Indonesia Most Memorable Leader
A Presentation at Canadian Foreign Language Institute Gatineau, Quebec, Canada June 11, 2009
Caroline Covell, MPA, PhD (Cand.) © Walden University School of Behavioral Science - Public Policy Administration Specialization: Public Leadership & Management
Bay Rd. 66 Lombardy ON K0G 1L0 Canada K0G 1L0 T. 613.283.1852 ◇ Cell: 613.485.1852 Email:
[email protected]
Sukarno Indonesia Most Memorable Leader “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit” (Sukarno) Abstract “ Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. ” This artikel discusses and analyzes Sukarno within the context of Pancasila and UUD’45. it is important for public leaders to have full understanding of the true meaning of Pancasila and UUD’45. without Pancasila, there is no UUD’45 and without UUD’45, there is no Indonesia. These two are one in the heart of the Indonesia public leadership. The combination of these two describes that Indonesia is the most democratic country in the world. Why fix it if it ain’t broke? Key words : Sukarno ○ Pancasila ○ UUD’45 ○ Demokrasi ○ Pemerintahan
Pendahuluan Pepatah Indonesia mengatakan, “Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.” Demikianlah sikap manusia itu pada umumnya. Kebanyakan orang Indonesia tidak mengenal siapa pendiri negara mereka, oleh karena itu mereka tak cinta. Global politik berusaha sedemikian rupa supaya orang Indonesia itu, apalagi generasi muda, anak-anak remaja dan orang awam tidak mengetahui asal usul mereka. Usaha mereka perlahan-lahan menunjukan hasil dengan terciptanya daerah otonomi dan dibakarnya buku-buku sejarah Indonesia pada awal tahun 2000. Saat ini, kebanyakan orang Indonesia malah hampir tidak mengetahui asal usul sejarah Indonesia lagi. Kebanyakan orang Indonesia sekarang malah tidak mengenal siapa sebenar Sukarno itu - apalagi dikalangan anak-anak remaja- mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya Sukarno itu. Nama Sukarno mungkin mereka pernah dengar tetapi apa dan siapa mereka tidak tahu. Saat ini Indonesia sedang dijajah kembali. Berbeda dengan zaman penjajahan saat Sukarno memulai perjuangan revolusinya melawan pemerintah kolonial Belanda, pada
1
zaman sekarang Indonesia sedang dijajah oleh beberapa pihak: negara-negara maju melalui ekonomi politik dan filosofi mereka, perusahaan-perusahaan monopoli di dunia yang operasinya di Indonesia itu di tunjang oleh pemerintah mereka (seperti VOC di zaman Belanda), dan organisasi-organisasi lain yang tujuan beroperasi di Indonesia hanyalah untuk mencari keuntungan. Penjajahan ini semakin nyata dimata masyarakat Indonesia saat ini. Oleh karena itu, sebagian orang Indonesia mulai menghayalkan kehadiran Sukarno – satu-satunya orang yang dapat membebaskan mereka dari genggaman penjajah. Ada yang mulai menghidupkan kembali kenangan masa silam dengan memperingati 100 tahun kehadiran Sukarno didalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pada saat yang sama, aktifis-aktifis social bekerja keras lewat politik, kolaborasi, demonstrasi, dan bisnis untuk melenyapkan berkas-berkas kenangan bangsa Indonesia tentang Sukarno. Setelah membakar buku-buku sejarah Indonesia, saat ini, mereka sedang berusaha secara politik dan agama untuk menghapuskan Pancasila. Sebagian beranggapan bahwa Pancasila adalah warisan Sukarno dan harus dihapus bersama-sama dengan bukubuku sejarah Indonesia. Tetapi tujuan terutama dalam hal pembentukan daerah otonomi, pembakaran buku-buku sejarah Indonesia dan penghapusan Pancasila sebagai filosofi bangsa Indonesia bukanlah untuk menghilangkan nama Sukarno tetapi untuk “deconstruct” bangsa Indonesia. Organisasi-organisasi ini dibiayai organisasi-organisasi dunia dan mereka menggunakan orang-orang miskin dan orang-orang pengangur untuk menciptakan kerusukan di Indonesia dengan tujuan untuk menghilangkan bangsa Indonesia. Kebanyakan anggota politik tidak mengetahui tentang arti politik, ada yang tidak berpendidikan, tidak mengerti tentang tugas dan fungsi pemerintah, bahkan tidak mengetahui apa sebenarnya pemerintah itu. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa pemerintah itu seperti bisnis sedangkan politik itu seperti bersandiwara, bahkan seperti negosiasi bisnis. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa “free trade,” “greater free trade” adalah solusi terbaik bagi negara yang telah bangkrut, negara yang ditimpa krisis ekonomi, dan negara yang ditimpa bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir, gunung meletus, dll. Tetapi “greater free trade” membawa Indonesia menuju ke arah penjajahan. Dan saat ini, Indonesia kembali dijajah. Seperti dizaman penjajahan dulu, tidak ada Indonesia tetapi yang ada adalah Jawa, Batak, Madura, Sulawesi, dan lain-lain.
2
Disamping itu, dengan menghilangkan Pancasila, teristimewa Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa,” tujuan global politik adalah membuat Indonesia sebagai negara Asia Tenggara pertama yang akan meresmikan perkawinan homoseksual. Bagi mereka yang mempromosi “free trade,” “greater trade,” “more autonomy,” “demokrasi” atau “transparency,” politik ini akan membuat Indonesia menjadi lebih demokrasi dan lebih modern. Tetapi mereka-mereka inilah merupakan Tengkulak zaman Belanda. Sebagai Tengkulak, uang adalah tujuan mereka. Mereka bekerja bagaikan pedang bermata dua. Tidak segan-segan mereka menjual bangsa dan negara mereka demi uang. Tidak segan-segan mereka menjual pemimpin negara, harta milik negara, bahkan mengeksploitasi orang-orang miskin demi uang karena mereka berkompetisi dengan perusahan-perusahaan lain yang sikapnya mencari untung. Yang menyedihkan, merekamereka ini dibiayai oleh organisasi-organisasi luar negeri yang sikap dan pembawaaan merekapun sama seperti Tengkulak-Tengkulak di Indonesia. Sangat menyedihkan bahwa Tengkulak modern di Indonesia inipun, tidak menyadari bahwa dengan menghapus Pancasila, riwayat Indonesia sebagai satu bangsa pun akan lenyap. Dengan dihapusnya Pancasila, UUD’45 pun dengan seyogianya akan terhapus karena UUD’45 ini disusun berdasarkan Pancasila. Sekalipun buku riwayat Sukarno telah lenyap, tidak seorang pun dapat menghilangkan Sukarno dengan begitu saja dari kenangan orang Indonesia. Sukarno meninggalkan warisannya untuk bangsa Indonesia yang tidak dapat dihilangkan oleh siapapun. Orang Indonesia mengetahui bahwa Pancasila adalah sumbangan Sukarno yang terbesar, tetapi bagaimana dan darimana Sukarno menciptakan Pancasila?
Sukarno dan Nasionalisasi Siapa sebenarnya Sukarno? Sukarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo pada tanggal 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur dari keluarga seorang pendidik. Ayahnya beragama Islam sedangkan ibunya dari Bali beragama Hindu. Sekalipun dia beragama Islam, sikap toleransi keagamaannya sudah terbentuk sejak kecil. Setelah tamat sekolah menengah atas, dia melanjutkan studinya di Technische Hogesschool atau Institut Teknologi Bandung jurusan sipil khususnya dibidang arsitektur pembangunan. Mahir
3
dalam beberapa bahasa (Inggris, Belanda, Perancis, dan Jerman), Sukarno mendapat kebebasan menonton film di teater yang biasanya hanya orang-orang elit Belanda atau orang-orang asing lainnya saja yang diperbolehkan menonton film di teater-teater tersebut. Disaat menonton fim-film barat inilah, Sukarno mendapat ide-ide modern untuk karya arsitekturnya. Kota Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan Bali, di dekorasi dengan hasil karya Sukarno – gedung-gedung bangunan bergaya klasik, campuran antara budaya Indonesia dan gaya-gaya bangunan Eropa yang modern. Hasil karyanya antara lain Wisma Yaso/Museum
Satria
Mandala,
Makam
Pahlawan
Kalibata,
Gedung
Bank
Industri/Bapindo, Bank Indonesia, Istana Cipanas, Istana Tampak Siring di Bali, Gedung olah raga bertaraf internasional Gelora Bung Karno (yang juga dikenal sebagai Gelora Senayan) yang berfungsi sebagai “simbol” Indonesia termegah di Asia, Hotel Indonesia, Hotel Samudera Beach dan Hotel Ambarukmo di Yogyakarta, gedung perbelanjaan serba guna Sarinah di Jakarta, monumen national (Monas), patung-patung kota seperti Patung Selamat Datang, Patung Pancoran, dan sebagainya. Semua hasil karya Sukarno merupakan harta milik negara dan semua orang Indonesia dapat menikmati – tidak terkecuali. Ini membuat Sukarno berbeda dengan Suharto. Pada zaman Suharto, bangunanbangunan atau sarana-sarana yang dibangun, sekalipun dibiayai oleh uang negara, semuanya menjadi harta milik pribadi Suharto dan keluarganya. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menikmati sarana-sarana milik Suharto dan keluarganya. Sejak di Institut Teknologi Bandung inilah, disamping belajar untuk menjadi seorang arsitek, Sukarno mulai berkecimpung di dunia politik. Untuk membangun partai politik, tidak segan-segan dia berjalan melewati gang-gang di Bandung untuk mencari pengikut. Sikap kerakyatannya mulai menonjol. Dia mulai prihatin atas kehidupan masyarakat Indonesia yang kelihatannya sangat sengsara dibawah kepemimpinan pemerintah kolonial Belanda. Kenyataan ini membuat dia merasa anti kolonialist dan anti imperialist. Lewat politik dan tulisan-tulisan politiknya, sikap anti imperialist dan anti kolonialist ini ditonjolkan dan perlahan-lahan, tulisan-tulisannya membawa hasil. Rekanrekan sekolahnya yang mempunyai keprihatinan yang sama seperti Cokroaminoto yang pernah berteman sewaktu di sekolah menengah atas mulai tertarik di bidang politik. Tujuan Sukarno adalah agar orang Indonesia itu mendapat kehidupan yang lebih layak.
4
Dari keluarga seorang pendidik, Sukarno pun mempunyai sikap yang mendidik, menghargai ilmu, dan berambisi tinggi. Politik merupakan sarana bagi Sukarno dan rekanrekannya untuk merubah kehidupan orang Indonesia ke arah yang lebih layak. Sikapnya terlihat dari kata-katanya saat dia berkampanye diantara mahasiswa universitas dan siswa pelajar sekolah menengah atas. Ungkapan Sukarno “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit” merupakan dorongan bagi mahasiswa supaya mereka pun bercita-cita tinggi, menambah ilmu untuk membangun masyarakat dan negara. Sukarno menganjurkan supaya murid-murid Indonesia itu belajar setinggi mungkin karena saat itu mereka dijajah dan kesempatan belajar itu tidak ada. Hanya orang-orang yang berduit saja yang sanggup menyekolahkan anak-anak mereka ke Belanda. Anak-anak perempuan malah tidak diterima disekolah-sekolah. Sikapnya ini agak berbeda dengan pendirian Suharto bahwa pendidikan itu tidak perlu kalau bisa berbisnis dan untung. Sukarno menekankan kepada mahasiswa dan kaum awam bahwa pendidikan itu sangat penting. Pendidikan itu merupakan “capital human development,” “capacity development,” bekal masa depan, dan ilmu membangun watak seseorang dan watak bangsa. Apalagi pada saat-saat penjajahan seperti itu, Sukarno menyadari bahwa untuk membangun negara, pemerintah memerlukan orang-orang yang berilmu karena itu merupakan modal terpenting untuk membangun bangsa dan negara. Tujuan Sukarno sekarang tidak saja membuat orang Indonesia berkehidupan yang lebih layak, tetapi juga, dia berambisi untuk membebaskan mereka dari pemerintah kolonial, berdiri sendiri sebagai satu negara, dan satu bangsa dengan susunan negara, filosofi, dan karakter yang unik. Sukarno fasih berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris, bahasa German, Bahasa Perancis, dan Bahasa Belanda. Kemampuan ini membuat dia berhasil menonton film-film di teater-teater yang dikhususkan untuk orang-orang elit Eropa untuk mempelajari arsiktektur Eropa, tetapi juga dia memakai kemampuan berbahasanya ini untuk mempelajari konstitusi Amerika dan susunan pemerintahan Amerika. Kalau Suharto mengambil alih pemerintahan dengan memakai kekuasaannya sebagai seorang mayor general dan memberikan kedudukan kepada anak-anaknya atau kroni-kroninya di pemerintahan berdasarkan hubungan keluarga, Sukarno mempersiapkan
5
dirinya secara intelektual sebelum dia mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin yang akan membebaskan orang-orang Indonesia dari tangan penjajah. Disamping menulis politik di koran-koran masa, Sukarno mulai merekrut temantemannya dan membentuk partai politik, Partai Nasional Indonesia. Semua rekan-rekan Sukarno yang bergabung dalam partai politik ini adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi dan belajar di Belanda – antara lain, Muhammad Hatta, seorang ahli ekonomi, Sutan Sjahrir, dan Amir Sjarifuddin. Sekalipun mereka mempunyai karakter, kepercayaan, dan latar belakang pendidikan yang berbeda, mereka bersatu untuk mencapai satu tujuan yaitu memerdekakan “nusantara,” mempersatukan ratusan kerajaan dengan susunan administrasi kerajaan masing-masing, ratusan etnik masyarakat dengan ratusan adat istiadat dan bahasa menjadi satu bangsa dengan satu susunan pemerintahan, satu bahasa, satu bendera yaitu bendera nasional, dan satu filosofi. Semuanya sesuai dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat masing-masing. Setelah terbentuknya Partai Nasional Indonesia, Sukarno dan teman-temannya mulai berkampanye. Mendengar pidato-pidato Sukarno, partai-partai politik lain pun mulai bermunculan termasuk Partai Komunis Indonesia dan partai-partai politik Islam lainnya. Tetapi Sukarno lebih menonjol dari semua pimpinan partai politik bahkan lebih menonjol dari ketiga rekannya yang berpendidikan di luar negeri. Sebagai ahli berpidato, Sukarno berhasil membangunkan rasa solidaritas masyarakat dan mereka mulai mengikuti Sukarno. Sukarno ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara di Brebes selama dua tahun. Tetapi bibit “merdeka” dan anti kolonialist dan anti imperialist yang ditanamkan oleh Sukarno mulai bersemi. Sekalipun dia di dalam penjara, dia masih menulis dan tulisan-tulisannya membawa lebih banyak pengikut. Ketiga rekannya pun semakin bersemangat dan melanjutkan pekerjaan perjuangan mereka secara diam-diam. Bahkan saat-saat di dalam penjara ini Sukarno memperdalam pengetahuannya tentang administrasi dan kepemimpinan negara dan ambisinya adalah menciptakan negara Indonesia sebagai negara republik. Sebagai seorang yang berpendidikan, Sukarno tidak mau menjadikan Indonesia seperti Amerika, tetapi ilmu yang dia pelajari tentang pemerintahan republik Amerika itu dia gabungkan dengan ciri-ciri khas orang Indonesia. Perjuangan Sukarno yang sebenarmya mulai setelah dia dibebaskan dari penjara.
6
Mengapa orang-orang Indonesia itu begitu terpengaruh, seakan-akan terperangah apabila mereka mendengar pidato Sukarno? Karena dalam pidato-pidatonya itu, Sukarno merendahkan dirinya ke level masyarakat biasa yang sedang menderita. Isi pidatonya itu berdasarkan kenyataan hidup masyarakat, seolah-olah dia merasakan penderitaan mereka. Isi pidatonya menggambarkan cita-citanya yang juga sama dengan dambaan masyarakat: bebas dari genggaman penjajah dan merdeka sebagai satu bangsa dengan satu bahasa, satu bendera, satu filosofi, dan satu pemerintahan. Cita-citanya merupakan cita-cita masyarakat – bukan untuk hari ini tetapi untuk selama-lamanya. Watak dan pembawaan pikirannya selalu jauh kedepan dan melalui kenyataan dia berusaha untuk mencapai cita-citanya, sekalipun setinggi langit. Dalam tempo yang singkat, Sukarno telah berhasil membangun semangat dan kepercayaan orang Indonesia dan seluruh rakyat memutuskan untuk bersatu dan berjuang untuk merdeka. Pada saat masyarakat sedang berdemonstrasi, Sukarno tidak segan-segan terjun berjuang disamping mereka. Kepercayaan masyarakat terhadap Sukarno dan kemampuannya sebagai seorang pemimpin semakin bertambah pada saat mereka memperhatikan tingkah laku dan peri laku Sukarno terhadap orang-orang awam. Apalagi sikapnya yang menghargai kaum perempuan itu membuat wanita seperti Raden Ajeng Kartini berjuang untuk menjadi wanita pelopor dan berhasil di bidang pendidikan pada saat-saat wanita tidak diinjinkan untuk bersekolah. Sukarno mempercayai orang dan orang pun mempercayai nasib mereka ada ditangan Sukarno. Tanpa dipaksa, masyarakat termasuk raja-raja, semuanya memutuskan untuk berdiri dibelakang Sukarno saat dia mengumumkan bahwa satu-satunya cara untuk bebas dari penjajahan Belanda adalah membentuk negara sendiri. Tetapi untuk berdiri sendiri memerlukan tenaga keamanan. Sukarno percaya keberhasilan itu akan tercapai melalui persatuan. Kata-katanya adalah “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Sebagai seorang pemimpin politik, Sukarno membentuk kerjasama dengan militer. Sukarno berhasil mendapat kepercayaan dari kalangan militer dan bersama-sama dengan anggota militer yang seyogianya tentara-tentara Belanda tetapi orang Indonesia, mereka merancang strategi-strategi perang kemerdekaan. Berbeda dengan pemimpin modern yang cenderung membuat keputusan
7
berdasarkan dua halaman “briefing notes,” Sukarno selalu menerima “full report.” Dia mempelajari “full report,” menganalisa laporan-laporan tersebut sebelum membuat keputusan. Seorang pemimpin adalah seorang yang berpengetahuan. Untuk itu Sukarno selalu memerlukan laporan yang lengkap. Inilah yang membuat dia kuat sebagai seorang pemimpin.
Sukarno, Pancasila, UUD’45 dan Negara Republik Indonesia Umumnya, masyarakat Indonesia mengetahui bahwa Pancasila adalah landasan kenegaraan hasil sumbangan Sukarno tetapi mereka tidak memahami bagaimana dan darimana Sukarno mendapat ide tersebut. Berdasarkan teori pemerintahan, pembentukan kebijakan pemerintahan, undangundang dan konstitusi itu sesuai dengan norma-norma sosial, values, kepercayaan, adat istiadat masyarakat, dipengaruhi oleh prinsip dan norma-norma partai politik, dan prinsip, norma, kepercayaan, values, dan adat istiadat serta professionalisme sang pemimpin. Ini semua memberikan ide kepada Sukarno saat dia membuat Pancasila. Perhatikan: Sila ke 1: KeTuhanan Yang Maha Esa. Sejak kecil, sikap toleransinya Sukarno terhadap agama-agama lain itu sudah terbentuk. Oleh karena itu, sekalipun anggotaanggota badan kemerdekaan yang lain menghendaki diberlakukannya Piagam Jakarta karena mereka beragama Islam, Sukarno berkeras bahwa Pancasila adalah satu-satunya prinsip yang dapat menyatukan Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai toleransi yang tinggi teristimewa dalam hal beragama. Sila ke 2: Perikemanusiaan. Sukarno belajar dari pengalaman. Sering dalam pidato atau pembicaraannya dia selalu mengatakan, “Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Dia melihat penderitaan masyarakat – mereka yang dipekerjakan di ladang lewat “Tanam Paksa.” Kalau orang itu mempunyai perikemanusiaan, dia tidak akan memperlakukan sesamanya sekejam itu. Sila ke 3: Kesatuan Indonesia. Sukarno percaya bahwa “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Dia menyadari bahwa Indonesia terdiri dari 300 suku dan bahasa serta berbagai local dialect dan hanya melalui persatuan, mereka akan tetap sebagai satu bangsa.
8
Sila ke 4: Kerakyatan Indonesia. Sila ini menunjukan sikap kepemimpinan yang berdemokrasi tinggi, pemerintah yang mengerti akan penderitaan rakyat, pemerintah yang berusaha untuk mengurangi bahkan menghapus penderitaan rakyat, dan pemerintah yang berdemokrasi tinggi. Sila ke 5: Keadilan sosial. Pada awalnya, Indonesia mempunyai sistim keadilan dan peradilan yang terbaik di dunia. Indonesia sering terbawa kampanye organisasi luar bahwa sistim pepradilannya tidak adil, tidak baik, atau tidak demokrasi. Orang barat sering melihat demokrasi dan keadilan di Indonesia itu sesuai apa yang ada di negara mereka, tetapi apa yang adil dan demokrasi di negara barat itu tidak selamanya adil dan demokrasi di Indonesia atau di negara manapun. Sistim keadilan ini berubah pada saat keadilan itu dijadikan komoditi (zaman privatisasi) – keadilan itu malah diperjual belikan. UUD’45 juga merupakan sumbangan Sukarno yang di dasarkan atas Pancasila. Kalau Pancasila itu dihapus, UUD ’45 pun akan terhapus dengan sendirinya. Dan Indonesia pun akan terhapus. UUD’45 dirancang berdasarkan Pancasila, adat istiadat masyarakat Indonesia, kepercayaan Sukarno sebagai pemimpin Indonesia, dan ilmu pemerintahan Amerika serikat. Gabungan ini membuat Indonesia sebagai satu-satunya negara yang sangat berdemokrasi diseluruh dunia. Kalau Suharto mau memodernisasi Indonesia seperti Amerika, karena dia mengikuti aliran laize-faire kapitalisme, Sukarno menetapkan bahwa Indonesia adalah Indonesia. Sistim pemerintahan Indonesia seharusnya menjadi satu contoh bagi seluruh dunia kalau pemimpin-pemimpin Indonesia benar-benar memahami Pancasila dan UUD’45 secara mendalam. Perhatikan arti dan makna UUD’45 dalam arti Pancasila (diagram): 1. Bentuk dan sistim negara: Republik dan berdasarkan Pancasila. 2. MPR: republik Indonesia merupakan negara yang mempunyai demokrasi kepemimpinan, negara yang teratur, terorganisir, menghargai pemimpin dan kekuasaan serta kapasitasnya, dan berfungsi sesuai dengan undang-undang dan peraturan untuk memecahkan masalah sosial demi terciptanya masyarakat yang sejahtera. Kalau semua orang membuat kebijakan pemerintah, demokrasi itu akan hilang. Yang ada malah tuding menuding. Demokrasi juga bukan berarti “transparensi” atau “otonomi” tetapi pemerintahan dan negara yang teratur, negara yang menghargai hukum, menghargai hak
9
asasi dan kebebasan manusia, negara yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi dan menunjang tinggi keadilan sosial. 3. Kekuasaan dan sistim pemerintahan negara itu bukanlah sistim “Jack of all trades” tetapi sistim yang menghargai ilmu. Setiap orang itu ahli dibidangnya masingmasing. Sistim hierarki ini menggambarkan bahwa pemerintahan itu bukanlah sebagai tempat berdagang tetapi sebuah tempat dimana orang mempunyai kesempatan untuk mendapat dan menerapkan ilmu, tempat orang belajar menjadi profesional, lapangan pendidikan dan sarana dimana orang dapat belajar untuk mendidik dan membangun kapasitas mereka dan kapasitas sesama mereka di masyarakat. 4. Partai politik bukanlah organisasi umum yang sifatnya mencari dan meminta sumbangan dari organisasi atau orang lain demi kelangsungan hidupnya sebagai suatu organisasi. Ini sesuai dengan Sila ke 4 dan Sila ke 5. Kalau partai politik itu menerima uang dari organisasi luar, anggota politik tidak lagi bekerja untuk masyarakat banyak tetapi hanya untuk mereka yang memberikan dana. Oleh karena itu, partai politik pun merupakan bagian dari susunan pemerintahan negara dan mereka bekerja untuk kepentingan orang banyak tidak terkecuali. 5. Keuangan dan belanja negara berdasarkan sistim yang transparan. Pemerintah bukan mencari untung tetapi uang yang dipungut disalurkan langsung sesuai dengan maksud dan tujuan setiap dana yang terkumpul. 6. “Accountability.”
Pemerintahan
Indonesia
didirikan
atas
prinsip
“accountability.” Semua dana yang dikumpulkan adalah untuk meningkatkan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat sesuai yang diterapkan dalam Pancasila. Aplikasi sistim administrasinya pun didasarkan atas prinsip “accountability.” Oleh karena itu, Sukarno menganjurkan bahwa pemimpin adalah pembuat keputusan dan mereka harus menerima “full report” bukan “briefing notes.” Ini memerlukan pemimpin yang berilmu, berpengetahuan, dewasa, dan mempunyai pengalaman profesional dibidang pemerintahan. Kepemimpinan di pemerintah itu merupakan proses pendidikan, pembangunan, perkembangan, dan manajemen profesionalisme. 7. Negara Indonesia itu berprinsip keadilan. Hukuman atas pelanggar hukum bertujuan untuk medidik agar pelanggar hukum itu tidak akan menjadi pelanggar hukum
10
lagi. 8. Setiap warga negara mempunyai hak asasi dan kebebasan yang sama, dan berhak menerima pelayanan pemerintah di bidang apapun tanpa diskriminasi. Adalah kewajiban setiap bangsa Indonesia untuk mengikuti pendidikan karena administrasi pemerintahan itu akan efektif dan efisien kalau pegawai-pegawai pemerintah itu adalah orang-orang yang berilmu dan berpengetahuan. 9. Pemerintah Indonesia itu tidak berdasarkan “line department” karena “line department” mengurangi ilmu dan menghilangkan kemampuan kapasitas manusia. Sistim pemerintahan yang hierarki ini menggambarkan rasa menghormati ilmu dan menunjang sikap berdemokrasi. Setiap orang itu ahli dibidangnya masing-masing. Sistim ini menanamkan rasa hormat terhadap pemimpin, rasa solidaritas terhadap sesama manusia dan ilmu yang mereka pelajari, dan menanamkan rasa sosial. Pekerjaan pemerintah bukan untuk diri sendiri tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat secara keseluruhan. Sistim ini juga menggambarkan bahwa perekonomian negara adalah untuk kebahagiaan dan kesejahteraan orang banyak, pembangunan adalah untuk orang banyak bukan untuk milik pribadi. Itulah makanya gedung-gedung, patung-patung, dan monumen rancangan Sukarno adalah milik semua orang Indonesia dan dipelihara atau dirawat oleh pemerintah untuk kepentingan orang banyak. 10. Pemerintah dan bangsa Indonesia dikelilingi dan dilindungi oleh pertahanan nasional yang kuat. Ini menandakan bahwa keamanan dan kesejahteraan rakyat secara nasional itu terjamin. 11. Yang terakhir, Indonesia adalah negara kesatuan. Sekalipun mereka berbeda suku, berbeda bahasa, dan berbeda adat istiadat, mereka adalah satu bangsa, mempunyai satu nusa, satu bahasa, satu lagu kebangsaan, satu bendera kebangsaan, satu lagu kenegaraan, satu filosofi, dan satu konstitusi. Sukarno menciptakan Indonesia sebagai negara yang paling berdemokrasi di seluruh dunia. Tanpa Pancasila, konstitusi pun tidak ada. Nasib bangsa Indonesia saat ini bagaikan a “Castle in the sand.” Terima kasih banyak. Ada pertanyaan?
11
Sususan Negara & Sistim Pemerintahan Indonesia
Pancasila UUD’45 Mahkamah Militer
MPA
Presiden
MPR
DPA
DPR Kementrian
TNI: AD, PM, AU, AL Kantor Wilayah / Kepala Kantor Wilayah
Daerah Propinsi / Gubernur
DPR I
Dinas / Kepala Dinas
Pemerintahan Daerah / Bupati
DPR II
Pemerintahan Kecamatan / Kepala Camat
Pemerintahan Desa / Kepala Desa
RW RT
Masyarakat
12