan kata kunci dengan benar dalam tiga babak mencapai 77,1% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 89,7%. Proses pembelajaran yang semakin baik berujung pada peningkatan nilai rata-rata ulangan harian. Pada siklus I nilai rata-rata ulangan harian 75 dengan ketuntasan klasikal 75% dan secara signifikan meningkat pada siklus II, nilai rata-rata menjadi 81 dengan ketuntasan klasikal 87,5%. Berdasarkan hasil inilah, peneliti menyimpulkan bahwa metode “4 Steps of Quaco Based on Internet “, efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA, khususnya materi “Sistem Organ dan Hubungannya dengan Kesehatan”, dan dapat diterapkan serta dikembangkan pada pokok bahasan IPA lainnya. Adapun sisi negatif aktifitas penjelajahan situs di internet harus tetap diwaspadai guru agar siswa tidak terjerumus pada informasi yang menyesatkan, pornografi, dan kriminalitas dunia maya.
Kata Kunci : quaco, internet, sniper, sistem organ manusia
1.
PENDAHULUAN
Standar kompetensi kelulusan (SKL) Ujian Nasional untuk mata pelajaran IPA, bersifat kontekstual dan menuntut pengetahuan siswa yang luas juga up to date. Jadi pengetahuan dari sumber belajar lain selain dari guru dan buku-buku penunjang mutlak diperlukan. Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 5
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA Berdasarkan ulangan harian pada materi “Sistem Pencernaan pada Manusia dan Hubungannya dengan Kesehatan” didapat nilai rata-rata yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berikut ini rata-rata nilai ulangan harian kelas VIII H : Tabel 1 : Nilai Ulangan Harian pada materi “Sistem Pencernaan Manusia dan Hubungannya dengan Kesehatan”
Rata-Rata Nilai (KKM = 70) Ketuntasan Klasikal (KKM Klasikal=85%)
57 47% ( 15 siswa tuntas )
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai ulangan harian kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh MGMP IPA tingkat sekolah yaitu 70 dan masih jauh di bawah KKM klasikal yang ditetapkan sekolah yaitu 85%. Diakui bahwa proses pembelajaran IPA selama ini masih banyak didominasi metode ceramah dan bersifat “teacher center”, dimana siswa pasif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini juga diperkuat dengan hasil kuesioner bahwa 87,5% siswa ( 28 siswa dari 32 siswa kelas VIII H) menyatakan pembelajaran IPA di kelas didominasi metode ceramah dan 84 % (27 siswa dari 32 siswa kelas VIII H) menyatakan suasana pembelajaran dirasa tegang atau kurang enjoyable. Akibatnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA menjadi rendah, dampaknya nilai IPA kususnya untuk aspek pemahaman konsep menjadi rendah pula. Jika masalah ini dibiarkan tanpa adanya solusi, maka akan berdampak terhadap nilai ulangan harian berikutnya dan Ujian Nasional tahun 2013. Pada penelitian tindakan kelas kali ini, akan digunakan metode lain dari pembelajaran sebelumnya yaitu dengan mengkolaborasikan antara „quantum-cooperative (quaco)‟ dengan salah satu sumber belajar dari internet. Dengan quantum, suasana belajar akan dikondisikan nyaman dan menyenangkan (kuis gembira). Melalui cooperative, siswa bekerja sama dalam kelompok menggali informasi atau pengetahuan dari internet. Internet bukan hal asing bagi siswa, hal itu ditunjukkan hasil kuesioner bahwa 91% siswa (29 siswa dari 32 siswa VIII H) pernah browsing, baik di warung internet (warnet) maupun di Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 6
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA laboratorium Teknologi Informasi dan Komuikasi (TIK). Akhir-akhir ini dunia maya tersebut terkesan negatif karena situs porno di kalangan pelajar. Padahal tidak dipungkiri informasi dan pengetahuan yang lengkap serta up to date dari penjuru dunia dapat diakses. Ibarat perpustakaan dunia yang buka 24 jam sehari. Salah satunya adalah sumber belajar IPA, dengan search engine www.yahoo.com atau www.google.com saja sudah tersedia berbagai daftar situs dan link yang dibutuhkan. Inilah maksud dari penelitian ini, selain untuk menggali sumber belajar yang luar biasa luas dan terbaru, juga membiaskan kesan negatif internet. Disini juga memberi pengertian pada siswa bahwa dalam kehidupan kita selalu berdampingan, tinggal bagaimana kita memilih dan mengambil hikmah serta manfaatnya untuk peningkatan kualitas hidup kita. Di SMP Negeri 2 Ungaran, internet sudah dapat diakses melalui telkomnet speedy, selain itu pada radius kurang lebih 300 meter – 600 meter dari lokasi sekolah terdapat lima warnet yaitu Kornet di Jl. Prof. M. Yamin No. 18 Ungaran, Caping Internet Cafe di Jl. Ahmad Yani No. 1 Ungaran, Alfa-net di Jl. Ahmad Yani No. 32, Legos-net di Jl. S. Parman No. 15 Ungaran, dan K-net di Jl. Letjend. Suprapto No. 10 Ungaran. Faktor ketersedian fasilitas internet di sekolah dan maraknya usaha warnet di sekitar lingkungan sekolah ini jugalah yang mendorong penulis mengadakan penelitian, sekaligus untuk memanfaatkan secara positif bagi siswa akan manfaat internet sebagai salah satu sumber belajar, bukan sekedar sarana main game atau hiburan saja yang menjurus ke hal-hal yang negatif . Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. Bagi guru, antara lain meminimalisir permasalahan kurangnya sumber materi pelajaran dengan memanfaatkan internet, meningkatkan kreatifitas dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran, dan memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya terutama dalam penguasaan materi dan teknologi informasi. Bagi siswa, antara lain melatih menjadi pembelajar mandiri dan melatih siswa untuk bekerja sama dalam sebuah tim untuk berdiskusi, presentasi, dan berkompetisi. Sedangkan bagi sekolah, antara lain mengoptimalkan pemanfaatan internet serta meningkatkan mutu pembelajaran IPA, yang pada akhirnya prestasi sekolah secara umum akan meningkat. 2. KAJIAN TEORITIS Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 7
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA Metode “4 Steps of Quaco Based on Internet”, dimana „quaco‟ merupakan akronim dari quantum dan cooperative dengan Internet sebagai sumber materi pelajaran. Quantum Teaching Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (Bobbi DePorter, 2003: 3). Quantum teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa (Bobbi DePorter, 2003: 5). Hakikatnya adalah guru dalam pelaksanaan pembelajaran, berusaha menciptakan proses belajar alamiah dengan sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pelajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, dan keterlibatan aktif siswa. Siswa belajar aktif , unsur yang sangat penting dalam quantum teaching. Seperti yang diungkapkan oleh Bobbi DePorter ( 2005 : 55) perbedaan antara belajar aktif dan belajar pasif, antara lain : Belajar aktif Belajar apa saja dari setiap situasi. Menggunakan apa saja yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda. Mengupayakan agar segalanya terlaksana Bersandar pada kehidupan.
Belajar Pasif Tidak dapat melihat adanya potensi belajar. Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar. Membiarkan segalanya terjadi. Menarik diri dari kehidupan.
Perbedaan tersebut di atas yang menjadi salah satu pedoman bagi guru untuk selalu berusaha untuk menciptakan “keterlibatan aktif siswa” dalam pembelajaran di kelas. Jadi di dalam, kelas siswa tidak hanya mendengar ceramah, mencatat konsep-konsep yang guru tulis di papan tulis saja tetapi ada interaksi antara siswa dengan siswa lain, siswa dengan media belajarnya, dan tentu saja siswa dengan guru. Untuk keterlibatan aktif siswa, guru harus membangun hubungan, yaitu menjalin rasa simpati dan saling Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 8
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA pengertian (Bobbi DePorter, 2003 : 24 ). Yang menjadi pertanyaan, dengan beberapa prinsip dan filosofi quantum di atas, apa saja unsur-unsur yang perlu dijadikan basis stuktural yang melandasi quantum teaching ? Perancangan pengajaran quantum teaching menurut Bobbi DePorter (2003:88-89 ), dilandasi dengan unsur-unsur quantum yang diakronimkan “TANDUR” yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Tumbuhkan Alami Namai Demonstrasikan
Ulangi Rayakan
Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK . AMBAK = “ Apa Manfaatnya Bagiku “ Berikan mereka pengalaman belajar ; tumbuhkan “ kebutuhan untuk mengetahui “ Berikan “ data “ tepat pada saat minat memuncak. Berikan kesempatan bagi meraka untuk mengaitkan pengalaman dengan data yang baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman baru. Rekatkan gambaran keseluruhannya Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Cooperative Teaching Cooperative Teaching merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dengan latar belakang dan jenis kelamin yang berbeda-beda pula. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial (Muslimin Ibrahim, 2000 : 7). Tujuan penting pertama pembelajaran kooperatif adalah pencapaian hasil belajar akademik . Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi akan memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Efek penting kedua adalah penerimaan terhadap keragaman. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 9
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA sama lain atas tugas-tugas bersama serta belajar menghargai satu sama lain.Tujuan penting ke tiga dari pembelajaran kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki ketika bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam perkembangannya (Dirjen Dikdasmen, 2005 : 14-16), terdapat variasi dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Think Pair Share (TPS), Jigsaw, Numbered Head Together (NHT). Secara umum ada empat tahap yang harus dilalui dalam pembelajaraan kooperatif yaitu presentasi oleh guru, kerja tim, tes individual, dan penghargaan kepada tim. Internet International Networking, yang dapat disingkat dengan kata internet, merupakan dua komputer atau lebih yang saling berhubungan membentuk jaringan komputer hingga meliputi jutaan komputer di dunia (internasional), yang saling berinteraksi dan bertukar informasi, sedangkan dari ilmu pengetahuan, internet merupakan sebuah perpustakaan besar yang didalamnya terdapat jutaan (bahkan milyaran) informasi atau data yang dapat berupa text, graphic, audio, maupun animasi dan lain-lain dalam bentuk media elektonik (Daryanto, 2004 : 22). Orang bisa “berkunjung” ke perpustakaan tersebut kapan saja dan dari mana saja. Dari segi komunikasi, internet adalah sarana yang sangat efisien dan efektif untuk melakukan pertukaran informasi jarak jauh maupun di dalam ingkungan perkantoran. Internet adalah gudangnya informasi, mulai dari hal-hal kecil sampai pada hal-hal di luar pikiran kita semuanya ada di internet, tinggal bagaimana caranya kita memanfaatkannya. Di antara jutaan bahkan milyaran yang ada di internet, tentu kita akan kesulitan untuk mencari informasi tertentu, untuk itulah mesin pencari (search engine) sangat berperan dalam mencarikan informasi yang diperlukan. Banyak sekali situs yang berfungsi sebagai mesin pencari di internet saat ini, diantaranya adalah www.yahoo.com, www.altavista.com, www.google.com,dan www.searchindonesia.com. 3. METODE PENELITIAN
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 10
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA Penelitian dilaksanakan bulan Agustus 2011 – September 2011 di kelas VIII H, semester I tahun pelajaran 2011 – 2012. Jumlah siswa kelas VIII H adalah 32 siswa. Penelitian ini, direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus I pada materi “Sistem Pernafasan dan Hubungannya dengan Kesehatan” dan Siklus II pada materi “Sistem Peredaran Darah dan Hubungannya dengan Kesehatan” Metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas dalam siklus I dan siklus II, berbeda dengan metode pembelajaran sebelumnya, yaitu “4 Steps of Quaco Based on Internet”, yang pada dasarnya terdiri dari 4 langkah (4 steps) dengan mengkolaborasi metode quantum dan cooperative. Empat langkah tersebut adalah Step 1, Kelompok melakukan browsing dan download materi pokok. Step 2, Kelompok berdiskusi untuk menelaah materi pokok dan membuat media presentasi. Step 3, Kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan media hasil kerja kelompok. Step 4, Kuis gembira sniper untuk menguji daya serap kelompok. Adapun tata cara kuis sniper, sebagai berikut : setiap kelompok menyiapkan 9 kata kunci pertanyaan. Misal, untuk materi “Sistem Pernafasan dan Hubungannya dengan Kesehatan : trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, ekspirasi, inspirasi, diafragma, TBC, dan bronchitis. Sedangkan untuk materi “Sistem Peredaran Darah dan Hubungannya dengan Kesehatan : aorta, jantung, hemoglobin, golongan darah AB, peredaran darah kecil, peredaran darah besar, anemia, leukemia, dan hemophilia. Melalui undian ditentukan kelompok yang akan bertanding di babak penyisihan. Dua kelompok pertama yang akan bertanding saling bertukar kata kunci pertanyaan. Setiap kelompok diskusi selama 5 menit untuk membagi tugas dari 9 kata kunci yang tersedia, 4 kata kunci mana saja yang akan ditembak. Setiap anggota kelompok secara bergantian menembak nomor yang tertera di papan tembak. Jika yang ditembak meleset, otomatis nomor tersebut yang harus dijelaskan. Hal ini tentu saja mempengaruhi kesepakatan nomor yang akan ditembak oleh anggota lainnya. Setiap anggota menjelaskan kata kunci pertanyaan sesuai nomor yang berhasil ditembak di depan semua siswa. Kemudian, guru memberikan simpulan benar atau salah penjelasan siswa tersebut. Penjelasan benar memperoleh nilai 25, sehingga jika 4 siswa menjelaskan dengan benar maka total nilainya adalah 100. Jika ternyata hasilnya seri, maka guru mengajukan 1 pertanyaan, yang berhasil menjawab dengan benar maka kelompok itulah pemenangnya dan berhak maju ke babak semi final. Dengan tata cara yang sama dilakukan pertandingan semi final dan final. Pemberian penghargaan bagi juara I. Adapun instrumen Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 11
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA pengumpulan data, terdiri dari data kuantitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pertandingan kuis sniper dan ulangan harian pada siklus I dan II. Sedangkan data kualitatif merupakan pengamatan proses yang dilakukan oleh peneliti dan guru observer (guru mitra), yakni lembar observasi peneliti oleh guru mitra (observer) dan lembar observasi siswa pada kegiatan diskusi, browsing, dan presentasi siswa pada siklus I dan siklus II oleh peneliti dan guru mitra (observer). Mengacu KKM yang ditetapkan oleh MGMP tingkat sekolah, maka indikator keberhasilan metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian yaitu 1) Pada kegiatan eksplor materi belajar dari internet (browsing), diskusi dan presentasi, ratarata nilai pangamatan oleh guru dan observer (guru mitra) minimal 4 (kriteria baik) dari rentang skala 1-5 (1 = sangat kurang, 2=kurang, 3=sedang, 4=baik, dan 5=sangat baik). 2) Pada babak penyisihan kuis sniper minimal 28 siswa (87,5%) dari 32 siswa yang tersebar dalam 8 kelompok dapat menjelaskan dengan benar kata kunci pertanyaan. Pada babak semi final kuis sniper minimal 14 siswa (87,5%) dari 16 siswa yang tersebar dalam 4 kelompok dapat menjelaskan dengan benar kata kunci pertanyaan. Dan pada babak final kuis sniper 7 siswa (87,5 %) siswa dari 8 siswa yang tersebar dalam 2 kelompok dapat menjelaskan dengan benar kata kunci pertanyaan. 3) Ratarata nilai ulangan harian minimal 70 dan ketuntasan klasikal 87,5% (28 siswa tuntas). 4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 SIKLUS I Hasil Observasi Kegiatan Browsing, Diskusi, dan Presentasi Rata-rata nilai pengamatan kegiatan browsing yang dilakukan oleh guru dan observer (guru mitra) adalah 3,5. Ditinjau dari rentang skala likert 1-5 (1=sangat kurang, 2=kurang, 3=sedang, 4=baik, dan 5=sangat baik), kegiatan browsing yang dilakukan siswa dalam kelompoknya belum memenuhi kriteria baik. Hal ini disebabkan 3 siswa belum pernah browsing sehingga belum aktif memberikan kontribusi dalam pemilihan situs. Situs yang dipilih dari www.google.com juga masih belum bervariasi karena hanya membuka situs yang dicontohkan guru. Demikian juga untuk kegiatan diskusi dan pembuatan media presentasi, masih belum memenuhi kriteris baik karena rata-rata nilai pengamatan yang dilakukan guru dan observer (guru mitra) adalah 3,6. Faktor penyebabnya antara lain siswa belum terbiasa Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 12
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA berpendapat dan membaca file yang telah didownload, masih ragu menanyakan konsep yang belum dipahami, belum ada pembagian tugas dalam pembuatan media presentasi. Akibatnya hanya 5 kelompok yang secara lengkap menuangkan hasil diskusi ke media karton. Sedangkan untuk kegaitan presentasi, rata–rata nilai pengamatan yang dilakukan guru dan observer (guru mitra) adalah 2,9 nilai ini masih jauh dari kriteria baik. Setiap siswa dalam kelompok wajib presentasi sesuai dengan pembagian tugas, misalnya; siswa A mempresentasikan fungsi pernafasan, siswa B organ pernafasan, siswa C mekanisme inspirasi dan ekspirasi, siswa D kesehatan organ pernafasan. Sebagian besar siswa masih kurang dalam penguasaan materi maupun penampilan. Mereka canggung dan kurang percaya diri, hal ini dapat dimaklumi karena belum terbiasa berbicara di depan kelas. Karenanya guru berusaha membimbing dan memotivasi dalam setiap presentasi. Pertanyaan dari kelompok lain pun masih kurang, sebagian besar siswa terlihat pasif dan kurang dapat merespon konsep yang dipresentasikan. Hanya ada 3 kelompok yang mengajukan pertanyaan, dan jawaban yang diberikan oleh presenter belum sempurna. Dalam hal ini guru memberikan klarifikasi. Walaupun kegiatan presentasi belum sempurna tetapi cukup membelajarkan siswa untuk terbiasa mengkomunikasikan konsep yang dipelajari di depan umum. Hasil Kuis Sniper Kuis ini baru pertama kali dimainkan di kelas, karenanya banyak siswa yang masih belum jelas aturan mainnya, tidak mengherankan jika hasilnya belum memuaskan. Pada babak penyisihan 22 siswa (68,7%) dapat menjelaskan kata kunci dengan benar , babak semi final 12 siswa (75%) dapat menjelaskan kata kunci dengan benar, dan babak final 7 siswa ( 87,5%) dapat menjelaskan kata kunci dengan benar
Hasil kuis sniper siklus I :
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 13
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
Gambar 1. Papan tembak kuis sniper
Nilai Ulangan Harian Siklus I Rata-rata nilai ulangan harian siklus I adalah 75, dengan ketuntasan klasikal 75% (24 siswa tuntas). Jika ditinjau dari KKM = 70, nilai rata-rata tersebut sudah di atas KKM, tetapi ketuntasan klasikal masih di bawah 85%. Hasil belajar tersebut lebih baik dibandingkan dengan sebelum siklus I (ratarata 57 dan ketuntasan klasikal hanya 47%). Refleksi Pada siklus I masih banyak ditemukan masalah selama proses pembelajaran, yaitu kegiatan browsing banyak menyita waktu, karenanya guru memberikan tugas rumah (PR) untuk browsing dan download mater sistem peredaran darah di warung internet (warnet). Kegiatan pembuatan media presentasi belum ada pembagian tugas yang jelas dalam kelompok, karenanya guru menjelaskan pentingnya pembagian tugas untuk menghindari dominasi tugas oleh salah satu atau beberapa anggota kelompok saja, tetapi seluruh anggota harus aktif terlibat dalam menelaah dan membuat media presentasi. Sorak-sorai dalam kuis sniper ternyata menggangu kelas lain, karenanya pada siklus II kuis sniper akan dilaksanakan di luar kelas (di kebun sekolah). Udara yang sejuk dan suasana yang leluasa juga diharapkan membawa nuansa yang lebih menyenangkan.
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 14
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
Gambar 2. Diskusi refleksi guru dan observer (guru mitra)
4.2 SIKLUS II Hasil Observasi Kegiatan Browsing, Diskusi, dan Presentasi Terjadi kenaikan rata-rata nilai pengamatan yang dilakukan guru dan observer (guru mitra) dari 3,5 menjadi 4,2 ini berarti kegiatan browsing sudah lebih baik. Tiga siswa yang kurang terbiasa dengan internet juga sudah mulai terbiasa dengan browsing, sehingga semua anggota sudah lebih fokus terhadap pemilihan situs. Dikarenakan pemilihan situs dan download materi lebih cepat, maka diskusi dan pembuatan media presentasi, dan alokasi waktunya menjadi lebih efektif. Diskusi antar teman dalam kelompok maupun dengan guru dan observer (guru mitra) berlangsung lebih rileks tidak ada kecanggungan. Mereka bertanya dengan lancar tentang konsep yang akan dituangkan ke dalam media presentasi. Pembagian tugas tiap anggota dalam pembuatan media presentasi tiap submateri sudah terlihat lebih jelas, oleh sebab itu 8 kelompok selesai tepat waktu. Oleh karena itu, rata-rata nilai pengamatan oleh guru dan observer menjadi naik dari 3,6 menjadi 4,3. Kenaikan rata-rata nilai pengamatan oleh guru dan observer juga terjadi pada kegiatan presentasi yaitu dari 2,9 menjadi 4,1. Ini berarti secara umum kemampuan presentasi sudah memenuhi kriteria baik dalam penampilan, kelengkapan materi, maupun ketika merespon pertanyaan dari kelompok lain. Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 15
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
Gambar 3. Siswa sedang browsing dan diskusi pembuatan media presentasi
Gambar 4. Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi
Kuis Sniper Pada babak penyisihan 28 siswa (87,5%) dapat menjelaskan dengan benar kata kunci, babak semi final 15 siswa (94%) dapat menjelaskan dengan benar kata kunci, dan babak final 7 siswa (87,5%) dapat menjelaskan kata kunci dengan benar.
Gambar 5. Kuis sniper siklus 2
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 16
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
Hasil kuis sniper siklus II : Nilai Ulangan Harian Siklus II Rata-rata nilai ulangan harian siklus II adalah 81, dengan ketuntasan klasikal 87,5% (28 siswa tuntas). Jika ditinjau dari KKM = 70, nilai rata-rata tersebut sudah di atas KKM, dan ketuntasan klasikal lebih dari 85%. Hal ini menunjukkan penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan siklus II. Refleksi Proses dan hasil belajar siklus II telah menunjukkan kemajuan di bandingkan siklus I. Proses browsing pada siklus II lebih baik dibandingkan siklus I, hal ini disebabkan setiap kelompok sudah mempersiapkan berbagai alamat situs yang akan dibuka pada saat pembelajaran siklus II. Pemilihan situs lebih bervariasi, terutama terkait gambar-gambar organ pernafasan & pencernaan serta berbagai penyakit terkait dengan kesehatan organ-organ tersebut. Pada siklus II, diskusi dan pembuatan media presentasi berlangsung lebih dinamis dan pembagian tugas lebih jelas. Tanya-jawab antar anggota kelompok maupun dengan guru dan observer (guru mitra) terjalin lebih komunikatif dan familier. Demikian juga pada saat setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, suasana kaku tidak tampak lagi seperti halnya siklus I sehingga tanya-jawab dengan siswa pun terlihat lebih rileks. Terlebih, disertai tepuk tangan pada saat suatu kelompok menjawab dengan lugas dan benar berbagai pertanyaan dari siswa. Proses yang semakin baik, berujung pada hasil yang lebih baik. Jumlah siswa yang dapat menjelaskan kata kunci pertanyaaan dengan benar mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan siklus I, selengkapnya disajikan dalam tabel berikut Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Kuis Sniper
Kuis Sniper
Penyisihan
Semi Final
Siklus I
22 siswa (68,7%)
12 siswa (75%)
Siklus II
28 siswa (87,5%)
15 siswa (94%)
Final 7 siswa (87,5%) 7 siswa (87,5%)
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 17
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
Hasil kuis sniper yang lebih baik berdampak pada hasil ulangan harian yang lebih baik pula, selengkapnya disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3 : Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian
Pembelajaran
Rata-Rata
Ketuntasan Klasikal
Sebelum Tindakan
57
47% (15 siswa tuntas)
Siklus I Siklus II
75 81
75% (24 siswa tuntas) 87,5% (28 siswa tuntas)
90 80 70
60 50 40 30
20 10 0 Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Grafik 1 : Perbandingan rata-rata ulangan harian
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 18
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Grafik 2 : Perbandingan ketuntasan klasikal
5. SIMPULAN DAN SARAN Metode “4 Steps of Quaco Based on Internet” yang merupakan kolaborasi antara belajar berkelompok dengan penciptaan metode pengujian daya serap kelompok yang meriah dan menyenangkan namun kompetitif melalui kuis sniper ternyata memberikan dampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian sebelum tindakan rata-rata hanya 57 dengan ketuntasan klasikal 47% meningkat secara signifikan pada siklus II menjadi 81 dengan ketuntasan klasikal 87,5%. Selama ini, mayoritas siswa memanfaatkan internet hanya untuk ber-facebook dan main game online saja, dengan metode ini sekaligus menyadarkan siswa bahwa internet merupakan sebuah perpustakaan besar yang efektif, efisien, dan praktis karena dapat diakses kapanpun dan dimanapun juga. Sehingga, selain dapat dimanfaatkan untuk memperkaya sumber materi pelajaran juga mendidik siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Namun, hendaknya guru tidak jemu-jemu mengingatkan kepada siswa akan dampak negatif aktifitas penjelajahan situs di internet sehingga siswa tidak terjerumus ke dalam informasi yang menyesatkan, pornografi, dan kriminalitas dunia maya.
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 19
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA DAFTAR BACAAN Aqib, Zainal. 2006 . Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :Yrama Widya Daryanto. 2004 . Memahami Kerja Internet. Bandung : Yrama Widya DePorter, Bobbi .2003. Quantum Teaching.Bandung : Kaifa DePorter, Bobbi. 2005 . Quantum Learning. Bandung : Kaifa gurungeblog.wordpress.com/sistem-respirasi-manusia Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya www.youtube.com/Bagaimana fungsi pembuluh. flv : bantar smg www.youtube.com/hipertensi dan tekanan darah : annasahmad1981 www.youtube.com/jantung kita : hattashi www.youtube.com/paru-paru perokok : Badan Litbang Kesehatan Depkes RI www.youtube.com/penyakit jantung koroner : cyberUMAC www.youtube.com/sistem peredaran darah : smpn9depok www.youtube.com/sistem sistem pernapasan manusia : tamim241089 zaifbio.wordpress.com/sistem-respirasi-manusia
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 20
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA kegiatan belajar. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) dengan metode demonstrasi menghasilkan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa yang terlihat pada nilai post-test. Penggunaan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) pernah dilakukan oleh Rahmi (2008) terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa. Dengan demikian dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA di SMKN 1 Tamanan Bondowoso dapat diterapkan sebagai alternatif model pembelajaran IPA di sekolah tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa penerapan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas XI Kria Kayu di SMKN 1 Tamanan Bondowoso.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Penerapan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas XI Kria Kayu di SMKN 1 Tamanan Bondowoso. 2) Penerapan model cooperative learning tipe Numbered Head Together (NHT) dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar IPA dalam pembelajaran IPA kelas XI Kria Kayu di SMKN 1 Tamanan Bondowoso. Pada siklus 1 ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 64%, dan pada siklus 2 ketuntasan hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan menjadi 80%.
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 79
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. Jakarta : Balitbang Depdiknas Depdiknas. 2004. Model Penilaian Kelas untuk SMP dan MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press. Lie, A. 2007. Mempraktikkan cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo Rahmi. 2008. Model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam matematika. Jurnal pendidikan, 89 (2): 85-89. Sears dan Zemansky. 1993. Fisika Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: Prenada media group.
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013----------------- hal. 80
Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA
Jurnal Pendidikan IPA, edisi Volume XI. Nomor 14, Agustus 2013------------------- hal. 81