I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyokong utama perekonomian rakyat. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih bermatapencaharian sebagai petani. Sektor pertanian dalam arti luas terbagi menjadi beberapa subsektor, antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Semua subsektor tersebut memiliki peranan yang penting dalam pembentukan perekonomian rakyat. Menurut Prabowo (1995) sektor pertanian mempunyai peran penyumbang terbesar terhadap Produksi Domestik Bruto (PDB), sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja dan juga sumbangan terhadap ekspor. Tidak heran jika sektor pertanian memegang peranan penting di Indonesia. Pembangunan
pertanian
dilakukan
dengan
cara
salah
satunya
peningkatan produksi pertanian. Peningkatan produksi pertanian ini dapat mempercepat pembangunan pertanian khususnya subsektor tanaman bahan pangan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Tidak hanya subsektor tanaman pangan saja yang perlu diperhatikan, namun subsektor yang memberikan sumbangan devisa melalui kegiatan ekspor, salah satunya subsektor perkebunan. Komoditas perkebunan Indonesia sangatlah beragam, contohnya cengkeh, teh dan kopi. Menurut Rahardjo (2012) kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia. Konsumsi per kapita Indonesia akan kopi bubuk dan instan hanya sebesar 0,6 kg per kapita per tahun. Angka konsumsi ini masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara Eropa seperti Finlandia (12,0 kg), Norwegia (9,9 kg), Belanda (8,4 kg), Denmark (8,7 kg), Swedia (8,2 kg) dan Swiss (7,9 kg). Konsumsi kopi per kapita Indonesia juga masih rendah dibandingkan negara tetangga, seperti Filipina dan Malaysia yaitu masing-masing sebesar 0,7 kg per
1
2
kapita per tahun dan 0,9 per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan dari segi potensi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk meningkatkan pasar kopi
dalam
negeri
dan
juga
memperluas
pasar
kopi
luar
negeri
(Budiman, 2012). Tanaman kopi tumbuh subur di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu kabupaten yang memiliki rata-rata produksi kopi tertinggi di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Temanggung. Kabupaten Temanggung memiliki topografi yang
beranekaragam sesuai dengan tipikal wilayah yang dikelilingi oleh
gunung dan pegunungan. Bentuk topografi wilayah berupa dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan kemiringan antara 0 % - 70 % (datar sampai dengan sangat curam). Berdasarkan ketinggian wilayah, Kabupaten Temanggung menjadi kabupaten yang cocok untuk budidaya tanaman kopi. Kopi juga termasuk dari sembilan komoditas unggulan yang ada di Kabupaten Temanggung. Kopi sebagai komoditas unggulan, saat ini Pemerintah Kabupaten Temanggung terus berupaya mengembangkan potensi produksi kopi disertai peningkatan kualitas kopi (Bappeda, 2015). Luas areal dan Produksi kopi dijelaskan Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kopi di Beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2014 No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Kabupaten / Kota Temanggung Semarang Kendal Jepara Banjarnegara
Luas Areal (Ha) 9.304,47 3.488,07 2.855,36 2.150,00 1.890,21
Produksi (Ton) 10.254,33 1.423,85 1.341,66 675,00 865,05
Sumber : BPS Jawa Tengah 2015 Kabupaten Temanggung baik dari sisi luas areal dan produksi kopi merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah pada tahun 2014. Kabupaten selanjutnya berturut turut Kabupaten Semarang, Kendal, Jepara dan Banjarnegara. Luas areal tanam dan produksi kopi robusta yang tertinggi di Jawa Tengah menunjukkan
bahwa kopi robusta memiliki potensi untuk
3
dikembangkan, maka dari itu Pemerintah Kabupaten Temanggung menjadikan komoditas kopi robusta menjadi komoditas unggulan. Jenis kopi yang dibudidayakan di Kabupaten Temanggung yaitu jenis kopi robusta dan kopi arabika. Perbedaan kopi robusta dan arabika yang sangat terlihat yaitu kopi arabika dapat ditanam dengan baik pada dataran tinggi, sedangkan kopi robusta dapat ditanam pada dataran sedang dan dataran tinggi. Jenis kopi robusta lebih tahan terhadap penyakit daripada kopi arabika, karena sifat yang lebih unggul ini, saat ini kopi robusta mendominasi perkebunan rakyat di Indonesia, termasuk pula perkebunan rakyat di Kabupaten Temanggung. Menurut BPS (2014) luas perkebunan rakyat terbesar adalah tanaman tembakau yaitu 14.517 hektar dengan produksi 7.146,12 ton. Tanaman tembakau tersebar hampir disebagian besar kecamatan di Kabupaten Temanggung kecuali Kecamatan Bejen dan Pringsurat. Luasan terbesar selanjutnya adalah tanaman kopi robusta seluas 8.158,55 hektar dengan produksi 7.388,79 ton. Tanaman kopi robusta ada di semua kecamatan di Kabupaten Temanggung. Tabel 2 menunjukkan luas areal tanam dan produksi kopi robusta serta presentase perubahannya dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Tabel 2. Luas Areal Tanam dan Produksi Kopi Robusta tahun 2009-2013 di Kabupaten Temanggung No Tahun 1 2009 2 2010 3 2011 4 2012 5 2013 Rata-rata
Luas Areal Tanam (Ha) 9272,98 8929,73 9263,02 9256,28 8158,55 8.976,11
∆ L (Ha) -343,25 333,29 -6,74 -1.097,73
Produksi (Ton) 6044,04 4807,89 2514,22 8518,95 7388,79 5854,77
∆P Produktivitas (Ton) (kg/Ha) 651,79 -1236,15 538,41 -2293,67 271,42 6004,73 920,34 -1130,16 905,64 652,26
Sumber : BPS Kabupaten Temanggung 2015 Perkembangan luas areal tanam, produksi dan produktivitas serta perkembangan luas areal tanam dan produksi kopi robusta dari tahun 2009 hingga tahun 2013 terlihat pada Tabel 2. Luas areal panen dan produksi kopi robusta dari tahun ke tahun selalu berubah. Dari tahun 2009 hingga 2013, produksi terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 2514,22 ton, sehingga bila
4
dilihat produksinya dari tahun 2009 hingga 2011 cenderung menurun. Bila dilihat dari presentase perkembangan luas areal tanamnya yang tertinggi pada tahun 2010 sebesar 343,25 sedangkan presentase perkembangan produksi yang tertinggi pada tahun 2012 sebesar 8518,95 ton. Karena produksi yang terus menurun, maka para petani fokus untuk meningkatkan produksi, salah satunya dengan penggunaan pupuk tambahan untuk dapat meningkatkan produksi. Maka pada tahun 2012, produksi kopi robusta yang dihasilkan sebesar 8518,95 ton, meningkat cukup tinggi. Luas areal tanam kopi robusta di Kabupaten Temanggung dari tahun 2009 hingga 2013 cenderung fluktuatif. Luas areal tanam yang terendah yaitu pada tahun 2013 sebesar 8158,55 Ha. Produktivitas tertinggi pada tahun 2011sebesar 920,34 kg/Ha. Produksi kopi robusta dan luas areal tanam kopi robusta mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Perubahan luas areal tanam kopi robusta dapat mempengaruhi produksi kopi robusta di Kabupaten Temanggung. Tabel 3. Perkembangan Harga Kopi Robusta di Kabupaten Temanggung Tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Harga Kopi Robusta (Rupiah) 15.850,00 16.540,00 18.220,00 19.100,00 20.200,00
Sumber : BPS Kabupaten Temanggung 2015 Harga kopi robusta dari tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan. Perkembangan harga kopi robusta mengalami peningkatan namun tingkat inflasi masing-masing tahun berbeda. Harga memiliki hubungan yang erat dengan tingkat penawaran. Hukum penawaran menyebutkan bahwa semakin tinggi harga maka semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Hal tersebut juga terjadi pada penawaran kopi robusta dimana pada saat harga tinggi maka akan semakin banyak jumlah kopi robusta yang ditawarkan. Selain komoditas tembakau, komoditas kopi robusta merupakan komoditas unggulan
5
di Kabupaten Temanggung. Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis, berdasarkan baik pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat), untuk dikembangkan di suatu wilayah. Kopi robusta sampai saat ini masih menjadi penyedia lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan bagi petani kopi di Kabupaten Temanggung. Perkembangan harga kopi dari tahun 2010 hingga tahun 2014 cenderung meningkat sedangkan perkembangan luas areal tanam kopi robusta cenderung berubah (Tabel 2), sehingga hal ini menyebabkan produksi kopi robusta pun berubah-ubah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut ditawarkan, begitu pula sebaliknya. Perubahan luas areal tanam dan harga kopi robusta akan mempengaruhi perubahan jumlah kopi robusta yang ditawarkan. Perubahan jumlah kopi robusta akan berpengaruh pada penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung. Kopi robusta sebagai salah satu komoditas unggulan sudah
seharusnya memiliki keunggulan penawaran yang tinggi,
dengan harga dan produksi yang tinggi pula. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung dan nilai elastisitas penawaran kopi robusta sebagai akibat adanya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. B. Perumusan Masalah Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Temanggung khususnya kopi robusta. Kabupaten Temanggung juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi kopi robusta. Hal ini ditunjukkan dengan luas areal tanam perkebunan rakyat yang cukup luas. Namun terdapat satu permasalahan, yaitu adanya perubahan produksi kopi robusta akibat dari perubahan luas areal tanam kopi robusta. Disisi lain permintaan terhadap kopi yang cenderung meningkat. Kopi robusta sebagai komoditas unggulan diharapkan memiliki produksi yang bisa terus meningkat diikuti perbaikan kualitas dan suplai ke pasar secara kontinyu atau berkesinambungan. Jumlah
6
produksi kopi robusta akan berpengaruh terhadap jumlah kopi robusta yang ditawarkan. Perubahan harga ditingkat petani mempunyai arti penting dalam merangsang peningkatan produksi dan produktivitas petani kopi robusta. Potensi kopi robusta dilihat dari sisi permintaan yang semakin meningkat, maka harus diimbangi dengan penawaran kopi robusta yang lebih baik. Permintaan kopi robusta terutama berasal dari wilayah diluar Kabupaten Temanggung, bahkan sampai ke Belanda dan Korea. Untuk memenuhi permintaan tersebut, perlu mengoptimalkan produksi kopi robusta. Penawaran kopi robusta erat kaitannya dengan harga kopi robusta, besarnya produksi yang ada dan luas areal tanam, namun demikian pada perkembangannya, luas areal
tanam
dan
produksi
cenderung
berubah-ubah.
Hal
ini
akan
mengakibatkan penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung menjadi berubah-ubah pula. Dari bahasan yang sudah dipaparkan diatas, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung? 2. Faktor apa yang paling mempengaruhi penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung? 3. Seberapa besarnya nilai elastisitas (kepekaan) penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung. 2. Mengetahui faktor yang paling mempengaruhi penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung. 3. Mengetahui besarnya nilai elastisitas (kepekaan) penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung.
7
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan terutama terkait dengan penawaran kopi robusta. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.