SIKAP PERCAYA DIRI DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN SEGEDONG
Yuliesti Kintani, M. Ali, Busri Endang Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Email :
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap anak ketika diminta berbicara, bernyanyi di depan kelas, menyatakan pendapatnya, bertanya dan menjawab pertanyaan yang, mencoba hal yang baru dan apa saja faktor penyebab anak tidak percaya diri serta upaya guru dalam meningkatkan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK Satu Atap SDN 1 Segedong kab. Pontianak. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sampel penelitian ini adalah 2 guru dan anak berjumlah 16 orang di Taman Kanak-Kanak Satu Atap SDN 1 Segedong.. Hasil analisis data menunjukkan bahwa melalui kegiatan bernyanyi,bercerita,bertanya dan menjawab pertanyaan,menyatakan pedapat,dan mencoba hal yang baru. Percaya diri anak dapat meningkat. Kata Kunci: Percaya Diri, Proses Pembelajaran Abstract: This research aim to for the mendeskripsikan of child attitude when asked to converse, singing in front of class, expressing its opinion, enquiring and replying question which, trying new matter and any kind of factor cause of unconvinced child of x'self and also strive teacher in improving self confidence of age child 5-6 year in TK One Roof of SDN 1 Segedong kab. Pontianak. This Research done with descriptive method and use approach of research qualitative. this Research Sampel is 2 child and teacher amount to 16 people in Nursery School One Roof of SDN 1 Segedong. Result of data analysis indicate that to through its activity and answer question, expressing, opinion.and try new matter. Self confidence of child can mount. Keywords: Self Confidence, Process Study.
A
nak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran pada anak harus memperhatikan karakteristik yang di miliki setiap tahapan perkembangan anak. Berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada
1
pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk mengikuti pendidikan dasar”. Dalam pendidikan anak usia dini yang memasuki usia prasekolah, anakanak dididik dan dibina di dalam sebuah lembaga untuk mengembangkan segala aspek perkembangan anak. Salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan adalah aspek percaya diri. Sikap percaya diri merupakan sikap yang akan membangun dirinya berinteraksi di dalam kehidupan masyarakat. Anak–anak perlu belajar dari lingkungan sekitar, seperti lingkungan di rumah, prasekolah dan di lingkungan masyarakat. Lingkungan prasekolah sangat berperan penting bagi anak usia dini, dimana di lingkungan prasekolah anak belajar untuk mengembangkan semua aspek yang ada pada dirinya. Selain mempelajari bidang akademik, prasekolah juga mengajarkan non akademis yaitu membina hubungan dengan orang lain. Sejalan dengan Mena (2005:20), menyatakan “early childhood educators need to contatly of their role a els for children”. Menurut Depdiknas, (2012:21) percaya diri adalah “sikap yang menunjukkan memahami kemampuan diri dan nilai harga diri”. Rasa percaya diri perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini melalui metode–metode yang menyenangkan bagi anak sehingga tidak membuat anak cepat bosan. Guru sebagai pendidik harus kreatif mencari ide untuk memilih metode yang tepat dalam mengembangkan rasa percaya diri anak. Rasa percaya diri anak harus selalu dilatih agar anak tidak selalu takut dan menolak diri ketika mendapat aktivitas yang diminta dari guru, seperti pada saat anak di minta bernyanyi di depan kelas, menceritakan hal yang menyenangkan kepada teman-teman sekelasnya di depan kelas, dan dalam mengerjakan tugas dari gurunya. Semua kegiatan yang dilaksanakan guru agar menggunakan metode yang sesuai dan tepat bagi anak. Menurut Isna Nurla, (2011:60) mengungkapakan bahwa “percaya diri merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa. Percaya diri laksana reaktor yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri seseorang untuk mencapai sukses. Sebagai generasi penerus bangsa, sikap percaya diri sangat penting di tanamkan pada peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang mampu mengembangkan potensi dirinya. Menurut Malavika Kapur (2007:111) “Children construct internal models of action through play. Play enables children to understand concepts such as time, class,space and quality. They observe relationships and understand cause and effect”. Bermain sangat penting bagi anak-anak, maka dari itu melalui bermain pun anak dapat mengembangkan sikap percaya diri nya. Sikap percaya diri tersebut terwujud saat anak memainkan suatu peran dalam suatu permainan bersama teman-teman nya. Dari pengamatan yang penulis lakukan saat program pengalaman lapangan (PPL) di TK Satu Atap SDN 1 Segedong, penulis melihat pada saat anak diminta bercerita pengalaman menyenangkannya di depan kelas oleh guru, terdapat 6
2
orang anak yang tidak berani maju ke depan kelas karena malu dan tidak percaya diri. Maka guru perlu memperhatikan penggunaan metode yang tepat. Terutama untuk mengembangkan sikap percaya diri anak. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Sikap Percaya Diri Dalam Proses Pembelajaran Pada Anak Usia 5-6 Tahun Dalam Proses Pembelajaran di TK Satu Atap SDN 1 Segedong”. METODE Menurut Syaodih Nana Sukmadinata (2007:72) penelitian deskriptif adalah “suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Di tujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia”. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Karena peneliti akan melihat secara langsung fenomena-fenomena yang ada dilapangan, kemudian menguraikannya sehingga memperoleh data yang diinginkan oleh peneliti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Carl dan Louse (2003:16) mengemukakan bahwa “qualitative research is research that involves analyzing and interpreting texts andinterviews in order to discover meaningful patterns descriptive of a particular phenomenon”. Subyek penelitian ini adalah guru dan anak di Taman Kanak-Kanak Satu Atap SDN 1 Segedong. Dalam penelitian ini berjumlah 16 anak dan jumlah guru 2 orang. Lokasi penelitian adalah obyek penelitian dimana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan memeperjelas obyek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Lokasi dalam penelitian ini adalah di TK Satu Atap SDN 1 Segedong. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi langsung, komunikasi, dan studi dokumentasi dengan alat pengumpulan data berupa pedoman observasi daftar cek (check list), panduan wawancara, data dokumen dan catatan lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data Miles and Huberman. Miles and Huberman (dalam Ambo Upe & Damsid, 2010:125-127), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap analisis data yaitu sebagai berikut. Pengumpulan Data (Data Collection) Data atau informasi yang berhasil dikumpulkan dari proses penelitian biasanya berupa narasi yang jumlahnya bisa ratusan halaman. Agar informasi “bahan mentah” ini tidak membingungkan peneliti, maka perlu dibentuk uraian dalam tahap selanjutnya yaitu reduksi data. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan peneliti dengan mengamati kegiatan pembelajaran tentang sikap percaya diri anak dalam melaksanakan kegiatan dikelas.
3
Data reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang pemting, di cari tema dan polanya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan di pandu oleh tujuan yang akan di capai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang di pandang asing, tidak di kenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus di jadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Dalam penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan kembali data-data yang sudah terkumpul, aspek yang akan di reduksi adalah sikap percaya diri anak melalui proses pembelajaran di kelas usia 5-6 tahun di TK Satu Atap SDN 1 Segedong. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan di berikan gambaran yang lebih jekas dan memepermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data lagi bila diperlukan. Data Display (Penyajian Data) Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering di gunakan untuk menyajikan data dalam penelitin kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di pahami tersebut. Conclusion Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan) Langkah berikutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang di kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak di temukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang di rumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah di kemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. pengambilan keputusan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belu ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran tentang sesuatu yang awal nya terlihat remang-remang menuju kejelasan. Hal ini penting di lakukan karena tujuan dari penelitian itu sendiri adalah mencari kejelasan tentang sesuatu yang belum jelas. Untuk mengarah pada hasil kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini tentunya berdasarkan dari hasil analisis data, baik dari hasil wawancara, hasil observasi, catatan lapangan dan hasil dokumentasi yang di dapatkan peneliti pada saat melaksanakan kegiatan di lapangan.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada bagian ini merupakan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran sikap anak ketika diminta berbicara di depan kelas pada anak usia 5-6 tahun di TK Satu Atap SDN 1 Segedong. Informan yang diwawancarai adalah ibu Nana yang merupakan guru kelas B. Dari hasil wawancara dengan ibu Nana selaku guru kelas B, diketahui bahwa kegiatan yang diberikan kepada peserta didik dalam mengembangkan sikap percaya diri anak salah satunya adalah anak di minta berbicara di depan kelas dilakukan kurang lebih 2 kali dalam seminggu, di sini tidak semua anak yang berani untuk berbicara di depan kelas. Masih ada beberapa orang anak yang tidak percaya diri saat di minta guru untuk berbicara depan kelas. Dalam upaya mengembangkan sikap percaya diri anak. masih banyak anak yang tidak mau maju di karnakan anak-anak masih malu untuk berbicara di depan kelas. Tetapi guru tetap memotivasi anak-anak agar mau berbicara di depan kelas dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan hingga ada 1 atau 2 orang anak yang berani untuk maju ke depan dan berbicara di depan kelas. Dari hasil wawancara dengan ibu Nana selaku guru kelas B, diketahui bahwa kegiatan yang diberikan kepada peserta didik dalam mengembangkan sikap percaya diri anak salah satunya adalah anak di minta bernyanyi di depan kelas. Kegiatan ini di lakukan hampir setiap hari. Karena proses bernyanyi di depan kelas ini di lakukan pada saat guru memulai pelajaran, dalam kegiatan ini banyak anak yang bersemangat sampai berteriak saat di minta bernyanyi beramairamai dengan teman-teman nya, namun pada saat guru meminta anak untuk bernyanyi depan kelas sendiri dengan cara bergantian masih ada beberapa orang anak yang tidak mau untuk maju dengan alasan malu. Tetapi dalam kegiatan ini sudah banyak anak yang berani untuk maju di depan kelas, serta memimpin teman-teman nya untuk bernyanyi bersama. Dari observasi yang di lakukan sudah sebagian anak yang sudah mau dan berani untuk bernyanyi didepan kelas, namun tetap saja masih ada yang menolak saat di minta guru untuk bernyanyi di depan kelas karena takut salah dan takut di ejek oleh teman-teman nya. Namun guru di kelas B tetap selalu memotivasi anak agar tetap mau bernyanyi di depan kelas dengan cara guru juga ikut membantu bernyanyi dengan suara pelan pada saat anak bernyanyi jga di depan kelas. Dari hasil wawancara dengan ibu Nana selaku guru kelas B, diketahui bahwa kegiatan yang diberikan kepada peserta didik dalam mengembangkan sikap percaya diri anak salah satunya adalah anak di minta menyatakan pendapatnya. Kegiatan ini di lakukan pada saat kegiatan belajar mengajar guru kelas menjelaskan sesuai tema pada hari itu, di sela-sela guru menjelaskan guru juga meminta anak untuk menyatakan pendapatnya dari penjelasan guru tersebut. Sebagian anak ada yang mengacungkan jarinya untuk merespon pertanyaan dari gurunya untuk menyatakan pendapatnya. Namun tetap saja masih ada anak yang tidak percaya diri untuk menyatakan pendaptnya, masih ada sebagian anak yang bila di minta guru untuk menyatakan pendapat hanya tersenyum dan malu.
5
Dari pengamatan peneliti terlihat bahwa dalam proses pembelajran guru meminta anak untuk menyatakan pendapatnya, dalam upaya mengembangkan sikap percaaya diri anak. Terdapat 3 orang anak yang sudah berani untuk menyatakan pendaptnya, di sini terlihat pada saat anak sangat cepat mereson dan mengacungkan tangan saat diminta pendapat oleh guru nya. Walupun masih ada beberapa orang anak yang tidak berani untuk menyatakan pendapatnya pada saat di Tanya oleh guru, bahkan bahkan terdapat 3 orang anak yang tidak mau perduli dengan pertanyaan guru pada saat di mintai pendapat. Dari hasil wawancara dengan ibu Nana selaku guru kelas B, diketahui bahwa kegiatan yang diberikan kepada peserta didik dalam mengembangkan sikap percaya diri anak salah satunya adalah anak di minta bertanya dan menjawb pertanyaan. Di lakukan hampir setiap hari setiap berlangsung nya proses pembelajaran misalnya pada saat guru menyampaikan dan menjelaskan tugas yang akan di kerjakan anak, secara tidak langsung guru memotivasi anak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Dan di kelas B ini terdapat beberapa anak yang sudah percaya diri untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru mereka. Dari pengamatan peneliti terlihat bahwa dalam proses pembelajran guru meminta anak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, dalam upaya mengembangkan sikap percaaya diri anak. Terdapat beberapa orang anak yang sudah berani utnuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru mereka, namun masih terdapat beberapa orang anak yang belu percaya diri untuk menjawab pertanyaan guru mereka. Ada yang hanya tersenyum malu pada saat di Tanya dan ada juga yang sembunyi di belakang teman nya pada saat diminta gurunya untuk menjawab pertanyaan, walaupun begitu guru di kelas B ini tak henti-hentinya memotivasi anak agar percaya diri dan berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Dari hasil wawancara dengan ibu Nana selaku guru kelas B, diketahui bahwa kegiatan yang diberikan kepada peserta didik dalam mengembangkan sikap percaya diri anak salah satunya adalah anak di minta mencoba hal yang baru di lakukan beberapa kali dalam seminggu, misalnya pada saat guru mencontohkan doa untuk ke dua orang tua. Setelah guru mencontohkan doa tersebut kemudian guru meminta anak-anak untuk maju satu per satu ke depan kelas mencoba mengikuti membaca doa untuk ke dua org tua, sambil di dampingi oleh guru. Pada kegiatan ini terdapat beberapa anak yang sudah percaya diri dan berani untuk maju ke depan mencoba hal yang baru, dan terdapat beberapa orang anak yang tidak percaya diri dan tidak mau untuk maju ke depan dalam mencoba hal yang baru. Dari pengamatan peneliti terlihat bahwa dalam proses pembelajran guru meminta anak untuk mencoba hal yang baru, dalam upaya mengembangkan sikap percaaya diri anak. Sudah ada beberapa orang anak yang sudah berani dan percaya diri untuk mencoba hal yang baru, di sini terlihat pada saat anak diminta guru maju ke depan satu persatu untuk mencoba hal yang baru. Sudah sebagian besar anak berani dan percaya diri untuk maju ke depan walaupun masih ada sebagian anak yang maju ke depan dengan malu-malu dan dengan suara kecil saat guru meminta anak mencoba memgikuti membaca doa untuk ke dua orang tua.
6
Dari hasil wawancara dengan ibu Nana selaku guru kelas B, ibu nana menjelaskan salah satu penyebab faktor anak tidak percaya diri biasa saja awal nya ada rasa takut untuk mencoba hal-hal yang baru, merasa malu untuk maju kedepan satu per satu dan yang pastinya merasa tidak percaya diri untuk menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut biasa di karenakan saat anak maju kedepan ada teman yang mengejeknya, ada teman yang menertawakan nya. Sehingga membuat anak merasa tidak percaya diri. Dari pengamatan peneliti bahwa dalam proses pembelajaran faktor anak tidak percaya diri adalah anak sering merasa malu setiap di minta guru untuk bernyanyi di depan kelas, menyatakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan, dan mencoba hal yang baru di karenakan. Teman-teman mereka yang suka mentertawakan mereka pada saat didepan kelas dan teman-teman yang suka mengejek mereka. Dari hal tersebut timbul lah rasa tidak percaya diri anak dan malu untuk melakukan kegiatan yang diminta oleh guru mereka, walaupun begitu ada beberapa orang anak yang tetap percaya diri saat diminta gru untuk maju ke depan. Dan anak tidak memperdulikan ejekan-ejekan teman-teman nya. Selain itu, orang tua murid juga di bebaskan untuk masuk ke kelas dan membantu mengerjakan pekerjaan anak nya. Dari yang peneliti lihat ada beberapa orang tua yang membantu anak mewarnai pada saat anak mendapat tugas mewarnai dari gurunya, dan hal ini dapat menjadi salah satu faktor anak menjadi tidak percaya diri. Dari hasil wawancara dengan ibu Nana selaku guru kelas B, ibu nana menjelaskan salah satu upaya guru dalam meningkatkan percaya diri anak adalah. Dapat di lakukan dengan cara meminta anak untuk bernyanyi di depan kelas dan memimpin teman-teman lain nya, bisa juga dengan cara mencoba hal yang baru di depan kelas, misalnya menirukan doa-doa pendek dengan di tuntun dan ikuti oleh guru, bisa juga dengan cara memotivasi anak untuk bertanya dan mejawab pertanyaan dari guru. Namun kegiatan yang sering di lakukan untuk meningkatkan percaya diri anak adalah bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, karena kegiatan bertanya dan menjawab ini seringkali di lakukan pada saat proses pembelajaran guru menjelaskan pembelajaran yang akan di lakukan anak. Dari pengamatan peneliti bahwa upaya guru untuk meningkatkan percaya diri anak sudah sangat baik, di sini terlihat di mana anak sedikit demi sedikit mulai timbul rasa percaya dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang di laksanakan oleh guru. Misalnya anak sudah mulai berani untuk bernyanyi didepan kelas dan memimpin teman-teman nya untuk bernyayi, anak sudah berani bertanya dan mejawab pertanyaan dari guru dan anak sudah berani untuk mencoba hal yang baru. Walaupun masih ada beberapa orang anak yang masih belum percaya diri saat diminta gurunya untuk melakukan hal-hal tersebut namun guru-guru di kelas B ini tetap memotivasi anak agar berani untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang diminta oleh guru. Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian di TK Satu Atap SDN 1 Segedong tentang sikap percaya diri anak dalam proses pembelaran pada usia 5-6 tahun. Motivasi dari guru sangat berperan penting untuk meningkatkan percaya
7
diri anak, guru harus terus menerus memotivasi anak agar anak dapat terdorong dan besar keinginan nya untuk melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan percaya dirinya, hal ini sejalan dengan pendapat Isna Nurla, (2011:60) mengungkapakan bahwa “percaya diri merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa. Percaya diri laksana reaktor yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri seseorang untuk mencapai sukses. Sebagai generasi penerus bangsa, sikap percaya diri sangat penting di tanamkan pada peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang mampu mengembangkan potensi dirinya. Kegiatan yang di pilih guru untuk meningkatkan percaya diri anak salah satu nya adalah anak di minta bernyanyi di depan kelas, bercerita di depan kelas, bertanya dan menjawab pertanyaan, menyatakan pendapatnya, dan mecoba hal yang baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Depdiknas (2012:21-22) yang menjadikan beberapa indikator percaya diri sebagai patokan yaitu, berani menyatakan pendapatnya, berani bertanya dan menjawab pertanyaan, bangga dengan dirinya, berani melakukan tanpa bantuan, berani mencoba hal yang baru, mau melakukan tantangan dan tidak mudah menyerah, berani mempertahankan apa yang di pahami, ingin tampil menjadi juara, bangga terhadap hasil karya sendiri. Sikap percaya diri anak yang di lihat dari kegiatan-kegiatan yang di lakukan guru, terdapat beberapa anak yang menunjukan sikap berani nya untuk maju ke depan kelas dan melaksanakan kegiatan yang di minta oleh guru. Dengan berani nya anak untuk maju ke depan kelas dan melakukan kegiatan-kegiatan yang di minta oleh guru berarti anak sudah mempunyai kemauan untuk mecoba hal yang baru dan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Carol Seefidt & Barbara A. Wasik, (2008: 169) anak-anak yang memiliki sikap percaya diri yang mantap, umumnya adalah pribadi yang biasa dan mau belajar, dapat mengendalikan perilaku mereka sendiri, dan berhubungan dengan orang lain secara efektif. Dengan demikian, langkah pertama dalam bimbingan adalah meyakinkan anak bahwa mereka benar-benar mengetahui diri sendiri dan mengendalikan perasaan positif terhadap diri mereka sendiri. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan pembelajaran di kelas B yaitu, anak diminta berbicara di depan kelas dalam proses pembelajaran dapat di simpulkan bahwa terdapat 80% anak yang sudah mampu untuk berbicara di depan kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas B yaitu, anak diminta bernyanyi di depan kelas dalam proses pembelajaran dapat di simpulkan bahwa terdapat 86% anak yangsudah mampu untuk bernyanyi di depan kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas B yaitu, anak diminta menyatakan pendapatnya dalam proses pembelajaran dapat di simpulkan bahwa terdapat 80% anak yang sudah berani menyatakan pendapatnya. Kegiatan pembelajaran di kelas B yaitu, anak diminta bertanya dan menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat di simpulkan bahwa terdapat 82% anak yang sudah berani bertanya dan menjawab pertanyaan.
8
Kegiatan pembelajaran di kelas B yaitu, anak di minta mencoba hal yang baru dalam proses pembelajaran dapat di simpulkan bahwa terdapat 88,7% anak yang sudah berani untuk mencoba hal yang baru. Adapun faktor yang menyebabkan anak tidak percaya diri adalah pada saat anak diminta maju ke depan kelas anak sering kali di ejek oleh teman-teman nya, dan yang peneliti temui bahkan ada beberapa orang anak yang masih di bantu oleh ibunya saat melakukan kegiatan, karena orang tua murid di biarkan untuk masuk ke kelas dan membantu anak nya untuk melakukan kegiatan dari gurunya. Adapun upaya guru untuk meningkatkan percaya diri anak adalah melalui kegiatan bernyanyi di depan kelas, bercerita di depan kelas, menyatakan pendapatnya, bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru nya, dan mencoba hal yang baru di depan kelas. Saran Berdasarkan hasil penelitian sikap percaya diri anak dalam proses pembelajaran sudah dapat sedikit demi sedikit mengembangkan sikap percaya diri anak. Namun beberapa kekurangan yang masih perlu dibenahi yaitu sebagai berikut : (1) Di dalam kelas, kegiatan yang dapat menunjang peningkatan percaya diri anak sebaiknya dilakukan agak sering, sekitar 3 kali atau 4 kali dalam seminggu. (2) Bagi sebagian anak yang masih belum berani dan belum percaya diri, alangkah baiknya guru terus-menerus memotivasi anak agar anak dapat sedikit demi sedikit berani dan meningkat rasa percaya dirinya. (3) Guru hendaknya dapat membuat suasana kelas yang lebih santai dan tidak tegang saat melaksanakan kegiatan. (4) Saat melaksanakan pembelajaran hendaknya melihat waktu yang telah direncanakan agar pembelajaran berjalan sesuai rencana yang telah dibuat. (5) Guru hendaknya dapat memberikan batasan-batasan kepada peserta orang tua anak, agar orang tua murid tidak bebas masuk ke dalam kelas dan membantu anaknya saat melakukan kegiatan yang diberi oleh gurunya. DAFTAR RUJUKAN Ardy, Novan Wiyani. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia Auerbach, Carl. F & Louise B Silverstein. (2003). An Introduction to Coding and Analysis Qualitative Data. New York : New York University Press. Bahri, Syaiful Djamarah. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Rineka Cipta Depdiknas. (2009). Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
9
Hamka, Abdul Aziz. (2012). Karakter Guru Profesional. Jakarta : Al-Mawardi Prima Jo, Ann Brewer. (2007). Introduction To Early Childhood Education. Sydney : Pearson Joice, Bruce dkk. (2011). Models Of Teaching. (penerjemah: Achmad Fawaid dan Ataila Mirza). Yogyakarta Pustaka Pelajar Kapur, Malavika. (2007). Learning From Children. New Delhi. Sage Publications India Pvt Ltd Mena, Janet Gonzales. (2005). Fondations of Early Childhood Education. New York : McGraw. Hil Nurani, Yuliani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks Nurla, Isna Auninah. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Kelas Sekolah. Jakarta : Transmedia Saptono. (2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga Sefeldt, Carol & Barbara A.Wasik. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini. (penerjemah: Pius Nasar) New Jersey. Indeks Sugiyono, (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Pt. Indeks. Syaodih, Nana Sukmadinata, (2009), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tim Penyusun. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak: Edukasi Press FKIP Untan Wibowo, Agus. (2012). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Remaja Yus, Anita. (2011). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanakkanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Yusuf Syamsu & Nani M Sugandi. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
10
Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prernada Media Group
11