Ketika Allah menciptakan neraka... Written by mutiara hikmah Wednesday, 01 June 2011 11:21 - Last Updated Wednesday, 01 June 2011 11:31
Untuk selamat dari siksa neraka, mungkin adalah suatu yang sangat mustahil bagi kita karena memang Mayoritas manusia memang tersesat.Dalam Al-Qur’an sendiri sudah menegaskan hal itu.
“Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” [Q.S. 6 : 116]
Selain itu, memang sudah ditetapkan bahwa kita semua, pada dasarnya, Jarang sekali orang yang memperhatikan hal ini.
menuju neraka.
“Dan tidak ada satu orang pun dari pada kalian, kecuali mendatangi neraka itu. Hal itu, bagi Tuhanmu, adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” [Q. S. 19 : 71].
Bahkan bagi sebagian ahli hikmah, dunia ini pun sudah cukup untuk dikatakan sebagai neraka kecil. Tak perlu lagi menunggu neraka yang sebenarnya kelak. Itu membuat mereka minta diselamatkan sejak dari dunia ini.
Ketika Allah menciptakan neraka, Dia berfirman pada Jibril a.s untuk
pergi melihat neraka.
1/6
Ketika Allah menciptakan neraka... Written by mutiara hikmah Wednesday, 01 June 2011 11:21 - Last Updated Wednesday, 01 June 2011 11:31
Lalu Jibril kembali dan berkata, “Demi kemuliaan-Mu, tak akan ada seorang pun yang ingin memasukinya.” Lalu Allah meliputi neraka penuh dengan hal-hal yang disukai nafsu dan syahwat manusia. “Pergi dan lihatlah kembali,” kata Allah. Dan Jibril pergi, lalu kembali dengan berkata, “demi kemuliaan-Mu, aku khawatir tak ada seorang pun yang akan selamat dari siksa api neraka.” (H.R. Tirmidzi).
Bahkan Jibril a.s. pun menyangsikan ada orang yang bisa selamat dari
neraka.
Itulah persoalannya. Umumnya manusia, di bawah sadarnya, meyakini bahwa mereka bisa menjaga dan menyelamatkan diri mereka sendiri dari neraka. Mereka mengira bahwa amal baik, perbuatan baik, bahkan perilaku membela agama, akan otomatis menjadikan mereka sebagai ahli surga. Betapa banyak orang muslim yang mati membawa kebanggaan dalam hati, karena yakin sekali akan selamat dalam menghadap pengadilan Allah ta’ala?
Cermati diri kita. Apakah masih tersisa keyakinan dalam diri kita, bahwa akan menyelamatkan kita kelak?
amal ibadah kita
Padahal bukan itu sama sekali yang menyelamatkan manusia. Yang menyelamatkan manusia, mutlak, dan tidak bisa tidak, hanya rahmat Allah ta’ala saja. Hanya kehendak-Nya. Jika ia ‘kebetulan’ berkenan dan berbelas kasihan, maka Ia akan menyelamatkan kita.
2/6
Ketika Allah menciptakan neraka... Written by mutiara hikmah Wednesday, 01 June 2011 11:21 - Last Updated Wednesday, 01 June 2011 11:31
“Setidaknya jika bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, seorang pun dari kamu akan bersih, selama-lamanya.” [Q.S. 24 : 21]
niscaya tak ada
“Sesungguhnya jiwa (manusia) itu menyuruh pada kejelekan, kecuali jiwa Tuhanku.” (Q. S. 12 : 53)
yang dirahmati
Padahal untuk sekedar beriman pun, adalah kehendak-Nya. Bukan kehendak kehendak orang tua.
“Dan tak seorang pun bisa beriman kecuali atas izin Allah.” [Q.S. 10 :
kita, atau
100]
Karena itu, kita dilarang memaksa orang untuk menjadi ‘beriman’, atas paksaan maupun desakan. Kalau memang Dia menghendaki itu, itu sangat mudah bagi-Nya. Tapi memang itu belum tentu menjadi kehendak-Nya.
“Jika Tuhanmu menghendaki, tentu berimanlah semua orang di muka bumi, seluruhnya. Apa kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman seluruhnya?” [Q. S. 10 : 99]
Itulah intinya. Yang harus tumbuh dari kita adalah sebuah pengharapan akan rahmat Allah ta’ala, tanpa pernah berhenti sekejap pun. Hati kita total menghadap kepada-Nya, memohon kasih sayang-Nya. Kita benar-benar bergantung dan berharap pada-Nya saja,
3/6
Ketika Allah menciptakan neraka... Written by mutiara hikmah Wednesday, 01 June 2011 11:21 - Last Updated Wednesday, 01 June 2011 11:31
bukan pada ibadah atau amal perbuatan.
Amal baik, perbuatan ibadah, pada dasarnya tidak akan menyelamatkan sama sekali. Ibadah dan amal statusnya hanyalah sebuah ungkapan pengharapan akan rahmat-Nya. Itu adalah ungkapan pengharapan dalam bentuk yang diperintahkan atau diwajibkan, sebuah bentuk pengharapan minimal yang harus dilakukan. Katakanlah, itu baru sebuah syarat untuk masuk gerbang istana Raja. Tapi bukan itu saja yang membuat Raja berkenan memberi. Dia harus juga mencintai kita.
“Tidak ada cara ber-taqarrub (mendekatkan diri) seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku sukai selain melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Aku fardhu-kan kepadanya. Namun hamba-Ku itu terus berusaha mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan (sunnah) nawafil, sehingga Aku pun mencintainya.
Apabila ia telah Aku cintai, Aku menjadi pendengarannya yang dengan Aku ia mendengar, (Aku menjadi) pengelihatannya yang dengan Aku ia melihat, (Aku menjadi) tangannya yang dengan Aku ia keras memukul, dan (Aku menjadi) kakinya yang dengan Aku ia berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, sungguh, akan Aku beri dia, dan jika ia memohon perlindungan-Ku, Aku benar-benar akan melindunginya.”
(Hadits Qudsi riwayat Bukhari).
4/6
Ketika Allah menciptakan neraka... Written by mutiara hikmah Wednesday, 01 June 2011 11:21 - Last Updated Wednesday, 01 June 2011 11:31
Di sisi lain, agama tidak seharusnya membuat seorang berhenti tersenyum dan jatuh tenggelam dalam kemurungan atau apatisme. Agama, yang berinduk dalam kitab Qur’an, tidak dijadikan untuk membuat kita susah dan murung (Q.S. 20 : 2) tapi sebagai –reminder–, pengingat, bagi mereka yang takut (Q.S. 20 : 3). Ayatnya memang demikian: sebagai peringatan bagi orang yang takut. Jadi takut memang sebuah fase untuk menuju-Nya.
Yang harus tumbuh memang khauf (takut) dan roja’ (harap). Bukan kebanggaan diri sebagai ahli ibadah, ahli jihad, ahli dakwah, pembela Islam, atau mati dalam keadaan merasa lebih baik dari orang lain, dan membawa kebanggaan atas semua itu.
“Tidak masuk surga orang yang didalam hatinya ada kesombongan meskipun seberat dzarrah.” (H.R. Muslim)
hanya
Tidak bisa dipungkiri bahwa memang Allah menjadikan kita tertarik pada keduniawian. Kita memang hidup dan ditempatkan di dunia ini, dan dunia dalam kadar tertentu tentu kita butuhkan sebagai tools untuk menempuh jalan. Namun, selama kita mengira bahwa apa yang sudah kita lakukan akan bisa menyelamatkan kita, baik di akhirat ataupun di dunia ini, itu akan menjadi masalah besar dalam mendekat kepada-Nya.
5/6
Ketika Allah menciptakan neraka... Written by mutiara hikmah Wednesday, 01 June 2011 11:21 - Last Updated Wednesday, 01 June 2011 11:31
Dari Abu Hurairah, beliau Rasulullah berkata: “Mendekatlah (kepada Allah, ber-taqarrub) dan berusahalah benar! Ketahuilah, bahwa setiap orang diantara kalian tidak bakal selamat karena amalnya.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, tidak juga engkau?” Rasulullah bersabda: “Tidak juga aku, kecuali bila Allah melimpahiku dengan rahmat dan karunia dari-Nya.” (Hadits Muslim)
Dari Jabir, beliau bersabda: “Aku mendengar Nabi saw. Bersabda: “Tak seorangpun diantara kalian dimasukkan oleh amalnya ke dalam surga dan tidak pula diselamatkan dari neraka begitu pula aku, kecuali dengan rahmat dari Allah. (Hadits Muslim)
maka bersama-sama kita berdoa:
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. BERI MAAFLAH KAMI; AMPUNILAH KAMI; dan RAHMATILAH KAMIi. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
6/6