Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
YOGA SANGGAMA: SUAMI-ISTRI MEMBANGUN YADNYA DAN MANTRA DALAM LONTAR DAMPATI LELAŊőN
Ida Bagus Subali P Dosen Tetap Jurusan Dharma Sastra Prodi Hukum Agama Hindu STAH Negeri Gde Pudja Mataram
Abstract Copulations in life and life is something that is actually very secret. Such a secret, then copulations hardly ever discussed openly, especially for those who have not bound the husband-wife relationship, so that copulations is done covered with darkness, covered with a thick blanket. As Lontar Dampati Lalaŋőn, that married couples should actually understanding the function of each sex. but most people, especially couples yoga not understand the problems of copulations. Yoga copulations to increase the husband wisdom, in order to glorify his wife, so it can be qualified child (suputra). This research aims to explore, preserve and develop meanings yoga copulation, national culture contained in the works of the classical form of copulations in Lontar Dampati Lalaŋőn, both aspects of the function and meaning. While the specific objectives to be achieved in this study to understand more deeply about yoga copulations. Form of copulations, as in the papyrus Dampati Lalaŋőn equal to copulation, in general. Lalaŋőn Dampati ejection value is a value Sradha, and Increase Character and Aesthetics. With the increase in this value, it is expected the couple can give birth suputra (quality child) Keywords: Yoga Withdrawal, Yadnya and Mantra
A. PENDAHULUAN Sanggama (seksual) dalam hidup dan kehidupan merupakan suatu hal yang sejatinya sangatlah dirahasiakan. Sedemikian rahasianya, maka sanggama nyaris tidak pernah dibicarakan secara terbuka, lebih-lebih bagi kalangan yang belum terikat hubungan suami-istri, tabu hukumnya. Bagi yang terikat hubungan suami istripun, nyaris tidak pernah melakukan komunikasi sanggama sebelum melakukan sanggama. Demikian rahasianya sanggama itu, sehingga sanggama dilakukan berselimutkan kegelapan, dilapisi selimut yang tebal. Membaca lontar
355
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
Dampati Lalaŋőn, membuka mata hati kita, bahwa pasangan suami istri, sejatinya harus saling memahami fungsi seksnya masing-masing. Tentu sangat dipahami, bahwa umumnya insane manusia tidak dibekali pemahaman tentang masalah sanggama, oleh orang tua, juga belum adanya pendidikan pranikah secara formal, sehingga sanggama masih oleh sebagian besar masyarakat, khususunya pasangan suami-istri belum memahami masalah yoga sanggama. Suami-istri adalah pohon hukum. Kewajiban suami-istri dipayungi oleh hukum. Kewajiban suami adalah menyanggamai istrinya. Suami dipersalahkan karena tidak menyanggamai istrinya (Pudja dan Sudharta 2009; 439). Sanggama tidak sekedar kewajiban bagi pasangan suami-istri, namun sanggama adalah yadnya. Melalui yadnya ini manusia berkembang, melakukan karmanya guna melangsungkan hidup dalam kehidupan guna penyempurnaan hidup setelah kematian. Seks (seksual) dan agama suatu hak dasar secara hakiki dalan hidup dan kehidupan manusia. Kontekstualnya, seks (seksual) dan agama terutama dalam hubungan memenuhi hasratnya, sering kali menimbulkan perdebatan yang panjang dan memprihatinkan (Parrinder, 2005; 1). Sebagaimana pemahaman masyarakat umum, ketika seks dan aktivitasnya, dinilai tidak ada dalam bingkai agama, tentu akan mengundang dan menjadi permasalahan yang serius di kalangan masyarakat. Secara garis besar, agama menyediakan dua pilihan bagi pasangan suami-istri dalam melakukan sanggama. Dua pilihan dimaksud adalah pertama, sanggama yang bersifat daivi sampad, sedangkan yang kedua bersifat asuri sampad. Kata “dan” menjadi pemisah dalam kalimat “sanggama dan agama”, seakan-akan sanggama dengan agama, menjadi sesuatu yang berbenturan, sehingga tidak mungkin disatukan. Sanggama sering kali diterjemahkan hanya sebatas hubungan biologis semata, tidak ada sangkut-pautnya dengan agama. Sedangkan agama hanya berhubungan dengan Tuhan saja, tidak ada sangkutpautnya dengan sanggama. Disadari atau tidak, bahwa manusia di antara kita telah menyempitkan arti, makna dan kontekstual agama maupun sanggama itu sendiri.
356
Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
Bilamana kata ini dilogikakan, seakan-akan Tuhan tidak mengenal, atau tidak akan merestui terjadinya sanggama dalam hidup untuk melanjutkan kehidupan manusia. Sanggama berada dalam bingkai agama. Ketika sanggama dilakukan tidak sesuai dengan tuntunan agama, maka implikasinya adalah dosa, bila sanggama dilakukan sesuai dengan tuntunan agama, maka pahalanya adalah paling tidak, sorga.
B. METODE PENELITIAN Menurut Surachmad (1982; 131) menote merupakan suatu cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Jadi metode merupakan cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh metode yang digunakan, karena itu metode mempunyai peranan penting dalam mengadakan penelitian. Karya ilmiah ini berjudul “Yoga Sanggama: Suami-Istri Membangun Yadnya dan Mantra, termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah apabila seseorang melakukan penelitian dengan sasaran pnelitian yang terbatas, tetapi dengan keterbatasan sasaran penelitian yang ada itu digali sebanyak mungkin data mengenai sasaran penelitian. Dengan demikian walaupun sasaran penelitian terbatas, tetapi kedalaman data (kualitas data) tidak terbatas. Semakin berkualitas data yang dikumpulkan, maka penelitian semakin berkualitas (Bungin, 2001; 29). Berdasarkan pengertian di atas maka dalam penelitian ini pengkajian terhadap naskah lontar Dampati Lalangőn sebagai sasaran (obyek) penelitian dilakukan dengan menganalisis karya tersebut mengenai bentuk, fungsi dan maknanya secara mendalam sehingga diperoleh hasil yang memadai. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Teologi. Istilah Teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Theologia. Istilah ini mengacu pada Tuhan-Tuhan atau Tuhan. Teologi mengandung arti: Pertama teologi berkaitan dengan Tuhan atau Transendental, dilihat secara mitologis, filosofis, atau dogmatis, kedua meskipun memiliki banyak nuansa, doktrin tetap menjadi
357
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
elemen signifikan dalam memaknai teologi, ketiga teologi sesungguhnya adalah aktivitas (second order acticity) yang muncul dari keimanan dan penafsiran atas keinginan (Whaling, dalam Petter, 2002; 311-313). Pendekatan teologi dalam penelitian ini dilakukan dengan membahas naskah lontar Dampati Lalaŋőn berdasarkan kajian teologis dari segi yoga sanggama, bahwa hubungan suami-istri sejatinya membangun yadnya dan mantra kemudian dianalisis berdasarkan analisis bentuk, fungsi dan maknanya.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM LONTAR DAMPATI LELAŊőN Lontar Dampati Lalaŋőn, pada prinsipnya sama dengan bentuk lontarlontar pada umumnya, yang membedakan adalah ukuran serta isinya. Ada dua lontar Dampati Lalaŋőn yang tersimpan di Perpustakaan Fakultas Sastra Unud Denpasar yang pertama Lontar Dampati Lalaŋőn berbentuk geguritan, sedangkan Lontar Dampai Lalaŋőn yang kedua berbentuk prasi (bergambar). Kedua lontar ini, sejatinya menggambarkan sepasang suami-istri yang sedang berbulan madu. Lontar yang kedua adalah Lontar Dampati Lalaŋőn berbentuk prasi (bergambar), dicermati secara lebih mandalam, bahwa lontar Dampati Lalaŋőn menggambarkan sepasang suami istri yang sedang berbulan madu. Lontar berbentuk prasi ini, sejatinya bukan gambar porno, hal ini terlihat lontar yang berjumlah 65 (enam puluh lima) lembar ini tidak semuanya berisi gambar suami-istri yang sedang bersanggama, hanya 4 (empat) gambar yang menampilkan suami-istri yang sedang bersanggama. Sebelum bersanggama, selalu diawali dan diakhiri dengan sembahyang. Dalam kondisi sanggama, selalu mengucap Hyang Kuasa. Sehingga membuktikan lontar Dampati Lalaŋőn yang berbentuk prasi adalah yoga sanggama, yang penuh dengan nilai-nilai Ketuhanan. Sebab sepasang suami-istri sebelum, sedang serta selesai bersanggama senantiasa memuja Hyang Kuasa (Smara-Ratih). Ini sejatinyta gamabaran Sanghyang Rwa Bhinneda melakukan penciptaan.
358
Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
Selanjutnya Lontar Dampati Lalaŋőn yang
menggabarkan suami-istri yang
sedang berbulan madu menampilkan dengan tarik suara; tembang/lagu yang dalam seni suara Bali dikenal dengan salah satunya geguritan, dengan pupuh demungnya. Dalam sanggamapun mereka saling manuturi (saling mengingatkan, menasehati dan sejenis), itu artinya mereka melakukan komunikasi dalam bersanggama. Sehingga ini menyiratkan, pasangan suami istri ketika melakukan sanggama hendaknya dalam kondisi senang, gembira, bahagia dan sejenisnya, pula sangat baik sambil melantunkan keguritan. Sehingga, hendaknya sanggama dilakukan dengan penuh harmoni dan dengan berbagai keindahan alam semesta. Sebagai sepasang beruang,
babi, macan pula makarasmin di sekitar tempat
berbulan madu, mereka dengan riangnya menikmati smaranya, sambil meringis sakit kenikmatan. Sehingga kedua lontar tersebut melukiskan hal yang sejalan. Perjalanan berbulan madu dalam lontar Dampati Lalaŋőn, merupakan usaha untuk mengendalikan energy vital yaitu pranayama. Hidup adalah energy (prana) dalam tubuh. Energy atau kekuatan ini menjaga fungsi-fungsi tubuh dengan menggetarkan sel-sel, saraf, organ, dll. Getaran ini didapatkan dari denyut prana (kekuatan hidup) yang berulang-ulang, dengan demikian sebelum tempat persanggamaan, maka pranayama sangat penting dilakukan. Pranayama salah satu yoga untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. 2. NILAI SANGGAMA DALAM LONTAR DAMPATI LALANGőN a. Teks Sastra Ia menawarkan nilai-nilai yang dapat meperkaya rohani, maupun mempermudah pemahaman dan meningkatkan mutu hidup dan kehidupan. Ia juga memberi peluang kepada manusia untuk mempermasalahkan kehidupan, sehingga dapat memunculkan gagasan-gagasan yang bermakna. Tidak hanya itu, ia juga mampu memenuhi hasrat manusia untuk berkontemplasi (Atmazaki, 1990: 24). Penganalisisan fungsi Dampati Lalaŋőn ini, penulis menggunakan pendapat Horace yang menyebutkan bahawa karya sastra dalam masyarakat
359
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
berfungsi dulce (hiburan dan menghibur) utile (bermanfaat). Perjalanan dalam berbulan madu, tidak hanya menghidur, bermanfaat, namun memberikan manfaat tentang pranayama, yaitu yoga tentang penciptaan. Dengan konsep ini, karya sastra disatu sisi dapat menghibur, pula dapat selaku sarana hiburan, sedangkan pada sisi yang lain sekaligus dapat memberi manfaat dan tuntunan hidup dan kehidupan yang baik dan benar, melalui pernterapan yoga sanggama.
b. Nilai Sradha Anwar (2001: 290) menguraikan bahwa nilai mengandung arti harga dalam arti tafsiran; harga sesuatu; angka kedalaman; kadar mutu; banyak sedikitnya isi. Hubungannya dengan nilai Sradha yang terkandung dalam naskah lontar Dampati Lalaŋőn, hanya dapat berdasarkan tafsiran dalam mengukur kadar kedalaman nilai Sradha yang terkandung, karena sifatnya sangat abstrak. Nilai Sradha tentu akan diukur melalui kajian-kajian secara mendalam dalam konteks teologis, yang sejatinya teologis sebagaimana terkandung dalam naskah Dampati Lalaŋőn, adalah sebuah proses pendakian yaitu dari karmasannyasa melalui proses yajña menuju yogasannyasa dengan lantunan mantra. Sanggama adalah bagian sangat penting dari yajña, yajña tidak terpisahkan dengan mantra. Yoga sanggama dapat diyakini salah satu cara memahami fungsi Sraddha, bila tidak demikian tentu akan timbul suatu pertanyaan, kenapa Tuhan menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasangan, guna melanjutkan keturunan, sehingga dapat menjadi pewaris Panca Sraddha dan Panca Yajña?. Yoga sanggama sejatinya menentukan arah hidup dalam kehidupan. Sangatlah nampak Sraddha sangat bertalian erat dengan yoga sanggama mampu membawa pesan mendalam suatu ajaran, bahwa yoga sanggama menentukan sumber daya manusia, sehingga yoga sanggama membawa pesan dan harapan, berupa terciptanya harmonisasi keluarga, dengan mengedepankan kebesaran Hyang Kuasa.
360
Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
Kumon anlampahikan dwadasawarsasraddha sampurna karya mokta ring Indrabhawana (Zoetmulder, 2004: 1119) yang berarti; dua puluh tahun menjalankan upacara bhakti dengan penuh keyakinan yang sempurna, tentu akan mendapatkan moksa (menyatu dengan Tuhan) di istana Dewa Indra. Dengan demikian Sraddha yang sempurna serta dengan pemahaman maupun pelaksanaan teologi yang tulus ikhlas tentu akan mendapatkan kesempurnaan hidup.
Demikian halnya sraddha, agar berkualitas, maka ia terus dipelihara
dengan dharma, satya dan tyaga. Terwujudnya yoga sanggama akan terlaksana manakala didasari dengan dharma, satya dan tyaga. Sehingga yoga sanggama dapat dipastikan memiliki budi pakerti. c. Nilai Pendidikan Budi Pakerti Budi berasal dari bahasa Sansekerta “buddhi” yang berarti; kekuatan pembentuk dan penyimpan buah fikiran, kecerdasan, akal, budi, semangat, hati, ingatan (tattwa kedua dari 25 tattwa dalam Samkya); pendapat, pikiran, perasaan, faham, pengertian, cita-cita, angan-angan; watak, tabiat, pembawaan; kehendak maksud (Zoetmulder, 2004: 138). Melihat pengertian budi di atas, dapat dipilah menjadi dua sifat; (a) yang bersifat baik (b) bersifat buruk, kecuali sehubungan dengan tattwa dari dua puluh lima tattwa dalam Samkya. Artinya apa yang menjadi buah pikiran, akal, kehendak dan lain-lain sangat tergantung dari dorongan kekuatan budi. Budi tidak hanya membentuk yang bersifat baik semata, ia pula dapat membentuk sibaik tidak baik. Dengan demikian pengaruh indra menjadi strategis membentuk budi. Ndatan hana kenoh ri buddhi san Basuki, adharma juga paksanya kabeh (Zoetmulder, 2004: 138), artinya; tidak ada kekuatan budi terlepas dari baik dan buruk, serta kecendrungan
berbuat salah kesemuanya. Sedangkan pakerti
mengandung arti tingkah laku. Jadi budi pakerti mengandung baik buruknya tingkah laku atau perbuatan. Dalam pemahaman dalam masyarakat tentu mengalami perbedaan menyangkut pengertian budi pakerti. Artinya budi pakerti mengandung arti perilaku atau tingkah-laku yang baik,
361
dan
manakala ada
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
suatu perilaku yang tidak pantas, patut dianggap tidak mengenal budi pakerti (wawancara, 11 Juni 2015). Berdasarkan
pemaparan
di atas,
setidaknya
ada
tiga
konsep
mengenai pengertian budi pekerti, yang sejatinya merupakan satu-kesatuan: 1.
Budi pekerti merupakan usaha dengan penuh kesadaran, untuk menyiapkan diri guna menjadi manusia seutuhnya yang luhur dalam sagala peranannya, dengan mempedomani apa yang telah terjadi dimasa lampau, masa sekarang, serta masa yang akan datang.
2.
Budi pekerti adalah suatu upaya pembelajaran, pengamalan, pengembangan, pemeliharaan serta pelestarian dalam perbaikan perilaku diri sendiri, yang pada gilirannya mau serta mampu melaksanakan tugas-tugas hidup dan kehidupan secara harmoni, baik lahir dan batin.
3.
Budi pekerti merupakan upaya dengan sadar dalam bidang pendidikan untuk membentuk pribadi mandiri yang luhur, melalui kegiatan belajar yang rutinitas, dengan latihan-latihan baik fisik rohani yang tekun, sehingga menjadi bentuk keteladanan. Buddhi, sangat menentukan dalam hubungan suami dengan istri ketika
melakukan sanggama. Intlektual dalam hal ini pengetahuan,menjadi demikian penting sebagai pondasi dasar buddhi. Buddhi merupakan bagian yang sentral dan strategis mengantarkan badan ini, untuk berperilaku yang santun, dalam melakukan sanggama. Wacika (wacana/ucapan) memiliki fungsi sangat esensial dalama meluluhkan hati pasangan, demikian halnya manah (pikiran) dapat terpola, senantiasa terpusat dan berkosentrasi kepada pengusa, sehingga sanggama yang dilakukan menjadi berkualitas. Dengan demikian rangkaian Buddhi Vijñana, kecerdasan memberikan intlektual, guna penataan budhi dalam hal ini, memberikan tuntunan laku Tri Kaya Parisudha. Sehingga Tri Kaya Parisudha, dasar setiap pasangan suami-istri dalam melakukan sanggama. Manah (pikiran), akan menjadi tertata secara teratur, bilamana mendapatkan asupan vijñana, selaku intlektual penuntun,
362
guna melahirkan
Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
susunan wacana yang tertata dengan padu serta indah didengar, demikian pula kayika (laku) akan senantiasa terarah, sehingga menjadi
terpola secara rapi
dengan keberagamaan baik secara karmakanda maupun Jñanakanda. Kesadaran sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri, sesuai dengan tata tertib yang berlaku yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Sikap dan perilaku ini diwujudkan dengan perilaku yang konsisten, taat asas menuju tujuan tanpa perlu pengawasan dan dorongan secara terus menerus (Titib, 2007: 36). Perilaku yang demikian, memupuk terjalinnya hubungan yang padu antara pemuja dengan Tuhan.
d. Nilai Estetika Dampati Lalaŋőn tidak sekedar berfungsi sebagai sarana hiburan bagi pasangan suami-istri, karena keindahannya dan keistimewaannya. Namun sarat dengan rasa kenyamanan dalam keindahan-keindaahan sanggama yang sanggup membuat pasangan suami-istri (dampati) senang (lelaŋőn). Lontar Dampati Lalaŋőn bergambar (prasi), dengan pengawi, Ida Ketut Anom, sangat pradnyan, karena hasil karyanya sangat indah mempesona. Tampaknya sejalan dengan guratan dalam lontar Dampati Lalaŋőn yang bentuk geguritan pada salah satu pupuh demung sebagai berikut: Manglahut dane ngamarginin sarasap / pambelatnyane tuhun / belig lahad damuh / don kayune ndeket batis / mahirib teresna / milu luwas bareng lampus / gadunge ngalaya / masawang buka nuding / matujuhang ambah-ambahan / tan sah sintu kekere muhug (Dampati Lalaŋőn; 5). Terjemahan: Terus beliau berjalan melewati jalan setapak / pemisah jalan ada jalan menurun / licin bekas embun / daun kayu lengket di betis / seperti menaruh rasa kasih sayang / ikut pergi dan menghilang / bungan gadung sedang berbungan menjuntai / seperti bayangan yang member petunjuk / menunjukkan jalan / tiba-tiba burung hutan berwarna merah dan hijau menabrak.
363
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
Pupuh demung di atas tidak hanya melantunkan tembang puitis, nampak pada kata-kata “daun kayu lengket di betis / seperti menaruh rasa kasih sayang…”, sedangkan masalah keindahan; “ bunga gadung sedang berbunga menjuntai…”, pula mengenai keindahan seisi hutan diantaranya ayam hutan, membawa pesona tersendiri bagi pasangan suami-istri yang sedang berbulan madu. Dampati Lalaŋőn sarat dengan pesan simbol dan mengandung makna yang dalam. Kalangan yang mengidam-idamkan kebahagiaan rumah tangga dan keutamaan keturunan, naskah Dampati Lalaŋőn tentu penting, sebagai pedoman serta tuntunan. Dalam lontar Dampati Lalaŋőn, pasangan suami-istri akan mendapatkan tuntunan secara spiritual dalam menjalin hubungannya, sehingga pada gilirannya dapat melahirkan keturunan yang utama. Dengan penampilan sikap/tikas serta perilaku sanggama yang lenggut, dengan belaian yang romantis serta desah nada yang merdu dengan keindahan maupun puitis tembang, ini dapat melahirkan pesona/langÖ bagi pasangan suami istri, pengalaman estetik dengan penuh kosentrasi kesadaran seiring dengan meredanya kesadaran yang mengiringinya, guna mencapai puncak rasa, pasangan suami-istri sanggup merasakan mendekatnya persatuan puncak rasa yang tak terlukiskan atau sering disebut dengan nekar langit. Dewa Kamajaya bersama dewi ratih menyatu padu dalam rasa kesunyian. Gambar-gambar yang terpapar dalam lontar Dampati Lalaŋőn, akan dapat berfungsi menghibur bagi pasangan suami-istri, juga pula bukan bermaksud mengumbar nafsu seks, yang ditampilkan menekankan tatacara yang spiritual dalam melakukan sanggama dengan penuh romantisme.
Di samping itu
sanggama pula dapat memberikan pemahaman yang hakiki, tentang kebesaran Tuhan. Harmoni sanggama, akan dapat menumbuhkan semangat, guna menciptakan harmoni yang lebih luas pada hidup dalam kehidupan sehari-hari. Semangat ini dapat diwujudkan-nyatakan dalam melakukan kerja dalam rangka pengelolaan rumah tangga, sebagaimana penggambaran dalam Śiwàgama, suami
364
Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
selaku petani, sedang sang istri selaku penanam bibit padi di sawah, bagaikan Śiwa dengan Uma. Sangat harmoninya para Bhatāra dengan Bhatāri membimbing dan membina umat manusia untuk bisa hidup dalam kehidupan, sebagaimana sekelumit kutipan dalam naskah Śiwāgama sargah I sebagai berikut: Śivampatin ca maddhas ca, uma devin ca misritah, maya rupe syechatena, sraddham cakre manomahi. Kawuwusa sira Bhatāra Śiwa, pareng lawan Bhatāri Uma, parêng turunnira Bhatāra Iswara, padha mangarani sarîranira, makanama Kaki Manuh Nini Manuh, swakaryanira, camba badbadan, mara ring alas, rumatkana undang-undang, māmbêkang kunang luang, sira pinaka pagurwan ing magaga sawah, tinût dening manusa, makabehan, sira Bhatāri Uma, kinonira mangdadi caraking tahun, donyan uma ngaran ing sawah katêkan mangke, lawan wnang sinangguh satahun pasurupan ing pantun. Terjemahan: Dikisahkan Bhatāra Śiwa bersama Bhatāri Uma, menuju kediaman Bhatāra Iswara, sama-sama menyebut dirinya Kaki Manuh dan Nini Manuh. Hal yang dilakukannya adalah membabat hutan, meratakan gundukan-gundukan tanah, membuat saluran air. Beliau adalah guru dalam bertani, diikuti oleh semua manusia. Bhatāri Uma di suruh menjadi caraking tanah, karena itu, sawah disebut uma hingga sekarang, serta dapat disebut satu tahun masa panen padi (sarin tahun) (Tim Pengkajian, 2002: 27 dan 190). Pada kutipan di atas, akan memberikan pengaruh secara psikologis yang demikian kuat terhadap hidup dalam kehidupan bagi pasangan suami-istri. Tentu disadari atau tidak, memberikan dorongan secara naluri, karena masalah apa yang dilakukan oleh Kaki Manuh dengan Nini Manuh akan memberikan siraman biologis. Hal ini dapat dimaklumi, karena di sana ada cinta dan harmoni keluarga. Hubungan yang demikian harmoni, memberikan makna keindahan serta menimbulkan rasa nyaman dipandang mata oleh masyarakat. Secara langsung mereka memberikan tontonan keindahan, tentang harmoni hidup berkeluarga,
365
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
karena ini memberi pesan bagi hidup berumah tangga, hendaknya senantiasa bersama baik suka dan duka. Kebersamaan sejatinya wujud dampati (satu rumah dua tuan) dalam hidup berumah tangga. Sehingga, lontar Dampati Lalaŋőn sejatinya bukan dimaksudkan hanya pemenuhan kepuasan seksual semata, namun memberikan pemahaman yang theologies mengenai cara mengambil peran mencipta seorang anak yang suputra maupun suputri. Keindahan sanggama bagaikan dua (2) ekor capung yang sedang memadu kasih dengan cara terbang kesana-kemari sambil menari-nari, demikianlah ditampilkan cara mencipta buah hati. Memahami fungsi Dampati Lalaŋőn, diharapkan dapat memberikan pemahaman, kepada setiap pasangan suami-istri, tidak terkecuali bagi pasangan yang akan melangsungkan suatu pernikahan, kemudian diterus-kembangkan kepada anak-anak dan para remaja dengan cara yang terukur. Sehingga anak-anak maupun para remaja memahami organ seks, baik dalam ranah memelihara kesehatan serta fungsinya.
3. MANTRA SANGGAMA Ratna Candra menyatakan bahwa sebuah hubungan sanggama yang suci, doa-doa Kama Tattwa, harus dikuasai dengan baik seorang suami sebagai landasan dari pencarian kenikmatan dewa/suci. Hubungan sanggama akan berketuhanan jika doa-doa itu turut andil disbanding hubungan sanggama yang justru melarutkan para pelakunya dalam hasrat birahi semata dan melupakan Tuhan (Aryana, 2010; 76). Sehingga sebagaimana perjalanan I Bagus dengan I Ayu untuk pergi pada sebuah pulau yang ad ataman dengan disekitarnya ada gunung maupun kolam, ini meneguhkan perjalanan ini sangat suci. Dipahami bersama, bahwa gunung merupakan kawasan suci yang disebut lingga, sedangkan laut adalah yoni, maka I Bagus dengan I Ayu dalam berbulan madu, agar sanggama yang dilakukan benar-benar suci dan berada di
366
Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
dalam lingkaran, pengawasan serta perlindungan Tuhan. Sehingga I Bagus dengan I Ayu, bersanggama tidak semata-mata mengejar kenikmata duniawi atau ragadwesa. 1. Mantra Pra-Sanggama Alangkah mulianya bila sebelum senggama, pasangan suami-istri sebaiknya melakukan asuci laksana (membersihkan diri) terlebih dahulu, missal seperti mandi, ngaturang canang, selanjutnya sembahyang. Selesai sembahyang sebaiknya jangan langsung melakukan aktivitas sanggama. Pertama lakukanlah komunikasi romantis, sehingga sanggama siap untuk dilakukan. Kedua, inipun tidak
langsung
melakukan
hubungan
sanggama,
artinya
membutuhkan
pemanasan, sebaiknya sang suami telah hapal, mengenai mantra Kama Rahasya Sanggama: Nihan mantraning angamel mutra wiwara; “Ong Gapataye namah swaha”, uyek-uyeken away karkasa, “ Ong arah-arahi ri hiri ger”, apanginang apanginang swenya, ngeyukakna dening ngolah, mwang mantrania, telas sahajero pisan, saya denira ngolah, muah maring tungtungin mutra wiwara, sapangeliwet suwenya, waluyi-waluya ikang mutra wiwara. Terjemahannya: Inilah mantra ketika sang suami memegang vagina (istri), Ong Gapataye Namah Swaha, lalu klitoris dikucek-kucek, dengan lembut serta tidak terburu-buru, mantranya sebagai berikut: “Ong Arah-arahi ri hiri ger, lakukanlah sekitar selama menginang (10 menit), setelah itu masukkan jari sekali, lalu tujukan ke G-spot (mutra wiwara), lakukan cara ini dengan mantra yang sama, kirakira lamanya selama menanak nasi, kucek-kucek G-spotnya. Sebelum bersanggama, maka rangsangan sepatutnya dilakukan, untuk menumbuhkan kegairahan. Rangsangan-rangsangan ini akan menimbulkan kenikmatan, untuk meningkatkan upaya semakin menyatunya antara suami dengan istri. Dalam kondisi seperti ini tampa disadari, mereka tidak akan merasakan
perbedaan
diantara
keduanya,
hanya
kenikmatanlah
yang
dirasakannya. Tahapan-tahapan sanggama (sebelum sanggama dalam arti
367
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
sesungguhnya) sangat romantic dilakukan. Tahapan rangsangan dengan menggunakan tangan sejatinya merupakan angguli prawesa (memasukkan tangan kevagina). Rangsangan-rangsangan ini penuh dengan nilai-nilai ketuhanan, begitu memegang vagina sang istri, suami mengucapkan mantra; Ong Gapataye Namah Swaha, oh Hyang Widhi ijinkanlah hamba memegang vagina istriku, ini artinya sanggama, demikian spiritual, sehinga harus mohon ijin kepada-Nya. Selanjutnya rangsangan berikutnya; “Ong Arah-arahi ri hiri ger; dengan mantra ini sang suami kemudian memasukkan jarinya selama kurang lebih sepuluh menit, semuanya delakukan dengan lebut penuh kasih saying sambil mencumbu serta mencium sang istri. Pemanasan dengan beberapa rangsangan inilah, sangat patut dilakukan bagi suami yang bijaksana, sesuatu dengan kama sastra. Bila rangsangan dirasakan cukup, baru kemudian dilanjutkan dengan langkah berikutnya yang bersanggama yang terlebih dahulu sang suami harus mengucapkan mantra, sambil menulisi penisnya. Artinya penis harus diberikan dan ditulisi mantra, baru kemudian baru bersanggama. 2. Mantra Penis Nihan ta mantraning purusa, Ong Makaradwajaya, namah wicet swaha, suratakna ring purusa, yang mus sinurat kena-kena ring baga Terjemahannya: Ini doa untuk penis, Ong Makaradwajaya, namah wicet swaha, tulislah penis dengan mantra ini lalu masukkan ke vagina. Setelah selesai menulis penis dengan mantra tersebut di atas, baru kemudian sanggamai istri, usahakan pada saat memasukkan penis jangan tergesagesa, agar tidak menimbulkan ketegangan pada urat vagina. Masukkanlah penis kevagina istri dengan lembut. Kemudian belailah susu sang istri dengan lembut pula, baik dengan rabaan halus, maupun menciumnnya dengan penuh romantic. Usahakan masukkanlah penis secara bertahap, artinya setengahnya masukkan,
368
Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
pada saat kondisi seperti ini, komunikasilah dengan istri, baik tentang cinta, keindahan atau menanyakan bagaimana rasanya dimasukin penis dan lain-lain. Guna menambah semakin spiritualnya ketika penis baru masuk setengah ke vagina istri, bayangkanlah diri masing-masing bagaikan Sanghyang Mara dengan Dewi Ratih, atau Bhatara Siwa Dengan Dewi Uma dan lain-lain. 3. Mantra Sanggama Murwa Dakûióa Guna menambah kenimaktan, penis yang belum masuk lagi setengah, masukkanlah secara bertahap, sambil digoyang-goyangkan kekiri maupun kekanan, bersamaan dengan pengucapan mantra berikut; Mantra sanggama; “Ong Namah Siwa Dibioguru Bionamaskara”. Nihan ta kunang kaweruhana de nira sang mangege Kama Sastra Terjemahannya: Doa pada saat melakukan sanggama; “Ong Namah Siwa Dibioguru Bionamaskara”. Ini yang patut diketahui dan dipahami bagi orang yang mempelajari Kama Sastra. Sanggama secara sastra sangat suci, ketika melakukan sanggama, hendaknya memohon ijin kepada penguasa alam yaitu Siwa Guru. Sanggama suami-istri akan lebih spiritual, hendaknya sang suami ketika mengucapkan mantra sanggama ini, tentu sangat indah bila dilagukan, sehingga mantra tersebut didengar oleh sang istri. Menambah kenikmatan sanggama, maka suami memasukkan penis lebih dalam, sehingga penis masuk secara sempurna menyentuh keliang vagina, dengan mengerak-gerakkannya, keluar-masuk, lagi keluarkan, masukkan lagi begitu seterunya. Sebelum suami mengeluarkan dan memasukkan kembali penisnya, serta sebelum menikmati sempurnanya sanggama, untuk sebuah kesempurnaan sanggama perhatikanlah mantra berikut: Muah sikara pasta ring jero: “Ong Indraya Namah Swaha; Ong Wesnamaya nama swaha; Ong Apsariya namah, airsania; Ong Umaya Namah, purwa, Ong Sitaya namah, genean; Ong Arjunaya
369
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
namah, daksina; Ong Iswaraya namah, neriti; Ong Rudra sangharaya namah, madia”. Terjemahan: Ketika penis dimasukkan keliang vagina mantranya sebagai berikut: “Ong Indraya Namah Swaha”; Ong Wesnawaya Namah Swaha; “Ong Apsariya Namah”, “tusukkan penis pada bagian timur laut vagina; “Ong Umaya Namah”, tusukkan penis ke bagian timur vagina, “Ong Sitaye Namah”, tusukkan penis kebagian tenggara vagina; “Ong Arjunaya Namah”, tusukkan penis kebagian selatan vagina, “Ong Iswaraya Namah”, tusukkan penis kebagian barat daya vagina; “Ong Rudrajaya Sangharaya Namah”, kemudian tusukkan penis kebagian tengah vagina (lakukan cara ini berulang-ulang, hingga sang istri orgasme). Bersamaan dengan memasukkan penis keliang vagina, maka antarlah masuknya penis dengan mantra; “Ong Indraya Namah Swaha”; ” Ong Wesnawaya Namah Swaha; “Ong Apsariya Namah”. Sanggama sejatinya sangat sarat dengan tuntunan Tuhan. Sehingga dalam sanggamapun patut dilakukan dengan murwa daksina (ngedik), ketika suami menusukkan penisnya sesuai ngedik, maka sang suami senantiasa melantunkan mantra. Diawali menusukkan penis keliang vagina istri di bagian timur laut dengan tuntunan mantara; “Ong Sitaye Namah”berturut-turut; tusukkan penis kevaginan bagian tenggara dengan tuntunan mantra; “Ong Arjunaya Namah”, selanjutnya tusukkan penis kevagina bagian selatan dengan iringan mantra; “Ong Iswaraya Namah”. Tusukkan penis kevagina bagian barat daya; “Ong Rudrajaya Sangharaya Namah”, terakhir tusukkan penis kevagina bagian tengah, lakukan cara ini berulang-ulang hingga mencapai
puncak
kenikmatan
di
tengak
kesunyatan,
kesepian,
inilah
kesempurnaan yoga sanggama. D. SIMPULAN Yoga sanggama merupakan dasar bagi pasangan suami istri, dalam melakukan sanggama. Dengan pemahaman yoga sanggama, pasangan suami-istri ketika melakukan sanggama, hendaknya menggunakan mantra sangga. Sanggama tidak semata-mata memenuhi hasrat kebutuhan biologis semata, namun sejatinya
370
Ida Bagus Subali. (Yoga Sanggama : Suami Istri Membangun Yadnya dan ................)
sanggama adalah membangun yadnya dan mantra, untuk mendapat keturunan suputra (anak berkualitas).
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Dessy, 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Abditama. Aryana. I B. Putra M. 2010. Seks Ala Bali. Denpasar: Bali Aga. Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press. Pudja, I G. Sudharta, Tjok. Rai, 2002. Manawa Dharmasastra. Jakarta: CV Felita Nursatama Lestari. Rahasya Sanggama. Alih Aksara Lontar. PUSDOK Bali. Resi Sambina. Alih Aksara. I B Ketut Rai, Karangasem Bali: Geriya Jungutan Bungaya. Titib, I Made, 1998. Weda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya. Paramita. Titib, I Made, 2004. Purãna, Surabaya: Paramita. Titib, I Made, 2005. “Persepti Umat Hindu di Bali Terhadap Svarga, Neraka, dan Moksa Dalam Svargarohanaparva Perspektif Kajian Budaya”. Denpasar: Universitas Udayana. Titib, I Made, 2007. Pendidikan Budi Pekerti Dan Keutamaan Manusia, Surabaya: Paramita. UPD Pusdok Kebudayaan Bali, Alih Aksara Lontar Smarakridalaksana, UPT, Perpustakaan Lontar Unud Denpasar, Lontar Dampati Lalangon. Whaling, Frank, 2002. Pendekatan Teologis. Dalam Pendekatan Studi Agama. Petter Conolly (ed.). Yogyakarta: LKiS. Zoetmulder, PJ, 1983, Kalangwan, Jakarta, Djambatan. Zoetmulder, PJ, 2004, Kamus Jawa Kuna Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
371
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 355 – 372 )
372