II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi perilaku Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori ini, terjadinya perilaku didasari oleh adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Oleh sebab itu, teori Skiner ini disebut teori “SOR” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan respon menjadi dua sebagai berikut. a) Responden respon atau
flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. b) Operan respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena memperkuat respon. Menurut Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut. a) Perilaku tertutup (covert behavior) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
8
b) Perilaku terbuka (overt behavior) Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang mudah diamati atau dilihat orang lain. Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang perilaku yang dikemukakan oleh Machfoedz dan Suryani (2007) : a) Teori Naluri (Instinc Theory) Menurut Mc Dougall perilaku itu disebabkan oleh naluri. Naluri merupakan perilaku yang innate,
perilaku yang bawaan, dan naluri akan mengalami
perubahan karena pengalaman. b) Teori Dorongan (Drive Theory) Teori ini mengatakan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan (drive) tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan organisme yang kemudian mendorong organisme tersebut berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya. c) Teori Insentif (Incentive Theory) Teori ini mengatakan bahwa perilaku timbul karena adanya insentif atau reinforcement. Terdapat dua Insentif yaitu positif dan negatif. Insentif positif adalah yang berkaitan dengan hadiah, sedangkan insentif negatif berkaitan dengan sanksi atau hukuman. d) Teori Atribusi Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku yang terdiri dari faktor internal (motif, sikap, dll) dan faktor eksternal (budaya, geografis, dll).
9
2.1.2. Ruang lingkup perilaku Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang linngkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain ranah atau kawasan yaitu kognitif (cognitive), afektif
(affective)
dan psikomotor
(psychomotor). Dalam
perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan, sikap dan penerapan/penerapan (Notoatmodjo, 2007). a. Pengetahuan Notoatmodjo (2007) menyataan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dikategorikan menjadi enam tingkat, sebagai berikut. 1. Tahu Pengetahuan sebagai pengingat sesuatu yang telah dipelajari sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami Pengetahuan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
10
3. Aplikasi Pengetahuan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang real (sebenarnya). Aplikasi ini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. 4. Analisis Pengetahuan
sebagai
kemampuan
untuk
menjabarkan
materi
atau
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis Sintesis berkaitan dengan kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, merencanakan, meningkatkan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus 6. Evaluasi Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan
justifikasi/penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri menggunakan kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
11
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya (Notoatmodjo, 2007). b. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004) Menurut Allport sebagaimana dikutip dalam Notoatmojo (2007), sikap mempunyai tiga komponen pokok, sebagai berikut 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini
terdiri atas berbagai
tingkatan (Notoatmodjo, 2007) sebagai berikut. 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas
12
dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang petani yang mengajak petani yang lain untuk pergi bersama penyuluh melihat lahan atau mendiskusikan tentang tanaman padi, adalah suatu bukti bahwa petani tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap lahan pertaniannya. 4.
Bertanggungjawab (responsible) Bertanggungjawab merupakan bentuk sikap yang paling tinggi atas segala yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek atau juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pernyataan sikap dapat berisi hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu bersifat mendukung
atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini
disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap juga dapat berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap dan bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang unfavourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan
13
demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2005). c. Penerapan Penerapan merupakan aspek perilaku yang berhubungan dengan kemampuan menggerakkan otot atau fisik yang pada akhirnya merupakan pekerjaan badaniah. Penerapan dibagi menjadi tiga tingkat kedalaman (Wiriaatmadja, 1986) antara lain, sebagai berikut. 1. Peniruan (initiatory level) Orang berbuat sekedar meniru apa yang dilihat, dipercontohkan atau didengar. 2. Pengendalian (prevontime level) Orang sudah dapat berbuat atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang didapat walaupun masih sedang. 3. Otomatisasi (rountinized level) Orang dapat bekerja sendiri tanpa berpikir terlalu banyak. Penerapan adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa penerapan untuk memecahkan atau menjawab persoalan. Penerapan intelektual atau penerapan sosial. Rincian penerapan (psikomotorik) yang sudah dikembangkan (Wiriaatmadja, 1986), sebagai berikut. 1. Kesiapan (Set) Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan
14
memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani. 2. Respons Terpimpin (Guided Response) Tahap awal dalam mempelajari penerapan yang komplek, termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Respon
terpimpin
ditunjukkan
apabila
seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme (Mecanism) Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga baik dengan meyakinkan dan cakap.Ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan. Suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa sub penerapan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur. 4. Penyesuaian (Adaptation) Penerapan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf penerapan yang telah mencapai kemahiran. 5. Penciptaan (Origination) Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Penciptaan atau kreatifitas adalah mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
15
Pengukuran Penerapan dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu sebelumnya, dan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan individu tersebut (Notoatmodjo, 2007). 2.2. Pupuk Organik 2.2.1. Pengertian pupuk organik
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk smua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Suryadikarta, dan Simanungkalit, 2006). Dijelaskan pada Peraturan Menteri Pertanian No. 2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, bahwa pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Menteri Pertantian adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral.
16
2.2.2. Jenis - jenis pupuk organik
Jenis-jenis
pupuk
organik
diantaranya
dijelaskan
sebagai
berikut
(Hidayatush, 2011) 1. Pupuk Kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, baik yang belum terurai (masih baru) ataupun yang sudah mengalami penguraian, seperti yang dijelaskan berikut. a. Pupuk kandang yang belum terurai masih berbentuk asli, berbau menyengat, dan bercampur dengan urine. b. Sedangkan pupuk yang sudah terurai memiliki bentuk seperti tanah dan baunya tidak menyengat. 2. Pupuk Hijau adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang sengaja dibenamkan langsung ke tanah atau tanaman sengaja ditanam secara tumpang sari, contoh kacang-kacangan (leguminosa). Pupuk hijau dari Legiminosa memiliki kelebihan sebagai berikut a. Mengandung unsur N yang cukup tinggi b. Bahan organiknya mudah terdekomposisi c. Perakaran memiliki nodula yang dapat bersimbiosis dengan bakteri pengikat N bebas di Udara (Rizobium atau Bacilus radicola) 3. Pupuk Kompos adalah pupuk yang berasal dari penguraian campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan aerobik dan anaerobik. Perbedaan pupuk kompos
17
melalui pengomposan, yaitu proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis oleh mikroba. 4. Pupuk Hayati atau pupuk mikrobiologis adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diaplikasikan akan meningkatkan pasokan nutrisi tanaman dan mendorong pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati bukanlah pupuk secara langsung menambahkan nutrisi ke dalam tanah, tetapi melalui proses alami, diantaranya fiksasi nitrogen atmosfer, mengurai fosfor, dan mensintetis zat-zat yang mendukung pertumbuhan tanaman. Contoh pupuk Hayati adalah EM4 (Efektif Mikroorganisme 4, Lactobacillus, Actinomicetes, ragi, dan jamur) 5. Bokashi (Bahan Organik Kaya Sumber Hayati) adalah Pupuk yang berasal dari campuran sisa tanaman dan kotoran hewan ditambah bahan organik pembawa atau peningkat (misal sekam, dedak) dengan melalui proses fermentasi atau pengomposan dengan menggunakan Mikroorganisme yang digunakan seperti EM4. Perbedaan Bokashi dengan pupuk kompos adalah sebagai berikut a. Pupuk kompos dari berbagai bahan organik b. Pupuk kompos dapat melalui proses dekomposisi alami tanpa penambahan EM4. c. Pupuk kompos tidak ditambahkan bahan pembawa/peningkat bahan organik (sekam, dedak).
18
6. Pupuk Guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran unggas dan atau kelelawar, berbentuk serbuk atau butiran berbau khas, dengan atau tanpa penambahan unsur hara N, P dan K. 7. Pupuk Kascing adalah pupuk yang berasal dari kotoran cacing. 8. Nightsoil adalah pupuk yang berasal dari (maaf) kotoran manusia. 9. Pupuk Petroganik adalah pupuk yang terbuat dari campuran beberapa jenis pupuk yaitu,pupuk kandang (kotoran sapi, kambing, unggas dll), limbah industri (limbah pabrik gula) limbah kota (sampah rumah tangga). Pupuk ini merupakan produksi oleh PT. Petrokimia Gersik. Proses pembuatannya yakni pupuk kandang, limbah kota dan limbah industri dihaluskan sehingga berbentuk butiran hingga debu dengan cara di crusher dengan mesin crusher atau dengan cara manual dicangkul dan diayak/disaring. Bahan yang telah halus ditimbang sesuai dengan formula yang telah di tetapkan. Setelah dilakukan penimbangan bahan di campur dengan mixtro, suplemen dan air di pan granulator. Bahan yang telah tercampur akan membentuk granule/butiran. Hasil granule bahan kemudian didiamkan selama 2 s.d 3 hari untuk menurunkan kadar air yang terdapat dalam hasil granule. Setelah setengah kering kemudian dilakukan pengeringan. Pengeringan dilakukan pada mesin dryer dengan kapasitas 7 s.d 10 ton perhari dari mesin dryer dilakukan pengayakan pada mesin screen sehingga granule yang diayak bisa sama besarnya. Salah satu keunggulan utama pupuk Petroganik adalah pada kandungan C organik dan unsur haranya yang tinggi terutama yang berasal dari kotoran ternak seperti ayam dan sapi.
19
2.2.3
Manfaat penggunaan pupuk organik
Menurut Erianto (2009) pupuk organik mempunyai banyak manfaat apa bila diaplikasikan dalam pemupukan lahan tanaman pertanian. Adapaun penekanan pemakaian pupuk organik secara kontinyu dan berkeseimbangan akan memberikan keuntungan dan manfaat dalam pemakaian jangka panjang seperti yang dijelaskan sebagai berikut. 1. Pupuk organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman 2. Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinyu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan. 3. Pupuk organik membantu menjaga kelemahan tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman 4. Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada di dalam tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji. 5. Pupuk organik sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.
20
6. Pemakaian pupuk organik juga berpean penting dalam merawat/menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaan berlebihan pemupukan dengan pupuk anorganik/kimia dalam tanah. 7. Pupuk organik berperan positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah. 8. Keberadaan pupuk organik yang tersedia secara melimpah dan mudah didapatkan.
2.2.4
Kelebihan dan kekurangan pupuk organik
Pupuk organik sebenarnya sudah lama digunakan oleh para petani di Indonesia. Karena adanya salah satu kebijakan pada jaman orde baru, penggunaan pupuk organik menjadi barang langka bagi petani. Pengunaannya yang membutuhkan dalam jumlah banyak setiap aplikasi menjadi alasan utama petani jarang menggunakan pupuk organik. Padahal pupuk organik mengandung unsur hara lebih lengkap dari pada pupuk anorganik. Selain dari segi kandungan hara, pupuk organik sangat diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah yang tidak dapat dilakukan oleh pupuk anorganik (Suryadikarta, dan Simanungkalit, 2006). Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik dibandingkan dengan pupuk anorganik. 1.
Perbaikan struktur tanah. Pupuk organik menjadikan tanah lebih remah dan memiliki erasi yang baik. Pupuk organik mampu mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.
21
2.
Meningkatkan daya serap terhadap air. Pupuk organik memiliki daya serap yang lebih besar terhadap air tanah. Hal ini sangat berhubungan positif terhadap hasil tanaman terutama pada musim kering.
3.
Meningkatkan populasi organisme tanah. Organisme tanah memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Pupuk organik yang diberikan pada tanah akan diuraikan terlebih dahulu oleh jasad renik melalui pembusukan atau peragian sebelum diisap oleh akar tanaman.
4.
Sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik mengandung kandung hara yang dibutuhkan oleh tanaman dengan komposisi lebih lengkap dibandingkan pupuk anorganik. Jumlah hara pupuk organik lebih sedikit dibandingkan pupuk kimia. Itulah sebabnya pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan pupuk anorganik agar keduanya saling melengkapi.
5.
Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).
6.
Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormone dan enzyme yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
7.
Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sanagat baik terhadap sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.
8.
Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
9.
Menjadi penyangga pH tanah.
22
10. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan. 11. Membantu menjaga kelembapan tanah. 12. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun. 13. Tidak merusak lingkungan. Sedangkan
kekurangan
dari
pupuk
organik
sebagai
berikut
(agroinformatika.net) 1.
Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
2.
Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
3.
Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.
2.2.5
Penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah
Setiap menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, kebutuhannya berbeda-beda sesuai dengan kondisi dari tanah yang akan diberi pupuk. Tanah berpasir, bekas pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak pada musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum digunakan untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah, Kedua perlakuan tersebut dilakukan
23
supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian pupuk kimia menjadi lebih efisien (Hidayatush, 2011) Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya. Namun, sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pellet atau granul. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan dosis yang diperlukan menjadi lebih kecil. Di daerah penelitian menurut informasi yang diperoleh dari I Made Raka sebagai penyuluh di Subak Dukuh, Pada umumnya dalam menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah ada tiga tahap. Tahap pertama pada pesemaian disiapkan media pesemaian dengan cara mencampurkan tanah dengan pupuk organik jenis petroganik. Dosis pupuk yang digunbakan sebanyak 10 kg per are. Pemupukan dilakukan tujuh hari sebelum pesemaian. Tahap Kedua pada tahap pemupukan dasar yang dilaksanakan pada saat pengolahan lahan. Urutan dalam mengolah tanah seperti pengolahan pada umumnya yaitu mula-mula tanah dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi. Selanjutnya tanah digaru sambil disebari pupuk organik. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk organik jenis petroganik dengan dosis 10 kilo per are dan dibagi menjadi dua kali waktu pemupukan dengan dosis lima kilo per are pada saat membajak tanah, kemudian lima kilo per arenya lagi diberikan tujuh hari sebelum bibit padi ditanam. Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut.Setelah tanah diratakan, dibuatkan parit di bagian pinggir dan tengah tiap
24
petak sawah untuk memudahkan pengaturan air.Agar tanah menjadi baik, maka tanah yang telah diolah dengan pupuk organik didiamkan selama satu minggu. Tahap Ketiga adalah pemupukan setelah tanam. Pemupukan dilakukan mulai padi berumur dua minggu setelah tanam atau berumur 10 s.d 15 hari. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk organik jenis petroganik dengan dosis lima kilo per are dalam setiap kali pemupukan. Selanjutnya pemupukan dilakukan pada saat padi berumur empat minggu setelah taman atau berumur 30 s.d 35 hari dan pada saat padi berumur 40 s.d 45 hari, ditebarkan lagi pupuk organik tersebut dengan dosis yang sama.
2.3 Kerangka Pemikiran
Pemenuhan kebutuhan akan pangan (padi) di Subak Dukuh Kapal diperlukan suatu upaya meningkatkan produksi beras agar ketahanan pangan terjaga. Pada prosesnya, kebutuhan akan pemenuhan pangan semakin meningkat yang menyebabkan produksi beras akan semakin tinggi. Peralihan usaha tani menuju sistem pertanian organik dengan menggunakan pupuk organik, menjadi suatu jalan untuk meningkatkan pemenuhan pangan tersebut. Keberhasilan petani dalam menggunakan pupuk organik di Subak Dukuh, perlu ditinjau dari segi pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, dilakukan analisis secara deskriptif-
25
kualitatif, dengan alat pengukuran skala berjenjang lima yang terinpirasi dari Skala Likert. Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjawab permasalahan yang ada seperti pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik, Hasil penelitian ini akan di rekomendasikan kepada petugas penyuluhan lapangan yang bertugas di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan penerapan petani dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya padi sawah di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 2.1.
26
Subak Dukuh di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung
Pupuk Organik Perilaku Anggota Subak
Pengetahuan 1. Jenis pupuk yang digunakan 2. Dosis pemberian pupuk 3. Waktu pemberian pupuk 4. Cara Pemupukan
Sikap 1. Jenis pupuk yang digunakan 2. Dosis pemberian pupuk 3. Waktu pemberian pupuk 4. Cara Pemupukan
Penerapan 1. Jenis pupuk yang digunakan 2. Dosis pemberian pupuk 3. Waktu pemberian pupuk 4. Cara Pemupukan
Analisis Deskriptif Kualitatif
Simpulan Rekomendasi
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Perilaku Anggota Subak dalam Penggunaan Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman Pasi Sawah Di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan mengwi, Kabupaten Badung.