Hubungan Mutu Pelayanan Petugas Kesehatan Dengan Keputusan Akseptor Pengguna Alat Kontrasepsi Implan Di Desa Sumber Rejo Kecamatan Pagar Marbau Kabupaten Deli Serdang Irma Nurianti * Staf Pengajar Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam
ABSTRACT Implant contraceptive method, which is one of the methods available at present, appear to be interested in the community, especially couples of childbearing age, although many women have difficulty in determining the choice of the type of contraception. This research is analytic survey with cross sectional study, conducted in October 2014 - February 2015. The study population amounted to 41 people, the sampling technique in the study was non-probability sampling with a total sampling approach. Statistical methods for the analysis of the data used in this study is the analysis Univariate, Bivariate Analysis and analysis techniques used were chi square test is to test the relationship percentage difference between two variables or more groups of data with 95% confidence level and the probability value (p) with significance level α <0.05 and it can be stated that Ha is accepted if p <α. Of the 41 respondents majority say enough Good quality of service personnel as many as 16 people (39%). Of the 41 respondents decision to use a contraceptive implant as many as 22 people (53.7%), and respondents who do not use implants kontraspsi many as 19 people (46.3%). From the chi square test with a probability value (p) with significance level α <0.05 was obtained results revealed that the P value = 0.003, it can be concluded that there is a relationship between the quality of service personnel with the decision to use a contraceptive implant acceptors in Sumber Rejo District of Fence Marbau of Deli Serdang. In providing services, are expected to involve health professionals acceptor pairs in deciding the type of contraception that will be used in order to gain the support of a partner. For the more active acceptors visiting health centers are expected to consult with health workers on family planning in order to choose the type of contraception that according to the state of the acceptor. PENDAHULUAN Saat
ini
Indonesia pertumbuhan
penduduk Indonesia 1,6 persen per tahun.
Suatu
pertumbuhan
yang
cukup mengkhawatirkan, karena dari pertumbuhan ini masih dihasilkan sekitar 3-4 juta jiwa manusia baru di
per
tahun
(BKKBN,
2006). Program Keluarga Berencana (KB) memiliki paradigma baru yang telah
diubah
visi
nya
dari
mewujudkan “Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” menjadi visi
untuk “Mewujudkan keluarga yang
hak klien. Dari dimensi penyedia
berkualitas tahun 2015”.
layanan, pelayanan yang bermutu
Kemajuan
sangat
adalah pelayanan yang sesuai dengan
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan
kode etik dan memenuhi standar
dan salah satu ukurannya adalah
profesi
cakupan peserta KB. Penerimaan dan
ditetapkan (BKKBN, 2010). Dengan
kelangsungan pemakaian kontrasepsi
demikian, kepuasan klien ini sangat
dipengaruhi
penting. (Pohan, 2008).
akseptor
KB
oleh
dan
karakteristik
mutu
pelayanan
pelayanan
yang
telah
Proporsi pasangan usia subur
kontrasepsi yang mencakup elemen
di
penilaian mutu, komponen dampak
(2010) yang sedang menggunakan
(pengetahuan
alat KB pada tahun 2009 sebesar
tentang KB), dan
indikator
mutu
pelayanan
kontrasepsi.
Indonesia
55,22%
dari
menurut
BKKBN
22.085.365
orang.
Dengan persentase tertinggi adalah
Mutu pelayanan merupakan faktor yang
Sulawesi utara (67,75%), Bengkulu
paling penting untuk
(66,10%), Bali (65,98%), sedangkan
membentuk kepercayaan pelanggan
yang terendah adalah di propinsi
atau
layanan
Papua (26,58%), Nusa Tenggara
kesehatan sehingga pasien memilih
Timur (28,88%), Maluku (29,74%),
pelayanan
dan Nusa Tenggara Barat (40,34%).
pasien
kepada
kesehatan
yang
akan
digunakan.
Persentase tertinggi alat atau cara KB
Pengertian mutu pelayanan
yang dipakai peserta KB adalah
mencakup dua dimensi, yaitu klien
suntik
dan petugas pelayanan. Dari dimensi
56,33% dari jumlah pasangan usia
klien, pelayanan dianggap bermutu
subur,
apabila
mampu
5.492.689 atau 24,87%, Intra Uteri
memberikan kepuasan kepada klien
Device (IUD) sebesar 2.063.318 atau
(client satisfaction). Dengan kata
9,34% . Sedangkan di Jawa Tengah
lain, pelayanan yang bermutu adalah
yang menggunakan alat KB sebesar
pelayanan yang mampu memenuhi
58,25% dari 1.213.486 pasangan usia
kebutuhan dan tuntutan serta hak-
subur dengan prosentase tertinggi
pelayanan
sebesar
diikuti
12.441.320
pil
KB
atau
sebesar
adalah suntik sebesar 58,265% disusul
sebanyak
pil KB sebesar 22,87%, intrauteri
sebanyak
161
device
10,24%.
sebanyak
5.818
Proporsi pasangan usia subur di
sebanyak
Demak juga tidak jauh berbeda yang
sebanyak 1.716 (7,46%), tubektomi
menggunakan alat KB pada tahun
sebanyak 247 (1,07%) dan tidak ada
yang sama sebesar 51,2% dari 59.627
yang
(IUD)
sebesar
orang.
Sumatera
Utara
kontrasepsi menurut
di
jenis
penggunaannya terdapat pemakaian suntik sebesar 32,4 %, pil sebesar 12,8 %, Alat
Kontrasepsi dalam
Rahim (AKDR) sebesar 5,1 %, tubektomi sebesar 2,2 %, vasektomi sebesar 0,1%, implant sebesar 1,4 %, kondom
sebesar
1,1
%,
dan
kontrasepsi lainnya sebesar 0,9% sebanyak
44
menggunakan
%
tidak
kontrasepsi
(Riskesdas, 2010).
implant
(0,7%),
suntik
(25,3%), (37%),
menggunakan
pil
kondom
vasektomi.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional
(BKKBN)
tahun 2013 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Deli Serdang tahun 2012 sebanyak 22.980 dan PUS aktif sebanyak 16.867 (73%). Berdasarkan pemakaian
untuk cakupan pelayanan keluarga berencana Aktif adalah 70%. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) tidak PUS KB
sebesar 6113 dengan
kondisi karena hamil sebesar 776 PUS, ingin anak segera sebesar 1.835 PUS, ingin anak ditunda sebesar 1.566 PUS dan tidak ingin anak lagi sebesar 1.936 PUS (Profil Kesehatan Deli Serdang, 2012). Metode kontrasepsi implant yang merupakan salah satu dari metode yang tersedia pada saat ini,
Menurut data laporan bulanan
metode
8.433
(2,09%),
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pemakaian
serta
482
kontrasepsi
dilihat dari jenis nya terdapat Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
nampaknya
mulai
diminati
masyarakat khususnya pasangan usia subur meskipun banyak perempuan mengalami menentukan
kesulitan pilihan
di
dalam jenis
kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidak tahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi
tersebut. Berbagai
faktor
harus
berkeluarga berencana merupakan
termasuk
status
salah satu sasaran program KB.
kesehatan, efek samping potensial,
Usaha mengajak masyarakat untuk
konsekuensi
atau
berkeluarga berencana hingga saat
kehamilan yang tidak diinginkan,
ini telah menunjukkan hasil yang
besar keluarga yang direncanakan,
menggembirakan. Hal ini terlihat
persetujuan pasangan bahkan norma
dari jumlah Pasangan Usia Subur
budaya dan lingkungan serta orang
(PUS) yang berperan secara aktif
tua namun dengan pelayanan yang
dalam program keluarga berencana.
berkualitas dan berkesinambungan
peningkatan
program KB diharapkan kesulitan-
kebijaksanaan program KB juga
kesulitan
diarahkan untuk pemakaian alat
dipertimbangkan,
kegagalan
tersebut
dapat
diatasi.
(Prawirohardjo , 2010).
mutu
pelayanan
kontrasepsi yang makin efektif yaitu
Menyadari hal tersebut yang
yang
mempunyai
tingkat
per-
merupakan kondisi yang kondusif
lindungan kehamilan yang lebih
bagi pengguna kontrasepsi maka
tinggi (Depkes 2013).
pada saat ini lebih dititik beratkan
Berdasarkan uraian diatas,
pada strategi agar pelayanan lebih
penulis
mudah dijangkau, diperoleh dan
tentang Hubungan mutu pelayanan
diterima oleh berbagai sub kelompok
petugas kesehatan dengan keputusan
masyarakat dengan tujuan utama
PUS memilih
pemberian
Implan
pelayanan
yang
tertarik
di
untuk
meneliti
alat kontrasepsi
Desa
Sumber
Rejo
didasarkan pada mutu yang baik,
Kecamatan Pagar Marbau Kabupaten
sehingga
Deli Serdang.
kepedulian
dalam
meningkatkan kualitas pelayanan KB
METODE PENELITIAN
dan semangat untuk mencapai yang
Penelitian ini menggunakan
terbaik khususnya dalam pelayanan
survei
KB tetap terpelihara (Prawirohardjo ,
cross sectional. Sampel penelitian ini
2010) .
adalah keseluruhan dari populasi Besarnya
analitik
dengan
racangan
jumlah
yang berjumlah 41 orang. Data
masyarakat yang berhasil diajak
diperoleh dengan wawancara dengan
responden
dengan
kuesioner.
Teknik
menggunakan analisis
yang
digunakan adalah uji chi square.
41 responden mayoritas responden mengatakan cukup
sebanyak
16
orang (39,0%), yang mengatakan baik sebanyak 15 orang (36,6%), dan
HASIL PENELITIAN
kurang sebanyak 10 orang (24,4%).
1. Analisis Univariat
Distribusi
Keputusan
akseptor
Dari tabel 1 dapat diketahui
menggunakan kontrasepsi implant
bahwa faktor umur terbanyak yaitu ≥
sebanyak 22 orang (53,7%), dan
36 tahun sebanyak
responden yang tidak menggunakan
24 orang
(58,5%), umur ≤ 35 tahun sebanyak
kontraspsi
17 orang (41,5%), faktor pendidikan
orang (46,3%)
terbanyak
pada
tingkat
SLTP
sebanyak 16 orang (39%), dan yang terendah adalah Perguruan Tinggi sebanyak 1 (2,4 %). Faktor pekerjaan terbanyak adalah pekerjaan petani sebanyak 26 (63,4%), dan yang terendah adalah pekerjaan Pedagang sebanyak
1
orangorang
(2,4%).
Distribusi mutu layanan petugas dari
Tabel
1
implant
sebanyak
19
Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Mutu Layanan dan Keputusan Akseptor Menggunakan Kontrasepsi Implant di Desa Sumber Rejo Kecamatan Pagar Marbau Kabupaten Deli Serdang.
No 1
2
3
4
5
Karakteristik Responden Umur 1. ≤ 35 Tahun 2. ≥ 36 Tahun Jumlah Pendidikan 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Diploma 5. Sarjana Jumlah Pekerjaan 1. Petani 2. Pedagang 3. IRT 4. Buruh lepas 5. PNS/TNI/Polri Jumlah Mutu Layanan Baik Cukup Kurang Total Keputusan akseptor Ya Tidak Total
2. Analisa Bivariat
N
%
17 24 41
41,5 58,5 100
6 16 5 14 1 41
14,6 39 12,2 34,1 2,4 100
26 1 8 4 2 41
63.4 2.4 19,8 9,7 4,9 100
15 16 10 41
36,6 39,0 24,4 100
22 19 41 responden yang
53,7 46,3 100 memutuskan
menggunakan kontrasepsi implant
Dari table 2 menunjukan dari 22 responden yang
memutuskan
mengatakan mutu pelayanan petugas kurang sebanyak 2 orang (9,1%),
menggunakan kontrasepsi implant
Dari
mayoritas
mutu
petugas dengan keputusan akseptor
pelayanan petugas baik sebanyak 13
menggunakan kontrasepsi implant
orang
yang
didapatkan nilai p value < 0,05 (p =
menggunakan
0,003) maka dapat disimpulkan ada
mengatakan
hubungan antara mutu pelayanan
mengatakan
(59,1%),
responden
memutuskan kontrasepsi mutu
implant
pelayanan
sebanyak
7
petugas orang
hubungan
mutu
pelayanan
cukup
petugas dengan keputusan akseptor
(31,8%),
menggunakan kontrasepsi implant di
Desa Sumber Rejo Kecamatan Pagar Marbau Kabupaten Deli Serdang. Table
No
1 2 3
Hasil
penelitian
yang
dilakukan Zuhriyah, (2012) dengan
judul Revitalisasi Peran Petugas 2 Hubungan Mutu Pelayanan Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kesehatan Dengan (PLKB) Dalam Meningkatkan Keputusan Akseptor Menggunakan Alat Peserta Kelurga Berencana (KB) Kontrasepsi Implan Di bahwa ada hubungan yang signifikan Desa Sumber Rejo Kecamatan Pagar Marbau antara peran tenaga kesehatan dalam Kabupaten Deli Serdang memberikan Pelayanan KB dengan Mutu Keputusan Akseptor Jumlah Ya Tidak P value penggunaan alat kontrasepsi. f % f % f % bahwa salah satu Kurang 2 9,1 8 Dijelaskan 42,1 10 24,4 Cukup 7 31,8 9 penyebab 69,2 mengapa 16 PUS 39 tidak mau Baik 13 59,1 2 menggunakan 10,5 15 kontrasepsi 36,6 0,003 alat adalah 22
Total
49,3
19 belum53,6dilaksanakan 41 100 pelayanan Pelayanan
PEMBAHASAN
oleh pemberi pelayanan
KB. Pelayanan
Responden yang mendapat
perlu dilakukan
karena dapat membantu para calon
layanan bermutu baik maupun tidak
peserta
baik
tentang berbagai cara kontrasepsi
mayoritas merasa puas atas
memperoleh
layanan yang diberikan. Padahal,
yang
salah
layanan
kepuasan atas pilihannya. Meskipun
ditinjau dari penyedia layanan bahwa
pelayanan KB telah diberikan, tetapi
pelayanan
keputusan
satu
pengertian
yang
bermutu
adalah
kemudian
gambaran
menghasilkan
penggunaan
alat
pelayanan yang memenuhi standar
kontrasepsi tergantung pada akseptor
(BKKBN,
KB.
2000
dalam
Wijono,
Petugas
hanya
membantu
2012). Apalagi dalam Pelayanan ,
menentukan pilihan yang tepat dan
faktor utama yang mempengaruhi
sesuai
adalah
penyampaian
Indrawati (2003), ada tiga tahap
dengan
jelas,
tepat,
(Uripni, dkk, 2003).
informasi dan
benar
bagi
mereka.
Menurut
dalam memberikan Pelayanan yaitu
membina
hubungan
KB baik
dengan ibu dengan cara menciptakan
kontak serta pengumpulan data klien
keeratannya
rendah.
Sesuai
untuk mencari tahu penyebabnya,
pengamatan
peneliti,
tenaga
pengambilan
kesehatan
keputusan
dan
sudah
berusaha
pelayanan KB dan penyimpulan dari
memberikan pelayanan KB kepada
seluruh aspek kegiatan Pelayanan
akseptor,
KB dan merupakan tahap penutupan
kendala
serta
Pelayanan KB yaitu pemahaman
tindak
Menurut
lanjut
Bertrand
pertemuan. (1980)
namun
ada
dalam
beberapa
memberikan
yang
masyarakat terhadap pelayanan KB
dikutip Bria (2013) faktor-faktor
terbatas pada tindakan pemberian
yang
atau pemasangan KB. Peran tenaga
mempengaruhi
penggunaan
kontrasepsi adalah sebagai berikut:
kesehatan dalam Pelayanan
Faktor
adalah
hanya bersifat teknis tanpa memberi
keluarga,
pemahaman yang lebih rinci kepada
sosio-demografi
pendidikan,
pendapatan
status pekerjaan, jenis rumah dan
pasien.
status gizi. Indikator lain adalah
menunjukkan bahwa peran tenaga
umur, suku dan agama. Faktor sosio-
kesehatan tidak bersifat
psikologi adalah ukuran keluarga
untuk memberi pemahaman yang
ideal, pentingnya nilai anak laki-laki,
baik kepada masyarakat. Hubungan
sikap terhadap keluarga berencana,
yang rendah ini tidak semestinya
komunikasi suami-istri dan persepsi
dibebankan
terhadap kematian anak. Faktor yang
kepada petugas medis, namun perlu
berhubungan
dilihat
dengan
pelayanan
Pelayanan
teknis
KB
secara
faktor
ini
proaktif
sepenuhnya
lain
yang
kesehatan antara lain pengetahuan
mempengaruhi hubungan tersebut.
tentang sumber kontrasepsi, jarak ke
Berdasarkan data demografi yang
pusat pelayanan dan keterlibatan
ada
dengan media massa.
Kecamatan Pagar Marbau Kabupaten
Pada penelitian ini terdapat hubungan kesehatan
antara dalam
peran
petugas
memberikan
di di
Desa
Sumber
Rejo
Deli Serdang memiliki keterbatasanketerbatasan
tertentu.
Tingkat
pendidikan responden yang masih
Pelayanan KB dengan penggunaan
rendah
yakni
sebagian
besar
alat kontrasepsi signifikan namun
memiliki ijazah Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) menjadi
alasannya
salah satu kendala yang dihadapi
menggunakan alat kontrasepsi bukan
oleh petugas medis untuk memberi
karena tidak ada pelayanan
pemahaman yang lebih utuh.
tenaga
Faktor
usia
dalam
mereka
kesehatan
tidak
tetapi
dari karena
data
mereka masih ingin mempunyai anak
demografi Desa Sumber Rejo di
(anak baru 2 orang), umur mereka
mana mayoritas responden termasuk
masih memungkinkan untuk punya
dalam kelompok usia ≥ 36 tahun
anak dan juga pendidikan tinggi.
(58,5%)
bahwa
Peran tenaga kesehatan yang kurang
KB
optimal disertai dengan pemahaman
mengindikasi
kebutuhan akan Pelayanan
menjadi sangat berarti mengingat
akseptor
pada umumnya wanita yang sudah
kurang
memasuki usia 36 tahun memiliki
penggunaan variasi kontrasepsi.
risiko kehamilan yang lebih besar. Faktor lain
yang
mempengaruhi
tentang kontrasepsi yang maka
bagi penduduk miskin (BKKBN, 2005)
kesehatan
pelayanan
memberikan
disebutkan KB
Pelayanan KB dengan penggunaan
prinsip‐prinsip
alat
bermutu
kontrasepsi
menjadi
rendah
menurunkan
Pelaksanaan pelayanan KB
keeratan hubungan peran tenaga dalam
akan
bahwa harus
bentuk menjaga
pelayanan
yang
agar tercapai kepuasan
antara lain pengetahuan akseptor
pada
tentang kontrasepsi yang kurang,
dampak demografis yang optimal.
jarak ke puskesmas jauh, transportasi
Prinspi‐prinsip tersebut antara lain
tidak lancar, sudah mengetahui KB
mencakup: (a) tercapaianya tujuan
dari sesama akseptor
yang sudah
informed choice; (b) tersedianya alat
menggunakan alat kontrasepsi dan
dan obat di tempat pelayanan sesuai
adanya media elektronik (televisi)
prinsip
sehingga responden merasa tidak
secara rasional; (c) petugas yang
perlu berkonsultasi lagi tentang KB
mempunyai kompetensi medis dan
di
kemampuan
tenaga
kesehatan,
sedangkan
akseptor
dan
kafetaria
memberikan
dan
konseling
pemberian
cukup
akseptor yang tidak menggunakan
memadai; (d) tempat dan konstelasi
kontrasepsi
pelayanan yang memenuhi kriteria
implant
memberikan
pelayanan bermutu; (e) tindakan
merupakan
rujukan
mempengaruhi mutu Pelayanan KB
bisa
dilakukan
apabila
faktor
yang
terjadi efek samping, komplikasi,
selain
dan
penggunaan
prasarana dan sarana penunjang, alat
menjamin
dan obat kontrasepsi, ketersediaan
tindakan follow up yang diperlukan
pedoman pelayanan dan upaya untuk
dapat dilakukan di tempat yang sama
menjaga mutu (Depkes, 2014).
kegagalan
kontrasepsi;
dan
(f)
faktor-faktor
sangat
lain
seperti
atau di tempat rujukan. Pelayanan
KB
yang
bermutu
berdampak pada kepuasan pada klien
SIMPULAN 1.
Dari 41
responden mayoritas
yang dilayani dan terpenuhinya tata
mengatakan
cara penyelenggaraan Pelayanan KB
petugas cukup Baik sebanyak 16
sesuai dengan kode etik dan standar
orang (39 %).
pelayanan yang telah ditetapkan. Ditinjau
dari
pelayanan, bermutu komplikasi,
sudut
Pelayanan adalah
2.
standar KB
bila
yang
mutu
layanan
Dari 41 responden Keputusan menggunakan
kontrasepsi
implant
22
sebanyak
orang
tingkat
(53,7%), dan responden yang
ketidakberlangsungan
tidak menggunakan kontraspsi
dan kegagalan rendah atau berada
implant
dalam batas toleransi. Data rutin
(46,3%).
Program Kesehatan Ibu dan Anak
3.
sebanyak
19
orang
Dari uji chi square dengan nilai
tahun 2013 menunjukkan bahwa
probabilitas (p)
tingkat
komplikasi,
nyata α < 0,05 didapatkan hasil
ketidakberlangsungan dan kegagalan
dinyatakan bahwa P value =
kontrasepsi
0,003 maka dapat disimpulkan
berada
dalam
batas
toleransi, yaitu berturut-turut untuk
ada
ketiganya adalah 2,24%, 2,61%, dan
pelayanan
0,06%. Walaupun demikian mutu
keputusan
Pelayanan KB masih perlu terus
menggunakan
ditingkatkan.
implant di Desa Sumber Rejo
Kompetensi
tenaga
yang memberikan Pelayanan KB
hubungan
dengan taraf
antara
petugas
mutu dengan
akseptor kontrasepsi
Kecamatan
Pagar
Marbau
Kabupaten Deli Serdang. SARAN Bagi pimpinan puskesmas
Desiminasi
Peningkatan
Kualitas
dan
Akses
Pelayanan
KB
melalui
Pendekatan Manajemen dan
agar dapat meningkatkan motivasi
Teknis Teruji), Medan.
tenaga kesehatan untuk melakukan
_______, 2005. Kebijakan Program
konseling KB dan juga mengirim
Pokok dan Kegiatan Bidang
tenaga kesehatan untuk mengikuti
Pelayanan
pelatihan
Bagi
Berencana
petugas Kesehatan diharapkan tenaga
Reproduksi
kesehatan
Jakarta.
konseling
lebih
KB.
memaksimalkan
perannya sebagai konselor KB dalam memberikan
konseling.
Keluarga dan
Kesehatan 2005-2009,
Dinkes Deli Serdang, 2013. Profil
Dalam
Kesehatan Kabupaten Deli
memberikan Pelayanan, diharapkan
Serdang Tahun 2012, Lubuk
tenaga
Pakam.
kesehatan
pasangan
melibatkan
akseptor
dalam
Undang-Undang RI, 2009. Undang-
memutuskan jenis kontrasepsi yang
Undang RI No. 52 tentang
akan digunakan agar mendapatkan
Perkembangan
dukungan
dari
Bagi
Kependudukan
dan
akseptor
diharapkan lebih aktif
Pembangunan
Keluarga,
mengunjungi berkonsultasi
pasangan.
puskesmas dengan
untuk
diakses
4
Oktober
2014;
petugas
http://www.depdagri.go.id/me
kesehatan tentang KB agar dapat
dia/.../s/.../sosialisasi_uu_52_t
memilih jenis alat kontrasepsi yang
ahun_2009.ppt
sesuai dengan keadaan akseptor
DAFTAR PUSTAKA BKKBN, 2005. Kebijakan Program Keluarga
Berencana
Nasional
(Lokakarya