1
HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA Length – Weight Relationship and Gonado Somatic Index of Tembang Fish (Sardinella fimbriata) at Labu Beach Waterway Deli Serdang Regency North Sumatera 1)
Cherin Monalisa S, 2)Hasan Sitorus, 2)Ani Suryanti 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email:
[email protected]) 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT The objective of the research was to determine the growth and reproduction aspects based on relationship between of length weight and Gonad Maturity Index (IKG) of Fringescale Sardine (Sardinella fimbriata). The research had been conducted in Labu coastal water, Deli Serdang District of North Sumatera Province for 3 (three) months starting from November 2014 until January 2015. The result are expected to be a source of information that useful for fish resource management to gain the optimal and sustainable utilization.The number of fish samples was 270 fishes which consist of 119 female fishes and 151 male fishes. The result showed that the length range of female fishes was larger than male fishes. Female fish growth pattern was isometric, and male fish was negative allometric.Conditions factor and IKG of female fish was larger than male fish. The correlation of length weight with IKG of fish was strong. Keywords : Length Weight, IKG, Tembang Fish, Labu Coastal Waters. PENDAHULUAN Perairan Pantai Labu terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah estuari dengan zona transisi antara dua lingkungan perairan yakni air asin dari Selat Malaka dan air tawar dari beberapa sungai yang bermuara ke Pantai Labu. Daerah pesisir Pantai Labu merupakan daerah yang telah mengalami eksploitasi disebabkan kawasan Pantai Labu telah
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan berbagai aktivitas seperti pariwisata pantai, pertambakan, pemukiman, penangkapan ikan dan kerang. Menurut Ditjen Perikanan (2011), estimasi potensi sumberdaya ikan di Pantai Timur Sumatera Utara (Selat Malaka dan Laut Andaman) menurut hasil survei adalah 276.000 ton/tahun terdiri atas ikan pelagis besar 27.700 ton/tahun, ikan pelagis kecil
2
143.300 ton/tahun, ikan demersal 82.400 ton/tahun dan ikan karang konsumsi 5.000 ton/tahun. Salah satu potensi sumberdaya perikanan tangkap tersebut adalah ikan tembang (S. fimbriata). Ikan Tembang (S. fimbriata) adalah satu diantara beberapa ikan pelagis yang hidup di perairan pantai dan suka bergerombol pada area yang luas sehingga sering tertangkap bersama ikan pelagis lainnya. Ikan Tembang hidup pada kedalaman kurang dari 100 m. Ikan tembang merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga dijadikan sebagai salah satu komoditas perikanan tangkap di Perairan Pantai Labu dan sumber bahan pangan berprotein tinggi. Pada umumnya proses reproduksi ikan dapat dibagi dalam tiga periode yaitu prapemijahan, periode pemijahan, periode pasca pemijahan. Dengan mengetahui hubungan panjang bobot dan indeks kematangan gonad dapat memberikan informasi mengenai rasio kelamin, indeks kematangan gonad dan hubungan panjang bobot dengan indeks kematangan gonad dari ikan Tembang.
METODE PENELITIAN Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan Bulan Januari 2015 di Perairan Pantai Labu, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Identifikasi sampel akan dilakukan di Laboratorium
Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah jaring insang dengan ukuran mata jaring 1,5 inchi dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 2 m, penggaris, cool box, timbangan analitik, kertas millimeter, botol sampel, satu set alat bedah, camera, alat tulis, Secchi disk, termometer, refraktometer dan pH meter. Bahan yang digunakan adalah ikan Tembang (Sardinella fimbriata), es, alkohol 70%, plastik dan kertas label. Prosedur Penelitian Deskripsi Stasiun Penelitian Penentuan stasiun pengambilan sampel air dan ikan disesuaikan dengan lokasi tangkapan nelayan Pantai Labu sebagai berikut. Stasiun I
: Berada di Pantai Labu yang berjarak 5 km dari stasiun III dan terletak pada koordinat 3°40'59.81" LU dan 98°54'54.27" BT. Stasiun II : Berada di PantaiLabu yang berjarak 3km dari stasiun I dan terletak pada koordinat 3°41'7.72" LU dan 98°54'20.66" BT. Stasiun III : Berada di daerah ujung muara Pantai Labu dan terletak pada koordinat 3°40'42.63 LU dan 98°54'29.5" BT.
3
Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali dengan selang waktu dua minggu sekali. Ikan contoh diambil secara acak, yaitu pengambilan seluruh ikan sebanyak tiga kali ulangan dan ikan contoh diperoleh dari tiga nelayan yang menangkap di Perairan Pantai Labu yang menggunakan alat tangkap jaring insang dengan ukuran mata jaring 1,5 inchi dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 2 m. Sampel ikan yang ditangkap dimasukkan ke dalam coolbox yang telah berisi es kemudian diukur panjang total (mm) dan ditimbang bobotnya (g) serta dibedakan jenis kelaminnya. Pengukuran Sampel Ikan di Laboratorium Ikan tembang yang diperoleh diukur panjang dan bobotnya terlebih dahulu serta diberi label dan nomor urut pengambilan sampel. Kemudian ikan dibedah dimulai dari bagian anus menuju bagian dorsal di bawah linea lateralis sampai ke belakang operkulum, kemudian ke arah ventral hingga ke dasar perut dengan menggunakan alat set bedah untuk mengambil gonadnya dan menentukan jenis kelamin serta tingkat kematangan gonadnya. Gonad kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik (ketelitian 0,001 g), di ukur volumenya dan diawetkan menggunakan alkohol 70%. Gonad diperoleh kemudian dibandingkan dengan bobot ikan awal untuk menentukan IKG (Indeks Kematangan Gonad).
Pengukuran Kualitas Air Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan pada setiap stasiun selama penelitian. Parameter yang diukur yaitu suhu, kecerahan, salinitas, pH dan DO. Analisis Data Secara umum, hubungan panjang bobot ikan hampir mengikuti hukum kubik, yaitu bahwa bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada setiap jenis ikan sebenarnya berbedabeda karena bentuk panjang ikan yang berbeda. Menurut Effendi (1979), hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan rumus :
W = aLb Keterangan : W = bobot (gram), L = panjang (mm), a dan b = konstanta.
Faktor Kondisi Faktor kondisi (Ponderal Index) menurut Effendie (2002) dianalisis dengan menggunakan rumus berikut. W PI = L 3 × 105 Keterangan: W = Bobot rata-rata ikan yang sebenarnya yang terdapat dalam suatu kelas. L = Panjang rata-rata ikan yang sebenarnya dalam suatu kelas.
4
Rasio Kelamin Dalam menentukan rasio kelamin dihitung melalui perbandingan jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina dengan rumus : M Rasio Kelamin = , F Keterangan : M = jumlah ikan jantan, F = jumlah ikan betina. Selanjutnya untuk menguji keseimbangan rasio kelamin digunakan rumus menurut Walpole (1992) sebagai berikut :
frekuensi ikan jantan ditambah frekuensi ikan betina. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Tingkat Kematangan Gonad diamati secara morfologis dengan memperhatikan warna, bentuk, ukuran panjang dan bobot, perkembangan isi gonad. Gonad dipisahkan antara gonad jantan dan gonad betina, setelah itugonad diamati secara morfologis yang mengacu kepada Effendi (1979).
Keterangan : X2 = Chi Square (nilai peubah acak X2 yang sebaran penarikan contohnyamendekati Chi kuadrat). oi = Frekuensi ikan jantan atau betina ke - i yang diamati. ei = Jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan ikan betina yang
Indeks Kematangan Gonad (IKG) Menghitung Indeks Kematangan Gonad (IKG) dapat dilakukan pengukuran bobot gonad dan bobot total tubuh menurut Effendi (1979) dengan rumus : Bg IKG = ×100% BT Keterangan : IKG = indeks kematangan gonad BG = bobot gonad (gram) BT = bobot tubuh (gram)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Air Perairan Pantai Labu Hasil pengukuran parameter kualitas air di perairan Pantai Labu memiliki nilai yang bervariasi pada setiap stasiun, tetapi tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antar masing-masing stasiun. Hasil parameter kualitas air di Pantai Labu dapat dilihat pada Tabel 1.
2
X =
oi −ei 2 ∑ni=1 ei
Tabel 1.Kisaran Nilai Parameter Kualitas Air Perairan Pantai Labu Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 o C 28 29 Suhu ppt 35 33 Salinitas cm 120 110 Kecerahan 8,2 8,2 pH mg/l 6,4 6,1 DO
Stasiun 3 29,4 28 100 7,8 5,6
5
Hasil pengukuran suhu pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa suhu diperairan Pantai Labu berkisar antara 28 ºC – 29,4 ºC masih tergolong aman bagi kehidupan biota termasuk ikan. Hal ini sesuai dengan baku mutu air laut termasuk pada ikan Tembang. Menurut pernyataan Romimohtarto dan Juwana (2007), pada perairan tropis nusantara perbedaan/variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak besar, suhu permukaan laut berkisar antara 27 °C – 32 °C. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Mahrus, (1996) bahwa ikan Sardinella sp. hidup normal pada perairan dengan suhu 26 – 29 ºC. Hasil pengukuran salinitas pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa salinitas di perairan Pantai Labu berkisar antara 28 – 35 ppt masih tergolong aman bagi kehidupan biota termasuk ikan. Hal ini sesuai dengan baku mutu air laut termasuk pada ikan Tembang. Menurut pernyataan Nybakken (1988) perairan pantai memiliki kisaran salinitas > 34,5 ppt. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Bintoro (2005) bahwa salinitas di perairan Selat Madura berkisar 31 ppt – 34,5 ppt. Hasil pengukuran kecerahan pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa kecerahan di perairan Pantai Labu berkisar antara 100 cm – 120 cm yang Panjang Bobot Ikan Jumlah ikan Tembang yang diperoleh selama penelitian sebanyak 270 ekor, yang terdiri dari 119 ekor ikan betina dan 151 ekor ikan jantan.
tidak normal bagi perairan laut. Hal ini sesuai dengan baku mutu air laut termasuk pada ikan Tembang. Menurut pernyataan Riyadi, dkk (2005) bahwa kecerahan yang baik untuk biota laut adalah >500 cm. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Affan (2010) bahwa kecerahan di perairan Pantai Timur berada pada 4,611 m. Hasil pengukuran pH pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa pH di perairan Pantai Labu berkisar 7,8 – 8,2 masih mendukung bagi kelangsungan hidup biota laut. MenurutNybakken (1988), di lingkungan laut pH relatif stabil dan biasanya berada dalam kisaran antara 7,5 – 8,4. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Sitorus (2008) bahwa pH di perairan Pantai Labu berkisar 7,2 ‒ 8,1. Nilai Oksigen terlarut (DO) perairan yang diperoleh selama penelitian berkisar 5,6 mg/l – 6,4 mg/l masih mendukung bagi ikan termasuk ikan Tembang. Menurut Sutamiharja (1978) kadar oksigen terlarut di permukaan laut yang normal berkisar 5,7 – 8,5 ppm. Hasil penelitian sesuai dengan dilaporkan oleh Nasution, (2009) bahwa kadar oksigen terlarut di Selat Malaka berkisar antara 3,26 – 3,98 ppm.
Setiap bulan penangkapan terdiri dari 90 ekor ikan yang dapat dilihat pada Tabel 2.222222222222222222222222
6
Tabel 2. Hasil Penangkapan Ikan Tembang (S. fimbriata) Bulan N
Betina Panjang (cm) Bobot (g)
N
Jantan Panjang (cm) Bobot (g)
N
Gabungan Panjang (cm) Bobot (g)
November
51
14.5- 19.5
30.51 - 68.76
39
15 - 18
31.96 - 54.43
90
14.5 - 19.5
30.51 - 68.76
Desember
40
15.5 - 17
30.35 - 49.57
50
15.5 - 17
32.00 - 47.96
90
15 – 17
30.35 - 49.57
Januari
28
14 - 18.2
25.83 - 50.99
62
15 - 17.4
28.74 –50.62
90
14 - 18.2
25.83 -50.99
Jumlah
119
Rataan
151 16.30
41.52
270 16.20
39.97
16.30
40.65
Panjang dan bobot ikan Tembang pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa kelompok ukuran panjang ikan jantan dan betina ikan Tembang 15,5 cm- 16,5 cm adalah 50 dan 71 ekor (Gambar 4). Pada kelompok ukuran bobot paling banyak adalah berkisar 36 g - 42 g pada ikan jantan dan betina adalah 58 ekor dan 46 ekor. Hal ini sesuai dengan ukuran tangkapan yang layak tangkap di laut dengan ukuran dan bobot yang bervariasi. Menurut Peristiwady diacu Syakilla (2006) perbedaan ukuran panjang total ikan dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti perbedaan lokasi pengambilan ikan contoh,
keterwakilan ikan contoh yang diambil dan tekanan penangkapan yang tinggi terhadap ikan dan karena adanya faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilaporkan Robiyanto (2006), jumlah ikan Tembang yang tertangkap di perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur sebaran ukuran panjang ikan Tembang yang tertangkap antara 70 mm ‒ 157 mm. Hasil Penelitian ini juga sesuai dengan dilaporkan Sari (2013) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur bahwa jumlah tangkapan ikan Tembang sebanyak 765 ekor dengan panjang berkisar 80 mm – 189 mm.
Hubungan Panjang − Bobot Ikan Tembang Hubungan panjang bobot ikan Tembang menghasilkan model pertumbuhan dan kurva hubungan panjang bobot dengan nilai koefisien determinasi (R2) 0,515 untuk ikan
jantan dan 0,802 untuk ikan betina. Nilai b untuk ikan jantan dan betina masing-masing 2,193 dan 3,082. Grafik hubungan panjang berat ikan Tembang dapat dilihat pada Gambar 1.
7
Gambar 1.Grafik Hubungan Panjang Bobot Ikan Tembang Jantan Dan Betina Hasil hubungan panjang bobot pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa nilai b ikan Tembang jantan 2,193 termasuk allometrik negatif dan ikan betina 3,082 termasuk isometrik. Hal ini sesuai dengan pertambahan panjang dan bobot. Menurut Effendi (2002), pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam umumnya sulit dikontrol yang meliputi keturunan, sex dan umur. Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan ikan Faktor Kondisi Nilai faktor kondisi tertinggi ikan Tembang yang didapat selama penelitian berdasarkan kurva panjang ‒
adalah ketersediaan makanan dan suhu perairan serta parasit dan penyakit. Hasil penelitian ini sesuai dengan dilaporkan Syakilla (2009) di Teluk Pelabuhan Ratu didapatkan pola pertumbuhan ikan jantan dan betina bersifat isometrik (b = 2,99). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan dilaporkan oleh Robiyanto (2006), di perairan Ujung Pangkah Jawa Timur diperoleh pola pertumbuhan Ikan Tembang jantan dan betina bersifat allometrik negatif (b = 2,6).kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk bobot memiliki rata-rata 1,0197 − 1,0593 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Kisaran Panjang bobot dan Faktor Kondisi Ikan Tembang (S .fimbriata) berdasarkan Jenis Kelamin Faktor Kondisi
Jenis Kelamin
Kisaran Panjang Total (cm)
Kisaran Bobot Tubuh (g)
Kisaran
Rata-rata
Betina
14 – 19,5
25,83 – 68,76
1,0666 – 1,0919
1,0593
Jantan
15 – 18
28,74 – 54,43
0,9740 – 1,0641
1,0197
Rata-rata faktor kondisi ikan Tembang pada Tabel 3
memperlihatkan berkisar antara 1,01 − 1,05 dan tergolong kurang pipih.
8
Menurut Effendie (2002), jika harga K berkisar antara 1−3 maka ikan tersebut memiliki badan yang kurang pipih. Hasil penelitian ini sesuai dengan dilaporkan oleh Wudianto dkk (2012) Aspek Reproduksi Ikan Tembang Rasio Kelamin Rasio kelamin ikan Tembang bervariasi secara keseluruhan terdiri dari 119 ekor ikan betina dan 151 ekor ikan jantan. Jumlah jenis kelamin ikan
mengenai ikan Sardinella sp.di Selat Bali didapatkan nilai faktor kondisi ikan tertinggi sebesar 1,28.
jantan lebih dominan dibandingkan ikan betina baik dalam semua TKG yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 2. Rasio Kelamin Ikan Tembang Hasil rasio kelamin pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa rasio kelamin ikan jantan dengan ikan betina secara keseluruhan adalah 1 : 1,27 atau ikan betina 44,07% dan 55,62% ikan jantan. Hal ini tidak sesuai dengan rasio kelamin yang mengikuti perbandingan 1 : 1. Menurut Nikolsky (1963) bahwa perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama musim pemijahan. Penelitian ini sesuai dengan dilaporkan oleh
Shelvinawati (2012), di PPP Labuan Banten rasio kelamin ikan Tembang yang diperoleh dari bulan Maret – Oktober berbeda-beda setiap bulannya dengan jumlah persentase keseluruhan 37% ikan jantan dan 63% ikan betina. Hasil ini juga sesuai dengan dilaporkan oleh Baginda (2006) yang mendapatkan rasio kelamin ikan Tembang di Perairan Ujung Pangkah dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 1,4.
9
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Persentase Tingkat kematangan gonad ikan Tembang mulai dari TKG I – TKG V bervariasi setiap waktu dengan jumlah ikan matang
gonad tertinggi terdapat pada bulan November yang dapat dilihat Pada Tabel.
Tabel 4. Persentase Komposisi Ikan Tembang (S. fimbriata) Jantan dan Betina berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad Jantan Betina Bulan TKG Frekuensi N Frekuensi (%) N (%) I 2 1.31 1 0.84 II 18 11.84 14 11.86 November III 14 9.21 10 8.47 IV 4 2.63 23 19.49 V 1 1.97 3 2.54 I 5 3.28 1 0.84 II 31 20.39 19 15.25 Desember III 12 7.89 15 12.71 IV 2 1.31 5 4.23 V 0 0 0 I 1 0.65 3 2.54 II 21 13.81 15 12.71 Januari III 34 22.36 8 6.77 IV 6 3.94 2 1.69 V 0 0 0 0 151 100 119 100 Jumlah Hasil pada Tabel 4 memperlihatkan jumlah tingkat kematangan gonad ikan Tembang tiap bulannya bervariasi dan yang paling dominan didapat TKG II sebanyak 117 ekor dan paling rendah TKG V sebanyak 6 ekor. Hal ini sesuai dengan nilai tingkat kematangan gonad pada bulan November yang meningkat dan menurun pada bulan Desember dan Januari. Sehingga berlangsungnya musim pemijahan berlangsung pada
bulan November. Ikan yang sudah mencapai TKG III dan IV merupakan indikator adanya ikan yang memijah pada perairan tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan dilaporkan oleh Prasetyo, (2006) bahwa musim pemijahan ikan Tembang di Perairan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik, Jawa Timur berlangsung pada bulan Agustus dan September.
10
Indeks Kematangan Gonad (IKG) Kisaran nilai indeks kematangan gonad (IKG) ikan Tembang berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) diperoleh nilai IKG tertinggi yaitu pada TKG IV untuk ikan betina dengan kisaran 6,749% – 9,994% dengan nilai rataan
7,912% dengan Standar Deviasi sebesar 3,409 dan nilai IKG terendah yaitu pada TKG I untuk ikan betina dengan kisaran 0,459% – 1,198% dengan nilai Standar Deviasi sebesar 0,886 yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) Ikan Tembang Betina berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad (TKG). IKG Betina TKG Standar Deviasi Kisaran (%) Rataan N I 0,459 ‒ 1,158 0,886 5 0,388 II 1,806 – 4,644 3,240 39 0,706 III 3,391– 6,931 4,565 33 2,509 IV 6,749 – 9,994 7,912 30 3,409 V 1,089 – 4,194 2,203 5 0,099 119 7,111 Jumlah Tabel 6. Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) Ikan Tembang Jantan berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad (TKG). TKG IKG Jantan Standar Deviasi Kisaran (%) Rataan N I 0,386 – 2,092 1,477 8 0,050 II 1,551 – 3,097 2,617 70 0,476 III 2,903 – 4,947 3,788 60 0,594 IV 3,766 – 5,716 4,704 12 5,889 V 1,261 1,261 1 151 6,979 Jumlah Berdasarkan Tabel 5 dan 6 nilai kisaran IKG ikan betina tertinggi yaitu pada TKG IV untuk dengan kisaran 6,749 – 9,994 % dengan nilai rataan 7.912 %. Untuk ikan jantan IKG tertinggi pada TKG IV dengan kisaran 3.766 −5.716% IKG terendah ikan jantan yaitu pada TKG II untuk dengan kisaran 0.386 – 2,092% dan pada ikan betina IKG terendah 0.459 – 1,198%.
Nilai IKG betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. Hal ini sesuai dengan Tang dan Affandi (2001) bahwa indeks kematangan gonad betina lebih tinggi dibandingkan ikan jantan disebabkan pertambahan gonad ikan betina berkisar antara 10% ‒ 25% dari bobot tubuhnya, sedangkan gonad jantan berkisar 10%− 15% atau 5% − 10% dari bobot
11
tubuhnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan dilaporkan oleh Tampubolon (2002) memperoleh nilai IKG ikan S.longiceps di Teluk Sibolga jantan 3,51% dan betina 4,35%. Hasil penelitian ini sesuai dengan dilaporkan oleh Adisti (2010), nilai IKG ikan S.maderensis di Teluk Jakarta ikan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Ikan Tembang di perairan pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ikan Tembang jantan mempunyai pola pertumbuhan allometrik negatif dan ikan betina menunjukkan pola pertumbuhan isometrik. Faktor kondisi ikan tembang betina lebih besar dibandingkan ikan jantan dan tergolong kurang pipih. Rasio kelamin ikan tembang betina dan jantan yang tertangkap setiap
jantan dan betina berkisar 0,86 − 11,2% dan 1,03 − 15,2%. Penelitian ini juga sesuai dengan dilaporkan oleh Prasetyo (2008), bahwa nilai Indeks Kematangan Gonad ikan Tembang jantan dan betina berkisar 1,05% − 1,87% dan 0,80% − 2,30%.
bulannya tidak seimbang. Puncak pemijahan ikan Tembang terjadi pada bulan November. 2. Indeks Kematangan Gonad ikan Tembang betina lebih besar dari ikan tembang jantan. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai aspek pertumbuhan dan biologi reproduksi Ikan Tembang dengan jangka waktu yang lebih lama (satu tahun) agar dapat mengetahui pertumbuhan, musim pemijahan dan puncak pemijahan ikan tembang di Perairan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA Adisti.
2010. Kajian Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838) di Perairan Teluk Jakarta Yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Affan, J. M. 2010. Analisis Potensi Sumberdaya Laut dan Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia di Pantai Timur Kabupaten Bangka Tengah. Jurnal Spektra. 10 (1) : 99 – 115. Bintoro, G. 2005. Pemanfaatan Berkelanjutan Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella fimbriataVallenciennes 1847) di Selat Madura Jawa Timur.
12
[Skripsi]. Indonesia. Dirjen
Universitas
Perikanan. 2011. Statistik Perikanan Indonesia (Produksi Perikanan Laut). Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan.Yayasan Dewi Sri.Bogor.
Nybakken, 1988. Marine Biology:An Ecology Approachs. PT Gramedia. Jakarta Prasetyo, B. 2006. Studi Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik Jawa Timur. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Riyadi,
Effendi, M. I. 2002. Perikanan.Yayasan Nusantara. Bogor.
Biologi Pustaka
Lubis, R. S. 2013. Potensi Tingkat Pemanfaatan, dan Keberlanjutan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat Malaka, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Jurnal. USU Press. Medan. Mahrus, 1996. Studi Tentang Reproduksi Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Perairan Selat Alas Nusa Tenggara Barat. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Nasution, A. 2009. Analisis Ekologi Ikan Kurau, Eleutheronema tetradactylum (Shaw,1804) pada Perairan Laut Bengkalis Propinsi Riau. Tesis. Universitas Indonesia. Nikolsky, G. V. 1963.The Ecology of Fishes. Academic Press. New York.
A., L. Widodo dan K. Wibowo. 2005. Kajian Kualitas Perairan Laut Kota Semarang dan Kelayakannya Untuk Budidaya Laut.Teknik Lingkungan P3TL – BPPT 6 (3): 497 – 501.
Robiyanto, M. 2006. Kebiasaan Makanan Ikan Tembang (Clupea fimbriata) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sari,A. P. 2013. Aspek Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) di Perairan Teluk Banten. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Shelvinawati, R. 2012. Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valienciennes 1847) Yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglag, Banten. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
13
Sitorus, D. 2008. Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia Serta Kaitannya dengan Faktor FisikKimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.[Tesis]. Universitas Sumatera Utara. Sutamihardja, R. T. M. 1978. Kualitas dan Pencemaran Lingkungan. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Syakilla, S. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Teluk Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Tampubolon, R V. 2012. Aspek Biologi Reproduksi dan Pertumbuhan Ikan Lemuru (Sardinnella longiceps C.V.) di Perairan Teluk Sibolga. Jurnal Iktiologi Indonesia. 2 (1) : 1 – 7. Walpole. R. E. 1990. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh B. Sumantri. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wudianto dkk, 2012. Biologi Reproduksi dan Musim Pemijahan Ikan Lemuru (Sardinellalemuru Bleeker 1853) di Perairan Selat Bali. Jurnal Pusat Penelitian dan Konservasi Sumberdaya Ikan. 5 (1): 49-57.