HUBUNGAN POLA DIDIK ORANG TUA DENGAN SIKAP TAWADHU’ ANAK PADA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIYANTI CANDIMULYO MAGELANG TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh : SITI CHUMAIDAH NIM, 11 410 084
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A L A T I G A 2012
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, Fax. (0298) 323433 E-mail:
[email protected], Hom page: http/www.stainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 1 ( Satu ) Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth : Ketua STAIN Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb. Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa :
Nama
: SITI CHUMAIDAH
NIM
: 11 410 084
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam ( PAI )
Judul
: HUBUNGAN POLA DIDIK ORANG TUA DENGAN SIKAP TAWADHU’ ANAK KEPADA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIYANTI CANDIMULYO MAGELANG TAHUN 2012
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersedut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadikan periksa. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Salatiga, 6 Nopember 2012. Pembimbing
Drs. Djoko Sutopo, NIP : 19560603 1987703 1 002 ii
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, Fax. (0298) 323433 E-mail:
[email protected], Hom page: http/www.stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI HUBUNGAN POLA DIDIK ORANG TUA DENGAN SIKAP TAWADHU’ ANAK KEPADA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI
GIYANTI
CANDIMULYO MAGELANG TAHUN 2012
SITI CHUMAIDAH NIM
: 11 410 084
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 6 Desember 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperolah gelar Sarjana S 1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M.Pd.
………………………………
Sekretaris Penguji
: Benny Ridwan, M.Hum.
………………………………
Penguji I
: M.Hafidz, M.Ag.
………………………………
Penguji II
: Mufiq S.Ag. M. Phil.
………………………………
Penguji III
: Drs. Djoko Sutopo
………………………………
Salatiga , 6 Desember 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, MAg. NIP, 19580827 198303 1 002 iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: SITI CHUMAIDAH
NIM
: 11 410 084
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benr merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah yang berlaku.
Salatiga, 2 September 2012. Yang menyatakan
SITI CHUMAIDAH NIM : 11 410 084
iv
MOTTO
#sŒÎ)ur (öN ä3 s9 ª! $# Ëx |¡ øÿtƒ (#qßs |¡ øù$sù ħ Î=»yf yJ ø9$# † Îû(#qßs ¡ xÿs? öN ä3 s9 Ÿ@ ŠÏ% #sŒÎ) (#þqãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ $yJ Î/ ª! $#ur 4;M »y_ u‘yŠ zO ù=Ïèø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur öN ä3 ZÏB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª! $# Æì sùötƒ (#râ“à± S$sù (#râ“à± S$# Ÿ@ ŠÏ% ÇÊÊÈ ×ŽÎ7yz tb qè=yJ ÷ès?
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapanglapanglah dalam masjilis!’ maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu!” maka berdirilah. Niscaya Allah akan meningkatkan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujadilah 11)I
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada orang-orang yang tercinta.
1. 2. 3. 4.
Ayah dan Bunda yang terhormat Suami dan anak-anakku tersayang. Saudara-saudaraku terkasih. Sahabat-sahabat senasib, seperjuangan, dan sepenanggungan.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allah seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw. berserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dalam bentuk yang sederhana. Dalam penulisan ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat bapak : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd. Selaku ketua jurusan Tarbiyah. 3. Drs. Djoko Sutopo selaku ketua program ekstensi dan Dosen Pembimbing. 4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah menyampaikan materi kuliah 5. Bapak dan Ibu Karyawan STAIN Salatiga yang telah membantu kami 6. Kepala SD Negeri Giyanti Candimulyo Magelang 7. Sahabat Senasib Seperjuangan Penulis berdoa semoga amal baik tersebut diterima oleh Allah SWT dan dicatat sebagai salah satu amal saleh, selanjutnya tidak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
vii
Akhirnya, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa sebagai hamba Allah yang naïf, serba kurang senantiasa mengharapkan taufik dan hidayah, serta keridhaan Allah SWT. Semoga skripsi yang sesderhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Amien.
Salatiga,
Agustus 2012
Peneliti
SITI CHUMAIDAH NIM : 11 410 084
viii
ABSTRAK
Chumaidah, Siti, 2012. Hubungan pola didik orang tua dengan Sikap tawadhu’ anak pada Guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Djoko Sutopo, NIP: 19560603 1987703 1 002 Kata Kunci : Pola didik orang tua dan sikap tawadhu’ anak pada guru Penelitian ini merupakan upaya untuk membuktikan adanya hubungan pola didik orang tua dengan sikap tawadhu’ anak pada guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. Pertanyaan pertama yang di jawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pola didik orang tua siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. (2) Bagaimana sikap tawadhu’ anak pada guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. (3) Apakah ada hubungan antara pola didik orang tua dengan sikap tawadhu’ anak pada guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. Dengan demikian tujuan penelitian ini (1) Untuk mengetahui pola didik orang tua siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012 (2) Untuk mengetahui sikap tawadhu’ anak pada guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012, (3) Untuk mengetahui adanya hubungan antara pola didik orang tua dengan sikap tawadhu’ anak pada guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kwantitatif dengan teknik korelasi. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 162 orang dan sampel yang digunakan adalah 35 orang siswa dengan tehnik proporsional random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket, metode observasi, dan metode dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pola didik orang tua siswa di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012, yang berada dalam kategori ideal mencapai 78,52% dan kategori cukup ideal 61,48, (2) Sikap tawadhu’ anak pada guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012, kategori ideal mencapai 96,40 % dan kategori cukup ideal 3,57%, (3) Ada hubungan yang positif pola didik orang tua dengan Sikap tawadhu’ anak pada guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012 dibuktikan dengan r hitung hitung (0,430) lebih besar dari pada r tabel pada taraf signifikans 1% (0,707), sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………….….
i
PERSERUJUAN PEMBIMBING ………………………………………….………….
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………… ……………………… iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………….…………………………………… iv MOTTO ……………………………………………….………………………………… v PERSEMBAHAN ………………………………….…………………………………… vi KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. vii ABSTRAK ……………………………….……………………………………………
ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… x DAFTAR TABEL BAB I
……………………………….…………………………….. …..xii
PENDAHULUAN ………………………………………………….
A. Latar Belakang Masalah………….…………………………………………
1
B. Rumusan Masalah ………………………….………………………………
4
C. Tujuan Penelitian ……………………….………………………………….
5
D. Hipotesis Penelitian …………………….………………………………….. 5 E. Kegunaan Penelitian …………….…….……………………………………. 6 F. Definisi Operasional ……………….………………………………………. 7
x
halaman G. Metode Penelitian …………………………………………………………
10
1.
Populasi Dan Sampel…………………………………………………..
10
2.
Teknik Sampleing…................................................................................ 11
3.
Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………….….. 11
4.
Teknik Pengumpulan Data ……………………..……………………… 12
5.
Analisis Penelitian ……………………………………………..…….…. 13
6.
Sistematika Penulisan ……………………………………….……….. . 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pola Diaik Orang Tua …………………………… ………………… 16 1. Pengertian Pola Didik …………. ………………………………………… 16 2. Komsep Pola Didik ………………………………………………………… 18 3. Hubungan orang tua dengan anak ………………………………………….. 27 4. Kewajiban orang tua dalam keluarga ……………………………………… 30 5. Keluarga Sakinah …………………………………………………………. 30 B. Sikap Tawadhu’ ………………………………………………………………… 31 1. Pengertian sikap …………………………………………………………… 31 2. Pengertian tawadhu’ ………………………………………………………. 32 3. Pengertian Siswa ………………………………………………………….. 35 4. Keutamaan tawadhu’ ……………………………………………………… 35 5. Bentuk-bentuk tawadhu’ ………………………………………………….. 36
x
halaman
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Pandangan Umum Lokasi Penelitian ………………………………………….. 38 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………………. … 38 2. Visi dan Misi …………………………………………………………….. 38 3. Keadaan Guru dan Karyawan …………………………………………… 39 4. Keadaan Siswa …………………………………………………………… 40 5. Struktur Organisasi ………………………………………………………. 40 6. Alokasi Waktu ……………………………………………………………. 41 B.
Persiapan Penelitian ……… ………………………………………………… 41 1. Populasi dan Sampel …………………………………………………….. 42 2. Pengujuian hasil angket …………………………………………………. 45
BAB IV NALISIS DATA A. Analisis Pertama …………………………………………………………….. 49 B. Analisis Lanjut ……………………………………………………………….. 60 BAB V PENUTUP 1.
Kesimpulan …………………………………………………………………… 67
2.
Saran …………………………………………………………………………. 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1
Keadaan siswa Sekolah Dasar Negeri Giyanti …………………. 10
Tabel
3.1.
Keadaan guru dan Karyawan SD Negeri Giyanti ………………..39
Tabel
3.2.
Keadaan siswa ………………………………………………….. 40
Tabel
3.3.
Struktur Organisasi ………………………………………………. 40
Tabel
3.4.
Program Kurikulum ………………………………………………41
Tabel
3.5.
Rentang Nilai …….……………………………………………….43
Tabel
3.6
Angket Pola Didik ………..…………………………………….
Tabel
3.7.
Frekwensi Persentasi Pola Didik Orang tua ………………………45
Tabel
3.8.
Sikap tawadhu’ ………………………………………………….. 46
Tabel
3.9.
Hasil angket sisikap tawadhu’ ………………………………….. 46
Tabel
3.10
Frekwensi Persentasi sikap tawadhu’ …………………………… 47
Tabel
4.1.
Penyajian hasil angket pola didik orang tua ……….. ………….. 49
Tabel
4.2
Penyajian hasil angket sikap tawadhu’ …………………………. 55
xii
44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Esensi pendidikan umum maupun pendidikan agama adalah merupakan proses untuk menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan, sebanyak mungkin menyerap bahan ajar. Subyek didik untuk memperluas dan memperdalam maknamakna esensial untuk mencapai kehidupan yang manusiawi. Sebagai bekal dihari nanti ketika anak didik sudah sewasa baik dewasa jasmani maupun bidang rokhani mereka. Dalam hal ini sangat diperlukan adanya kesengajaan atau kesadaran (niat) untuk mengajak melakukan tindak belajar yang sesuai dengan tujuan (Shochib, 2012 :1) Esensi pendidikan tersebut dimulai dari orang yang baik, yang mampu memperhitungkan tingkah laku perbuatannya di dalam membimbing anaknya. Telah memperturutkan garis lurus ataukah menyimpang dari jalan yang benar. Karena anak adalah suatu proyek yang harus diselesaikan, dan juga dari sebagian kewajiban hidup orang tua. Anak merupakan dambaan bagi setiap orang yang akan meneruskan cita-cita orang tua. Maka harus dibimbing, dididik, diarahkan ke jalan yang mengikuti petunjuk Allah SWT (Umar Hasyim, 1991 :19) Allah berfirman dala Q.S. An Nahl ayat 78:
t»|Á ö/F{ $#ur yì ôJ ¡ 9$# ãN ä3 s9 Ÿ@ yèy_ ur $\«ø‹x© šc
qßJ n=÷ès? Ÿw öN ä3 ÏF»yg¨Bé& Èb qäÜ ç/ .` ÏiB Nä3 y_ t÷z r& ª! $#ur ÇÐÑÈ šc
1
rãä3 ô± s? öN ä3 ª=yès9 noy‰ Ï«øùF{ $#ur
2 Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (Depag RI, 1984 : 413). Dari ayat tersebut di atas dapat diambil pelajaran bahwa manusia itu dilahirkan oleh Allah SWT dalam keadaan tidak tahu apa-apa, maka tugas menusia yang hidup dekat dengan anak bertugas untuk mendidik, mebimbing, mengarahkan bayi itu sampai dewasa jasmani dan rohaninya. Orang tua yang hidup di sekitar anak bertanggung jawab menanamkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Dari berbagai macam bukti penyebab utama kenakalan siswa di sekolah, dikarenakan gagalnya pendidikan dalam keluarga. Orang tua tidak mampu menciptakan seluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dampaknya kenakalan tersebut dibawa ke sekolah oleh anak, dan berperilaku yang kurang jelas. Mereka menampilkan perilaku yang serba menentang dan bermoralitas yang menyimpang, berhura-hura, mengganggu teman sekolah, jarang masuk sekolah, dan sebagainya. Pendidikan keluarga yang gagal akan diteruskan oleh anak di luar keluarga dan akhirnya masuk ke sekolah. Pola atau cara mendidik anak yang dilaksanakan dalam keluarga itu bermacammacam. Cara itu dilaksanakan menurut kemampuan yang ada. Orang tua yang berilmu dan pandai mendidik anak, maka anak tersebut menjadi baik. Dan orang tua yang kurang berilmu dan kurang pandai mendidik anak, maka anak mereka akan menjadi kurang baik pula.
3 Dewasa ini pola hidup masyarakat cenderung memilih pola hidup individualis dan materialis serta mementingkan diri sendiri, sehingga dalam segala hal cenderung mengutamakan kepentingan pribadi. Banyak keluarga yang tidak sempat mendidik anak, sehingga pendidikan anak-anak mereka diserahkankepada pembantu rumah tangga. Maka untuk memikirkan nasib anak-anak mereka, kurang mendapat perhatian sehingga pendidikan mereka menjadi terlantar dalam keluarga. Kasus kegagalan dalam pendidikan rumah tangga (broken home), yang banyak kita dapati dalam keluarga di berbagai tempat, kemudian pendidikan anak-anak mereka sepenuhnya diserahkan kepada lembaga pendidikan formal maupun informal. Tujuan hidup berkeluarga ialah kita menginginkan lahirnya generasi penerus yang lebih baik segala-galanya dari pada kehidupan orang tua yang sudah berlalu. Setiap orang tua menginginkan agar generasi penerusnya handal dan akhirnya menjadi anak-anak yang pandai bersyukur dan bertawakal kepada Allah SWT. Maka bimbingan, didikan, arahan kepada anak-anak harus selalu ada dan merupakan syarat mutlak dari kehidupan berkeluarga yang berhasil. Sehingga beban tugas yang berat seperti ini tidak bisa ditawar-tawar lagi. Orang tua harus mempu mewujudkannya, karena merupakan sebagian dari hidup di dunia. Tugas itu merupakan sebagian dari ketaqwaan manusia terhadap Alla SWT (Umar Hasyim, 1991 : 20). Untuk menyamakan langkah agar terwujudnya pola didik orang tua yang pada umumnya menganut sistem pola didik yang sebebas-bebasnya, pola didik yang otoriter, pola didik yang demokratis, mampu menghasilkan anak yang baik.
4 Karena belum ada kesamaan langkah dalam mengolah proyek ini (mengasuh, membimbing, mendidik, mengarahkan), maka secara terus-menerus selalu ada inovasi, pembaharuan yang belum kunjung selesai. Dari latar belakang pokok masalah di atas itulah, penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana keberadaan pola didik orang tua denganmemilih judul :”Pola didik orangtua terhadap sikap tawadhu’ anak kepada guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012”
B. Rumusan Masalah. Dari latar belakang dan penjelasan yang penulis sajikan, penulis kemukakan bahwa pokok masalah dalam penelitian ini, penulis rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Pola Didik Orang Tua pada siswa Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012?. 2. Bagaimanakah Sikap Tawadhu’ anak kepada Guru siswa Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012?. 3. Bagaimanakah hubungan antara Pola Didik Orang tua terhadap sikap Tawadhu’ anak kepada Guru pada Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012 ?.
C. Tujuan Penelitian Agar supaya dapat memberikan gambaran yang nyata serta arah yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini, maka peneliti perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
5
1. Untuk mengetahui bagaimana Pola Didik Orang Tua pada siswa Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. 2. Untuk mengetahui bagaimana Sikap Tawadhu’ anak kepada Guru siswa Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubngan antara Pola Didik Orang tua terhadap sikap Tawadhu’ anak kepada Guru pada Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012.
D. Hipotesis Penelitian Menurut teori bahwa : Hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006 : 67) Hipotesis jua mengandung arti:”dugaan sementara yang mungkin benar, atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah satu data palsu. Dan akan di terima jika fakta-faktanya jelas membenarkan (Hadi, 1981 : 63). Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah kesimpulan sementara terhadap permasalahan yang diteliti. Penelitian tersebut akan berakhir dengan dua kemunginan, yaitu kemungkinan benar atau kemungkinan salah setelah diadakan penelitian. Pada akhirnya jawaban tersebut dikatakan benar atau diterima jika data yang mendukungnya mengatakan benar, salah akan ditolak jika data pendukunnya salah. Dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesisnya sebagai berikut :
6 Hipotesis Alternatif (Ha), adanya hubungan yang signifikan anatara pola didik orang tua dengan sikap tawadhu’ anak kepada guru, siswa pada Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012”
E. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan agar dapat memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya hubungan antara pola didik orang tua
dengan sikap
tawadhu’ anak kepada guru. yang dapat memberikan gambaran yang seharusnya mereka lakukan. Dengan adanya informasi-informasi ini dapat memberikan manfaat secara toritis maupun praktis, yaitu : 1. Secara teoritis Secara umum, dengan disajikan sekripsi ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang Pola didik orang tua terhadap Sikap tawadhu’ anak kepada Guru, lewat karya ilmiah atau penelitian. Secara khusus, dengan disajikannya buku ini, diharapkan dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan bagi keluarga, dalam rangka membentuk kepribadian anak menjadi insan kamil, terutama pada siswa Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. 2. Secara praktis, Apabila ternyata ada pengaruhnya, ini berarti bagi siswa pada Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012 pada umumnya, dapat memperoleh pegertian, pemahaman, tentang arti pentingnya Pola Didik Orang tua kepada anak, ternyata mempunyai pengaruh positif terhadap sikap tawadhu’ siswa kepad Guru yang selama ini mereka lakukan.
7
F. Definisi Operasional. Untuk menghindari dari berbagai interpretasi yang keliru dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan kata kunci yang terkandung dalam judul skripsi ini, yaitu : a. Pengaruh Yang dimaksud dengan pengaruh, adalah yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dsb.) yang berkuasa atau yang berkekuatan gaib (Poerwadarminta, 1983 : 1036). Adanya kekuatan atau daya atau akibat dari kondisi pola didik orang tua. Mampu merubah sikap anak yang cenderung akan menyimpang kepada sikap yang terpuji. Jalur pola didik yang sudah diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. b. Pola Didik Orang tua Pola didik orang tua maksudnya cara atau model atau seni orang dalam mendidik anak-anak mereka selama belum dewasa dan masih menjadi satu keluarga dengan orang tua ”(Poerwadarminta, 1983 : 236). Jadi sikap orang tua yang selalu membimbing agar anak berhasil dalam mengarungi kehidupan di dunia. Mendidik gar menjadi anak berguna dalam hidupnya. Mengajar anak agar berilmu pengetahuan yang luas. Mengarahkan anak agar kehidupan mereka selalu dalam lingkaran yang benar. Kehidupan anak dari belum dewasa menjadi dewasa. Dari perilaku yang belum mampu mandiri menjadi mandiri. Dari belum berani menikah menjadi berani menikah, dan berpisah hidup dengan suami atau istri.
8 Usaha untuk mencetak generasi penerus yang baik seperti yang diharapkan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi usaha itu harus diupayakan cara mendidiknya agar tujuan dari pendidikan yang sebenarnya dapat dicapai. Indikator Pola Didik Orang tua : 1. Orang tua membimbing anak dalam berbicara 2. Orang tua membimbing anak dalam melakukan sesuatu 3. Orang tuai membimbing anak menghafal do’a-do’a harian 4. Orang tua mengajari anak dalam melakukan shalat 5. Orang tua mengajari anak cara-cara berhubungan dengan orang lain 6. Orang tua mendidik anak dalam memecahkan masalah 7. Orang tua mengajari anak membiasakan perilaku yang mulia 8. Orang tua mengajari anak berlau sopan dan santun c. Pengertian Sikap. Sikap yaitu : perbuatan, tingkah laku, moralitas seseorang yang didasari dengan pendirian, pendapat, gagasan, idea, yang sudah diyakini (Poerwadarminta, 1984 : 244). Sikap juga diartikan : pandangan, tanggapan, pendirian orang-orang terhadap suatu masalah yang masuk kedalam jiwa (Marimba, 1981 : 12). d. Pengertian Tawadlu’ Tawadlu’ artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabur (Yunahar Ilyas, 2002 : 123 ).
Dalam diri seseorang terdapat sifat-sifat rendah hati, selalu memuliakan orang lain, mengutamakan kepentingan orang lain, mendahulukan kebutuhan orang 9
lain, bahkan ikhlas berkorban untuk orang lain. Sebagai gambaran seperti lilin yang dirinya rela habis dibakar untuk terangnya alam sekitar. Itu sebagai gambaran sikap tawadhu’ hasil dari pola didik orang tua kepada anak-anaknya. Indikator sikpa tawadhu’ (Yunahar Ilyas, 2002 : 23), antara lain : 1.
Tidak menonjolkan diri terhadap teman sebaya,
2.
Berdiri dari tempat duduk untuk menyambut kedatangan orang,
3.
Bergaul ramah dengan orang umum,
4.
Mau mengunjungi orang lain sekalipun lebih rendah status sosialnya,
5.
Mau duduk-duduk bersama dengan orang yang tidak setingkat.
6.
Tidak makan minum dengan berlebihan,
7.
Tidak memakai pakaian yang menunjukkan kesombongan.
G. Metode Penelitian. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Populasi dan Sampel. a. Populasi. Populasi adalah ; “keseluruhan subjek penelitian” (Hadi, 1978 : 2 ). Sutrisno Hadi mengatakan : “semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan
yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan, disebut populasi atau universe” (Arikunto, 2006 : 120) Berdasarkan kedua pendapat di atas, populasi yang penulis maksudkan adalah seluruh individu siswa pada 10
Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012 ada 162 siswa sebagai mana disajikan dalam table di bawah ini: Tabel 1. 1 Keadaan Siswa SDN Giyanti Candimulyo. No
Kelas
L
P
Jumlah
1
I
15
12
27
2
II
14
13
27
3
III
14
18
28
4
IV
19
16
31
5
V
13
9
22
6
VI Jumlah
15 86
12
27
71
162
Sumber : data dinding SDN Giyanti Candimulyo Magelang
b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki, untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 15% atau 20-25% lebih. (Arikunto, 2006 : 134)
Sutrisno Hadi mengatakan :“sebagian dari populasi disebut sample, sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi" Menurut hemat peneliti berhubung jumlah populasinya lebih dari dari 100 siswa maka penelitian ini menggunakan sampel, dengan perhitungan 20 : 100 x 162 = 32.4 dibulatkan menjadi 35 siswa. 11 2. Teknik Sampling Untuk menentukan jumlah responden yang diambil dari populasi seluruh siswa SD Negeri Giyanti Candimulyo sebesar 162 siswa, peneliti menggunakan teknik random sampling yang berarti mengambil sampel 20% x 162 siswa = 32,4 dibulatkan menjadi 35 siswa.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi yang penulis pilih adalah siswa pada Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang. Sedangkan waktu yang peneliti pilih adalah bulan April sampai dengan Juni 2012.
4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan tentang pengaruh kedekatan guru dengan siswa terhadap perilaku ihsan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Angket. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang kepribadiannya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006 : 83).
Angket di sini digunakan sebagai salah satu cara yang pokok untuk memperoleh informasi tentang hubungan pola didik orang tua dengan sikap tawadhu’ anak pada guru setelah mendapat izin dari Bapak Kepala Sekolah. 12
Peneliti menemui sampel secara terpisah, sendiri sendiri, satu persatu, maksudnya tidak dijadikan satu dalam satu rungan tertentu. Maupun berkelompok atau bersam-sama untuk menjelaskan acara keperluan penelitian, dan untuk menjawab angket yang diberikan. Perlu penulis jelaskan bahwa angket ini bersifat tertutup (closed form), artinya para sampel yang dimaksud untuk mengisi angket tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling cocok. Sesuai dengan selera pribadinya dan tidak diberi kesempatan untuk menyusun kalimat jawaban sendiri yang menyimpang jauh dari soal yang diberikan.
b. Dokumentasi Dokumentasi ialah kumpulan-kumpulan verbal data yang bentuk tulisan disusun secara sistimatis, ditulis dalam sebuah buku atau lebih dari satu. Data ini disebut dokumentasi dalam arti sempit, sedangkan dokumentasi dalam arti luas meliputi monument, foto-foto kegiatan, notulen rapat, kumpulan nilai, buku kegiatan siswa, dan lain sebagainya. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi : sejarah berdirinya Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang, letak geografisnya, keadaan guru,
keadaan murid, struktur organisasi Sekolah, pada Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang.
13
5. Analisis Data Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan teknik Analisis Deskriptif, yakni data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian di analisis, dengan teknik prosentase untuk mengukur frekwensi gejala yang muncul. Selanjutnya pada analisis lanjut, peneliti menggunakan teknik Statistik, untuk mencari ada tidaknya hubungan antar keduanya. Hubungan antara variabel Pola didik orang tua (X) dan variabel sikap tawadhu’ siswa kepada guru (Y). Untuk itu peneliti menggunakan teknik statistik Koefisien Kontingensi (KK) Selanjutnya menganalisis data tersebut, sehingga mengandung arti dan dapat diambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Langkah-langkah yang penulis kerjakan menganalisis data sebagai berikut : a. Untuk mengetahui distribusi frekwensi tersebut dari masing-masing variabel, penulis menggunakan teknik analisis persentase sebagai berikut : F P = ---------- x 100 % N
Keterangan : P = persentase F = Frekwensi N = Jumlah Total Sampel
b. Untuk mengetahui adakah pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhada motivasi belajar siswa dan sekaligus menguji hipotesis yang diajukan, penulis
menggunakan teknik analisis statistik dengan rumus chi kwadrat sebagai berikut: ( Fo – Fh ) 2 X 2 = --------------------Fh
Keterangan : Fo = sampel Fh = Perhitungan sampel
14
Untuk menganalisis data, penulis gunakan teknik Analisis Deskriptif, yakni data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian di analisis, dengan teknik prosentase untuk mengukur frekwensi gejala yang muncul. Selanjutnya pada analisis lanjut, penulis gunakan teknik Statistik, untuk mencari ada tidaknya pengaruh perilaku keagamaan orang tua terhadap ketaan beribadah siswa. Untuk itu peneliti gunakan teknik Statistik Koefisien Kontingensi (KK)
H. Sistemiatika Penulisan Skripsi ini disusun dalam lima bab, yang secara sistimatis, dapat dijabarkan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Pada Bab ini peneliti akan menyajikan tentang:
Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian,
Kegunaan
Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian. Bab II Landasan Teori Pada bab ini peneliti mengemukakan landasan teorinya meliputi : Pengertian Pola Didik Orang tua. Sikap Tawadhu’ Siswa.
15
BAB III Laporan Penelitian Pada bab ini peneliti menyampaikan tentang beberapa hal seperti ; Pandangan umum tentang lokasi penelitian, dan Penyajian Data.
BAB IV Analisis Data Pada Bab ini peneliti akan menganalisis data yang telah terkumpul dengan langkahlangkah sebagai berikut Analisis pertaman dan analisis lanjutan
BAB V : Penutup Pada bab ini peneliti menyampaikan tentang ; kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Riwayat Hidup Penulis
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pola Didik Orang Tua 1. Pengertian Pola Didik Yang dimaksud dengan tetang Pola Didik Orang tua adalah cara-cara yang dilakukan oleh orang tua anak dalam rangka mendidik anak-anak mereka, sejak dari bayi sampai dewasa, dengan memberikan contoh-contoh (Poerwadarminta, 1984 : 763) Daya kemampuan mendidik pada setiap orang tua tidak semuanya sama, sehingga hasil yang mereka peroleh juga tidak sama. Untuk itu banyak buku-buku yang memberikan tuntunan seni mendidik anak, namun tidak semua orang tua mampu memilikinya. Seni mendidik anak ini juga termasuk cara-cara melakukan pendidikan dalam rumah tangga kepada anak-anak mereka. Pola didik orang tua bagi individu berikutnya, agar generasi berikutnya mendekati tingkah laku yang terdahulu. Cara-cara yang dipilih oleh orang tua dalam rangka mendidik anak-anak mereka, untuk memberi warna atau corak tersendiri yang sesuai dengan apa yang di harapkan. Orang tua sebagai pembentuk sekaligus sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran yang sangat penting. Kehadirannya, perhatiannya, kasih sayangnya, dan pendidikannya sangat dibutuhkan bagi anak-anaknya. Orang tua diberi kebebasan untuk mengukir jiwa raga anak-anak mereka, sebab anak yang masih kecil itu dalam kondisi yang lemah, 16 17 tidak tahu apa-apa, tergantung sepenuhnya kepada orang tuanya, keluarga yang selalu berada di sekeliling anak. Tujuan hidup berkeluarga adalah menginginkan lahirnya keturunan generasi penerus, anak-anak yang pandai bersyukur dan bertakwa kepad Allah SWT. Untuk mewujudkan hal itu, maka orang tua harus mendidik dan membimbing anakanaknya sesuai dengan teori-teori pendidikan yang ada. Beban ini tidak bisa ditawar-tawar lagi, karena merupakan sebagian dari hidup dan sebagian dari tanda bukti berbakti atau menunjukkan sikap ketakwaan seseorang terhadap Allah SWT Untuk mewarnai jiwa anak yang masih bersih, maka orang tua mengisinya dengan hal-hal yang baik, untuk bekal anak menuju kedewasaan jasmani dan rohaninya. Orang tua harus merawat, menjaga, mengasuh, membimbing, mendidik, mengarahkan, agar anak tetap suci dan lurus sesuai dengan fitrohnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang khusus yang harus diterima untuk diarahkan. Pengarahan atau bimbingan yang salah dan berlebihan akan berakibat buruk bagi pendidik dan anak. Karakter ini secara umum didapati pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan ada beberapa perbedaan yang
disebabkan adanya perbedaan kepribadian diantara manusia dan khususnya pada anak yang masih kecil (Shochib, 2012 : 5) 18 Pada dasarnya pola didik orang tua itu, cenderung tidak sama. Hal ini disebabkan karena tingkat kemampuan orang tua untuk mendidik anak juga berbeda-beda. Ada keluarga yang mendidik anak dengan perilaku yang selalu keras dan kasar, sehingga sikap anak mereka menjadi pendendam. Ada pola ddik anak yang cenderung memberikan kebebasan yang sekluas-luasnya, sehingga sikap anak menjadi semaunya sendiri. Ada pula pola didik orang tua yang enak, lemah lembut, dekat dengan anak, agamis, seperti yang diharapkan oleh orang tua (Musbikin, 2009 :225). Pola didik orang tua itu dimana orang tua menggunakan cara-cara sendiri (tradisional), dalam rangka mendidik anak yang dilaksanakan dalam setiap keluarga. Orang tua pasti mendapat pahala yang terus menerus, jika anak-anaknya menjadi saleh. Namun sebaliknya orang tua akan menanggung dosa apabila anakanaknya menjadi kafir. Maka jelaslah pola Didik orang tua yang dijiwai dengan agama Islam, terhadap anak merupakan hal yang paling pokok. 2. Konsep Pola didik Pola didik orang tua sangat menentukan, dan berperan besar, di dalam mengendalikan perjalanan hidup dan kehidupan seluruh putra-putrinya. Semua anggota keluarga untuk bersama-sama mencapai tujuan hidup yang sebenarnya, sesuai apa yang telah Allah amanatkan kepadanya. Orang tua menghendaki agar anak-anaknya memiliki akhlak yang mulia. Sopan dan santun kepada orang tua, dekat dan bergantung kapada Maha Pencipta. Bersikap baik kepada sesama makhluk Allah SWT. 19 Di bawah ini peneliti akan menguraikan beberapa pengertian agar tidak terjadi salah pengertian yang ada hubungannya dengan judul di atas. Ada beberapa pengertian yang harus peneliti sampaikan yaitu : a. Pengertian Orang Tua 1) Pengertian Orang Tua Orang tua berasal dari dua kata yaitu “orang” dan “tua”. Yang berarti orang yang sudah lama hidup. (Poerwadarminta, 1986 : 801) Adapun yang penulis maksudkan disini adalah orang tua dalam rumah tangga yang terdiri dari ayah ibu, dan anak. Dan lebih spesifik lagi yaitu ayah, itu dalam keluarga muslim. Orang yang menjadi sumber penyebab anak itu lahir kedunia, orang yang paling bertanggung jawab
ketika anak itu masih kecil, mendidik dan membimbing dan mengarahkan sampai anak itu menjelang dewasa (Shochib, 2010 : 15). 2) Kedudukan Orang Tua Yang peneliti maksudkan kedudukan orang tua, adalah kedudukannya pada tanggung jawab pendidikan anak, seperti konsep pendidikan Islam bahwa orang tua bertanggung jawab mendidik anaknya dengan konsepkonsep Islam. Memelihara amanah Allah ini orang tua harus mengasuh, mendidik, membimbing mereka dengan sungguh-sungguh. 20 Keluarga merupakan wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan anak terdapat dalam kehidupan keluarga. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa orang tua adalah guru yang setia, pendidik yang pertama dan utama bagi anak. (Shohib, 2010 : 17) Oleh karena manusia dilahirkan dalam keadaan tidak tahun apa-apa, maka kedua orang tuanyalah yang bertagung jawab atas anak-anak mereka, menjadi mengetahui segalanya. Allah berfirman dalam QS An-Nahl ayat : 78
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui seuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur (Depag RI, 1993 : 413) Maksudnya manusia lahir dalam keadaan lemah, tidak tahu apa-apa, pasti membutuhkan orang lain utnuk mendidiknya. 21 Allah berfirman QS At-Tahrim, 6 Allah berfirman :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakunya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”( Depag RI, 1993 : 951) Berdasarkan ayat tersebut, orang tua dituntut agar mempunyai upaya menyelamatkan anak-anak, keluarga dari api neraka, dengan mendidik mereka kearah yang benar agar tidak berpetilaku yang menyimpang dari ajaran Islam. Tindakan memelihara berarti mencegah, mencegah itu terlebih dahulu dilakukan dahulu, dari pada mengobati yang tentunya jauh lebih sulit dilakukan. Pola didik orang tua itu membutuhkan keimanan dalam hati, sebab hanya dengan Pola didik orang tua (keluarga) yang tangguh anak akan dapat mengatasi tantangan hidup yang penuh dengan ketidak pastian, untuk membentuk Iman yang kokoh. Dengan Iman yang kokoh ini, yang nantinya akan berfungsi sebagai benteng dalam menghadapi kebobrokan mental. 22 Apabila orang tua tidak menghendaki anak-anaknya terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan, maka kembalikanlah pendidikan anak dalam pendidikan yang bersendikan nilai-nilai Islam (Hasyim, 1991, 77). b. Pentingnya Pola Didik Orang Tua Orang tua sebagai pemimpin keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Dengan memberikan kasih sayang, hubungan yang mesra, akhlak baik, perangai yang luwes, mampu merubah perilaku negatif menjadi perilaku yang positif bagi anak. Orang tua bebas memilih pola didik tersendiri (Djamarah, 2004 ;16) ada beberapa langkah : 1) Pendidik Pertama Lingkungan keluarga yang pertama kali dikenal oleh anak-anak adalah sang ibu. Dari beberapa pelajaran yang dapat diberikan kepada anak, di mulai sejak anak mulai mengenal bahasa ibu, bahasa permulaan yang selalu diajarkan oleh ibu.Lingkungan yang pertama yang dijumpai anak sejak lahir ialah
keluarga yang berperan sebagai pembentuk mental , pengisi jiwa. Peran ini diterima secara terus menerus dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Maka anak sejak lahir sampai berangkat dewasa untuk mandiri, orang tua senantiasa mendampingi hidupnya. 2) Tempat Ketenangan Hidup Dalam mempertahankan hidupnya sering orang mengalami gangguan pikiran, frustasi, dan gangguan-gangguan lainnya. 23 Untuk mempertahankan dan mengembalikannya, maka orang tua merupakan home bas. Jika fungsi home base tidak ada maka timbul kerusuhan pribadi seperti gangguan jiwa, kegelisahan, frustasi. Ayah adalah kepala rumah tangga dan bertanggung jawab terhadap anaknya, keluarganya, dan menjadi pelindung keluarganya, agar anggota keluarga menjadi sejahtera, tenang, damai. 3) Pusat Pendidikan dan Kebudayaan. Keluarga adalah masyarakat kecil, didalamnya terdapat beberapa macam bentuk individu, dan masing-masing individu mempunyai karakter yang berbeda- beda, maka keluarga itu adalah masyarakat yang terkecil. Dalam masyarakat kecil (keluarga) ini, peran orang tua untuk menanamkan materi yang ada hubungannya dengan pendidikan dan kebudayaan, sangat diperlukan. Dalam masyarakat terdapat beberapa individu yang berwatak yang berbeda-beda. Untuk mencegah terjadinya perselisihan diantara mereka diperlukan adanya norma. 4) Pusat Penanaman Agama. Kesadaran pada anak-anak, dapat diperoleh dari keluarga, materi ini diperolehnya dari melihat kebiasaan-kebiasaan, latihan-latihan, percobaan Hal ini terjadi karena hubungan dengan sesama manusia, dan pola didik orang tua. Anak mengenal sorga, neraka, pahala dosa, baik buruk, batal haram, dan lain sebagainya. Pengenalan ini mendidik anak untuk berbuat yang saleh yang berhubungan dengan orang tua, saudara, 24 sanak tetangga, dan juga terhadap negara. Dalam keluarga diletakkan kehidupan emosional yang dipengaruhi suasana keluarga. Dengan melihat langsung unsur keteladanan orang tua dalam segala hal, anak terbiasa melakukannya. Anak yang sedang berkembang jiwanya harus selalu melihat dan merasakan hal-hal yang baik. Orang tua yang bijak, mampu menciptakan kehidupan sehari-harinya yang harmonis, aman, tenteram, damai, bahagia, sejahtera. Hubungan yang mesra, gembira, terbuka, terutama antara ayah, ibu, anak-anak, terlihat nyata. Anak yang terbentuk dalam keluarga yang seperti ini akan memperlancar pergaulan sosial di masyarakat luas. Ada 3 aspek utama untuk dipilih orang tua dalam mendidik anak-anak mereka (Shohib, 2010 : 20) yaitu :
a) Pola didik yang mengandung nilai-nilai ibadah Pola didik orang tua dengan materi sekitar perilaku yang dinilai ibadah oleh Allah. b) Pola didik yang mengandung nilai-nilai akhlakul Pola didik orang tua dengan materi sekitar perilaku yang harus ditampilkan agar orang lain merasa senang dalam pergaulan c)
Pola didik yang mengandung nilai-nilai akidah Pola didik orang tua dengan materi sekitar perilaku yang membawa anak menuju kepada keimanan.
Tiga aspek diatas peranan operasinya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, sesuai dengan umurnya.Karena itu yang tersirat 25 dalam Al-Qur’an Surat Al Luqman ayat 13 tentang larangan menyekutukan Allah yang merupakan kedloliman yang besar. Dalam hal demikian tidak ada peluang untuk didebatkan lagi tinggal anak mau menerima atau tidak. Pendek kata jika dikembalikan kepada kisah Luqman di atas nampak bahwa pendidikan aqidah Islamiah tidak harus disajikan dalam cara demokratis, melainkan dogmatis ? Ketegasan dan keterusterangan/keterbukaan sering kali sangat dibutuhkan dan diinginkan oleh anak usia remaja karena mereka kebanyakan belum jelas duduk permasalahannya, tidak mau menerima tanpa mengetahui alasan/buktinya. Dalam hal ini orang tua harus bertindak bijaksana (Shochib, 2010 : 30) c. Macam-macam Pola Didik Orang Tua Pola didik orang tua itu ada tiga macam (Shochib, 2010 : 103) yaitu : 1). Pola Didik Orang Tua ( keluarga ) Otoriter Orang tua yang mempunyai sikap pola didik yang otoriter (berkuasa penuh ), menang sendiri, pendapatnya harus di ikuti. Orang tua yang mengatur keluarganya dengan sikap diktator di sebut sebagai rumah tangga yang tidak ada adaptasi, maka rumah tangga yang seperti ini selalu diwarnai dengan pertentangan, pergumulan, dan perselisihan antara ayah dan anak-anaknya. Sebenarnya mereka membutuhkan hubungan-hubungan sosial yang bagus, baik sesama individu keluarga 26 yang bersangkutan atau dengan dunia luar. Anak remaja merasa bahwa kebutuhan dan kegemarannya selalu diabaikan. Maka ia berusaha membangkitkan perhatian kedua orang tuanya, agar sikap yang otoriter ini
selalu muncul menempanya, maka terjadilah perang perasaan, dan yang tersisih menjadi dendam. 2). Pola Didik Orang Tua ( keluarga ) Demokratis Model keluarga yang seperti ini dianggap sebagai salah satu faktor bagi terciptanya adaptasi yang bagus. Aturan seperti ini berdasarkan pada kebebasan dan demokrasi. Kedua orang tuanya sama-sama mau menghormati anaknya yang sudah remaja sebagai individu yang utuh lahir batin. Dalam mengarahkan nya, mereka tidak bersikap otoriter sedikitpun. Orang tua yang demokratis akan berusaha memberikan apa yang dibutuhkan oleh anak remaja, supaya ia bisa mengambil keputusan setelah cukup mengetahui hasilnya. Cara-cara ini sengaja memberikan kepada seorang remaja kebebasan yang terus bertambah, pilihan yang luas, dan pengetahuan-pengetahuan yang banyak. 3). Pola Didik Orang Tua (keluarga) yang bebas (Laissez faire) Orang tua yang mendidik anaknya memakai sistim apatis atau pasif. Ia menyerahkan segala penentuan tujuan dan kegiatan perilakunya di biarkan berkembang sendiri. Orang tua hanya memberikan petunjukpetunjuk sederhana kemudian anak-anak dibebaskan untuk 27 melaksanakan sendiri. Orang tua tidak mengambil inisiatif apapun di dalam kegiatan-kegiatan anak, bahkan orang tua memilih menjadi penonton saja. Dari ketiga pola didik orang tua diatas, menurut hemat penulis, sebaik nya di gabungkan menjadi satu. Orang tua dapat mendidik secara otoriter, kemudian secara Demokrasi dan dapat juga dengan Laissez faire. Cara penggunaan ke tiga pola didik ini, memilih waktu, kondisi, tempat, sesuai dengan kebutuhan anak. Dari pendapat di atas bahwa kepribadian anak itu akan terbentuk menurut pola didik orang tuanya ( keluarga ), selanjutnya penulis sampaikan disini agar orang tua benar-benar dapat memperhatikan pola didiknya agar maksud dan tujuannya dapat tercapai. 3. Hubungan Orang Tua dengan Anak Ditinjau dari Beberapa Aspek Hubungan orang tua dengan anak ada beberapa aspek pendidikan yang harus disampaikan kepada anak (Muslich, 2011 :21) antara lain yaitu : a. Hubungan Secara Biologis Orang tua dengan anak mempunyai hubungan biologis yang erat, sehingga setiap anak mewarisi bentuk fisik, golongan darah dan ciri-ciri biologis lainnya dari orang tua, karena anak lahir dari orang tuanya sendiri. b. Hubungan Secara Psikologi Adalah hubungan secara kejiwaan, karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak yang pertama memberikan belaian kasih
28 sayang dan bimbingan kepada anak c. Hubungan Secara Sosial Keluarga dan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap sosial anak karena dari merekalah anak mengenal lingkungan dan alam sekitarnya. Sikap sosial yang dilakukan oleh orang tuanya dan anggota keluarga lainnya akan ditiru oleh anak. Sosialisasi adalah mencakup seluruh proses mempelajari nilai-nilai, sikap, pengetahuan, berbagai ketrampilan dan berbagai teknik yang dimiliki oleh masyarakat. Sosialisasi adalah mempelajari kebudayaan masyarakat, secara singkat dapat dikatakan bahwa sosialisasi adalah membina potensi anak ke dalam pola yang berfungsi, yang disebut kepribadian. d. Hubungan Secara Religius Hubungan orang tua dengan anak secara religi merupakan hubungan yang penting, karena ada tidaknya hubungan ini akan membawa bahagia atau celaka di akhirat nanti. Jiwa keagamaan orang tua direalisasikan dalam sikap moralnya juga akan diturunkan kepada anak-anaknya. Karena itu untuk menciptakan generasi penerus yang mempunyai keagamaan-keagmaan yang bagus dengan berupaya sedini mungkin, yaitu ketika menjelang pernikahan seorang laki-laki hendaknya memilih calon istri yang kuat agamanya dan ditunjang pendidikan-pendidikan keagamaan yang baik akan melahirkan anakanak yang salih (Kartono, 2001 : 25-31). 29 Adapun cara yang tepat dan praktis dapat digunakan keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada anak-anak adalah sebagai berikut : 1. Memberi keteladan yang baik 2. Membiasakan menunaikan perintah agama sejak kecil 3. Menyiapkan suasana keluarga yang religius 4. Menyiapkan suasana keluarga spiritual yang sesuai 5. Membimbing dan mengarahkan perilaku mereka 6. Menumbuhkan motivasi keaktifan belajar 7. Mendorong anak dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan lain 8. Membantu untuk mewujudkan cita-citanya 9. Mengawasi perilakunya ketika menjelang dewasa
10. Mendoakan agar tujuan hidupnya (manusia) dapat tercapai Dengan hubungan religius yang kuat inilah akan melahirkan generasi-generasi yang kokoh iman dan teladan dalam segala kebaikan.(Muraek, 2002 : 7). 4. Kewajiban Orang Tua dalam Keluarga Anak adalah amanat Allah, orang wajib mengasuh, menjaga, mendidiknya. Amanah berarti segala hak yang dipertanggung jawabkan kepada seorang anak, baik itu hak-hak kepunyaan Allah atau hamba, baik berupa pekerjaan, perkataan dan kepercayaan hati. Menyia-nyiakan amanah adalah suatu perbuatan dosa. Setelah orang tua mempunyai anak maka tanggung 30 jawabnya menjadi bertambah. Secara alamiyah tanggung jawabnya itu akan tetap dipikulnya hingga anak-anak itu tumbuh besar sebagai manusia yang mandiri. 5. Keluarga Sakinah Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan mental spiritual dan pembentukan masyarakat sejahtera, dengan memberikan teladan, dalam keluarga yang sakinah. Keluarga sakinah terdiri dari kata keluarga dan kata sakinah. Dalam kehidupan sehari-hari kata keluarga dipakai dengan pengertian, antara lain : a. anak saudara, kaum kerabat. b. Orang seisi rumah, anak istri, batih. c. Orang-orang dibawah naungan satu organisasi dan yang sejenisnya. Kata sakinah ini sering kita jumpai dalam Al-qur’an, dengan makna kemenangan, tenang, tenteram, damai. Jadi keluarga sakinah adalah keluarga yang tentram, aman, damai,dan akhirnya sejahtera, atau keluarga yang sejahtera, keluarga seperti hidup disurga layaknya. Didalam keluarga sakinah setiap anggotanya merasa dalam suasana tenteram, damai, aman, bahagia, dan sejahtera lahir (bebas dari kemiskinan harta benda) batin (bebas dari kemiskinan iman, rasa takut, khawatir menghadapi masa mendatang). Keluarga yang seperti ini, sangat baik untuk membina anak-anak menjadi anak-anak yang shaleh. 31 B. Tawadhu’ Siswa 1. Pengertian Tawadhu’ Pengertian tawadhu’ yaitu perilaku manusia yang mempunyai watak rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh, atau merendahkan diri agar tidak
kelihatan sombong, angkuh, congkak, besar kepala,.atau kata-kata lain yang sepadan dengan tawadhu’ (Poerwadarminta, 1986 : 026). Tawadhu’ artinya rendah hati, tidak sombong, lawan dari kata sombong atau takabur. Yaitu perilaku yang selalu menghargai keberadaan orang lain, perilaku yang suka memulyakan orang lain, perilaku yang selalu suka mendahulukan kepentingan orang lain, perilaku yang selalu suka menghargai pendapat orang lain (Ilyas, 2002 : 123). Dalam diri seseorang terdapat sifat-sifat rendah hati, selalu memuliakan, mengutamakan orang lain, tidak memandang dirinya lebih dari orang lain. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri, karena rendah diri berarti kehilangan kepercayaan diri. Sikap tawadhu’ atau rendah hati terhadap sesama manusia akan membimbing seseorang bertingkah laku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada orang tua, kepada guru, kepada seseorang yang lebih tua ilmunya maupun umurnya. Sikap tawadhu’ yang seperti ini, pada masa kini sudah mulai berkurang, dan hamper sudah tidak ada lagi generasi sesudah kita ini sudah jarang yang masih kental melakukannya. 32 Ada jalan yang masih mampu menumbuhkan moralitas tawadhu’ antara lain yaitu dengan jalan : a. Jalan menjalin hubungan baik kepada Allah dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya, dengan menempuh jalan yang menuju dekat dengan Allah. Jalan yang sudah digariskan dalam qur’an dan sunnah. b. Jalan menjalin hubungan dengan sesama makhluk Allah (sesama manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya), sosial di atasnya harus dilaksanakan. Jalur yang mengatur tata-cara hubungan antar manusia harus diwujudkan oleh setiap manusia. Jadi sikap tawadhu’ itu akan membawa jiwa manusia kepada ajaran Allah, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Membimbing dan membawa manusia untuk menjadi seorang yang ihlas, menerima apa adanya. Membawa manusia ke suatu tempat dimana berkumpulnya orang-orang yang ikhlas menerima apa adanya. Sehingga tidak serakah, tamak, dan untuk selalu berprilaku berbakti kepada Allah, taat kepada Rasul Allah, dan cinta kepada makhluk Allah. Apabila perilaku manusia sudah seperti ini maka di sebut bersikap sikap tawadhu (Ilyas, 2006 :123).
33 Allah berfirman dalam QS Al-Luqman, ayat 12;
` tBur (¾ÏmÅ¡ øÿuZÏ9 ãä3 ô± o„$yJ ¯RÎ*sù öà6 ô± tƒ ` tBur 4¬! öä3 ô© $# Èb r& spyJ õ3 Ïtø:$# z` »yJ ø)ä9 $oY÷s?#uä ô‰ s)s9ur ÇÊËÈ Ó‰ ‹ÏJ ym ;ÓÍ_xî ©! $#¨b Î*sù txÿx. Artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".(Depag RI, 1986 : 31)
Ayat tersebut di atas sebagai titik tolak awal pendidikan Islam yang amat penting. Di jadikan dasar untuk mencari hikmah dengan mengabadikan pendidikan kepara anak-anak manusia. Selanjutnya juga dalam QS lain Allah berfirman dalam surat Al- Isra’ ayat 23 yang berbunyi :
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, Jika salah seorang diantaranya atau kedua-duanya, sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.(Depag RI, 1993 : 427)
Dari uraian di atas dapat diambil pelajaran dan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap tawadlu’ adalah sikap anak yang selalu 34 menghadapkan muka dan hatinya kepada Allah SWT. Tidak memalingkan muka hatinya selain kepada Allah SWT. Karena taat menjalankan agama Islam dibuktikan dengan perilaku yang sesuai dengan perintah Allah dan rasuln-Nya. Seperti dalam berperilaku yang mengarahkan pada perbuatan rendah hati, taat, patuh, sopan santun. selalu taat kepada Allah, ibu bapak dan sesama manusia. Di depan telah penulis sebutkan bahwa manusia telah diperintahkan oleh Allah SWT, agar supaya berbakti kepada-Nya dengan penuh pengabdian dan sebenar-benarnya pengabdian, wajib berbakti kepada kedua orang tua dengan ikhlas, mengasihi makhluk Allah selain manusia ; perbuatan itu namanya tawadhu’ Allah berfirman dalam Q.S. Al-Ahqof ayat 15 yang berbunyi :
Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah ( pula ). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.(Depag RI, 1993 : 824).
2. Keutamaan Tawadhu’ Sikap tawadhu’ tidak akan membuat derajat seseorang menjadi rendah, bahkan sebaliknya, dengan tawadhu’ ini keberadaan dirinya di hadapan orang banyak menjadi dihormati, dan disenangi, tidak ragu-ragu lagi bergaul dengannya, bahkan Allah SWT derajatnya diangkat yang setinggi-tingginya. 35 Diangkat derajatnya, membukakan jalan penghidupan, disegani, dihormati oleh bawahannya, disenangi teman-teman. Allah memasukkan orang-orang yang tawadhu’ kedalam kelompok hamba yang mendapat kasih sayang. Tawadhu’, tidak ada yang bertambah bagi seseorang hamba kecuali ketinggian (derajat). Oleh sebab itu tawadhu’lah kamu, niscaya Allah akan meninggikan (derajat) mu, demikian kutipan kata hikmah yang ditulis Yunahar Ilyas (Ilyas, 2002 : 124).
Disamping Allah akan mengangkat derajatnya seseorang, Allah juga akan memasukkan orang tersebut (yang tawadhu’) kedalam kelompoknya hamba-hamba yang mendapatkan kasih sayang dari Allah Yang Maha Penyayang. Allah berfirman dalam QS. Al-Furqon, ayat; 63 :
Artinya : “ Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orangorang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apa bila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. “(Depad RI< 1993, 568).
3. Bentuk-bentuk Tawadhu’ (Ilyas, 2002 : 124). Sikap tawadhu’ dalam pergaulan bermasyarakat dapat terlihat antara lain : 36 8. Tidak menonjolkan diri dari orang-orang yang statusnya sama, kecuali apabila sikap tersebut menimbulkan kerugian bagi umat Islam. 9. Berdiri dari tempat duduknya dalam satu majlis untuk menyambut kedatangan orang yang lebih mulia dari dirinya, dan mengantarkannya ke pintu keluar jika yang bersangkutan meninggalkan majlis. 10. Bergaul dengan orang awam dengan ramah, dan tidak memandang dirinya lebih dari mereka. 11. Mau mengunjungi orang lain sekalipun lebih rendah status sosialnya 12. Mau duduk-duduk bersama dengan orang fakir-miskin, orang-orang cacat tubuh, kaum dhu’afak lainnya, bersedia mengabulkan undangan mereka.
13. Tidak makan minum dengan berlebihan dan tidak memakai pakaian yang menunjukkan kemegahan dan kesombongan. Lawan sikap tawadhu’ adalah sikap Takabur, sikap yang menganggap dirinya lebih dari orang lain, yang akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari pihak yang statusnya dianggap lebih rendah dari dirinya. Allah berfirman dalam QS.Az-zumar ayat 72.
Artinya : “Dikatakan (kepada mereka) : “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya”. Maka neraka jahanam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.(Depag RI, 1993 : 756)
37 Karena orang yang sombong selalu menganggap dirinya benar, maka dia tidak mau menerima kritikan dan nasehat dari orang lain. Dia akan menutup mata terhadap kelemahan dirinya. Oleh sebab itu sudah merupakan Sunnatullah kalau kemudian Allah memalingkan orang yang sombong dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Pandangan Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Sekolah Dasar Negeri Giyanti a. Nama Sekolah
: SD Negeri Giyanti
b. Nomor Identitas
: 100030
c. Nomo Statistik
: 101030819003
d. Alamat Kantor
: Dsn. Giyanti, Ds. Giyanti
Kecamatan
: Candimulyo
Kabupaten
: Magelang
Propinsi
: Jawa Tengah
Kode Pos
: 56192
e. Status Sekolah
: Negeri
f. Tahun Berdiri
: 1961
g. Luas tanah
: 3.092 m2
h. Luas Bangunan
: 661 m2
i.
Status tanah dan bangunan
: Milik Sendiri
2. Visi dan Misi Visi “Tercapainya manusia yang beriman, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berprestasi dan terampil”
38 39 Misi : a. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Meningkatkan kepribadian berbudi luhur c. Meningkatkan mutu pendidikan d. Meningkatkan keterampilan.
3. Keadaan Guru dan Karyawan Tabel 3.1 Keadan Guru dan Karyawan SDN Giyanti Candimulyo PENDI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAMA / NIP Islakhul Khoiri, S.Pd. I. 19591215 1983041003 Ariyah, SPd SD 19581114 1979112002 Siti Chumaidah, A.Ma. 19590707 1984052002 Hariyah, SPd. 19700725 2007012007 Siti Indarti 19700127 2007012008 Wahyu 19771010 2011011004 Ratna Sulistyo Arif S.Suyadi
AGAMA DIKAN
JABATAN
Islam
S.1
KS
Islam
S1
Gr Kls V
Islam
D II
Gr PAI
Islam
S1
Gr Kls VI
Islam
S1
Gr Penjas
Islam
D II
Gr Kls IV
Islam Islam Ialam Islam
S 1 D II S 1 SMA
Gr Kls I Gr.Kls III Gr Kls II PTT
40
4. Keadaan Siswa Tabel 3.2. Keadaan siswa SDN Giyanti Cndimulyo
No
Kelas
L
P
Jumlah
1
I
15
12
27
2
II
14
13
27
3
III
14
18
28
4
IV
19
16
31
5
V
13
9
22
6
VI Jumlah
15 86
12
27
71
162
5. Struktur Organisasi 18Tabel 3.3. Struktur Organisasi SDN Giyanti Candimulyo Magelang Komite Sekolah
Gr. Kelas 1 Ratna
Kepala Sekolah Islakhul Khoiri, S.Pd.I
Gr. Kls 2 Arif
Gr Kls 3 Sulistyo
Gr Kls 4 Wahyu
Gr. Kelas 5 Ariyah
Gr. Kelas 6 Hariyah
Gr. OR Sri Indarti
Gr PAI Siti Chumaidah
41 6. Alokasi waktu Tabel
3.4
Program Kurikulum SDN Giyanti Candimulyo Magelang MATA NO.
KELAS
JUMLAH
PELAJARAN
I
II
III
IV
V
VI
JAM
1.
PPKn
2
2
2
2
2
2
12
2.
Pend. Agama
3
3
3
3
3
3
18
3.
Bhs. Indonesia
8
6
5
5
5
5
34
4.
Matematika
6
6
5
4
5
6
32
5.
IPA
2
4
4
4
4
6
24
6.
IPS
2
2
3
3
3
4
17
7.
KTK
2
2
3
3
4
4
12
8.
Penjaskes
2
2
2
2
4
4
18
9.
Bhs. Daerah
2
2
2
2
2
2
12
10.
Muatan Lokal
2
2
2
2
2
2
12
B. Persiapan Penelitian
1. Pengumpulan Data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti menggunakan tehnik angket, dengan menyediakan 20 item soal, dengan perincian sebagai berikut :
42
a.
Untuk mendapatkan data dari variabel Pola didik orang tua, penulis gunakan 10 item angket soal dengan 3 opsi.
b.
Untuk mendapatkan data dari variabel sikap tawadhu siswa, penulis gunakan 10 item angket soal dengan 3 opsi.
Sedangakn teknik penilaian yang digunakan untuk menghitung hasil jawaban yang di berikan oleh siswa dari soal sebagai berikut : 1) Untuk jawaban huruf “ A “ di beri nilai 3 2) Untuk jawaban huruf “ B “ di beri nilai 2 3) Untuk jawaban huruf “ C “ di beri nilai 1 Selanjutnya setelah diadakan penelitian dan hasilnya direkapitulasi, sehingga terkumpul data yang di butuhkan. Maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai dan nominasinya dengan menggunakan teknik interval ideal, dengan rumus
( X t - X r) Keterangan : i i = --------------- + 1
= Interval ideal Xt = Jumlah nilai interval
tertinggi Ki
Xr = Jumlah nilai interval terendah Ki = Kelas ( susun ) interval
Atas dasar rumus di atas dengan memakai angket 10 item dan 3 opsi jawaban maka untuk variabel pola didik orang tua, dapat diketahui nilai tertinggi 26
dan terrendah 4. Sedangkan untuk variabel tentang sikap tawadhu’ siswa, dengan angket 10 item dan 3 opsi jawaban diketahui nilai tertinggi 24 dan terendah 6, untuk lebih lanjut penulis jelaskan seperti dibawah ini :
43
2. Pengujian Hasil Angket a. Dari variabel Pola didik orang tua Untuk data dari variabel “pola didik orang tua ”, dengan nilai tertinggi 26 dan terendah 4, maka dapat dihitung sebagai berikut :
( 26 - 4 ) 22 + 1 23 i = -------------- + 1 = ------------ = ------ = 7,6 = 8 3 3 3 dengan demikian dapat ditentukan nilai dan nominasinya sebagai berikut : 1) Untuk variabel “pola didik orang tua” di kategorikan ideal, yang mendapat nilai antara 20 - 26 dengan simbol “A“ 2) Untuk variabel “pola didik orang tua” di kategorikan cukup ideal, yang mendapat nilai antara 12- 19 dengan simbol “B“ 3). Untuk variabel “pola didik orang tua” di kategorikan kurang ideal, yang mendapat nilai antara 4- 11 dengan simbol “C“
Tabel : 3.5 Tabel Rentang nilai dan Simbol variabel “pola didik orang tua” No
Rentang nilai
Simbol
1
2
3
1
20 – 26
A
2
12 – 19
B
3
4 – 11
C
44 Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui hasilnya sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.6 Hasil Angket variabel “pola didik orang tua” No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 22
Nama 2 Achmad Nursalim Amriya Wulandari Alfi Syahri R Aminah Isnaya Asmangu Rokhibin Heny Puspyanto Ikhsan Mustakim Ina Yulisa Munawaroh Muhammad Misbah Muh Heri M.Nur Huda Pujilestari Puji Pertiwi Rokhayah Heny Puspyanto Ikhsan hakim Ina Yuliasari Abdul Rokhim Abdul Wahab Muh Heri M.Nur Huda
Kategori Jawaban A B C 3 4 5 2 5 3
Nilai
Nominasi
Ket.
6 21
7 A
8
4
6
0
24
A
4 3 4 4 5 4 4 2 1 2 0 0 0 2 4 4 3 4 2 4
4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 6 7 6 5 6 4 5 4 5 6
2 2 2 1 0 1 2 4 4 3 4 3 4 3 0 2 2 2 3 0
22 22 22 23 25 23 22 18 17 19 16 17 16 21 24 22 22 22 21 24
A A A A A A A A B B B B B A A A A A A A
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Pujilestari Puji Pertiwi Rokhayah Heny Puspyanto Ikhsan hakim Ina Yuliasari Ina Yuliasari Abdul Rokhim Achmad Nursalim Amriya Wulandari Alfi Syahri R Aminah Isnaya Asmangu Rokhibin
4 3 4 2 4 4 3 4 2
4 5 4 5 6 4 5 4 5
2 2 2 3 0 2 2 2 3
22 22 22 21 24 22 22 22 21
A A A A A A A A A
4
6
0
24
A
4 3 4
4 5 4
2 2 2
22 22 22
A A A 45
Dari membaca tabel di atas ini, dapat disimpulkan ke dalam tabel frekuensi presentasi, sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.7 Frekwensi Persentase pada variabel “pola didik orang tua” No 1 1 2 3
Pola didik orang tua 2
Frekwensi 3
Persentase 4
30 5 0
85% 15% 0%
35
100%
A = Ideal B = Cukup ideal C = Kurang ideal
Jumlah
Berdasarkan hasil tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa variabel “Pola didik orang tua”, tergolong pada kategori baik karena dari 35 siswa yang diteliti, terdapat 30 siswa atau 85 % yang menyatakan baik.
b. Dari Variabel “Sikap Tawadhu’ anak kepada guru” Untuk menganalisis data dari variabel “sikap tawadhu’ anak kepada guru”, dari 10 item soal dengan 3 opsi, diketahui nilai tertinggi 24 dan terendah
8, dengan demikian berdasarkan rumus interval ideal, maka dapat dihitung sebagai berikut: ( 24 – 8 ) 16 + 1 17 i = ----------- + 1 = ------------ = ------------ = 5,6 = 6 3 3 3
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat ditentukan nilai dan nominasinya sebagai berikut :
46
1) Untuk variabel “sikap tawadhu’” di kategorikan “ideal”, yang mendapat nilai antara 20 – 25 dengan simbol “A” 2) Untuk variabel “sikap tawadhu’” di kategorikan”cukup ideal”, yang mendapat nilai antara 14 – 19 dengan simbol “B” 3) Untuk variabel “sikap tawadhu’” di kategorikan “kurang ideal”, yang mendapat nilai antara 8 - 13 dengan simbol “C” Tabel : 3.8 Tabel Rentang nilai dan Simbol variabel “sikap tawadhu’” No 1 1 2 3
Sikap tawadhu’ 2 20 – 25 14 – 19 8 – 13
Simbol 3 A B C
Dengan demikian dapat diketahui hasil akhir dari penelitian variabel “sikap tawadhu’” sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.9 Hasil Angket variabel “sikap tawadhu’” No.
Nama
1 1.
2 Achmad
Kategori Jawaban A B C 3 4 5 1 3 6
Nilai
Nominasi
Ket.
6 15
7 B
8
Nursalim 2.
Amriya
1
1
8
13
B
4
4
2
22
A
Wulandari 3.
Alfi Syahri R
4.
Aminah Isnaya
4
3
3
21
A
5.
Asmangu Rokhibin
3
3
4
20
A
6.
Heny Puspyanto
3
3
4
22
A
7.
Ikhsan Mustakim
3
3
4
19
A 47
No.
Nama
Kategori Jawaban A B C 3 4 5 4 5 1
Nilai
Nominasi
Ket.
6 23
7 A
8
1 8.
2 Ina Yulisa
9.
Munawaroh
4
4
2
22
A
10.
Muhammad Misbah
2
4
4
18
A
11.
Muh Heri
1
5
4
17
B
12.
M.Nur Huda
2
5
3
19
B
13.
Pujilestari
0
6
4
16
B
14.
Puji Pertiwi
0
7
3
17
B
15.
Rokhayah
0
6
4
16
B
16.
Heny Puspyanto
2
5
3
21
A
17.
Ikhsan hakim
4
6
0
24
A
18.
Ina Yuliasari
4
4
2
22
A
19.
Abdul Rokhim
3
5
2
22
A
20.
Abdul Wahab
4
4
2
22
A
21
Muh Heri
2
5
3
21
A
22
M.Nur Huda
4
6
0
24
A
23
Pujilestari
4
4
2
22
A
24
Puji Pertiwi
3
5
2
22
A
25
Rokhayah
4
4
2
22
A
26
Heny Puspyanto
2
5
3
21
A
27
Ikhsan hakim
4
6
0
24
A
28
Ina Yuliasari
4
4
2
22
A
29
Ina Yuliasari
3
5
2
22
A
30
Abdul Rokhim
4
4
2
22
A
31
Achmad Nursalim
2
5
3
21
A
32
Amriya Wulandari
4
6
0
24
A
33
Alfi Syahri R
4
4
2
22
A
34
Aminah Isnaya
3
5
2
22
A
35
Asmangu Rokhibin
4
4
2
22
A 48
Hasil tabel diatas dapat disimpulkan ke dalam tabel frekuensi persentasi, sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3. 10 Frekwensi Persentase variabel “sikap tawadhu’” No 1 1
Sikap tawadhu’ 2 A = Ideal
Frekwensi 3
Persentase 4
28
80 %
2
B = Cukup ideal
7
18 %
3
C = Kurang ideal
0
0%
35
100 %
Jumlah
Hasil angket di atas menunjukkan bahwa sikap tawadhu’ siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 20112, sebagian tergolong pada kategori baik, karena dari 35 siswa yang diteliti terdapat 28 siswa atau mencapai 80 %. Tegasnya sikap tawadhu’ siswa kepada guru tersebut tergolong pada kategori baik.
BAB
IV
ANALISIS DATA
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dianalisis, dan mendapatkan kesimpulan akhir. Dalam menganalisisnya, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
A. Analisis Pertama Pada bagian ini penulis menganalisis data menggunakan teknik analisis presentase frekwensi, pada masing-masing variabel, melalui penyajian tabel frekwensi dan menginterprestasikan dari masing-masing item pada masing-masing variabel. Agar jelas penulis menyajikan satu per satu dari masing-masing variabel sebagai berikut : 1. Analisis persentasi Frekwensi pada variabel “satu” melalui Penyajian Tabel. Untuk mendapatkan data penulis menggunakan 10 item pertanyaan, dan hasilnya direkapitulasi, maka diketahui sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Penyajian Hasil Angket tentang Pola didik orang tua
KATEGORI No
1
I
T
E
2
PERSEN
JAWABAN
M
TASE
A
B
C
A
B
C
3
4
5
6
7
8
Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh tentang akhlak mulia di rumah ? 1
a. Ya, selalu 30
b. Kadang-kadang
86 4
c. Tidak pernah
11 1
3
49 50
No
I
T
E
KATEGORI JAWABAN
M
1
2
2
Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh berbicara yang mulai ketika di rumah ? a. ya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
PERSEN TASE
A
B
C
A
B
C
3
4
5
6
7
8
30
86 3
9 2
3
Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh tentang watak yang stabil ketika di rumah ? a. ya. Selalu b. Kadang-kadan 28 c. Tidak pernah
5
80 7
20 0
0
4
Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh tentang sikap yang dewasa di rumah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
29
82 4
12 2
6
5
Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh tentang watak yang arif dalam memutuskan masalah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang 30 c. Tidak pernah
80 4
17 1
6
3
Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh tentang perilaku yang bijaksana ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 29
82 4
12 2
7
Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh perilaku yang adil ketika di rumah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
6
29
82 4
12 2
6
51
No
1
8
9
I
T
E
KATEGORI JAWABAN
M
2
Apakah orang tua saudara selalu memberikan teladan dalam berperilaku di rumah ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh tentang berbicara yang mulia di rumah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
PERSEN TASE
A
B
C
A
B
C
3
4
5
6
7
8
85
30 3
9 2
6
85
30 3
9 2
6
10
Apakah orang tua saudara selalu memberikan contoh cara mengoreksi diri sendiri di rumah? a. Ya selalu b. Kadan-kadang c. Tidak pernah
29
82 4
12 2
6
2. Interprestasi pada masing-masing item a. Pada item no.1 tentang orang tua memberi contoh, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 30 satu anak atau mencapai 86%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 4 anak atau mencapai 11%, yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 1 anak atau mencapai 3%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya selalu, yaitu mencapai 16 anak atau 80% dari anak yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
b. Pada item no.2 tentang orang tua memberi contoh berbicara yang mulia, yang menjawab “A” (Ya, selalu) terdapat 30 anak atau 86 %, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 3 anak atau menjawab 9 % dan yang menjawab “C” 52
(tidak pernah) terdapat 2 anak atau mencapai 5% Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar menjawab ya selalu, yaitu mencapai 30 anak atau 86%, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori baik.
c. Pada item no.3 tentang orang tua memberikan contoh watak, yang menjawab “A” (selalu) terdapat 28 anak atau mencapai 80%, yang menjawab ”B” (kadang-kadang) terdapat 7 anak atau 20% dan yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 0 anak atau mencapai 0%
Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak
menyatakan bahwa kadang-kadang, yaitu mencapai 28 anak atau 80% dari anak yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
d. Pada item no.4 tentang orang tua memberikan contoh sikap dewasa menjawab “A” (selalu) terdapat 29 anak atau mencapai 82%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 4 anak atau mencapai 12% dan yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 anak atau mencapai 6%.
Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar
yang menjawab kadang-kadang yaitu mencapai 29 anak atau 82% dari anak yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
d. Pada item no.5 tentang orang tua membeerikan contoh watak yang arif, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 30 anak atau mencapai 80%, yang menjawab “B” (kadng-kadang) terdapat 4 anak atau 17% dan yang menjawab “C” (tidak pernah terdapat 1. anak atau mencapai 3%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa 53 sebagian besar anak menyatakan ya selalu, yaitu mencapai 30 anak atau 80% dari anak yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
f. Pada item no.6 tentang 0rang tua memberikan contoh perilaku yang bijaksana, yang menjawab “A” (selalu) terdapat 29 anak atau 82% yang menjawab “B” (kadangkadang) terdapat 4 anak atau mencapai 12% dan yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 anak atau mencapai 65. Dari hasil ini jelas sudah menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya, selalu, yaitu mencapai 29 anak atau 80% dari anak yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
g. Pada item no.7 tentang orang tua selalu memberikan contoh adil, yang menjawab “A” (ya,selalu) terdapat 29 anak atau mencapai 82%, yang menjawab “B” (kadangkadang) terdapat 4 anak atau mencapai 12% dan yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 anak atau mencapai 6%. Dari hasil ini jelas sudah menunjukkan bahwa yang menjawab kadang-kadang yaitu mencapai 29 anak atau 82% dari anak yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi
h. Pada item no.8 tentang orang tua selalu memberikan teladan dalam berperilaku, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 30 anak atau mencapai 85%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 3 anak atau mencapai 9% dan yang menjawab “C” (Tidak pernah) terdapat 2 anak atau mencapai 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya, selalu, yaitu mencapai 30 atau 85% dari anak yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi. 54
i.
Pada item no.9 tentang orang tua selalu memberikancontoh berbicara yang mulia, yang menjawab “A” (Ya, selalu) terdapat 30 anak atau mencapai 85%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 3 anak atau mencapai 12% dan yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 anak atau mencapai 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang menyatakan ya selalu, yaitu mencapai 30 anak, atau 85%, tegasnya hal ini dalam kategori tinggi.
j.
Pada item no. 10 tentang orang tua memberikan contoh cara menilai diri sendiri, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 29 anak atau mencapai 82%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 4 anak atau mencapai 12%, dan yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat21 anak atau mencapai 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya selalu, yaitu mencapai 29 anak atau 82% dari anak yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
3. Analisis presentasi melalui penyajian tabel Sikap tawadhu’. Pada penjelasan di atas penulis telah menyatakan bahwa untuk mendapatkan data dari variabel “dua”, penulis menggunakan 10 item angket. Setelah penelitian selesai dilaksanakan hasilnya direkapitulasi sebagaimana pada tabel berikut :
55 Tabel 4.2 Penyajian Hasil Angket Secara Kelompok Tentang sikap tawadhu’ anak pada guru
No 1
1
2
3
4
5
6
I
T
E
M
2 Apakah kamu selalu menghormati guru ketika kamu berada di sekolah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak tekun Apakah kamu selalu berbicara kepada guru dengan lemah lembut ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Apakah kamu selalu berusaha bersikap sederhana dalam kehidupan sehari-hari ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Apakah saudara selalu berusha bersikap sederhana di depan guru ketika di sekolah? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Apakah saudara selalu tidak bersikap kasar dengan guru ketika di sekolah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Apakah saudara selalu menunjukkan sikap menghormati guru di sekolah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
KATEGORI JAWABAN A B C 3 4 5
PERSEN TASE A B C 6 7 8
85
30 3
9 2
6
85
30 3
9 2
29
6
82 4
12 2
6
85
30 3
9 2
6
85
30 3
9 2
29
6
82 4
12 2
6
56
No 1 7
I
T
E
M
2 Apakah saudara selalu menghargai keputusan guru di sekolah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
KATEGORI JAWABAN A B C 3 4 5
PERSEN TASE A B C 6 7 8
30
86 3
9 2
8
Apakah saudara selalu menunjukkan perilaku yang sopan kepada guru di sekolah ? a. Ya selalu yakin b. Kadang –kadang yakin c. Tidak yakin benar 28
5
80 7
20 0
0
9
10
Apakah saudara selalu menunjukkan perilaku yang santun kepada guru ketika di sekolah ? a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
29
82 4
12 2
Apakah saudara selalu menunjukkan sikap selalu menghargai pendapat guru ketika di sekolah ? a. Belum puas b. Sudah puas c. Biasa-biasa 30
6
80 4
17 1
3
4. Interpretasi Dari Masing-masing Item. a. Pada item no. 1 tentang menghormati guru di sekolah, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 30 siswa atau mencapai 85%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 3 siswa atau mencapai 9%, yang menjawab “C” (tidak pernah) ada 2 siswa
atau mencapai 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan, ya selalu, yaitu mencapai 30 anak atau 85% dari siswa yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
57
b. Pada item no. 2, tentang berbicara dengan bahasa yanglemah lembut, yang menjawab “A” (ya, selalu), terdapat 30 siswa atau mencapai 85%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) ada 3 siswa, atau mencapai 9%, yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 siswa atau 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar menjawab ya selalu, ada 30 atau mencapai 85% dari siswa yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
c. Pada item no. 3, tentang bersikap sederhana, yang menjawab “A” (ya, selalu), terdapat 29 siswa atau mencapai 85%, yang menjawab “B” ( kadang-kadang) terdapat 3 siswa atau mencapai 9%, yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 siswa atau mencapai 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan bahwa ya selalu ada 30 anak atau mencapai 80 % dari siswa yang diteliti, tegasnya dalam hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
d. Pada item no. 4, tentang penampilan sederhana ketika di sekolah, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 30 siswa atau mencapai 85 %, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 3 siswa atau mencapai 9%, yang menjawab “C” (tidak
pernah) terdapat 2 siswa atau mencapai 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya, selalu yaitu ada 30 anak atau mencapai 85% dari siswa yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
58
e. Pada item no. 5, tentang tidak bersikap kasar, yang menjawab “A” (ya, selalu), terdapat 30 siswa atau mencapai 85%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 3 siswa atau mencapai 9%, yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 siswa atau 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya selalu, ada 30 atau mencapai 85% dari siswa yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam tinggi.
f. Pada item no. 6, tentang tidak bersikap kasar kepada guru, yang menjawab “A” (ya selalu), terdapat 29 siswa atau mencapai 82%, yang menjawab “B” ( kadangkadang) terdapat 4 siswa atau mencapai 12%, yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 siswa atau 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya selalu, ada 29 anak atau mencapai 82% dari siswa yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
g. Pada item no. 7, tentang menghormati kepada orang lain, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 30 siswa atau mencapai 85%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 3 siswa atau mencapai 9%, yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 siswa atau 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakanya selalu, ada 30 anak atau mencapai 85% dari siswa yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
59
h. Pada item no. 8, tentang menghormati kepada guru, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 28 siswa atau mencapai 80%, yang menjawab “B” (ya, kadangkadang) terdapat 7 siswa atau mencapai 20%, yang menjawab “C” (tidak pernahi) terdapat 0 siswa atau mencapai 0%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya selalu, ada 28 anak atau mencapai 80% dari siswa, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
i.
Pada item no. 9, tentang menghargai pendapat orang lain, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 29 siswa atau mencapai 82%, yang menjawab “B” (kadang-kadang) terdapat 4 siswa atau mencapai 12%, yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 2 siswa atau 6%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya selalu, ada 29 anak atau mencapai 82% dari siswa yang diteliti, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
j.
Pada item no. 10, tentang menghargai pendapat orang lain, yang menjawab “A” (ya, selalu) terdapat 30 siswa atau mencapai 85%, yang menjawab “B” (kadangkadang) terdapat 4 siswa atau mencapai 12%, yang menjawab “C” (tidak pernah) terdapat 1 siswa atau mencapai 3%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak menyatakan ya selalu, ada 30 anak atau mencapai 85% dari siswa, tegasnya hal ini tergolong dalam kategori tinggi.
60 B. Analisis lanjut Pada bagian ini penulis akan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik, dengan rumus chi kwadrat dengan harapan untuk mencari jawaban terhadap tujuan penelitian no. 3 dan sekaligus menguji hipotesis yang telah diajukan. : 1. Membuat tabel persiapan 2. Membuat tabel frekwensi yang diperoleh (Fo) 3. Membuat tabel frekwensi yang diharapkan (Fh) 4. Membuat tabel kerja chi kwadrat 5. Membuat kesimpulan Untuk itu penulis perlu menguraikan pengertian beberapa langkah tersebut di atas, dengan uraian sebagai berikut : Ad.1. Membuat tabel persiapan Tabel berikut ini sajikan data hasil penelitian, tentang variabel “satu” pengaruhnya terhadap variabel “dua”, seperti di bawah ini :
Tabel 4.3. Tabel Persiapan Pola didik orang
Sikap
tua
tawadhu’
No Nilai
Ni lai 4
Pola didik orang
Sikap
tua
tawadhu’
No
1
2
Nomi Nasi 3
Nomi nasi 5
Nilai 6
Nilai
7
Nomi nasi 8
9
Nomi Nasi 10
1
21
A
15
B
31
29
A
16
B
2
24
A
13
B
32
31
A
21
A
3
22
A
22
A
33
23
B
18
B
6 1
Pola didik orang
Sikap
tua
tawadhu’
No Nilai
Pola didik orang
Sikap
tua
tawadhu”
No
1 4
2 22
Nomi Nasi 3 A
Ni lai 4 21
Nomi nasi 5 A
Nilai 6 21
Nilai
7 21
Nomi nasi 8 A
9 21
Nomi Nasi 10 A
5
22
A
20
A
22
24
A
24
A
6
23
A
22
A
23
22
A
22
A
7
25
A
19
A
24
22
A
22
A
8
23
A
23
A
25
22
A
22
A
9
22
A
22
A
26
21
A
21
A
10
18
A
18
A
27
24
A
24
A
11
17
B
17
B
28
22
A
22
A
12
19
B
19
B
29
22
A
22
A
13
16
B
16
B
30
22
A
22
A
14
17
B
17
B
31
21
A
21
A
15
16
B
16
B
32
24
A
24
A
16
21
A
21
A
33
22
A
22
A
17
24
A
24
A
34
22
A
22
A
18
22
A
22
A
35
22
A
22
A
19
22
A
22
A
20
22
A
22
A
Berdasarkan hasil tabel tersebut, maka dapat diketahui variasi antara ke-dua variabel sebagai berikut : 1. untuk Pola didik orang tua ideal, dan sikap tawadhu’ ideal, terdapat 28 siswa 2. untuk Pola didik orang tua ideal , dan sikap tawadhu’ cukup, terdapat 0 siswa 3. untuk Pola didik orang tua ideal, dan sikap tawadhu’ kurang, terdapat 0 siswa 62
4. untuk Pola didik orang tua cukup, dan sikap tawadhu’ ideal, terdapat 0 siswa 5. untuk Pola didik orang tua cukup, dan sikap tawadhu’ cukup, terdapat 7 siswa 6. untuk Pola didik orang rua cukup, dan sikap tawadhu’ kurang, terdapat 0 siswa 7. untuk Pola didik orang tua kurang, dan sikap tawadhu’ ideal, terdapat 0 siswa 8. untuk Pola didik orang tua kurang, dan sikap tawadhu’ cukup, terdapat 0 siswa 9. untuk Pola didik orangtua kurang, dan sikap tawadhu’ kurang, terdapat 0 siswa
Ad.2. Membuat tabel Frekwensi yang diperoleh (Fo)
Berdasarkan hasil tabel di atas, beserta variasi dari kedua variabel, maka dapat dibuat tabel frekwensi yang diperoleh sebagai berikut : Tabel 4.4 Tabel Frekuensi yang diperoleh (Fo)
Sikap tawadhu’ Pola didik orang tua
Ideal
Cukup
Kurang
Total
1
2
3
4
5
A = Ideal
22.4
5,6
0
28
B = Cukup Ideal
5,6
1,4
0
7
C = Kurang Ideal
0
0
0
0
28
7
0
35
Jumlah
63
Ad.3. Membuat Tabel Frekuensi Yang Diharapkan (Fh) Untuk mendapatkan data pada tabel frekwensi yang diharapkan (Fh), digunakan rumus sebagai berikut : ( Nk ) x ( Ng ) Fh = ----------------N
Keterangan : Fh = Nk = Ng = N =
Frekwensi yang diharapkan Jumlah angka pada kolom Jumlah angka pada jalur/kolom Jumlah total sampel
Berdasarkan tabel yang diperoleh dan rumus Fh tersebut di atas, maka dapat diketahui data pada tabel frekwensi yang diharapkan sebagaimana terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Tabel Frekwensi yang diperoleh (Fh)
Sikap tawadhu’ Pola didik orang tua
Ideal
Cukup
Kurang
Total
1
2
3
4
5
A = Ideal
22,4
5,6
0
28
B = Cukup ideal
5,6
1,4
0
7
C = Kurang ideal
0
0
0
0
28
7
0
35
Jumlah
64
Ad.4. Membuat Tabel Kerja Chi Kwadrat Berdasarkan tabel frekwensi yang diperoleh (Fo) dan data pada tabel frekwensi yang di harapkan (Fh) maka dapat dibuat kerja chi kwadrat sebagaimana terlihat pada tabel beriku ini.
Tabel. 4.6 Tabel Kerja Chi Kwadrat Pola didik orang tua
Ideal
Jumlah
(Fo-
(Fo-Fh)2
dan Sikap tawadhu’
Fo
Fh
Fh)
Fh)2
Fh
1
2
3
4
5
6
: Ideal
28
22,4
5,6
31,36
1,4
: Cukup
0
5,6
5,6
31,36
5,6
: Kurang
0
0
0
0
0
28
28
-
-
116.64
: Ideal
0
5,6
5,6
31,36
5,6
: Cukup
7
1,4
5,6
31,36
22,4
: Kurang
0
0
0
0
0
7
7
-
-
5,6
Jumlah
Cukup
(Fo-
Rendah
: Ideal
0
0
0
0
0
: Cukup
0
0
0
0
0
: Kurang
0
0
0
0
0
0
0
-
-
0
35
35
-
-
35
Jumlah Total
65 Ad.5. Menghitung Koefisiensi Kotingensi Berdasarkan hasil tabel kerja chi kwadrat, diketahui hasil akhir secara total = 35 ini menunjukkan angka yang cukup ideal, untuk itu berikut penulis akan menghitung dengan KK, untuk mengetahui kelebihan nilai chi kwadrat. Rumus KK yang dimaksud adalah sebagai berikut :
X2 ----------------X2 + N
KK =
Keterangan : KK
= Koefisien kontingensi = Akar
X2
= Hasil akhir chi kwadrat
Dengan demikian dapat dianalisis sebagai berikut :
35 KK =
----------------------
35 =
--------------------
35 + 35
=
70
0,5
= 0,707
66
Setelah diketahui keterangan yang jelas hasil dari rumus koefisien konfigurasi, lalu memberikan interpretasi terhadap KK itu, harga KK terlebih dahulu diubah kedalam Phi (ø) dengan rumus :
KK 0,707 0,707 0 = ----------------- = ---------------------- = ---------------------1 + KK2 1 + ( 0,707 ) 2 1 + 1,499
0,707 0,707 = -------------------- = ------------------- = 0,577 1,499 1,224 Selanjutnya untuk mengetes signifikansi nilai Phi itu berasal dari perubahan terhadap : KK = 0,707, dikonsultasikan dengan nilai r product moment dengan N = 35, dalam signifikasi 5% diperoleh nilai r = Product Moment batas penolakan sebesar = 0,334, dan pada taraf signifikansi 1% diperoleh nilai r Product Moment sebesar 0,450. Dengan demikian ternyata nilai phi (0,577) berada di atas nilai r Product Moment batas penolakan (0,334) dan (0,430). Artinya nilai Phi bertanda meyakinkan adanya pengaruh positif antara pola didik orang tua terhadap sikap
tawadhu’ siswa di kelas V Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012.
Jadi hipotesis yang menyatakan terdapat adanya pengaruh pola didik orang tua terhadap sikap tawadhu’. Hal ini dapat diterima kebenarannya dengan sangat meyakinkan.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Setelah data yang dibutuhkan terkumpul dengan lengkap dan di analisis, baik itu dengan teknik prosentase frekwensi maupun teknik statistik untuk mencari jawaban dari tujuan masing-masing maka diketahui hasil akhir sebagai berikut : 1.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik prosentase frekwensi dari masingmasing variabel, diketahui hasil akhir : a. Bahwa pola didik orang tua, diketahui menurut hasil angket yang di kemukakan siswa, sebagian besar menyatakan pola didik orang tua ideal, karena dari 35 siswa yang diteliti, terdapat 29 siswa yang menyatakan ideal, mencapai 82%. Tegasnya pola didik orang tua dikategorikan ideal. b. Bahwa sikap tawadhu’ siswa pada guru, diketahui sebagian tergolong ideal, karena dari 35 siswa yang diteliti ada 30 siswa, mencapai 85%. Tegasnya sikap tawadhu’ siswa pada guru, dikategorikan ideal.
2. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik statistik, dengan rumus chi kuadrat, diketahui hasil akhir sebagai berikut :
a. Pada kategori ideal di peroleh hasil akhir atau nilai chi kuadrat empiris sebesar (35) dan setelah dikonsultasikan dengan tabel nilai chi kwadrat batas penolakan dengan harga d.b = 4, diperoleh angka batas penolakan untuk taraf signifikansi 5% dan 1% sebesar (9,888) dan (13,277). 67
68
Dengan demikian hipotesis pada kategori ini dapat diterima kebenarannya baik itu untuk taraf signifikansi 5% maupun 1%. b. Secara total diperoleh nilai chi kwadrat empiris sebesar (35) yang kemudian dihitung lagi dengan koefisien kontingensi diperoleh 0,707 hasil selanjutnya di interprestasi hasil KK dan di ubah ke dalam Phi (ø), diperoleh nilai nilai 0,577. Jadi besarnya pola didik orang tua, mempunyai pengaruh terhadap sikap tawadhu’ siswa pada guru, adalah 0,334. Setelah di konsultasikan dengan harga kritik r product moment diperoleh, untuk taraf kepercayaan 1% = 0,430 dan untuk taraf kepercayaan 5% = 0,334. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ternyata pola didik orang tua mempunyai pengaruh terhadap sikap tawadhu’ siswa pada guru pada taraf signifikan 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan : “Terdapat pengaruh positip antara pola didik orang tua terhadap sikap tawadhu’ siswa pada guru siswa pada Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012”, dapat diterima kebenarannya pada taraf signifikansi pada tarap 0,05.
B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas menunjukkan adanya pengaruh antara pola didik orang tua terhadap sikap tawadhu’ siswa pada guru pada Sekolah Dasar Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012. Namun perlu diketahui bahwa baik pola didik orang tua maupun sikap tawadhu’ siswa pada guru, sudah mencapai kategori ideal. 69 Untuk itu penetili menyampaikan beberapa saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada guru agar selalu berusaha untuk menambah ilmu pengetahuan secara umum, agar berilmu dan maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. 2. Bekalilah anak dengan ilmu pengetahuan yang ada pada guru agar mereka mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi di hari nanti, mampu berdiri sendiri. 3. Kepada masyarakat lingkungan sekolah, agar lebih aktif ikut serta dalam pendidikan selalu memberikan motivasi kepada anak, menurut keterampilan yang dimiliki. 4. Kepada para siswa/siswa, peneliti sarankan agar selalu rajin mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif seperti yang dicontohkan guru. C. Penutup Dengan mengucap Al-hamdulillah penulis sampaikan kepada Illahi Robbi yang telah memberikan nikmat, kekuatan, kesehatan, kemudahan dan lindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik yang tanpa suatu halangan yang berarti. Selanjutnya penulisan menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak kekurangannya, baik dalam penggunaan bahasa yang baku, maupun kata-kata yang sulit dipahami, penulis mengharap kritik dan saran bersifat membangun, agar sempurna. Atas parrtisipasinya dari semua pihak, penulis sampaikan terima kasih.
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, baik itu dalam bidang pengetahuan maupun pengalaman yang dapat kita jadikan sebagai bekal untuk hidup dimasa yang akan datang. Amin.
Daftar Riwayat Hidup
1. Nama
: SITI CHUMAIDAH
2. Tempat tgl. lahir
: Magelang, 07-07-1959
3. Agama
: Islam
4. Jenis Kelamin
: Perempuan
5. Alamat Rumah
: Kebonrejo Candimulyo Magelang
6. Alamat Tempat kerja
: SD Negeri, Giyanti, Candimulyo, Magelang
7. Telp / Hand phone
: 085 729 421 597
8. Pendidikan
: 1. SD/MI
tamat tahun
1972
2. PGAP
tamat tahun
1976
3. PGAA
tamat tahun
1980
4. D II
tamat tahun
1997
5. STAIN Salatiga
2012
9. Judul
: Hubungan Pola didik orang tua dengan sikap tawadhu’ siswa pada guru di SD Negeri Giyanti Candimulyo Magelang tahun 2012”
10. Pembimbing
: Drs. Djoko Sutopo. NIP. 150231366
Demikian Riwayat Hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
Magelang,
Siti Chumaidah 11 140 084
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 1999, Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. Departemen Agama RI, 1992, Al-quran dan Terjemahnya, Intermasa, Jakarta. Daradjat, Zakiah, Prof. Dr, 2000, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta. Djamaah, Syaiful Bahri, 2004, Pola Komunikasi Orang tua & anak dalam Keluarga sebuah prespetif Pendidikan Islam, Rineka Cipta, Jakarta. Hasyim, Umar, 1991, Anak Skaleh (cara mendidik anak dalam Islam), Bina Ilmu, Surabaya. Hadi, Sutrisno, M.A, Drs. Prof., 1987, Metodologi Research, Yasbit Fak. Psikoligi UGM. Yogyakarta. Ilyas, Yunahar, Drs, Lc, MA, 2001, Kuliah Akhlaq, LIPI (Pustaka Pelajar), Yogyakarta, Kartini, Kartono, 2004, Cara yang tepat mendidik anak secara Islami, Bumi Aksara, Jakarta. Marimba, Achmad D, 1981, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung. Muslich, Mansur, 2011, Pendidikan Karakter, Multidimensional, Bumi Aksara, Bandung.
Menjawab
Tantangan
Krisis
Musbikin, Imam, 2009, Mengapa ya anakku kok suka berbohong, Diva Press, Jogjakarta. Poerwadarminta, WJS, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta. Ridha, Akram, 2008, Rahasia Kelaurga Romantis, Ziyad, Surakarta. Shohib, Moh, Prof. DR, 2010, Pola Asuh Orang Tua dalam membantu anak mengembangkan disiplin diri, Rineka Cipta, Jakarta.