Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
INKLUSI SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA
Oleh : Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso1
Abstrak Perpustakaan desa sepatutnya menjadi lembaga inklusi sosial, siapapun dapat masuk ke perpustakaan dan menikmati layanan perpustakaan secara gratis. Masyarakat merupakan pihak yang paling berkepentingan dengan keberadaan lembaga pelayanan informasi (perpustakaan). Kebutuhan masyarakat terhadap informasi dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas hidup sepatutnya menjadi landasan pokok sebuah perpustakaan berdiri. Sehingga segala proses pembangunan dan pengembangan perpustakaan sangat berkaitan dengan upaya masyarakat dalam mengembangkan diri serta meningkatkan mutu dan kualitas hidup. Kata Kunci: inklusi sosial, perpustakaan desa, pemberdayaan masyarakat PENDAHULUAN Perpustakaan perpanjangan
desa
tangan
merupakan
layanan
dari
waktu
dikarenakan kendala finansial
maupun teknis.
perpustakaan daerah (public library).
Perpustakaan desa telah marak
Tumbuh dan kembangnya perpustakaan
didirikan di berbagai tempat di Indonesia.
desa
Seperti
merupakan
perpustakaan daerah
tanggung
jawab
halnya
yang
dilansir
oleh
dan pemerintah
Sumekar dalam Sutarno (2008) bahwa
daerah setempat, seperti halnya yang
dari 70.305 jumlah desa di Indonesia
tercantum dalam UU No 43 Tahun 2007.
hanya
Namun yang menjadi kendala adalah
perpustakaan. Akan tetapi kebanyakan
tidak semua wilayah terjangkau oleh
dari
perpustakan daerah, sehingga beberapa
merupakan tempat yang berisikan rak dan
perpustakaan desa yang dibangun bukan
buku dengan ruangan yang terkunci dan
dari
belum berfungsi secara maksimal. Alasan
binaan
perpustakaan
daerah
cenderung meredup seiring berjalannya 31
4345
desa
perpustakaan
klasiknya
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
adalah
yang
tersebut
memiliki
hanya
meredupnya
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
penyelenggara Perpustakaan desa dan
tempat
TBM tersebut dan atau minat baca
dikunjungi. Hal ini dipengaruhi oleh
masyarakat yang belum membudaya.
banyak
Selain alasan tersebut pemahaman yang
ekonomi, pekerjaan, tingkat pendidikan,
tepat dan benar oleh masyarakat akan
gender,
pentingnya lembaga perpustakaan bagi
(Williment:2009,
mereka juga memiliki andil yang cukup
Ironisnya adalah masyarakat eksklusif
besar terhadap belum berhasilnya usaha
merasa
pengembangan
memainkan
perpustakaan
desa
(Blasius: 2006).
yang
menakutkan
faktor
seperti
dan
untuk
kelas
lain
sosial-
sebagainya
Gidley:
bahwa
2010).
perpustakaan
peran
tidak
penting
dalam
memenuhi kebutuhan informasi mereka,
Perpustakaan
desa
sepatutnya
sehingga mereka jauh dari perpustakaan.
menjadi lembaga inklusi sosial, siapapun
Padahal
dapat
memainkan
masuk
ke
perpustakaan
dan
fungsi
perpustakaan
peran
untuk
penting
dalam
menikmati layanan perpustakaan secara
memenuhi kebutuhan informasi semua
gratis.
anggota masyarakat.
Namun
perpustakaan kalangan
yang
hanya
tertentu,
terjadi
adalah
dikunjungi
Masyarakat
yang
tinggal
dan
anggota
hidup di lingkungan sekitar perpustakaan
masyarakat yang lain tidak menyadari
desa tidak dapat dinafikan begitu saja
bahkan tidak tahu dengan apa yang
dalam setiap proses pembangunan dan
ditawarkan perpustakaan kepada mereka.
pengembangan
Kondisi ini diperparah dengan asumsi
merekalah
yang
pustakawan yang beranggapan bahwa
menerima
dampak
dan
tidak
pengaruh
terbesar
terhadap
tumbuh
kembangnya
datangnya
perpustakaan
adalah
beberapa
oleh
masyarakat pilihan
ke
pribadi
perpustakaan. pertama
Karena
kali
akan
memberikan proses
perpustakaan
masyarakat tersebut, perpustakaan hanya
tersebut. Kritik serupa juga dilontarkan
bertugas menawarkan layanan informasi
oleh Blasius (2006) “ Biasanya dalam
kepada masyarakat.
membangun
perpustakaan
selalu
Bagi kalangan eksklusif yaitu
dikaitkan
dengan
masyarakat yang tidak berkunjung ke
pemakai.
Namun
perpustakaan
setempat,
mereka
sungguh-sungguh ditanyai dalam proses
menganggap
perpustakaan
merupakan
32
pembangunan
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
berorientasi apakah
perpustakaan
pada mereka
tersebut?
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
Bukankah proses pembangunan selama
Masyarakat
berkepentingan
pihak
ini hanya berdasarkan asumsi saja atas
yang
keperluan pemakai?”.
keberadaan lembaga pelayanan informasi
Pemahaman masyarakat terhadap
paling
merupakan
dengan
(perpustakaan). Kebutuhan masyarakat
pentingnya lembaga pelayanan informasi
terhadap
dapat tercipta dengan baik melalui bentuk
peningkatan mutu dan kualitas hidup
inklusifitas yaitu partisipasi langsung
sepatutnya
kelompok
sebuah perpustakaan berdiri. Sehingga
masyarakat
pembangunan
dalam
perpustakaan
desa
segala
informasi
menjadi
proses
(Williment:2009). Partisipasi masyarakat
pengembangan
menjadi penting terkait dengan orientasi
berkaitan
keberadaan
dalam
perpustakaan
pelayanannya
terhadap
dalam kebutuhan
dalam
landasan
pembangunan perpustakaan
dengan
upaya
rangka
pokok
dan sangat
masyarakat
mengembangkan
diri
serta
meningkatkan mutu dan kualitas hidup.
informasi masyarakat pengguna.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perpustakaan Desa sebagai Lembaga Inklusif Perpustakaan
desa
dalam
dibangun oleh masyarakat dan ditujukan
Keputusan Menteri Dalam Negeri dan
untuk melayani masyarakat di masing-
Otonomi Daerah No 3 Tahun 2001
masing desa yang bersangkutan. Dari
Tentang Perpustakaan Desa/ Kelurahan
pengertian
didefinisikan sebagai wadah penyediaan
terdapat
bahan bacaan sebagai salah satu sumber
perpustakaan
belajar bagi masyarakat dalam rangka
Dibangunnya sebuah perpustakaan karena
mencerdaskan
memberdayakan
adanya masyarakat yang membutuhkan
masyarakat, serta menunjang pendidikan
informasi, dan keberadaan perpustakaan
nasional.
adalah untuk melayani masyarakat.
dan
Menurut
Sutarno
(2008)
perpustakaan desa sebagai perpustakaan umum
yang
diselengggarakan dasarnya 33
dimiliki
dibentuk di
dan
desa,yang oleh
pada
masyarakat,
tersebut hubungan
terlihat
bahwa
kausalitas
antara
dan
masyarakat.
Menengok definisi yang diberikan tersebut,
maka
perpustakaan
dalam
desa
pembangunan
sudah
seharusnya
menjauhi pembangunan dengan pendekan
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
teknis (technical approach). Pendekatan
sekolah menengah pertama) bernama
teknis akan berorientasi pada teknis
Ropik.
pelayanan semata tanpa memperhatikan
Koleksi
buku
tersebut
di
siapa yang akan dilayaninya kelak.
dapatkannya dari membeli dari took buku
Berbeda dengan upaya pembangunan
dan meminta dari setiap acara atau
perpustakaan
dengan
kunjungannya kesebuah instansi. Dari
pendekatan sistem sosial (system social
usahanya tersebut menyebabkan seorang
approach) atau pendekatan kemanusiaan
petani sepertinya memiliki koleksi buku
(humanistic approach), pendekatan ini
yang cukup banyak. (Amrullah: 2011)
yang
berbasis
melihat perpustakaan merupakan bagian sub
sistem
sosial
masyarakat, dirancang
dalam
sehingga agar
kebergunaan masyarakat
sistem
perpustakaan
memiliki
yang
yang
dikumpulkanolehRopiktersebut,
banyak
yang dipinjam dan dimanfaatkan oleh
nilai
warga lain di dukuhnya. Tidak jarang
dalam
buku yang dipinjan kembali dengan
Melaui
kondisi yang sudah rusak bahkan tak
tinggi
(Blasius:2006).
Koleksibuku
pendekatan sistem sosial atau pendekatan
kunjung
kemanusiaan diharapkan perpustakaan
tersebut ditangkap oleh Ropik bukan
desa
bagi
sebagai sesuatu yang merugikan dirinya.
masyarakat untuk menemukan solusi
Ropik beranggapan bahwa minat baca di
dalam kehidupan untuk meningkatkan
dukuh tempatnya tinggal cukup tinggi.
mutu dan kualitas hidupnya.
Akhirnya
mampu
menjadi
Sebagai
wadah
model
pembangunan
kembali.
Namun
fenomena
anggapan
tersebut
menumbuhkan keinginan seorang petani
perpustakaan yang dilakukan melalui
dan
pendekatan sistem sosial, Perpustakaan
tersebut
desa Taruna Bhakti Banjar waru berdiri
perpustakaandenganpengelolaan
atas
terorganisir
inisiatif
masyarakat
Banjarwaru.
Pionir
perpustakaan
tersebut
dari
Dukuh berdirinya
Madrasah
Tsanawiyah
untuk
mendirikan
dengan
yang
baik.(Amrullah:
2011)
dari
Ropik sangat yakin jika hanya dia
koleksi buku salah satu warga dukuh
seorang diri yang memiliki keinginan
yang berprofesi
dan
untuk membangun sebuah perpustakaan
lulusan Madrasah Tsanawiyah (setingkat
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat
34
bermula
lulusan
sebagai
petani
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
umum,
dia
tidak
sanggup
Pembentukan Perpustakaan Masyarakat
melaksakannya, karena banyak hal yang
Taruna Bhakti Banjarwaru. Dalam SK
harus dikerjakannya kaitannya dengan
tersebut
pembangunan sebuah perpustakaan desa.
perpustakaan desa yang terdiri dari
Keinginan
kelompok karang taruna, aparat desa,
Ropik
akan
untuk
membangun
sebuah perpustakaan desa ditularkannya kepada
Oraganisasi
Karang
dijelaskan
pula
pengelola
petani, dan guru. (Amrullah: 2011)
Taruna
Dibangunnya sebuah perpustakaan
setempat. Organisasi yang beranggotakan
melalui pendekatan sistem sosial atau
para pemuda Dukuh Banjar waru tersebut
kemanusiaan,
mengamini tekad dan keinginan Ropik
hilangnya kekaburan fungsi perpustakaan
untuk membangun sebuag perpustakaan
sebagai
desa. (Amrullah: 2011)
berdirinya Perpustakaan desa Taruna
Para pemuda karang taruna turut antusias
dalam
usaha
pembangunan
memiliki
lembaga
dampak
inklusif.
Fenomena
Bhakti Banjar waru merupakan cerminan sebuah
perpustakaan
yang
perpustakaan desa. Untuk mendapatkan
Perpustakaan
dukungan dari seluruh warga Dukuh
dibangun karena adanya peran serta
Banjar waru, para pemuda karang taruna
masyarakat
berserta Ropik menyampaikan keinginan
setempat merasa membutuhkan sebuah
mereka
sebuah
wadah bagi mereka untuk memuaskan
perpustakaan desa kepada aparat desa
dahaga keingintahuan mereka terhadap
setempat seperti ketua RT dan RW,
pengetahuan
sesepuhdesa, dan kepala desa. Sambuatan
anggota masyarakat akan mendapatkan
yang baik dan posistif pun datang dari
pelayanan serta mendapatkan manfaat
para
yang
untuk
aparat
membangun
desa,
mensukseskan perpustakaan
mereka
berdirinya desa
yang
turut sebuah
memiliki
pengelolaan dan pengorganisasian yang jelas
melalui
Keputusan
dikeluarkannya
Kepala
Desa
sama
tersebut.
35
421.2/99/2007
setempat.
baru.
dan
Masyarakat
Akhirnya
dari
Karena
berdiri
setiap
perpustakaan
desa
perpustakaaan
desa
tersebut dibangun dari, oleh, dan untuk masyarakat setempat.
Surat
Wonosari
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Nomor:
tersebut
inklusif.
tentang ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
Layanan Perpustakaan Berbasis
tidak menjadi dasar pelayanan yang akan
Masyarakat
diberikan.
Penelitian yang pernah dilakukan
Bermodalkan persepsi masyarakat
Willment (2009) terhadap perpustakaan
terhadap perpustakaan tersebut di atas,
umum di Kanada mengenai bentuk
perpustakaan berusaha mengembangkan
eksklusi sosial yang terjadi di dalam
model pelayanan perpustakaan yang baru.
pelayanan perpustakaan tersebut.
Perpustakaan menjalin komunikasi dan
Dari
hasil interview dengan masyarakat sekitar
membangun
perpustakaan
masyarakat
tersebut
masyarakat
diketahui
masih
hubungan sekitar.
dengan Perpustakaan
menganggap
bersama-sama masyarakat membangun
perpustakaan merupakan tempat yang
model layanan perpustakaan baru yang
mencekam untuk dikunjungi. Pustakawan
disebut layanan perpustakaan berbasis
lebih terkesan sebagai pengajar dari pada
masyarakat.
rekan
perpustakaan yang diberikan mencakup
untuk
informasi.
memenuhi
Masyarakat
merasakan
kebutuhan
masih
belum
masyarakat,
layanan
identifikasi
perencanaan
layanan,
memainkan perannya untuk memenuhi
penyempaian
layanan,
evaluasi
kebutuhan mereka. Hal tersebut yang
dilakukan
menjadikan masyarakat masih menjaga
masyarakat setempat. Berikut ini tabel
jarak dengan perpustakaan. Dari hasil
layanan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
masyarakat.
kelemahan
diberikan
oleh
dapat
proses
kebutuhan,
terdapat
perpustakaan
penilaian
Setiap
pelayanan
perpustakaan.
yang Proses
layanan perpustakaan yang diberikan mencakup
penilaian
masyarakat,
identifikasi
kebutuhan,
perencanaan
layanan, evaluasi
penyempaian yang
menggunakan
layanan,
dilakukan sudut
dan hanya
pandang
perpustakaan. Masyarakat yang dilayani
36
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
dan
bersama-sama
perpustakaan
dengan
berbasis
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
Identifikasi Kebutuhan dan Penilaian Masyarakat Penilaian Identifikasi Masyarakat Kebutuhan
Perencanaan dan Penyampaian Layanan Perencanaan Penyampaian Layanan Layanan
Menghabiskan waktu bersama masyarakat untuk menjalin hubungan dengan anggota masyarakat.
Ide layanan merupakan ide masyarakat
Berdiskusi bersama anggota masyarakat mengenai apa yang menjadi prioritas mereka.
Mendengarkan dari masyarakat mengenai segala sesuatu yang penting bagi mereka.
Mengikutsertakan Masyarakat dalam perencanaan layanan. Pustakawan berperan sebagai rekan dan fasilitator, bukan sebagai pengajar.
Anggota masyarakat bersama-sama dengan pustakawan bekerja bersama memberikan layanan. Masyarakat menjadi partner dalam menyeleksi koleksi perpustakaan. Masyakarakat bekerja secara kolaboratif dengan perpustakaan untuk mengembangkan rekomendasi kebijakan perpustakaan.
Evaluasi Anggota masyarakat bersama pustakawan mendiskusikan: bagaimana seluruh proses layanan ini berlangsung
Apakah layanan dan kebijakan sesuai dengan kebutuhan Kegiatan apa yang harus dilakukan secara berbeda
Tabel Layanan Perpustakaan Berbasis Masyarakat
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa dengan diterapkannya layanan perpustakaan berbasis masyarakat melalui peningkatan
pustakawan. Jika penelitian tersebut di atas
semakin
mengambil setting di Kanada, Penelitian
meningkatkan relevansi layanan yang
yang dilakukan oleh Amrullah (2011)
diberikan kepada masyarakat. Masyarakat
mengambil setting di Indonesia. Telah
merasakan
peran
dijelaskan dalam sub bab sebelumnya
mereka,
bahwa berdirinya Perpustakaan Desa
merasa
Taruna Bhakti Banjar waru berdiri atas
turut
inisiatif masyarakat Dukuh Banjar waru.
perpustakaan
inklusifitas
mengembangkan perpustakaan bersama
manfaat di
masyarakat bertanggungjawab
dan
tengah juga untuk
Sehingga masyarakat merasakan manfaat 37
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
dan peran perpustakaan di tengah mereka,
tentang
masyarakat juga merasa bertanggung
diberikan oleh Perpustakaan Desa Taruna
jawab untuk turut
Bhakti Banjar waru kepada masyarakat
membangun dan
mengembangkan perpustakaan tersebut. Profesi yang cukup dominan di Dukuh
Banjar
waru
adalah
layanan-layanan
yang
akan
setempat. Layanan perpustakaan juga tidak serta merta hanya diberikan atau
petani.
dilayankan oleh pengelola perpustakaaan
Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan
saja, namun seluruh lapisan anggota
oleh Perpustakaan Desa Taruna Bhakti
masyarakat Dukuh Banjar waru turut
Banjarwaru,
aktif
perpustakaan
berserta
dan
mensukseskan
berbagai
pengelolanya yang beranggotakan seluruh
kegiatan dan layanan yang diberikan oleh
lapisan masyarakat dukuh Banjar waru
Perpustakaan DesaTaruna Bhakti Banjar
mampu
waru kepada mereka.
mendefinisikan
informasi
masyarakat
kebutuhan penggunanya.
Melalui berbagai kegiatan yang
Kemampuan tersebut tidak lepas dari
dilakukan oleh Perpustakaan Desa Taruna
peran
Bhakti Banjar waru, perpustakaan mampu
pengelola
perpustakaan
untuk
menghabiskan waktu bersama masyarakat
memberdayakan
dalam rangka membangun komunikasi
Banjar waru, sehingga masyarakat Dukuh
dan hubungan sosial yang positif. Perihal
Banjar waru mampu meningkatkan mutu
tersebut didukung dengan kehidupan
dan
masyarakat pedesaan di Indonesia yang
beberapa contoh kegiatan dan layanan
pada umumnya masih menjunjung tinggi
yang diberikan oleh Perpustakaan Desa
harmonisasi hubungan sosial antar warga
Taruna Bhakti Banjar waru dalam rangka
masyarakat
memberdayakan
setempat.
Dalam
usaha
pembangunan hubungan yang posistif tersebut mereka saling berdiskusi tentang permasalahan
yang
hidupnya.
Dukuh
Berikut
masyarakat
ini
Dukuh
Banjarwaru: a. Pelatihan Kewirausahaan: yaitu
sebenarnya
kegiatan yang diperuntukan bagi
menjadi titik prioritas dalam menjalani
warga yang ingin mengetahui
kehidupan mereka.
seluk beluk dunia usaha.
Melalui
apa
kualitas
masyarakat
komunikasi
dan
b. Pelatihan
Inseminasi
Buatan:
hubungan sosial yang baik tersebut,
kegiatan ini berkerjasama dengan
berhasil mencetuskan ide dan gagasan
Balai
38
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Pengkajian
Teknologi
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
Pertanian
Jawa
memberikan program
Tengah
bantuan Farmers
yang berupa
Managed
Extension Activities (FMA). c. Pelatiahan Organik: berkerjasama Pertanian
mengadakan pelatihan ini. e. Pelatihan
Penetasan
Telur:
kegiatan ini merupakan tindak
Pembuatan
Pupuk
lanjut dari pelatihan inseminasi
kegiatan
ini
buatan namun dalam kegiatan ini
dengan
Dinas
masyarakat mengundang pakar
dan
Kabupaten
maksimal mengusung ide untuk
Perternakan
Batang
dari Kabupaten Kendal.
untuk
memberikana pelatihan. d. Pelatiahan Pembuatan Slondok: potensi tanaman singkong yang belum
dimanfaatkan
secara
SIMPULAN Perpustakaan sebagai institusi sosial seharusnya memiliki modal sosial sebagai perekat hubungan dengan masyarakat pengguna. Kemampuan perpustakaan menjalin interaksi sosial dengan masyarakat pengguna merupakan modal yang harus dimiliki agar perpustakaan tetap langgeng. Langgeng tidaknya sebuah perpustakaan Nampak pada kesadaran masyarakat untuk mendayagunakan perpustakaan sebagai wahana pengembang dan penambah wawasan serta informasi untuk mengembangkan kualitas hidupnya. Pada akhirnya interaksi antara perpustakaan dan masyarakat pengguna menumbuhkan simbiosis mutualisme, perpustakaan tetap langgeng dan masyarakat diberdayakan.
39
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015
Yanuar Yoga Prasetyawan dan Patut Suharso
Inklusi Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perpustakaan Desa
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, M. Isa Thoriq. 2011. Pemanfaatan Perpustakaan Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Dukuh Banjar waru Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Skripsi: Tidak Diterbitkan Blasius, Sudarsono. 2006. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia Gidley, J. M., Hampson, G. P., Wheeler, L, Bereded-Samuel, E. 2010. Social Inclusion: Context, Theory and Practice. The Australasian Journal of University_Community Engagement, vol.5, no. 1. Kenneth Williment. 2009. It takes a Community to Create a Library. the Canadian Journal of Library and Information Practice and Research, vol. 4, no. 1. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No 3 Tahun 2001 Tentang Perpustakaan Desa/ Kelurahan Perpustakaan Nasional. 2000. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Desa/ Ed. Soekarman K. Jakarta: Perpustakaan Nasional Sutarno, NS. 2008. Membina Perpustakaan Desa. Jakarta: Sagung Seto
40
ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015