31
BAB III METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari Kota Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini kurang lebih adalah 5 bulan, dari bulan Januari 2011 sampai dengan Mei 2011.
Sumber: Google map (2010) Gambar 3 Lokasi penelitian Adapun zona-zona lanskap di Pulau Bunaken yang dilibatkan dalam penelitian untuk pengelolaan lanskap wisata bahari di antaranya zona rimba, zona pemanfaatan pariwisata, zona pemanfaatan umum, zona tradisional, dan zona khusus daratan.
3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan inventarisasi adalah kamera digital. Adapun bahan berupa data biofisik, data ekologi, dan data sosial serta bahan lainnya berupa catatan dan kuesioner. Pada saat pengolahan data, alat dan
32
bahan yang digunakan adalah alat tulis dan hasil studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian, dan analisis data menggunakan software Auto Cad 2007, Adobe Photoshop CS, Corel Draw X3, Microsoft Word 2007, dan Microsoft Excel 2007.
3.3. Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan batasan meliputi potensi-potensi sumber daya lanskap yang dimiliki TNB dan kendala dalam pengelolaan lanskap wisata dianalisis dengan analisis daya dukung ekologis, kesesuaian wisata, kenyamanan pengunjung TNB, pengkajian kuesioner terhadap pengunjung, masyarakat, dan wawancara dengan pihak pengelola, serta analisis faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan lanskap wisata dengan SWOT.
3.4. Tahapan dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mencapai hasil akhir berupa rekomendasi pengelolaan lanskap wisata bahari TNB menjadi pengelolaan berbasis ekologi. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif (kuesioner, wawancara, dan survai lapangan) dan kuantitatif. Tahapan penelitian dilakukan sesuai dengan kerangka pikir, yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, dan sintesis berupa penyusunan rekomendasi pengelolaan lanskap wisata bahari TNB berbasis ekologi.
3.4.1. Persiapan Pada tahapan ini dilakukan persiapan berupa perijinan di lokasi dan pencarian informasi umum tentang kondisi eksisting di lokasi penelitian, serta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3.4.2. Inventarisasi Inventarisasi merupakan tahap pengambilan data. Data biofisik dan ekologi yang dikumpulkan digunakan untuk melihat potensi sumberdaya yang dimiliki TNB. Data sosial mencakup di dalamnya data mengenai kondisi sumber daya masyarakat, serta karakteristik dan persepsi pengunjung, masyarakat, dan
33
pengelola. Data ekonomi mencakup keadaan ekonomi lanskap wisata TNB saat ini yang dilihat dari jumlah pengunjung. Data mengenai keadaan potensi wisata serta pengelolaan lanskap wisata saat ini. Berikut data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1. Tabel 1 Data yang dibutuhkan untuk penelitian Jenis data
Indikator Pengamatan
Unit
Sumber
Kegunaan
Letak dan batas wilayah
koordinat
Mengetahui lahan
Luas area
m2
Vegetasi
spesies
Pihak pengelola Pihak pengelola Observasi/ Pihak pengelola
Satwa
spesies
Topografi
-
Iklim
-
Observasi/ Pihak pengelola Observasi/ Pihak pengelola BMG
Curah hujan
mm/hr
BMG
Temperatur
0
BMG
Kelembaban relatif
%RH
BMG
Tanah
-
Observasi/ Pihak pengelola BMG
Sumber air
-
Pola aliran
-
Observasi/ Pihak pengelola Observasi/ Pihak pengelola
Visual
-
Observasi lapang
Usia
luar/dlm daerah tahun
Wawancara/ Kuesioner Wawancara/ Kuesioner
Jenis kelamin
L/P
Jenis kelamin dan umur
L/P dan tahun
Wawancara/ Kuesioner Wawancara/ Kuesioner
1. Aspek Ekologi Kondisi Umum
Kondisi biofisik dan ekologi
C
Hidrologi
kapasitas
Mengetahui kondisis dan potensi lanskap
2. Aspek Sosial dan Ekonomi Karakteristik pengunjung
Persepsi dan preferensi pe-
Asal
Mengetahui pengunjung
karakter
Mengetahui persepsi
34
Lanjutan Tabel 1 ngunjung Ekonomi
Jumlah Pengunjung
Orang
Observasi/ Pengelola
Mengetahui demand
besar
Fasilitas, sarana, prasarana yang ada
-
Pihak pengelola
Mengetahui kondisi pengelolaan yang sudah berjalan
Pengamatan Pelayanan yang sudah dilakukan Harga yang sudah diberlakukan Program wisata yang sudah berjalan
-
Pihak pengelola
Rupiah
Pihak pengelola
-
Pihak pengelola
3. Aspek pengelolaan Pengelolaan
Metode pengumpulan data meliputi survai lapang, wawancara dengan pengunjung, masyarakat, maupun pengelola TNB, penyebaran kuesioner kepada pengunjung dan masyarakat, dan studi pustaka.
3.4.3. Pengolahan Data dan Analisis Tahap ini merupakan tahap dimana dilakukan pengolahan dan penyusunan data yang telah terkumpul dari hasil inventarisasi untuk memperoleh informasi tentang: a. deskripsi kondisi biofisik dan ekologi di lokasi penelitian, b. deskripsi kondisi sosial dan ekonomi di lokasi penelitian, dan c. deskripsi kegiatan pengelolaan yang sedang berjalan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di dalam lanskap wisata. Analisis yang dilakukan antara lain: a. analisis kesesuaian wisata untuk wisata bahari, b. analisis daya dukung ekologis, c. analisis kenyamanan pengunjung wisata, dan d. analisis faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan lanskap wisata bahari TNB dengan matriks SWOT, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
35
3.4.3.1. Analisis Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan untuk peruntukkan lanskap wisata bahari (jenis kegiatan selam, snorkling, berenang, mendayung, jet ski, dan perahu layar). Tahapan proses analisis kesesuaian lahan TNB untuk kegiatan wisata bahari dilakukan dengan teknik yang dikemukakan oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) meliputi : a. penetapan persyaratan (parameter dan kriteria), pembobotan dan skoring, Wisata bahari meliputi jenis kegiatan selam, snorkling, berenang, berperahu, dan olahraga air (jet ski dan banana boat). Kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam mempertimbangkan enam parameter dengan tiga klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang. Selanjutnya penetapan kriteria, bobot, dan skor dari masing – masing parameter dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. b. penghitungan nilai peruntukan lanskap, Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumber daya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wisata adalah Yulianda (2007) : IKW = ∑ [Ni/ Nmaks] x 100 % Dimana :
IKW
: Indeks Kesesuaian Wisata
Ni
: Nilai Parameter ke – I (Bobot x Skor)
Nmaks : Nilai maksimum dari suatu kategori wisata c. pembagian kelas kesesuaian wisata dan nilainya, Kelas kesesuaian wisata terdiri dari empat kelas yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3), dan tidak sesuai (N) di antaranya : 1. kelas S1 dengan nilai 83 – 100 % menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang menjadi pembatas bagi kesesuaian lanskap untuk dijadikan sebagai lanskap wisata, 2. kelas S2 dengan nilai 50 - < 83 % terdapat beberapa faktor sedikit berpengaruh dan menjadi faktor pembatas bagi kesesuaian lanskap untuk dijadikan sebagai lanskap wisata,
36
3. kelas S3 dengan nilai 17 - < 50 % menunjukkan beberapa faktor yang berpengaruh nyata dan menghambat kesesuaian lanskap untuk dijadikan sebagai lanskap wisata sehingga diperlukan upaya dalam pemulihan kondisi faktor tersebut, dan 4. kelas N dengan nilai < 17 % menunjukkan adanya faktor – faktor yang menjadi pembatas tetap sehingga menghambat kesesuaian lanskap yang disediakan untuk dijadikan lanskap wisata. d. memadankan (membandingkan) nilai lanskap dengan nilai masing – masing kelas lanskap. Dengan cara ini kelas kesesuaian lanskap untuk penggunaan tertentu dapat diperoleh hasilnya, dan e. pemetaan kelas kesesuaian wisata.
3.4.3.2. Analisis Daya Dukung Analisis daya dukung yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis daya dukung ekologis. Analisis daya dukung ekologis digunakan untuk merencanakan pemanfaatan potensi sumber daya bahari meliputi pesisir dan pantai secara lestari. Penentuan daya dukung ekologis ini perlu dilakukan karena sumber daya wisata bahari bersifat mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas. Berdasarkan Yulianda (2007), penghitungan daya dukung ekologis wisata bahari dilakukan menggunakan rumus : DDK = K x Lp x Wt Lt Keterangan : DDK
Wp
= Daya dukung ekologis
K
= Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp
= Luas atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt
= Unit area untuk kategori tertentu
Wt
= Waktu yang disediakan lanskap untuk kegiatan wisata dalam 1 hari
Wp
= Waktu yang dihabiskan pengunjung untuk kegiatan tertentu
Daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di lanskap yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Daya dukung ekologis
37
disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan peruntukkan seperti daya dukung wisata selam ditentukan oleh sebaran dan kondisi terumbu karang. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan pengunjung lainnya. Khusus untuk wisata selam dan snorkling yang memanfaatkan luas terumbu karang yang dipertimbangkan oleh kondisi komunitas karang. Persen tutupan karang menggambarkan kondisi dan daya dukung karang. Jika kondisi komunitas karang yang hidup dengan tutupan sekian persen maka luas area selam di terumbu karang yang dapat dimanfaatkan adalah sekian persen dari luas seluruh hamparan karang yang ada. Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumber daya dan jenis kegiatan yang dilakukan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan alam dalam memberi toleransi kepada pengunjung sehingga keaslian sumber daya alam akan tetap terjaga. Potensi ekologis pengunjung dan luas area kegiatan disajikan pada Lampiran 3. Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan mempertimbangkan waktu yang disediakan untuk lanskap wisata (Wt). Waktu lanskap wisata adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata – rata waktu kerja sekitar 10 jam (07.00 – 17.00). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata yang disajikan pada Lampiran 4.
3.4.3.3. Analisis Kenyamanan Pengunjung Wisata Analisis mengenai kenyamanan pengunjung berhubungan dengan persepsi pengunjung
yang digunakan untuk mengetahui tingkat keindahan dan
kenyamanan objek wisata bahari TNB. Tingkat keindahan dan kenyamanan menurut Yulianda (2007) dibagi atas keindahan dan kenyamanan alam lanskap wisata. Penilaian terhadap keindahan lanskap dilakukan dengan membuat kuesioner yang ditujukan kepada pengunjung. Keindahan yang dinilai adalah
38
keindahan alami, tidak termasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus (Yulianda, 2007) : Ka = ERs x 100 % ERo Keterangan = ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah Ero : Jumlah seluruh responden Ka : Nilai Keindahan alam (%) Kriteria/nilai keindahan alam : Ka ≥ 75 % : Indah (3) 40 % ≤ Ka ≤ 75 % : Cukup indah (2) Ka < 40 % : Tidak indah (1) Kenyamanan lanskap merupakan nilai yang diberikan oleh pengunjung terhadap rasa kelapangan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat kuesioner yang ditujukan kepada pengunjung. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007) : Na = ERs x 100 % ERo Keterangan = Ers : Jumlah responden yang menyatakan nyaman Ero : Jumlah seluruh respoden Na : Nilai kenyamanan alam (%) Kriteria/nilai kenyamanan : Na ≥ 75 % : Nyaman (3) 40 % ≤ Na ≤ 75 % : Cukup nyaman (2) Na < 40 % : Tidak nyaman (1)
3.4.3.4. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap wisata baharí TNB. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Matriks SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan (Rangkuti, 2006). Berikut merupakan Diagram Analisis SWOT :
39
Peluang Kuadran 3: Strategi turn - around
Kuadran 1: Strategi agresif
Kelemahan
Kekuatan
Kuadran 4: Strategi defensif
Kuadran 2: Strategi diversifikasi Ancaman
Gambar 4 Diagram analisis SWOT Kuadran 1 (Strenghts-Opportunities): Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Lanskap wisata TNB memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif, Kuadran 2 (Strenghts-Threats): Meskipun menghadapi berbagai ancaman, Lanskap wisata TNB masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar), Kuadran 3 (Weaknesses-Opportunities): Lanskap wisata TNB menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around), dan Kuadran 4 (Weaknesses-Threats): Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, lanskap wisata TNB tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive) (Rangkuti, 2006). Dalam analisis ini, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing
40
faktor tersebut, kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus rekomendasi strategi.
3.4.4. Sintesis Melalui hasil analisis, maka disusun sintesis yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan meminimalisir kendala. Sintesis yang dilakukan merupakan strategi penyusunan program pengelolaan yang akan ditawarkan pada lanskap wisata bahari TNB yang berbasis ekologi menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan empat golongan alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan, dapat dilihat pada Tabel 2. Setelah menggunakan matriks tersebut akan diperoleh strategi pengelolaan berbasis ekologi. Tabel 2 Matriks SWOT Eksternal Internal
Opportunities
Threats
Strenghts
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Weaknesses
Berdasarkan matriks SWOT di atas maka diperoleh empat langkah strategi yaitu sebagai berikut : 1. strategi SO (Strenghts-Opportunities), strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, strategi SO menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, 2. strategi ST (Strenghts-Threats), strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, strategi ST menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal, 3. strategi WO (Weaknesses-Opportunities), strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada, strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal, dan
41
4. strategi WT (Weaknesses-Threats), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman, strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.