I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%, sedangkan menurut Angela (2005) prevalensi karies gigi mencapai 76,69% dengan indeks DMFT rata-rata 2,21. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 melaporkan bahwa skor DMFT di Indonesia mencapai 4,85 (Soendoro, 2008). Salah satu penyebab karies gigi adalah plak. Plak gigi merupakan deposit bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Email pada gigi akan ditutupi oleh lapisan organik amorf yang disebut pelikel (Kidd, 1992). Faktor dan jenis makanan mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak akan mudah terbentuk jika seseorang mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung karbohidrat terutama jenis sukrosa, karena akan menghasilkan glukan dan fruktan yang memegang peranan penting dalam pembentukan matriks plak (Yanti dan Natamiharja, 2005). Anak-anak pada umumnya suka mengonsumsi makanan yang bersifat kariogenik seperti roti, biskuit, permen, cokelat, es krim, dan lain-lain. Makanan ini bersifat manis dan lengket yang merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi (Hadnyanawati, 2002). Makanan yang bertekstur lunak serta konsumsi karbohidrat yang tinggi dapat meningkatkan akumulasi plak pada permukaan gigi sehingga terjadinya penyakit karies juga semakin tinggi (Riani dan Sarasati, 2005).
1
2
Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memfermentasi sisa karbohidrat dan menghasilkan asam, sehingga asam tersebut akan menyebabkan demineralisasi. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi, namun apabila makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna (Panjaitan, 1995; Reich, 1999; Pintauli dan Hamada, 2008). Bentuk fisik makanan yang basah dengan tekstur yang lunak, lengket dan manis mudah menempel pada permukaaan gigi dan sela-sela gigi yang jika dibiarkan akan menghasilkan asam yang lebih banyak sehingga mempertinggi resiko terkena karies gigi. Makanan yang lunak membutuhkan waktu mengunyah yang lebih sedikit dibandingkan makanan yang kasar dan berserat. Gerakan mengunyah akan merangsang pengaliran saliva yang dapat membersihkan gigi dan melarutkan makanan yang menempel pada permukaan gigi serta menetralisasi zat-zat asam yang ada, oleh karena itu apabila mengonsumsi makanan yang bertekstur lunak maka aliran saliva menjadi lebih sedikit, makanan yang menempel pada permukaan gigi menjadi lebih banyak, sehingga pembentukan plak akan juga semakin banyak (Suwelo 1992). Roti merupakan jenis makanan basah yang bertekstur lunak sebagai sumber karbohidrat serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena roti sangat praktis untuk bekal atau snack diantara waktu makan, ditambah lagi saat ini roti memiliki variasi yang lebih beragam serta mudah didapat. Seiring dengan
3
berjalannya waktu, roti tidak lagi dinikmati di pagi hari saja, tetapi sudah meluas sebagai menu makanan alternatif pada siang hari dan malam hari disegala kondisi dan waktu makan, oleh karena itu kandungan gizi roti perlu diperhatikan agar dapat memberikan sumbangan gizi yang cukup. Secara umum roti dibedakan menjadi roti tawar dan roti manis. Roti manis dibedakan atas bahan pengisinya, seperti roti isi pisang, nanas, kelapa, daging sapi, daging ayam, sosis, cokelat, keju, dan lain-lain (Irmawati, 2012). Pada umumnya anak-anak menyukai roti dengan isi yang beraneka ragam. Menurut penelitian Pratama (2008) dan Ciptaria (2011), dari berbagai macam roti manis dengan isi moka, keju, dan cokelat, yang paling banyak disukai oleh anakanak yaitu roti cokelat. Cokelat merupakan bahan perasa yang biasa digunakan sebagai bahan pengisi pada roti. Cokelat mempunyai cita rasa yang khas, teksturnya lengket, berbentuk padat pada suhu ruang, cepat meleleh pada suhu rongga mulut, serta terasa lembut di lidah. Bahan yang digunakan untuk membuat cokelat bervariasi, diantaranya pasta/liquor kakao, gula halus, susu, dan lemak kakao, bahan tersebut digunakan sebagai bahan untuk menambah cita rasa. Bahan tersebut dicampur dengan perbandingan tertentu, kemudian dilembutkan dengan mesin (Wahyudi, dkk, 2008). Bahan pengisi pada roti cokelat biasanya berupa selai/pasta cokelat yang memiliki rasa manis dan bersifat lengket. Selai cokelat ini biasanya mengandung komponen susu dan gula, sehingga kandungan karbohidrat didalamnya dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut (Nasution dkk, 1985). Sifat lengket pada pasta cokelat yang dikombinasikan dengan roti yang memiliki tekstur lunak dan
4
manis akan berdampak pada penumpukkan plak gigi, yang merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi. Jumlah, waktu, dan jenis makanan pada anak berbeda dengan orang dewasa. Frekuensi makan pada anak lebih sering karena mereka sangat suka makan makanan ringan diantara waktu makan, hal inilah yang menyebabkan pembentukkan plak yang banyak (Dalimunthe, 2001). Pada anak usia 9-11 tahun, fase ini adalah masa Sekolah Dasar. Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap menyelidik, mencoba, dan bereksperimen yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar. Anak usia sekolah ini membutuhkan asupan gizi yang cukup, karena pada usia tersebut anak masih dalam tahap tumbuh kembang serta sebagai sumber energi bagi tubuh untuk melakukan kegiatannya sehari-hari, sehingga konsumsi makanan yang diberikan harus diperhatikan, karena pada tahap ini anak mulai aktif bersosialisasi dengan teman-temannya (Irmawati, 2012; Sobur, 2009).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimanakah pengaruh jumlah karbohidrat pada roti cokelat terhadap akumulasi plak gigi pada anak usia 9-11 tahun?
C. Keaslian penelitian Penelitian mengenai pengaruh jumlah karbohidrat pada roti cokelat terhadap akumulasi plak gigi pada anak usia 9-11 tahun belum pernah dilakukan.
5
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah karbohidrat pada roti cokelat terhadap akumulasi plak gigi pada anak usia 9-11 tahun.
E. Manfaat Penelitian 1.
Ilmu Pengetahuan Sumbangan bagi kemajuan ilmu kedokteran gigi anak, khususnya sebagai upaya preventif untuk menjaga kebersihan rongga mulut anak serta dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.
2.
Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perlunya memperhatikan makanan yang bersifat manis dan lengket terhadap kesehatan rongga mulut anak.