INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
INVENTARISASI JENIS - JENIS POHON BERMANFAAT GANDA UNGGULAN LOKAL (Multi Purpose Tree Species) BERDASARKAN KONDISI EKOLOGISNYA DALAM RANGKA UPAYA REHABILITASI LAHAN KRITIS DI KABUPATEN BANJAR Oleh/By SUYANTO1, HAFIZIANOR2, YUSANTO NUGROHO2) Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru 2) Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru
1)
ABSTRACT The Multi Purpose Tree species (MPTS) is exceeding really in some cases compared to other wood trees with the single benefit both of endemic or exotic species looked into from various aspect, which are economic, technical, ecological, and social aspect. The exceeding of MPTS are coming from original habitat, have been tested and able to adapt environmentally, valuable preserve the biodiversities, and high economic valuable and also taken a fancy to by society. Type MPTS more prospective for succeeding in rehabilitation activity of critical land. This research aim to register potency of MPTS pre-eminent locally. The method used is interview to key respondent especially direct farmer and measurement plot by purposive sampling. This Research is conducted in Banjar Regency, Province of South Kalimantan. Based on this research, there are 3 sub district owning local pre-eminent type MPTS potency and altogether located in the dry land, that is sub district Pengaron, Karang Intan and Aranio. There is 22 type which have potency as MPTS local pre-eminent type in Banjar regency, where from data analysis indicate that there are 10 type owning highest pre-eminent score, that is : Durian, Local Rubber, Pre-Eminent Rubber, Cempedak, Lansat, Petai, Sugar palm, Mango, Chicoo, and Kasturi Keyword : Multi Purpose Tree species ________________________ Penulis untuk korespondensi : Tel.+628195209680, e-Mail:
[email protected]
PENDAHULUAN
Luas lahan kritis dan sangat kritis di Kalimantan Selatan yang perlu direhabilitasi saat ini telah mencapai ± 3.737.753 ha yang meliputi 527.075 ha di dalam kawasan hutan dan 3.108.247 ha di luar kawasan hutan dan luas tersebut cenderung meningkat setiap tahunnya yang diakibatkan oleh penebangan liar, pertambangan, pertanian, perladangan, dan kebakaran. Kabupaten Banjar salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan
memiliki hutan seluas 276.346 ha terdiri dari kawasan lindung seluas 173.537 ha dan kawasan hutan produksi seluas 102.809 ha, dimana luas lahan kritis mencapai 150.000 ha (Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar, 2006). Dengan luas lahan kritis yang sedemikian besar atau 54,28% dari luas kawasan hutan yang ada maka kegiatan rehabilitasi hutan menjadi sesuatu yang urgen dilakukan. Rehabilitasi lahan kritis yang pernah
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
110
INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
dilakukan selama ini umumnya menggunakan jenis – jenis cepat tumbuh, berasal dari luar (jenis eksotis) dengan menerapkan perencanaan yang bersifat top-down dan kurang melibatkan masyarakat. Jenis-jenis pohon unggulan setempat dari jenis pohon bermanfaat ganda sejauh pengetahuan penulis belum dijadikan sebagai jenis-jenis pohon yang ditawarkan dalam program rehabilitasi lahan kritis Jenis - jenis pohon bermanfaat ganda unggulan lokal tersebut lebih unggul dalam beberapa hal dibanding jenis kayu-kayuan dengan manfaat tunggal baik jenis indemik maupun eksotis. Keunggulan tersebut antara lain berasal dari habitat aslinya, telah
teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, bernilai melestarikan keanekaragaman hayati, dan secara finansial bernilai ekonomis yang tinggi serta disukai oleh masyarakat. Sehingga jenis-jenis pohon ini akan lebih prospektif memberikan peluang bagi keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis jika ditawarkan sebagai jenis-jenis pohon yang digunakan untuk rehabilitasi. Untuk itulah perlu dilakukan kegiatan inventarisasi kekayaan jenis-jenis pohon bermanfaat ganda (Jenis-Jenis MPTS / Multi Purpose Tree species ) unggulan lokal yang khas terdapat di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
METODE PENELITIAN
Bahan atau obyek dalam penelitian ini adalah vegetasi jenisjenis pohon bermanfaat ganda unggulan lokal yang terdapat pada kawasan hutan produksi, kawasan lindung, dan kawasan budidaya. Dikompilasi dengan informasi yang dikumpulkan dari para responden yang berkompeten atau yang menangani langsung baik sebagai petani selaku produsen, ketua kelompok tani hutan, kepala desa, pedagang, dan petugas dari instansi terkait seperti Dinas Kehutanan, Perusahaan Kehutanan dan Balai Konservasi. Kegiatan pada tahun pertama ini difokuskan pada kegiatan inventarisasi jenis - jenis bermanfaat ganda unggulan lokal (jenis-jenis MPTS unggulan lokal) dipandang dari berbagai aspek antara lain aspek : ekonomi, teknis, ekologis, dan sosial. Dengan tahapan sebagai berikut: Pertama, memilih secara purposif responden kunci dari petani langsung yang memiliki tanaman. Kedua. melaksanakan wawancara kepada
responden terpilih dan memasukkan data pada lembar kuesioner untuk mengetahui jenis-jenis pohon bermanfaat ganda unggulan lokal secara kualitatif sebagai informasi awal. Ketiga, melihat langsung di lapangan jenis-jenis MPTS unggulan lokal sebagai contoh secara purposif sampling berdasarkan informasi dari responden, kemudian diukur diameter dan lebar tajuknya. Keempat, menghitung taksiran produktivitas jenis-jenis MPTS unggulan lokal per individu pohon, kemudian dikonversi ke produktivitas perhektarnya. Jenisjenis bermanfaat ganda (Multi Purpose) yang dimaksud adalah dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek produksi (kayu, getah, buah, kulit, atau zat ekstrak seperti Nira pada pohon Aren), aspek teknis, aspek ekologis, dan aspek sosial sesuai dengan daftar isian pada tally sheet. Kelima, membuat dokumentasi kenampakan fisik / fenotip (performance) jenis-jenis lokal MPTS. Analisis data inventarisasi jenis-jenis MPTS unggulan lokal
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
111
INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
bukan hanya ditentukan berdasarkan data kualitatif hasil wawancara dengan responden, tetapi juga dianalisis secara kuantitatif berdasarkan nilai komulatif dari sekoring beberapa aspek, yaitu aspek produksi (50%), aspek tenis (30%), aspek ekologis (10%), dan aspek sosial (10%). Jadi merupakan kompilasi dari hasil wawancara dengan responden dan juga dengan observasi dan pengukuran di lapangan. Analisis kuantitatif dilakukan pada jenis-jenis MPTS unggulan lokal yang sudah dikenal masyarakat berdasarkan beberapa
kriteria manfaat kemudian membuat ranking nilai skor dari seluruh jenisjenis MPTS unggulan lokal yang dibuat dari skor terbesar hingga skor terkecil. Produktivitas per hektar selama 1 tahun, baik untuk tanaman yang berproduksi sepanjang tahun maupun yang musiman dan dinilai dalam bentuk rupiah. Dengan ketentuan bahwa harga berlaku pada saat yang sama dan ditempat produksi. Besarnya produktivitas suatu jenis dengan pendekatan matematis sbb:
P = Pp x Jp x H Dimana : P = Produktivitas (Rp/Ha/Thn) Pp = Produksi per pohon per tahun Jp = Jumlah pohon per hektar H = Harga per satuan produksi (Rp) Menghitung Jumlah pohon per hektar Jumlah pohon perhektar =
Luas 1 hektar Jarak tan aman
Jarak tanam bisa didekati dengan lebar tajuk maksimum. Skoring setiap jenis MPTS unggulan lokal dengan pendekatan rumus sebagai berikut : Nilai skor = (aspek produksi x 50%) + (aspek teknis x 30%) + (aspek ekologis x 10%) + (aspek sosial x 10%). HASIL DAN PEMBAHASAN
Sentra Lokasi Jenis-Jenis Unggulan Berdasarkan telaahan terhadap citra landsat TM 2005, peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) digital dan peta administrasi Kabupaten Banjar, maka secara spasial terlihat penyebaran kecamatan maupun desa – desa dari daerah hulu hingga daerah hilir. Jenis-jenis Multi Purpose Tree Species (MPTS) unggulan lokal umumnya terdapat pada lahan kering, yang mana lahan kering tersebut pada peta ditunjukkan dengan jelas
oleh karakteristik garis-garis kontur/ ketinggian tempat. Hasil telaahan tersebut menghasilkan informasi sementara bahwa terdapat 6 kecamatan di lahan kering dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Banjar. Kecamatan di lahan kering tersebut merupakan daeyang yang memiliki potensi jenisjenis unggulan, yaitu kecamatan : Paramasan, Simpang Empat, Sungai Pinang, Pengaron, Karang Intan, dan
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
112
INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
Aranio. Sedangkan kecamatan yang berada di lahan basah adalah kecamatan : Kertak Hanyar, Astambul, Martapura, Sungai Tabuk, Gambut dan Aluh-Aluh, yang mana sebagian besar merupakan daerah pertanian lahan basah terutama sawah. Informasi tersebut sangat berarti sebagai petunjuk awal keberadaan jenis-jenis MPTS dan harus dibuktikan ke seluruh wilayah kabupaten Banjar. Penelaahan dengan cara demikian merupakan teknik analisis spasial menggunakan sisitem informasi geografis, dimana pelaksanaannya menjadi lebih efisien. Hasil verifikasi di lapangan ternyata bahwa jenis-jenis unggulan lokal memang berasal dari lahan kering, sedangkan dilahan basah umumnya merupakan lahan pertanian terutama sawah disamping juga ada lahan rawa yang ditumbuhi pohon Galam, mangrove dan tumbuhan air payau lainnya. Namun demikian tidak semua kecamatan di lahan kering merupakan sentra produksi jenis-jenis MPTS. Dari 6 kecamatan di lahan kering ternyata hanya ada 3 kecamatan yang menjadi sentra jenisjenis unggulan, yaitu kecamatan Pengaron, Karangintan, dan Aranio. Kedepan untuk kecamatan Peramasan, Sungaipinang dan Aranio merupakan kecamatan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sentra penghasil jenis-jenis unggulan, sedangkan kecamatan Martapura kurang berpotensi karena
merupakan pusat ibukota kabupaten, dimana lahan yang kosong banyak digunakan untuk pemukiman dan fasilitas umum, dan umumnya mereka bermata pencaharian bukan petani. Kecamatan Peramasan dan Sungaipinang saat ini belum menghasilkan jenis-jenis unggulan, karena kecamatan Peramasan merupakan kecamatan yang relatif masih baru sebagai hasil pemekaran wilayah kecamatan Sungaipinang sejak tahun 2005 dan sekaligus merupakan areal bekas kawasan hutan produksi, penduduknya sebagian kecil mengandalkan tambang emas tradisional. Sedangkan untuk kecamatan Sungaipinang selain merupakan areal bekas kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI), juga masyarakatnya sementara ini banyak mengandalkan tambang batubara. Berdasarkan informasi dari masyarakat ternyata dari 2 kecamatan (Pengaron dan Karangintan) tersebut juga tidak semua desa merupakan sentra produksi jenis-jenis unggulan. Umumnya desa-desa yang menjadi sentra produksi jenis-jenis unggulan adalah desa-desa yang telah lama ada, penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan berhasil membangun tanaman campuran dari jenis-jenis MPTS unggulan lokal dengan pola campuran (agroforestry pattern). Desa-desa yang dimaksud seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Desa Sebagai Sentra Penghasil jenis-jenis MPTS Unggulan di Kabupaten Banjar No. Kecamatan Desa 1. Pengaron Kertak Empat, Atiin, Maniapun, Mangkaok 2. Karang Intan Padang Panjang, Sungaiasam, Balau, Biih. 3. Aranio Rantaubalai dan Belangian Jenis-jenis unggulan MPTS kini telah menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat dan nampaknya lebih eksis daripada jenisjenis eksotik yang hanya semata-mata
Jumlah Desa 4 4 2
untuk tujuan menghasilkan kayu, sehingga tidak heran jika jenis unggulan MPTS lebih disukai masyarakat. Hal ini karena jenis tersebut mempunyai fungsi ganda
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
113
INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
(multi purpose) Sejak memasuki umur produktif, selain hasil hutan non kayu berupa buah-buahan, getah, nira, sabut dan sebagainya, setelah dewasa dan tidak produktif lagi pohonnya dapat ditebang dan dimanfaatkan kayunya untuk dijual. Berbeda halnya dengan jenisjenis eksotik, yang umumnya bersifat cepat tumbuh, berumur pendek, dan hasil yang diharapkan umumnya semata-mata berupa kayu. Kalau hanya mengejar penutupan lahan menjadi cepat hijau, tidaklah salah memilih jenis tersebut, karena jenis eksotik tersebut umumnya tidak terlalu membutuhkan persyaratan tumbuh yang rumit. Jenis-jenis eksotik adalah jenis yang tidak menyentuh kepentingan masyarakat secara langsung terhadap pemenuhan kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sebagai contoh hutan tanaman dari jenis-jenis eksotik di sekitar perkampungan banyak yang ditebang dan dibakar untuk diubah menjadi lahan pertanian, mereka seolah tidak menyadari bahwa untuk menjadikan tanaman tersebut tumbuh dewasa telah menghabiskan dana pemerintah milyaran rupiah. Jenis-Jenis MPTS Unggulan Lokal Setelah ada informasi mengenai sentra-sentra lokasi jenisjenis MPTS seperti Tabel 1 tersebut, maka dilakukan pendataan jumlah pemilik kebun jenis-jenis MPTS berdasarkan informasi dari kepala desa setempat. Kemudian memilih responden secara purposif, responden kunci dalam hal ini adalah petani langsung yang memiliki kebun MPTS yang sudah berproduksi.
Jumlah responden tergantung keterwakilan desa dan jenis tanaman yang diusahakannya, minimal diambil dari petani pemilik kebun dari setiap desa yang telah berhasil membangun kebun tanaman MPTS, hal ini karena lokasi mempengaruhi harga jual ditempat. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan menunjukkan bahwa terdapat 22 jenis pohon yang potensial sebagai jenis unggulan lokal, yaitu : Cempedak, karet lokal, karet unggul, lansat, durian, petai, aren kasturi, sawo, manggis, selat, roko, duku, mangga, nangka, jengkol, ketapi, ramania, kemiri, kelapa, rambutan, mlinjo. Untuk memperkirakan jumlah batang perhektarnya, cara yang lazim dilakukan dalam bidang kehutanan adalah dengan membagi luas 1 Ha dengan jarak tanam. Karena pohon unggulan umumnya merupakan tanaman campuran, maka jarak tanamnya tidak beraturan. Untuk meperkirakan jumlah batang per hektarnya, maka dilakukan pendekatan dengan mengukur lebar tajuk maksimum, seandainya jenis tersebut ditanam monokultur. Jika suatu jenis hidupnya memerlukan kombinasi jenis yang lain seperti jenis Lansat, maka cara taksiran ini tidak berlaku. Berdasarkan produksi dari masing-masing individu pohon, maka dapat dihitung konversi produktivitas perhektarnya dalam setahun (produksi/ha/tahun). Jika diketahui harga ditempat untuk setiap satuan produksinya, maka produksivitas dapat ditampilkan dalam nilai rupiah (Rp/ha/tahun) dan rata-ratanya seperti Tabel 2.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
114
INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
Tabel 2. Produktivitas Setiap Jenis MPTS Unggulan Lokal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jenis Cempedak Karet lokal Lansat Durian Petai Aren Kasturi Sawo Karet Unggul Manggis Selat Roko Duku Mangga Nangka Jengkol Ketapi Rahmania Miri Kelapa Rambutan Melinjo
Nama Latin Artocarpus Champeden Havea braziliensis Lansium domesticum Durio zibethinus Parkia speciosa Arenga pinnata Mangifera casturi Accras sapota Havea braziliensis Tetramerista globra Lansium domestikum Lansium domestikum Lansium domestikum Mangifera indica Artocarpus heterophyllus Pithecellobium jiringa Sandoricum koetjape Bouea macrophylla Aleurites molucana Cocos nucifera Nepheium lappaccium Gnetum gnemon
Produksi (Rp/Ha/Th) 24.296.875,30.577.500,27.944.286,33.750.000,14.625.000,13.005.000,10.050.000,9.700.000,29.700.000,8.500.000,8.500.000,7.000.000,8.000.000,11.700.000,3.900.000,6.800.000,500.000,1.000.000,7.500.000,2.000.000,1.560.000,1.000.000,-
Berdasarkan Tabel 2 ternyata produktivitas tertinggi adalah durian, kemudian disusul karet lokal, karet unggul, cempedak dan lansat. Kelima jenis ini menjadi primadona tanaman hutan rakyat, selain karena hasilnya sangat laku dipasaran, juga hidupnya jenis tersebut tidak terlalu membutuhkan persyaratan tumbuh yang rumit. Dari kelima jenis yang produktivitasnya tertinggi tersebut, jenis karet di daerah penelitian khususnya dan di Kalimantan pada umumnya memang menjadi jenis yang istimewa, karena pada saat krisis ekonomi dengan ditandai nilai rupiah melemah atau nilai dolar menguat, justru petani karet malah menjadi jaya, karena harga karet menjadi naik. Meskipun diakui bahwa produksi getah untuk karet unggul lebih banyak daripada karet lokal, namun dilihat perhektarnya ternyata karet lokal malah lebih banyak. Hal ini karena karet lokal ditanam umumnya tidak beraturan jaraknya dan cenderung lebih rapat (1x1m atau 1x2 m), sedangkan karet unggul ditanam dengan jarak setandar 3x5 m Analisis Nilai Keunggulan Jenis Jenis-jenis bermanfaat ganda (Multi Purpose) adalah jenis-jenis yang dapat diambil manfaatnya bagi manusia, baik berupa hasil kayu maupun non kayu. Selain hasil non kayu seperti : getah, buah, kulit, atau zat ekstrak contohnya Nira pada pohon Aren, tetapi juga setelah jenis tersebut mencapai tua dan hasil non kayunya sudah berkurang atau terhenti, maka pohonnya dapat ditebang untuk diambil manfaat kayunya yang memang laku di pasaran. Dalam analisis penentuan jenis unggul, aspek yang menjadi pertimbangan tidak hanya berdasarkan produktivitasnya, tetapi juga harus dilihat dari aspek aspek lain yang meliputi aspek teknis, ekologis dan sosial. Aspek produktivitas
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
115
INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
karena merupakan aspek terpenting, dimana makin tinggi produktivitasnya jenis tersebut semakin unggul, sehingga produktivitas diberi bobot 50%. Aspek teknis yang merupakan derajat kemudahan untuk dilakukan pembudidayaan diberi bobot 30%, sedangkan aspek ekologis dan aspek sosial masing-masing 10%. Berdasarkan pertimbangan keempat aspek tersebut, maka dapat disusun urutan (ranking) keunggulan jenis, yaitu dimulai dari jenis yang memiliki skor tertinggi adalah jenis yang paling unggul. Hasil ranking secara ringkas disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 tersebut ternyata bahwa jenis durian merupakan jenis yang paling unngul diantara 22 jenis yang dianalisis dengan skor 94,44%. Jenis ini hasil utamanya buah yang banyak disukai masyarakat karena rasanya yang manis dan aromanya yang menarik. Pohon ini termasuk pohon raksasa dan kayunya termasuk klas kayu awet IV dan klas kuat II, sehingga cocok untuk tujuan kayu pertukangan Jenis kayu durian merupakan salah satu pengganti kelangkaan kayu yang berasal dari hutan alam Program rehabilitasi lahan-lahan kritis yang telah berlangsung selama ini, namun program ini sering mengalami kegagalan, salah satu penyebabnya diduga karena kurang mendapat dukungan masyarakat. Apalagi program rehabilitasi untuk kawasan hutan rakyat dukungan masyarakat mutlak diperlukan, sedikitnya dalam meilih jenis hendaklah memperhatikan aspirasi masyarakat. Dari 22 jenis unggulan yang dianalisis semua merupakan jenis asli kalimantan, yang memang telah teruji secara ekologis. Jenis tersebut mampu tumbuh dan berkembang biak meskipun tanah kalimantan termasuk tanah marginal yang pada umumnya memiliki pH tanah masam – hingga sangat masam, dan Kapasitas tukar Kation (KTK) maupun kandungan haranya juga rendah. Penggunaan jenis lokal untuk rehabilitasi lahan-lahan kritis kabupaten Banjar tidak perlu diragukan lagi keberhasilannya. Bahkan menurut Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial /RLPS), diwajibkan penanaman menggunakan jenis-jenis MPTS untuk kawasan lindung dan hutan lindung, sedangkan untuk kawasan hutan produksi diwajibkan menggunakan kelompok jenis kayu-kayuan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya studi tentang inventarisasi jenis-jenis unggulan lokal bermanfaat ganda (jenis MPTS). Namun sayangnya teknik silvikultur jenisjenis unggulan tersebut belum banyak diketahui, sehingga dalam pengembangan jenis tersebut banyak mengalami kendala di daerah ini.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
116
INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
Tabel 3. Rekapitulasi Ranking Jenis unggulan lokal Kabupaten Banjar No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jenis Durian karet lokal Karet Unggul Cempedak lansat petai aren Mangga sawo kasturi Miri Nangka Manggis Rambutan Jengkol Selat Duku Roko Melinjo Kelapa Rahmania Ketapi
Total Skor (%) 94.44 92.24 90.94 81.55 80.29 69.44 64.27 62.33 60.48 59.89 58.06 53.83 52.87 49.53 51.74 51.48 50.74 49.26 44.81 44.35 42.31 39.63
Ranking (unggulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penting sebagai berikut : (1) ada 3 kecamatan yang berpotensi jenis-jenis MPTS unggulan lokal dan semuanya berada di lahan kering, yaitu kecamatan Pengaron, Karang intan dan Aranio; (2) terdapat 22 jenis berpotensi sebagai jenis MPTS unngulan lokal di
kabupaten Banjar, dan (3) hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis yang memiliki skor unggulan tertinggi, 8 diantaranya adalah penghasil buah – buahan. Kesepuluh jenis tersebut adalah: Durian, Karet Lokal, Karet Unggul, Cempedak, Lansat, Petai, Aren, Mangga, Sawo, Kasturi.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
yang telah memberikan dana untuk melaksanakan penelitian sesuai kontrak No. 09/SP2H/DP2M/III/2007 tanggal 29 Maret 2007.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
117
INVENTARISASI JENIS……(26):110-118
DAFTAR PUSTAKA Amas,K., S.R. Gadas dan Buharman.. 1996. Pengembangan Jenis andalan setempat yang unggul (AYU). Jurnal Silva Tropika No.01, Maret 1996. P.8-9.
Departemen Bogor. Pratiwi
Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar. 2006. Laporan Tahunan Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar, Martapura. Dir.
Binhutmas. 2003. Panduan pembuatan Rencana Teknis sosial Forestry, Departemen Kehutanan, jakarta.
Evans, J. 1982. Plantation Forest in the Tropics. Clrarendon Press, Oxford. PPT dan Agroklimat. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan.Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pertanian.
dan Masono. 1997. Pelestarian Jenis - Jenis Pohon Andalan Setempat. Prosiding Diskusi Hasil Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor, p. 20-21.
Panjaitan, S., D. Rachmanadi dan Rusmana. 2003. Penampilan Beberapa Jenis Tanaman Lokal di Lahan Rawa Gambut. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil - Hasil Penelitian. Balai Penelitian dan Pengambangan Hutan Tanaman Indonesia Bagian Timur, Banjarbaru. Menteri Kehutanan. 1995. SK. Menteri Kehutanan No. 70/Kpts-II/95. Tentang Pengaturan Tata Ruang Pembangunan HTI di Indonesia.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
118