HUBUNGAN SIKAP GURU DALAM PROSES PENGAJARAN DENGAN PERCAYA DIRI ANAK DI MTs NEGERI SALATIGA TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
RYNA LAELY FAUZIE NIM. 11107076
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
i
ii
iii
iv
MOTTO Rasa percaya diri bukanlah sesuatu untuk di miliki. Rasa percaya diri adalah sesuatu untuk di lakukan. Melakukan adalah isi dari kehidupan kita, itu sebabnya hidup yang di isi dengan melakukan banyak hal akan menjadi hidup yang penuh rasa percaya diri, melangkah dari satu terobosan ke terobosan berikutnya (Mario Teguh 2002: 87)
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku (Bapak Syafi’i, BA (Alm) dan Ibu Siti Komariyati) Kakakku (Zaqie Nur Ubaya) Adikku (Mika Husyada)
v
ABSTRAK Ryna Laely Fauzie. 2011. Hubungan Sikap Guru dalam Proses Pengajaran dengan Percaya Diri Anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi PAI. STAIN Salatiga, pembimbing Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si. Kata kunci: Sikap Guru dan Percaya Diri Anak. Guru bertanggung jawab memberikan pendidikan yang baik kepada siswa. namun, tidak semua guru dapat memberikan tanggung jawab dengan baik. Di sekolah sering ditemukan anak-anak minder, kurang percaya diri dan raguragu dalam menentukan sikap belajarnya, justru karena sikap guru yang otoreiter, riil dan permissive. Variasi sikap guru menjadikan variasi tingkat percaya diri anak, oleh karena itu dalam penelitian ini dirumuskan (1) Bagaimana variasi sikap guru dalam proses pengajaran di MTs Negeri Salatiga tahun 2011, (2) Bagaimana variasi percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011, dan (3) Hubungan positif dan signifikan antara sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Variasi sikap guru dalam proses pengajaran di MTs Negeri Salatiga tahun 2011, (2) Variasi percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011, dan (3) Hubungan positif dan signifikan antara sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis field reseach dengan pendekatan kuantitatif. Tempat di MTs Negeri Salatiga, waktu penelitian 12 Juli 2011. Jumlah populasinya 800 dengan jumlah sampel 10% sehingga 80 responden. Teknik pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Teknik analisa data deskriptif, prosentase, dan uji hipotesis dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Varisai sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011 termasuk dalam kategori cukup karena sebagian besar siswa (53 responden atau 66,25%) berada dalam kategori tersebut. Sedangkan 1 responden (1,25%) berada pada kategori sangat baik, 22 responden (25%) menempati kategori baik, dan 4 responden (5%) menduduki kategori kurang. Adapun kategori sangat kurang tidak ada responden yang termasuk ke dalamnya; (2) Variasi percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011 dapat dikatakan baik dengan dukungan 41 responden (53,9%) pada kategori tersebut. Untuk kategori sangat baik ada 16 responden (20%), cukup sebanyak 23 responden (28,75%). Sedangkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada respondennya (0%), (3) Hubungan positif dan signifikan antara sikap guru dalam proses pengajaran terhadap percaya diri anak MTs Negeri Salatiga tahun 2011, dibuktikan dengan hasil perhitungan koefisien korelasi product moment yaitu rxy hitung sebesar 0,352 berada di atas koefisien korelasi (rxy tabel) dengan taraf kesalahan 1% yaitu 0,256. Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat memberikan sikap yang dapat membangun percaya diri anak dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011.
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah saya panjatkan puji syukur kehadirat-Mu ya Allah Subhanallahu Wata’ala, yang telah memberikan nikmat dan karunianya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat salam tetap terlimpahkan bagi Muhammad Rosulullah yang telah menerangi cakrawala dengan nur Islam beserta keluarga dan sahabatnya. Tak lupa do’a ananda kepada bapak Syafi’i selaku orang tua yang telah menghadap Yang Maha Suci, semoga mendapat Ridho-Nya. Di samping itu ucapan trimakasih yang setulus-tulusnya dari hati sanubari yang paling dalam kepada Yth: 1. Dr. Imam Sutomo M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Suwardi, M.Pd selaku ketua jurusan tarbiyah STAIN Salatiga 3. Dra. Siti Asdiqoh M.Pd selaku ketua progdi yang telah merestui penulisan skripsi. 4. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian akademik STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada saya. 6. Keluarga besar MTs Negeri Salatiga Dra. H. Zayinatun selaku kepala sekolah, beserta staff atau karyawan dan seluruh siswa, yang memberikan dukungan dan bantuan sepenuhnya untuk mendapatkan data yang diperlukan. Akhirnya ucap semoga amal baik saudara diberikan yang berlipat ganda serta
mendapat Ridho-Nya, hanya kepada Allah jualah kita berserah diri, sambil kulantunkan do’a semoga skripsi ini ada manfa’atnya bagi semua orang. Amien Ya Rabbal’alamin Salatiga, 31 Januari 2012 Peneliti
Ryna Laely Fauzie NIM: 1117076
vii
viii
DAFTAR ISI HALAMAN .......................................................................................................... i HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... iv HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5 D. Hipotesis Penelitian............................................................................. 5 E. Kegunaan Penelitian............................................................................ 6 F. Metode Penelitian................................................................................ 6 G. Analiaia Data ....................................................................................... 11 H. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................. 12 Bab II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 14 A. Sikap Guru .......................................................................................... 14 B. Proses Pengajaran................................................................................ 29 C. Percaya Diri ......................................................................................... 48 BAB III HASIL PENELITIAN ............................................................................ 54 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 54 B. Data Hubungan Sikap Guru Dalam Pengajaran Dengan Percaya Diri Anak di MTs Negeri Salatiga ...................................................... 62
ix
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................. 74 A. Analisis Deskriptif .............................................................................. 74 B. Analisis Uji Hipotesis ......................................................................... 83 C. Pembahasan ......................................................................................... 87 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 92 A. Kesimpulan......................................................................................... 92 B. Saran-saran ......................................................................................... 93 C. Penutup ............................................................................................... 94 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Formulasi Sampel .............................................................................
9
Tabel 3.1 Data Guru Tentang Kualifikasi Dan Status Kepegawaian 56 Tabel 3.2 Data Guru Tentang Latar Belakang Pendidikan Dan Sebaran Mapel ................................................................................................ 56 Tabel 3.3 Daftar Karyawan .............................................................................. 58 Tabel 3.4 Data Siswa ........................................................................................ 58 Tabel 3.5 Kegiatan Ekstra Kulikuler Dan Guru Pengampu ............................. 61 Tabel 3.6 Kegiatan Intra Kulikuler, Status Kepegawaian dan Latar Belakang Pendidikan ........................................................................ 61 Tabel 3.7 Nilai Kwantitas ................................................................................. 63 Tabel 3.8 Nama-Nama Responden ................................................................... 63 Tabel 3.9 Jawaban Angket Sikap Guru dalam Pengajaran .............................. 65 Tabel 3.9 Jawaban Angket Percaya Diri Anak................................................. 67 Tabel 3.11 Skor Angket Sikap Guru dalam Proses Pengajaran ......................... 69 Tabel 3.12 Skor Angket Percaya Diri Anak ...................................................... 71 Tabel 4.1 Distribusi Skor Sikap Guru dalam Proses Pengajaran ..................... 75 Tabel 4.2 Interval dan kategori skor angket ..................................................... 76 Tabel 4.3 Kategori Skor Variabel X
(Sikap Guru dalam Pengajaran)
Beserta Frekuensi Respondennya..................................................... 76 Tabel 4.4 Kategori, Skor, dan Prosentase Jawaban Angket Sikap Guru dalam Pengajaran ............................................................................. 78 Tabel 4.5 Distribusi Skorpercaya Diri Anak .................................................... 80 Tabel 4.6 Kategori Skor Variabel Y
(Percaya Diri Anak) Beserta
Frekuensi Respondennya.................................................................. 81 Tabel 4.7 Kategori, Skor, frekuensi, dan Prosentase Jawaban Angket Percaya Diri Anak ............................................................................ 82 Tabel 4.8 Koefisien Korelasi Hubungan Sikap Guru dalam Proses Pengajaran dengan Percaya Diri Anak ............................................. 83
xi
DAFTAR LAMPIRAN 1. Currikulum Vitae 2. Daftar Nilai SKK 3. Surat Tugas Pembimbing 4. Jurnal Konsultasi 5. Denah MTs Negeri Salatiga 6. Surat Permohonan Izin Penelitian 7. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian 8. Kisi-Kisi Angket 9. Angket Hubungan Sikap Guru Dalam Proses Pengajaran Dengan Percaya Diri Anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011 10. Jawaban Angket
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di era globalisasi ini serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia, baik bidang pengetahuan, keterampilan dan moral (pribadi) yang berkualitas untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup yang semakin kompleks saat ini. Karena pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan berbangsa, di dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan
nasional, pasal 1 ayat 1 tercantum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2008: 5). Dalam hal ini pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk membentuk pribadi individu menjadi yang berkualitas. Kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang seimbang. Pribadi individu yang matang akan mampu mengembangkan intens pribadinya pada objek-objek dan nilai-nilai ideal di atas keinginan materi belaka, selalu ingin menjadi lebih baik. Pembentukan pribadi ini bisa dilakukan melalui pendidikan formal (di sekolah), non formal (di rumah) dan informal (di masyarakat). Namun
1
demikian, pendidikan yang paling menentukan wawasan formal dan sikap percaya diri anak adalah pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Peran sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, dijelaskan oleh Hurlock (1990: 53) bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah berperan sebagai subtansi keluarga dan guru subtansi orang tua. Karena guru merupakan figur pengganti orang tua ketika anak-anak di sekolah, yang memberikan andil yang besar dalam tumbuh kembang anak-anak guru akan memberi perlindungan, pengajaran dan kebiasaan-kebiasaan
baru
yang
mendukung.
Dalam
mendidik
dan
membesarkan siswa tidak selamanya guru mampu memahami perasaan, sikap dan tingkah laku siswa. sehingga guru salah dalam mendidik, mengajarkan, mengarahkan, dan memberikan kasih sayang. Pikiran waras mengatakan bahwa harus dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan perkembangan psikologis anak. Hanya mementingkan bahan pelajaran dengan mengabaikan anak dapat merugikan anak itu. Macam-macam cara akan digunakan oleh guru utuk mengharuskan anak itu belajar, di sekolah maupun di rumah. Dengan hukuman dan ancaman itu dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang di anggap perlu untuk ujian
2
dan masa depannya. Tak jarang guru menjadi otoriter dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya. Dalam sekolah, sudah jelas bahwa guru bertanggung jawab memberikan pendidikan kepada siswanya. Dengan pendidikan yang baik berdasarkan nilai-nilai akhlak dan spiritual yang luhur. Namun sayangnya tidak semua guru dapat melakukannya. Buktinya dalam kehidupan di sekolah sering ditemukan anak-anak yang minder, kurang percaya pada diri sendiri, ragu-ragu dan lain sebagainya. Permasalahan seperti ini, tentunya tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi pasti memiliki faktor-faktor penyebab, antara lain adalah karena guru yang otoriter, riil, permissive, hilangnya keteladanan guru, kurangnya perhatian dan pengamatan guru terhadap siswa. Dalam sekolah sering ditemukan sikap dan perilaku guru yang memarahi, menghardik, membentak, mencela atau memberikan hukuman fisik sekehendak hati kepada siswanya, jika siswa melakukan kesalahan, padahal penggunaan cara-cara seperti di atas secara psikologis mendatangkan efek negatif bagi perkembangan jiwa dan percaya diri siswa. Sekolah yang efektif adalah sekolah yang di dukung oleh kualitas para guru, baik menyangkut karakteristik pribadi maupun kompetensinya. Karakteristik pribadi dan kompetensi guru ini sangat berpengaruh terhadap kualitas iklim kelas, proses pengajaran di kelas, atau hubungan guru dengan siswa di kelas, yang pada gilirannya akan berpengaruh pula pada keberhasilan
3
belajar siswa terutama sikap percaya diri pada pribadinya. Loree dalam Yusuf, (2000: 13) mengemukakan bahwa kemajuan belajar dipengaruhi
oleh
hubungan interpersonal yang terjadi dikelas. Hubungan ini bisa bersifat hangat, atau dingin (warm of cool), persahabatan atau permusuhan (friendly or hostile). Sifat otoriter, riil, dan permissive kepada anak dalam rangka mendidik dengan segala indikasi justru akan berakibat pada anak secara psikis. Penjelasan di atas mempertegas bagaimana semestinya menciptakan iklim yang sehat di sekolah sebagai lingkungan perkembangan yang kondusif bagi proses pengajaran peserta didik atau upaya memfasilitasi dalam menentukan tugas-tugas perkembangan untuk menjadi lebih percaya diri. Hubungan antara guru dan siswa seharusnya dapat membangun kepercayaan diri anak, akan tetapi yang terjadi dengan melalui hubungan interpersonal itu menjadikan siswa tidak percaya diri. Berdasarkan
fenomena
tersebut
peneliti
berkeinginan
untuk
menemukan jawaban dengan judul ―HUBUNGAN SIKAP GURU DALAM PROSES PENGAJARAN DENGAN PERCAYA DIRI ANAK DI MTs NEGERI SALATIGA TAHUN 2011‖. B. Perumusan Masalah Dari penjelasan dan penjabaran tersebut, maka dapat diungkapkan pokok masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana variasi sikap guru dalam proses pengajaran di MTs Negeri Salatiga tahun 2011? 2. Bagaimana variasi percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011?
4
3. Adakah hubungan positif dan signifikan antara sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Variasi sikap guru dalam proses pengajaran di MTs Negeri Salatiga Tahun 2011. 2. Variasi percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. 3. Hubungan positif dan signifikan antara sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. D. Definisi operasional Hipotesis adalah ―suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul‖ (Arikunto, 1998: 64). Tidak jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya, menurut pemahaman peneliti hipotesis adalah dugaan sementara yang berisi jawaban dari rumusan masalah yang kebenarannya masih harus diuji melalui pembuktian dan pengumpulan data di lapangan. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan di dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
5
1.
Kegunaan Teoretis Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang hubungan sikap guru dalam proses pengajaran guna meningkatkan percaya diri anak serta untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa lain sebagai acuan untuk penelitian berikutnya
2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi wawasan tentang hubungan interpersonal guru dan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang baik sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian a. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dipilihnya pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dengan alasan untuk menguji keterkaitan antar variabel, yaitu antara variabel sikap guru dalam proses pengajaran dengan variabel percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. b. Rancangan Penelitian Field resech ini menggunakan penelitian kuantitatif. Karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan secara positif dan signifikan antara variabel sikap guru dalam proses pengajaran (variabel X) dengan variabel percaya diri anak (variabel Y) di MTs Negeri Salatiga tahun 2011.
6
2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di MTs Negeri Salatiga. Adapun waktu penelitiannya adalah 12 Juli 2011 sampai dengan selesai. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
kemudian
diambil
kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 61 ). Dari pengertian yang ada dapat peneliti sebutkan bahwa populasi adalah seluruh individu dalam wilayah penelitian, yang nantinya akan dikenai hasil penelitian. Jumlah populasi sebanyak 800 siswa b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009: 62). Berdasarkan pengertian tersebut peneliti mengatakan sampel sebagai sejumlah individu yang jumlahnya bisa sama atau kurang dari jumlah populasi, yang merupakan wakil dari keseluruhan subyek penelitian. Pengambilan
sampelnya
sebagaimana
berdasarkan
pada
pendapat (Arikunto, 1982 : 120) yang memberikan batasan-batasan sebagai berikut: ―Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar
7
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih‖ maka peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi.
Sampelsekolah
populasitiapkelas sampel populasitotal
(Arikunto, 1982 : 91)
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik stratifield random sampling yaitu pengambilan sampel dari siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3 dengan cara diundi. Adapun jumlah masing-masing kelas sebagai berikut: Berikut ini perincian jumlah populasi dan sampel tiap kelas: No.
Kelas
Populasi
Sampel
1.
VII
280
28
2.
VIII
280
28
3.
IX
240
24
800 siswa
80 siswa
Jumlah
Dari rumus tersebut diperoleh jumlah sampelnya sebanyak 80 siswa dari 800 populasi c. Metode Pengumpulan Data Untuk keperluan pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik atau metode sebagai berikut:
8
1)
Metode Angket (Kuesioner) Angket
adalah
―suatu
daftar
pertanyaan
untuk
memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden‖ (Hadi, 1992: 158). Ahli lain menyebut angket atau kuesioner sebagai metode pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 199). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam angket yang masing-masing berisi 15 butir soal, yaitu angket tentang sikap guru dalam proses pengajaran dan angket tentang percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Kedua angket tersebut peneliti gunakan untuk mencari data tentang sikap guru dalam proses pengajaran dan percaya diri anak. Angket-angket tersebut akan diberikan kepada siswa dan merupakan angket tertutup, karena peneliti telah menyediakan pilihan jawaban yang terbagi menjadi 5 options, yaitu A, B, C, D, dan E sebagaimana skala Likert, jawaban diberi bobot dengan kuantitatif penyekoran untuk masing-masing pilihan jawaban tersebut adalah 5, 4, 3, 2, 1 untuk lima pilihan pernyataan positif. Dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan yang bersifat negatif. 2)
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
9
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda (Arikunto, 2006: 158-159). Metode ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang gambaran umum di MTs Negeri Salatiga, meliputi sejarah, visi, misi, keadaan guru, siswa, maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. d. Instrumen Penelitian 1) Angket Angket atau kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berupa seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 199). Ada dua macam angket yang peneliti persiapkan, yaitu angket tentang pemahaman sikap guru dalam proses pengajaran dan angket tentang percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Masing-masing angket tersebut berisi 15 butir soal. 2) Dokumen Dokumen di sini berupa catatan, buku katalog kelulusan, arsip, foto, dan segala sesuatu yang berisi tentang keadaan sekolah, guru, siswa, serta hal-hal yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. G. Analisis Data Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut sehingga mengandung arti atau dapat diambil suatu kesimpulan
10
akhir dari hasil penelitian yang dilakukan. Dalam menganalisis data pokok dalam penelitian ini, peneliti mempergunakan teknik statistik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut: 1. Analisis Prosentase Analisis prosentase digunakan untuk mengukur variasi sikap guru dan variasi percaya siri anak rumus prosentase yang di gunakan adalah
P
F 100% N
Keterangan:
P = Prosentase skor F = Frekuensi N = Jumlah responden (Hadi, 1992: 399)
2. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis adalah analisis data yang berfungsi untuk mengetahui hubungan sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak, yaitu dengan menggunakan korelasi product moment. Adapun rumusnya sebagai berikut:
rxy
Keterangan:
(X )(Y ) N 2 (X ) (Y ) 2 2 Y N N XY
2 X
rxy
= Koefisien korelasi antara X dan Y 11
∑X
= Jumlah skor total variabel X
∑Y
= Jumlah skor total variabel Y
X2
= Kuadrat X
Y2
= Kuadrat Y
n
= jumlah sampel yang diteliti (Sugiyono, 2009: 228)
H. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti uraian penyajian data skripsi ini, maka akan peneliti paparkan sistematika skripsi secara garis besar menjadi beberapa bagian: BAB I : Pendahuluan, pembahasannya meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, analisis data, sistematika penulisan skripsi. BAB II : Landasan teori, pembahasannya mencakup sikap guru, proses pengajaran, percaya diri. BAB III : Hasil Penelitian, meliputi gambaran umum lokasi dan subjek penelitian, penyajian data. BAB IV: Analisis data, meliputi, analisis data deskriptif, pengujian hipotesis, dan pembahasan. BAB V : Penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Sikap Guru 1. Sikap a. Pengertian Sikap Ada beberapa pendapat mengenai pengertian sikap diantaranya : 1) Kartono Sikap adalah kecenderungan untuk memberi respon baik positif, terhadap orang-orang, benda-benda atau situasi tertentu (Kartono, 2003:35). Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap-sikap tertentu akan membawa seseorang cenderung untuk menerima atau menolak sesuatu obyek tersebut, apakah berguna bagi dirinya atau tidak, apabila obyek itu dinilai tidak baik bagi dirinya maka ia akan bersikap negative dan sebaliknya apabila objek itu dinilai baik bagi dirinya maka ia akan bersifat positif. 2) Wayan Nur Kanca, DKK. Sikap yaitu suatu predisposisi atau kecenderungan untuk melaksanakan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun objekobjek tertentu (Kanca, 1983: 259)
13
3) Rokeach Menyebutkan pengertian sikap sebagai berikut: ―An attitude is arelatively enduring organization of beliefs around an object or situation predisposing one to respond in same preferential manner” (Rokeach, 1979: 108) 4) R.H. Thouless. Mengartikan attitude sebagai: ‖A generally accepted term for a disposition wich includes characteristic way of behaving, feeling and believing” (Thoules, 1971 :11) Berdasar pemaparan di atas R.H. Thouless, menyebutkan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan tingkahlaku atau reaksi terhadap objek tertentu yang merupakan manivestasi dari apa yang di yakini seseorang sebagai agama ―dalam pengertian ini R.H. Thouless, menyebutkan bahwa sikap adalah sesuatu kecenderungan tingkah laku atau reaksi terhadap obyek tertentu. Dari beberapa jenis definisi yang telah di kemukakan oleh para ahli di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa yang dinamakan sikap adalah kecenderungan dari seseorang atau individu baik lahir maupun batin untuk merespon stimulus atau rangsangan yang datang dari luar yaitu lingkungan, terhadap hal-hal tertentu pula. b. Pembentukan Sikap Manusia tidak mewarisi sikap, tetapi sikap diperoleh manusia dari pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan situasinya
14
dalam lingkungannya. Dalam pembentukan sikap akan dibicarakan proses dan faktor yang mempengaruhinya, yaitu: 1) Proses Pembentukan Sikap Menurut David R. Krathowohl, dalam Suhartin (1982: 172) berpendapat bahwa proses pembentukan sikap melalui tahap penerimaan, memberi jawaban atau respon, menilai, organisasi, taraf pembentukan atau pengalaman (Suhartin, 1982: 172). a) Penerimaan Taraf penerimaan merupakan taraf orang menyadari nilainilai itu. b) Memberi jawaban atau respon Pada taraf ini orang tidak hanya menerima saja tetapi juga memberi jawaban (bereaksi). c) Menilai Pada taraf ini orang memulai membentuk sistam nilai pada dirinya, jasi sistem nilai ini lalu dijadikan bagian dari dunianya. d) Organisasi Orang yang mengorganisasi sistem nilai, sehingga menjadi ketentuan yang bulat, ia meneliti nilai yang telah diambilnya tadi mungkin ada yang kurang dan tambah, sehingga dengan demikian sikap menjadi teguh dan konsekuen tidak akan mudah digoyahkan.
15
e) Taraf pembentukan atau pengalaman Taraf ini terlihat tingkah laku sebagai penjelmaan sikap mental pendiriannya (Cibroto, 1982:172). Proses pembentukan sikap sebagaimana yang telah dipaparkan di atas tampaknya hanya berlaku untuk orang-orang yang sudah mempunyai kesadaran berfikir. 2) Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Pembentukan
sikap
tidak
terjadi
dengan
sendirinya,
pembentukan senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan obyek itu. Menurut Gerungan, dalam Suhartin (1982: 172) mengatakan bahwa yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah faktor interen dan faktor eksteren. a) Faktor intern Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektifitas. b) Faktor ekstern Faktor yang berasal dari luar: (1) Sikap obyek yang dijadikan sasaran (2) Kewibawaan obyek yang dijadikan sasaran. (3) Sikap orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut (4) Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap
16
(5) Situasi pada sikap itu dilantik Menurut Witherington dalam Suhartin, (1982: 172) faktor yang mempengaruhi sikap itu adalah: a) Prestise Apabila seseorang berprestasi besar, memperlihatkan sesuatu sikap atau menentukan posisi terhadap suatu persoalan, maka sikap ini biasanya akan dioper atau ditiru orang lain, setidak-tidaknya mempengaruhi orang lain. b) Pengalaman yang menyakitkan Antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, faktor emosional. a) Pengalaman pribadi Apa yang dialami seseorang akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus sosial, tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mendapatkan tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan psikologis. b) Pengaruh orang lain Orang lain di sekitar yang dianggap penting merupakan salah satu komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Orang yang dianggap penting bagi individu adalah
17
teman sebaya, teman dekat, guru dan lain-lain. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan orang yang sangat penting. c) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. d) Media massa Media masa sebagai sarana komunikasi yang terdiri dari berbagai bentuk pada masa sekarang ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang, walaupun media massa pengaruhnya tidak sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan sikap dan perubahan peranan media massa tidak kecil artinya. e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga ini sebagai sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f) Faktor emosional Kadang-kadang suatu penbentukan sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap demikian dapat merupakan sikap
18
sementara, segera berlalu begitu frustasi hilang, tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih mantap ataupun lebih bertahan lama. 2. Guru a. Pengertian Guru Adalah seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan muridnya mampu merencanakan, menganalisis, dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berfikir kemanusiaan yang mendalam (Nurudin, 2002 : 7-8). Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat terpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakat, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut ditaati nasihat, ucapan atau perintahnya. Dicontoh sikap dan perilakunya. Kepribadian guru merupakan contoh terpenting bagi keberhasilan belajar anak, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat tengah) Kepribadian merupakan nilai-nilai yang dianut oleh pendidik dan sikapnya selaku pendidik, seperti mencintai anak, mencintai
19
pekerjaannya, sabar, menghargai dan memahami anak, mampu menjadi pendengar aktif, pembelajaran yang aktif, berhati terbuka, peduli dan berempati terhadap orang lain, peka, tanggap, adil, dan menghargai waktu. Pendidik juga mau mengakui kelemahan dirinya (misalnya tidak sabaran, mudah tersinggung, pemberang, pemalas, suka molor, dan lain-lain) dan kemudian berusaha untuk mengurangi atau menghilangkan kekurangan tersebut. Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikannya dikuasai sepenuhnya oleh murid, bukan hanya oleh beberapa orang saja yang diberikan angka tertinggi (Nasution, 2005:35). b. Sikap Guru Ada bermacam-macam cara atau sikap guru dalam pengajaran antara lain otoriter, permissive dan riil (Nasution, 1982: 118). 1) Sikap Otoriter Bila guru mengajarkan suatu mata pelajaran, guru tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan murid sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya. Pikiran
waras
mengatakan
bahwa
harus
dipelihara
keseimbangan antara perkembangan intelektual dan perkembangan psikologi murid. Hanya mementingkan bahan pelajaran dengan mengabaikan murid dapat merugikan murid. Macam-macan cara akan digunakan oleh guru untuk mengharuskan murid belajar, di
20
sekolah maupun di rumah. Dengan hukuman dan ancaman murid dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang di anggap perlu untuk ujian dan masa depannya. Tidak jarang guru menjadi otoriter dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuan tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibat bagi murid, khususnya bagi perkembangan pribadi murid. 2) Sikap Permissive Sebagai reaksi terhadap pengajaran yang otoriter timbul aliran yang menonjolkan murid sebagai manusia antara lain atas pengaruh ―progressive education‖ dan aliran psikologi seperti psikonalisis, yaitu yang menginginkan sikap yang ―permissive‖ terhadap murid. Sikap ini membiarkan murid berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan.
Pelajaran
hendaknya
menyenangkan.
Guru
tidak
menonjolkan dirinya dan berada dilatar belakang untuk memberi bantuan bila diperlukan. Yang di utamakan adalah perkembangan pribadi murid khususnya dalam aspek emosional agar mereka bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bila pribadi murid bebas dari guncangan emosional, maka murid akan menjadi pelajar yang lebih efektife dan lebih bahagia
21
3) Sikap Riil Anak-anak harus diberi kesempatan yang cukup untuk bermain bersama tanpa diatur atau diawasi ketat oleh orang dewasa. Disamping itu mereka harus pula melakukan kegiatan menurut petunjuk dan dibawah pengawasan orang dewasa. Dalam kehidupan yang riil manusia lebih banyak menghadapi tugas yang berat, membosankan dan menimbulkan konflik dan frustasi dari pada kegiatan bebas yang menyenangkan. Ia harus menyesuaikan diri dengan dunia kenyataan, dengan tuntutan atau keinginan orang lain, dengan adat kebiasaan serta norma-norma dunia sekitarnya. Maka karena itu anak-anak perlu sejak mulanya mengenal dunia kenyataan. Dalam kenyataan anak-anak harus dapat menguasai diri dengan pribadi pendidiknya. Ia dipengaruhi oleh pendidikannya, dalam hal yang menguntungkan maupun yang merugikan perkembangan pribadinya. Baik sikap otoriter maupun sikap ―permissive‖ mendapat kecaman. Sikap otoriter yang mengatur setiap perbuatan murid, bila perlu dengan paksaan dan hukuman, tidak mendidik murid menjadi manusia yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri. Bila diberi kebebasan murid tidak dapat menggunakannya dengan baik karena biasa diatur oleh orang lain (guru).
22
Sikap ―permissive‖ yang dicap sebagai sikap ―lunak‖ yang memberi kebebasan yang berlebihan kepada murid untuk berkembang sendiri, sebenarnya tidak memberi bimbingan
kepada murid dan
dengan demikian sebenarnya tidak mendidik murid. Pendidikan hendaknya memerlukan pimpinan dari pendidik (guru). Sikap pendidik (guru) hendaknya tidak terlampau otoriter atau terlampau ―permissive‖ akan tetapi harus realistis. Pendidikan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Larangan dan konflik maupun kebebasan dan kepuasan merupakan bagian dari pendidikan. Terlampau banyak frustasi atau terlalu banyak kebebasan berbuat kehendak hati keduanya dapat menghalang perkembangan individu. Terlampau banyak otoritas menghalangi murid untuk membebaskan diri dari kebergantungan dari pendidik. Terlampau banyak ―permissiveness‖ pada tahun-tahun pertama tidak membentuk pada anak tokoh otoritas yang dijadikan model dalam pembentukan pribadinya. c. Kompetensi Guru Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
sosial,
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
23
dan
1) Kompetensi Pedagogik Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah ―kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik‖. Kompotensi ini dengan ―kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat di lihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau pengelolaan proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. (a) Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran Kompetensi menyusun rencana pembelajaran meliputi: (1) Mampu mendeskripsikan tujuan, (2) Mampu memilih materi, (3) Mampu mengorganisir materi, (4) Mampu menentukan metode atau strategi pembelajaran, (5) Mampu menentukan sumber belajar atau media, atau alat peraga pembelajaran, (6) Mampu menyusun perangkat penilaian, (7) Mampu menentukan teknik penilaian, (8) Mampu mengalokasikan waktu. Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan diskriptif satuan
24
bahan dan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan. (b) Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam hal ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini, disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar (c) Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui
keberhasilan
perencanaan
kegiatan
belajar
mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk
25
mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan (Sutisna, 1993: 212). Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembalajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa. Depdiknas (2004: 9) mengemukakan Penilaian hasil belajar peserta didik meliputi: (1) Mampu memilih soal berdasar tingkat kesukaran, (2) Mampu memilih soal berdasar tingkat pembeda, (3) Mampu memperbaiki soal yang tidak valid, (4) Mampu memeriksa jawab, (5) Mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, (6) Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian, (7) Mampu mengklasifikasi kemampuan siswa, (8) Mampu melaksanakan tindak lanjut
26
Berdasarkan
uraian
di
atas,
kompetensi
pedagogik
tercermin dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,mampu melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. 2) Kompetensi Profesional Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi profesional adalah ―kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam‖ Surya (2003: 138) mengemukakan
kompetensi
profesional
adalah
berbagai
kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkan beserta modelnya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. 3) Kompetensi Sosial Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar didepan
kelas
merupakan
tujuan
interaksi
dalam
proses
komunikasi. Menurut Undang-undang guru dan dosen, kompetensi sosial adalah ―kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Surya, 2003: 138).
27
B. Proses Pengajaran 1. Pengertian Pengajaran Adalah proses interaksi edukatif antara pendidik, peserta didik dan sumber
belajar dalam lingkungan belajar, yang memungkinkan
peserta didik mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya (Ahmad, 2004: 67). Mengajar
bukanlah
hal
yang
sederhana
seperti
halnya
menyampaikan bahan ajar atau menerangkan sesuatu atau menceritakan acara liburan. Mengajar dapat digambarkan seperti sebuah gunung es. Tingkah laku pendidik saat mengajar adalah puncak gunung es. Puncak itu merupakan tingkah laku pendidik yang tampak dan merupakan hasil dari bagian-bagian tidak tampak yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi, yaitu basis pengetahuan dan kepribadian. Nasution, (1982: 38-48) Basis pengetahuan meliputi: a. Penguasaan bahan ajar, yaitu sejauh mana sang pendidik menguasai baha atau materi yang akan diajarkan b. Penguasaan pengetahuan dan teori pendidikan, pengajaran, metodologi, psikologi pendidikan, yaitu apakah sang pendidik mau dan mampu untuk terus-terus belajar tentang pendidikan dan pengajaran sehingga memiliki gaya mengajar yang kaya dan kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa. c. Rencana mengajar dan rencana evaluasi, yaitu seberapa baik pendidik menyusun rencana pembelajaran. d. Penyesuaian yang perlu dibuat, yaitu seberapa baik pendidik dalam menghadapi kejadian-kejadian yang diluar rencana. Rohani, (2004: 158) Seorang pendidik yang profesional, sekurang-kurangnya harus mampu : a. Menguasai bahan ajar, b. Mengelola proses belajar mengajar, c. Mengelola kelas,
28
d. Memilih dan menggunakan alat bantu atau media dan sumber pelajaran, e. Menilai hasil belajar siswa, f. Menampilkan banyak peran (seperti seorang actor), g. Bersikap fleksibel sehingga dapat berhubungan dengan berbagai macam jenis siswa, h. Bekerja keras dan bekerja sama dengan orang lain menjadi pendidik yang efektif, yang ‗quantum‘ harus mampu membangun interaksiinteraksi yang dapat merubah potensi siswa menjadi cahaya yang membentuk motifasi, kepercayaan diri dan pencapaian prestasi. (Rohani, 2004: 158) Untuk itu diperlakukan penguasaan beberapa keterampilan mengajar antara lain, mampu memasuki dunia siswa, menggunakan lima prinsip dalam pengajaran, suasana yang menyenangkan, gambaran suasana ideal, suasana ideal, guru atau pendidik, siswa atau anak didik. a. Mampu memasuki dunia siswa Langkah pertama yang harus di lakukan adalah mengasah keterampilan untuk dapat memasuki dunia siswa. Pendidikan harus mampu mencuri pendidikan siswa dengan keahlian yang guru miliki, sehingga guru memperoleh hak mengajar dari siswanya. Pendidik yang memperoleh hak mengajar akan mudah bermain dan belajar bersama siswa. Guru akan di izinkan siswa untuk memimpin, membimbing dan mengarahkan
mereka
menuju
samudra
kesadaran
dan
ilmu
pengetahuan yang luas. Siswa juga tidak merasa malu apalagi takut untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi baik yang berkaitan dengan bidang akademis maupun problem psikis. b. Menggunakan lima prinsip dalam pengajaran segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum memberi nama, akui setiap
29
usaha, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan (Rohani, 2004:6) 1) Segalanya berbicara Dinding, gambar dan poster, papan tulis serta gejala yang ada di dalam kelas hingga bahasa tubuh sang pendidik dapat mengirimkan pesan tentang belajar dan dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran. Kelas hendaknya di desain sedemikian rupa sehingga menjadi tempat belajar yang nyaman bagi siswa. Di sini, mereka tidak hanya belajar tentang materi pelajaran secara kontekstual, tetapi juga belajar untuk mengakui dan mendukung orang lain, mengalami kegembiraan dan kepuasan, serta belajar untuk memberi dan menerima. 2) Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran seperti bermain, bercerita, dan lain-lain mempunyai tujuan. Tujuan yang dicapai adalah yang mengantarkan proses menuju target yang di inginkan. 3) Pengalaman sebelum memberi nama Otak kiri berkembang dengan rangsangan yang akan mengerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh penjelasan apa dan untuk apa materi yang
30
mereka pelajari. Pemberian pengalaman dapat dilakukan lewat permainan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang ingin disampaikan. 4) Akui setiap usaha Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari zona kenyamanan. Siswa belajar sesuatu yang baru, didaerah yang asing bagi mereka. Diperlukan keberaniaan dan kepercayaan diri yang besar. Usaha sekecil apapun untuk menjelajah negeri asing ini patut mendapat pengakuan dan pujian. 5) Jika layak di pelajari maka layak pula di rayakan Perayaan merupanan penghargaan terhadap upaya, kerja keras dan prestasi siswa. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan yang telah diperoleh sisiwa dan meningkatkan asosiasi positif dalam belajar. c. Suasana yang menyenangkan Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar. Membentuk suasanan yang menyenangkan sama pentingnya dengan pelajara itu sendiri. Oleh sebab itu, pendidik harus memiliki keterampilan membangun suasana kelas yang dapat membangkitkan gairah bersama siswa. Keterampilan ini mencakup bahasa yang digunakan, cara menjalin rasa simpati dengan siswa dan pandangan pendidik tentang sekolah dan belajar.
Niat dan ketulusan seorang pendidik serta
31
kepercayaan akan kemampuan dan motifasi siswa akan mempengaruhi proses belajar selanjutnya. Pandangan pendidik terhadap siswa dapat menangkap pandangan pendidik lebih cepat dan akurat dari pada mereka menangkap apapun yang akan diajarkan. Perlakuan pendidik terhadap siswa lebih membekas pada diri dari pada pelajaran yang disampaikan. Jika pendidik mampu membayangkan angka ―10‖ tercetak di kening siswa, membayangkan bahwa siswa adalah orangorang hebat, peran ini akan mengalir ke sikap pendidik dan pada akhirnya mengimbas pada siswa sehingga akan mendukung proses pembelajaran (Rutter, 1995: 14). d. Gambaran suasana ideal Kegiatan belajar disusun sebaik mungkin sehingga siswa tertarik secara visual, auditorial dan kinestetik, sekaligus memanfaatkan tiga atau empat kecerdasan berganda siswa (Thomas, 2004: 111). Beberapa stategi yang harus diterapkan dalam pengajaran menurut Thomas, (2004: 114) antara lain: 1) Buat mereka tertarik dengan menggunakan icon konsep atau menciptakan citra dalam benak mereka. 2) Berbicara dengan predikat visual, auditorial dan kinestetik saat mengubah intonasi dan kecepatan suara. 3) Ajak siswa dengan menggunakan gerakan tangan untuk mengunci informasi di dalam tubuh mereka.
32
4) Dorong siswa menyebutkan kata-kata dan fase kunci, dengan menggunakan beragam volume dalam intonasi. 5) Ciptakan gerakan badan untuk konsep-konsep kunci, kemudian kaitkan untuk menciptakan gerakan seperti tarian. 6) Buat singkatan dengan huruf pertama dari setiap langkah konsep. 7) Ajak siswa melakukan curah gagasan apa yang telah mereka ketahui tentang topik yang telah dipelajari dengan pengelompokan atau pembuatan grafik 8) Perankan atau tirukan adegan dalam cerita atau buat drama tentang rumus. e. Suasana kelas 1) Nampak hidup dan energik 2) Penuh berbagai materi belajar yang menarik dan inivatif (dengan sarana dan prasarana yang mendukung) 3) Anak-anak mampu membangun, belajar, membaca, menulis, bereaksi, berintaraksi dan menciptakan suasana dengan baik. 4) Ada tempat bagi anak-anak untuk berdiskusi, bereksperimen, kreatif, melakukan geraka fisik,dan aktifitas positif lain 5) Ada tes standar untuk menentukan hasil belajar anak (Thomas, 2004: 117) f. Guru atau pendidik 1) Bersahabat dan membangkitkan semangat 2) Mampu mengkoordinasi kelas dan memimpin kelas dengan baik
33
3) Mengundang pendapat dan dialog bersama murid 4) Mempunyai banyak fariasi untuk mangajari berbagai topic pelajaran 5) Mampu menjadi sukarelawan untuk menerapkan metode multi sensori di dalam ruang kelas. 6) Mampu berkeliling kelas mengamati dan membantu belajar tiap siswa. g. Siswa atau anak didik 1) Memiliki semangat belajar yang tinggi 2) Belajar demi pengetahuan atau haus ilmu bukan karena tarpaksa atau ingin mendapat hadiah 3) Mendapat kesempatan untuk menampilkan kelebihan, bakat dan kamampuannya 4) Diperlakukan sebagai anak yang unik 5) Mendapat penghargaan dan dukungan dalam belajarnya. 2. Tujuan Proses Pengajaran Tujuan proses pengajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid. Ini disebut ―master learning‖ atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh (Nasution, 1982: 36). Tipe belajar menurut Robert M. Garne dalam Nasution (1982: 136) dibedakan menjadi Signal learning (belajar isyarat), Stimulus respon learning (belajar stimulus respon), Chaining (rantai atau rangkaian), Verbal association (asosiasi verbal), Discrimination learning (belajar konsep), Rule learning (belajar aturan), Problem solving (memecahkan masalah).
34
3. Variasi Guru dalam Proses Pengajaran Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa. Variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. (http://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilan-mengadakanvariasi-gaya-mengajar/ 11-10-09 21.10) Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar menurut H. Witkin dalam Nasution (1982: 95) ada tiga aspek, yaitu : a. Variasi dalam gaya mengajar yang meliputi variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, pergantian posisi guru, kontak pandang serta gerakan badan dan mimik. b. Variasi pola interaksi dan kegiatan. c. Variasi penggunaan alat bantu pengajaran yang meliputi alat/bahan yang dapat didengar, dilihat, dan dimanipulasi.
35
Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi: kesesuaian, kewajaran, kelancaran dan kesinambungan, serta perencanaan bagi alat/ bahan yang memerlukan penataan khsusus. 4. Tujuan Variasi dalam proses pengajaran: a. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevensi Terhadap Proses Belajar Masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan mengajar. Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat penting, karena dengan perhatian tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan tersebut akan tercapai bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan di kelas. Dalam jumlah siswa yang banyak, biasanya sulit atau sukar untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhinya, misalnya : faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, faktor gaya guru dalam mengajar yang tanpa ada variasi gaya mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
36
b. Memberi Kesempatan Memberi kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting, karena tanpa motivasi seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Motivasi ada 2, yaitu : motivasi intrinsik (dari dirinya sendiri) dan motivasi ekstrinsik (dari luar dirinya sendiri). Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa didalam dirinya ada motivasi intrinsik yakni kesadarannya sendiri untuk memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu lebih banyak terhadap materi yang diberikan guru. Dalam pertemuan dikelas ada juga siswa yang tidak ada motivasi dalam dirinya (Intrinsik), masalah inilah yang sering dihadapi guru. Guru selalu dihadapkan masalah motivasi yakni motivasi ekstrinsik, yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Jadi siswa yang tidak ada motivasi didalam dirinya (intrinsik) memerlukan motivasi ekstrinsik untuk melakukan kegiatan belajar. Disinilah peranan guru lebih dituntut untuk memerankan motivasi, yaitu motivasi sebagai alat mendorong siswa untuk berbuat, sebagai alat untuk menentukan arah dan sebagai alat untuk menyeleksi kegiatan. c. Membentuk Sikap Positif Terhadap Guru dan Sekolah Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan yang ada di kelas yakni adanya siswa atau siswi yang kurang senang terhadap dirinya. Sikap negatif ini bisa jadi disebabkan gaya guru mengajar yang
37
kurang bervariasi, gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Konsekwensinya bidang studi yang dipegang guru tersebut menjadi tidak disenangi. Mungkin bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak acuh siswa ketika guru tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas. Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santai dikelas tanpa memperdulikan tingkah laku siswa atau anak didiknya. Ini adalah jalan pengajaran yang sangat membosankan. Dalam hal ini guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan mengambil hati siswanya. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa juga ingin selalu dekat dengan guru. Guru yang dirindukan siswa biasanya dikarenakan gaya mengajarnya dan pendekatannya sesuai dengan psikologis siswa. Variasi gaya mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. d. Memberi Kemungkinan Pilihan dan Fasilitas Belajar. Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Terutama keterampilan bervariasi, untuk mengembangkan keterampilan variasi mengajar ini, guru hendaklah menguasai penggunaan media, berbagai pendekatan dalam mengajar, berbagai metode mengajar. Dengan penguasaan
tersebut,
akan
memudahkan
guru
melakukan
pengembangan variasi mengajar dan memberi kemungkinan guru
38
untuk memilih mana yang kebih tepat yang dapat menunjang tugasnya mengajar dikelas. Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang fungsinya sebagai alat bantu pengajaran. e. Mendorong Anak Didik untuk Belajar Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru, kewajiban menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang mana memerlukan lingkungan yang kondusif yakni lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Belajar memang memerlukan motivasi sebagai pendorong anak didik. Namun sayangnya jarang ditemukan bahwa anak didik mempunyai motivasi yang sama terutama motivasi intrinsik. Dari perbedaan motivasi inilah terlihat dari sikap dan perbuatan siswa dalam menerima pelajaran ada yang senang, ada yang kurang senang. Dengan gejala tersebut, bisa menghambat proses belajar mengajar. Di sinilah diperlukan peranan guru sebagai upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah dalam belajar. Untuk hal ini cara yang akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar, baik itu dalam belajar mengajar maupun dalam hal ini yang bersangkutan dengan pengajaran. (http://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilan-mengadakanvariasi-gaya-mengajar/ 11-10-09 21.10)
39
5. Manfaat Variasi dalam proses pengajaran: a. Meningkatkan, menimbulkan dan memelihara perhatian siswa terhadap aspek-aspek belajar yang relevan, b. Memberi kesempatan untuk meningkatkan dan berkembangnya bakat ingin tahu dan berfungsinya motivasi belajar, c. Memupuk dan membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup, d. Memberi pelayanan yang baik kepada siswa secara individual dalam menerima pelajaran agar mudah dan senang belajar, e. Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik diberbagai tingkat kognitif. (http://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilan-mengadakanvariasi-gaya-mengajar/ 11-10-09 21.10) 6. Prinsip Penggunaan Variasi dalam proses pengajaran Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah : a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru. b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar. c. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan
40
sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu : 1) Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa. 2) Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran. (http://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilanmengadakan-variasi-gaya-mengajar/ 11-10-09 21.10) 7. Komponen-Komponen
Variasi
Gaya
Mengajar
dalam
Proses
Pengajaran Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut : a. Variasi Suara Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tetapi, kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang. Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap materi
41
yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang rendah (pelan). Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat. Lagu bicara atau intonasi suara mempunyai pengaruh pada daya tangkap siswa terhadap pembicaraan guru. Lagu bicara yang datar (monoton) akan membosankan siswa, sehingga siswa cepat lelah dalam mendengarkan. Demikian pula lagu bicara yang naik turun atau bersendatsendat. Hal seperti ini sering menjadi bahan tertawaan siswa dan cenderung ditirukan dengan maksud mengejek, akibatnya konsentrasi mereka rusak. Di sini juga menganjurkan adanya tekanan bicara, yang mana diberikan pada hal-hal yang penting, misalnya dalam menyebutkan definisi, istilah, nama, rumus, dan kata-kata asing dengan ucapan pelan-pelan dan jelas dengan volume suara yang cukup. Kelancaran bicara juga patut diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar pada daya tangkap siswa. Jadi, seyogyanya sebelum satu kalimat dikeluarkan atau dibicarakan lebih dulu difikirkan susunan yang benar ditinjau dari segi tata bahasa. Ucapan bahasa daerah sebaiknya tidak dipergunakan. Setelah membaca
42
uraian di atas kita tahu betapa pentingnya suara guru untuk diperhatikan, karena merupakan alat komunikasi yang penting dalam interaksi edukatif, memang berbicara di depan kelas tidak dapat disamakan dengan orang yang berpidato di depan masa dan orang yang membaca puisi, karena guru menganggap siswa itu sebagai lawan bicara. Sehingga terlibat kontak batiniah masing-masing individu. b. Pemusatan Perhatian Perhatian menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/ hal) atau sekumpulan obyek. (http://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilanmengadakan-variasi-gaya-mengajar/ 11-10-09 21.10) Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru itu tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya, ―Perhatikan baikbaik‖, ―Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh‖ dan sebagainya. Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak
43
mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni : 1) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi. 2) Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa. 3) Orang
mengarahkan
perhatiannya
pada
hal-hal
yang
dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Di sini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat belajar siswa baik di rumah maupun di kelas. Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-
44
kata seperti : ―coba perhatikan ini baik-baik‖, karena materinya agak sulit dan sebagainya. 1) Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence) Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat. Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
45
2) Kontak pandang Ketika proses belajar mengajar berlangsung hendaknya guru
mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa,
sebab menatap atau memandang mata setiap anak didik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.
(http://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilan-
mengadakan-variasi-gaya-mengajar/ 11-10-09 21.10) 8. Hal-hal yang Harus di Hindari Guru Selama Presentasinya di Depan Kelas dalam Proses Pengajaran a. b. c. d. e.
Melihat ke luar ruang, Melihat ke arah langit-langit, Melihat ke arah lantai, Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja, Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan sesuatu. Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas
dengan baik. Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan membangun dan membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan
46
a. Gerakan anggota Badan atau Mimik Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan tangan dan anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi. Gerakan yang baik adalah gerakan yang efisien dan efektif artinya gerakan yang cukup, tetapi benarbenar mendukung penjelasan atau uraian guru. Gerakan-gerakan tersebut bisa dengan menganggukkan kepala untuk menunjukkan setuju, dan sebaliknya jari dan tangan berarti ―tidak‖ dan sebagainya. b. Perpindahan Posisi Guru Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bisa memperhatikan (http://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilan-mengadakanvariasi-gaya-mengajar/ 11-10-09 21.10) C. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Arti dari percaya diri adalah meyakini akan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh pribadinya untuk melakukan sesuatu, dan
47
orang yang mempunyai percaya diri, terdapat keyakinan yang kuat bahwa dirinya bisa mengerjakan sesuatu yang dapat membawa pada kesuksesan. Begitu dengan kepercayaan diri pada anak, anak yang memiliki rasa percaya diri adalah yang memiliki kepercayaan dan keberanian untuk melakukan sesuatu tanpa ada rasa malu atau minder di dalam dirinya. Kesuksesan pada diri seseorang merupakan proses (Nizar, 2009:104). Sehingga dapat ditingkatkan bahwa percaya diri pada anak pasti beda, bahkan sampai tua pun belum tentu seorang sudah memiliki rasa percaya diri yang mantap. Proses penanaman sikap percaya diri siswa tidak terlepas dari peran guru. Semakin muda usia siswa, semakin besar pula peran guru dalam menanamkan dan membangkitkan kepercayaan diri pada siswa. Dengan lebih tepatnya lagi bahwa rasa percaya diri anak ditumbuhkan oleh orang tua atau guru sejak awal. 2. Karakteristik Anak yang Percaya Diri Kepercayaan diri pada anak menumbuhkan proses yang sangat panjang dimana proses tersebut tidak lepas dari peran guru. Guru memiliki peran yang sangat besar dalam membantu anak untuk merasa lebih nyaman terhadap diri sendiri dan membangun tingkat kepercayaan anak. Merasa nyaman dengan apa yang ada pada dirinya adalah pertanda anak yang memiliki rasa percaya diri tinggi. Karena itu semakin tidak nyaman seorang siswa dengan keadaan yang melengkapi pada dirinya bisa merupakan tanda-tanda rendahnya tingkat rasa percaya dirinya.
48
Adapun ciri atau karakteristik anak yang percaya diri (Nizar 2009: 145) a. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu, b. Mampu beradaptasi (menyesuaikan diri) dan berkomunikasi diberbagai situasi, c. Memiliki kemampuan untuk mandiri, d. Bertanggung jawab, e. Memiliki kebanggaan terhadap apa yang dimiliki, f. Mampu mengatasi rasa frustasi, tekanan dari teman sebaya, g. Mampu menangani tugas dan tantangan baru serta mampu menangani emosi positif dan negatif, h. Memiliki kemampuan bersosialisasi, i. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi sesuatu permasalahan yang dihadapi. 3. Faktor-faktor Terbentuknya Percaya Diri Anak Memiliki kepercayaan diri merupakan suatu proses dan proses tersebut memulai tahapan-tahapan dari tahun-tahun usia anak. Anak yang memiliki
percaya
diri
tinggi
bahwa
sesungguhnya
lingkungan
menerimanya dengan baik dan mempedulikannya. Sebaliknya, anak dengan percaya diri yang rendah selalu merasa tidak diterima dan tidak dipedulikan lingkungan sekitar. Pada dasarnya, kepercayaan diri anak sudah terbangun di awal kehidupannya, saat kedekatan antara guru dengan siswa sangat tinggi, saat
49
guru merespon siswa dan siswa sangat memperhatikan (Andriana, 2006:146). Ketika anak sangat dicintai dan diterima oleh guru dan temanteman sekelilingnya, maka kebutuhan dasarnyapun terpenuhi, yaitu anak merasa dikehendaki kehadirannya, berharga dan dicintai. Berawal dari faktor itulah, sikap percaya diri anak akan terbentuk yang sendirinya tanpa ada pemaksaan dari pihak siapapun. Adapun faktor pendorong terbentuknya sikap percaya diri anak, menurut Elga Andriana adalah sebagai berikut (Andriana, 2006:146). a. Siswa merasakan kenyamanan dan keamanan b. Siswa diterima apa adanya c. Siswa dilimpahi kasih sayang d. Siswa selalu diajak, dirangkul bersama ketika ada permasalahan sehingga
siswa
merasakan
bahwa
keberadaannya
benar-benar
dianggap ada e. Perhatian guru terhadap siswa Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap percaya diri pada anak baik faktor dari dalam ataupun dari luar anak itu sendiri. Akan tetapi, faktor dari jauh lebih berperan dalam pembentukan sikap percaya diri anak seperti yang telah terurai di atas. Terbentuknya sikap percaya diri anak membutuhkan proses dan waktu yang tidak sedikit. Dalam hal ini gurulah yang sangat berperan dalam mendidik dan memberikan
50
perhatian serta kasih sayang terhadap siswanya karena guru adalah pendidik dalam pembentukan pribadi siswa. Ragam teori baik mengenai sikap guru dalam proses pengajaran dan percaya diri anak sebagai mana telah di uraikan di atas mengisyaratkan bahwa eratnya hubungan antara sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak. Hubungan antara sikap guru dalam proses pengajaran terhadap percaya diri anak sangat erat sekali karena pada dasarnya sikap guru dalam proses pengajaran justru akan mematikan rasa percaya diri anak. Sikap guru dalam proses pengajaran yang terlalu banyak perintah, larangan, teguran, bahkan guru sama sekali yang tidak mengindahkan maksud dan keinginan siswa, memberlakukan aturan-aturan yang sangat ketat terhadap siswa, memaksa siswa untuk melakukan sesuatu seperti dirinya (guru), kebebasan untuk bertindak dibatasi dan memberikan hukuman fisik atau badan, dan sebagainya, sehingga sikap guru yang seperti ini akan menimbulkan efek, baik efek fisik maupun efek psikis. Efek atau akibat yang berupa fisik misalnya luka pada salah satu bagian tubuh anak akibat pemberian hukuman badan, dan efek psikis yang ditimbulkan misalnya anak merasa tidak nyaman, merasa tegang, anak tidak sanggup untuk mengeluarkan pendapat, bahkan anak kadang terlalu sopan dan tunduk pada yang berkuasa, anak kurang memiliki inisistif dan spontanitas, anak terlalu bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, anak kurang mampu mengisi waktu luang.
51
Meski demikian, masih banyak guru yang menyangka bahwa sikap dalam mendidik siswa itu baik dan perlu, dengan tujuan agar anak nantinya bisa belajar sebagai mana mestinya. Sudah barang tentu juga, guru memiliki tujuan yang signifikan kenapa bersikap seperti itu dalam mendidik siswa. Adapun alasan yang mendorong guru menggunakan sikap seperti itu dalam mendidik antara lain didorong oleh keinginan supaya siswa belajar disiplin dan mandiri.
52
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.
Sejarah Berdirinya MTs Negeri Salatiga Keputusan Menteri Agama RI Tanggal 16 Maret 1978 nomor : 16 Th. 1978 tentang Susunan Organisasi dan tata Kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri maka sejak tahun pelajaran 1978/1979 tepatnya tanggal 1 Januari 1978 PGAN 6 Th Salatiga diubah menjadi : MTs N Salatiga, dengan siswa kelas I, II, III PGAN 6 Th dan PGAN Salatiga dengan siswa kelas IV, V, VI PGAN 6 Th. Pada saat awal perubahan tersebut hingga tanggal 1 Januari 1980, Kepala MTsN dan PGAN Salatiga masih di rangkap oleh Bapak Sofwan Achmadi, BA. Sebagai tindak lanjut, Maka berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Prop. Jateng tanggal 28 Januari 1980 no : WK/I.b/93/a/1980, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1980 Bapak Endro Parwono diangkat sebagai kepala MTsN Salatiga. Meskipun MTsN dan PGAN Salatiga secara resmi telah terpisah statusnya, dan masing-masing telah memiliki Kepala Sekolah yang berbeda, namun kedua sekolah ini masih dalam satu atap sejak tahun 1980 s/d 1986 dengan alamat Jl. KH. Wahid Hasyim NO. 12 Salatiga. Setelah MTsN Salatiga memiliki gedung sendiri, maka sejak th. Pelajaran 1986 / 1987 MTsN Salatiga menempati gedung baru dengan alamat Jl. Tegalrejo 1 Salatiga hingga sekarang.
53
2.
Lokasi MTs Negeri Salatiga MTs Negeri Salatiga berlokasi di, Jl. Tegalreja No. 1 Telp (298) 323950 Salatiga 50733.
3.
Visi Misi MTs Negeri Salatiga a. Visi MTs Negeri Salatiga Visi MTs Negeri Salatiga adalah ― terwujudnya generasi yang unggul dalam prestasi berpijak pada budaya bangsa dan nilai-nilai islami‖. b. Misi MTs Negeri Salatiga Adapun misi yang diharapkan dapat mendukung visi tersebut adalah: 1.
Menyelenggarakan pendidikan yang profesional dan bertanggung jawab.
2.
Meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah.
3.
Meningkatkan kualitas pendidikan.
4.
Meningkatkan
sumberdaya
manusia
yang
handal
dan
berkemampuan. 5.
Memberikan bekal life skill pada siswa.
6.
Meningkatkan sarana prasarana pendidikan.
7.
Menjalin kerjasama yang baik, diantaranya stake holder, instansi lain dan masyarakat
54
4.
Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan MTs Negeri Salatiga a.
Keadaan Guru MTs Negeri Salatiga Sebagian besar guru MTs Negeri Salatiga adalah lulusan S1. Berikut ini peneliti berikan rincian keadaan guru di MTs Negeri Salatiga:
Tabel 3.1 Data Guru Tentang Kualifikasi dan Status Kepegawaian MTs Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012 No.
Kualifikasi
Guru Tetap
Guru Tidak Tetap
1.
Stara 2 (S2)
2
-
2.
Strata 1 (S1)
34
5
3.
Diploma 3 (D3)
3
1
39
6
Jumlah Total Keseluruhan
45
Tabel 3.2 Data Guru Tentang Status Latar Belakang Pendidikan dan Sebaran Mapel MTs Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012
STATUS NO
MAPEL
JML
PENDIDIKAN
PNS/NIP 150
130
GTT
D3
S1
S2
1.
KA. Madrasah
1
1
-
-
-
-
1
2.
Qur‘an Hadits
2
1
-
1
-
2
-
3.
Aqidah akhlaq
2
1
-
1
-
2
-
4.
Fiqih
2
1
-
1
-
2
-
55
5.
Bhs arab
3
2
-
1
-
4
-
6.
SKI
2
2
-
-
1
1
-
7.
Ppkn
2
2
-
-
-
2
-
8.
Bhs. Indonesia
4
2
2
-
-
3
-
9.
Matematika
6
5
-
1
1
5
-
10.
Sj nas+umum
1
1
-
-
1
-
-
11.
Geo+sosiologi
3
2
1
-
-
2
-
12.
Ekonomi
2
2
-
-
-
1
-
13.
Fisika
2
1
1
-
-
3
-
14.
Biologi
2
1
1
-
1
1
-
15.
Bhs Inggris
4
2
1
1
-
3
1
16.
Kesenian
2
1
1
-
-
2
-
17.
Bhs. Jawa
1
1
-
-
-
2
-
18.
Penjaskes
2
2
-
-
-
2
-
19.
BK
2
2
-
-
-
2
-
JUMLAH
45
32
7
6
4
39
2
b.
Keadaan Karyawan MTs Negeri Salatiga Untuk membantu kelancaran kegiatannya MTs Negeri Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan yang berjumlah 14 orang. Karyawan-karyawan tersebut bertugas membantu semua kegiatan yang ada sesuai dengan bidangnya masing-masing. Berikut adalah tabel daftar karyawan di MTs Negeri Salatiga:
56
Tabel 3.3 Daftar Karyawan MTs Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012 Status
Jenis pegawai Pegawai TU
c.
jumlah
14
PNS
5
Pendidikan terakhir
Non PNS
SLTA
DI
D2
10
1
1
9
S1/
Kekurangan
S2 2
6
Keadaan Siswa MTs Negeri Salatiga Jumlah siswa MTs Negeri Salatiga tahun ajaran 2011/2012 secara keseluruhan adalah 784 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.4 Data Siswa MTs Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
KELAS L 20 20 20 16 20 22 18 136 14 24 16 20 14 22 25
VII-A VII-B VII-C VII-D VII-E VII-F VII-G JUMLAH VIII-A VIII-B VIII-C VIII-D VIII-E VII-F VIII-G
57
JUMLAH SISWA P JUMLAH 21 41 22 42 20 40 24 40 20 40 18 40 19 32 244 280 28 42 18 42 25 41 20 40 18 32 18 40 18 32
JUMLAH 1. IX-A 2. IX-B 3. IX-C 4. IX-D 5. IX-E 6. IX-F 7. IX-G JUMLAH JUMLAH KESELURUHAN
d.
135 13 15 20 24 16 18 7 113 384
145 22 20 16 12 20 18 19 127 416
280 35 35 36 36 36 36 26 240 800
Organisasi MTs Negeri Salatiga Organisasi MTs Negeri Salatiga terdiri dari Kepala Sekolah yang menduduki jabatan sebagai pemimpin. Kepala sekolah berkoordinasi dengan komite sekolah. Selain itu, dalam menjalankan tugas akademiknya, kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah dan beberapa seksi, yaitu urusan pengajaran (kurikulum), kesiswaan, sarana dan prasarana, dan humas. Sedangkan untuk tugas administrasi, kepala sekolah dibantu oleh Tata Usaha. Rincian struktur organisasi ini dapat dilihat dalam lampiran.
e.
Sarana dan Prasarana MTs Negeri Salatiga Dalam upaya mensukseskan program yang telah disusun, setiap sekolah tentu membutuhkan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mencapai tujuan tersebut MTs Negeri Salatiga telah menyediakan sarana yang mendukung, antara lain:
58
Data Sarana dan Prasarana Data Tanah dan Bangunan Jumlah tanah yang dimiliki 5810 m2. Jumlah tanah yang telah tersertifikat 5810 m2. Luas bangunan seluruhnya 2598 m2 Denah / lay out dan keterangannya (terlampir). 5.
Kegiatan Ekstrakurikuler dan Intrakulikuler MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan siswa di sekolah yang sama atau sejalan dengan komponen kurikulum (Rahmatsyah, 2005: 43). Kegiatan ini berupa kegiatan pokok atau wajib yang harus diikuti oleh siswa, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk proses belajar mengajar di dalam kelas. Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan siswa di sekolah yang lepas atau tidak terikat dengan kurikulum (Rahmatsyah, 2005: 28). Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan, yang mana waktu pelaksanaannya di luar jam belajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Kegitan ekstrakurikuler bertujuan untuk menambah wawasan para siswa serta mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing. Khusus kegiatan ekstrakurikuler Pramuka wajib diikuti oleh seluruh siswa di MTs Negeri Salatiga kelas VII, karena melalui Pramuka tersebut pihak sekolah berharap agar siswa bisa belajar hidup mandiri dan bermasyarakat dengan baik.
59
Berikut adalah perincian kegiatan ekstrakurikuler dan intrakulikuler di MTs Negeri Salatiga: Tabel 3.5 Kegiatan Ekstrakurikuler dan Guru Pengampu MTs Negeri Salatiga No.
Ekstrakurikuler
Guru Pengampu
1.
Pramuka
Umar Faruq, S. Pdi
2.
OSIS
Drs. Widodo Mulyo
3
Kesenian
Triyanto, S.Pd
Tabel 3.6 Kegiatan Intrakurikuler, Status Kepegawaian dan Latar Belakang Pendidikan MTs Negeri Salatiga
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
INTRA KA. Madrasah Qur‘an Hadits Aqidah akhlaq Fiqih Bhs arab SKI PPKN Bhs. Indonesia Matematika Sj nas+umum Geo+sosiologi Ekonomi Fisika Biologi Bhs Inggris Kesenian Bhs. Jawa Penjaskes BK
JML penga mpu 1 2 2 2 3 2 2 4 6 1 3 2 2 2 4 2 1 2 2
STATUS PNS/NIP GTT 150 130 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 5 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 -
60
PENDIDIKAN D3
S1
S2
1 1 1 1 -
2 2 2 4 1 2 3 5 2 1 3 1 3 2 2 2 2
1 1 -
JUMLAH 45 32 7 6 4 39 2 B. Data Hubungan Sikap Guru dalam Proses Pengajaran dengan Percaya Diri Anak di MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 Dalam bagian ini laporan data khusus mengenai variabel yang diteliti yakni sikap guru dalam proses pengajaran dan percaya diri anak. Pengumpulan data diperoleh dari hasil penyebaran angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang
jumlahnya
masing-masing
15
item.
Pertanyaan tersebut terdiri dari 5 alternatif jawaban yang mempunyai bobot nilai tersendiri yaitu: 1. Untuk jawaban yang positif a. Alternatif jawaban A dengan nilai 5 b. Alternatif jawaban B dengan nilai 4 c. Alternatif jawaban C dengan nilai 3 d. Alternatif jawaban D dengan nilai 2 e. Alternatif jawaban E dengan nilai 1 2. Untuk jawaban yang negatif a. Alternatif jawaban A dengan nilai 1 b. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 c. Alternatif jawaban C dengan nilai 3 d. Alternatif jawaban D dengan nilai 4 e. Alternatif jawaban E dengan nilai 5 Untuk mengetahui seberapa besar hubungan sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011, dapat diketahui berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada
61
siswa yang dijadikan responden setelah diketahui nilai kwalitas tersebut. Kemudian diubah menjadi nilai kwantitas yang berskala satu sampai lima setelah melalui prakoding dan koding, dan yaitu sebagai berikut: Tabel 3.7 Nilai Kwantitas No
Pilihan Jawaban Positif Negatif A E B D C C D B E A
1 2 3 4 5
Nilai kwalitas Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Nilai kwalitas 5 4 3 2 1
C. Penyajian Data 1. Daftar Nama Responden Dalam penelitian ini, sampel yang peneliti gunakan adalah seluruh siswa MTs negeri Salatiga, yang telah dipilih melalui metode random sampling. Adapun daftar nama-nama responden adalah sebagai berikut: Tabel 3.8 Daftar Nama-nama Responden No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Andi Arum Dwi B Dwi S Dwi Se Elindra Fatma Herman Maratus
Jenis kelamin L P L P P P P L P
No 41. 42. 43. 44. 45. 46 47. 48. 49.
62
Nama Marzukoh Mirfatul M. Taufik Novia Retno Taufiq Tohir Tri Umi K
Jenis kelamin P P L P P L L P P
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 24. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Muhammad A Muhammad C Muhammad M Muhammad H. Nurul M Nurul T Prayoga Perwita S Rahmawati Rani Restu Siti Umi Zakki Ahmad Ahmad M Ahmad N Ahmad Nur Ali Aprian Arifiatun Claudia Desi Diah Dian M Dini Dwi Y Enggar Khoirul Lisyanti Maratu
L L L L P P L P P P P P P L L L L L L P P P P P P P P P L P P
50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77 78 79 80
Yusnia Abdul Azis Adin Fauzi Ahmad Nurwakhid Alva Amalia Ana Angga Cahyo Dwi Setyowati Enis Febrina Fitri Heru Ika Novi Luluk Mudzakiroh M. Bayu M. Najmuddin M. Zakki Noven Novie Nur Khasanah Putri Risa Riyan Rohmatu Isnaeni Amin Ana Muis Dian
P P P L P P P L L P P P P L P P L L L L L P P P P L P L P L P
2. Hasil Data Mentah Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai hubungan sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak di
63
MTs Negeri Salatiga. Untuk itu peneliti menyebar dua macam angket yang masing-masing angket berisikan 15 item soal kepada responden. Angket pertama berisi pertanyaan-pertanyaan tentang sikap guru dalam proses pengajaran, sedangkan angket kedua berisi pertanyaan tentang percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga 2011. Untuk mengetahui sikap guru dalam proses pengajaran dan hubungan terhadap percaya diri anak tersebut, maka peneliti sajikan data berdasarkan hasil angket yang telah disebar. Berikut ini rincian hasil atau jawaban angket yang telah peneliti dapatkan Tabel 3.9 Jawaban Angket Sikap Guru dalam Pengajaran (variabel X) di MTs Negeri Salatiga 2011
No. 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018
1 2 B C B C B A B B B D B C A A A B B C C A C C C D C B C A C C A C A B C C
3 4 D B D B C A D A D B E B E A D A D B E B B B E B E B E A D A E A E A D C
5 C C A B C D E B C D B D D C D A D C
6 D D B D D D E A D E B A D E D C E D
7 C C B C D E B C C D B C C C A C D C
Item Soal 8 9 10 E C B E C B E B B E C C E B D E A A E B C E B D E B D E C B E A B E A C B B C A A C D A C D A E D C A E C B 64
11 B B A A B A A A A A B A A C A A A B
12 D D B C D E E D D E A E C C C E E C
13 D D D D D E E E D D B E A D A E A C
14 D D C D C B E C B C A D D E D E D D
15 A C D C B D E B B C A B D C D E E E
019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 040 041 042 043 044 045 046 047 048 049 050 051 052 053 054 055 056 057 058
A C A A B A A A C C B B B A B B B B C B B B A B A B B B A B A B B A C B A D C C
A D A B B A C A B B A B B A B B B C B B B B C B D B B B C A C B C B C C B D B A
C E D C D E E A C E E D C E C C D D E C E D C B D C C D C E C D E C E D E E E E
B A A A A A A B A B A B A A B B A A A B A B A A B A B A A B B B B A A B A B A A
A D C C B C B B C C B B B B D C B B D D E B B B A D C B A D B D C C B B E E B D
C E C C B E A A E C B E C E C E C E D C C C D E C C E E C B C E E D E C D D E D
B E C C B D D B D D E B C B C B C E D E D B D E C B B B B D C D D D D A E E D E
E E B B E E B B B E E E C B B E C E C E E E E E E E E E E D E E C E E E E B B E
65
A A B A B A C A B C C B B D B B A B B B B B A B B B C B A C B B B C C C A D A C
C E C B B C A B B D C E B A C E B B D B B B B E B C E B B C B C E B C D A E C C
A A A A A A A C A A A B A C B A A A A A B B A A A A A A A A A A A A A A A A A A
C E D D D D E A E D C D C E C D C C D E D C D E D D E C D E C D E D C C B D C D
C E D B D B B B D C C E C E C E C E E D E C E E D D E D C D C D C C A B A A A C
B A D B C D A A D D E E B E B D B E D D D C C D B E E D B E B C E B B B C D B C
A E B D C C A A D C C C E E C E D D E D E B C E C D D C E E E B E E E C E A E D
059 060 061 062 063 064 065 066 067 068 069 070 071 072 073 074 075 076 077 078 079 080
C C B B B B B B A B A A C A A B C C A A A A
B B B C C B B C A D B C C B A B B C A A A A
C C E D D B E D E D A B C C B B C C B B B B
B B A B B B B B B B D A A A B B B A B B B B
C B D D C C C D B D E B D B B B C C B B B B
D B E D C B E A D A C E C D C E D C C C C C
D B D C D C D D D D E C E E C B D D C C C C
E E B C E E E D E B E B E B B E B E B B B B
C A A D B A D B A B A A B A A A C C A A A A
B C E D B B E A E D B A C B B A B C B B B B
A A A A B C B B A B A A A A A A A A A A A A
C D D C C C D E C E C D D C C B C C C C C C
A B D C C B B A B A E D E C C D A C C C C C
B C E D B A D A B D B B E A A B B C A A A A
C C E E B B D C D A D E C C C E C C C C C C
Tabel 3.10 Jawaban Angket Percaya Diri Anak (variabel Y) MTs Negeri Salatiga 2011
No 001 002 003 004 005 006 007 008 009
1 A B C B B A D B B
2 A B B B B A A E A
3 C C D C C C E B C
4 A B A A A E A E E
5 A A A A A D A D E
6 A B A B E B E B D
Item Soal 7 8 9 A B B A A B B A A A A B B C B A B B E B B A A A A A D
66
10 C C C C C E C B C
11 C C B D D C C C D
12 D D E D D D D C C
13 C B B B C C B E B
14 B B B D C C B E B
15 A B A E E A A D E
010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 040 041 042 043 044 045 046 047 048 049
A C A A C B C B B A C A B A A A A A B A B B B C B C B A A D A B C A B B B B B B
A A A A E A A A B A B A B A A A A A C A A A A B A A B A A A A B C A B A A A B C
C A C C C A C B B B C C C B C C A C C B C C C C C D C B B D C C C C B B B D D C
A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B A A A A A A A A B A A A A A
A C E A B B B A B A A B A A E A A A A A A A A A A B B A A B A A B A B B A A B B
B E E E E A D A B A A B A A D A A A B A A A B A B A A B B A B C B B D C B A B B
E B A A E A A A D A A B A E B B A A B A A B A A A A B A B A A A A B A B B B A A
B B E B E D B B E E B B B E C B A A B A B A A B B B B B D B B B B C A B B B B C
67
C A C D A B A D E E B B C B B B A A B A B A A B B B A B A B B B B B A A B B B C
D D C E D E C D D B D B E D D B A C C D C B B D D C C B D D D C D D B D B E C D
B C B E E E D B C E E D D C E B B E C B B B B C C C C B D C C B C B B A A A C D
D C B C E C D C D C D E E D C C B E D C C D E D C D C C C C C C D C D C C C C E
B D B B C C E E C D E E A E E E B E B A B B A A B C A A C C B B D B C C B A C D
C A D E B E E C E E E E E C B B B E E C C C A C B B B C C B A A B C B C B B B C
E E A E A E E E A E E A E E E B B E E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
050 051 052 053 054 055 056 057 058 059 060 061 062 063 064 065 066 067 068 069 070 071 072 073 074 075 076 077 078 079 080
A C B B B C B B B A B B A B B B B A B B C B B B B C B B B B B
A B C A A B A C B A B A A A A A A A A A A A B A A B A A A A A
C C D C B D A D C C C C E C C C C B C C A D C A C B C C C C C
A A B A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
B B B A A A A E A B A A A A A B A A A A A A A A A A B B B B B
C A B A B B A B A C B A A A A B B A A A D C B A B A A A A A A
B A B B B A A B A A A A A B B B B A B B A A A A A C A A A A A
B B A B B B A D B B A A B B A A B A B A A B A A B B A A A A A
B A C A B B A A C B A A B B B C B C B A A B B A B C A A A A A
D C D C B D C E E C C B C C C B B B B D D D C A C C C A A A A
B A C B A A B C A B B B D B C B B B B C E D B A B D C C C C C
C A D C C C D D C C C C E C A A C A C D E D C B C E D D D D D
B D D B B B A D B B B A B B A B C B C A A C B A A D B B B B B
C C B A B B A B D B B C C B A A A A A C C C B C C D C C C C C
C C A A B A A A A C A A A C A A A B A A A A A A A A C C C C C
3. Hasil Penyebaran Angket Setelah angket diisi oleh masing-masing responden, kemudian peneliti:
68
a. Menghitung sekor nilai sikap guru dalam pengajaran. Pensekoran sikap guru dalam pengajaran disajikan melalui tabel. b. Menghitung sekor nilai percaya diri anak. Pensekoran percaya diri anak disajikan melalui tabel. Sekor masing-masing item soal dari angket hubungan sikap guru dalam proses pengajaran dan sikap percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.11 Skor Hasil Angket Sikap Guru Dalam Pengajaran (variabel X) MTs Negeri Salatiga Tahun 2011
No
Jumlah
No
Jumlah
001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021
60 42 55 46 41 41 42 50 45 40 59 42 47 46 49 42 60 31 58 35 52
041 042 043 044 045 046 047 048 049 050 051 052 053 054 055 056 057 058 059 060 061
48 39 49 45 38 48 53 40 50 43 39 43 44 50 48 39 50 41 49 52 40
69
022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 040
56 49 47 57 67 45 41 46 40 53 43 51 40 54 41 39 42 39 51
062 063 064 06 066 067 068 069 070 071 072 073 074 075 076 077 078 079 080
41 48 55 37 51 48 48 46 53 40 56 60 52 52 46 60 60 60 60
Tabel 3.12 Skor Hasil Angket Percaya Diri Anak (variabel Y) MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 No 001 002 003 004 005 006 007 008
Jumlah 64 58 59 53 47 50 49 45
No 041 042 043 044 045 046 047 048 70
Jumlah 61 53 59 59 59 64 61 57
009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 040
45 51 52 47 46 40 49 46 53 45 48 46 52 49 47 44 60 70 51 50 66 62 63 65 58 60 56 61 65 57 56 62
049 050 051 052 053 054 055 056 057 058 059 060 061 062 063 064 065 066 067 068 069 070 071 072 073 074 075 076 077 078 079 080
71
49 56 59 51 64 63 54 68 47 58 59 69 66 57 60 66 64 62 68 63 61 57 54 62 71 62 51 59 40 40 40 40
Kepala Sekolah
Komite
72
Wakil Kepala Sekolah
Tata Usaha BK
Urusan
Pembina
Urusan
Urusan Humas
Pengajaran
OSIS
Kesiswaan
SarPras
Wali Kelas
Guru Mapel
Kepala Sekolah Komite Urusan Pengajaran
Pembina OSIS
Urusan Kesiswaan
Humas
Tata Usaha
Urusan Sarpras
73
Wakil Kepsek.
BK
Wali Kelas
Guru Mapel.
Keterangan: NO 1
NAMA Dra. H. Zayinatun
NIP
JABATAN
150268971
Kepala Madrasah, Koordinator Guru BK
2
Siti Maimunah, S.PD
150189421
Waka Sarana Prasarana
3
Syafe‘i, S.Pd
150216820
Waka Kurikulum, Guru BK
4
Nur Hidayati, BA
150221835
Pembina Perpustakaan
5
Ainy dharyati, BA
150225784
Wali Kelas 7D
6
Supangat, S. Pd
150261406
Waka Humas
7
Drs. Widodo Mulyo
150272514
Pembina OSIS, Wali Kelas 9D
8
Drs. Fisal Bahar S, M. Ag
150272090
Waka Kesiswaan
9
Indri Astuti DS, S. Pd
132140067
Guru
10
Eko Firatno, A. Md
132142695
Pembantu Sarana Prasarana, Wali Kelas 9 C
11
Suyanto, S.Pd
132140408
Pembina Koperasi, Wali Kelas 9D
12
Dra. Nur Laila
150275615
Pembina UKS, PMR, Wali Kelas 8D
13
Abdul Latif Muslich, S. Pd
150256831
Pembina Lab IPA, Wali Kelas 9G
14
Munjayanah, S. Pd
150275526
Pembina Keterampilan, Wali Kelas 8A
15
Sri Hidayati, S. Pd
150267351
74
Pembina Olah Raga, Wali
Kelas 8F 16
Dra. Arini
150294928
Wali Kelas 8C
17
Dra. Nunuk Samiasih
150294625
Pembantu Kurikulum, Guru BK
18
Umar Faruq, S. Pdi
150253110
Pembina Pramuka, Wali Kelas 9F
19
Miftah Syarifudin, S. Si
150329953
Wali Kelas 9A
20
Dra. Dihlis Zuna‘im
150329945
Wali Kelas 8G
21
Mutiah Setyowati, S. Ag
150329940
Guru
22
Triyanto, S.Pd
500119732
Pembina Kesenian, Wali Kelas 7B
23
Heni Haswarini, S.Pd
150360537
Guru
24
Rita Budiarti, S. Pd
150374359
Guru BK
25
Sri Sugiarti
150425274
Guru
26
Muhammad Taufiq, S. Pd
150360542
Guru BK, Wali Kelas 7G
27
Nida Usholha, S. Pd
150359664
Pembina Pramuka
28
Muhammad Shabirun, S. Pd
150359653
Pembina Pramuka
29
Siti Riayah, S. Pd
150359645
Wali Kelas 7F
30
Iada Witminingsih, S. Ag
150360536
Wali Kelas 7C
31
Nova Zaeni. N, S. Pdi
150383701
Guru
32
Munawar, S. Ag
131116890
Wali Kelas 7A
33
Sri Haryati
150286584
Wali Kelas 8B
75
34
Drs. Syariful Hadi
150289142
Pembina Lab. Komputer, Wali Kelas 9E
35
Dra. Mulyani
150359643
36
Fefina sofia i, S. Pd
Guru BK
37
Lis Arifah, S. Ag
Guru
38
Budi Latiful T, SE
Guru
39
Atik Prasetyowati, S. Pd
Pembina Lab Bahasa
40
Nuning Widyani, S. Pd
41
Zahara Lu‘luah, S. Pd
Guru
42
Islamiyati, S. Pd. I
Guru
43
Zuly Kurniawati, S. Pd. I
Guru
44
Dra. Emawati Susanti
Pembina Pramuka
45
Henri Johan Sutanti, SH
150272238
Ka. Urs. Tata Usaha
46
Sofiyah
150203547
Bandahara Pengeluaran
47
Sulimah
150206906
Petugas Koperasi Siswa
48
Erniyati
150241969
Pembantu Urusan
500137876
Wali Kelas 8E
Wali Kelas 7E
Kepegawaian dan Administrasi Umum (ATK) 49
M. arif Rahman
150357792
Urs. Kepegawaian, Inventaris Barang
50
Yuli Astuti P, SE
Pembantu bend. Komite/ BOS. Pembuat Daftar Gaji
76
51
Siti Sufrotun
Petugas Admnd. Umum, Kearsipan, Pengajaran
52
Wahyu Nusono
Pemb. Bend. Peng. SMP, SAKPA. UAKPB
53
Zahroni
Petugas Perpustakaan, Jaga Malam dan Kebersihan
54
Syarifudin sena A,
S.Hi
Pemb. Bend. Komite/ BOS, Pemb ADM. Umum
55
Ari suryani
56
Khundori
Petugas Koperasi 1965030720 Pemb. Umum, Kebersihan dan 09011001
57
Sugeng purnomo
Penjaga Malam Petugas Perpustakaan, Jaga Malam dan Kebersihan
58
Suparno
Satpam dan Jaga Malam
Tabel 3.5 Daftar Sarana MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 Kondisi (IKI)
Lokas No
Jenis
M
2
i
Kekurangan Baik
1
Ruang kelas
20
1900
X
2
Ruang kantor/ TU
1
72
X
3
Ruang kepala
1
54
X
4
Ruang guru
1
96
X
77
Rusak
Kurang luas
Ruang 5
Kurang luas 1
100
X
1
72
X
1
100
X
1
100
X
perpustakaan Ruang laborat 6
Kurang luas
computer 7
Ruang lab. IPA
Kurang luas
Ruang Lab 8 bahasa Ruang 9
Jadi satu 1
100
X
ketrampilan
R.OSIS
10
Ruang Aula
1
144
11
Ruang mushola
1
56
12
Ruang Uks
1
4
X
3212
X X
13
X
upacara `14
Ruang music
1
X
15
Ruang koperasi
1
X
16
Ruang kantin
2
X
17
Ruang satpam
1
x
78
Kurang luas x
Halaman /
Kurang luas
Kurang luas
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan peneliti kemukakan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian sebagaimana yang peneliti cantumkan dalam tabel sebelumnya di bab III. Dalam analisis ini peneliti cantumkan menjadi dua bagian yaitu: analisis deskriptif dan analisisis uji hipotesis.
A. Analisis Deskriptif Analisis data deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Untuk mencapai tujuan tersebut, Rincian pensekoran masing-masing item soal dari angket hubungan sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak MTs Negeri Salatiga dapat dilihat dalam tabel sebelumnya sesuai dengan Skala Likert. Dari pedoman pensekoran, maka diperoleh skor tentang sikap guru dalam proses pengajaran MTs Negeri Salatiga tahun 2011 dari 80 responden. Skor tertinggi dan terendah pada variabel x (sikap guru dalam proses pengajaran) berturut-turut adalah 67 dan 31. Langkah pertama dalam analisis deskriptif ini adalah mencari rata-rata skor jawaban angket sikap guru dalam proses pengajaran MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Untuk mencari rata-rata data berkelompok interval digunakan rumus: ∑fi x xi x = ———— ∑fi Keterangan: x = Mean (rata-rata) ∑fi = Jumlah responden ∑fi x xi = Jumlah frekuensi x titik tengah interval (Sugiyono, 2009: 54)
79
Sebelum menghitung rata-rata, maka data tersebut dikelompokkan berdasarkan distribusi kelompok dengan langkah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah kelas Rumus yang digunakan adalah K = 1 + 3.3 log n K = jumlah kelas dan
n = responden
Dengan rumus tersebut diperoleh jumlah kelas sebagai berikut: K = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 80 = 1 + 3.3 x 1,9030899869919 = 1 + 6,280 = 7,280 dibulatkan menjadi 8 2. Menentukan panjang kelas atau interval Panjang kelas atau interval (c) dapat diperoleh dengan rumus: R c=— K
Keterangan:
c = Panjang kelas/ interval R = Range K = Jumlah kelas (Sugiyono, 2009: 54)
Adapun rumus R (range) sendiri adalah: R = xt – xr + 1 Keterangan:
R = Range xt = Skor tertinggi xr = Skor terendah (Sugiyono, 2009: 55)
Dari rumus tersebut diperoleh range dan panjang kelas sebagai berikut: R = xt – xr + 1 = 67 – 31 + 1 = 37 𝑅
C=𝐾 =
37 8
= 4,62
80
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka interval yang diperoleh 4 atau 5. Namun, dalam perhitungan ini peneliti menggunakan interval 5, sehingga tabel penolong perhitungan rata-ratanya tersaji (tabel 3.11) sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Skor Sikap Guru dalam Proses Pengajaran MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 No. Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8
Interval C 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 51 – 55 56 – 60 61 – 65 66 – 70 Jumlah
Titik Tengah xi 33 38 43 48 53 58 63 68
Frekuensi fi 2 13 19 21 13 6 5 1 80
fi x xi 66 494 817 1008 689 348 325 68 3815
Berdasarkan tabel penolong itu, maka rata-rata (mean) dari skor sikap guru dalam proses pengajaran di MTs Negeri Salatiga tahun 2011 dihitung dengan rumus: ∑fi x xi x = ———— ∑fi
(Sugiyono, 2009: 54)
= 3815 80 = 47,6875 Setelah diketahui rata-rata skor sikap guru dalam proses pengajaran siswa sebesar 47,6875 langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori skor tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan lima kategori yang terdiri
81
dari sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Adapun rumus yang digunakan dalam kategorisasi ini adalah: panjang interval
xti – xri = ———— n kategori
75 – 15 = ———— 5 = 12 Dari perhitungan tersebut kemudian ditentukan interval dan kategorinya seperti yang tersaji dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Interval dan Kategori Skor Angket Sikap Guru dalam Proses Pengajaran No. 1. 2. 3. 4. 5.
Interval 15 – 26 27 – 38 39 – 50 51 – 62 63 – 75
Kategori Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Skor angket yang telah dipaparkan dalam tabel jawaban angket sikap guru dalam proses pengajaran, kemudian dikonsultasikan dengan tabel interval dan kategori, sehingga tersaji tabel kategori skor sikap guru dalam proses pengajaran beserta jumlah respondennya. Tabel 4.3 Kategori Skor Variabel X (Sikap Guru dalam Proses Pengajaran) beserta Frekuensi Respondennya No. 1. 2. 3. 4.
Interval 15 – 26 27 – 38 39 – 50
Kategori Sangat Kurang Kurang Cukup Baik
82
frekuensi 0 4 53 22
5.
51 – 62 63 – 75
Sangat Baik
Jumlah Responden
1
80
Dari penyebaran frekuensi tersebut dapat dihitung prosentase frekuensi dengan rumus:
F P = — x 100 % N
1.
(Hadi, 1992: 399)
Sangat kurang F P = — x 100 % N 0 = —— x 100 % 80 = 0%
2.
Kurang F P = — x 100 % N 4 = —— x 100 % 80 = 5%
3.
Cukup F P = — x 100 % N 53 = —— x 100 % 80 83
= 66,25 % 4.
Baik F P = — x 100 % N 22 = —— x 100 % 80 = 27,5 %
5.
Sangat baik F P = — x 100 % N 1 = —— x 100 % 80 = 1,25 % Hasil perhitungan di atas peneliti sajikan secara rinci dalam tabel
berikut: Tabel 4.4 Kategori, Skor, Frekuensi, dan Prosentase Jawaban Angket Sikap Guru dalam Proses Pengajaran di MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik Jumlah
Interval 15 – 26 27 – 38 39 – 50 51 – 62 63 – 75
Frekuensi 0 4 53 22 1 80
Prosentase 0% 5% 66,25% 27,5 % 1,25 % 100 %
Setelah analisis deskriptif pada variabel x selesai, selanjutnya peneliti akan menyajikan analisis deskriptif pada variabel y (percaya diri anak). Dimulai dengan pensekoran jawaban hasil angket percaya diri anak. Adapun skor untuk tiap butir pertanyaannya sama dengan skor pada angket sikap guru dalam pengajaran, yaitu: jawaban A dengan skor 5, B skor 4, C skor 3, D skor
84
2, dan jawaban E skor 1 (untuk jawaban positif), jawaban A dengan skor 1, B skor 2, C skor 3, D skor 4, dan jawaban E skor 5 (untuk jawaban negatif). Rincian skor hasil angket percaya diri anak (variabel y) tersaji dalam tabel bab III: Dari pedoman penyekoran tersebut, maka diperoleh skor tentang percaya diri anak MTs Negeri Salatiga tahun 2011 dari 80 orang responden. Skor tertinggi dan terendah pada variabel y (percaya diri anak) berturut-turut 71 dan 40. Setelah diketahui skor pada variabel y, maka langkah selanjutnya menganalisis skor-skor tersebut melalui analisis deskriptif. Langkah pertama adalah mencari rata-rata skor jawaban angket percaya diri anak MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Untuk mencari rata-rata data berkelompok digunakan rumus: ∑fi x yi y = ———— (Sugiyono, 2009: 54) ∑fi Keterangan: y = Mean (rata-rata) ∑fi = Jumlah responden ∑fi x yi = Jumlah frekuensi x titik tengah interval Sebelum menghitung rata-rata, maka data tersebut dikelompokkan berdasarkan distribusi kelompok dengan langkah sebagai berikut: 1.
Menentukan jumlah kelas Rumus yang digunakan adalah K = 1 + 3.3 log n K = jumlah kelas dan n = responden Dengan rumus tersebut diperoleh jumlah kelas sebagai berikut: K = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 80 = 1 + 3.3 x 1,9030899869919 = 1 + 6.28 = 7,2
2.
Menentukan panjang kelas atau interval 85
Panjang kelas atau interval (c) dapat diperoleh dengan rumus: R c=— K
Keterangan:
c = Panjang kelas/ interval R = Range K = Jumlah kelas (Sugiyono, 2009: 54)
Adapun rumus R (range) sendiri adalah: R = yt – yr + 1
Keterangan: R = Range yt = Skor tertinggi yr = Skor terendah (Sugiyono, 2009: 55)
Dari rumus tersebut diperoleh range dan panjang kelas sebagai berikut: R = yt – yr + 1 = 71– 40+ 1 = 32 R c = — K 32 = — 7 = 4,571 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka interval yang diperoleh 4 atau 5. Namun, dalam perhitungan ini penulis menggunakan interval 5, sehingga tabel penolong perhitungan rata-ratanya tersaji (tabel 3.12) sebagai berikut: Tabel 4.5 Distribusi Skor Percaya Diri Anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 No. Kelas 1 2 3 4 5 6
Interval C 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69
Titik Tengah yi 42 47 52 57 62 67 86
Frekuensi fi 6 15 13 17 19 8
fi x yi 252 705 676 969 1178 536
7
70 – 74 Jumlah
72
2 80
144 4460
Berdasarkan tabel penolong itu, maka rata-rata (mean) dari skor percaya diri anak MTs Negeri Salatiga dihitung dengan rumus: ∑fi x yi y = ———— ∑fi
(Sugiyono, 2009: 54)
4460 = ———— 80 = 55,74 Setelah diketahui rata-rata skor percaya diri anak sebesar 55,74 langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori skor tersebut. Kategori skor untuk variabel y ini sama dengan kategori skor untuk variabel x, yaitu sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik Skor angket yang telah dipaparkan dalam tabel jawaban angket percaya diri anak, kemudian dimasukkan dengan tabel kategori, sehingga tersaji tabel kategori skor percaya diri anak beserta jumlah respondennya. Tabel 4.6 Kategori Skor Variabel y (Percaya Diri Anak) beserta Frekuensi Respondennya No. 1. 2. 3. 4. 5.
Interval Kategori 15 – 26 Sangat Kurang 27 – 38 Kurang 39 – 50 Cukup 51 – 62 Baik 63 – 75 Sangat Baik Jumlah Responden
frekuensi 0 0 23 41 16 80
Dari penyebaran frekuensi tersebut dapat dihitung prosentase frekuensi dengan rumus:
F
87
P = — x 100 % N 1.
Sangat kurang F P = — x 100 % N 0 = —— x 100 % 80 = 0%
2.
Kurang
3.
F P = — x 100 % N 0 = —— x 100 % 80 = 0% Cukup F P = — x 100 % N 23 = —— x 100 % 80 = 28,75%
4.
Baik F P = — x 100 % N 41 = —— x 100 % 80 = 51,25 %
5.
Sangat baik 88
(Hadi, 1992: 399)
F P = — x 100 % N 16 = —— x 100 % 80 = 20 %
Hasil perhitungan di atas peneliti sajikan secara rinci dalam tabel berikut: Tabel 4.7 Kategori, Skor, Frekuensi, dan Prosentase Jawaban Angket Percaya Diri Anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik Jumlah
Interval 15 – 26 27 – 38 39 – 50 51 – 62 63 – 75
Frekuensi 0 0 23 41 16 80
Prosentase 0% 0% 28,75 % 51,25 % 20 % 100%
B. Pengujian Hipotesis Pada bagian ini peneliti melakukan analisis data untuk membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang telah peneliti ajukan yaitu ―ada pengaruh positif antara sikap guru terhadap proses pengajaran dengan percaya diri anak MTs Negeri Salatiga tahun 2011‖. Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah mencari ada tidaknya hubungan antara variabel X dan Y dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Untuk mempermudah proses analisis, peneliti menggunakan tabel penolong koefisiensi korelasi seperti di bawah ini:
89
Tabel 4.8 Koefisien Korelasi Hubungan Sikap Guru dalam Proses Pengajaran dengan Sikap Percaya Diri Anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 No. Responden 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034
X
Y
X2
Y2
XY
60 42 55 46 41 41 42 50 45 40 59 42 47 46 49 42 60 31 58 35 52 56 49 47 57 67 45 41 46 40 53 43 51 40
64 58 59 53 47 50 49 45 45 51 52 46 46 40 49 46 53 45 48 46 52 49 47 44 60 70 51 50 66 62 63 65 58 60
3600 1764 3025 2116 1681 1681 1764 2500 2025 1600 3481 1764 2209 2116 2401 1764 3600 961 3364 1225 2704 3136 2401 2209 3249 4489 2025 1681 2116 1600 2809 1849 2601 1600
4096 3364 3481 2809 2209 2500 2401 2025 2025 2601 2704 2116 2116 1600 2401 2116 2809 2025 2304 2116 2704 2701 2209 1936 3600 4900 2601 2500 4356 3844 3969 4225 3364 3600
3840 2436 3245 2438 1972 2050 2058 2250 2025 2040 3068 1932 2162 1840 2401 1932 3180 1395 2784 1610 2704 2744 2303 2068 3420 4690 2295 2050 3036 2480 3339 2795 2958 2400
90
035 036 037 038 039 040 041 042 043 044 045 046 047 048 049 050 051 052 053 054 055 056 057 058 059 060 061 062 063 064 065 066 067 068 069 070 071 072 073 074
54 41 39 42 39 51 48 39 51 48 39 48 53 40 50 43 39 43 44 50 48 39 50 41 49 52 40 41 48 55 37 51 48 48 46 53 40 56 60 52
56 61 65 57 56 62 61 53 59 59 59 64 61 57 49 56 59 51 64 63 54 68 47 58 59 69 66 57 60 66 64 62 68 63 61 57 56 62 71 62
2916 1681 1521 1764 1521 2601 2304 1521 2601 2304 1521 2304 2809 1600 2500 1849 1521 1849 1936 2500 2304 1521 2500 1681 2401 2704 1600 1681 2304 3025 1369 2601 2304 2304 2116 2809 1600 3136 3600 2704
91
3136 3721 4225 3249 3136 3844 3721 2809 3481 3481 3481 4096 3721 3249 2401 3136 3481 2601 4096 3969 2916 4624 2209 3364 3481 4761 4356 3249 3600 4356 4096 3844 4624 3969 3721 3249 3136 3844 5041 3844
3024 2501 2535 2394 3184 3162 2928 2067 3009 2832 2301 3072 3233 2280 2450 2408 2301 2193 2816 3150 2592 2652 2350 2378 2891 3588 2640 2337 2880 3630 2368 3162 3264 3024 2806 3021 2240 3472 4260 3224
075 076 077 078 079 080 Jumlah
52 46 60 60 60 60 3811
51 59 40 40 40 40 4461
2704 2116 3600 3600 3600 3600 185717
Langkah selanjutnya, menghitung korelasi
2601 3481 1600 1600 1600 1600 254127
antara variabel x dan y
dengan rumus korelasi product momment. (∑X) (∑Y) ∑XY – ———— n rxy = ___________________________ (∑X)² (∑Y)² √ {∑X² – —— }{∑Y² – —— } n n (Sugiyono, 2009: 228)
Berdasarkan tabel koefisien korelasi, dapat diketahui: ∑X = 3811
∑X2
= 185717
∑Y = 4461
∑Y2
= 254127
∑XY
rxy =
= 214170
n
= 80
(∑X) (∑Y) ∑XY – ———— n ___________________________ (∑X)² (∑Y)² √ {∑X² – —— }{∑Y² – —— } n n
(3811) (4461)
92
2652 2714 2400 2400 2400 2400 214170
– —————— 80 = _____________________________________ (3811)² (4461)² √ {185717 – ———— }{254127 – ———— } 80 80 214170
17000871 214170 – —————— 80 = ________________________________________________ 14523721 19900521 √ {185717 – —————— }{254127 – ——————} 80 80 214170 – 212501,8875 = __________________________________________ √ {185717– 181546,5125}{254127– 248756,5125} 1668,1125 = ______________________ √ {4170.4875}{5370,4875} 1668,1125 = ____________ √ 22397550,987656 1804,539 = ____________ 4734,6050 = 0,352
Dari hasil perhitungan korelasi product moment tersebut, dihasilkan rxyhitung sebesar 0,352. Langkah selanjutnya mengkonsultasikan rxy hitung dengan rxy tabel. Harga rtabel untuk jumlah responden 80 dengan taraf signifikasi 1% adalah 0,256. Angka 80 memang tidak tercantum dalam
93
tabel, tetapi angka tersebut mendekati 100, jadi nilai r product moment nya mengikuti nilai r product moment dengan jumlah responden 100. Dari uraian di atas terlihat bahwa harga rxy hitung lebih besar dari rxy tabel
dengan taraf signifikasi 1%. Hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan
tidak ada hubungan positif dan signifikan antara hubungan sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak ditolak. Dengan demikian (Ha) diterima. Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara hubungan sikap guru dalam proses pengajaran dengan percaya diri anak. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ―ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap guru dalam pengajaran dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011‖ diterima.
C. Pembahasan 1. Variasi Sikap Guru dalam Proses Pengajaran di MTs Negeri Salatiga tahun 2011 Variasi sikap guru dikemukakan menjadi tiga bagian yaitu sangat baik sebesar 1,25%, baik sebesar 25%, kurang sebesar 0%. Teori yang mendasari hubungan tersebut adalah menurut Kartono Sikap adalah kecenderungan untuk memberi respon baik positif, terhadap orangorang, benda-benda atau situasi tertentu (Kartono, 2003:35). Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap-sikap tertentu akan membawa seseorang cenderung untuk menerima atau menolak sesuatu obyek tersebut, apakah berguna bagi dirinya atau tidak, apabila obyek itu dinilai tidak baik bagi dirinya maka ia akan bersikap negative dan
94
sebaliknya apabila objek itu dinilai baik bagi dirinya maka ia akan bersifat positif. Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton.
Variasi
di
dalam
kegiatan
pembelajaran
dapat
menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa. Variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. 2. Percaya Diri Anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011 Percaya diri anak MTs Negeri Salatiga dal;am pembahasan ini dikemukakan menjasi tiga bagian yaitu sangat baik sebesar 20%, baik sebesar 53,9%, kurang sebesar 28%. Teori yang mendasari hubungan tersebut adalah Arti dari percaya diri yaitu
meyakini akan
kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh pribadinya untuk melakukan sesuatu, dan orang yang mempunyai percaya diri, terdapat keyakinan yang kuat bahwa dirinya bisa mengerjakan sesuatu yang dapat membawa pada kesuksesan. Begitu dengan kepercayaan diri pada anak, anak yang memiliki rasa percaya diri adalah yang memiliki kepercayaan dan keberanian untuk melakukan sesuatu tanpa ada rasa malu atau minder di dalam dirinya. Kesuksesan pada diri seseorang
95
merupakan proses (Nizar, 2009:104). Sehingga dapat ditingkatkan bahwa percaya diri pada anak pasti beda, bahkan sampai tua pun belum tentu seorang sudah memiliki rasa percaya diri yang mantap. 3. Hubungan Sikap Guru dalam Proses Pengajaran dengan Percaya Diri Anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Teori yang mendasari hubungan tersebut adalah penanaman sikap percaya diri siswa tidak terlepas dari peran guru. Semakin muda usia siswa, semakin besar pula peran guru dalam menanamkan dan membangkitkan kepercayaan diri pada siswa. Dengan lebih tepatnya lagi bahwa rasa percaya diri anak ditumbuhkan oleh orang tua atau guru sejak awal. Sikap pendidik (guru) hendaknya tidak terlampau otoriter atau terlampau ―permissive‖ akan tetapi harus realistis. Pendidikan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Larangan dan konflik maupun kebebasan dan kepuasan merupakan bagian dari pendidikan. Terlampau banyak frustasi atau terlalu banyak kebebasan berbuat kehendak hati keduanya dapat menghalang perkembangan individu. Terlampau banyak otoritas menghalangi murid untuk membebaskan diri dari kebergantungan dari pendidik. Terlampau banyak ―permissiveness‖ pada tahun-tahun pertama tidak membentuk pada anak tokoh otoritas yang dijadikan model dalam pembentukan pribadinya. Masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan
96
mengajar. Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat penting, karena dengan perhatian tersebut
akan mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan mengajar. Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat penting, karena dengan perhatian tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan yang ada di kelas yakni adanya siswa atau siswi yang kurang senang terhadap dirinya. Sikap negatif ini bisa jadi disebabkan gaya guru mengajar yang kurang bervariasi, gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Konsekwensinya bidang studi yang dipegang guru tersebut menjadi tidak disenangi. Mungkin bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak acuh siswa ketika guru tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas. Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santai dikelas tanpa memperdulikan tingkah laku siswa atau anak didiknya. Ini adalah jalan pengajaran yang sangat membosankan. Dalam hal ini guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan mengambil hati siswanya.
97
Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa juga ingin selalu dekat dengan guru. Guru yang dirindukan siswa biasanya dikarenakan gaya mengajarnya dan pendekatannya sesuai dengan psikologis siswa. Variasi gaya mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.
1. Pembahasan 1. Variasi Sikap Guru dalam Pengajaran MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 Dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui hubungan sikap guru dalam pengajaran MTs Negeri Salatiga tahun 2011 berada dalam kategori cukup. Terbukti dengan banyaknya jumlah responden yang berada dalam kategori tersebut, yaitu sejumlah 53 siswa dari 80 responden atau 66,25 % dengan interval 39-50. Sedangkan kategori kurang berada dalam urutan ketiga (5%) dengan jumlah responden 4 dan interval 27-38, setelah kategori baik (25%) dengan jumlah responden 22 dan interval 53-65. Peringkat keempat berada pada kategori sangat baik (1,25%) dengan jumlah responden 1 dan interval 63-75. Dan kategori sangat kurang berada dalam interval 15-26 dengan jumlah responden 0 (0%). Adapun skor ratarata yang diperoleh responden untuk variabel sikap guru dalam pengajaran ini adalah 47,6875. Nilai tertinggi 66,25% sebagai kategori cukup artinya sikap guru dalam pengajaran dapat mempengaruhi percaya diri anak. 2. Variasi Percaya Diri Anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan, diketahui bahwa Percaya diri anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 dapat dikatakan baik, karena sebagian besar responden yaitu 41 siswa dari 80 responden atau 53,9% dengan interval 51-62 berada dalam kategori tersebut. Sedangkan kategori sangat baik (interval 63-75) memiliki jumlah responden 16 atau sebesar 20%, kategori cukup (interval 39-50) dengan responden 23
98
atau 28,75%, kategori kurang (interval 27-38), dan sangat kurang (interval 15-27) dengan responden 0 atau 0%. Adapun skor rata-ratanya 55,74. Baik, artinya percaya diri anak dipengaruhi oleh sikap guru yang otoriter, pemissive dan riil. 3. Hubungan Sikap Guru dalam Pengajaran dengan Percaya Diri Anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 Sikap guru dalam pengajaran memiliki hubungan secara positive dan signifikan dengan percaya diri anak di MTs Negeri Salatiga tahun 2011. Hasil perhitungan (rxy Jika r
xy hitung
hitung)
selanjutnya dikonsulltasikan dengan r
lebih besar dari r
xy tabel
(r
xy hitung
> r
xy tabel),
xy tabel.
berarti hasil
perhitungan korelasi antara variabel x dan y bernilai positif. Dalam penelitian ini, terbukti ada pengaruh yang positif antara Hubungan sikap guru dalam pengajaran dengan percaya diri anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011. Dengan demikian, hipotesis yang peneliti ajukan diterima adalah r
xy hitung
= 0,352. Nilai r product momment pada tabel (rtabel) dengan
taraf signifikasi 1% pada responden sejumlah 80 orang adalah sama dengan nilai rtabel dengan responden 100 yaitu 0,256; karena jumlah responden 80 lebih mendekati 100 daripada 125. Peneliti kemudian mengkonsultasikan nilai rxy hitung dengan nilai rxy tabel.
Dari hasil konsultasi tersebut terlihat bahwa rxy hitung lebih besar dari rxy
tabel.
Sehingga hipotesis yang berbunyi ―ada pengaruh positif dan signifikan
antara sikap guru dengan percaya diri anak dalam pengajaran di MTs Negeri Salatiga Tahun 2011‖ diterima. 4. Hubungan Sikap Guru dalam Pengajaran dengan Percaya Diri Anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011 Sebagaimana diketahui bahwa nilai koefisien korelasi hasil perhitungan (rxy hitung
hitung)
lebih besar dari r
selanjutnya dikonsulltasikan dengan r xy tabel
(r
xy hitung
>r
xy tabel),
xy tabel.
Jika r
xy
berarti hasil perhitungan
korelasi antara variabel x dan y bernilai positif. Dalam penelitian ini, terbukti ada pengaruh yang positif antara Hubungan sikap guru dalam
99
pengajaran dengan percaya diri anak MTs Negeri Salatiga Tahun 2011. Dengan demikian, hipotesis yang penulis ajukan diterima.
Dari hasil analisis korelasi diketahi bahwa: a. r xy hitung = 0,352 b. nilai r product momment pada tabel (rtabel) dengan taraf signifikasi 1% pada responden sejumlah 80 orang adalah sama dengan nilai rtabel dengan responden 100 yaitu 0,256; karena jumlah responden 80 lebih mendekati 100 daripada 125. Peneliti kemudian mengkonsultasikan nilai rxy hitung dengan nilai rxy tabel.
Dari hasil konsultasi tersebut terlihat bahwa rxy hitung lebih besar dari rxy
tabel.
Sehingga hipotesis yang berbunyi ―ada pengaruh positif dan signifikan
antara sikap guru dengan percaya diri anak dalam pengajaran di MTs Negeri Salatiga Tahun 2011‖ diterima. Teori yang mendasari
hubungan tersebut adalah sikap guru dalam
pengajaran yang salah akan menyebabkan hilangnya percaya diri anak pemahaman konsep takdir yang salah akan menyebabkan hilangnya ikhtiar atau usaha. Namun, sebaliknya jika konsep takdir (qadha’ dan qadar) dipahami sebagaimana mestinya (secara benar), tentu akan menjadi sumber munculnya amal-amal usaha manusia. Bagi seorang siswa, amal usaha yang dilakukan dapat tercermin dari kinerjanya. Sejarah Islam telah mencatat bahwa kejatuhan dan kemunduran umat Islam di dunia, terutama juga disebabkan kesalahan dalam mempercayai qadha’ dan qadar (Tatapangarsa, 1990: 218). Demikian menurut Humaidi Tatapangarsa, seperti dikemukakan oleh Said Abdur Rahman Al-Kawakibi dan Amir Syakieb Arselan. Bertumpu pada teori di atas, maka benarlah ditemukan adanya pengaruh yang positif antara pemahaman konsep takdir dengan kinerja siswa kelas IX SMP Negeri 2 Banyubiru tahun 2011.
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
DENAH MTS NEGERI SALATIGA
V
L
G
B
F O
B
B
B
W
T
B B
B
B
B B
M
A
B B
K T c
H X
B
D
E
T
T N
I
R
KETERANGAN A. Tanah Hak Pakai B. Ruang Belajar C. Ruang Kepala D. Ruang Kantor TU E. Ruang Kantor Guru F. Ruang Lab. Komputer G. Ruang Kesenian H. Ruang lap. ipa/ips I. Ruang perpustakaan J. Ruang ketrampilan K. Ruang mushola L. Ruang UKS/ pramuka M. garasi N. gudang O. ruang penjaga sekolah P. pintu gerbang pengaman Q. secretariat dharma wanita R. tanah kosong S. aula T. kamar mandi U. tempat baca V. Ruang lap. bahasa W. Ruang kesenian X. ruang koprasi osis
S U
B Q
B B
B
B E
111
B
B
112
113
Kisi-Kisi Angket Sikap Guru Dalam Pengajaran
No 1
Konsep Dasar Sikap Guru
Komponen
Indikator
Nomor Item
Riil
Memberi kebebasan untuk berkembang (tetapi tidak dalam pengawasan)
1, 2, 3, 4, 5
Pemissive
Memberi kebebasan untuk berkembang (tetapi tetap dalam pengawasan)
6,7,8,9,10
Diantaranya Riil, Pemissive, Otoriter (Nasution, 1982: 118)
Otoriter
Jum Soal 15
Memaksakan 11,12,13,14,15 kehendak
Adapun Kisi-Kisi Angket Percaya Diri Anak Adalah:
No 2
Konsep Dasar Percaya Diri
Komponen
Indikator
Kepercayaan
Keberanian untuk menyampaikan pendapat.
1,2,3,4,5
Keberanian
Tidak minder Tidak malu
6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15
Antara lain: kepercayaan, keberanian. (Nizar, 2009: 145)
114
Nomor Item
Jum Soal 15
Angket Hubungan Sikap Guru Dalam Pengajaran Dengan Percaya Diri Anak MTs Negeri Salatiga tahun 2011 A. Data Responden Nama : ........................................ Kelas : ........................................ No. Absen : ....................................... B. Petunjuk Pengisian Angket 1. Angket ini diperlukan dalam menyusun skripsi di STAIN Salatiga 2. Jawablah beberapa pernyataan dibawah ini dengan diberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Saudara anggap paling sesuai dengan kondisi Saudara! 3. Jawaban Saudara tidak akan mempengaruhi nilai raport. 4. Jawaban Saudara merupakan pendapat yang benar atau salah, meskipun demikian isilah dengan kondisi sebenarnya yang ada pada Saudara secara jujur. C. Angket Sikap Guru dalam Pengajaran 1. Sikap diberi kesempatan berkarya tanpa dilakukan pengawasan oleh guru. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 2. Proses pengajaran yang dilakukan oleh guru dan memberi kebebasan berkembang tanpa adanya pengawasan menjadikan siswa tidak taat pada peraturan. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 3. Saat proses belajar mengajar, guru Saudara selalu memberi kebebasan kepada siswa untuk berkembang, tetapi tidak diawasi guru. Bagaimana menurut pendapat Saudara? 115
a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 4. Bagaimana jika Saudara diberi pelajaran oleh guru yang memiliki sikap memberi kebebasan kepada siswa san melakukan pengawasan? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 5. Sikap guru yang memberi kebebasan kepada siswa agar berkembang tanpa pengawasan, akan melahirkan siswa yang tidak tertib. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 6. Jika diberi kesempatan hendaknya siswa mengerjakan fokus, tetap ada di bawah pengawasan guru. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 7. Memberi
kebebasan
untuk
berkembang
tetapi
masih
dalam
pengawasan dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap segala sesuatu. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju
116
c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 8. Bagaimana jika Saudara diberi pelajaran oleh guru yang memberi sikap pemissive dengan cara memberi kebebasan tetapi guru tetap melakukan pengawasan? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 9. Saat proses belajar mengajar, guru Saudara memberi kebebasan kepada siswa untuk berkembang, tetapi guru tetap memberi pengawasan. Bagaimana menurut pendapat Saudara? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 10. Pengajaran yang bersifat pemissive (memberi kebebasan tetapi tetap dalam pengawasan), akan menjadikan siswa semangat belajar. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 11. Sikap otoriter adalah suatu sikap yang suka memaksakan kehendak orang lain, bagaimana menurut pendapat Saudara jika ada guru yang otoriter (memaksakan kehendak). a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju
117
c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 12. Bagaimana jika di kelas Saudara diajar oleh guru yang yang memiliki sikap otoriter? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 13. Sikap otoriter guru hendaknya pada dituasi dan kondisi tertentu saja. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 14. Apabila ada guru yang memaksakan kehendaknya tanpa memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya tidak perlu dipedulikan. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 15. Siswa selalu malas belajar jika diberi pelajaran oleh guru yang memaksakan kehendak. bagaimana menurut pendapat Saudara? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setu
118
D. Percaya Diri Anak 16. Pada
waktu
pelajaran,
guru
meminta
Saudara
agar
berani
menyampaikan pendapat, bagaimana menurut pendapat Saudara? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 17. Guru selalu memberi kesempatan kepada murid-murid untuk bertanya tentang pelajaran yang belum jelas, bagaimana menurut pendapat Saudara? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 18. Guru selalu memberi kesempatan kepada murid-murid untuk menjawab pertanyaan yang di utarakan oleh siswa, bagaimana pendapat Saudara? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 19. Mengemikakan pendapat tidak perlu di tunjuk oleh guru. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 20. Malu merupakan sifat yang di miliki setiap orang.
119
a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 21. Saya kurang percaya diri dalam bergaul dengan teman-teman. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 22. Saya tidak percaya diri terhadap pendapat yang saya kemukakan pada saat guru menunjuk secara langsung. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 23. Kelebihan dan kekurangan seseorang selalu ada, oleh karena kita tidak perlu minder terhadap kekurangan-kekurangan yang kita miliki. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 24. Siswa bertanya kepada guru tentang kesulitan belajar merupakan hak setiap siswa, oleh karena untuk mengemukakan kesulitan tidak perlu malu. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju
120
d. Kurang setuju e. Tidak setuju 25. Teman Anda selalu merasa minder dengan teman-teman yang lain, bagaimana menurut pendapat Anda? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 26. Teman Saudara selalu malu, jika bergabung dengan teman yang lain, bagaimana menurut pendapat Anda? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 27. Jika Anda di ejek oleh teman, Anda tetap percaya diri dan tidak minder. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 28. Saudara mudah berteman dengan orang yang baru saja dikenal. Bagaimana menurut pendapat Saudara? a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju
121
29. Hasil pekerjaan teman lain dianggap lebih baik daripada yang saudara kerjakan. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju 30. Percaya diri lahir dari kesiapan diri. a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju d. Kurang setuju e. Tidak setuju
122