INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI BOGOR
Oleh: ISMAYANTI SOLEHA G34102040
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ABSTRAK ISMAYANTI SOLEHA. Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Bogor. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN. Organisme ektoparasit yaitu organisme yang hidup di permukaan tubuh inangnya, menghisap darah atau memakan rambut, kulit, atau sekresi kulit. Ahli parasit reptilia menemukan tempat perkembangbiakan ektoparasit pada reptilia, namun informasi mengenai tungau ektoparasit pada anggota reptilia khususnya cicak di Indonesia belum ada. Penelitian ini merupakan penelitian pertama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak di wilayah Bogor. Cicak dikoleksi di wilayah Bogor Tengah dan Bogor Barat dengan menggunakan metode road sampling. Tungau ektoparasit diambil menggunakan sonde kemudian diawetkan dalam alkohol 70%. Pembuatan preparat tungau menggunakan metode sediaan utuh dan preparat tungau dijernihkan di laktofenol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tungau ektoparasit melekat di bagian kepala, ketiak, jari depan, dan belakang, pangkal paha, ekor badan dan telinga cicak Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, dan Hemidactylus garnotii. Tungau tersebut berwarna jingga tua ketika ditemukan di beberapa bagian tubuh cicak. Ciri dari tungau tersebut yaitu memiliki skutum dorsal tubuh dan banyak rambutrambut pendek di bagian dorsal tubuh.Tungau tersebut termasuk dalam Famili Pterygosomatidae, Genus Geckobia. Infestasi tungau tertinggi pada C. platyurus yaitu di bagian telinga (49 tungau), sedangkan pada H. frenatus (191 tungau) dan H. garnotii (10 tungau) adalah di jari belakang. Nilai tertinggi rataan infestasi tungau tiap cicak ada pada H. frenatus (18.2).
ABSTRACT ISMAYANTI SOLEHA. Inventarisation and Identification of Ectoparasites Mites in Gecko at Bogor. Surprised by TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN. Ectoparasites live on the surface of the body of their host, suck blood or feed upon hair, feathers, skin, or secretions of the skin. Parasitologist found many ectoparasites in reptil. However, there is no information about ectoparasites mites in geckos from Indonesia. This research was the first report of ectoparasites mites from Indonesia. The aims of this research were to invent and to identify the ectoparasites mites in geckos at Bogor. Geckos were collected in west and central Bogor by using road sampling method. Ectoparasites mites were collected with needle and fixed in 70% ethanol. Preparation mites with whole mount methode and clearing in lacthophenol. The results showed that ectoparasites mites infested gecko Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus and Hemidactylus garnotii in head, axilla, fore and hind finger, groin, tail, body, and ear. The hair and all body parts of the mites are orange when it is found at several parts of gecko body. It has dorsal scute and the dorsal region covered with numerous shorter hairs. The mites is include in Pterygosomatidae Family in the Genus Geckobia. The highest number mites were infested in C. platyurus at ear, while at hindfinger in H. frenatus and H. garnotii. The highest mean of infestation mites per geckos is it at H. frenatus (18.2).
INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI BOGOR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Oleh: Ismayanti Soleha G34102040
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul : Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Bogor Nama : Ismayanti Soleha NRP : G341012040
Menyetujui: Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dra. Taruni Sri Prawasti NIP 131284837
Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. NIP 131999583
Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP 131473999
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Juni 2006 ini ialah ektoparasit, dengan judul Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Bogor. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti dan Ibu Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. sebagai pembimbing, serta Ibu Nina Ratna Djuita, M.Si. yang telah banyak memberi masukan dan saran. Disamping itu panghargaan penulis sampaikan kepada Dr. Michel Bertrand yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan verifikasi contoh tungau hasil penelitian ini. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Bambang Suryobroto, Bapak Ahmad Farajallah, serta dosen dan pegawai di Laboratorium Zoologi; Ibu Tini sebagai laboran bagian mikroteknik Zoologi, beserta para pegawai lainnya; teman-teman di Biologi: Basuki, Erlangga, Aditya, Haris, Firmansyah, Dzulfikar, Bintar, Apriani, Apri, Nden Mba Kanthi, Mba Ati, Pak Krey, Kak Rulli, Kak Wete, Kak Berry; sahabat-sahabatku: Muji, Nur, dan Gucha; serta seluruh staf dan pegawai Departemen Biologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda, Ibunda, Dedi, Nana, Kiki, Lia, Om Hendra serta seluruh keluarga atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor , Agustus 2006 Ismayanti Soleha
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Mei 1984 dari ayah R. Tatang Suryana dan Ibu Imas Suarsih. Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Biologi periode 2004-2005 sebagai ketua bidang Paguyuban Mahasiswa Biologi (PAMABI) dan anggota bidang Tanaman Hias Bio World. Pada tahun 2004 penulis melakukan studi lapangan di Taman Wisata Alam Situ Gunung Sukabumi, dengan judul Keragaman Herpetofauna di Taman Wisata Alam Situ Gunung Sukabumi Jawa Barat. Pada tahun 2005 penulis melakukan praktik lapangan di PT. Bio Farma (Persero) di Bandung, dengan judul Uji Pyrogen Untuk Sediaan Injeksi di PT. Bio Farma (Persero) Bandung. Pada tahun ajaran 2005/2006 penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar TPB dan Histologi Umum.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.................................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... viii PENDAHULUAN ................................................................................................................... Latar Belakang ................................................................................................................ Tujuan ............................................................................................................................. Waktu dan Tempat ..........................................................................................................
1 1 1 1
BAHAN DAN METODE ........................................................................................................ Alat dan Bahan ............................................................................................................... Metode ........................................................................................................................... Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit .................................................................... Inventarisasi Tungau Ektoparasit.............................................................................. Pembuatan Preparat Tungau .................................................................................... Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit................................................................
1 1 1 1 1 1 2
HASIL..................................................................................................................................... Identifikasi Cicak ............................................................................................................ Inventarisasi Tungau yang Menginfentasi Cicak ............................................................... Identifikasi Tungau Ektoparasit .......................................................................................
2 2 3 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... Taksonomi Tungau Geckobia .......................................................................................... Inang Tungau Geckobia ................................................................................................... Biogeografi Tungau Geckobia ......................................................................................... PenyebaranTungau Geckobia pada Inang ......................................................................... Tungau yang Tidak Dapat Diidentifikasi ..........................................................................
5 5 5 6 6 7
SIMPULAN ............................................................................................................................ 7 SARAN .................................................................................................................................. 7 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 7 LAMPIRAN ........................................................................................................................... 9
vi
DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) yang dikoleksi. .............................................................................................................................. 2 2 Jumlah cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) yang terinfestasi dan tidak ditemukan tungau .................................................................................. 3 3 Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) pada kepala (a), ketiak (b), jari depan (c), jari belakang (d), pangkal paha (e), ekor (f), badan (g), dan telinga (h) cicak. ........................................................ 3 4 Perbandingan ciri G. glebosum dan G. gleadoviana.............................................................. 6
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Spesies cicak yang ditangkap. a: C. platyurus; b: H. frenatus; c: H. garnotii ....................... 2 2 Jari cicak. a: Cosymbotus; b: Hemidactylus ......................................................................... 2 3 Tungau Geckobia. a: Bagian-bagian tubuh (tampak dorsal, skala=0.1 mm); b&c: gnathosoma; d: tungkai Iⅈ e: segmen tungkai IV; f: genital tanpa acetabula; g: seta; h: skutum dorsal tubuh. Perbesaran 10x10 (d,e,g,h); Perbesaran 10x40 (b&c); Perbesaran 10x 100 (f) ............................................................................................................................... 4 4 Tungau ektoparasit pada cicak. a, b, c: tungau Geckobia. d: spesimen A; e: spesimen B. a&d: inang C. platyurus; b&e: Inang H. frenatus; c: Inang H. garnotii. (skala= 0.1 mm). ........................................................................................................................................... 5
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta pengambilan contoh cicak di wilayah Bogor Tengah dan Bogor Barat.......................... 10 2 Kunci identifikasi genus dari Famili Gekkonidae (Boulenger 1912)..................................... 10 3 Kunci identifikasi spesies dari Famili Gekkonidae di wilayah Bogor (Saepudin 2004) ......... 11 4 Inventarisasi tungau pada cicak C. platyurus sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau ................................................................................................................... 11 5 Inventarisasi tungau pada cicak H. frenatus sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau .................................................................................................................. 12 6 Inventarisasi tungau pada cicak H. garnotii sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan Preparat tungau .................................................................................................................. 13 7 Kunci identifikasi Subordo Actinedida (Krantz 1978) ........................................................ 13 8 Kunci identifikasi Famili Pterygosomatidae (Krantz 1978) ................................................. 14 9 Kunci identifikasi Genus Geckobia (Lawrence 1935).......................................................... 15 10 Tungau G. glebosum (Bertrand et al. 1999)......................................................................... 15
viii ix
PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan tiap organisme dipengaruhi oleh kehidupan organisme lain, sehingga membentuk hubungan di antara keduanya. Menurut Goin dan Goin (1970), simbiosis adalah interaksi antara dua jenis organisme yang hidup bersama-sama. Simbiosis ini ada yang bersifat parasitisme, yaitu organisme yang satu diuntungkan sedangkan organisme lainnya dirugikan. Jika organisme parasit hidup pada permukaan inangnya, menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit, atau sekresi kulit, maka disebut sebagai ektoparasit (Chandler & Read 1961). Ahli parasit reptilia menemukan parasit di bagian internal dan eksternal hewan tersebut (Goin & Goin 1970). Namun informasi mengenai ektoparasit pada cicak masih sangat sedikit. Saepudin (2004) menyatakan bahwa di wilayah Bogor dan sekitarnya terdapat enam spesies cicak dan satu spesies tokek. Spesies cicak tersebut adalah Hemidactylus frenatus, Hemidactylus garnotii, Cosymbotus platyurus, Gehyra mutilata, Cyrtodactylus fumosus, dan Cyrtodactylus marmoratus, sedangkan spesies tokek adalah Gecko gecko. Menurut Walter dan Proctor (1999) parasit yang ditemukan pada reptil teresterial adalah tungau. Tungau termasuk ke dalam kelas Arachnida, Subkelas Acari (Krantz 1978). Ciri umum dari subkelas ini yaitu mulut terletak tersendiri pada gnathosoma bagian anterior, podosoma bergabung dengan opisthosoma untuk membentuk idiosoma (Krantz 1978). Salah satu genus dari tungau yaitu Geckobia dilaporkan sebagai ektoparasit pada cicak Hemidactylus di Asia Tenggara (Krantz 1978). Rivera et al. (2003) menyatakan hal yang serupa bahwa Geckobia hemidactyli merupakan tungau ektoparasit pada H. mabouia dari Puerto Rico, yang ditemukan di sekitar ekor, ketiak, dan leher cicak tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak di wilayah Bogor. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2006. Pengambilan contoh cicak dan tungau ektoparasit dilakukan di wilayah Bogor dan sekitarnya. Identifikasi cicak dan tungau dilakukan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, Fa-
kultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Objek penelitian ialah cicak dan tungau ektoparasitnya. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat tungau yaitu alkohol, KOH 2%, laktofenol (larutan yang terdiri atas: akuades, gliserin, asam laktat, dan kristal fenol), minyak cengkeh, silol, entelan, dan akuades. Peralatan yang digunakan untuk penangkapan cicak yaitu ketapel, senapan plastik, kayu, kertas minyak, tali, botol, dan alat tulis. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan preparat yaitu sonde, vial, pipet, kuas, kertas label, botol kaca, gelas objek, kaca penutup, kaca pembesar, mikroskop stereo, mikroskop cahaya, dan foto mikroskop. Metode Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit. Cicak ditangkap di daerah Bogor Tengah dan Bogor Barat dengan metode Road sampling (Ratti & Garton 1996). Cicak ditangkap menggunakan senapan plastik atau kayu, kemudian bagian tubuhnya diinjeksi dengan alkohol 70%. Selanjutnya cicak diberi label berdasarkan wilayah penangkapan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70% untuk diawetkan. Tungau ektoparasit yang melekat pada bagian tubuh cicak (di kepala, ketiak, jari depan dan belakang, pangkal paha, ekor, badan, dan telinga), diambil dengan menggunakan sonde dan disimpan dalam vial yang berisi alkohol 70%. Inventarisasi Tungau Ektoparasit. Tungau dihitung dan dipisahkan berdasarkan tempat penempelan pada tubuh cicak yaitu, di kepala, ketiak, jari depan dan belakang, pangkal paha, ekor, badan, dan telinga. Pembuatan Preparat Tungau. Tungau ektoparasit yang telah dikoleksi, dibuat preparat dengan menggunakan metode sediaan utuh. Tungau yang telah diawetkan dalam alkohol 70% selanjutnya direndam kembali dengan alkohol 50% dan 30% masing-masing selama satu menit. Kemudian tungau direndam dalam KOH 2% selama 30 menit untuk menipiskan lapisan kitin. Selanjutnya tungau dicuci dengan air dan didehidrasi dengan alkohol bertingkat berturut-turut 30, 50, 70, 95, dan 100% masing-masing sepuluh menit. Kemudian tungau dijernihkan dengan laktofenol selama 30 menit. Setelah itu tungau direndam dalam minyak cengkeh selama 15 menit untuk menjernihkan dan memberikan
2
ketegasan struktur tubuh tungau. Selanjutnya tungau direndam dalam silol selama 2x10 menit dan diletakkan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup dengan perekat entelan. Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit. Cicak diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Boulenger (1912) hingga tingkat genus dan kunci identifikasi Saepudin (2004) hingga tingkat spesies. Tungau diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Krantz (1978) hingga tingkat famili dan Lawrence (1935) hingga tingkat genus. Spesimen tungau diverifikasi oleh Dr. Michel Bertrand di Univ. Montpellier 3, Perancis.
HASIL Identifikasi Cicak. Sebanyak 121 ekor cicak berhasil dikoleksi yaitu di Bogor Tengah: Gunung Gede 39 ekor, Baranangsiang 8 ekor, Cilibende 3 ekor, Tegal Lega 5 ekor, Pasar Anyar 12 ekor, Pasar Bogor 22 ekor; Bogor Barat: Gunung Batu 16 ekor, Kampus Dramaga IPB 12 ekor, Babakan Raya 1 ekor, dan Babakan Tengah 3 ekor (Tabel 1, Lampiran 1). Berdasarkan koleksi tersebut diperoleh tiga spesies cicak yaitu C. platyurus (Gambar 1a) H. frenatus (Gambar 1b), dan H. garnotii (Gambar 1c) yang masing-masing berjumlah 89, 27, dan 5 ekor cicak. (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf) dan H. garnotii (Hg) yang dikoleksi. Jumlah Wilayah Total Cp Hf Hg Gn. Gede
22 15
2
39
Baranang Siang
6
2
0
8
Cilibende
0
3
0
3
Tegal Lega
4
1
0
5
Psr. Anyar
10
2
0
12
Psr. Bogor
22
0
0
22
Gn. Batu
14
1
1
16
Kampus Dramaga IPB
8
3
1
12
Babakan Raya
1
0
0
1
Babakan Tengah
2
0
1
3
89 27
5
121
Total
Gambar 1 Spesies cicak yang ditangkap. a: C. platyurus; b: H. frenatus; c: H. garnotii. Ketiga spesies tersebut termasuk ke dalam Kelas Reptilia, Ordo Squamata, Subordo Lacertilia, dan Famili Gekkonidae. Genus Cosymbotus dan Hemidactylus keduanya memiliki jari melebar, bercakar (Lampiran 2), bagian ventral jari dengan dua baris lamela berpasangan (Gambar 2a, b). Cicak C. platyurus memiliki lipatan kulit pada sisi tubuhnya mulai dari ketiak sampai dengan pangkal paha. Hal yang berbeda pada H. frenatus dan H. garnotii kedua cicak tersebut tidak memiliki lipatan kulit. Jika ada lipatan kulit pada sisi tubuhnya, maka bentuknya tidak jelas. Cicak H. frenatus memiliki jari tanpa selaput tapi kadang-kadang pada daerah proksimal antara jari ke-3 dan ke-4 terdapat sedikit selaput, ekor membulat, bagian dorsal ekor ditutupi dengan sisik kecil yang sangat halus dan enam sisik tuberkal. Jari H. garnotii tanpa selaput kecuali pada proksimal jari pertama, ekor pipih memanjang dengan sisi bergerigi (Lampiran 3).
lamela a
b
cakar tungau Gambar 2 Jari cicak. a: Cosymbotus; b: Hemidactylus (Perbesaran 10x).
3
Inventarisasi Tungau yang Menginfestasi Cicak. Tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii berwarna jingga tua pada saat ditemukan di beberapa bagian tubuh cicak. Tungau ditemukan di bagian kepala, ketiak, bagian ventral jari depan dan belakang, bagian ventral pangkal paha, ekor, badan, dan telinga. Sebanyak 56 cicak terinfestasi oleh tungau (Tabel 2 & 3). Cicak C. platyurus yang terinfestasi tungau sebanyak 29 ekor, pada cicak H. frenatus yang terinfestasi tungau sebanyak 23 ekor sedangkan pada cicak H. garnotii 3 ekor terinfestasi tungau (Tabel 2). Tabel 2 Jumlah cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) yang terinfestasi dan tidak ditemukan tungau. Jumlah Spesies
Total Cicak Terinfestasi
Tidak ditemukan tungau
Cp
89
29
60
Hf Hg
27 5
24 3
3 2
121
56
65
Total
Infestasi tungau terbanyak pada cicak C. platyurus ditemukan di telinga (49 tungau), sedangkan pada cicak H. frenatus (191 tungau) dan cicak H. garnotii (10 tungau) terdapat di jari belakang (Tabel 3). Nilai rataan tertinggi pada tungau yang menginfestasi tiap cicak terdapat pada cicak H. frenatus (18.2) (Tabel 3). Jumlah total tungau yang menginfestasi cicak adalah 535 tungau (Tabel 3). Setelah tahap pembuatan preparat, tungau yang dapat
diidentifikasi sebanyak 351 tungau (Lampiran 4,5,6). Pada cicak C. Platyurus terdapat 49 tungau yang dapat diidentifikasi, sedangkan pada cicak H. frenatus terdapat 285 tungau yang dapat diidentifikasi, dan pada cicak H. garnotii terdapat 17 tungau yang dapat diidentifikasi (Lampiran 4,5,6). Identifikasi Tungau Ektoparasit. Sebanyak 349 tungau memiliki ciri-ciri sebagai berikut: terbagi atas 3 tagmata yaitu gnathosoma, podosoma, dan opisthosoma (Gambar 3a); gnathosoma terlihat jelas dan palpi berkembang baik, kecil dengan 3-5 segmen, terdapat penonjolan dan bercakar; stigmata terlihat jelas dari koksa II sampai gnathosoma, ada pula yang terletak di pangkal koksa I (Gambar 3b), dasar kelisera bebas dan tidak bergabung, peritremes sering muncul pada bentuk stigmata (Gambar 3c); jumlah tungkai 4 pasang, koksa bergabung dengan dinding tubuh bagian ventral, memiliki cakar sejati pada beberapa akhir tungkai, ada penonjolan empodial yang berbentuk menjari (rayed) dengan rambut-rambut yang berfungsi untuk melekat pada inang (tenent hairs) (Gambar 3d); tungkai berseta normal dan tanpa seta spinosa internal, setiap tungkai terdiri atas delapan segmen (Gambar 3e); memiliki organ podocephalic canal; opisthosoma umumnya tidak menunjukkan segmentasi; genital tanpa acetabula (Gambar 3f); seta pada tubuh dewasa dan nimfa jumlahnya relatif sedikit, umumnya tersusun secara transversal (Gambar 5g), seta pendek-pendek dan memiliki skutum dorsal (Gambar 5h). Merupakan spesies yang sedikit mengalami sklerotisasi; berwarna jingga tua semasa hidupnya; dimorfisme seksual sering tidak jelas. Berdasarkan deskripsi tersebut, sejumlah 349 tungau (Gambar 4a,b,c) termasuk dalam Famili Pterygosomatidae, Genus Geckobia (Lampiran 7,8,9).
Tabel 3 Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) pada kepala (a), ketiak (b), jari depan (c), jari belakang (d), pangkal paha (e), ekor (f), badan (g), dan telinga (h) cicak. Jumlah
Jumlah total tungau yang terletak pada-
Spesies cicak
Total
Rataan
Cp Hf Hg
29 24 3
a 3 8 0
b 4 4 0
c 2 79 5
d 9 191 10
e 1 97 0
f 1 41 2
g 9 16 0
h 49 1 3
78 437 20
2.68 18.2 6.66
Total
56
11
8
86
210
98
44
25
53
535
27.54
4
Tungkai I
Gnathosoma Kelisera
Palpi bersegmen 3-5
Podosoma
Stigmata (b)
Ophisthosoma
Seta
(a)
Cakar pada tungkai I
Alat sensori
Dasar kelisera
Peritremes
(C)
Empodial menjari dengan rambut-rambut yang berfungsi sebagai alat melekat pada inang.
koksa (d)
(f) pretarsus koksa trochanter 1 trochanter 2 femur
tarsus genu tibia (g)
(e)
(h)
Gambar 3 Tungau Geckobia. a: Bagian-bagian tubuh (tampak dorsal, skala=0.1 mm); b&c: gnathosoma; d: tungkai Iⅈ e: segmen tungkai IV; f: genital tanpa acetabula; g: seta; h: skutum dorsal tubuh. Perbesaran 10x10 (d,e,g,h); Perbesaran 40x10 (b&c); Perbesaran 100x10 (f).
5
b
a
c
d e
Gambar 4 Tungau ektoparasit pada cicak. a, b, c: tungau Geckobia. d: spesimen A; e: spesimen B. a&d: inang C. platyurus; b&e: Inang H. frenatus; c: Inang H. garnotii. (skala= 0.1 mm). Selain tungau genus Geckobia, pada penelitian ini juga ditemukan dua tungau dengan ciri yang sangat berbeda dari Geckobia. Kedua tungau tersebut yaitu spesimen A (inang C. platyurus, ditangkap di daerah Babakan Tengah, Gambar 4d ) dan spesimen B (inang H. frenatus, ditangkap di daerah Kampus Dramaga IPB, Gambar 4e). Kedua spesimen ini melekat pada jari belakang cicak tersebut. Spesimen A termasuk dalam ordo Acariformes dengan ciri koksa bergabung dengan dinding tubuh bagian ventral dan memiliki organ sensori di bagian propodosomal. Sedangkan spesimen B hanya dapat dilakukan identifikasi sampai tingkat kelas, yaitu termasuk dalam Kelas Acari.
PEMBAHASAN Taksonomi Tungau Geckobia. Tungau Geckobia ditemukan pada beberapa bagian tubuh ketiga spesies cicak dengan ciri berwarna jingga tua. Taksonomi Geckobia yaitu: Filum Arthropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas Arachnida, Subkelas Acari, Ordo Acariformes, Subordo Actinedida, Supercohort Promatides, Cohort Eleuthe-
rengonina, Superfamili Anystoidea, Famili Pterygosomatidae, Genus Geckobia (Krantz 1978, Lawrence 1935). Pada bagian gnathosoma tungau Famili Pterygosomatidae, terdapat kelisera, palpi, stigmata, peritremes, dan alat sensori (Gambar 3b&c). Kelisera dan palpi berfungsi sebagai alat mulut, sedangkan stigmata dan peritremes berfungsi sebagai alat pernapasan. Peritremes sering muncul sebagai saluran dari stigmata. Pada bagian podosoma, di setiap ujung tungkai dilengkapi dengan cakar serta empodial yang berbentuk menjari dengan rambutrambut yang berfungsi sebagai alat melekat pada inang (tenent hairs) (Gambar 3d). Pada tungau ini memiliki organ podocephalic canal yang berfungsi sebagai saluran hasil sekresi (Krantz 1978). Ciri utama dari Genus Geckobia yaitu memiliki skutum dorsal tubuh dan banyak rambut pendek-pendek di bagian dorsal tubuh (Lawrence 1935). Inang Tungau Geckobia. Berdasarkan hasil verifikasi tungau oleh Dr. Bertrand, terdapat spesies tungau G. glebosum (Gambar 4a) yang menginfestasi cicak C. platyurus dan tungau G. gleadoviana sinonim dari G. bataviensis (Gambar 4b) yang
6
menginfestasi cicak H. frenatus (Bertrand 5 Juni 2006, komunikasi pribadi). Ciri kedua tungau tersebut dibedakan berdasarkan skutum, palpi, dan tungkai (Tabel 4). Menurut Bertrand et al. (1999), cicak C. platyurus terinfestasi oleh tungau G. clelandi Hirst, G. cosymboti Cuy, dan G. glebosum n. sp., sedangkan cicak H. frenatus terinfestasi oleh tungau G. androharonomaitsoensis Haitlinger, G. bataviensis Vitzhum, G. cosymboti Cuy, G. ifanadianaensis Haitlinger, G. indica Hirst, G. keegani Lawrence, G. mananjaryensis Haitlinger, G. nepalii Hiregaudar Joshee & Soman, G. philiphinensis Lawrence, dan G. samanbavijinensis Haitlinger. Tungau yang menginfestasi H. garnotii juga merupakan genus Geckobia (Oliver & Shaw 1953 diacu dalam Rivera et al. 2003). Biogeografi Tungau Geckobia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tungau Geckobia menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii yang berada di Bogor, Indonesia, dengan demikian penelitian ini memperkuat pernyataan bahwa Geckobia merupakan ektoparasit umum pada Gekkonidae. Seperti yang telah dikemukakan oleh Andrei et al. (2000), bahwa Famili Gekkonidae yang berada di Amerika (Kuba, Meksiko), Eropa (Kepulauan Kanari), Afrika (Provinsi Cape, Basutoland, Natal, Rhodosia, Kongo, Mozambik, Mesir, Afrika selatan), Asia (India, Sri Langka, Semenanjung Malaya, Turkmenia, Cina, Jepang), Australia Madagaskar, dan Papua Nugini, terinfestasi oleh tungau Geckobia. Penyebaran Tungau Geckobia pada Inang. Cicak dapat terinfestasi oleh tungau dikarenakan adanya interaksi fisik inang. Interaksi tersebut dapat berupa perkelahian, kontak
seksual, dan bersarang bersama (Rivera et al. 2003). Brown et al. (1995) menyatakan sekitar 36% dari cicak yang melakukan aktivitas seksual terinfestasi oleh tungau. Hanley et al. (1995) menyatakan hal yang serupa bahwa Gekkonidae yang melakukan aktivitas seksual, nilai prevalensi, kelimpahan, dan rataan intensitas tungau sangat tinggi. Pada penelitian ini, infestasi tungau tertinggi pada cicak H. frenatus dan H. garnotii adalah di bagian jari terutama jari belakang. Bagian ini merupakan tempat tinggal yang cocok bagi tungau, karena adanya ruang antara lamela dengan cakar (Gambar 2b) sebagai tempat perlindungan tungau dari gesekan. Sebaliknya, pada jari cicak C. platyurus, tidak ada ruang antara lemela dengan cakar (Gambar 2a), sehingga tungau tidak banyak menginfestasi di bagian tersebut. Pada cicak C. platyurus, tungau banyak ditemukan di bagian telinga. Hal ini disebabkan karena di bagian telinga struktur kulit lebih tipis sehingga lebih dekat dengan pembuluh darah sebagai sumber makanan tungau. Daerah tubuh cicak lainnya seperti kepala, badan, ketiak, pangkal paha, dan ekor merupakan daerah yang tidak dominan didiami oleh tungau, karena daerah tersebut lebih sering bersinggungan dan memiliki struktur kulit yang tebal sehingga kurang memberikan perlindungan untuk tungau. Jumlah tungau yang menginfestasi cicak H. frenatus (18.2 tungau per ekor) lebih tinggi dibandingkan dengan H. garnotii (6.66 tungau per ekor) dan C. platyurus (2.68 tungau per ekor) (Tabel 3). Hal ini berhubungan dengan perbedaan distribusi habitat pada masingmasing cicak. Pada cicak H. frenatus distribusi habitat lebih luas dibandingkan dengan kedua cicak yang lainnya. Selain di pulau Jawa, H. frenatus hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia (Rooij 1915).
Tabel 4 Perbandingan ciri G. Glebosum dan G. gleadoviana. Ciri
Skutum
Palpi
Tungkai
G. glebosum (Bertrand et al. 1999)
G. gleadoviana (Hirst 1926)
Skutum di tubuh bagian depan membesar dan ditutupi oleh seta pendek yang sangat banyak (Lampiran 10 a&b)
Skutum dorsal tubuh berkembang baik
Dilengkapi dengan rambut yang sangat panjang pada bagian tibia dan tarsus (Lampiran 10c)
Pada segmen pertama dilengkapi dengan seta yang panjang dan kecil
Tungkai depan dua kali lebih panjang daripada tungkai lainnya (Lampiran 10d)
Tungkai keempat tidak lebih panjang daripada tungkai yang lainnya
7
Sebanyak 65 cicak dari ketiga spesies tidak ditemukan tungau (Tabel 2). Hal ini mungkin disebabkan tungau lepas dari tubuh cicak pada saat cicak disimpan di dalam alkohol 70% atau mungkin sama sekali tidak terinfestasi tungau. Berdasarkan penelitian Rivera et al. (2003) tungau pada H. mabouia hanya menginfestasi cicak dewasa dengan ukuran tubuh 40-50 dan >50mm, sedangkan cicak yang berukuran <40mm tidak ditemukan tungau. Tungau yang Tidak Dapat Diidentifikasi. Sejumlah 184 tungau tidak dapat diidentifikasi disebabkan tungau tersebut hancur pada saat perendaman di KOH 2%. Hal ini kemungkinan karena tungau tersebut belum dewasa sehingga belum tersklerotisasi kuat. Menurut Krantz 1978 tubuh subordo Actinedida hanya mengalami sedikit sklerotisasi. Pada saat pembuatan preparat tungau, ada beberapa tungau yang masih hidup pada tahap sebelum perendaman di KOH 2%. Hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai struktur morfologi tungau tersebut.
SIMPULAN Tungau ektoparasit pada cicak C. Platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii adalah dari famili Pterygosomatidae genus Geckobia. Tungau Geckobia memiliki skutum dorsal tubuh dan banyak rambut pendek-pendek di bagian dorsal tubuh. Tungau ini ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh cicak yaitu kepala, ketiak, jari depan dan belakang, pangkal paha, ekor, badan, dan telinga. Jumlah pelekatan tungau terbesar pada C. platyurus yaitu di bagian telinga (49 tungau), sedangkan pada H. frenatus (191 tungau) dan H. garnotii (10 tungau) di jari belakang. Rataan tertinggi tiap cicak yang terinfestasi ada pada cicak H. frenatus (18.2 tungau per cicak).
SARAN Penelitian ini merupakan penelitian tungau ektoparasit pada cicak yang pertama di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pola distribusi, biogeografi dan siklus hidup. Pencarian metode pembuatan preparat tungau yang lain pun perlu dikembangkan agar diperoleh preparat yang sempurna untuk memudahkan identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA Andrei V, Bochkov, Sergei VM. 2000. Two new species of the genus Geckobia (Acari: Pterygosomatidae) from geckons (Lacertilia: Gekkonomorpha) with a brief review of host-parasite associations of the genus. Russian J Herpetology 1(7):61-68. Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999. Pterygosomatidae: Description et observations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et Hirstiella (Acari: Actinedida). Acarologia 60 (3): 277-304. Boulenger GA. 1912. A Vertebrate Fauna of The Malay Peninsula. London: Taylor and Francis, Red Lion Court. Brown SG, Kwan S, Shero S. 1995. The parasitic theory of sexsual reproduction parasitism in unisexual and bisexual geckos. Biologic Sci 260(1359):317-320. Chandler AC, Read CP. 1961. Introduction to Parasitology. Ed ke-5. New York: J Wiley. Goin CJ, Goin OB. 1970. Introduction to Herpetology. Ed ke-2. New York: J Wiley. Hanley KA, Fisher RN, Case TJ. 1995. Lower mites infestations in an asexual gecko compared with its sexual ancestors source. Evolution 49(3):418-426. Hirst AS. 1926. On the parasitic mites of the suborder prostigmata (Trombidioidea) found on lizard. J Lin Soc Zool 36:173200. Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed ke-2. Corvallis: Oregon Univ Book Stores. Lawrence RF. 1935. The prostigmatic mites of South African Lizard. Parasitology 37:1-45. Oliver JA, Shaw CE. 1953. The amphibians and reptiles of the Hawaiian islands. Zoologica 38:65-69. Ratti JT, Garton EO. 1996. Research and Experimental Design. Di dalam: Bookhout TA, editor. Research and Management Techniques for Wildlife and Habitats. Maryland: The Wildlife Society, Inc. Hlm. 1-23. Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia (Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida: Pterygosomatidae), throughout the Caribbean an South America. Carib J Sci 39 (3): 321-326. Rooij ND. 1915. The Reptile of The IndoAustralian archipelago Part I Lacertalia, Chelonia, Emydosauria, Leiden: E.J. Brill Ltd.
8
Saepudin A. 2004. Beberapa spesies cicak dan tokek (famili Gekkonidae) di wilayah Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Walter, Proctor HC. 1999. Mites: Ecology, Evolution and Behaviour. Australia: UNSW.
LAMPIRAN
10
Lampiran 1 Peta pengambilan contoh cicak di wilayah Bogor Tengah dan Bogor Barat.
1,2 3
10
5
BOGOR BARAT 4
8 9 9 BOGOR TENGAH 6
7
SKALA 1:25.000 Keterangan: Bogor Barat: 1 Babakan Tengah; 2 Babakan Raya; 3 Kampus. Dramaga IPB; 4 Psr. Gn. Batu; Bogor Tengah: 5 Psr. Anyar; 6 Psr. Bogor; 7 Baranangsiang; 8 Gn. Gede; 9 Tegal Lega; 10 Cilibende.
Lampiran 2 Kunci identifikasi genus dari Famili Gekkonidae (Boulenger 1912). I
Jari tidak melebar, seluruhnya bercakar. - Pupil vertikal; cakar di antara dua sisik ………………………………………...Gymnodactylus - Pupil bulat; cakar di antara dua sisik ………………………………………………...Gonatodes - Pupil vertikal; cakar di antara tiga sisik ………………………………………Aeluroscalabotes
II Jari melebar A Jari bagian distal pipih, menaik di antara perpanjangan ekstremitas; lamela subdigital berpasangan. - Jari bagian dalam bercakar; tubuh bagian samping meluas, jika ada bersisik seperti tubuh ……………………………………………………………………..………. Hemidactylus - Jari bagian dalam bercakar; perluasan di bagian samping tubuh banyak berkembang ditutupi dengan sisik tetragonal yang tersusun seperti batu ……...………...... Mimetozoon - Jari bagian dalam tidak bercakar ……………………………………………..….... Gehyra B Jari dengan tulang sendi pipih pendek dan menaik dari perpanjangan ekstremitas; jari bagian dalam tidak bercakar. - Jari bebas atau dengan selaput yang menyusut; lamela subdigital berpasangan ………….. …………………………………………………………………….………. Lepidodactylus - Jari bebas atau berselaput di dasarnya; lamela subdigital tunggal ……………..….. Gecko - Jari memanjang berselaput; lamela subdigital tunggal; perluasan kulit pada sisi tubuhnya banyak berkembang ………………..…………………………………………. Ptychozoon
11
Lampiran 3 Kunci identifikasi spesies dari Famili Gekkonidae di wilayah Bogor (Saepudin 2004). 1 2
a b a b
3
a b
4
a b
5 a
b 6
a b
Jari panjang dan ramping ……………………………………………………………...… 2 Jari melebar ….……..………..…………………………………………………………... 3 Lubang femoral bersatu dengan preanal, berjumlah 42-43 ………..Cyrtodactylus fumosus Lubang femoral terpisah dengan preanal, jumlah lubang femoral 10 dan preanal 12……... ………………………….…………………………...….……... Cyrtodactylus marmoratus Ventral jari dengan dua baris lamela berpasangan …………………………..…………...4 Ventral jari dengan satu baris lamela, atau hanya bagian distal jari yang memiliki dua baris lamela berpasangan …………………………………………….……………..…….6 Pada kedua sisi badan terdapat lipatan kulit yang jelas, mulai dari ketiak sampai pangkal paha ……………………………………………..…………………..Cosymbatus platyurus Pada kedua sisi badan tidak terdapat lipatan kulit, jika ada bentuknya tidak jelas …...……………………………………………………………………………...………... 5 Jari tanpa selaput, tapi kadang-kadang pada proksimal antara jari ke-3 dan ke-4 sedikit berselaput,ekor bulat memanjang dengan enam sisik tuberkal………..…………………… …………………………………………………………………….. Hemidactylus frenatus Jari tanpa selaput, kecuali pada proksimal jari pertama sedikit berselaput, ekor pipih memanjang dengan pinggir bergerigi ……………………….……...Hemidactylus garnotii Semua jari bercakar, jantan dengan lubang preanal, tapi tanpa femoral…….. Gekko gecko Cakar pada jari pertama kecil atau tidak ada, mudah lepas, jantan dengan lubang femoral (bersatu dengan preanal)………..…………………………………………Gehyra mutilata
Lampiran 4 Inventarisasi tungau pada cicak C. platyurus sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau. Jumlah Jumlah Tempat Tempat Kode No penempelan Cicak penempelan X Y X Y tungau tungau 1 C5 h 2 1 19 C80 b 2 2 2 C11 h 2 2 20 C81 h 1 0 3 C24 h 3 3 21 C83 h 4 1 4 C26 a 1 0 22 C84 h 2 0 5 C32 h 3 3 23 C86 h 2 2 6 C35 g 1 1 24 C92 d 1 1 7 C45 h 2 1 h 2 1 8 C49 h 1 1 25 R9 h 4 4 9 C53 g 1 0 26 R20 d 4 2 10 C54 h 1 1 g 6 6 11 C59 h 1 1 27 P50 c 1 1 12 C68 h 2 1 d 4 2 13 C71 h 5 4 f 1 0 14 C72 h 2 2 g 1 1 15 C73 e 1 1 28 S1 h 4 1 16 C75 a 2 2 29 S6 h 1 0 b 2 1 Jumlah 77 49 17 C76 h 3 0 18 C79 h 2 0 Keterangan: a: kepala; b: ketiak; c: jari depan; d: jari belakang; e: pangkal paha; f: ekor; g: badan; h: telinga. No
Kode Cicak
12
Lampiran 5 Inventarisasi tungau pada cicak H. frenatus sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau.
No
Kode Cicak
1
C7
2
C9
3
C12
4
C14
5 6
C15 C18
7 8
C19 C22
9
C27
10
C30
11
C36
12
C37
13
C38
Keterangan:
Tempat penempelan tungau d a c d a c d e c e d c d e d c d c d c d e g c d g e f b d e g
Jumlah X
Y
2 1 4 10 1 8 10 13 1 5 5 3 11 14 2 28 18 4 7 2 2 2 2 4 10 1 5 11 2 11 12 2
1 1 4 10 0 8 7 2 1 5 2 2 3 1 2 16 9 0 7 0 2 1 1 4 4 0 2 9 1 11 2 0
No
Kode Cicak
14
C41
15 16
C42 C43
17 18
C70 C74
19
C97
20
C85
21
R13
22
R15
23
R18
24
Tempat penempelan tungau
S4 Jumlah
b c d f h c c d e d a d e f d g c d e g c d g c d f g c d f
Jumlah X
Y
2 7 20 10 1 9 2 6 4 1 7 8 22 6 11 3 10 31 20 3 4 8 2 1 5 6 3 1 4 8 438
2 7 20 1 1 9 1 5 4 1 7 4 22 2 9 0 6 30 16 2 4 7 0 0 0 3 0 1 1 2 285
a: kepala; b: ketiak; c: jari depan; d: jari belakang; e: pangkal paha; f: ekor; g: badan; h: telinga.
13
Lampiran 6 Inventarisasi tungau pada cicak H. garnotii sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau. No
Kode Cicak
Tempat penempelan tungau
1
C85
f h c d c d
Jumlah
X Y 2 2 3 2 2 P52 3 3 8 8 3 R17 2 1 2 1 Jumlah 20 17 Keterangan: a: kepala; b: ketiak; c: jari depan; d: jari belakang; e: pangkal paha; f: ekor; g: badan; h: telinga.
Lampiran 7 Kunci identifikasi Subordo Actinedida (Krantz 1978). 1
5
6
a Stigmata bagian posterior pada dorsolateral atau ventrolateral sampai koksa II berjumlah 14 pasang; Tidak ada spesialisasi organ sensori prodosomal dan podocephalic canals; koksa bebas, berlainan …………………….ORDER PARASITIFORMES……………………… 2 b Stigmata dari bagian posterior sampai koksa II tidak jelas; organ sensori prodosoma jika ada berbentuk sensila sederhana atau struktur menyisip berlainan; podocephalic canals seringkali terlihat; koksa seringkali berdifusi ke dalam dinding tubuh ventral, membentuk wilayah koksisternal yang dibatasi oleh epimera; jumlah tungkai kadang mereduksi …………………………………………...ORDER ACARIFORMES…………..……….. 5 a Palpi hanya 2 segmen, lubang stigmata discrete absen; pretarsus dengan cakar empodial dan pulvillus berdaging, atau pretarsus seperti penghisap, cakar sejati absen, pretarsi III-IV sering termodifikasi atau absen pada bentuk parasit; tanpa organ sensori khusus pada prodosoma ……………………….…………………………….…….SUBORDO ACARIDIDA b Palpi kadang kecil dengan 3-5 segmen dapat dikenal; lubang stigmata ada/absen; pretarsi bervariasi tapi umumnya dengan cakar sejati pada beberapa akhir tungkai, organ sensori prodosoma biasanya ada ………………….…………………………………..…………… 6 a Tipe kelisera jarum (stylet) atau seperti kait (hooklike), biasanya chelate; palpi berbentuk sederhana atau termodifikasi ke dalam jari, Rutella ada/ absen; stigmata membuka di antara dasar kelisera, di dasar gnatosoma atau pada sudut humeral dari prodosoma; organ sensori prodosoma ketika muncul sering memanjang atau pendek/capitate; penonjolan empodial biasanya menjari (rayed) atau seperti bantalan (padlike); sering dengan rambut-rambut yang berfungsi untuk melekat pada inang (tenent hairs), kadang cakar atau sucker-like dan jarang absen. Umumnya spesies bersklerotisasi tipis .………………………………………………. ……………...………………………………………….………...SUBORDO ACTINEDIDA
14
Lampiran 8 Kunci identifikasi Famili Pterygosomatidae (Krantz 1978). 1
a
b
2
a b
48
a
b
49
a
b
62 a
b
64
a
b 64 a b 65
a b
Betina (jarang jantan) dengan sepasang stigmata anterolateral prodorsal (heterostigmata) dan beasosiasi dengan trakea; peritremes absen. Opisthosoma umumnya menunjukkan segmentasi. Palpi sering bersegmen dua, umumnya mereduksi dan berukuran kecil, gnathosoma berbentuk kapsul (bila tidak mereduksi maka hanya terdiri dari tiga segmen palpi yang berbeda yang mungkin berhubungan atau tidak berhubungan. Dimorfisme seksual …...…Cohort ELEUTHERENGONINA, Subcohort HETEROSTIGMAE….... 25 Jantan dan betina dengan stigmata di antara dasar kelisera atau pada batas posterodorsal pada gnathosoma, atau stigmata absen; peritremes biasanya muncul pada bentuk stigmata, memanjang sepanjang batas anterior prodosomal. Opsithosoma biasanya tidak menunjukan segmentasi. Gnathosoma bermacam-macam bentuk, umumnya jelas dan palpi berkembang baik. Dimorfisme seksual sering tidak jelas………………………… 2 Dengan penonjolan jari cakar palpi di semua tahap. Umumnya teresterial………… …..48 Palpi sederhana, chelate, atau distidorsal diproduksi pada postlarva instar, jarang seperti taring; spesies larva akuatik punya penonjolan palpal cakar. Spesies teresterial, akuatik, dan marine; Hidup bebas/parasit…………..………………………………………...…… 3 Dewasa dan nymfa berseta banyak; seta idiosoma tidak tersusun pada garis. Sering membentuk bulu tebal, dengan 1 atau 2 pasang sensila prodorsal biasanya menyisip di median krista metopika. Larva biasanya heteromorfik, parasit; dewasa dan nymfa sebagai predator yang hidup bebas……………...……………... Cohort ELEUTHERENGONINA, ……………………... Subcohort PARASITENGONAE, Phalanx TROMBIDIA…...... 66 Seta tubuh pada dewasa dan nymfa relatif sedikit, umumnya tersusun tranversal; Prodorsal sensila biasanya absen (jika ada tidak menyisip pada krista). Larva homeomorfik, sama dengan nymfa dan dewasa …………………………………………………...… 49 Dasar kelisera jelas , bergabung, atau sebagian bergabung, tidak berpotensi untuk melakukan pergerakan lateral. Kelisera bergerak, digit berbentuk jarum, aciculate , seperti cambuk; hanya satu cakar palptibia. Jarang dengan genital acetabula………………….50 Kelisera bebas articulate pada dasar sehingga dapat bergerak ke samping, kela kuat seperti kait, aciculate, chelate lemah, atau berbentuk sabit, dapat bergerak; palptibia dengan 1-3 cakar. Sering dengan genital acetabula …….Subcohort ANYSTAE…...….….…... 62 Perisai rapat dengan 8 pelindung dorsal yang tersusun secara berbeda. Digit kelisera berbentuk sabit, bergerak, dan palptibia dengan cakar terminal tunggal yang besar. Tungkai I beberapa dengan seta internal spinose dan panjang menyisip di dalam horny portuberance. Hidup bebas………SuperFamili CAECULOIDEA, Famili CAECULIDAE Tubuh halus, sklerotisasi perisai prodorsal biasanya tipis atau pelindung dan dorsal berseta. Pergerakan digit kelisera berbentuk kait atau chelate. Palp tibia dengan 1-3 cakar terminal. Tungkai hypertrichous atau berseta normal tanpa seta internal spinosa. Hidup bebas atau parasit.……...……………………….…..Superfamili ANYSTOIDEA…….. 63 Palptarsus panjang dan menonjol, biasanya lebih panjang dibandingkan palptibia dan memanjang dengan baik di cakar palpal. Pergerakan kela kuat seperti kait. Hidup bebas………………………….…………………………………….. Famili ANYSTIDAE Palptarsus tidak menonjol dan kebanyakan mereduksi. Kelisera tidak seperti di atas. .…………………..………………………………………………..……………………. 64 Cakar pada tarsus I meluas bipectinate, dengan cakar tarsal berornamen sama. Biasanya dengan 3 pasang genital acetabula yang berkembang lemah. Hidup bebas.………..…... …………………………………………………………………...Famili TENERIFFIIDAE Cakar dari tarsus I tidak seperti di atas, biasanya tidak ada. Genital acetabula absen. ……………………………..…………………………...……………………………….. 65 Tiap cakar berornamen dengan satu atau beberapa pasang rambut tenent. Empodia absen. Parasit pada lizard dan arthropoda …………..………… Famili PTERYGOSOMATIDAE Tarsi dengan atau tanpa cakar, biasanya hanya dengan membran empodium yang bertangkai. Hidup bebas……….……………...…….……….. Famili PSEUDOCHEYLIDAE
15
Lampiran 9 Kunci identifikasi Genus Geckobia (Lawrence 1935). 1a b 2a b
Memiliki skutum dorsal ………………………………………………………………………..2 Tidak memiliki skutum dorsal …………………………...…………………………………….3 Dorsal dengan sedikit rambut dan sangat panjang………………………...……Pimeliaphilus Dorsal dengan banyak rambut dan pendek…………………………………………. Geckobia
Lampiran 10 Tungau G. glebosum (Bertrand et al. 1999)
Keterangan: a: dorsal betina; b: skutum; c: palpi (dorsolateral); d: tungkai IV tibia & tarsus.