e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
STRUKTUR FISIK DAN ISI NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI DENGAN NOVEL SEMESTER PERTAMA DI MALORY TOWERS KARYA ENID BYLTON : SUATU KAJIAN SASTRA BANDINGAN DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMEBELAJARAN SASTRA M. Husain, Gde Artawan, Ida Bagus Sutresna M. Husain Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]@undiksha.ac.id
ABSTRAK Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk (1) Membandingan struktur yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Semester Pertama Di Malory Towers karya Enid Bylton; (2) Membandingan isi yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Semester Pertama Di Malory Towers karya Enid Bylton; (3) relevansi sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XII SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan langkah-langkah: (1) Penentuan Subjek dan Objek Penelitian; (2) Langkah Kerja Penelitian (Pengumpulan data, pengolahan data, Instrumen penelitian, penyajian hasil data); (3) Penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Secara garis besar kedua novel ini memiliki persamaan pada tema major dan latar suasana. Sedangkan, dari segi tema minor, tokoh dan watak, latar tempat, latar waktu, alur, amanat, dan sudut pandang, dua novel ini memiliki perbedaan jauh.(2) isi yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara lebih menekankan pada kehidupan yang religius/ agamis, sedangkan pada novel Semester Pertama Di Malory Towers lebih menekankan pada kehidupan sosial. (3)Novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Novel Semester Satu Di Malory Tower karya Enid Bylton dapat di jadikan bahan pembelajaran sastra di kelas XII SMA sesuai dengan tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaian. Kata Kunci: Novel, Sastra Bandingan, Pembelajaran
Abstract The research descriptive aims to (1) comparison structure which is found in novel Negeri Lima Menara by Ahmad Fuadi and novel Semester Pertama di Malory Towers by Enid Bylton; (2) comparison the contents of which is found in novel Negeri Lima Menara by Ahmad Fuadi and novel Semester Pertama di Malory Towers by Enid Bylton ; (3) relevance as lessons learned literature in class XII high school .This study adopted qualitative approaches by steps: (1) the determination of subject and object research; (2) a step work research (data collection , data processing , research instruments , presentation of the results of data); (3) withdrawal of conclusion. The research results show that (1) as a broad outline second novel it has equation in the theme major and background the atmosphere. While, in terms of the theme minor , figures and character , background place , background time , a groove , the message , and the point of view of , two this novel having the difference far . ( 2)
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 in which is found in novel Negeri Lima Menara is emphasized on the religious life, while in novel Semester Pertama di Malory Towers more emphasis on social life. ( 3 ) novel Negeri Lima Menara by Ahmad Fuadi and novel Semester Pertama di Malory Towers by Enid Bylton can be basis of learning literature in class XII high school in accordance with the reading level and the level of suitability. Keywords: novel , comparative literature, learning
PENDAHULUAN Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. (Hasbullah, 2006 : 1). Tujuan Pendidikan juga telah diuraikan dalam GBHN dan UU No 2/ 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), menyebutkan pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani.Menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, dan kesetiakawanan sosial, memiliki kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawan, serta berorientasi kemasa depan ( Sudarwan, 2006: 145). Sastra memiliki peran sangat fundamental dalam pendidikan karakter. Hal ini disebabkan karya sastra pada dasarnya membicarakan berbagai nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukkan karakter manusia. Sastra dalam pendidikan berperan mengembangkan bahasa, mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik, mengembangkan kepribadian, dan mengembangkan pribadi sosial.
Sastra sebagai media pembelajaran dapat dimanfaatkan secara reseptif (bersifat menerima) dan ekspresif (kemampuan mengungkapkan) dalam pendidikan karakter. Pemanfaatan secara reseptif karya sastra sebagai media pendidikan karakter dilakukan dengan (1) pemilihan bahan ajar, dan (2) pengelolaan proses pembelajaran. Sastra memiliki fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi pembacanya (Alwi dan Sugono, 2002:233). Sutresna (2006:61) mengatakan karya sastra sebagai suatu cerita rekaan pada hakikatnya adalah suatu struktur yang terefleksi dalam suatu teks sastra.Stuktur tersebut dibina oleh unsur-unsur karya sastra. Unsurunsur yang membangun karya sastra dari dalam disebut dengan unsur instrinsik, sedangkan unsurunsur dari luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra disebut dengan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut mempunyai hubungan fungsional yang sangat erat, terutama bila karya sastra tersebut dipandang sebagai pencerminan dari suatu kehidupan. Sebagai salah satu produk karya sastra, novel memegang peranan penting dalam memberikan berbagai kemungkinan dalam menyikapi kehidupan. Dengan demikian, novel sebagai karya fiksi dapat memberikan alternatif dalam menyikapi hidup secara imajinatif.Hal ini mungkin terjadi, karena persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan-
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 persoalan manusia. Sejalan dengan itu, Soemardjo (1999:196-197) menyatakan bahwa novel merupakan cerminan masyarakat, terutama pada unsur ekstrinsiknya dan satrawan merupakan bagian dari masyarakat..Novel dimasukkan kedalam bentuk karya sastra modern yang menawarkan ruang yang lebih leluasa untuk penggambara, penafsiran, dan dialog mengenai kehidupan sosial. Novel mamuat masalah yang terjadi di lingkungan pengarang. Lubis (1994:161) menekankan “Novel adalah hasil kesusastraan yang berbentuk prosa yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan dari kejadian itu lahirlah suatu konflik, suatu pertikaian yang mengubah nasib para tokoh pada novel itu”.Jadi dapat dikatakan dengan membaca novel, segala masalah yang terjadi dalam lingkungan pengarang dapat diketahui karena di dalam novel jelas tergambar konflik-konflik yang terjadi di masyarakat. Novel yang memaparkan masalah kehidupan manusia dengan salah satu tujuan arifnya, yaitu untuk memanusiakan manusia diharapkan dapat menjadi salah satu media yang dapat menjadi pembaca atas persoalan yang ada dan menjadi sarana penanaman pendidikan karakter bangsa secara tidak langsung.Penulis memilih novel sebagai objek penelitian karena novel merupakan jenis sastra fiksi yang menarik dengan sifat menghibur dan imajinatif, membuat pembaca seolah-olah menjadi bagian dalam cerita sehingga pesan yang terkandung di dalam novel dapat tersampaikan tanpa pembaca merasa digurui oleh penulis.Selain itu, novel dapat dijadikan salah satu media atau bahan ajar yang tepat dalam mentransfer sejumlah nilainilai kepada siswa.Hal tersebut berkaitan pula dengan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah
khususnya dalam kegiatan mengapresiasi novel. Pada penelitian ini, peneliti memilih novel karya Enid Bylton yang berjudul Semester Pertama di Malory Towers untuk dibandingkan dengan novel karya Ahmad Fuadi. Novel Semester Pertama di Malory Towers telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Djokolelono dari judul aslinya yaitu First Term at Malory Towers. Novel ini terdiri dari 6 seri yakni Semester Pertama di Malory Towers(First Term at Malory Towers), Kelas Dua di Malory Towers (SecondForm at Malory Towers), Kelas Tiga di Malory Towers (Third Year atMalory Towers), Kelas Empat di Malory Towers (Upper Four at MaloryTowers), Kelas Lima di Malory Towers (In the fifth at Malory Towers),Semester Terakhir di Malory Towers (Last Term at Malory Towers). Namun fokus penelitian hanya pada seri satu yaitu Semester Pertama diMalory Towers.Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi ini adalah sebuah trilogi yang terdiri dari Negeri Lima Menara (2009), Ranah TigaWarna (2011), dan Rantau Satu Muara (2013). Berdasarkan penelitian di atas penulis tertarik untuk mengkaji mengenai “Struktur Fisik dan Isi Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi Dengan Novel Semester Pertama Di Malory Towers Karya Enid Bylton : Suatu Kajian Sastra Bandingan dan Relevansinya Sebagai Bahan Pemebelajaran Sastra”. Peneliti memilih kedua novel tersebut karena keduanya bercerita tentang pendidikan di sebuah sekolah asrama (boarding school). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan struktur da nisi yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Semester Pertama Di Malory Towers karya Enid Bylton, serta Untuk dapat mendeskripsikan relevansi kedua
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 novel tersebut sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XII SMA. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada rumusan masalah diantaranya: (1)Perbandingan struktur yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dengan novel Semester Pertama Di Malory Towers karya Enid Bylton. (2)Perbandingan isi yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dengan novel Semester Pertama Di Malory Towers karya Enid Bylton. (3) Relevansi sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XII SMA.
kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Penelitian ini secara intensif meneliti perbandingan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dengan Semester Pertama di Malory Towers karya Enid Blyton. Hasilnya kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angkaangka, tetapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.Pada metode deskriptif ini data diuraikan dalam bentuk kata-kata. Dalam penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah kerja sebagai berikut. (1) Subjek penelitian novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Semester Pertama diMalory Towers karya Enid Blyton yang diterjemahkan pertama kali ke dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1984. dan Objek Penelitian ini adalah struktur fisik dan isi novel dalam kajian sastra bandingan; (2) Langkah Kerja Penelitian (Pengumpulan data, pengolahan data, Instrumen penelitian, penyajian hasil data); (3) Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian. Metode pengumpulan data penulis lakukan dengan menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan mempelajari berbagai literatur sebagai bahan acuan dalam menulis laporan. (Keraf,1979 ;152). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya diperoleh dari novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers sedangkan sebagai referensi penunjang penulis menggunakan data-data yang diperoleh dari sumber tertulis /
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian dapat diartikan sebagai strategi mengatur latar (setting) penelitian agar memperoleh data yang tepat (valid) sesuai dengan karakteristik veriabel dan tujuan penelitian (Wendra, 2009: 32). Pada penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutika. Artinya, baik metode hermeutika, kualitatif, dan analisi isi, secara keseluruhan memanfaatkan caracara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Sugiyono (dalam Trianto, 2010 :179) menyatakan bahwa penelitian kualitatif Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substansif, melainkan makna-makna yang terkandung di balik tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah metode kualitatif dianggap persis sama dengan metode pemahaman atau verstehen. Sesuai dengan namanya penelitian
46
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 pustaka lainnya seperti buku, ensiklopedia, artikel-artikel yang terdapat pada majalah, surat kabar, dan internet. Untuk menemukan ciri khas dari novel Negeri Lima Menara dan Semester Pertama di Malory Towers, maka data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, yaitu suatu metode yang menguraikan hasil analisis sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian membandingkannya. dalam analisis tersebut penulis menggunakan teori dan prinsipprinsip yang terdapat dalam sastra bandingan. Pendekatan sastra bandingan ini penulis gunakan, karena yang menjadi objek penelitian adalah dua wacana / teks yang berasal dari dua negara dengan Bahasa yang berbeda, tetapi mempunyai tema cerita yang hampir sama. Sesuai dengan metode yang digunakan, instrument dalam penelitian ini adalah kartu data. Saat melakukan pengumpulan data, hasilnya akan di catat dalam kartu tersebut. Setelah data digolongkan sesuai dengan rumusan masalah, selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan untuk memperoleh jawaban yang tepat sesuai dengan rumusan masalah, sehingga data tersebut dapat menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Data-data yang telah didapatkan akan disajikan uraian data yang nantinya akan digambarkan secara rinci dan jelas. Untuk mengetahui keakuratan penelitian, penyimpulan sangat penting dilakukan. Penyimpulan harus dapat menjawab semua masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut, sehingga hasil akhirnya akan diperoleh informasi mengenai perbandingan Struktur Fisik dan Isi Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi
dengan Novel Semeter Pertama Di Malory Towers Karya Enid Bylton dan Relevansinya Sebagai Bahan Pemebelajaran Sastra HASIL PEMBAHASAN Secara garis besar tema yang diangkat dari kedua novel ini memiliki persamaan yaitu mengenai pendidikan yang berlangsung dalam sebuah asrama atau pondok pesantren. Dimana hanya ada satu gender dalam dunia pendidikan tersebut seperti dalam novel Negeri Lima Menara kehidupan asrama atau podok pesantren bagi laki-laki saja dan novel Semester Satu Di Maloroy Towers bagi perempuan saja. Tokoh sentral dalam kedua novel ini memiliki perbedaan yang sangat siginifikan mulai dari gender, watak, dan lainnya. Novel negeri lima menara ditokohi oleh 6 anak laki-laki yang menamakan kelompok mereka dengan nama Sahibul Menara. Mereka antara lain, Alif, Dulamjid, Raja, Atang, Said, dan Baso. Dalam novel negeri lima menara tokoh tambahan (periferal) terdapat enam tokoh pendamping yang mana tokoh pendaming tersebut terdiri dari lima orang laki-laki dan satu wanita. Tokoh pendamping pada novel ini yaitu, Amak yang merupakan ibu dari Alif, Ayah, Ustad Salman yaitu guru dari Alif, Kiai Rais yaitu kepala dari Pondok Pesantren Madani, Tyson, dan Ustad Torik Berbeda halnya dengan tokoh sentral pada novel Semester Satu di Malory Tower.Pada novel ini pengarang mencantumkan 5 orang gadis yang menempuh pendidikan di asrama ini.Mereka antara lain Darrel Rivers, Alicia Jhons, Gwendoline, Sally Hope, dan Marry-Lou. Novel Semester Pertama Di Malory Tower yang menghadirkan sepuluh tokoh periferal yang ikut mewarnai kisah dalam novel ini. Tokoh-tokoh tersebut yaitu, Kathrine, Irene, Emily, Nona Pots, Nona
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Grayling, Pamela, Mam’zelle Duport, Mam’zelle Rougier, Pak Rivers, Nyonya Rivers Novel negeri lima menara alur yang digunakan yaitu alur regresif atau flashback atau sorot balik. Novel ini berawal dari Alif yang sedang berada di Washington DC mendapat pesan dari temannya untuk bertemu di london. Setelah itu kembali mengingat kembali seluruh kehidupannya ketika ia masuk di pondok madani dari awal ia masuk pondok hingga ia lulus dari pondok madani dan berakhir reunian Alif beserta kawan-kawannya di London. Alur yang terdapat pada novel Semester Pertama di Malory Towers ini adalah alur kronologis atau progresif di mana peristiwa diurutkan dari awal, tengah, hingga ke bagian akhir. Berawal Darrel pergi ke Malory Towers untuk bersekolah. Kehidupannya dimulai ketika ia sudah bersekolah dan ia berteman degan lima siswi lainnya. Kejadiandemi kejadian dialami oleh Darrel dan teman-temannya. Hingga akhirnya ia liburan. Latar tempat, waktu, dan sosial dalam novel negeri lima menara sangat berbeda dengan latar tempat, waktu, dan sosial dalam novel semester pertama di malory towers. Latar tempat pada Novel Negeri Lima Menara pada novel ini di antaranya adalah di kantor Alif di Washington DC, di rumah Alif di Maninjau, Trafalgar Square di London, Pondok Madani, dan apartemen Raja di London. Latar tempat yang paling banyak diceritakan pada novel ini adalah Pondok Madani.Pada novel negeri lima menara tidak dijelaskan secara langsung. Namun dapat diketahui waktunya berkisar antara tahun 1988 sampai 1992. Latar suasana yang terdapat di novel Negeri Lima Menara anatara lain kemarahan dan kekesalan, kegembiraan, kesedihan,
menegangkan, takut, dan kebahagiaan. Pada novel semester pertama di malory towers diceritakan bahwa tempatnya adalah sekolah Malory Towers berlokasi di London yang bernama Cornwall. Latar waktu pada novel semester pertama di malory towers tidak dijelaskan secara eksplisit. Namun diketahui waktunya adalah pada semester pertama. Latar suasana yang terlihat dalam novel semester pertama di malory towers antara lain kesedihan, kemarahan, gembira, dan ketakutan. Amanat Novel Negeri Lima Menara adalah agar kita tidak mudah berputus asa. Apapun keinginan dan cita-cita kita, jika kita mengupayakannya dengan sungguh-sungguh pasti akan membuahkan kesuksesan. Tetapi, dibalik kesuksesan tersebut ada doa dari kedua orang tua kita. Jadi, kita juga harus serta merta menghormati dan berbakti kepada orang tua. Amanat yang disampikan novel Semester Satu Di Malory Towers yaitu, jangan suka meremehkan orang lain. Setiap orang mempunyai keinginan menjadi lebih baik.Tugas kita adalah membantunya untuk menjadi pribadi yang baik. Selain itu masih banyak amanat dalam novel ini. Pertama, tidak semua keinginan kita dapat tercapai, apalagi saat kita berada dalam ssebuah kehidupan sosial.Kita harus mau menuruti aturan dan mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri. Kedua, jika kita ingin menginkan sesuatu, maka kita harus berusaha mendapatkannya. Buanglah rasa takut atau rasa takut itu akan menguasai diri kita. Dan yang terakhir adalah sahabat sejati adalah orang yang meskipun kita sering berbuat kasar terhadapnya, namun ia selalu ada disamping kita meskipun kita sedang berada di titik terendah.
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Negeri Lima Menara, yaitu sudut pandan first person peripheral atau akuan taksertaan. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-akan pengarang adalah si tokoh utama. Sudut pandang yang digunakan pada novel Semester Satu Di Malory Towers adalah sudut pandang third person omniscient atau diaan mahatahu.Pengarang mampu menjelajahi segalaperistiwa, termasuk sisi batin para tokoh sehingga peran pengarang sepertiseorang dalang yang memainkan wayang. Berdasarkan rumusan masalah ketiga , yaitu perbandingan isi novel Negeri Lima Menara dengan novel Semester Satu Di Malory Towers peneliti mendapatkan perbedaan dan persamaan Dari segi isi, novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Novel Semester Satu Di Malory Tower karya Enid Bylton memiliki perbedaan di latar belakang. Selain itu, dua novel ini memiliki persamaan latar sosial dimana rasa persahabatan dan saling membantu satu sama lainnya tergambar dalam dua novel ini. Latar belakang pada novel Negeri Lima Menara yaitu religius yaitu, lebih menekankan kepada agama yaitu agama Islam. Nilai-nilai karakter pada novel tersebut antara lain adalah religius, ikhlas, disiplin, peduli, mandiri, sabar, kerja keras, tegar, berbakti kepada kedua orang tua, menyeru kebaikan, bersyukur, bersungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan novel Semester Pertama di Malory Towers. Latar belakang yang tercermin dari novel ini adalah sosialis yaitu, lebih menekankan kehidupan sosial. Siswa di Sekolah Malory Towers dituntut untuk
mempunyai kehidupan sosial yang baik. Yang diharapkan dari sekolah ini adalah bila murid-muridnya tampil sebagai wanita yang lembut hati, cerdas dipercaya, berpikiran matang, seseorang yang bisa jadi andalan orang-orang disekelilingnya. Latar sosial pada novel Negeri Lima Menara menggambarkan bahwa kehidupan di sini penuh kebersamaan dalam berbagai hal, di mana semuanya dilakukan bersama-sama.Walaupun santrinya mempunyai latar belakang yang berbeda-beda tetapi itu tidak menghalangi kebersamaan mereka. Sama halnya dengan latar sosial novel Semester Satu Di Malory Towers, latar sosial dalam novel ini adalah kehidupan anak-anak di sekolah asrama.Ada yang bisa menyesuaikan diri dengan cepat, ada yang tidak bisa menyesuaikan diri sehingga kesulitan bergaul dengan teman-temannya. Rumusan masalah ketiga Relevansi Perbandingan Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi Dengan Novel Semester Satu Di Malory Towers Karya Enid ByltonSebagai Bahan Pemebelajaran Sastra Di SMA. Kriteria tujuan instruksionalSuatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuantujuan tingkah laku. Oleh karena itu, materi tersebut sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Dengan menganalisis dan membandingkan novel Negeri Lima Menara dan novel Semester Pertama Di Malory Towers. Siswa dapat mencontoh Said dalam cara berfikir dengan dewasa dan Baso dengan kegigihannya dalam belajar Al-Quran demi cita-citanya menjadi seorang hafidz (penghafal) Alqur’an. Selain itu, siswa juga belajar agar tidak bersifat manja, cengeng, dan sombong seperti Gwendoline dalam novel Semester Pertama di
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Malory Towers. Dalam hal ini guru memebrikan contoh dua novel yang berbeda yaitu novel asli Indonesia yaitu novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dengan novel terjemahan yaitu Semester Pertama Di Malory Towers karya Enid Bylton Materi Pelajaran Supaya Terjabar.Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan yang isinya setiap tujuan instruksional khusus telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati, dan terukur.Ini berarti dapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran. Salah satu pada materi pokok Perbandingan Teks Novel, dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu membandingkan teks novel baik melalui lisan mapupun tulisan. Hal ini dapat dijadikan landasan bagi guru untuk memberikan materi mengenai perbandingan dua buah novel. Setelah membaca dan membandingkan dua novel tersebut, siswa mendapatkan banyak pelajaran dan dapat mengubah sikap siswa. Dua novel ini banyak mengandung makna-makna dan nilai-nilai kehidupan yang penting bagi siswa. Salah satunya adalah kita harus saling setia kawan terhadap teman kita sperti halnya Alif dengan teman-temannya yang tergabung dalam sahibul menara dan Darrel River dengan temantemannya seperti Sally Hope, Marry Lou, dan Alicia. Relevan dengan Kebutuhan Siswa.Kebutuhan siswa yang pokok adalah mereka ingin berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain sikap, nilai, dan keterampilan. Setelah menganalisis dan membandingkan novel negeri lima menara dengan
novel semester satu di malory towers, siswa mendapatkan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Tokoh Dullmajid dalam novel Negeri Lima Menara dan Sally Hope dalam novel Semester Pertama Di Malory Towers merupakan salah satu contoh yang baik. Mereka memiliki sifat yang mandiri. Mereka tak ingin memeberatkan beban orang tua mereka dengan ikut mengantarkan mereka ke asrama atau pondok pesantren. Siswa SMA sudah berada pada usia menuju dewasa. Hal tersebut mengajarkan agar tidak terlalu terpaku kepada orang tua. Selain itu juga bertujuan agar siswa tidak selalu manja terhadap orang tua dan selalu mengandalkan orang tua tanpa mau berusaha sendiri terlebih dahulu. Kesesuaian dengan Kondisi Masyarakat. Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri.Dalam hal ini, materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.Pada masyarakat Indonesia sering sekali berfikiran bahwa asrama atau pondok pesantren adalah tepat untuk memperbaiki sifat buruk anakanak mereka menjadi anak yang lebih patuh dan hormat kepada orang tua dan masyarakat.Tetapi di dua novel ini memberikan gambaran nyata bahwa asrama atau pesantren bukan untuk anak-anak nakal atau kurang berbudipekerti. Tetapi asrama atau pondok pesantren adalah tempat untuk menepuh pendidikan sama halnya dengan sekolah tetapi ada peraturan khusus yang berlaku. Alif dan Darrel merupakan dua tokoh utama dari dua novel
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 berbeda teapi mereka digambarkan sebagai anak-anak yang pintar dan berkepribadian baik dan santun terhadap siapapun. Alif awalnya tidak mau masuk pesantren karena ia berfikiran semua yang masuk pesantren pastinya nakal. Tetapi, setelah ia masuk pesantren ia berubah fikiran dan mau menjali kehidupannya di pesantren dan berkahir lulus dengan baik dari pesantrennya Sedangkan Darrel dari awal sudah sangat menginkan masuk Malory Towers karena kepopulran asrama itu. Ketika awal masuk asrama ia mendapatkan banyak teman yang siap membantunya. Meskipun ada beberapa kejadian cukup tidak mengenakkan tetapi berkat keuletan dan ketekunan belajar ia mendapakan hasil yang memuaskan di akhir semesternya. Hal ini membuktikan bahwa asrama atau pesantren bukan untuk anak-anak nakal atau kurang budi pekerti. Tetapi asrama atau pondok pesantren adalah tempat untuk menepuh pendidikan sama halnya dengan sekolah tetapi ada peraturan khusus yang berlaku. Materi Pelajaran Mengandung Segi-Segi Etik. Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka terima diarahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya. Novel Lima Menara dan Novel Semester Satu Di Malory Towers sangat cocok dijadikan sebagai bahan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA, karena di dalam kedua novelini banyak terkandung nilai-nilai karakter yang sangat cocok diaplikasikan dikelas bagi siswa kelas XII di SMA.
Dalam novel Negeri Lima Menara ada contoh baik bagi perkembangan siswa. Tokoh raja merupakan tokoh yang paling pantang menyerah. Hal ini baik bagi siswa ketika menelasaikan masalah baik yang ada di sekolah maupun di masyarakat seharusnya tidak mudah meyerah dan berpasrah diri. Selain itu juga ada sifat disiplin yang dimiliki Baso. Sifat ini merupakan sifat yang sangat penting bagi siswa. Jika tidak disiplin maka siswa akan menjadi malas. Begitu juga pada novel Semester Pertama Di Malory Tower ada beberapa contoh positif bagi siswa. Tokoh Darrel merupakan tokoh yang pintar dan berjiwa besar serta pemaaf. Hal ini dapat diaplikasikan oleh para siswa di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Materi Pelajaran Tersususn dalam Ruang Lingkup dan Urutan yang Sistematik dan Logis.Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan cara ini, isi materi diharapkan akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya. Dengan materi membandingkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dua novel ini, siswa diharapkan dapat menukan perbedaan dan persamaan tema, tokoh dan watak, latar, amanat, dan alur dari dua novel ini. Setelah membandingkan dua novel ini siswa juga diharapkan mengambil nilai-nilai positif baik dari penokohan dan watak dan amanat yang ada dalam dua novel tersebut Materi Pelajaran Bersumber dari Buku Sumber yang Baku, Pribadi Guru yang Ahli, dan Masyarakat. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku. Guru yang ahli penting karena sumber utama
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada siswa. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan dapat dikatan sebagai metari pelajaran yang paling besar.Kedua novel Negeri lima menara dan novel Semester Pertama di Malory towers ini merupakan novel sangat bagus untuk dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa. Dari segi pengarang, sudah tidak bisa diragukan lagi bahwa Ahmad Fuadi dengan novel negeri lima menaranya yang sampai dibuat seri filmnya dan Enid Bylton yaitu seorang pengarang yang sudah terkenal dengan novel-novel berserinya antara lain yaitu kisah lima sekawan. Dengan membandingkan dua novel ini siswa secara tidak langsung merasakan bagiamana sistem pemebelajaran yang ada di asrama atau pondok pesantren.Selain itu juga menemukan perbedaan watak, sifat tokoh yang ada di dalam kedua novel tersebut dan dapat mengaplikasikan watak-watak positif dari tokoh-tokoh kedua novel tersebut. SIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan pada pembahasan di atas, maka penulis dapat menarik beberapa simpulan sebagai berikut: Pertama, Pada struktur fisik dari novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Novel Semester Satu Di Malory Tower karya Enid Bylton memiliki dua titik persamaan, yaitu pada tema major dan latar suasana. Dua novel ini sama-sama mengangkat tentang pendidikan di sebuah asrama atau pondok yang hanya ada satu gender di dalamnaya itu laki-laki atau perempuan. Latar suasana dari dua
novel ini juga sama yaitu suasana marah, sedih, gembira, dan takut. Dari segi tema minor, tokoh dan watak, latar tempat, latar waktu, alur, amanat, dan sudut pandang, dua novel ini memiliki perbedaan yang jauh. Kedua, Dari segi isi, novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Novel Semester Pertama Di Malory Tower karya Enid Bylton memiliki perbedaan di latar belakang yang mana pada novel Negeri Lima Menara lebih menekankan pada sisi religius/ agamis dimana sedangkan pada novel Semester Satu Di Malory Tower menekankan pada kehidupan yang sosial. Selain itu, dua novel ini memiliki persamaan latar sosial dimana rasa persahabatan dan saling membantu satu sama lainnya tergambar dalam dua novel ini. Ketiga, Novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dan Novel Semester Satu Di Malory Tower karya Enid Bylton cocok di jadikan bahan pembelajaran sastra di SMA terutama pada materi pokok Perbandingan Teks Novel, dengan Kompetensi Dasar (KD) : Membandingkan Teks Novel Baik Melalui Lisan Mapupun Tulisan di kelas XII semester genap. Dua novel ini memenuhi semua kriteria pemilihan materi pembelajaran sesuai dengan pendidikan.Baik novel Negeri Lima Menara maupun novel Semester Satu Di Malory Tower memiliki amanat yang baik bagi kehidupan siswa dan banayak mengandung nilai-nilai yang bisa di terapkan pada kehidupan siswa saat mereka ada di dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2002. Telaah Bahasa Dan Sastra. Jakarta: Yayasan Adikarya IKAPI DKI. Bylton, Enid. 2009. Semester Pertama Di Malory Towers.
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Fuadi, Anwar. 2011.Negeri Lima Menara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hasbullah, 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : RAJA GRAFINDO PERSADA. Lubis, Muhamad Bukhori. 1994. “Pendekatan Genetik dalam Kesusasteraan Bandingan: Beberapa Pengantar Awal” dalam Pengantar Kesusasteraan Bandingan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Sudarwan, Danim. 2006. Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Sutresna, Ida Bagus. 2006. Prosa Fiksi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.