eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (3) 833-844 ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
INTERVENSI MILITER ARAB SAUDI DALAM KONFLIK INTERNAL DI YAMAN TAHUN 2014-2016 Meilinda Saputri1 Nim. 0802045199 Abstract The research is focused on the military intervention of Saudi Arabia againts Yemen conflict. The purpose of this study is to describe Saudi Arabia's military intervention on the internal conflict between the government and the Houthi rebel group in Yemen. The study has found that the Saudi’s military intervention in Yemen conflict between the Yemen government with the Houthi rebel group, in order to fight the group’s action from the Yemen president’s demand, Abd Rabbo Mansour Hadi. Moreover, the Saudi government is also concerned over the growing influence of the Houthi group and the increasing of political turmoil in Yemen, that can be a threat to the country. For that, Saudi Arabia and its Gulf state military, intervened by air and ground’s attacks againts Houthi’s bases, in order to restore the Yemen’s government legitimacy and maintain security and stability of the Middle East regional. Keywords : Conflict Yemen, Houthi rebellion, the intervention of Saudi Arabia.
Pendahuluan Sebelum terbentuknya Republik Yaman, negara ini terbagi dalam dua wilayah kekuasaan yaitu Yaman Utara dan Yaman Selatan. Yaman Utara memperoleh kemerdekaannya dari kekuasaan Turki tahun 1918 dan Yaman Selatan merdeka dari jajahan Inggris tahun 1967. Kedua pihak secara resmi bersatu pada 22 Mei 1990 dengan ibukota di Sana’a dan presiden pertamanya ialah Ali Abdullah Saleh dari Yaman Utara (H.M Iwan Gayo, 2008:593).Namun, unifikasi tersebut ternyata tidak membuat Yaman menjadi stabil. Banyak perselisihan yang terjadi mengakibatkan lemahnya rasa persatuan di negara tersebut. Selain itu, kemiskinan, korupsi, dan lemahnya penegakan hukum menjadi penyebab timbulnya pemberontakan melawan pemerintah Yaman, seperti yang dilakukan oleh kelompok Houthi.
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 833-844
Houthi adalah gerakan Syiah Zaidiah yang bermarkas di Muhafadhah provinsi Sa’dah, Yaman utara. Dibentuk oleh Husein Badaruddin Al-Houthi dengan tujuan damai. Ketegangan antara pemerintah Yaman dan kelompok Houthi terjadi sejak awal tahun 2000-an, yang ditandai oleh banyaknya demonstrasi anti-pemerintah yang dipimpin oleh Husein Badaruddinal-Houthi akibat diskriminasi sosial dan politik yang dilakukan oleh pemerintah Yaman yang beraliran Sunni terhadap kaum Syiah di Yaman Utara. Orang-orang Syiah Yaman tidak diberi hak untuk mendirikan sekolahsekolah agama khusus Syiah dan dilarang menyelenggarakan perayaan khas Syiah seperti Idul Ghadir. Selain itu, Kebencian kelompok Houthi semakin menjadi ketika Amerika Serikat melakukan agresi militer ke Irak yang didukung oleh pemerintah Yaman. Dukungan Yaman tersebut kemudian memunculkan berbagai aksi protes secara besar-besaran pada tahun 2003 di Prov. Sa’dah. Aksi protes dan demo tersebut terus bergulir, hingga membuat kondisi dalam negeri Yaman semakin tidak kondusif. Oleh karena itu pemerintahan Ali Abdullah Saleh khawatir kelompok Houthi akan menimbulkan kendala besar terhadap pemerintahan di Yaman maka pemerintah Saleh menetapkan kelompok Houthi ini sebagai kelompok pemberontak dan organisasi terlarang. Kelompok Houthi menuntut mundurnya Ali Abdullah Saleh sebagai Presiden Yaman. Pada tahun 2012, akhirnya Presiden Saleh resmi mengundurkan diri dan digantikan oleh wakilnya saat itu yaitu Abd Rabbo Mansour Hadi. Hal tersebut kembali memicu timbulnya konflik. Ketidaktsabilan politik dan sosial ini dimanfaatkan oleh kelompok Houthi untuk merebut kekuasaan pemerintah tahun 2014 dan membentuk pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh Abdul Malik al-Houthi. Untuk mengamankan pemerintahannya, Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi meminta bantuan dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk untuk memulihkan kekuasaannya di Sana’a. Melihat kondisi tersebut Arab Saudi tentu merasa terancam, bagi Arab Saudi menjaga kestabilan keamanan Yaman adalah hal penting karena tidak hanya dapat menjaga keamanan negaranya sendiri, melainkan juga dapat menjaga kestabilan keamanan di Timur Tengah secara umum.Oleh karena itu, atas permintaan pemerintah Yaman pada 25 Maret 2015 pemerintah Arab Saudi resmi melakukan operasi militer yang bertujuan untuk mengembalikan pemerintahan Yaman yang sah. Inilah yang menjadi alasan penulis memilih untuk menganalisis ‘’Intervensi militer Arab Saudi dalam konflik internal di Yaman tahun 2014-2016’’. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Intervensi Secara sederhana Intervensi diartikan sebagai campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, negara, dan sebagainya). (Intervensi. dalam http://www.artikata.com/arti-330953-intervensi.html). Intervensi internasional di banyak negara yang ada di dunia memiliki berbagai bentuk seperti militer, ekonomi dan politik. Intervensi militer menurut Fawole (1994) didefinisikan sebagai tindakan sadar menggusur dan menggantikan tatanan politik yang ada, pemerintah, oleh tentara dengan tujuan baik dari yang mengatur atau mempengaruhi urusan politik negara dalam arah tertentu ditentukan terutama oleh intervensionis diri.
834
Intervensi Militer Arab Saudi dalam Konflik Internal di Yaman (Meilinda Saputri)
Intervensi militer ialah suatu bentuk intervensi berupa pengiriman sejumlah besar pasukan, baik untuk memantapkan suatu rejim terhadap para pemberontak atau membantu para pemberontak menggulingkan suatu perangkat penguasa yang telah mapan. Yang lebih sering terjadi, intervensi merupakan suatu akibat dari kemelut kemudian pasukan-pasukan di kirim dengan cepat, seiring dengan menangkal rejim sasaran atau pemberontak secara mengejutkan. Intervensi dapat juga diatur sebagai suatu alat pendukung suatu persekutuan atau negara sahabat melawan pemberontakan yang sesungguhnya atau yang diduga. Jika suatu rejim yang sedang berkuasa diancam oleh kekuatan revolusioner yang jelas diketahui, diorganisasikan, didukung, dan mungkin diatur dari luar negeri, rejim itu tentu akan meminta sekutu ddan temantemannya untuk melakukan intervensi atas namanya, kecuali jika rejim tersebut percaya bahwa ia dapat menanggualangi masalah itu dengan kemampuannya sendiri. (K.J Holsti, 1998: 25-27) Konflik Internal Studi konflik internal mengemuka dalam dekade terakhir ini, terutama bersamaan dengan makin maraknya konflik horizontal antar ras, etnis dan agama di dalam wilayah suatu negara. Menurut Edward Azar, menyebutkan ada 4 pra-kondisi yang mengarah pada terjadinya atau pemicu konflik internal, yaitu : (Azar, Edward, 1990:142) 1. Hubungan yang tidak harmonis antara kelompok identitas seperti suku, agama dan budaya dengan pemerintah. 2. Konflik juga dikaitkan dengan kenyataan bahwa pemerintah telah gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar kemanusiaan sehingga terjadi proses kemiskinan. 3. Sebab konflik internal berkaitan dengan karakteristik pemerintahan yang otoriter dan mengabaikan aspirasi politik dari masyarakat. 4. Konflik internal dikaitkan dengan International Linkages, yaitu sistem ketergantungan yang terjadi antara negara dengan sistem ekonomi global dimana pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih memihak kekuatan modal asing daripada kepentingan penduduk lokal. Menurut Michael E. Brown, kompleksitas konflik internal tidak hanya dijelaskan hanya oleh satu faktor atau variabel pada kebijakan atau perilaku elit pemimipin sebagai pemicu terjadinya konflik di suatu daerah, bahwa faktor-faktor struktural, politik, ekonomi, sosial, budaya menjadikan suatu daerah rentan terhadap terjadinya konflik.(Michael E. Brown, 2010) Metode Penelitian Tipe penelian dari penelitian ini adalah deskriptif yang digunakan penulis untuk penulis menjelaskan secara konkrit mengenai intervensi militer Arab Saudi dalam membantu pemerintah Yaman menangani kelompok Houthi.Jenis data sekunder, teknik pengumpulan data menggunakan metode telaah pustaka (library research) dan media internet, teknik analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif, yakni menjelaskan maslah berdasarkan fakta- fakta yang ada kemudian menarik kesimpulan.Sehingga dapat menghasilkan analisa yang sesuai dengan penelitian yang diangkat.
835
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 833-844
Hasil Penelitian Yaman adalah negara pertama di Jazirah Arab yang menyatakan kemerdekaannya. Republik Yaman terletak di bagian selatan semenanjung Arabia. Ibukotanya adalah Sana’a . Wilayah Yaman berbatasan dengan Arab Saudi di utara, Oman di timur, Teluk Aden di selatan, dan laut merah di barat. Luas wilayah Yaman sekitar 530.000 km2 yang meliputi lebih dari 200 pulau. Yaman dikenal sebagai negara yang membebaskan rakyatnya memiliki senjata oleh sebab itu negeri ini dikenal juga sebagai negeri sipil bersenjata. Pasca penyerangan gedung World Trade Center (WTC) 11 September 2001, Amerika Serikat dengan gencar mengkapanyekan program “pemberantasan Teroris” kepada negara-negara di seluruh penjuru dunia, hal ini ternyata berdamapak pula pada kondisi sosial politik dalam negeri Yaman. Yaman termasuk salah satu negara sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah yang terlibat dalam perjanjian anti terorisme dan pemerintahan Ali Abdullah Saleh menyatakan dukungannya melawan terorisme, selaras dengan program yang diluncurkan oleh Amerika Serikat tersebut (Houthi kelompok pemberontak dari pelosok utara Yaman, dalam http://www.retawon.com/2012/03/al-houthi-kelompok-pemberontak-dari.html) Kedekatan pemerintah Yaman dan Amerika Serikat tersebut menimbulkan ketidaksenangan dan kemarahan kelompok Houthi terhadap pemerintah Yaman. Melihat fenomena tersebut, pemerintah Yaman yang selama ini cenderung pasif pun akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah tegas dan kelompok Houthi pun di tetapkan oleh pemerintah Ali Abdullah Saleh sebagai gerakan terlarang. Pada Juni 2004, pemerintah Yaman memgumumkan perang terbuka dengan kelompok Houthi dan pasukan Yaman dikerahkan untuk menumpas para anggota kelompok tersebut di Yaman Utara. September 2004, Menteri Pertahanan Yaman mengumumkan, bahwa Husein Al-Houthi telah tewas oleh militer Yaman di pegunungan sekitar Saadah. Tewasnya Husein sempat meredam aktivitas perlawanan dari Al Syabab Al Mukmin namun Husein mampu menciptakan jaringan yang kuat dari pengikut setianya di utara Yaman. Setelah kepemimpinan diambil alih oleh saudaranya Abdul Malik Al-Houthi kelompok tersebut mengadopsi nama Houthi dan mulai melakukan kembali perlawana bersenjata di Yaman Utara sejak tahun 2005. Sejak meletusnya revolusi Yaman, dalam rangkaian Arab Spring, kondisi Yaman secara umum menjadi semakin tak terkendali. Dinamika perpolitikan, konflik, dan keamanan berputar begitu cepat. Pemberontakan oleh kelompok Houthi, aksi bentrok dan demonstrasi rakyat tak berkesudahan yang menuntut mundurnya Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh karena rakyat sudah tidak percaya lagi pada kepemimpinannya. Negara-negara teluk yang dipimpin Arab Saudi juga meminta Ali Abdullah Saleh untuk mundur sebelum Yaman semakin memburuk dan setahun kemudian, Ali Abdullah Saleh dibawah tekanan Arab Saudi resmi menyerahkan jabatan Presiden ke Wapres Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi sejak 2012.
836
Intervensi Militer Arab Saudi dalam Konflik Internal di Yaman (Meilinda Saputri)
Di bawah pemerintahan Abd Rabbo Mansour Hadi, kelompok Houthi kembali melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Yaman sejak Agustus 2014. Ketika itu pimpinan kelompok Houthi, Abdul malik al Houthi yang didukung ribuan demonstran yang turun ke jalanan menuntut pemerintah Yaman membatalkan pencabutan subsidi BBM yang diumumkan sebulan sebelumnya. Kelompok Houthi juga mengancam akan menggulingkan presiden jika tuntutan itu tidak dikabulkan. Selain itu kelompok Houthi juga menuntut lebih banyak pembagian kekuasaan lewat perwakilan kelompok etnis, religius dan aktivis dalam pemerintahan. Ketegangan tersebut mereda setelah tercapainya kesepakatan damai lewat mediasi petugas PBB untuk Yaman, Jamal Benomar. Abd Rabbo Mansour Hadi juga mengundang kelompok Houthi untuk duduk dalam pemerintahan persatuan nasional. Namun presiden Abd Rabbo Mansour Hadi juga mengajukan syarat, semua kelompok Houthi agar ditarik dari ibukota Sana’a agar tuntutan dipenuhi. Namun konflik kembali pecah pada bulan Januari 2015 yaitu pada saat Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi mengumumkan rancangan konstitusi baru untuk pembentukan enam kawasan federasi Yaman. Hal tersebut dianggap ole kelompok Houthi sebagai upaya untuk melemahkan kelompoknya. Akan tetapi presiden tetap bersikukuh dengan rencananya, sehingga memicu pemberontakan kelompok Houthi. Penyerangan oleh kelompok Houthi kembali terjadi 20 Januari 2015. Mereka menyerang Istana Perdana Menteri Yaman setelah sehari sebelumnya menyerang istana kepresidenan. Serangan ini diakhiri dengan gencatan senjata oleh kedua belah pihak. Kemudian pada tanggal 23 Januari 2015, Abd Rabbo Mansour Hadi menyatakan mundur dari jabatan Presiden Yaman ditengah-tengah protes, setelah kelompok Houthi memaksa masuk ke Istana Presiden di Sana’a dan menamai lima anggotanya “dewan presiden” untuk memerintah negara. Namun, pemerintahan bentukan Kelompok Houthi tidak mendapat dukungan dari warga Yaman dan negara-negara arab di Timut Tengah. Mundurnya Abd Rabbo menyebabkan kekosongan kekuasaan di pemerintahan Yaman. Kekosongan tersebutmembuat kelompok Houthi berhasil mengambilalih pemerintahan Yaman dan merebut sebagian besar ibukota dan menduduki fasilitas pemerintah. Kemudian Abd Rabbo MansourHadi dijadikan sebagai tahanan rumah. Setelah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi berhasil melarikan diri pada 22 Februari 2015 dari ibu kota Sana’a ke kota pelabuhan selatan Aden dengan bantuan Dewan Keamanan PBB, Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi kemudia menarik pengunduran dirinya pada 24 Februari 2015 serta mengumumkan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman dan menyerukan tentara untuk bergabung dengannya. Selain itu, pemerintahan Abdu Rabbo Mansour Hadi juga meminta bantuan dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk untuk memulihkan kekuasaannya di Yaman. Abd Rabbo MansourHadi mengirim sebuah surat kepada Raja Arab Saudi yaitu Raja Salman bin Abdul Aziz untuk meminta bantuan negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC). Dalam suratnya tersebut, Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi menggambarkan situasi di Yaman sebagai rumit dan sensitif, dan meminta negara-negara anggota P-GCC terutama Arab Saudi untuk berperan
837
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 833-844
aktif dalam menangani situasi di negaranya. Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi juga menyampaikan sebuah usulan, yaitu penyelenggaraan sebuah konferensi yang melibatkan semua pihak dan partai politik Yaman di Riyadh, di bawah payung dukungan pemerintah Arab Saudi (Krisis yaman dan intervensi Arab Saudi dalam, http://indonesian.irib.ir/editorial/fokus/item/92885-krisis-yaman-dan-intervensi-arabsaudi). Upaya pemerintahan Yaman untuk mengatasi kelompok Houthi dengan meminta bantuan Arab Saudi terlihat cukup logis disebabkan karena dilihat dari hubungan kedua negara yang saling ketergantungan dimana Yaman membutuhkan Arab Saudi untuk membantu membangun perekonomiaannya dan Arab Saudi membutuhkan Yaman untuk mengamankan wilayah perbatasannya dari ancaman terorisme dan pemberontakan yang terjadi di Yaman agar tidak meluas kewilayah Arab saudi. Untuk itu 25 Maret 2015, Saudi memimpin dan menjalankan Operation Decisive Storm sebagai bentuk intervensi langsung ke Yaman. Disamping permintaan dari Presiden Yaman Abd Raboo Mansour Hadi untuk membantu negaranya dalam menghadapi kelompok-kelompok teroris khusunya kelompok Houthi. Secara tidak langsung konflik internal Yaman tersebut membuat Arab Saudi menghadapi ancaman keamanan dan stabilitas akibat adanya senjata-senjata berat, roket jarak menengah dan jauh di luar kekuasaan otoritas yang sah. Dalam melakukan serangannya Arab Saudi didukung oleh beberapa negara dan pasukan dalam koalisi ini terdiri dari angkatan bersenjata dari Uni Emirat Arab, Yordania, Qatar, Bahrain, Kuwait, Maroko, Sudan dan Mesir. Pakistan menyatakan akan melindungi integritas wilayah Arab Saudi, namun tidak akan terjun langsung dari konflik yang “akan berdampak pada perpecahan di dunia Islam”. Somalia membuka ruang udara, perairan teritorial, dan pangkalan-pangkalan militernya di wilayah Berbera dan Bosaso untuk digunakan oleh pasukan koalisi. Sementara itu, Amerika Serikat memberikan dukungan logistik dan intelijen termasuk misi SAR untuk pilot-pilot koalisi jika pesawat mereka tertembak jatuh dan untuk mencegah kelompok Houthi mengambil alih Yaman dan mempertahankan “pemerintah Yaman yang sah”. Di sini, Arab Saudi sangat mengandalkan data intelijen Amerika Serikat dan foto-foto hasil pantauan satelit mata-mata, untuk menyeleksi sasaran yang harus digempur, termasuk persenjataan dan pesawatpesawat tempur Yaman. Amerika Serikat juga mempercepat proses penjualan senjata ke negara-negara anggota koalisi. Adapun secara terbuka Arab Saudi menyatakan tiga motif dalam melakukan serangan yaitu: pertama, untuk mengembalikan pemerintahan Yaman yang sah kepada AbdRabbo Mansour Hadi sebagai presiden Yaman, kedua, untuk menghancurkan kelompok Houthi dan ketiga, untuk membatasi pengaruh Iran di negara itu. Ini motif riil Saudi di Yaman http://islaminesia.com/2015/07/ini-motif-riil-saudi-di-yaman/) Intervensi militer oleh Arab Saudi ke wilayah Yaman tersebut dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:
838
Intervensi Militer Arab Saudi dalam Konflik Internal di Yaman (Meilinda Saputri)
Serangan Udara Tanggal 25 Maret 2015 Arab Saudi secara resmi memimpin serangan udara ke Yaman. Arab Saudi mengerahkan 100 pesawat tempurnya untuk mengebom basisbasis milisi Houthi di Sana’a, serangan udara tersebut juga didukung oleh sejumlah negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC), ditambah Mesir, Jordania, Maroko, Sudan, dan Pakistan. Dalam serangan udara tersebut, aksi militer Saudi didukung oleh Kuwait (15 pesawat), Bahrain (15 pesawat), Uni Emirat Arab atau UEA (30 pesawat), Qatar (10 pesawat), Jordania (6 pesawat), dan Sudan (3 pesawat). Sebelum melakukan serangan udara, Arab Saudi telah menjatuhkan selebaran peringatan kepada warga di distrik perbatasan Yaman untuk pergi, selebaran dijatuhkan di Old Saada di provinsi Saada (Yemen conflict: Saudis warn border civilians to leave dalamhttp://www.bbc.com/news/world-middle-east-32654346). Pesawat koalisi meluncurkan serangan udara di Sana’a dan kota-kota lain di mana kelompok Houthi dan para pendukungnya diharapkan banyak berkumpul di sana’a. Serangan udara pertama diarahkan ke pangkalan udara militer di Bandara Internasional Sana’a, dan berhasil menghancurkan banyak sistem pertahanan udara Yaman. Menurut pejabat-pejabat Arab Saudi, serangan udara itu juga menghancurkan sejumlah pesawat tempur Yaman, yang belum sempat mengudara dan masih berada di pangkalan. Tiga komandan kelompok Houthi dikabarkan tewas dalam pemboman itu. Serangan Arab Saudi pada 26 Maret 2015 juga menghantam pangkalan udara AlAnad, dan bekas fasilitas pasukan operasi khusus Amerika Serikat di Governorat Lahij yang direbut kelompok Houthi beberapa hari sebelumnya. Sasaran-sasaran yang lain, dilaporkan temasuk pangkalan rudal di Sana’a yang dikontrol oleh kelompok Houthi dan depot bahan bakar di pangkalan itu. Cakupan serangan meluas pada 27 Maret 2016 dengan instalasi radar di Governorat Ma’rib dan sebuah pangkalan udara di Governorat Abyan. Di perbatasan Jizan, Arab Saudi, pesawat-pesawat tempur koalisi Negara Sunni berhasil menghancurkan sejumlah rudal balistik Scud yang dipindahkan keluar kota Sana’a oleh pasukan kelompok Houthi yang rencananya bakal ditembakkan ke kota di Saudi Arabia menurut lansiran dari surat kabar moslemforall. Dalam serangan-serangan tersebut Arab Saudi dan koalisinya menyatakan telah mengambil alih 95 hingga 98 persen kapasitas pertahanan udara kelompok Houthi bersama dengan 80 persen gudang senjata mereka.Senjata dalam gudang di Sanaa ini juga menyimpan rudal Scud. Gudang senjata dan kamp-kamp militer tersebut dijalankan oleh kelompok Houthi. (Kronologi serangan pasukan koalisi arab Saudi di Yaman dalam http://www.jurnalislam.com/topikpilihan /read/38/kronologi-serangan-pasukan-koalisi-arab-saudi-di-yaman.html ) Serangan Darat Dalam serangan darat Arab Saudi mengerahkan sekitar 150 ribu pasukan. Koalisi mengambil kebijakan tersebut setelah gerilyawan kelompok Houthi menewaskan 60 tentara Teluk. Sebelum dimulainya perang, telah nampak konvoi panjang pasukan Saudi Arabia. Trailer pengangkut Tank buatan Inggris dan juga Jeep perang Hummer berkonvoi menuju ke perbatasan. Ketika meletus perang darat, pasukan Arab Saudi yang masuk ke Negara Yaman mendapat perlawanan sengit. Namun, hal tersebut
839
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 833-844
hanya terjadi di Propinsi Najran yang berhadapan langsung dengan Propinsi Saada Yaman yang merupakan Basis kelompok Houthi. Pasukan Militer Arab Saudi yang masuk melalui Jizan mendapat bantuan dari milisi Sunni setempat dan juga pasukan yang setia kepada Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi (Arab Saudi mulai serangan darat ke basis syiah Houthi dalam https://www.idjoel.com/perang-yaman-2015-arabsaudi-mulai-serangan-darat-ke-basis-syiah-houthi/) Qatar juga mengirim sekitar 1.000 pasukan darat ke Yaman, Pengiriman tentara ini merupakan keterlibatan pertama Qatar dalam serangan darat koalisi yang dipimpin Arab Saudi dalam melawan kelompok Houthi. Menurut staf lokal Yaman di Provinsi Marib, sebelah timur Sana’a mengatakan kontingen Qatar telah "menyeberangi pos perbatasan Al-Wadia" di antara Arab Saudi dan Yaman, dan menuju Marib untuk bergabung dengan pengikut Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi yang meluncurkan serangan melawan kelompok Houthi di ibu kota Sana’a. Laporan terebut juga menyatakan 1.000 tentara Qatar telah dikerahkan bersama 2.000 kendaraan lapis baja dan 30 helikopter Apache(Gempur Houthi Qatar kirim 1000 tentara ke basis Yaman dalam http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150907195645-12077194/gempur-houthi-qatar-kirim-1000-tentara-ke-yaman) Dalam Operasi Decisive Storm yang digelar di Yaman, selain melakukan pengiriman pesawat tempur dan personil militer juga terdapat kapal perang, dimana Mesir mengerahkan empat kapal perangnya, yang berlayar melalui Laut Merah menuju Teluk Aden, mendekati Perairan Yaman. Hal tersebut dilakukan karena Iran juga mengirim dua kapal perangnya yang tiba di Teluk Aden pada 22 April 2015, dengan tugas resmi melakukan misi “anti-pembajakan.” Juru bicara koalisi Arab, Brigjen Ahmed al-Assiri, mengatakan akan memantau semua gerakan kapal Iran. Ia bahkan mengancam bahwa semua pelabuhan di Yaman berada di bawah kontrol koalisi dan kapal mana pun yang mencoba memasok senjata kepada kelompok Houthi dari pelabuhan Yaman akan menjadi sasaran serangan koalisi. Kemudian untuk menindak lanjuti intervensi militer yang telah di lakukan, Arab Saudi mengumumkan tindakan tahap kedua yaitu "Operasi Restoring Hope". Rancangan yang disiapkan oleh negara-negara koalisi Arab Saudi dan diserahkan ke pada Dewan Keamanan PBB. Kemudian pada Selasa tanggal 14 April 2015 Dewan Keamanan PBB di New York , mengeluarkan Resolusi nomor 2216 tentang konflik di Yaman. Hasil pemungutan suara tersebut diikuti 15 negara anggota tetap dan anggota tidak tetap dari DK PBB adalah 14 negara setuju, 0 tidak setuju dan satu negara abstain. Rusia merupakan negara satu-satunya yang menyatkan abstain/tidak memberi suara karena Rusia beraggapan bahwa embargo seharusnya dikenakan pada seluruh negeri bukan hanya pada pihak tertentu. DK PBB saat ini terdiri dari 5 Anggota Tetap, yakni AS, Tiongkok (China), Inggris , Perancis, dan Rusia, serta 10 Anggota Tidak Tetap : Afrika Selatan, Azerbaijan, Guatemala, India, Jerman, Kolombia, Maroko, Pakistan, Portugal dan Togo.
840
Intervensi Militer Arab Saudi dalam Konflik Internal di Yaman (Meilinda Saputri)
Dalam resolusi tersebut mengharuskan kelompok Houthi untuk mengakhiri kekerasan dengan segera dan tanpa syarat, lalu mundur dari daerah yang telah mereka rebut, mengembalikan peralatan militer yang mereka sita dan kelompok Houthi diminta melepaskan semua tahanan politik, tentara dan semua orang dalam tahanan rumah atau ditahan sewenang-wenang, serta mengakhiri perekrutan dan penggunaan anakanak dan membebaskan semua anak-anak dalam konflik Yaman. Tuntunan lainnya dari resolusi, adalah menegaskan kembali dukungannya terhadap legitimasi Presiden Yaman Abd-Rabbo Mansour Hadi dan menyeru kepada semua pihak dan negaranegara anggota untuk menahan diri dari mengambil tindakan apapun yang merusak persatuan, kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah Yaman, dan legitimasi Presiden Yaman. Resolusi juga menambahkan, semua pihak agar menahan diri dari setiap provokasi atau ancaman terhadap negara tetangga, termasuk penggunaan rudal-rudal permukaan serta penimbunan senjata di setiap wilayah yang berbatasan dari negara tetangga. Serta menyerukan penolakan sewenang-wenang terhadap akses kemanusiaan dan merampas harta benda warga sipil serta kelangsungan hidup mereka, termasuk dengan sengaja menghambat pasokan bantuan merupakan suatu pelanggaran hukum kemanusiaan internasional (Resolusi DK PBB 2216 untuk konflik Yaman dalam http://www.mirajnews.com/id/resolusi-dk-pbb-2216-untuk-konflik-yaman/71243). Resolusi ini juga menyerukan evakuasi warga asing, pekerja bantuan dan diplomat juga mengkoordinasi gencatan bentrokan antara para pihak dalam upaya mencapai bantuan kemanusiaan. Selain itu, Resolusi juga mencantumkan soal embargo senjata. Dewan memutuskan bahwa semua negara anggota harus segera mengambil langkahlangkah yang diperlukan untuk mencegah pasokan senjata langsung atau tidak langsung, penjualan atau pengalihan, atau untuk kepentingan Ali Abdullah Saleh, anak Presiden Saleh Ahmad Ali Saleh, Abdullah Yahya al Hakim, dan salah satu pemimpin gerakan Houthi Abd al-Khaliq al-Houthi yang juga menghadapi embargo (Kronologi serangan pasukan koalisi arab Saudi di Yaman dalam http://www.jurnalislam.com /topikpilihan/read/38/kronologi-serangan-pasukankoalisi-arab-saudi-di-yaman .html) Dalam hal ini, DK PBB menetapkan Komite Khusus yang bertugas dan bertindak memantau pergerakan dari atau ke luar Yaman, melalui wilayah mereka atau oleh warga negara mereka, atau menggunakan kapal berbendera atau pesawat terbang, pasokan senjata dan perlengkapan terkait dari semua jenis, termasuk senjata dan amunisi, kendaraan militer dan peralatan, peralatan militer, atau lainnya berkaitan dengan kegiatan militer.Termasuk penggunaan setiap perlengkapan terkait, dan penyediaan tenaga tentara bayaran bersenjata. Resolusi juga menyatakan, kepada negara-negara anggota PBB, di sekitar Yaman, untuk dapat memeriksa, sesuai dengan otoritas nasional dan peraturan perundang-undangandan hukum internasional, khususnya hukum laut dan perjanjian penerbangan sipil internasional. Sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2216, upaya Gulf Cooperation Council dan hasil dari Konferensi Dialog Nasional Yaman, merupakan upaya politik yang akan dilakukan dengan tujuan melindungi warga sipil, memerangi terorisme, mengevakuasi warga asing di negara itu, memberikan bantuan kemanusiaan ke daerah yang rusak dan menghentikan kemajuan pemberontak (Houthi) Ansarullah.
841
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 833-844
Operasi Restoring Hope tersebut berlaku Jika kelompok Houthi menarik diri dari Sana’a dan kota-kota lain dan perdamaian dipulihkan oleh pemerintah menyusul kedatangan Abd RabboMansour Hadi kembali ke Yaman, tahap kedua diharapkan berlanjut dalam kerangka "kebijakan dan diplomasi." Namun, jika bentrokan di Aden terus terjadi dan kemajuan Houthi tidak berakhir, langkah-langkah militer "Operasi Restoring Hope" akan di cabut. Menanggapi Resolusi DK PBB 2216 itu, kelompok Houthi Yaman mengecam resolusi tersebut yang memberlakukan embargo senjata terhadap mereka pada satu sisi, dan mengatakan bahwa resolusi itu berarti mendukung agresi militer koalisi pimpinan Arab Saudi pada sisi lainnya. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan politik hanya menambah kesengsaraan hidup rakyat banyak. Konflik tersebut juga sangat rentan dapat berimbas pada ketegangan politik di kawasan Timur Tengah, yang notabene berpenduduk mayoritas Muslim. Diperlukan kebesaran jiwa dari semua pihak untuk sama-sama serius dalam mencari solusi terbaik bagi Yaman bahkan Timur Tengah pada umumnya. Oleh karena itu untuk mengakhiri kekerasan yang dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan dan stabilitas regional dan internasional tekanan diplomatik dan militer diperlukan untuk mencapai perdamaian. Dalam hal ini transisi yang sah di Yaman hanya dapat dicapai melalui negosiasi politik dan perjanjian konsensus di antara semua partai politik berdasarkan inisiatif Dewan Kerjasama Teluk GCC dan hasil dari konferensi dialog nasional Yaman. Kesimpulan Meningkatnya kekacauan politik di Yaman serta ancaman terhadap perbatasan antara Yaman-Arab Saudi akibat perlawanan kelompok Houthi yang berhasil menguasai pemerintahan Yaman di tahun 2015. Maka atas permintaan presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi, Arab Saudi beserta negara teluk melakukan intervensi militer terhadap Yaman atas permintaan presiden Yaman Abd-Rabbo Mansour Hadi dengan melakukan serangan udara dan darat terhadap basis-basis kelompok Houthi guna mengembalikan pemerintahan Yaman yang sah dan menjaga keamanan serta stabilitas kawasan. Intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi belum efektif karena kelompok Houthi tetap dapat melakukan perlawanan meskipun Arab Saudi telah berhasil menguasai gudang senjata dan menguasai beberapa wilayah yang sebelumnya diduduki oleh kelompok Houthi. Daftar Pustaka Buku Edward, Azar, 1990, The Management of Protracted Social Conflict: Theory and Practice, Darmouth, Aldershot, USA. Gayo, H.M Iwan Gayo, 2008.Buku pintar seri Senior. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Jakarta.
842
Intervensi Militer Arab Saudi dalam Konflik Internal di Yaman (Meilinda Saputri)
Holsti, K.J, 1988, Politik Internasional Kerangka Untuk Analisis Jilid 2, Erlangga, Jakarta. E. Brown, Michael, 2010. “Ethnic and Internal Conflict: Causes and Implication”, dalam Chester A. Crocker, Fen Osler Hampson and Pamela Aall, The Challenges Inc. Harvard Univercity Internet Arab Saudi mulai serangan darat ke basis syiah Houthi dalam https://www.idjoel.com/perang-yaman-2015-arab-saudi-mulai-serangandarat-ke-basis-syiah-houthi/ diakses pada 16 Juni 2015 Al-Houthi kelompok pemberontak dari pelosok utara Yaman, dalam http://www.retawon.com/2012/03/al-houthi-kelompok-pemberontak-dari.html di akses pada 4 Maret 2015 Intervensi. Diakses dari http://www.artikata.com/arti-330953-intervensi.html, tanggal 14 Juni 2015 Ini motif riil Saudi di Yaman http://islaminesia.com/2015/07/ini-motif-riil-saudi-diyaman/ di akse pada 2 Agustus 2015 Gempur Houthi Qatar kirim 1000 tentara ke basis Yaman dalam http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150907195645-12077194/gempur-houthi-qatar-kirim-1000-tentara-ke-yaman di akses pada 12 Agustus 2015 Krisis
yaman dan intervensi Arab Saudi dalam, http://indonesian.irib.ir/editorial/fokus/item/92885-krisis-yaman-danintervensi-arab-saudi diakses pada 9 Mei 2015
Konflik di Yamana dalam http://ludfiah.web.ugm.ac.id/2015/06/17/konflik-yaman/ di akses pada 1 Juli 2015 Kronologi perang saudara di Yaman perang baru di Asia, dalam http://www.konfrontasi.com/content/global/ini-kronologi-perang-saudara-diyaman-perang-baru-di-asia#sthash.v5s6koWF.dpuf diakses pada 25 Agustus 2015 Koalisi
Arab Saudi tammbah pasukan di Yaman dalam http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/15/09/09/nudd1 p313-koalisi-arab-saudi-tambah-pasukan-di-yaman di akses pada 17 September 2015
843
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 833-844
Kronologi serangan pasukan koalisi arab Saudi di Yaman dalam http://www.jurnalislam.com/topikpilihan/read/38/kronologi-seranganpasukan-koalisi-arab-saudi-di-yaman.html di akses pada 12 juni 2015 Resolusi DK PBB 2216 untuk konflik Yaman http://www.mirajnews.com/id/resolusi-dk-pbb-2216-untuk-konflikyaman/71243 di akses pada 16 Mei 2015
844
dalam