Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA Aan Zainal M1), Udisubakti Ciptomulyono2) dan I K Gunarta3) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo, Surabaya, 60117, Indonesia e-mail: 1)
[email protected] 2,3) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1)
ABSTRAK Ketergantungan masyarakat yang sangat mengandalkan migas mulai dicarikan alternatifnya oleh pemerintah mengingat cadangannya yang semakin menipis. Salah satu cara yang telah dilakukan pemerintah adalah diversifikasi sumber energi dengan banyak mencari dan melakukan riset tentang energi terbarukan. Salah satu sumber energi tersebut adalah energi geotermal. Tujuan penelitian ini adalah memberikan saran dan masukan baik bagi pemerintah dan pihak swasta yang ingin mengembangkan industri geotermal di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner ke berbagai ahli dan perhitungan menggunakan bantuan software Expert Choice 11. Dari hasil penelitian didapat bahwa pada aspek regulasi, masalah utama adalah kepastian hukum. Pada aspek infrastruktur adalah masalah aksesibilitas, pada aspek citra permasalahan utama adalah dukungan kebijakan dan pengembangan tata ruang dan wilayah. Pada aspek penduduk, masalah utama adalah kondisi masyarakat terhadap program pengembangan energi geotermal, pada aspek daya tarik adalah biaya operasional, pada aspek teknologi adalah masalah lifetime serta masalah konstruksi pada aspek risiko. Setelah perhitungan dengan Expert Choice selesai, selanjutnya dilakukan analisis internal-eksternal untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan SWOT dan yang terakhir adalah mengembangkan strategi dari analisis tersebut dengan disertai follow up strateginya. Kata kunci: Energi Geotermal, Expert Choice, SWOT, Strategi.
PENDAHULUAN Energi adalah motor penggerak perekonomian suatu bangsa. Bangsa yang maju akan memiliki tingkat konsumsi energi yang tinggi dan semakin bergantung energi untuk menjalankan perekonomiannya. Tingkat konsumsi energi suatu negara juga bergantung kepada pertumbuhan ekonomi, populasi penduduk dan gaya hidup dalam menggunakan energi (Nugroho, 2011). Meskipun secara global pada tahun 2011 kondisi perekononomian global sedang mengalami perlambatan akibat krisis utang Eropa, namun ekonomi nasional mampu bertahan dari pengaruh krisis tersebut. Indikatornya adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi hingga 6,5% yang merupakan angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir disertai realisasi inflasi pada angka 3,79% yang jauh dibawah target inflasi yang ditetapkan dalam APBNP 2011 sebesar 5,65%. Pertumbuhan tersebut juga didukung dengan perbaikan pertumbuhan investasi, ekspor, konsumsi rumah tangga dan penurunan tingkat kemiskinan (KESDM, 2012). Sektor energi setiap tahun selalu mengalami tantangan dalam pemanfaatan bahanbakar fosil khususnya minyak yang terus menunjukan peningkatan konsumsi. Di saat yang bersamaan, produksi minyak bumi tidak sebesar pada tahun sebelumnya dan pemanfaatan ISBN: 978-602-70604-2-5 A-6-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
batu-bara dan gas dalam negeri masih terbatas serta pengembangan energi baru dan terbarukan masih belum maksimal. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan dari sisi supply sehingga volume impor semakin bertambah banyak (KESDM, 2012). Kedaulatan energi juga penting agar tidak terlalu menggantungkan diri dengan mengandalkan impor dari negara asing yang akhirnya merugikan negara sendiri. Salah satu permasalahan yang dihadapi pemerintah saat ini adalah semakin terbatasnya cadangan energi fosil yang akan berdampak terhadap kebijakan pemerintah baik dalam waktu dekat atau panjang dimana salah satu kunci untuk ketersediaan energi di masa depan adalah pengembangan energi nasional (Toth, 2012). Aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengembangkan energi salah-satunya adalah menggunakan sumber energi yang dapat didaurulang (renewable). Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut pemerintah perlu untuk mempertimbangkan sumber-sumber energi baru agar tidak terlalu bergantung kepada energi fosil yang akan habis suatu saat nanti. Pemerintah telah memiliki beberapa skenario untuk mengatasi masalah ini salah satunya dengan menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam rangka menerjemahkan PP no 5 tahun 2006 ini telah memiliki beberapa kebijakan pengembangan energi baru dan terbarukan antara-lain: 1. Peningkatkan kapasitas penyediaan energi. Pertumbuhan energi berkisar 8% per tahun dan perlu ada penambahan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 2. Substitusi penggunaan bahan-bakar minyak. Ketergantungan terhadap bahan-bakar minyak semakin tinggi sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Di sisi lain menurunnya cadangan minyak di dalam negeri menyebabkan kebutuhan terhadap devisa untuk impor semakin besar. 3. Percepatan penyediaan akses energi modern di daerah pedesaan, terpencil dan pulau kecil. Energi terbarukan tersedia di seluruh wilayah tanah air sebagai sumber energi untuk penyediaan listrik pedesaan dengan program yang telah berjalan antara-lain: listrik/energi pedesaan dengan mikrohidro, surya, biomassa dan biogas. 4. Peningkatan efisiensi energi dan kontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca. Peningkatan efisiensi energi dan pemanfaatan energi terbarukan dapat meminimalkan emisi gas rumah kaca (green house effect). Energi geotermal sebagai salah satu sumber energi terbarukan memainkan peranan yang penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Sebagai negara dengan potensi geotermal terbesar di dunia, pemerintah telah membuat regulasi dan kebijakan terkait pengembangan geotermal, antara lain adalah membuat peraturan tentang harga jual listrik dari panas bumi dan proses pengusahaannya, mengatur regulasi antara pemerintah pusat dan daerah terkait permasalahan izin lahan, pemberian insentif barang impor dalam kegiatan eksplorasi panas bumi, transfer teknologi serta menyediakan workshop dan pelatihan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia (KESDM, 2014). Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi dalam pemilihan pengembangan energi geotermal dengan mengidentifikasi potensi dan peluang, menentukan kriteria yang akan digunakan untuk menilai potensi dan peluang serta menjabarkan strategi pengembangan ke depan. METODE Tahap Identifikasi
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-6-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Pada tahap ini dilakukan identifikasi mengenai kondisi eksisting atau gambaran umum dari sistem yang akan diamati. Dari hasil identifikasi awal, akan dapat dipahami bentuk permasalahan yang akan diteliti agar dapat fokus. Selanjutnya adalah perumusan tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan penelitian berfungi membantu untuk merencanakan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan penelitian ini. Tujuan ditetetapkan berdasarkan pada permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Manfaat penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pemerintah dan pengembang swasta yang ingin mengembangkan industri geotermal di Indonesia. Studi pustaka dan studi lapangan dilakukan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian agar tujuan dapat tercapai. Studi literatur didapat dari buku, jurnal, artikel dan penelitian sebelumnya. Studi pustaka juga penting untuk mendapatkan informasi dan teori penunjang yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Bersamaan dengan studi pustaka, penulis juga melakukan studi lapangan untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya yang terjadi. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap ini adalah memberikan kuesioner kepada para expert untuk dimintai persepsinya tentang pengembangan energi geotermal di Indonesia. Para expert berasal dari profesional, peneliti dan pemerintah. Data dari profesional meliputi data dari pihak swasta yang bekerja di bidang energi terutama geotermal. Data peneliti berasal dari dosen sedangkan data dari pemerintah berasal dari Kementerian/Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. Setelah hasil kuesioner diperoleh, langkah selanjutnya adalah menghitung bobot dengan bantuan Software Expert Choice. Penilaian para pakar dijadikan satu dan selanjutnya dihitung nilainya. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah hasil dari perhitungan Expert Choice didapatkan, langkah selanjutnya adalah membuat internal-external factor analysis summary. Berikut penjelasannya: Tabel 1 Internal Strategy Factor Analysis Summary Faktor strategi internal Kekuatan Bobot Kepastian hukum 0,218 Insentif perpajakan 0,108 Fasilitas pendanaan 0,069 Kondisi sumber daya manusia 0,053 Kondisi geografis 0,018 Emisi karbon 0,012 Teknologi yang digunakan 0,026 Utilisasi 0,029 Lifetime 0,148 Skala penggunaan 0,126 Penggunaan teknologi 0,147 Teknis 0,027 Radiasi 0,018 Jumlah 1
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-6-3
Rating 2 2 2 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 40
Bobot x rating 0,436 0,216 0,138 0,212 0,054 0,036 0,104 0,087 0,592 0,378 0,588 0,081 0,054 2,976
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Lanjutan Tabel 1 Internal Strategy Factor Analysis Summary Kelemahan Bobot Rating Modal awal 0,104 3 Biaya investasi 0,161 3 Biaya operasional 0,168 3 Fasilitas penyimpanan Eksplorasi Konstruksi Jumlah
0,228 0,116 0,173 1
Tabel 2 External Strategy Factor Analysis Summary Faktor strategi eksternal Peluang Bobot Kondisi tata ruang dan 0.174 wilayah eksisting Dukungan kebijakan 0.247 pengembangan tata ruang dan wilayah Kondisi masyarakat terhadap 0.147 program pengembangan energi geotermal Dukungan kebijakan terhadap 0.135 masyarakat sekitar Harga jual listrik 0,049 Lingkungan 0,022 Potensi nasional 0,028 Turbine heat rate 0,017 Pembangunan klaster industri 0.022 Carbon trading 0,016 Unsur mineral 0,017 Pemanfaatan potensi nasional 0,031 Lahan 0,045 Permintaan 0,049 Jumlah 1 Ancaman Kemudahan administrasi Aksesibilitas Dukungan kebijakan pengembangan sistem transportasi Keamanan Karakteristik kehidupan masyarakat Mindset masyarakat Finansial Pasar Manusia Lingkungan Sosial Komitmen perjanjian Jumlah
Bobot 0,089 0,240 0,143
Bobot x rating 0,402 0,483 0,504
4 3 4 20
0,912 0,348 0,692 3,341
Rating 3
Bobot x rating 0,522
3
0,741
4
0,588
4
0,540
4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 46
0,196 0,066 0,084 0,051 0,088 0,048 0,051 0,093 0,135 0,147 3,350
Rating 2 3
Bobot x rating 0,178 0,720 0,429
0,115 0,074
3 4 4
0,460 0,296
0,091 0,030 0,030 0,049 0,052 0,044 0,043 1
2 3 3 3 4 3 4 38
0,182 0,090 0,090 0,147 0,208 0,132 0,172 3,104
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-6-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Dari perhitungan faktor strategi internal dan eksternal, langkah selanjutnya adalah menentukan posisi strategi internal dan eksternal. Tabel 3 Posisi faktor strategi internal Faktor strategi internal Kekuatan Kelemahan Kekuatan = 40/13 = 3,077 Kelemahan = -20/6 = -3,333 Koordinat X = 3,077 + (-3,333) = -0,256
Rating 40 20
Tabel 4 Posisi faktor strategi eksternal Faktor strategi eksternal Peluang Ancaman Peluang = 46/14 = 3,286 Ancaman = -38/12 = -3,167 Koordinat Y = 3,286 + (-3,167) = 0,119
Rating 46 38
O w 0,1
W w
S -0,2
0,1
-0,1
0,2
-0,1
T wSPACE Matrix Gambar 1 Grafik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Potensi panas bumi di Indonesia memiliki prospek yang cerah. 2. Pada aspek regulasi, permasalahan utama yang terjadi adalah masalah kepastian hukum. Pada aspek infrastrukrur, masalah aksesibilitas menjadi permasalahan utama. Dukungan pengembangan tata ruang dan wilayah menjadi permasalahan utama di aspek citra. Kondisi masyararakat terhadap pengembangan energi geotermal menjadi masalah utama di aspek penduduk. Biaya operasional menjadi permasalahan utama pada aspek daya tarik. Lifetime menjadi permasalahan utama pada aspek teknologi. Faktor konstruksi menjadi permasalahan utama pada aspek risiko. 3. Pemerintah sudah memberikan banyak berbagai kemudahan seperti kebijakan tax allowance dan tax holiday sebagai insentif dalam usaha geotermal yang dapat digunakan oleh pengembang. 4. Perlu adanya kejelasan baik dari biaya dan komitmen perjanjian sehingga tidak ada pihak yang dirugikan di kemudian hari. 5. Undang-Undang 21 Tahun 2014 tentang panas bumi sangat membantu pengembang dalam rangka investasi. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-6-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Saran dari penelitian ini adalah pemerintah dapat menyempurnakan harga patokan listrik dengan memperhatikan keunikan di daerah tersebut yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan saran dan pendapat dari konsultan yang independen. DAFTAR PUSTAKA David, F.R. (2011). Strategic Management13th Ed. Prentice Hall. NewJersey. KESDM. (2012). Kajian Supply Demand Energi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Jakarta. KESDM. (2014). Kebijakan dan Pengembangan Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. Seminar ITS. Surabaya. Nugroho, Hanan. (2011). A Mosaic of Indonesian Energy Policy. IPB Press. Bogor. Presiden RI. (2006). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Presiden RI. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Panas Bumi. Toth, Ferenc L. (2012). Energy for Development. Springer. London.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-6-6