IMPLEMENTASI BIMBINGAN BACA TULIS AL-QUR’AN DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Arruum Arinda NIM 1112011000033
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016M/1438H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING IMPLEMENTASI BIMBINGAN BACA TULIS AL-QUR’AN DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Arruum Arinda NIM. 1112011000033
Menyetujui, Pembimbing
Drs. H. Masan AF, M.Pd NIP. 19510716 198103 1 005
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016M/1438H ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul Implementasi Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an Dalam Pembelajaran al-Qur’an Hadits Di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta disusun oleh Arruum Arinda, NIM. 1112011000033, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 10 November 2016
Yang Mengesahkan, Pembimbing
Drs. H. Masan AF, M.Pd NIP. 19510716 198103 1 005
iii
iv
v
ABSTRAK
Arruum Arinda (NIM. 1112011000033). Implementasi Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an dalam Pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi bimbingan baca tulis al-Qur’an dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Penelitan ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai bulan Oktober 2016. Bimbingan baca tulis al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta dikemas melalui kegiatan habitual curriculum dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sementara pemeriksaan atau pengecekan keabsahan datanya menggunakan derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Sedangkan teknik analisis data melalui empat tahapan, yaitu pengumpulan data mentah, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dalam melakasanaan bimbingan baca tulis al-Qur’an dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta adalah cukup baik. Siswa antusias dan senang dalam mengikuti bimbingan baca tulis al-Qur’an. Hal ini terlihat berdasarkan pengamatan atau observasi pada pelaksanaan bimbingan baca tulis alQur’an di kelas. Selain dari hasil observasi peneliti juga melaksanakan wawancara kepada siswa dan guru. menurut siswa peserta didik senang mengikuti bimbingan baca tulis al-Qur’an, dan pada saat ujian peserta didik mudah dalam mengingat materi pembelajaran al-Qur’an Hadits tentang menulis dan membaca teks ayat atau Hadits. Guru al-Qur’an Hadits memaparkan dengan dilaksanakanya bimbingan baca tulis al-Qur’an hasil belajar peserta didik meningkat, hal ini dapat dilihat dari dokumen hasil belajar siswa, dan guru berharap bimbingan baca tulis al-Qur’an menjadi muatan kurikuler, sehingga tersedia alokasi waktu yang memadai dan terciptanya pembelajaran yang terstruktur baik dalam pelaksanaan maupun penilaian. Kata Kunci: Bimbingan, Baca Tulis al-Qur’an, Pembelajaran, al-Qur’an Hadits.
vi
ABSTRACT
Arruum Arinda (NIM. 1112011000033). The Implementation of Learning alQur’an Literacy Guidance in the Al-Qur’an Hadith of MTs Pembangunan UIN Jakarta. This study aims to determine the implementation of learning al-Qur’an literacy guidance the in the learning of the al-Qur’an Hadith in MTs Pembangunan UIN Jakarta. This research was conducted in August 2015 to October 2016. The Guidance to read and write the al-Qur’an in MTs Pembangunan UIN Jakarta was conducted with habitual activity curriculum in teaching the al-Qur’an and Hadith. The method used in this research is a case study method that using descriptive qualitative approach. The procedure of data collection were observation, interviews, and documentation. While checking the validity of the data used a degree of confidence (credibility), dependability, and certainty (confirmability). The technique of data analysis through four stages, there were the collection of raw data, data reduction, data presentation, and conclusion. The results showed that literacy teachers who doing al-Qur’an literacy Guidance in the al-Qur’an Hadith of MTs Pembangunan UIN Jakarta is quite good. Students are enthusiastic and delighted in following the guidance of the alQur’an to read and write. It was seen by observation when the guidance of the alQur’an reading and writing in the classroom applied. In addition the writer also conducted interviews with students and teachers. According to the student, the learning of this technique is happy and it helped them to memorize the material of al-Qur’an Hadith; write and read the al-Qur’an and Hadith; so that they were easier to face the examination. The al-Qur’an and Hadith teacher explained that the implementation of guidance of the al-Qur’an reading and writing learning increasing students’ outcomes. It could be seen from the document of students’ learning result. Moreover, teachers expect the guidance of reading and writing the al-Qur’an into curricular load, so it provided adequate time allocation and the creation of structured learning both in the implementation and assessment. Keywords: Guidance, Read Write al-Qur’an , learning the al-Qur’an and Hadith.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Tiadak kata yang patut terucap kecuali rangkaian puji syukur kepada Allah SWT, yang tak pernah berhentimelimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam, senantiasa saya haturkan kepada Rasulullah SAW, pembawa pelita yang menerangi alam kehidupan dengan kalimat tauhid, kepada para sahabatnya dan para pengikunya yang senantiasa istiqomah di jalannya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidaklah semata atas usaha sendiri, namun berkat bantuan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menghaturkan ucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. 2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Serta seluruh jajaran civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. 4. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Marhamah Saleh, Lc, MA. 5. Pembimbing skripsi Drs. H. Masan AF, M.Pd. yang senantiasa memberikan arahan, motivasi, serta mengoreksi skripsi penulis hingga selesai. 6. Penasehat Akademik Drs. Achmad Ghalib, M.Ag yang senantiasa memberi bimbingan dan arahan selama menempuh studi SI di Fakultas Ilmu Tarabiyah Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. 7. Kepala Madrsah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Ir. H. Eha Soriha, M.Si. yang telah memberikan ijinnya untuk saya melaksanakan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.
viii
8. Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist Alipiah S.Pd.I. yang telah bersabar membimbing saya selama saya penelitian. 9. Segenap pengelola perpustakaan, baik Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mencari data-data yang dibutuhkan. 10. Kedua orang tua, ayahanda Sumardis dan Ibunda Marsiyem, yang telah memberikan doa, motivasi, serta curahan kasih sayang yang tiada tara. Begitu juga dengan dukungan moril dan materil yang tiada ternilai harganya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis. 11. Teman-teman Pendidikan Agama Islam, terkhusus PAI A, begitu banyak kenangan yang terukir, tawa, canda, dan air mata dalan satu mahliga semoga persahabat kita dapat terus terjalin sepanjang masa sampa Malaikat Izroil datang mencabut nyawa. Atas jasa dan bantuan semua pihak, penulis doakan semoga Allah SWT membalas dengan rahmat dan karunia yang tiada terhingga dan dapat menjadi amal jariyyah. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik yang bersifat membangun dan saran dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Aamiin.
Jakarta, 10 November 2016
Arruum Arinda
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL KATA PENGANTAR ............................................................. ………………… vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 8 C. Batasan Masalah .......................................................................................... 9 D. Perumusan Masalah .................................................................................... 9 E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9 F. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 9 BAB II Kajian Teori .......................................................................................... 11 A. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah .................. 11 1. Pengertian Pembelajaran al-Qur’an Hadits ............................................. 11 2. Tujuan Pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah ........... 16 3. Ruang Lingkup Pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah . 17 4. Materi al-Qur’an Hadits Kelas VIII Semester Ganjil ............................... 17 B. Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an ............................................................. 17 1. Pengertian Bimbingan ............................................................................. 17 2. Pengertian Baca Tulis al-Qur’an ............................................................. 20 3. Tujuan Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an ................................................ 30 4. Materi Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an ................................................. 31 5. Metode Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an ............................................... 51 C. Hasil Penelitian Relevan ............................................................................. 63
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 66 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 66 B. Latar Penelitian .......................................................................................... 66 C. Metode Penelitian ....................................................................................... 67 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................... 68 E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .................................... 72 F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 75 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 77 A. Deskripsi Data ............................................................................................ 77 B. Pembahasan ................................................................................................ 82 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN .................................... 111 A. Kesimpulan ............................................................................................... 111 B. Implikasi ................................................................................................... 112 C. Saran ......................................................................................................... 112 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 114 LAMPIRAN ..................................................................................................... 119
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat-Sifat Huruf Hijaiyyah ................................................................. 32 Tabel 2.2 Mad Tabi’iy ......................................................................................... 36 Tabel 2.3 Huruf-Huruf dibaca Tafkhim .............................................................. 41 Tabel 2.4 Huruf-Huruf dibaca Tarqiq ................................................................. 44 Tabel 2.5 Huruf-Huruf dibaca Tafkhim dan Tarqiq ............................................ 45 Tabel 2.11 Tanda-Tanda Waqof ......................................................................... 49 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi ............................................................................. 69 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara .......................................................................... 70 Tabel 4.1 Prestasi Siswa Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Tahun 2015 ..... 83
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Wawancara Kepala Madrasah ......................................................... 86 Gambar 4.2 Observasi Belajar dan Mengajar ..................................................... 87 Gambar 4.3 Observasi Belajar dan Mengajar ..................................................... 89 Gambar 4.4 Observasi Belajar dan Mengajar ..................................................... 89 Gambar 4.5 Observasi Belajar dan Mengajar ..................................................... 90 Gambar 4.6 Kegiatan Siswa ................................................................................ 92 Gambar 4.7 Komunikata ..................................................................................... 93 Gambar 4.8 Wawancara Siswa ........................................................................... 97 Gambar 4.9 Bagan Pendekatan Pembelajaran .................................................. 102
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Observasi Aktivitas Belajar Mengajar ........................................... 119 Lampiran 2 Pedoman Wawancara Kepala Madrasah ....................................... 127 Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru I ......................................................... 134 Lampiran 4 Pedoman Wawancara Guru II ........................................................ 137 Lampiran 5 Pedoman Wawancara Siswa .......................................................... 144 Lampiran 6 Profil Madrasah Tsanawiyah Pembangun ...................................... 153 Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Observasi ................................................. 162 Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................. 163 Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 164 Lampiran 10 Biodata Penulis ............................................................................ 165
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi masyarakat untuk belajar dan memperoleh pengetahuan. Dewasa ini pendidikan telah menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia, dalam mempertahankan dan melangsungkan kehidupanya. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting
dalam
membentuk
generasi
penerus
bangsa.
Maju
dan
berkembangnya suatu bangsa dilihat dari pendidikanya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu mencetak generasi unggul dan berakhalaqul karimah. “Pendidikan merupakan proses pengubahan proses dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”1 Dewasa yang dimaksud adalah bukan hanya dewasa secara mental namun dewasa disini juga dapat diartikan sebagai dewasa dalam bidang intelektual dan spiritual. Adapun pendidikan menurut Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar setiap peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. 2 Dalam mewujudkan cita-cita kecerdasan kehidupan bangsa, sejalan dengan visi dan misi pendidikan nasional Kemendiknas, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia cerdas dan kompetitif (insan kamil/insan paripurna). “Insan Indonesia cerdas adalah
1
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
h. 08 2
Undang-Undang RI No.20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 10
1
2
insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.” 3 Selain itu juga menurut Undang-Undang No.20 pasal 5 ayat 4 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.4 Termaktub mengenai tujuan pendidikan dalan
GBHN
1983
bahwa
pendidikan
nasional
berdasarkan
pancasila,bertujuan untuk “meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.” 5 Senada dengan hal di atas, dengan agama islam sebagai way of life dan Al-Qur‟an sebagai pedomanya, tidak hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhanya saja, tetapi juga menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia diantaranya adalah pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam AlQur‟an Surat As-Shod ayat 39 “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (Q.S. AsShod: 39)6 Rasulullah SAW juga menjelaskan tentang arti penting pendidikan sebagaimana berikut:
3
E. Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: 2014), Cet.IV, h. 19 ibid. 5 Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 28 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2009), Cet. X, h. 455 4
3
ِ اَدب وا اَوََل َد ُكم علَى ثَََل:ال رسو ُل اهللِ صلَّى اهلل علَي ِو وسلَّم ث َ ََع ْن َعلِ ٍّي َر ِض َي اهللُ َعْنوُ ق َ ْ ْ ُْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ ق: ال ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِخ ُحب نَبِي ُك ْم َو ُحب اَ ْى ِل بَْيتو َو قَرأَةُ الْ ُق ْرأَن فَِإ َّن َحَْلَةَ الْ ُق ْرأَ ُن ِ ِْف ِل اهلل يَ ْوَم ََل ِ ٌّل ِلَّو: َ ُ صال ِِ ِ َمع اَنْبِيائِِو وا ) (رَواهُ الدَّيْلَ ِم ْ َ َ ََ َ .صفيَائو “Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya.” (H.R Ad-Dailami) Dalam kaitanya dengan nilai yang merupakan muatan pendidikan, alQur‟an dijadikan sebagai sumber materi pendidikan, karena pokok pertama pendidikan agama Islam adalah al-Qur‟an. “al-Qur‟an merupakan bacaan paling sempurna dan mulia. Karena al-Qur‟an diturunkan kepada yang Maha Bijaksana, Maha Mulia dan Maha Sempurna.” 7 “al-Qur‟an adalah kalam Illahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw tertulis di dalam mushaf berdasarkan sumber-sumber mutawatir dan bersifat pasti kebenaranya, dan yang dibaca oleh umat Islam dalam rangka ibadah.”
8
al-Qur‟an merupakan sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
hendaknya al-Qur‟an harus terus dibaca, dipahami, dan diteliti. Sesuai dengan firman Allah yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW yaitu alQur‟an surat al-„Alaq ayat 1-5
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan 7
Manna al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Terj. dari Mabaahits fi Ulumil Qur’an oleh Aunur Rafiq El-Mazni, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2011), Cet. VI, h. 14 8 Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Terj. dari MAabahits fi Ulumil-Qur’an oleh Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet. XI, h. 10
4
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Q.S. al-„Alaq: 1-5)9 Ayat pertama turun tersebut menjelaskan tentang perintah membaca. Manusia dijadikan dari segumpal darah, Allah menjadikan kalam10 sebagai alat pengembangan pengetahuan.11 Membaca merupakan kunci pengetahuan, tanpa membaca pengetahuan manusia tidak akan berkembang. “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media bahasa.”
12
Setelah membaca hendaknya menulis kembali apa yang telah
dibaca tujuanya adalah agar kita selalu mengingatnya atau dapat dijadikan bacaan oleh orang lain. Mempelajari al-Qur‟an sebenarnya bukanlah hal yang sulit, jika tiap-tiap individu mampu berihtiar13 dan dan memiliki kemauan tinggi untuk mepelajarinya, pasti akan mampu membaca, memahami dan menulis al-Qur‟an dengan baik. Karena Allah telah menjamin kemudahanya bagi umat yang ingin mempelajari al-Qur‟an. Sebagaimana firman Allah dalam Qur‟an surat al-Qomar ayat 17 “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Q.S. alQomar: 17)14
Al-Qur‟an
diturunkan
sebagai
pedoman
hidup
manusia,
Allah
menurunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara beransur-ansur dan sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi tujuanya adalah agar mudah 9
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2009), Cet. X, h. 597 10 Allah mengajarkan manusia dengan baca tulis 11 Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf , t.t), Cet. II, h. 746. 12 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), Cet. I, h. 7 13 ihtiar adalah berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk meraih sesuatu harapan dan keinginan yang dicita-citakan. 14 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2009), Cet. X, h. 529
5
dipelajari, dimegerti dan dihafal, bukan untuk mempersulit hidup manusia. Hal ini dipertegas dalam Qur‟an surat at-Thaahaa: 2 “Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (Q.S. at-Thaahaa: 2)15 Pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang sangat serius, terutama dalam kemampuan baca tulis al-Qur‟an di kalangan umat Islam dengan mengeluarkan surat keputusan bersama Menteri Dalan Negeri dan Menteri Agama RI no. 128/44 Tahun 1982 tentang peningkatan membaca dan menulis al-Qur‟an dikalangan umat Islam, Intruksi Menteri Agama No. 3 Tahun 1990 tentang pelaksanaan Upaya Peningkatan Membaca al-Qur‟an serta intruksi Dirjen Dinas Islam dan Urusan Haji No. 3 Tahun 1991 Tentang Upaya Peningkatan Kemampuan Peningkatan Membaca al-Qur‟an di kalangan umat Islam.16 Hal senada juga dipaparkan oleh Wali Kota Bandar Lampung Drs. H. Herman, H.N. dalam sebuah media sosial Islam, “Kurikulum baca tulis al-Qur‟an saat ini sangat penting untuk mengatasi persoalan prilaku geberasi muda yang dinilai kurang baik. Adanya kurikulum baru ini bisa memperbaiki akhlak dan juga memperdalam ilmu agama para siswa. Setiap murid, dari SD, SMP, dan SMA yang akan menamatkan jenjang pendidikan wajib pandai baca tulis al-Qur‟an.”17 Sejalan dengan aturan tersebut, maka baca tulis al-Qur‟an menjadi muatan wajib kurikuum pendidikan dasar dan menengah, pemerintah menyebutkan bahwa “satuan pendidikan dasar dan menengah harus menempatkan kemampuan baca tulis al-Qur‟an sebagai salah satu kompetensi yang akan dicapai peserta didik dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.”
18
“Pemerintah juga memberikan peluang bagi sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, dan lain sebagainya yang tumbuh dari 15 16
Ibid, h. 312 Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis al-Qur’an, (Bumi Aksara: Jakarta, 1993),
h. 23 17
Islampos, Baca Tulis al-Qur’an akan Masuk Kurikulum di Lampung, 2016, (www.islampis.com) 18 Depdiknas, Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP, (Jakarta: Direktoriat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Menengah, 2007), h. 73
6
aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki.”19 Khususnya lembaga pendidikan berbasis madrasah, yang notabene sebagai penggerak pendidikan Islam. Karena kemampuan baca tulis al-Qur‟an di Madrasah dapat mempegaruhi mata pelajaran agama yang lain seperti aqidah akhlak, fikih, terutama mata pelajaran al-Qur‟an Hadist. Selain itu juga dapat mempengaruhi kemampuan pada tahap pendidikan selanjutnya. Hendaknya semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, semakin meningkat pula kemampuan yang dimiliki siswa. Namun pada realitanya kesulitan baca tulis al-Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah masih dijumpai, masalah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya minat mempelajari al-Qur‟an. al-Qur‟an dianggap sebagai ilmu kuno dan kurang menarik untuk dipelajari, pengaruh teknologi yang melenakan kehidupan dan pemikiran siswa, kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan al-Qur‟an karena lebih mengutamakan pendidikan umum, kompetensi kecakapan lulusan dari jenjang pendidikan sebelumnya misalnya siswa lulusan Sekolah Dasar melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah, dan arus informasi yang tidak disertai dengan penyaringan terhaap hal-hal yang buruk yang dapat mempengaruhi pola pikir dan penyaringan prilaku masyarakat. Mengingat begitu pentingnya kemampuan membaca dan menulis pada siswa, maka peran guru sangat diperlukan dalam hal ini, guru hendaknya terus memberikan memotivasi kepada siswa agar cinta dan semangat mempelajari al-Qur‟an khususnya mempelajari baca dan tulis al-Qur‟an. Sehingga siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar dengan memperhatikan makhorijul huruf, sifat-sifat huruf, tajwid, waqof dan mempertimbangkan ketartilan yanag optimal. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an surat Muzammil ayat 4 ……
19
Khodijah, “Pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an di MTs Negeri Parung,” Skripsi Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Jakarta, 2013 , h. 19, tidak dipublikasikan.
7
“Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan.”(Q.S. alMuzammil: 4)20 Begitu juga dalam menuliskan ayat al-Qur‟an, hendaknya mampu menuliskan dengan kaidah yang benar, karena al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW terjaga keotentikanya, berbeda satu huruf dalam penulisan sudah mempengaruhi makna bacaanya. Sebagaimana firman Allah dalam Qur‟an surat al-Buruj ayat 21 sampai 22 “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.” ( Q.S. al-Buruj ayat 21- 22)21 Dalam muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah mengenai baca tulis al-Qur‟an, MTs Pembangunan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang tidak luput dari upaya sistematika pembelajaran baca tulis al-Qur‟an. Perlunya pemberlakuan Pembelajaran Baca Tulis alQur‟an karena masih banyak siswa MTs Pembangunan yang belum dapat membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah, karena idealnya siswa MTs hendaknya telah mampu membaca dan menulis al-Qur‟an dengan baik karena telah diajarkan pada jenjang pendidikan sebelumnya. 22 Proses pembelajaran Baca Tulis al-Qur‟an di MTs Pembangunan lebih ditekankan pada latihan menulis dan membaca. Dalam prosesnya, pelajaran Baca Tulis al-Qur‟an dilaksanakan bersamaan dengan mata Pelajaran alQur‟an Hadist. Pada awal pertemuan tahun ajaran baru guru mengajarkan cara penyebutan dan penulisan dasar al-Qur‟an yang sesuai dengan kaidah bahasa arab. Dengan pembiasaan menulis dan membaca al-Qur‟an ini diharapkan siswa dapat menulis dan membaca al-Qur‟an dengan qaidah yang
20
Ibid, h. 574 Ibid, h. 590 22 Wawancara guru al-Qur‟an Hadits pada 25 Agustus 20016 pukul 10:30 WIB di Madraah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta 21
8
baik dan benar, karena pembelajaran agama khususnya al-Qur‟an Hadist tidak lepas dari aspek membaca dan menulis al-Qur‟an.23 Dari hasil belajar mata pelajaran al-Qur‟an Hadits disinilah guru dapat menilai sejauh mana siswa dapat memahami dan menangkap materi membaca dan menulis al-Qur‟an yang telah diajarkan oleh guru. Selain itu juga, MTs Pembangunan kegiatan Habitual Curriculum setiap senin hingga rabu pagi. Kegiatanya berupa hafalan juz 30, surat-surat pilihan dan tilawah. Selain itu juga melaksanakan progran tahsin al-Qur‟an setiap dua hari dalam satu minggu setelah pulang sekolah bagi siswa yang belum cakap membaca al-Qur‟an. Dengan kegiatan ini guru dapat menilai kualitas bacaan siswa, makhrorijul huruf, panjang pendek, dan tajwid.24 Dalam konteks MTs Pembangunan, Pembelajaran Baca Tulis al-Qur‟an merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efesien. Guru hendaknya memiliki fleksibilitas dalam mengatur pembelajaran sesuai dengan kondisi dan potensi satuan pendidikan (sekolah/madrasah). karena pembelajaran sejatinya merupakan cerminan serius tidaknya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Berdasarkan masalah diatas peneliti ingin melaksanakan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini berjudul “Implementasi Baca Tulis al-Qur’an dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadist di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan judul penelitian di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1.
Kurangnya minat siswa belajar baca dan tulis al-Qur‟an siswa.
2.
Masih banyak siswa menganggap remeh mata pelajaran baca tulis Qur‟an.
23
Wawancara dengan guru mata pelajaran al-Qur‟an Hadist MTs Pembangunan UIN Jakarta pada 22 April 2016 pukul 10:00 WIB 24 Observasi kegiatan siswa Madrsah Pembangunan UIN Jakarta pada 31 Agustus 2015 pukul 07:00 WIB
9
3.
Masih banyak siswa yang belum dapat membaca dan menulis al-Quran dengan baik dan benar.
4.
Pengaruh teknologi yang melenakan kehidupan dan pemikiran siswa.
5.
Kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan al-Qur‟an siswa.
6.
Kompetensi kecakapan lulusan dari jenjang pendidikan sebelumnya.
7.
Alokasi waktu kurang memadai dalam pembelajaran baca tulis Qur‟an.
C. Pembatasan Masalah Dengan memperhatikan uraian identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah supaya penelitian dapat lebih terarah serta mendekati pada fokus pencapaian tujuan. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah implementasi pembelajaran baca tulis al-Qur‟an dalam pembelajaran al-Qur‟an Hadits di MTs Pembangunan UIN Jakarta kelas VIII E tahun ajaran 2016/2017.
D. Perumusan Masalah Berdasarka pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana
implementasi
bimbingan
baca
tulis
al-Qur‟an
dalam
pembelajaran al-Qur‟an Hadits di MTs Pembangunan UIN Jakarta?”
E. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana implementasi bimbingan baca tulis al-Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta.
F. Kegunaan Penelitian 1.
Teoritis Dari pembahasan penelitia ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran untuk dalan khazanah pendidikan Islam di masamasa yang akan datang. Khususnya dalam aspek pendidikan al-Qur‟an.
10
2.
Praktis a.
Menumbuhkan sikap cinta al-Qur‟an kepada pesera didik.
b.
Memberikan sikap dan pandangan positif terhadap pembelajaran baca tulis Qur‟an terhadap siswa, karena begitu pentingnya pelajaran baca tulis Qur‟an sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Sebagai bahan masukan untuk guru maupun calon guru agar dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada peserta didik agar dalam proses belajar mengajar terutama dalam pembelajaran baca tulis Qur‟an siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca dan menulis Qur‟an.
d.
Dapat menambah pemahaman dan pengetahuan serta dapat diperuntukan sebagai bahan studi bagi peneliti yang membahas masalah yang sama.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajara al-Qur’an Hadits di Madarsah Tsanawiyah 1. Pengertian Pembelajaran al-Qur’an Hadits Dalam dunia pendidikan sering kita dengar dan jumpai istilah-istilah belajar, mengajar, dan pembelajaran. Berikut akan dijelaskan mengenai istilah-istilah belajar, mengajar, dan pembelajaran. Belajar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan suatu proses perubahan melalui pengalaman. Proses tersebut mepersyaratkan perubahan yang relatif dan permanen berupa sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan melalui pengalaman. Belajar adalah perubahan tingkah laku atau tanggapan berdasarkan perngalaman.1 Para ahli mengemukakan pengertian belajar secara terminology dengan rumusan bervariasi, Witheringto menyatakan “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian,yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk keterampilan, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.” Menurut Gage Berliner “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Senada dengan Gage Berliner menurut Arthur J. Gates sebagaimana dikutip oleh Purwa Atmaja Prawira bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan (learning is the modification of behavior through experience and training)”.2 Namun berbeda dengan pandangan dari tokoh aliran psikologi kognitif seperti Jean Peaget, Robert Glaser, John Anderson, dan David Ausubel mereka berpendapat belajar merupakan suatu proses yang
1
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), Cet.IV, h. 23 2 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Presepektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 226
11
12
sifatnya internal,tidak dapat diamati secara langsung, perubahan dalam kemampuan, prilaku individu respons terhadap situasi-situasi tertentu”.3 Menurut Hilgard sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya mengungkapkan “learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not atributable to training”. Bagi Hilgard belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungana alamiah.4 Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri dengan pengalaman dan latihan. Hal ini ditegaskan oleh Nana Sujana yang berpendapat bahwa belajar adalah “proses yang ditandai dengan adanya perubahan dimana perubahan tersebut dutunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan dan kemampuan daya kreasi, daya penerima dan lain-lain yang terdapat pada individu”.5 Belajar adalah suatu proses berbuat, bereaksi, memahami berkat adanya pengalaman, sedangkan pengalaman pada dasarnya adalah interaksi antar individu dengan lingkungan. Berkat proses interaksi antara pengajar (guru) dan siswa maka terjadi perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut melatar belakangi terdapat ahli yang lebih menegaskan bahwa belajar adalah proses perubahan prilaku, yang meliputi
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), h. 162. 4 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. X, h. 228-229 5 Nana Sujana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Aglesindo, 1988), h. 28
13
pengetahuan, kecakapan, pengertian, sikap, keterampilan, dan sebagainya.6 Demikian pula proses belajar-mengajardisusun secara sistematis dan terarah dan dilandasi oleh nilai-nilai etik dan norma-norma tertentu, diatr secara formal, sistematis, dan etis. Sedangkan pengertian mengajar menurut Wina Sanjaya adalah kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris Kuno, yaitu taecan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman Kuno (Old Teutenic), teikjan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti meperlihatkan. Kata tersebut juga ditemukan dalam bahasa Sansekerta, dic, nyang dalam bahasa Jerman Kuno dikenal dengan deik. Istilah mengajar (teach) juga berarti token yang berarti tanda atau simbol. Dalam bahasa Inggris Kuno taecan berarti to teach (mengajar). Dengan demikian, token dan teach secara historis memiliki keterkaitan. To teach dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang mealui tanda atau simbol, dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya.7 Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian tersebut juga danggap sebagai proses mentransfer ilmu. Mentransfer yang dimaksud adalah proses menyebarluaskan. Selain itu juga mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak banyaknya kepada siswa, akan tetapi mengajar dipandang sebagai proses mengartur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.8 Mengajar merupakan upaya memberikan wawasan kognitif pada peserta didik sebagai bagian dar upaya membangun wawasan tentang sesuatu dalam rangka menumbuhkan kemampuan afektif dan psikomotorik pada siwa.9
6
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012), Cet. VIII, h. 59 7 Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006), h. 95-96 8 Oemar Hamalik, Op.Cit., h. 102 9 Abuddin Nata, Persepektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. III, h. 175
14
Mengajar merupakan proses menanamkan pengetahuan sebagaimana yang dikemukakan oleh Smith bahwa “mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or skill)”.10 Oemar Hamalik mengemukakan lima pengertian mengajar, yaitu pertama Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah. kedua mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. ketiga mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Keempat mengajar atau mendidik adalah memberi bimbingan belajar kepada murid. Kelima mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntunan masyarakat. 11
Nasution berpendapat bahwa “mengajar adalah suatu aktivitas pengorganisasian
atau
mengatur
lingkungan
sebaik-bainya
dan
menghubungkanya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”.12 Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Tardif mendefinisikan mengajar secara lebih sederhana tetapi cukup komprehensif dengan menyatakan bahwa mengajar pada prinsipnya adalah any action performed by an individual (the teacher) wiyh the intentition of facilitating learning in another individual (the learner). Artinya mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (guru) dengan tujian membantu atau memudahkan orang lain (siswa) melakukan kegiatan belajar.13 Kegiatan belajar-mengajar merupakan bagian dalam kegiatan teknis pendidikan. Kegiatan ini meruakan kegiatan yang berlangsung dalam suatu masa dan terikat dalam satu situasi serta terarah dalam satu tujuan. Dalam
10 11
Ibid. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), Cet. XVII, h.
44-50 12
Muhinnin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. XI, h. 179 13 Ibid.
15
teknis inilah secara spesifik disebut proses pembelajaran.14 kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan keseluruhan. Dalam prosesnya kegiatan ini melibatkan interaksi individu yang pengajar di suatu pihak dan pilajar di pihak lain. Keduanya berinteraksi dalam suatu proses yang disebut belajar-mengajar.15 Pembelajaran terkait dengan tujuan dan rencana kurikulum yang difokuskan pada persoalan metodologi, seperti teknik mengajar, kegiatan implementasi sumber, dan alat pengukuran yang digunakan dalam situasi mengajar-belajar yang khusus. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan kepada siswa sebagai bekal dan persiapan siswa di masa depan, agar siswa mampu hidup dalam masyarakat yang
akan datang. 16 Pembelajaran
adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.17 Pengertian pembelajaran menurut bahasa berarti sebuah proses, cara, perbuatan, sehingga orang atau siswa belajar dengan memperoleh ilmu pengetahuan. sedangkan menurut istilah pembelajaran adalah suatu proses belajar-mengajar (PBM) yang merupakan keterpaduan antara kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa sebaagai pelajar sehingga terjadi saling interaksi keduanya dalam situasi instruksional yang bersifat pengajaran. Dengan demikian, pembelajaran mensyaratkan adanya interaksi dan proses. Interaksi dimaksud merupakan suatu aktivitas gabungan yang melibatkan guru, peserta didik dan mata pelajaran.18 Kata pembelajaran dipakai sebagai padanan kata instruction (bahasa Inggris). Pembelajaran adalah usaha-usaha terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dari dalam diri siwa. Adapun tujuan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan. pengetahuan bersumber dari perangkat mata pelajaran yang disampaikan 14
Yudhi Munandi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru ,(Jakarta: Gaung Persada Press ,2012), Cet. IV, h. 3-4 15 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2005),h.76 16 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. III, h. 24-25 17 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),Cet.IV, h. 23 18 H. Masyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 334
16
di sekolah. Mata pelajaran tersebut meliputi berbagai pengalaman yang berasal dari orang tua di masa lalu, yang berlangsung dalam kehidupan manusia yang diuraikan, disusun, serta dimuat dalam buku mata pelajaran dari berbagai referensi.19 Sedangkan al-Qur‟an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti keduanya merupakan sumber akidah-akhlak, syari‟ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. al-Qur‟an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.20 Dengan demikian pembelajaran al-Qur‟an Hadits adalah kegiatan pendidikan berupa proses belajar-mengajar (PBM) yang merupakan keterpaduan antara kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa sebaagai pelajar sehingga terjadi saling interaksi keduanya dalam situasi instruksional yang bersifat pengajaran dengan memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan al-Qur‟an dan Hadits.
2. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Mata pelajaran al-Qur‟an-Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan mata pelajaran al-Qur‟an-Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca al-Qur‟an-hadis, pemahaman surat-surat pendek, dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan mata pelajaran al-Qur‟an-Hadis adalah: a. Meningkatkan kecintaan siswa terhadap al-Qur‟an dan hadis.
19
20
Ibid., h. 26 PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 000912 TAHUN
2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab , h. 34-35
17
b. Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur‟an dan hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. c. Meningkatkan kekhusyukan siswa dalam beribadah terlebih salat, dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca.21 3. Ruang Lingkup Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Ruang lingkup mata pelajaran al-Qur‟an-Hadis di Madrasah Tsanawiyah meliputi: a. Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid. b. Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat, dan hadis dalam memperkaya khazanah intelektual. c. Menerapkan isi kandungan ayat/hadis
yang merupakan unsur
pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.22 4. Materi Pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madarsah Tsanaiyah a. Qur‟an Surah al-Kautsar dan al-Ma‟un tentang kepedulian sosial. b. Qur‟an Surah al-Quraiys dan asy-Syarh tentang ketetuan rezeki dari Allah. c. Hadits Nabi tentang tolong menolong. d. Hadits Nabi tentang mencintai anak yatim. e. Hukum bacaan mad „iwad, mad layyin, dan mad „arid lissukun.
B. Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an 1. Pengertian Bimbingan Bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang kata dasarnya “guide” memiliki arti: menunjukan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving 21 22
Ibid., h. 42-43 ibid., h.45
18
instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), dan memberikan
nasihat
(giving
advice).
Istilah
“guidance”,
juga
diterjemahkan dengan arti dan bantuan. Ada juga yang menerjemahkan kata “guidance” dengan arti pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis, bimbingan berarti bantuan atau tuntunan atau pertolongan.23 Bimbingan ini dapat dijelaskan dengan akronim kata, sebagai berikut: B
adalah
Bantuan
I
adalah
Individu
M
adalah
Mandiri
B
adalah
Bahan
I
adalah
Interaksi
N
adalah
Nasihat
G
adalah
Gagasan
A
adalah
Asuhan
N
adalah
Norma
Dapat dideskripsikan bahwa Bimbingan adalah bantuan yang berikan oleh pembimbing kepada individu agar yang dibimbing mencapai kemandirian dengan menggunakan berbagai bahan melalui interaksi dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.24 Menurut Chisholm sebagaimana dikutip oleh Bimo Walgito memberikan pendapat bahwa bimbingan adalah: “Guidance seeks to have each individual become familiar with a wide range of information about himself, his abilities, his previous development in the various areas of living, and his plans or ambitions for the future. Guidance than seeks to help him become acquanted with the various problems of social, vocational and recreational adjustment with he faces. On the basis of those two types of information and the assistance of counselors, each pupil is helped to face his problems and makes plans for their solution”.25
23
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, (Jakarata: PT Rajagrafindo Persada, 2007) ,h. 16 24 Zikri Neni Iska, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Kizi Brother‟s 25 Bimo Walgito, Bimbingan + Konseling, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010), h. 5
19
Artinya bimbingan telah berupaya agar masing-masing individu menjadi akrab dengan berbagai informasi tentang dirinya, kemampuannya, pengembangan sebelumnya di berbagai bidang kehidupan, dan rencananya atau ambisi untuk masa depan. Bimbingan dari berusaha untuk membantunya dari berbagai masalah penyesuaian sosial , kejuruan dan rekreasi yang dihadapi. Atas dasar dua jenis informasi dan bantuan dari konselor, setiap murid dibantu untuk menghadapi masalah dan membuat rencana untuk solusi mereka. Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dalam pendidikan, program ini ditujukan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Menurut Tolbert dikututip oleh Fenti Hikmawati bahwa bimbingan adalah seluruh program atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan untuk membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupanya sehari-hari.26 Menurut Mohammad Surya sebagaimana dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terusmenerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan, yang optimal dan sesuai dengan lingkunganya.27 Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.28 Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh guru pembimbing kepada seseorang 26
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), Cet. I,
h. 1 27
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Cet. II, h. 37 28 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. VIII, h. 6
20
atau sekelompok orang yang dibimbing agar mendapat tercapai tujuan yang optimal. Adapun prinsip-prinsip bimbingan adalah sebagai berikut: a. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing b. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing c. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat d. Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekilah yang bersangkutan e. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang pembimbing yang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah f. Program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh sertapenyesuian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu.29 Dalam aspek perkembangan belajar bimbingan bertujuan dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif, dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, mampu belajar secara efektif, memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi atau ujian.30
2. Pengertian Baca Tulis al-Qur’an Membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “baca” secara sderhana dapat diartikan sebagai ucapan lafaz bahasa lisan. Menurut alRaghib al-Asfhani dikutip oleh Abudin Nata menyatakan bahwa, “ membaca berasal dari kata qara yang terdapat pada surat al-„Alaq ayat 29 30
Ibid, h. 39-40 Ibid, h. 45
21
pertama secara harfiah kata “qara” Menurut W.J.S. Purwadaminto membaca adalah melihat tulisan dan mengerti atau dapt menuliskan apa yang tertulis itu.31 berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat lain sehingga membentuk suatu bacaan”.32 Menurut Henry Guntur Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media bahasa.33 Menurut Finochiaro dan Bonomo sebagaimana dikutip oleh Henry Guntur Tarigan
bahwa “reading is bringing meaning to and getting
meaning from printed or written material” membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.34 Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulis untuk memperoleh pesan ynag hendak disampaikan oleh penulis melalui media bahasa. Menurut Anderson sebagaimana dikutip oleh Achmad dan Alek, bahwa tujuan membaca terbagi menjadi dua aspek, yaitu tujuan membaca dari segi individu dan tujuan membaca dari segi kelompok. Tujuan membaca
individu
ditentuakan
oleh
pengalaman,
kecerdasan,
pengetahuan, bahasa, minat, serta kebutuhan individu yang bersangkutan. Tujuan ini dipengaruhi oleh pengajar dan materi bacaan serta penyajianya. Sebalikny, tujuan membaca kelompok dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan berbahasa, minat, kebutuhan, serta tujuan setiap anggota kelompok.35 Membaca dalam berkenaan Al-Qur‟an adalah dapat diartikan melihat tulisan yang terdapat pada Al-Qur‟an atau sumber lain dan melafalkanya.
31
W.J.S. Purwadaminto, Kamus Besar Bahas Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h.2 Abudin Nata, Atay-Ayat Pendidikan Tafsir, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), Cet. IV, h. 43 33 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), Cet. I, h. 7 34 Ibid, h. 9 35 Achmad dan Alek, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (ttp: Erlangga, 2016), h.44 32
22
Akan tetapi membaca Al-Qur‟an bukan hanya melafalkan huruf saja, tetapi juga
mengerti
apa
yang
diucapkan,
meresapi
isinya,
serta
mengamalkannya. Iman al-Ghazali mengungkapkan sebagai berikut: “Adapun kalau menggerakan lidah saja, maka akan makin sedikit yang diperolehnya, karena yang dinamakan membaca harus ada perpaduan antara lidah, akal, dan hati. Pekerjaan lidah adalah membenarkan bunyi huruf dengan tartil. Pekerjaan akal mengenang makna dan tujuanya, sedangkan pekerjaan hati adalah menerima nashat dan peringatan dari apa yang dipahaminya.”36 Sedangkan menulis dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainta).37 Kata “menulis” mendapatkan imbuhan awalan “me” berbentuk kata kerja. Menulis adalah membuat huruf, angka, atau gambar dengan menggunakan alat tulis.38 Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.39 Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara40 Dengan demikian menulis adalah menurunakan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami, menjadi suatu representasi dari kesatuan ekspresi bahasa. Adapun fungsi menulis bagi pendidikan sebagai berikut: a. Memudahkan para pelajar berfikir b. Berfikir secara kritis c. Memecahkan masalah yang sedang dihadapi
36
Khodijah, “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an di MTs Negeri Parung,” skripsi pada Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h. 18, tidak dipublikasikan. 37 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), Cet. IV, h. 1947 38 Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. VI, h. 409 39 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu eterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), Cet. I, h. 22 40 Achmad dan Alek, Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRES,2009), Cet I, h.66
23
d. Sebagai suatu cara berkomunikasi41 Dalam konteks al-Qur‟an, menulis bukan hanya aktivitas melukiskan lambang-lambang grfaik melaimkan proses berfikir. Tulisan dapat menolong manuisa dalam melatih dan berfikir kritis, terlebih berkaitan dengan al-Qur‟an pedoman hidup umat Islam. Al-Qur‟an menurut bahasa adalah kata benda abstrak (masdar) dari kata kerja qaraa yang berarti “dia telah membaca”. Dari pengertian tersebut maka al-Qur‟an berarti “bacaan”.42 Makna al-Qur‟an dari segi bahasa tersebut berdasarkan firman Allah dalam al-Qur‟an surat alQiyamah ayat 16 sampai 18: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya., Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”. (Q.S. Al-Qiyamah: 16)43 Adapun definisi al-Qur‟an secara istilah menurut Muhammad „Ali ash-Shabuni adalah sebagai berikut: “al-Qur‟an adalah kalam Allah yang tiada tandinganya, ditirunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril as ditulis pada mushaf-mushaf disampaikan secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimuai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas”.44 Ayat al-Qur‟an yang menjadi ta‟rif tersebut adalah al-Qur‟an surat asSyu‟ara ayat 192-194 41
Ibid, h. 23 Miftah Faridi dan Agus Syihabudin, al-Qur‟an Sumber Hukum Islam yang Pertama, (Bandung: Pustaka, 1989), Cet. I, h. 1 43 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2009), Cet. X, h. 577 44 Ibid, h. 2 42
24
“Dan Sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”. (Q.S. As-Syu‟ara: 192-194)45 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur‟an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril as ditulis dalam bentuk mushaf, disampaikan secara mutawatir, membaca dan mempelajarinya dihutung sebagai nilai ibadah. Dengan
demikian
bimbingan
baca
tulis
al-Qur‟an
adalah
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kualitas bacaan dan penulisan arab khususnya berkaitan dengan ayat al-Qur‟an dilaksanakan secara terus-menerus terbimbing dan sistematis agar mendapat tercapai tujuan yang optimal. Kemampuan Baca Tulis al-Qur‟an merupakan dasar bagi anak untuk dapat mengamalkan dan mengajarakan al-Qur‟an serta mengamalkan ajaran Islam baik untuk dirinya maupun orang lain. Oleh karena itu tuntutan untuk dapat membaca dan menulis huruf al-Qur‟an mutlak sangat diperlukan.46 Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW
ٍ ِيد بن جع َف ٍر عن سع ِ ِ اْل حلو ِاِنُّ حدَّثَنا أَبو أُسامةَ حدَّثَنا عبد ح ِ يد َحدَّثَنَا ح ُ اْلَ َس ُن بح ُن َعل ٍّي حُ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ح َ اْلَم ح ُ َ ح َ ح ِ ُ ث رس صلَّى اللَّوُ َعلَحي ِو َو َسلَّ َم َ ََْحَ َد َع حن أَِِب ُىَريح َرَة ق ي َع حن َعطَ ٍاء َم حوََل أَِِب أ ح ِّ الح َم حق ُُِب َ ول اللَّو ُ َ َ ال بَ َع ِ ب عثًا وىم ذُو ع َد ٍد فَاستَ حقرأَىم فَاستَ حقرأَ ُك َّل رج ٍل ِمحن هم ما معو ِمن الح ُقر آن فَأَتَى َعلَى َر ُج ٍل َ َح َ ُ ح َ ُ ُ ح َ ََُ ح ح َ ح َُح ح ِ َ َك يا فََُل ُن ق ِ ِ ك َ َورةُ الحبَ َقَرةِ ق َ َح َدثِ ِه حم ِسنِّا فَ َق َ ال أ ََم َع محن ُه حم م حن أ ح َ َ ال َما َم َع َ ال َمعي َك َذا َوَك َذا َو ُس ول اللَّ ِو َ ال َر ُج ٌل ِم حن أَ حشَرافِ ِه حم َواللَّ ِو يَا َر ُس َ ت أ َِم ُريُى حم فَ َق َ َال نَ َع حم ق َ ورةُ الحبَ َقَرِة فَ َق َ ب فَأَنح ال فَا حذ َى ح َ ُس 45
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2009), Cet. X, h. 375 46 A Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 131
25
ِ ُما منَ ع ِِن أَ حن أَتَعلَّم سورَة الحب َقرِة إََِّّل خ حشيةَ أَََّّل أَق ِ ُ ال رس صلَّى اللَّوُ َعلَحي ِو َو َسلَّ َم َ ول اللَّو َ ََ َ َ َ ُ َ َ وم ِبَا فَ َق ََ َُ ََ ِ ٍ آن لِمن تَعلَّموُ فَ َقرأَه وقَام بِِو َكمثَ ِل ِجر ِ َّ اب َحَم ُش ٍّو ِم حس ًكا َ َ َ َ ُ َ َ َ تَ َعل ُموا الح ُق حرآ َن َواقح َرءُوهُ فَإ َّن َمثَ َل الح ُق حر َ ح ٍ ٍ ان ومثَل من تَعلَّموُ فَي رقُ ُد وُىو ِِف جوفِ ِو َكمثَ ِل ِجر ِ ِ يَ ُف اب ُوكِ َئ َعلَى َ َح ُ َ َ وح رحيُوُ ِف ُك ِّل َم َك َ َ ُ َ ح َ َ َ ح َ ٍ ِيث حسن وقَ حد رواه اللَّيث بن سع ٍد عن سع ِ ِ ٍ ِمس ي َع حن َ َك ق ِّ يد الح َم حق ُُِب َ يسى َى َذا َحد ٌ َ َ ٌ َ َ َ ُ ح ُ ح ُ َ ح َ ح ح َ ال أَبُو ع ٍ صلَّى اللَّوُ َعلَحي ِو َو َسلَّ َم ُم حر َس ًَل َوََلح يَ حذ ُك حر فِ ِيو َع حن أَِِب ُىَريح َرَة َعطَاء َم حوََل أَِِب أ ح ِّ َِْحَ َد َع حن الن َ َِّب ِ حدَّثَنَا قُتَ يبةُ عن اللَّي )ث فَ َذ َكَرهُ (الرتمذي حَ َ ح ح َ “Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Hulwani telah menceritakan kepada kami Abu Usamah telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja'far dari Sa'id Al Maqburi dari Atha` bekas budak milik Abu Ahmad dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutus rombongan para sahabat dalam jumlah banyak, beliau meminta kepada mereka untuk membaca, beliau meminta setiap orang dari mereka untuk membacakan apa yang dia hafal dari al-Qur`an, beliau datang kepada seseorang yang paling muda umurnya di antara mereka dan bertanya: "Apa yang kamu hafal dari al-Qur`an wahai Fulan?" dia menjawab; "Saya hafal ini dan ini dan surat al-Baqarah, " beliau bertanya: "Apakah kamu hafal surat al-Baqarah?" dia menjawab; "Ya, " beliau bersabda kepadanya: "Pergilah dan kamu yang jadi imam bagi mereka, " Seseorang yang paling terkemuka di antara mereka berkata; "Demi Allah wahai Rasulullah, tidak ada yang menghalangiku untuk mempelajari surat al-Baqarah selain karena aku takut tidak dapat mengamalkannya, " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pelajarilah al-Qur`an dan bacalah, karena perumpamaan al-Qur`an bagi orang yang mempelajarinya kemudian membacanya seperti kantong yang penuh dengan minyak wangi, dimana wanginya semerbak ke setiap tempat, dan perumpamaan orang yang mempelajarinya kemudian tidur (tidak mengamalkannya) padahal al-Qur`an ada di hatinya seperti kantong yang berisi minyak wangi namun terikat." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan, Laits bin Sa'ad telah meriwayatkannya dari Sa'id Al Maqburi dari Atha` budak milik Abu Ahmad, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam secara mursal, dan di dalam hadits tersebut, tidak disebutkan dari Abu Hurairah. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dari Laits kemudian dia menyebutkan hadits”. (HR. Tirmidzi: 2801)47
47
Abi Isa Muhammad bin Isa bin saurah al-Tirmidzi, Jami‟ al-Tirmidzi, (Jordan: Bait al-Afkar al-Dauliyah, tt), h. 2801
26
a. Dasar Pengajaran Al-Qur’an Qur‟an adalah risalah Allah untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-A‟rof ayat 158 “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (Q.S. alA‟rof: 158)48 Adapun dasar pengajaran al-Qur‟an bersumber pada ajaran agama yaitu al-Qur‟an. Sebagaimana yang tercantum dalam surat al-„Alaq 15. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. al-„Alaq: 15)49 Menurut Ahmad Syarifudin mengutip pendapat Keputusan Bersama Mentri Dalam Negri dan Mentri Agama RI nomor 128 tahun 1982 menyatakan: “perlunya usaha peningkatan kemampuan baca tulis 48 49
Ibid, h. 170 Ibid, h. 597
27
bagi umat Islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengalaman al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari”.50 Dasar inilah sebagai pijakan dalam pengajaran al-Qur‟an di lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan informal.
b. Dasar Mempelajari al-Qur’an Adapun dasar mempelajari al-Qur‟an adalah sebagai berikut: 1) Firman Allah surat al-Muzamil ayat 4 ….. “Bacalah Al Quran itu dengan tartil/perlahan-lahan”. (Q.S. al-Muzzammil:4)51 2) Hadist Nabi Muhammad SAW
ِ ٍ ت َس حع َد بح َن َ َاج بح ُن ِمحن َه ٍال َحدَّثَنَا ُش حعبَةُ ق ال أ ح ُ َخبَ َرِِن َع حل َق َمةُ بح ُن َم حرثَد ََس حع ُ َحدَّثَنَا َح َّج ِ ِ ِ ُّ الر حْح ِن ِّ ِالسلَم ِّي َع حن عُثح َما َن َرض َي اللَّوُ َعحنوُ َع حن الن َ َّ عُبَ حي َد َة َع حن أَِِب َعحبد ُصلَّى اللَّو َ َِّب
ِالر حْحَ ِن ِِف إِ حمرة َ َال َخحي ُرُك حم َم حن تَ َعلَّ َم الح ُق حرآ َن َو َعلَّ َموُ ق َ ََعلَحي ِو َو َسلَّ َم ق َّ ال َوأَقح َرأَ أَبُو َعحب ِد َ ) ( رواه البخارى.ال َو َذ َاك الَّ ِذي أَقح َع َدِِن َم حق َع ِدي َى َذا عُثح َما َن َح ََّّت َكا َن ح َ َاج ق ُ اْلَ َّج Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya." Abu Abdirrahman membacakan (al-Qur`an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, "Dan hal itulah
50
Zuhairini, Metodologi Penelitian Agama, (Solo:Ramdani, 1983), h. 22 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2009), Cet. X, h. 574 51
28
yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini." (HR. Bukhari: nomor 5027)52 Dengan dasar tersebut, kita hendaknya membudayakan kepada anak-anak untuk bisa membaca dan menulis al-Qur‟an. Setelah pandai membaca dan menulis, mereka akan mencintai al-Qur‟an kemudian mereka diharapkan akan mampu mempelajari kandungan al-Qur‟an dan terpatri dalam jiwanya hingga akhir hayat mereka.
c. Keutamaan Belajar dan Mengajar al-Qur’an Aktifitas belajar al-Qur‟an merupakan aktifitas positif yang diberikan apresiasi luar biasa oleh Rasulullah SAW. Nabi bersabda:
َع حن,السلَ ِمي َّ َحدَّثَنَا ُس حفيَا ُن َع حن َع حل َق َم َة بح ِن َمَرثَ ِد َع حن أَِِب َعحب ِد,َحدَّثَنَا أَبُو نُ َعحي ٍم َّ الر حْح ِن ِ ضلَ ُك حم َ َ ق:ال َ َ رضي اهلل عنو ق,عُثح َما َن بح ِن َعفَّا َن َ "إِ َّن أَفح:صلَّى اللَّوُ َعلَحيو َو َسلَّ َم ِّ ِال الن َ َِّب ) ( رواه البخارى."َُم حن تَ َعلَّ َم الح ُق حرآ َن َو َعلَّ َمو “Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Alqamah bin Martsad dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman bin 'Affan ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya.” ( H.R. Bukhari: nomor 5028)53 Al-Qur‟an merupakan kitab suci agama Islam. Agama ini dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Secara hukum dijelaskan bahwa mempelajari Al-Qur‟an diwajibkan oleh agama bagi pemeluknya baik laki-laki maupun perempuan.54
52
Bukhari, Shohih al-Bukgari, (Nasyran:Maktabah Rusyd, 256 ), h. 2094 Ibid. 54 Jalaludin, Metode Tunjuk Silang Membaca al-Qur‟an, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 1998), Cet. I, h. 17-18 53
29
d. Adab-Adab Membaca dan Menulis al-Qur’an 1) Adab Membaca al-Qur’an Adapun adab membaca al-Qur‟an yang disebutkan oleh para ulama, di antaranya adalah sebagai berikut: a) Berguru secara musyafahah b) Niat membaca dengan ikhlas c) Dalam keadaan bersuci d) Memilih tempat yang pantas dan suci e) Menghadap kiblat dan berpakaian sopan f)
Bersiwak (gosok gigi)
g) Membaca ta‟awwudz h) Membaca al-Qur‟an dengan tartil i)
Merenungkan makna al-Qur‟an
j)
Khusyu‟ dan Khudhu‟
k) Memperindah suara l)
Menyaringkan suara
m) Tidak dipotong dengan pembicaraan lain n) Tidak melupakan ayat-ayat yang sudah dihafal55
2) Adab Menulis al-Qur’an a) Para ulama sependapat atas anjuran menulis mushaf-mushaf dan mengindahkan tulisanya, lalu menjelaskanya serta memastikan bentuk tulisanya. Para ulama berkata diutamakan memberi titik dan shakal (harakat) pada mushaf, untuk menjaga fdari kesalahan dan perubahan di dalamnya. b) Tidak boleh menulis al-Qur‟an dengan sesuatu yang najis. c) Apabila al-Qur‟an di tulis pada sebuah papan ata lainya maka hukum memperlakukanya sama dengan mushaf itu sendiri, baik tulisanya sedikit atau banyak. 55
Abdul Madjid Khan, Praktikum Qira‟at Keanehan Bacaan al-Qur‟an Qira‟at Ashim dari Hafash, (Jakarta: Amzah, 2013), Cet.II, h. 35-46
30
d) Jika orang yang junub atau berhadats besar menulis ayat alQur‟an, dengan membawa atau menyentuh kertasnya ketika menulis, maka hukumnya haram. jika dia tidak membawanya dan tidak menyentuhnya, maka ada tiga pendapat. Pertama boleh, kedua haram, dan ketiga boleh bagi yang berhadats kecil dan haram bagi orang yang berjunub. e) Menulis hadits Rasulullah SAW jika tidak terdapat ayat-ayat Al-Qur‟an di dalamnya, tidaklah haram menyentuhnya. Tetapi yang lebih baik adalah tidak disentuh, kecuali dalam keadaan suci.56 3. Tujuan Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an Tujuan yang akan dicapai dalam bidang bimbingan baca tulis AlQur‟an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu membaca dan menulis al-Qur‟an serta mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh al-Qur‟an. Sebagaimana firman Allah SWT dalan Qur‟an surat adz-Dzariyat ayat 56 “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. adz-Dzariyat: 56)57 Berdasarkan surat adz-Dzariyat ayat 56 tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan penciptaan manusia menurut al-Qur‟an adalah beribadah kepada Allah, yang dapat dikembangkan sesuai dengan minat siswa. Disamping itu manfaat pembelajaran baca tulisal-Qur‟an di lembaga pendidikan diantaranya sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas baca tulis al-Qur‟an b. Meningkatkan semanagat ibadah 56
Supian, Ilmu-Ilmu al-Qur‟an Praktis, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), Cet. I, h. 187-
188 57
Departeme Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahanya, (Bandung: Diponegoro, 2011), Cet. X, h. 523
31
c. Membentuk akhlakul karimah d. Meningkatkan lulusan yang berkualitas e. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan Al-Qur‟an
4. Materi Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an Materi-materi yang terdapat dalam bimbingan baca tulis Qur‟an dibahas dalam ilmu tajwid. Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dan sifat-sifat bacaan.58 Ilmu tajwid yang terdapat dalam pelajaran baca tulis Qur‟an antara lain membahas tentang sifat huruf, makhrijul huruf, hukum bacaan nun sukun, hukum bacaan mim sukun, macammacam mad, idgham saghir, saktah, tafkhim, tarqiq dan waqof. a. Sifat Huruf Sifat huruf menurut arti bahasa adalah karakteristik dari sesuatu (watak). Sedangkan menurut istilah adalah tata cara atau prilaku bunyi huruf ketika keluar dari makhrojnya, seperti jahr, hams, syiddah, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat Ulama yang populer dikalangan Ulama Tajwid, huruf hijaiyyah memiliki 18 sifat lazimah59, dengan rincian ada lima sifat yang mempunyai sifat berlawanan, sedang selebihnya tidak mempunyai sifat yang berlawanan.60 Adapun penjelasanya adalah sebagai berikut:
58
NH Rifa‟i, Pedoman Ibadah, (Jombang: Lintas Media, t.t.), h. 151 Sifat Lazimah atau Sifar Dzatiyyah ialah sifat asli huruf yang melekat padanya dan tidak dapat lepas darinya, missal Hams, jahr, dst. Adapun Sifat „Aridah adalah sifat tambahan yang datang kemudian, misalnya Tafkhim-Idghom-Ikhfa‟ dan Imalah. 60 Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil al-Qur‟an Metode Maisuro, (Jakarta Selatan:Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), h. 5 59
32
Tabel 2.1 Sifat Huruf Hijaiyyah Karakter No.
Sifat Lazimah
Huruf-Hurufnya
Kuat dan Lemah61
1.
Hams (َُُ ّْظٌْٙ َ)ا:
ُفُحُسُُٖػُخُؿ
Berdesis/nafas
طُنُد
berhembus >< ُُشْٙ اَ ٌْ َج
ْ )فَ َحضُُُٗؽَحْ ـٌ ُ َع َى )ذ
Berkarakter lemah
ُُصُُْقُسُءُرَُُٚعُظ 2.
Jahr (ُ ُشْٙ )اَ ٌْ َج: nafas
ُؽُكُطُدُهُيُةٞ
ditahan
ُ ْٞئُ ِر َُ ( ٍ بس ِ َ ْصُْ ُلَٚ َُُ ُػظ
Berkarakter kuat
ًّّ غ )ت َ ٍَََلُ َج َّذُه Syiddah (ُُ)اٌ ِّؾ َّذح: 3.
Suara tertahan >< ُُحٚب َ اٌَ َّش َخ Rakhawah (ُُحَٚ )اٌَ َّش َخب:
4.
Lunak dan suara tidak tertahan
ءُطُدُقُهُةُنُد ْ )أَ ِج ْذُلَ ٍوُُثَ َى )ذ
Berkarakter Kuat
ُخُرُؽُسُحُظُفُك ُُٖطُُٞؿُصُٚػ
Berkarakter
َّ ( ُخ ْزُ ِغ ُ َُّحعٍُّفُل َ ش
Lemah
)ٍٖ ُِّ َعبُٞص َ َْٛؽ ِ ؿ
Bainiyah/Tawassut (ُُ ُّعوَٛ َّاٌز/َُّخ١ِٕ١ْ َ)اَ ٌْج: 5.
Berkarakter
Suara tidak tertahan
يُُْعَُُط
antara Syiddah
dengan sempurna
) ْ)ٌِ ُْٓ ُػ َّش
dan Rakhawah,
dan tidak tertahab
yakni sedang
dengan sempurna
61
huruf yang memiliki karakter kuat adalah agak berat ducapkan. Maka ketika sifat-sifat hurufnya yang kuat lebih dominan misalnya huruf ( طTa‟) maka karakternya menjadi kuat. Sebaliknya bila yang dominan sifat-sifat hurufnya yang lemah misalnya huruf ( فFa‟) maka karakternya menjadi lemah (ringan diucapkan). Begitu juga ketika antara sifta-sifat hurufnya sebanding artinya tidak ada yang lebih dominan antara sifat-sifatnya, baik yang kuat dan yang lemah misalnya huruf ( بBa‟) maka karakternya menjadi sedang (tidak berat dan juga tidak ringan untuk diucapkan)
33
Isti‟la (ُ)اَ ْ ِْل ْعزِ ْؼالَ ُء: 6.
Pangkal lidah naik ke langit-langit ><
خُؿُكُؽُهُقُظ ْ ِم ْغ ٍوُل )ع َ ُ َّ) ُخـ
Berkarakter kuat
ُُ اَ ْ ِْل ْعزِفَب ي ُُطَُُُْٞسُةُدُعُص
7.
Istifal (ُ)اَ ْ ِْل ْعزِفَب ُي: Lidah di bawah
ُُدُحُسُفُُٖءُرُطُيٚ ػُن ُُدَّٛ َُج٠ُْٓ َِ ُ(صَجَذَُُ ِػ ُّض
Berkarakter lemah
)َحشْ فَخُُإِ ْر َعًَُّ َؽ َىب ْ )اَ ْ ِْل: ُ هجَب Itbaq (ُق 8.
Bertemu dengan langit-langit ><
ؿُكُهُظ
Berkarakter kuat
ُُ اَ ْ ِْل ْٔفِزَب ح ُُطُدُطُعَُُُْٚءُخُر
9.
Infitah (ُ)اَ ْ ِْل ْٔفِزَب ُح:
ُدُفُصُنُحُقُيُُٖػ
Terbuka antara lidah
ُسُٞسُةُؽ
dan langit-langit
ُجْ ذَُ َع َؼ ٍخُفَ َض َوبُٚ ِ ( َِ ُْٓأَخَ َز
Berkarakter lemah
َّ َح )ش ٍ ١ْ كٌَُُُٗ ُؽشْ ةُ ُ َغ ُ َ)اَ ْ ِْل ْرال: Idzlaq (ُق 10.
Keluarnya lancar/ringan
فُسَُُُْيُة
Berkarakter
) َّ)فِشَُّ ِِ ٌَُْٓت
lemah
ُطُصُؽُطُػُحُهُؿ
11.
ُ َّ ْ)اَ ْ ِْلف: Ismat (ُبد
ُُُٖعُظُٚدُسُقُدُءُر
Tidak lancar dan
ُخُهُنٞ
hati-hati
ُُف َّذ ِ ج ُْضُ ِغؼَّ ُ َعبُ ِح ٍو
Berkarakter kuat
)ََخضنُّ ه٠ُُُٗ ْػظَٚ ُ(صِمَخًُّإِ ْر 12
13
َّ ٌَ)ا: Safir (ُ ُش١ْ ِقف Suara beredesir
ؿُصُط
Qalqalah (ٍََُُٗ)اَ ٌْمَ ٍْم:
قُهُةُطُد
Memantulkan suara
ْ َ )ل )طتُ ُ َج ٍذ
Berkarakter kuat
Berkarakter kuat
34
tambahan Inhiraf (ُُ)اَ ْ ِْل ْٔ ِح َشف: 14.
Lenturan ujung lidah condong ke
يُس
Berkarakter kuat
س
Berkarakter kuat
ك
Berkarakter kuat
ػ
Berkarakter kuat
َُْ
Berkarakter kuat
punggung lidah Takrir (ُ ُش٠ْ )اٌَضَّ ْى ِش: 15.
Satu kali getaran ujung lidah Istilalah (ُُ)اَ ْ ِْل ْعزِطَبٌَخ Memelarkan dan menggelayutkan
16.
suara mulai dari tepi/pangkal lidah setelah makhroj ط maju sampai makhroj ي Tafasysyiy (ُُّٟ )اَ ٌْزَفَ ِّؾ Bunyinya bersamaan
17.
dengan tersebarnya angina kuat yang keluar dari dalam mulut
18.
Ghunnah (ُُ)اَ ٌْ ُغَّٕخ: Berdengung
b. Makhrijul Huruf Makhraj (ُ ) َِ ْخ َش ٌطadalah tempat keluarnya huruf, yakni terdengarnya huruf secara jelas yang ditentukan oleh bunyi pengucapanya. ٌ ) ُحشadalah bentuk jamak dari harf (ُف ٌ ْ) َحش. Harf Sedangkan huruf (ُُف
35
adalah suara yang bergantung pada makhraj yang bersifat muhaqqaq62 (terlihat nyata) atau muqaddar63 (dikira-kirakan).64 Menurut pendapat yang terpilih bahwa
ur ̂f Hij ̂iyyah terbagi
menjadi 17 makhraj dan keberadaan 17 makhraj ini terdapat pada lima tempat, yaitu: 1) Al-Jauf (ُُْ فٛ)اَ ٌْ َج: rongga mulut ُ ٍْ )اَ ٌْ َح: tenggorokan 2) Al- alaq (ُك 3) Al-Lis ̂n (ُُْ)اٌٍَِّ َغب: lidah 4) Asy-Syafatain (ُِٓ ١ْ َ)اٌَ َّؾفَز: dua bibir 5) Al-Khaisy ̂m (َُُ ْٛ ُؾ١ْ )اَ ٌْ َخ: janur hidung/induk hidung c. Macam-Macam Mad Arti mad65 (ُ )اٌ َّ ُّذialah memanjangkan suara ketika memmbaca huruf mad atau huruf l ̂n.66 adapun huruf Mad ada tiga, yaitu:67 1) Alif (baik ada rasm (tulisan) ataupun tidak). Dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat fathah. Sebagai contoh huruf mad alif yang ada rasm adalah seperti alif yang terdapat pada lafaz “ُ ”لَب َيdan sebagai contoh mad alif yang tidak ada rasm adalah seperti alif yang terdapat pada lafaz “ُُُّٓ ْ”اٌشَّح. 2) Wawu mati (baik ada rasm atau tidak), dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat dhammah. Sebagai contoh huruf mad waw ada rasm adalah seperti waw yang terdapat pada lafaz “ُْ ُيَُٛم٠” dan
makhraj Muhaqqaq ( )َمَحَر حج َُمَ َق ٌقadalah makhraj yang bergantung pada bagian tertentu pada bagian-bagian yang terdapat pada tenggorokan, lidah, atau kedua bibir. 63 Makhraj Muqaddar (َّر ٌ )َمَحَر حج ُم َقدadalah udara yang berada 64 Abdul Majid, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid,Terj. dari Al-Wadhih fi Ahkami at-Tajwid oleh Muhammad Isham Muflih al-Qudhat, (Jakarta: Turos, 2015), Cet. I, h. 41 65 perbedaan huruf mad dan mad yaitu: huruf adalah penyebab adanya bacaaan mad (panjang), sedangkan mad adalah bacaan panjang akibat adanya huruf Mad. Dengan demikian perbedaan principal keduanya ialah: huruf mad adalah penyebab sedang Mad adalah akibat. 66 untuk huruf l ̂n ada bacaan panjang (Mad) apabila sesudahnya berupa huruf mati. Dengan demikian apabila sesudahnya bukan berupa huruf mati tentunya tidak ada bacaan panjang. 67 Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil al-Qur‟an Metode Maisuro, (Jakarta Selatan: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), h. 47 62
36
sebagai contoh huruf mad waw yang tidak ada rasm adalah seperti waw yang terdapat pada Ha‟ Dhamir lafaz “ٌَُُُٗ َِب/َُِبُُٛٗ ٌَ” 3) Ya‟ mati (baik ada rasm atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat kasrah. Sebagai contoh huruf mad ya‟ yang ada rasm seperti ya‟ yang terdapat pada lafaz “ًَُ ١ْ ِ ”لdan sebagai contoh huruf mad ya‟ yang tidak ada rasm adalah seperti ya‟ yang terdapat pada ha‟ dhamir lafaz “ٌُ ٍُْثُُِٗ ِػ/ٌُُ ٍْ ”ثِ ُِٗۦُ ِػ Sedangkan huruf l ̂n ada dua, yaitu: 1) waw mati dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat fathah. Contoh huruf l ̂n waw adalah waw yang terdapat pada lafaz “ُْ َِئِ ٍزَٛ٠”. 2) ya‟ mati (baik ada rasm atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat fathah. Sebagai contoh huruf l ̂n ya‟ yang ada rasm adalah seperti ya‟ yang terdapat pada lafaz “َُْف١ ” َوdan sebagai contoh huruf l ̂n ya‟ yang tidak ada rasm adalah terdapat pada „( عain) nya “” awal surat Maryam).68 Secara garis besar hukum mad dibagi menjadi Mad ab ̂‟iy/ Mad ْ )اٌ َّ ُّذdan Mad A l ̂ (ُُّْٟ ١ِ )اٌ َّ ُّذُاٌطَّجatau (ٍِٝ ُْاالَف
ْ )اٌ َّ ُّذ. (ُٝاٌُفَشْ ِػ
1) Mad ab ̂‟iy (ُُّْٟ ١ِ)اٌ َّ ُّذُاٌطَّج/ Mad A l ̂ (ُُّْٟ ١ِ)اٌ َّ ُّذُاٌطَّج Tabel 2.2 MAD AB ̂’IY Mad ab ̂‟iy (ُُّْٟ ١ِ)اٌ َّ ُّذُاٌطَّج
Ialah apabila ada huruf mad yang sesudahnya tidak berupa ()ء/ huruf yang ّ ditasydid (ُّ)
Contoh
Bacaan
ُ ٍَُِِ ُ–ُ ََْوب ُه ُ َِبُُٛٗ ٌَُ–ُُْ َْٛ ُى٠ ٌُ ٍْ ًَُْ–ُثِ ُِٗۦُ ِػ١ِل
2 harakat
Yang mempunyai hukum semisal Mad ab ̂‟iy (ي ُّ الطَّبِحي Mad 1 Badal Ialah apabila ada huruf Contoh 68
Ibid., h. 47-48
)امل ُّد َ
Panjang
37
.
)ُ(اَ َِ ُّذُاٌجَ َذي
mad yang sebelumnya
Bacaan
berupa
Huruf
hamzah
()ء,
dan sesudahnya tidak diikuti hamzah ( )ءatau huruf mati (ُْٞ).
Mad إَُِٛ َءا ْ اُْٛ رُٚأ
2 harakat
َُْ َّب٠ْ ِإ Ialah apabila ada huruf mad Mad „iwad 2.
(ُُكَٛ ( َِ َّذُاٌ ِؼ
“alif”
menjadi
yang
pengganti
fathah tanwin ketika waqaf, dengan syarat yang di tanwin bukan
ًّال ُ ١ْ ٍَِل ْشًّ ا١َِخج ًّٕب١ْ ُِِج
2 harakat
َُِآ ًّء
ta‟ marbutah Ialah apabila terdapat Ha‟ Damir (ُُٗى/ِٗ )ىyang Mad Silah Qasirah 3.
(ُُقٍَخ ِّ ٌَِ ُّذُا )ُ َْشح١ق ِ َاٌم
sebelumnya huruf
hidup,
sesudahnya berupa
huruf
berupa dan juga hidup
ٌَ ُُٗﻮُ َِب ُْٓ َِ ُثِ ُِٗۦ
2 harakat
yang bukan hamzah Qata‟, kecualai ُ ُٗم َ َْش٠ ُْ ٌَ ُى
ُُ–ُهُٞ–ُح 4.
–ُُٖ–ُس
Maksudnya:
huruf
mad
yang
ُ ُح
huruf
ُُظ٠
hijaiyyah dan menjadi
ُُٗه
fawatihus suwar (awal
ُاٌُش
terdapat
“Alif” pada
2 harakat
surah) Mad 5.
Tamkin
apabila
ُْ ُّؾز١ُح
berhimpun 2 (dua) ya‟
َُْٓ١ِّ١ِإٌَّج
Ialah
2 harakat
38
) ُْٓ١) َِذُُاٌزَّ ّْ ِى
yaitu
ya‟
bertasydid berbaris
pertama dan kasrah,
sedangkan ya‟ kedua mati/sukun. ْ )اٌ َّ ُّذ (ُٝاٌفَشْ ِػ
2) Mad
Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa hamzah ْ ّ ()ء/ huruf mati (ُّ)/ huruf yang di tasydid (ُّ). Mad meliputi:69 a) Mad Wajib Muttasil Mad wajib muttasil ialah apabila ada huruf mad yang sesudahnya berupa hamzah ( ُ(ءdan terletak dalam satu kata. Contoh:
ْ ُئ١ُع، ُة َّ ٌاَ ْٔضَ ٌَْٕبُ َِِٕبُٚ، ُُّ اٌح َ ُجآ َء َ ًُْلَٚ ِ ُعُؤَُ ْاٌ َؼ َزا،ُٖ ُْٛجُٚ َُذ ِ غ َّآ ِء َ ك Adapun cara membaca mad wajib muttasil adalah 4 harakat atau 5 harakat. Di dalam Al-Qur‟an penulisan diberi tanda baca ( )…~ُء. b) Mad Ja‟iz Munfasil Mad jaiz munfasil ialah apabila ada huruf mad yang sesudahnya berupa hamzah ( )ءdan terletak di lain kata. Contoh:
َبُّٙ٠ََؤ٠ُُ،ُْ ٌِ ُىَُٛ ِْ َُُأُِٝف،ُْ ُ ْاُأَفُ َغ ُىُُٛل، َِآُأُ ْٔ ِض َيَٚ Adapun cara membaca mad wajib muttasil adalah 4 harakat atau 5 harakat. Di dalam Al-Qur‟an penulisan diberi tanda baca ( )…~ُء. c) Mad Lazim Kilmy Mukhaffaf Mad lazim kilmy mukhafaf ialah apabila ada huruf mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukun) asli70 dan terletak dalam satu kata. Contoh:
69
Ibid., h. 51-56
39
ُّ ِ اٌح ّْ ُذ َ ُْ اٌُٛلَبُٚ، ُِِل َ ََٓءاُ ٌُْئ Adapun cara membaca mad wajib muttasil adalah 6 harakat tanda bacanya)ُْ~…). d) Mad Lazim Kilmiy Mutsaqqal Ialah apabila ada huruf mad yang sesudahnya berupa huruf bertaydid, dan terletak dalam satu kata. Contoh:
ّ ُِْٓ ٠ُءذٌ َّز َو َش،ُلٓا ُ ُ َء، َٓ١ْ ٌِاٌنَّآ Adapun cara membaca mad wajib muttasil adalah 6 harakat tanda bacanyaُ)ّ~…). e) Mad Lazim Harfiy Mukhaffaf Ialah apabila terdapat huruf mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukun) asli yang tidak di idghamkan, yaitu terdapat pada huruf hijaiyyah yang menjadi fawathihus Suwar (awal surat). Contoh:
ُُُٗه،ُُاٌُش،ُ ُُح،ُظ٠ Adapun cara membaca mad wajib muttasil adalah 6 harakat. f) Mad Lazim Harfiy Mutsaqqal Mad lazim harfiy mutsaqqal ialah apabila terdapat huruf mad yang sesudahnya berupa huruf mati (sukun) asli yang di idghamkan, yaitu terdapat pada huruf hijaiyyah yang menjadi fawathihus Suwar (awal surat). Contoh:
ُّ ُُهُغ،ُُاٌُّش،ُ ٌُا Adapun cara membaca mad wajib muttasil adalah 6 harakat. g) Mad „Arid lis Sukun Mad „arid lis sun ialah apabila ada huruf mad, sesudahnya berupa huruf mati (sukun) tidak asli/‟aridah (terjadinya huruf mati tidak asli, disebabkan adanya peristiwa waqaf). Contoh:
ُُِْ ١َّح ِ ُاٌَش، َٓ١ْ ِّ ٍََسةِّ ُاٌ َؼ 70
huruf mati asli (sukun) asli adalah huruf yang tetap mati (sukun) baik ketika washal maupun waqaf.. sedangkan “huruf mati (sukun) tidak asli” adalah huruf yang tidak tetap matinya-yakni ketika waqaf ia mati namun bila washal ia menjadi hidup.
40
Adapun cara membaca mad wajib muttasil adalah 2/4/6 harakat sesuai dengan tempat pertama mempergunakan panjang bacaan. h) Mad Shilah Qhasirah Mad shilah qhasirah ialah ُٖ dan ُٖ yang didahului oleh huruf yang hidup. dibaca 2 harakat. Contoh:
ُُِٗث،ٍُُُّٗ ُو،ٌَُٗ i) Mad Shilah Thawilah Mad silah thawilah (mad silah panjang) ialah: mad shilah pendek diiringi oleh hamzah. Panjangnya 2 sampai 5 harakat. Contoh:
ُْٖ َحْ َغتُ ُاَ َُّْ َِبٌَُُٗاَ ْخٍَ َذ٠ُ،ُٜ َِبٌَُُٗاِ َرار ََش ُّد،ُٖ ِْشَُٙظٍَُُٝػ،َُِّٗٔا j) Mad Tamkin Mad tamkin ialah mad yang terdiri dari dua huruf yang bertemu dalam satu kalimat, sedangkan yang pertama berbaris kasrah dan bertasydid dan yang kedua mati. Panjangnya dua harakat (menghadapi dua huruf hidup). misalnya: ُْ ُز١ْ ِّ١ ُح. Dan 2 sampai 6 harakat (yang menghadapi satu huruf hidup). misalnya:
. َٓ١ْ ِّ١َِٔق َشا َ ُٔ، َٓ١ْ ِّ٠اس َ َٓ١ْ ِّ١ٍُِ ِػ، َٓ١ْ ِّ١ِِ ُُا، َٓ١ْ ِّ١ِإٌَّجَٚ ِ َٛ ُح، d. Tafkhim dan Tarqiq Tafkhim (ُُُ ١ْ )اَ ٌْزَ ْف ِحialah sifat ketebalan pada suatu huruf dimana ketika diucapkan
posisi mulut dipenuhi dengan gema suara (seakan-akan
ُ ١ْ ِ )اٌَزَّشْ لyakni dipenuhi oleh makanan). Sedangkan sebaliknya tarqiq (ُك tipis yang tentunya ketika ia diucapkan posisi mulut tanpa dipenuhi oleh gema suara.71 Apabila dilihat dari pembahasan tersebut huruf hijaiyyah terbagi menjadi tiga macam yaitu:
71
Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur‟an Metode Maisuro, (Jakarta Selatan: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), h. 69
41
Tabel 2.3 Huruf-Huruf Yang Dibaca Tafkhim (ُ)اَ ْلتَ ْف ِح ْيم Dibaca Tafkhim (ُ)اَ ْلتَ ْف ِح ْيم
Keterangan Terkumpul dalam ع ُْ ِم ْغ ٍو ُل َ ُ َّ ُخـyakni خ ُؿ ُك ُؽ ُه ُق ُظyang tingkat ketebalanya sebagai berikut: Jika huruf Isti‟la berharakat a.
fathah dan sesudahnya berupa alif, misalnya فبثِشًّ ا َ – ُبة َ َ( هini paling tebal) Jika huruf Isti‟la berharakat fathah dan sesudahnya bukan berupa alif, misalnya ُة ُ– ُهَجَ َغ َ م َش َ
b. atau Jika huruf Isti‟la mati dan sebelumnya berharakat fathah, 1.
Huruf Isti‟la
ْ َِ (tebalnya misalnya ُة َ طٍَ ِغ ُ– ُ َِ ْغ ِش di bawah poin (a)) Jika huruf Isti‟la berharakat dammah, misalnya
ُ –ُ ة َ ُش ِ م
َٝءثُٛ هatau jika huruf Isti‟la mati c. dan
sebelumnya
berharakat
dammah misalnya ُ –ُ َْ ُّْٛ ُوء ِػ٠َٚ َُْ ُْٛ( ُِ ْم َّحtebalnya di bawah poin (b)) Jika huruf Isti‟la mati dan huruf d. sebelumnya berharakat kasrah, ْ ِ( اِ ْخ َشا َط ُ– ُإtebalnya misalnya َُُ ه َؼب dibawah pin (c))
42
a.
b.
Jika Ra‟ ( )سberharakat fathah, misalnya ُ ُٗ َّ ْْذَ ُ–ُ َسح٠أَ َس َء Jika Ra‟ ( )سberharakat dammah, misalnya ْ اُْٚ ُ–ُ َوفَشُُٛصل ِ س Jika ada Ra‟ ( )سmati terletah
c. sesudah huruf yang berharakat fathah, misalnya أَسْ َع ٍَْٕب Jika ada Ra‟ ( )سmati terletah d. sesudah huruf yang berharakat dammah, misalnya َُْءُُٛشْ َصل٠ Jika ada Ra‟ ( )سmati terletak Ra‟ ( )سyang berada 2.
e.
di awal atau di
sesudah huruf yang berharakat Kasrah „Aridah (tidak asli), misalnya ُُٛ–ُاِسْ َوؼٝاِسْ ِج ِؼ
tengah kata.
jika ada Ra‟ ( )سmati terletak setelah huruf berharakat kasrah f.
(baik „aridah maupun asliyyah) dan
berada
di
akhir
kata
sebelumnya, misalnya ُ –ُ ُْ ُإِِٔشْ رَتءر َُ ُّْٙ َسةٍّ ُاسْ َح Jika sebelum Ra‟ ( )سmati berupa huruf yang berharakat g.
Kasrah Asliyyah dan sesudahnya berupa huruf Isti‟la yang tidak berharakat
Kasrah,
misalnya
ُ لِشْ هَبطُ ُ–ُفِشءلَ ُخ Jika Ra’ ( )رmati – baik Asliyyah / 3.
Ra‟ ( )سberada di akhir kata
‘Aridah, terletak: a.
Sesudah
huruf
berharakat
Fathah, misalnya ْاٌمَ َّ ُُشَٚ yang di-
43
waqafkan dan ُالَرَ َز ُسَٚ ; atau di antara keduanya dipisah Huruf Sahih mati misalnya ْاٌ َؼقْ ُِشَٚ yang di waqafkan. b.
Sesudah alif misalnya ُ إٌََّب ُسyang di waqafkan. Sesudah huruf yang berharakat
c.
dammah misalnya ْ ُِسٚ ثِبٌُّٕ ُزyang di waqafkan, atau di antara keduanya dipisah Huruf Sahih mati misalnya ُْش ِ َِ َغ ُاٌ ُؼغyang di waqafkan.
d.
a.
4.
Lam (ُُُ(يLafaz ُلٓا ُ
b.
Sesudah waw (ٚ) mati misalnya ُّ ٌُاِٝ فyang di waqafkan. ُْ ِسٚق ُذ Jika “ُُ ”لٓاdibaca dari permulaan misalnya ُق َّ ُذ ِّ ٌَلٓاُُا Lafaz “ُُ ”لٓاdidahului huruf yang berharakat Fathah misalnya ُلٓا ُ َٛ ُ٘ Jika “ُُ ”لٓاdidahului huruf yang
c. berharakat Dammah misalnya ُ ًَُُس ُع ِلٓا a.
Jika alif terletak sesudah Huruf Isti‟la misalnya ي َُ لَب Jika alif terletak sesudah Lam Lafaz
5.
Alif
Jalalah,
b. didahului berharakat
oleh
yang
tidak
huruf
yang
Kasrah,
misalnya
ُ ُذ٠ْ ُِش٠ ُلٓا c.
Jika Alif terletak sesudah Ra‟ yang tidak dibaca al-Imalah,
44
misalnya ْٜ رَ َشٌََٛٚ Tabel 2.4 Huruf-Huruf Yang Dibaca Tarqiq (َُّرقِ ْيق ْ )اَلت Dibaca Tarqiq (ُ)اَلت َّْرقِ ْيق 1.
huruf Istifal
Keterangan Yaitu huruf hijaiyyah selain huruf Isti’la a.
2.
Ra‟ ( )سyang berada di awal kata
jika Ra‟ ( )سberharakat Kasrah, misalnya ِس َجبالًُّ–ُ ِِ ُْٓاَ ِْ ِشَٔب jika sebelum Ra‟ ( )سmati berupa
b.
huruf yang berharakat Kasrah Asliyyah dan sesudahnya bukan huruf Isti‟la, misalnya َُْ َْٛفِشْ ػ jika
sebelum
Ra‟
()س
mati
(„Aridah / tidak asli) sesudah huruf a.
3.
berharakat
Kasrah
misalnya waqaf pada ُلَ ِذ َس ُ– ُ ُِ َّذ ِو ُش atau antara keduanya dipisah oleh
Ra‟ ( )سyang berada
Huruf Sahih mati yang bukan
di akhir kata
huruf Isti‟la. Misalnya الَثِ ْى ٌُشَٚ yang di waqafkan. Jika Ra‟ ( )سmati („Aridah / tidak b.
asli)
sesudah
ya‟
mati
(ُْٞ).
Misalnya ُ ٌش١ْ ِ ٌش ُ– ُخَج١ْ ق ِ َ ثyang di waqafkan.
4
5.
Lam (ُُُ(يLafaz Jalalah ُلٓا ُ
Alif
Jika sebelum lafaz “ُُ ”لٓاdidahului huruf
yang
berharakat
Kasrah,
misalnya ُلٓا ُ ُك ِ ََّز٠ُْٓ َِ َٚ Jika alif tidak terletak sesudah hutuf Ist‟la, atau tidak terletak sesudah Lam
45
( )يlafaz لٓا, misalnya ْت َُ ٠الَ َس
Tabel 2.5 Dibaca Tafkim (ُ )اَ ْلتَ ْف ِح ْيمdan Tarqiq (ُ)اَلت َّْرقِ ْيق Dibaca Tafkhim/Tarqiq
Keterangan Jika sebelum Ra‟ ( )سmati berupa huruf yang berharakat
1.
Ra‟ ( )سyang berada di
kasrah Asliyyah dan
tengah kata
sesudahnya berupa huruf Isti‟la yang berharakat Kasrah, misalnya ق ٍُ ُْوًُّ ُفِش Jika kata berupa Ra‟ ( )سmati tidak asli dan huruf sebelumnya berupa huruf yang
2.
Ra‟ ( )سyang berada di
berharakat Kasrah namun
akhir kata
dipisah ileh huruf Isti‟la yang mati (sukun). Ini hanya ْ َِٓ ُاٌف١ْ َػdan ِِقْ َُش terdapat pada ط ُِش ketika dibaca waqaf.
a.
b.
3. c.
d.
ُْش ِ َغ٠( إِ َراsurat Al-Fajr:4) ( أَ ُْْأَعْشdi manapun
Ketika waqaf pada lafaz-lafaz
berada dalam Al-
ini: „illatnya-hakekatnya
Qur‟an)
sesudah Ra‟ ( )سadalah berupa
( فَؤَعشdi manapun
ya‟ (ٞ) yang dibuang atau tidak
berada dalam Al-
ada rasm. (ket. Ya‟ pada lafaz
Qur‟an)
ُْش ِ َغ٠ إِ َراdan ُٔ ُز ُِسَٚ dalam ilmu Qira'at disebut Ya Zaidah)
ُُٔ ُز ِسَٚ (ada 6 tempat di surat al-Qamar)
46
e. Waqof dan Washal Dari segi bahasa waqaf berasal dari bahasa Arab, yakni – ُف – ُيقِف َ َو َق َو ْق ًفاdari kata waqfan atau waqf berarti ucapan di lidah maka menjadi waqaf. Dalam kamus bahasa Arab juga diartikan berdiri setelah duduk, berhenti setelah berjalan, dan seterusnya. Sedangkan menurut istilah waqaf adalah penghentian suara bacaan di akhir kata, akhir kalimat, atau akhir ayat, karena keterbatasan kekuatan panjang dan pendek nafas seseorang atau dengan sengaja berhenti karena ada tanda waqaf.72 Sedangkan washal berasal dari bahasa Arab ًّال ُ ْفَٚ ُ –ُ ًُ ق َ َٚ ِ َ٠ُ –ُ ًَ ف merupakan lawan kata dari waqaf, berarti bertemu bersambung dan tidak berhenti. Adapun hal ihwal waqaf yang terbatas pada literature ulama adalah terdapat empat macam cara, yaitu: 1) Waqaf Ikhtib ̂ry Waqaf Ikhtibary yaitu berhenti membaca untuk mengambil nafas, namun maksud dan tujuanya adalah untuk melatih atau menguji seseorang murid bagaimana cara mewaqafkan jika sewaktu-waktu ingin berhenti mendadak. 2) Waqaf Intiz ̂ry Waqaf Intizary yaitu berhenti membaca untuk jam‟ul qira‟at atau mengumpulkan macam-macam wajah qira‟at karena ragam riwayatnya. Ini hanya berlaku untuk pembaca Al-Qur‟an yang belajar Qira‟at Sab‟ atau Qira‟at „Asyr. 3) Waqaf Idtir ̂ry Waqaf Idtirary yaitu berhenti membaca karena terpaksa, misalnya kehabisan nafas, lupa atau tidak mampu meneruskan bacaan dan yang semisalnya. 4) Waqaf Ikhtiy ̂riy Waqaf Ikhtiyariy yaitu berhenti membaca untuk mengambil nafas yang memang disengaja, tidak ada sebab-sebab seperti keadaan 72
Abdul Madjid Khan, Praktikum Qira‟at Keanehan Bacaan al-Qur‟an Qira‟at Ashim dari Hafash, (Jakarta: Amzah, 2013), Cet. II, h. 67-68
47
yang terjadi pada tiga waqaf di atas.73 Adapun Waqaf Ikhtiyariy menurut mayoritas penelitian ulama dibagi menjadi lima, yaitu: a) Waqaf T ̂mm Menurut arti bahasa waqaf yang sempurna. Sedang menurut istilah adalah waqaf pada akhir kalam atau pembicaraan yang sudah sempurna dan tidak terkait dengan redaksi pembicaraan berikutnya, baik dari sebi lafaz maupun maknanya. Oleh sebab itu untuk jenis tingkatan ini bagus di waqafkan (baik untuk berhenti) dan ibtid ̂ (memulai bacaan lagi) pada lanjutanya dengan tidak perlu mengulang dari sebelumnya. b) Waqaf K ̂f Menurut bahasa adalah waqaf yang cukup. Sedang menurut istilah adalah waqaf pada akhir kal ̂
atau pembicaraan yang
sudah sempurna, akan tetapi ada kaitan makna (satu pembicaraan) dengan redaksi pembicaraan sesudahnya. Oleh sebab itu untuk jenis tingkat ini bagus untuk waqaf atau baik untuk berhenti. Sedangkan ibtid ̂ (memulai bacaan lagi) cukup pada lanjutan dengan tidak perlu mengulang dari sebelumnya. c) Waqaf Hasan Menurut arti bahasa adalah waqaf baik. Sedang menurut istilah adalah waqaf pada akhir kal ̂
atau pembicaraan yang
sudah sempurna, akan tetapi ada kaitanya dengan redaksi pembicaraan sesudahnya, baik dari segi lafaz maupun maknanya. Artinya lafaz sesudahnya mungkin masih menjadi ifat atau badal atau semacamnya. Oleh sebab itu untuk jenis tingkat ini hakikatnya sudah boleh di waqafkan, sebab makna redaksinya sudah dapat dipahami. Maka apabila waqaf dipertengahan ayat, utuk ibtid ̂
73
Ahmad Fathoni, Op. Cit., h. 76
harus memulai dari sebelunya, atau sebelumnya
48
lagi yang memenuhi syarat ibtid gar supaya tidak cacat makna. Misalnya: ُُُُ-ُُ d) Waqaf Qab ̂h Menurut bahasa adalah waqaf yang jelek. Sedang menurut istulah adalah waqaf pada akhir kal ̂ belum
sempurna
dan
belum
dapat
atau pembicaraan yang dipahami.
Misalnya
mewaqafkan ayat 4 saja pada Surat Al-Ma‟uun (107) tanpa dilanjutkan pada ayat 5. “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat”. (Q.S. AlMa‟un: 5)74 Waqaf pada kalimat ini sekalipun pada akhir ayat tidak baik (qab ̂h), bahkan haram kalau disengaja menurut sebagian ulama‟ karena maknanya menjadi rusak yang sangat fatal. Maka harus diwashalkan pada ayat berikutnya atau ayat 5:75 “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat. (yaitu) orangorang yang lalai dari sholatnya”. (Q.S. Al-Ma‟uun: 4-5)76 e) Aqba ul Waqfiy Waqaf yang paling jelek adalah mengakibatkan rusak makna dan maksud isi kandungan Al-Qur‟an. Apabila pembaca mengetahui maknanya dan sengaja waqaf, haram hukumnya, apalagi disertai I‟tikad dalam hati tentunya bisa menjadikan kufur. Sebagai contoh Aqba ul Waqfiy (waqaf paling jelek) misalnya:
74
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung:Diponegoro, 2009), Cet. X, h. 602 75 Abdul Madjid Khan , Op.Cit., h. 69 76 Ibid.
49
(a) Membaca firman Allah ٍُٗ ٌَِ ََ ُ ِِ ْٓ ُإَٚ (waqaf) – artinya “tidak ada Tuhan”. (b) Membaca firman Allah ٜ ِذْٙ َ٠َ( إِ َّْ ُلٓاَ ُالwaqaf) – artinya “Allah tidak memberi petunjuk”.77 Untuk membantu waqaf yang baik pada suatu kata atau kalimat dalam Al-Qur‟an, para ulama merumuskan tanda-tanda waqaf sebagai berikut: Tabel 2.6 Tanda-Tanda Waqaf78 No.
Tanda Waqaf
Singkatan
Arti dan Contoh Lazim artinya harus. Maksudnya harus berhenti dan lebih utama waqaf
daripada
diwashalkan.
Contoh dalam surat Al-Baqarah 1.
َ
َُْ الَ ِص
ayat 26
ُُُ ُُُُ Al-An‟am ayat 36
ُُُُُُ j ̂iz, artinya boleh berhentilwaqaf dan boleh tersu/wasal. Misalnya 2.
ط
َُجبئِ ْض
dalam surat Al-An‟an: 116 ُُ ُ ُ ُ ُ
ُُُ ُُُ 4.
77
ٍٝل
ٌَٝ َْٚ ْلفُ ُأَٛ ٌا
Al-Waqfu Aul ̂, artinya waqaf lebih
uama
daripada
Op.Cit., h. 78 Abdul Rosyid, dkk., Cara Cepat Belajr Al-Qur‟an: Juz Amma Metode Baghdadi, (Tangerang Selatan: Pusat dan Pelatihan Pengembangan Metode Baghdadi, 2016), h. 7 78
washal.
50
Missal pada surah ̂ li „Imr ̂n:108
ُُُُُُُُ Aul ̂,
Al-Washl
artinya
washal/tidak berhenti lebih utama, 5.
ٍٝف
ٌَٝ َُُْٚأ ُ ً ْفٌٛا َ
misalnya
pada
surah
Muhammad:10
ُُُُُُُُ ُُُ L ̂waqfi F ̂hi, artinya tidak ada waqaf, artinya washal lebih baik
6.
ال
ُِٗ ١ْ ِفُف ِ ْلَٚ َال
walaupun
pada
Misalnya
dalam
akhir
ayat.
surah
Al-
Baqarah:5 ُ
ال
ُ ُ ُ ُ ُ ُُُُُُُ
Mu‟ ̂naqah, artinya berpelukan, adapun yang dimaksud
dengan
Mu‟ ̂naqah
adalah
(berhenti)
waqaf (berhenti) salah satu tempat titik saja. Kalau sudah waqaf 7.
̇ - ̇
ُْٗ َُِ َؼبَٔم
(berhenti) pada titik yang pertama maka titik kedua washal, begitu juga sebaliknya. Misalnya dalam surah Al-Baqarah:2 ُُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ
ُُُُُ
51
5. Metode Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode baca tulis al-Qur‟an adalah suatu cara atau jalan untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an. Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.79 Dalam bahasa Arab, metode diungkapkan dengan istilah thariqah atau
ushlub
yang
menurut
al-Jurjani
berarti
“sesuatu
yang
memungkinkan untuk sampai dengan benar kepada tujuan yang diharapkan.”80 Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran al-Qur‟an. Agar tujuan dapat tercapai dengan mudah, terarah dan efesien. Dengan demikian metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. pengertian seluruh perencanaan itu jika dikaitkan dengan konsep yang berkembang dewasa ini meliputi Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, persiapan pembelajaran, kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan pembuka, kegiatan inti dan penutupnya, serta media pembelajaran, sumber belajar yang terkait, sampai dengan penilaian pembelajaran.81 Contoh metode pembelajaran konvensional antara lain yaitu metode ceramah, metode Tanya-jawab, metode diskusi, metode
79 80
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 143 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), Cet. I, h.
103 81
Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. III, h. 19
52
pemberian tugas, metode proyek, dan berbagai variasinya. Metode mengajar sesuai perkembanganya kadang-kadang juga terjabarkan dalam struktur tertentu. Struktur dimaksud sebagai pola-pola interaksi siswa agar tujuan pembelajaran tercapai. Misalnya metode kooperatif (cooperative learning), seperti metode Jigsaw, STAD (Students Team Achievment Divisions), NHT (Number Head Together), dan lainya.82
b. Aspek-Aspek Metode Pembelajaran Menurut Basyruddin Usman metode pembelajaran mencangkup 8 aspek, yaitu sebagai berikut:83 1) Peragaan Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan, diharapkan proses pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Terdapat dua peragaan yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran, yaitu: a) Peragaan langsung: dengan menunjukkan atau mengadakan percobaan-percobaan yang dapat diamati siswa. b) Peragaan tidak langsung: dengan menunjukkan benda tiruan atau suatu model. Sebagai contoh: gambar-gambar, boneka, foto, film, dan sebagainya. c) Peragaan tidak langsung: dengan menunjukkan benda tiruan atau suatu model. Sebagai contoh: gambar-gambar, boneka, foto, film, dan sebagainya. 2) Minat dan Perhatian
82
Ibid. Basyruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta Selatan: Ciputat Press, 2002), Cet. I , h. 7 83
53
Minat dan perhatian merupakan suatau gejala jiwa yang selalu bertalian. Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatianya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang kadang kala timbul dan adakalanya hilang samasekali. Suatu saat anak kurang perhatianya terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru di muka kelas bukan disebabkan dia tidak memiliki minat dalam belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenanganya di ruang kelas atau guru kurang dapat memberikan teknik pengajaran yang bervariasi sehingga anak menjadi tidak tertarik terhadap apa yang dijelaskan oleh guru tersebut. Sebaliknya tidak semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap pelajaran yang disajikan oleh seorang guru, oleh karena itu diperlukan kecakapan guru untuk dapat membangkitkan perhatian anak didik. 3) Motivasi Motivasi artinya sebagai dorongan yang timbul dari seseorang, dimana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorong untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi instrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik. Seorang anak yang didorong oleh motivasi instrinsik biasanya seseorang ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajarnya, sebaliknya bila seseorang belajar untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah, diploma, dan sebagainya bearti didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh karena tujuan yang ingin dicapai tersebut terletak di luar perbuatan. 4) Apersepsi Ahli psikologi mendefinisikan apersepsi yaitu bersatunya memori lama dengan baru pada saat tertentu. Seorang guru yang akan memberikan pelajaran kepada muridnya terlebih dahulu
54
mengetahui pelajaran yang telah mereka pelajari sebelumnya, sehingga setiap pengajaran dimulai akan terjadi keterkaitan antara bahan pelajaran yang lama dengan yang baru. Bahn yang lama dapat diingat kembali sehingga dapat menimbulkan rangsangan dan perhatian siswa dalam belajar. Guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengeahui apakah siswa telah menguasai bahan yang akan disajikan sebagai titik tolak dalam memulai pembelajaran yang baru. Oleh karena itu pengajaran harus maju secara bertahap agar penguasaan bahan yang lewat dapat dijadikan sebagai persiapan siswa dalam menghadapi pelajaran yang baru. 5) Korelasi dan Konsentrasi Yang dimaksud korelasi adalah konsep belajar yang membuat hubungan antara materi yang diajarkan dengan mata pelajaran lain untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran. Dengan konsep ini, konsentrasi siswa akan terbentuk dalam hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Seorang guru hendaknya juga dapat menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan realita sehari-hari atau dapat menggunakan metode unit agar anak betul-betul mengikuti dengan seksama terhadap pelajaran yang diberikan. Adanya pemusatan tertentu dalam keseluruhan materi pelajaran dianggap penting agar perhatian dan kegiatan siswa dalam mencari jawaban tentang masalah yang mereka hadapi. Untuk itu guru hendaknya dapat mengatur kondisi pengajaran sesuai dengan perencanaan sehingga ada pemusatan atau konsentrasi tertentu dan dapat
mendorong
perhatian
siswa
untuk
menyelidiki
dan
menemukan sesuatu yang kelak digunakan dalam masyarakat. Terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaanya yaitu tahap inisiasi, tahap pengembangan, dan tahap kulminasi. 6) Kooperasi
55
Kooperasi adalah belajar atau bekerja bersama (kelompok). Hal ini sangat diutamakan dalam proses belajar-mengajar. Belajar kelompok (kooperatif) dapat memberikan keuntungan-keuntungan terhadap siswa antara lain: a) Siswa belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar secara individu. b) Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat dibandingkan pendapat perorangan. c) Dengan kerjasama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama, rasa mmemiliki, dan menghilangkan egoisme. 7) Individualisasi Individualisasi pada hakikatnya bukan lawan dari konsep belajar kooperasi. Individualisasi dilatar belakangi oleh adanya perbedaan siswa baik dalam menerima, memahami, menghayati, menganalisis, dan kecepatan mereka dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. disamping itu siswa juga berbeda dalam bentuk fisik dan mental sekalipun terdapat banyak persamaan dalam beberapa hal. Oleh karena itu setiap proses belajar-mengajar hendaknya guru berusaha menyesuaikan materi yang disajikan dengan kondisi siswanya. Sebaiknya diadakan pengelompokkan siswa agar bahan yang disajikan dapat disesuaikan dengan kondisi mereka. Terdapat beberapa teknik untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual, dengan melakukan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Pengajaran dengan kesanggupan individual, siswa diberikan tugas yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. b) Tugas tambahan, siswa yang pandai mendapat tugas yang tambahan selain tugas yang bersifat umum, dengan demikian kondisi kelas akan terpelihara dengaan baaik.
56
c) Pengajaran proyek, para siswa dapat mengerjakan seseuatu yang disesuaikan dengan minat dan bakat mereka. d) Pengelompokkan menurut kesanggupan, kelas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing. 8) Evaluasi Evaluasi adalah penilaian seorang guru terhadap proses atau kegiatan belajar-mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuan pengajaran yang ditetapkan dapat tercapai., disamping itu juga hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar mengajar tersebut. Penilaian ini tidak hanya dilakukan terbatas pada semester, atau akhir tahun. Tetapi dapat juga dilakukan pada setiap akhir jam pelajaran. Hal ini sangat berguna bagi guru maupun siswa untik mengetahui kemampuan hasil belajarmengajar yang dilakukan.
c. Macam-Macam Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Metode digunakan dalam pembelajaran al-Qur‟am terbagi menjadi dua metodik yaitu metode umum dan khusus. 1) Metode Umum a) Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan tradisional, karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meskipun metode ini banyak menuntun keaktifan guru daripada siswa, tetapi metode ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pembelajaran. Cara mengajar dengan metode ceramah merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang satu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode
57
ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.84 Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: (1) Kelebihan Metode Ceramah (a) Guru mudah menguasai kelas. (b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas. (c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. (d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakanya. (e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
(2) Kelemahan Metode Ceramah (a) Guru sering kali mengalami kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa sampai sejauhmana pemahaman mereka tentang materi yang diceramahkan. (b) Siswa cenderung bersifat pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan guru. (c) Bilamana guru menyampaikan bahan yang sebanyakbanyaknya dalam tempo yang terbatas, menimbulkan kesan pemaksaan terhadap kemampuan siswa. (d) Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang., karena
guru
kurang
memperhatikan
faktor-faktor
psikologi siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur.85
b) Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukkan pertanyaan-pertanyaan dan siswa 84
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta: 2015), Cet. V, h. 97 85 Basyruddin Usman, Op. Cit., h. 35
58
memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan belajar-mengajar melalui Tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat memulai pelajaran, pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran. Bilamana metode Tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif.86 Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: (1) Kelebihan Metode Tanya Jawab (a) Kelas akan menjadi hidup karena siswa dibawa kea rah berfikir secara aktif. (b) Siswa terlatih berani mengemukakan pertanyaan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru. (c) Dapat mengaktifkan retensi siswa terhadap pelajaran yang telah lalu. (2) Kelemahan Metode Tanya Jawab (a) Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat terkontrol secara baik oleh guru karena banyaknya pertanyaan yang timbul dari siswa. (b) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenan dengan ssaran yang dibicarakan. (c) Jalanya pengajaran kurang dapat terkoodinir secara baik, karena timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak dapat dijawab secara tepat, baik oleh guru maupun oleh siswa.
86
Ibid., h. 43-44
59
c) Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.87 Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: (1) Kelebihan Metode Diskusi (a) Merangsang kreativitas anak didi dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan trobosan baru dalam pemecahan suatu masalah. (b) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. (c) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah. (2) Kekurangan Metode Diskusi (a) Pembicaraan
terkadang
menyimpang,
sehingga
memerlukan waktu yang panjang. (b) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. (c) Peserta mendapat informasi yang terbatas. (d) Terkadang dikuasai
oleh
orang-orang
yang
suka
berbicara atau menonjolkan diri.
d) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu.88 Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
87
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta: 2015), Cet. V, h. 87 88 Basyruddin Usman , Op. cit., h. 45
60
(1) Kelebihan Metode Demonstrasi (a) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat) (b) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. (c) Proses pengajaran lebih menarik. (d) Siswa dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan antara
teori
dengan
kenyataan,
dan
mencoba
melakukanya sendiri. (2) Kekurangan Metode Demonstrasi (a) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus,
karena tanpa
ditunjang dengan hal
itu,
pelaksanaan demonstrasi akan tiidak efektif. (b) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. (c) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
2) Metode Khusus a) Metode Iqro‟ Metode iqro‟ adalah suatu metode membaca Al-Qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Metode Iqro‟ ini disusun oleh Ustadz As‟ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro‟ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid
terdapat
petunjuk
pembelajarannya
dengan
maksud
61
memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur‟an. Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekan-kan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual. Adapun kekurangan dan kelebihan metode Iqro‟ adalah: (1) Kelebihan (a) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif. (b) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah). (c) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan. (d) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak. (e) Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
(2) Kekurangan (a) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini. (b) Tak ada media belajar (c) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
62
b) Metode Qiro‟ati Metode Qiro‟ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qa'idah Qira‟ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Qur‟an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira‟ati ini melalui system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan). Santri/ anak didik dapat naik kelas/ jilid berikutnya dengan syarat: (1) Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas. (2) Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA.89
c) Metode Every One Is a Teacher Here (Setiap Orang adalah Guru) Metode every one is a teacher here (setiap orang adalah guru) merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dalam tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain.90dengan strategi ini peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut pembelajaran secara aktif.91 Adapun prosedur metode every one is a teacher here (setiap orang adalah guru) adalah sebagai berikut: 89
Qash al_tha al Hikmah, Macam-Macam-Metode-Pembelajaran al-Qur‟an, 2016, (qashthaalhikmah.blogspot.co.id) 90 Melvin L. Silberman, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Terj. dari Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Sarjuli, dkk., (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), Cet. VI, h. 171 91 Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 60
63
i.
Bagikan kartu indeks kepada setiap peserta didik. Mintalah para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topic khusus yang akan mereka diskusikan di kelas.
ii.
Kumpulkan kartu, kocok dan bagikan satu pada setiap siswa. Mintalah siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topic pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
iii.
Panggilah sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respons.
iv.
Setelah diberi respons, mintalah yang lain di alam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang sukarelawan.92
d) Penelitan Relevan 1. Sumiyarsih. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an pada siswa kelas I Madrasah Ibtadaiyah Negeri Tempel Ngaglik Sleman Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtadaiyah Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009. Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah lebih banyak yang menggunakan tulisan dan bahasa arab dimana para siswa dituntut untuk membaca sedangkan pada kenyataanya anak-anak masih perlu pembelajaran al-Qur‟an untuk lebih menguasai dari pelajaran tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an siswa kelas I MIN Tempel, apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut, kemudian hasil dari pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan para siswa kelas I salam membaca al-Qur‟an serta hasil yang dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an tersebut. Obyek dalam penelitian ini adalah MIN Tempel Ngaglik, Slema, Yogyakarta. Metode yang digunakan 92
Op. Cit, h. 172
64
dalam penelitian ini adalah metode wawancara, dokumentasi, dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil
penelitian
menunjukkan
1).
Hasil
dari
pelaksanaan
pembelajaran al-Qur‟an di MIN Tempel cukup baik. 2). Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an. 3). Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran.
2. Sulton Fauzi, Wawan. Implementasi Progran BTQ (Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an)dalam meningkatkan Kemampuan Baca Tulis AlQur’an Siswa di SMAN 02 Batu. skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Imron Rossidy, M.Th. M.Ed. Pembinaan Baca Tulis al-Qur‟an atau sering disingkat BTQ, pada masa sekarang sangat diperlukan, apalagi untuk anak usia sekolah. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lembagan penelitian menyebutkan hasil yang memprihatinkan, semakin tahun bukan semakin maju dan berkembang justru makin terpuruk kemampuan Baca Tulis al-Qur‟an anak usia sekolah. Padahal mereka adalah generasi penerus agama Islam sekaligus penerus bangsa. Dari fenomena tersebut, penulis ingin mengangkat kasus ini melalui skripsi dengan judul implementasi Program BTQ (Baca Tulis al-Qur‟an) dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis al-Qur‟an Siswa di SMAN 02 Batu. Berdasarkan fonomena yang tergambar di atas, fokus penelitian ini diarahkan untuk mengetahui implementasi program BTQ, program BTQ dalam meningkatkan kemampuan Baca Tulis Al-Qur‟an, dan faktor yang mendukung serta menghambat program BTQ dalam meningkatkan kemampuan Baca Tulis al-Qur‟an siswa di SMAN 02 Batu. Penelitian pengumpulan
ini
menggunakan
datanya
pendekatan
menggunakan
kualitatif.
observasi,
Metode
interview,
dan
dokumentasi. Sememtara teknik analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif dengan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
65
penarikan
kesimpulan.
Sedangkan
keabsahan
datanya
melalui
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, dan pemeriksaan sejawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program BTQ dilakukan dengan cara belajar siswa aktif atau activelerarning, dimana metode pembelajaran yang digunakan dalam kelas memposisikan siswa sebagai subjek (studentcenter, dan guru sebagai pembimbing, dalam prosesnya, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan BTQ, yaitu kelompok belum bisa, membaca, kelompok yang sudah bisa membaca tapi belum lancar dan kelompok yang sudah lancar membaca, setiap kelompok menggunakan yang berbeda pula, diantaranya: metode anNahdliyah, metode Iqra‟, dan metode qira‟ati. Peningkatan kemampuan Baca Tulis al-Qur‟an siswa dengan BTQ dikategorikan berhasil, terlihat dari siswa yang sebelumnya sama sekali tidak bisa Baca Tulis al-Qur‟an menjadi bisa, siswa yang sudah bisa Baca Tulis al-Qur‟an tapi belum lancar setelah mengikuti BTQ menjadi lancar dan siswa yang sebelumnya sudah lancar, menjadi mahir membaca AlQur‟an. Hal ini terbukti dari tingkat kompetensi BTQ yang berhasil mereka capai, yaitu: kompetensi adab tilawah “sangat baik”, kompetensi makhrarijul huruf juga “sangat baik” kompetensi untuk tajwid adalah “baik” dan kompetensi untuk hafalan juga “sangat baik”. Adapun sarana untuk mengembangkan BTQ ke depan, untuk pengelola sekolah, hendaknya mengadakan sesekali menggunakan fasilitas laboratorium multimedia dalam pengajaran, untuk siswa, haruslah semangat dalam belajar BTQ baik di sekolah maupun di rumah, dan untuk penelitian selanjutnya,
perlu dilakukan penelitian dengan desain
kuantitatif, agar mendapat hasil penelitian yang lebih valid dan reliabel tentang implementasi program BTQ dalam meningkatkan Baca Tulis AlQur‟an siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta yang beralamat di jalan Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 30 Agustus 2015 s.d. 3 Oktober 2016
B. Latar Penelitian Madrasah Pembangunan merupakan lab-school Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Madrasah ini dibangun atas dasar keinginan akan adanya lembaga pendidikan Islam yang representatif dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm). Dan pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat Tsanawiyah. 1 Madrasah Tsanawiyah Pembangunan merupakan madrasah berstatus swasta terakriditasi A, dengan fasilitas pendukung seperti ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang kelas, masjid, taman, kantin, toilet, lapangan olahraga, gedung serba guna (aula), tempat parkir laboratorium komputer dan laboratorium IPA.
Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan terdiri atas empat lantai. Lantai satu terdiri atas ruang fotokopi, ruang UKS, ruang kepala madrasah, laboratorium ilmu pengetahuan alam, laboratorium komputer, kelas IX (A, B, C, F, G, H), dan toilet. Lantai dua
1
hasil observasi langsung pada 30 Agustus 2015 dan tidak langsung melalui website madrasah (http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/prestasi-madrasah-tsanawiyah ) pada 2 September 2016
66
67
terdiri atas ruang direktir, ruang guru, ruang BK, kelas IX (D, dan E), kelas VIII (H), dan toilet. Lantai tiga terdiri atas kelas, ruang tata usaha, VIII (A, B, C, D, E, F, G), ruang wakil kurikulum, dan toilet. Sedangkan lantai empat terdiri atas aula, kelas VII (A, B, C, D, E, F, G, H), ruang BK, dan toilet. Tiap jenjang terdiri dari 8 robel (A, B, C, D, E, F, G, H). lima kelas regular (A, B, C, D, E) dan tiga kelas bilingual (F, G, H). Peneliti melaksanakan penelitian di kelas VIII E, terdiri dari 15 siswi dan 13 siswa, dengan latar belakang sekolah yang berbeda yaitu Madarsah Ibtadaiyah dan Sekolah Dasar. Keadaan kelas sangat mendukung situasi belajar. Ruangan dilengkapi dengan AC, proyektor, loker siswa terletak di belakang tempat duduk siswa, lemari buku sebagai pendukung sumber belajar lain terletak di depan kelas samping meja guru, papan tulis, meja guru, mading, Tiap-tiap siswa memiliki tempat duduk dan kursi.
C. Metode Penelitian Agar penelitian lebih terarah maka dikemukakan mengenai motode penelitian. “Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui seseuatu,
yang
memiliki
langkah-langkah
sistematis.”
Sedangkan
“metodelogi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode.”
2
“Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
3
artinya metode penelitian
merupakan rangkaian prosedur atau cara dengan menggunakan langkahlangkah sistematis dan ilmiah agar mendapat data dengan tujuan kegunaan tertentu. Jika dihubungkan dengna penelitian ini, maka metode penelitian merupakan rangkaian kegiatan dan langkah-langkah pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur’an yang digunakan oleh guru al-Qur’an Hadits dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrsah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta kelas VIII E semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.
2
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), Cet. II, h. 42 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. XVI, h. 03
68
Pendekatan
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
penelitian
kualitatif. “Penelitian kalitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lain.”
4
menurut Muri Yusuf “penelitian kualitatif adalah kegiatan mencari makna, pemahaman, pengertian, verstehen, tentang suatu fenomena kejadian, maupun kehidupan manusia dengan terlihat langsung atau tidak langsung dalam setting yand diteliti, kontekstual dan menyeluruh, tahap demi tahap dan disimpul;kan selama proses berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan, bersifat naratif, dan holistik.”5 Sedangkan metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus. “Penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan terhadap suatu sistem, berkenaan dengan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa, kegiatan, atau progtam, terjadi, yang terkait dengan tempat, dan waktu, agar peneliti memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.” 6 Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian menggunakan metode studi kasus, melalui pendekatan kualitatif, dengan analisis deskriptif dari data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakandalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi (Observasion) “Observasi adalah pengamatan-pengamatan data pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti.”7 obesevasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan keadaan lokasi objek penelitian yaitu bimbingan baca tulis al-Qur’an dalam pembelajaran 4
Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Terj. dari Basics of Qualitative Research oleh Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. III, h.4 5 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. II, h.328 6 Robert K Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, Terj. dari Case Study Research Design and Methods oleh M. Djauzi Mudzakir, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002), Edisi Revisi, h.1 7 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991),h. 136
69
al-Qur’an Hadist. Observasi dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta di kelas VIII E, dalam kegiatan belajar dan mengajar baca tulis Al-Qur’an. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Variabel Tempat pelaksanaan
Indikator - Kondisi ruang kelas
bimbingan baca tulis al-
- Suasana
Qur’an Pelaku
kegiatan
belajar
mengajar bimbingan
baca
tulis al-Qur’an
- guru al-Qur’an Hadits - peserta didik - Faktor pendukung di luar kelas
Aktivitas bimbingan baca
- Proses belajar mengajar
tulis al-Qur’an
- Kegiatan bimbingan BTQ - Keaktifan peserta didik - Pendekatan atau strategi belajar - Sumber belajar - Alat dan media pendukung - Penilaian - Keterampilan peserta didik di luar kelas
2. Wawancara (Interview) Interview adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari nara sumber.8 menurut Creswell interview (wawancara) dapat dilakukan dengan face-to-face interviews (wawancara berhadap-hadapan)
dengan
partisipan,
Focus
Group
Interviews
(wawancara sekelompok tertentu) terdiri dari enam sampai delapan partisipan tiap kelompok, Telephone Interviews (wawancara melalui 8
Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2012) , h. 144
70
telepon), dan E-Mail Interviews (wawancara melalui e-mail).9 Dalam interview ini peneliti akan melakukan Tanya jawab kepada guru mata pelajaran al-Qur’an Hadist, dan pihak-pihak terkait untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan bimbingan baca tulis Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta hal ini penulis lakukan untuk memperoleh data yang menyempurnakan dari hasil observasi, guna untuk mendukung kebenaran yang diperoleh sekaligus menambah data yang lebih sempurna. Sehingga penelitian yang penulis lakukan diterima kebenaranya. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Variabel Pelaksanaan
Indikator - Kegiatan
bimbingan BTQ
Sumber Data - Guru al-Qur’an
Pembelajaran
Hadits,
dan
peserta didik
- Peran
guru dalam
bimbingan baca tulis
- Guru al-Qur’an Hadits
al-Qur’an - Materi
bimbingan
baca tulis al-Qur’an,
- Guru al-Qur’an Hadits
metode, pendekatan, kemampuan,
dan
hasil belajar peserta didik -
Standarisasi program
9
bimbigan
- Kepala Madrasah, guru
John W Creswell, RESEARCH DESIGN Prndekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan campuran, Terj. dari RESEARCH DESIGN Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches oleh Achmad Fawaid dan Rianayati Kusmini Pancasari, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Edisi IV, h. 254
71
baca tulis al-Qur’an
al-Qur’an Hadits
Pembelajaran
- Kurikulum
- Kepala
Al-Qur’an
madrasah, guru
Hadits
al-Qur’an Hadits - Materi pembelajaran al-Qur’an Hadits - Pemahaman pembelajaran
- Guru al-Qur’an Hadits
materi
- Guru al-Qur’an
al-
Hadits, peserta
Qur’an hadits sesuai
didik
dengan kaidah BTQ - Pengamalan pembelajaran
materi
- Guru al-Qur’an
al-
Hadits, peserta
Qur’an hadits sesuai
didik
dengan kaidah BTQ Kompetensi Peserta Didik
- Keaktifan
peserta
didik
- Kepala Madrasah
dan
guru al-Qur’an Hadits - Kegiatan
di
luar
kelas
- Kepala Madrasah
dan
guru al-Qur’an Hadits
3. Pemeriksaan Dokumentasi (Documentary Analysis) Dokumentasi merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.10 Dokumentasi adalah sumber data yang 10
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. II, h. 391
72
digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental yang semuanya itu dapat
memberikan
informasi
bagi
proses
penelitian.11
Metode
dokumentasi digunakan untuk mengetahui tentang sejarah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarata, kegiatan belajar mengajar, dan catatan-catatan akademik selama mengikuti bimbingan baca tulis AlQur’an.
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini, untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan tekik pemeriksaan. Adapun kriteria teknik pemeriksaan yaitu derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).12 1. Derajat kepercayaan (credibility)13 a. Perpanjangan keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan adalah usaha peneliti memperpanjang keikutsertaan dalam melibatkan diri dengan proses pelaksanaan bimbingan baca tulis qur’an. Posisi peneliti sebagai instrumen utama dalam proses proses pengumpulan dan menuntut peran serta terjun langsung dalam proses pelaksanaan bimbingan baca tulis qur’an. Dengan waktu yang lebih lama peneliti lebih bisa memahami gejalagejala dalam program pelaksanaan bimbingan baca tulis qur’an dengan mendalam dan detail. Setelah peneliti medapat banyak informasi tentang data yang diperlukan dalam kurun waktu penelitian, dengan demikina peneliti akan menambah waktu keterlibatan peneliti dalam proses keseharian sampai dinyaakan bahwa data yang telah diperoleh dapat dipertanggung jawabkan keabsahanya.
11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. I, h. 178 12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XXVIII, h. 324 13 Ibid., h. 327-337
73
b. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan dalam pengujian keabsahan data dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data penelitian, sehingga data yang diperoleh merupakan deskripsi-deskripsi hasil yang akurat dalam proses perincian maupun penyimpulan. Ketekunan pengamatan ini dilakukan sebagai upaya peneliti untuk melakukan pengamatan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu yang peneliti lakukan dengan harapan peneliti dapat melihat data dan informasi serta fenomena secara lebih cermat, terinci, dan mendalam terkait proses pelaksanaan bimbingan baca tulis qur’an. c. Triangulasi Triangulasi merupakan cara untuk melihat fenomena dari beberapa sudut, kemudian dilakukan verfikasi temuan dengan menggunakan berbagai sumber informasi dan teknik sebagai ilustrasi proses yang peneliti lakukan. Triangulasi ini tidak hanya sekedar menilai kebenaran data itu. Sehingga dengan demikian, peneliti mampu menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya dari satu cara pandang, akan tetapi peneliti memanfaatkan sumber, metode dan teori untuk periksaan data sehingga kebenaran data bisa diterima. Teknik triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber, metode dan teori.14 d. Pemeriksaan Sejawat Pemeriksaan sejawat ini di lakukan dengan cara mendiskusikan dengan rekan-rekan sejawat tentang proses dan hasil penelitian (baik itu hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh), sehingga peneliti mendapat masukkan dalam bentuk kritik, saran, arahan dan lain-lain atas kekurangan yang mungkin terjadi dalam melakukan penelitian. Teknik ini mengandung beberapa maksud, diantaranya adalah, agar peneliti dapat mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, kemudian diskusi dengan sejawat ini memberikan kesempatan awal yang baik sebagai bahan
14
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 74
74
pertimbangan berharga bagi proses pengumpulan data selanjutnya, dan analisis data sementara, serta analisis data akhir. e. Menggunakan Bahan Referensi yang Tepat Data dan informasi yang dikumpulkan dan ditulis dilengkapi dengan bahan-bahan referensi yang tepat. Hal ini berarti peneliti mengumpulkan referensi yang tepat dan ditulis oleh ahli dalam bidang yang sesuai dengan focus dan data yang dikumpulkan. Data yang di tulis di lapangan atau rekaman percakapan dapat dibandingkan ketepatanya dengan pendapat para ahli dalam referensi-referensi yang dikumpulkan.15
2. Kebergantungan (dependability) Kebergantungan merupakan subtstutuasi istilah reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif. Reliabilitas artinya dapat dipercaya. Dalam penelitian realibilitas ditunjukkan dengan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai.16 3. Kepastian (confirmability) Kepastian berasal dari konsep “objektivitas”. Menurut Scriven objektivitas berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.17 Dengan menggunakan teknik uraaian rinci. Uraian Rinci Teknik uraian rinci menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitianya sehingga uraian tersebut dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat peneliti yang diselenggarakan. Laporan tersebut harus sesuai dengan fokus penelitian.18
15
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. II, h.397 16 Ibid., h. 325 17 Ibid.. 18 Ibid.
75
F. Analisa Data Suatu langkah yang penting setelah pengumpulan data adalah analisis data, sebab dengan analisis data akan mendapat gambaran yang jelas tentang keadaan obyek dan hasil penelitan. Analisis data adalah proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi dan untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan.19 Dari pengertian di atas adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:20 1. Pengumpulan data mentah Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.21 2. Reduksi data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dibaca dan dipelajari, maka langkah selanjtnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkaitan dengan proses menyeleksi, memfokuskan, dan mentransformasikan data mentah yang diperoleh melalui penelitian.22 3. Penyajian Data Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan
19
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010) ,Cet. I, h. 85 20 Djama’an Satori, dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. V, h. 217 21 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 70 22 Ibid.
76
penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data berupa teks naratif yang menceritakan temuan penelitian.23
4. Penarikan Kesimpulan Setelah data yang terkumpul direduksi dan disajikan, langkah terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi, dengan menggunakan analisis model interaktif, analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, dan pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan dan sumber-sumber belajar yang sedemikian banyak direduksi untuk dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait dengan pelaksanaan bimbingan baca tulis AlQur’an di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta.24
23 24
Ibid, h.70-71 Ibid, 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan dalam bab ini mendiskripsikan hasil-hasil temuan yang didapatkan di lokasi penelitian, diawali dengan deskripsi data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi tentang variabel penelitian yaitu bimbingan baca tulis al-Qur‟an. Hasil penelitian ini diharapkan dapat disampaikan sesuai dengan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian. Penjabaran dan analisis yang dilakukan berdasarkan instrument yang telah ditetapkan sebelum terjun ke lokasi penelitian. Peneliti lebih memfokuskan pada pendalaman wawancara ditambah dengan observasi dan dokumentasi yang ada, sehingga sajian dalam pembahasan ini kental akan analisis dari peneliti.
A. Deskripsi Data 1. Data Observasi a. Tempat Pelaksanaan Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Pada tahap observasi, peneliti melakukan observasi di kelas VIII E. Kelas VIII E terletak di lantai III sebelah kanan ruang bimbingan konseling. Kelas ini dilengkapi dengan AC, proyektor, loker siswa terletak di belakang tempat duduk siswa, lemari buku sebagai pendukung sumber belajar lain terletak di depan kelas samping meja guru, papan tulis, meja guru, mading, tempat siswa berkreasi, misalnya pada tahun baru Islam tema mading tentang Islam, hari pahlawan tema mading tentang pahlawan, dan sebagainya. Tiap-tiap siswa memiliki tempat duduk dan kursi, terdiri 4 banjar horizontal, tiap banjar terdiri dari 4 baris vertikal, tiap baris diisi oleh dua siswa. Sistem tempat duduk selang-seling baris pertama diisi oleh perempuan, baris ke dua diisi oleh laki-laki dan seterusnya. Di depan kelas terdapat kotak sampah dan rak sepatu sehingga lingkungan kelas tampak bersih dan rapi. Suasana pra pembelajaran sangat kondisif, guru mempersilahkan siswa merapihkan masing-masing tempat duduknya, karena pada saat 77
78
itu telah berlangsung sholat zuhur berjamaah. Dan mempersilahkan siswa duduk di tempat duduk masing-masing. Setelah seluruh siswa merapihkan meja dan kursinya, duduk dengan rapih, lalu mereka mengeluarkan buku paket, dan menjawab salam pembuka dari guru. Sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan kesiapan siswa, dengan cara bertanya apakah sudah siap menerima pelajaran, dan bertanya adakah siswa yang belum hadir atau berhalangan hadir. Pada saat itu terdapat satu siswa berhalangan hadir karena sedang sakit.
b. Pelaku Pelaksanaan Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an 1) Peserta Didik Peserta didik di kelas VIII E berjumlah 28 siswa. terdiri dari 13 laki-laki dan 16 perempuan. Adapun latar belakang pendidikan peserta didik adalah 18 orang lulusan Madrasah Ibtadaiyah (MI) dan 11 orang lulusan Sekolah Dasar (SD). Dalam keseharianya pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan mengunakan seragam. dan jilbab bagi peserta didik perempuan. 2) Guru Guru al-Qur‟an Hadits di kelas VIII E adalah seorang guru perempuan bernama Ibu Alpiah, S.Pd.I, mengajar di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan sejak tahun 2012. Beliau merupakan guru rumpun bidang studi pendidikan agama Islam. Beliau mengajar pelajaran
al-Qur‟an Hadits. Selain itu, di luar kelas beliau
merupakan mentor kegiatan tahsin bagi peserta didik yang belum cakap membaca Al-Qur‟an. 3) Faktor lain Adapun faktor pendukung kecakapan membaca Al-Qur‟an siswa adalah diadakanya kegiatan habitual curriculum setiap senin sampai rabu dan tahsin al-Qur‟an setiap dua kali dalam satu minggu. Adapn kegiatanya adalah membaca asmaul husna bersama-sama, sholat dhuha berjama‟ah, doa dipimpin oleh siswa secara bergiliran,
79
tilawah, hafalan bacaan sholat beserta dengan arti, hafalan juz 30 dan surat-surat pilihan. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang kelas masingmasing dipimpin oleh wali kelas. Khusus untu hafalan, siswa dapat menyetorkan hafalan mereka di luar jam yang ditentukan kepada wali kelas atau guru agama Islam. Untuk kegiatan tahsin dikhususkan bagi siswa yang belum cakap membaca al-Qur‟an, setiap siswa mendapatkan mentor guru agama mendampingi, menyimak, dan membenarkan bacaan siswa.
c. Aktivitas Pelaksanaan Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Sebelum melanjutkan materi berikutnya, guru mengajukan pertanya tentang materi minggu lalu yaitu tentang kandungan surah alMa‟un dan hukum nun mati/ nun sukun. Pada saat itu materi yang sedang dibahas adalah mengenai kandungan surah al-Quraisy, guru tidak langsung menjelaskan namun terlebih dahulu guru melakukan bimbingan baca tulis al-Qur‟an khususnya pada surah al-Quraiys. Bimbingan ini bertujuan agar saat melafalkan surah al-Quraisy siswa mampu melafalkan dengan tartil, dan pada saat menuliskan surah alQuraiys siswa mampu menuliskan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah penulisan huruf hijaiyyah. Guru melafalkan surat al-Quraiys diikuti oleh siswa dengan tartil. Kemudian guru meminta siswa mengamati teks surah Al-Quraisy ayat demi ayat, lalu guru bertanya terdapat hukum bacaan apa saja yang terdapat pada tiap ayat dari surah al-Quraisy berdasarkan materi hukum bacaan yang telah mereka pelajari. siswa lain mendengarkan dan membenarkan apabila terdapat jawaban yang kurang benar. Lalu dilanjtkan dengan kegiatan menulis surat al-Quraisy di dalam buku tugas siswa. dan meminta perwakilan siswa menuliskan di papan tulis. Pada saat menuliskan ayat siswa saling bertanya bagaimana penulisan huruf hijaiyyah dan syakkalnya. Misalnya pada lafaz basmallah syakal mim pada lafaz “”الرحمن menggunakan alif kecil berdiri bukan fathah, dan penulisan lafaz “القريش
80
“ penulisan sha di akhir kata perutnya gendut atau tidak. Karena jika tidak gendut ia serupa dengan huruf ra‟. guru merespon jawaban siswa dengan mengucapkan, ahsanta/ahsanti, good, dan great kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Setelah selesai menuliskan surah al-Quraisy, siswa mengumpulkan tulisanya kepada guru, lalu guru mengoreksi dan menilai hasil tulisan siswa, seperti cara memberi syakkal, dan kaidah penulisan arab. Di akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan dan membenarkan tulisan siswa yang terdapat pada papan tulis. Sumber belajar yang digunakan adalah LKS, al-Qur‟an dan terjemahanya. Pada saat pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur‟an, guru menggunakan media yang tersedia di kelas, yaitu papan tulis, penghapus, spidol, dan penggaris. adapun metode yang diterapkan oleh guru yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi.
2. Data Wawancara a. Wawancara Kepala Madrasah Dalam upaya meningkatkan kualitas tenaga pendidik, madrasah memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada guru berupa kegiatan terprogram. pada pelaksanaanya kurikulum yang gunakan di Madrasah Pembangunan adalah dwi kurikulum. Kurikulum 2013 untuk siswa kelas tujuh, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk siswa kelas delapan dan Sembilan. Setiap akhir pekan kepala madrasah dan guru melaksanakan evaluasi mengajar. Sebagai kegiatan pendukung pembelajaran membaca dan menulis di luar kelas, madrasah melaksanakan kegiatan BBQ (bina baca Qur‟an) dan kemudian pada semester ini diganti dengan tahfidz dan tahsin. Tingkat pemahaman siswa diukur melalui hasil ujian, baik ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian kenaikan kelas. Dalam mendukung prestasi siswa madrasah melaksanakan event perlombaan baik dari tingkat sekolah, nasional, bahkan internasional. Kepala Madrasah berharap setelah lulus
81
dari Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan baik, dan menerapkan pembelajaran yang telah mereka dapat selama menimba ilmu di Madrasah.
b. Wawancara Guru Al-Qur’an Hadits Menurut guru al-Qur‟an Hadits tidak ada pembahasan yang sulit dalam
pembelajaran,
hanya
saja
siswa
kesulian
dalam
tool
pembelajaran al-Qur‟an Hadits yaitu membaca dan menulis bahasa Arab. Karena pembelajaran al-Qur‟an Hadits tidak terlepas dari membaca dan menulis ayat atau hadits, ditemukan terdapat siswa menuliskan “ain” seperti angka tiga.
Sehingga dalam menyikapi
kesulitan siswa guru berinisiasi melaksanakan bimbingan baca tulis alQur‟an
sebelum
memasuki
materi.
Adapun
langkah-langkah
pelaksanaanya adalah di awal pembelajaran guru membaca surat dengan tartil diikuti oleh siswa. Kemudian guru menunkuk beberapa siswa atau siswa menunjuk diri membaca ayat secara bergantian, dan siswa lain menyimak. Setelah membaca, guru meminta siswa menyebutkan hukum bacaan yang terkandung dalam surat berdasarkan hukum bacaan yang telah mereka pelajari. Siswa lain menyimak dan membenarkan apabila jawaban temanya kurang tepat. Selanjutnya guru meminta siswa menuliskan ayat atau hadits di buku tugas, lalu dikumpulkan kepada guru untuk dikoreksi dan di nilai. Guru meminta perwakilan siswa menuliskan di papan tulis dan siswa lain memperhatikan dan mengoreksi tulisan temanya. Dan diakhiri dengan koreksi guru. menurut guru setelah mengikuti bimbingan baca tulis alQur‟an hasil belajar siswa meningkat, dan siswa lebih hati-hati pada saat menulis dengan memperhatikan kaidah menulis yang benar.
c. Wawancara Siswa Peneliti melakukan wawancara kepada siswa. Yaitu siswa yang memiliki tingkat kognitifnya low, medium, dan high, dilihat
82
berdasarkan hasil belajar siswa. Siswa berbeda pendapat mengenai kesulitan pembelajaran al-Qur‟an Hadits. Kesimpulan yang peneliti peroleh ketiganya senang dengan diadakanya bimbingan baca tulis alQur‟an, karena sangat membantu siswa, pada saat ulangan siswa mampu menulis ayat dan sedikit terjadi kesalahan. Dan dengan membaca berulang-ulang sebelum materi dapat merangsang hafalan siswa. Karena salah satu output pembelajaran al-Qur‟an Hadits adalah menghafal ayat atau hadits. Ayat atau hadits yang guru sampaikan pada saat bimbingan adalah ayat atau hadits yang terdapat pada materi sehingga saling bersinergi.
3. Data Dokumentasi Dokumen yang dimaksud adaah hasil ulangan harian 1 al-Qur‟an Hadits siswa kelas VIII E. hasil belajar tersebut menunjukkan 9 siswa yang belum mencapai KKM. Kelas VIII E merupakan kelas regular, KKM pembelajaran al-Qur‟an Hadits adalah 75. Berbeda dengan kelas bilingual KKM yang ditetapkan adalah 78. Bagi siswa yang belum mencapai KKM guru melaksanakan remedial membaca surat al-Ma‟un beserta dengan arti. Pada materi surah al-Quraiys guru belum melaksanakan ulangan harian. Sehingga data hasil belajar yang peneliti dapat baru berupa data hasil belajar ulangan harian 1.
B. Pembahasan 1. Komitmen Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Peneliti melakukan wawancara ke Madrasah Pembangunan UIN Jakarta untuk melakukan penelitian tentag pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur‟an dan upaya yang dilakukan madrasah dalam meningkatkan kualitas
tenaga
pendidik,
sehingga
nama
Madrasah
Tsanawiyah
Pembangunan UIN Jakarta menjadi pilihan orang tua atau wali peserta didik dalam mendaftarkan putra putrinya di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.
83
Penyelenggara pendidik di Madrasah Pembangunan berjumlah 55 orang, terdiri dari 51 guru termasuk wakil direktur dan kepala madrasah, 4 orang tata usaha serta pustakawan, laboran dan karyawan. Madrasah Tsanawiyah Pembangun terdiri dari 4 lantai. Lantai satu terdiri dari ruang fotokopi, ruang UKS, ruang kepala madrasah, laboratorium ilmu pengetahuan alam, laboratorium komputer, kelas IX (A, B, C, F, G, H), dan toilet. Lantai dua terdiri dari ruang direktir, ruang guru, ruang BK, kelas IX (D, dan E), kelas VIII (H), dan toilet. Lantai tiga terdiri dari kelas, ruang tata usaha, VIII (A, B, C, D, E, F, G), ruang wakil kurikulum, dan toilet. Sedangkan lantai empat terdiri dari aula, kelas VII (A, B, C, D, E, F, G, H), ruang BK, dan toilet. Peneliti mengamati atmosfer keilmuan berlangsung
sangat
kental
dan
khas
akan
nuaansa
ke-Islaman,
kebersamaan, dan kekeluargaan. Jarak anatara guru dan siswa bagaikan sebuah keluarga besar masing-masing saling terbuka, bertegur sapa, dan menjunjung tinggi norma dan etika yang berlaku. Kualitas Madarsah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta sudah tidak diragukan, dalam kancah lembaga pendidikan Islam baik tingkat nasional maupun internasional. Indikator dapat diketahui dari alumni dan peserta didik yang telah turut berperan dalam beberapa ajang perlombaan, seperti musabaqah hafidz Qur‟an, sains, dan robotik berhasil memperoleh prestasi gemilang dan membanggakan bagi citra sekolah. hal ini dapat terlihat dalam table sebagai berikut: Tabel 4.1 Prestasi Peserta Didik Tahun 2015 NO.
LOMBA / EVENT Kontes Robot
1
Nasional 9KRON)
PRESTASI Juara I & II
TINGKAT
Kategori Kreatif &
Nasional
Soccer
2
Basket Putra
Juara I
Jabodetabek
3
Basket Putri
Juara I
Jabodetabek
4
Tari Saman
Juara I
Jabodetabek
84
MTQ Putra, Putri
5
Juara I, II
Jabodetabek
Juara I
Jabodetabek
Bulutangkis 6
Tunggal Putra Australian Mathematics
7
Competition (AMC)
The Best Student from School send more than 30
Internasional
participants
Di sisi lain, pemahaman agama, kemampuan intelektual, dan peningkatan kepribadian peserta didik merupakan perihal penting, yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik, selaras dengan visi, misi dan tujuan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Visi, misi, dan tujuan pendidikan merupakan bagian dari dasar filosofi menuju pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan argument di atas, sudah benar, dalam setiap jalur, jenjang, dan jenis pendiidikan perlu memiliki dasar filosofis sebagai pijakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas madrasah. visi dan misi yang telah ditorehkan menjadi semangat berjuang dalam mencerdaskan peserta didik dan menuntun pada kesadaran pengabdian kepada Allah SWT, bangsa dan negara. Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta memiliki visi “Menjadi lembaga pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi peserta didik serta perkembangan era global.”
Untuk
mendukung visi
tersebut,
Madarsah
Tsanawiyah
Pembangunan UIN Jakarta merumuskan misi yang sangat baik dalam proses pencapaian visi tersebut adapin misi Madrasah Tsanawiyah Pebangunan UIN Jakarta yaitu:
85
1. Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang akan melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komparatif. 2. Melakukan
pembinaan
kesehatan
fisik
sehingga
terbentuk
keseimbangan anatara kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani peserta didik serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat dan sehat. 3. Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia. 4. Melakukan
pembinaan
tenaga
pendidik
sebagai
tenaga
professional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar, kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia. 5. Melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang profesional, yang menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang tinggi, serta kepribadaian yang Islami. 6. Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran. 7. Melakukan pembinaan kemandirian dan team work melalui berbagai Aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakulikuler. Visi misi dan tujuan yang telah ditetapkan lembaga pendidikan menjadi pijakan dalam pengamalan pembelajaran yang berorentasi pada optimalisasi kinerja civitas penyelenggara pendidikan. Implementasi yang baik dan benar akan membawa perubahan yang signifikan dan terukur. Kepahaman atas perihal ini perlu senantiasa diinformasikan dan ditingkatkan secara terus menerus agar semua tetap bersinergi dalam proses perwujudan dari tujuan dan acuan bersama.
muhasabah kepentingan
86
Pimpinan Madrsah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta sangat mendukung penuh kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh seluruh dewan guru, hal ini tampak pada tersedianya fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai sehingga guru dapat memanfaatkan dan mengekplore kompetensi pedagogiknya dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik secara mudah dan baik. Bentuk apresiasi dan dukungan ini merupakan komitmen pimpinan Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta dalam peningkatan kualitas pembelajaran di madrasah tersebut. Dalam kualiatas
upaya
pembelajaran
meningkatkan di
Madrasah
Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta, kepala
menejemen
dan
kepala
unit
bersinergi membuat suatu program sebagai sarana peningkatan mutu sumber daya pendidik. Kepala madrasah mengemukakan bahwa seluruh tenaga pendidik di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Gambar 4.1 Wawancara Kepala Madrasah
mendapat perlakuan sama, dan diberikan fasilitas yang memadai dalam upaya
peningkatan mutu pendidik. “Madrasah memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada guru berupa kegiatan terprogram. kegiatan ini realisasi penyesuaian dan pencocokan dari program menejemen dan kepala unit. Program ini diikuti oleh seluruh tenaga pendidik baik bidang studi agama atau umum. Madrasah memfasilitasi apabila diperlukan pelatihan untuk tenaga pendidik khusus, baik dilaksanakan di madrasah atau luar madrasah. contoh pada hari selasa 4 september 2016 madrasah mendapat undangan pelatihan untuk guru al-Qur‟an Hadits di Pusat Pengembangan Studi al-Qur‟an, madrasah mengirim perwakilan untuk mewakili kegiatan tersebut.”1
1
Wawancara kepala madrasah pada 06 September 2016, terlampir pada h. 138
87
Dengan adanya pelatihan yang diberikan kepada tenaga pendidik secara
berkala
mengembangkan
akan
mampu
trobosan
meningkatkan
dalam
kegiatan
profesionalitas
pembelajaran.
dan
“Dunia
pendidikan harus berkembang, mengajar sama dengan dengan belajar, tenaga pendidik harus seantiasa belajar dan meng-upgrade diri, jika tidak mau belajar jangan menjadi guru.”2 Disamping itu, dengan pelatihan yang terseusun dan terjadwal akan mampu mengukur sejauhmana capaian para tenaga pendidik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, dan dapat menjadi bahan kajian evaluasi bersama demi terwujudnya pembelajaran yang menghasilkan output yang berkualitas. Secara
khusus,
guru
al-
Qur‟an Hadits telah melakukan pembelajaran sesuai dengan visi dan misi madrasah, hal ini menunjukkan bahwa guru alQur‟an Gambar 4.2 Observasi Belajar dan Mengajar
Jakarta.
Hadits
mengikuti
prosedur mengajar di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN
Mengingat akan pentingnya realisasi visi dan misi madrasah
Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta, salah satunya adalah Mengingat akan
pentingnya
realisasi
visi
dan
misi
madrasah
Pembangunan UIN Jakarta, salah satunya adalah
Tsanawiyah
“terkemuka dalam
pembinaan keislaman”, sehingga guru mata pelajaran al-Qur‟an Hadits melakukan trobosan untuk melaksanakan bimbingan baca tulis Al-Qur‟an sebelum memulai materi pembelajaran al-Qur‟an Hadits. Di awal masuk tahun ajaran baru guru meminta siswa menuliskan bismillah dan nama peserta didik dengan tulisan arab. Pada saat ini terdapat siswa yang tidak bisa menuliskan bismillah dan nama mereka, dan dijumpai terdapat siswa yang menulis huruf „ain terbalik menjadi angka tiga. “di awal masuk saya
2
Wawancara kepala madrasah pada 06 September 2016, terlampir pada h. 127
88
tidak langsung materi, saya minta siswa menuliskan bismillah dan nama mereka dengan tulisan arab.”3 Pada dasarnya di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan baca tulis alQur‟an belum menjadi mata pelajaran wajib layaknya al-Qur‟an Hadits, fikih, dan akidah akhlak, namun guru melihat kualitas membaca dan menulis siswa masih rendah. “Sebenarnya tidak ada materi yang sulit, hanya saja ketika anak-anak diajarkan bagaimana cara menulis huruf hijaiyyah anak-anak menganggap mudah, tetapi kenyataanya banyak yang belum bisa. Karena itu, guru mengajarkan mereka baca tulis dulu sebelum materi.”4 Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor kematangan pengetahuan pada jenjang pendidikan sebelumnya, atau memang siswa belum pernah belajar membaca dan menulis al-Qur‟an. Sebagaimana paparan kepala madrasah, “apaliagi disini kan berapa persenya dari umum, meskipun nggak selalu yang dari MI lebih bagus dari umum ataupun sebaliknya.”5 Berdasarkan latar belakang tersebut guru al-Qur‟an Hadits khususnya kelas delapan
berinisiasi melaksanakan
bimbingan baca tulis al-Qur‟an. Adapun kurikulum yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta adalah kurikulum 2013 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada pelaksanaanya kelas VII menerapkan kurikulum 2013, sedangkan kelas VIII dan kelas IX menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di kelas VIII sehingga kurikulum yang diterapkan adalah kurikulun tingkat satuan pendidikan (KTSP). Senada dengan hal tersebut, karena pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur‟an berlangsung pada saat pembelajaran Al-Qur‟an Hadits dan dilaksanakan oleh guru bidang studi
3
Wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada 22 April 2016, terlampir pada h. 134 Ibid. 5 Wawancara kepala madrasah pada 06 September 2016, terlampir pada h. 128
4
89
al-Qur‟an Hadits sehingga langkah-langkah pembelajaran mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikenal dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah, terdiri dari (1) ekplorasi, (2) elaborasi, dan (3) konfirmasi. Dalam hal ekplorasi, siswa mengikuti bacaan guru tentang ayat atau hadits yang sedang mereka pelajari, kemudian siswa membaca secara individu ayat yang terdapat dalam buku paket al-Qur‟an Hadits. Demikian pula dalam hal menulis setelah selesai membaca siswa menuliskan ayat atau hadits yang sedang mereka pelajari ke dalam buku tugas al-Qur‟an Hadits. Hal
elaborasi
beberapa
siswa
membaca ayat atau hadits dengan cara ditunjuk oleh guru atau menunjuk diri sendiri. Selain membaca siswa juga menyebutkan hukum bacaan yang terkanung dalam ayat atau hadist sesuai dengan hukum bacaan yang Gambar 4.3 Observasi Belajar dan Mengajar
mengomentari atau membenarkan
telah mereka pelajari. Dan siswa lain dalam penyebutan hukum bacaan.
Begitu juga dalam hal menulis. Perwakilan siswa maju ke dapan untuk menuliskan ayat atau hadits di papan tulis berdasarkan tiap kalimat ayat atau hadits. Misalnya materi pada saat itu adalah surah al-Quraisy, surah alQuraisy terdiri dari 4 ayat, sehingga siswa yang maju ke depan untuk Gambar 4.4 Observasi Belajar dan Mengajar
menuliskan ayat berjumlah 4 orang. Sedangkan siswa lain mengomentari
hasil dari tulisan temanya tersebut. Selain mengomentari siswa juga membenarkan tulisan yang mereka anggap belum benar. Dan mencatat pokok-pokok yang mereka anggap benar dari hasil kegiatan pengamatan.
90
Contoh pada saat temanya menyebutkan hukum bacaan siswa lain menggaris bawahi kata yang terdapat dalam ayat sesuai dengan hukum bacaan, misalnya: ِ لِيِلفmengandung hukum bacaan mad tabi‟i.6 Terakhir dalam hal konfirmasi, siswa mengumpulkan hasil tulisan ayat atau hadits kepada guru. Setelah itu guru dapat memberikan tanggapan dan masukan terkait temuan yang dilakukan oleh peserta didik. Tujuan Gambar 4.5 Observasi Belajar dan Mengajar
konfirmasi
ini
adalah
untuk
membenarkan dan menyempurnakan hasil pemahaman siswa atas pelajaran yang mereka dapat saat itu, agar pemahaman yang diteri sesuai dalam persepsi yang sama oleh peserta didik. Inisiatif, keseriusan dan komitmen guru al-Qur‟an Hadits dalam melaksanakan bimbingan baca tulis al-Qur‟an dalam pembelajaran alQur‟an Hadits dapat menjadi poin penting dan patut mendapat apresiasi. Hal ini dapat diketahui dari keterangan kepala madrasah bahwa guru alQur‟an Hadits meggunakan segenap potensi dan kemampuanya dalam memberikan pembelajaran yang baik. Selain itu, peserta didik bernama Zharfa menambahkan dengan diadakan latihan baca tulis al-Qur‟an mempermudah siswa menghafal dan menulis sebagai output pembelajaran al-Qur‟an Hadits dan membantu siswa pada saat ulangan karena sebelumnya mereka telah membaca berulang-ulang, menghafal dan berlatih menulis. “bisa nulis, bisa baca, dan kalau di baca ulang-ulang pas hafalan juga cepet bu.”7 Hemat peneliti, capaian ini merupakan gambaran dari efektifitasa bimbingan baca tulis yang dierapkan oleh guru al-Qur‟an Hadits.
6 7
Observasi aktivitas belajar mengajar pada 31 Agustus 2016, terlampir pada h. 124 wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 149
91
Komitmen lain yang diberikan pimpinan Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta terhadap peeningkatan pemahaman dan kecakapan keagamaan khususnya dalam bidang ulumul Qur‟an peserta didik
adalah
dengan
diharuskanya
seluruh
peserta
didik
untuk
melaksanakan shalat dzuhur, ashar dan sholat jum‟at berjama‟ah di masjid atau aula.
Dengan mengharuskan setiap peserta didik melaksanakan
ibadah dengan tertib diharapkan agar peserta didik terbiasa dengan pengamalan ajaran Islam. Setelah melaksanakan sholat berjama‟ah, maka dilaksanakan pembacaan doa yang dipimpin oleh peserta didik secara bergilir setiap kelas, dengan sering membaca arab, dapat melatih siswa melafalkan bahasa arab (huruf hijaiyyah) secara fasih. “kegiatanya itu sholat berjama‟ah, mengaji, dan berdoa bergiliran.”8 Selain itu, sebelum memulai pembelajaran setiap senin sampai rabu peserta didik diwajibkan mengikuti habitual curriculum (HC) di kelas masing-masing selama 45 menit (07:00-07:45).
Kegiatan ini berupa
membaca asmaul husna berjama‟ah, sholat dhuha dipimpin oleh wali kelas, dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh salah satu siswa secara bergilir. Pada hari senin setelah doa diisi dengan kultum secara bergilir sesuai dengan absen siswa. Pada hari selasa setelah doa diisi dengan membaca al-Qur‟an secara bergilir, kegiatan ini untuk mengetahui sejauh mana kualitas bacaan al-Qur‟an peseta didik. Dan pada hari rabu setelah doa diisi dengan hafalan surat-surat pendek dan ayat pilihan, disetorkan kepada wali kelas. Adapun kegiatan habitual lainya adalah kegiatan tahsin bagi peserta didik yang belum cakap membaca al-Qur‟an. Kegiatan ini sebagai materi tambahan dan penguat
pembelajaran di dalam kelasa.
Tahsin dilaksanakan dua kali dalam satu minggu setelah pulang sekolah, bagi peserta didik yang tergabung dalam kegiatan tahsin dan sengaja tidak hadir tanpa keterangan, guru memberikan punishment berupa nasehat, dan apabila telah melebihi tiga kali siswa tidak naik kelas berdasarka kesepakatan yang telah disetujui. “Bu sekarang tahsin wajib tau bu, kalau 8
Wawancara kepala madarsah pada 06 September 2016, terlampir pada h. 128
92
gak ikut sekali dapet panggilan sama pak mardi, jadi tahun ini gak bisa bolos alasan bimbel atau lain-lain bu, wajib tahsin bu.”9 Menurut peneliti, agenda rutinitas dan pembiasaan melafalkan bahasa arab, merupakan bentuk konkrit dari penyempurnaan pembelajaran agama,
implementasi
seperti
ini
merupakan
bagian
dari
upaya
meningkatkan kualitas bacaan siswa. Dengan adanya pembiasaan baik di dalam maupun di luar kelas bagi peserta didik, diharapkan dapat membekas dalam pemahaman dan pengamalanya, sehingga apa yang telah diperolehnya di madrasah dapat diimplementasikan
dalan kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan madrasah, lingkungan rumah, maupun lingkungan masyarakat. “ini kecakapan minimal aja yaaa, yang harus minimal ada, maunya si ekspektasinya tinggi gitu yaa, tapi minimal kalau anak ditanya sudah bisa baca al-Qur‟an dengan benar, mereka bisa sesuai dengan kompetensi yang kita ajarkan. Minimal untuk diri sendiri bisa dan untuk masyarakat.”10 Selain habitual, Tsanawiyah
kegiatan
yang
pimpinan
bersifat Madrasah
Pembangunan
juga
mendukung secara penuh kegiatan keorganisasian. Hal ini tampak pada diberikanya fasilitas dan dukungan Gambar 4.6 Kegiatan Siswa
pada fasilitas dan dukungan pada peserta didik yang tergabung dalam
organisasi siswa intra sekolah (OSIS) sebagi wadah peserta didik dalam mengembangkan
kompetensi
dan
kreativitas.Misalnya
OSIS
dan
konsorsium guru Pendidikan Agama Islam (PAI) bersinergi membuat agenda perlombaan pada acara hari besar Islam. Seperti lomba tahfidz, LCT agama, pidato, dan lain-lain. Atau bulan bahasa yang dilaksanakan oleh konsorsium bahasa dan OSIS. Salah satu cabang perlombaanya 9
wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 146 wawancara kepala madrasah pada 06 September 2016, terlampir pada h. 143
10
93
adalah komuni kata bahas arab. Prosedur perlombaan komuni kata adalah terdiri dari 5 peserta, berbaris, peserta paling depan mendapat kata atau kalimat dari panitia, kemudian membisikkan kepada peserta yang berbaris tepat dibelakanynya tanpa melihat teks dari panitia, dan seterusnya sampai
pada
peserta
ke
lima
bertugas
menuliskan kata/kalimat berdasarkan apa
yang
didengar.
Penilaian
berdasarkan
ketepatan
penulisan.
Dengan ketepatan Gambar 4.7 Komunikata
Penilaian penulisan.
berdasarkan Dengan
mengikuti cabang perlombaan ini
siswa akan mendapat pengalaman dan mengamalkan apa yang telah mereka dapat tentang kaidah-kaidah menulis arab dengan baik dan benar. “Setiap momen hari besar islam kita coba untuk melaksanakan kegiatan. Jadi bukan berarti sekolah libur, tapi pembelajaranya di luar. Contoh misalnya, kayak tahun baru islam kemarin, gitu kan, itu dilaksanakan setiap tahun dan itu biasanya ada lomba-lomba, itu tentang pengetahuan agama gitu yaa, jadi setiap event itu ada lomba antar kelas.”11 Selain cabang perlombaan antar kelas, pimpinan madrasah juga mengikutsertakan peserta didik dalam cabang perlombaan antar sekolah atau madrasah bahkan nasional. Misalnya pada tahun ini turut serta dalam cabang perlombaan Musabaqah Hafidz Qur‟an (MHQ) dan mendapatkan juara I. Hal ini tidak lepas dari peran kader-kader peserta didik yang mumpuni, oleh karenanya Madarsah Tsanawiyah Pembangunan berupaya mempersiapkan kader-kader yang unggul dengan cara senantiasa mengupgrade kegiatan pembelajaran, tidak hanya kegiatan di dalam kelas tetapi juga kegiatan di luar kelas. Ekstrakulikuler sebagai salah satu wadah mencetak kader-kader yang kompetitif dan unggul. “untuk tingkat luar 11
Wawancara kepala madrasah pada 06 September 2016, terlampir pada h. 131
94
kebetulan kalau misalnya memang ada sekolah lain, itu kita selalu ikutkan, karena memang kita, sudah punya, sekaligus ada ekskul, sebagai sarana melihat bibit-bibit yang bisa, untuk kita kirim. Seperti MTQ tahun ini yaa, apa namanya MHQ yaa, kita kirim kemarin sampai nasional.”12 Komitmen Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta terhadap kualitas pembelajaran harus pula senantiasa ditingkatkan berdasarkan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, agar visi, misi, dan tujuan madrasah dapat terealisasi dan tetap eksis dalam dunia pendidikan berbasis madrasah di tengah araus globalisasi. Senantiasa menberikan kontribusi kepada masyarakat, dengan cara memberikan trobosan pembelajaran yang baik agar peserta didik dan alimni yang dihasilkan dapat menjadi agen Islam yang membawa perubahan di tengahtengah masyarakat.
2. Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Guru sebagai garda terdepan dalam pembelajaran harus tampil baik dan apik dalam memberikan materi ajar, guru berani melakukan trobosantrobosan metode baru guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, terlebih guru al-Qur‟an Hadits yang melaksanakan pengajaran tentang sumber pokok pedoman umat Islam yaitu al-Qur‟an dan Hadits, maka seyogyanya pemahaman yang diberikan kepada peserta didik menjadi pemahaman yang utuh sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bekal sampai alam baka. Menurut Oemar Hamalik peran guru di sekolah adalah “memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, budaya maupun ekonimi.”13
12
Ibid. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012), Cet. VIII, h.33 13
95
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa pemahaman tentang trobosan metode pembelajaran menjadi landasan penting dalam pelaksanaan pembelajaran, setelah itu menentukan trobosan trobosan yang hendak dipakai dan diketahui implikasi kegunaanya yang berpusat pada peserta didik dalam pengembangan dan kemampuan kreatifitasnya. “Sebenarnya tidak ada yang sulit, hanya saja ketika anak-anak diajarkan bagaimana cara menulis huruf hijaiyyah anak-anak menganggap mudah, tetapi kenyataanya banyak yang belum bisa. Karena itu ibu ajarkan mereka baca tulis dulu sebelum masuk materi.” Berikut uraian dan temuan peneliti terkait dengn trobosan yang dilaksanakan oleh guru al-Qur‟an Hadits dalam pembelajaran al-Qur‟an Hadits kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta: a. Pelaksanaan dan Kegiatan Baca Tulis Al-Qur’an Madrasah Penbanguna UIN Jakarta memiliki pembelajaran yang kondusif dan berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan berdasarkan visi misi dan tujuan madrasah. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan dengan patokan kurikulum yang diterapkan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ruang lingkup pembelajaran al-Qur‟an Hadits tidak terlepas dari aspek membaca, menulis, memahami dan menghafalkan ayat al-Qur‟an atau teks Hadits. Namun sebelum melangkah pada tahap memahami dan menghafalkan hendaknya siswa mampu membaca dan menuliskan dengan tartil, baik dan benar. Karena berawal dengan kualitas bacaan tartil, maka selamanya apa yang telah mereka baca lalu hafalkan sesuai dengan kaidah bacaan huruf hijaiyyah dan mencapai derajat tartil. “Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid, Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat, dan hadis dalam memperkaya khazanah intelektual, menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.”
96
Berdasarkan latar belakang tersebut maka guru al-Qur‟an Hadits berinisiasi untuk melakasanakan bimbingan baca tulis al-Qur‟an sebelum memasuki materi pembelajaran al-Qur‟an Hadits. Mengingat kompetensi peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan berbeda-beda, dan masih perlu bimbingan. “Kadang anak-anak masih suka salah baca fa‟ jadi pa‟, cara baca alif, „ain, sya, sa, sha, qo, dan ka, masih belum bisa membedakan makhrajnya. setelah itu terus belajar penulisan. Pada saat penulisan ini banyak banget yang salah. Apalagi kelas satu Ya Allah parah banget, Nulis „ain kebalik jadi angka tiga.”14 (Wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada 25 Agustus 2016, terlampir pada hal 144) Perihal tentang membaca al-Qur‟an dengan tartil termaktub dalam Firman Allah SWT dalam surat al-Muzzammil ayat 4:
ِِِِِِِِِِ “atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. al-Muzzammil: 4)15 Selain faktor di atas, latar belakang yang melandasi pentingnya bimbingan baca tulis al-Qur‟an adalah berangkat dari keprihatinan guru Al-Qur‟an Hadits terhadap kompetensi bacaan siswa. Karena idealnya ketika peserta didik telah memasuki jenjang pendidikan Tsanawiyah minimal mereka bisa membaca dan menulis dengan tartil, baik dan benar. “mereka lancar bahkan hafal nyanyi dan nulis bahasa asing, tapi al-Qur‟an kitab sucinya pada nggak menguasai. Harusnya idealnya kalau siswa madrasah bisa. Suka sedih kalau denger anak-anak baca doa waktu upacara bendera, baca basmallah nggak bener, semua dibaca satu harakat. Harusnya kan memenuhi hak-hak huruf dan harakat yang tartil.”16
14
Wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada Kamis 25 Agustus 2016, terlampir pada h. 137 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2009), Cet. X, h.574 16 wawancara guru pada Kamis 25 Agustus 2016, terlampir pada h. 142 15
97
Dalam prakteknya, bimbingan baca tulis menjadi satu dalam muatan pembelajaran al-Qur‟an Hadits. Karena dalam praktiknya madrasah belum memfasilitasi pelaksanaan bimbingan baca tulis alQur‟an secara mandiri. “sebenarnya di MP itu nggak ada pelajaran BTQ, tapi melihat kondisi anak-anak pada salah baca, nggak bisa nulis akhirnya ibu terapin sendiri. Jadi di awal masuk ibu nggak langsung materi Qur‟an Hadits, ibu jelaskan dulu makhraj huruf dan cara penulisan.”17 Adapun langkah-langkah pelaksanaan bimbingan baca tulis alQur‟an adalah sama seperti pembelajaran lain, bimbingan dilaksanakan di dalam kelas dengan menerapkan strategi dan metode pembelajaran. hal ini sebagai wasilah agar materi ajar yang disampaikan dapat menarik perhatian peserta didik dan terciptanya pembelajaran yang baik. sebagaimana yang dipaparkan oleh Oca mengenai pelaksaan bimbingan baca tulis al-Qur‟an. “Kita baca bareng-bareng ikutin bu alif setelah itu baca masing-masing ditunjuk atau menunjukkan diri, terus kalau waktunya masih ada diminta nulis di buku latihan nanti di nilai, ada juga yang suruh nulis di papan tulis, nanti dinilai bareng-bareng tulisanya udah bener belum, kalau ada yang salah betulisan, nah kalau Gambar 4.8 nulis di bukunya belum slesai buat Wawancara Siswa PR bu, dan kami mengikuti belajar baca tulis bu, dan kami senang mengikuti belajar baca tulis bu, ijian kita jadi bagus.”18 Dalam pengamatan peneliti, kegiatan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan sangat kondusif dan dan berjalan dengan sangat baik, tenaga pendidik saling support dan selalu mengadakan evaluasi bersama dengan kepala madrasah setiap hari jum‟at setelah 17 18
wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada Kamis 25 Agustus 2016, terlampir pada h. 140 wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 149
98
pelaksanaan sholat jum‟at tentang perkembangan dan masalah yang dijumpai pada saat pembelajaran di masing-masing kelas. Dengan demikian
memudahkan
dalam
memberikan
informasi
dan
perkembangan terkini dari peserta didik, trik selain strategi dan metode yang dipakai dalam mengoptomalkan pembelajaran, dan bentuk-bentuk kendala
yang
dihadapai
dalam
pembelajaran.
perihal
saling
mengevaluasi dan mengingatkan antar sesama manusia telah termaktub dalam firman Allah dalam surat Al-„ashr ayat 3 ِِِِِِِِِِِ ِِِ “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. al-„Ashr: 3)19 b. Pemahaman Guru Tentang Baca Tulis Al-Qur’an Peneliti melakukan wawancara dengan guru al-Qur‟an Hadits, menanyakan perihal pelaksanaan bimbingan baca tulis Al-Qur‟an di Madarsah
Tsanawiyah
Pembangunan.
Guru
al-Qur‟an
Hadits
menyampaikan bahwa bimbingan baca tulis harus dilaksanakan, karena hal ini dapat menunjang pembelajaran lain seperti fikih, dan akidah akhlak. keduanya tidak terlepas dari membaca dan menuliskan ayat atau hadits. Selain itu juga dapat mempengaruhi kemampuan pada tahap pendidikan selanjutnya, hendaknya semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, semakin meningkat pula kemampuan yang dimiliki siswa. Melihat begitu pentingnya kemampuan membaca dan menulis pada siswa, maka peran guru sangat diperlukan dalam hal ini, guru hendaknya terus memberikan memotivasi kepada siswa agar cinta dan semangat mempelajari al-Qur‟an khususnya mempelajari baca dan tulis al-Qur‟an. Sehingga siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan baik dan 19
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahanya, (Bandung: Diponegoro, 2011), Cet. X, h.602
99
benar dengan memperhatikan makhorijul huruf, sifat-sifat huruf, tajwid, waqof dan mempertimbangkan ketartilan ynag optimal. Sebagaimana yang disampaikan oleh putri, “bu alif suka nasehati kalau anak madrasah harus bisa baca gitu.” Selain memberikan motivasi guru juga memberikan pujian terhadap siswa yang mampu membaca dengan tartil dan menulis dengan baik dan benar. “kalau kita bisa ibu bilang “bagus, ahsanta/ahsanti, good” gitu bu.”20 Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbunya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hemat peneliti, pelaksanaan baca tulis al-Qur‟an ini sangat baik jika terus dilaksanakan perbaikan dan pengembangan agar peserta didik merasa senang dalam mengikuti bimbinganya. Diketahui berdasarkan wawancara dengan siswa, siswaserentak menjawab senang mengikuti bimbingan baca tulis al-Qur‟an. “kami seneng bu.” Kemudian zharfa menambahkan, “senang bisa nulis, bisa baca, dan kalau di baca ulangulang pas hafalan juga cepet bu.”21 Selain itu guru al-Qur‟an Hadits menambahkan bahwa respon peserta didk terhadap akan materi bimbingan baca tulis al-Qur‟an berlangsung dengan baik dan kondusif. Dan hasil belajar peserta didik meningkat, sedikit dari mereka yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM). “hasilnya sangat bagus terbukti peserta didik yang sekarang duduk di kelas VIII, dahulu di kelas VII belum bisa apa-apa, dan sekarang jukup bagus, peserta didik lebih hatihati dan teliti pada saat menulis. Sehingga tulisan peserta didik sesuai dengan kaidah, rapi, dan mudah dibaca.”22 Hal ini juga diperkuat dengan argumen Kepala Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. “rata-rata ketuntasan peserta didik sudah bagus, karena diakhir syarat kenaikan kelas nilai raport tidak boleh merah, sehingga nilai 20
wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 149 Ibid. 22 wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada 25 Agustus 2016, terlampir pada h. 146 21
100
ujian peserta didik harus tuntas, dan melihat keseharuan siswa hanya beberapa yang tidak mencapai KKM, jika dirata-rata tidak sampai 20% setiap kelas, dari 32 anak hanya sekitar lima atau enam anak tidak lebih dari sepuluh.”23 Sudah nampak jelas bahwa pelaksanaan bimbingan baca tulis alQur‟an
sangat
diperlukan
oleh
peserta
didik,
dalam
upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendukung pembelajaran lain di sstuan lembaga pendidikan., dengan diadakanya bimbingan baca tuliis al-Qur‟an guru dapat mengetahui berbagai kebutuhan peserta didik sebelum, sedang, dan setelah menerima bimbingan baca tulis alQur‟an. Meskipun dalam pelksanaanya di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta bimbingan baca tulis al-Qur‟an masih menginduk pada mata pelajaran al-Qur‟an Hadits, baik di kelas VII maupun kelas VIII. Untuk lebih efektif dan efisien guru al-Qur‟an Hadits berharap bimbingan baca tulis al-Qur‟an menjadi muatan pembelajaran tersendiri, sebagaimana pembelajaran agama lain. “Perlu diadakan pelajaran BTQ, jadi bisa fokus, saya fokus mengajar di al-Qur‟an Hadist dengan optimal dan maksimal, dan ada guru yang fokus di pembelajaran BTQ juga demikian. Karena memang BTQ itu sangat penting, namun mengingat jam pelajaran di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan sudah cukup pada sehingga BTQ bergabung dengan pembelajaran al-Qurn Hadits, saya berusaha mengoptimalkan alokasi waktu yang telah ditentukan madrasah, agar pesan ajar tercapai.”24
c. Strategi dalam Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Sebagaimana pembelajaran lain, dalam pelaksanaanya bimbingan baca tulis al-Qur‟an juga tidak lepas dari peran strategi karena bimbingan baca tulis al-Qur‟an merupakan bagian dari pembelajaran alQur‟an Hadits. Strategi merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memiliki peran sentral dalam upaya membelajarkan siswa dan 23 24
wawancara kepala madrasah pada 06 September 2016, terlampir pada h. 130 wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada 22 Agustus 2016,terlampir pada h. 142
101
merupakan faktor penentu keberhasilan belajar. Guru yang piawai dan menguasai
strategi
tentunya
akan dapat
menciptakan suasana
pembelajaran menarik dan menyenangkan bagi siswa. Menurut Wina Sanjaya strategi adalah a plan of aperation achieving something. Strategi merupakan upaya yang strategis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyelaraskan konsistensi komponen-komponen pembelajaran untuk mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas hasil belajar.25 strategi merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Secara khusus, guru al-Qur‟an Hadits telah menggunakan strategi dengan mempertimbangkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hemat peneliti, penggunaan strategi harus diimbangi dengan pemahaman situasi dan kondisi peserta didik dan kelas agar materi dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Dalam pembelajaran strategi berkaitan erat dengan pendekatan. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. cara pandang ini terdapat pada titik yang berlawanan yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach). Oleh karenanya pendekatan merupakan cara umum
untuk melihat
persoalan atau objek sehingga diperoleh kesan tertentu. Hal ini dapat berpengaruh dalam pemilihan strategi yang cocok dalam pembelajaran. dalam pelaksanaanya Bimbingan baca tulis al-Qur‟an di Madarsah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta lebih dominan menekankan pada pendekatan berpusat pada guru (teacher sentris). Hal ini dibuktikan dengan argument siswa tentang metode yang sering digunakan guru pada saat bimbingan baca tulis al-Qur‟an adalah 25
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: direktorat Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. I, h. 38
102
metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.26 Berikut kerangka hubungan antara pendekatan, strategi dan metode :
Gambar 4.9 Bagan Pendekatan Pembelajaran
Berdasarkan kerangka hubungan antara pendekatan, strategi dan metode dapatdiketahui bahwa pelaksanaan bimbingan baca tulis AlQur‟an di Madarsah Tsanawiyah Pembangunan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori. “Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal.”27 Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorentasi kepada guru (teacher centered). Sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi yang disampaikan dapat dikuasai oleh siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik siswa. Menurt Wina Sanjaya terdapat beberapa karakteristik
strategi
ekspositori.
Pertama,
strategi
ekspositori
dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal. Oleh karenanya sering identik dengan motode ceramah. Kedua, materi pembelajaran yang disampaikan adalah materi yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus di hafal. Ketiga tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi itu sendiri. 26
wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 150 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta: Prenadamedia Geoup, 2014), Cet. XI, h.179 27
103
Dalam pelaksanaanya, terdapat beberapa langkah penerapan strategi
ekspositori
yaitu:
(1)
persiapan,
(2)
penyajian.
(3)
menghubungkan, (4) menyimpulkan, (5) penerapan. Dalam tahap persiapan guru mempersiapkan kesiapan siswa untuk menerima materi baca tulis al-Qur‟an. Hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan pendahuluan, guru mempersiapkan kesiapan belajar siswa dengan mengisi daftar kehadiran dan menyampaikan KD yang akan di bahas pada saat itu. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penyajian yaitu menyampaikan materi sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini diharapkan guru menggunakan bahasa yang komunikatif, memperhatikan intonasi suara sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan, menjaga kontak mata dengan peserta didik, dan menggunakan joke-joke yang menyegarkandan relevan agar peserta didik
tidak
cepat
merasa
jenuh.
Selanjutnya
korelasi,
yaitu
menghubungkan materi dengan pengalaman peserta didik, pada kegiatan guru mencoba me-recall ingatan siswa tentang hukum bacaan yang telah mereka pelajari di kelas VII. Lalu menyimpulkan, yaitu tahapan untuk memahami inti dari materi yang telah disajikan. guru mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok persoalan. Dan terakhir yaitu mengaplikasikan. Pada tahap ini guru meminta siswa membaca ayat atau hadits yang telah mereka pelajari secara ditunjuk atau menunjuk diri dan menuliskan ayat atau hadits di dalam buku tugas dan perwakilan menuliskan di papan tulis.28
d. Metode Pembelajaran dalam Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Metode merupakan suatu jalan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Metode adalah salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan dalam kegiatan belajar mengajar, metode sebagai salah satu komponen pokok bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Menurut Dra. Masitoh, M.Pd. dan Laksmi Dewi, M.Pd. Dalam pelaksanaanya 28
Observasi aktivitas belajar dan mengajar pada 31 Agustus 2016, terlampir pada h. 124
104
metode mengajar ditinjau dari segi proses memiliki fungsi-fungsi, yaitu: pertama sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. kedua sebagai gambaran aktifitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran. ketiga sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan alat penilaian pembelajaran. keempat sebagai bahan pertimbangan
untuk
menentukan
bimbingan
dalam
kegiatan
pembelajaran, baik bimbingan secara individu maupun kelompok. Selain itu pada kesempatan lain guru pernah menerapkan pendekatan berorentasi kepada (student centred) dengan menggunakan strategi pembelajaran inquiry. Metode yang digunakan dalam bimbingan baca tulis al-Qur‟an terbagi menjadi dua metodik yaitu metode umum dan khusus. 1) Metode Umum Metode umum merupakan metode yang dominan diterapkan oleh guru Al-Qur‟an Hadits dalam pelaksanaan bimbingna baca tulis alQur‟an, yaitu: a) Metode ceramah Karakteristik metode ceramah adalah metode ini lebih bersifat pemberian informasi berupa fakta dan ingatan, tergolong metode pembelajaran klasikal, dan pengalaman belajar
yang
diperoleh
siswa
diantaranya
berlatih
mendengarkan, menyimak, memahami konsep, prinsip, fakta, dan mencatat bahan pelajaran. b) Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukkan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. Dalam rangkaian bimbingan baca tulis al-Qur‟an guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru, atau sebaliknya guru meminta siswa
105
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru baik dengan cara ditunjuk atau menunjuk diri. Hal ini dibuktikan pada saat peneliti melakukan observasi di kelas VIII E dalam pelakanaan bimbingan baca tulis al-Qur‟an.29 Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, sitasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari,
baik
sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.30 Dengan menggunakan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pembelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian lebih baik dan sempurna. sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Zharfa “di awal pelajaran kita membaca ayat atau hadits bersama-sama,
mengikuti bacaan bu alif kemudian sendiri-
sendiri ditunjuk atau menunjuk diri.”31
2) Metode Khusus Selain metode umum di atas, metode pendukung yang diterapkan oleh guru adalah metode every one is a teacher here (setiap orang adalah guru). biasanya metode ini diterapkan pada materi hukum bacaan. Guru membagi materi kepada siswa tentang hukum bacaan. Misalnya pada saat itu sedang berlangsung materi hukum mim mati dan idgham, guru meminta siswa merangkum dan di akhir pembelajaran guru miminta beberapa di antara mereka menjelaskan tentang hukum mim mati dan idhgam.
Menurut
Melvin L. Silberman langkah-langkah metode every one is a teacher here (setiap orang adalah guru) adalah: 29
Observasi aktivitas belajar mengajar pada 31 Agustus 2016, terlampir pada h. 126 Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zaid, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. IV, h. 90 31 Wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 147 30
106
a) Bagikan kartu indeks kepada setiap peserta didik. Mintalah para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas. b) Kumpulkan kartu, kocok dan bagikan satu pada setiap siswa. Mintalah siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topic pada kartu dan pikirkan satu jawaban. c) Panggilah sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respons. Setelah diberi respons, mintalah yang lain di alam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang sukarelawan.32 Metode ini sangat efektif dalam melatih sikat disiplin, tanggung jawab, dan mandiri pada siswa. “Ibu minta mereka mempelajari materi kelas VIII materi tentang hukum mim mati dan idgham. Nah mereka itu merangkum, milih mau ikhfa‟ syafawi, idzhar syafawi, idgmom mimi, dan hukun idghomsetelah itu ibu menunjuk beberapa diantara mereka untuk menjelaskan ke depan, dan kegiatan ini berlangsung sangat kondusif.”33 Selain materi membaca dan menulis guru juga menambahkan materi hukum bacaan yang terkandung dalam surat yang sedang mereka pelajari. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh guru Al-Qur‟an Hadits “Kalau materi nulis tentang kaidah penulisan, kalau membaca tentang makhroj huruf, trus tajwid. Kelas VII materi tentang nun sukun, kelas VIII mim sukun, kelas IX hukum mad.”34 Hal ini juga diperkuat dengan argumen peserta didik tentang belajar ilmu tajwid. “nun mati, mim mati, idhom
32
Melvin L. Silberman, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Terj. dari Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Sarjuli, dkk., (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), Cet. VI, h. 172 33 Wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada 25 Agustus 2016, terlampir pada h. 140 34 Ibid., h. 137
107
mutamasilain, idgom mutajanisain, terus qolqolah, mad, pokoknya udah banyak bu.”35
e. Implikasi Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Berdasarkan keterangan yang peneliti kumpulkan terkait strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru al-Qur‟an Hadits terkait pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta dan dilaksanakan dengan baik. langkahlangkah pendekatan tersebut bermula pada pembentukan 3 ranah capaian yaitu ranah afektif (sikap), ranah kognitif (pengetahuan), dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini mengacu pada keberhasilan belajar menurut Benyamin S. Bloom. Dalam pelaksanaan pembelajaran, ketiga aspek tersebut terintegrasi dalam pemahaman peserta didik, sehingga materi ajar yang diterima bukan hanya sebatas dalam lingkungan pengetahuan saja, namum lebih dari itu menjelma sebagai sikap dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut uraian bimbingan baca tulis al-Qur‟an ditinjau dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
1. Ranah Kognitif Dalam ranah kognitif diorentasikan pada pengetahuan dan pemahaman peserta didik terkait materi ajar. Jika dihubungkan dengan bimbingan baca tulis al-Qur‟an yang dilaksanakan oleh guru al-Qur‟an Hadits, ranah yang diperankan pada peserta didik adalah dengan mengetahui dan memahami materi baca tulis al-Qur‟an meliputi membaca dengan tartil, menulis sesuai kaidah, dan menyebutkan hukum bacaan yang terkandung dalam ayat dan hadits. Peneliti mengkonfirmasi kepada guru al-Qur‟an Hadits terkait tingkat pemahaman dan pengetahuan peserta didik dalam aspek baca tulis al-Qur‟an dalam menunjang pembelajaran al-Qur‟an Hadits. 35
Wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 151
108
“hasilnya sangat bagus, ini sekarang kelas VIII yang dulunya kelas VII belum bisa apa-apa, sekarang lumayan tulisanya udah rapi. Mereka lebih hati-hati pada saat nulis dan bacaanya sudah mulai bagus.”36 Perihal ini dikarenakan tingkat pemahaman peserta didik yang tinggi dalam menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Peneliti juga melakukan studi dokumentasi untuk membuktikan tingkat pemahaman dan pengetahuan peserta didik. Dengan melihat hasil tes dari pelajaran al-Qur‟an Hadits, peneliti menemukan hasil belajar peserta didik menunjukkan nilai yang baik. hasil tes tertulis peserta didik kelas VIII E dapat dilihat pada lampiran. 2. Ranah Afektif Dalam ranah afektif diorentasikan pada penekanan sikap dan nilai yang dapat dilakukan dan dibiaskan oleh peserta didik dalam lembaga pendidikan. Jika dihubungkan dengan baca tulis al-Qur‟an, guru al-Qur‟an Hadits pada saat menyampaikan materi pelajaran, guru mampu menyebutkan nilai-nilai mempelajari al-Qur‟an dalam setiap paparanya. Di samping itu, sikap dan keteladanan guru juga menjadi faktor penting dalam mencontohkan kepribadian yang berlandaskan al-Qur‟an sehibgga dapat ditiru oleh peserta didik. Sikap dan keteladanan itu juga bukan hanya tugas guru al-Qur‟an Hadits saja, tetapi juga seluruh dewan guru dan civitas akademika madrasah. 3. Ranah Psikomotorik Dalam ranah psikomotorik difokuskan dalam penerapan dari pelajaran yang diterima oleh peserta didik. Psikomotorik berkaitan erat dengan kreatifitas yang dilakukan peserta didik baik di lingkungan madrasah maupun di luar lingkungan madrasah. Kreativitas peserta didik dapat terbentuk dari pengalaman dan pengamalan yang telah dilaluinya, porsi pengalaman dapat 36
Wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada 33 Agustus 2016, terlampir pada h. 146
109
diperolehnya
dari
sumber
bimbingan
guru
atau
dengan
mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti
mengkonfirmasi
kepada
guru
kepala madrasah,
menerangkan bahwa tingkat kreativitas dan keahlian peserta didik juga sangat baik. madrasah memberikan fasilitas dan kesempatan bagi bagi peserta didik yang ingin memperdalam dan mengasah kemampuanya baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Seperti memberikan fasilitas mentor tahfidz, panduan tahfidz bagi ekstrakulikuler tahfidz, marawis, dan pendalaman
membaca
al-Qur‟an.
fasilitas ruang untuk
Dalam
hal
keorganisasian
diberikan ruang dan dibimbing menjadi leader di kalangan peserta didik dengan mengadakan kegiatan OSIS, kegiatan hari-hari besar, dan sebagainya. Dalam pengamatan peneliti, peserta didik Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta telah mempraktikkan shalat berjama‟ah pada waktu sholat zuhur, holat ashar, sholat jum‟at, serta melaksanakan sholat sunnat dhuha setiap senin sampai rabu di masing-masing kelas, berdoa secara bergilir, dan membaca al-Qur‟an sebelum belajar. Rutinitas inplementasi seperti ini merupakan sebuah bentuk praktik nyata sehingga dapat membekas menjadi kebiasaan peserta didik.
f. Sistem Penilaian Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Dalam pelaksanaan bimbingan baca tulis al- guru belum menerapkan standar acuan penilaian baku dalam mengukur kecakapan peserta didik. Baik penilaian yang dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung (penilaian proses) maupun setelah kegiatan belajar mengajar (penilaian hasil atau produk), atau latihan baik pre-test maupun post-test, dan pekerjaan rumah (PR), sebagai tolak ukur pemahaman siswa. “Kalau PR jarang, soalnya pas habis materi langsung praktek, kalau latihan ibu bagi kertas HVS, boleh digaris, ibu
110
persilahkan mereka bereksplorasi pake garis boleh biar mereka terbantu menulis arab.”37 Hal tersebut juga senada dengan pernyataan putri, “Gak pernah ada PR bu, yaa PR nya kalau yang belum slesai nulis, kalau udah yaa gak punya PR bu.”38
g. Kendala Pelaksanaan Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Peneliti
menanyakan
tentang
kendala
dalam
pelaksanaan
bimbingan baca tulis al-Qur‟an di dalam kelas, jawaban dari guru adalah belum tersedia sumber ajar dalam bimbingan baca tulis alQur‟an sehingga dalam penerapanya guru berpatokan pada buku alQur‟an Hadtis, dan mendisain bimbingan baca tulis berdasarkan materi ajar al-Qur‟an Hadits. “Kalau buku khusus BTQ nggak ada, kalau sumber belajar baca tulis dari al-Qur‟an Hadits dan al-Qur‟an.”39 Hal ini juga di dukung oleh pendapat Putri bahwa jika alokasi waktu pembelajaran kurang guru melewati bimbingan menulis, hanya mengajarkan membaca dengan tartil. Pada aspek menulis guru meminta siswa menulis di buku tugas kemudian dikumpulkan lau dikoterksi oleh guru. “tapi kalau nulis tergantung waktu bu, paling pas lagi ngumpulin tulisan ibu bunderin tulisan kita yang belum bener bu.”40
37
Wawancara guru Al-Qur‟an Hadits pada 25 Agustus 2016, terlampir pada h. 140 Wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 151 39 op.Cit, h. 138 40 Wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 148 38
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan temuan peneliti dan pembahasan dapat peneliti simpulkan bahwa kegiatan bimbingan baca tulis al-Qur’an dilaksanakan karena masih banyak siswa Madarash Tsanawiyah Pembangunan khususnya kelas VIII belum cakap membaca dan menulis dengan baik dalam pembelajaran alQur’an Hadits. Kegiatan bimbingan baca tulis al-Qur’an berupa kegiatan habitual curriculum, dilaksanakan sebelum memasuki materi pembelajaran al-Qur’an Hadits dan menginduk pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits. kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan inisasi dari guru al-Qur’an Hadits, dengan tujuan untuk menghadirkan solusi pembelajaran terbaik dan dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran al-Qur’an Hadits yang notabene tidak terlepas dari membaca dan menulis teks arab yang terkandung dalam ayat al-Qur’an atau Hadits. Sebagaimana pembelajaran yang terkandung dalam kelikuler, bimbingan baca tulis al-Qur’an juga menerapkan pendekatan, strategi, dan metode yang mengacu pada tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar, peserta didik antusias dalam mengikuti kegiatan bimbingan baca tulis al-Qur’an. Selain itu, berdasarkan wawancara peserta didik, peserta didik senang mengikuti bimbingan baca tulis al-Qur’an. Dengan dilaksanakanya bimbingan baca tulis al-Qur’an, pada saat ujian peserta didik mudah dalam mengingat materi pembelajaran alQur’an Hadits tentang menulis dan membaca teks ayat atau Hadits. guru alQur’an Hadits juga memaparkan, dengan dilaksanakanya bimbingan baca tulis al-Qur’an hasil belajar peserta didik meningkat, dan guru berharap bimbingan baca tulis al-Qur’an menjadi muatan kurikuler, sehingga tersedia alokasi waktu yang memadai dan pembelajaran yang terstruktur baik dalam pelaksanaan maupun penilaian.
111
112
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, bahwa bimbingan baca tulis al-Qur’an dapat membuat siswa senang terhadap mata pelajaran al-Qur’an Hadits, menumbuhkan
kehati-hatian
pada
saat
menulis
arab,
serta
dapat
meningkatkan hasil belajar al-Qur’an Hadits. Oleh karena itu, maka bimbingan baca tulis al-Qur’an perlu dilanjutkan dengan lebih baik lagi. Perlu diterapkanya metode yang variatif dan menyenangkan, serta perlu dilakukan penilaian dengan menggunakan format penilaian yang lebih praktis dan terukur.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan peneliti, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan hendaknya tetap ditingkatkan dan dikembangkan kea rah yang lebih baik. 2. Kepala Madrasah sebagai leader dan supervisor agar kontinyu membimbing, guru, staf, dan kayawan penyelenggara pendidikan untuk bersama-sama mewujudkan implementasi pembelajaran secara baik dan professional. 3. Mengingat pentingnya pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur’an hendaknya madrasah menerapkan bimbingan baca tulis al-Qur’an sebagai mata pelajaran atau muatan lokal. 4. Guru al-Qur’an Hadits terus berupaya mengembangkan trobosan-trobosan dalam pembelajaran agar pesan ajar tercapai dengan baik, dan mengarahkan keberhasilan pembelajaran dan kualitas peserta didik pada 3 ranah capain; kognitif, afektif dan psikomotorik. 5. Dalam pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur’an hendaknya guru menggunakan metode cara membaca al-Qur’an beserta dengan sumbernya. Misalnya metode qira’ati, metode maghdadi, atau metode ummi. Sehingga bimbingan lebih terarah dan siswa dapat membaca dan mempelajari
113
kembali materi yang telah disampaikan guru. dan dalam metode penulisan guru dapat mengadopsi metode penulisan bahasa arab yaitu metode imla’ (dikte). 6. Dalam pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur’an hendaknya guru menerapkan format penilaian, sehingga guru dapat melihat dan mengukur kecakapan yang telah dicapai oleh siswa, sehingga tidak terjadi simpang siur terhadap penilaian bimbingan baca tulis al-Qur’an atau pembelajaran al-Qur’an Hadits. 7. Penelitian ini masih terbatas pada visualisasi pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur’an saja, peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain seputar dengan penelitian tindakan kelas, atau menambahkan lokasi penelitian agar terdapat suatu analisa perbandingan antara masing-masing penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja Prawira, Purwa.Psikologi Pendidikan dalam Presepektif Baru.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.2012. Arikunto, Suharismi.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2012. Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia.Al-Qur’an dan Tafsir.Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf.t.t. Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.2015. Bahri, Syamsul.Cepat Pintar Membaca Menulis Al-Qur’an,.Bumi Aksara: Jakarta.1993. Damsar.Pengantar Sosiologi Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2011. Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya.Bandung: Diponegoro.2009. Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahsa Indonesia.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2012. Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2012. Depdiknas.Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP.Jakarta: Direktoriat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Menengah.2007. Emzir.Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.2010 Faridi, Miftah dan Agus Syihabudin,.Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama.Bandung: Pustaka.1989. Fathoni, Ahmad.Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisuro.Jakarta Selatan: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta.2014. Gunawan, Imam.Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.Jakarta: PT Bumi Aksara.2003.
114
115
Guntur
Tarigan, Henry.Membaca Sebagai Berbahasa.Bandung: Angkasa.2008.
.
Suatu
Keterampilan
.Menulis sebagai Suatu eterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa, 2008.
Hamalik, Oemar.Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2009. .Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara.2015. .Psikologi Algesindo.2012.
Belajar
dan
Mengajar.Bandung:
Sinar
Baru
.Psikologi Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Algesindo.2012. Hikmah, Qash al_tha a.“Macam-Macam-Metode-Pembelajaran Qur’an”.http//www.qashthaalhikmah.blogspot.co.id.2016
Al-
Hikmawati, Fenti.Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010. J. Moleong, Lexy.Metodologi Penelitian Kualitatif,.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2010. Jalaludin.Metode Tunjuk Silang Membaca Al-Qur’an.Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusar.1998. K Yin, Robert Studi Kasus Desain dan Metode.Terj. dari Case Study Research Design and Methods oleh M. Djauzi Mudzakir.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.2002. Ketut Sukardi, Dewa.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta: PT Rineka Cipta.2008. L. Silberman, Melvi.101 Strategi Pembelajaran Aktif, Terj. dari Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Sarjuli, dkk.Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.2009. Majid, Abdul.Panduan Lengkap Ilmu Tajwid,Terj. dari Al-Wadhih fi Ahkami atTajwid oleh Muhammad Isham Muflih al-Qudhat.Jakarta: Turos.2015. Madjid Khan, Abdul.Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari Hafash.Jakarta: Amzah.2013. Masitoh dan Laksmi Dewi.Strategi Pembelajaran.Jakarta: direktorat Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia.2009.
116
Mulyasa , E..Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013,.Bandung: 2014. Muthahar Ahmad bin Abdul Rahman Jinan.Surabaya: ’Ashriyyah, t.t.
Al-Maraqi
As-Samarani,.Syifaul
Nata, Abuddin.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Gaya Media Pratama.2005. .Atay-Ayat Persada.2010.
Pendidikan
Tafsir.Jakarta:
PT
Rajagrafindo
.Persepektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2009. Neni Iska, Zikri.Pengantar Bimbingan dan Konselin.Jakarta: Kizi Brother’s. 2012. Purwadaminto, W.J.S. Kamus Besar Bahas Indonesia.Jakarta: Balai Pustak.1976. Purwanto MP, Ngalim.Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2011. Qathan, Manna Al.Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. dari Mabaahits fi Ulumil Qur’an oleh Aunur Rafiq El-Mazni.Jakarta:Pustaka AlKautsar.2011. Ramly, H. Masyur Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.2008. Rifa’i, NH.Pedoman Ibadah.Jombang: Lintas Media.t.t. Rosyid, Abdul, dkk.Cara Cepat Belajr Al-Qur’an: Juz Amma Metode Baghdadi.Tangerang Selatan: Pusat vdan Pelatihan Pengembangan Metode Baghdadi.2016. Sanjaya, Wina.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2010. .strategi Pembelajaran Berorentasi Pendidikan.Jakarta: Prenadamedia Group.2006.
Standar
Proses
Satori, Djama’an dan Aan Komariah.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta.2013. Shalih,Subhi as.Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Terj. dari MAabahits fi UlumilQur’an oleh Tim Pustaka Firdaus.Jakarta: Pustaka Firdaus.2011.
117
Strauss , Anselm & Juliet Corbin.Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.Terj. dari Basics of Qualitative Research oleh Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2009. Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.2013. Sugono, Dendy dkk.Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2010. Suharto, Toto.Filsafat Pendidikan Islam.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.2014. Sujana, Nana.Dasar-dasar Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Aglesindo.1988. Supian.Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Praktis.Jakarta: Gaung Persada Press.2012. Sutrisno.Metodologi Research 2.Yogyakarta: Andi Offset.1991. Suyono, dan Hariyanto.Belajar dan Pembelajaran.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2012. Syah, Muhinni.Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2011. Syaodih Sukmadinata, Nana.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2009. Syarifuddin, .Mendidik Anak Membaca, Qur’an,.Jakarta: Gema Insani.2004.
Menulis,
Tohirin.Psikologi Pembelajaran Persada.2005.
Islam.Jakarta:PT
Agama
dan
Mencintai
Al-
Rajagrafindo
.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi.Jakarata: PT Rajagrafindo Persad.2007. Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Nasional,.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2005. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.1998.
Akbar,
Sistem
Metodologi
Pendidikan
Penelitian
Usman, Basyruddin.Metodologi Pembelajaran Agama Islam,.Jakarta Selatan: Ciputat Press.2002. W Creswell, John RESEARCH DESIGN Prndekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan campuran, Terj. dari RESEARCH DESIGN Qualitative,
118
Quantitative, and Mixed Methods Approaches oleh Achmad Fawaid dan Rianayati Kusmini Pancasari.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2016. Walgito, Bimo.Bimbingan + Konseling.Yogyakarta: Penerbit Andi.2010. Yusuf,
Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Gabungan.Jakarta: Prenadamedia Group.2015.
&
Penelitian
Yusuf , Syamsul dan Juntika Nurihsan.Landasan Bimbingan Konseling.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014. Zaini, Hisyam, dkk.Strategi Pembelajaran Aktif.Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.2008. Zuhairin.Metodologi Penelitian Agama.Solo: Ramdani.1983.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR
1. Nama Mahasiswa
: Arruum Arinda
2. Tempat Observasi : Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta 3. Kelas
: VIII E
4. Mata Pelajaran
: al-Qur’an Hadits
5. Waktu
: 13:00-14:15 WIB
6. Tanggal
: 31 Agustus 2016
No.
Indikator
Deskripsi
I Tempat Pelaksanaan Bimbingan Baca Tulis alQur’an 1. Kondisi Ruang Kelas
Kelas VIII E terletak di lantai III sebelah
kanan
ruang
bimbingan
konseling. Kelas ini dilengkapi dengan AC, proyektor, loker siswa terletak di belakang tempat duduk siswa, lemari buku sebagai pendukung sumber belajar lain terletak di depan kelas samping meja guru, papan tulis, meja guru, mading,
tempat
siswa
berkreasi,
misalnya pada tahun baru Islam tema mading tentang Islam, hari pahlawan tema mading tentang pahlawan, dan sebagainya. Tiap-tiap siswa memiliki tempat duduk dan kursi, terdiri 4 banjar horizontal, tiap banjar terdiri dari 4
119
120
baris vertikal, tiap baris diisi oleh dua siswa. Sistem tempat duduk selangseling
baris
pertama
diisi
oleh
perempuan, baris ke dua diisi oleh lakilaki dan seterusnya. Di depan kelas terdapat kotak sampahdan rak sepatu sehingga
lingkungan
kelas
tampak
bersih dan rapi. 2. Suasana
Kegiatan
Belajar Guru
Mengajar
mempersilahkan
merapihkan
siswa
masing-masing
tempat
duduknya, karena pada saat itu telah berlangsung sholat zuhur berjamaah. Dan mempersilahkan siswa duduk di tempat duduk masing-masing. Setelah seluruh siswa merapihkan meja dan kursinya, duduk dengan rapih, lalu mereka mengeluarkan buku paket, dan menjawab salam pembuka dari guru. Sebelum
memulai
pelajaran,
guru
menanyakan kesiapan siswa, dengan cara
bertanya
menerima
apakah
pelajaran,
sudah dan
siap
bertanya
adakah siswa yang belum hadir atau berhalangan hadir. Pada saat itu terdapat satu siswa berhalangan hadir karena sedang sakit. II Pelaku bimbingan baca tulis al-Qur’an 1. Guru al-Qur’an Hadits
Guru al-Qur’an Hadits di kelas VIII E adalah
seorang
guru
perempuan
121
bernama Ibu Alpiah, S.Pd.I, mengajar di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan sejak tahun 2012. Beliau merupakan guru rumpun bidang studi pendidikan agama Islam. Beliau mengajar pelajaran al-Qur’an Hadits. Selain itu, di luar kelas beliau merupakan mentor kegiatan tahsin bagi peserta didik yang belum cakap membaca al-Qur’an. 2. Peserta Didik
Peserta didik di kelas VIII E berjumlah 28 siswa. terdiri dari 13 laki-laki dan 16 perempuan. Adapun latar belakang pendidikan peserta didik adalah 18 orang lulusan Madrasah Ibtadaiyah (MI) dan 11 orang lulusan Sekolah Dasar (SD). Dalam keseharianya pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan mengunakan seragam. dan jilbab bagi peserta didik perempuan. setiap hari rabu seluruh peserta didik memakai batik, tidak dimasukkan bagi peserta didik laki-laki dan dimasukkan bagi peserta didik perempuan. dan pada hari jum’at seluruh peserta didik memakai baju putih panjang dan celana atau rok putih panjang. Selain dua hari itu peserta didik memakai baju biru putih.
3. Faktor Pendukung di Luar Adapun faktor pendukung kegiatan Kelas
belajar mengajar adalah peran wali kelas dan guru agama. Setiap senin
122
sampai
rabu
pagi
di
Tsanawiyah melaksanakan dengan
Madrasah
Pembangunan kegiatan
habitual
dinamakan
curriculum
(HC).
Adapn kegiatanya adalah membaca asmaul husna bersama-sama, sholat dhuha berjama’ah, doa dipimpin oleh siswa secara bergiliran, tilawah, hafalan bacaan sholat beserta dengan arti, hafalan juz 30 dan surat-surat pilihan. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang kelas masing-masing dipimpin oleh wali kelas. Khusus untu hafalan, siswa dapat menyetorkan hafalan mereka di luar jam yang ditentukan kepada wali kelas atau guru agama Islam. Untuk siswa yang belum
cakap
membaca
al-Qur’an
madrasah memberikan fasilitas berupa kegiatan tahsin dua kali dalam satu minggu setiap pulang sekolah. dalam kegiatan ini setiap siswa mendapatkan mentor
guru
agama.
Kegiatan
ini
sebagai sarana kegiatan pendukungdan pengayaan pembelajaran di dalam kelas. III Aktivitas bimbingan baca tulis al-Qur’an 1. Proses Belajar Mengajar
Sebelum
melanjutkan
materi
berikutnya, guru mengajukan pertanya tentang materi minggu lalu. Tujuanya adalah mengetahui tingkat pemahaman
123
siswa tentang materi yang telah mereka pelajari. Selain itu juga guru me-recall ingatan siswa pada materi di kelas VII, yaitu tentang hukum nun mati/ nun sukun. Karena pada materi kali ini sedang
membahas
tentang
hukum
bacaan yang terdapat pada surah alQuraisy.
Namun
pada
saat
akan
memulai pembelajaran materi baru guru tidak menyebutkan atau menjelaskan kompetensi yang hendak dipelajari. 2. Kegiatan bimbingan BTQ
Pada saat itu materi yang sedang dibahas adalah mengenai kandungan surah al-Quraisy, guru tidak langsung menjelaskan namun terlebih dahulu guru melakukan bimbingan baca tulis al-Qur’an khususnya pada surah alQuraiys. Bimbingan ini bertujuan agar saat melafalkan surah al-Quraisy siswa mampu melafalkan dengan tartil, dan pada saat menuliskan surah al-Quraiys siswa mampu menuliskan dengan baik dan
benar
penulisan
sesuai huruf
dengan hijaiyyah.
kaidah Guru
melafalkan surat al-Quraiys diikuti oleh siswa dengan tartil. Kemudian guru meminta siswa mengamati teks surah al-Quraisy ayat demi ayat, lalu guru bertanya terdapat hukum bacaan apa saja yang terdapat pada tiap ayat dari surah al-Quraisy berdasarkan materi
124
hukum bacaan yang telah mereka pelajari.
Lalu
dilanjtkan
dengan
kegiatan menulis surat al-Quraisy di dalam buku tugas siswa. dan meminta perwakilan siswa menuliskan di papan tulis. 3. Keaktifan Peserta Didik
Guru memfasilitasi adanya interaksi antar siswa dengan cara guru meminta beberapa siswa menuliskan surah alQuraisy di papan tulis dan siswa yang lain menanggapi hasil tulisan temanya, selain itu juga saat guru meminta siswa menyebutkan hukum bacaan dalam tiap ayat
surah
al-Quraisy
mendengarkan
dan
siswa
lain
membenarkan
apabila terdapat jawaban yang kurang benar. Pada saat menuliskan ayat siswa saling bertanya bagaimana penulisan huruf
hijaiyyah
dan
syakkalnya.
Misalnya pada lafaz basmallah syakal mim pada lafaz “ ”الرحمنmenggunakan alif kecil berdiri bukan fathah, dan penulisan lafaz “ “ القريشpenulisan sha di akhir kata perutnya gendut atau tidak. Karena jika tidak gendut ia serupa dengan huruf ra’. 4. Pendekatan,
Strategi,
Metode Pembelajaran
dan Dalam pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur’an pendekatan berpusat pada
guru.
Guru
memberikan
kesempatan bertanya kepada siswa,
125
dengan cara guru menanyakan kepada siswa apakah sudah paham dengan materi yang mereka pelajari hari ini, jika ada materi yang belum paham guru mempersilahkan
siswa
mengangkat
tangan dan guru mempersilahkan materi apa yang belum mereka pahami. Namun padaa saat itu tidak ada siswa yang bertanya sihingga dapat disimpulkan bahwa siswa telah memahami materi yang disampaikan pada saat itu. Karena tidak ada siswa yang bertanya pada saat sesi Tanya jawab, sehingga guru yang bertanya kepada siswa yaitu tentang hukum bacaan yang terdapat pada tiap ayat pada surah al-Quraisy, beberapa siswa menanggapi pertanyaan guru dan guru merespon jawaban siswa dengan mengucapkan, ahsanta/ahsanti, good, dan great kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar. berdasarkan uraian kegiatan di atas dapat diketahui metode yang diterapkan adalah
metode
ceramah,
metode
demonstrasi dan metode tanya jawab. 5. Sumber belajar
Sumber belajar yang digunakan adalah LKS, al-Qur’an dan terjemahanya.
6. Alat dan Media Pendukung
Pada saat pembelajaran guru hanya menggunakan media sederhana, yaitu papan tulis, penghapus, spidol, dan
126
penggaris. terfokus
dan Sehingga kegiatan pada
kegiatan
di
depan
kelas,yaitu saat guru meminta siswa menuliskan surah al-Quraisy,
guru
kurang bereksplorasi, sehingga pada saat jam pelajaran terakhir dijumpai siswa
yang
semangat
menurun,
karena
belakang
dan
ia
belajarnya
duduk
jarang
paling
mendapat
kesempatan duduk di depan, dan tulisan yang ditulis temanya di papan tulis kurang terlihat, sehingga ia mengeluh “ibu pengen pindah tempta duduk, saya duduk di belakang terus.” 7. Penilaian
Setelah selesai menuliskan surah alQuraisy, siswa mengumpulkan tulisanya kepada guru, lalu guru mengoreksi dan menilai hasil tulisan siswa, seperti cara memberi syakkal, dan kaidah penulisan arab.
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA MADRASAH
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/ Tanggal
: Kamis, 06 September 2016
Waktu
: 14:00 WIB
Lokasi
: Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta
Sumber Data
: Kepala Madrasah Tsanawiyah Pembangunan
A:
Menurut ibu apa bentuk dukungan dan fasilitas yang diberikan pimpinan madrasah bagi guru PAI dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran al-Qur’an Hadits?
B: Sebenarnya kalau di MP itukan memang eee.., sudah terjadwal gitu yaa, jadi awal semester tu sudah ada ini program, gitu yaa, jadi baik program dari tingkat menejemen maupun dari kepala apa namanya ee… kepala unit, kepala unit melaporkan programnya seperti apa. Dan itu nanti di cocokkan gitu, jadi namanya program peningkatan SDM. Peningkata SDM guru gitu yaa, kepala unit punya program, menejemen juga punya program, dicocokkan pelatihan yang sama apa kira-kira, jadi nanti kita di ee.., diinfokan gitu yaa, nanti ee.. tidak sendiri yaa pelatihanya. Untuk peningkatkan SDM kita berusaha untuk selalu lakukan pelatihan, jadi tidak hanya guru al-Qur’an hadits yaa, jadi ini ee ini untuk semua, jadi ini untuk yang umum dulu, untuk yang khusus, jadi nanti kalau misalnya ada yang kita laksanakan misalnya guru matematika. Kayak kemaren misalnya ada undangan untuk guru qur’an hadits dari PSQ, yaa kita kirim guru qur’an hadits, pak romli yaa. Katakana kalau dunia pendidikan harus berkembang yaa, harus belajar, makanya kalau mengutip pak komarudin gitu kan yaa hehee yang namanya guru tuh yaa harus belajar terus, kalau gak mau belajar yaa gak usah jadi guru. jadi berusaha yaa, insyallah si selalu ada yaa, cuman untuk ketepantanya untuk guru apa guru apa itu yaa memang terbatas. A:
Apakah guru al-Qur’an Hadits menyampaikan materi sesuai dengan tujuan visi misi madrasah? 127
128
B: Iya, sesuai. A: Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru al-Qur’an Hadits? B: Kelas 8 kelas 9 masih KTSP yang kelas 7 baru K.13. sebenarnya kita kelas 8 tuh udah mau menerapkan K.13 tetapi kemarin di rubah kita tetap kembali di kurikuluk KTSP. Yang baru mulai yaa kelas tujuh he’eh. A: Bagaimana kontribusi yang diberikan guru al-Qur’an Hadits dalam peningkatan kualitas pemahaman peserta didik? B: Maksudnya, kontribusi? A: Seperti trik atau strategi bu? B: Oh iya, he’e, jadi kita ada evaluasi yaa, setiap sepekan sekali setiap jum’at ada breafing guru-guru yaa, bentuknya breafung itu ee.. apa namanyayang dibicarakan
evaluasi untuk sepekan kemarin mengajar, bagaimana,
kesulitanya bagaimana, masing-masing guru, kalau ada masalah gitu yaa, kalau misalnya yang terlalu banyak, yang disoroti masalah akhlak misal, atau misal bacaan al-Qur’an anak-anak yang tidak benar, al-Qur’anya belum bisa gitu kan, jadi kita konsen ke situ, maka akhirnya kita timbul ada ini ee.. tahfidz, kalau dulukan ada BBQ gitu yaa, jadi fokus mengajarkan anak-anak yang belum bisa baca al-Qur’an. Nah kalau masalah pake metode apa, mm.. apa yaa.., jadi al-Qur’an Hadits itu selain bisa baca Qur’an juga harus bisa baca buku, gak Cuma guru ngomong inu mereka ngikutin aja. Kalau misal kendalanya seperti apa metodenya seperti apa itu harus guru-gurunya sendiri yang yang yang ini gitu yaa, yang ngajar. Cuman kalau fasilitas apa kita sudah menyediakan, misalnya kegiatanya itu sholat berjama’ah, mengaji, dan berdoa bergiliran. A: Untuk saat ini tahsin masih ada yaa bu? B: Iya A: Tahsin untuk peserta didik yang belum cakap membaca al-Qur’an bu? B: mmm… he’e iya, karena bagaimanapun kita madrasah follow up nya yaa harus bica baca Qur’an, apaliagi disini kan berapa persenya dari umum juga, meskipun nggak selalu yang dari MI lebih bagus dari umum, kadang dari
129
umum lebih bagus gitu kann, kadang-kadang malah anak-anak yang gak bisa dari MI, kadang bacaanya belum benar gitu kan, tajwidnya belum benar gitu kan, yaa memang fokus kita ke arah situ, apa namanya minimal keluar madrasah itu sudah harus bisa gitu, dengan bacaan baik dan benar. A: Iya bu. Kemarin saya telah melaksanakan wawancara dengan bu alif tentang pelaksanaan BTQ, dan wawancara siswa juga untuk pak idam juga menerapkan BTQ, Cuma peserta didik belum tau istilahnya apa tetang apa yang mereka pelajari yang penting belajar nulis gitu. Trus saya katakana itu namanya BTQ. B: Apa itu BTQ bina tulis Qur’an? A: Baca tulis al-Qur’an, iya baca tulis al-Qur’an bu. Jadi belajarnya tentang makhraj huruf, kaidah penulisan. Dari bu alif juga mengatakan banyak siswa yang belum bisa nulis kayak ‘ain itu masih terbalik seperti angka tiga, jadi di awal pembelajaran itu tidak langsung materi, iya, jadi bimbingan baca tulis dulu, informasi dari anak-anak juga sewaktu kelas tujuh pak idam juga begitu. Jadi saya menyimpulkan kalau oo.. penting berarti untuk penerapan BTQ ini begitu bu. Berarti itukan masih berupa habitual
yaa bu karena masih
menyatu dengan pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Trus pertanyaan saya bu apakah madrasah perlu menerapkan bimbingan baca tulis al-Qur’an di luar jam pelajaran al-Qur’an Hadits, Jadi dia pisah dengan pembelajaran AlQur’an Hadits dan menjadi muatan mata pelajaran khusus atau wajib bu? B: Iya, kalau gak salah disini ada penulisan khat. A: Maksudnya kaligrafi bu? B:
Bukan, maksudnya khusus untuk tulis Qur’an karena memang anak-anak perluya, jadi memang pak zaki, jadi dia untuk hafidz Qur’an dan penulisan khat.
A: Jadi sudah masuk ke dalam pembelajaran hafidz yaa bu? B: Iya he’e. A: Jadi mulainya baru tahun ini bu? B: Iya, kita rekrut guru baru. A: Itu setiap minggu berapa kali bu?
130
B: Saya nggak tau bagaimana pelaksanaanya yaa, tapi jadwalnya satu minggu sekali, ini lihat jadwal pelajaran hafidz. Jadi sekaligus gitu, yaa belajar hafidz dan belajar khat. Jadi yaa jadwalnya sesuai dengan jadwal yang ada. A:
Satu kelas atau hanya siswa-siswa tertentu saja bu, seperti pelaksanaan program tahsin bu?
B: Satu kelas, iya satu kelas. A: Oh iya jadi satu sama pembelajaran tahfidz yaa bu? B: He’e iya, udah sama-sama tahfidz. A: Selanjutnya bu, Bagaimana kondisi pemahaman ilmu Al-Qur’an peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta? B:
Waduhhuhu… kalau dipersentase kayak gitu si, kayaknya belum ada penelitian ke situ yaa, untuk pemahaman al-Qur’an. Karena memang terus terang anak-anak masih belajar hanya apa aja yang ada di buku gitu yaa, dan tidak mengukur sejauh mana mereka paham, karena apa namanya, gitu, jadi selama ini pengukuranya hanya lewat ulangan, gitu kan yaa, maksudnya ulangan ulangan seperti UH, tugas, dari UAP dengan UKK, jadi pemahaman anak baru dinilai dari sudut itu gitu yaa, rata-rata udah ada KKM, jadi kriteria ketuntasanya berapa jadi siswa yang misalnya ini, eee.., apa namanya di bawah itu berarti kan mengulang gitu yaa. Tapi rata-rata si, ketuntasanya udah bagus yaa, karena kalau untuk agama, inikan kita diakhir syarat kenaikan itu kan tidak boleh merah gitu, jadi anak-anak untuk nilai agama memang harus tuntas, dan mungkin ada beberapa gitu yaa, kalau dirata-rata gak sampai 20% setiap kelas gitu kan, dari 32 anak paling berapa lahh, 5 atau berapa yang tidak mencapai, kalau bicara kepahaman siswa, itukan beda kan, kan artinya dia paham gak si dengan pelajaran, beda dengan dia bisa gitu kan yaa, itu kan, kalau keseharian tidak terukur, jadi pengukuranya cuman dengan penilaian aja gitu.
A: Apakah guru al-Qur’an Hadits menggunakan bahan materi sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan madrasah? B: ee… sesuai, kalau kelas VIII pakainya KTSP dan penilaianya juga KTSP.
131
A: Apakah peserta didik difasilitasi untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan, atau keorganisasian ke-Islaman khususnya berkaitan dengan materi al-Qur’an, misalkan ekstrakulikuler? B: Iyaa, kalau ekskul memang yaa, apa namanya eee…., misalnya tahfidz gitu yaa, yaa memang mereka di fasilitasi maksudnya kemaren tuh ada buku, ada gurunya, kita sediakan gurunya, kan guru juga fasilitas yaa, hehehhe…, kemudian juga tempatnya, tapi kalau ruanganya belum khusus gitu yaa, tapi kalau alatnya kita berusaha untuk fasilitasi. A: Apakah sekolah melaksanakan kegiatan yang mendorong keaktifan siswa, misalnya kegiatan lomba baik antar kelas, sekolah, dan nasional? B: Tentang bidang apah? Hehehe.. A: Tentang bidang al-Qur’an bu? Ohh iya, kalau al-Qur’an yaa, eee…, kalau nasional sekarang ada dulu juga pernah ada. Kalau sekolah kita berusaha selalu yaa, karena setiap momen hari besar islam kita coba untuk melaksanakan kegiatan. Jadi bukan berarti sekolah libur, tapi pembelajaranya di luar. Contoh misalnya, kayak tahun baru islam kemarin, gitu kan, itu dilaksanakan setiap tahun dan itu biasanya ada lomba-lomba, itu tentang pengetahuan agama gitu yaa, jadi setiap event itu ada lomba antar kelas yang pertama mislanya lomba kebersihan kelas, kenyamanan, keindahan kelas, kemudian lomba cerdas cermat, gitukan, itu selalu ada. Kemudian lomba pidato trus lomba tahfidz, anak yang ini gitu yaa, yang hafalanya bagus, itu selalu yaa, insyallah setiap tahun di setiap momen keagamaan selalu ada. Nah kalau yang untuk tingkat luar kebetulan kalau misalnya memang ada sekolah lain, itu kita selalu ikutkan, karena memang kita, sudah punya, sekaligus ada ekskul inikan ee.e.. melihat bibit-bibit yang bisa untuk itu yaa, untuk kita kirim. Seperti MTQ tahun ini yaa, apa namanya MHQ yaa, kita kirim kemarin sampai nasional kan, si ais. Dulu juga ada kita tapi beberapa tahun gak ada trus sekarang ada lagi, kemarin juara harapan yaa, biasanya kalau lomba antar sekolah kita berusaha untuk mengirim.
132
A:
Kecakapan apa yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta baik berupa kecakapan kognitif, afektif, dan keterampilan?
B:
Yaa apa yaa, ini kecakapan minimal aja yaaa, yang harus minimal ada, maunya si ekspektasinya tinggi gitu yaa, tapi minimal kalau anak ditanya sudah bisa baca al-Qur’an dengan benar, biar kepake kalau dia jadi imam, imam sholat atau apa gitu yaa, maksudnya apa si yaa itu yang harus mereka bisa sesuai dengan kompetensi yang kita ajarkan. Minimal untuk diri sendiri bisa dan untuk masyarakat. Jadi baik di lingkungan rumahnya atau misal siap mengimami ibunya, menggantikan ayahnya yang pergi, gitu yaa pahan kan yaa, hehehe…, itu harapa yaa. Kalau harapan di luar yaa dia bisa berkiprah lah di masyarakat, gitu yaa.
A: Hanya itu yang ingin saya tanyakan mengenai BTQ, jadi sudah ada yaa bu pembelajaran yang mengarah ke sana bu. B: He’e tapi memang namanya bukan BTQ, hehehe… A:
Iya ibu, namun kegiatan tersebut sudah mengarah ke sana, penulisan khat biasanya memperhatikan kaidah penulisan huruf hijaiyyah, dan untuk materi baca memang tidak secara detail membahas mengebai tata cara membaca AlQur’an, namun dengan adanya kegiatan tahfidz al-Qur’an anak-anak mampu mem back up kualitas bacaan mereka. Biasanya kalau untuk baca ada rujukan metodenya bu, misalnya metode Baghdadi, metode ummi, dan lain-lain bu.
B: Ohh… iya saya kurang paham kalau soal itu. Eheheh…. A:
Iya bu… jadi awal saya merumuskan masalah mengenai BTQ ini, awalnya kami sewaktu PPKT ditawari ngajar metode Baghdadi oleh pak momon, karena sumber ajarnya ada tetapi pengajarnya belum ada, melihat kualitas bacaan anak-anak belum bagus bu. Dan kalau tahfidz yang kami lihat itu hanya memonitori hafalana siswa saja, ada beberapa siswa yang tajwid dan makhraj hurufnya belum benar. Kan sayang yaa bu yaa, hafalan sudah banyak namun bacaanya belum pas.
B: Kalau makhraj sedikit-sedikit kita bahas yaa, tapi yaa kalau untuk menulis itu, yaa itu kendalanya, maksudnya, anak-anak dari madrasah Cuma bisa baca aja,
133
nulisnya nggak, karena dulu saya ada pelajaran imla’ gitu yaa, maksudnya sekarang gak ada gitu kann, jadi harusnya madrasah ada imla’ gitu yaaa, tapi kog disini gak ada, jadikan orang lain mendikte dan kita menulis gitu kann yaa, padahal itu menurut saya penting yaa, penting banget, karena kita bisa baca aja gak bisa nulis juga akhirnya gak ini, gak sempurna gitu, kurang lengkap. Kayak sayur tanpa garam. Yaa mudah-mudahan yang sudah ada ini kita kembangkan yaa, kalau ada saran tentang pelaksanaan pembelajaran tolong sampaikan kepada guru-guru atau saya gitu yaa, demi kebaikan bersama. A:
Iya ibu insyaallah nanti saya sampaikan. Trimakasih banyak ibu atas kesediaan ibu, baik berupa waktu dan kesempatan yang ibu berikan kepada saya.
PEDOMAN WAWANCARA GURU I
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/ Tanggal
: Jum’at/22 April 2016
Waktu
: 10:00 WIB
Lokasi
: Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
Sumber Data
: guru Mata Pelajaran al-Qur’an Hadits
A: Sudah berapa lama Ibu mengajar di sekolah ini ? B: Sejak tahun 2012, berarti sudah 4 tahun neng. A: Sejak kapan Ibu mengajar di sekolah ini ? B: Sejak tahun 2012 sampai sekarang. A: Mata pelajaran apa yang ibu ampu saat ini? B: al-Qur’an Hadits dan tahfiz A: Apakah ibu selalu mengampu mata pelajaran sama setiap tahunya? B: berbeda baru dua tahun ini selalu al-Qur’an. A: Menurut Ibu materi apa yang sering dianggap sulit oleh siswa? B: Sebenarnya tidak ada yang sulit, hanya saja ketika anak-anak diajarkan bagaimana cara menulis huruf hijaiyyah anak-anak menganggap mudah, tetapi kenyataanya banyak yang belum bisa. Karena itu neng ibu neng ibu ajarin mereka baca tulis dulu sebelum materi. A: Jadi perlu ada bimbingan nulis dulu ya bu? B: Iya neng. A: Sejak kapan ibu nenerapkan bimbingan baca tulis qur’an untuk siswa? B: Biasanya setiap di awal pertemuan tahun ajaran baru diajarkan cara penyebutan dan penulisan dasar al-Qur’an. Jadi pas baru masuk ibu minta mereka nulis bismillah atau nulis nama mereka pakai arab, nah dari situ ibu bisa indentifikasi kemampuan menulis anak-anak. A: Bagaimana pelaksanaan bimbingan baca tulis qur’an yang ibu laksanakan? B: diajarkan teknik dasar penulisan BTQ sesuai kaidah bahasa Arab. A: Metode apa yang diterapkan dalam bimbingan baca tulis qur’an? 134
135
B: Metode talaqqi dan imla’. A: Menurut ibu, perlukah Madrasah menerapkan mata pelajaran khusus baca tulis qur’an tidak disatukan dengan mata pelajaran al-Qur’an Hadist sehingga siswa mampu mengeksplor kemampuanya? B: Sebenarnya teknik ini/ baca tulis al-Qur’an dasar sudah diajarkan di dalam pembelajaran bahasa arab dan dilanjutkan dengan teknik penulisan khat/ imla’. A: Menurut ibu, permasalahan apa yang sering dialami oleh siswa dalam bimbingan baca tulis qur’an? B: Permasalahan yang sering dialami adalah masih banyak sekali anak-anak yang menulis ayat-ayat al-Qur’an tidak dengan kaidah atau cara penulisan yang baik dan benar. Tetapi mereka terlampaui menggampangkan atau menyepelekan. A: Langkah-langkah apa yang ibu lakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut? B: Langkah yang saya lakukan dalam masalah ini adalah:
Membiasakan anak-anak membaca dan menulis dengan kaidah yang baik dan benar.
Mengevaluasi setiap pekerjaan atau tugas menulis al-Qur’an atau hadits dengan harapan semakin akan semakin baik.
Selalu mengingatkan ke siswa bahwa sebagai siswa madrasah seharusnya berkewajiban untuk bisa baca tulis al-Qur’an untuk bekal kehidupan di dunia dan di akhirat.
A: Setelah mengikuti bimbingan baca tulis qur’an apakah dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran al-Qur’an Hadist? B: Alhamdulillah…, anak-anak jadi lebih tahu dan paham baik dari cara membaca maupun menulis ayat-ayat Allah yang sebenarnya yang sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Arab.
136
PEDOMAN WAWANCARA GURU II
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/ Tanggal
: Kamis 25 Agustus 2016
Waktu
: 10:30 WIB
Lokasi
: Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta
Sumber Data
: Guru Mata Pelajaran al-Qur‟an Hadist
A: Buku apa saja yang sering ibu gunakan sebagai sumber dalam pembelajaran BTQ? B: Kalau buku khusus BTQ nggak ada neng, kalau sumber belajar dari buku pak Masan, AF. Sama al-Qur‟an neng. A: Buku al-Qur‟an Hadist yaa bu? B:
iya neng
A: semester ini ibu mengajar kelas berapa? B:
Kelas VII A sampai H, Kelas VIII E,F,G, dan H
A: Apa saja yang menjadi muatan materi dalam bimbingan BTQ di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan? B: Kalau materi baca yang ada di buka alqur‟an hadist neng. Misalnya sekarang lagi surah al-Insyirah. Nanti mereka ibu suruh baca. Itupun masih banyak yang kesusahan. Panjang pendeknya nggak diperhatiin. Kalau materi nulis tentang kaidah penulisan, makhroj huruf, trus tajwid. Kelas VII materi tentang nun sukun, kelas VIII mim sukun, kelas IX hukum mad. Jadi pertama belajar makhraj huruf neng, melafalkan huruf alif samapai ya‟. Kadang anakanak masih suka salah neng fa‟ jadi pa‟, setelah itu terus belajar penulisan. Pada saat penulisan ini banyak banget yang salah neng. Apalagi kelas satu neng Ya Allah parah banget, Nulis „ain kebalik jadi angka tiga, nulis sha dan sa kurang gigi. Tadi ni neng kan ibu minta mereka menuliskan surat al-Ikhlas, itu pada ngeluh. Harus nulis arab yaa buu..., ini itu udah ribut gak mau nulis Arab, pada bilang nggak bisa neng. Ibu jawab aja ya iyalah arab nak, al-Qur‟an pakai bahasa Arab, pokoknya ibu tuh kalau di kelas suka 137
138
ceramah. Anak-anak itu kayaknya sedih banget kalau suruh nulis neng. Ibu bilang ke mereka kalian itu jago di bidang eksak, bahasa, itu duniawi. Ilmu agama juga sama penting, kalian bawa sampai liang lahad, buat bekal doain orang tua saatb sudah tidak ada di dunua. Kan nggak mungkin kalau kita doa di makan pake MP3 kan yaa neng. A: iya bu, mungkin mereka belum menyadari pentingya ilmu agama bu. B: iya neng. A: apakah tidak ada tes BTQ pada saat pendaftaran siswa baru bu? B: Kalau baca ada neng, tapi kalau tulis nggak ada. Itu juga sebagian ibu yang ngetes. Pas wawancara diminta baca Qur‟an setelah itu ibu tanya masuk MP karena pilihan diri sendiri atau orang tua, gitu neng. Ibu juga kaget pas welcoming day ada anak yang belum bisa baca sama sekali bisa diterima. Tapi ibu mah husnu dzan, mungkin dia ada prestasi lain sehinnga diterima, kan kriteria diterima nggak cuma agama tapi yang lain juga neng. Buat pembukaan setiap siswa bari masuk, ibu minta tulis namanya pakai arab neng. Ada yang bisa ada yang nggak, ada juga yang sama sekali nggak bisa. Padahal mah idealnya kalau sudah Tsanawiyah sudah kenal huruf hijaiyyah yaa neng. Masih belum tau penggolongan huruf hijaiyyah yang di tulis di atas garis, tengah garis, dan bawah garis. Misalnya kalau nun kalau nggak gandeng nulisnya di atas garis, kalau gandeng baru di bawah. Jadi kadang pas awal masuk ibu pembelajaranya masih kayak MI, ibu garis papan tulis setelah itu anak-anak ibu suruh nulis basmallah satu-satu di papan tulis neng. A: Apakah pendidikan sebelumnya mempengaruhi kecakapan siswa bu? B: Sebagain iya neng, tapi gak bisa jadi patokan kalau lulusan SD kurang menguaai BTQ, dan lulusan MI menguasai BTQ. Karena ada juga tuh neng dia lulusan SD, dan dia les tahfidz di rumah, bacaanya bagus, bacanya qur‟annya tartil, nulisnya juga rapi neng. Tapi yaa memang kebanyakan yang lulus MI itu agak mendingan neng. A: Metode apa yang sering ibu gunakan? B: Metode yang jadi patokan nggak ada neng. Tapi ibu selalu terapkan pada saat pelajaran surah, ibu minta mereka mencari hukum bacaan tajwid yang sudah
139
mereka pelajari. Atau ibu suruh mereka pretelin ayat mencari hukum bacaan neng. Oh ya kalau di kelas VIII G yang tahun lalu neng yang kelasnya sita, aryo, salim, itu neng masih ingat kan??? Ibu minta mereka mempelajari materi kelas VIII materi tentang hukum mim mati dan idgham. Nah mereka itu merangkum neng, milih mau ikhfa‟ syafawi, idzhar syafawi, idgmom mimi, dan hukun idghom. Itu kondusif banget neng berebut pada mau jelasin sesuai sama hasil rangkumanya. A: Oo... itu namanya metode every one is teacher here bu B: Nah iya itu, ibu nggak tau istilahnya, neng arum yang lebih paham. Satu lagi neng sama metode inkuiri. Kalau metode inkuiri itu semua kelas pakai neng tapi kalau yang metode jelasin di depan tadi Cuma kelas VIII G aja neng. A: Kalau metode menulisnya ada bu? B: Kalau metode menulisnya nggak ada neng, kalau dulu di pesantren kita ada imla‟ yaa, tapi di sekolaha nggak ada, ibu mau nerapin waktunya gak cukup itu juga bagian dari Bahasa Arab, jadi Cuma terapin mereka menulis surat yang mereka pelajari neng. A: Iya bu. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan bimbingan BTQ dalam pembelajaran al-Qur‟an Hadist? B: Jadi sebenarnya di MP itu nggak ada pelajaran BTQ neng, tapi melihat kondisi anak-anak pada salah baca, nggak bisa nulis akhirnya ibu terapin sendiri. Jadi di awal masuk ibu nggak langsung materi Qur‟an Hadist neng, ibu jelaskan dulu makhraj huruf dan cara penulisan, itu sekitar dua minggu neng, setelah itu baru masuk materi Qur‟an Hadist, nah disitu kita ada yang materi Qur‟an ada yang materi Hadist, jadi pas materi Qur‟an baru ibu sambung lagi materi tajwid neng. Biasanya kalau kelas VIII itu pembahasanya dua surah AlQur‟an neng. A: Jadi BTQ menginduk pada pembelajaran Qur‟an Hadist ya bu? B: Iya neng A: Apakah ibu melakukan apersepsi setiap pembelajaran Qur‟an Hadist tentang materi BTQ bu?
140
B: Iya neng. Kalau materinya nyambung tajwid ibu tanya materi yang udah dipelajari, trus cara nulisnya ibu ingatkan neng jangan sampai kebalik lagi nulis huruf „ain kebalik jadi angka tiga. A: Bagaimana cara ibu mengevaluasi bimbingan BTQ di Madrasah? B: Langsung praktek neng. Kalau baca ibu tunjuk, atau sesuai absen untuk baca, nanti kan ada hafalan jadi penilaian bacaan bisa dinilai juga dari hafalan neng. Kalau nulis ibu kalau UH paling pertanyaanya tuliskan surah atau hadist dan artinya nah dari situ bisa ketauan siswa mana yang belum cakap menulis neng. Kemarin habis UH neng ini ibu tunjakkan hasilnya, kalau ada yang salah ibu garis bawahi neng, ibu tulis kesalahanya, kayak ini neng tulisan " " اَ ْل ُعس َْرsinya kurang gigi aturan kan setelah sin ada gigi satu lagi gandeng ra‟. (sambil menunjukkan hasil UH) A: Apakah ibu sering memberikan tugas atau latihan-latihan kepada siswa terkait dengan materi BTQ misalnya PR, dan praktikum? B: Kalau PR jarang neng, soalnya pas habis materi langsung praktek, kalau latihan ibu bagi kertas HVS neng, boleh digaris, ibu persilahkan mereka bereksplorasi pake garis boleh biar mereka terbantu menulis arab. A: Apakah ibu menentukan KKM dalam pelaksanaan bimbingan BTQ? (jika menentukan, sebutkan) B: KKM khusus BTQ nggak ada, dia gabung sama Qur‟an Hadist, kalau bilingual KKM 78, kalau regular 75. A: Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti bimbingan BTQ? B: hasilnya sangat bagus neng, ini sekarang kelas VIII yang dulunya kelas VII belum bisa apa-apa, sekarang lumayan tulisanya udah rapi. Mereka lebih hatihati pada saat nulis neng. Trus kalau saya menilai hal yang saya nilai pertama kecocokan tulisan sesuai kaidah atau nggak, trus kedua kerapihan, nggak acak-acakan dan bisa dibaca. A: Apakah siswa mengalami kesulitan pada saat mengikuti bimbingan BTQ? (jika mengalami, sebutkan) B: Sangat mengalami kesulitan neng. Apalagi kelas VII, walahhh… banyak banget. Ngerengek-rengek nggak mau ngerjain kalau dikasih tuas nulis salah
141
satu surah al-Qur‟an. Baca juga malah baca indonesianya bukan arabnya. Kayak yang ibu ceritain diawal tadi neng. Ibu mah kalau awal-awal yang penting mereka mau berusaha bisa, awalnya dieja pelan-pelan nanti lamalama bacanya lancar, dan nulis arab juga kalau sering nulis nanti kan bakal terlatih yaa neng, tap anak-anak tuh suka menyerah dulu di awal neng. Tapi saya nggak bisa ambil diam, kalau mereka nggak serius missal ngobrol langsung ibu tegur, kalau mau ngobrol di kantin, di sini mau sekolah atau ngobrol, gitu neng. Karena prinsip ibu, ibu ngajar tuh bukan transfer ilmu aja tapi ngedidik juga. Apalagi al-Qur‟an Hadist itu jadi pedoman hidup kita neng. Berat amanahnya. A: Berapa persen siswa yang kurang menguasai BTQ? B: Wahh… kalau dipersenin ibu belum bisa kira-kira, yang jelas kelas satu itu banyak banget, dan kelas dua lumayan mendingan, paling beberapa masih belum bisa. Makanya ada tahsin itu neng, membantu mereka yang belum lancar baca Qur‟an neng. A: kalau untuk siswa yang sudah cakap dalam membaca bagaimana bu, apakah ikut tahsin juga tapi berbeda kelas? B: Oo… kalau itu beda neng, kalau yang udah lumayan bacanya mereka ikut tahfiz, tapi nggak kondusif neng, lama-lama pada bubar tinggal beberapa orang. A: Berapa alokasi waktu atau berapa kali pertemuan bimbingan BTQ berlangsung pada satu semester? B: kalau alokasi waktu pembelajaran al-Qur‟an Hadist 2x40 menit. Nah satu minggu satu pertemuan. Trus bulletin aja yaa satu semester 6 bulan. Yaaa sekitar 6 kali pertemuan neng. Kan kalau lagi bahas surah bahas kaidah baca tulis juga neng dan tiap bab ada dua surah neng. A: Bagaimana strategi ibu dalam mengatur alokasi waktu antara pemberian materi pembelajaran al-Qur‟an Hadist dengan bimbingan BTQ? B: Nah ini menarik neng…. Jadi ibu akal-akalin biar materi tuntas dan anak-anak bisa melafalkan menuliskan surah dengan baik. Jadi strategi ibu neng pas minggu awal itu kita bahas makhroj dan kaidah penulisan huruf hijaiyyah
142
dulu neng dari alif sampai ya‟, setelah itu baru masuk materi pembelajaran alQur‟an Hadist, nah di awal kan udah belajar makhroj dan kaidah penulisan tu, jadi ibu tinggal ngingetin aja neng, nanti pas itu diselingi bahasan tajwid. Kan materi al-Qur‟an Hadist itu setiap bab ada surah dan hadist neng jadi jadi bisa saling bersinergi. A: Menurut Ibu apakah efektf? B: Efektif kog neng. Normalnya di kelas bilingual tiga kali pertemuan kita udah bisa UH. Dan di kelas regular empat kali pertemuan UH. Kita nggak perlu waktu banyak neng. A: Menurut Ibu apakah perlu adanya pembalajaran BTQ secara khusus tanpa menginduk pada pembeajaran al-Qur‟an Hadist? B: Sebenarnya perlu neng, jadi kan bisa fokus yaa, saya fokus mengajar di AlQur‟an Hadist dengan optimal dan maksimal, dan ada guru yang fokus di pembelajaran BTQ juga demikian. Karena memang BTQ itu penting banget neng. Jadi ilmu sempurna dapet. Tapi mau gimana lagi kalau mau nambah jam pelajaran apa bisa neng, ini udah padet. A: Kalau di luar jam pelajaran apakah tidak bisa bu? B: Belum pernah usul si neng, tapi belajar dari pengalaman dulu, pas kepala sekolah yang dulu kami pernah ngusulin program tahfiz, tapi acc nya susah katanya takut nggak ada peminatnya gitu neng. A: Apa misi ibu dalam pelaksanaan bimbingan BTQ ini? B: Jadi awalnya gini neng kenapa ibu terapin BTQ dalam pembelajaran al-Qur‟an Hadist. Ibu tuh miris lihat anak-anak, mereka lancar bahkan hafal nyanyi dan nulis bahasa asing, tapi al-Qur‟an kitab sucinya pada nggak menguasai. Harusnya idealnya kalau siswa madrasah bisa yaa neng, karena banyak pelajaran keislaman. Suka sedih kalau denger anak-anak baca doa waktu upacara bendera, baca basmallah nggak bener, semua dibaca satu harakat. Harusnya kan memenuhi hak-hak huruf dan harakat yaa neng yang tartil “bismill ̂hirrahm ̂nirr ̂h ̂m”
gitu
buka
bablas
aja
“bismillahirrahmanirrahim”. (sambil mempraktekkan bacaan basmalah). Terus neng yang bikin sedih lagi setelah lulus ada yang daftar di MAN 4
143
neng, terus ada tes baca tulis Qur‟an dan siswa tersebut nggak bisa neng, ditanya asal sekolah mana, siswa tersebut jawab MP, kan saya malu yaa neng sebagai guru al-Qur‟an Hadistnya. Prihatin yaa denernya, kalau masih kelas VII gitu bisa diajari kalau udah lulus mau gimana neng, berarti materi yang ibu sampein belum diterima dengan baik. Karena itu neng ibu berupaya agar anak-anak bisa baca tulis Qur‟an, inikan sebagai icon madrasah, apa kata orang kalau siswa madrasah nggak bisa baca tulis Qur‟an. Saya juga nggak larang mereka bagus dalam prestasi non keislaman karena menambah nilai dan menjadi bunga madrasah, karena siswa madrasah mampu bersaing dan berprestasi non keislaman, tapi yang terpenting mereka jangan melupakan icon madrasah mereka neng, kan alangkah baiknya kalau prestasi keislaman dan non keislaman berbanding lurus yaa neng. A: Iya bu…, semoga iktikad ibu mendapat ridho dari Allah yaa bu… B: aamiin yaa robbal alamiin…
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/ Tanggal
: Kamis, 01 September 2016
Waktu
: 14:00 WIB
Lokasi
: Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta
Sumber Data
: Siswa 1. Octavianita Mawaddah 2. Putri Cahyaning Wulandari 3. Zharfa Ghaisani Arij
Arum: Sebelum kita mulai kita kenalan duluyaa, nama ibu sudah tau? bertiga: Sudah bu, bu arum. Arum: Iya betul. Zharfa: Ibu dulu ngajar apa toh lupa saya, yang sama pak fahmi itu yaa bu? Arum: Iya itu namanya PPKT. Praktek mengajar. ibu dulu nggak ngajar kelas tujuh, tapi ibu pernah ikut kalian baksos ke Sukabumi dan HC di kelas 7C. Oca:
Iya, ibu sama aku, kita tinggal serumah yaa bu
Arum: Iya oca Zharfa: Iya, aku sering lihat ibu, bu arum kotak pensilnya lucu beli dimana bu? Arum: Itu limited edition zharfa gak ada duanya, hehehe… Zharfa: Ahh… ibu bisa aja, saya mau bu, belinya di Singapura yaa bu? Arum: Bukan, itu Cuma dari resliting yang dijahit, Indonesia juga ada, cintai produk Indonesia, kalau bukan kita siapa lagi, iya to? Oca & putri: iya tuh Zharfa suka gitu bu. Zharfa: Kan nanya aja, gak papa kan yaa buu?? Arum: Iya gak papa, Ibu mulai pertanyaanya yaa? bertiga: Iya bu. Arum: Menurut kalian apakah pelajaran Al-Qur‟an hadits sulit? Zharfa: Gak terlalu sulit bu, kan suruh baca, aja gitu. 144
145
Arum: Kalau nulisnya bisa? Oca:
Yaa lumayan bu, soalnya dulu pas kelas satu pak idam udah ajarin kita jadi pas kelas dua sudah biasa.
Zharfa: Iya saya juga, tapi masih rada-rada kesusahan bu. Arum: Kalau putri ada kesulitan? Putri: Sama si bu, lumayan susah Arum: Kalau di kelas siapa yang paling belum bisa nulis dan baca? Zharfa: Fatta, ehehehe… Arum: Kesulitanya hanya pelajaran al-Qur‟an Hadits saja atau semua? bertiga: Semua bu….. Oca:
Iya bu, tadinya fatta yaa bu yang mau diwawancarai ibu sama saya, saya udah bilang tapi fatta Cuma bilang dan trus saya tunggu-tunggu gak dateng bu…
Arum: Iya gak papa, udah diganti sama putri. Makasih yaa putri kesediaanya. Putri:
Iya bu
Arum: Sewaktu ibu ikut belajar di kelas dengan kalian, ibu lihat, bu alif gak langsung masuk materi yaa, tapi membahas cara baca dan menulis yaa? bertiga: Iya bu Zharfa: Jadi pas masuk bu alif baca bu trus kita ngikutin bacaanya bu alif bu, trus tanya tajwid-tajwidnya juga gitu bu. Oca:
Trus suruh tulis juga bu, di papan tulis.
Putri:
Pas baca juga gantian bu, gak bu alif terus.
Arum: Kalau lagi baca dan nulis ibu sering perintahkan kalian menunjuk diri atau nunggu di tunjuk? Oca:
Kadang di tunjuk, kadang nunjuk diri bu.
Zharfa: Kalau saya lihat, situasi bu kalau bisa nunjuk diri kalau gak bisa yaa nunggu di tunjuk, hehe… Arum:
Zharfa, gak gentle kalau gitu.
Zharfa: Yaa malu bu kalau gak bisa kan, hehe… Arum: Lagi proses belajar salah mah gak papa, kalau pas lagi ulangan baru gak boleh salah karena kita sudah pernah belajar.
146
Zharfa: Hehe… malu aja gitu bu. Arum:
Jadi yang kalian pelajari sebelum masuk materi al-Qur‟an Hadits itu namanya bimingan baca tulis al-Qur‟an. Jadi supaya kalaian tidak kesulitan sewaktu masuk materi pembelajaran Al-Qur‟an Hadits.
bertiga: ooo… iya bu Arum:
Selain di sekolah kalian belajar juga baca tulis al-Qur‟an juga gak di rumah?
Zharfa: Saya iya bu, di sekolah saya ikut tahsin, trus di rumah saya ngaji TPA, les al-Qur‟an juga, mantepp kan buu. tapi saya gak naik-naik bu iqro‟ terus , malu yaa bu temenya sama anak-anak SD, guru ngajinya gak naik-naikin saya bu, kan sedihh bu… Oca:
kalau saya ikut tahfidz di sekolah bu, tapi nggak ikut tahsin, di rumah juga ngaji bu.
Arum: Sabar atuh zharfa, belajar gak boleh malu, nanti pelan-pelan bisa. Zharfa ikut tahsin sejak kapan? Zharfa: Hehe.. iya bu, sejak kelas tujuh bu, kan bacaan saya belum bagus jadi saya ikut tahsin bu, kalau oca udah bagus jadi dia ikut tahfidz bu. Bu sekarang tahsin wajib tau bu, kalau gak ikut sekali dapet panggilan sama pak mardi, jadi tahun ini gak bisa bolos alasan bimbel atau lain-lain bu, wajib tahsin bu. Arum: Iya supaya kalian bacanya bagus dan benar, kan belajar di kelas aja belum cukup, nanti untuk bekal juga, gak mungkin kan kalau orang tua kita meninggal yang ngajiin MP3??? Zharfa: wkwkwk… iya bu, saya kalau ngaji mah gak males bu. Arum: kalau oca udah sampai Al-Quran, udah berapa kali khatam al-Qur‟an? Oca:
iya bu sudah, sekarang juz 6, udah sekali khatam bu.
Arum : Alhamdulillah… semangat yaa, kalau putri gimana ikut tahsin atau tahfidz dan ngaji TPA juga nggak? Putri:
nggak bu, saya gak ikut semuanya bu.
Arum: di rumah putri sering membaca al-Qur‟an? Putri:
jarang bu, kalau lagi mau aja bu.
147
Arum: oo… kenapa gak ikut tahfidz aja, kan bacaan putri sudah bagus? Putri:
gak pengen bu, saya susah ngapal bu.
Arum:
Semangat yaa putri, ohh yaa sewaktu di SD/MI kalian diajarkan materi baca tulis al-Qur‟an tidak?
bertiga: ia diajarkan bu Zharfa: tapi tetep aja kesusahan bu. Arum: zharfa dar MI atau SD? Zharfa: MI bu Oca:
saya SD bu
Putri:
Saya MI bu
Oca:
kalau sebelumnya kita belum blajar mungkin kesusahan bu kalau pas pelajaran al-Qur‟an Hadits, apalagi nulis.
Arum:
jadi apa yang membuat kalian beranggapan kalau pelajaran al-Qur‟an Hadits sulit?
Oca:
yaa itu bu kalau belum bisa nulis dan baca yaa nulis dan baca sulit, saya lihat teman2 adaa yang salah nulis bu kalau pas ulangan bu. Pas kelas satu pak idam juga ajarin kita yaa, jadi pas kelas dua kitanya udah biasa.
Zharfa dan putri: iya. Arum: Biasanya agar kalian bisa baca dan menulis dengan baik apa yang ibu Alif lakukan? Zharfa: Apa yaa, mmm… yaa itu bu yang di awal pelajaran kita baca dulu barengbareng ngikutin bacaan bu alif trus sendiri-sendiri bu ditunjuk. Kalau nulis kadang diajari kadang nggak bu tergantung waktu. Oca:
iya bu
Putri:
nanti pas ulangan biar kita bisa bu
Arum:
bagaimana tipe soal yang disajikan ibu pada saat ujian?
Oca:
menuliskan ayat, teerjemahan, terus maksudnya apa bu.
Arum: ditanya hukum bacaanya tidak? Oca:
enggak bu.
148
Zharfa: itu kalau soal hukum bacaan, pas kelas satu bu, pas sama pak idam, kalau ulangan suka ada sebutkan hukum bacaan, tapi kalau sama bu alif nggak ada soal hukum bacaan gitu bu, iya ya put. Putri:
iya bu.
Arum: Pertanyaan selanjutnya yaa, Bagaimana pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qu‟an berlangsung? Oca:
Yang kayak di bilang zharfa tadi bu, kita baca bareng-bareng ikutin bu alif setelah itu baca masing-masing ditunjuk atau menunjukkan diri, terus kalau waktunya masih ada diminta nulis di buku latihan nanti di nilai, ada juga yang suruh nulis di papan tulis, nanti dinilai bareng-bareng tulisanya udah bener belum, kalau ada yang salah betulin, nah kalau nulis di bukunya belum slesai buat PR bu.
Zharfa: tapi saya selalu selesaikan di sekolah bu, kalau buat PR suka udah males, kan kalau udah dikerjain di sekolah di rumah bisa santai bu. Arum: Apakah ibu memberi contoh bagaimana melafalkan makhroj huruf dan cara penulisan arab? Oca:
iya bu biasanya kalau baca bismillah suka di benerin bu, kita masih belum pas panjang pendeknya.
Putri:
iya bu, tapi kalau nulis tergantung waktu bu, paling pas lagi ngumpulin tulisan ibu bunderin tulisan kita yang belum bener bu.
Zharfa: bu, kalau saya susah baca “alif” sama “’ain” itu salah-salah mulu bu Arum: Coba sini ibu bantu, pegang tenggorokanya dan rasakan, coba bilang “a” kemudian bilang “’a”. kalau alif letaknya di pangkal tengorokan, kalau „ain di atasnya lagi, udah bisa sekarang? Zharfa: iya bu, ooo… jadi pegang tenggorokanya biar kita bisa bedain yaa bu. Arum: iya betul. Ohh yaa, Apakah ibu Alif sering menerapkan bimbingan BTQ sebelum memulai materi pembelajaran al-Qur‟an Hadist? Putri: iya bu, setiap materi baru, kan tiap materi beda-beda bu, jadi bacaan dan tulisanya juga beda. Oca:
Iya bu, nanti kalau udah habis belajar baca dan nulis baru kita pelajari kandungan ayatnya bu.
149
Arum:
Menurut kalian apakah penting diadakan bimbingan baca tulis AlQur‟an?
Oca:
penting bu, jadi kita udah latihan dulu, pas ulangan kita gak pada remed, iya gak?
Zharfa dan putri: iya ca. Zharfa: tapi tetep aja masih ada yang remed bu Arum:
banyak yang remed?
Zharfa: yaa paleng fatta bu, hehhe.. Oca dan putri: iya bu, heheh… dia mah semua pelajaran remed Arum:
Apakah kalian senang mengikuti bimbingan baca tulis al-Qur‟an?
bertiga: seneng bu. Arum: Zharfa:
Apa yang kalian dapat setelah belajar baca tulis al-Qur‟an? bisa nulis, bisa baca, dan kalau di baca ulang-ulang pas hafalan juga cepet bu.
Arum: Apakah Ibu Alif sering memberi motivasi agar kalian bersemangat belajar baca tulis al-Qur‟an? Oca:
motivasi apa bu?
Arum:
motivasi agar senang mengikuti bimbingan baca tulis.
Oca:
kita gak sadar bu, yaa yang penting tiap masuk materi baru gitu bu, baca nulis dulu.
Putri:
ehh… tapi kadang suka nasehati kalau anak madrasah harus bisa baca
gitu Oca:
ohh iya.
Arum:
selain itu, Apakah ada bentuk motivasi lain?
Zharfa: mmm… nggak bu. Arum:
Apakah Ibu memberikan pujian atau hadiah kepada siswa yang bisa menjawab dan menulis huruf hijaiyyah dengan benar?
Oca:
kalau hadiah gak pernah bu.
Putri:
kalau kita bisa paleng ibu bilang “bagus, ahsanta/ahsanti, good” gitu bu.
Arum:
Sebelum memulai materi baru, apakah ibu bertanya tentang materi sebelumnya?
150
bertiga: Nggak bu. Zharfa: langsung aja bu, pas salam langsung materi, gak tanya-tanya pelajaran kemarin bu. Arum:
Apakah ibu mengaitkan materi baca tulis al-Qur‟an dengan realita kehidupan sehari-hari?
Oca: Arum:
itu gimana bu? misal kalau bisa baca dan menulis nanti bisa membantu masuk ke SMA/MA, karena tesnya ada baca tulis al-Qur‟an, atau pentingnya belajar Al-Qur‟an sebagai bekal hidup.
Oca:
oooo… mmm…, iya bu, kadang-kadang.
Arum:
Pada saat pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur‟an apakah guru meminta kalian untuk berkelompok?
bertiga: nggak bu Putri:
sendiri-sendiri bu
Arum: kalian gak berdiskusi antar teman sebangku misal tanya-tanya misalnya gimana nulis bismillah yang bener, harakat nya gimana? Zharfa: kalau itu gak di suruh kita juga udah tanya teman bu, tapi bu alif gak pernah nyuruh diskusi kitanya aja yang nanya-nanya temen bu. Arum:
Metode apa yang dipake oleh guru?
Oca:
metode itu apa bu?
Arum: cara ibu ngajar, gimana selain ceramah ada nggak, misalnya diskusi, demonstrsi (mempraktekkan), dan pake kartu-kartu. Oca:
setahu saya ceramah aja bu, ceramah yang jelasin aja kan bu?
Arum:
iya
Zharfa: ehh… praktekin juga, yang baca-baca gitu kita suruh ngikutin. Oca:
ohh iya bu
Arum: Materi apa yang sudah kalian dapat tentang baca tulis al-Qur‟an pada saat belajar di MTs ini? bertiga: nun mati, mim mati, idhom mutamasilain, idgom mutajanisain, terus qolqolah, mad, pokoknya udah banyak bu.
151
Arum:
apakah ibu memberikan tugas tambahan tentang baca tulis al-Qur‟an, misalnya memberikan PR atau menuliskan surah al-Qur‟an di buku tugas?
Putri: Gak pernah ada PR bu, yaa PR nya kalau yang belum slesai nulis, kalau udah yaa gak punya PR bu. arum: Kesulitan apa yang sering kalian jumpai pada pelaksanaan bimbingan baca tulis al-Qur‟an? Oca:
nggak ada bu.
Putri:
kalau saya nulis bu, suka lupa, dan kalau ulangan banyak dibunderi bu alif.
Zharfa: iya aku juga Arum:
Apakah sekolah memfasilitasi peserta didik dalam kemampuan yang dimiliki, khususnya dalam bidang keilmuan al-Qur‟an?
Oca:
iya bu, ada ekskul kita ikut ekskul rohis, marawis, tahfidz bu.
Putri:
tapi saya nggak ikut bu, saya ikut bulu tangkis.
Zharfa:
iya bu kita bertiga ikut bulu tangkis, tapi oca ikut tahfidz juga yaa
Oca:
iya
Arum: Apakah kalian mengikuti kegiatan di luar kelas berkaitan dengan materi al-Qur‟an? Zharfa: iya bu, saya ikut tahsin karena belum bisa baca, oca ikut tahfidz karena udah bisa baca dan mau. Kalau putri udah bisa baca tapi nggak mau ikut tahfidz. Arum: Apakah kalian pernah mengikuti cabang perlombaan berkaitan dengan alQur‟an baik tingkat sekolah, nasional, maupun internasional? Oca:
iya saya pernah bu, ikut tahfidz, di rumah juga pernah ikut lomba baca alQur‟an di TPA, pas SD juga bu.
Zharfa: saya pernah ikut lomba puisi bu, pas SD, pas hari Islam, tapi kalau MTs gak pernah ikut lomba bu. Arum:
kalau putri bagaimana?
Putri:
Saya nggak pernah bu.
152
Arum:
menurut kalaian apakah perlu baca tulsi al-Qur‟an menjadi materi wajib?
Zharfa:
nggak deh bu jadi satu aja sama Qurdits, pusing bu, banyak pelajaran.
Putri:
iya bu.
Oca:
kalau menurut saya, gak apa apa bu, kan kitanya jadi lebih banyak tau bu.
Arum:
okee trimakasih atas waktu dan kesedianya yaa, semangat untuk UTS nya yaa, semoga hasilnya maksimal.
bertiga:
iya bu, sama-sami ibu.
PROFIL MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Lahirnya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta berawal dari keinginan akan adanya lembaga pendidikan Islam yang representatif dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif H Hidayatullah Jakarta. Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43 orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah yang kemudian ditetap-kan sebagai ‘Hari Kelahiran’ Madrasah Pembangunan. Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat Tsanawiyah. Peserta didik angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan. Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai ‘madrasah laboratorium’ Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai Madrasah Pilot Proyek Percontohan oleh Departemen Agama RI melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI Nomor: Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut, kemudian diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji 153
154
coba pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi Alquran Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Matematika telah diujicobakan sampai dengan tahun 1985.Mulai tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang pembinaan dan pengelolaan Madrasah Pembangunan dilipahkan kepada Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengembanan sebagai ‘madrasah laboratorium’ dilaksanakan bersama-sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun Pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka tingkat Aliyah. Peserta didik yang diterima pertama kali sebanyak 32 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan (khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA Pembangunan tidak menerima pendaftaran peserta didik baru lagi. Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang peserta didik terakhir lulus dari MA Pembangunan IAIN Jakarta. Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Tahun Pelajaran 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyan. Jumlah peserta didik pertama yang diterima adalah 47 peserta didik terbagi dalam 2 rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade A kategori Memuaskan, sama dengan perolehan akreditasi MI dan MTs. Tahun Pembangunan
2008 UIN
Madrasah
Ibtidaiyah
Jakarta
ditetapkan
dan
Madrasah
Tsanawiyah
sebagai Madrasah
Standar
Nasional (MSN) di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta dengan SK Nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008 dan Madrasah Aliyah pun telah diverifikasi MSN pada 25 Desember 2010. Tahun 2011 Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta kembali mengukuhkan status MSN melalui Surat
155
Keputusan Nomor: Kw.09.4/1/HK.005/2293/2011. Dengan telah dipenuhinya standar nasional (MSN), maka langkah berikutnya adalah menuju Rintisan Madrasah Berstandar Internasional (RMBI). Sebagai langkah awal, pada tahun pelajaran 2010/2011 telah dimulai rintisan bilingual program secara terbatas yang secara intens dievaluasi dan disempurnakan. Pada aspek manajemen Madrasah Pembangunan UIN Jakarta mengimple-mentasikan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001 : 2008 No. QSC: 00863 untuk pelayanan pendidikan pada seluruh satuan pendidikan (MI, MTs dan MA). Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pembangunan adalah lembaga pendidikan dasar setingkat SMP. Kurikulum mengacu pada Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama dan dipadukan dengan muatan-muatan lokal menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. MTs Pembangunan berdiri sejak tahun 1977 di bawah naungan Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta, sebuah yayasan yang dikelola oleh UIN (dulu IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. MTs Pembangunan merupakan School Laboratory dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Di bawah pengelolaan para pendidikan yang profesional di bidangnya, Madrasah Tsanawiyah Pembangunan terus berkembang menjadi madrasah yang diminati dan mendapat kepercayaan besar dari masyarakat. Sejalan dengan visi lembaga, MTs Pembangunan senantiasa berbenah agar dapat memberikan pendidikan baik pendidikan agama maupun pendidikan umum yang berkualitas. Dengan tiga pilar keunggulan berupa basic science, bahasa dan akhlakul karimah, MTs Pembangunan memadukan pendidikan agama dan pengetahuan umum sama kuat. Pengetahuan luas dengan dasar pendidikan agama yang kuat akan menjadi bekal bagi peserta didik hidup di era global yang penuh dengan tantangan. Adapun tokoh-tokoh pendiri Madrasah Pembangunan antara lain: 1. Drs. H. Kafrawi Ridwan, MA (Direktur Perguruan Tinggi Departemen Agama dan Wakil Rektor III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2. Prof. Dr. HAR Partosentono (Wakil Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
156
3. Drs. H. Husen Segaf, MA (Wakil Rektor II IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). 4. Drs. H. Bakar Yakob (Ketua Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). 5. Drs. H. Agustiar, MA (Ketua Jurusan Pedagogik, Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). 6. Drs. H.A. Muzakir (Kasubid II Direktorat Pendidikan Depertemen Agama). 7. Drs. H.M. Ali Hasan (Kepala Seksi Pembina Tenaga Guru dan Pengawas Subdit V Direktorat Pendidikan Agama Depertemen Agama).
Data Madrasah Nama Madrasah
: Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta
NSS
: 121231740001
Status
: Swasta (Terakreditasi A) : Jl. Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif
Alamat
Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, Banten.
Telepon
: (021) 7402172, (021) 7401143
Fax
: (021) 7421156
Direktur Madarsah
Bahrissalim, MA
Kepala Madrasah
: Ir. Hj. Eha Soriha, M.Si.
Wakabid Kurikulum
: Mardi, MA
Wakabid Kesiswaan
: Momon Mujiburrahman, MA.
Tenaga pendidik Pendidikan Terakhir
Nama Lengkap
Drs. Syukri A. Gani
Tempat
Tanggal Lahir
Jenis
Lahir
(dd/mm/yyyy)
Kelamin
Lampisang,
19/01/1960
L
Kelompok Jenjang
Program Studi
S1
Bahasa
157
Inggris Drs. Miran
Pati,
22/04/1960
L
S1
Sejarah
Drs. Hamdani
Bekasi
08/10/1965
L
S1
Bahasa Arab
Djamaluddin, M.Pd.
Jakarta,
08/07/1972
L
S1
Matematika
Ir. Hj. Eha Soriha
Serang,
10/05/1964
P
S2
Biologi
Majalengka,
27/02/1974
L
S2
Bahasa Arab
Jakarta,
08/09/1958
P
Drs. Misro
Serang,
10/12/1968
L
Yayah Robiah, S.Pd.
Jakarta,
25/03/1975
P
Romli, S.Ag.
Pandeglang,
08/03/1972
L
Tangerang,
08/10/1960
L
Kota Besi,
25/12/1972
P
Jakarta,
21/05/1960
L
Jakarta,
29/12/1973
P
Ali Ahmad, M.Pd.
Malang,
15/07/1963
L
S2
Mardi, M.A.
Pandeglang,
02/09/1980
L
S2
Bogor,
12/04/1972
L
Nia Kurniawan, S.Pd.
Ciamis,
01/07/1979
L
S1
Penjaskes
Saroni, S.Pd.
Jakarta
22/10/1977
L
S1
Penjaskes
Wildah, S.Pd.
Jakarta,
24/10/1970
P
S1
Matematika
Wiwin Wiwitri, S.Pd.
Tangerang,
07/12/1980
P
S1
Bahasa
Agus Wahyudi, ST
Tangerang,
13/08/1978
L
Momon Mujiburahman. M.A. Dra.
Hj.
Rini
Machdarini
Drs.
Cecep
Khaerudin,MA Hernawati, S.Pd. Drs. H.
M. Fuad
Kasa Umi Prastyaningsih, ST.
Abdul
Mutaqin,
S.Ag.
S1
S1
Biologi Aqidah Akhlak
S1
Bahasa Inggris
S1
Qur’an Hadits
S2
Bahasa Arab
S1
Bahasa Indonesia
S1
Bahasa Indonesia
S1
S1
Fisika Bahasa Indonesia Bahasa Arab SKI
Inggris S1
Matematika
158
Aqsol Aziz, MA
Batang,
02/08/1979
L
S2
Fikih
Fitriyanti, ST.
Jakarta,
06/10/1980
P
S1
Matematika
Yayah Zakiah, S.Pd.
Jakarta,
23/06/1982
P
S1
Biologi
Jakarta,
13/06/1985
P
Indramayu,
04/12/1981
L
Jakarta,
16/07/1984
L
Jakarta,
25/06/1986
P
10/11/1983
L
Jakarta,
18/01/1980
P
Jakarta
06/06/1987
P
Lebak
01/01/1985
L
Hikmah Lestari, S.Pd
Tegal
15/07/1984
P
Sari Mubaroh, S.Pd
Kupang
12/01/1985
P
H. Darul Janin, S.Ag
Sukabumi
07/08/1960
L
S2
Matematika
Elva Sofia, S.Pd
Pandeglang,
22/09/1988
P
S1
IPA
Shodikin,S.Kom
Cirebon
17/07/1983
L
S1
Prakarya
Jakarta
19/08/1985
P
Palembang
24/03/1993
P
Jakarta
22/08/1990
P
Ratih Nurul Annisa, S.Sos. Tajul Arif, S.Si. Ahmad Sandy Rizani, S.Pd. Purwainingsih, S.Pd.
Dry Muharma, S.Pd. Maulidati
Sabat,
S.Pd. Nur Alfi Laili, S.Pd Jaenal
Mutaqin,
S.Pd.I
Khaironi
Agustini,
S.Pd.I Devi
Suci
Fitriah,
S.Pd Hani Inayati, S.Psi
Fanny Kemala, S.Pd
Batu Sangkar,
Jakarta
04/10/1988
S1
S1 S1
S1
PKn Matematika Fisika Bahasa Indonesia
S1
S1
S1
IPS
Ekonomi Sejarah Geografi
S1
S1
SKI Bahasa Inggris
S1
Bahasa Inggris
TIK S1
Aqidah Akhlak
S1
Seni Budaya
S1
BK/BP
S1
Bahasa
P
Indonesia PKn
Alipiah, S.Pd.I
Bekasi
28/01/1986
P
S1
Qur’an
159
Hadits Idham Khalid, S.Pd.I
-
-
P
S1
Fiqih
Saiful Akbar, S.Pd.
-
-
L
S1
Matematika
Dra. Sumarji
Klaten,
27/03/1961
P
S1
BP/BK
Ahmad Zaki, S.Pd.
-
-
L
S1
Tahfidz
Fairus Kamila, S.Pd.
-
-
L
-
-
L
Andri
Sulistyanto,
S.Pd.
Khat S1 S1
Biologi BK/BP
Siswa Kapasitas Kelas Kelas 7 Mts 8 Mts 9 Mts
Rombel 8 rombel (5 rombel regular, 3 rombel bilingual) 8 rombel (5 rombel regular, 3 rombel bilingual) 8 rombel (5 rombel regular, 3 rombel bilingual) Jumlah Seluruh Siswa/i
Jumlah Siswa 256 siswa 256 siswa 256 siswa siswa
Kegiatan Kesiswaan Kegiatan-kegiatan kesiswaan yang diadakan di madrasah ini meliputi kegiatan pembiasaan, kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Berikut adalah pemaparannya: 1. Kegiatan Pembiasaan/rutin Kegiatan rutin yang dilakukan di madrasah ini adalah sebagai berikut: Sholat berjama’ah setiap hari berikut sholat Jum’at dan keputrian Habitual curriculum setiap hari Senin-Rabu Budaya Baca setiap hari Kamis Hafalan doa dan surat pendek setiap minggu. Kegiatan pembelajaran 2. Waktu Belajar Kegiatan pembelajaran dimadrasah ini dilakukan setiap hari Senin s.d. Jum’at. Dimulai dari jam 07.00-15.00 untuk hari Senin-Rabu, 07.00-14.00 untuk hari Kamis, dan 07.00-11.30 untuk hari Jum’at. Adapun dihari Sabtu
160
dipergunakan untuk kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler) dan pendalaman materi. 3. Mata Pelajaran Berikut ini adalah data mata pelajaran yang harus dipenuhi oleh para siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits Aqidah Akhlak Fiqih Sejarah Kebudayaan Islam Pendidikan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Bahasa Arab Bahasa Inggris Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosil Seni Budaya Pendidikan Jasmani TIK
Kelas VII 2 2 2 2
VIII 2 2 2 2
IX 2 2 2 2
2
2
2
4 4 4 5 4 4 1 2 2
4 4 4 5 4 4 1 2 2
4 4 4 5 4 4 1 2 2
4. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan dimadrasah ini banyak sekali, sehingga diharapkan semua siswa dapt memilih kegiatan tersebut sesuai dengan keinginan dan minat siswa untuk pengembangan dirinya. Diantara kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah: a. Palang Merah Remaja (PMR). b. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). c. Journalist Student Community (JSC). d. Student Company (SC) e. Paskibra f. Bola Basket
161
g. Sepak Bola/ Futsal h. Musik/Band i. Tari Saman j. Musikalisasi Puisi k. Robotik
162
163
164
BIODATA PENULIS
Arruum Arinda, lahir di desa Sukajaya, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung, pada hari selasa 08 Februari 1994. Ayahanda bernama Sumardis seorang guru matematika di Sekolah Dasar Negeri 03 Sukajaya. Ibu saya Marsiyem seorang guru honorer di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Sukajaya. Pendidikan saya dimulai pada tahun 1999 hingga 2000 di TK Asih Sejati Sukajaya, Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Kemudian melanjutkan di SDN 01 Sukajaya, Gunung Agung, Tulang Bawang Barat, Lampung tahun 20012006. Setelah itu melanjutkan ke SMPN 01 Gunung Agung, desa Sukajaya, Gunung Agung, Tulang Bawang Barat, Lampung tahun 2007-2009. Pada jenjang SD sampai SMP sambil mesantren di Pondok Pesantren Darul Falah Sukajaya. Pendidikan selanjutnya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 01 Lampung Timur, desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung tahun 2010-1012 dan tinggal di islamic boarding school MAN 01 Lampung Timur. Dilanjutkan dengan menempuh jenjang pendidikan tahun 2012 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.
165