J. Sains & Teknologi, April 2015, Vol.15 No.1 : 84 – 90
ISSN 1411-4674
PERMASALAHAN SISTEM AGRIBISNIS DAN STRATEGI MEMPERBAIKI DAYA SAING KOMODITI MARKISA DI KABUPATEN GOWA The Problems of Agribusiness System and the Strategies of Improving Competitiveness of Passion Fruit Commodity in Gowa Regency Chandra Dewi, Mursalim, Palmarudi Mappigau Program Studi Agribisnis, Universitas Hasanuddin (Email:
[email protected])
ABSTRAK Pengembangan agribisnis hortikultura mempunyai potensi yang sangat tinggi, baik kondisi sekarang maupun potensi pengembangannya di masa datang. Penelitian ini bertujuan mengetahui menggambarkan, mengindentifikasi menganalisis dan merumuskan strategi sistem agribisnis markisa di sektor hulu (budidaya) dan sektor hilir (home industry) serta permasalahannya. Pendekatan kualitatif bertujuan memaparkan dan menjelaskan secara deskriptif tentang daya saing markisa. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gowa yaitu di Kecamatan Tompobulu dan Tombolopao dari bulan Juli - September 2014. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara terstruktur dan cara diskusi kelompok terarah (FGD). Data dianalisis dengan analisis Relative Importance Indeks (RII) dan diagram fishbone serta Analisis SWOT Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; Relative importance indeks di tingkat petani menunjukkan teknik budidaya dengan RII = 0,85 dengan rank 1,. Adapun relative importance indeks di tingkat home industry menunjukkan bahan baku dengan RII = 0,92 dengan rank 1. Hasil diagram fishbone diketahui akar masalah dari sistem agribisnis penyebab rendahnya daya saing markisa adalah sinkronisasi (penyelarasan), kombinasi (penggabungan), dan sinergi (hubungan kerjasama). Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka rekomendasi pengembangan sistem agribisnis markisa di Kabupaten Gowa adalah: (1) Strategi SO: Pengembangan diferensiasi produk olahan markisa bertujuan untuk memperbanyak jenis produk olahan markisa (2) Strategi ST: Peningkatan kualitas produk bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk yang dapat memberi kepuasan kepada konsumen (3) Strategi WO: Peningkatan kerjasama dengan memanfaatkan informasi pasar bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada home industry dan petani mengenai perkembangan usaha (4) Strategi WT: Pembentukan lembaga kemitraan dan informasi usaha bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara pelaku usaha sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas. Strategi pengembangan sistem agribisnis markisa masih memiliki kendala baik di tingkat petani maupun home industry dalam peningkatan daya saing markisa oleh karena itu pemerintah harus lebih berperan aktif dalam memberikan pembinaan kepada petani dan home industry. Kata Kunci: Sistem Agribisnis, Strategi, Daya Saing, Komoditi Markisa
ABSTRACT Horticulture agribusiness has a very high potency to be developed in the future. The aim of research was to describe, investigate, analyze, and formulate the strategies of passion fruit agribusiness system in upstream sector (cultivation) and downstream sector (home industry) as well as its problems. The research used quantitative approach related to the problems faced in upstream sector (cultivation) and downstream sector (home industry), and qualitative approach to describe and explain descriptively the competitiveness of passion fruit. The research was conducted in Gowa Regency exactly in Tompobulu and Tombolopao District from July to September 2014. The data were obtained through observation, structured interview, and focused group discussion (FGD). The data were analyzed using Relative Importance Indeks (RII), fishbone diagram, and SWOT analysis. The results of the research indicate that relative importance indeks in farmer level indicates that cultivation technique with RII is 0,85 with rank I, while relative importance indeks in home industry
84
Sistem Agribisnis, Strategi, Daya Saing, Komoditi Markisa
ISSN 1411-4674
level indicates that raw material with RII is 0,92 with rank I. The result of fishbone diagram indicates that the sources of problems of agribusiness system causing that lack of passion fruit competitiveness are synchronization (adjustment), combination (merger), and synergy (cooperation relationship). Bases on SWOT analysis, the recommendations of passion fruit agribusiness system development in Gowa Regency are (1) SO strategy : the development of passion fruit agribusiness system aiming to reproduce the types of passion fruit processed products, (2) ST strategy : the increase of product quality aiming to improve product quality that can satisfy consumers, (3) WO strategy : the increase of cooperation by making use of market information aiming to provide knowledge for home industry and farmers about business development, and (4) WT strategy : the establishment of partnership and business information aiming to improve cooperation among business actors in order to produce qualified products. The development strategy of passion agribusiness system still has problems both at the level of farmers and home industry. Keywords: Agribusiness System, Strategy, Competitiveness, Passion Fruit Commodity
pasar domestik semakin dibanjiri oleh komoditas impor, yang pada gilirannya akan merugikan petani. Oleh karena itu peningkatan daya saing merupakan tuntutan yang tak bisa dihindari dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di masa yang akan datang (Irawan, 2001). Perkembangan komoditi hortikultura khususnya buah-buahan di Sulawesi Selatan semakin berkembang yang didorong oleh ketersediaan bahan baku dan sumber daya alam yang memadai salah satunya adalah markisa yang menjadi komoditas unggulan, khususnya di Kabupaten Gowa, namun pengembangan markisa di Kabupaten Gowa masih menghadapi sejumlah kendala diantaranya adalah semakin berkurangnya minat petani untuk menanam markisa dan beralih bertani sayuran yang bernilai ekonomi tinggi. Industri pengolahan markisa dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi petani karena dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah sehingga akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan investor yang terlibat dalam suatu kegiatan agribisnis markisa dan pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Soekartawi, 1996). Sudah banyak penelitian tentang sistem agribisnis komoditi markisa, diantaranya adalah Chalil (2000), agribisnis markisa di Propinsi
PENDAHULUAN Pembangunan pertanian melalui sub sektor hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional. Kontribusi subsektor hortikultura terhadap sektor pertanian dari tahun ke tahun cenderung meningkat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 menyumbang sekitar 28,25% dari total PDB pertanian, jumlah tenaga kerja yang terlibat sekitar 8,4 juta rumah tangga yang mengandalkan sumber pendapatan dari sub sektor hortikultura. Permasalahan usaha hortikultura belum mampu menghasilkan produk yang memiliki daya saing terhadap produk hortikultura yang berasal dari negara lain (Ditjen Hortikultura, 2012). Sektor pertanian hortikultura khususnya buah-buahan menghadapi tantangan kompetitif terutama dari inovasi teknologi dan sistem informasi, perubahan demografi, ekonomi global dan iklim. Perusahaan agribisnis bertanggung jawab untuk mengelola jaringan hulu dan jaringan hilir serta membina kepercayaan dengan mitra yang berdampak besar pada pengembangan komoditas holtikultura (Tracey et al., 2005). Liberalisasi perdagangan menimbulkan masalah jika komoditas yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing dengan negara lain sehingga 85
Chandra Dewi
ISSN 1411-4674
Sumatera Utara, Najamuddin (2001), strategi pengembangan agribisnis markisa di Sulawesi Selatan. Dan Aminuddin (2014), yang mengidentifikasi masalah sistem agribisnis markisa, namun peneliti sebelumnya belum ada yang menjelaskan masalah mana yang paling vital dalam meningkatkan daya saing markisa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi memperbaiki sistem agribisnis dan daya saing komoditi markisa berdasarkan akar masalah di Kabupaten Gowa.
Metode Analisis Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitianini adalah sebagai berikut: (1).Analisa Relative Importance Index (RII) digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan di sektor hulu (petani markisa) dan sektor hilir (home industry) dari masalah agribisnis penyebab rendahnya daya saing markisa. Rumus dari Relative Importance Indeks (RII) adalah:
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Desain Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Gowa yaitu di Kecamatan Tompobulu dan Tombolopao yang dipilih secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra wilayah produksi markisa dan home industri markisa. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Keterangan : W = bobot yang diperoleh dari tiap responden dari penilaian 1-5 (1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju, 5 = sangat setuju) A = adalah bobot tertinggi (yaitu 5 dalam kasus ini) N = adalah jumlah total responden.
∑
(0 ≤
≤ 1)
Diagram fishbone digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan masalah yang paling vital (akar masalah) daya saing markisa. Diagram fishbone adalah diagram sebab akibat dengan menggunakan prinsip sumbang saran (brainstorming). Langkah-langkah dalam penyusunan diagram fishbone sebagai berikut : Masalah utama ini akan ditempatkan pada bagian kanan dari diagram (bagian kepala) diagram fishbone. Membuat kerangka diagram fishbone. Langkah berikutnya adalah mencari faktorfaktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada permasalahan. Menemukan penyebab untuk masingmasing kelompok penyebab masalah. Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan. Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita dapat menggambarkannya dalam diagram fishbone. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yakni identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan sampel mengacu pada metode Slovin (Wicaksono, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah petani markisa, home industri. jumlah sampel petani markisa sebanyak 72 orang dan dari hasil wawancara dengan petani markisa diperoleh 5 home industry dimana mereka memasarkan markisa dan 5 orang konsumen sehingga total jumlah responden yang diambil sebanyak 82 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian yaitu menggambarkan internal dan eksternal agribisnis markisa dan daya saingnya dengan usaha lain sedangkan data sekunder dibutuhkan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian.
86
Sistem Agribisnis, Strategi, Daya Saing, Komoditi Markisa
merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 1997).
ISSN 1411-4674
pembudidayaan secara vegetative dengan sistem sambung, Tanaman markisa merupakan tanaman yang mudah tumbuh setelah dilakukan proses penanaman, untuk memperoleh hasil yang optimal markisa memerlukan perawatan khusus agar dapat tumbuh subur. Namun kenyataannya petani kurang memperhatikan pemeliharaan terutama dalam hal pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Sedangkan masalah yang ada di tingkat home industry adalah ketersediaan bahan baku baik dari segi kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya, selain itu masih kurangnya penanganan pasca panen seperti pemisahan buah yang masak (grading) serta penerapan inovasi dan teknologi yang terbatas di mana beberapa home industry masih menggunakan peralatan yang sederhana dalam melakukan pengolahan buah markisa sehingga kapasitas produksi masih tergolong rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa masalah sistem agribisnis markisa di sektor hulu (budidaya) dan sektor hilir (industry) berbeda yang dilihat dari hasil Relative Importance Indeks (RII) dimana RII merupakan metode yang digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan. Tabel 1 memperlihatkan tingkat kepentingan petani yang memperlihatkan bahwa masalah utama di sektor hulu (petani) adalah tekhnik budidaya yang masih sederhana. Pada Tabel 2 memperlihatkan tingkat kepentingan di sektor hilir (home industry) adalah ketersediaan bahan baku.
HASIL PENELITIAN Masalah utama di tingkat petani markisa adalah sistem usahatani markisa masih berdasarkan pada pengalaman secara turun temurun sehingga penyerapan teknologi yang dianjurkan masih bersifat umum. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan sarana produksi khususnya bibit paling banyak diusahakan sendiri dengan mengambil hasil pembibitan yang berkualitas dari buah yang matang kemudian biji tersebut disemaikan, setelah 2 - 3 minggu biji tersebut akan berkecambah biasanya petani mengenalnya sebagai anakan (bibit tumbuhan markisa). Tekhnik pembudidayaan markisa terdiri dari 2 (dua) cara yaitu secara generative (biji) dan vegetative. Pembudidayaan secara generative yaitu pembudidayaan yang dilakukan dengan menggunakan biji markisa dan
Tabel 1. Relative Importance Indeks (RII) Petani Markisa Masalah Harga Teknik budidaya Sarana produksi Jenis varietas Pola kemitraan Sumber:Data Primer diolah, 2014
RII 0,80 0,85 0,67 0,73 0,57
87
Petani Markisa Rank 2 1 4 3 5
Chandra Dewi
ISSN 1411-4674
Tabel 2. Relatif Importance Indeks (RII) Home Industry Home Industry
Masalah
RII 0,92 0,80 0,64 0,60 0,52 0,72
Bahan baku Penerapan inovasi dan Tekteknologi Tenaga kerja Penanganan Pascapanen Dukungan Pemerintah Jangkauan Pasar Sumber : Data Primer diolah, 2014
Rank 1 2 4 5 6 3
daya saing komoditas pertanian salah satunya adalah masih terbatasnya teknologi budidaya sehingga petani berusahatani sesuai dengan pengalamannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Rukmana (2003), menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas buah markisa yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh panen dan penanganan pasca panen juga sangat ditentukan oleh teknik budidaya. Setelah mengetahui persepsi petani selanjutnya yang menjadi persepsi home industry adalah (a) Bahan baku, RII = 0,92 dengan rank 1. Bahan baku dianggap penting bagi home industry karena bahan baku yang ada belum tersedia dari segi kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya, (b) Penerapan inovasi dan tekhnologi, RII = 0,80 dengan rank 2. Penerapan inovasi dan teknologi dianggap penting bagi home industry karena masih kurangnya inovasi dan tekhnologi yang digunakan. (c) Jangkauan pasar, RII = 0,72 dengan rank 3. Jangkauan pasar bagi home industry dianggap penting karena dengan semakin luasnya jangkauan pasar maka produk sirup markisa yang dihasilkan oleh home industry semakin dikenal dan dapat bersaing dengan produk sirup markisa dari industry lain. Rendahnya produktivitas dan kualitas produk pertanian merupakan akibat langsung dari rendahnya tingkat inovasi teknologi. Hal ini terkait dengan efektifitas teknologi yang tersedia dan efisiensi proses alih teknologi yang dihasilkan (Anjak, 2005). Setelah
PEMBAHASAN Setelah melihat hasil RII maka masalah daya saing markisa yang paling penting menurut persepsi petani adalah (a).Teknik budidaya, RII = 0,85 dengan rank 1. Teknik budidaya dianggap penting karena menurut petani walaupun markisa merupakan jenis tanaman yang mudah dibudidayakan tapi ada masamasa dimana markisa memerlukan perhatian khusus dalam pemeliharaannya terutama dalam pembentukan buah dimana markisa memerlukan pemberian pupuk dan pestisida sesuai anjuran. (b) Harga, RII = 0,80 dengan rank 2. Harga dianggap penting bagi petani karena tidak adanya kestabilan harga markisa. Harga yang tidak stabil lebih banyak merugikan petani karena petani tidak dapat mengatur waktu penjualannya untuk mendapatkan harga jual yang lebih menguntungkan, (c) Jenis varietas, RII = 0,73 dengan rank 3. Jenis varietas dianggap penting bagi petani karena menurut petani bahwa home industry lebih banyak menginginkan jenis varietas markisa ungu atau markisa lokal dimana varietas ini merupakan varietas yang paling baik untuk dijadikan bahan pembuatan sirup markisa. Hasil dari Relative Importance Indeks (RII) di tingkat petani menyebutkan bahwa teknik budidaya merupakan masalah yang dominan dalam sistem agribisnis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saptana (2005), menyatakan bahwa faktor yang menjadi penghambat keunggulan komparatif dan
88
Sistem Agribisnis, Strategi, Daya Saing, Komoditi Markisa
mengetahui permasalahan yang ada di sektor hulu (petani) dan di sektor hilir (home industry) maka untuk menemukan masalah sistem agribisnis penyebab rendahnya daya saing markisa maka diadakan kelompok diskusi terarah (Focus Group Discussion). Daya saing usaha agribisnis markisa di Kabupaten Gowa diperlihatkan dari hasil fishbone yang menunjukkan bahwa rendahnya rendahnya daya saing markisa disebabkan oleh masalah agribisnis yaitu belum adanya sinkronisasi, sinergi dan kombinasi dari sistem agribisnis dari hulu ke hilir, sesuai apa yang dinyatakan Downey dan Erickson (1989) dan Saragih (2000), konsep agribisnis merupakan sistem sinkronisasi dan kombinasi dari beberapa fungsi subsistem yaitu: subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), subsistem usahatani (on farm agribusiness) yakni kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumber daya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sinkronisasi dan sinergi antar subsistem dalam sistem agribisnis menjadi kunci keberhasilan agribisnis, oleh karena itu pemahaman hubungan keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan kedepan (forward linkage) dan peranan lembaga penunjang menjadi hal yang penting dalam mengelola agribisnis (Ariadi et al., 2011). Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka rekomendasi pengembangan sistem agribisnis markisa di Kabupaten Gowa. (1) Strategi SO : Pengembangan diferensiasi produk olahan markisa bertujuan untuk memperbanyak jenis produk olahan markisa sehingga konsumen mengetahui bentuk lain olahan markisa selain sirup markisa seperti dodol markisa, dengan diferensiasi produk atau pembedaan produk olahan markisa merupakan strategi home industry mempromosikan produk yang diproduksinya dengan
ISSN 1411-4674
produk pesaingnya. Strategi ini didayagunakan sehingga home industry dapat menghindari persaingan harga, peningkatan produksi melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi bertujuan untuk memanfaatkan sumberdaya lahan yang ada secara optimal sehingga hasil panen lebih meningkat dan ketersediaan bahan baku markisa tetap kontinyu, peningkatan sumberdaya manusia mempengaruhi kinerja usaha lebih baik dan menghasilkan produk olahan yang berkualitas serta berdaya saing. (2) Strategi ST: Peningkatan kualitas produk bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk yang dapat memberi kepuasan kepada konsumen, pemanfaatan sumberdaya secara efektif bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan tenaga kerja sehingga mengurangi beban biaya produksi. (3) Strategi WO : Peningkatan kerjasama dengan memanfaatkan informasi pasar bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada home industry dan petani mengenai perkembangan usaha, perbaikan manajemen usaha bertujuan untuk meningkatkan kualitas usaha sehingga usaha dapat berjalan dengan baik dan terkoordinir, pemanfaatan tekhnologi secara efektif dapat mempengaruhi kinerja usaha baik itu petani maupun home industry sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas. (4) Strategi WT: Pembentukan lembaga kemitraan dan informasi usaha bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara pelaku usaha sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas, pemanfaatan teknik budidaya melalui pengendalian hama terpadu (PHT) bertujuan untuk melakukan perbaikan teknik budidaya untuk menghasilkan bibit markisa yang tahan terhadap hama dan penyakit sehingga dapat meningkatkan kualitas dari buah markisa. KESIMPULAN DAN SARAN Sistem agribisnis komoditi markisa 89
Chandra Dewi
ISSN 1411-4674
di sektor hulu (budidaya) masih berjalan dengan sederhana dilihat dari penggunaan peralatan sederhana dan penerapan tekhnologi informasi yang belum optimal sehingga memberikan dampak pada proses penanaman markisa ditingkat petani sebagai pembudidaya sehingga menyebabkan kualitas buah rendah dan harga rendah. Sedangkan pada system hilir (industry) penerapan tekhnologi belum optimal menyebabkan kurangnya pemahaman dan pentingnya pengolahan, Strategi pengembangan sistem agribisnis markisa masih memiliki kendala dalam berdaya saing dengan usaha lain tingkat petani seperti tekhnik budidaya, harga, jenis varietas sedangkan di home industry bahan baku, penerapan tekhnologi, dan jangkauan pasar. Sedangkan masalah yang dihadapi oleh petani dan home industry didasarkan pada hasil RII dimana masalah utama petani adalah tekhnik budidaya yang masih bersifat konvensional dengan nilai RII (0,85) sedangkan di tingkat home industry adalah ketersediaan bahan baku yang tidak menentu dengan nilai RII (0,92). Berdasarkan hasil analisis fishbone dan dilanjutkan dengan pembuatan matriks SWOT yang menghasilkan strategi dalam pengembangan agribisnis markisa yaitu pengembangan diferensiasi produk olahan, peningkatan produksi, peningkatan SDM, peningkatan kualitas produk, pemanfaatan sumberdaya secara efektif, peningkatan kerjasama dengan memanfaatkan informasi pasar, perbaikan manajemen usaha, dan pembentukan lembaga kemitraan dan informasi usaha. Berdasarkan hasil penelitian maka saran dari penulis yaitu pemerintah harus lebih berperan aktif dalam memberikan pembinaan kepada petani dan home industry karena komoditi markisa merupakan komoditi unggulan yang perlu perhatian khusus karena dapat menjadi sumber lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. (2014). Development Strategi of Markisa groindustry In Increase Gowa Society Income At South Sulawesi Journal Of Humanities Volume 191. Ariadi, et al. (2011). Sistem Agribisnis Terintegrasi Hulu Hilir. Muara Indah, Bandung. Chalil D. (2000). Agribisnis Markisa Sebagai Pendorong Pengembangan Wilayah Propinsi Sumatera Utara. Direktorat Jenderal Hortikultura. (2012). Rencana Kerja Tahunan Direktorat Jenderal Hortikultura. Downey D.W dan Erickson J.P. (1989). Manajemen Agribisnis (Terjemahan) Penerbit Erlangga, Jakarta. Irawan. (2001). Studi Kebijsanaan Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Hortikultura. Najamuddin M. (2001). Strategi Pengembangan Agribisnis Markisa Di Provinsi Sulawesi Selatan. Rangkuti. (1997). Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Jakarta. Rukmana. (2003). Usaha tani Markisa. Kanisius. Saptana. (2005). Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. Saragih. (2000). Pembangunan Sistem Agribisnis Sebagai penggerak Ekonomi Nasional. BP2HP Departemen Pertanian,Jakarta. Soekartawi. (1996). Prinsip Dasar ekonomi Pertanian. Rajawali Press, Jakarta. Tracey M., Lim J., Vonderembse MA. (2005). The Impacts of Supplyhain Management Capabilities on Business Performance. Supply Chain Management: Int. J., 10(3):179-191. Wicaksono. (2012). Analisis Statistika : Menentukan Jumlah Sampel Dengan Rumus Slovin.
90