IDENTIFIKASI GREEN COMMUNITY UNTUK MEWUJUDKAN GREEN CITY DI KOTA BOGOR
LUCKY GILANG MAULIDAN
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2015 Lucky Gilang Mulidan NIM A44110037
ABSTRAK LUCKY GILANG MAULIDAN. Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor. Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN. Berdasarkan pada Program Pengembangan Kota Hijau, komunitas hijau adalah satu dari delapan atribut dalam penerapan metode kota hijau. Komunitas hijau adalah individu-individu, komunitas, atau kelompok yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial-budaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan peran serta masyarakat. Namun hingga saat ini, belum terdapat sumber mengenai berapa banyak jumlah komunitas hijau dan aktivitas apa yang mereka lakukan dalam merubah perilaku. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi komunitas hijau, struktur organisasi mereka, penggunaan taman, dan apa yang mereka lakukan dalam merubah perilaku. Penelitian ini juga melakukan analisi terhadap apa yang komunitas hijau dapat lakukan, menggunakan analisis kesenjangan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat lima komunitas hijau di Kota Bogor. Penelitian ini menunjukan bahwa satu dari lima komunitas hijau memiliki penilaian sesuai dan yang lainnya hanya baik dan cukup. Untuk mengisi kesenjangan antara penerapan aktivitas ideal dan aktual, komunitas hijau dapat melakukan aktivitas lain untuk meningkatkan kepekaan, kesadaran, dan peran serta masyarakat Kota Bogor dalam rangka membangun sebuah kota berkelanjutan menggunakan metode kota hijau. Diketahui juga bahwa tiga dari lima komunitas hijau telah menggunakan taman untuk aktivitas mereka. Kata kunci: analisis kesenjangan, komuntias hijau, Kota Bogor, kota hijau ABSTRACT LUCKY GILANG MAULIDAN. Identification of Green Community to Realise Green City in Bogor City. Supervised by ALINDA FM ZAIN. In green city program (P2KH), green community is one of eight atribut in implementing the green city method. Green coummunity are peoples, community, or group who care about environmental awarness and socio-culture. The study in conducted to detect community sensitivity, awareness, and participation. But until now, there is no source about how many green community and what activites they do to chang behavior. This study takes place in Bogor City, East Java Province, Indonesia. The purpose of this study is to identify green community, they organizational structure, use of park, and what they do to chang behavior. This study also analyzed what green community can do to chang behavior, using gap analysis. The study found five green communites in Bogor City. The study showed that one of five green community has suitable value and the other just good and less. Further, to fill the gap between the ideal and actual activity, green community can do more activites to improve sensitivity, awarness, and participation of people in Bogor City in order to develop a sustainable city using green city program. The study also found that three of five green community has using park for they activity. Key words : Bogor City, gap analysis, green city, green community
Judul Skripsi : Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor Nama : Lucky Gilang Maulidan NIM : A44110037
Disetujui oleh
Dr. Ir. Alinda FM Zain, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai Desember 2015 ini ialah green city, dengan judul Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Alinda FM Zain, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak pegawai kantor DKP, BAPPEDA, BPLH, tim swaklola P2KH Kota Bogor, FKH, komunitas-komunitas, dan komunitas-komunitas hijau yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan teman-taman atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2015
Lucky Gilang Maulidan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Kerangka Pikir Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 Kota 4 Kota Hijau 5 Komunitas Hijau 5 Aktivitas Komunitas Hijau 7 Analisis Kesenjangan 9 Taman 9 METODE 10 Lokasi dan Waktu 10 Alat dan Bahan 11 Metode Penelitian 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Kondisi Umum Kota Bogor 15 Komunitas Hijau 17 Analisis Kesenjangan 26 Strategi Dalam Peningkatan Perubahan Lingkungan Dan Perilaku Manusia Menjadi Lebih Baik Yang Dapat Dilakukan Komunitas Hijau 32 Penggunaan Taman 39 SIMPULAN DAN SARAN 40 Simpulan 40 Saran 41 DAFTAR PUSTAKA 41 LAMPIRAN 43
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Alat yang digunakan dalam penelitian Hal, data, bentuk data, sumber data dan cara pengambilan Batasan nilai penerapan aktivitas komunitas hijau Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Bogor Daftar taman Kota Bogor Identifikasi komunitas hijau Penilaian Bike To Work Bogor Penilaian Bogor Berkebun Penilaian Earth Hour Bogor Penilaian Koalisi Pejakan Kaki Bogor Penilaian Komunitas Peduli Ciliwung Penilaian penerapan dari seluruh komunitas hijau di Kota Bogor Penggunaan taman oleh komunitas hijau
11 12 14 16 16 18 27 28 29 30 31 33 40
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kerangka pikir penelitian Lokasi penelitian Struktur organisasi Bike To Work Bogor Dokumentasi aktivitas Bike To Work Bogor Struktur organisasi Bogor Berkebun Dokumentasi aktivitas Bogor Berkebun Struktur organisasi Earth Hour Bogor Dokumentasi aktivitas Earth Hour Bogor Struktur organisasi Koalisi Pejalan Kaki Bogor Dokumentasi aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor Struktur organisasi Komunitas Peduli Ciliwung Dokumentasi aktivitas Komunitas Peduli Ciliwung Contoh media lini atas, media lini bawah, dan ambient media Contoh penerapan bike-share
3 11 19 20 21 21 22 23 24 24 25 25 34 38
DAFTAR LAMPIRAN 1 Panduan pertanyaan 2 Daftar narasumber 3 Daftar komunitas di Kota Bogor
43 44 45
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam pembangunan suatu kota pada umumnya cenderung memberikan dampak negatif kepada lingkungan alam. Pembangunan yang tidak teratur, kurangnya ruang terbuka hijau, pemakaian energi yang tidak efisien, kurangnya penerapan energi ramah lingkungan, kurangnya pengelolaan pada limbah, sistem transportasi yang tidak berkelanjutan, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan alam menjadi masalah yang kerap terjadi pada suatu kota, terutama kota-kota pada negara berkembang, seperti pada kota-kota di Indonesia. Perencanaan suatu kota dengan menerapkan prinsip kota hijau merupakan salah satu solusi yang tepat dalam menghadapai masalahmasalah yang terjadi pada suatu kota. Perencanaan dan pembangunan kota menjadi kota hijau dapat menurunkan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan alam. Suatu kota akan tercipta keberlanjutannya apa bila lanskapnya lebih tertata dari aspek sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan legalnya. Hal ini juga akan memberikan dampak positif pada kondisi fisik dan psikologis masyarakat yang tinggal dalam kota tersebut. Sesuai dengan tujuan dari Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH), terdapat 8 karakteristik atau atribut kota hijau, yaitu 1) perencanaan dan perancangan hijau (green planning and design), 2) ruang terbuka hijau (green open space), 3) bangunan hijau (green building), 4) sampah hijau (green waste), 5) transportasi hijau (green transportation), 6) air hijau (green water), 7) energi hijau (green energy), dan 8) komunitas hijau (green community). Komunitas hijau dapat diartikan sebagai sebuah komunitas atau kelompok warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial budaya. Komunitas hijau diperlukan untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan pelibatan masyarakat dalam program peningkatan kualitas lingkungan, menjalin kerja sama dengan pemerintah, swasta, dan lainnya, sehingga masyarakat menjadi lini terdepan dalam mewujudkan pembangunan sebuah kota yang menerapkan perinsip kota hijau. Kurangnya kesadaran sebagian besar masyarakat Kota Bogor terhadap kondisi lingkungannya merupakan suatu tanda bahwa diperlukan peran komunitas hijau dalam mengatasi masalah yang terjadi pada lingkungan. Namun hingga saat ini masih belum ada data otentik mengenai jumlah komunitas hijau di Kota Bogor dan aktivitas hijau apa yang komunitas tersebut lakukan dalam upaya menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan aman sesuai dengan 8 atribut kota hijau.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah a. belum ada data otentik mengenai jumlah dan aktivitas komunitas hijau di Kota Bogor; b. sejauh apa penerapan aktivitas komunitas hijau telah dilakukan; dan c. belum diketahui penggunaan taman oleh komunitas hijau. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah a. mengidentifikasi jumlah dan aktivitas komunitas hijau di Kota Bogor; b. menganalisis penerapan aktivitas komunitas hijau di Kota Bogor menggunakan analisis kesenjangan; dan c. mengidentifikasi penggunaan taman oleh komunitas hijau di Kota Bogor. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi peneliti, serta dapat dijadikan alternatif dan rekomendasi bagi pihak komunitas hijau di Kota Bogor dalam mencapai peningkatan kepekaan, kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat Kota Bogor terhadap lingkungan untuk menjadikan Kota Bogor sebagai kota hijau. Kerangka Pikir Penelitian Studi dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa belum diketahui jumlah komunitas hijau yang aktif, aktivitas-aktivitas yang dilakukan, dan penggunaan taman di Kota Bogor pada saat ini. Untuk mencari hal tersebut, dilakukan inventarisasi awal untuk mencari komunitas hjiau yang aktif beraktivitas di Kota Bogor. Setelah jumlah komunitas hijau didapat, dilakukan inventarisasi lebih lanjut untuk mengetahui latar belakang terbentuknya komunitas hijau, jumlah anggota aktif, struktur organisasi, lokasi sekretariat, aktivitas, lokasi aktivitas, frekuensi aktivitas, lokasi taman yang digunakan, aktivitas komunitas di taman, frekuensi penggunaan taman, dan alasan menggunakan taman. Aktivitas komunitas hijau dapat berupa aktivitas rutin atau pun non-rutin. Data aktivitas komunitas hijau pada saat ini kemudian dianalisis sesuai dengan penerapan aktivitas komunitas hijau yang mengacu pada tiga penerapan yang dibuat oleh GCC (2008), yaitu changing behavior, community-based social marketing, dan community transformation. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis kesenjangan untuk mengetahui kesenjangan antara penerapa aktivitas komunitas hijau yang aktual dan ideal. Hasil dari analisis tersebut akan menggambarkan sejauh mana penerapan aktivitas komunitas hijau telah dilakukan oleh komunitas hijau di Kota Bogor, dan strategi apa yang dapat dilakukan komunitas hijau dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai
kota hijau. Dari keseluruhan data, akan didapatkan inventarisasi komunitas hijau di Kota Bogor (Gambar 1).
Kota Bogor
Identifikasi komunitas hijau
Aktivitas
Pemanfaatan RTH
1. Bentuk aktivitas 2. Lokasi aktivitas 3. Frekuensi aktivitas
Taman
Komunitas
1. 2. 3. 4.
Latar belakang Lokasi sekretariat Struktur organisasi Jumlah anggota
Analisis kesenjangan
1. Lokasi taman yang digunakan komunitas hijau 2. Aktivitas komunitas hijau di taman 3. Frekuensi 4. Alasan penggunaan
Inventarisasi komunitas hijau di Kota Bogor Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Kota Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyakut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam arti fisikal, sosial, ekonomi, budaya. Perkotaan mengacu pada area yang memiliki suasana penghidupan dan kehidupan modern dan mejadi wewenang pemerintah kota (Mirsa 2012). Menurut Jayadinata (1999), pengertian kota dapat bermacam-macam. Dalam pengertian geografis, kota itu adalah suatu tempat yang pendudukanya rapat, rumah-rumahnya berkelompok kompak, dan mata pencaharian penduduknya bukan pertanian. Dalam pengertian hukum di Indonesia terdapat 4 macam kota; 1) Kota sebagai ibukota nasional, Jakarta; 2) Ibukota propinsi, ada 27 kota; 3) Ibukota kabupaten dan kotamadya; dan 4) Kota administratif. Dalam pengertian teknis, kota itu mempunyai jumlah penduduk tertentu, misalnya, di Indonesia (untuk keperluan statistik) yang disebut kota adalah tempat dengan 20 000 penduduk atau lebih, di Jepang dengan 30 000 penduduk, di Malaysia 5 000 penduduk, dan di Amerika Serikat dengan 2 500 penduduk. Dalam pengertian umum, kota itu adalah tempat yang mempunyai prasarana kota, yaitu: bangunan besar-besar, banyak bangunan perkantoran, jalan yang lebar-lebar, dan pasar yang luas-luas. Kota adalah suatu entitas yang utuh. Ada relasi fungsi sosial ekonomi, politik, budaya, dan lainnya, yang prosesnya bukan serta merta, ada begitu saja, ada suatu proses kultural panjang (Mirsa 2012). Sedangkan Branch (1995) berpendapat bahwa kota merupakan tempat yang dipandang dan dirasakan dari barbagai sudut pandang, yang menggambarkan keaktifan, keberagaman, dan kompleksitasnya. Kota secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu: bangunan-bangunan dan kegiatan yang berada di atas atau dekat dengan muka tanah, instalasi-instalasi di bawah tanah, dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan “kosong” di angkasa. Pembangunan perkotaan secara nyata memberikan dampak lingkungan terhadap lingkungan alam dan wilayah-wilayah disekitarnya. Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Salah satu dampak lingkungan yang terjadi akibat pembangunan yang terjadi di Kota Bogor seperti penurunan kapasitas sumber mata air dari 8 liter per detik pada tahun 2011 menjadi 1-1.5 liter per detik pada tahun 2012 dan penurunan kapasitas air tanah dalam dari 16 liter per detik pada tahun 2011 menjadi 1-2 liter per detik di tahun 2012 (BAPPEDA 2013). Hal ini menunjukan semakin berkurangnya resapan air karena semakin bertambahnya daerah pemukiman di wilayah Kota Bogor. Masalah lainnya terlihat pada pola tata ruang yang tidak terarah. Lyon dan Driskell (2012) mengatakan seperti halnya semakin dominan sebuah spesies terhadap spesies lain dalam lingkungan alam, komunitas manusia
akan memberikan dampak pada pola tata guna lahan sebagai suatu area yang “terinvasi” oleh kompetitor dominan yang dapat mengguakan lahan lebih efisien. Kota Hijau Kota hijau dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Richard (1987) dalam DPU (2011) mengatakan, kota hijau juga dapat diartikan sebagai kota yang didesain dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan, dihuni oleh orang-orang yang memiliki kesadaran untuk meminimalisir (penghematan) penggunaan energi, air dan makanan, serta meminimalisir buangan limbah, percemaran udara dan pencemaran air. Kota hijau adalah kota yang dibangun dengan menjaga dan memupuk aset-aset kota-wilayah, seperti aset manusia dan warga yang terorganisasi, lingkungan terbangun, keunikan, dan kehidupan budaya, kreativitas dan intelektual, karunia sumber daya alam, serta lingkungan dan kualitas prasarana kota. Menurut DPU (2011), kota hijau merupakan kota yang dibangun dengan tidak mengikis atau mengorbankan aset kota-wilayah (city-region), melainkan terus memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun sumber daya alam, lingkungan dan kualitas perkotaan dimana konsep kota hijau dapat merespon untuk menjawab isu perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi. Kota hijau adalah kota yang ramah lingkungan yang dibangun berdasarkan keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta dimensi tata kelolanya, termasuk kepemimpinan dan kelembagaan kota yang mantap (DPU 2013). Menurut DPU (2013), kota hijau dapat diwujudkan dengan menerapkan delapan atribut. Delapan atribut itu meliputi 1) perencanaan dan perancangan yang sensitif terhadap agenda hijau (green planning and design), 2) pewujudan kualitas, kuantitas dan jejaring RTH perkotaan (green open space), 3) penerapan bangunan ramah lingkungan (green building), 4) penerapan prinsip untuk mengurangi sampah limbah, mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah (green waste), 5) pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan (green transportation), 6) peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air (green water), 7) pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan (green energy), serta 8) peningkatan kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau (green community). Komunitas Hijau Perencanaan suatu kota menimbulkan kerusakan tidak hanya pada lingkungan alam tetapi juga pada manusia. Dengan adanya dampak seperti itu, perlahan-lahan muncul individu-individu yang sadar akan pentinya menjaga
lingkungan alam. Berlandaskan kesamaan tujuan untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik, individu-individu tersebut kemudian membuat sebuah kelompok. Menurut Reitz (1977) dalam Thoha (2001), karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok, yaitu adanya dua orang atau lebih, adanya interaksi satu sama lainnya, saling berbagi beberapa tujuan yang sama, dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok. Komunitas hijau adalah sebutan untuk kelompok yang muncul akibat terjadinya perubahan sosial lingkungan. Komunitas hijau merupakan atribut penting dalam mewujudkan kota hijau, karena masyarakat dapat menjadi lini terdepan dalam pergerakan suatu pembangunan lanskap kota ke arah pembangunan kota hijau. Menurut DPU (2013), komunitas hijau adalah sebutan bagi kumpulan individu, komunitas, atau kelompok-kelompok warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial budaya. Komunitas hijau tumbuh disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat kepedulian dan kesadaran bahwa tanggung jawab untuk menjaga lingkungan dan alam bukan semata berada di tangan pemerintah dan institusi besar, namun juga terletak pada individu dan komunitas masyarakat. Menurut GCC (2008), komunitas hijau adalah organisasi lingkungan swadaya berbasis komunitas untuk memperoleh pencapaian dibidang lingkungan dengan mengarahkan pada kerjasama masyarakat dan menciptakan aktivitas baik berupa saran dan jasa. Komunitas sendiri memiliki definisi yang beragam. Komunitas atau community berasal dari kata Latin cum yang memiliki arti kebersamaan dan munus yang memiliki arti memberi antara satu sama lain. Komunitas dapat memiliki arti sebagai sekumpulan individu yang mendiami lokasi tertentu. Hillery (1955) dalam Lyon dan Driskell (2012) bahkan menemukan 94 definisi komunitas, yaitu bahwa komunitas adalah sebuah kelompok, sebuah proses, sebuah sistem sosial, sebuah tempat geografis, sebuah gaya hidup umum, sebuah kecukupan pribadi, dan lainnya. Komunitas juga dapat memiliki arti yakni kelompok sosial yang terdiri atas beberapa orang yang menyatukan diri kerena mempunyai kesamaan seperti dalam hal kebutuhan, kepercayaan, maksud, minat, bakat, hobi, dan lainnya. Menurut GCC (2008), komunitas hijau memiliki tiga karakteristik, yaitu 1) berbasis komunitas, 2) dibangun atas kemitraan, dan 3) bisnis swadaya. Yang dimaskud dengan berbasis komunitas adalah bahwa komunitas hijau harus bergerak untuk masyarakat lokal pada wilayah mereka. Setiap komunitas hijau terencana dan terkelola secara lokal, dengan kepengurusan, sekretaria, dana dan jajaran direktur yang dikelola sendiri. Komunitas hijau tergabung secara bebas dan menamai dirinya sendiri serta menetapkan identitasnya sendiri. Komunitas hijau juga harus dibangun atas kemitraan, maksudnya adalah bahwa kemitraan meliputi semua kegiatan mulai dari dukungan moral hingga hubungan kontraktual. Kemitraan dapat membantu dalam hal dana dan/atau kontribusi barang dan jasa, pemasaran, koordinasi dan jasa yang terintegrasi, saran, dukungan, dan koneksi kepada mitra lain. Kemitraan dilakukan diantara bermacam-macam sektor mulai dari pemerintah, kalangan bisnis, organisasi masyarakat, dan lainnya, untuk mencapai tujuan. Selain itu, komunitas hijau juga bersifat swadaya dan pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka komunitas hijau harus fleksibel, responsif, inovatif, dan konstan dalam menciptakan jasa dan program baru untuk misi lingkungannya.
Tujuan dari dibentuknya komunitas hijau adalah untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau. Dengan kata lain, komunitas hijau bukan hanya melakukan kegiatan dibidang lingkungan melainkan juga harus dapat mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunitas hijau memiliki karakteristik, yaitu a. memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan; b. aktivitas bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan; c. aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal; d. dibagun atas kemitraan; dan e. dilakukan secara swadaya. Adapula keunggulan dari komunitas hijau adalah sangat fleksibel secara administrasi dan politik, dapat bergerak lebih cepat dalam proyek yang berpotensial, dan netral terhadap masyarakat. Komunitas hijau juga memiliki keuntungan untuk menghindari konflik yang dapat terjadi antara berbagai pemerintahan dan perantara (Beatley 2000). Aktivitas Komunitas Hijau Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan. Aktifitas memiliki arti yaitu segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. Menurut frekuensinya, aktivitas dibagi menjadi dua, yaitu aktivitas rutin dan aktivitas non-rutin. Aktivitas rutin adalah aktivitas yang dilakukan secara rutin atau teratur dan tidak berubah-ubah. Sedangkan aktivitas non-rutin adalah aktivitas yang dilakukan secara tidak tentu, tidak teratur, atau berubah-ubah. Komunitas hijau dapat melakukan aktivitasaktivitas dalam menjaga keberlangsungan lingkungan serta mengubah perilaku masyarakat agar turut dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Dalam menjaga keberlangsungan lingkungan, komunitas hijau dapat bergerak langsung seperti mengurangi emisi kendaraan bermotor, konservasi air, pengurangan limbah, dan lainnya. Selain itu, komunitas hijau juga dapat berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, melakukan advokasi, ikut serta dalam pembangunan infrastruktur, pengadaan fasilitas, dan lainnya. Komunitas hijau juga berperan dalam mengubah perilaku masyarakat agar masyarakat lebih peka, peduli, dan aktif menjaga lingkungan. Menurut GCC (2008), komunitas hijau melakukan tiga penerapan penting untuk mencapai tujuannya, yaitu changing behavior, community-based social marketing, dan community transformation. Penerapan changing behavior dilakukan dengan memberikan program-program dan jasa untuk lingkungan dalam menghadapi hambatan yang terjadi dan memberikan insentif kepada perubahan perilaku dan aksi. Hal ini berarti dalam melakukan aktivitasnya, komunitas hijau harus dapat mengubah kulitas lingkungan alam dan perilaku manusia, atau dengan
kata lain lingkungan hidup, menjadi lebih baik. Beratha (1991) dalam Suhendar (2004) mengatakan bahwa, lingkungan atau lingkungan hidup meliputi segala apa saja, baik berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di sekitar kita, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hidup dan kehidupan. Untuk mengubah lingkungan (perkotaan) tersebut, komunitas hijau dapat membuat program dan jasa seperti memberikan sosialisasi atau jasa lingkungan terkait dengan kampanye yang dilakukan oleh komunitas tersebut. Kampanye kesadaran adalah salah satu strategi penting yang telah digunakan di banyak kota untuk menyemangati aksi dan perilaku yang berkelanjutan dalam bidang bisnis dan masyarakat (Beatley 2000). Menurut Mitchell (2000) dalam Santoso (2013), perubahan sikap manusia yang kita harapkan tergantung pada kampanye yang luas melalui pendidikan, diskusi dan partisipasi publik. Perubahan sikap tersebut didorong oleh adanya pencapaian tujuan bersama untuk kepentingan lingkungan dan masyarakat. NCFSE (2005) dalam Santoso (2013) menyebutkan bahwa kampanye dapat didefinisikan sebagai upaya terkoordinasi komunikasi yang dilakukan melalui media massa, komunikasi interpersonal atau beberapa kombinasi, dimana komunikasi tersebut dapat membuat perubahan perilaku secara langsung berkaitan dengan efektivitas sebuah komunikasi. Komunikasi dipahami sebagai proses pengiriman, penerimaan dan pemahaman gagasan atau perasaan dalam bentuk pesan verbal atau nonverbal secara sengaja atau tidak sengaja dengan tujuan mencapai kesamaan makna. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur, yaitu 1) komunikator yang menyatakan gagasan atau perasaan, 2) gagasan atau perasaan yang diubah menjadi pesan, 3) pesan yang disampaikan, 4) komunikan yang menerima pesan, dan 5) reaksi dan umpan balik yang disampaikan oleh komunikan kepada komunikator. Sedangkan untuk menanamkan budaya atau gaya hidup hijau, komunitas hijau dapat melakukannya melalui proses sosialisasi. Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Selain itu sosialisasi merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan dan pewarisan kebudayaan serta tingkah laku dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Proses sosialisasi ini dialami individu sejak lahir hingga meninggal dunia dan dalam proses tersebut si individu belajar mengenali nilai, sikap, keahlian dan berbagai peranan yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya, baik secara langsung maupun tidak langsung dari keluarga maupun lingkungannya (Adiwijaya dkk dikutip dalam Margaretha 2008). Penerapan community-based social marketing memiliki arti bahwa dalam mencapai perubahan perilaku, komunitas hijau tidak dapat bergantung hanya pada pemberian edukasi atau informasi saja melainkan harus memahami apa yang menjadi kendala dan insentif yang dapat mempengaruhi apa yang masyarakat lakukan. Untuk dapat mengetahui hal tersebut, diperlukan pendekatan dengan melakukan kemitraan dengan masyarakat yang mampu melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat. Kemitraan didefinisikan sebagai sebuah hubungan dimana dua atau lebih kelompok, yang memiliki tujuan bersama, setuju untuk bekerjasama untuk alasan khusus dan/atau untuk periode waktu tertentu. Pendekatan ini dilakukan melalui interaksi personal dalam sebuah kelompok kecil atau satu persatu agar komunitas hijau mengerti apa yang menjadi kendala
masyarakat, menghindari kesalah pahan dalam penyampaian pesan, mengetahui hal apa yang mampu menggerakan masyarakat untuk bergaya hidup hijau, dan dapat merekomendasi serta membantu masyarakat menghadapi hambatan yang terjadi. Penerapan community transformation memiliki arti bahwa komunitas hijau dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pola hidup hijau seperti pengadaan fasilitas pendukunga, advokasi, pembuatan kebijakan, dan pelatihan. Green (1980) dalam Linggasari (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mengubah perilaku manusia adalah adanya faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor pemungkin mencakup lingkungan fisik seperti tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana yang mampu mempermudah masyarakat dalam melakukan perilaku. Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat atau para petugas. Termasuk juga disini undang-undang dan peraturan-peraturan. Analisis Kesenjangan Kesenjangan diartikan sebagai suatu “hal” yang berada diantara dan memisahkan sesuatu. Analisis kesenjangan digunakan untuk menganalisis kesenjangan antara kondisi ideal atau harapan dengan kondisi aktual sehingga dapat dicari strategi yang tepat untuk mengisi kesenjangan tersebut. Dalam penelitian ini, analisis kesenjangan dilakukan untuk mencari cara mengisi kesenjangan antara kondisi aktual dan kondisi ideal aktivitas komunitas hijau dengan membandingkan kondisi aktual dengan kondisi ideal aktivitas yang dapat dilakukan komunitas hijau. Cara untuk mengisi kesenjangan tersebut dapat dilakukan dengan membuat strategi sehingga kondisi aktivitas komunitas hijau dapat ditingkatkan. Menurut Parasuraman, Zeithamet, dan Barry (1985), analisis kesenjangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu jasa. Taman Laurie (1994) dalam Hariyono (2011) mengatakan bahwa secara etimologi, taman (garden, Inggris) berasal dari bahasa Ibrani gan yang berarti melindungi atau mempertahankan: menyatakan secara tak langsung hal pemagaran atau lahan berpagar atau lahan dengan batas-batas tertentu; dan oden atau eden yang berarti kesenangan atau kegembiraan. Jadi, dalam bahasa Inggris perkataan garden memiliki hubungan dari kedua kata-kata tersebut yang berarti sebidang lahan yang memiliki batas tertentu yang digunakan untuk kesenangan dan kegembiraan. Menurut Mulyani (2000) dalam Hariyono (2011), ruang publik antara lain meliputi taman yang dapat dimanfaatkan oleh publik. Menurut Tibbalds (2001) dalam Hariyono (2011), bidang publik dalam ruang perkotaan adalah semua bagian jaringan perkotaan yang dapat diakses secara fisik dan visual oleh masyarakat umum, termasuk jalan, taman, dan lapangan/alun-alun. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa taman merupakan ruang publik yang memiliki batasan tertentu yang digunakan untuk kesenangan dan dapat diakses oleh publik.
Taman kota merupakan ruang terbuka hijau yang berada di kawasan perkotaan, terletak dilokasi strategis yang dapat dikunjungi dan digunakan secara bebas, aman, dan nyaman oleh warga untuk berekreasi, berolahraga, berinteraksi sosial maupun kegiatan warga di ruang luar lainnya. Taman kota mutlak dibutuhkan bagi warga kota untuk rekreasi aktif dan pasif, agar terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik manusia, sebagai habitat burung dan untuk menjaga keseimbangan ekosistem (DPU 2012). Menurut Peraturan MPU (2008), taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota sedangkat taman lingkungan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan. Rustam Hakim (2003) dalam Hariyono (2011) mengatakan bahwa fungsi sosial taman kota sebagai ruang terbuka, meliputi tempat bermain dan olahraga, tempat bermain dan sarana olahraga, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan dan menunggu, tempat untuk mendapat udara segar, sarana penghubung atara satu tempat dengan tempat yang lain, pembatas diantara massa bangunan, sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan, dan sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan. Sebagai ruang beraktifitas dan berinteraksi antar manusia, taman kota merupakan alternatif ruang yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas hijau dalam menjalankan kegiatannya. Komunitas hijau dapat menjadikan taman kota sebagai tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan hijau dan juga dapat menjadi tempat untuk mensosialisasikan kegiatannya kepada masyarakat. Taman kota juga dapat dijadikan sebagai lokasi berkumpul dan berdiskusi sesama anggota komunitas atau dengan komunitas lain. Komunitas hijau sebagai masyarakat yang peduli terhadap lingkungan seharusnya dapat memanfaatkan taman-taman kota sebagai lokasi kegiatan mereka. Namun dalam hal tersebut, aktivitas komunitas hijau di taman harus sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan di taman tersebut dan sesuai dengan fungsi taman kota semestinya.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia (Gambar 2). Kota Bogor berada pada koordinat 106˚48’ BT dan 6˚36’ LS dengan luas 11 850 ha dan terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama dua belas bulan, yaitu dari bulan Desember 2014 hingga Desember 2015. Jadwal penelitian meliputi kegiatan persiapan dan pengenalan tapak, inventarisasi, identifikasi dan analisis, penyusunan laporan, dan perbaikan laporan akhir.
Gambar 1 Lokasi penelitian Alat dan Bahan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Bahan yang digunakan berupa data primer, yaitu data yang didapatkan secara langsung di lapang, dan data sekunder, yaitu data pendukung lain yang sesuai dan valid. (Tabel 1). Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian Alat dan bahan Fungsi Alat Kamera digital Melakukan survei pengambilan gambar Laptop Mengolah data Bahan Bahan pustaka
Studi literatur
Software pendukung Microsoft Office Word
Membuat laporan
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan melakukan inventarisasi mengenai jumlah komunitas hijau di Kota Bogor, latar belakang terbentuknya komunitas hijau, struktur organisasi, jumlah anggota aktif, dan aktivitas yang mereka lakukan untuk mengkampanyekan perilaku hijau. Setelah data inventarisasi didapat, dilakukan analisis kuantitatif menggunakan analisis kesenjangan. Teknik pengambilan data menggunakan teknik survei lapang, wawancara, dan studi literatur. Survei lapang dilakukan untuk melihat langsung kondisi aktual dan mengambil foto kegiatankegiatan komunitas hijau. Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan melakukan tahapan persiapan, tahap inventarisasi, dan tahap analisis. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan dilakukan pembuatan perizinan yang nantinya akan ditujukan kepada narasumber sebelum melakukan wawancara serta merancang daftar pertanyaan kepada narasumber sebelum melakukan wawancara. Pada tahap ini pula dilakukan persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini. Tahap Inventarisasi Pada tahap inventarisasi dilakukan pengumpulan data yang dibutuhan baik data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung dengan teknik survei lapang dan wawancara. Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber-sumber literatur yang membantu peneliti, dimana data tersebut diperoleh dengan melakukan studi pustaka dari skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, artikel, maupun jurnal (Tabel 2). Tabel 2 Hal, data, bentuk data, sumber data dan cara pengambilan Hal Kondisi umum Kota Bogor Komunitas hijau
Data
Bentuk data
Sumber data
1) Letak, luas, 1) Sekunder dan populasi
1) Bappeda Kota Bogor
1) Komunitas 1) Primer hijau di Kota dan Bogor sekunder 2) Latar 2) Primer belakang terbentuknya komunitas lokasi sekretariat, struktur organisasi, jumlah anggota
1) Tim Swakelola P2KH, DKP, PU, BPLH, Komunitas Hijau, Forum Komunita Hijau, dan komunitas 2) Komunitas Hijau
Cara pengambilan 1) Studi pustaka
1) Wawancara dan studi pustaka 2) Wawancara
Penggunaan Taman
aktif, dan aktivitas 1) Jumlah, 1) Sekunder lokasi 2) Primer 2) Lokasi taman dan penggunaan taman
1) DKP Kota Bogor 2) Komunitas Hijau
1) Studi Pustaka 2) Wawancara
Wawancara Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data atau informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Pada penelitian ini, metode wawancara digunakan untuk mencari data mengenai komunitas hijau dan penggunaan taman oleh komunitas hijau. Pihak-pihak yang menjadi responden adalah pihak yang memiliki keterkaitan dengan komunitas hijau seperti, tim swakelola P2KH Kota Bogor, FKH, BPLH, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan komunitas yang berada di Kota Bogor. Setelah mendapatkan data mengenai komunitas tersebut, dilakukan identifikasi komunitas mana yang termasuk kedalam komunitas hijau melalui kriteria komunitas hijau. Pemilihan narasumber dilakukan menggunakan teknik bola salju. Teknik bola salju adalah teknik memilih narasumber berdasarkan rekomendasi dari narasumber sebelumnya. Data yang telah diambil melalui hasil wawancara kemudian divalidasi menggunakan teknik trianggulasi. Prinsip teknik trianggulasi adalah narasumber dicari dan dikumpulkan atau dicari dari sumber-sumber yang berbeda agar tidak bias sebuah kelompok. Dengan kata lain, trianggulasi berarti adanya narasumbernarasumber yang berbeda atau adanya sumber data yang berbeda mengenai sesuatu. Trianggulasi dilakukan untuk memperkuat data, untuk membuat penelitian yakin terhadap kebenaran dan kelengkapan data. Studi Pustaka Studi Pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder. Pengumpulan data sekunder ini didapat dari skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, artikel, maupun jurnal yang terkait dengan komunitas hijau. Dilakukan pula pemilihan/penyaringan data sesuai dengan batasan kajian, yakni mengenai Komunitas Hijau di Kota Bogor. Komunitas Hijau Komunitas hijau memiliki lima karakteristik, yaitu memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan, aktivitasnya bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan, aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal, dibagun atas kemitraan, dan dilakukan secara swadaya. Untuk mencari komuntias hijau yang aktif melakukan kegiatan di Kota Bogor, data komunias yang didapat dari hasil wawancara dan studi literatur diidentifikasi dengan mengacu pada karakteristik komunitas hijau tersebut. Komunitas yang memenuhi kelima karakteristik komunitas hijau tersebut diidentifikasi sebagai komunitas hijau. Tahap Analisis
Setelah data didapat maka data dianalisis menggunakan metode analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan digunakan untuk menganalisis kesenjangan antara kondisi ideal atau harapan dengan kondisi aktual sehingga dapat dicari strategi yang tepat untuk mengisi kesenjangan tersebut. Analisis kesenjangan digunakan untuk mencari kesenjangan antara penerapan aktivitas komunitas hijau yang ideal dengan aktual. Aktivitas komunitas hijau yang ideal didapat dengan melakukan studi pustaka sedangkan aktivitas komunitas hijau yang aktual didapat dari hasil wawancara kepada beberapa narasumber dari komunitas hijau yang terdapat di Kota Bogor. Aktivitas komunitas hijau yang ideal kemudian dibuat batasan-batasan kemudian diberikan nilai 1,2,3,4, atau 5 pada setiap batasan tersebut (Tabel 3).
Tabel 3 Batasan nilai penerapan aktivitas komunitas hijau Penerapan Changing behavior
1.
2.
3.
Communitybased social marketing
4. 5. 1.
2.
3.
Community transformation
4. 5. 1.
Batasan Kondisu Ideal Nilai Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota, melakukan 5 kampanye lingkungan, melakukan kegiatan dalam menjaga lingkungan bersama masyarakat, dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota dan 4 melakukan kampanye lingkungan serta melakukan kegiatan dalam menjaga lingkungan bersama masyarakat atau melakukan sosialisasi kepada masyarakat Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota dan 3 melakukan kampanye lingkungan Aktivitas hijau dilakukan hanya pada anggota saja 2 Tidak melakukan 1 Melakukan ajakan secara langsung/tatap muka dan 5 melalui media massa serta sudah bermitra dengan pihak yang dekat dengan masyarakat sehingga mampu malakukan pendekatan kepada masyarakat Melakukan ajakan langsung/tatap muka dan 4 melalui media massa serta mencari mitra dengan pihak yang dekat dengan masyarakat Melakukan ajakan secara langsung/tatap muka dan 3 melalui media massa Melakukan ajakan malalui media massa 2 1 Tidak melakukan Menyediakan sarana prasarana, membantu 5 menyusun kebijakan, serta ikut dalam pembangunan fasilitas-fasilitas yang dapat membantu masyarakat melakukan gaya hidup
2.
3.
4.
5.
hijau, dan melakukan evaluasi atau pengawasan terhadap semuanya Menyediakan sarana prasarana, membantu menyusun kebijakan, serta ikut dalam pembangunan fasilitas-fasilitas yang dapat membantu masyarakat melakukan gaya hidup hijau Menyediakan sarana prasarana dan membantu menyusun kebijakan yang membantu masyarakat bergaya hidup hijau Menyediakan sarana prasarana atau membantu menyusun kebijakan yang membantu masyarakat bergaya hidup hijau Tidak melakukan
4
3
2
1
Sumber: GCC (2008) dimodifikasi sesuai tujuan
Identifikasi aktivitas dari setiap komunitas hijau yang didapat dari hasil wawancara kemudian diberi nilai sesuai dengan batasan setiap penerapan. Setelah dilakukan penilaian terhadap setiap penerapan aktivitas komunitas hijau yang aktual, selanjutnya nilai dijumlah kemudian diklasifikasi sesuai dengan interval yang telah dibuat. 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 Dimana:
X1 = nilai penerapan perubahan perilaku X2 = nilai penerapan pemasaran berbasis masyarakat X3 = nilai penerapan perubahan masyarakat Xt = nilai penerapan total 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Jumlah kelas yang digunakan berjumlah lima sehingga didapat interval sangat kurang (3-5), kurang (6-8), cukup (9-11), sesuai (12-14), sangat sesuai (1517). Nilai penerapan kegiatan komunitas hijau yang aktual dikelasifikasikan, maka akan dikatahui bagaimana kondisi aktual penerapan aktivitas setiap komunitas hijau di Kota Bogor. Setelah diketahui kesenjangan antara kondisi aktual dan kondisi ideal, akan disusun strategi untuk meningkatkan peran komunitas hijau untuk mencapai tujuan dari setiap komunitas hijau yaitu untuk mengkampanyekan gerakan hijau kepada masyarakat agar tercipta masyarakat yang peka terhadap lingkungan serta berperan aktif sehingga penerapan prinsip Kota Hijau di Kota Bogor dapat berjalan dengan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kota Bogor Kota Bogor secara geografis terletak di antara 106o 48’ BT dan 6o 26’ LS. Wilayah administratif Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan dengan luas wilayah sebesar 11 850 ha dan memiliki total penduduk pada tahun 2013 sebanyak 1 013 019 orang yang terdiri atas 514 797 orang laki-laki dan 498 222 orang perempuan (BAPPEDA 2013). Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor. d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor. Berikut ini adalah tabel luas wilayah Kota Bogor menurut kecamatan pada tahun 2013 (Tabel 4). Tabel 1 Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Bogor No 1 2 3 4 5 6 Jumlah
Kecamatan Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal
Luas (ha) 3 081 1 015 1 772 813 3 285 1 884 11850
Sumber: BAPPEDA (2013)
Taman Kota Bogor RTH sebagai fasilitas sosial dan umum adalah taman baik taman kota maupun taman lingkungan. Taman kota umumnya dikelola oleh pemerintah Kota Bogor, melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang sub bidang Pertamanan. Taman tersebut berupa taman sudut, taman kota, dan taman lingkungan. Walaupun demikian sebagian taman lingkungan terutama yang berada di komplek perumahan pemeliharaannya tidak semua di bawah dinas namun masih di bawah pengelolaan pengembang/masyarakat sekitar taman tersebut. Keberadaan taman ini menjadi salah satu komponen RTH yang potensial dikembangkan di Kota Bogor sebagaimana diamanatkan oleh UU Penataan Ruang (Tabel 5). Tabel 2 Daftar taman Kota Bogor No 1 2
Nama RTH Taman Sudut Di Jl. Bina Marga Taman Lereng Jl. Riau
Kecamatan Kec. Bogor Timur
Kelurahan Kel. Baranangsiang
Luas (m2) 420.420
Kec. Bogor Timur
Kel. Baranangsiang
1 306.800
3 4 5 6 7
Taman Jl. Riau Taman Segitiga Sukasari Iii Taman Malabar Taman Sudut Ciawi Taman Sudut Kota Cibalek Pertigaan Jl. Lawang Gintung 8 Taman Lereng Mbah Dalem Cipaku 9 Taman Sudut Jl. Mawar 10 Taman Sudut Kota Pertigaan Yasmin 11 Taman Sudut Pangrango (Kanan) 12 Taman Sudut Pangrango (Kiri) 13 Taman Lereng CPM Jl. Jalak Harupat S/D Jembatan Ciliwung 14 Taman Lereng Istana Jl. Jalak Harupat Sebelah Kanan 15 Taman Sudut Kota Belakang RRI Sumber : BAPPEDA (2013)
Kec. Bogor Timur Kec. Bogor Timur Kec. Bogor Tengah Kec. Bogor Selatan Kec. Bogor Selatan
Kel. Baranangsiang Kel. Sukasari Kel. Tegalega Kel. Harjasari Kel. Batu Tulis
1 472.400 164.650 5 517.850 53.630 88.200
Kec. Bogor Selatan
823.980
Kec. Bogor Barat Kec. Bogor Barat
Kel. Lawang Gintung Kel. Menteng Kel. Curug
Kec. Bogor Tengah
Kel. Babakan
1 879.540
Kec. Bogor Tengah Kec. Bogor Tengah
Kel. Babakan Kel. Sempur
1 820.260 2 833.960
Kec. Bogor Tengah
Kel. Paledang
1 489.940
Kec. Bogor Tengah
Kel. Babakan
900.360
124.000 52.960
Tabel 5 Daftar taman Kota Bogor (lanjutan) No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31
Nama RTH Taman Sudut Kota Kanan Pangrango Taman Sudut Kota Kiri Pangrango Taman Sudut Kota Jl. Salak Taman Kencana Taman Sudut Kota Lapangan Sempur Taman Lereng Lapangan Sempur Taman Depan Balitbang Perikanan Taman Sudut Depan Bakorwil Jl. Ir. H. Juanda Taman Depan Istana Jl. Ir. H. Juanda Taman Blumbak Depan Taman Topi Jl. Kapt. Muslihat Taman Sudut Kota Katedral Belakang Pos Polisi Kapt. Muslihat Taman Bantaran Kali Ciliwung Jembatan Gantung Sempur Taman Angin-Angin Jl. Sudirman Taman Depan Hotel Mirah Jl. Pangrango Taman Lereng Ciremai Dari SMP 3 S/D Tanjakan Sempur Taman Sudut Kota Warung Jambu
Luas (m2) 41.080
Kecamatan Kec. Bogor Tengah
Kelurahan Kel. Babakan
Kec. Bogor Tengah
Kel. Babakan
159.120
Kec. Bogor Tengah Kec. Bogor Tengah Kec. Bogor Tengah
Kel. Babakan Kel. Babakan Kel. Sempur
97.960 4 795.560 1 307.000
Kec. Bogor Tengah
Kel. Sempur
1 098.130
Kec. Bogor Tengah
Kel. Sempur
127.000
Kec. Bogor Tengah
Kel. Pabaton
14.960
Kec. Bogor Tengah
Kel. Paledang
70.560
Kec. Bogor Tengah
Kel. Pabaton
77.280
Kec. Bogor Tengah
Kel. Paledang
465.140
Kec. Bogor Tengah
Kel. Sempur
4 512.000
Kec. Bogor Tengah
Kel. Sempur
1 699.440
Kec. Bogor Tengah
Kel. Babakan
1 655.260
Kec. Bogor Tengah
Kel. Sempur
9 681.000
Kec. Bogor Utara
Kel. Bantarjati
142.780
32 33 34 35
Taman Kota Sudut Cibuluh Taman Sudut Kota Jembatan Situ Duit Jl. Jend. A. Yani Taman Sudut Kota Belakang Air Mancur Taman Air Mancur Jl. Jend. Sudirman
Kec. Bogor Utara Kec. Tanah Sareal
Kel. Cibuluh Kel. Tanah Sareal
719.960 88.910
Kec. Tanah Sareal
Kel. Tanah Sareal
186.180
Kec. Tanah Sareal
Kel. Tanah Sareal
3 036.750
Sumber : BAPPEDA (2013)
Komunitas Hijau Komunitas hijau adalah sebutan bagi kumpulan individu, komunitas atau kelompok-kelompok warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial budaya. Keberadaan komunitas hijau sangatlah penting karena dapat menjadi lini terdepan dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai kota hijau. Kesadaran publik mengenai kota hijau dapat ditingkatkan dengan adanya aksi-aksi nyata serta sosialisasi yang dilakukan oleh komunitas hijau, sehingga nantinya diharapkan akan terbentuk masyarakat yang pamah dan peka terhadap lingkungan. Komunitas hijau yang ada di Kota Bogor diidentifikasi dari data komunitas yang pernah melakukan kegiatan dibidang lingkungan di Kota Bogor yang didapatkan selama tahap inventarisasi. Komunitas hijau memiliki karakteristik, yaitu memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan, aktivitasnya bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan, aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal, dibagun atas kemitraan, dan dilakukan secara swadaya. Komunitas yang memiliki kelima karakteristik komunitas hijau diidentifikasi sebagai komunitas hijau. Dari hasil inventarisasi, didapat data komunitas beserta karakteristiknya seperti tertera pada tabel 6. Tabel 3 Identifikasi komunitas hijau A Sesuai Sesuai Sesuai
Karakteristik B C D Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Tidak Sesuai
E Sesuai Sesuai Sesuai
Earth Hour Bogor Forum Komunitas Kehutanan Masyarakat Grak Bogor
Sesuai Sesuai
Sesuai Tidak
Sesuai Tidak
Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Indorunners Bogor
Tidak
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Kampoeng Bogor
Tidak
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Koalisi Pejalan Kaki Bogor Komunitas Kampung Halaman Komunitas Peduli Ciliwung Konsorsium Peduli Bogor
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Komunitas Bike To Work Bogor Bogor Berkebun Burung Indonesia
Keterangan Komunitas hijau Komunitas hijau Bukan komunitas hijau Komunitas hijau Bukan komunitas hijau Bukan komunitas hijau Bukan komunitas hijau Bukan komunitas hijau Komunitas hijau Bukan komunitas hijau Komunitas hijau Bukan komunitas hijau
Persatuan Mahasiswa Kota Bogor Waste Bank For Education
Tidak
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Bukan komunitas hijau Bukan komunitas hijau
Keterangan: A = Memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan B = Aktivitas bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan C = Aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal D = Dibagun atas kemitraan E = Dilakukan secara swadaya Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan lima komunitas yang memenuhi karakteristik komunitas hijau. Kelima komunitas hijau tersebut adalah Bike To Work Bogor, Bogor Berkebun, Earth Hour Bogor, Koalisi Pejalan Kaki Bogor, dan Komunitas Peduli Ciliwung. Setiap komunitas hijau memiliki kampanye, struktur organisasi, dan jumlah anggota yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut membuat aktivitas yang dilakukan setiap komunitas hijau berbeda-beda, baik dilakukan secara rutin maupun non-rutin, menyesuaikan dengan kampanyenya.
Bike To Work Bogor Salah satu dampak negatif yang terjadi akibat pembangunan suatu kota adalah pada masalah transportasi. Dampak negatif yang terjadi pada masalah transportasi seperti penurunan efektifitas waktu berkendara, penurunan kualitas lanskap secara visual, dan penurunan kualitas lingkungan akibat emisi yang dikeluarkan. Salah satu masalah transportasi yang terdapat di Indonesia, terjadi di Ibukota, Jakarta. Menyadari kondisi transportasi Ibukota yang selalu macet, munculah pemikiran untuk menjadikan pekerja bersepeda menjadi sebuah tren di tengah masyarakat. Tren pekerja bersepeda sendiri sebenarnya sudah umum di negara maju. Untuk di Indonesia, terdapat komunitas yang mengkampanyekan gerakan pekerja bersepeda yang diberi nama Bike To Work Indonesia. Komunitas ini terbentuk oleh kumpulan pekerja yang memiliki hobi sama, yakni bermain sepeda. Komunitas Bike To Work memiliki tujuan untuk mengurangi serta meningkatkan kesadaran publik terhadap kemacetan dan emisi kendaraan bermotor melalui cara yang sederhana sekaligus melakukan hobinya, yaitu bersepeda menuju tempat bekerja. Komunitas ini pertama kali berdiri di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 2005 dan samapai saat ini sudah ada sebanyak 170 komunitas Bike To Work yang tersebar di seluruh Indonesia. Profil Bike To Work Bogor Komunitas Bike To Work Bogor terbentuk pada tanggal 20 Januari 2006 dan digagas oleh Ramadhani Achdiawan. Saat ini, komunitas Bike To Work Bogor yang masih aktif mencapai kurang lebih 60 orang. Lokasi sekretariatnya saat ini berada di kediaman salah satu penggiatnya, yaitu di kediaman Bapak Ramadhani, di Jalan Tambakan Nomor 3A, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Komuntias Bike To Work Bogor memiliki struktur organisasi sebagaimana tertera pada gambar 3.
Koordinator Sekretaris
Bendahara
Hubungan masyarakat Ketua Anggota Gambar 1 Struktur organisasi Bike To Work Bogor Aktivitas Dalam rangka mengajak masyarakat untuk mengurangi kendaraan pribadi dan menggunakan transportasi alternaitif lain seperti sepeda, Bike To Work Bogor memiliki kegiatan, seperti; 1) Menyelengarakan acara Bike To Work Day yaitu, kegiatan bersepeda yang salah satunya pernah dilakukan dari Balaikota hingga Danau Situ Gede dan rutin dilakukan 1 kali dalam setahun pada bulan Agustus atau September; 2) Mengajak masyarakat secara langsung dengan membagi-bagikan selembaran yang berisi ajakan untuk menjadi pekerja bersepeda sambil membagibagikan biketag. Kampanye ini dilakukan di beberapa tempat di Kota Bogor seperti pernah dilakukan di Taman Kencana. Namun karena keterbatasan dana maka frekuensi kegiatan ini menjadi tidak tentu; 3) Melakukan sosialisasi manfaat bersepeda kepada pelajar yang dilakukan lebih dari 1 kali dalam setahun; 4) Melakukan sosialisasi pada berbagai kesempatan misalnya pada saat membuat acara sendiri, acara pemerintah atau komunitas lain; 5) Menjalin mitra dengan sekolah dan pemerintah Kota Bogor untuk menggunakan sepeda ke sekolah atau tempat kerja. Saat ini mitra yang sudah melakukannya barulah Sekolah Alam dan mereka sudah mengkampanyekan gerakan Bike to School. Sedangkan untuk pemerintah Kota Bogor, Bike To Work Bogor beserta Walikota telah merencanakan bahwa pegawai pemerintah tidak boleh menggunakan kendaraan motor pribadi pada hari yang telah ditetapkan; dan 6) Mengupayakan pengadaan parkir sepeda bagi pihak yang menginginkannya. Pengadaan parkir sepeda ini pernah dilakukan di salah satu pusat perbelanjaan dan sekolah-sekolah yang ingin memiliki parkir sepeda (Gambar 4).
Gambar 2 Dokumentasi aktivitas Bike To Work Bogor
Bogor Berkebun Bogor Berkebun bermula dari komunitas Indonesia Berkebun yang pada awalnya digagas oleh Ridwan Kamil, dibantu dengan Sigit Kusumawijaya, Achmad Marendes, Safiq Pontoh serta co-inisiator lain. Terbentuk pada bulan Oktober 2010, komunitas ini memiliki tujuan untuk membuat lahan kosong menjadi lebih bermanfaat dengan menanam tumbuhan yang bisa dikonsumsi serta berguna untuk lingkungan sekitar. Saat ini komunitas Indonesia Berkebun sudah ada di 30 kota dan 8 kampus. Profil Bogor Berkebun Komunitas Bogor Berkebun sendiri terbentuk pada tanggal 26 Maret 2011, dimana pada saat itu dilakukan aksi menanam padi, singkong, kangkung, dan bayam di Cijeruk, Bogor. Komunitas Bogor Berkebun memiliki anggota aktif sebanyak kurang lebih 10 orang. Komunitas Bogor Berkebun saat ini tidak memiliki lokasi sekretariat, namun masih memiliki kebun komunitas yang berlokasi di Dramaga Hijau. Komunitas Bogor Berkebun sendiri memiliki struktur organisasi seperti yang tertera pada gambar 5.
Aktivitas Aktivitas Bogor Berkebun dalam melakukan perubahan lingkungan, yaitu; 1) Melakukan penanaman bersama masyarakat sambil memberikan edukasi mengenai cara berkebun kepada peserta. Kegiatan ini sudah dilakukan untuk pelajar di sekolah-sekolah, PKK, serta warga perumahan. Namun kegiatan ini belum dilakukan atas inisiatif Bogor Berkebun sehingga frekuensi kegiatan dan lokasinya sendiri tidak tentu. Dalam setahun, Bogor Berkebun dapat membantu masyarakat melakukan penanaman sebanyak kurang lebih 7 kali dengan tempat yang berbedabeda tergantung permintaan dari pihak-pihak yang membutuhkan jasa Bogor Berkebun; 2) Melakukan penanaman di kebun komunitas di Dramaga Hijau yang dilakukan 1 kali dalam sebulan; dan 3) Kampanye urban farming melalui beberapa media massa seperti siaran radio, televisi, blog dan melalui media sosial. Frekuensi aktivitas kampanye tersebut tidak tentu (Gambar 6). Ketua Sekretaris
Bendahara
Edukasi
Bisnis
Media Sosial
Ketua
Ketua
Ketua
Anggota
Anggota
Anggota
Gambar 3 Struktur organisasi Bogor Berkebun
Gambar 4 Dokumentasi aktivitas Bogor Berkebun Sumber: Bogor Berkebun
Earth Hour Bogor Earth Hour merupakan sebuah komunitas yang dibentuk oleh WWF dan berada dibawah naungan PBB. Bergerak dalam menanggulangi isu pemanasan global, komunitas ini pertama kali dibentuk di Sidney, Australia, pada tahun 2007. Dengan semakin bertambahnya kesadaran masyarakat akan isu pemanasan global dan krisis energi, hingga saat ini komunitas Earth Hour sudah ada di 147 negara. Pada tahun 2009, Earth Hour Indonesia resmi terbentuk dan hingga saat ini 30 kota di Indonesia sudah ikut berpartisipasi dengan membentuk komunitas Earth Hour sendiri di kotanya. Masyarakat Kota Bogor yang mulai ingin ikut berpartisipasi dalam mengkampanyekan isu pemanasan global, kemudian membentuk komunitas Earth Hour Bogor pada tahun 2011. Profil Komunitas Earth Hour Bogor Adanya komuntias Earth Hour Bogor merukan suatu bukti bahwa masyarakat Kota Bogor mulai sadar bahwa telah terjadi penurunan kualitas lingkungan secara global dan ingin turut berpartisipasi untuk mengatasi masalah tersebut. Earth Hour Bogor memiliki visi untuk mencegah terjadinya perubahan iklim dan memiliki misi dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat melakukan gaya hidup hijau dengan menggunakan transportasi umum, hemat energi, hemat kertas, dan melakukan daur ulang sampah. Digagas oleh Danil, komunitas Earth Hour Bogor terbentuk pada bulan November 2011. Jumlah anggota komunitas yang aktif saat ini mencapai kurang lebih 40 orang dan memiliki sekretariat di rumah koordinatornya saat ini yang berlokasi di Gang Menteng di Belakang Hotel Semeru. Komunitas Earth Hour Bogor sendiri memiliki struktur organisasi seperti pada gambar 7 . Koordinator Secretary
Event Organizer
Public Relation
Treasurer
Digital Communication
Human Resource Development
Ketua Sekretaris
Ketua
Bendahara
Anggota
Sekretaris
Bendahara
Anggota
Ketua
Ketua Sekretaris
Bendahara
Sekretaris
Anggota
Bendahara
Anggota
Gambar 5 Struktur organisasi Earth Hour Bogor Aktifitas Earth Hour Bogor memiliki visi dan misi dalam menghemat energi untuk mengurangi perubahan lingkungan dengan mengajak masyarakat merubah gaya hidupnya menjadi gaya hidup hijau. Untuk menjalankan visi dan misinya tersebut, Earth Hour Bogor membuat program kerja selama setahun. Aktivitas Earth Hour Bogor untuk melakukan perubahan lingkungan, yaitu; 1) Aksi Switch Off yaitu melakukan pemadaman listrik pada jam 20.30-21.30 yang dilakukan setiap setahun sekali setiap tanggal 3 Maret dan dilakukan di Balaikota. Seremonial ini bertujuan untuk mengajak masyarakat, swasta, dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga dan lebih menghargai lingkungan dengan cara menghemat pemakaian energi. Tidak hanya itu, dengan bersama-sama mematikan lampu selama 1 jam, maka penggunaan listrik dalam suatu wilayah akan berkurang dan hal ini memberikan dampak pada penurunan emisi CO2; 2) Aksi Go Go Goes yang pernah dilakukan dua tahun yang lalu dan tahun ini, dimana kegiatannya adalah bersepeda bersama komunitas sepeda di Kota Bogor dan pemerintah dalam memperingati hari bebas kendaraan yang dilakukan tanggal 27 September. Aksi ini bertujuan untuk mengkampanyekan penggunaan alternatif transportasi lain yaitu sepeda; 3) Aksi Beli yang baik, yaitu kegiatan yang bekerjasama dengan Indonesia Diet Kantong Plastik untuk mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik dengan melakukan pelarangan penggunaan plastik saat berbelanja dimana kegiatannya dilakukan di pusat perbelanjaan; 4) Earth Hour Goes to School, yaitu melakukan sosialisasi kepada siswa mengenai perubahan lingkungan yang dilakukan di sekolah dan dilakukan 1 kali dalam sebulan. Pada sosialisasi ini dibentuk juga duta untuk mengelola sampah di sekolah tersebut; 5) Earth Hour Goes to Media, yaitu melakukan sosialisasi melalui siaran radio yang dilakukan 1 kali dalam sebulan; dan 6) Melakukan kampanye lingkungan yang dilakukan di beberapa tempat di Kota Bogor seperti pada acara Car Free Day. Kampanye ini rutin dilakukan 1 kail dalam sebulan (Gambar 8).
Gambar 6 Dokumentasi aktivitas Earth Hour Bogor Sumber: Earth Hour Bogor
Koalisi Pejalan Kaki Bogor Untuk mengajak masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan memilih untuk berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum, maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang aktivitas tersebut. Koalisi Pejalan Kaki Bogor bermula ketika Kota Bogor mendapatkan bantuan untuk pembangunan pejalan kaki yaitu pada proyek Jalan Nyi Raja Paremas. Proyek ini, di konsultani oleh GIZ SUTIP dimana pengembangannya ingin melibatkan masyarakat untuk memelihara fasilitas pejalan kaki. Profil Koalisi Pejalan Kaki Bogor Koalisi Pejalan Kaki Bogor terbentuk pada tanggal 12 Desember 2012. Pada saat ini, Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki anggota aktif sebanyak kurang lebih 15 orang. Lokasi sekretariatnya sendiri saat ini berada di Gedung BAPPEDA Lantai 2 ruang GIZ. Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki struktur organisasi seperti terterapada gambar 9. Aktifitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki aktivitas yang sudah terjadwal baik aktivitas rutin maupun non-rutin. Aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor dalam melakukan perubahan lingkungan, yaitu: 1) Mapping atau menelusuri jalan-jalan di Kota Bogor untuk melihat kondisinya lalu memberikan hasilnya kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti. Kegiatan ini dilakukan 1 kali dalam sebulan; 2) Melakukan advokasi untuk menciptakan pedestrian yang aman dan nyaman kepada pemeritah; dan 3) Melakukan pendampingan pada proyek pedestrian Kota Bogor mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi; 4) Public hearing, yaitu melakukan sosialisasi mengenai jalur pedestrian dan pesepeda yang dilakukan pada acara minggon kecamatan dan dilakukan 1 kali dalam sebulan; 5) Memberikan sosialisasi kepada siswa di sekolah yang dilakukan 1 kali dalam sebulan; 6) Melakukan kampanye untuk mengajak masyarakat menggunakan pedestrian yaitu dengan melakukan aksi jalan di pedestiran. Kampanye dilakukan di beberapa tempat di Kota Bogor dan dilakukan satu kali dalam sebulan, biasanya kampanye dilakukan bertepatan dalam memperingati acara tertentu untuk menarik massa. Kampanye biasanya dilakukan 1 kali dalam sebulan; dan 7) Melakukan kampanye melalui media sosial (Gambar 10). Dewa Penasehat
Ketua Wakil ketua
Public Relation
Sekretaris 1
Bendahara 1
Sponsorship dan
Sekretaris 2
Bendahara 2
dana usaha
Sosial dan Edukasi
Litbang
Ketua Bidang
Ketua Bidang
Ketua Bidang
Wakil Ketua Bidang
Wakil Ketua Bidang
Wakil Ketua Bidang
Anggota
Anggota
Anggota
Gambar 7 Struktur organisasi Koalisi Pejalan Kaki Bogor
Gambar 8 Dokumentasi aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor Sumber: Koalisi Pejalan Kaki Bogor
Komunitas Peduli Ciliwung Sungai merupaka suatu kekayaan alam yang mampu memberikan jasa lingkungan untuk manusia. Namun kesadaran akan menjaga kebersihan sungai masih belum tercermin dengan baik pada perilaku manusia salah satunya adalah pencemaran limbah yang terjadi pada Sungai Ciliwung. Berawal dari keprihatinan melihat kondisi sungai Ciliwung yang kotor, keruh, dan penuh limbah, maka beberapa orang yang peduli akan kebersihan Sungai Ciliwung menyatukan diri dan membentuklan Komunitas Peduli Ciliwung. Profil Komunitas Peduli Ciliwung Komunitas Peduli Ciliwung terbentuk pada bulan Maret 2009 dan digagas oleh Een Irawan Putra beserta kawan-kawan KPC lainnya. Saat ini, jumlah anggota aktif KPC mencapai kurang lebih 10 orang. Komunitas Peduli Ciliwung sendiri memiliki lokasi sekretariat di Sempur Kaler dan juga memiliki struktur organisasi seperti yang tertera pada gambar 11. Koordinator Bendahara Anggota Gambar 9 Struktur organisasi Komunitas Peduli Ciliwung Aktifitas
Dalam melakukan perubahan lingkungan, Komunitas Peduli Ciliwung memiliki acara rutin yaitu; 1) Melakukan bersih-bersih sungai dari sampah yang rutin dilakukan setiap hari sabtu di bantaran sungai Ciliwung di Sempur, Sukasari, atau Harupat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja yang peduli terhadap kebersihan Sungai Ciliwung; 2) Komunitas Peduli Ciliwung rutin membuat acara lomba mulung sampah setiap satu tahun sekali. Acara ini dilakukan di 13 kelurahan yang dilalui oleh Sungai Ciliwung; 3) Komunitas Peduli Ciliwung juga rutin mengikuti diskusi dalam penyusunan kebijakan dengan frekuensi 1 kali dalam sebulan; dan 4) Melakukan kampanye melalui media sosial. Kegiatan sosialisasi pernah dilakukan oleh Komunitas Peduli Ciliwung pada awal pembentukan dengan cara membuat diskusi juga bertemu dengan warga satu per satu (Gambar 12).
Gambar 10 Dokumentasi aktivitas Komunitas Peduli Ciliwung Analisis Kesenjangan Terdapat tiga penerapan aktivitas komunitas hijau yang ideal, yaitu; changing behavior, community-based social marketing, dan community transformation. Penerapan changing behavior memiliki arti bahwa komunitas hijau berperan dalam memberikan program dan jasa untuk membentuk perubahan perilaku. Penerapan community-based social marketing memiliki arti bahwa dalam upaya mengubah perilaku masyarakat, komunitas hijau harus dapat mengetahui apa kendala masyarakat dalam melakukan grakan hijau. Dalam melakukan pendakatan tersebut, komunitas hijau dapat melakukannya dengan menjalin mitra, memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat dan melakukan pendekatan. Sedangkan penerapan community transformation memiliki arti bahwa komunitas hijau harus dapat membantu masyarakat dalam melakukan gerakan hijau agar masyarakat dapat melakukan gerakan hijau dengan mudah, aman, dan nyaman. Bike To Work Bogor Bike To Work Bogor telah melakukan beberapa aktivitas dalam perubahan lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan yaitu dengan menggunakan sepeda sebagai alternatif transportasi. Dalam usahanya tersebut, Bike To Work Bogor sudah melakukan aktivitas komunitas hijau dengan cukup. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan terhadap penerapan changing behavior, aksi bersepeda ke tempat kerja sudah tertanam dan rutin dilakukan oleh beberapa anggotanya. Bike To Work Bogor juga sudah mengajak pelajar dan pemerintah untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dengan menjadwalkan hari tanpa kendaraan berotor untuk pegawai pemerintah setiap seminggu sekali, dan sudah memiliki acara rutin dalam melakukan sosialisasi dan kampanye kepada
masyarakat mengenai masalah transportasi dan dampaknya terhadap lingkungan serta penggunaan kendaraan alternatif yang ramah lingkungan seperti membagibagikan selembaran, berkampanye pada setiap kesempatan, dan memberikan edukasi kepada siswa-siswa. Dalam penerapan community-based social marketing, Bike To Work Bogor sudah mengajak dengan melakukan kampanye melalui media massa seperti melalui media sosial dan selembaran sambil membagikan bike tag dan sudah mengajak langsung kepada pelajar, polisis, serta pemerintah kota serta mensosialisasikan gerakannya dalam beberapa kesempatan atau acara-acara di Kota Bogor. Bike To Work Bogor juga sudah menjalin mitra dengan sekolah alam untuk mengkampanyekan gerakan Bike to School untuk menarik minat siswa sekolah menggunakan sepeda ke sekolah. Namun kemitraan tersebut belum disertai dengan pendekatan untuk mengetahui alasan atau kendala pelajar menggunakan sepeda ke sekolah sehingga belum dihasilkan perencanaan atau program yang dapat mendukung pelajar menggunakan sepeda ke sekolah. Bike To Work juga pernah menjalin mitra dengan mahasiswa untuk mengkampanyekan gerakan Bike to Campus, namun pada saat ini gerakan tersebut sudah tidak aktif. Dalam penerapan community transformation, Bike To Work Bogor tidak banyak beraktivitas dalam mempermudah masyarakat dalam menggunakan sepeda ke tempat tujuan. Aktivitas yang telah dilakukan baru pengadaan parkir sepeda. Pengadaan parkir sepeda ini pun tidak dari inisiatif Bike To Work Bogor melainkan dari inisiatif pihak yang menginginkan pengadaan parkir sepeda dan Bike To Work hanya bertindak sebagai pencari sponsor untuk pengadaan tersebut. Bike To Work Bogor juga masih belum melakukan aktivitas dalam penyusunan kebijakan atau melakukan advokasi yang mampu mendorong masyarakat menggunakan transportasi bebas emisi seperti penggunaan sepeda. Aktivitas seperti pembuatan fasilitas bersepeda juga tdak dilakukan pada saat ini dan Bike To Work Bogor belum melakukan aktivitas dalam mengevaluasi atau pengawasan terhadap fasilitas yang telah ada (Tabel 7). Tabel 4 Penilaian Bike To Work Bogor Penerapan Kondisi aktual Nilai(a) Changing behavior Kegiatan bersepeda ketempat kerja telah 5 dilakukan oleh anggota Bike To Work dan Bike To Work sendiri telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat serta pelajar juga mengajak pelajar dan pemerintah untuk menggunakan sepeda ke sekolah atau tempat kerja Community-based Melakukan ajakan melalui media massa seperti 4 social marketing media sosial dan media cetak berupa penyebaran selembaran serta telah membentuk mitra dengan sekolah alam untuk mengkampanyekan gerakan Bike to School Community Memberikan sarana seperti membuat parkiran 2 transformation sepeda Total 11(b) Penilaian Cukup(c) a [Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13] b [𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3]
c
[𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
]
Bogor Berkebun Dalam mengkampanyekan gerakan urban farming kepada masyarakat Kota Bogor, aktivitas yang dilakukan Bogor Berkebun masih kurang. Hal ini dikarenakan aktivitas Bogor Berkebun masih sangat pasif dan menunggu pihak yang ingin belajar mengenai urban farming. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan pada penerapan changing behavior, aktivitas berkebun sudah dilakukan oleh anggotanya di rumah atau di kebun komunitas dan mengkampanyekan gerakannya melalui media sosial dan juga radio. Bogor Berkebun juga sudah melakukan penanaman dan pemberian edukasi kepada masyarakat di beberapa perumahan serta sekolah-sekolah yang ada di Kota Bogor. Namun dari pihak Bogor Berkebun sendiri belum ada kegiatan langsung yang dicanangkan oleh Bogor Berkebun untuk mengunjungi masyarakat dalam mengedukasi atau bersama-sama melakukan penanaman. Kegiatan penanaman dan pemberian edukasi masih baru dilakukan apabila diundang oleh pihak yang menginginkannya. Dalam penerapan communitybased social marketing, Bogor Berkebun baru mengajak masyarakat untuk melakukan urban farming melalui media massa seperti melalui radio, televisi, dan media internet. Bogor Berkebun belum mencoba untuk mendatangi masyarakat untuk mengajak secara langsung melakukan urban farming, belum menjalin mitra yang mampu berkomunikasi langsung dengan masyarakat, dan belum melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk mengetahui apa yang dapat mendorong masyarakat dalam melakukan urban farming. Dan dalam penerapan community transformation, Bogor Berkebun belum melakukan aktivitas apapun dalam penerapan ini. Bogor Berkebun belum belum mencoba untuk melakukan upayaupaya yang diharapkan mampu mendorong minat masyarakat Kota Bogor untuk melakukan urban farming sehingga masyarakat akan lebih termotivasi melakukan kegiatan tersebut (Tabel 8). Tabel 5 Penilaian Bogor Berkebun Penerapan Kondisi aktual Nilai(a) Changing behavior Aktivitas berkebun sudah dilakukan oleh 3 anggota Bogor Berkebun, melakukan kampanye mengenai urban farming yang di lakukan melalui media soisal dan juga radio, namun pemberian edukasi dan melakukan penanaman bersama dengan dan kepada masyarakat belum atas inisiatif komunitas Community-based Aktivitas dalam mengajak masyarakat 2 social marketing melakukan urban farming baru dilakukan melalui media massa Community Tidak melakukan 1 transformation Total 6(b) Penilaian Kurang(c) a [Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13]
[𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3] 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ c [𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = ] 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 b
Earth Hour Bogor Earth Hour Bogor mengkampanyekan gerakan lingkungan dalam mencegah terjadinya perubahan iklim yang terjadi di seluruh belahan dunia. Aktivitas Earth Hour Bogor dikatakan cukup karena aktivitasnya masih terpusat pada kegiatan pemberitahuan atau penyadaran masyarakat akan perubahan iklim melalui aksi dan sosialisasi. Berdasarkan analisis kesenjangan pada penerapan changing behavior, Earth Hour Bogor rutin melakukan kampanye, sosialisasi, serta aksi-aksi dengan tujuan agar masyarakat sadar akan bahaya perubahan iklim dan dapat menjaga lingkungan. Earth Hour Bogor juga memiliki aksi rutin yaitu seremonial Switch Off dimana pada kegiatan tersebut dilakukan kampanye mengenai penghematan energi serta mengajak masyarakat, khususnya masyarakat Kota Bogor, untuk mematikan penggunaan energi listrik selama 1 jam. Pada penerapan community-based social marketing, Earth Hour Bogor melakukan kampanye melalui media massa seperti melalui siaran radio dan media sosial, serta secara langsung melalui kampanye di ruang publik dan pada acara Earth Hour Goes to School. Earth Hour Bogor sendiri sudah menjalin mitra namun belum melakukan pendekatan kepada masyarakat. Mitra yang dimaksud adalah dengan membentuk duta sampah di sekolah-sekolah. Namun Earth Hour Bogor belum membentuk mitra untuk kampanye perubahan iklim secara luas. Hal ini sangat disayangkan mengingat dalam melakukan kampanye perubahan iklim, Earth Hour Bogor dapat menjalin mitra dengan banyak lapisan, mulai dari masyarakat, swasta, hingga pemerintah. Langkah untuk mengurangi perubahan iklim sendiri tidak terbatas hanya pada mematikan penggunaan listrik yang tidak terpakai atau mendaur ulang sampah, tetapi juga dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi atau mendukung program-program penghijauan. Sedangkan pada penerapan community transformation, Earth Hour Bogor masih belum melakukan aktivitas terkait penerapan tersebut. Hal ini pula sangat disayangkan karena masih banyak hal yang dapat dilakukan Earth Hour Bogor dalam mengubah perilaku masyarakat yaitu dengan mengusulkan fasilitas-fasilitas penunjang dalam mengurangi penggunaan energi, melakukan advokasi, dan lainnya (Tabel 9). Tabel 6 Penilaian Earth Hour Bogor Penerapan Kondisi aktual Changing behavior Earth Hour dalam satu tahun memeiliki beberapa acara tahunan yang diikuti oleh masyarakat umum sebagai bentuk kampanye lingkungan dan memberikan edukasi mengenai lingkungan Community-based Dalam mengajak masyarakat melakukan social marketing gerakan hijau, Earth Hour melakukannya melalui media massa dan juga secara lansung seperti dalam acara Earth Hour Goes To School dan membuat duta untuk penanganan sampah di sekolah
Nilai(a) 5
4
Community Belum melakukan transformation Total Penilaian a [Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13] b [𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3] 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ c [𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = ] 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
1 10(b) Cukup(c)
Koalisi Pejalan Kaki Bogor Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki struktur kegiatan yang sudah tersusun rapi dan beragam. Hal ini membuat aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor sudah sesuai dengan aktivitas komunitas hijau dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Berdasarkan analisis kesenjangan pada penerapan changing behavior, Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki aktivitas dalam penyampaian edukasi mengenai penggunaan pedestrian dan jalur pesepeda melalui sosialisasi yang dilakukan di kecamatan dan kelurahan pada acara minggon dan juga melakukan sosialisasi kepada siswa. Terdapat juga aktivitas dalam mengkampanyekan penggunaan pedestrian melalui program-program yang telah dibuat, dimana kegiatan tersebut biasanya dilakukan sekaligus memperingati harihari tertentu untuk mendatangkan lebih banyak masyarakat. Koalisi Pejalan Kaki Bogor juga pernah mengajak siswa sekolah dasar untuk menggunakan pedestrian sambil memberikan edukasi mengenai fasilitas-fasilitas pejalan kaki. Namun dalam penerapan ini, Koalisi Pejalan Kaki Bogor belum melakukan kegiatan-kegiatan langsung yang dapat memperbaiki lingkungan seperti pengurangan kendaraan bermotor pribadi. Dalam penerapan community-based social marketing, Koalisi Pejalan Kaki Bogor baru melakukannya melalui kampanye langsung dan melalui media sosial. Pendekatan kepada masyarakat dan bermitra masih belum dilakukan walaupun hal ini sudah diinginkan oleh Koalisi Pejalan Kaki Bogor dengan menciptakan mitra-mitra disetiap kecamatan di Kota Bogor. Dalam penerapan community transformation, Koalisi Pejalan Kaki Bogor telah mengupayakan fasilitas pedestrian yang nyaman seperti merevitalisasi underpass di Baranangsiang menjadi Galery Underpass untuk meningkatkan penggunaan fasilitas pedestiran tersebut. Koalisi Pejalan Kaki Bogor juga pernah melakukan advokasi kepada pemerintah dalam menciptakan fasilitas pejalan kaki dan pesepeda yang aman dan nyaman serta membantu dalam pembuatan fasilitas pejalan kaki mulai dari tahap perencanaan hingga mensosialisasikannya kepada masyarakat. Dalam menjaga kondisi pedestrian yang aman dan nyaman, Koalisi Pejalan Kaki Bogor selalu memantau kondisi pedestrian di Kota Bogor agar terbebas dari pedagang kaki lima atau parkir kendaraan. Berbagai cara telah dilakukan seperti menasihati para pelanggar dengan baik, memfoto untuk diserahkan kepada pihak yang berwenang, hingga berbicara pada petugas keamanan yang berada disekitar lokasi (Tabel 10). Tabel 7 Penilaian Koalisi Pejakan Kaki Bogor Penerapan Kondisi aktual Changing behavior Koalisi Pejalan Kaki Bogor sudah memberikan sosialisasi melalui public hearing dan kepada
Nilai(a) 4
Community-based social marketing Community transformation
pelajar serta kampanye untuk mengajak masyarakat menggunakan fasilitas pedestrian Melakukan ajakan melalui media sosial, kampanye di pedestrian, dan secara langsung seperti mendatangi sekolah Koalisi Pejalan Kaki Bogor telah melakukan revitalisasi terhadap underpass yang berada di Baranangsiang, melakukan advokasi dalam kebijakan mengenai pejalan dan pesepeda, ikut membantu dalam perencanaan pedestrian, serta melakukan evaluasi atau pemantauan terhadap kondisi pedestrian
Total Penilaian a [Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13] b [𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3] 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ c [𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = ] 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
3
5
12(b) Sesuai(c)
Komunitas Peduli Ciliwung Komunitas Peduli Ciliwung beraktivitas dalam mengkampanyekan sungai bebas sampah. Pada saat ini, tidak banyak aktivitas yang dilakukan oleh Komunitas Peduli Ciliwung untuk mencapai tujuannya tersebut sehingga aktivitasnya dapat dikatakan masih kurang. Berdasarkan analisis kesenjangan terhadap penerapan changing behavior, Komunitas Peduli Ciliwung telah melakukan kampanye untuk mengajak masyarakat menjaga kebersihan sungai melalui media massa baik berupa siaran radio, televisi, atau mengkampanyekannya melalui media sosial. Kampanye juga dilakukan pada acara yang dibuat Komunitas Peduli Ciliwung yaitu pada saat mengadakan lomba memulung sungai yang dilakukan satu kali dalam setahun dan diikuti oleh 13 kelurahan yang dialiri oleh Sungai Ciliwung. Dalam upaya membuat sungai menjadi bersih, selain dengan membuat lomba memuling sampah Komunitas Peduli Ciliwung juga melakukan bersih-bersih sungai setiap akir pekan walaupun yang ikut berpartisipasi tidak banyak. Pada penerapan community-based social marketing, pada saat ini Komunitas Peduli Ciliwung hanya melakukannya melalui media massa. Ajakan kepada masyarakat secara langsung hanya dilakukan pada awal-awal tahun terbentuknya komuntias ini dengan beberapa cara. Komunitas Peduli Ciliwung juga belum menjalin mitra yang secara khusus mengajak masyarakat secara langsung untuk menjaga kebersihan Sungai Ciliwung melalui pihak-pihak yang dekat dengan masyarakat dan belum melakukan pendekatan untuk mengetahui alasan-alasan masyarakat masih membuang sampah ke sungai. Penerapan community transformation yang dilakukan Komunitas Peduli Ciliwung masih sangat sedikit. Komunitas Peduli Ciliwung baru hadir dalam diskusi-diskusi bersama BPLH dan lainnya. Belum ada aktivitas lain pada penerapan ini seperti memberikan fasilitas-fasilitas atau sarana yang mampu mengatasi masalah masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai (Tabel 11).
Tabel 8 Penilaian Komunitas Peduli Ciliwung Penerapan Kondisi aktual Nilai(a) Changing behavior Komunitas Peduli Ciliwung telah melakukan 4 kampanye walapun pada saat ini hanya melalui media massa dan melakukan kegiatan bersihbersih sungai Community-based Ajakan untuk menjaga sungai baru dilakukan 2 social marketing sebatas melalui media massa Community Komunitas Peduli Ciliwung telah ikut serta 2 transformation dalam diskusi-diskusi penyusunan kebijakan Total 8(b) Penilaian Kurang(c) a [Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13] b [𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3] 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ c [𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = ] 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Strategi Dalam Peningkatan Perubahan Lingkungan Dan Perilaku Manusia Menjadi Lebih Baik Yang Dapat Dilakukan Komunitas Hijau Dalam pengembangan konsep kota hijau, kehadiran komunitas hijau dalam menciptakan program-program dengan tujuan untuk memperbaiki perubahan yang terjadi akibat pembangunan sangatlah dibutuhkan. Program-program yang dilakukan komunitas hijau dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan tidak sebatas hanya terfokus pada kegiatan untuk memperbaiki lingkungan secara fisik saja. Komunitas hijau dapat juga melakukan aktivitas yang tujuannya untuk merubah perilaku penduduk kotanya, mulai dari masyarakat umum, swasta, hingga pemerintah, sehingga akan tercipta suatu kota hijau dengan masyarakat yang berkelanjutan serta peduli terhadap lingkungan. Sesuai dengan penerapan aktivitas hijau yang telah dibuat oleh GCC (2008), komunitas hijau dapat melakukan 3 penerapan aktivitas untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan, yaitu changing behavior, community-based social marketing, dan community transformation. Namun pada kenyataanya, tidak semua komunitas hijau melakukan aktivitas sesuai dengan ketiga penerapan tersebut. Hal ini dikarenakan kendala-kendala yang didapatkan oleh setiap komunitas hijau seperti kendala kurangnya waktu, sumber daya manusia, dan dana. Kendala ini seharusnya bisa teratasi bila komunitas tersebut menjalin mitra yang mampu meluangkan waktu dan tenaganya serta memberikan bantuan baik barang, jasa, atau dana yang mampu meningkatkan program-program dari komunitas itu sendiri. Terlepas dari kendala tersebut, program-program yang dilakukan oleh seluruh komunitas hijau di Kota Bogor masih tergolong cukup. Didapatkan penilaian melalui analisis kesenjangan dimana hanya Koalisi Pejalan Kaki Bogor saja yang mendapatkan penilaian sesuai, sedangkan empat komunitas hijau yang lain hanya mendapatkan penilaian cukup dan kurang. Pada penerapan changing behavior, hampir semua komuntias hijau
mendapatkan nilai yang baik. Komunitas hijau seperti Bike To Work Bogor dan Earth Hour Bogor mendapatkan nilai 5 dan sisanya mendapatkan niai 4 atau 3. Hampir kelima komunitas hijau telah memberikan sosialisasi kepada masyarakat, membuat aktivitas yang mampu memperbaiki lingkungan, dan/atau telah melakukan kampanye untuk mengajak masyarakat melakukan perilaku hijau. Dalam rangka mengajak masyarakat atau memberikan informasi mengenai perilaku hijau, semua komunitas hijau menggunakan media massa sebagai alat berkomunikasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan kehidupan masyarakat kota, pada umumnya, satu sama lain tidak saling mengenal dan interaksi-interaksi mereka didasari oleh kepentingan dan kebutuhan yang dilandaskan pada hubungan sekunder, sehingga secara real media massa telah menjadi salah satu kebutuhan dalam berinteraksi di dalam masyarakat perkotaan satu dengan lainnya (Bungin 2008). Pada penerapan community-based social marketing, terdapat dua komunitas hijau yang telah menjalin mitra yaitu Bike To Work Bogor dan Earth Hour Bogor sehingga mendapatkan nilai 4. Namun mitra yang dibentuk belum melakukan pendekatan kepada masyarakat di lingkungannya. Pada penerapan community transformation, komunitas hijau yang telah melakukan penerpana ini dengan baik dan mendapatkan nilai 5 hanyala Koalisi Pejalan Kaki Bogor sedangkan komunitas hijau lainnya hanya mendapatkan nilai 1 atau 2. Koalisi Pejalan Kaki Bogor telah dan masih berupaya agar menciptakan suatu kondisi yang mampu mendorong masyarakat untuk memanfaatkan menggunakan pedestrian, dengan membuat kondisi dimana berjalan kaki atau bersepeda menjadi aman dan nyaman. Dua komunitas hijau seperti Bike To Work Bogor dan Komunitas Pecinta Ciliwung baru melakukan aktivitas seperti pengadaan fasilitas atau membantu dalam membuat kebijakan, sedangkan Bogor Berkebun dan Earth Hour Bogor belum melakukan aktivitas dalam mendorong perubahan perilakuk masyarakat. Menurut Green (1980) dalam Linggasari (2008), dua faktor yang dapat merubah perilaku manusia adalah adanya faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor pemungkin seperti pengadaan fasilitas-fasilitas yang membantu terciptanya perilaku tersebut dan faktor penguat yaitu terdapatnya kebijakan-kebijakan. Dari hasil identifikasi tersebut diketahui juga bahwa kelima komunitas hijau di Kota Bogor lebih banyak melakukan aktivitas pada penerapan changing behavior, dibandingkan penerapan community-based social marketing dan community transformation Berikut adalah tabel penilaian penerapan dari seluruh komunitas hijau di Kota Bogor (Tabel 12). Tabel 9 Penilaian penerapan dari seluruh komunitas hijau di Kota Bogor Komunitas Bike To Work Bogor
Bogor Berkebun
Earth Hour Bogor
Penerapan Changing behavior Community-based social marketing Community transformation Changing behavior Community-based social marketing Community transformation Changing behavior Community-based social marketing
Nilai Penilaian 5 4 Cukup 2 3 2 Kurang 1 5 Cukup 4
Koalisi Pejalan Kaki Bogor Komunitas Pecinta Ciliwung
Community transformation Changing behavior Community-based social marketing Community transformation Changing behavior Community-based social marketing Community transformation
1 4 3 5 4 2 2
Sesuai
Kurang
Berdasarkan hasil dari analisis kesenjangan pada penerapan aktivitas komunitas hijau tersebut, diketahui bahwa masih terdapat aktivitas yang dapat dilakukan oleh seluruh komunitas hijau di Kota Bogor untuk meningkatkan kualitas lingkungan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat Kota Bogor dalam pengembangan kota hijau di Kota Bogor. Setiap komunitas hijau masih dapat melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan dari kampanyenya masing-masing dengan membuat inovasi-inovasi menarik yang mampu menarik minat masyarakat serta harus fleksibel mengikuti kendala dan peluang yang terdapat di Kota Bogor. Kelima komunitas hijau juga dapat saling bekerjasama dan bermitra dengan organisasi dan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah untuk membuat program-program dalam perubahan lingkungan. Memperbanyak aktivitas dalam meningkatkan kualitas lingkungan Dalam merubah perilaku masyarakat Kota Bogor, kelima komunitas hijau di Kota Bogor sudah melakukannya dengan baik. Namun, beberapa komunitas masih belum melakukan aktivitas kampanye dengan optimal. Dalam membuat aktivitas-aktivitasnya, komunitas hijau harus mempertimbangkan atau memperhatikan prinsip 5W+1H. Perinsip ini mencakup what (apa), who (siapa), when (bilamana), where (di mana), why (mengapa), dan how (bagaimana cara menyampaikannya). Komunitas hijau dapat melakukan aktivitas dalam meningkatkan kualitas lingkungan melalui tiga tahapanan, mulai dari tahap pengenalan, tahap pemahaman, dan tahap tindakan. Tahap pengenalan Dalam tahap pengenalan, komunitas hijau dapat melakukan kampanye menggunakan media iklan. Terdapat 2 tipe media, yaitu media lini atas (above the line) dan media lini bawah (below the line). Media lini atas terdiri atas iklan-iklan yang dimuat dalam media cetak (surat kabar, majalah, brosur, dan sebagainya), media elektronik (radio, televisi, internet) dan media luar ruang (papan reklame dan angkutan). Media lini bawah terdiri dari seluruh media yang tidak menggunakan pembayaran komisi, seperti pameran, point of sale display material, dan tanda mata. Media iklan lainnya adalah ambnient media, yaitu media non-tradisional yang digunakan untuk mengantarkan pesan iklan dengan memanfaatkan tempat-tempat atau benda-benda yang tidak biasa menjadi media iklan, seperti tempat sampah, tembok, jalan, dan lainnya (Gambar 13). Pada tahap pengenalan, komunitas hijau dapat memanfaatkan berbagai media massa untuk mengiklankan kampanyenya. Seperti Bike To Work yang telah menyebarkan selembaran, surat kabar, dan membagikan bike tag, atau seperti Earth Hour Bogor yang menggunakan radio dan media sosial. Selain menggunakan media yang sudah dilakukan, komunitas hijau dapat membagikan poster yang nantinya
dapat dilihat pada mading sekolah ,perpustakaan, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) atau di setiap RT, mengiklankannya menggunakan surat kabar atau radio lokal, membagikan selembaran atau cendra mata saat acara-acara kota seperti car free day, menggunakan ambient media, dan lainnya. Untuk memangkas dana yang perlu dikeluarkan untuk berkampanye, komunitas hijau juga dapat menjalin mitra dengan berbagai pihak.
Gambar 11 Contoh media lini atas, media lini bawah, dan ambient media Sumber: Earth Hour Bogor, dokumentasi pribadi, dan djbrandinfo.blogspot.co.id
Tahap pemahaman Pada tahap pemahaman, komuntias hijau dapat memberikan edukasi mengenai kampanyenya dengan melakukan sosialisasi. Tiga dari lima komunitas hijau telah memiliki aktivitas rutin dalam melakukan sosialisasi seperti komunitas Bike To Work Bogor, Earth Hour Bogor, dan Koalisi Pejalan Kaki Bogor. Sosialisasi dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai kampanyenya, dampak negatif yang dapat terjadi pada lingkungan, keuntungan yang didapat dengan melakukan perubahan, dan langkah-langkah inovatif yang dapat dilakukan masyarakat. Target masyarakat yang akan disosialisasipun beragam. Komunitas hijau dapat melakukan sosialsiasi kepada pelajar di sekolah, acara minggon di kelurahan, menyediakan jasa edukasi bagi pihak yang menginginkan, dan lainnya. Komunitas hijau juga harus dapat menciptakan model pembelajaran yang inovatif dan fleksibel sesuai dengan pihak yang ingin diberi pembelajaran. Udin (1996) dalam Mulyatiningsih (2010) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar. Pada umumnya komunitas hijau hanya menggunakan metode ceramah dalam melakukan sosialisasi. Komunitas hijau dapat juga menggunakan metode lain, misalnya menggunakan metode role playing kepada peserta didik berusia 12 tahun ke bawah, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengarahkan peserta didik untuk menirukan aktivitas di luar atau mendramatisasi situasi, ide, karakter khusus. Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa metode untuk membuat strategi pembelajaran seperti strategi Studen Team Achievement Devision (STAD), yaitu strategi pembelajaran kooperatif dengan memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi. Metode ini dapat dilakukan pada peserta didik berusia 12 tahun ke atas. Tahap tindakan Tahap tindakan adalah tahap dimana komuntias hijau membuat suatu program atau aktivitas yang mampu melibatkan masyarakat secara langsung
melakukan kegiatan hijau. Pada tahap ini, masyarakat diajak untuk ikut serta dalam melakukan aktivitas-aktivitas hijau. Sebagai contoh Bogor Berkebun melakukan aktivitas menanam bersama dengan masyarakat. Dengan program yang intensif, diharapkan perilaku masyarakat terhadap lingkungan akan berubah menjadi lebih baik. Dewey dalam Mustafa (2011) mengatakan bahwa perilaku tidak sekedar muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh lingkungan termasuk tentunya orang lain. James dalam Mustafa (2011) mengatakan bahwa perilaku sosial cenderung terjadi karena kebiasaan, yaitu pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan-pengulangan sepanjang kehidupan seseorang. Perubahan ini didorong juga melalui faktor manfaat atau keuntungan yang akan didapat langsung oleh masyarakat melalui perubahan perilakunya. Sebagai contoh apabila masyarakat setuju untuk mengganti lampunya menjadi lampu hemat energi, masyarakat akan mendapatkan keuntungan berupa pengurangan tagihan listriknya. Dengan keuntungan tersebut, masyarakat tidak akan ragu untuk menggunakan lampu hemat energi. Contoh lainnya apabila masyarakat rutin mengikuti program membersihkan sungai dari sampah setiap minggu sekali, masyarakat akan merasakan lanskap sungai yang indah dan bersih sehingga akan timbul rasa kepemilikan yang akan berdampak pada rasa tanggungjawab untuk menjaga sungai. Menjalin mitra dengan masyarakat Hampir semua komuntias hijau mengatakan bahwa kendala dalam melakukan aktivitas terletak pada keterbatasan sumberdaya manusia, waktu, dan dana. Padahal komunitas hijau sendiri harus mampu meningkatkan kepekaan, kesadaran, dan peran serta aktif seluruh masyarakat di Kota Bogor. Dengan adanya keterbatasan tersebut, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan setiap komunitas hijau adalah dengan menjalin mitra dengan masyarakat. Mitra yang dimaksud dalam hal ini adalah seseorang yang dapat berkomunikasi langsung dengan orangorang di sekitarnya, rekan, atau sejawat (peers) sehingga tujuan komunikasi atau ajakan untuk berperilaku hijau dapat tercapai, sebagai contoh pelajar dapat berkomunikasi langsung dengan pelajar. Dengan adanya kesamaan derajat seperti ini maka akan menghindari kesan menceramahi kepada masyarakat, dapat dilakukan dengan santai, dan meningkatkan usaha positif. Rudi (2005) mengatakan bahwa komunikasi kepada rekan atau sejawat memiliki tujuan khusus, seperti bertukar pikiran ke arah pencapaian kemajuan, untuk melakukan koordinasi dan menyelaraskan kegiatan, untuk menanyakan kalau-kalau ada bantuan yang dapat diberikan, dan berusaha mengenal atau mengetahui pribadi masing-masing. Pada tahap awal, komunitas hijau mencari mitra dari berbagai lapisan masyarakat yang juga tertarik atau memang melakukan perilaku hijau yang dituju. Misalnya Bogor Berkebun dapat mencari masyarakat yang juga melakukan urban farming. Penjalinan mitra ini dilakukan secara sukarela. Komunitas hijau berperan dalam memberikan informasi-informasi yang dapat membantu mitra saat berkomunikasi dengan masyarakat. Mitra kemudian dapat berkomunikasi dengan masyarakat dalam kelompok kecil atau satu per satu sambil melakukan pendekatan. Mitra juga dapat mengunjungi rumah masyarakat untuk mengetahui bagaimana situasi pemakaian listrik dirumahnya (untuk kampanye green building), melihat pengelolaan sampahnya (untuk kampanye green waste), atau lainnya. Mitra juga dapat menanyakan apa yang menjadi kendala bagi masyarakat dalam melakukan
perilaku hijau, apa yang diinginkan oleh masyarakat untuk memotivasi mereka dalam melakukan perilaku hijau, kemudian diikuti dengan pemberian solusi baik berupa barang maupun jasa. Mengupayakan pembangunan lanskap kota yang mendukung aktivitas hijau Green (1980) dalam Linggasari (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mengubah perilaku manusia adalah adanya faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor pemungkin mencakup lingkungan fisik seperti tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana yang mampu mempermudah masyarakat dalam melakukan perilaku. Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat atau para petugas. Termasuk juga disini undang-undang dan peraturan-peraturan. Penerapan perinsip kota hijau, sebagai faktor pemungkin dan penguat, dapat mendorong masyarakat dalam melakukan perilaku hijau. Karena itu, komunitas hijau dapat membantu perencanaan kota hijau, sehingga tercipta sebuah lanskap kota yang mendukung perilaku hijau penduduknya. Komunitas hijau dapat melakukan aktivitas-aktivitas seperti; 1) mengupayakan sarana prasarana transportasi masal yang nyaman; 2) mengupayakan sarana prasarana pejalan kaki dan pesepeda yang aman dan nyaman; 3) mempromosikan sarana transportasi alternatif; 4) mengupayakan sarana dan pelatihan bagi masyarakat untuk ber-urban farming; 5) mengupayakan ketersediaan energi alternatif terutama yang bersumber dari energi ramah lingkungan; 6) mengupayakan dalam pengadaan sarana-sarana dan jasa; 7) turut andil dalam penyusunan kebijakan; serta 8) melakukan evaluasi terhadap sarana, prasarana, atau kebijakan yang telah dibuat atau pada saat telah dibuat. Mengupayakan sarana prasarana transportasi masal yang nyaman Komunitas hijau dapat mengupayakan sarana prasarana transportasi umum atau masal yang nyaman. Nyaman yang dimaksud adalah masyarakat dapat berpindah ke suatu lokasi dengan tepat waktu dan dengan biaya yang lebih murah dari pada menggunakan kendaraan pribadi. Komunitas hijau dapat melakukan advokasi kepada pemerintah atau dinas terkait untuk menciptakan transportasi masal yang nyaman. Transportasi masal yang nyaman dapat terlaksana dengan adanya penambahan jumlah armada bus trans pakuan, penambahan rute, penertiban lalu lintas, dan sistem yang baik sehingga biaya yang dikeluarkan penumpang dapat berkurang. DLLAJ sendiri sebenarnya telah memiliki program untuk meningkatkan hal tersebut seperti pengadaan program Dartiblantas (Sadar untuk Tertib Berlalu Lintas) dan menempatkan petugas Gatur (penjagaan dan pengaturan). Komuntias hijau dapat berperan dalam membantu DLLAJ dalam program Dartiblantas atau mengusulkan dalam memperbanyak penempatan Gatur sehingga tidak ada lagi angkutan umum yang menaiki dan menuruni penumpang di tempat yang tidak seharusnya, penertiban kendaraan yang parkir ditempat yang tidak diizinkan, dan kondisi lalu lintas akan menjadi lancar. Mengupayakan sarana prasarana pejalan kaki dan pesepeda yang aman dan nyaman Komunitas hijau dapat mengupayakan sarana prasarana pejalan kaki dan pesepeda yang aman dan nyaman. Untuk mewujudkannya, komunitas hijau dapat melakukan advokasi kepada pemerintah dan turut andil dalam perencanaan
pembuatan pedestrian dan pesepeda yang aman dan nyaman. Aman memiliki arti terhindar dari kriminalitas dan kecelakaan sedangkan nyaman dapat diwujudkan dengan tidak adanya PKL, kondisi jalan yang rusak, dan terdapat fasilitas penunjang terutama untuk kaum disable. Komunitas hijau dapat juga memberitahu jalur pedestrian yang kondisinya sudah rusak, terdapat PKL, atau tidak memiliki kelengkapan fisilitas termasuk untuk kaum disable, merancang rute pesepeda, dan membantu dalam pelaksanaan perencanaan yang telah disusun pemerintah. Mempromosikan sarana transportasi alternatif Banyak kota-kota besar sudah memiliki moda transportasi alternatif seperti car-share yang menggunakan energi listrik atau bike-share (Gambar 14). Perinsipnya adalah masyarakat dapat menggunakan mobil atau sepeda dari lokasi A ke lokasi B. Komunitas hijau dapat mengupayakan dalam pengadaan sarana transportasi alternatif seperti bike-share di Kota Bogor. Komunitas hijau dapat mengusulkan pengadaan transportasi ini kepada pemerintah atau mencari pihak swasta yang mau melakukan investasi dalam pengadaan transportasi ini.
Gambar 12 Contoh penerapan bike-share Sumber: wikipedia.org di unggah oleh Nate Taber
Mengupayakan sarana dan pelatihan bagi masyarakat untuk ber-urban farming Dalam mengajak masyarakat untuk melakukan urban farming, komunitas hijau dapat memberikan sarana seperti pemberian bibit geratis. Komunitas hijau juga dapat memberikan pelatihan, bukan sekedar cara bertanam, melainkan juga pemberian pelatihan mengenai mengatasi hama, memanfaatkan sampah rumah tangga menjadi kompos, dan lainnya. Komunitas hijau juga dapat membuat sistem dimana masyarakat dapat saling bertukar hasil kebun dalam komunitasnya. Mengupayakan ketersediaan energi terutama yang bersumber dari energi ramah lingkungan Ketersediaan energi sangat dibutuhkan bilamana kita hendak mengajak masyarakat melakukan perilaku hijau. Contohnya, kita tidak dapat menyuruh masyarakat membeli atau mengganti kendaraannya dengan kendaraan bertenaga listrik apabila ketersediaan energi listrik masih kurang, atau menggunakan peralatan listrik seperti kompor listrik bila pemadaman listrik masih sering terjadi. Sumber energi listrik pun tentunya harus bersumber dari pembangkit ramah lingkungan seperti tenaga matahari, angin, dan lainnya. Untuk meningkatkan ketersediaan energi, komunitas hijau dapat melakukan advokasi kepada pemerintah. Mengupayakan dalam pengadaan sarana-sarana dan jasa
Komunitas hijau juga dapat mengupayakan dalam pengadaan sarana-sarana penunjang lainnya. Contoh seperti yang telah dilakukan Bike To Work Bogor dalam pengadaan parkir sepeda. Komunitas hijau dapat mengupayakan sarana-sarana lain sesuai dengan kampanyenya seperti, Komunitas Peduli Ciliwung dapat berupaya dalam pengadaan tempat pembuangan sampah di dekat sungai dan di tempat-tempat lain di Kota Bogor. Dalam pengadaan sarana-sarana tersebut, komunitas hijau dapat mencari sponsor atau bantuan dari pemerintah atau swasta untuk mengatasi keterbatasan dana yang selalu menjadi kendala komunitas hijau. Komunitas hijau juga dapat menyediakan jasa untuk mempermudah masyarakat melakukan perilaku hijau. Contohnya dalam penggunaan energi efisien dalam rumah, komuntias hijau dapat menyediakan jasa konsultasi dengan memanggil konsultan profesional secara geratis. Program bantuan swadaya, yang didukung oleh kelompok dan konsultan profesional dengan berbagai cara, telah terbukti menjadi sangat efektif dalam memperbaiki lingkungan tempat banyak orang perkotaan tinggal di kota-kota Asia Tenggara (Inoguchi et al. 2003).
Turut andil dalam penyusunan kebijakan Komunitas hijau dapat turut serta dalam pembuatan kebijakan-kebijakan baik itu untuk lokal, provinsi, atau nasional. Kehadiran komunitas hijau sebagai perwakilan masyarakat dapat mempengaruhi hasil dari kebijakan yang telah dibuat sehingga kebijakan tersebut akan seimbang atau tidak berpihak pada oknum tertentu. Komunitas hijau dapat mengerti apa keluhan-keluhan atau kendala masyarakat dalam melakukan perilaku hijau dan dapat mengeluarkan solusi yang baik. Melakukan evaluasi terhadap sarana, prasarana, atau kebijakan yang telah dibuat atau pada saat telah dibuat Setelah semua infrasturktur perkotaan dapat membantu meringankan masyarakat dalam melakukan perilaku hijau, komunitas hijau masih dapat berperan dalam melakukan evaluasi terhadap keseluruhannya. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah sarana, prasarana, atau kebijakan yang telah dibuat berpengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat atau tidak. Bila tidak, artinya sarana, prasarana, atau kebijakan tersebut tidak tepat sasaran atau memiliki kelemahan sehingga perubahan perilaku tersebut tidak terjadi. Pada akhirnya, komunitas hijau perlu melakukan perencanaan ulang terhadap keseluruhannya dengan mencari solusi pada kendala-kendala yang terjadi hingga tercipta perilaku hijau pada masyarakat Kota Bogor dan tercipta suatu lanskap kota yang menerapkan perinsip kota hijau. Penggunaan Taman Menurut Peraturan MPU (2008), taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota sedangkat taman lingkungan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan. Adapun fungsi sosial taman kota sebagai ruang terbuka menurut Rustam Hakim (2003) dalam Hariyono (2011), meliputi tempat
bermain dan olahraga, tempat bermain dan sarana olahraga, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan dan menunggu, tempat untuk mendapat udara segar, sarana penghubung atara satu tempat dengan tempat yang lain, pembatas diantara massa bangunan, sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan, dan sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan. Komunitas hijau sebagai masyarakat yang sadar terhadap lingkungan seharusnya dapat memanfaatkan taman dalam melakukan kegiatannya dan menjadi contoh agar masyarakat umum juga memanfaatkan taman. Namun menurut hasil inventarisasi mengenai penggunaan taman oleh komunitas hijau yang didapat melalui hasil wawancara, didapat hasil bahwa hanya tiga dari lima komunitas hijau yang memanfaatkan taman untuk membantu aktivitasnya. Komunitas yang memanfaatkan taman adalah Bike To Work Bogor, Earth Hour Bogor, dan Koalisi Pejalan Kaki Bogor. Dua dari tiga komunitas hijau memanfaatkan taman sebagai lokasi aktivitasnya karena mereka mendapatkan kenyamanan saat menggunakan taman. Untuk taman yang digunakan komunitas hijau sendiri, hanya tiga taman dari tiga puluh lima taman di Kota Bogor, menurut BAPPEDA 2013, yang rutin digunakan komunitas hijau, yaitu Taman Kencana, Taman Peranginan, dan Taman Malabar. Frekuensi komunitas hijau menggunakan taman yaitu 1 kali dalam seminggu atau 1 kali dalam sebulan. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa dua dari tiga komunitas hijau menggunakan taman sebagai lokasi untuk berkumpul dan berdiskusi dengan anggota (Tabel 13). Komunitas hijau yang tidak memanfaatkan taman dalam melakukan kegiatannya adalah Bogor Berkebun dan Komunitas Peduli Ciliwung. Berdasarkan hasil wawancara, kedua komunitas hijau tersebut tidak menggunakan taman karena tidak memiliki aktivitas yang perlu dilakukan di taman. Tabel 10 Penggunaan taman oleh komunitas hijau Komunitas Taman Bike To Work Taman Kencana Bogor Earth Hour Bogor
Taman Kencana Tamn Peranginan Taman Malabar
Koalisi Pejalan Kaki Bogor
Taman Kencana Taman Malabar
Penggunaan Titik temu dengan anggota Berdiskusi dengan anggota
Frekuensi 1 kali dalam seminggu 1 kali dalam seminggu
Berkumpul dengan anggota
1 kali dalam sebulan
Alasan Lokasi strategis
Ingin mengembalikan fungsi taman dan tempat yang nyaman Nyaman dan bebas dari polusi
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil inventarisasi mengenai jumlah komunitas hijau di Kota Bogor, ditemukan lima komunitas hijau yang aktif melakukan aktivitas-aktivitas dalam meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat Kota Bogor. Komunitas hijau tersebut adalah Bike To Work Bogor yang mengkampanyekan gerakan bersepeda ke tempat tujuan, Bogor Berkebun yang mengkampanyekan gerakan urban farming, Earth Hour Bogor yang mengkampanyekan mengenai perubahan iklim, Koalisi Pejalan Kaki Bogor yang mengkampanyekan penggunaan pedestrian, dan Komunitas Peduli Ciliwung yang mengkampanyekan kebersihan sungai. Dalam mengkampanyekan gerakannya, komunitas-komunitas hijau memiliki aktivitas yang berbeda-beda yang terdiri dari aktivitas rutin dan non-rutin. Tiga dari lima komunitas hijau sudah memiliki aktivitas dalam mengedukasi masyarakat agar sadar mengenai kondisi lingkungannya. Tiga dari lima komunitas hijau juga memiliki aktivitas langsung dalam upaya memperbaiki lingkungan. Dari hasil analisis kesenjangan terhadap kondisi aktivitas ideal dan aktual yang dapat dilakukan komunitas hijau, didapat hasil bahwa hanya satu komunitas yang mendapatkan penilaian sesuai, yaitu Koalisi Pejalan Kaki Bogor, sedangkan sisanya hanya mendapatkan penilaian cukup dan kurang. Didapat pula hasil bahwa kelima komunitas hijau di Kota Bogor tersebut lebih banyak melakukan aktivitas pada penerapan changing behavior yang mengacu pada GCC (2008). Dalam penggunaan taman, didapatkan hasil bahwa tiga dari lima komunitas hijau menggunakan taman sebagai lokasi aktivitasnya. Komunitas yang menggunakan taman tersebut adalah Bike To Work Bogor, Earth Hour Bogor, dan Koalisi Pejalan Kaki Bogor. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa dua dari tiga komunitas hijau menggunakan taman sebagai lokasi untuk berkumpul dan berdiskusi dengan anggota. Saran Dalam mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat Kota Bogor dalam mewujudkan lanskap kota berbasis green city, komunitas hijau masih dapat melakukan beberapa aktivitas tambahan. Komuntias hijau dapat memperbanyak aktivitas dalam meningkatkan kualitas lingkungan, menjalin mitra dengan masyarakat, dan mengupayakan pembangunan lanskap kota yang mendukung aktivitas hijau. Dalam penggunaan taman, komunitas hijau dapat memanfaatkan taman-taman lain yang terdapat di Kota Bogor selain taman-taman yang sudah rutin digunakan. Namun dalam hal ini kembali lagi kepada keperluan atau kegiatan dari komunitas hijau itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Beatley T. 2000. Green Urbanism: Learning from European City. Canada (US): Island Press. Bungin B. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta (ID): Kencana. Branch MC. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar dan Penjelasan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Catanese J, Snyder JC. 1988. Perencanaan Kota. Jakarta (ID): Erlangga. [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2011. Program Pengembangan Kota Hijau. [Internet]. Diunduh pada 17 Oktober 2014. Tersedia dalam http://penataanruang.pu.go.id/ [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2012. Kota Hijau sebagai Solusi Pengembangan Kota di Indonesia. Bogor (ID): DPU Kota Bogor. [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2013. Kota Hijau Saatnya Beraksi. Bogor (ID): DPU Kota Bogor. [GCC] Green Community Canada. 2008. How To Grow A Green Community [Internet]. [Diunduh pada 23 Oktober 2015] [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2013. Kota Bogor Dalam Angka 2013. Bogor (ID): BAPPEDA Kota Bogor. [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2013. Master Plan RTH Up Scaling. Bogor (ID): BAPPEDA Kota Bogor. Hariyono P. 2011. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Inoguchi T, Newman E, Paoletto G. 2003. Kota dan Lingkungan: Pendekatan Baru Masyarakat Berwawasan Ekologis. Suryadani R, penerjemah; widjanarko S, Ansis K, editor. Jakarta (ID): LP3ES. Terjemahan dari: Cities and Environment: New Approaches for Eco-Societies. Ed ke-1. Jayadinata TJ. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah. Bandung (ID): ITB. Linggasari. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Departemen Engineering PT Indah Hiat Pulp & Paper Tbk Tanggrang [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Lyon L, Driskell R. 2012. The Community in Urban Society. Illinois (US): Waveland Press, Inc. Margaretha C. 2008. Sosialisasi Dalihan Tolu pada Generasi Muda Batak di Perkotaan [Sekripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Martono N. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta (ID): Rajawali Pers. Mirsa R. 2012. Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu Mulyatiningsih E. 2010. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan. [Internet]. [Diunduh pada 23 November 2015] Tersedia pada: http://staff.uny.ac.id/ Mustafa H. 2011. Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi Sosial [Jurnal]. Bandung (ID): Universitas Katolik Parahyangan. 7(2):143-156. Narwoko JD, Suyanto B. 2011. Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan. Jakarta (ID): Kencana.
Parasuraman A, Zaithaml VA, Berry LL. 1985. A Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for Future Research. Journal of Marketing, Fall. Pp. 41-50. [Internet]. [Diunduh pada 10 November 2015] Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hiidup Nomor 32. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Rudi TM. 2005. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung (ID): PT Refika Aditama. Santoso B. 2013. Strategi Kampanye Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suhendar. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Warga Peduli Lingkungan (WPL): Satu Model Penguatan Kapasitas WPL di RW 05 Desa Rancamanyar Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Thoha M. 2001. Prilaku Organisasi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada.
1 Lampiran 1 Panduan pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sebutkan nama lengkap saudara? Apa jabatan anda di komunitas? Apa nama komunitas ini? Apa latar belakang terbentuknya komunitas ini? Apakah komunitas ini memiliki visi dan misi? Bila ada tolong jelaskan! Pada tanggal berapa komunitas ini terbentuk? Berapa jumlah anggota komunitas yang aktif pada saat ini? Apakah komunitas ini memiliki lokasi sekretariat? Bila ada, dimana lokasi sekretariat dari komunitas ini? 9. Bagaimana struktur organisasi dalam komunitas ini? 10. Apa saja kegiatan-kegiatan komunitas ini? 11. Apakah terdapat kesulitan dalam melakukan kegiatan kegiatannya? 12. Apakah komunitas anda bekerjasama dengan komunitas lain dalam menjalankan kegiatannya? 13. Apakah ada kegiatan yang bekerjasama dengan institusi pemerintah? 14. Seberapa sering kegiatan-kegiatan dari komunitas ini dilakukan? 15. Dimana saja lokasi aktivitasnya? 16. Apakah ada kegiatan rutin yang bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan komunitas kepada masyarakat? 17. Seberapa sering sosialisasi dilakukan? 18. Dimana sosialisasi dilakukan? 19. Apakah ada kegiatan yang menggunakan taman sebagai tempat kegiatan atau sosialisai? 20. Tolong sebutkan taman yang rutin digunakan dalam melakukan kegiatan! 21. Apa yang dilakukan komunitas ini ketika menggunakan taman? 22. Seberapa sering taman kota digunakan oleh komunitas? 23. Apa alasan menggunakan taman tersebut? 24. Tolong sebutkan komunitas komunitas yang pernah melakukan kegiatan dibidang lingkungan yang saudara ketahui?
2 Lampiran 2 Daftar narasumber No 1
Komunitas hijau Bike To Work Bogor
2
Bogor Berkebun
3
Earth Hour Bogor
4
Koalisi Pejalan Kaki Bogor
5
Komunitas Peduli Ciliwung
Nama Ramadhani Achdiawan Tutun M. Subhan Firsyario Warid Retno Wulandari Aru Prayogi Renny Widyanty Rani Marini Dayan Irna Vivi Een Irawan Putra M. Muslic Faizal Abdul Aziz
3 Lampiran 3 Daftar komunitas di Kota Bogor 1. Agreemovement 2. Backpaker Bogor 3. Bobscoot 4. Bogor Berkebun 5. Bogor Historia 6. Bogor Riot City 7. Brotherhood 51 8. Burung Indonesia 9. Candevip 10. Chapter Bogor 11. Corner Kick Art 12. Dompet Dhuafa Volunteer 13. Earth Hour Bogor 14. Fakta Bahasa Bogor 15. Forum for Indonesia 16. Gerakan Seribu Cinta Untuk Senyum Sesama (Gebu Cinta) 17. Grak Bogor 18. IAAS LC IPB 19. Indorunners Bogor 20. Inovasia 21. IPB Social and Health Care (I-Share) 22. Junior Chamber International Chapter Bogor 23. Kampoeng Bogor 24. Koalisi Pejalan Kaki 25. Komunitas Anti Rokok 26. Komunitas BMX Bogor 27. Komunitas Gambar Kota Bogor 28. Komunitas Graffiti 29. Komunitas Kalbu 30. Komunitas Peduli Ciliwung 31. Komunitas Plat F 32. Komunitas Soundcloud Bogor 33. Komunitas Taman Kencana 34. Komunitas Turun Tangan 35. Komunitas Skateboard 36. Konsorsium Peduli Bogor 37. Kontra 38. Paguyuban Mojang Jajaka Kota Bogor 39. Parkour Bogor 40. Pelaksana Program Beasiswa Yatim Dhuafa 41. Persatuan Mahasiswa Kota Bogor (PMKB) 42. Public Relation Community 43. Rumah Harapan
4 44. Rumah Merah Putih 45. Sanggar Juara 46. StandUpIndo_BGR 47. Terminal Bikers Indonesia 48. Terminal Hujan 49. Waste Bank For Education
5
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 September 1992 dari Ayah A Moenandar (alm) dan Ibu Yuyun Y. Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2011, penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Penanaman Lanskap pada tahun ajaran 2014/2015 dan menjadi asisten praktikum Analisis Tapak pada tahun ajaran 2015/2016. Penulis juga pernah mengikuti lomba cipta poster dan video dengan prestasi menjadi juara I untuk lomba SSC2014: Karya Penyelamat Napas Bangsa.