PERAN SIKAP TEHADAP OPERASI MEDIS, NORMA SUBJEKTIF, PERSEPSI KENDALI PERILAKU, DAN PERILAKU MASA LALU DALAM MEMPREDIKSIKAN INTENSI UNTUK MENJALANI OPERASI MEDIS (STUDI PADA PASIEN KANKER DAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG)
Icha Ratna Faza
[email protected] Dosen Pembimbing : Juneman, S.Psi, M.Si Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644 ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang peran sikap terhadap operasi medis, norma subjektif, persepsi kendali perilaku, dan perilaku masa lalu dalam memprediksikan intensi untuk menjalani operasi medis. Subjek penelitian adalah para pasien jantung dan kanker dan menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan teori perilaku berencana Icek Ajzen, serta menggunakan teknik analisi linear berganda. Hasil didapatkan bahwa sikap dan perilaku masa lalu dapat memprediksikan intensi dengan korelasi positif, norma subjektif tidak mampu memprediksikan intensi,dan persepsi kendali perilaku berkorelasi negatif terhadap intensi.
Kata kunci : sikap,norma subjektif, persepsi kendali perilaku, perilaku masa lalu, intensi,regresi linear berganda
ABSTRACT THE ROLE OF ATTITUDE TOWARD MEDICAL OPERATIONS, SUBJECTIVE NORMS, PERCEIVED BEHAVORIAL CONTROL, AND THE PAST PREVIOUS BEHAVIOUR IN PREDICTING INTENTION TO GO TROUGH MEDICAL OPERATIONS (STUDY ON CANCER PATIENTS AND PATIENTS WITH HEART DISEASE). This thesis discusses the role of attitude towards medical operations, subjective norms, perceived behavorial control, and the past previous behavior in predicting intention to undergo medical operations. The subjects is the patiens of hearts disease and cancer. This research using a questionnaire as a drawft in the data collections. This research uses the Icek Ajzen’s theory of planned behavior,and also using the multiple linear regression. The results obtained that the attitude and past previous behavior can predict the intention, the subjective norms not being able to predict intention, and the perceived behavorial control correlate negatively to intention.
Keywords : attitude, subjective norms, perceived behavorial control, past previous behavior, intention, multiple linear regression.
PENDAHULUAN Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan sumber daya manusia, orang sadar pentingnya keseimbangan hidup yaitu keseimbangan jasmani dan rohani. Orang benar-benar tertarik akan pemeliharaan kebugaran jasmani serta banyak melihat ke depan bagi kehidupan, agar hidupnya bahagia dan sejahtera. Hal ini sangat ideal dan semua orang pasti menginginkan hal yang sama. Cepatnya perkembangan teknologi memungkinkan orang meningkatkan kenikmatan hidup dengan mengurangi penggunaan tenaga fisik, tetapi akibatnya dapat timbul gangguan terhadap keseimbangan fisik dan jiwa manusia karena kurang aktivitas fisik. Orang yang kurang aktivitas fisik kebugaran jasmaninya akan rendah. Orang yang kebugaran jasmaninya rendah akan menghambat untuk mencapai kesejahteraan hidup karena untuk berusaha atau bekerja akan terganggu. Status kesehatan menurut Teori Blum (dalam Notoatmojo, 1993) dipengaruhi empat faktor, yaitu: keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Keempat faktor sering berhubungan dan berinteraksi menentukan status kesehatan individu atau masyarakat, walau faktor yang dominan terhadap status kesehatan terutama akibat lingkungan dan perilaku, tetapi faktor lain juga sangat menentukan seperti pelayanan kesehatan. Upaya merubah perilaku dilakukan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan, sebab pelayanan kesehatan bukan hanya bersifat untuk pengobatan tetapi lebih penting adalah segi pencegahan terhadap timbulnya penyakit sebab pencegahan lebih bermanfaat dari pada mengobati. Masyarakat yang berpendidikan, akan berupaya untuk menjadikan lingkungan hidup yang sehat karena lingkungan hidup yang sehat akan menghindarkan dari gangguan berbagai penyaki. Seperti berhasil dirangkum detikHealth, Selasa (28/8/2012) dari berbagai sumber, berbagai gaya hidup warga kota yang dapat memperpendek umur antara lain: Suka begadang, mudah stress, naik kendaraan ugal-ugalan, malas berolahraga, suka makan junk food,suka mencari hiburan Data terakhir menyebutkan 60 persen kematian disebabkan penyakit degeneratif, dengan tiga urutan tertinggi penyakit degeneratif tertinggi disebabkan oleh penyakit jantung kemudian disusul oleh penyakit gula darah, yakni stroke (penyakit jantung) 26,9 persen, darah tinggi (penyakit jantung) 12,3 persen, dan diabetes berada di angka 10,29 persen .(detikHealth Selasa (28/8/2012)) World Health Organization menyatakan bahwa lebih dari 234 juta prosedur operasi besar dilakukan di seluruh dunia setiap tahunnya (William, 2010). Penelitian membuktikan di Negara berkembang tingkat kematian disebabkan karena operasi mayor adalah 5-10 %, dan tingkat kematian dikarenakan obat bius dilaporkan tinggi. Infeksi dan komplikasi pada pasca operasi lainnya juga menjadi perhatian diseluruh dunia (WHO guidelines, 2009). Banyak sekali penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan atau operasi. Misalnya saja penyakit kanker, dan penyakit jantung. Operasi merupakan jenis pengobatan kanker yang paling tua dan paling penting. Pembedahan atau yang lebih dikenal orang awam dengan istilah operasi menawarkan tingkat kesembuhan yang paling tinggi dibanding pengobatan kanker jenis lainnya, khususnya jika sel-sel kanker belum menyebar ke bagian tubuh lain. Operasi di Indonesia sudah semakin maju ditunjang dengan teknologi peralatan medis kedokteran yang semakin lengkap dan modern. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam dunia kesehatan semakin meningkat dan mudah dengan adanya Teknologi kedokteran terhadap kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Dengan semakin majunya teknik pembedahan, tingkat keberhasilannya pun semakin meningkat. Kini pembedahan diupayakan menimbulkan luka seminimal mungkin, sehingga penderita tetap dapat beraktivitas senormal mungkin. Operasi dipandang mengerikan bagi banyak orang dan menjadi pilihan terakhir dalam penyembuhan. Masyarakat lebih cenderung mendatangi dukun atau pengobatan alternatif untuk penyembuhan berbagai penyakit tanpa operasi. Namun pada akhirnya bila kesanggupan dukun tanpa operasi ini tidak membawa hasil, mereka akan datang lagi ke dokter tetapi dengan keadaan yang sudah terlambat yang semestinya dilakukan operasi sedari dini. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (1996), pasien preoperasi akan mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan
ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan, Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image), Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti),Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi,dan Takut operasi gagal. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih. Karena beberapa faktor diatas, bisa dikatakan bahwa niat merupakan modal terbesar pasien dalam keputusannya menjalani operasi medis, karena jika seseorang berniat,maka secara implisit seseorang tersebut akan merealisasikan niatnya, dalam hal ini adalah niat pasien untuk mau menjalani operasi medis. Bayak masayarakat takut menjalani operasi medis dan menempuh jalur pengobatan medis untuk penyembuhan. Karena operasi medis yang telah disarankan pihak medis bisa sangat berguna bagi penyembuhan penyakit pasien, dalam hal ini adalah pasien dengan penyakit kanker atau jantung yang mana keduanya dipandang penting untuk menjalani tindakan medis yang sesuai, tepat, dan ditangani oleh para ahli medis. Dalam skripsi ini saya akan mencoba meramalkan faktor-faktor apa saja yang bisa membuat pasien berniat untuk menjalani operasi medis. faktor-faktor yang akan dibahas untuk melihat intensi pasien dalam menghadapi operasi medis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1.
Subjective norms
Adalah pengaruh orang-orang terdekat terhadap niat. Jadi norma subjektif adalah persepsi seseorang tentang pengaruh sosial dalam membentuk perilaku tertentu.. Seseorang bisa terpengaruh atau tidak terpengaruh oleh tekanan sosial. Berkaitan dengan studi ini, norma subjektif adalah keyakinan seseorang untuk menjalani operasi medis berdasarkan kekuatan pengaruh orang-orang atau faktor lain di lingkungannya yang memotivasi seseorang untuk melakukan operasi medis atau tidak melakukan operasi medis. 2.
Attitude toward medical surgery
Adalah anggapan atau persepsi seseorang dalam menghadapi tindakan operasi medis seperti “apakah operasi ini akan berhasil dan membuahkan hasil yang baik, apakah operasi ini akan buruk dan gagal”. Sikap atau attitude berasal dari Bahasa Latin, yaitu aptus yang berarti sesuai atau cocok dan siap untuk bertindak atau berbuat sesuatu (Ismail & Zain, 2008). Menurut Ajzen (2005), sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu. Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut, yang diistilahkan dengan behavioral beliefs (keyakinan terhadap perilaku). Keyakinan terhadap perilaku menghubungkan perilaku dengan hasil tertentu, atau beberapa atribut lainnya seperti biaya atau kerugian yang terjadi saat melakukan suatu perilaku. Dengan perkataan lain, seseorang yang yakin bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki sikap yang positif, begitu juga sebaliknya. 3. Perceived Behavioral Control(terdiri atas: Self-efficacy dan Controllability) Self efficacy menunjuk keyakinan individu bahwa dia mampu untuk menampilkan perilaku tertentu. Self-efficacy muncul dari sejumlah sumber yang meliputi keberhasilan atau kegagalan dari perilaku yang serupa (modeling), dan melalui persuasi verbal. Persuasi verbal dapat meyakinkan individu, bahwa ia harus mencoba atau menghindari perilaku tertentu, meskipun pada akhirnya pengalaman akan keberhasilan dan kegagalan yang dialami oleh individu secara langsung yang akan lebih berpengaruh terhadap self-efficacy yang dipersepsi oleh individu. Untuk penelitian ini, keyakinan kontrol merupakan keyakinan seseorang berupa pengetahuan seseorang akan hadirnya faktor-faktor yang dapat memudahkan atau mempersulit
seseorang untuk menjalani operasi medis. Semakin besar kontrol perilaku seseorang untuk menjalani operasi medis, semakin besar intensinya untuk menjalani operasi.. 3.
Past / Previous Behavior
Adalah pengalaman subjektif seseorang mengenai operasi medis yang pernah ia jalani atau persepsi pengalaman operasi medis yang melekat di ingatannya. Dari uraian diatas, keempat faktor tersebut akan meramalkan apakah faktor-faktor yang diteliti tersebut dapat mempengaruhi intensi pasien dalam menghadapi operasi medis.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Partisipan dalam penelitian ini adalah individu yang memiliki penyakit yang diharuskan melakukan operasi mayor yaitu kanker dan jantung, , karena penyakit tersebut harus dilakukan operasi dan faktor kemudahan dalam mencari sampel karena adanya Rumah Sakit khusus Jantung dan rumah singgah kanker. Karakteristik usia partisipan adalah usia dewasa madya yang menurut Hurlock (2008) usia dewasa madya (40-60 tahun). Penelitian mengambil partisipan pada usia tersebut karena pada usia tersebut terjadinya proses penuaan atau munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut. Sebelum melakukan penelitian, dilakukan uji alat ukur yang dilakukan di dua tempat, pertama Rumah Singgah Kanker Cancer Information Support Centre (CISC) untuk pasien berpenyakit kanker, kedua bertempat di Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita bagi pasien berpenyakit jantung. Untuk uji coba alat ukur dilakukan oleh 50 partisipan. Sampel untuk penelitian dilakukan di tempat yang sama dan populasi yang sama sebanyak 100 partisipan. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan kemudahan. Mengidap penyakit kanker atau jantung. Peneliti mengambil dua sampel penyakit ini karena kedua penyakit ini akan dilakukan operasi mayor.(operasi penanaman / pemgangkatan organ) untuk menyembuhkan penyakitnya yang mencakup incision (pengirisan), excision (pengeluaran), atau suturing (menjahit) jaringan tubuh, yang biasanya diperlukan pembiusan (William, 2010).
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian noneksperimental dan korelasional-prediktif. Penelitian korelasional bermaksud untuk mengungkapkan hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini, penelitian korelasional untuk multivariabel (terdiri dari >2 variabel bebas). Tujuan dari penelitian korelasionalprediktif adalah untuk memprediksi DV berdasarkan IV.
Alat Ukur Penelitian Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan berupa 5 skala yang digabungkan menjadi sebuah kuesioner. Kuesioner digunakan karena sifatnya yang efisien, sehingga peneliti dapat mengumpulkan banyak data dalam waktu yang singkat. Selain itu menurut Neuman (2003), kuesioner merupakan suatu instrumen yang tepat untuk penelitian survey selain wawancara. kuesioner ini mengukur 5 bagian, bagian pertama yaitu mengukur sikap, bagian kedua mengukur norma subjektif, bagian ketiga mengukur persepsi kendali perilaku (PBC), bagian keempat mengukur perilaku masa lalu, bagian kelima mengukur intensi.
Satu set alat ukur ini menggunakan skala Likert. Alasan pemilihan skala Likert karena menurut beberapa ahli, yaitu Likert (1932), Hall (1934), Rundquist dan Stello (1936 dalam Edwards 1957), metode Summated Ratings (metode yang dipakai dalam skala Likert) lebih mudah dan sederhana untuk diaplikasikan pada pengembangan skala sikap daripada metode Equal Appearing Interval (seperti dalam skala Thurstone). Selain itu skala Likert juga memiliki reliabilitas lebih tinggi dibandingkan skala Thurstone ( Aiken & Marnat, 2006). 1. Alat Ukur Intensi Sesuai dengan pernyataan Fishbein dan Ajzen (1975) kala yang mengukur intensi seseorang untuk melakukan tindakan operasi medis mengandung 4 elemen, yaitu tingkah laku; objek target; situasi; dan waktu. Alat ukur ini terdiri dari 3 item yang menyatakan probabilitas partisipan berintensi untuk melakukan tindakan operasi medis. Berikut adalah contoh pernyataan itemnya : Saya berniat menjalani operasi dalam 6 (enam) bulan ke depan
STS
TS
ATS
AS
S
SS
Tingkah laku yang dimaksud adalah “menjalani operasi”, target tingkah laku adalah “operasi, ”situasi yang menyertai adalah “saya berniat’, dan waktunya adalah “6 (enam) bulan kedepan”. Pilihan jawaban sebanyak 6, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), AS (Agak Setuju),S (Setuju), SS (Sangat Setuju). Dalam kuesioner ini peneliti mengambil jarak selama 6 bulan kedepan berdasarkan teori yang dikutip dari Smeltzer and Bare ( 2002 ), yang membagi operasi menurut tingkatan luas atau tingkatan resiko mayor yang artinya operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien. Dan juga berada dalam tingkat urgensi yang diperlukan, artinya klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan jika penyakit yang di derita pasien bersifat dapat berkembang dengan cepat seperti penyakit kanker. Dan juga menurut Potter dan Perry ( 2005 ) bahwa pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anakanak) dan usia lanjut (40 keatas) mempunyai resiko lebih penyembuhan lebih lama apabila melakukan operasi mayor, yang bisa berkisar antara beberapa minggu bahkan beberapa bulan untuk penyembuhan. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun, sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ. Dan juga Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM ( Penyakit Paru Obstruksi Menahun), kanker dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakaian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi dan membutuhkan waktu lama untuk penyembuhan 2. Skala ukur norma subjektif Melewati 2 tahap, yaitu skala Normative belief, dan motivation to comply. Yang digunakan adalah skala Likert dengan 6 jawaban pilihan Skala yang mengukur norma subjektif ini ada sebanyak 14 item, dimana 7 item mengukur Normative Belief, dan 7 item mengukur motivation to comply. Pada bagian Normative belief ( baris atas), semakin tinggi angka yang dipilih partisipan dalam skala menunjukan nilai positif (favorable), dan semakin rendah nilai yang dipilih partisipan dalam skala menunjukan nilai negatif (unfavorable). Pada bagian motivation to comply (baris bawah) makin rendah angka yang dipilih partisipan dalam skala menunjukan nilai positif (favorable), sedangkan semakin tinggi nilai yang dipilih pertisipan dalam skala menunjukan nilai (unfavorable). Pada motivation to comply bila partisipan memilih angka 1 maka nilainya adalah -3 (Jika memilih angka 6 maka nilainya +3).
3. Alat Ukur Sikap Alat ukur yang digunakan dalam mengukur variabel ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Sikap terhadap operasi diukur dengan menggunakan skala sikap (attitude scale). Metode pengungkapan sikap ini ditunjukkan dengan self-report berupa daftar pernyataan – pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Jenis skala sikap yang dipakai adalah Likert. Terdapat dua asumsi dalam menggunakan skala Likert (Azwar, 2012): a) Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tak favorable b) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif. Sebelum dibuatnya item-item kuesioner sikap, Ajzen dan Fishbein, 1980 (dalam Sutton 2003) menyebutkan pentingnya pembuatan elisitasi salient behavioral beliefs yaitu keyakinan-keyakinan suatu kelompok sample populasi mengenai konsekuensi dari perilaku operasi. responden akan diberikan pertanyaan terbuka yaitu: 1. Menurut anda, apa keuntungan dari operasi bagi penyakit anda? 2. Menurut anda, apa kerugian dari operasi bagi penyakit anda? Dari jawaban-jawaban responden tersebut peneliti membuat elisitasi salient beliefs. Kepercayaan-kepercayaan responden mengenai keuntungan dan kerugian dari operasi lah yang menentukan sikap mereka terhadap operasi. setelah dibuat daftar mengenai elisitasi salient beliefs, barulah peneliti membuat kuesioner behavioral beliefs yang terdiri dari 18 item, kuesioner outcome evaluations yang mengukur hasil evaluasi subjek dari pernyataan kuesioner behavioral beliefs, dan kuesioner yang mengukur sikap mereka terhadap operasi yang berjumlah 11 item. Pernyataan kuesioner sikap disusun berdasarkan kecenderungan subjek mengenai operasi seperti baik-buruk, menyenangkan-membosankan, dan sebagainya. 4. Alat Ukur PBC PBC diukur dengan 2 cara,yaitu cara yang mengukur control belief dan cara yang mengukur power belief. Skala yangdigunakan adalah skala Likert dengan 6 pilihan jawaban, pernyataan skala control belief (baris atas) dan contoh pernyataan power belief (baris bawah). Skala yang mengukur PBC ini terdiri dari 22 item, dimana 11 item menukur control belief dan 11 item mengukur kekuatan belief mendorong atau menghambat. Dan 11 item mengukur power belief. Pada bagian baris atas (control belief ) semakin kecil anga yang dipilih,berarti tinggi nilai posiitifnya, karena semua item dalam PBC yang dirancang dalam kuesioner ini adalah Unfavorable. Pada bagian baris bawah (power belief), apabila partisipan memilih angka 1 akan bernilai -3, dan nilai 3 apabila partisipan memilih angka 6.
5. Alat Ukur Past previous behavior Pasti previous behavior (perilaku masa lalu) dalam kuesioner ini melihat apakah pertisipan memiliki perilaku yang positif dan negatif di masa lalu mereka mengenai operasi medis. Skala yang diberikan adalah skala Likert dengan 6 pilihan jawaban. Skala yang mengukur Past previous behavior ini terdiri dari 1 item. Apabila partisipan memilih STS (Sangat Tidak Setuju) maka nilainya adalah -3 dan apabila partisipan memilih SS maka nilai yang diberikan adalah 3. Uji Validitas dan reliabilitas Peneliti menggunakan validitas konstruk dan reliabilitas koefisien alfa memalui program SPSS 20 pada tahapan uji coba sebelum penelitian dimulai. Berikut adalah hasil dari uji validitas dan reliabilitas dari ketiga variabel identitas ego (komitmen), persepsi ketidakpastian, dan sikap.Item yang nilai corrected item correlation < 0,25 harus dihilangkan. Selisih item sebelum dihilangkan dengan sesudah dihilangkan berkisar 1-6 item, yang dapat diinterpretasikan kalau validitas konstruk pada item cukup besar. Item bisa
dikatakan reliable bila nilai cronbarch’s alpha > 0,6. Secara keseluruhan alat tes ini memiliki koefisien alfa 0,922. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas yang cukup baik Prosedur Penelitian Dalam pembuatan alat penelitian terdapat tiga tahap yang dilakukan. Tahapan pertama adalah membuat elisitasi. Elisitasi penting untuk menentukan item – item kuesioner sikap dan persepsi risiko untuk mengetahui pendapat orang mengenai operasi, apa alasan mereka ingin dan tidak ingin dioperasi. Elisitasi dibuat dengan mengumpulkan pendapat – pendapat masyarakat mengenai operasi di berbagai forum internet yang ada. Dengan adanya elisitasi, peneliti dapat mengetahui belief masyarakat mengenai operasi dan alasan apa sajakah yang membuat mereka mau dan tidak mau dioperasi. Selain itu elisitasi juga berguna dalam mendeskripsikan bahaya – bahaya yang masyarakat percaya apabila mereka melakukan operasi. Tahapan kedua adalah pembuatan kuesioner disesuaikan dengan teori masing – masing variabel . Selanjutnya, pembuatan kuesioner sesuai dengan teori dan elisitasi yang telah dibuat. Untuk pembuatan item – item kuesioner niat ,sikap, PBC, past previous behaviour dibutuhkan empat elisitasi. Pertama, adalah pembuatan elisitasi niat terhadap operasi. Elisitasi yang dibutuhkan untuk pembuatan kuesioner tersebut adalah pendapat masyarakat mengenai kesudian untuk dioperasi dan alasannya. Elisitasi didapatkan dari berbagai sumber diinternet termasuk forum – forum mengenai operasi. Elisitasi niat, sikap,PBC, past previous behaviour orang mengenai operasi dikelompokkan menjadi dua, pertama kelompok orang yang mau dioperasi berikut alasannya dan yang kedua kelompok orang yang tidak mau dioperasi serta alasannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap terhadap operasi dapat memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis (Beta = 0,209; p < 0,05). Arah prediksinya positif. Artinya, semakin positif sikap terhadap operasi medis, maka semakin tinggi intensi (niat) menjalani operasi medis. Norma subjektif tidak dapat memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis (Beta = -0,148; p > 0,05). Persepsi kendali perilaku dapat memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis (Beta = -2,71 ; p < 0,05). Arah prediksinya negatif. Artinya, semakin kuat persepsi kendali perilaku, semakin rendah intensi (niat) menjalani operasi medis. Perilaku masa lalu sehubungan dengan operasi (past behaviour) dapat memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis (Beta = 0,425; p < 0,05). Arah prediksinya positif. Artinya, semakin orang memiliki pengalaman masa lalu yang sukses berkenaan dengan operasi medis, maka semakin tinggi intensi (niat) menjalani operasi medis. Sikap terhadap operasi, persepsi kendali perilaku, dan perilaku masa lalu secara bersama-sama mampu memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis (R square/koefisien determinasi = 0.581; F = 32.353; p < 0.05). Artinya, intensi (niat) menjalani operasi medis sebanyak 58,1% mampu diprediksikan secara bersama-sama oleh sikap terhadap operasi, persepsi kendali perilaku, dan perilaku masa lalu. Sisanya, 41.9% variasi intensi (niat) menjalani operasi medis dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak turut diteliti dalam penelitian ini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sikap terhadap operasi mampu memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis) Arah prediksinya positif. Artinya, semakin positif sikap terhadap operasi medis, maka semakin tinggi intensi (niat) menjalani operasi medis. Norma subjektif tidak mampu memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis Arah Artinya, persepsi mengenai dukungan dari significant others (orang lain yang penting) tidak berhubungan dengan intensi (niat) menjalani operasi medis. Dalam penelitian ini hanya sikap terhadap operasi, persepsi kendali perilaku, dan perilaku masa lalu yang dapat memprediksikan intensi menjalani operasi medis. Persepsi kendali perilaku mampu memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis. Arah prediksinya negatif. Artinya, semakin kuat persepsi kendali perilaku, semakin rendah intensi (niat) menjalani operasi medis. Perilaku masa lalu sehubungan dengan operasi (past behaviour) mampu memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis. Arah prediksinya positif. Artinya, semakin orang memiliki pengalaman masa lalu yang sukses berkenaan dengan operasi medis, maka semakin tinggi intensi (niat) menjalani operasi medis.
Sikap terhadap operasi, norma subjektif, persepsi kendali perilaku, dan perilaku masa lalu secara bersamasama mampu memprediksikan intensi (niat) menjalani operasi medis . intensi (niat) menjalani operasi medis sebanyak 58,1% mampu diprediksikan secara bersama-sama oleh sikap terhadap operasi, norma subjektif, persepsi kendali perilaku, dan perilaku masa lalu. Sisanya, 49,1% variasi intensi (niat) menjalani operasi medis dapat dijelaskan oleh variabel -variabel lain yang tidak turut diteliti dalam penelitian ini. Saran Meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh perbedaan usia dalam intensi pasien dalam menghadapai operasi medis. Menentukan karakteristik subyek dengan proporsi yang sama, misalnya jumlah pasien wanita dan pria disamakan, usia dan latar belakang pendidikan juga disamakan. Mengontrol variabel-variabel sekunder yang mungkin mempengaruhi tingkat intensi. Ada 41,9% pengaruh dari variabel lain yang tidak turut di teliti dalam penelitian ini. Saran Praktis Dengan mengetahui aspek yang berkorelasi positif terhadap intensi pasien menjalani operasi adalah sikap dan perilaku masa lalu, maka sebaiknya pasien yang memiliki sikap yang negatif dan perilaku masa lalu yang kurang berkenan dengan aktivitas operasi medis sebaiknya diberikan bukan saja diberikan terapi medis, namun juga diberikan terapi psikis untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mampu menjalani operasi medis. Untuk pasien yang kan menjalani operasi medis hendaknya lebih terbuka pemikirannya bahwa operasi akan membuat hidup lebih baik dan ada baiknya memilih rumah sakit maupun dokter yang sesuai dengan pilihan agar perasaan percaya diri untuk menjalankan operasi medis akan lebih meningkat jika ditangani oleh para ahli yang sudah memiliki kredibilitas baik. Penelitian ini belum melakukan back-translation. Dalam adaptasi alat ukur, dikenal adanya forward translation dan back translation. Forward translation, seperti yang dilakukan oleh penelitian ini, menerjemahkan alat ukur dari bahasa asing ke bahasa Indonesia dengan expert judgment dosen pembimbing. Back-translation, belum dilakukan oleh penelitian ini, menerjemahkan kembali hasil terjemahan bahasa Indonesia tersebut ke bahasa asing awal oleh penerjemah independen, guna mengetahui kecocokan hasil terjemahan. Apabila ditemukan kesesuaian antara forward dan back translation, maka hasil adaptasi lebih meningkat kualitasnya. REFERENSI Aiken, L.R & Marnat, G.G. (2006). Psychological testing and Assesment (12th ed). Boston : Pearson Education Group,Inc. Ajzen, I. (1988). Atitude, Personality, and Behavior. Milton Keynes. England: Open University Perss Ajzen, I. (1985). From Intention to Actions: A Theory of Planned Behavior. dalam Kuhl and J. Beckmann (Eds). Action-Control: From Cognition to Behavior,. New York: Springer Ajzen, I. (1991). Theory of Planned Behavior: Organizational Behavior and Human Decision Processes. University of Massachusetts : Academic Press among US and Swedish voters. Social Psychology Quarterly, 53, 1, 44-54. Arikunto, Suharsimi (2003) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik; Cet.13; Jakarta: Rhineka Cipta. Edwards, A.E. (1957). Technique for Attitudes Scale Construction. New York : Appleton – Century. Fatmah. (2006). Makara Kesehatan: Respons Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Vol. 10, No. 1, h. 47-53
Granberg, D. dan Holmberg, S. (1990). The intention-behavior relationship Harahap, Sumiardi dan Bob Bachsinar, (1992) Bedah Minor; Jakarta: Penerbit Hipokrates http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/101284 (diakses pada tanggal 25 Desember 2012 Hurlock, E.B. (2008). Developmental Psychology 5th ed. New York: Tata McGrawHill Ismail, V. Y., & Zain, E. (2008). Peranan Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Pelajar SLTA untuk Memilih Fakultas Ekonomi.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 5 Nomor 3, Desember 08. Kogakusha. Tokyo
Kusnanto, (2012). Gaya hidup orang kota yang memperpendek umur. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2012. http://health.detik.com/read/2012/08/28/154126/2001188/766/gaya-hidup-orang-kota-yangmemperpendek-umur Likert, R. (1932). A technique for Measurement of Attitudes. Archieves of Psychology. 140, 5-53. Long, B.C.(1996). Keperawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung: YIAPK, Meidi , (2012). Stress akibat rambut rontok dan kehilangan payudara. Diakses pada tanggal 25 Desember 2012. http://m.tribunnews.com/2012/07/17/stres-akibat-rambut-rontok-dannyaris-kehilangan-payudara Neuman, W. Lawrence. 2006. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches – 6th Edition. Boston: Pearson Education. Hlm.2. Notoajmojo,S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Kesehatan. Yogyakarta
Andi
Offset Parker D, Manstead ASR, Stradling SG, et al. Intention to commit driving violations: an application of the theory of planned behavior. J Appl Psychol 1992;77:94-101. Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005 Purwaidi, (2012). horror! Tersadar saat operasi. diakses pada tangga 25 Desember 2012. http://health.detik.com/read/2012/04/27/123350/1903191/1202/horor-tersadar-tiba-tiba-saat-sedangoperasi-paru Reni
(2012). Takut operasi batu ginjal. Diakses pada 25 2012.http://health.kompas.com/read/2011/02/14/09431452/Takut.Operasi.Batu.Ginjal
Desember
Secord, P.F., dan C. Backman. 1964. Social Psycology. Mc Graw Hill. Smeltzer, S. C, Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Smeltzer, S. C, Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Verplanken, B. dan Orbell, S. (2003). Reflections on past behavior : A self-report index of habit strength. Journal of Applied Social Psychology, 33, 6, 1313-1330. Walcott, E. (2004). Seni Pengobatan Alternatif Pengetahuan dan Persepsi. Program Tugas Studi Lapangan. Malang: Universitas Muhammadiyah. William, M.P. (2010). Measuring Morbodity following Major Surgery. Doctor of Medicine. World Health Organization. (2009). WHO Guideliness for Safe Surgery: Safe Surgery Safe Lives. Swutzerland: WHO Press.