I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Menurut Hernanto (1991) meskipun Indonesia merupakan negara agraris, luas lautannya lebih luas dari daratannya. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas total wilayah Indonesia. Indonesia dianugerahi daratan yang subur dan didukung iklim yang menguntungkan untuk kegiatan di sektor pertanian. Kegiatan pertanian baik kegiatan budidaya sampai beternak merupakan kegiatan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan yang berbeda dalam setiap kegiatan pertanian. Hasil produksi pertanian yang dihasilkan tidak kalah unik. Berbagai keanekaragaman kegiatan dan hasil pertanian inilah yang perlu dikembangkan dan dijadikan sebagai daya tarik Indonesia di pasar dunia. Untuk itu diperlukan pembangunan pertanian Indonesia mulai dari sektor hulu sampai hilir. Pembangunan sendiri merupakan sebuah upaya untuk perubahan terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebik baik di masa mendatang. Sebuah perubahan terencana, maka pembangunan harus berpijak pada perencanaan yang matang melalui proses yang melibatkan segenap elemen stategis masyarakat. Perencanaan pembangunan harus terencana mulai persiapan, pelaksanaan,
monitoring
sampai
evalusi
bahkan
sampai
pembiayaan
(Munawaroh, 2012). Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi namun tetap memperhatikan alam. Ketika produksi meningkat diharapkan pendapatan petani akan meningkat. Ketika pendapatan penduduk yang meningkat akan memberikan Pembangunan
dampak
baik
pertanian
pada
yang
pertumbuhan
dilakukan
tidak
ekonomi
suatu
hanya
berfokus
daerah. pada
pengembangan komoditas pangan, namun juga harus memperhatikan sektor pertanian yang bernilai ekspor. 1
2
Sub sektor pertanian yang memiliki potensi dalam hal ekpor salah satunya adalah tanaman perkebunan. Komoditas perkebunan merupakan sektor yang sangat menjanjikan baik dari harga jual maupun permintaan pasar dunia. Hal ini ditunjukkan pada sebuah artikel yang dirilis Media Indonesia pada tanggal 07 Februari 2013 bahwa permintaan janggelan ke Kabupaten Wonogiri sebesar 25.000 ton janggelan kering. Tabel 1 dibawah ini menunjukkan produksi beberapa komoditas tanaman perkebunan rakyat khususnya di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 1. Produksi Beberapa Komoditi Perkebunan Rakyat Berskala Ekspor di Jawa Tengah Tahun 2010 - 2013 (Ton) Jenis 2010 2011 2012 2013 Tanaman 1 Cengkeh 6.558,44 4.236,27 7.571,76 6.235,55 2 Kakao 1.376,62 1.417,00 1.890,00 1.958,00 3 Kopi 14.739,61 9.017,00 31.463,93 17.610,34 Robusta 4 Lada 955,14 983,00 1.522,25 941,69 5 Janggelan 4.649,00 7.114,00 5.331,00 5.523,00 Sumber : BPS Jawa Tengah diolah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2014
No
Berdasarkan Tabel 1 Cengkeh, kakao, kopi robusta, lada dan janggelan merupakan beberapa komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekspor. Produksi komoditas perkebunan rakyat ada yang meningkat seperti kakao dan lada namun komoditas lainnya cenderung fluktuatif. Kopi Robusta merupakan komoditas perkebunan yang hasil produksinya paling fluktuatif. Salah satu komoditas perkebunan Indonesia yang berskala ekspor dan banyak dibudidayakan adalah janggelan. Tanaman ini merupakan tanaman asli Asia yang dibawa oleh pedagang hingga akhirnya sampai di Indonesia. Menurut Heyne (1987) janggelan merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 30-60 cm dan tumbuh pada ketinggian 150-1800 m diatas permukaan laut. Janggelan biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan cincau hitam, tetapi juga dapat
3
dimanfaatkan untuk bahan kosmetik. Menurut Septian dan Tri (2014) janggelan mengandung senyawa bioaktif polifenol, oleanolic acid, ursolic acid dan caffeic acid
yang bersifat
antioksidan,
antikanker,
antimugenik, antihipertensi,
antidiabetes dan imunomodulator. Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang wilayahnya cocok untuk dilakukan budidaya janggelan. Hal ini dapat dilihat dari sudah banyak janggelan berkualitas ekspor yang dihasilkan Kabupaten Wonogiri. Menurut data BPS Wonogiri (2014) Tahun 2013 Kabupaten Wonogiri khususnya Kecamatan Karangtengah dapat mengekspor 1.770 ton janggelan ke Taiwan dan Korea Luas lahan produksi dan produksi janggelan kering di Kabupaten Wonogiri terdapat pada Tabel 2. Apabila dibandingkan dengan produksi total Provinsi Jawa Tengah yang terdapat pada Tabel 1, Kabupaten Wonogiri menyumbang hampir 75%-100% bagian dari total produksi janggelan Jawa Tengah pada tahun 2009 – 2013. Tabel.2 Luas Lahan Janggelan, Produksi Janggelan Kering dan Produktivitas Janggelan Kering Di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 - 2013 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Rata-rata
Luas Lahan (Ha) 1.348 1.348 1.348 1.348 1.348 6.740 1.348
Produksi kering (Ton) 5.399 5.323 5.323 5.331 5.523 26.899 5.378
Produktivitas (Kg/ha) 4.005 3.949 3.949 3.955 4.097 19.955 3.991
Sumber : BPS Wonogiri diolah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri tahun 2014 Berdasarkan Tabel 2 produksi janggelan kering setiap tahunnya fluktuatif. Hal ini menyebabkan rata-rata produksi pertahun janggelan juga fluktuatif dengan luas lahan produksi yang tetap yakni 1.348 Ha. Tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan produksi janggelan namun mulai tahun 2010 sampai tahun
4
2013 produksi janggelan mengalami peningkatan meskipun jumlahnya hanya sedikit. Rata-rata produksi janggelan pertahunnya sebesar 4.191 kg/ha. Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan dengan luas 182.236,02 Ha. Jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri per tahun 2013 sebanyak 948.817 dengan 55,09% jumlah penduduknya bekerja di sektor pertanian. Sepuluh kecamatan di Kabupaten Wonogiri melakukan kegiatan budidaya janggelan seperti Tabel 3 (BPS Wonogiri, 2014). Dari 25 kecamatan yang ada terdapat 10 kecamatan yang sudah melakukan bubidaya janggela. Sepuluh kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel.3 Luas Tanam, Produksi Janggelan Kering, Produktivitas Janggelan Kering dan Jumlah Petani Menurut Kecamatan Di Kabupaten Wonogiri Tahun 2014. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecamatan Batuwarno Bulukerto Girimarto Jatipuro Kismantoro Karangtengah Puh Pelem Selogiri Slogohimo Tirtomoyo Jumlah Rata-rata
Luas Tanam (Ha) 71 160 48 55 130 573 38 5 63 205 1.348 134,8
Produksi Kering (Ton) 295 604 128 259 727 2.238 201 31 345 695 5.523 552,3
Produktivitas (Kg/ha) 4.155 3.775 2.667 4.709 5.592 3.906 5.289 6.200 5.476 3.390 4.097 409,7
Jumlah Petani Janggelan (Orang) 76 62 15 76 65 320 58 25 65 85 852 85
Sumber : BPS Wonogiri diolah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri tahun 2015 Berdasarkan Tabel 3 Kecamatan Karangtengah merupakan kecamatan dengan luas tanam tanah janggelan terluas, produksi janggelan kering terbanyak dan jumlah petani janggelan terbanyak. Kecamatan Karangtengah merupakan salah satu kecamatan yang terletak di bagian tenggara dari Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Karangtengah berada pada ketinggian 650-800 mdpl dengan tanah
5
yang subur dan terhampar luas dengan iklim yang mendukung untuk kegiatan budidaya janggelan. Pemasaran janggelan produksi Kecamatan Karangtengah hampir semuanya untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan pasar domestik. Taiwan, Filipina, Cina dan Korea merupakan negara dengan pasar terbesar untuk janggelan. Namun keterbatasan sarana dan prasana pendukung membuat pemasaran janggelan sulit untuk dilakukan. Sarana dan prasana yang dimaksud seperti pabrik pengolahan janggelan menjadi produk jadi, akses jalan dan alat pengering janggelan. Berdasarkan penjelasan tersebut, mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai efisiensi dan marjin pemasaran janggelan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri. B. Rumusan Masalah Kecamatan Karangtengah berdasarkan data BPS Wonogiri (2013) merupakan kecamatan dengan nilai PDRB per kapita paling tinggi dengan Rp. 14.163.164,00 dengan jumlah penduduk 22.471 jiwa. Sektor kehutanan, perkebunan maupun pertanian menjadi sektor unggulan. Janggelan merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan dari Kecamatan Karangtengah. Tidak hanya janggelan saja namun juga banyak potensi perkebunan dan kehutanan lainnya seperti pinus, cengkeh dan lada. Kecamatan Karangtengah berada ±80 km dari pusat Kabupaten Wonogiri. Jarak yang yang jauh menyebabkan sarana dan prasana di Kecamatan Karangtengah sangat kurang. Prasarana dan sarana seperti sekolah, jalan, transportasi dan tidak ada sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pasca panen dan pemasaran untuk komoditas pertanian. Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian dan kegiatan pemasaran tidak mempengaruhi kualitas dari janggelan yang dihasilkan oleh petani Karangtengah. Janggelan merupakan komoditas ekspor yang memiliki harga jual yang tinggi namun harganya juga fluktuasi. Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Yohana pada Kontan.co.id tanggal 06 November 2015
6
menyebutkan bahwa harga janggelan dipasar dibagi menjadi tiga kualitas. Daun kualitas super dihargai Rp. 15.000- Rp 16.000 per kilogram, daun dengan batang utuh Rp. 13.000 – Rp 14.000 per kilogram dan daun berbentuk cacahan dengan harga Rp 12.000 per kilogram. Kegiatan pemasaran dari janggelan produksi Kecamatan Karangtengah untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri dan domestik. Pemasaran yang keluar daerah produksi ini membutuhkan kegiatan pasca panen yang lebih intensif dan biaya transportasi tambahan. Kegiatan pasca panen seperti sortasi dan juga packaging serta transportasi akan meningkatkan biaya pemasaran janggelan. Salah satu penyebab meningkatnya biaya pemasaran janggelan adalah panjangnya proses pengangkutan janggelan. Truk bermuatan besar yang seharusnya menjadi alat transportasi utama tidak dapat langsung menjangkau ke daerah penghasil janggelan dikarenakan akses jalan yang kurang memadai. Akibatnya pedagang besar harus mengeluarkan biaya tambahan karena harus menggunakan truk berkapasitas kecil sebagai transpostasi penghubung antara Kecamatan Karangtengah menuju daerah yang dapat dijangkau truk berkapasitas besar yakni Kecamatan Baturetno. Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana saluran dan lembaga pemasaran janggelan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri ? 2. Berapa besar biaya, keuntungan dan marjin pemasaran pada saluran pemasaran janggelan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri ? 3. Saluran mana yang paling efisien dalam pemasaran janggelan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri ?
7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui saluran dan lembaga pemasaran janggelan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri 2. Menganalisis besarnya biaya, keuntungan dan margin pemasaran janggelan pada saluran pemasaran janggelan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri 3. Mengetahui saluran yang paling efisien dalam pemasaran janggelan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri. D. Kegunaan Penelitian Sebuah penelitian pasti memiliki kegunaan-kegunaan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan tentang saluran pemasaran, lembaga pemasaran dan margin pemasaran janggelan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri. Sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Bagi Petani Janggelan Memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi petani dalam membuat strategi yang berkaitan dengan pemasaran hasil pertanian khususnya janggelan. 3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri Memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pemasaran hasil pertanian khususnya janggelan. 4. Bagi Pembaca Memberikan rujukan atau referensi bagi kalangan akademisi untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai topik permasalahan yang sama.
8