IMPLEMENTASI METODE AHP TOPSIS DALAM PERANGKINGAN PRIORITAS PENGERJAAN ORDER DAN PENENTUAN LINTASAN KRITIS DENGAN FUZZY PERT (STUDI KASUS: PT. MECO INOXPRIMA) Faiqotul Himmah, Udisubakti Ciptomulyono Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected];
[email protected]
Abstrak PT. Meco Inoxprima merupakan perusahaan make to order yang bergerak di bidang pembuatan storage tank dan modifikasinya. Sering kali pesanan yang masuk dalam satu hari jumlahnya lebih dari satu. Karena adanya keterbatasan mesin, maka perlu dilakukan penentuan prioritas pesanan mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Penelitian ini akan membahas tentang pengimplementasian metode AHP TOPSIS dalam perangkingan prioritas pengerjaan order pada PT. Meco Inoxprima tersebut. Pembobotan kriteria dilakukan dengan menggunakan AHP dan perangkingannya dilakukan dengan menggunakan TOPSIS. Selain itu, penelitian ini juga menentukan lintasan kritis terhadap order yang menempati rangking prioritas pertama dengan pendekatan fuzzy PERT. Hasil yang diproleh dari penelitian ini adalah mengetahui pesanan yang menempati peringkat prioritas pertama. Pesanan tersebut adalah Storage Tank 200 liter. Kriteria yang digunakan antara lain : kriteria teknis, waktu, variasi order dan finansial. Waktu penyelesaian pengerjaan pesanan tersebut adalah 1.282,47 menit. Sedangkan aktivitas yang menjadi lintasan kritis dari pengerjaan storage tank tersebut antara lain : pembuatan dish end, pembuatan leg, adjuster leg, base plate, pembuatan semua nozzle, assembly nozzle serta aktivitas finishing. Kata Kunci : pemilihan pesanan, AHP, TOPSIS, fuzzy PERT.
Abstract PT. Meco Inoxprima is Storage Tank manufacturing industry. The nuber of order from customer usually is exceed the available capacity of production. Due to limitation of machinery facility available in plant, the company needs prioritizing of entrance order to schedule which one is first order to process and which one is the next order. This research proposed an implementation of AHP and method of TOPSIS to aid the ranking for order processing at the PT. Meco Inoxprima. AHP is utilized to make a weighting factor for criteria evaluation. Based on this approach, a selected order could be calculated by the TOPSIS method. The first choice for each order or first rank priority is determined with scheduled based on Critical Path Method which solved by the fuzzy PERT approach. The research concludes that to be the first rank priority of order between various altenative order is storage tank of 200 liters. The criteria proposed in this research are technical, time, variation order and financial criteria. The fuzzy PERT obtaining a set of sequence activity that are critical path namely: the creation of a leg, adjuster leg, base plate, creation of all nozzle, nozzle assembly and finishing activities. And it take to 1282,47 minutes for finishing this order. Keywords: order selection, AHP, TOPSIS, fuzzy PERT.
1.
Pendahuluan
Penyelesaian pengerjaan pesanan yang tepat waktu merupakan hal yang penting bagi perusahaan Make To Order (MTO). Perusahaan ini memenuhi permintaan berdasarkan pesanan konsumen. Pesanan yang datang dapat berubahubah baik jumlah maupun jenisnya. Adakalanya
pesanan yang datang per hari jumlah dan jenisnya bervariasi. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik dalam pengaturan pengerjaan pesanan. Jika pesanan yang datang jumlahnya banyak dan datang bersamaan, maka perlu dilakukan penentuan prioritas pesanan mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu.
Penentuan prioritas urutan pengerjaan order dapat melibatkan banyak kriteria seperti due date, lama proses pengerjaan, keuntungan, ketersediaan sumber daya, dan lain-lain. PT. Meco Inoxprima merupakan salah satu perusahaan Make To Order yang bergerak di bidang pembuatan processing equipment, storage tank beserta modifikasinya. Permintaan yang datang pada perusahaan ini berasal dari konsumen yang datang langsung ataupun dari tender yang dimenangkan oleh perusahaan. Konsumen perusahaan ini adalah perusahaan lain yang membutuhkan peralatan industri baik dalam negeri maupun luar negeri. Jumlah pesanan yang datang juga bervariasi bahkan bisa mencapai 1 plant untuk mengerjakan pesanan tersebut. Sering kali pesanan yang datang per hari berjumlah lebih dari satu. Pesanan yang masuk tidak dapat langsung dikerjakan pada bagian fabrikasi karena resources pada lantai produksi masih mengerjakan produk / pesanan telah masuk sebelumnya. Proses pengerjaan pesanan meliputi beberapa tahap yaitu penggambaran teknik rancangan order, pemesanan raw material atau aksesoris produk, serta proses fabrikasi yang meliputi pembuatan masing-masing komponen, assembling, dan packing. Pembuatan komponen meliputi proses pemotongan, proses permesinan dan welding. Dalam proses permesinan, material yang sedang diproses harus dikerjakan sampai selesai dan tidak dapat dihentikan di tengahtengah proses. Karena adanya keterbatasan jumlah mesin yaitu mesin bubut, mesin frais, mesin drill, maka diperlukan perencanaan penjadwalan yang baik dan penentuan prioritas pesanan mana yang harus dikerjakan lebih dulu. Proses pengerjaan produk meliputi banyak aktivitas. Selama ini perusahaan hanya menargetkan pengerjaan suatu produk harus selesai pada waktu yang ditentukan tanpa mengetahui aktivitas mana yang kritis atau berpengaruh dalam penyelesaian produk. Aktivitas lintasan kritis pengerjaan produk pesanan perlu diketahui agar aktivitas tersebut mendapat perhatian lebih. Karena jika aktivitas ini tergangu atau tidak berjalan dengan baik misalnya terjadi cacat maupun rework maka dapat menyebabkan keterlambatan penyelesaian pesanan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu untuk melakukan penentuan prioritas pengerjaan
order yaitu alternatif order mana yang harus dikerjakan lebih dahulu. Order yang dijadikan alternatif adalah order yang masuk dalam satu hari yang bersamaan. Penentuan prioritas ini meliputi banyak kriteria seperti due date, kebutuhan raw material, kerumitan pesanan, nilai order, cara pembayaran, loyalitas konsumen dan lain-lain. Penentuan prioritas ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Multi Criteria decision Making (MCDM) karena banyak kriteria yang terlibat dan bertentangan. Metode MCDM yang diimplementasikan adalah AHP dan TOPSIS dimana AHP digunakan sebagai penentuan bobot dan TOPSIS digunakan untuk memilih alternatif order berdasarkan jarak terdekat dengan solusi ideal. Sedangkan penentuan lintasan kritis dilakukan dengan fuzzy PERT. Hal ini digunakan untuk mengetahui waktu penyelesaian proyek pengerjaan order dan aktivitas dalam lintasan kritisnya. Perlunya dilakukan penjadwalan fuzzy PERT ini agar dapat diketahui aktivitas kritis mana yang perlu diperhatikan pada proses penyelesaian order tersebut maupun order lain yang sejenis di masa yang akan datang. Pada penelitian ini, order yang dijadwalkan dengan fuzzy PERT adalah order yang menempati prioritas pertama. Penelitian yang berkaitan dengan penentuan prioritas pengerjaan pesanan juga telah dilakukan. Penelitian sebelumnya oleh pramirasari (2007) menggunakan metode fuzzyAHP dan Electre II untuk menentukan prioritas pesanan yang masuk pada perusahaan manufaktur. Penelitian lain telah dilakukan oleh Ariesanti (2008) dengan menggunakan metode Electre III. Kedua penelitian tersebut memilih pesanan yang masuk dalam satu periode tertentu yaitu satu minggu. Sedangkan penelitian ini melakukan penentuan prioritas pengerjaan pesanan yang masuk dalam 1 hari. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk menentukan litasan kritis dari pengerjaan pesanan yang menempati prioritas pertama. 1.1 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, perrmasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan perangkingan prioritas pengerjaan order dengan metode AHP TOPSIS
2
serta penentuan lintasan kritis terhadap pengerjaan order dengan metode fuzzy PERT pada PT. Meco Inoxprima. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini, yaitu: 1.
2.
Mengetahui prioritas pengerjaan order yang ada pada perusahaan dengan mengimplementasikan metode AHP dan TOPSIS. Menentukan waktu penyelesaian dan lintasan kritis terhadap order yang menempati prioritas pertama.
1.3 Manfaat penelitian Manfaat diadakannya penelitian ini adalah dapat dijadikan usulan bagi perusahaan dalam mempertimbangkan keputusan penentuan prioritas pengerjaan order berdasarkan kriteria yang ada. Serta dapat mengetahui lintasan kritis dan aktivitas kritis pada pengerjaan order yang sama di waktu yang akan datang
1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi dan teori-teori penunjang yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pustaka, baik berupa buku teks, artikel, ataupun jurnal yang bersumber dari media cetak maupun media elektronik. Adapun studi literatur ini meliputi MCDM, AHP, TOPSIS, Penjadwalan Proyek dan fuzzy PERT. 2. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan kunjungan langsung ke perusahaan yang diteliti yaitu PT. Meco Inoxprima. Studi lapangan ini dilakukan untuk mengeksplorasi permasalahan yang ada dan kondisi nyata di Perusahaan. Studi lapangan dilakukan dengan beberapa cara diantaranya melalui pengamatan langsung di lantai produksi, wawancara dan diskusi dengan bagian PPIC perusahaan tentang prioritas pengerjaan order serta aktvitas atau tahapan pengerjaan order. 3. Perumusan Masalah
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki batasan dan asumsi yang digunakan, yaitu: 1.4.1
Batasan
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu: 1. Penelitian dilakukan di PT. Meco Inoxprima, Sidoarjo untuk plant Unit 1. 2. Penentuan prioritas pesanan dilakukan berdasarkan data pesanan yang masuk pada tanggal 1 April 2009. 3. Penentuan lintasan kritis dilakukan untuk 1 order yang menempati rangking pertama. 1.4.2
4. Pengumpulan Data Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan datadata untuk menunjang penelitian. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara atau brainstorming dengan pihak intern perusahaan dan data historis perusahaan. Adapun data yang diperlukan antara lain : a.
b.
Penetapan ktiteria perangkingan prioritas pengerjaan order berdasarkan bainstorming dengan pihak perusahaan dan dari literatur.
c.
Aktivitas dan urutan pengerjaan pesanan yang menempati prioritas pertaman pada AHP TOPSIS.
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan gambaran penelitian secara keseluruhan sehingga diketahui proses, metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian.
Jumlah order yang datang pada dalam 1 hari tertentu beserta besar dan nilainya. Adapun jumlah pesanan yang masuk pada tanggal 1 April 2009 sebanyak 5 jenis order. Inilah yang akan dijadikan alternatif dalam penetuan prioritas pengerjaan order.
Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktivitas bisnis dan proses produksi PT. Meco Inoxprima tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung 2.
Setelah dilakukan studi literatur dan studi lapangan dapat dilakukan perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan masalah yang akan dibahas dan diselesaikan dalam penelitian ini.
3
diperhatikan agar tidak terjadi keterlambatan penyelesaian order.
5. Penentuan Prioritas Pengerjaan order Pada tahap ini dilakukan perangkingan prioritas pengerjaan order dilakukan dengan menggabungkan 2 metode yaitu AHP dan TOPSIS. AHP dilakukan untuk pembobotan kriteria. Hal yang dilakukan adalah dengan menetapkan kriteria dan order yang masuk sebagai alternatif. Kemudian membuat kuisioner dan menyebarkannya pada orang-orang yang berkaitan dengan penentuan prioritas pengerjaan order seperti Kepala Bagian Produksi, dan PPIC. TOPSIS digunakan untuk menentukan perangkingan prioritas pengerjaan order. 6. Penentuan Lintasan Kritis Order dengan fuzzy PERT. Pada tahap ini akan dilakukan penjadwalan order yang menempati urutan prioritas pertama pada tahap sebelumnya. Penyusunan fuzzy PERT dimaksudkan untuk mengetahui total waktu penyelesaian dan lintasan kritis. Adapun langkah yang akan dilakukan : a. Menentuan aktivitas dan work breakdown structure dari pengerjaan order. b. Menentukan durasi masing–masing aktivitas. Durasi ini dapat diperoleh dari data historis perusahaan maupun dari orang yang ahli di perusahaan untuk menentukan waktu optimis, waktu paling mungkin dan waktu pesimis masingmasing aktivitas. c. Melakukan fuzzifikasi dan defuzzifikasi dari waktu pesimis, waktu paling mungkin dan waktu optimis. d. Melakukan penjadwalan dengan PERT (menyusun aktivitas dan jaringan kerja) e. Menentukan lintasan kritis serta aktivitas kritis di dalam lintasan tersebut. 7. Analisa dan Interpretasi Hasil Pada tahap ini akan dilakukan analisa dan interpretasi hasil pengolahan data. Analisa yang dilakkan antara lain : a. Analisa pembobotan dan hasil perangkingan prioritas pengerjaan order. b. Analisa sensitivitas urutan rangking alternatif terhadap bobot kriteria c. Analisa pengerjaan order dan lintasan kritis. Analisa ini untuk mengetahui waktu selesainya order, lintasan kritis beserta aktivitas kritis yang perlu
d. Analisa sensitivitas pengerjaan order 8. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan secara umum dari hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan. Serta diberikan saran baik untuk perusahaan maupun untuk penelitian selanjutnya. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bagian ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian di PT. Meco Inoxprima. Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan penyelesaian permasalahan. 3.1 Pengumpulan Data PT. Meci Inoxprima berdiri sejak tahun 1977, yang pada awalnya merupakan suatu usaha maintenance dari produk storage tank dan peralatan industri. Kemudian perusahaan ini berkembang dan bergerak di bidang produksi processing equipment, storage tank beserta modifikasinya. Perusahaan ini memenuhi permintaan konsumen dengan cara make to order. Secara umum proses pengerjaan pesanan pada PT. Meco Inoxprima meliputi proses berikut ini : • •
• • • • • •
Persiapan dan penandaan (marking) Cutting
Forming Machining Pengelasan / Welding Polishing Assembling Finishing dan Testing
¾ Hirarki Kepentingan Hirarki kepentingan digunakan untuk menggambarkan permasalahan agar lebih jelas. Hirarki kepentingan dalam penelitian tentang penentuan prioritas pengerjaan order ini memiliki 4 level. Level 1 merupakan overall objective yaitu order yang diprioritaskan. Level 2 merupakan kriteria, level 3 merupakan subkriteria dan level 4 adalah alternatif. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 yaitu
4
kriteria teknis, kriteria waktu, kriteria variasi order dan kriteria finansial
3.2 Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan meliputi pembobotan, perhitungan AHP TOPSIS serta penentuan lintasan kritis dengan fuzzy PERT. 3.2.1 Pembobotan AHP Pembobotan dilakukan dengan menyusun matriks pairwise comparison dimana data pembobotan diperoleh dari kuesioner yang telah dibagikan kepada pihak yang terkait dan dengan penentuan prioritas order. Adapun respondennya sebanyak 4 orang yaitu 2 orang merupakan Supervisor dan 2 orang bagian PPIC. Karena sumber responden lebih dari satu maka dilakukan perhitungan geometric mean untuk mendapatkan satu nilai tertentu dari semua nilai tersebut. Setelah dilakukan perhitungan geometric mean, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan software Expert Choice 2000. Berikut ini adalah merupakan bobot prioritas pada setiap kriteria dan subkriteria serta besarnya inconsistency ratio hasil pengolahan software Expert Choice 2000. Tabel 3.2 Bobot Prioritas Kriteria
Gambar 3.1 Hirarki kepentingan
Sedangkan alternatif yang dipilih dalam permasalahan ini adalah data pesanan yang masuk pada hari yang sama dan terdiri dari beberapa order. Sehingga dipilih data pesanan yang masuk pada tanggal 1 April 2009 yang terdiri dari 5 order.
Tabel 3.3 Bobot Prioritas Subkriteria
Tabel 3.1 Data pesanan yang dijadikan sebagai alternatif
3.2.2 Perhitungan TOPSIS Setelah memperoleh bobot setiap kriteria dan subkriteria serta bobot prioritas alternatif terhadap subkriteria, kemudian dilanjutkan
5
dengan perhitungan TOPSIS. Berikut ini adalah tahapan pengerjaan TOPSIS :
•
Solusi ideal negatif :
Menyusun tabel permasalahan dan normalisai matrik keputusan.
Tabel 3.6 Titik ideal positif dan titik ideal negatif
Nilai tabel permasalahan normalisasi ini diambil dari bobot prioritas setiap alternatif terhadap subkriteria yang dihasilkan dari pengolahan AHP. Tabel 3.4 Hasil normaslilsasi matrik keputusan
•
•
Memasukkan keputusan
bobot
ke
dalam
matrik
Langkah selanjutnya adalah memasukkan bobot ke dalam tabel matrk keputusan dengan menggunakan rumus : dimana
:nilai alternatif j terhadap subkriteriai
Menghitung separation measures (jarak setiap alternatif terhadap titik ideal positif dan titik ideal negatif)
Langkah selanjutnya adalah menentukan jarak setiap alternatif terhadap titik ideal positif (D*) dan jarak setiap alternatif terhadap titik ideal negatif (D-). Perhitungannya menggunakan rumus : Solusi ideal positif = Solusi ideal negatif =
wi : bobot kriteria i , Tabel 3.7 hasil perhitungan D* dan D- setiap alternatif
Bobot yang digunakan adalah hasil pengolahan AHP. Tabel 3.5 Hasil perhitungan memasukkan bobot subkriteria ke dalam
•
Menghitung kedekatan relatif (CC)
Perhitungan ini menggunakan rumus :
Hasil kedekatan relatif (CC) untuk masingmasing alternatif sebagai berikut :
•
Menentukan titik ideal positif dan titik ideal negatif Penentuan titik ideal positif dan ideal negatif ini menggunakan rumus : Solusi ideal positif :
Order 1 = 0.586833 Order 2 = 0.593021 Order 3 = 0.354488 Order 4 = 0.444384 Order 5 = 0.318812
6
•
Melakukan perangkingan berdasarkan kedekatan relatif
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa prioritas pengerjaan order dengan urutan order 2 – order 1- order 4- order 3 dan order 5. Sehingga dengan menggunakan implementasi AHP dan TOPSIS dapat diketahui bahwa penentuan prioritas pengerjaan order menghasilkan order 2 merupakan order yang menempati rangking pertama untuk diprioritaskan pengerjaannya. 3.2.3 Fuzzy PERT Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengolah fuzzy PERT yang meliputi breakdown aktivitas, fuzzifikasi, defuzzifikasi dan penentuan Lintasan Kritis.
¾ Breakdown aktivitas Dalam melakukan pengolahan fuzzy PERT, perlu dilakukan breakdown aktivitas dari pesanan yang menempati peringkat pertama. Pesanan tersebut adalah order 2 (Storage Tank 200L). Breakdown proses pengerjaan storage tank 200L secara detail dapat dilihat pada lampiran E dan OPC. Waktu pengerjaan tiap komponen dan assembly diperoleh dari pengukuran langsung dan waktu standar yang telah ditetapkan pihak perusahaan. Penentuan waktu tidak semuanya dilakukan secara langsung dikarenakan kesulitan untuk mendapatkan data waktu untuk semua aktivitas pengerjaan komponen dan assembly. Sehingga beberapa komponen yang dapat dihitung waktunya secara langsung maka dipakai waktu hasil pengukuran langsung sedangkan aktivitas yang tidak dapat diperoleh waktunya secara langsung maka digunakan waktu standart yang ditetapkan oleh expert judgement dari pihak perusahaan.
lebih lama. Sedangkan penyelesaian pesanan kurang dari waktu standart jarang terjadi dan selisih waktunya sangat sedikit karena pengerjaan yang terlalu cepat dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas produk. ¾ Fuzzifikasi dan Defuzzifikasi Penentuan waktu dalam suatu proyek pengerjaan pesanan bersifat fuzzy. Sehingga dari data waktu di atas perlu dilakukan perhitungan fuzzyfikasi terlebih dahulu. Fuzzyfikasi dilakukan dengan menggunakan Triangular fuzzy Number (TFN). Dalam menentukan TFN, perlu ditentukan nilai batas atas dan batas bawah. Pada permasalahan ini, penentuan batas bawah(l) dan batas atas (u) ditetapkan oleh expert judgement pihak perusahaann yaitu bapak Florensius Hayon, ST. (supervisor fabrikasi komponen). Contoh gambar TFN untuk aktivitas pembuatan Shell dapat dilihat pada gambar 3.2
Gambar 3.2 TFN aktivitas pembuatan komponen Shell
Setelah melakukan fuzzyfikasi untuk setiap waktu PERT, maka selanjutnya akan dilakukan defuzzyfikasi. Perhitungan defuzzyfikasi menggunakan metode center of gravity, dengan rumus : Tabel 3.8 Hasil defuzzyfikasi (dalam satuan menit)
Dalam perhitungan fuzzy PERT ini perlu ditentukan 3 jenis waktu yaitu waktu optimis, waktu paling mungkin dan waktu pesimis. Waktu paling mungkin yang digunakan adalah waktu standart. Sedangkan penentuan waktu pesimis dan waktu optimis berdasarkan penentuan dari pihak perusahaan. Waktu pesimis diperoleh dari waktu standart ditambah 10%, sedangkan waktu optimis diperoleh dari waktu standart dikurangi 5%. Hal ini dikarenakan penyelesaian pesanan sering kali melebihi waktu standart dan selisih waktunya
7
Tabel 3.9 nilai Te dari aktivitas penyusun jaringan PERT.
¾ Penentuan Lintasan Kritis PERT memiliki 3 jenis waktu yaitu waktu pesimis, waktu paling mungkin dan waktu optimis. Dari ketiga jenis waktu tersebut, dapat dicari expected time (Te) dimana waktu ini sudah dapat mewakili waktu optimis, pesimis dan paling mungkin. Masing-masing aktivitas hasil defuzzyfikasi, kemudian dicari nilai Te dengan menggunakan perhitungan pada rumus . Nilai Te inilah yang digunakan untuk menyusun jaringan PERT.
Lintasan kritis merupakan suatu lintasan dimana terdapat aktivitas yang mempunyai slack = 0. Slack merupakan selisih waktu antara Earliest Start (ES) dengan Latest Start (LS) atau selisih Earliest Finish (EF) dengan Latest Finish (LF) dalam suatu aktivitas / kegiatan. Slack dapat diartikan sebagai waktu tunda yang masih diijinkan supaya umur proyek tidak berubah. Oleh karena itu, lintasan aktivitas yang memiliki nilai slack = 0 adalah lintasan kritis yang menentukan waktu penyelesaian pengerjaan pesanan tersebut. Sehingga aktivitas tersebut tidak bisa ditunda karena akan mengakibatkan keterlambatan selesainya pengerjaan order. Penyusunan lintasan kritis dengan menggunakan PERT tersebut memiliki total waktu 1.282, 47
8
menit. Artinya waktu penyelesaian pengerjaan order Storage tank 200 liter sebesar 1.282,47menit atau sebesar 21,37 jam. Jika dikonversikan kedalam satuan hari adalah sebesar 3,05 hari kerja. Waktu ini merupakan waktu proses pengerjaan saja, tidak mencakup waktu material handling dan inspeksi masingmasing komponen. Selain itu, diasumsikan material pendukung / aksesoris yang dibutuhkan telah tersedia tepat waktu sehingga tidak ada pemunduran pengerjaan order dikarenakan menunggu datangnya aksesoris.
merepresentasikan lamanya waktu pengerjaan order, dimana order yang proses pengerjaannya lama akan memiliki due date yang lama juga. Penentuan due date pada PT. Meco Inoxprima diawali dengan cara negosiasi antara pelanggan dengan pihak perusahaan. Kriteria yang ketiga adalah variasi order. Kriteria variasi order dipecah menjadi 2 subkriteria yaitu jumlah item tiap order dan frekuensi order. Sedangkan kriteria terakhir adalah kriteria finansial. Kriteria ini dipecah menjadi 3 subkriteria yaitu nilai keuntungan order, pembayaran awal dan biaya penalti
4 Analisa dan Pembahasan
4.1.2 Pembobotan AHP
Bagian ini dilakukan menganalisa hasil yang diperoleh. Analisa yang dilakukan diantaranya meliputi analisa pengolahan AHP dan TOPSIS, analisa sensitivitas AHP TOPSIS, analisa PERT dan lintasan kritis dan analisa sensitivitas lintasan kritis.
Pengalahan AHP dilakukan dengan menentukan bobot untuk masing-masing kriteria, subkriteria dan alternatif yang dilakukan dengan menggunakan matriks pairwise comparison. Pembobotan diolah menggunakan software Expert Choice dan diperoleh bahwa tiap-tiap kriteria memiliki kepentingan yang berbedabeda.
4.1 Analisa Pengolahan AHP TOPSIS Analisa pengolahan AHP TOPSIS meliputi analisa hirarki AHP, analisa pembobotan dan analisa pengolahan TOPSIS. 4.1.1 Hirarki AHP Penyusunan hirarki kepentingan AHP ini terdiri dari 4 level yaitu overall objective / goal, kriteria, subkriteria dan alternatif. Pada permasalahan penentuan prioritas pengerjaan order ini, goal yang ingin dicapai adalah order mana yang diprioritaskan. Penentuan prioritas ini dikarenakan pesanan yang masuk dalam satu hari berjumlah lebih dari satu sehingga perlu ditentukan pesanan mana yang diprioritaskan untuk dikerjakan terlebih dahulu. Dalam permasalahan ini, pesanan yang masuk tanggal 1 April sebanyak 5 order. Kelima pesanan inilah yang dijadikan sebagai alternatif. Kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas diperoleh dari brainstorming dengan pihak perusahaan. Kriteria tersebut dikelompokkan menjadi 4 kriteria yaitu teknis, waktu, variasi order dan finansial. Kriteria pertama adalah kriteria teknis. Kriteria ini dipecah menjadi 4 subkriteria yang berkaitan dengan hal-hal teknis pengerjaan pesanan. kriteria waktu hanya terdiri dari 1 subkriteria saja yaitu due date. Hal ini dikarenakan due date ini menunjukkan batas waktu penyerahan pesanan ke pelanggan. Selain itu, due date juga
Kriteria yang memiliki bobot terbesar adakah kriteria teknis dan kriteria waktu dengan bobot sebesar 0.311. Hal ini dikarenakan responden menganggap bahwa teknis dan waktu merupakan hal yang paling penting dalam pengerjaan pesanan agar tidak terjadi keterlambatan. Kriteria yang mempunyai bobot terbesar kedua adalah kriteria finansial dengan bobot 0.292. Kriteria ini dianggap penting berkaitan dengan keuntungan yang diperoleh maupun penerimaan uang muka (cara pembayaran awal customer) yang berpengaruh pada proses pengerjaan order. Kriteria yang memiliki bobot paling kecil adala kriteria variasi order dengan bobot 0.086. 4.1.3 Analisa Pengolahan TOPSIS Prinsip dasar Dari metode TOPSIS adalah memilih alternatif yang mempunyai jarak terkecil dari solusi ideal positif dan memiliki jarak terjauh dari solusi ideal negatif. Semua data dimasukkan ke dalam tabel permasalahan, kemudian digabung menjadi satu dengan bobot yang telah diperoleh. Bobot yang digunakan dalam perhitungan TOPSIS ini adalah bobot hasil pengolahan AHP. Melalui TOPSIS, kriteria yang sekiranya bersifat merugikan dapat dilakukan minimalisasi. Sehingga TOPSIS dapat memberikan hasil yang baik berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
9
Dari hasil pengolahan TOPSIS yang dilakukan, diketahui bahwa pesanan yang menempati peringkat pertama adalah order 2 yang merupakan order Storage tank 200 liter pesanan dari PT. Fillomatic Global Industri yang masuk pada tanggal 1 April 2009. Pesanan inilah yang menenpati prioritas pertama untuk dikerjakan. Karena adanya keterbatasan mesin, dan pesanan yang datang pada tanggal 1 April berjumlah 5 jenis order sehingga perlu dilakukan pemilihan order mana yang akan diprioritaskan untuk dikerjakan terlebih dahulu.
dikurangi sebesar 30% dan ditambah sebesar 20 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa subkriteria due date sensitif. Kriteria ini sensitif dikarenakan sebagai perusahaan make to order, ketepatan dalam menyelesaikan pesanan merupakan hal yang sangat penting. Sehingga jika pelanggan melakukan perubahan due date, maka akan memungkinkan perusahaan melakukan perubahan urutan prioritas order mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Sedangkan untuk subkriteria yang lain, perubahan bobot dalam rentang -30% sampai 30% tidak sensitif.
4.2 Analisa Sensitivitas Alternatif Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah bobot subkriteria. Perubahan nilai bobot tiap kriteria/subkriteria dilakukan dengan menurunkan maupun menaikkan bobot pada setiap titik yang ditentukan secara acak untuk melihat kecenderungan hasil perangkingan alternatif apakah akan berubah atau tidak. Uji coba perubahan bobot pada setiap titik baik dinaikkan maupun diturunkan dari nilai awal bobot dicoba pada titik : 5%, 10%, 15%, 20%,25 % dan 30%. Kemudian ditetapkan rentang sensitivitas dengan melakukan penambahan dan pengurangan bobot subkriteria sebesar 30%. Suatu subkriteria dikatakan sensitif jika perubahan bobot tersebut mengubah urutan perangkingan dilihat dari nilai kedekatan relatif (CC).
Nilai CC
Analisa sensitivitas dilakukan pada semua kriteria dan subkriteria. Dari 10 subkeriteria yang ada, hanya subkriteria due date yang sensnitif dalam merubah hasil perangkingan AHP TOPSIS. perubaha tersebut dapat diliha pada grafik di bawah ini :
Prosentase perubahan bobot
Gambar 4.1 analisa sensitivitas subkriteria due date
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan rangking prioritas pengerjaan order. Perubahan tersebut terjadi pada saat bobot
4.3 Analisa PERT Pembuatan PERT dilakukan hanya pada pesanan yang menenpati rangking pertama pada pengolahan AHP TOPSIS. Pesanan tersebut adalah order 2 yaitu Storage tank 200 liter. Untuk melakukan pengolahan PERT, terlebih dahulu dilakukan breakdown aktivitas pengerjaan storage tank 200 ltr. Kemudian dari masing-masing aktivitas dicari waktu most likely, pesimis dan optimis. Penentuan waktu masing-masing aktivitas tidak sepenuhnya dilakukan secara langsung dikarenakan kesulitan untuk mendapatkan data waktu untuk semua aktivitas pengerjaan komponen dan assembly. Sehingga beberapa komponen yang dapat dihitung waktunya secara langsung maka dipakai waktu hasil pengukuran langsung sedangkan aktivitas yang tidak dapat diperoleh waktunya secara langsung maka digunakan waktu standart yang ditetapkan oleh expert judgement dari pihak perusahaan. Karena pada perusahaan ini bersifat job order sehingga jenis pesanannya berbeda-beda (tidak semua komponen penyusunnya sama) dan tidak setiap hari mengerjakan pesanan yang sama. Waktu paling mungkin (most likely) yang digunakan adalah waktu standart. Sedangkan penentuan waktu pesimis dan waktu optimis berdasarkan penentuan dari pihak perusahaan. Waktu pesimis diperoleh dari waktu standart ditambah 10%, sedangkan waktu optimis diperoleh dari waktu standat dikurangi 5%. Hal ini dikarenakan penyelesaian pesanan sering kali melebihi waktu standart dan selisih waktunya lebih lama. Sedangkan penyelesaian pesanan kurang dari waktu standart jarang terjadi dan selisih waktunya sangat sedikit karena
10
pengerjaan yang terlalu cepat dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas produk.
menghambat penyelesaian waktu penyelesaian pesanan.
4.4 Analisa Lintasan Kritis
4.5 Analisa Sensitivitas PERT
Dari hasil pembuatan jaringan PERT pada gambar 4.3, dapat dilihat beberapa aktivitas yang merupakan litasan kritis. Lintasan kritis merupakan aktivitas yang mempunyai slack sama dengan 0. Slack merupakan waktu tunda yang masih diijinkan supaya umur proyek tidak berubah. Beberapa aktivitas kritis dari pengerjaan order storage tank 200 liter antara lain :
Analisa sensitivitas yang dilakukan adalah dengan menambah dan mengurangi lama waktu pengerjaan masing-masing aktivitas kritis sebesar 10 %. Selain itu dilakukan analisa sensitivitas dengan memasukkan lama waktu pemesanan akasesoris. Pada kondisi ideal, pemesanan aksesoris sampai aksesoris tersebut datang membutuhkan waktu 1 hari. Sedangkan lama waktu maksimal pemesanan aksesoris penyediaan aksesori terjadi selama 3 hari.
•
Pembuatan dish end
•
Pembuatan komponen leg
•
Pembuatan base plate dan adjuster leg
•
Pembuatan N2, N3, N4, N5, N6, N7, N8 (handhole), N9, N10.
•
pembuatan lubang untuk nozzle
•
Fit up semua nozzle
•
Aktivitas asselmbly nozzle dan inspeksi pengelasan.
•
Aktivitas finising, testing dan packing.
Hampir semua proses assembly merupakan aktivitas kritis. Aktivitas ini dapat dilakukan setelah komponen telah selesai dibuat. Selama penelitian dilakukan, operator bagian assembly paling sering melakukan aktivitas non value added dibandingkan dengan aktivitas pembuatan komponen. Kegiatan non value added yang dilakukan contohnya adalah merokok, banyak mengobrol karena jenuh dan sering pergi ke tempat penyimpanan peralatan. Tempat penyimpanan peralatan yang agak jauh dari lokasi assembly produk dapat menghambat pengerjaan pesanan. Selain itu, pengawasan pada bagian assembly tidak terlalu ketat bila dibandingkan dengan pengawasan pada pembuatan komponen. Pengawasan pada bagian assembly biasanya hanya dilakukan saat inspeksi akhir saja. Hal ini mengakibatkan banyak pekerja sering terlihat santai dalam melakukan pengerjaan. Proses assembly juga harus mendapatkan perhatian yang lebih. Karena jika terjadi cacat atau kerusakan maka harus dilakukan perbaikan. Perbaikan ini dilakukan dengan cara menggerinda produk, kemudian dilakukan pengelasan ulang. Hal ini tentunya akan
Analisa sensitivitas dengan menambahkan lama waktu setiap aktivitas kritis sebesar 10% ternyata tidak merubah lintasan kritis. Hal ini dikarenakan lama waktu semua aktivitas kritis bertambah 10 % sehingga yang berubah hanyalah total waktu keseluruhan. Sedangkan aktivitas yang menjadi litasan kritis tetap. Total waktu penyelesaian pengerjaan storage tank dengan sensitivitas penambahan 10% adalah sebesar 1.410,71 menit. Sedangkan waktu awal penyelesaian order (tanpa penambahan 10%) adalah sebesar 1.282,47 menit. Analisa sensitivitas dengan mengurangi lama waktu setiap aktivitas kritis sebesar 10% ternyata merubah lintasan kritis. Total waktu penyelesaian pengerjaan storage tank dengan sensitivitas pengurangan waktu aktivitas kritis sebesar 10% adalah 1.159,65 menit. Sedangkan waktu awal penyelesaian order (tanpa pengurangan 10%) adalah sebesar 1.282.47 menit. Jika perusahaan dapat mengontrol atau mengurangi lama waktu aktivitas sebesar 10%, maka akan diperoleh penghematan total waktu pengerjaan storage tank sebesar 122,82 menit atau 9,6%. Analisa sensitivitas lain yang dilakukan adalah dengan memasukkan lama waktu pemesanan aksesoris. Pada pengerjaan storage tank, aksesoris dibutuhkan dalam pembuatan nozzle (N1 sampai N10). Aksesoris yang dibutuhkan adalah furrule dan sms union. Pembuatan nozzle pada kondisi awal, dimulai pada menit ke- 688,92. Sedangkan jika dimasukkan waktu keterlambatan datangnya order selama 3 hari, maka pengerjaan nozzle baru dapat dimulai pada menit 1.260. Sehingga akan mengakibatkan kemunduran penyelesaian pengerjaan storage
11
tank menjadi 1.886,08 menit, atau sekitar 31,43 jam kerja. 5. Kesimpulan dan Saran Dengan Hasil pengimplementasian AHP TOPSIS, menunjukkan bahwa pesanan yang menempati prioritas pertama dalam pengerjaan order adalah pesanan storage tank 200 liter. Penentuan prioritas ini dengan melibatkan subkriteria ketersediaan aksesoris, availabilitas mesin, kerumitan pengerjaan pesanan, flexibilitas proses pengerjaan, due date, jumlah item order, frekuensi order, nilai keuntungan order, pembayaran awal dan biaya penalti. Hasil analisa sensitivitas menunjukkan bahwa urutan prioritas pengerjaan order sensitif terhadap subkriteria due date. Sehingga bila terjadi perubahan due date maka akan merubah urutan prioritas pengerjaan pesanan. Proses pengerjaan storage tank 200 liter membutuhkan waktu penyelesaian sebesar 1.282,47 menit atau 21,37 jam kerja. Dan aktivitas kritis dalam pembuatan storage tank adalah pembuatan dish end, leg, base plate, adjuster leg, nozzle dan semua proses assembly dan finishing. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan beberapa metode MCDM yang lain dalam menentukan prioritas pengerjaan pesanan. Serta melakukan penjadwalan heuristik untuk semua pesanan yang menjadi alternatif agar diketahui metode mana yang paling baik. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat diarahkan pengurangan waste yang terjadi pada perusahaan khususnya pada departemen assembly. Karena departemen inilah yang mempengaruhi lama penyelesaian pengerjaan produk dan kualitas produk. Pengawasan pada departemen assembly lebih diperketat karena operator sering melakukan aktivitas non value added. Proses assembly merupakan aktivitas kritis dalam proses pengerjaan produk.
Chen,
Chen-Tung and Huang, Sue-Fen (2007), ‘Applying Fuzzy Method for measuring Criticality in project Network’, Information Science, 177 pp. 2448-2458.
Gray, Clifford and Larson, Erik W. (2006), Project Management: The Managerial Process, Mc Graw Hill. Onut, Semih and Soner, Selin. (2008), ‘Transshipment Site Selection Using The AHP and TOPSIS Approaches Under Fuzzy Environment’, Waste Management, 28. pp.1552–1559. Pramirasari, Novi (2007), Implementasi Pendekatan fuzzy AHP dan Electre II untuk Perangkingan Prioritas Pengerjaan Order Peralatan Industri di PT. Barata Indonesia. Surabaya, Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS. Saaty, Thomas L (1993), Decision Making for Leader, The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World, Prentice Hall Coy, Lad, Pinsburgh. Santosa, Budi (2003), Manajemen Proyek, Edisi Pertama, Surabaya, Guna Widya Tabucanon, Mario T (1988), Multiple Criteria Decision Making in Industry, Elsevier Science Publisher. Utomo, Duto S. (2005), Usulan Pemilihan Supplier Bahan Baku dengan Penggabungan metode TOPSIS dan AHP, Surabaya, Tesis Jurusan Teknik Industri ITS.
6. Daftar Pustaka Ariesanti, Yusia (2008), Implementasi Pendekatan Metode MCDM ELECTRE III dan Fuzzy PERT dalam Perangkingan dan Penjadwalan Proyek, Surabaya, Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS.
12