PENGARUH KINERJA GREEN BRANDING TERHADAP GREEN BRAND PREFERENCE PADA INDUSTRI GREEN COSMETICS DI KOTA BANDUNG
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Anisa Indriani Dewi
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meneliti pengaruh dari Green Branding terhadap GreenBrand Preference pada Industri Kosmetik Hijau di Kota Bandung. Sebagaimana dengan maraknya isu lingkungan yang kerap terjadi dewasa ini, serta munculnya tuntutan masyarakat akan produk yang ramah lingkungan maka hal tersebutlah yang menjadi dasar untuk dilakukanya penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas ialah green branding dan variabel terikatnya green brand preference. Objek penelitian ini berada di Kota Bandung. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan kuesioner yang disebar kepada 200 orang responden, di mana merupakan konsumen pada industri kosmetik hijau di Kota Bandung. Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari berbagai literatur dan dokumen yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan analisis jalur dan untuk pengujian hipotesisnya menggunakan Uji F. Selain itu digunakan analisis koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh green branding terhadap green brand preference. Hasil penelitian dari koefisien determiasi berada di angka 40,40%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh green branding terhadap green brand preference secara umum berada pada kondisi yang baik namun belum maksimal. Maka dari itu disarankan agar perusahaan lebih sering melakukan promosi tentang produknya yang ramah lingkungan dan memberikan informasi yang jelas akan kelebihan-kelebihan dari gaya hidup peduli lingkungan sehingga diferensiasi produk dapat lebih terasa. Kata kunci : Green Branding, Brand Preference
181
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
PENDAHULUAN Berbagai kerusakan lingkungan hidup yang kerap terjadi dewasa ini menyebabkan masyarakat semakin peduli pada isu-isu lingkungan. Seperti lapisan ozon pada garis lintang utara bumi yang memiliki penduduk padat menipis dua kali lebih cepat dibandingkan dengan yang diperkirakan oleh ilmuan, Terdapat 140 jenis tumbuhan dan hewan yang punah setiap hari, Bertambahnya penduduk bumi sekitar 92 juta jiwa pertahunnya, dan hilangnya hutan sekitar 17 hektar pertahun yang diungkapkan oleh Lester R Brown pada laporan World Watch Institute pada tahun 2012. Fakta- fakta tersebut memberikan akibat pada perubahan perilaku masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan. Gerakan lingkungan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bentuk aksi kesadaran manusia yang peduli terhadap kerusakan lingkungan, serta berbagai aspek dalam kehidupan manusia yang terancam akibat kerusakan lingkungan. (Arif, 2014) Munculnya tututan terhadap produk yang ramah lingkungan semakin kuat seiring berubahnya kondisi bumi. Isu lingkungan dapat dimanfaatkan oleh para pemasar untuk memberikan value added pada produknya. Isu tersebut melahirkan istilah Green Consumerism. (Belz, 2005). Denton (1994:16) berpendapat : “Richard J. Mahoney, CEO of Mosanto Company believes that most people perceive environmental concern as a cost. He stresses that it s few leaders who instinctively know that they can find a way to add value and gain a competitive advantage to environmental management. These few understand that the environment must not merely be a thought as a cost of doing business, but rather a cost to be managed and a competitive advantage to be won.”
182
Terdapat banyak konsep dalam kegiatan pemasaran. Salah satunya ialah dengan konsep holistic marketing (pemasaran menyeluruh), di mana produsen tidak hanya memasarkan produk berdasarkan kualitas dan fungsinya saja. Konsep holistic marketing didasarkan pada pengembangan, desain, dan pengimplementasian program pemasaran, aktivitas-aktivitas pemasaran yang menyadari bahwa “segala sesuatu berarti” dalam pemasaran dan bahwa perspektif yang luas dan terintegrasi sering kali diperlukan. (Kotler and Keller, 2009:21). The Body Shop memiliki 5 values yang berorientasi pada kepedulian lingkungan. Dengan values tersebut, perusahaan menjadi dekat dengan organisasi-organisasi yang gigih memperjuangkan hak asasi manusia dan kegiatan sosial seperti Green Peace, Friends of Earth, mendukung anti kekerasan dalam rumah tangga (Stop Violence In Home) dan peduli pada penanggulangan HIV/AIDS. (http://www.thebodyshop.com) Oriflame memasuki pasar Indonesia sejak tahun 1986, menyediakan semua alat penunjang tata rias baik lip gloss, lipstick, bedak, mascara, dan lain-lain yang dibutuhkan demi menunjang penampilan di kehidupan sosial. Sebagai jawaban dari perkembangan lingkungan dan tuntutan konsumen, Oriflame telah meluncurkan serangkaian komitmen mengenai isu lingkungan hidup semenjak tahun 2010. Rangkaian komitmen tersebut yaitu, Pembaharuan Sumber (Sustainable Sourcing), Perubahan Cuaca (Climate Change), Air (Water), Pembuangan (Waste). (sumber: Oriflame Annual Report 2012) Produk The Body Shop dan Oriflame memiliki ciri khas yang unik dibandingkan pesaingnya dan akan menciptakan green branding di benak konsumen . Konsumen yang memiliki tuntutan terhadap produk yang ramah lingkungan akan bertindak dan menentukan brand preference salah satunya berdasarkan green branding yang mereka dapat. Produk kecantikan dan perawatan tubuh global pada 2012 mencapai US$ 348.000.000.000, tumbuh tipis US$ 12.000.000.000 miliar dibanding tahun sebelumnya berdasarkan data Euro Monitor. Meskipun 2012 perekonomian dunia masih diwarnai krisis keuangan seperti yang terjadi di kawasan Eropa, maupun perlambatan
ekonomi China, produk-produk kecantikan bermerek terbukti masih dapat bertumbuh dengan solid. Produk kecantikan bermerek diprediksi tumbuh 6% tahun ini, lebih tinggi dari pertumbuhan produk kosmetik umum sebesar 4%. (Virdhani, 2013) Dapat dilihat bahwa pelaku industri kosmetik hijau sudah memiliki kekuatan yang sangat baik dalam konsep menerapkan konsep green bussines untuk menanamkan green branding di mata konsumen. Namun hal ini ternyata tidak bisa semudah itu dilaksanakan di Indonesia yang kesadaran konsumen akan lingkungannya masih diragukan. Handi Setiawan menyimpulkan Indonesia memiliki 10 karakter unik dalam consumer behaviour yaitu memiliki ingatan yang pendek, tidak memiliki perencanaan, suka berkumpul, adaptif terhadap teknologi baru, fokus terhadap konteks bukan konten, menyukai produk luar negri, religius, suka pamer, banyak dipengaruhi oleh subculture dan tidak perduli terhadap lingkungan (Herrnawan, 2012). Sementara brand preference dapat mendorong inovasi. Inovasi menyediakan banyak manfaat seperti memiliki daya saing yang kuat dan posisi yang unik di pasar. Hal ini juga berlaku untuk green inovasi dalam hal barang-barang konsumsi, barang industri dan jasa (Ottman, 1998). Masyarakat di seluruh dunia telah melihat bahwa masalah lingkungan yang terus meningkat, salah satunya karena jumlah besar pencemaran lingkungan yang diproduksi oleh industri manufaktur (Chen, 2008) Pendapat oleh Hernawan tersebut diperkuat oleh data brand image index dan brand awareness index yang disurvey oleh frontier consultant group.
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Gambar 1
Gambar 2
Sumber: Survei Top Brand – Frontier Consulting Group
183
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Uraian diatas menunjukan keadaan green cosmetics masih kalah bersaing dengan merek-merek kosmetik lain baik yang organik maupun yang tidak organik. Selain itu juga dapat dilihat bahwa adaya penurunan tingkat brand awareness dan brand image pada green cosmetics pada masing-masing produk dari tahun ke tahun. Branding ini dapat mempengaruhi para pelanggan dalam mengambil keputusan preferensi merek. Bila penyampaian green branding ini terdapat kesenjangan antara tuntutan pelanggan di Indonesia dengan strategi pemasaran yang dilakukan oleh industri kosmetik hijau maka akan timbul ketidakpuasan sehingga tidak dapat memicu timbulnya suatu persepsi mengenai green branding di benak para pelanggan sehingga di masa yang akan datang para pelanggan akan merasa enggan untuk membeli kembali dan akhirnya tidak memakai produk itu. Dari hasil observasi, permasalahan yang berkaitan dengan kajian penelitian, serta diperkuat dengan data penurunan konsumen The Body Shop dan data penjualan Oriflame di Kota Bandung, hal tersebutlah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Green Branding terhadap Green Brand Preference pada Industri Green Cosmetics di Kota Bandung”. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pelaksanaan green branding yang dilakukan oleh produsen kosmetik hijau dan tanggapan konsumen mengenai kosmetik hijau Kota Bandung? 2. Bagaimana green brand preference produk kosmetik hijau Kota Bandung? 3. Seberapa besar pengaruh green branding terhadap green brand preference pada produk kosmetik hijau di Kota Bandung? TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui pelaksanaan green branding yang dilakukan oleh produsen kosmetik hijau dan mengetahui tanggapan konsumen mengenai mengenai produk kosmetik hijau Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui green brand preference produk kosmetik hijau Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh green branding terhadap green brand preference pada produk kosmetik hijau di kota Bandung. TINJAUAN PUSTAKA Holistik Marketing Perusahaan membutuhkan pemikiran-pemikiran baru dalam melakukan usaha dan bersaing di lingkungan marketing baru. Para pemasar mulai menyadari kebutuhan dalam pendekatan-pendekatan yang lebih menyeluruh dan terintegrasi. Suatu pendekatan baru dan lebih lengkap, melampaui aplikasi tradisional atas konsep pemasaran. Hal-hal tersebut menimbulkan sebuah konsep yang dikenal dengan konsep Holistic Marketing. “The holistic marketing concept is based on the development, design, and implementation of marketing programs, processes, and activities that recognizes their breadth and interdependencies. Holistic marketing recognizes that “everything matters” with marketing and that a broad, integrated perspective is often necessary.” (Kotler and Keller, 2009:17)
184
Gambar 3 Holistik Marketing
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Performance Marketing Holistic Marketing menggabungkan Performance Marketing dan pemahaman masalah-masalah yang lebih luas serta konteks etis, lingkungan hidup, hukum dan sosial dari kegiatan dan program pemasaran. Sebab dan efek dari pemasaran jelas merentang melampaui perusahaan dan konsumen mencapai masyarakat sebagai keseluruhan. Performance Marketing juga menuntut para pemasar untuk secara cermat mempertimbangkan peran yang dapat mereka mainkan dari sisi kesejahteraan sosial. “The Societal Marketing concept holds that the organization’s task is to determine the needs, wants, and interset of target markets and to deliver the desire satisfaction more effectivelly and efficiently than competitors in a way that preserves or enhances the costumers and the society’s well-being.” (Kotler and Keller, 2009:67 ) Konsep pemasaran sosial menegaskan bahwa tugas organisasi adalah menetapkan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran dan menyerahkan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien ketimbang pesaing dengan cara yang memelihara atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Konsep Green Marketing Perusahaan yang menanggapi kepedulian terhadap lingkungan ini dengan memperkenalkan produk yang lebih berorientasi lingkungan, serta menjalankan program komunikasi pemasaran yang agresif dalam hal kepeduliannya terhadap lingkungan untuk mempromosikan produk-produk tersebut. Hal itu dikenal dengan green marketing. (T. Lawrence et al, 2005:244). Menurut Ken Peattie (1995:11):“Green marketing as the holistic management process responsible for identifying, anticipating, and satisfying the requirement of customer and society, in a profitable and sustainable way.” Konsep Branding Menurut Kotler dan keller (2009) merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Menurut The American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2012: 263), “brand is a name, term, sign, symbol, or design, or combination of them, intended to identify the goods or services of one seller or group of sellers and to differentiate them from those of competitors”, yang artinya mer-
185
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
ek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi keseluruhannya, yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Green Branding Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya, ada beberapa pembenaran untuk adopsi kegiatan green marketing dalam kelangsungan perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan green marketing akan berdampak positif pada brand equity perusahaan. (Chen, 2009). Merek yang kuat selalu menjadi tujuan utama dari perusahaan, karena memberikan banyak manfaat seperti, margin yang lebih besar, kesempatan yang lebih besar untuk perpanjangan dan memelihara posisi yang kuat terhadap pesaing (Delgado dan Munuera, 2005). Chen (2009) berpendapat bahwa green brand image, green satisfaction, and green trust” telah mengembangkan theoretical framework mengenai green branding, di mana untuk mendapatkan green brand equity yang baik faktor pendorongnya adalah green brand image, green satisfaction and green trust. “I considered the green brand image, green satisfaction and green trust to be the drivers that increase the green brand equity, in an attempt to find a stand point to evaluate the concepts of green marketing under the new environmental trends. Relied on the definitions of brand image suggested by Keller (1993), Cretu and Brodie (2007) and Padgett and Allen (1997) as a set of perceptions and associations in the mindof the consumer that are linked to the offering. In addition, satisfaction can be definedas a level of pleasure that the consumer reach after the consumption due to fulfillinghis desires”. (Chen, 2009) A. Green Brand Image Green brand image didefinisikan sebagai suatu rangkaian persepsi dan asosiasi dalam pikiran konsumen pada suatu merek tertentu yang memiliki komitmen dan peduli terhadap pelestarian lingkungan. (Cretu and Brodie, 2007) B. Green Brand Satisfaction Oliver (1996) mendefinisikan green brand satisfaction sebagai tingkat kesenangan dan pemenuhan kepuasan yang terkait dengan konsumsi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan spesifik akan produk atau jasa yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Kepuasan merek berarti kepuasan konsumen pada suatu merek yang mereka gunakan. Kotler dan Keller (2009 : 331) mendefinisikan kepuasan sebagai “perasaan senang atau kecewa seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan kinerja (outcome) suatu produk yang dirasakan dengan harapannya”. Sejalan dengan definisi kepuasan tersebut, Kapferer (2008) berpendapat bahwa faktor penentu utama kepuasan pelanggan adalah gap antara pengalaman pelanggan dengan harapan mereka dan pemosisian mereklah yang membentuk harapan pelanggan.
186
C. Green Brand Trust Green brand trust didefinisikan sebagai kehendak konsumen dan keyakinan pada suatu produk atau layanan dari sebuah merek, di mana merek tersebut memiliki kredibiltas, kebijakan dan kemampuan dalam mengurangi dampak dampak negatif terhadap lingkungan (Ganesan, 1994) Holbrook (2001) dalam Youl Ha (2004: 330), brand trust adalah kemauan dari konsumen untuk mengandalkan kemampuan dari fungsi yang dinyatakan dalam atau melalui merek tersebut “brand trust is a willingness of average consumer to rely on the ability of the brand to perform its stated function”.
D. Green Brand Awareness Green brand awareness didefinisikan pada suatu kemungkinan untuk mengenali dan mengingat fitur sebuah merek akan merek-merek yang memiliki komitmen terhadap pelestarian lingkungan (Mourad, 2012)Brand awareness adalah kemampuan dari seseorang yang merupakan calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali (recognize) atau menyebutkan kembali (recall) suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk (Aaker, 1991: 61). Menurut Yadin (2002) brand awareness adalah sejauh mana konsumen mengenali merek tertentu, kemampuan merek untuk mencapai tingkat pengakuan sebelum direncanakan secara sadar.
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
E. Green Brand Preference Green commitment and concern yang dilakukan oleh perusahaan akan menambah atau mengurangi nilai bagi produk dan jasa yang ditawarkan oleh sebuah merek, yang menghasilkan green brand preference. Green brand preference terhadap merek akan mempengaruhi pilihan mereka, dengan demikian, persepsi tinggi atau rendah dari green brand hijau akan mempengaruhi preferensi konsumen. (Gunasti dan Ross, 2010). Gambar 4 Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif menurut Travers seperti diuraikan oleh Umar (200:22) bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Jenis penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat- sifat populasi atau objek tertentu. (Krisyantono, 2008:67). Pada penelitian ini karakteristik deskriptif digambarkan melalui variabel-variabel yang akan diteliti yaitu Green Brand Image (X1), Green Brand Satisfaction (X2), Green Brand Trust (X3), Green Brand Awareness (X4), dan Green Brand
187
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Preference (Y) sedangkan verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Metode penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan sistem penilaian kinerja dan motivasi karyawan sekaligus melakukan pengujian hipotesis secara statistik. SAMPEL PENELITIAN Dengan Menggunakan rumus Slovin ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 99.95 atau dibulatkan menjadi 100 orang. Namun dalam penyebaran kuisioner, peneliti akan menyebarkan kepada 200 orang responden dengan rincian 100 orang konsumen The Body Shop dan 100 orang konsumen Oriflame. HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengolahan data untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas dapat dilihat dari hasil perhitungan R square sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Uji R Square
Analisis koefisien determinasi (R2) adalah 0,413. Hal ini dapat diartikan sebesar 41,3% green brand preference produk dari industri kosmetik hijau dipengaruhi oleh green branding (green brand image, green brand satisfaction, green brand trust, dan green brand awareness) Pengaruh faktor lain dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar keempat sub variebel, sebesar : (1-R2(xy) ) = 1- 0,413 = 0,587 atau sebesar 58,7% Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melauli statistik uji F, dengan ketentuan tolak H0 jika Fhitung lebih besar dari Ftabel dan sebaliknya terima H0 jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel, dengan melihat tabel annova berikut : Tabel 2 Hasil Uji Nilai F ANOVAa
188
Tabel 3 Uji Hipotesis
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Hasil koefisien pengaruh yang diperoleh dan hubungan antar variabel dapat dilihat pada Gambar 5 Diagram Jalur Pengaruh Variabel X1, X2, X3 X4 Terhadap Y
Ket : n = 200 ; ɑ = 0,05 Persamaan structural untuk diagram jalur diatas sebagai berikut : Y = 0,093X1 + 0,038X2 + 0,382X3 + 0,261X4 + 0,587 Perhitungan Analisis Jalur Model Trimming Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007:127) model trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan. Jadi model trimming terjadi ketika terdapat koefisien jalur yang tidaksignifikan. Peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah dihipotesiskan. Dalam penelitian ini variabel green brand image (X1) dan green brand satisfaction (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel green brand preference (Y). Jadi perlu dilakukan analisis jalur model trimming.
189
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA
Tabel 4 Uji Hipotesis Ulang Secara Parsial
Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Hasil thitung variabel green brand trust (X3) lebih besar dari ttabel dengan nilai 6,748 > 197. Dengan demikian hasil tersebut menunjukan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan linier antara green brand trust dengan green brand preference. Besarnya pengaruh green brand trust sebesar 0,429 atau 42,90% dianggap signifikan. Hal ini terlihat pada angka signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hasil thitung variabel green brand awareness (X4) lebih besar dari ttabel dengan nilai 4,746 > 197. Dengan demikian hasil tersebut menunjukan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan linier antara green brand awareness dengan green brand preference. Besarnya pengaruh green brand trust sebesar 0,302 atau 30,20% dianggap signifikan. Hal ini terlihat pada angka signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 Gambar 6 Diagram Jalur Trimming Pengaruh Variabel X3 dan X4 Terhadap Y
Untuk persamaan struktural dari gambar diatas dapat di tulis sebagai berikut : Y = 0,429X3 + 0,302X4 + 0,587
190
Pembahasan Hasil Penelitian Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan pada industri telekomunikasi di Negara Mesir oleh Maha Mourad menyatakan bahwa green branding yang dimana di dalamnya terdapat dimensi Green Brand Image, Green Brand Satisfaction, Green Brand Trust dan Green Brand Awareness memiliki pengaruh terhadap Green Brand Preference. Dimana hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa dari keempat dimensi green branding terdapat satu sub-variabel yang memiliki pengaruh namun tidak signifikan yaitu green brand satisfaction. Hal tersebut disebabkan oleh kepuasan yang di rasakan oleh konsumen buka karena kepedulian perusahaan kepada lingkungan, namun karena jasa telekomunikasi yang diberikan. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh namun tidak signifikan yaitu variabel green brand image dan green brand satisfaction. Dibawah ini merupakan penjelasan mengenai hak tersebut, dikaitkan dengan teori dan observasi lapangan.
Pengaruh Green Brand Image Terhadap Green Brand Preference Berdasarkan hasil perhitungan statistik menunjukan bahwa green brand image pada konsumen green cosmetics, memiliki pengaruh namun tidak signifikan terhadap green brand preference dengan pengaruh sebesar 4,21%. Konsep green branding diciptakan untuk menjawab akan keresahan para konsumen yang mulai perduli akan lingkungan dan merasa ketakutan dengan dampak global warming yang nantinya akan mereka rasakan juga. Namun masyarakat Indonesia memiliki karakter tidak perduli lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Handi Setiawan. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi lapangan kedua perwakilan dari perusahaan mengungkapkan hal yang sama bahwa konsumen green cosmetic justru melihat lebih kepada kualitas produk yang ditawarkan dibandingkan dengan dampak produk tersebut kepada lingkungan atau bahkan kepada dampak sosial lainnya.
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Hamel and Prahalad (1994:258) berpendapat brand image adalah suatu banner yang dapat dipakai untuk memayungi semua produk yang menggunakannya. Dilihat dari tanggapan responden terhadap green brand image secara keseluruhan, diketahui bahwa mayoritas responden beranggapan bahwa tingkat kepercayaaan para responden sebagai konsumen green cosmetics termasuk kategori “Baik” mengenai kemudahan untuk mengenali terhadap nama, logo serta values green cosmetics berjalan baik. Namun untuk tingkat pemahaman responden terhadap values tersebut dapat dikatakan kurang baik. Hal ini diperkuat oleh observasi lapangan pada gerai The Body Shop dimana minimnya sosialisasi values tersebut oleh perusahaan seperti penjelasan lewat booklet yang sudah tidak diproduksi lagi. Booklet tersebut berisi penjelasan mengenai kampanye-kampanye isu lingkungan sempat di berikan secara gratis di tahun 2010 hingga tahun 2012. Sementara Oriflame hanya terfokus memasarkan varian produk Eco-Beauty saja sebagai produk yang ramah lingkungan, sehingga dapat mempengaruhi pemahaman konsumen mengenai green brand image Oriflame secara keseluruhan. Di Indonesia sendiri, peraih Top Of Mind dari Top Brand Awards kategori kosmetik ialah Revlon untuk posisi pertama dan Pixy untuk posisi kedua (Ramadhan, 2013). Jika dikaitkan dengan apa yang dikemukakan oleh Gary Hamel dan C.K Prahalad maka hal tersebut dapat memberikan akibat kurang kuatnya green brand image yang dimiliki oleh green cosmetic, sehingga pada hasil penelitian mengatakan memiliki pengaruh namun tidak signifikan. Pengaruh Green Brand Satisfaction Terhadap Green Brand Preference Hasil penelitian menunjukkan bahwa green brand satisfaction pada konsumen green cosmetics, memiliki pengaruh namun tidak signifikan terhadap green brand preference dengan pengaruh sebesar 1,40%. Dikatakan demikian karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel. Oliver (1996) mendefinisikan green brand satisfaction sebagai tingkat kesenangan dan pemenuhan kepuasan yang terkait dengan konsumsi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan spesifik akan produk atau jasa yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Setiawan (2012) telah mengatakan bahwa masyarakat Indonesia memiliki 10 karakter unik dalam consumer behaviour salah satunya tidak perduli terhadap lingkungan. Dengan demikian pendapat Oliver mengenai tingkat kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan tidak tercapai, karena kecenderungan masyarakat Indonesia sendiri belum memiliki tingkat kepedulian lingkungan yang tinggi, sehingga disini kepuasan dari green cosmetic bukanlah karena ramah lingkungan tapi dari faktor lain misalnya kualitas dan harga. Hal tersebut menyebabkan bahwa diferensiasi pasar yang di lakukan oleh industri kosmetik hijau sendiri belum memberikan manfaat yang berarti. Jika di negara maju efek dari green branding yang dilakukan telah terasa dengan bertambahnya jum-
191
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
lah konsumen atau meningkatnya volume penjualan, di negara berkembang seperti Indonesia khususnya Kota Bandung belulah terasa. Kurvey (2009) mengungkapkan perbedaan tingkat environmental consciousness di negara maju dan negara berkembang.”The population explosion in the modernization has made developing countries more vulnerable to the impact of environmental damage. In these countries, people are more and more worried about environment problems, but still little is known and done about how to change people’s attitudes and behavior in general.” Ide-ide untuk membangun green branding dalam kegiatan promosi green cosmetics akan menyebabkan suatu tingkat kepuasan bagi konsumennya karena mencapai suatu perasaan menyenangkan. Hal tersebut terjadi karena brand telah memenuhi kebutuhan mereka untuk berkontribusi kepada masyarakat, dimana kaitannya erat dengan green brand satisfaction yang mempengaruhi green brand preference. Dari hasil penelitian sub variabel green brand satisfaction memiliki korelasi yang rendah. Dengan demikian pelaku industri kosmetik hijau harus memiliki kerangka kerja untuk mempromosikan dan mengkomunikasikan brand mereka sebagai “merek hijau” dengan cara-cara yang mebuat pelanggan dapat lebih mengerti. Jika hal ini berjalan dengan sukses maka akan menciptakan hubungan emosional dengan pelanggan yang akan mempengaruhi kepuasan mengkonsumsi produk, dan karenanya akan menambah nilai intangible dari brand green cosmetics. Pengaruh Green Brand Trust Terhadap Green Brand Preference Green brand trust memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap green brand preference pada konsumen Industri Kosmetik Hijau di Kota Bandung. Pengaruh sebesar 24,90% menunjukkan bahwa variabel green brand preference akan menyebabkan perubahan pada green brand preference sebesar 24,90%. Oleh karena itu, perusahaan memegang peranan penting dalam mengarahkan sikap pelanggan terhadap suatu brand. Hubungan yang baik antara brand dan pelanggan akan mempengaruhi bagaimana sikap pelanggan terhadap hasil brand preference. Ganesan (1994) mengungkapkan bahwa green brand trust merupakan keyakinan konsumen pada suatu produk atau layanan dari sebuah merek, di mana merek tersebut memiliki kredibiltas, kebijakan dan kemampuan dalam mengurangi dampak dampak negatif terhadap lingkungan. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan responden melakukan pembelian produk The Body Shop dengan alasan emotional benefit. Mereka percaya pada kualitas yang diberikan produk-produk The Body Shop. Begitu pula pada wawancara dengan salah satu konsultan marketing Oriflame di mana kebanyakan konsumen selain faktor pengaruh dari kerabat, mereka percaya bahwa produk dari Oriflame memiliki kualitas yang baik. Walaupun kegiatan promosi yang terfokus pada isu lingkungan ataupun komitmen mereka dalam mengurangi dmpak negative terhadap lingkungan masih dirasakan kurang oleh para konsumen, namun disini konsumen merasa percaya dengan komitmen dan upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif lingkungan benar dijalankan sebenar-benarnya.
192
Dilihat dari tanggapan responden terhadap green brand trust secara keseluruhan, diketahui bahwa mayoritas responden beranggapan bahwa tingkat kepercayaaan para responden sebagai konsumen green cosmetics termasuk kategori “Baik”. Hal tersebut terlihat dari mayoritas responden yang menjawab setuju bahwa Brand dari green cosmetics memiliki upaya-upaya menjaga lingkungan yang dapat dipertanggung-jawabkan serta dapat membantu mengurangi masalah lingkungan.
Pengaruh Green Brand Awareness Terhadap Green Brand Preference Hasil penelitian menunjukkan bahwa green brand awareness pada konsumen green cosmetics memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap green brand preference. Artinya, positif atau tidaknya green brand preference konsumen dapat dijelaskan oleh faktor hubungan pelanggan dengan brand yang ia gunakan. Total pengaruh green brand awareness terhadap green brand preference adalah sebesar 15,52%. Oleh karena itu, untuk mengarahkan green brand preference konsumen green cosmetic di Kota Bandung ke arah yang lebih positif, perlu dilakukan upaya untuk memperkuat green brand awareness. Mourad (2012:9) menyatakan bahwa green brand awareness ialah tingkat ingatan konsumen dan kemampuan pengenali brand yang memiliki fitur komitmen terhadap lingkungan. Dimana untuk menarik calon pembeli green cosmetic dapat meningkatkan promosi yang terfokus pada komitmennya terhadap lingkungan. Sehingga konsumen akan lebih mengenali bahwa produk-produk dari green cosmetic ialah produk yang ramah lingkungan.
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Sesuai dengan hasil wawancara dengan counter manager The Body Shop cabang Trans Super Mall, penggunaan media dalam mempromosikan produknya, dihadapkan pada penggunaan media promosi yang mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan. Promosi dilakukan hanya di 3 (tiga) majalah yaitu Cosmopolitan, Femina, dan Her World. The Body Shop juga menggunakan booklet sebagai alat promosi produknya yang bisa diambil di masing-masing counternya. Hal tersebut sejalan dengan komitmen untuk lebih mengedepankan green brand awareness dalam memasarkan produknya dengan alasan akan menghemat perusakan-perusakan lingkungan dikarenakan promosi tersebut. Dilihat pada karakteristik responden yang sebanyak 87,50% mengenyam pendidikan tinggi, maka dapat penulis beranggapan bahwa mereka telah memiliki pengetahuan atau tingkat kesadaran untuk menjaga lingkungan. O’Rourke (2009) menyatakan bahwa kesadaran akan pelestarian lingkungan berhubungan dengan aspek-aspek penting adalah kehidupan salah satu aspek utamanya adalah pendidikan. Seseorang yang berpendidikan cenderung akan melakukan suatu tindakan apabila mereka sadar bahwa hal tersebut penting dan berharga. maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman konsumen green cosmetic yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan tinggi menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu upaya dari konsumen green cosmetic ialah dengan menggunakan produk yang ramah lingkungan yang kemudian mendorong terciptanya green brand awareness dalam sebuah green brand preference. Artinya, melalui hubungan yang positif antara pelanggan dan brand yang digunakan, maka sikap pelanggan terhadap brand tersebut akan positif pula. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab empat, bertumpu pada landasan teori yang telah dibahas, analisis data dan hasil uji hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa green branding yang diterapkan mempunyai pengaruh positif terhadap green brand preference The Body Shop dan Oriflame di Kota Bandung. Melihat konseptual framework yang dikembangkan oleh Mourad (2010) dimana ia berpendapat bahwa green branding equity terdiri dari beberapa faktor pengukur yaitu green brand image, green brand satisfaction, green brand trust dan green brand awareness. Keempat faktor ini merupakan pengembangan dari konseptual framework Keller (1993) dimana ia menyatakan bahwa brand equity itu digera-
193
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
kan oleh brand image dan brand awareness. Penelitian yang dilakukan oleh Finisterra (2009) menyatakan bahwa faktor demografi seperti usia, pendidikan dan pendapatan turut mempengaruhi perilaku konsumen yang pro-environment dalam menentukan green brand preference. Adapun kesimpulan secara lebih jelas sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian karakteristik responden menyatakan bahwa 88,50% merupakan responden wanita dimana produk kosmetik didominasi oleh konsumen wanita. Sebanyak 106 orang responden berada di jenjang pendidikan tinggi, dengan 98 orang responden berada di tingkat usia >24-44 tahun dan 90 orang memiliki tingkat pendapatan menengah. Kondisi ini mendukung observasi awal yang dilakukan, dimana pada pre-test sampel penulis menguji coba kuisioner pada 10 orang mahasiswa dari total 30 responden pre-test. Hai ini dilakukan untuk menguji apakah responden peka terhadap topic penelitian. 2. Kondisi pelaksanaan green branding pada Industri Kosmetik Hijau di Kota Bandung secara keseluruhan dinilai baik namun masih belum mencapai maksimal. Hal ini berarti secara umum green branding telah dilakukan dengan cukup baik melalui dimensi green brand image, green brand satisfaction, green brand trust dan gren brand awareness. Namun green cosmetics harus lebih memperhatikan hal-hal seperti alasan preferensi merek yang dikarenakan emotional benefit, harga produk-produk yang masih relatif tinggi dibandingkan pesaing, informasi mengenai green marketing yang lebih jelas serta tingkat promosi produk yang dirasakan masih belum cukup. Green brand preference pada industri kosmetik hijau di Kota Bandung dinilai baik namun masih belum mencapai maksimal. Hal tersebut didukung dengan tingginya tanggapan responden mengenai brand green cosmetics sebagai brand yang ramah lingkungan sudah dikenali oleh para pelanggannya. Hasil tersebut akan menjadi lebih baik jika kedua perusahaan ini lebih gencar dalam mensosialisasikan values dan environmental commitment yang dianutnya. Selain meningkatkan informasi mengenai produk-produknya, pelaku industry kosmetik hijau masih harus sangat berusaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk yang ramah lingkungan, mengingat hasil penelitina Pretti Singh mengenai green marketing serta pengaruhnya terhadap keputusan pembelian dengan responden konsumen di negara berkembang (India) akan produk yang ramah lingkungan masih rendah. 3. Dimensi green brand satisfaction merupakan dimensi yang memiliki tingkat korelasi paling rendah yaitu sebesar 0,038 terhadap green brand preference dibandingkan dengan dimensi yang lain. Di mana hasil perhitungan statistik menunjukan pengaruh namun tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku industri kosmetik hijau ini masih kurang melakukan usaha yang memunculkan kepuasan dari faktor ramah lingkungannya. Kepuasan yang masih menjadi fokus dari konsumen ialah bukan melalui seberapa ramah lingkungan produk yang di pasarkan namun masih lebih kepada kualitas, ketersediaan produk dan harga. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara green branding terhadap green brand preference. Nilai koefisien determinasi dengan besar pengaruh sebesar 41,30% sedangkan nilai koefisien determinasi setelah dilakukan analisi jalur model trimming menjadi 40,40% sisanya sebesar 59,60% dipengaruhi oleh faktor - faktor lain, di mana faktor tersebut merupakan hal diluar dari variabel green branding. Harga, kualitas, reputasi, experience dan rekomendasi merupakan faktor lain yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan preferensi merek.
194
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, bertumpu pada landasan teori yang telah dibahas, analisis data dan hasil uji hipotesis maka ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA
1. Go Green merupakan suatu upaya yang harus dilakukan oleh perusahaan dewasa ini. Karena sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang penelitian bahwa dengan fenomena kerusakan alam yang kerap terjadi, manusia sebagai penduduk bumi wajib menjaga dan melestarikan tempat dimana ia tinggal. Selama penelitian ini, penulis melihat bahwa industri kosmetik telah turut serta dalam berbagai kampanye-kampanye isu lingkungan. Manfaat utama dengan menjadi perusahaan yang peduli terhadap isu lingkungan ialah dengan memiliki competitive advantage seperti peluang untuk memiliki bisnis yang sustainable, penggunaan sumber daya yang efisien melalui program-program daur ulang, penghematan air, penghematan energi, memasuki pasar baru dimana konsumennya yang pro-environmental, meningkatkan penjualan dan pendapatan, meningkatkan, citra perusahaan, dan diferensiasi produk. The Body Shop dan Oriflame yang telah menerapkan green branding diharapkan dapat benar-benar memanfaatkan competitive advantage yang tersedia, salah satunya dengan upaya peningkatan manfaat eksperimental dari mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan, sehingga terjadi hubungan emosional antara konsumen yang pro-environmet tersebut dengan brand green cosmetics sehingga menjadi prefernsi utama ketika dari produk kosmetik hijau.
Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Karena dari hasil penelitian sebagian besar responden yang memakai produk kedua perusahaan ini adalah kalangan usia muda, maka green cosmetics harus dapat memaksimalkan kelebihan yang dimilikinya ini, misalnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik perhatian para kelompok usia muda sehingga mereka tertarik untuk menggunakan produk. Sebaiknya bekerja sama dengan berbagai macam komunitas untuk mempromosikan produk-produknya untuk lebih banyak menggaet konsumen di usia muda. Selain itu Kota Bandung merupakan kota yang unik, memiliki cirri khas tertentu dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Salah satu dari cirri kas unik itu ialah Kota Bandung dikenal sebagai kota yang kreatif dimana banyak sekali acara yang tersedia sepanjang tahunnya. Di dukung memiliki walikota yang sangat peduli terhadap isu lingkungan, usaha Ridwan Kamil sebagai aktivis lingkungan ialah keberhasilannya dalam menjadikan Babakan Siliwangi sebagai hutn kota yang terdaftar di PBB, dengan peluang tersebut industri kosmetik hijau dapat bekerja sama dengan event-event yang diselenggarakan di Kota Bandung misalnya gerakan hijau menanam pohon, taman kota, gerakan pungut sampah serta event-event yang erat kaitannya dengan isu lingkungan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkingan. 2. Hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku industri kosmetik hijau adalah cara penyampaian kepada konsumen untuk semakin perduli kepada lingkungan dan sesama. Agar konsep green branding menjadi tidak sia-sia dan bisa menggugah hati para masyarakat di Indonesia untuk cinta lingkungan. Karena dapat dilihat bahwa di masa yang akan datang masyarakat akan lebih peduli terhadap lingkungan. Di mana fenomena ini dapat dimanfaatkan oleh green cosmetic sebagai perusahaan yang telah menerapkan konsep green branding. Richard J. Mahoney juga berpendapat perusahaan harus pintar mengubah isu lingkungan ini menjadi competitive advantage dari perusahaan.
195
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
Sebagai salah satu perusahaan yang sudah melakukan konsep green marketing, The Body Shop dan Oriflame harus lebih sering mensosialisasikan mengenai keuntungan yang bisa diperoleh bila kita berperilaku ramah lingkungan dan dampak-dampak yang bisa ditimbulkan dari kerusakan lingkungan. Upaya tersebut salah satunya dengan lebih aktif dalam mempromosikan produk melalui media pemasaran seperti poster, katalog dan booklet untuk fokus pada kelebihan perusahaan yang ramah lingkungan. Pemanfaatan sosial media, seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain tentunya akan membantu meningkatkan kesardaran kosumen akan kelebihan yang dimiliki green cosmetics. Selain itu, tidak seperti halnya di negara barat, gaya hidup ramah lingkungan yang masih belum membudaya di masyarakat Indonesia dapat dijadikan peluang untuk menjadi pelopor gerakan peduli terhadap lingkungan dan nilai-nilai etis lainnya. Upaya-upaya pemasaran kedepannya diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada orang-orang mengenai hal-hal tersebut tersebut bukan hanya pada kelompok orang yang sudah memiliki environmental conscious saja namun pada kelompok orang yang masih berada ditahap awal kesadaran akan pentingnya produk yang ramah lingkungan, sehingga nantinya alasan orang membeli produk-produk yang ditawarkan. Misalnya, The Body Shop Indonesia bisa melakukan hal-hal yang dilakukan The Body Shop USA dan India. Mereka memasang promosi- promosi perusahaan di kendaraan operasional mereka yang ramah lingkungan di USA ataupun di badan- badan gajah India dengan tak lupa memasukkan pesan-pesan kemanusiaan. Hal tersebut jelas terlihat lebih menarik untuk orang-orang. 3.Saran untuk penelitian selanjutnya, mengingat terdapat 59,60% faktor lain yang dapat mempengaruhi green brand preference maka untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan segmentasi pasar untuk green konsumen dan mempelajari segmen mana yang paling sensitif terhadap jenis pemasaran hijau. Selain itu populasi penelitian dapat dilakukan lebih luas, misalanya tidak hanya mencakup Kota Bandung namun seluruh Indonesia atau beberapa kota-kota besar di Indonesia tentunya dengan jumlah resonponden yang lebih banyak untuk meningkatkan tingkat keakuratan penelitian dan hasil penelitian bisa lebih digeneralisasikan. Daftar Pustaka
196
Aaker, David. (2008). Strategic Market Management, USA : Wiley. Agarwal, Sharad. (2011) Oriflame Sustainable Palm Oit [Online]. (http://www.gogreen.ae/greenstory_view.php?storyid=1926) [24 Maret 2014] Ardhanari, Margareta. (2008) Custumer Satisfaction Pegaruhnya terhadap brand Prefrence dan Repurchase Intention Private Brand. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol 8 (2). Universitas Katolik Widya Mandala Baker, E.W. and Sinkula, M.J. (2005). Environmental marketing strategy and firm performance: effects on new product performance and market share, Jour nal of the Academy of Marketing Science, Vol. 33 No. 4, pp. 461-75. Belz, Frank. (2005). Eco-marketing 2005: Beyond Environmental Managemen System, Institute for Economy and the Environment Univercity of St. Galen Journal. (http://www.p2pays.org/ref/26/25538.pdf) [ 28 Januari 2014] Biswas, Nigamananda. (2009). Green Marketing in Business Sustainability: The Need of the Hour, Business Administration Assam University Journal Retrieved from SSRN Educational Journal Database. (papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=16498) [10 Maret 2014] Bloemer, J. and de Ruyter, K. (1998). On the relationship between store image,
store satisfaction and store loyalty, European Journal of Marketing. Vol. 32 Nos 5/6, pp. 499-513. Buchory, Herry Achmad & Djaslim Saladin. (2010) Manajemen pemasaran: (Ringkasan praktis, Teori, aplikasi & Tanya jawab), Bandung : Lindakarya Cretu, A.E. and Brodie, R.J. (2007). The influence of brand image and company reputation where manufacturers market to small firms: a customer value perspective, Industrial Marketing Management, Vol. 36 No. 2, pp. 230-40. (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0019850105001331). [11 Maret 2014] Chen, Y.-S. (2009). The drivers of green brand equity: green brand image, green satisfaction, and green trust, Journal of Business Ethics, Vol. 93 No. 2, pp. 307-19. Coddington, Walter. (1993). Environmental Marketing: Postive Strategies For Reaching The Green Consumer, First Edition, USA : McGraw-Hill Inc. Dahlstorm, Robert . (2010). Green Marketing Management, United States of America : South-Western Cengage Learning. Delgado-Ballester, E. and Munuera-Aleman, J.L. (2005), Does brand trust matter to brand equity?, Journal of Product and Brand Management, Vol. 14 Nos 2/3, pp. 18796. (http://www.emeraldinsight.com/case_studies.htm/case_studies. htm?articleid=1508976&show=html). [ 05 Februari 2014] Denton, D.K. (1994). Enviro-Management, Prentice-Hall, New Jersey : Englewood Cliffs. Fandy, Tjiptono. ( 2011). Pemasaran Jasa, Bayumedia, Malang Foley, John. Kendrick, Julie . (2006). Balanced Brand: How to Balance the Stakeholder Forces That Can Make Or Break Your Business. Wiley Ganesan, S. (1994). Determinants of long-term orientation in buyer-seller relationships. Journal of Marketing, Vol. 58 No. 2, pp. 1-19. Gunasti, K. and Ross, W. (2010). How and when alphanumeric brand names affect consumer preferences. Journal of Marketing Research, Vol. 47 No. 6, pp. 1177-92. Hamel, Gary. CK Prahalad. (1994). Com peting For The Futures, Harvard Business School Press. Herri, Putri, N. dan Kenedi, Jon. ( 2006). Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Produk Hijau : Tanjauan Faktor Demografi, Psikologis, Sosial dan Budaya (Kasus Kota Padang), 2(1), Business & Management Journal Andalas University. (http://repository.unand.ac.id/2495/) [4 Januari 2014] Hernawan. (2012). 10 Karakter Unik Konsumen Indone sia, Marketing.co.id, 21 January, (http://www.marketing.co.id/ blog/2012/01/21/10-karakter-unik-konsumen-indonesia/) [09 Maret 2014 Hess, Jeff. (2005). Trust Based Commitment : A Multidimensional Consumer Brand Relationship.(http://www. emeraldinsight.com/journals.htm?issn=07363761&volume=22&issue=6&arti cleid=1519851&show=html) [09 Mei 2014] Isaac Cheah, Ian Phau. (2011). Attitudes towards environmentally friendly products: The influence of ecoliteracy, interpersonal influence and value orientation, Marketing Intelligence & Planning, Vol. 29 Iss: 5 pp. 452 – 472. (www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1943279) [ 05 Februari 2014] Isaak, Robert.(2002). The Making of Ecopreneur. (http://www.green-
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
197
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
198
leaf-publishing.com/productdetail.kmod?productid=428) [09 Maret 2014] Irawan, Handi. (2012) The uniqueness of Indonesian Consumer [Online]. http://m.handiirawan.com/articles/the_uniqueness_of_indonesian_consumer/ramah_lingkun gan-_siapa_peduli.html [24 Februari 2014] Jamal, A & Goode, M.M.H. (2007). Consumer and Brand : Impact of Self image Conruance on Brand Preference Satisfaction. Marketing Intellegence and Planning. Vol.19 Kotler, philip dan Gary Armstrong. (2010). Principles of Marketing, 13th edition, United states of america : Pearson. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran, Edisi ketiga belas, Jakarta : Erlangga. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2009). Marketing Management, 13th edition, United States of America : Preantice Hall. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran, edisi 12, Indonesia : Indeks. Kurvey, Balkrishna (2009). Environment: Development and Developing Countries.http://www.eeaa.gov.eg/english/main/Env2003/Day1/PublicPrivate/ kurvey.IIDEPpdf. [18 Agustus 2014] Lawrence, Anne T., James Weber and James E. Post. (2005). Business and So ciety: Stakeholders, Ethics, Public Policy, 11 Edition, New York : McGraw-Hill Internation Edition. Mariotti, J. (1999). Smart Things to Know about Brands and Branding. Capstone Publishing, London. Macdonald, E. and Sharp, B. (2003). Management perceptions of the importance of brand awareness as an indication of advertising effectiveness. Market ting Bulletin, Vol. 14,January, pp. 1-11. Morrison. (2009). Changing The Face of The Beauty Industry by Sustainable Development .http://www.sustainablecosmeticssummit.com/index. htm, [21 Maret 2014] Mourad, Maha. (2012) Perception of Green Brand in an Emerging Innovative Market. Retrieved from Emerald Insight Database Journal. (http:// www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=17056604). [24 Maret 2014] Nicholson, Walter. (2009). Ibtermediate Marketing. Third Edition. New York : College Publishing Noor, Juliansyah. (2011). Metodelogi penelitian , Jakarta : Kencana. Oliver, R.L. (1996). Satisfaction: A Behavioral Perspective on the Consumer. McGraw-Hill, New York, NY. O’Rourke. J. (2009) Understanding self-awareness : A Heuristic Study of The Relationship with Self and Others. Psychocological Research. Peattie, K. (2005). Green marketing: legend, myth, farce or prophesy? Retrieved from Emerald Insight Database Journal. (http://www.emeraldinsight.com/ journals.htm?issn=1352-2752&volume= 8&issue =4&articleid=1519938) [17 Februari 2014] Peattie, K. (1995). Environmental Marketing Management – Meeting the Green Challenge, UK :Pitman Publishing. Mirvis, Philip H. (1994) Environmentalism in Progressive Businesses. Retrieved from Emerald Insight Database Journal. (http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?issn=0953-4814&volume= 7&issue =4&articleid=1410885&show=html) [17 Februari 2014] Ramadhan, Adhitya (2013) Pemenang Top Brand Awards 2013. (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/00152164/Inilah.Pemenang.Top.Brand. Award.) [28 Oktober 2014]
Rahman, Arif. (2010), Strategi Dahsyat Marketing Mix for Small Business : Cara Jitu Merontokan Pesaing, Jakarta Selatan : Trans Media Pustaka. Riduwan . (2010). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Band ung : alfabeta. Saladin, Djaslim dan Buchory. Herry Achmad. (2010). Manajemen Pemasa ran (Teori, Aplikasi dan Tanya Jawab), Bandung : Linda Karya Sanusi, Anwar. (2011). Metodelogi Penelitian Bisnis , Jakarta : Salemba empat. Sarwono , Janathan & Tutty Martadiredja. (2008). Riset Bisnis Untu Pen gambilan Keputusan,Yogyakarta. Andi. Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. (2011). Metodelogi Penelitian, Bandung : Mandar Maju. Singh, Preeti. (2010). Green Marketing: Opportunity for Innovation and Sustainable Development, Business School Journal, (http://papers. ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1636622) [17 Februari 2014] Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta : Bandung Sofyan, Yamin & Heri Kurniawan. (2011). Partial Least Square Path Mod eling,Salemba Infotek Suresh, G., Consumers Attitude and Green Advertisement: An Evaluation (July 14, 2010). (http://ssrn.com/ abstract=1640006) or (http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.1640006) [17 Februari 2014] Virdhani, (2013). Pasar Industri Kecantikan Indonesia - Artikel Industri Indonesia. http://ekbis.sindonews.com/read/2013/10/18/34/795591, [23 Maret 2014] Wheeler, Alina. (2009). Desining Brand Identity, 3rd edition, United States of America : Wiley. Youl Ha, Hong. (2004). Factors Influencing Consumer Perception On Brand Trust Online. Manchester. Journal of Product and Management, Emerald Group Publishing Limited. Vol. 13, No. 5, (2004), 329 – 342 Zikmund, Babin, Carr & Griffin. (2010). Business Reseach Methods (8th ed.), Canada : South-Western CengageLearning. Zulkifli, Arif. (2014). Gerakan Lingkungan Hidup di Berbagai Belahan Dunia. (http://bangazul.com/gerakan- lingkungan-di-berbagai-belahan-dunia.html) [28 Februari 2014]
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
199
JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 14. No. 3 Desember 2014
200