Bidang Unggulan : Lingkungan / Pembangunan Berkelanjutan Kode/Rumpun Ilmu : 423/Rancang Kota
USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
REKAYASA INFRASTRUKTUR HIJAU PERKOTAAN UNTUK PEMBANGUNAN GREEN CITY DI KOTA MALANG
TIM PENGUSUL Dr. Ir. H. A. Tutut Subadyo, MSIL. NIK : 581/FT; NIDN : 0709025501
Dr. Ir. H. Tonny Suhartono, MSA. NIK : 467/FT; NIDN : 0723115801
Ir. Achmad Fadillah, MT. NIK : 314/FT; NIDN : 0702015701
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG Maret 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI RINGKASAN BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………………………………………………….. 1.2. Perumusan Masalah …………………………………………….. 1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………... 1.4. Urgensi Penelitian………………………………………………. 1.5. Luaran Penelitian ………………………………………………..
1 2 3 3 3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infrastruktur Hijau………………………………………………. 2.2. Peran Tata Ruang Dalam Pembangunan Infrastruktur …………. 2.3. Konsepsi Green City……………………………………………. 2.3.1. Permasalahan Dalam Mewujudkan Green City………………… 2.3.2. Lesson Learn Pelaksanaan Kebijakan Green City…………….
4 6 8 9 10
METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ………………………………………….. 3.2. Analisis Data…………………………………………………… 3.3.1. Analisis Kondisi Eksisting……………………………………. 3.3.2. Analisis Trend………………………………………………….. 3.3. Penyusunan Rancang Bangun dan Rekayasa Infrastruktur Hijau. 3.4. Konseptualisasi Model…………………………………………..
12 12 12 13 13 14
BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN 4.1. Anggaran Biaya…………………………………………………… 4.2. Jadwal Pelaksanaan……………………………………………….
16 16
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
Justifikasi Anggaran Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian Susunan Organisasi Tim peneliti dan Pembagian Tugas Nota Kesepahaman MOU Biodata Peneliti Surat Pernyataan Ketua Peneliti
RINGKASAN Pembangunan infrastruktur perkotaan di Indonesia dihadapkan pada masalah yang semakin kompleks, terutama dengan terkonversinya lahan-lahan terbuka menjadi ruang terbangun. Sebagai salah satu kota besar, kota Malang dihadapkan pada laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan keterbatasan lahan kota, sehingga keberadaan ruang terbukanya terancan terkonversi menjadi ruang terbangun. Oleh karena itu Kota Malang memerlukan suatu landasan perencanaan dan perancangan kota yang jelas untuk mengatur alokasi ruang terbangun dan ruang terbuka yang dihubungkan oleh jaringan alami dalam suatu kesatuan infrastruktur hijau. Penelitian ini secara umum bertujuan merancang bangun infrastruktur hijau perkotaan berbasis ketersediaan ruang terbuka untuk mendapatkan kota hijau. Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) menganalisis dan memprediksi kecenderungan perkembangan ruang terbangun di perkotaan; (2) menganalisis daya dukung wilayah dikaitkan dengan prediksi pertumbuhan penduduk di masa mendatang; dan (3) membuat rencana jaringan infrastruktur hijau berupa lokasi-lokasi ekosistem alami yang ada (hubs) dan hubungan-hubungannya (links); dan (4) menentukan prioritas program yang harus dilakukan untuk perekayasaan infrastruktur hijau perkotaan di lapangan. Penelitian akan dilakukan menggunakan dua alat utama, yaitu CITYGreen dan Interpretative Structural Modelling (ISM), dan untuk mendukung akurasi hasil, analisis situasional studi kasus didalami dengan observasi lapangan. Penelitian lapang dilakukan di Kota Malang dengan pertimbangan bahwa kota Malang merupakan kota yang dirancang dengan tema ‘Garden City’, dengan ruang terbuka hijau berkategori baik. Analisis kondisi eksisting akan dilakukan melalui interpretasi data foto udara tahun 2013, untuk mengetahui sebaran dan luas kawasan terbuka yang ada. Setelah itu dilakukan penentuan trend jumlah penduduk kota dan kecenderungan luasan kawasan terbangun di wilayah perkotaan dengan menggunakan model pertumbuhan logistik. Selanjutnya dilakukan analisis sistem informasi geografis (GIS) untuk menyusun rekayasa jaringan infrastruktur hijau berbasis ruang terbuka hijau dengan menggunakan data statistik fasilitas lingkungan yang ada di suatu perkotaan, foto udara, dan peta-peta tematik. Kemudian dilakukan analisis hierarki proses untuk mencari prioritas program yang dipilih oleh para stakeholder untuk menerapkan rekayasa dan rancang bangun infrastruktur hijau untuk pembangunan green city. Luaran penelitian ini adalah sebuah model kebijakan dalam bentuk design guideline (panduan rekayasa) untuk perencanaan dan perancangan infrastruktur hijau perkotaan berbasis penanganan ruang terbuka hijau yang dapat menjadi dasar penentuan strategi dalam mewujudkan green city di kota Malang yang sustainabel, publikasi jurnal terakreditasi atau internasional, dan buku ajar.
BAB 1. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur perkotaan di Indonesia pada masa mendatang cenderung dihadapkan pada masalah yang semakin kompleks. Infrastruktur di perkotaan tidak hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi tetapi juga untuk mempertahankan daya dukung lingkungan. Infrastruktur dapat menjadi solusi tetapi juga bisamenjadi sumber konflik antar sektor jika wilayah perkotaan semakin padat,apa lagi laju pertumbuhan penduduk dan sosial kota di Indonesia selama 30 tahun yang lalu telah merubah total bentang alam perkotaan menjadi kurang terkendali dan tidak beraturan (urban sprawl). Keadaan ini tidak dapat dilepaskan dari pembangunan infrastruktur kota-kota besar di Indonesia selama ini yang cenderung lebih berorientasi pertumbuhan ekonomi. Menurut Dardak (2010), perkembangan daerah perkotaan di Indonesia saat ini telah mencapai titik jenuh yang tidak mudah untuk diperbaiki kembali (the point of no retrun). Berbagai permasalahan sosial, ekonomi dan ekologi yang terjadi, sebagai dampak dari pembangunan, mengakibatkan terjadinya degradasi daya dukung lingkungan perkotaan yang semakin parah dan terjadinya inefisiensi pemanfaatan sumberdaya sehingga kualitas hidup masyarakat perkotaan pada umumnya menjadi rendah. Berkembangnya konsep-konsep pembangunan yang lebih mempertimbangkan aspek lingkungan telah mewarnai perencanaan-perencanaan kota dan wilayah saat ini dan masa mendatang. Salah satu konsep dasar yang berkembang sejak tahun 1980an adalah eco-city yang menunjukkan
hubungan dari rangkaian isu perencanaan perkotaan dan
pembangunan ekonomi melalui keadilan sosial dengan mengedepankan demokrasi lokal dalam konteks keberlanjutan. Berdasarkan perencanaan penataan ruang yang berkelanjutan tersebut, maka dapat dibuat suatu perencanaan infrastruktur yang mantap. Infrastruktur seringkali diidentikkan dengan sarana dan prasana dalam bentuk fisik (grey infrastructure). Saat ini telah berkembang konsep mengenai infrastruktur yang lebih luas lagi, yang sangat mempengaruhi keberlanjutan dan perkembangan suatu komunitas yaitu infrastruktur hijau (green infrastructure). Kedua infrastruktur tersebut harus dikembangkan dan direncanakan secara seimbang dengan memperhatikan aspek keberlanjutan guna mencapai kemajuan suatu kota dan wilayah untuk pertumbuhan yang gemilang (smart growth).
1
1.2. Perumusan Masalah Penelitian ini didasari oleh permasalahan berkurangnya lahan alami perkotaan di Indonesia menjadi kawasan terbangun. Pertumbuhan kota dan populasi penduduk yang meningkat mengkibatkan ruang terbangun meningkat. Kondisi ini akan diprediksi dengan melihat kecenderungan jumlah penduduk dan kawasan terbangun di masa mendatang. Hal tersebut menentukan kebutuhan luasan infrastruktur hijau minimal yang harus ada. Disisi lain, ruang terbuka yang ada saat ini merupakan wilayah yang berpotensi untuk ditingkatkan sebagai infrastruktur hijau. Rekayasainfrastruktur hijau ini diharapkan dapat menjadi dasar strategi dalam pembangunan kota hijau untuk mendukung kegiatan ekonomi masayarakat yang lebih efisien (smart growth). Kota-kota diIndonesia
Trend pertambahan penduduk yang pesat
Ruang terbangun (Built up area) terus bertambah dan lebih berorientasi pada mementingkan aspek ekonomi
Pembangunan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan tidak seimbang Fungsi Ekologis Terganggu
Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin Berkurang
Degradasi Kualitas Lingkungan Perkotaan Rekayasa Green InfrastructurePerkotaan Pelayanan Lingkungan Memadai dan Seimbang
Smart City /Growth Strategi Pembangunan Green City Berkelanjutan
Gambar 1. Perumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis dan memprediksi kecenderungan perkembangan kawasan terbangun (built up area) perkotaan di Kota Malang; 2. Menganalisis pertumbuhan penduduk Kota Malang pada masa yang akan datang dan menghitung daya dukung wilayahnya; 3. Merekayasa (merencana dan merancang) jaringaninfrastruktur hijau (green infrastructure network) di Kota Malangberupa lokasi-lokasi ekosistem alami yang ada (hubs) dan hubungan-hubungannya (links); dan 4. Menentukan prioritas program yang harus dilakukan dalam penerapan rekayasa infrastruktur hijau perkotaan untuk pembangunan green city di Kota Malang. Pencapaian hasil untuk tujuan kesatu dan kedua direncanakan akan dilakukan pada tahun pertama, sedangkan capaian hasil untuk tujuan ketiga dan keempat direncanakan akan dilakukan pada tahun kedua. 1.4. Urgensi Penelitian Saat ini keberadaan fasilitas pendukung kehidupandi Kota Malang secara umum belum memadai, baik fasilitas yang berbentuk fisik (grey infrastructure) maupun fasilitas lingkungan (green infrastructure). Oleh karena itu diperlukan suatu landasan perencanaan yang jelas untuk mengatur lokasi
green infrastructure berupa kawasan konservasi
sumberdaya alam dan lahan-lahan urban agricultureserta ruang terbuka hijaunya yang dihubungkan oleh jaringan alami dalam suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Penelitian tentang rekayasa infrastruktur hijau di Kota Malang sangat penting untuk dilakukan mengingat belum optimalnya rencana tata ruang wilayah perkotaannyayang mantap dengan mempertimbangkan keseimbangan antara unsur-unsur alami dan buatan. 1.5. Luaran Penelitian Luaran penelitian ini adalah sebuah model kebijakan dalam bentuk design guideline (panduan rekayasa infrastruktur hijau di Kota Malang berbasis penanganan ruang terbuka hijau untuk mewujudkan kota hijau yang sustainabel, publikasi jurnal terakreditasi atau internasional, dan buku ajar.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infrastruktur Hijau (Green Infrastructure) Prinsip-prinsip pengembangan kota yang seimbang dan berkelanjutan (eco-city) mempunyai misi untuk membangun kota-kota yang seimbang dengan alam. Konsep ini menuntut rencana penataan ruang yang sesuai dan perencanaan pembangunan infrastruktur yang mendukung keseimbangan dengan alam dalam prinsip pembangunan berkelanjutan (Roseland,
1997).
Konsep perekayasaan dan rancang bangun infrastruktur yang
berbasiskan lingkungan yang sehat dikenal dengan konsep
green infrastructure. Di
Indonesia konsep tersebut diimplementasikan dengan mengelola ruang terbuka hijau (Subadyo, 2012) Secara umum pendekatan konsep infrastruktur hijau adalah hubungan multi fungsi antara daerah terbuka termasuk taman, kebun, areal tanaman hutan, koridor hijau, saluran air, pohon-pohon di sepanjang jalan, dan daerah terbuka lainnya serta kondisi fisik lingkungan di pedesaaan maupun di perkotaan (Jongman & Pungetti, 2004). Pendekatan tersebut juga memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sumber daya alam secara lestari di masa yang akan datang (Herwirawan, 2009).
Gambar 2.1. Konsep Network pada Infrastruktur Hijau (Maryland DNR, 2000)
Prinsip dasar konsep green infrastructure adalah menghubungkan area alami yang memiliki sistem ekologis dalam luasan yang cukup dan tidak terputus (hubs) dengan menggunakan koridor alami yang membuat hubungan saling terkait antar lansekap lahan alami (Weber, 2003). Hubungan tersebut dapat membantu mengurangi hilangnya fungsi ruang terbuka karena fragmentasi. Menurut Mark A. Benedict & Edward T. McMahon (2000), infrastruktur hijau merupakan hubungan interkoneksi dari ruang terbuka yang 4
melindungi fungsi dan nilai-nilai ekosistem alam dan memberikan keuntungan bagi populasi manusia. Infrastruktur hijau menghubungkan bentangan sumberdaya alam yang sangat bervariasi sebagai cadangan ekosistem yang memiliki karakteristik alami yang dibuat dalam sistem Hubs dan Links (Benedict & McMahon, 2000; Herwirawan, 2009). Infrastruktur hijau dan infrastruktur fisik (green/grey infrastructure) sebenarnya sulit untuk dipisahkan secara tegas. Keduanya memiliki unsur-unsur yang diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia dan saling melengkapi. Kisaran antara green/grey infrastructure digambarkan oleh Davies, C. et al. (2007) dalam Herwirawan, 2009 dan Subadyo (2012) sebagai berikut:
Gambar 2.2. Konsep Kisaran green/grey infrastructure (Davies, et al. 2007 dalam Subadyo, 2012)
Infrastruktur terpadu yang sustainable, merupakan bagian dari sumber daya buatan, yang pembangunannya harus memperhatikan aspek-aspek sustainibilitas sosial yang artinya infrastruktur yang dibangun harus bermanfaat bagi masyarakat, memenuhi aspek sustainibilitas ekonomi yang artinya infrastruktur yang dibangun harus menguntungkan bagi pengembangan kawasan, serta memenuhi aspek sustainibilitas lingkungan yang artinya infrastruktur yang dibangun harus ramah lingkungan (Weber. T,2003). Infrastruktur dapat dibagi atas infrastruktur yang bersifat software (perangkat lunak), dan infrastruktur yang bersifat hardware(perangakat keras/bersifat fisik) (GTZ,2003 dalam Subadyo, 2012). Infrastruktur yang bersifat software antara lain : (1) layanan lembaga keuangan dan layanan bisnis; (2) layanan terkait kesehatan dan sosial/ kesejahteraan masyarakat; (3) kelompok-kelompok informal; (4) pasar; (5) layanan pos dan kurir; dan (6) pelatihan.
5
Sedangkan infrastruktur yang bersifat hardware (perangakat keras/bersifat fisik) pada dasarnya sangat luas dan banyak, namun secara umum terdiri dari 13 (tigabelas) komponen dengan sifat dan karakternya (Grigg, 1989 & Kodoatie,2003 dalam Herwirawan, 2009; dan Subadyo, 2012).
Dari 13 (tigabelas) komponen tersebut, dapat
lebih diperkecil pengelompokannya kedalam 7 (tujuh) grup infrastruktur yaitu: (1) grup infrastruktur air; meliputi air baku, air bersih, air kotor, air hujan dan pengendalian banjir; (2) grup infrastruktur jalan; meliputi jalanraya, jalan kota, jalan desa, dan jembatan; (3) grup infrastruktur sarana transportasi; meliputi terminal penumpang, terminal barang, jaringan rel, dan stasiun kereta api, pelabuhan laut, dan pelabuhan udara; (4) grup infrastruktur pengolahan limbah; meliputi sistem manajemen limbah padat (persampahan), dan limbah cair; (5) grup infrastruktur bangunan; meliputi bangunan produksi, bangunan pengolahan, bangunan pemasaran (pasar), bangunan fasilitas umum, dan bangunan fasilitas sosial; (6) grup infrastruktur energi; meliputi produksi dan distribusi listrik dan gas; dan (7) grup infrastruktur telekomunikasi; meliputi telepon umum/seluler, dan internet (Grigg & Fontane, 2000; Kodoatie, 2003 dalam Herwirawan, 2009; dan Subadyo, 2012). Sebagai sistem yang terdiri dari banyak komponen, maka perencanaan dan desain infrastruktur harus memperhatikan keterkaitan dan interdependensi antar komponen, beserta dampak-dampaknya. Menurut Grigg,(1988) & Suripin, (2003) dalam Herwirawan, (2009), perencanaan dan desain infrastruktur merupakan proses dengan kompleksitas tinggi, multi disiplin, multi sektor, dan multi user. Sehingga perencanaan dan desain infrastruktur tidak boleh sektoral, namun juga tidak bisa terlalu global. 2.2. Peran Tata Ruang dalam Pembangunan Infrastruktur Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan rencana tata ruang skala Kabupaten/Kota dengan muatan utama kelengkapan infrastruktur di tingkat lokal atau regional yang disesuaikan dengan karakteristik zona-zona pengembangan kawasan yang ada (Dardak, 2007). Pada tataran operasional, indikasi program yang tertuang dalam RTRWdan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) merupakan basis bagi penyusunan Rencana Induk Sektor yang menjadi dasar pengembangan infrastruktur. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur merupakan kebutuhan turunan dari perencanaan tata ruang, dimana infrastuktur merupakan unsur pembentuk struktur ruang wilayah. Dalam hal ini sistem ruang terbuka dan tata hijau merupakan komponen rancang 6
kawasan dan jaringan infrastruktur kota, yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan setelah proses rancang arsitektural
diselesaikan, melainkan juga diciptakan
sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Dalam pengembangan kawasan perkotaan yang berorientasi ekonomi, pusat-pusat kegiatan yang membentuk kota besar dan metropolitan membutuhkan jaringan infrastruktur hijau (ruang terbuka hijau) yang menjadi kekuatan pembentuk struktur ruang pada kawasan tersebut (Dardak, 2007). Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan sangat menentukan kondisi pulau bahang kota, terutama berperan dalam mengurangi gas CO2 melalui proses fotosintesis, serta dalam proses evapotranspirasi yang mempunyai pengaruh positif dalam menurunkan suhu udara (Subadyo, 2012).Fungsi dan manfaat ruang terbuka hijau perkotaan adalah sebagai rosot karbon (penyimpan karbon). Proses penyimpanan (penimbunan) karbohidrat (C6H12O6) yang terdiri dari karbon ini disebut dengan proses sekuestrasi (C-sequestration). Dahlan (2004) menyatakan bahwa dengan membangun kota kebun bernuansa hutan kota, dapat meningkatkan kesehatan lingkungan. Lebih jauh Dahlan (2004) menyatakan bahwa kondisi perkotaan dengan konsentrasi polutan udara dan suhu yang tinggi dapat ditanggulangi dengan penanaman vegetasi berupa ruang terbuka hijau. Vegetasi berfungsi dalam mengintersepsi radiasi matahari sehingga dapat menurunkan intensitas radiasi matahari di dekat permukaan. Hasil penelitian dengan pengukuran suhu udara pada 61 titik di Kota Taipei yang dilakukan Chang et al. (2007) menunjukkan bahwa suhu udara di ruang terbuka hijau 0,81 K lebih rendah dibandingkan dengan area terbuka tanpa vegetasi. Fungsi vegetasi dalam penurunan suhu udara juga dibuktikan oleh Nichol & Wong (2005) dalam penelitiannya dengan menggunakan 3D virtual reality model di Kota Hongkong. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa area perkotaan yang didominasi oleh gedung-gedung yang rendah, suhu udaranya 6°C lebih tinggi dibandingkan dengan area perkotaan bervegetasi (Rushayati, 2012). Dalam penelitian ini juga dibandingkan suhu udara di area yang mendapat bayangan (naungan) dari gedung-gedung tinggi. Suhu udara di area yang ternaungi gedung tinggi tersebut tetap lebih tinggi jika dibandingkan dengan area bervegetasi. Nichol & Wong (2005) menyimpulkan bahwa penurunan suhu udara lebih ditentukan oleh vegetasi daripada naungan gedung-gedung tinggi. Hasil penelitian Effendy (2007) menemukan bahwa model persamaan ruang terbuka hijau dan suhu udara mempunyai hubungan terbalik dimana setiap laju 7
pengurangan ruang terbuka hijau menyebabkan peningkatan suhu udara dan sebaliknya. Hal ini membuktikan bahwa ruang terbuka hijau mempunyai fungsi menurunkan suhu udara sehingga dapat memperbaiki iklim mikro (ameliorasi iklim). Pada aspek berikutnya Zhang et al. (2007) menyatakan bahwa pembatasan faktor ekologi dapat diimplementasikan berdasarkan prinsip keseimbangan ekologis, dengan tujuan untuk menghitung berapa banyak kebutuhan ruang terbuka hijau agar tercipta keseimbangan ekologis. Metode ini diimplementasikan untuk perencanaan sistem ruang terbuka hijau di Hanoi, berdasarkan analisis elemen-elemen kunci ekologis termasuk daya dukung populasi, keseimbangan karbon-oksigen, dan keseimbangan supply-demand sumberdaya air (Pham D. U., Nobukazu N. 2007 dalam Rushayati, 2012). 2.3. Konsepsi Green City Kota Hijau (green city) secara konseptual oleh Wildsmith (2009), disebut juga sebagai kota yang berkelanjutan (sustainable city) atau kota berbasis ekologi (eco-city), yaitu kota yang dalam melaksanakan pembangunan didesain dengan mempertimbangkan lingkungan sehingga fungsi dan manfaatnya dapat berkelanjutan. Sama halnya dengan Wildsmith (2009), Mori dan Christodoulou (2011) mengartikan kota hijau sebagai kota berkelanjutan, dimana dalam melakukan pembangunannya berasaskan keadilan antara generasi saat ini dengan generasi mendatang. Sebelumnya Roseland (1997) dalam Rushayati (2012) mendefinisikan kota hijau (green city) sebagai eco-city, yaitu kota yang berbasis ekologi dengan upaya seperti: (1) penataan penggunaan lahan yang memperhatikan kebutuhan RTH dan kenyamanan permukiman dan area dekat transportasi, (2) memperhatikan transportasi yang ramah lingkungan, (3) merehabilitasi lingkungan perkotaan yang rusak, (4)
mendukung
penghijauan, (5) sosialisasi daur ulang limbah, (6) menciptakan keadilan sosial dengan memberikan kesempatan pada wanita dan orang cacat, (7) mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis ekologi, (8) penghematan pemanfaatan sumberdaya alam, dan (9) meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan melalui kegiatan pendidikan lingkungan. Sedangkan menurut Lubis, J (2011) dalam Fatimah (2012), ada 8 (delapan) atribut kota hijau yang harus dipenuhi yaitu: (1) green planning and design; (2) green openspace; (3) green community; (4) green building; (5) green waste; (6) green energy; (7) green water; dan (8) green transportation/infrastructure. 8
Di Indonesia, upaya pembangunan Kota Hijau baru dimulai pada tahun 2012. Kementerian Pekerjaan Umum, melalui Direktorat Jenderal Penataan Ruang telah menggulirkan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) sebagai upaya peningkatan kuantitas dan kualitas RTH kawasan perkotaan secara nasional. Program P2KH ini merupakan insentif guna mendorong peran Pemerintah Daerah dalam mewujudkan aksi menuju terwujudnya Kota Hijau yang layak huni dan berkelanjutan. Prakarsa ini ditindak lanjuti dengan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) yang tahap pertamanya dimulai tahun 2012-2014. Fokus dari RAKH ini dibatasi pada 3 (tiga) atribut yaitu: (1) (green planning and design (menyiapkan rencana dan desain yang sensitif terhadap agenda hijau) ; (2) green open space
(perwujudan RTH kota minimal 30% dari luas total wilayah
kota/kabupaten);dan (3) green community (pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam pengembangan kota hijau). 2.3.1. Permasalahan dalam Mewujudkan Green City Menurut Rushayati (2012), tingginya laju pertumbuhan penduduk serta laju pertambahan luas lahan terbangun, menurunkan luas ruang terbuka hijau, timbulnya pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah, dan terbentuknya pulau bahang kota, merupakan faktor-faktor dalam permasalahan lingkungan perkotaan yang menjadi penghambat terwujudnya kota hijau. Pengembangan kota yang
tidak berdasarkan keberlanjutan ekologi perkotaan
mengakibatkan masalah urban heat island(UHI) semakin meningkat. Berbagai aktivitas di perkotaan menyebabkan terus meningkatnya emisi CO2
dan peningkatan suhu udara.
Berdasarkan penelitian Wang (2009) tentang analisis permasalahan perencanaan urban green space system, menemukan bahwa masalah lingkungan di Cina terjadi karena kesalahan pada level perencanaan yang tidak mementingkan lingkungan sehingga menimbulkan pemanasan di perkotaan secara signifikan Salah satu cara untuk mewujudkan kota hijau adalah dengan melakukan pembangunan berkelanjutan berbasis green growth. World Wide Fund for Nature (WWF) dan Price Waterhouse Coopers(PWC)(2011), mendefinisikan
green growth
sebagai
sebuah konsep pembangunan yang dilaksanakan dengan mengupayakan keseimbangan ekonomi, sosial, budaya serta lingkungan hidup. Konsep pembangunan berbasis green growthtersebut menurut Rushayati, (2012) dilaksanakan berdasar pada 5 (lima) pilar 9
penting yakni: (1) pertumbuhan ekonomi; (2) perbaikan kondisi sosial; (3) konservasi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan; (4) kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim; dan (5) penurunan emisi gas rumah kaca. Sedangkan dasar hukum untuk mewujudan Kota Hijau di Indonesia adalah : (1) Undang - undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; (2) Undang - undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; (3) Undang - undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change; (4) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; dan (5) Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang RAN Gas Rumah Kaca. 2.3.2. Lesson Learn Pelaksanaan Kebijakan Green City a. Swedia Elander & Lundgren (2005) dalam Rushayati (2012) menginformasikan
bahwa
kebijakan kota hijau telah diterapkan di kota-kota di Swedia (Stockholm, Goteborg, Malmo, dan Orebro). Permasalahan yang dihadapi kota-kota di Swedia adalah semakin menurunnya luas RTH menjadi bangunan, jalan, dan lahan terbangun lain akibat meningkatnya jumlah penduduk. Pencemaran udara dan material tutupan lahan perkotaan menyebabkan peningkatan abosorbsi energi panas sehingga meningkatkan suhu udara, keawanan, dan presipitasi serta menurunkan kelembaban udara serta kecepatan angin (Elander & Lundgren 2005). Secara umum keempat kota di Swedia (Stockholm, Goteborg, Malmo, dan Orebro) mempunyai sistem perencanaan hijau (green policy), melaksanakan pembangunan hijau, serta mempunyai peraturan serta personil untuk mendukung pelaksanaan pembangunan hijau meskipun pada masing-masing kota mempunyai variasi kebijakan yang berbeda-beda (Rushayati, 2012). b. Guangzhou, Cina Pemerintah kota Guangzhou telah mengadopsi konsep kota hijau dalam melaksanakan pembangunannya (Rushayati, 2012). Untuk mewujudkan kota hijau, dibuat kebijakan dengan target Kota Guangzhou sebagai kota bunga dengan menambah ruang terbuka hijau dari 37,36 km2 pada tahun 1978, meningkat menjadi 83,5 km2 pada tahun 1999. Kebijakan ini tidak efektif dalam mengatasi masalah pulau bahang kota, karena 10
RTHyang diutamakan berupa taman dengan beraneka macam bunga, dan tegakan pohon sangat kurang. Berdasarkan penelitian Weng & Yang (2004) disarankan agar kebijakan tersebut diperbaiki untuk lebih mengembangkan hutan kota karena lebih efektif dan efisien
dalam
mengatasi
pulau
bahang
kota
di
Kota
Guangzhou.
Untuk
mewujudkannya, pemerintah kemudian membuat green policypengendalianurban heat island(UHI). c. Canberra, Australia Berdasarkan laporan Brack (2002) dalam Rushayati, (2012) disebutkan bahwa sejak tahun 1990 pemerintah kota Canberra membuat kebijakan penanaman secara besarbesaran (400.000 bibit pohon). Lebih dari 50% hutan kota di Canberra berupa hutan yang selalu hijau (evergreen), pemerintah juga membuat model pengambilan keputusan yaitu program Decision Information System for Managing Urban Trees (DISMUT) yang merupakan panduan dalam manajemen hutan kota Canberra. Dalam model DISMUT dapat diprakirakan keuntungan manajemen hutan kota dari mitigasi polusi udara dan sequestrasi karbon oleh hutan kota sehingga dapat dihitung keuntungan dari penurunan konsumsi energi untuk pendinginan (AC) dan pemanas ruangan di musim dingin. d. Lisbon, Portugal Untuk mengatasi masalah urban heat island (UHI) dan penataan ventilasi udara kota, pemerintah Kota Lisbon membuat pedoman pengelolaan lingkungan yang disusun berdasarkan kepadatan lahan terbangun, kekasaran permukaan kota, serta topografi. Menurut Alcoforado et al. (2009) dalam Rushayati, (2012), penataan kota Lisbon dilakukan dengan langkah sebagai berikut : (1) mencegah peningkatan lahan terbangun di area lembah, (2) rasio antara tinggi (H) bangunan dengan lebar (D) jalan tidak lebih dari 1,(3) memaksimalkan pengembangan ruang terbuka hijau termasuk taman atap, (4) perenovasian bangunan diusahakan menggunakan warna terang serta bahan bangunan dengan absorbsi termal yang rendah, (5) membangun jalur ventilasi perkotaan berupa jalur hijau di sepanjang jalan raya serta di sekeliling batas kota, dan (6) mencegah pendirian bangunan tinggi yang paralel dengan pantai karena menahan pendinginan udara oleh penetrasi aliran udara dari arah pantai.
11
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1.Rancangan Penelitian Penelitian ini direncanakan akan menggunakan pendekatan sistem dengan menggabungkan dua metode pendekatan yaitu hard system methodologyCITYGreen 5.0, dan soft system methodology Interpretative Structural Modelling (ISM). Data primer yang akan dipersiapkan untuk penelitian ini, terdiri dari:(1) kerapatan tajuk RTH; (2)luas jenis penutupan lahan; (3) iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) di beberapa jenis RTH; dan (4) persepsi dan sikap masyarakat terhadap kondisi lingkungan mereka. Sedangkan data sekunder yang diperlukan meliputi : (1) foto udara; (2) peta-peta tematik (land use, jaringan jalan; hidrologi, jaringan SUTET, dan kawasan konservasi Air) (3) monogram; (4) luas daerah terbangun dan daerah terbuka; (5) RTRW, dan (6) Rencana Pembanguan Jangka Menengah dan Panjang (RPJMP). 3.2. Analisis Data Analisis kondisi eksisting ruang terbuka akan dilakukan dengan analisis foto udara, peta-peta tematik dan data-data statistik. Hasil analisis ini berupa: sebaran, proporsi, dan penggunaan ruang terbuka hijau. Analisis trend perkembangan penduduk dan ruang terbangun direncanakan akan dilakukan dengan analisis saturation model menggunakan model lung logistic dan analisis citra multitemporal. Analisis tersebut untuk memperoleh gambaran kebutuhan infrastruktur hijau minimal yang harus ada pada masa yang akan datang. Kedua analisis tersebut di atas, selanjutnya dipadukan untuk mengantisipasi kebutuhan infrastruktur hijau perkotaan di masa yang akan datang. Penyusunan rencana infrastruktur hijau akan dilakukan dengan analisis: foto udara, Location Question, Skalogram, standar dan kriteria English Nature Greenspaces. Kemudian dicari strategi perekayasaan infrastruktur hijau yang terbaik. Tahap implementasi model green city di kota Malang akan dilakukan pada tahun kedua (lihat gambar 3.1). 3.2.1.Analisis Kondisi Eksisting Analisis kondisi eksisting akan dilakukan dengan menggunakan foto udara, petapeta tematik, dan data statistik. Obyek-obyek yang terdapat pada peta-peta tematik dan 12
data statistik dideliniasi pada foto udara menggunakan software pengolahan data: ArcView, Global Mapper, ErDas Imagine. Hasil analisis kondisi eksisting perkotaan yag diteliti berupa peta sebaran, distribusi, proporsi, luas dan penggunaan ruang terbuka. 3.2.2. Analisis Trend Analisis trend direncanakan akan dilakukan dengan menggunakan data statistik suatu kota beberapa tahun terakhir dengan menggunakan model saturation, yaitu model dugaan untuk jangka panjang atau biasa dikenal dengan model Lung Logistik (Warpani, 1980 dan Wibisono,(2007). Selanjutnya, akan dilakukan analisis trend dari ruang built up area. Analisis menggunakan hasil interpretasi Citra SatelitQuickbird untuk beberapa tahun (multitemporal), dengan maksud untuk menghitung jumlah luasan unbuilt up areayang terkonversi menjadi built up area akibat pembangunan.Penghitungan dilakukan dengan menggunakan model pertumbuhan logistik (saturation model) . 3.3. Penyusunan Rancang Bangundan Rekayasa Infrastruktur Hijau Analisis Location Quotient (LQ) dimaksudkan untuk mengetahui infrastruktur hijau yang ada pada suatu kota berdasarkan data statistik. Selanjutnya ditentukan hierarki pelayanan lingkungan dengan melihat ada dan tidaknya infrastruktur lingkungan di wilayah tertentu dengan menggunakan data statistik kota dalam angka. Sedangkan analisis skalogram sederhana tanpa pembobotan akan digunakan untuk mengetahui hierarki wilayah dan menentukan daerah yang menjadi daerah layanan dari infrastruktur yang ada serta dapat diketahui jumlah dan jenis infrastruktur yang ada. Hierarki wilayah perkotaan akan ditentukan oleh jumlah dan jenis fasilitas lingkungan yang ada di wilayah tertentu. Analisis ini dimaksudkan untuk membantu analisis karakteristik wilayah, sehingga diketahui wilayah mana yang memiliki potensi berkembangnya suatu jenis fasilitas lingkungan atau wilayah mana yang menjadi pusat fasilitas lingkungan.Hasil tersebut selanjutnya ditelaah kembali dengan menggunakan foto udara untuk memperoleh wilayah-wilayah yang layak untuk dijadikan kawasan konservasi dan terintegrasi dengan sistem infrastruktur hijau yang akan dibuat. Selanjutnya, dilakukan analisis melalui foto udara dan peta-peta tematik, untuk menentukan obyek-obyek yang berpotensi sebagai Hubs dan Links. Analisis tersebut akan menggunakan ArcView, ErMapper, Global Mapper, ENVI, dan lain-lain. Untuk menganalisis penutupan lahan, sebaran, luasan dan sebagainya yang berkaitan dengan perhitungan dan pembuatan peta13
peta.Penentuan elemen-elemen infrastruktur hijau berdasarkan standar luasan dan letak menurut English Nature Greenspaces (Davies et al. 2006 dalam Herwirawan, (2009). Kriteria yang digunakan dalam penentuan elemen-elemen infrastruktur hijau perkotaan adalah (Herwirawan, 2009): konteks, kualitas, dan interaksi. Selain itu syarat suatu area ditetapkan sebagai hub adalah area yang terikat dalam network infrastruktur hijau dan memberikan tempat atau persinggahan untuk kehidupan satwa liar dan tempat berlangsungnya proses-proses ekologi. Hubs dapat dalam bentuk apa saja dengan berbagai ukuran, dengan klasifikasi sebagai berikut (Williamson, K. 2003 dan Herwirawan, 2009): (1) cadangan alami (reserves); (2) bentang alami yang ditata (manage native landscapes), (3) lahan untuk kegiatan usaha (working lands),; (4) taman-taman kota dan kawasan lindung (parks and open space area), dan (5) lahan terbuka yang dalam kondisi rusak, lahan tidur, bekas pertambangan, dan semak (recycled lands) yang dapat diperbaiki. Penentuan suatu area sebagai Hubs sangat tergantung oleh tujuan yang ingin diperoleh masyarakat kota (Herwirawan, 2009; dan Subadyo, 2012). Pada penelitian ini analisis kecukupan elemen infrastruktur hijau (hubs) menggunakan standar luas area yang diacu dari English Nature Greenspaces melalui teknik analisis Buffering. Sedangkan syarat Links, adalah koridor alam yangmenghubungkan sistem ekologi secara terintegrasi dan dapat membuat network infrastruktur hijau berfungsi, yang dibatasi oleh ukuran, fungsi dan kepemilikan (Williamson, K. 2003; Herwirawan, 2009). Hal lain yang perlu diperhatikan secara prinsip dalam rekayasan dan rancang bangun infrastruktur hijau perkotaan adalah adanya keharusan untuk mempertimbangkan peningkatkan kualitas lingkungan, kualitas hidup warga kota dan kualitas lokasi dengan memusatkan perhatian pada peran dan fungsi RTH, links dan network ruang terbuka tersebut. 3.4. Konseptualisasi Rancang Bangun Model Konseptualisasi rancang bangun model sebagai langkah untuk mewujudkan kota hijau akan diformulasikan dalam bentuk causal loop diagramdengan mengidentifikasi semua komponen infrastruktur hijau perkotaan yang sudah dirancang bangun, dengan terlebih dahulu dicari interelasinya. Sedangkan evaluasi model akan dilakukan dengan : (1) pengamatan kelogisan model serta membandingkannya dengan dunia nyata atau model lain yang serupa; dan (2) melakukan pengamatan perilaku model sesuai dengan perkiraan pada fase konseptualisasi model.
14
Analisis Trend: Populasi, Ruang Terbangun Perkotaan
Analisis Kondisi Eksisting Kota: Foto Udara, Peta Tematik, Data Statistik
Analisis Saturation Model Analisis Citra Multitemporal Infrastruktur Hijau Perkotaan
Peta Sebaran, Distribusi, Luas, Proporsi dan Penggunaan Ruang Terbuka
Kebutuhan Infrastruktur Hijau Perkotaan
Analisis Ketercukupan Infrastruktur Hijau Perkotaan berdasarkan: Analisis Foto Udara, LQ, Skalogram, Kawasan Konservasi Air, Kriteria dan Standar English Nature Greenspaces
Formulasi Konseptual Infrastruktur Hijau
Penyelidikan Lapangan, Field Review, Dokumentasi
Rekayasa Infrastruktur Hijau Berbasis RTH dan UHI Tahun Pertama Tahun Kedua
Pendekatan Sistem Interpretative Structural Modelling
Valuasi Ekologi Kota CITYGreen 5.0 Konseptualisasi Permodelan Kota Hijau berdasarkan Infrastruktur Hijau
Pengembangan dan Pembangunan Green City
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
15
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN 4.1. Anggaran Biaya Ringkasan anggaran biaya penelitian ini tersaji pada tabel berikut. Biaya yang Diusulkan (Rp x 1000) No
Jenis Pengeluaran Tahun 1 Rp. 28.300.000,Rp. 15.000.000,Rp. 32.052.500,Rp. 14.450.000,Rp. 7.500.000,Rp. 97.302.500,Rp. 195.305.000,-
1. Honor tim peneliti 2. Peralatan 3. Bahan habis pakai 4. Perjalanan 5. Lain-lain Jumlah Jumlah Keseluruhan
Tahun 2 Rp. 28.300.000,Rp. 14.700.000,Rp. 32.052.500,Rp. 14.450.000,Rp. 8.500.000,Rp. 98.002.500,-
4.2. Jadwal Penelitian TAHUN I : Rancang Bangun Infrastruktur Hijau Perkotaan Untuk Pengembangan Green City di Kota Malang
No.
Bulan
Kegiatan 1
1.
Persiapan/pengurusan ijin
2.
Pemantapan rancangan penelitian melalui eksplorasi teori dan Kajian Pustaka
3.
Penghimpunan data sekunder dan penggambaran obyek
4.
Survey , observasi lapang dan Analisis data
5.
Sintesis perencanaan dan desain model konseptual Rekayasa Infrastruktur Hijau Perkotaan
5.
Seminar hasil
6.
Penyusunan laporan dan publikasi ilmiah
2
16
3
4
5
6
7
8
9
10
TAHUN II : Rancang Bangun Infrastruktur Hijau Perkotaan Untuk Pengembangan Green City di Kota Malang No.
Kegiatan
Bulan 1
1.
Persiapan/pengurusan ijin
2.
Pengujian model rekayasa dan perencanaan infrastruktur hijau perkotaan
3.
Revisi model rekayasa dan perencanaan infrastruktur hijau perkotaan
4.
Desain model Kota hijau berdasarkan rekayasa dan perencanaan infrastruktur hijau
5.
Seminar hasil
6.
Penyusunan laporan dan publikasi di jurnal ilmiah
2
3
4
5
6
7
8
9
10
DAFTAR PUSTAKA Benedict, M.A. & McMahon, E.T. 2000. Green infrastructure: Smart Conservation for 21th Century. The Conservation Fund. Sprawl Watch Clearinghouse 1400 16th, St.NW, Washington DC. Dardak, H., 2007. Pembangunan Infrastruktur Secara Terpadu dan Berkelanjutan Berbasis Penataan Ruang. Makalah. Departemen Pekerjaan Umum.Jakarta. Davies, C., MacFarlane, R., McGloin, C., Roe, M. 2004. Green Infrastructure Planning Guide Version 1.1. North Humbria University, U.K. Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.6 Tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2007. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.Jakarta. Dong, S. et al. 2007. Problems and Strategies of Industrial Transformation of China's Resource-based Cities. China Population, Resources And Environment Volume 17, Issue 5. China. Fatimah, IS., 2012. Rancang Bangun Sistem Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Untuk Pembangunan Kota Hijau. Disertasi SP PSL IPB Bogor.
17
Herwirawan FX. 2009. Analisis Struktur Ruang dalam Pengembangan Infrastruktur Hijau di Kota Depok. Tesis. SP PSL IPB Bogor. Jongman R.H.G. dan Pungetti, G. 2004. Ecological networks and greenways; concept, design, implementation(Cambridge, Cambridge University Press). Kyushik, O,et al. 2004. Determining Development Density Using the Urban Carrying Capacity Assessment System. Department of Urban Planning, Hanyang University, Seoul National University, Korea Environment Institute. Seoul. Republik Korea Larcombe, G. et al. 2003. Regional Infrastructure: New Economic Development Opportunities For The Hunter,Illawarra And Western Sydney Regions. Australian Business Foundation Economic Infrastructure Project 140 Arthur St, North Sydney, NSW 2060 Oh, K., Jeong, Y., Lee, D., Lee, W., 2002. An integrated framework for the assessment of urban carrying capacity. Journal Korea Plan. Assoc. 37 (5), 7–26. Korea. Pham D. U., Nobukazu N. 2007. Application of land suitability analysis and landscape ecology to urban greenspace planning in Hanoi, Vietnam. Rushayati, SB.2012. Model Kota Hijau di Kabupaten Bandung Jawa Barat. Disertasi SP PSL IPB Bogor. Roseland, M. 1997. Dimensions of The Eco-city. J. Vol.14, No.4,pp.197-202. Elsevier Science Ltd, Great Britain. Rodiek, J. 2007. Protecting ecosystems and open spaces in urbanizing environments. Department of Landscape Architecture and Urban Planning, College of Architecture, Texas A&M University, College Station, USA. Skarback, E. 2007. Urban forests as compensation measures for infrastructure development. Department of Landscape Planning, Swedia. www.elsevier.de/ufug Subadyo. A T. 2012. Desain Pembangunan Infrastruktur Terpadu yang Sustainable untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan Poncokusumo. Penelitian Hibah Bersaing DP2M Dikti. Subadyo, A.T. 2012.Eksistensi Infrastruktur dan Performansi Kemandirian Kawasan Agropolitan Poncokusumo. Makalah Simposium Nasional Ke 11, Inovasi Teknologi Industri, Rancang Bangun dan Rekayasa Teknik, 18 Desember 2012. Warpani, S. 1980. Analisis Kota dan Daerah. Institut Teknologi Bandung. Weber, T. 2003. Maryland Green Infrastructure Assessment: A Comprehensive Strategy for Land Conservation and Restoration. Maryland Department of Natural Resources Watershed Services Unit. Annapolis. Williamson, K., 2003. Growing with Green Infrastructure. Heritage Conservancy, Department of Community and Economic Development. Pennsylvania. Zhang, L., Liu, Q., Hall, N.W., Fu, Z., 2007. An environmental accounting framework applied to green space ecosystem planning for small towns in China as a case study. Journal Ecological Economics 60, 533–542.
18
Lampiran 1. JUSTIFIKASI ANGGARAN 1. HONOR Honor
Honor/Jam (Rp)
Ketua Peneliti Anggota Peneliti 1 Anggota Peneliti 2 Enumerator 1(mhs) Enumerator 2(mhs) Enumerator 3(mhs) Enumerator 4(mhs) Enumerator 5(mhs) Draftman 1 (mhs) Draftman 2 (mhs) 2. PERALATAN Material
Digital Scale (sewa – 4 bulan) GPS Garmin (sewa – 4 bulan) Plotter (sewa – 3 bulan) Software Arc View Global Mapper Software CITYGreen Aplikasi ESRI’s ARCpad Aplikasi Interpretative Structural Modelling Schetboard
27.500,20.000,20.000,7.500,7.500,7.500,7.500,7.500,10.000,10.000,-
Justifikasi Pemakaian
Waktu Minggu (jam /minggu) 10 36 10 36 10 36 10 8 10 8 10 8 10 8 10 8 10 16 10 16 Sub Total (Rp) Kuantitas
9.900.000,7.200.000,7.200.000,600.000,600.000,600.000,600.000,600.000,1.600.000,1.600.000,28.300.000,-
Pengolah gambar peta Penentuan koordinat obyek Pencetakan gambar Delinasi gambar dan peta
2 buah 2 buah
200.000,-
1.600.000,-
1.600.000,-
1 buah
500.000,-
1.500.000,-
1.500.000,-
1paket
5.000.000,-
5.000.000,-
-
Analisis fungsi lingkungan Groundcheck lapangan Analisis permodelan sistem
1paket
5.000.000,-
-
5.000.000,-
1paket
5.000.000,-
5.000.000,-
-
1paket
5.000.000,-
-
5.000.000,-
Pencataan dan sketsa data lapang
6 buah
50.000,-
300.000,-
-
Sub Total (Rp)
15.000.000,-
14.700.000,-
Kuantitas
Kertas HVS A4
5 rim
Harga Satuan (Rp) 32.500,-
5 rim 2 boks
CDRW Blank
9.900.000,7.200.000,7.200.000,600.000,600.000,600.000,600.000,600.000,1.600.000,1.600.000,28.300.000,-
Harga Satuan (Rp) 200.000,-
3. BAHAN HABIS PAKAI Material Justifikasi Pemakaian
Kertas HVS A3
Honor per Tahun Tahun I Tahun II
Penulisan laporan Penulisan laporan Penyimpanan
Harga Peralatan Penunjang (Rp) Tahun I Tahun II 1.600.000,1.600.000,-
Biaya per Tahun (Rp) Tahun I Tahun II 162.500,-
162.500,-
40.000,-
200.000,-
200.000,-
100.000,-
200.000,-
200.000,-
Kertas Kalkir Alat tulis Blocknote Stopmap Kertas Kertas Glossy Cardtrige Black Cardtridge Color External hard disk Searching internet Fotocopy data Peta Digital Citra Quickbird resolosi 10 m (LAPAN) Updating Citra Quickbird (LAPAN) Foto Udara Citra Iconos resolusi 30 m(LAPAN) Updating Foto Udara Citra Iconos(LAPAN) Peta Rupa Bumi (Bakosurtanal) Peta Tematik (Bappeko) Digitasi Peta – peta Tematik Dokumen RTRW Dokumen RTRHK Peta Garis Kawasan RTH (BPN) Digitasi Peta Garis Kawasan RTH
data Penggambaran DED Pencatatan Pencatatan Pencatatan Preview dan presentasi Pencetakan laporan Pencetakan laporan Penyimpanan dokumen Kelengkapan data Penggandaan Data dasar tutupan lahan perkotaan
5 roll
100.000,-
500.000,-
500.000,-
1 set 5 buah 1 dos 1 dos
150.000,20.000,40.000,200.000,-
150.000,100.000,40.000,200.000,-
150.000,100.000,40.000,200.000,-
3 set
300.000,-
900.000,-
900.000,-
2 set
300.000,-
600.000,-
600.000,-
1buah
500.000,-
500.000,-
500.000,-
Lumpsum
500.000,-
500.000,-
500.000,-
Lumpsum 1set kota
1.000.000,5.000.000,-
1.000.000,5.000.000,-
1.000.000,-
Penyempurnaan data dasar
1set kota
5.000.000,-
-
5.000.000,-
Data dasar perpetaan ruang perkotaan Penyempurnaan data dasar
1set kota
5.000.000,-
5.000.000,-
-
1set kota
5.000.000,-
-
5.000.000,-
Data dasar rupa bumi perkotaan Data land use perkotaan Penyempurnaan data dasar Data ruang terbuka perkotaan Data dasar ruang terbuka hijau perkotaan Data dasar kontour
5 kawasan kecamatan 5 kawasan kecamatan 5 kawasan kecamatan 1set
1.000.000,-
5.000.000,-
5.000.000,-
1.000.000,-
5.000.000,-
-
1.000.000,-
-
5.000.000,-
1.000.000,-
1.000.000,-
1.000.000,-
1set
1.000.000,-
1.000.000,-
1.000.000,-
5 kawasan kecamatan
1.000.000,-
5.000.000,-
-
Penyempurnaan data dasar
5 kawasan kecamatan
1.000.000,-
-
5.000.000,-
Sub Total (Rp) 32.052.500,3. PERJALANAN Material
Justifikasi Perjalanan
Kuantitas
Harga Satuan (Rp)
32.052.500,-
Biaya per Tahun (Rp) Tahun I Tahun II
Transportasi lokal 3 orang Peneliti (kota Malang dan sekitarnya) Transportasi lokal 5 orang Surveyor Konsumsi 5 orang Surveyor di lapangan Transportasi Pemetaan Hubs dan Link Perjalanan presentasi hasil pada Seminar Nasional Perjalanan presentasi hasil pada Seminar Pemantauan 5. LAIN-LAIN Kegiatan
Administrasi dan perijian Penggandaan dan penjilidan laporan Seminar Hasil di Institusi internal Presentasi di Seminar Nasional Sosialisasi hasil rancang bangun ke stakeholder Publikasi di Jurnal Nasional Publikasi di Jurnal Internasional terindex Scopus
Pengambilan data primer di lapangan
2 kali
200.000,-
1.200.000,-
1.200.000,-,-
Pengambilan data primer di lapangan Pengambilan data primer di lapangan Verifikasi ruang terbuka di lapangan Presentasi hasil pada forum ilmiah
3 kali
200.000,-
3.000.000,-
3.000.000,-
3 kali
750.000,-
2.250.000,-
2.250.000,-
5 kawasan kecamatan
1.000.000,-
5.000.000,-
5.000.000,-
1 kali
1.500.000,-
1.500.000,-
1.500.000,-
Presentasi hasil pada monev kelayakan
1 kali
1.500.000,-
1.500.000,-
1.500.000,-
Sub Total (Rp)
14.450.000,-
14.450.000,-
Justifikasi
Kuantitas
Surat menyurat dan pengurusan ijin riset Arsip lembaga
Lumpsum
Harga Biaya per Tahun (Rp) Satuan Tahun I Tahun II (Rp) 500.000,500.000,-
5 ekp
100.000,-
500.000,-
500.000,-
Diseminasi ke sejawat Diseminasi hasil secara oral pada forum ilmiah Diseminasi hasil ke end user
1 kali
500.000,-
500.000,-
500.000,-
1 kali
2.000.000,-
2.000.000,-
-
1 kali
1.500.000,-
1.500.000,-
1.500.000,-
Diseminasi hasil
1 kali
2.500.000,-
2.500.000,-
-
Diseminasi hasil
1 kali
6.000.000,-
-
6.000.000,-
Sub Total (Rp)
7.5000.000,-
8.500.000,-
97.302.500,-
98.002.500,-
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SETIAP TAHUN (Rp) TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUH TAHUN (Rp)
195.305.000,-
Lampiran 2: DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN Penelitian ini direncanakan akan didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang ada pada Pusat Studi Tata Lingkungan dan Bentang Alam (Peta Rupa Bumi, Peta Tematik,
Peta Topografi, Peta Genangan, RTRK Kawasan, RDTRK, RTRW Kota
Malang, Digital Map, dan lain-lain) , Laboratorium Kota dan Permukiman Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang dan Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil Universitas Merdeka Malang.
Lampiran 3. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS No
Nama / NIDN
Dr. Ir..A. Tutut Subadyo, MSIL 0702095501
Instansi Asal
Bidang Ilmu
Alokasi Waktu (jam/minggu)
Universitas Merdeka Malang
Arsitektur Lingkungan dan Bentang Alam
10 jam
Uraian Tugas
Merancang instrumen penelitian, menyusun konsep kajian tentang infrastruktur hijau perkotaan . Menyusun kuesioner dan melakukan interview. Menganalisis eksistensi kota dg metoda LQ serta menganalisis dan measuring menggunakan Art View untuk digitasi peta-peta tematik, RBI dan landsat kota berdasarkan kriteria English Nature Greenspace. Memandu diskusi dengan expert serta measuring ruang terbuka hijau baik dalam bentuk hubs maupun links.
2
Dr. Ir.H.Tonny Suhartono, MSA. 0702095501
Universitas Merdeka Malang
Sosiologi Perkotaan
10 jam
Menganalisis pertumbuhan penduduk salah satu perkotaan di Indonesia pada masa
yang akan datang Membantu menyusun analisis sistem lingkungan dengan program Global Mapper dan Erdas Image dan menyiapkan gambar teknik piktorial dan peta tematik dan membantu analisis standar pelayanan minimum (SPM) dan design criteria (DCA) Ir. Achmad Fadillah, MT. 0715076102
Universitas Merdeka Malang
Rekayasa Transportasi
10 jam
Membantu merancang instrumen penelitian, menyusun konsep kajian tentang keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan. Membantu melakukan interview dan field review. Menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD) dengan, key person pemangku kepentingan dan expert. Memandu measuring dan kalkulating satuan muatan penumpang koridor hijau jalan di perkotaan baik dalam bentuk hubs maupun links.
Lampiran 4: NOTA KESEPAHAMAN MOU (dalam proses)
Lampiran 5: BIODATA KETUA PENELITI A.Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Lengkap Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal lahir Email Nomor Telepon/Faks/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks/ Lulusan yang Telah Dihasilkan Mata Kuliah yang Diampu
Dr. Ir. H. A. Tutut Subadyo, MSIL. Laki-laki Lektor Kepala / 4 c 581/FT 0709025501 Cepu, 9 Pebruari 1955
[email protected] 0341 717318 Jl. Terusan Raya Dieng No. 62 – 64 Malang 0341 584293 Fax 0341 564994 S1 = >75 orang; S2 = -; S3: 1. Arsitektur Lingkungan 2. Studio Perancangan Arsitektur V 3. Perencanaan dan Perancangan Tapak
B. Riwayat Pendidikan Strata PT Nama Tinggi
S-1 Perguruan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Bidang Ilmu Arsitektur Tahun Lulus 1986 Judul Skripsi Perancangan Flat /Thesis/Disertasi Glass Factory di Kudus
Nama Pembimbing/Promotor
Prof. Ir. Sidharta, IAI. Ir. Wiranto, MS. Arch.
S-2 S-3 Universitas Indonesia Institut Teknologi (UI) Jakarta Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Ilmu Lingkungan Arsitektur 1997 2011 Dampak Pantulan Lansekap Koridor Radiasi Matahari dari Jalan di Perkotaan Gedung-gedung Sebagai Pembentuk Berdinding Kaca Nilai Lingkungan. Refleksi Terhadap Kasus Kota Malang Lingkungan Sekitarnya. Kasus Kota Jakarta Dr.Ing Ir. Bianpoen. Prof. Ir. Happy Ratna Dr. Bambang Santosa, MSc., Ph.D. Dr. Ing. Ir. Bambang Soegijono, M. Phil, Soemardiono. DEA.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir No Pendanaan Tahun Judul Penelitian Sumber Jml (Juta Rp) 1 2009 Model Konseptual Pengelolaan PHB - DP2M 30 Lansekap Ekowisata Melalui Pendekatan Kualitas Visual dan Lingkungan Pada Tepian Sungai Brantas Kota Malang (Ketua Peneliti). 2 2010 Model Peningkatan Estetika Visual PHB - DP2M 42 Koridor Wisata Gunung Bromo
3
2011
4
2011
5
2012
6
2013
Berdasarkan Diagnosa Hazard Landcape (Ketua Peneliti). Konsep Pengendalian Space Use dan Dinamika Polanya Menuju Pembangunan Kota Ekologis Yang Sustainable : Kasus Kota Malang (Ketua Peneliti).. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pantai di Koridor Jalur Lintas Selatan (JLS) Jawa Timur ; Segmen Balekambang – Sendang Biru (Anggota Peneliti). Desain Pembangunan Infrastruktur Terpadu yang Sustainable Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Poncokusumo Malang (Ketua Peneliti). Desain Pembangunan Infrastruktur Terpadu yang Sustainable Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Poncokusumo Malang (Ketua Peneliti). Lanjutan – on going
PF - DP2M
32
PHB, DP2M
40
PHB – DP2M
35
PHB – DP2M
50
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
1
2011
Supervisi Pengembangan Inkubator Pedesaan Berbasis Kawasan di Jawa Timur
2
2012
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Rumah Potong Hewan di Kota Batu
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp) Bapemas Propinsi Jawa Timur Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu
85
27
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No
Judul Artikel
1
Kualitas Estetika Visual Lansekap Koridor Jalan Dalam Kota – Pinggiran Kota (Kasus Kota Malang). Evaluasi Sumberdaya Pariwisata, Perikanan dan Konservasi di Pulau RaniSupiori-Papua.
Jurnal Ilmu-ilmu Teknik Diagonal
Penilaian Estetika Visual Lansekap Koridor Jalan Di Kawasan Civic Center ‘Tugu – Alun-alun Bunder’ Kota Malang
Jurnal Tesa Arsitektur Vol.7. No.1. Juni 2009, Hal. 16 – 25, ISSN 1410 – 6094.
2
3
Nama Jurnal
Jurnal Teknologi dan Manajemen Informatika.
Volume/ Nomor/Tahun Volume 8 Nomor 2/ Juni 2007. p: 25 – 37. ISSN : 1410 – 8186. Volume 54 Nomor 3 Desember 2007. p: 442 -452. ISSN : 16936694. Vol.7. No.1. Juni 2009, Hal. 16 – 25, ISSN 1410 – 6094.
F.Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir No 1
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Seminar Nasional Eco Urban Design.
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
Pemanfaatan Lansekap Koridor Jalan Untuk Perancangan Kota Ekologis.
Jurusan PWK - FT Undip Semarang, 23 Oktober 2008. Faculty of Engineering University of Malahayati Bandar Lampung, April, 15 17, 2009. FTSP – ITN Malang, Malang 15 Juli 2010.
2
Second Annual International Conference on Green Technology and Engineering (ISGE).
Quality of Visual Aesthetic of Tree on Street Corridor Landscape (Case in Malang).
3
Seminar Nasional Teknologi Ramah Lingkungan Seminar Regional Kota Masa Depan. Simposium Nasional Ke 10 Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
Kualitas Ecological Aesthetic Lansekap Koridor Jalan di Kota Malang. Perancangan Kota Ramah Lingkungan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pantai di Koridor jalur Lintas Selatan (JLS) Jawa Timur : Segmen Balekambang – Sendang Biru Optimasi Potensi Artefak Budaya pada Koridor Sungai Musi Untuk Pengembangan Kawasan Wisata Sejarah di Kota Palembang Eksistensi Infrastruktur dan Performansi Kemandirian Kawasan Agropolitan Poncokusumo.
4 5
6
7
Seminar Nasional “ Palembang Masa Lalu, Kini dan Masa Mendatang” Simposium Nasional Ke 11, Inovasi Teknologi Industri, Rancang Bangun dan Rekayasa Teknik
Unmer Malang. 24 Nopember 2010. UMS Surakarta, 13 Desember 2011.
Universitas Sriwijaya Palembang, 17 Nopember 2012. UMS Surakarta, 18 Desember 2012.
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir No 1 2 3 4
Judul Buku Kawasan Wisata Bahari : Konsep dan Kasus Aspek Tata Ruang Dalam Pengelolaan Lingkungan Pengantar Arsitektur Tanggap Gempa Lansekap Kultural dan Spatial Arsitektural Desa Pakraman
Tahun 2005
Jumlah Halaman 600
2007
300
2009
124
2011
340
Penerbit Unmer Press; ISBN 9793134-12-7 Bayu Media; ISBN 9799513-08-5 Unmer Press; ISBN 9793134-20-8 Unmer Press; ISBN 9793134-24-0
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 Tahun Terakhir No -
Judul/Tema HKI -
Tahun -
Jenis -
Nomor P/ID -
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial lainnya dalam 5 Tahun Terakhir No -
Judul/Tema /Jenis Rekayasa Sosial lainnya yang Telah Diterapkan -
Tahun -
Tempat Penerapan -
Respon Masyarakat -
J. Penghargaan Dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No 1
Jenis Penghargaan -
Institusi Pemberi Penghargaan -
Tahun -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitan Unggulan Perguruan Tinggi. Malang, 16 April 2013 Pengusul,
(Dr. Ir. H. A. Tutut Subadyo, MSIL).
BIODATA ANGGOTA PENELITI A.Identitas Diri 1 2 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Lengkap Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal lahir Email Nomor Telepon/Faks/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks/ Lulusan yang Telah Dihasilkan Mata Kuliah yang Diampu
Dr. Ir. H. Tonny Suhartono, MSA. Laki-laki Lektor Kepala / 4 a 467/FT 0723115801 Malang, 23 Nopember 1958 tony_shrtno@ yahoo.com 0341 714139 / 08123596464 Jl. Terusan Raya Dieng No. 62 – 64 Malang 0341 584293 Fax 0341 564994 S1 = > 50 orang; S2 = -; S3: 1.Ilmu Sosial Budaya Dasar 2. Azas Perencanaan dan Perancangan Kota 3.Studio Perancangan Arsitektur III
B. Riwayat Pendidikan Strata PT Nama Tinggi
S-1 Perguruan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang Bidang Ilmu Arsitektur Tahun Lulus 1986 Judul Skripsi Pusat Lingkungan di /Thesis/Disertasi Bunulrejo, Malang
Nama Pembimbing/Promotor
Ir. Riwanto Ir. Chairil Budianto
S-2 Institut Teknologi Bandung (ITB)
S-3 Universitas Merdeka Malang
Arsitektur 1992 Analisa Tata Ruang dan Karakter di Pusat Kota Malang – Aplikasi Matra Kinerja ”Sense” Kevin Lynch. Ir. Zaenudin Kartadiwirya, M.Arch. Dr. Ir. Iwan Sudrajat, MSA. Ir. Baskoro Tedjo, MSIB.
Ilmu Sosial 2011 Modal Sosial dalam Pemnfaatan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Kota Malang Prof. Dr. Agus Sholahudin, MS. Prof. Ir. Respati Wikantiyoso, MSA., Ph.D-
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir No 1
Tahun 2006
2
2007
3
2008
4
2009
Judul Penelitian Analisa Perkembangan Kawasan Industri di Kecamatan Blimbing Kota Malang (Ketua Peneliti), Modal Sosial Dalam Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Kota Malang, Studi Fenomenologi di Perumnas Sawojajar (Ketua Peneliti). Modal Sosial Masyarakat Sebagai Pendukung Pelestarian Ruang Terbuka Hijau Kota(Ketua Peneliti). Rasionalitas dan Makna Ruang Terbuka Hijau Kota Dalam Meningkatkan Modal
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp) Lemlit Unmer 5 Malang Lemlit Unmer Malang
5
Lemlit Unmer Malang
5
Hibah A2Arsitektur
10
5
2011
Sosial Masyarakat(Ketua Peneliti) Konsep Pengendalian Space Use dan Dinamika Polanya Menuju Pembangunan Kota Ekologis Yang Sustainable : Kasus Kota Malang (Anggota Peneliti)..
PF - DP2M
32
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun 1
2008
2
2010
3
2012
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp)
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Perancangan Gedung Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang. Wakil Ketua Pengurus PASI Kota Malang Perancangan dan Pembangunan Mesjid Al Ikhlas RW XI Kelurahan Madyopuro Kota Malang.
Yayasan YPTM Malang KONI Kota Malang Takmir Masjid Al Ikhlas
100 300
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No -
Judul Artikel -
Nama Jurnal -
Volume/ Nomor/Tahun -
F.Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir No 1
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Seminar Nasional Arsitektur
2
Seminar Nasional: IAI
3
Seminar Nasional Unmer Malang
4.
Seminar Nasional Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Seminar Nasional
5
4.
Seminar Nasional Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan
Judul Artikel Ilmiah Arsitektur Tradisional sebagai Strategi Menuju Tercapainya Arsitektur Nusantara. Tinjauan Sejarah dan Teori Arsitektur. Modal Sosial masyarakat sebagai Pendukung Pelestarian Ruang Terbuka Hijau Kota Modal Sosial dalam Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Kota Malang. Studi Kasus RTH Lingkungan Sawojajar Modal Sosial dalam Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Kota Malang. Studi Kasus RTH Lingkungan Sawojajar: Tinjauan Arsitektur Kota Modal Sosial dalam Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Lingkungan di Kota Malang. Studi Fenomenologis di Perumnas Sawojajar Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Modal Sosial dalam Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Kota Malang. Studi Kasus RTH Lingkungan Sawojajar: Tinjauan
Waktu dan Tempat Lab. Perkembangan Arsitektur Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya. 2008. Malang, Desember 2008. Universitas Merdeka Malang. 2009.
ITN Malang, 15 Juli 2010.
Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum . Bandung. 2011
ITN Malang, 15 Juli 2010.
Berkelanjutan.
Arsitektur Kota
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir No 1. 2.
Judul Buku
Tahun
Symbolic Clasification The Concept of Function in Twentieth Century Architecture Critism
2005 2006
Jumlah Halaman 80 100
Penerbit JUTA Unmer Malang JUTA Unmer Malang
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 Tahun Terakhir No -
Judul/Tema HKI -
Tahun -
Jenis -
Nomor P/ID -
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial lainnya dalam 5 Tahun Terakhir No -
Judul/Tema /Jenis Rekayasa Sosial lainnya yang Telah Diterapkan -
Tahun -
Tempat Penerapan -
Respon Masyarakat -
J. Penghargaan Dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No
Jenis Penghargaan
-
-
Institusi Pemberi Penghargaan -
Tahun -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitan Unggulan Perguruan Tinggi. Malang, 16 April 2013 Pengusul,
( Dr. Ir. H.Tonny Suhartono, MSA).
BIODATA ANGGOTA PENELITI A.Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Lengkap Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal lahir Email Nomor Telepon/Faks/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks/ Lulusan yang Telah Dihasilkan Mata Kuliah yang Diampu
Ir. Achmad Fadillah, MT. Laki-laki Lektor Kepala / 4 a 314/FT 0702015701 Tarakan, 02 Januari 1957
[email protected] 0341 321658 / 081336058945 Jl. Terusan Raya Dieng No. 62 – 64 Malang 0341 584293 Fax 0341 564994 S1 = > 50 orang; S2 = -; S3: 1. Geometri dan Struktur Perkerasan Jalan 2. Sistim Transportasi 3.Teknologi Bahan Konstruksi
B. Riwayat Pendidikan Strata PT Nama Tinggi
Perguruan
Bidang Ilmu Tahun Lulus Judul Skripsi /Thesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
S-1 S-2 Universitas Merdeka Institut Teknologi Malang Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Teknik Sipil Sipil Transportasi 1985 2001 Studi Perencanaan Pola Distribusi Spilway Bendungan Angkutan Kota Kuncir Kabupaten Berdasarkan Data Nganjuk Naik Turun Penumpang Di Kota Malang Ir. Mahmud, Dipl., HE Prof. Ir. Pinardi Kustalam, M.Sc
S-3 -
-
-
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir No 1.
Tahun 2011
2.
2010
3.
2009
Judul Penelitian Analisis Kestabilan Lereng Serta Alternatif Penanggulangannya Akibat Perubahan Tekanan Air Pori Pada Lereng Analisis Kestabilan Lereng Serta Alternatif Penanggulangannya Akibat Perubahan Tekanan Air Pori Pada Lereng Analisis Kestabilan Lereng Serta Alternatif Penanggulangannya Akibat Perubahan Tekanan Air Pori Pada Lereng
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp) PHB – DP2M DIKTI 35 Tahun 3 PHB – DP2M DIKTI 23 Tahun 2 PHB – DP2M DIKTI 37 Tahun 1
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakatdalam 5 Tahun Terakhir No Pendanaan Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarkat Sumber Jml (Juta Rp) 1
2010
2
2011
3
2011
Unmer Malang
Pembangunan Gorong-Gorong Di Desa Pager Wojo Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar Memaksimalkan Kebersihan Lingkungan Melalui Pemanfaatan Drainase Pengawas Pembangunan Di Lingkungan Masjid Khadijah Malang (Menara)
15
Kota Malang
-
Yayasan Masjid Khadijah Malang
250
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No 1
Judul Artikel
Nama Jurnal
Pengaruh Perkuatan Dengan Jurnal Ilmu-ilmu Penjangkaran Konfigurasi Segi Enam Teknik, LPPM, Unmer Terhadap Kestabilan Lereng Malang
Volume/ Nomor/Tahun Volume XII, No. 2 / Desember 2011. p: 1 – 10. ISSN : 1410 – 7295.
F.Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir No
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
-
-
-
-
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir No
Judul Buku
Tahun
Jumlah Halaman
Penerbit
-
-
-
-
-
H. Perolehan HKI dalam 5 Tahun Terakhir No -
Judul/Tema HKI -
Tahun -
Jenis -
Nomor P/ID -
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial lainnya dalam 5 Tahun Terakhir No -
Judul/Tema /Jenis Rekayasa Sosial lainnya yang Telah Diterapkan -
Tahun -
Tempat Penerapan -
Respon Masyarakat -
J. Penghargaan Dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No
Jenis Penghargaan
-
-
Institusi Pemberi Penghargaan -
Tahun -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitan Unggulan Perguruan Tinggi. Malang, 16 April 2013 Pengusul,
( Ir. Achmad Fadillah, MT).
Lampiran 6. SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI