TUNGAU EKTOPARASIT PADA ULAR Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi dan Stegonotus sp. Di PAPUA
AYU SETIANINGRUM
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ABSTRAK AYU SETIANINGRUM. Tungau Ektoparasit pada Ular Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi, dan Stegonotus sp. di Papua. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan TARUNI SRI PRAWASTI. Simbiosis merupakan interaksi antara dua spesies atau lebih. Simbiosis parasitisme adalah simbion mendapat keuntungan dan inang dirugikan. Tungau merupakan salah satu contoh parasit yang ditemukan pada reptil di bagian tubuh eksternal atau ektoparasit di sisik ventral. Ular Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi, dan Stegonotus sp. di Papua merupakan contoh reptil yang menjadi inang tungau ektoparasit. Penelitian ini bertujuan mempelajari tungau ektoparasit pada ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. di Papua. Metode pembuatan preparat tungau menggunakan metode whole mount polyvinillactophenol dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil identifikasi tungau ektoparasit pada ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. di Papua termasuk dalam Subkelas Acari, Ordo Parasitiformes, Famili Paramegistidae, Genus Ophiomegistus, dan Spesies Ophiomegistus luzonensis. Karakteristik tungau O. luzonensis, tungau ini memiliki sembilan pasang seta di lempeng jugular dan terdapat dua seta di bagian lempeng metapodal yang kokoh dan tidak menyatu dengan lempeng peritreme, lempeng endopodal berbatasan dengan lempeng latigynial, lempeng latigynial dan sternogynial terpisah, lempeng latigynial memiliki lebih dari dua puluh pasang seta, lempeng mesogynial dan lempeng ventrianal memiliki lebih dari seratus seta berbentuk foliate, lempeng mesogynial menyatu dengan lempeng ventrianal dan terdapat tiga baris seta foliate pada lempeng mesogynial dan latigynial.
ABSTRACT AYU SETIANINGRUM. Ectoparasites Mites of Snakes Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi, and Stegonotus sp. in Papua. Supervised by Rika RAFFIUDIN and TARUNI PRAWASTI SRI. Symbiosis is an interaction between two species or more. In snake, ectoparasite mites were found in the external parts of the body such as beyond the ventral scales of the snake. Previous exploration showed that the snakes M. ikaheka, L. albertisi and Stegonotus sp. in Papua was found as the host of ectoparasites mites. However, there is lack of species information of the mites. Thus, this research were aimed to study the ectoparasite mites of snakes M. ikaheka, L. albertisi and Stegonotus sp. in Papua. Wholemount polyvinillactophenol slide dan Scanning Electron Microscope (SEM) were prepared for mites identification. Results showed that the ectoparasites mites on M. ikaheka, L. albertisi and Stegonotus sp. were clasified in Subclass Acari, Order Parasitiformes, Family Paramegistidae, Genus Ophiomegistus, and Species Ophiomegistus luzonensis. Characteristics of mites O. luzonensis has nine pairs of setae on the jugular shield, two setae on metapodal shield. The metapodal shields were unfused and those shields were separated with the peritreme shield, endopodal shield verge with latigynial shield, latigynial and sternogynial shield was separated. Latigynial shield possessed more than twenty pairs of setae, however, on mesogynial–ventrianal shield had more than one hundred simple foliate setae. The mesogynial and ventrianal shield were fused and occurred three rows of foliate setae.
TUNGAU EKTOPARASIT PADA ULAR Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi, dan Stegonotus sp. Di PAPUA
AYU SETIANINGRUM
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Nama NIM
: Tungau Ektoparasit pada Ular Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi, dan Stegonotus sp. di Papua : Ayu Setianingrum : G34051518
Menyetujui Pembimbing I
Pembimbing II
(Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si) NIP: 19670617 1992032 001
(Dra. Taruni Sri Prawasti) NIP: 19551130 198303 2003
Mengetahui: Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.) NIP: 19641002 1998903 1 002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1986 dari ayahanda Drs. Sudirman, MM. dan ibunda Isnafingah. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 93 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama perkuliahan, penulis mengikuti studi lapang di Wana Wisata Cangkuang dengan judul Keanekaragaman Artropoda di Wana Wisata Cangkuang, Sukabumi, dan mengikuti praktek lapang di PT. Boga Raharjo Utama, Pisa Kafe Menteng, Jakarta Pusat dari bulan Juli sampai Agustus 2008 dengan judul Quality Control Menu Makanan dan Minuman di PT. Boga Raharjo Utama, Kafe Pisa Menteng-Jakarta Pusat. Selain itu, penulis aktif sebagai staf Komisi Pengawas Himabio (KPHimabio) pada tahun 2005-2006, dan mengikuti berbagai kepanitian di luar Himabio. Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Perkembangan Hewan pada tahun 2008-2009, Biologi Alga dan Lumut, Vertebrata dan Mikroteknik Hewan Departemen Biologi FMIPA IPB pada tahun 2009.
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, anugerah, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan Agustus 2009 di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Tungau Ektoparasit pada Ular Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi, dan Stegonotus sp. di Papua. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. dan Dra. Taruni Sri Prawasti selaku pembimbing yang memberikan bimbingan dengan sabar dan tulus dalam penyelesaian karya ilmiah ini dan Nina Ratna Djuita, S.Si, M.Si selaku dosen penguji. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga besar tercinta, adik-adik: Rahma Ardiana, Nurul Hikmah, dan Muhammad Irsan yang selalu memberikan semangat, doa dan kasih sayang, serta Agus Setiaji dan Uncle Joni yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan, doa, dan motivasi sampai penelitian ini selesai dengan baik. Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Tri Atmowidi, Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si, seluruh dosen Biologi bagian Biosistimatika dan Tingkah Laku Hewan, Pak Krey, Ibu Sri Hartini dan Mbak Dian LIPI, Ibu Tini, Alm pade, Almh bude, Mbak Ani, Pak Agus, Pak Erham, Pak Dakir, Pak Eko, Ibu Lilik, Pak Yudi, Pak Ilyas, Ria, Rini, Ester, Ika, Akbar, Goto, Komal, Eko Riana, Ita, Anggi, dan seluruh keluarga besar Zoologi, Departemen Biologi FMIPA IPB dan semua pihak yang telah memberikan ilmu, nasihat, dukungan, serta pengalaman yang tidak ternilai harganya. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Siska, Fina, Tere, Afriana, Nenong, Tia, Monik, Puji, Vitria, Ate, Ipink, keluarga Fairus, Mas Wawan fotokopi, sahabat terdekat SMP 49 dan SMA 93 (khususnya kelas 1-2) dan keluarga besar Biologi 42 atas kebersamaan, dukungan dan motivasi selama ini. Semoga karya ilmiah penulis ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2010
Ayu Setianingrum
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL…….……………………………………………………………………... viii DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................................
viii
PENDAHULUAN…………………………………….…………………………………….. Latar Belakang................................................................................................................. Tujuan.............................................................................................................................. Waktu dan Tempat...........................................................................................................
1 1 1 1
BAHAN DAN METODE ........................................................................................................ Objek Penelitian ............................................................................................................. Alat dan Bahan ................................................................................................................ Metode ............................................................................................................................. Koleksi Tungau ...................................................................................................... Pembuatan Preparat Tungau.................................................................................... Identifikasi Tungau ................................................................................................. Pengukuran Bagian Tubuh Tungau ......................................................................... HASIL ..................................................................................................................................... Identifikasi Tungau ......................................................................................................... Ordo Parasitiformes ................................................................................................... Famili Paramegistidae ............................................................................................... Ophiomegistus ........................................................................................................... Ophiomegistus luzonensis ......................................................................................... Pengukuran Bagian Tubuh Tungau .................................................................................
1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... Taksonomi dan Penyebaran Tungau Ophiomegistus luzonensis ..................................... Habitat dan Kebiasaan Hidup Ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp...………
3 3 6
SIMPULAN ............................................................................................................................
7
SARAN ...................................................................................................................................
7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
7
LAMPIRAN ............................................................................................................................
8
DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai Rataan dan standar deviasi tungau O. luzonensis pada ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. ................................................................................................................. 5
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tiga ular yang menjadi objek pengambilan tungau di Papua (i) M. Ikaheka (ii) L. albertisi (iii) Stegonotus sp. ................................................................................................................ 2 2 2 Tungau ditemukan di bawah sisik ventral pada ular ........................................................... 3 Foto mikroskop preparat whole mount tungau O. luzonensis a. peritreme; b. stigmata ...... 2 4 4 Bagian ventral dan gambar skematik seluruh tubuh tungau O. luzonensis.......................... 4 5 Bagian ventral anterior tubuh tungau O. luzonensis ........................ .................................... 4 6 Bagian ventral tungau O. luzonensis................................................ .................................... 4 7 Bagian lempeng dorsal tunggal tubuh tungau O. luzonensis ........... .................................... 5 8 Bagian lempeng ventrianal tubuh tungau O. luzonensis a. seta foliate ................................ 9 Ciri spesies yang utama dari tungau O. luzonensis secara skematik (i) gambar skematis lempeng jugular; (ii) gambar SEM (a. lempeng jugular; b. lempeng latigynial; c. lempeng mesogynial; d. lempeng metapodal); dan (iii) gambar skematis lempeng 5 metapodal …………………………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 2 3
Halaman Daftar istilah ................................................................................................................ 9 Kunci identifikasi Ordo dan Subordo dari Subkelas Acari.................................................. 10 Kunci identifikasi tungau tingkat Famili dari Subordo Gamasida....................................... 11 Kunci identifikasi tingkat Genus dan Spesies dari Famili Paramegistidae.......................... 14
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Simbiosis merupakan interaksi antara dua spesies atau lebih (Brusca & Brusca 2003). Pada simbiosis parasitisme, simbion mendapat keuntungan dan inang dirugikan. Parasit yang ditemukan di bagian eksternal tubuh disebut ektoparasit (Goin & Goin 1970). Tungau merupakan salah satu contoh ektoparasit yang ditemukan pada reptil. Bagian tubuh reptil yang menjadi tempat hidup tungau ektoparasit adalah kulit dan sisik (Taylor et al 2007). Salah satu contoh reptil yang menjadi inang tungau ektoparasit adalah ular (Walter & Proctor 1999). Ular dapat ditemukan di habitat arboreal, akuatik dan terestrial. Contoh ular yang ditemukan di habitat arboreal yaitu Boiga irregularis, Morelia viridis dan Dendrelaphis calligastra, sedangkan contoh ular di habitat akuatik yaitu Hydrophis elegans, H. ornatus dan Aipysurus laevis (O’shea 1996). Ular yang terdapat pada habitat terestrial contohnya ular Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi, dan Stegonotus sp. di wilayah Papua. Ular M. ikaheka (Famili Elapidae) merupakan spesies ular berbisa terestrial yang ditemukan di semak-semak hutan (Supriatna 1981). Ular M. ikaheka dapat dijumpai di wilayah kepulauan Aru, Papua dan Papua Nugini. Menurut O’shea (1996), L. albertisi (Famili Boidae) merupakan spesies ular tidak berbisa yang ditemukan di hutan tropis. Penyebaran ular L. albertisi meliputi wilayah Papua (Merauke) dan Australia. Penyebaran ular Stegonotus sp. meliputi wilayah Papua dan Australia. Stegonotus sp. (Famili Colubridae) merupakan spesies ular tidak berbisa yang ditemukan di hutan tropis atau di wilayah dataran rendah (O’shea 1996). Ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. di Papua diketahui banyak diinfestasi oleh tungau ektoparasit (Keliopas Krey, komunikasi pribadi). Tungau termasuk dalam Kelas Arachnida, Subkelas Acari (Brusca & Brusca 2003). Ciri-ciri Subkelas Acari adalah mulut terletak pada gnathosoma, podosoma bergabung dengan opisthosoma membentuk idiosoma (Krantz 1978). Selain itu, tungau memiliki empat pasang tungkai dan memiliki ukuran panjang tubuh yang bervariasi sekitar 0,5 – 2,0 mm (Cheng 1973). Subkelas Acari mempunyai alat mulut untuk menggigit atau menusuk dan menghisap (contoh: tungau Trombiculidae). Makanan Acari adalah darah
yang diperoleh dengan menusuk ke dalam pori-pori permukaan tubuh (Krantz 1978). Beberapa Acari seperti tungau umumnya ditemukan sebagai parasit sepanjang hidupnya. Menurut Walter & Proctor (1999), tungau Ophionyssus (Macronyssidae) dan Ophiomegistus (Paramegistidae) merupakan tungau ektoparasit penghisap darah ular dan kadal. Domrow (1978) menyatakan bahwa tungau ektoparasit Ophiomegistus luzonensis ditemukan pada ular Micropechis sp. dan Stegonotus sp. di Papua Nugini. Informasi tentang tungau ektoparasit pada ular di Papua belum banyak diketahui, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi keanekaragaman jenis tungau tersebut, terutama tungau ektoparasit yang terdapat pada bagian sisik ventral ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. Tujuan Penelitian ini bertujuan mempelajari tungau ektoparasit pada ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. di Papua. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan Agustus 2009 di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
BAHAN DAN METODE Objek Penelitian Objek penelitian ini yaitu tungau pada ular M. ikaheka, L. albertisi, dan Stegonotus sp. asal Papua milik Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB sumbangan dari Keliopas Krey (staf pengajar Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Papua Manokwari). Ketiga jenis ular koleksi Keliopas Krey (Gambar 1) disimpan di Laboratorium Herpetofauna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong di dalam larutan formalin. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan yaitu kuas, kaca penutup, gelas objek, kertas label, sonde, tabung 1,5 mm, vial, pipet, mikrometer dan mikroskop stereo. Bahan-bahan yang digunakan yaitu tungau ektoparasit yang dikoleksi oleh Keliopas Krey pada ketiga spesies ular yaitu sebanyak 95, 55, dan 11
2
tungau berturut-turut pada 10 ular M. ikaheka, 3 ular L. albertisi dan 2 ular Stegonotus sp. dengan rata-rata 9.5, 18,3 dan 5,5, alkohol 70%, laktofenol (terdiri atas akuades, gliserin, asam laktat, dan kristal fenol) dan polivinilaktofenol (polivinil alkohol 15%, akuades, asam laktat pekat, dan fenol).
ii
i
iii Gambar 1 Tiga ular yang menjadi objek pengambilan tungau di Papua (i: M. ikaheka; ii: L. albertisi; iii: Stegonotus sp.) (Keliopas Krey, komunikasi pribadi) Metode Koleksi Tungau Tungau ditemukan dominan pada bagian sisik ventral ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. asal Papua (Gambar 2). Tungau disimpan di dalam alkohol 70%.
Pembuatan Preparat Tungau Tungau ektoparasit yang telah dikoleksi dibuat preparat dengan menggunakan metode whole mount. Tungau dalam alkohol 70% dipindahkan, ke laktofenol dan direndam selama 24 jam. Selanjutnya tungau diletakkan pada gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup menggunakan perekat polivinilaktofenol (Taruni Sri Prawasti, komunikasi pribadi Desember 2008). Identifikasi Tungau Tungau diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi Krantz (1978) sampai tingkat famili, Klompen & Austin (2007) sampai tingkat genus dan Domrow (1978) sampai tingkat spesies. Pembuatan preparat tungau dengan Scanning Electron Microscope (SEM) menggunakan jasa Lab Mikroskop Elektron di LIPI, Cibinong. Pengukuran Bagian Tubuh Tungau Pengukuran bagian tubuh tungau meliputi: panjang dan lebar tubuh, panjang kelisera, palpi, dan anal. Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai rataan dan standar deviasi dari tiap pengukuran tersebut.
HASIL Identifikasi Tungau Tungau ektoparasit yang menginfestasi ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. asal papua lebih banyak ditemukan pada yaitu tungau bagian sisik ventral ular Ophiomegistus luzonensis (Gambar 3).
a b
1 mm
(i) tunga u
(ii) Gambar 2 Tungau ditemukan di bawah sisik lateral (i) dan di bawah sisik ventral pada ular (ii) (Keliopas Krey, komunikasi pribadi)
Gambar 3 Foto mikroskop preparat whole mount tungau O. luzonensis. (a. peritreme; b. stigmata) Ordo Parasitiformes Tubuh tungau yang diidentifikasi memiliki dua tagmata yaitu prosoma dan opisthosoma: gnathosoma terdapat pada bagian prosoma (Gambar 4).
3
Ciri-ciri tungau ordo Parasitiformes: palpi terdiri atas lima segmen (trochanter, femur, genu, pretarsal dan tibia tarsus), dasar kelisera tidak bergabung dan ujungnya meruncing; terdapat organ sensori berupa peritreme dan epistome di propodosoma (Gambar 4); koksa tidak menyatu; tungkai berseta, setiap tungkai terdiri atas enam segmen (koksa, trochanter, femur, genu, tibia, tarsus) (Gambar 5); terdapat 1 - 4 pasang stigmata ventrolateral pada bagian posterior dari koksa III. Famili Paramegistidae Ciri-ciri tungau famili Paramegistidae: pada bagian gnathosoma terdapat cakar apotele dengan dua duri seperti garpu yang terletak di antara tibia dan tarsus, palpi tibia dan tarsus menyatu, kelisera berbentuk stylet (Gambar 5). Pada bagian hypostoma terdapat tiga pasang seta; tritosternum memiliki sepasang laciniae (Gambar 6a); lempeng sternogynial terpisah tanpa seta sterna (Gambar 6b); tiga penutup genital terdiri atas dua lempeng latigynial dan satu lempeng mesogynial; epistome berbentuk triangular; tungkai I tanpa ambulacral, tungkai II sampai IV terdapat ambulacral seperti terompet (Gambar 5i), opisthosoma bagian ventral terdapat seta dengan bentuk bervariasi (Gambar 6d), lempeng dorsal tunggal (Gambar 7). Ophiomegistus Ciri-ciri tungau yang termasuk ke dalam genus Ophiomegistus yaitu palpi dan kelisera kokoh; stigmata di koksa III; jumlah seta banyak pada lempeng jugular, metasternal, latigynial dan mesogynial, terdapat seta pada lempeng metapodal, dan seta di bagian ventrianal berbentuk foliate (Gambar 8), secara keseluruhan lempeng mesogynial di opisthosoma menyatu dengan lempeng ventrianal (Gambar 9) (Klompen & Austin 2007). Ophiomegistus luzonensis Ciri-ciri tungau O. luzonensis terdapat 910 pasang seta di lempeng jugular dan terdapat dua seta di bagian lempeng metapodal yang kokoh dan tidak menyatu dengan peritreme (Gambar 9), lempeng endopodal berbatasan dengan lempeng latigynial, lempeng latigynial dan sternogynial terpisah, lempeng latigynial memiliki lebih dari dua puluh pasang seta, lempeng mesogynial dan lempeng ventrianal memiliki lebih dari seratus seta (Goff 1980), lempeng
mesogynial menyatu ventrianal (Gambar 9).
dengan
lempeng
Pengukuran Bagian Tubuh Tungau Hasil pengukuran tungau O. luzonensis pada ketiga spesies ular tertera pada Tabel 1. Panjang tubuh, kelisera, dan palpi tungau pada ular M. ikaheka memiliki ukuran lebih besar daripada tungau pada ular L albertisi dan Stegonotus sp. Tungau dari spesies O. luzonensis memiliki palpi lebih panjang dari tungau lain (Domrow 1978). Tungau O. luzonensis pada ular Stegonotus sp. memiliki bentuk tubuh lebih lebar dari tungau pada M. ikaheka dan L. albertisi (Tabel 1). Bagian anal tungau pada ular M. ikaheka lebih kecil dari tungau pada ular L. albertisi dan Stegonotus sp.
PEMBAHASAN Taksonomi dan Penyebaran Ophiomegistus luzonensis
Tungau
Taksonomi O. luzonensis, yaitu Subkelas Acari, Ordo Parasitiformes, Famili Paramegistidae (Krantz 1978), Genus Ophiomegistus (Klompen & Austin 2007), dan Spesies Ophiomegistus luzonensis (Domrow 1978). Pada bagian gnathosoma tungau O. luzonensis terdapat kelisera, palpi, stigmata, peritreme, seta, dan alat sensor. Kelisera dan palpi berfungsi sebagai alat mulut, stigmata dan peritreme berfungsi sebagai alat pernapasan (Evans 1992). Pada bagian idiosoma, hampir seluruh tubuhnya terdapat seta yang berfungsi sebagai alat sensorik. Stigmata berada di dalam saluran peritreme (Lampiran 1). merupakan Ordo Parasitiformes kelompok terbesar dari Acarina dan memiliki keragaman habitat yang tinggi. Tungau ini termasuk ke dalam Ordo Parasitiformes karena memiliki ciri-ciri yaitu terdapat 1 – 4 pasang stigmata ventrolateral pada bagian posterior dari koksa III dan koksa bebas, sedangkan pada Ordo Acariformes yaitu tanpa stigmata posterior pada koksa II dan koksa bergabung dengan dinding tubuh ventral (Krantz 1978). Ciri ini sebagai pembeda antara ordo Parasitiformes dengan ordo Acariformes (Lampiran 2). Tungau ini merupakan parasit obligat yang dapat berasosiasi dengan insekta, milliped dan reptil (Krantz 1978). Tungau ini termasuk ke dalam Famili Paramegistidae karena memiliki ciri yaitu kelisera berbentuk
4
a b c e
a
b
d
c
d
e f f (i)
(ii)
Gambar 4 Bagian ventral tubuh tungau O. luzonensis (i) gambar hasil SEM, dan (ii) Gambar skematik (a. gnathosoma; b. propodosoma; c. podosoma; d. prosoma; e. idiosoma; f. opisthosoma) a b kelisera i h Palpi bersegmen 5
Cakar apotele
g f
lacinie
e
Seta Hypostoma
d c (ii)
(i)
Gambar 5 (i) Bagian ventral anterior tubuh tungau O. luzonensis (a. kelisera; b. palpi; c. koksa II; d. trochanter; e. femur; f. genu; g. tibia; h. tarsus; i. ambulacral II) dan (ii) Bagian gnathosoma a b c d e
Gambar 6 Bagian ventral tungau O. luzonensis. (a. tritosternum; b. lempeng sternogynial; c. lempeng latigynial; d. lempeng mesogynial; e. lempeng ventrianal)
Gambar 7 Bagian lempeng dorsal tunggal tubuh tungau O. luzonensis
5
Tabel 1 Nilai rataan dan standar deviasi tungau O. luzonensis pada ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. No 1 2 3 4 5
Karakter (mm) Panjang Tubuh Lebar Tubuh Kelisera Palpi Anal
M. ikaheka
L. albertisi
Stegonotus sp.
Rata-rata
1,069 ± 0,048
1,040 ± 0,054
1,041 ± 0,042
1,050 ± 0,048
1,091 ± 0,052
1,064 ± 0,045
1,094 ± 0,034
1,083 ± 0,131
0,295 ± 0,044
0,262 ± 0,037
0,288 ± 0,037
0,282 ± 0,118
0,247 ± 0,025
0,231 ± 0,026
0,240 ± 0,013
0,239 ± 0,064
0,049 ± 0,004
0,050 ± 0,000
0,050 ± 0,000
0,050 ± 0,004
a
Jumlah seta banyak
(i) a
Gambar 8
Bagian lempeng ventrianal tubuh tungau O. luzonensis (a. seta foliate) b c
Terdapat 2 seta
d
(iii)
(ii)
Gambar 9 Ciri spesies yang utama dari tungau O. luzonensis secara skematik. (i) gambar skematis lempeng jugular ; (ii) gambar SEM (a. lempeng jugular; b. lempeng latigynial; c. lempeng mesogynial; d. lempeng metapodal); dan (iii) gambar skematis lempeng metapodal
6
stylet, lempeng sternogynial terpisah tanpa seta sterna, lempeng dorsal tunggal; sedangkan pada Famili Macronyssidae dicirikan dengan kelisera tidak berbentuk stylet, memiliki satu atau dua lempeng dorsal, sternal tereduksi (Krantz 1978). Ciri ini menjadi pembeda antara Famili Paramegistidae dengan Famili Macronyssidae (Lampiran 3), yang keduanya menginfestasi ular walaupun dengan spesies yang berbeda. Pada Famili Macronyssidae ditemukan Genus Ophionyssus, Spesies Ophionyssus natrius pada ular Sanca Bodo (Phyton mollurus) (Saputra 2006). Menurut Womersley (1958), Famili Paramegistidae memiliki tiga genus yaitu Promegistus, Neomegistus dan Ophiomegistus. Promegistus hanya ditemukan pada insekta (contoh: kumbang), sedangkan Neomegistus hanya ditemukan pada myriapoda (contoh: milliped), dan Ophiomegistus (Lampiran 4) hanya ditemukan pada ular dan kadal. Ophiomegistus merupakan jenis tungau yang berasosiasi dengan squamata seperti ular dan kadal (Klompen & Austin 2007). Menurut Domrow (1978) Ophiomegistus adalah tungau parasit yang ditemukan pada ular dan kadal di Malaysia, Filipina, Papua Nugini dan Australia. Tungau Ophiomegistus tidak ditemukan pada insekta dan myriapoda. Ophiomegistus merupakan parasit obligat pada reptil (Krantz 1978). Tungau ini termasuk ke dalam genus Ophiomegistus yang mempunyai ciri-ciri: stigmata di koksa III, jumlah seta banyak pada lempeng jugular, metasternal, latigynial, dan mesogynial, terdapat seta pada lempeng metapodal dan seta di bagian ventrianal berbentuk foliate; sedangkan karakteristik pada Neomegistus di bagian lempeng jugular memiliki sedikit seta, jumlah seta sedikit di lempeng metasternal, latigynial, dan mesogynial, stigmata berada di antara koksa III dan IV, bagian ventral terdapat seta oval atau lanceolate, tidak terdapat seta di lempeng metapodal. Karakteristik pada Promegistus adalah lempeng jugular memiliki tiga pasang seta dan dua pasang pori, lempeng jugular menyatu dengan sternal membentuk lempeng transversal, stigmata berada di antara koksa III dan IV, lempeng metasternal berada di antara lempeng sternal dan transversal, lempeng mesogynial tereduksi dan lempeng ventrianal sangat lebar. Ciri ini sebagai pembeda antara Ophiomegistus, Neomegistus, dan Promegistus (Lampiran 4). Tungau ini termasuk ke dalam Ophiomegistus luzonensis karena memiliki
ciri utama yaitu terdapat sembilan pasang seta di lempeng jugular dan terdapat dua seta di bagian lempeng metapodal yang kokoh dan tidak menyatu dengan peritreme (Gambar 9), sedangkan O. australicus memiliki ciri-ciri yaitu sepasang lempeng metapodal terdapat tiga seta (Lampiran 4). Ophiomegistus luzonensis merupakan spesies tungau yang hanya ditemukan pada ular dan kadal, namun di Papua ditemukan juga pada tikus (Gunther 1942 diacu dalam Klompen & Austin 2007). Hal ini didukung oleh Domrow (1978) yang menyatakan bahwa tungau O. luzonensis secara tidak sengaja ditemukan pada tikus (Rattus exulans browni). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tungau O. luzonensis menginfestasi ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp.yang berada di Papua sama dengan daerah Papua Nugini. Penyebaran tungau O. luzonensis hanya ditemukan di wilayah Papua, Papua Nugini (PNG) dan Filipina (Domrow 1978). Bank 1914 diacu dalam Domrow 1978 menyatakan bahwa di Filipina, tungau yang menginfestasi beberapa ular di Papua Nugini dinamakan O. luzonensis. Namun di Papua Nugini, tungau O. luzonensis dinamakan O. buloloensis (Gunther 1942 diacu dalam Domrow 1978). Habitat dan Kebiasaan Hidup Ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. Ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. sebagai inang dari tungau O. luzonensis ditemukan di daerah Manokwari, Tanah Merah, Kepulauan Raja Ampat, dan Waropen. Ketiga jenis ular ini termasuk jenis ular nokturnal dan endemik. Ular-ular tersebut pada siang hari tidak melakukan aktivitas dan teramati beristirahat (tidur) di antara serasah (pada malam hari mereka melakukan aktivitas seperti mencari makan). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebarannya seperti ketinggian tempat, iklim, suhu dan kondisi habitat (Krey 2008). Ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus spp. merupakan ular yang sangat berpotensi sebagai inang dari tungau. Kebiasaan hidup ular tersebut kontak langsung dengan ular lain yang berada di tanah, serasah, tumpukan kayu di hutan dan lahan pertanian menyebabkan ular mudah terinfestasi oleh tungau (Keliopas Krey, komunikasi pribadi).
7
SIMPULAN Tungau ektoparasit pada ular M. ikaheka, L. albertisi dan Stegonotus sp. di Papua termasuk dalam Subkelas Acari, Ordo Parasitiformes, Famili Paramegistidae, Genus Ophiomegistus, dan Spesies Ophiomegistus luzonensis. Karakteristik tungau Ophiomegistus luzonensis, tungau ini memiliki sembilan pasang seta di lempeng jugular dan terdapat dua seta di bagian lempeng metapodal yang kokoh dan tidak menyatu dengan lempeng peritreme, lempeng endopodal berbatasan dengan lempeng latigynial, lempeng latigynial dan sternogynial terpisah, lempeng latigynial memiliki lebih dari dua puluh pasang seta; lempeng mesogynial dan lempeng ventrianal memiliki lebih dari seratus seta berbentuk foliate, lempeng mesogynial menyatu dengan lempeng ventrianal.
SARAN Penelitian ini merupakan penelitian tungau ektoparasit pada ular di Papua yang pertama di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk identifikasi tungau ektoparasit dari berbagai jenis ular asal Papua dan dari daerah lainnya di Indonesia, sehingga dapat diketahui keanekaragaman tungau ektoparasit pada ular di Indonesia. Selain itu perlu juga diteliti dari segi pola distribusi, biogeografi, siklus hidup, dan perilaku tungau tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Brusca RC, Brusca GJ. 2003. Invertebrates. Ed ke-2. Sunderland: Sinauer Associated, Inc. Cheng TC. 1973. General Parasitology. London: Academic Press, Inc. Domrow R. 1978. The genus Ophiomegistus Banks (Acari: Paramegistidae). J Australia Ent Soc 17: 113 – 124.
Evans GO. 1992. Principles of Acarology. Cambridge: Leaper & Gard Ltd. Goff ML. 1980. A new species of Ophiomegistus Banks (Acari: Paramegistidae) from A Malaysian Kukri Snake. J Pacific Insects 22: 380 – 384. Goin CJ, Goin OB. 1970. Introduction to Herpetology. Ed ke-2. New York: J Wiley. Komplen H, Austin CC. 2007. A new species of Ophiomegistus Banks (Acari: Paramegistidae) from Papua New Guinea. J Zootaxa 1387: 47-57. Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed ke-2. Corvallis: Oregon State University Book Stores, Inc. Krey K. 2008. Daerah Penyebaran dan Variasi Morfologi Ular Putih (Micropechis ikaheka) di Papua. [Tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. O’shea M. 1996. A Guide to the Papua New Guinea. Port Moresby: Craft Print Pte Ltd. Saputra EY. 2006. Identifikasi Tungau Pada Ular Sanca Bodo (Python mollurus) [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada. Supriatna J. 1981. Ular Berbisa di Indonesia. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2007. Veterinary Parasitology. Ed ke-3. Victoria: Blackwell Publishing Ltd. Walter, Proctor HC. 1999. Mites: Ecology, Evolution and Behavior. Sydney: University of New South Wales Press. Womersley H. 1958. Some new or little known Mesostigmata (Acarina) from Australia, New Zealand and Malaya. J Transactions Royal Soci South Australia 81: 115-130.
8
LAMPIRAN
9
Lampiran 1 Daftar istilah Acarina
: Kelompok hewan kecil yang termasuk ke dalam Filum Arthropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas Arachnida dengan ciri-ciri prosoma secara keseluruhan mempunyai pelindung seperti karapas dan bergabung sampai opisthosoma. Arachnida : Kelompok hewan kecil yang termasuk ke dalam Filum Arthropoda, Subfilum Chelicerata dengan ciri-ciri prosoma secara keseluruhan atau sebagian dilapisi pelindung seperti karapas, opisthosoma bersegmen atau tidak bersegmen, dan terdapat empat pasang tungkai. Arthropoda : Kelompok hewan kecil dengan tubuh bersegmen dan terspesialisasi, memiliki tungkai yang beruas-ruas, kutikula eksoskeleton berkembang baik, bilateral. Cakar apotele : Cakar palpal yang mempunyai dua, tiga atau empat duri menonjol transversal tarsus. Chelicerata : Kelompok hewan kecil dengan tubuh terdiri atas dua tagmata yaitu prosoma dan opisthosoma. Epistome : Pembuluh yang berada di dinding langit gnathosomal. Gnathosoma : Menyerupai kepala yang memiliki alat mulut seperti kelisera dan pedipalpus pada tungau. Hypostoma : Bagian lateral subkapitulum sampai elemen anteroventral pada gnatosoma. Idiosoma : Daerah podosoma bergabung dengan opisthosoma. : Alat mulut yang berfungsi menyerap, menusuk, menghisap, dan Kelisera dan Palpi menyobek makanan dari inangnya. Laciniae : Daerah apical tritosternum yang timbul atau menonjol. Metapodosoma : Daerah pasangan pada tungkai III & IV. Opisthosoma : Daerah posterior setelah tungkai IV. Peritremal (peritreme) : Saluran pernapasan yang luasnya memanjang antara tubuh bagian lateral dan koksa III, berfungsi sebagai alat pernapasan. Podosoma : Daerah pasangan dari tungkai I sampai IV. Propodosoma : Daerah dua pasang tungkai pada anterior tubuh. Seta : Rambut-rambut kemosensori yang berfungsi sebagai alat melekat pada inang. Stigmata (Spiracles) : Sistem trakea yang terbuka keluar yang menyatu di peritreme. Stigmata berfungsi sebagai alat pernapasan. Tritosternum : Daerah posterior gnathosoma yang menjulur ke anterior dengan satu atau dua lacinae yang bertempat di tengah.
10
Lampiran 2 Kunci identifikasi Ordo dan Subordo dari Subkelas Acari 1. a. Mempunyai satu hingga empat pasang stigmata dorsolateral atau ventrolateral pada bagian posterior dari koksa II; organ sensori propodosomal khusus serta kanal podocephalic tidak ada; koksa bebas, jelas ....................................................... ORDO PARASITIFORMES 2 b. Posterior dari koksa II tanpa stigmata yang jelas; organ sensori propodosomal, bila ada, berbentuk sensilla sederhana atau struktur khusus dalam lipatan-lipatan yang jelas; dengan sepasang kanal podosephalic yang sering terlihat; umumnya koksa menyatu di dinding badan ventral, membentuk coxisternal yang dibatasi oleh epimera ………………………………………………………………………….. ORDO ACARIFORMES 2. a. Mempunyai cakar apotelic yang sederhana atau runcing, terletak terminal, subterminal atau basal pada palpaltarsus; hypostoma hanya berfungsi pada sebagian dari lantai gnathosoma; hanya sedikit tarsus 1 yang mempunyai lubang sensori pada dorsal……………….…….. 3 b. Tarsus pedipalpal tanpa cakar; hypostoma termodifikasi menjadi organ penusuk dengan gigi retrorsus; dorsum tarsus 1 punya lubang sensori yang jelas; stigmata di belakang koksa IV atau lateral diatas koksa II-III, masing-masing dikelilingi oleh lempeng stigma ……………………………………………………………………... SUBORDO IXODIDA 3. a. Hysterosoma tanpa segmentasi primer, terdapat satu atau dua pasang stigmata di antara koksa II-III dan III-IV, biasanya pada posisi ventrolateral; apotele palpal tarsal tidak pernah terminal, rutella tidak ada; dengan atau tanpa peritreme …………………………….……… 4 b. Hyterosoma dengan sutura lemah tetapi jelas, terdapat empat pasang stigmata dorsolateral pada koksa III bagian posterior, palpal dengan satu atau dua cakar terminal, ada rutella ……………………………..…………………………...… SUBORDO OPILIOACARIDA 4. a. Hypostoma dengan paling banyak tiga pasang seta; degan apotele berduri dua atau tiga terletak pada bagian dalam sudut basal dari palpal tarsus; biasanya punya tritosternum dan biasanya dengan satu atau dua laciniae; valva anal telanjang atau minimal dengan sepasang seta; peritreme umumnya ada; epistoma ada ……..…………..... SUBORDO GAMASIDA
11
Lampiran 3 Kunci identifikasi tungau tingkat Famili dari Subordo Gamasida 1. a. Satu penutup genital (lempeng epigynial) berkembang dengan baik dan fungsional atau, jika tereduksi dan non-fungsional, biasanya terdapat sepasang seta kelamin. Biasanya tarsi II-IV dari deutonymph dan dewasa dengan 18 seta; tarsus I dengan atau tanpa cakar. Pergerakan digit dari kelisera tanpa medial, tapi arthrodial menggesek. Jantan umumnya mentransfer sperma, atau organ spermadactyl, digit umumnya bergerak dengan spur, duri atau apophyses pada tungkai II-IV yang digunakan betina untuk menerima selama transfer sperma; seta hypostomal jantan dan proses umumnya mirip dengan betina ………………………………………………… Supercohort MONOGYNASPIDES… 2 b. Tiga penutup genital fungsional ( dua pelindung latigynial dan satu pelindung mesogynial) atau berbagai organ yang bergabung atau tereduksi; saat tereduksi, biasanya dengan bagian sternogynial atau gabungan dari pelindung sternogynial yang menutupi genital aperture. Tarsi II – III pada deutonymph dan dewasa mempunyai 19 seta; Tarsus I umumnya tanpa cakar. kelisera yang bergerak juga mempunyai medial atau terminal dentritic. Terdapat organ seperti sikat atau filamentous excrescences pada dasar digit. Jantan tidak mempunyai cheliceral spermadactiyle atau spurs yang berbeda atau berduri pada tungkai, umumnya dengan hypertrophied atau seta extra hypostomal …Supercohort TRIGYNASPIDES 45 2. a. Lempeng epigynial berkembang baik atau tereduksi, kadang-kadang hilang dalam beberapa kelompok endoparasitik, umumnya melebar ke posterior luar daerah podosoma menyatu dengan genitiventral atau genitiventrianal; dengan sepasang seta di wilayah podosoma. Lempeng sternal umumnya tereduksi atau terfragmentasi; biasanya dengan satu atau dua lempeng marginal terpisah. Femur IV deutonymph dan dewasa biasanya dengan enam seta, dengan 2-3 seta hypostomal. Genital aperture pada jantan di tepi anterior lempeng sternal atau di dalamnya; spermadactyli atau bentuk perangkat sperma lain yang ada pada kelisera dengan genital anterior terbuka, umumnya jantan dengan tungkai pelindung ……………………………………………………………………. Cohort GAMASINA... 6 6. a. Lempeng sternal dan metasternal menyatu dibetina, dengan empat pasang seta. Lempeng epigynial umumnya membulat di anterior, posterior dipisahkan dari lempeng ventrianal ........................................................................................... Superfamili RHODACAROIDEA b. Lempeng sternal dengan tiga pasang seta atau kurang dibetina, pada parasit obligat lempeng sternal tereduksi atau tidak ada; metasternal bebas, umumnya berbatasan tetapi tidak menyatu dengan lempeng sternal atau tidak ada. Secara anterior, lempeng epigynial membulat, meruncing atau lancip; secara posterior menyatu ke elemen ventral atau ventrianal ……………………………………………………………………...……...….. 7 7. a. Kombinasi chaetotactic: lima seta dorsal pada tibia I, tibia II dengan sepuluh seta, dan tibia III dengan tujuh seta. Predator dan asosiasi serangga phoretic dan arthropoda lainnya ... ... …... ... ... ... ... ... ................................................................... .. Superfamili EVIPHIDOIDEA b. Empat atau enam seta bagian dorsal tibia I (jika terdapat lima seta, maka tibia II ada sembilan seta, atau tibia III memiliki lebih dari tujuh seta). Hidup bebas, paraphagic, dan spesies parasit ……………..………………..………………………………………...…… 8 8. a. Lempeng sternal terfragmentasi dan tereduksi, bagian lateral berbatasan dengan lempeng endopodal. Bagian ventral opisthosoma terdapat sepasang organ pengisap tersendiri. Jantan umumnya dengan spermadactyli dengan digit kelisera ……………………………………………………...Superfamili HETEROZERCONOIDEA b. Lempeng sternal mungkin tereduksi tetapi tidak seperti yang dijelaskan di atas, 2 atau 3 pori-pori pada sternal (dengan beberapa pengecualian pada parasit obligat). Jantan dengan spermadactyl ……………………………………….………………...………………….. 9 9. a. Lempeng sternal berkembang baik, dengan tiga pasang seta dan dua atau tiga pasang poripori; terdapat peritreme dan meluas sampai koksa II; lempeng dorsal keseluruhan atau terbagi, umumnya posterior tereduksi; cakar palpaltarsal berbentuk 3 garpu. Kombinasi chaetotactic; genu III dengan seta posteroventral dan dua seta di tibia I; tibia IV dengan tiga seta posterodorsal. Hidup bebas dan spesies predasi ... .. Superfamili PARASITOIDEA b. Berbagai lempeng sternal berkembang atau tereduksi, peritreme kadang-kadang tidak ada atau ada tapi sangat tereduksi, cakar palpaltarsal dengan 2 atau 3 cakar. Hidup bebas dan spesies parasit ……..………………………………………………………………….… 10
12
10. a. Lempeng epigynial lancip atau posterior cembung dan meluas terpisah dari lempeng anal, terkadang berbatasan dengan lempeng ventrianal (jika lempeng epigynial posterior membulat, maka bentuk lempeng anal tidak triangular). Hidup bebas, phoretic atau parasit pada arthropoda atau burung ……………………………………………….... ... ... .... ... ..11 b. Lempeng epigynial membulat, biasanya terpisah oleh lempeng anal triangular; lempeng epigynial kadang-kadang diperluas sehingga hampir berbatasan lempeng anal, dengan asumsi rata atau invaginasi aspek posterior. Berasosiasi dengan predator, serangga, ektoparasit dan endoparasit vertebrata .………..... Superfamili DERMANYSSOIDE … 26 26. a. Lempeng sternal lebih dari enam kali lebih lebar dari panjang pada titik terlebar; membran epigynial luas, sulit, seta epigynial sempit mengapit epigynial skleritik; lempeng anal terpisah. Opisthosoma sangat luas dengan seta spatulate di sampingnya. Parasit pada ular ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ……….………..... ... .. …….. Famili OMENTOLAELAPIDAE b. Ruang lempeng sternal, kondisi lempeng epigynial dan variasi bentuk opisthosoma, tidak seperti di atas………………….…………………………………………….…………….. 27 27. a. Kelisera besar, melengkung; secara meluas, epistome di atasnya gnathosoma tebal. Parasit kelelawar neotropikal ... .................... ... ... .. ........ .. ... ... Famili SPELAEORHYNCHIDAE b. Epistome dan kelisera tidak seperti di atas ………...…….……………………………….. 28 28. a. Peritreme tidak ada atau saluran peritreme mengecil. Saluran pernapasan pada parasit mamalia, reptil atau burung ... ... ... ... ................................. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 29 b. Peritreme jarang ada, umumnya tereduksi. Hidup bebas, ektoparasit pada vertebrata atau serangga ………………………………………………………..……………..………...… 31 31.a. Tungkai I sangat kuat, dengan cakar sessile yang tebal; tungkai lain tipis, dengan pretarsi panjang dan cakar kecil; koksa terpisah. Lempeng sternal tidak ada atau nyaris tak terlihat dibagian ventral integumen; ornamen bagian posteroventral pada idiosoma terdapat spur atau seta datar. Parasit armadillos ... ... ... ... ................. ... ... .. Famili DASYPONYSSIDAE b. Tungkai I-IV dengan ketebalan yang sebanding, atau koksa I-IV berdekatan; lempeng sternal berkembang dengan baik atau tereduksi, tapi khas dan mudah terlihat; tanpa spur atau rata seperti di atas …………………………...………………………………………. 32 32. a. Tritosternum tidak ada atau diwakili oleh dasar tritosternal (jika dasar tritosternal berkembang baik, maka peritreme tereduksi dan hanya diperpanjang sampai tepi anterior koksa III). seta sternal menyisip pada lempeng margin tereduksi atau melipat di integumen; lempeng epigynial tereduksi, dengan atau tanpa seta. Parasit pada kelelawar ... …………………………………………………………...... ... .. Famili SPINTURNICIDAE b. Tritosternum berkembang dengan baik, dengan laciniae ……………….. ………...… … 33 33.a. Lempeng sternal subrectangular, bagian lateral tereduksi, terdapat seta sternal 1 dan poripori, 2 dan 3 sternal di perbatasan integumen. Lempeng anal sedikit diperpanjang sampai posterior seta postanal; margin posterior pada idiosoma dengan dua pasang seta flagellate panjang. Parasit edentates ............. ... ... .............. ... ... .. Famili MANITHERIONYSSIDAE b. Lempeng sternal dan anal secara variasi berkembang, sering tereduksi atau diperluas tetapi tidak seperti di atas …………………………………………………………….…………. 34 34 a. Kelisera betina berbentuk stylet seperti cambuk, jumlah digit; membran corniculi tidak jelas ... .... ... .. ................................ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ……………..... 35 b. Kelisera biasanya memanjang atau menipis namun tidak membentuk stylet; corniculi kuat atau sklerotisasi lemah, berkembang baik atau tidak jelas …………………………….… 36 36.a. Kelisera memanjang, tanpa gigi; cornicula bermembran, biasanya lobate; palpaltrochanter biasanya terangkat dengan lunas medioventral. Dengan besar anterior memacu nonsetigerous pada koksa II (jumlah jarang atau tidak ada), koksa lain tanpa spur tapi kadang-kadang wilayahnya kecil; chaetotaxy dari genu IV beragam tetapi umumnya dengan dua seta ventral. Parasit pada mamalia, burung, dan reptile .…………………………………………………...…………… Famili MACRONYSSIDAE 45.a. Lempeng dorsal dengan dua atau lebih pelindung (jika satu, maka lempeng menyatu dari anterior sampai posterior), umumnya dengan seta pelage. Epistome menonjol ke arah anterior atau bergerigi, tanpa lunas; tritosternal laciniae menyatu, terkadang diterminal terpisah …………….. Cohort CERCOMEGISTINA, Superfamili CERCOMEGISTOIDEA b. Lempeng dorsal tunggal ( jika mempunyai satu pelindung, lalu sclerites vaginal akan berkembang baik). Epistome triangular, halus dengan lunas medial; tritosternum umumnya umumnya bergabung dibagian dengan dua lacinine yang berbeda, proximal…………………………………….... Cohort ANTENNOPHORINA……..... 49
13
49. a. Terdapat pelindung sternogynial, tanpa seta sternal (jarang terlihat ada sklereit poststernal baik di seta maupun di pori-pori berada di pelindung sternogynial) …….………………. 50 b. Tanpa pelindung sternogynial, terdapat 3 pori-pori di lempeng sternal atau metasternal atau tidak ada ………………………………….………………………………………………. 55 50.a. Kelisera berbentuk filamentous excrescences; terdapat pelindung anal berdekatan atau secara tidak langsung menyatu dibagian ventral. Terdapat fovae pedales membantu untuk melipat tungkai; palpal tibia dan tarsus mungkin menyatu ………………………………………………...…….. Superfamili FEDRIZZIOIDEA 51 b. Kelisera berbentuk dendritic excrescences; anal membuka di lempeng ventrianal yang umumnya terpisah dari elemen ventral anterior di integumen. Fovae pedales tidak ada, palpal tibia dan tarsus umumnya diartikulasi .................. Supefamili MEGISTHANOIDEA 51. a. Lempeng sternogynial keseluruhan, dengan segitiga terbalik; tetartosternum, fovae pedales ada. Seperti tungau pada penyu yang berasosiasi dengan kumbang …………... ... ... ... ... 52 b. Memiliki bagian sternogynial yang terpisah; satu seta sternal di jugular atau terdapat keseluruhan pelindung sternal. Tanpa fovae pedales. Berasosiasi dengan arthropoda atau reptil …………….................…………………………………………………..……….. 53 53. a. Satu atau lebih seta sternal pada jugular; sternogynial terpisah. Palpal tibia dan tarsus dengan insekta, milliped dan reptil menyatu. Berasosiasi ………………………………………………………………. Famili PARAMEGISTIDAE
14
Lampiran 4 Kunci identifikasi tingkat Genus dan Spesies dari Famili Paramegistidae 1. a. Lempeng jugular memiliki sedikit seta; jumlah seta sedikit di lempeng metasternal, latigynial, dan mesogynial; stigmata berada di antara koksa III dan IV; bagian ventral terdapat seta oval atau lanceolate; tidak terdapat seta di lempeng metapodal. Berasosiasi dengan milliped ………….………………………………………………….… Neomegistus b. Lempeng jugular memiliki tiga pasang seta dan dua pasang pori; Lempeng jugular menyatu dan sternal menyatu membentuk lempeng transversal, stigmata berada di antara koksa III dan IV; lempeng peritremal, exopodal dan metapodal menyatu; lempeng metasternal berada di antara lempeng sternal dan transversal; lempeng latigynial lebih kecil dengan beberapa seta; lempeng mesogynial tereduksi; lempeng ventrianal sangat lebar. Berasosiasi dengan insekta ..…………………………………........................ Promegistus c. Lempeng jugular memiliki banyak seta; jumlah seta banyak di lempeng metasternal, latigynial, dan mesogynial; stigmata berada di koksa III; bagian ventral terdapat seta foliate; terdapat seta di lempeng metapodal. Berasosiasi dengan ular dan kadal ...…………………………………………………………..…………… Ophiomegistus… 2 2. a. Lempeng jugular (jantan menyatu) terdapat satu seta. Lempeng endopodal diskrit. Lempeng genitoventral terdapat seta (tidak termasuk anal) keseluruhan termodifikasi ………………………………………………………………………………………….…. 6 b. Lempeng jugular (jantan menyatu) terdapat paling sedikit dua seta. Lempeng endopodal paling hanya ditunjukkan dalam garis besar lempeng latigynial. Hanya seta setengah bagian belakang lempeng genitoventral (tidak termasuk anal) ..………………………...… 3 3. a. Lempeng jugular (jantan menyatu) masing-masing dengan dua seta. Seta pada lempeng metapodal tidak berkembang baik atau tidak ada …………...……….…………….……… 4 b. Lempeng jugular (jantan menyatu) masing-masing dengan beberapa seta. Terdapat dua seta yang sangat luas di lempeng metapodal ………...…………...… Ophiomegistus luzonensis 4. a. Masing-masing lempeng metapodal terdapat tiga seta. Jantan tidak diketahui. Ukuran tubuh betina kecil, panjang idiosoma 812 µm, lebar 893 µm ................ Ophiomegistus australicus