III. TINJAUAN TENTANG MINYAK DAN LEMAK DUNIA, PERDAGANGAN SERTA INDUSTRI MINYAK SAWIT MALAYSIA DAN INDONESIA
3.1.
Tinjauan tentang Minyak dan Lemak Dunia 1999-2008 Keseimbangan minyak dan lemak dunia merupakan gabungan minyak
dan lemak yang berasal dari minyak nabati (vegetable oil) dan minyak hewani (animal oil) yang terdiri dari total cadangan terbuka, total produksi, total impor, total ekspor, pemakaian dan total cadangan akhir. Total cadangan terbuka minyak dan lemak dunia dari tahun 1994 sampai tahun 2005 mengalami fluktuasi, tahun 1994 adalah 11.2 juta ton naik menjadi 15.5 juta ton tahun 2002 dan turun pada tahun 2005 menjadi 14.6 juta ton, naik lagi menjadi 17.7 juta ton tahun 2008. Sementara itu produksi minyak dan lemak dunia mengalami kenaikan dari 88.5 juta ton tahun 1994 menjadi 141 juta ton tahun 2005 dan naik lagi menjadi 160 juta ton tahun 2008. (MPOB, 2009). Aktivitas perdagangan minyak dan lemak dunia juga mengalami kenaikan seiring naiknya produksi minyak dan lemak dunia, pada tahun 1994 impor dunia adalah 27.1 juta ton naik menjadi 50.9 juta ton tahun 2005, naik lagi menjadi 61.2 juta ton tahun 2008. Sedangkan, jumlah ekspor naik dari 27.4 juta ton pada tahun 1994 menjadi 51.1 juta ton tahun 2005, naik lagi menjadi 60.8 juta ton tahun 2008. Sementara itu pemakaian minyak dan lemak dunia mengalami kenaikan setiap tahun dari hanya 88.7 juta ton tahun 1994 naik menjadi 139.4 juta ton tahun 2005, naik menjadi 159.5 juta ton tahun 2008. Dilihat dari data keseimbangan keseluruhan, terdapat kelebihan
36
37
cadangan akhir pada tahun 2005 sebesar 16.1 juta ton naik menjadi 19 juta ton tahun 2008. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2. 3.1.1. Produksi Produksi minyak dan lemak dunia pada dekade terakhir mengalami perkembangan pesat yaitu melebihi 40 persen, pada tahun 1994 produksi total dunia hanya 88 520 000 ton naik menjadi 140 983 000 ton pada tahun 2005, naik lagi menjadi 158 422 000 ton tahun 2008, dengan kenaikan terbesar pada minyak nabati dari 68 373 000 ton tahun 1994 naik menjadi 117 366 000 ton tahun 2005, naik lagi menjadi 133 898 000 ton tahun 2008 atau tumbuh 72 persen, sisanya minyak hewani naik dari 20 147 000 ton pada tahun 1994 naik menjadi 23 617 000 ton tahun 2005, naik lagi menjadi 24 524 000 ton tahun 2008 tumbuh 15 persen. (MPOB, 2009). Produksi minyak dan lemak dunia terbesar berasal dari minyak sawit dengan jumlah produksi tahun 1994 adalah 14 304 000 ton, naik menjadi 27 383 000 ton, 22 persen tahun 2003, naik lagi menjadi 43 118 000 ton, 27.2 persen tahun 2008 dari produksi minyak dan lemak dunia. Sedangkan pesaing terkuat minyak sawit dunia adalah minyak kedele dengan jumlah produksi tahun 1994 adalah 14 304 000 ton, naik menjadi 27 383 000 ton, 22 persen tahun 2003 dan naik lagi menjadi 37 164 000 ton, 23.4 persen tahun 2008 dari produksi minyak dan lemak dunia. Minyak lain sebagai pesaing minyak sawit dunia adalah minyak canola (rapeseed) dengan produksi sekitar 19 847 000 ton tahun 2008 dan minyak bunga matahari sekitar 10 687 000 ton tahun 2008. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 3.
38
39
40
Disisi lain produksi Minyak dan lemak dunia berdasarkan negara asal dapat dilihat pada Tabel 4.
Tahun 2008 Indonesia adalah negara produser
minyak dan lemak terbesar dunia yaitu 21 587 000 ton, disusul oleh Uni Eropa sebanyak 20 059 000 ton.
Negara
penghasil
minyak dan lemak dunia
terbesar ketiga adalah China, P.R sekitar 19 900 000 ton dan produsen minyak dan lemak dunia keempat dan kelima adalah Malaysia 19 579 000 ton dan USA sebanyak 17 289 000 ton.
3.1.2. Konsumsi Negara konsumen terbesar minyak dan lemak dunia adalah China dengan total konsumsi 30 567 000 ton tahun 2008 disusul oleh Uni Eropa dengan total konsumsi 28 767 000 ton. Sedangkan Amerika Serikat dan India merupakan negara urutan ketiga dan keempat dalam konsumsi minyak dan lemak dunia tahun 2008 sekitar 17 258 000 ton dan 14 972 000 ton, seterusnya negara bekas Uni Sovyet, Brazil dan Indonesia masing-masing berada pada urutan keempat,
kelima dan keenam dalam mengkonsumsi
minyak dan lemak dunia yaitu 6 232 000 ton, 5 961 000 dan 5 209 000 ton. Total konsumsi minyak dan lemak dunia tahun 2008 adalah 159 563 000 ton dengan kebutuhan konsumsi minyak dan lemak dunia naik tiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 5. 3.2. Perdagangan Aktivitas perdagangan minyak dan lemak dunia dari tahun 1999 sampai tahun 2008 terus meningkat baik dalam aktivitas impor maupun ekspor. Jumlah impor pada dekade terakhir tahun 1999-2008 mengalami kenaikan
41
42
43
yang signifikan sekitar 80 persen dari 34 607 000 ton tahun 1999 menjadi 61 202 000 ton tahun 2008, begitu juga kegiatan ekspor naik dari 34 636 000 ton tahun 1999 menjadi 60 787 000 ton tahun 2008 atau naik 76.5 persen. Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah impor 17 besar minyak dan lemak dunia dari tahun 1999-2008.
3.2.1
Impor Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa jenis minyak dan
lemak dunia yang paling banyak diimpor dunia adalah minyak kelapa sawit, pada tahun 1994 jumlah impor minyak sawit dunia 10 614 000 ton, 39 persen dari total impor minyak dan lemak dunia pada tahun 2003 naik menjadi 21 248 000 ton, 48 persen dan naik lagi menjadi 33 695 000 ton, 54 persen dari total impor minyak dan lemak dunia. Jumlah impor minyak kedele berada pada urutan kedua impor minyak dan lemak dunia yaitu 4 693 000 ton, 17 persen pada tahun 1994 naik menjadi 9 818 000 ton, 22 persen tahun 2003 dan naik lagi menjadi 10 461 000 ton, 16.3 persen tahun 2008 dari total impor minyak dan lemak dunia. Kemudian minyak bunga matahari berada pada urutan ketiga jumlah impor minyak dan lemak dunia, pada tahun 1994 impor dunia adalah 2 006 000 ton, 7.4 persen naik menjadi 2 676 000 ton, 6 persen tahun 2003 dan naik lagi menjadi 3 758 000 ton, 6.1 persen tahun 2008 dari total impor minyak dan lemak dunia.
Pada Tabel 6 dapat dilihat negara
pengimpor terbesar minyak dan lemak dunia tahun 1999-2008. (MPOB, 2009). Sedangkan, menurut data Tabel 7. Negara pengimpor minyak dan lemak dunia terbesar adalah negara China, pada tahun 1994 impor minyak
44
45
dan lemak yaitu 3 749 000 ton, 13.8 persen naik menjadi 6 261 000 ton, 14.1 persen tahun 2003, dan naik lagi menjadi 10 984 000 ton tahun 2008. Urutan kedua sebagai negara pengimpor minyak dan lemak dunia adalah Uni Eropa pada tahun 1994 dengan jumlah 4 477 000 ton, 16.5 persen
naik
menjadi 6 267 000 ton, 14 persen tahun 2003, dan naik lagi menjadi 9 973 000 ton taun 2008 dari total impor minyak dan lemak dunia. Sedangkan India adalah negara pengimpor ketiga terbesar, awalnya merupakan pertumbuhan impor terbesar di dunia, tahun 1994 hanya 513 000 ton, 1.9 persen dari total impor minyak dan lemak dunia, pada tahun 2003 naik menjadi 5 582 000 ton 12.6 persen, namun turun menjadi 5 443 000 ton, 8.8 persen tahun 2008.
Negara pengimpor urutan keempat dan kelima adalah Amerika dan Pakistan dengan jumlah impor pada tahun 1994 masing-masing
1 451 000
ton dan 1 518 000 ton, pada tahun 2008 impor minyak dan lemak Amerika Serikat naik menjadi 2 759 000 ton dan Pakistan impor minyak dan lemaknya naik menjadi 1 931 000 ton. 3.2.2. Ekspor Jenis minyak dan lemak dunia yang paling banyak diekspor ke pasar dunia adalah minyak kelapa sawit. Tahun 1994 total ekspor minyak kelapa sawit 10 760 000 ton, 39% naik menjadi 21 116 000 ton, 47.7 persen pada tahun 2003 dan naik lagi menjadi 33 620 000 ton 55 persen pada tahun 2008. Sedangkan jumlah ekspor kedele dunia berada pada urutan kedua,
pada
tahun 1994 total ekspor adalah 4 786 000 ton 17.4 persen naik menjadi 9 818 000 ton, 22.2 persen pada tahun 2003 dan naik lagi menjadi 10 059 000 ton
46
16.7 persen pada tahun 2008. Jenis minyak dan lemak dunia dengan total ekspor terbesar ketiga adalah minyak bunga matahari dengan total ekspor pada tahun 1994 adalah 1 996 000 ton 7.3 persen naik menjadi 2 676 000 ton atau 6 persen tahun 2003 dan naik lagi menjadi 3 851 000 ton, 5 persen pada tahun 2008 dari total ekspor minyak dan lemak dunia pada tahun 2008. Lemak binatang (tallow) dan minyak kelapa diurutan ke empat dan kelima dari jumlah ekspor terbesar minyak dan lemak dunia, pada tahun 1994 jumlah ekspor lemak binatang adalah 2 254 000 ton, 9.8 persen naik sedikit menjadi 2 255 000 ton, 6 persen tahun 2003 dan naik lagi menjadi 3 959 000 ton, 6.5 persen dari total ekspor minyak dan lemak dunia tahun 2003. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8. Sementara itu pada Tabel 9. dapat dilihat jumlah ekspor berdasarkan negara pengekspor utama dunia, negara dengan jumlah ekspor minyak dan lemak terbesar dunia pada tahun 1994 adalah Malaysia dengan total ekspor 6 750 000 ton, 24.6 persen, naik menjadi 13 652 000 ton, 30.8 persen dari total ekspor minyak dan lemak dunia dan naik lagi menjadi 16 208 000 ton 26.7 persen tahun 2008. Indonesia adalah negara pengekspor minyak dan lemak urutan terbesar kedua dengan jumlah ekspor pada tahun 1994 adalah 2 173 000 ton, 8 persen naik menjadi 8 072 000 ton, 18.2 persen pada tahun 2003 dan naik menjadi 15 963 000 ton, 26.6 persen tahun 2008. Sedangkan Argentina dan Amerika Serikat berada pada urutan ketiga dan keempat sebagai negara pengekspor minyak dan lemak dunia,
pada tahun 1994
Argentina hanya mengekspor 231 000 ton, 0.84 persen pada tahun 2003 naik menjadi 5 599 000 ton, 12.7 persen dan naik lagi menjadi 8 573 000 ton,
47
48
49
15 persen pada tahun 2008. Sedangkan Amerika Serikat pada tahun 1994 mengekspor minyak dan lemak hanya 234 000 ton 0.85 persen, pada tahun 2003 naik menjadi 3 001 000 ton, 6.8 persen dan naik lagi menjad 3 159 000 ton, 5.2 persen tahun 2008 dari total ekspor minyak dan lemak dunia. 3.2.3. Cadangan Cadangan minyak dan lemak dunia pada Tabel 2. terbagi dua; pertama cadangan terbuka yaitu kisaran rata-rata cadangan sepanjang tahun, dan kedua cadangan akhir tahun. Cadangan ini dapat menjadi dasar perhitungan, misalnya tahun 2003 terdapat cadangan akhir sebanyak 13 228 000 ton atau 30 persen dan naik menjadi 18 994 000 ton, 31.7 persen tahun 2008 dari jumlah Ekspor dunia yang disimpan dalam bentuk cadangan minyak dan lemak dunia dan berpengaruh pada harga penawaran minyak dan lemak dunia pada tahun 2009. (MPOB, 2009). Cadangan akhir terbesar minyak dan lemak dunia adalah minyak kelapa sawit, pada tahun 1994 adalah 2 247 000 ton, 21 persen dari cadangan minyak dan lemak dunia dan pada tahun 2003 naik menjadi 3 500 000 ton, 26 persen, naik lagi menjadi 5 961 000 ton, 31 persen tahun 2008 dari cadangan total minyak dan lemak dunia. Cadangan terbesar kedua adalah minyak kedele 2 059 000 ton, 20 persen pada tahun 1994 naik menjadi 4 300 000 ton, 23 persen pada tahun 2008. Cadangan minyak dan lemak terbesar ketiga tahun 1994-2003 adalah minyak bunga matahari 1 098 000 ton, 10 persen dan pada tahun 2003 turun menjadi 1 058 000 ton, 10 persen dan cadangan terbesar ketiga tahun 2008 adalah minyak olive sebesar 1 269 000 ton, 7 persen. Cadangan urutan
50
51
keempat adalah cadangan minyak rapeseed dengan cadangan 983 000 ton, 9 persen pada tahun 1994, naik
menjadi 1 064 000
ton, 8 persen tahun
2003 dan naik lagi menjadi 1 217 000 ton, 6.8 persen dari total cadangan minyak dan lemak dunia. Sedangkan cadangan kelima pada tahun 2003
1994-
adalah minyak olive 684 000 ton, 6.3 persen pada tahun 1994 turun
menjadi 763 000 ton, 5.7 persen pada tahun 2003, sedangkan pada tahun 2008 cadangan terbesar kelima adalah minyak bunga matahari sebesar 1 094 000 ton, 5 persen. Untuk lebih jelasnya posisi cadangan masing-masing jenis minyak dan lemak dunia akhir tahun 2008. Lihat Tabel 10. 3.3.
Isu-Isu dalam Perdagangan Produk Persaingan Harga dan Non Harga
Pertanian
Menyangkut
Masing-masing negara terutama negara eksportir minyak dan lemak dunia menerapkan strategi dalam perdagangan produk pertanian agar unggul di pasar internasional;
ada yang melakukan subsidi produksi kepada
petaninya agar harga jual rendah dan kompetitif seperti Emerika Serikat tahun 2000-2004, ada yang memberikan subsidi ekspor, ada yang mengirim tenaga teknis ke negara tujuan ekspor seperti negara Eropa, ada yang melakukan moderenisasi teknis agar efisiensi dan produktivitas tinggi seperti Jepang dan Korea Selatan,
ada yang melakukan ekspansi
nagara lain (resource
investasi
langsung
ke
seeker strategy) seperti Amerika Serikat, Inggris dan
ada juga negara yang melakukan proteksi dengan menerapkan tarif impor maupun tarif ekspor untuk melindungi konsumen dalam negarinya seperti India. Tujuan kebijakan ini agar pelaku ekonomi mendapatkan harga yang kompetitif.
52
Selain persaingan harga, ada pula persaingan non harga (non tariff) yaitu melalui isu kesehatan, isu lingkungan dan isu keanekaragaman hayati (biodiversity). Jika suatu negara memiliki produk pertanian yang kompetitif, namun tidak memperhatikan keanekaragaman hayati dan merusak lingkungan dalam proses produksi atau pengolahan hasil produksi pertanian dapat dicekal penjualannya di pasar internasional.
3.3.1. Distorsi Perdagangan Bebas dan Proteksi Perdagangan Minyak dan lemak Nabati Dunia Menurut Gani (2006), hambatan Global pada minyak sawit : 1.
Persaingan minyak sawit dengan minyak produk lain seperti kacang kedele Brazil, kedele AS yang ketat dan diskriminasi tarif dan non tarif dalam perdagangn dunia seperti pengenaan tarif 80 % terhadap minyak sawit ke India, sementara itu tarif 40% pada minyak kacang kedele.
2.
Harga minyak sawit dan produk sawit dikuasai oleh pedagang dari perusahaan asing bukan oleh produsen minyak sawit Malaysia .
3.
Pemakaian bioteknologi oleh negara pesaing.
4.
Meningkatnya protes dari pencinta lingkungan sekitar. Selain terdapat distorsi perdagangan bebas, pada tahun 2001 terdapat
berbagai bentuk proteksi atau hambatan baik dalam bentuk pengenaan pajak impor, pajak ekspor, subsidi ekspor atau kuota, isu lingkungan, isu kesehatan dan batasan lainnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat beberapa bentuk proteksi pada perdagangan minyak dan lemak dunia pada Tabel 2004).
10.
(Ernawati,
53
3.3.2. Subsidi Produksi dan subsidi Ekspor Perdagangan produk pertanian adalah usaha yang banyak proteksi dan subsidi dibandingkan usaha sektor lainnya sebagai kategori persaingan harga, pada tahun 2005 masih banyak negara maju dan negara yang sedang berkembang setuju menurunkan subsidi hanya antara 20 persen menjadi 13 persen. Seperti subsidi produk pertanian AS oleh LDP (Loan Deficiency Programme),
subsidi pertanian di negara Eropa oleh OCP (Oilseeds
Compensatory Payments),
subsidi ekspor melalui program US GSM-102,
EEP dan sebagainya shingga harga jual minyak kedele, minyak bunga matahari, minyak kacang tanah cukup kompettitf di pasar dunia. (Basiron, 2005), Menurut studi Balu (2002), dampak program subsidi (US Soyabean Loan Programme) dapat mendorong petani untuk menanam kedele secara besar-besaran sehingga suplai kedele naik, bahkan petani lebih terpacu mendapatkan bantuan pemerintah daripada harga jual kedele di pasaran, dampak selanjutannya adalah menambah cadangan minyak dan lemak dunia, sekaligus menurunkan harga minyak nabati dunia. Program ini dikaji semenjak tahun 1991 namun efektif diterapkan tahun 1999 dengan tujuan untuk menurunkan harga minyak kedele di pasar internasional dan menaikan jumlah ekspor minyak kedelei, secara tidak langsung berdampak pada turunnya harga minyak sawit dunia. Cepat dan tajamnya penurun harga CPO dunia dari RM 2500/ton pada tahun 1987 menjadi RM 720/ton pada tahun 2001, PKO dari RM 1200/ton turun menjadi RM 407/ton tahun 2001 membuat banyak perusahaan Kelapa
54
Sawit Malaysia khawatir akan terjadi kebangkrutan. Pada harga minyak sawit seperti ini hanya cukup untuk menutupi biaya operasional dan selama fluktuasi harga masih bergerak normal tidak menjadi masalah namun penurunan harga ini sangat menyakitkan bagi manajemen perusahan perkebunan mulai dari perkebunan besar sampai ke perkebunan rakyat. Multiplier effek dari nilai CPO dan PKO ini bedampak negatif pada perekonomian Malaysia. (Ming, 2001). Sementara itu menurut Nordin (2001),
Penurunan harga CPO dan
PKO bulan Februari 1999 berdampak langsung pada harga Tandan Buah Segar (FFB-fresh fruit Bunch) pada tingkat petani. Harga rata-rata bulanan turun 72 persen dari RM 22.43 untuk 1 persen rendemen (OER-Oil Extraction Ratio) turun menjadi RM 6.2 untuk 1 persen rendemen sampai bulan Januari tahun 2001. Penurunan harga CPO dan PKO ini tidak hanya berdampak pada turunnya pendapatan petani,
tapi juga mengancam keharmonisan
hubungan antar industri pengolahan minyak kelapa sawit dengan petani bahkan antar sesama pabrik. Sebagai negara produsen minyak dan lemak terbesar kedua dunia, Amerika Serikat banyak memberi subsidi kepada petaninya seperti : Program bantuan langsung tunai,
pinjaman lunak kepada petani, bantuan ekspor
dan jenis bantuan lainnya. Berikut ini dapat dilihat besarnya subsidi bantuan tunai pemerintah Amerika Serikat kepada petaninya lihat Tabel 11. Lebih lanjut, pada Tabel 12. Dapat dilihat jumlah bantuan per jenis komoditi pertanian di Amerika Serikat, dimana bantuan untuk komoditi kedele
55
adalah terbesar yaitu US$ 5.26 / bushel tahun 1996-2002 turun menjadi US$ 5 /bushel tahun 2004-2007. Bantuan terbesar kedua adalah pada komoditi Tabel 11. Hambatan Perdagangan Minyak dan Lemak Dunia oleh Negara Pengekspor dan Negara Pengimpor Tahun 1997-2007 (%)
Negara China Asia Selatan India Kananda Amerika Latin
Minyak Bijian 74
Hambatan Tarif (%) Minyak Makanan Sayur 25 74
Minyak Klp.Sawit 75
15.3 40 0 9.4
11.6 33 0 14.2
11.6 33 9 14.2
10 75 8 t.a.d
Indonesia
20
20
10
0-60
Malaysia
20
20
10
Negara-negara Eropa Amerika Serikat
0
0
10.8
Ad. Val 0-25 9.6
0.2
0
11
11.4
Meksiko
3.1
19.4
19.4
t.a.d
5.9 5.9 14.1 14.11
12.3 12.3 11.3 11.25
12.3 12.3 17.8 17.11
t..a.d Ad.Val 60 t.a.d -
Argentina Brazil Dunia Rata-rata
Hambatan Non-Tarif Quota tidak transparan Tidak ada data Tidak ada data Subsidi bibit Subsidi produsen minyak biji-bijian Pajak ekspor, batasan export berupa quota Subsidi ekspor Tidak ada data Dukungan harga untuk kacang kedelai dan kacang tanah Pajak ekspor pada kacang kedelai Pajak ekspor Tidak ada data Tidak ada data -
Sumber : Global Trade Analysis Project (GTAP) Version 5 in Elbehri, 2007.
gandum sebesar US$ 2.58 / bushel tahun 1996-2002 dan US$ 3.92 / bushel tahun 2002-2007. Berikut ini ditampilkan besarnya bantuan pemerintah pada berbagai jenis komoditi pertanian di Amerika Serikat 1997-2007. Pada Tabel 13, dapat dilihat produksi kedele, besarnya bantuan serta target harga per bushel di Amerika Serikat 1998-2005,
dimana produksi
kedele terbesar terjadi 2002 yaitu 78 680 000 ton, pada saat itu bantuan langsung petani rata-rata US$ 5.26, kemudian pada tahun 2005 turun menjadi
56
77 840 000 ton dimana bantuan kepada petani juga turun menjadi US$ 5 / bushel. Tabel 12. Batuan Langsung Tunai Pemerintah Amerika Serikat pada Petaninya Tahun 1998-2005 Jenis Bantuan Bantuan bid. pemasaran (Marketing loan gains) Bantuan fleksibel produksi (Production flexibility Contracts) Bantuan Langsung Tunia (Direct payments) Bantuan atas tahun lalu kerugian (Counter-cyclical payments) Bantuan cacat perjanjian (Loan deficiency payments) Bantuan Darurat (Emergency assistance) Lain-lain (Others) Total Bantuan Langsung
2000
2001
2002
2003
2004
US$ juta
US$ juta
US$ juta
US$ juta
US$ juta
171.1
895.5
1 127.1
2 160.0
2 440.0
6 000.6
5 045.7
5 048.8
3 881.9
3 013.8
-
-
-
-
5 036.3
-
-
-
-
2 246.2
1 783.0
5 919.1
6 424.5
5 567.7
5 589.4
2 18.0
7 803.9
8 492.5
7 111.6
5.5
1 607.3 12 380.0
1 848.9 21 513.1
1 803.5 22 896.4
1 803.5 21 368.4
3 353.9 21 684.9
Sumber : ERS USDA, 2005.
Selain bantuan produksi berikut ini juga dapat dilihat alokasi bantuan kredit ekspor untuk beberapa produk pertanian terutama pada minyak dan lemak Amerika Serikat, bantuan terbesar adalah pada pelatihan bidang prosesing makanan US$ 842 000 000 pada tahun 2001 dan bantuan (section 416 (b)) sebanyak US$ 630 000 000 berikutnya adalah bantuan pada suplier sebanyak US$ 226 000 000 dapat dilihat pada Tabel 13.
57
Tabel 13. Jumlah Pinjaman, Bantuan Lagsung dan Target Harga Produk Pertanian Amerika Serikat Tahun 1996-2007 Bantuan langsung
Jumlah Bantuan
Komoditi
(dalam US $ )
1996-2002
2002-2003
Target Harga (CCP) (dalam US $)
(dalam US $)
2004-2007
2002-2007
2002-2003
2004-2007
Jagung/ corn (bu)
1.89
1.98
1.96
0.28
2.6
2.63
Kedele /Soyabean (bu)
5.26
5
5
0.44
5.80
5.80
Tepung Gandum /wheat (bu)
2.58
2.80
2.75
0.52
3.85
3.92
Gandum /Oats (bu)
1.21
1.35
1.33
0.024
1.4
1.44
Barley (bu)
1.65
1.88
1.85
0.24
2.21
2.24
Sorghum (bu)
1.71
1.98
1.95
0.35
2.54
2.57
Kapas /Cotton (lb)
0.52
0.52
0.52
0.067
0.72
0.72
Rice /padi (cwt)
6.5
6.5
6.5
2.35
10.5
10.5
Jenis minyak lainnya/Minor Oilseeds (lb)
0.1
0.096
0.9
0.008
0.098
0.10
Sumber : USDA, 2002.
Tabel 14. Luas Tanam, Luas Areal Panen, Produksi dan Harga Rata-rata Kedele Amerika Serikat Tahun 1998-2003
Tahun
Areal (juta Ha) Areal Areal Tanam Panen
Produksi (juta ton)
Jumlah Bantuan (US$/bushel)
Harga ratarata petani (USS$/bushel)
1998/99
29.14
28.49
74.60
5.26
4.93
1999/00
29.83
29.32
72.22
5.26
4.63
2000/01
30.07
29.30
75.06
5.26
4.54
2001/02
29.99
29.54
78.68
5.26
4.25
2002/03
29.50
29.1
77.84
5.00
4.15
2003/04 29.70 29.32 Sumber : USDA, Juli 2005.
78.23
5.00
4.25
58
Khusus paket bantuan GSM-102 dapat dilihat besarnya bantuan pada beberapa jenis minyak dan lemak Amerika Serikat 1998-2004, lihat Tabel 14. Jumlah paket bantuan GSM-102 yang diumumkan dari tahun 1998 menunjukkan penurunan dari US$ 5 793 juta menjadi US$ 4 131 juta pada tahun 2004, baik bantuan pada minyak sayur, minyak makan maupun pada minyak biji-bijian. Lihat Tabel 15. Tabel 15. Program Bantuan Ekspor Produk Pertanian Amerika Serikat Tahun 2004
Jenis Program * Kredit Ekspor (Eksport Credit Guaratee) - GSM-102 - GSM-103 - Kredit kepada Suplier (Supplier Credit Guarantee) - Kredit Fasilitas (Facility Credit Guarantee) * Bantuan untuk menaikan Ekspor (Eksport Enhancement Programme - EEP) * Program pelatihan makanan (Food Assist. Prog.) - PL 480 (Title I) - Section 416 (b**) - Food for progress * Program akses pasar (Market Access Programme) * Bantuan Kerja sama luar negeri (Foreign Market Development Cooperator Programme) Catatan :
Jumlah yang Diumumkan dalam US $ Juta
4.7 193
3 42.3
720
226 Tidak terdaftar
478
6.8*
-
842
-
156 630 56
90
33.5
* Bantuan untuk ruang pendingin produk peternakan ** 416(b) paket Pertanian 1949
Sumber : USDA, 2004.
Realisasi Bantuan Terdaftar dalam US $ Juta
Tidak terdaftar
Tidak terdaftar
59
3.3.3. Isu Keanekaragaman Hayati dan lingkungan, Persaingan Non-Harga Manurut studi Janet dan Pimbert (1992), salah satu alasan mengapa keanekaragaman hayati menjadi isu amat penting akhir-akhir ini bukanlah karena mulai hilangnya sumberdaya hayati,
tetapi karena meningkatknya
potensi ekonomi hayati akibat perkembangan bioteknologi.
Di
Amerika
Serikat saja penjualan obat berbasis tanaman mencapai US$ 15.5 milyar tahun 1990. Keanekaragaman hayati telah menjadi fokus perhatian utama para pemerintah dan para pebisnis yang mengetahui potensi keuntungannya. Tabel 16. Jumlah Bantuan pada Program GSM-102 Jumlah yang Terdaftar (US$ juta) Tahun Fiskal
Jumlah Bantuan yang diumumkan
Minyak Sayur (Vegetable Oil)
Minyak Makan (Oil meal)
Minyak Biji-bijian (Oilseeds)
1998
5 793
144.0
186.0
625.7
1999
5 121
148.5
137.1
665.3
2000
4 550
94.6
207.1
744.1
2001
4 653
62.4
375.1
686.1
2002
4 131
90.7
257.1
495.6
2003
4 211
82.0
315.1
502.3
Sumber : Oilseeds : World Markets and Trade. USDA, 2004.
Perkiraan jenis kehidupan dimuka bumi ini sekitar 5 juta sampai 25 juta macam, sekitar 75% dari keanekaragaman hayati berada di belahan bumi bagian selatan, namun sekitar 1.5 juta spesies tanaman dan 300 000 spesies hewan telah disimpan dalam berbagai tempat seperti bank gen, percobaan,
kebun
kebun binatang, preservasi dingin, kultur jaringan dan telah
60
dipatenkan sesuai penemunya sebagai kekayaan intelektual sebagian besar masyarakat Utara dan menjadi produk komersial. Lihat Tabel 16. Keanekaragaman genetika selama ini selalu menjadi bahan baku dalam penelitian pertanian medis. Paling tidak ada 7 000 senyawa obat di Farmakopoia Barat diambil dari tanaman,
berikut ini sebagian kecil dari data
perusahaan yang bergerak pada bidang bisnis obat. (Janet, 2004). Tabel 17. Beberapa Perusahaan yang Bergerak pada Bisnis Tanaman dan Hewan (Bioprospecting) Perusahaan
Kepentingan
Tempat
Penggunaan
American Cyanamid
Mengumpulkan tanaman lahan kering dan litbang farmasi Penemuan obat dari tanaan
Meksiko, Chili, Argentina
Prioritas pd tanaman dengan etnobotanis yang kaya Koleksi spsesifik tdk diketahui
Tanaman, mikroba
Kostarika, dan hutan tropis kering Suriname
AMEAD Corp. American R&D (consortium) Boehringger Ingenlheim Bristol Myers Squibb
Glaxo Group (Inggris) Magainain Pharmaceuticals (AS) Rice Biotechnology Institue (Jepang Maxuz Ecuador, Inc (anak perush Maxus Petrolieum, AS)
Merc and Company
Serangga, tanaman hutan utk anti (HIV), jamur, mikroba, organisme laut Tanaman, jamur, mikroba, organisme laut ReptilliaAfrika, ikan dan organisme laut
Bolivia, Colombia, Ekuador
Info etnobotais dari kegiatan untuk pengobatan tradisonal
Asia, Amerika Latin, dan lainnya
Organisme laut
Mikronesia
1200 spesies tanaman sudah dikumpulkan, 18 merupakan baru bagi dunia Jamur, mikroba, organisme laut, tanaman
Ekuador hutan hujan tropis
Amerika Latin
Memegang paten antikoagulan yang berasal dari tanaman
Sumber : Janet, 2004.
Manurut Janet (1992), Bioteknologi sering dinyatakan sebagai jawaban untuk memberi makan penduduk dunia yang kian membengkak, tetapi sangat sedikit riset dan uji coba lapangan yang dialokasikan untuk menjawab
61
tantangan ini karena tingginya biaya untuk mendapatkan teknologi tersebut. Perusahaan yang mengembangkan bioteknologi tidak dapat mengembangkan produk untuk orang yang tidak mampu membayarnya, bahkan bagi orang yang miskin membeli makanan tradisional pun tidak mampu apa lagi untuk membeli hasil desainer biotek tersebut. Berdasarkan data, ada sekitar 11.5 persen dari lahan Malaysia atau sekitar 700.000 Ha telah ditetapkan sebagai lahan konservasi, hutan lindung dan hanya sekitar 48 persen dari lahan pertanian yang ditanami kelapa sawit. Menurut penelitian keanekaragaman hayati, dari 15 Ha lahan di hutan tropis Asean setara dengan keanekaragaman hayati di seluruh daratan Amerika, berarti luas hutan konservasi dan hutan lindung yang ada di Malaysia sudah cukup untuk menjamin keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan.
3.3.4. Organisasi Perdagangan Dunia Organisasi perdagangan dunia atau Word Trade Organization (WTO) diawali dengan kesepakatan tentang tarif pada pertemuan pemimpin 7 negara maju di Uruguay tahun 1948, kemudian disetujui dan ditandatangani oleh 124 negara anggota di Marrakesh (Maroko) pada bulan Juni 1994, untuk merealisasikan isi perjanjian dibentuk badan administrasi dan pengawasan perdagangan dunia pada tanggal 1 Januari 1995 yang disebut dengan WTO. Badan organisasi WTO dilengkapi dengan bidang organisasi seperti TRIPs (Trade Related Investment Property Rights) organisasi perlindungan kekayaan intelektual, TRIMs
(Trade Related Investment Measures), dan AoA
(Agreement of Agriculture) kesepakatan perdagangan produk pertanian dan
62
blok-blok perdagangan bebas yang mengikat anggotanya seperti di ASEAN adanya AFTA (ASEAN Free Trade Association) dan APEC (Asia Pacific Economic Caucus) serta NAFTA (North America Free Trade Association) melibatkan Mexico dan UE (Europen Union). Khusus pada bidang pertanian dapat dilihat inti materi kesepatan putaran Uruguay Tabel 18. Tabel 18. Kesepakatan tentang Produk Pertanian pada Putaran Uruguay Nagara Maju
Nagara Sedang Berkembang
Ya
Ya
35 % selama 6 tahun
24 % selama 10 tahun
15% setiap penurunan
10% setiap penurunan
kuota,
20% selama 6 tahun
13% selama 10 tahun
1. Penurunan bantuan pada produk pertanian
20% selama 6 tahun
13 % selama 10 tahun
Penurunan subsidi atas nilai ekspor
36% selama 6 tahun
24% selama 10 tahun
2. Penurunan subsidi atas volume ekspor
21 % selama 6 tahun
14% selama 10 tahun
a. Akses Pasar 1. Penurunan Tarif semua produk (NTMs) 2. Penurnan tarif
4. Akses minimum tarif kuota b. Subsidi Domestik
c. Subsidi Ekspor 1.
Sumber : Sekretariat GATT dalam Ernawati, 2004. a.
Komitmen tentang Akses Pasar,
penghapusan hambatan dalam
perdagangan (Non Trade Barriers-NTBs) berupa penurunan tarif secara bertahap.
Untuk negara maju ditargetkan penurunan tarif 36 persen
selama 6 tahun dan negara berkembang penurunan tarif 24 persen. Khusus untuk akses pasar diberi kelonggaran kuota impor minimum 3 persen sampai 5 persen tarif lebih rendah untuk konsumsi domestik.
63
b. Komitmen tentang Subsidi Domestik, bagi negara maju penurunan subsidi domestik berkisar 20 persen selama 6 tahun, sedangkan untuk negara berkembang penurunan 13 persen selama 10 tahun. c.
Komitmen tentang subsidi ekspor, bagi negara maju harus menurunkan subsidi ekspor sekitar 21 persen sampai 36 persen selama 6 tahun sedangkan untuk negara berkembang sekitar 14 persen sampai 24 persen selama 10 tahun. Pada Tabel 19. dapat dilihat realisasi penurunan tarif produk pertanian
tahun 1993 setelah putaran Urugay, dimana produk minyak dan lemak dunia mengalami penurunan tarif impor 40 persen, begitu juga penurunan produk pertanian lain yang berasal dari negara berkembang. Tabel 19. Penurunan Tarif Produk Pertanian Oleh Negara Maju Kategori Produk
Nilai Impor dari (US$ juta) Seluruh Sumber
Seluruh produk pertanian Kopi, teh, coklat Buah dan sayuran Minyak bijian, lemak dan minyak kelapa sawit Binatang dan produknya Tembako Biji-bijian Produk tropis Beras, tembakau, akarakaran
Negara Berkembang
Persentase Penurunan Tarif (%)
84 240 13 634 14 575 12 584
38 038 10 280 8 887 6 833
37 34 35 40
9 596 3 086 5 310 24 022 4 591
2 690 1 135 725 18 744 2 497
32 36 39 43 40
Sumber : GATT dalam Ernawati, 2005.
64
3.3.5. Asosiasi Perdagagan ASEAN Pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN mulai dirundingkan pada pertemuan negara ASEAN tahun 1992, kemudian ditindaklanjuti pada pertemuan ASEAN kelima di Bangkok pada bulan Desember 1995 yang memuat agenda integrasi ekonomi.
Pembentukan AFTA sesuai dengan
tujuan Deklarasi ASEAN di Bangkok 1967 yaitu : 1.
Mendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan budaya di kawasan ASEAN
2.
Memajukan stabilitas dan perdamaian di kawasan ASEAN
3.
Memajukan kerjasama bidang ekonomi, sosial dan budaya, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi (sekretariat ASEAN 2000c) Kesepakatan tentang perdagangan bebas ASEAN (AFTA) dituangkan
dalam agenda penurunan tarif (Common Effectiive Preferential Tariff-CEPT) seperti pada Tabel 20. Tabel 20. Skedul Penurunan Tarif Minyak dan Lemak agenda CEPT (%) Negara Brunei
1996
1998
2000
2003
Persentase Penurunan
0
0
0
0
Indonesia
7.9
5.4
4.5
4.6
41.6
Malaysia
1.5
1.5
1.4
1.4
8
Phlilipina
13
6.2
3.9
3.2
75.5
Singapore
0
0
0
0
0
Thailand
15.4
9.4
5.3
4.2
73
Vietnam
4
4
4
4
Sumber : Sekretariat ASEAN, 2005.
65
3.4.
Perkembangan Industri Kelapa Sawit dan Minyak Sawit Malaysia
3.4.1. Luas Areal Tanam Perluasan areal tanaman kelapa sawit di Malaysia dimulai sejak awal 1960-an. Luas areal tanam kelapa sawit tahun 1960 hanya 291 ribu hektar, namun pada tahun 2003 luas areal kebun kelapa sawit mencapai 3.8 juta hektar dan naik lagi menjadi 4.5 juta hektar tahun 2008, berarti luas areal kelapa sawit Malaysia mengalami pertumbuhan rata-rata 38 persen tiap tahun. Sebagaimana terlihat pada tabel 19 perluasan kebun kelapa sawit terbesar terjadi di Malaysia bagian timur seperti di negara bagian Sabah dan Serawak terdapat 46.3 persen dari total areal kelapa sawit Malaysia dibandingkan sumbangannya yang hanya mencapai 10.3 persen pada tahun 1970. Disamping perluasan areal tanam yang sangat besar di Sabah dan Sarawak, pada tahun 2003 sumbangan semenanjung Malaysia pada luas areal tanam masih lebih besar meskipun cenderung terus menurun menjadi 57.8 persen dari total luas areal tanam di negara Malaysia dan menjadi 2 410 019 Ha, 53.7 persen tahun 2008. Bagaimanapun juga, Sabah dengan luas tanam 1 135 100 Ha, 30 persen tahun 2003 naik menjadi 1 333 566 Ha, 30 persen tahun 2008 merupakan negara bagian dengan tingkat pertumbuhan paling besar mengalahkan Johore dengan luas tanam 659 639 Ha, 17.3 persen tahun 2003 dan menjadi 687 906 Ha, 15.3 persen tahun 2008 yang prosentasenya juga terus menurun. Luas areal tanam tahun 2003 di Pahang 583 276 Ha, 15.3 persen, menjadi 647 774 Ha, 14.4 persen tahun 2008, Sarawak 464 774 Ha, 12.2 persen meningkat dengan cepat menjadi 744 372 Ha, 16.6 persen tahun 2008 mengalahkan negara bagian Perak 320 810 Ha,
66
8.4 persen, menjadi 363 002 Ha, 8.1 persen dan hanya menduduki urutan ke 5, lima negara bagian ini merupakan daerah paling penting dalam luas areal tanam kelapa sawit di Malaysia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 20. Sementara itu, pembagian kepemilikan tanaman kelapa sawit di Malaysia
dapat
dibagi
menjadi
dua
bagian
berdasarkan
luas
areal
kepemilikan, yaitu kepemilikan oleh perkebunan besar dengan luas areal tanam lebih dari 40 Ha dan perkebunan kecil dengan luas areal kurang dari 40 Ha (Fuad dkk., 1999). Tabel 22. Menunjukkan distribusi luas areal kelapa sawit berdasarkan kepemilikan selama kurun waktu 1970-2008. Dalam kurun waktu tersebut, luas areal tanam kelapa sawit umumnya dimiliki oleh swasta dan pemerintah. Seperti Indonesia, perkembangan kelapa sawit Malaysia banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Perluasan areal tanam kelapa sawit dilakukan dengan penanaman kembali areal tanam karet dengan tanaman kelapa sawit karena sudah tidak tersedianya lahan baru. Malalui perencanaan pemerintah, sektor pertanian moderen dibangun dengan menggabungkan perkebunan skala kecil dalam kelompok usaha tani berdasarkan skala usaha “economies of scale”.
Kebijakan ini berhasil
meningkatkan produksi lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun, dari 2.6 juta ton pada tahun 1980 menjadi 6.1 juta ton pada 1990 dan menjadi 17.7 juta ton tahun 2008.
67
68
69
70
3.4.2. Produksi Minyak Kelapa Sawit Malaysia Sejalan dengan perkembangan luas areal tanam kelapa sawit, produksi minyak sawit Malaysia juga meningkat secara drastis. Produksi minyak sawit telah meningkat dari tahun ke tahun dari hanya 92 ribu ton pada tahun 1960 menjadi 2.6 juta ton pada 1980 dan meningkat lagi menjadi 13.35 juta ton pada tahun 2003 dan menjadi 17.7 juta ton tahun 2008. Pada tahun 1975, produksi minyak sawit Malaysia telah melampaui tingkat 1 juta ton dan terus meningkat terutama pada waktu itu berasal dari Semenanjung Malaysia. Namun, sumbangan Semenanjung Malaysia menurun dari 90 persen total produksi pada tahun 1980 menjadi hanya 59.5 persen pada tahun 2003 turun lagi menjadi 57.1% tahun 2008. Pada tahun 2003, Sabah dan Serawak menyumbang lebih dari 40.5 persen, tahun 2008 naik menjadi 42.9 persen dari total produksi minyak sawit Malaysia. Johor, Pahang dan Perak adalah negara bagian yang masih memegang peranan penting di Semenanjung Malaysia hingga 2008 dengan kontribusi masing-masing 16.5 persen, 15.5 persen dan 10.9 persen. Lihat Tabel 23.
71
72
73
3.4.3.
Industri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Malaysia Keberhasilan Malaysia dalam memproduksi minyak sawit disebabkan
Malaysia berpengalaman dalam mengelola kebun kelapa sawit berskala besar; perencanaan kebun baru yang moderen dengan fasilitas infrastruktur yang dapat mengoptimalkan sektor pengolahan minyak sawit, dan pabrikpabrik pengolahan minyak sawit turunan yang moderen. Selanjutnya dengan semakin berkembangnya industri hulu dan hilir telah menjadikan posisi Malaysia sangat bagus di pasar ekspor dan perdagangan minyak kelapa sawit dunia. Salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan daya saing Malaysia adalah tersedianya pabrik-pabrik pengolahan CPO dengan teknologi yang sangat moderen. Tabel 24. Menunjukkan bahwa jumlah industri penggilingan buah kelapa sawit dan pengilangan minyak kelapa sawit meningkat dengan tajam. Pada 1980, jumlah industri penggilingan buah kelapa sawit yang beroperasi adalah 149 buah dengan kapasitas 4,082 ribu ton per
tahun,
sementara
jumlah pabrik pengilangan CPO (refineries) mencapai 45 dengan kapasitas 272 ribu ton per tahun. Pada tahun 2000 jumlah pabrik penggilingan buah kelapa sawit meningkat menjadi 350 buah dengan kapasitas 65.95 juta ton per tahun dan pabrik pengilangan CPO mencapai 46 buah dengan kapasitas 14.6 juta ton per tahun. Sedangkan pada tahun 2008 jumlah pabrik penggilingan buah kelapa sawit meningkat lagi menjadi 438 buah dengan kapasitas 96.5 juta ton per tahun dan pabrik pengilangan CPO meningkat menjadi 68 buah dengan kapasitas 25.2 juta ton per tahun.
74
Tabel 24. Jumlah dan Kapasitas Industri Pengilangan Kelapa Sawit dan Industri Pengolahan CPO Malaysia Tahun 1980-2008 Tahun
1980 1985 1990 1995 2000 2003 2008 Sumber
Jumlah Jumlah Industri Kapasitas Industri Pengilangan (ton/tahun) Pengolahan Kelapa Sawit CPO 149 4 082 000 45 229 7 317 000 37 261 42 874 320 39 281 50 797 720 41 350 65 949 320 46 410 82 556 920 63 438 96 548 400 68 : Statistics of Commodity, Various Issues, 2008.
Kapasitas (ton/tahun) 272 000 520 000 10 453 500 10 146 960 14 598 900 19 671 700 25 224 500
3.4.4. Konsumsi Minyak Sawit Malaysia Konsumsi minyak sawit dan lemak nabati Malaysia sangat berfluktuasi selama periode 1976-2003. Total konsumsi minyak sawit pada tahun 1976 adalah sebesar 70 ribu ton yaitu sekitar 56.9 persen dari total konsumsi minyak dan lemak nabati Malaysia. Pada tahun 1980 angka ini meningkat lebih dari 400 persen dengan total konsumsi sebanyak 331 ribu ton, 90.2 persen dari total konsumsi minyak dan lemak nabati Malaysia, meskipun jumlah persentase ini menurun hingga pertengahan 80-an dari 86.2 persen, 450 ribu ton pada 1985 menjadi 51.8 persen, 1 322 ribu ton pada 2000. Bagaimanapun juga sumbangan minyak inti sawit (palm kernel oil) terhadap konsumsi minyak dan lemak cukup signifikan khususnya setelah 1990–an seperti ditunjukkan Tabel 25, pada tahun 1976 sumbangan minyak inti sawit hanya 1.1 persen dibandingkan dengan jenis minyak nabati lain seperti minyak kelapa menyumbang sekitar 36.6 persen. Kemudian tahun 2005 sumbangan minyak inti sawit meningkat
menjadi
33.8
persen,
75
76
sedangkan
minyak
kelapa
menurun hingga 1.0 persen.
Kondisi
ini
menggambarkan meningkatnya kepentingan minyak inti sawit di pasar dalam negeri Malaysia. Peranan minyak nabati pengganti selain minyak sawit tidak terlalu penting di dalam negeri Malaysia, sebagai contoh minyak kedele selama 1976-2003, sumbangannya terhadap konsumsi dalam negeri Malaysia hanya mencapai kurang dari 10 sedangkan . Sementara sumbangan minyak kacang tanah terhadap konsumsi dalam negeri hanya mencapai kurang dari 3 persen.
3.4.5.
Perdagangan Kelapa Sawit Malaysia Industri minyak kelapa sawit Malaysia merupakan industri primer yang
berorientasi pada pasar ekspor. Ekspor kelapa sawit dan produk turunannya meningkat secara drastis pada tahun
1997,
pendapatan yang diterima
oleh Negara Malaysia dari ekspor minyak sawit dan produk turunannya mencapai RM 10.58 milyar dengan kontribusi
terhadap GDP 7.5 persen,
meskipun persentase ini sedikit menurun menjadi 6.7 persen dari GDP dengan nilai RM 26.2 milyar pada tahun 2003, naik menjadi RM 45 Milyar tahun 2007 dan naik lagi menjadi RM 65 Milyar tahun 2008. Tidak seperti Indonesia yang sebagian besar ekspor minyak kelapa sawitnya dalam bentuk CPO, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia sebagian besar dalam bentuk minyak kelapa sawit yang sudah diproses khususnya setelah tahun 1975, lihat Tabel 26. dimana prosentase rata-rata ekspor minyak sawit mentah Malaysia terus menurun.
77
Tabel 26. Jumlah Ekspor Minyak Sawit Malaysia dari Total Produksi Minyak Sawit Malaysia Tahun 1960 - 2008 Ekspor Tahun Berupa CPO (Ton) 1960 97 793 97 568 1965 150 411 141 477 1970 431 069 401 930 1975 1 257 573 957 411 1980 3 573 173 197 659 1985 4 134 463 13 051 1990 6 094 622 93 949 1995 7 810 546 17 274 2000 10 842 095 398 352 2005 15 057 132 1 611 621 2008 17 734 441 2 336 577 Sumber : Department of Statistics MPOB, 2008. Produksi (Ton)
Rasio (%) dari Produksi 99.8 94.1 93.2 76.1 5.5 0.3 1.5 0.2 3.7 12 15.2
Tabel 26. menyajikan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia selama periode 1970-2008. Jumlah ekspor keseluruhan meningkat lebih 2,200 % dari 739 310 ton tahun 1970 naik menjadi 15 412 512 ton pada tahun 2008 terutama ekspor minyak kelapa sawit yang sudah diproses. Volume ekspor minyak kelapa sawit yang sudah diproses terus meningkat seperti pada tahun 1975 hanya 215 515 ton, meningkat menjadi 2.07 juta ton pada 1980, kemudian meningkat menjadi 3.4 juta ton pada 1985, dan 6.7 juta ton pada tahun 1994, kemudian pada tahun 2005 ekspor minyak kelapa sawit yang telah diproses naik lagi dengan cepat menjadi 11.8 juta ton dan naik menjadi 13 juta ton tahun 2008.
Hal ini karena keberhasilan
pengembangan teknologi pengolahan produk turunan CPO di Malaysia. Selanjutnya, pasar tujuan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia lebih bervariasi dibandingkan dengan pasar tujuan ekspor minyak kelapa sawit
78
Indonesia. Negara tujuan utama ekspor kelapa sawit Malaysia pada tahun 1970 adalah Asia, 20.9 persen, sebagian besar ke Singapura 19.4 persen, ke Eropa 16.2 persen yaitu ke Inggris 10.1 persen dan Belanda 4.5 persen, dan Timur Tengah sebagian besar ke Irak 8.6 persen. India juga merupakan pasar ekspor terbesar Malaysia sejak 1980-an. Ekspor ke India terus meningkat dari 1.122 persen atau 231 000 ton pada tahun 1975 menjadi 600 000 ton tahun 1985, dan meningkat lagi pada tahun 2003 menjadi 1.6 juta ton, 13 persen dari total ekspor minyak sawit Malaysia. Pada tahun 2003, pangsa pasar ekspor minyak kelapa sawit Malaysia terbesar masih ke Asia mencapai 49.4 persen dari total ekspor terutama ke China dengan 2.44 juta ton, 19.9 persen, ke Timur Tengah 1.7 juta ton, 14 persen, ke India 1.6 juta ton, 13 persen dan ke Pakistan mencapai 1.1 juta ton 9 persen. Sedangkan Eropa merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua minyak kelapa sawit Malaysia 1.3 juta ton, 10.8 persen dari total ekspor minyak sawit Malaysia, walaupun setelah
tahun
pangsa pasar Eropa terus menurun
1980-an, sedangkan ekspor ke Amerika dari tahun 1970-
2003 tidak pernah lebih 6 persen, bahkan tahun 2003 hanya 2.2 persen. Sedangkan tahun 2008, terjadi perubahan arah tujuan ekspor minyak sawit Malaysia,
China, P.R masih menjadi tujuan ekspor terbesar
yaitu
3 794 494 ton, 24.6 persen, diikuti oleh Uni Eropa sebesar 2 052 771 ton, 13.3 persen, Pakistan sebesar 1 257 396 ton, 8.2 persen dan ke USA sebesar 1 047 668 ton, 6.8 persen, ke India sebesar 970 734 ton, atau 6.3 persen.
79
80
81
82
3.4.6. Kebijakan Harga dan Pajak Tujuan kebijakan pemerintah Malaysia terhadap komoditi-komoditi primer seperti kelapa sawit adalah untuk menstabilkan harga komoditi di tingkat petani dengan demikian meningkatkan pendapatan petani serta menjamin masuknya devisa dari ekspor, terutama pada saat harga sangat tinggi. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah juga menetapkan pajak ekspor untuk komoditi-komoditi pada minyak sawit (Jenkins dan Lai, 1989). Semenjak tahun 1980, pajak ekspor minyak kelapa sawit di Malaysia menganut prinsip biaya tambahan (cost-plus) yang digunakan untuk menentukan pajak ekspor yang harus dibayar ketika harga melampaui harga ambang batas RM 500 per ton. Berdasarkan prinsip ini, rata-rata produksi minyak kelapa sawit dikurangi dengan harga FOB, kemudian baru ditentukan pajak ekspor. Pajak ekspor didasarkan pada harga bulanan rata-rata harga FOB dari CPO dan PKO dihitung sebagai harga rata-rata yang sedang berlaku dalam 4 minggu terakhir. Berdasarkan prinsip di atas, jika harga melebihi RM RM 500 kemudian pajak ekspor ditetapkan dan besarnya sejalan dengan kenaikan harga, dimulai dengan pengenaan pajak ekspor sebesar 30% untuk harga RM 549 per ton, dan meningkat lagi jika harga naik sebagai contoh, 45% pajak ekspor jika harga mencapai RM 1,000 per ton. Perubahan pajak ekspor minyak kelapa sawit di Malaysia dilakukan pada tahun 1986. Prinsip pengenaan pajak ekspor masih tetap sama yaitu pada saat harga mencapai RM 500 per ton, yang berubah adalah pajak ekspor dimulai dengan 10 persen plus pajak ad valorem setiap kenaikan harga RM 50 per ton, pajak mencapai 25 persen ketika harga mencapai RM 700 per ton.
Tabel 35. Matriks Perkembangan Model dan Perspektif Analisis : Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Berdasarkan Mazhab Harvard Tradition
Chicago School
Contestable Market
Game Theory
Kondisi Dasar
0
0
0
Struktur
Υ
Υ
Υ
0 Oligopoli "noncooperative" Υ Υ Asumsi Asumsi Asumsi 0 Tetentu (given) Tetentu (given) Asumsi Tetentu (given) 4P Satu Arah
Indikator
Perilaku Υ Υ Υ Kinerja Υ Υ Υ Mekanisme S-C-P S-C-P P-C-S P-"entry"-C-S Strategi 0 0 Tetentu (given) Kondisi "entry" Terkendali Terkendali Bebas Peran Pemerintah 0 0 0 Peran Teknologi Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Upaya Penjualan Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Permintaan Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Kemajuan Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Bauran Marketing 4P 4P 4P Bauran Satu Arah Satu Arah Satu Arah Komunikasi Catatan : 0 = Tidak Penting 4 P = (Product, Place, Price, Promotion) Υ = Sangat Penting 4 Cs = (Customer, Cost, Convenience, Communication) Sumber : Data Diolah, 2009.
New-Harvard Tradition Υ
Strategic Behavior dari Martin Υ
Υ
Υ
Υ Υ S-C-P Interaktif 0 Terkendali Υ Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) 4P Satu dan dua Arah
Υ Υ S-C-P Interaktif Υ Terkendali 0 Υ Υ Υ Υ 4P Satu dan dua Arah
Tabel 4... Matriks Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Industri Sawit di Malaysia Menurut Model SCP-MPO
Indikator Kondisi Dasar
Strategic Behavior dari Martin Υ
Model SCP-MPO Modifikasi Strategic Behavior dari Martin Υ
Struktur Υ Υ Perilaku Υ Υ Kinerja Υ Υ Mekanisme S-C-P S-C-P Interaktif S-C-P Interaktif Terkendali Strategi Υ Υ Kondisi "entry" Terkendali Terkendali Peran Pemerintah 0 Υ Peran Teknologi Υ Υ Permintaan Υ Υ Kemajuan Υ Υ Upaya Penjualan Υ Υ Bauran Marketing 4P 4 P dan 4 Cs Bauran Komunikasi Satu dan dua Arah Terintegrasi "IMC" Catatan : 0 = Tidak Penting 4 P = (Product, Place, Price, Promotion) Υ = Sangat Penting 4 Cs = (Customer, Cost, Convenience, Communication)
Tabel 72. Matriks H-C Perkembangan Struktur Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008 Pengembangan Teknologi dan Analisis Permintaan secara Intensif Oligopoli Kuat menuju Sedang
Kondisi Dasar
BelumTertata
Pembinaan secara Internal dan ekaternal
Terkondisi Menuju Mapan
Struktur
Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat
Jumlah Penjual
Sedikit
Sedikit
Jumlah Pembeli
Terbatas
Mulai Ekspansi
Beberapa, Oligopoli Kuat dengan Asosiasi Berkembang
Kondisi "entry"
Terbatas
Terbatas
Mulai Banyak dan Terkendali
4 Kelompok Besar, Oligopoli Kuat dan Asosiasi Sangat Berkembang Mulai Banyak dan Terkendali
Belum Berkembang
Mulai Digalakkan
Terus digalakkan Menuju Mapan
Terus digalakkan Menuju Mapan
Belum Berkembang Sumber : MPOB, 2009.
Mulai Digalakkan
Terus digalakkan Menuju Mapan
Mapan
Differensiasi
Diversivikasi
Kesimpulan Penggunaan Teknologi Terkini dengan Manajemen Komunikasi Terpadu adalah Pilihan Terbaik Menjawab Permintaan Konsumen Menuju Pengusaan Pasar Global, Oligopoli Kuat Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi suatu Kondisi Keharusan Menjadi Oligopoli Kuat Sebagai Taktik mendapatkan Kinerja yang Baik Memperbanyak Pembeli adalah Tujuan yang Mesti Dicapai Pengendalian Perusahaan Masuk dan Keluar Industri Menjadi Kunci Efisiensi Diferensiasi Produk Menjadi Sumber Kekuatan Industri Sawit Malaysia Diversifikasi Berkelanjutan, Kiat Memperkuat Struktur Pasar
Tabel 73. Matriks H-C Perkembangan Struktur Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008 Elemen Perubahan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008 Penerapan Teknologi diserahkan kepada Mekanisme Pasar Oligopoli Kuat Menuju Sedang
Kondisi Dasar
BelumTertata
BelumTertata
Menuju Liberalisasi Ekonomi
Struktur
Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat
Jumlah Penjual
Banyak & Belum Tertata
Banyak & Belum Tertata
Banyak & Belum Tertata
Banyak & Belum Tertata
Jumlah Pembeli
Beberapa
Beberapa
Banyak
Banyak
tKondisi "entry"
Terbatas
Terbatas
Terkendali
Terkendali
Belum Berkembang Mulai Dikembangkan
Belum Berkembang
Mulai Dikembangkan Mulai Berkembangkan
Differensiasi
Belum Berkembang Diversivikasi Belum Berkembang Sumber : Deptan RI, 2009.
Mulai Dikembangkan
Kesimpulan Penggunaan Teknologi tidak dintervensi Pemerintah, Jumlah Permintaan Diserahkan kepada Mekanisme Pasar Oligopoli Lemah Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi Diserahkan kepada Pelaku Pasar Mekanisme Pasar Bebas Dianggap sebagai Acuan Pengembangan Pasar Sawit Indonesia Memperbanyak Pembeli Menjadi Solusi Ditengah Ketatnya Persaingan Pasar Bebas Masuk dan Keluar Pasar Menjadi Keharusan dalam Mekanisme Pasar Bebas Diferensiasi Produk Menjadi Urusan Pelaku Pasar Diversifikasi Berterusan sebagai Kiat Penetrasi Pasar
Tabel 74. Matriks H-C Perkembangan Perilaku Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Masih Mencari Formasi
Mengarah ke Mazhab "Harvard Tradition"
Mengarah ke Mazhab "NewHarvard Tradition"
BelumTertata
Pengembangan Kebun Terfokus pada Semenanjung Malaysia
Mulai Mengembangkan Kawasan Sabah dan Serawak
Penelitian dan Pengembangan
Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul
Regulasi Investasi
Tahap Penataan, Kekuatan Sendiri Terbatas
Dibentuk Pusat Penelitian Bibit dan Prosesing (PORLA, PORIM) Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri
Menuju Penelitian Terpadu yang Lebih Kompleks (PORLA, PORIM) Harmonisasi Investor Lokal dan Luar Negeri
Kombinasi Model Strategic Behavior Martin dan "NewHarvard Tradition" Menjadikan Semenanjung Malaysia Sebagai Pusat Prosesing, Sedangkan Sabah dan Serawak Pusat Pengembangan Kebun Lebih Kompleks Dikendalikan oleh MPOB dan MPOC
Mulai Intensif
Pembentukan Divisi Advertensi dan Promosi di Daerah Tujuan Ekapor
Perilaku Pasar
Lokasi Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergudangan Minyak Sawit Malaysia
Kegiatan Advertensi dan Promosi
Sumber : MPOB, 2009.
Investasi Terbuka Terutama pada Industri Prosesing Pembentukan Lembaga Khusus Bidang Promosi MPOC
Prinsip Pragmatis, Efektifitas Model, Kearifan Lokal, Menjadi Acuan dalam Pengembangan Industri Sawit Malaysia Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk Menjawab Permintaan Konsumen Global
Menjadikan R&D Sebagai Dasar Penguasaan Pasar Global Awalnya Keberpihakan pada Petani Lokal, Setelah itu Investasi Terbuka pada Usaha Berteknologi Tinggi Profesionalitas, Taat Azas RSPO, Ekspansi Marketing, Komersialisasi Penuh Menjadi Target yang harus Dicapai
Tabel 75. Matriks H-C Perkembangan Perilaku Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Masih Mencari Formasi
Mengarah ke Mazhab "Harvard Tradition"
Mengarah ke Mazhab "NewHarvard Tradition"
Mengarah ke Mazhab "NewHarvard Tradition"
BelumTertata
Pengembangan Kebun Sawit Masih di Sumatera
Penelitian dan Pengembangan
Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul
Regulasi Investasi
Tahap Penataan, Kekuatan Sendiri Terbatas
Dibentuk Pusat Penelitian Bibit dan Prosesing Tapi Masih di Tingkat Akademis Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri
Harmonisasi Investor Lokal dan Luar Negeri
Investasi Sangat Terbuka
Terbatas
Terbatas
Terbatas
Perilaku Pasar
Lokasi Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergudangan Minyak Sawit Malaysia
Kegiatan Advertensi dan Promosi
Sumber : Deptan RI, 2009.
Mulai Mengembangkan Kawasan ke Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi Menuju Penelitian Terpadu yang Lebih Kompleks
Menjadikan Sumatera, Kalimantan dan Papua Sebagai Basis Produsen Sawit Indonesia Lebih Kompleks Melibatkan Peranan Swasta
Prinsip Pasar Bebas, Ekonomi Terbuka, Liberalisasi Perdagangan Sebagai Acuan Pengembangan Industri Sawit di Indonesia Masih Diperlukan Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk Konsumen Global
Industri Sawit Indonesia Masih Belum Menjadikan R&D Sebagai Dasar Penggembanagn Pasar Global Diminasi Perusahaan Swasta dalam Menguasai Lahan Perkebunan Cukup Dominan di Indonesia Belum Profesional dalam Pengelolaan Industri Sawit, Tidak aat Azas RSPO, Bidang Marketing Belum Berkembang
Tabel 76. Matriks H-C Perkembangan Kinerja Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Kinerja Pasar
Masih Terbatas pada Ekspor CPO saja
Mulai Pengembangan Seri Produk Turunan CPO
Differensiasi dan Diversivikasi serta Nilai Tambah Semakin Besar
Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi, Usaha Terpadu
Perilaku Harga
BelumTertata (Price Taker)
Pengembangan Seri Produk, Menyiasati Harga untuk Profit Tinggi di Seluruh Dunia
Pada Produk dan Daerah Tertentu, Produk Turunan Sawit Malaysia Penentu Harga (Price Leader)
Beberapa Seri Produk Turunan Sawit Malaysia Unggul di Pasar Minyak Nabati Dunia (price setter)
Produk yang Dikembangkan
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Pengembangan Bioteknologi dan Teknologi Prosesing oleh (PORLA, PORIM)
Lebih 300 Item Produk Penelitian dan sekurangnya 28 Macam Produk Unggul di Pasar LN
Nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk Swit
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia dibawah RM 3 Milyar per Tahun
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia dibawah RM 8 Milyar per Tahun
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia Masih dibawah RM 25 Milyar per Tahun
Lebih 450 Item Produk Penelitian dan sekurangnya lebih 90 Macam Produk Unggul Sawit di Pasar LN Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia Mencapai RM 65 Milyar atau US$ 17.2 Milyar per Tahun
Sumber : MPOB, 2009.
Penguasaan Pangsa Pasar Mimyak Sawit Global Dapat Dicapai dengan Nilai Tambah Produk Industri Sawit yang Tinggi dan Berkualitas Pengembangan Seri Produk, Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi, Produk Unggul dapat Merubah Status Industri Sawit Malaysia dari Pengambil Harga (Price Taker ) Menjadi Penentu Harga (price setter) Pengembangan Produk Baru Upaya Penguasaan Pasar Global
Setiap Dasawarsa, Kenaikan nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk sawit Malaysia Tumbuh melebihi 12 % per tahun.
Tabel 77. Matriks H-C Perkembangan Kinerja Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Kinerja Pasar
Masih Terbatas pada Ekspor CPO saja
Mulai Pengembangan Seri Produk Turunan CPO
Perilaku Harga
BelumTertata (Price Taker)
Industri Sawit Indonesia Fokus pada Penguasaan Produksi Minyak Sawit Mentah Dunia
Pengembangan Seri Produk Turunan CPO dan Diversivikasi Pasar Masih Terbatas Pada Produk CPO, Minyak Sawit Indonesia sudah Dapat Mempengaruhi Harga Dunia (Price Leader)
Produk yang Dikembangkan
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Pengembangan Seri Produk Turunan CPO dan Diversivikasi Pasar Masih Terbatas Indonesia Menjadi Produsen Minyak Sawit Mentah Terbesar dan Penentu Harga Dunia (price setter), Produk Turunan Sawit, Belum Berkembang Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO dan Mulai Dikembangkan Produk Turunan
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia dibawah US$ 254 Juta per Tahun Sumber : Deptan RI, 2009.
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia dibawah US$ 247 Juta per Tahun
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia Masih dibawah US$ 1 326 Juta per Tahun
Nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk Swit
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia Mencapai US$ 8 866 Juta per Tahun
Industri Sawit Indonesia Lebih Fokus pada Produksi Minyak Sawit Mentah dan Nilai Tambah Produk Industri Sawit Masih Belum Berkembang Industri Sawit Indonesia Lebih Fokus Memproduksi dan Menguasai Pasar Minyak Sawit Mentah Dunia dan sebagai Penentu Harga (Price Setter) namun pada Produk Turunan Sawit Belum Banyak Perkembangan Terus Melakukan Pengembangan Luas Areal Kebun untuk Memproduksi Minyak Sawit Mentah sebagai Strategi Penguasaan Pasar Global Pada Tiga Dasawarsa 19601990 nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia tidak Berkembang namun Dua Dasawarsa terakhir telah Banyak Perkembangannya
Tabel 78. Matriks H-C Perkembangan Strategi pada Struktur Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen
Perubahan Main Stream Menurut Zaman
Jumlah Penjual
Jumlah Pembeli
Kondisi "entry"
1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Kebun Sawit untuk Memberantas Kemiskinan Masyarakat di Pedesaan Banyak
Penambahan Out Let Pemasaran di Negara Pengimpor
Produk Sawit Aman bagi Kesehatan, dan Lingkungan serta Sesuai Selera Konsumen
Penataan Penjual Melalui Asosiasi
Penjual dapat Digolongkan kedalam 4 Kelompok Besar Asosiasi Saja
Menjadikan R&D sebagai Basis Inovasi Produk Unggul. Menciptakan Produk Pro Konsumen Oligopoli Kuat Dalam Negeri dengan CR4 + 90%
Terbatas
Diversivikasi Pasar dan Differensiasi Produk mulai Dikembangkan
Diversivikasi Pasar dan Differensiasi Produk terus Dikembangkan untuk Memperbanyak Pembeli
Bebas
Terkendali, Penataan Petani Berlahan Sempit untuk Skala Usaha Optimum
Terkendali, Petani dan Perusahaan Baru Masuk Industri Dikendalikan agar Mencapai Skala Optimum
Sumber : Data Diolah, 2009.
Diversivikasi, Penetrasi Pasar dan Differensiasi Produk Berkualitas Tinggi terus Dilakukan, Konsep Brand Malaysia Diluncurkan Terkendali Pada Tataran Kebun, Bebas Investasi Pada Industri Prosesing dan Produk Jadi
Pragmatisme, Responsif terhadap Selera Konsumen, ditopang R&D dan Teknologi Moderen Menjadikan Industri Sawit Malaysia Unggul di Pasar Minyak Nabati Dunia Strategi Memperkecil Penjual Dalam Negeri Melalui Asosiasi dapat Memperbesar Posisi Tawar Produk Sawit Malaysia di Pasar Minyak Nabati Dunia Inovasi Secara Terus Menerus, Penguasaan Informasi dan Komunikasi dengan Konsumen Menjadi Dasar Penguasaan Pangsa Pasar
Keberpihakan pada Petani yang Pro Pasar dan Industri Maju, Transfer Teknologi Memberi Kontribusi yang Tinggi bagi Perekonomian Nasional Malaysia
Tabel 78. Matriks H-C Lanjutan Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Differensiasi
Terbatas
Dikembangkan Pusat Penelitian Bioteknologi, Oleokimia, Lingkungan, Differensiasi Produk Berbasis Sawit Lebih Luas
Terbatas
Dikembangkan Pusat Penelitian Bioteknologi, Oleokimia, Biodiesel Lingkungan, Teknologi Prosesing, Differensiasi Produk Berbasis Sawit Sangat Luas Dikembangkan Berbagai Model Integrasi, di Tingkat Kebun dan di Tingkat Prosesing
Menjadikan R & D Sebagai Basis Kekuatan Industri Sawit Malaysia dalam Menguasai Pangsa Pasar Ekspor Produk Minyak dan Lemak Nabati Dunia
Integrasi Vertikal
Diversivikasi Pasar
Terbatas
Setelah Kampanye Negatif dari ASA 1980, Mulai Dikembangkan Differensiasi Produk Berbasis Sawit Secara Luas Pendirian industri Pengolahan Minyak Sawit di Malaysia dan di Negara Tujuan Ekspor Produk Inovasi, Produk Substitusi Mulai Digalakkan untuk Penetrasi Pasar Luar Negeri
Dengan Produk Inovasi, Produk Substitusi, dan Kemanfaatan Sawit Ditingkatkan dan Biodiesel sebagai Produk dari Strategi Laut Biru, Permintaan Tanpa Batas Masa Datang
Dengan Diversifikasi Secara Terus Menerus, Dicapai Struktur Pasar yang Kuat Dalam Negari Malaysia dan Penguasaan Pangsa Pasar Produk Minyak Sawit Duina
Sumber : Data Diolah, 2009.
Penguasaan Teknologi, Ekspansi Usaha Industri Hilir di Negara Tujuan Ekspor Makin Diintensifkan Produk Inovasi, Produk Substitusi, dan Berbagai Kemanfaatan Produk Sawit Terus Dikembangkan
Menjadikan Konsep Integrasi Usaha sebagai Upaya Efisiensi dan Meingkatkan Produktivitas Lahan dan Peralatan Pabrik Pengolahan Produk Sawit
Tabel 79. Matriks H-C Perkembangan Strategi pada Perilaku Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen
Perubahan Main Stream Menurut Zaman
Perilaku Pasar
Lokasi Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergudangan Minyak Sawit Malaysia
1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Komoditi Sawit sebagai Produk Diversifikasi Komoditi Tanaman Karet Belum Terarah
Komoditi Sawit Menjadi Komoditi Unggul
Minyak Sawit dan Produk Turunan Sawit Menjadi Komoditi Paling Primadona Masih Belum Fokus
Terbatas pada Kawasan Semenanjung Malaysia
Mulai dikembangkan ke Sabah dan Serawak
Melalui Kepiawaian Pengelolaan Industri Sawit, Malaysia Ekspansi Usaha ke Negara Lain Komoditi Sawit Dijadikan sebagai Komoditi Komersial Penuh, Arahan dari MPOB Intensifikasi Pertanian Melalui Berbagai Integrasi Usaha, Ekspansi Investasi Industri ke Luar Negeri
Sumber : Data Diolah, 2009.
Mulai Ditata oleh FELDA
Ekspansi ke Luar Negeri Melalui Strategi Penguasaan Sumber Daya (Resources Seeker Strategy)
Berawal dari Sesuatu yang Sederhana, Dikelola Secara Serius dan Profesional, Kelapa Sawit Menjadi Komoti paling Handal Merambah Pasar Dunia Strategi Mengarahkan Perilaku Pasar Mesti dilakukan Pemerintah yang Profesional melalui MPOB dengan Sistem Bagi Hasil Mulai dari Optimalisasi Lahan dalam Negari Menuju Penguasaan Lahan Pertanian ke Berbagai Negara di Seluruh Dunia
Tabel 79. Matriks H-C Lanjutan Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Penelitian dan Pengembangan
Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul
Dibentuk Pusat Penelitian Terpadu (PORLA, PORIM) tapi Belum Fokus
Menuju Penelitian Terpadu dan Lebih Kompleks Melibatkan Banyak Kalangan Dalam dan Luar Negeri
Regulasi Investasi
Tahap Penataan, Relokasi Petani ke Daerah Potensial dengan Kekuatan Pemerintah Sendiri Terbatas pada Prromosi CPO ke Negara Tujuan Ekspor
Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri Membangun Kota Satelit di Daerah Pedesaan
Pemerintah Mengatur Tata Ruang Lahan Usaha antara Petani Lokal dan Investor Luar Negeri
Ekspansi Out Let ke Konsumen Akhir di Berbagai Negara Tujuan Ekspor
Menjalin Kerjasama dengan Perusahaan lain dan Pembentukan Divisi Advertensi dan Promosi di Daerah Tujuan Ekspor
Pusat R & D dan Pengendalian Industri oleh MPOB dan Pemasaran oleh MPOC Melibatkan Banyak Peneliti Antar Bangsa Memberi Keringanan Syarat Investasi Bagi Investor Asing Terutama pada Industri Prosesing dan Memberi Transfer Teknologi Pembentukan Lembaga Khusus Bidang Promosi MPOC, Kerja Sama bidang Marketing, Merger, Akuisisi Beberapa Perusahaan Asing, Diluncurkan Konsep "The Brand Malaysia"
Kegiatan Advertensi dan Promosi
Sumber : Data Diolah, 2009.
Dengan Sistem Pengelolaan dan Motivasi yang Tepat Seperti Bagi Hasil dan Bonus yang Tinggi dapat Dilahirkan Temuan Ilmiah Inovatif
Keberpihakan pada Petani Lokal dengan Penguasaan Lahan, Dibangun Kota di Pedesaan Setelah itu Investasi Terbuka Bagi Asing, Khususnya yang Berteknologi Tinggi Dengan Konsep Ramah Lingkungan, ProduktivitasTinggi dan Usaha Berkelanjutan, Makanan Sehat Bagi Manusia, Dibangun Konsep "The Brand Malaysia" sebagai Armada Ekspansi Marketing Produk Sawit Malaysia ke Pasar Dunia
Tabel 60. Kinerja Ekspor Produk Industri Sawit Malaysia Menurut Jenis Produk Turunan Tahun 1997-2008
Jenis Produk
1997 Volume (Ton)
2000
Nilai (RM Juta)
Volume (Ton)
2003
Nilai (RM Juta)
Volume (Ton)
Nilai (RM Juta)
Minyak Sawit Mentah CPO
31 303
41.9
398 352
341.4
1 239 578
1 870.0
Minyak Sawit Olahan PPO
7 458 667
10 539.1
8 683 143
9 875.7
11 026 486
18 013.5
Total Minyak Swit
7 489 969
10 581.0
9 081 495
10 217.4
12 266 064
19 883.5
Minyak Inti Sawit Mentah PKO
17 808
29.2
20 071
32.3
79 696
120.7
Minyak Inti Sawit Olahan PPKO
378 977
730.4
500 209
1 033.8
788 962
1 462.6
Total Minyak Inti Swit
396 785
759.6
520 280
1 066.1
868 658
1 583.3
1 087 732
207.2
1 349 932
196.4
1 809 957
337.9
553 131
1 208.3
1 137 871
3 032.3
1 568 239
3 846.9
77 815
135.7
249 647
401.5
259 472
535.7
2 433
2.5
26 619
15.2
48 945
39.1
9 607 866
12 894.3
12 365 844
14 928.6
16 821 334
26 226.4
Kernel Cake Sawit Oleokimia Produk Jadi Lainnya Total Produk Minyak Sawit Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 60. Kinerja Lanjutan
2006 Jenis Produk
Volume (Ton)
2008 Nilai (RM Juta)
Volume (Ton)
Nilai (RM Juta)
Minyak Sawit Mentah CPO
2 376 542
3 440.5
2 336 577
6 379.4
Minyak Sawit Olahan PPO
12 046 626
19 246.4
13 075 935
41 546.6
Total Minyak Swit
14 423 168
22 687.0
15 412 512
47 925.9
Minyak Inti Sawit Mentah PKO
96 719
178.0
149 182
521.0
Minyak Inti Sawit Olahan PPKO
833 956
1 979.8
898 236
3 638.8
Total Minyak Inti Swit
930 676
2 157.8
1 047 418
4 159.8
Kernel Cake Sawit
2 134 723
424.9
2 261 268
990.9
Oleokimia
2 111 271
5 484.5
2 075 897
8 706.4
47 986
120.9
182 108
610.7
420 650
896.3
670 612
2 656.6
91 420
79.3
114 114
164.8
20 159 893
31 850.7
21 763 929
65 215.2
Biodiesel Produk Jadi Lainnya Total Produk Minyak Sawit Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 70. Nilai Ekspor Produk Turunan Sawit Indonesia Menurut Jenis Tahun 2007 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jenis Produk Inti Kelapa Sawit Minyak Sawit Mentah Minyak Sawit Konsetrat Sawit RBD Konsetrat Sawit RBD Lainnya Minyak Sawit RBD Minyak Sawit dan Turunan Lainnya Minyak Inti Sawit Mentah Minyak Suling Inti Sawit Turunan Minyak Inti Sawit Inti Sawit Olein (RBD) Inti Sawit Stearin (RBD) Turunan Minyak Inti Sawit Turunan Minyak Inti Sawit Babassu Residu Minyak Kue dan Bentuk Lainnya Total Nilai
Sumber :
Dirjen Perkebunan, 2008.
Volume (ton)
Nilai (1000 US$)
20 548 5 701 286 511 085 3 692 092 936 134 838 702 196 118 1 107 450 1 143 40 485 6 998 138 325 20 008 20 915 1 969 444
7 657 3 738 652 337 463 2 525 922 592 398 562 183 112 021 807 873 1 040 28 859 5 534 118 363 18 742 17 394 204 182
15 200 733
9 078 283
Tabel 71. Volume dan Nilai Ekspor Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1980-2007 Minyak Sawit dan Minyak Lainnya Volume Nilai (Ton) (000 US $) 1980 502 902 254 739 1983 345 777 111 462 1986 566 885 112 918 1989 781 844 244 639 1992 1 030 272 356 494 1995 1 265 024 747 414 1998 1 479 278 745 277 2001 4 903 218 1 080 906 2004 8 661 647 3 441 776 2007 11 875 418 7 868 640 Sumber : Dirjen Perkebunan, 2008. Tahun
Minyak Inti Sawit dan Minyak Inti Lainnya Volume Nilai (Ton) (000 US $) 41 863 9 670 135 447 48 089 222 541 109 841 311 399 187 267 347 009 195 447 581 926 146 259 904 327 502 681 1 335 324 997 805
Jumlah Volume (Ton) 502 902 345 777 608 748 917 291 1 252 813 1 576 423 1 826 287 5 485 144 9 565 974 13 210 742
Nilai (000 US $) 254 739 111 462 122 588 292 728 466 335 934 681 940 724 1 227 165 3 944 457 8 866 445
Nilai (RM 000 ) 253 465 302 792 798 972 1 225 762 2 390 166 4 275 591 4 663 227 14 988 937 31 045 857
Tabel 24. Matriks H-C Perkembangan Struktur Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008 Pengembangan Teknologi dan Analisis Permintaan secara Intensif Oligopoli Kuat menuju Sedang
Kondisi Dasar
BelumTertata
Pembinaan secara Internal dan ekaternal
Terkondisi Menuju Mapan
Struktur
Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat
Jumlah Penjual
Sedikit
Sedikit
Jumlah Pembeli
Terbatas
Mulai Ekspansi
Beberapa, Oligopoli Kuat dengan Asosiasi Berkembang
Kondisi "entry"
Terbatas
Terbatas
Mulai Banyak dan Terkendali
4 Kelompok Besar, Oligopoli Kuat dan Asosiasi Sangat Berkembang Mulai Banyak dan Terkendali
Belum Berkembang
Mulai Digalakkan
Terus digalakkan Menuju Mapan
Terus digalakkan Menuju Mapan
Belum Berkembang Sumber : MPOB, 2009.
Mulai Digalakkan
Terus digalakkan Menuju Mapan
Mapan
Differensiasi
Diversivikasi
Kesimpulan Penggunaan Teknologi Terkini dengan Manajemen Komunikasi Terpadu adalah Pilihan Terbaik Menjawab Permintaan Konsumen Menuju Pengusaan Pasar Global, Oligopoli Kuat Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi suatu Kondisi Keharusan Menjadi Oligopoli Kuat Sebagai Taktik mendapatkan Kinerja yang Baik Memperbanyak Pembeli adalah Tujuan yang Mesti Dicapai Pengendalian Perusahaan Masuk dan Keluar Industri Menjadi Kunci Efisiensi Diferensiasi Produk Menjadi Sumber Kekuatan Industri Sawit Malaysia Diversifikasi Berkelanjutan, Kiat Memperkuat Struktur Pasar
Tabel 25. Matriks H-C Perkembangan Struktur Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008 Elemen Perubahan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008 Penerapan Teknologi diserahkan kepada Mekanisme Pasar Oligopoli Kuat Menuju Sedang
Kondisi Dasar
BelumTertata
BelumTertata
Menuju Liberalisasi Ekonomi
Struktur
Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat
Jumlah Penjual
Banyak & Belum Tertata
Banyak & Belum Tertata
Banyak & Belum Tertata
Banyak & Belum Tertata
Jumlah Pembeli
Beberapa
Beberapa
Banyak
Banyak
tKondisi "entry"
Terbatas
Terbatas
Terkendali
Terkendali
Belum Berkembang Mulai Dikembangkan
Belum Berkembang
Mulai Dikembangkan Mulai Berkembangkan
Differensiasi
Belum Berkembang Diversivikasi Belum Berkembang Sumber : Deptan RI, 2009.
Mulai Dikembangkan
Kesimpulan Penggunaan Teknologi tidak dintervensi Pemerintah, Jumlah Permintaan Diserahkan kepada Mekanisme Pasar Oligopoli Lemah Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi Diserahkan kepada Pelaku Pasar Mekanisme Pasar Bebas Dianggap sebagai Acuan Pengembangan Pasar Sawit Indonesia Memperbanyak Pembeli Menjadi Solusi Ditengah Ketatnya Persaingan Pasar Bebas Masuk dan Keluar Pasar Menjadi Keharusan dalam Mekanisme Pasar Bebas Diferensiasi Produk Menjadi Urusan Pelaku Pasar Diversifikasi Berterusan sebagai Kiat Penetrasi Pasar
Tabel 26. Matriks H-C Perkembangan Perilaku Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Masih Mencari Formasi
Mengarah ke Mazhab "Harvard Tradition"
Mengarah ke Mazhab "NewHarvard Tradition"
BelumTertata
Pengembangan Kebun Terfokus pada Semenanjung Malaysia
Mulai Mengembangkan Kawasan Sabah dan Serawak
Penelitian dan Pengembangan
Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul
Regulasi Investasi
Tahap Penataan, Kekuatan Sendiri Terbatas
Dibentuk Pusat Penelitian Bibit dan Prosesing (PORLA, PORIM) Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri
Menuju Penelitian Terpadu yang Lebih Kompleks (PORLA, PORIM) Harmonisasi Investor Lokal dan Luar Negeri
Kombinasi Model Strategic Behavior Martin dan "NewHarvard Tradition" Menjadikan Semenanjung Malaysia Sebagai Pusat Prosesing, Sedangkan Sabah dan Serawak Pusat Pengembangan Kebun Lebih Kompleks Dikendalikan oleh MPOB dan MPOC
Mulai Intensif
Pembentukan Divisi Advertensi dan Promosi di Daerah Tujuan Ekapor
Perilaku Pasar
Lokasi Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergudangan Minyak Sawit Malaysia
Kegiatan Advertensi dan Promosi
Sumber : MPOB, 2009.
Investasi Terbuka Terutama pada Industri Prosesing Pembentukan Lembaga Khusus Bidang Promosi MPOC
Prinsip Pragmatis, Efektifitas Model, Kearifan Lokal, Menjadi Acuan dalam Pengembangan Industri Sawit Malaysia Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk Menjawab Permintaan Konsumen Global
Menjadikan R&D Sebagai Dasar Penguasaan Pasar Global Awalnya Keberpihakan pada Petani Lokal, Setelah itu Investasi Terbuka pada Usaha Berteknologi Tinggi Profesionalitas, Taat Azas RSPO, Ekspansi Marketing, Komersialisasi Penuh Menjadi Target yang harus Dicapai
Tabel 27. Matriks H-C Perkembangan Perilaku Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Masih Mencari Formasi
Mengarah ke Mazhab "Harvard Tradition"
Mengarah ke Mazhab "NewHarvard Tradition"
Mengarah ke Mazhab "NewHarvard Tradition"
BelumTertata
Pengembangan Kebun Sawit Masih di Sumatera
Penelitian dan Pengembangan
Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul
Regulasi Investasi
Tahap Penataan, Kekuatan Sendiri Terbatas
Dibentuk Pusat Penelitian Bibit dan Prosesing Tapi Masih di Tingkat Akademis Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri
Harmonisasi Investor Lokal dan Luar Negeri
Investasi Sangat Terbuka
Terbatas
Terbatas
Terbatas
Perilaku Pasar
Lokasi Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergudangan Minyak Sawit Malaysia
Kegiatan Advertensi dan Promosi
Sumber : Deptan RI, 2009.
Mulai Mengembangkan Kawasan ke Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi Menuju Penelitian Terpadu yang Lebih Kompleks
Menjadikan Sumatera, Kalimantan dan Papua Sebagai Basis Produsen Sawit Indonesia Lebih Kompleks Melibatkan Peranan Swasta
Prinsip Pasar Bebas, Ekonomi Terbuka, Liberalisasi Perdagangan Sebagai Acuan Pengembangan Industri Sawit di Indonesia Masih Diperlukan Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk Konsumen Global
Industri Sawit Indonesia Masih Belum Menjadikan R&D Sebagai Dasar Penggembanagn Pasar Global Diminasi Perusahaan Swasta dalam Menguasai Lahan Perkebunan Cukup Dominan di Indonesia Belum Profesional dalam Pengelolaan Industri Sawit, Tidak aat Azas RSPO, Bidang Marketing Belum Berkembang
Tabel 28. Matriks H-C Perkembangan Kinerja Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Kinerja Pasar
Masih Terbatas pada Ekspor CPO saja
Mulai Pengembangan Seri Produk Turunan CPO
Differensiasi dan Diversivikasi serta Nilai Tambah Semakin Besar
Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi, Usaha Terpadu
Perilaku Harga
BelumTertata (Price Taker)
Pengembangan Seri Produk, Menyiasati Harga untuk Profit Tinggi di Seluruh Dunia
Pada Produk dan Daerah Tertentu, Produk Turunan Sawit Malaysia Penentu Harga (Price Leader)
Beberapa Seri Produk Turunan Sawit Malaysia Unggul di Pasar Minyak Nabati Dunia (price setter)
Produk yang Dikembangkan
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Pengembangan Bioteknologi dan Teknologi Prosesing oleh (PORLA, PORIM)
Lebih 300 Item Produk Penelitian dan sekurangnya 28 Macam Produk Unggul di Pasar LN
Nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk Swit
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia dibawah RM 3 Milyar per Tahun
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia dibawah RM 8 Milyar per Tahun
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia Masih dibawah RM 25 Milyar per Tahun
Lebih 450 Item Produk Penelitian dan sekurangnya lebih 90 Macam Produk Unggul Sawit di Pasar LN Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia Mencapai RM 65 Milyar atau US$ 17.2 Milyar per Tahun
Sumber : MPOB, 2009.
Penguasaan Pangsa Pasar Mimyak Sawit Global Dapat Dicapai dengan Nilai Tambah Produk Industri Sawit yang Tinggi dan Berkualitas Pengembangan Seri Produk, Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi, Produk Unggul dapat Merubah Status Industri Sawit Malaysia dari Pengambil Harga (Price Taker ) Menjadi Penentu Harga (price setter) Pengembangan Produk Baru Upaya Penguasaan Pasar Global
Setiap Dasawarsa, Kenaikan nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk sawit Malaysia Tumbuh melebihi 12 % per tahun.
Tabel 29. Matriks H-C Perkembangan Kinerja Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Kinerja Pasar
Masih Terbatas pada Ekspor CPO saja
Mulai Pengembangan Seri Produk Turunan CPO
Perilaku Harga
BelumTertata (Price Taker)
Industri Sawit Indonesia Fokus pada Penguasaan Produksi Minyak Sawit Mentah Dunia
Pengembangan Seri Produk Turunan CPO dan Diversivikasi Pasar Masih Terbatas Pada Produk CPO, Minyak Sawit Indonesia sudah Dapat Mempengaruhi Harga Dunia (Price Leader)
Produk yang Dikembangkan
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Pengembangan Seri Produk Turunan CPO dan Diversivikasi Pasar Masih Terbatas Indonesia Menjadi Produsen Minyak Sawit Mentah Terbesar dan Penentu Harga Dunia (price setter), Produk Turunan Sawit, Belum Berkembang Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO dan Mulai Dikembangkan Produk Turunan
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia dibawah US$ 254 Juta per Tahun Sumber : Deptan RI, 2009.
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia dibawah US$ 247 Juta per Tahun
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia Masih dibawah US$ 1 326 Juta per Tahun
Nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk Swit
Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia Mencapai US$ 8 866 Juta per Tahun
Industri Sawit Indonesia Lebih Fokus pada Produksi Minyak Sawit Mentah dan Nilai Tambah Produk Industri Sawit Masih Belum Berkembang Industri Sawit Indonesia Lebih Fokus Memproduksi dan Menguasai Pasar Minyak Sawit Mentah Dunia dan sebagai Penentu Harga (Price Setter) namun pada Produk Turunan Sawit Belum Banyak Perkembangan Terus Melakukan Pengembangan Luas Areal Kebun untuk Memproduksi Minyak Sawit Mentah sebagai Strategi Penguasaan Pasar Global Pada Tiga Dasawarsa 19601990 nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia tidak Berkembang namun Dua Dasawarsa terakhir telah Banyak Perkembangannya
Tabel 30. Matriks H-C Perkembangan Strategi pada Struktur Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen
Perubahan Main Stream Menurut Zaman
Jumlah Penjual
Jumlah Pembeli
Kondisi "entry"
1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Kebun Sawit untuk Memberantas Kemiskinan Masyarakat di Pedesaan Banyak
Penambahan Out Let Pemasaran di Negara Pengimpor
Produk Sawit Aman bagi Kesehatan, dan Lingkungan serta Sesuai Selera Konsumen
Penataan Penjual Melalui Asosiasi
Penjual dapat Digolongkan kedalam 4 Kelompok Besar Asosiasi Saja
Menjadikan R&D sebagai Basis Inovasi Produk Unggul. Menciptakan Produk Pro Konsumen Oligopoli Kuat Dalam Negeri dengan CR4 + 90%
Terbatas
Diversivikasi Pasar dan Differensiasi Produk mulai Dikembangkan
Diversivikasi Pasar dan Differensiasi Produk terus Dikembangkan untuk Memperbanyak Pembeli
Bebas
Terkendali, Penataan Petani Berlahan Sempit untuk Skala Usaha Optimum
Terkendali, Petani dan Perusahaan Baru Masuk Industri Dikendalikan agar Mencapai Skala Optimum
Sumber : Data Diolah, 2009.
Diversivikasi, Penetrasi Pasar dan Differensiasi Produk Berkualitas Tinggi terus Dilakukan, Konsep Brand Malaysia Diluncurkan Terkendali Pada Tataran Kebun, Bebas Investasi Pada Industri Prosesing dan Produk Jadi
Pragmatisme, Responsif terhadap Selera Konsumen, ditopang R&D dan Teknologi Moderen Menjadikan Industri Sawit Malaysia Unggul di Pasar Minyak Nabati Dunia Strategi Memperkecil Penjual Dalam Negeri Melalui Asosiasi dapat Memperbesar Posisi Tawar Produk Sawit Malaysia di Pasar Minyak Nabati Dunia Inovasi Secara Terus Menerus, Penguasaan Informasi dan Komunikasi dengan Konsumen Menjadi Dasar Penguasaan Pangsa Pasar
Keberpihakan pada Petani yang Pro Pasar dan Industri Maju, Transfer Teknologi Memberi Kontribusi yang Tinggi bagi Perekonomian Nasional Malaysia
Tabel 30. Matriks H-C Lanjutan Elemen Perubahan Kesimpulan
Komponen 1960-1980
1981-1990
1991-2000
2001-2008
Differensiasi
Terbatas
Dikembangkan Pusat Penelitian Bioteknologi, Oleokimia, Lingkungan, Differensiasi Produk Berbasis Sawit Lebih Luas
Terbatas
Dikembangkan Pusat Penelitian Bioteknologi, Oleokimia, Biodiesel Lingkungan, Teknologi Prosesing, Differensiasi Produk Berbasis Sawit Sangat Luas Dikembangkan Berbagai Model Integrasi, di Tingkat Kebun dan di Tingkat Prosesing
Menjadikan R & D Sebagai Basis Kekuatan Industri Sawit Malaysia dalam Menguasai Pangsa Pasar Ekspor Produk Minyak dan Lemak Nabati Dunia
Integrasi Vertikal
Diversivikasi Pasar
Terbatas
Setelah Kampanye Negatif dari ASA 1980, Mulai Dikembangkan Differensiasi Produk Berbasis Sawit Secara Luas Pendirian industri Pengolahan Minyak Sawit di Malaysia dan di Negara Tujuan Ekspor Produk Inovasi, Produk Substitusi Mulai Digalakkan untuk Penetrasi Pasar Luar Negeri
Dengan Produk Inovasi, Produk Substitusi, dan Kemanfaatan Sawit Ditingkatkan dan Biodiesel sebagai Produk dari Strategi Laut Biru, Permintaan Tanpa Batas Masa Datang
Dengan Diversifikasi Secara Terus Menerus, Dicapai Struktur Pasar yang Kuat Dalam Negari Malaysia dan Penguasaan Pangsa Pasar Produk Minyak Sawit Duina
Sumber : Data Diolah, 2009.
Penguasaan Teknologi, Ekspansi Usaha Industri Hilir di Negara Tujuan Ekspor Makin Diintensifkan Produk Inovasi, Produk Substitusi, dan Berbagai Kemanfaatan Produk Sawit Terus Dikembangkan
Menjadikan Konsep Integrasi Usaha sebagai Upaya Efisiensi dan Meingkatkan Produktivitas Lahan dan Peralatan Pabrik Pengolahan Produk Sawit