Hubungan dan Pengaruh Penyesuaian Sosio Budaya Keatas Kualiti Hidup Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia Muhammad Iqbal Pelajar Doktor Falsafah Pusat Pengajian Psikologi dan Pembangunan Manusia Universiti Kebangsaan Malaysia Prof.Madya.Arifin Hj Zainal Pusat Pengajian Psikologi dan Pembangunan Manusia Universiti Kebangsaan Malaysia
Malaysia saat ini merupakan salah satu tujuan utama pekerja asing dalam memperoleh pekerjaan. Salah satu isu yang ramai diperbincangkan adalah mengenai kualiti hidup pekerja asing yang serinag terabaikan khususnya yang berasal dari Indonesia. Pekerja Asing dari Indonesia yang dikenal dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bekerja pada perlbagai sektor pekerjaan, seperti pekerja kilang, bangunan, ladang, jasa dan pembantu rumah. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh penyesuaian sosio budaya keatas kualiti hidup TKI di Malaysia. Kajian ini melibatkan 425 TKI yang bekerja pada sektor formal Kilang, Bangunan dan Perkhidtmatan/jasa yang berada di Selangor dan Kuala Lumpur. Pemboleh Ubah terikatnya adalah kualiti hidup dengan menggunakan soal selidik yang dibina World Health Organization (WHO) tahun 2003, dan pemboleh ubah bebas yang digunakan adalah Penyesuaian Sosio Budaya (Black and Stephen 1989). Data analisis menggunakan SPSS Chi Square dan regresi mudah. Hasil kajian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan dan positif diantara penyesuaian sosio budaya dan kualiti hidup ( p = .000 ; p < 0.05). Keputusan ini juga menunjukan bahawa penyesuaian sosio budaya memberi pengaruh secara signifikan (p < 0.001) kepada kualiti hidup sebesar (8,7 %) Penemuan kajian ini mengesahkan pentingnya penyesuaian sosio budaya dalam meningkatkan kualiti hidup tenga kerja Indonesia di Malaysia.
LATAR BELAKANG KAJIAN Malaysia saat ini merupakan salah satu negara pengguna pekerja asing terbesar di Asia mencapai 3 juta orang. Pekerja asing yang bekerja di Malaysia datang dari berbagai Negara seperti Myanmar, Vietnam, Bangladesh, Pilipina dan negeri jiran Indonesia. Mereka dipekerjakan pada pelbagai sector mulai dari pembantu rumah, pekerja lading, pekerja bangunan, pekerja jasa
hingga pekerja kilang. Malaysia merupakan Negara yang sedang berkembang dan giat melaksanakan pembangunan dalam pelbagai bidang kehidupan, sehingga memerlukan modal insane yang boleh meningkatkan produktifi dan menggeliatkan perekonomian. Mendatangkan pekerja asing merupakan pilihan yang keperluan tentunya menguntungkan dari segi ekonomi, karena pekerja asing pada level bawah tentunya dapat dibayar dengan murah berbanding pekerja tempaan dan negarapun mendapatkan keuntungan dari levi yang mereka bayarkan melalui izin tinggal.
Menurut data imigresen Malaysia diperkirakan ada sekitar 2 juta rakyat Indonesia yang bekerja di Malaysia, 1,2 juta adalah TKI yang bekerja secara legal dan sisanya bekerja sebagai ilegal. TKI merupakan pekerja yang paling ramai digunakan oleh majikan di Malaysia, selain faktor kedekatan geografis, kesamaan bahasa (serumpun), TKI dikenal juga sebagai pekerja yang kuat dan bersungguh-sungguh, sehingga berbanding dengan pekerja dari negara lain, TKI lebih banyak diminati khususnya pada pekerjaan yang dikenal dengan 3 D (Dirty, Dangerous and Difficult).
Data Statistik jabatan Imigresen Malaysia menunjukan bahwa semakin hari kemasukan pekerja asing khususnya TKI bertambah banyak. TKI di Malaysia bekerja di pelbagai sektor pekerjaan baik formal (Pekerja Kilang, Perkhidmatan, Pembinaan dan Perladangan) maupun informal (Penata
SEKTOR Formal
Informal
Data TKI Di Wilayah Malaysia Tahun 2008 JENIS PEKERJAAN 31/12/2009 Kontruksi 203.337 Perladangan 274.978 Kilang/Pabrik 192.814 Jasa/Service 40.467 Pertanian 104.460 PLRT (Penata Laksana Rumah Tangga) 269.602 JUMLAH 1,085,658
% 18.72% 25.32% 17.76% 3.72% 9.62% 24.83% 100 %
Sumber : Bidang Ketenagakerjaan KBRI Kuala Lumpur
PERMASALAHAN KAJIAN
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) kualitas hidup TKI secara umum memprihatinkan. Ini karena banyak kasus yang menimpa TKI, seperti kekerasan, penipuan, dan tidak dibayar gaji. Menurut ILO ada beberapa permasalahan yang menyebabkan buruknya kualitas hidup TKI. : Pertama, wujudnya pengekangan atau pengurungan (social isolation), khususnya kepada TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan penjaga toko sehingga menyebabkan mereka merasa kesepian. Kedua, penahanan paspor atau dokumen imigrasi serta ancaman untuk melaporkan kepada pihak polisi apabila mereka melawan majikan.
Ketiga, biaya pengambilan pekerja yang diberikan kepada sponsor atau agen di potong dari gaji TKI. Keempat, menahan gaji TKI dan atau memindahkan gajinya kepada penyalur atau agen tanpa izin atau pengetahuan TKI tersebut. Kebanyakan dari mereka tidak dibayar selama dua,bahkan tiga tahun. Kelima, wujudnya kekerasan secara fisik, gangguan seksual, dan perkosaan, penyiksaan secara psikologi, dan tindakan kejam lainnya. Keenam, jam kerja yang terlalu panjang, beban kerja yang terlampau berat, tidak mendapat makanan dan istirahat yang cukup serta keadaan kerja yang tidak layak. Keenam adalah jam kerja yang terlalu panjang,
beban kerja yang terlampau berat, tidak mendapat makanan dan istirahat yang cukup serta keadaan kerja yang tidak layak.
Kualiti Hidup saat ini menjadi salah satu yang sangat penting untuk dikaji, karena berhubung kait dengan hak azasi manusia, terutama kualitas kehidupan seorang pekerja. Termasuk dengan kualiti hidup bagi pekerja asing di Malaysia yang saat ini menjadi isu antarbangsa. Kes-kes penderaan terhadap TKI yang terjadi selama ini seolah-olah telah menggambarkan bahawa kualitas kehidupan TKI sangat rendah dan mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi oleh majikan.
Menurut data bidang Ketenagakerjaan KBRI Kuala Lumpur yang mengurusi kebajikan TKI di Malaysia setiap hari ada saja kes yang dialami oleh TKI, dan setiap tahunya banyak kes yang dilaporkan oleh pekerja formal berkaitan dengan kurang layaknya situasi kerja yang mereka alami.
Pada tahun 2008, jumlah kes pekerja formal lebih banyak berbanding kes pekerja
informal. Pekerja formal terdapat 931 kes (55,53%) dan pekerja informal 744 kes (44,41%). Jenis kasus yang dialami oleh para TKI tersebut pada umumnya adalah : Kasus TKI sektor formal : Gaji tidak dibayar/tertunggak, Fasilitas/prasarana tidak memadai, Gaji tidak sesuai informasi yang diterima di Indonesia. Masalah Keimigrasian , TKI dipekerjakan tidak sesuai dengan perjanjian penempatan kerja, kecelakaan kerja, suasana kerja yang tidak aman serta konflik antara pekerja dengan majikan berhubung dengan hak-hak pekerja. Kasus TKI sektor informal : Gaji tidak dibayar, Penyiksaan/penderaan, Majikan kasar/tidak betah bekerja, Pelecehan seksual, mangsa Penipuan agensi, diterlantarkan oleh Majikan, Kerja Terlalu Berat, Unfit , Mangsa perdagangan manusia.
Faktor –faktor penyebab kualiti hidup TKI di Malaysia perlu dikenal pasti, ada beberapa persoalan menyangkut kualiti hidup TKI.
Kualiti Hidup pekerja asing khususnya TKI di Malaysia sering di abaikan sehingga menyebabkan hubungan yang kurang harmonis antara pekerja dan majikan
Selama ini masyarakat dan NGO selalu melihat permasalahan Kualiti Hidup TKI dari aspek sosiologi dan hukum, lalu bagaimana dengan Individu TKI itu sendiri secara psikologikal
Belum adanya perhatian para ahli psikologi dalam membantu menyelesaikan permasalahan TKI dari sudut pandang psikologi
TKI juga manusia yang memiliki keinginan dan perlakuan yang manusiawi karena kehadiran TKI di Malaysia adalah sama-sama menguntungkan, baik kepada majikan, TKI itu sendiri dan bahkan negara karena mendapat pajak (Levy) dari TKI
TKI bekerja pada sektor 3 D (Dirty, Dangerous and Difficult) sehingga kualiti hidup TKI bermasalah.
Kemampuan menyesuaikan diri sangat penting bagi TKI karena TKI bekerja di luar negara dan harus bisa menyesuaiakan diri dengan persekitaran kerjanya.
Personaliti TKI juga perlu dilihat karena akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam bekerja.
Daya tindak sangat diperlukan karena banyaknya permasalahan yang dihadapi TKI.
TUJUAN KAJIAN
Berdasarkan permasalahan kajian seperti yang dihuraikan diatas, secara terperincinya terdapat beberapa alasan kenapa kajian ini penting dilakukan. Tujuan-tujuan tersebut adalah :
i.
Mengenalpasti tahap kualiti hidup dan tahap kemampuan penyesuaian sosio budaya di kalangan TKI di Malaysia
ii.
Mengenal pasti hubungan dan pengaruh penyesuaian sosio budaya keatas kualiti hidup TKI
DEFINISI OPERATIONAL Kualiti Hidup Kualti hidup menurut Badan Kesihatan Dunia (WHO) pada tahun 1993 telah mendifinisikan kualiti hidup sebagai persepsi individu-individu tentang kedudukan mereka dalam kehidupan dalam konteks kebudayaan dan system nilai dalam mana mereka hidup serta berkaitan dengan matlamat, harapan, pawaian dan jangkaan mereka (WHO, 1994 ; lihat Chen et al., 2003).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kualiti
hidup adalah suatu persepsi individu
tentang harkat dan martabatnya di dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana individu tersebut berada serta berhubungan dengan tujuan hidup dan target individu tersebut. WHO meletakkan ukuran kualitas hidup pada empat hal, yaitu 1) kesehatan fisik, 2) psikologi, 3) hubungan sosial, dan 4) lingkungan. (MJ Power, 2002).
Berdasarkan definisi diatas, kualiti hidup boleh dijelaskan sebagai bagaimana seseorang meningkatkan tingkat kehidupanya berdasarkan factor-faktor yang dianggapnya berpengaruh dalam meningkatkan taraf kehidupannya, dan setiap orang memiliki kualitas hidup yang berbezabeza disesuaikan dengan cara pandang hidupnya masing-masing.
Penyesuaian Sosio Budaya
Penyesuaian sosio budaya merupakan kemampuan seseorang untuk menghadapi situasi yang baru yang berbeda dari lingkungannya. Black & Stephen (1989) telah mengajukan 3 aspek dalam penyesuain pekerja migran ekspatriat iaitu penyesuaian terhadap kerja, penyesuaian terhadap interaksi dan penyesuaian terhadap persekitaran awam.
Penyesuain silang budaya juga dibahagikan kepada 2 aspek iaitu aspek psikologikal dan sosiobudaya. Aspek psikologikal merujuk kepada kesejahteraan atau keadaan perasaan hati (mood) sedangkan aspek sosio-budaya pula merujuk kepada keupayaan untuk menyesuaikan atau merundingkan aspek-aspek interaktif daripada budaya tempatan yang diukur melalui kesukaran yang dialami dalam pengurusan situasi-situasi keseharian dalam budaya tersebut (Ward & Keneddy, 1996).
Menurut Black dan Stephen (1989) ada 3 dimensi yang menjadi bagian dalam pengukuran kemampuan penyesuaian sosio budaya iaitu : 1. Penyesuaian diri secara umum 2. Penyesuaian diri dalam berinteraksi 3. Penyesuaian diri dalam pekerjaan
KAEDAH KAJIAN Kajian ini dijalankan di Malaysia di wilayah lembahklang dengan melibatkan seramai 425 responden yang bekerja pada sektor formal iaitu pekerja kilang, pekerja bangunan dan pekerja perkhidmatan.
Data dikumpulkan melalui satu set soal selidik yang merangkumi 3 alat kajian. Yang pertama adalah alat ujian kualiti hidup yang dibina oleh WHO tahun 2003, alat ujian ini terdiri dari 26 item pertanyaan dan terdapat 4 domain iaitu kesehatan fizikal, psikologikal, hubungan sosial dan persekitaran.
Kedua alat ujian Penyesuaian Sosio Budaya Alat kajian yang digunakan adalah penyesuain sosio budaya yang dibuat oleh Black&Stephen (1989). Alat ujian ini terdiri dari 14 pertanyaan yang terdiri dari 3 domain iaitu : penyesuaian diri secara umum, Penyesuaian diri dalam berinteraksi, penyesuaian diri dalam pekerjaan.
HIPOTESIS KAJIAN Berdasarkan tujuan kajian, yang bersandar kepada teori yang menjadi dasar kajian telah dibina empat hipotesis alternatif : Hipotesis 1
: Penyesuaian sosio budaya memiliki hubungan secara signifikan dengan kualiti hidup
Hipotesis 2
: Penyesuain sosio budaya berpengaruh keatas kualiti hidup
KEPUTUSAN KAJIAN Bahagian ini melaporkan tentang profile subjek. Dalam bahagian ini juga melaporkan tentang profile pembolehubah utama kajian iaitu jumlah skor yang diperoleh bagi setiap dimensi iatu dimensi tahap kualiti hidup, jenis personaliti dan demografi . Tujuannya untuk meninjau dimensi nilai yang dipentingkan oleh pekerja di tiga sektor : kilang, bangunan dan perkhidmatan.
Demografi Responden :
Sektor Pekerjaan Pabrik Bangunan Jasa TOTAL
Pendidikan SD SMP SMA Diploma S1 TOTAL
Etnik Jawa Sunda Minang Kerinci (Jambi) Lombok (NTB) NTT Madura Medan / Batak TOTAL
Umur < 20 tahun 21-25 Tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun > 41 tahun TOTAL
Kekerapan 160 141 124 425
Kekerapan 67 115 231 5 7 425
Kekerapan 237 15 62 25 5 6 57 18 425
Kekerapan 41 165 104 65 32 18 425
Peratus 37.6 % 33.2 % 29.2 % 100%
Peratus 15.8 % 27.1 % 54.4 % 1.2 % 7% 100%
Peratus 55.8 % 3.5 % 14.6 % 5.9 % 1.2 % 1.4 % 13.4 % 4.2 % 100 %
Peratus 9.6 38.8 24.5 15.3 7.5 4.2 100.0
Jantina Laki - Laki Perempuan Total
Taraf Perkahwinan Bujang Berkahwin Janda Bercerai Total
Lama Bekerja < 1 tahun 1-2 tahun 2-3 tahun 4-5 tahun > 5 tahun Total
Kekerapan 208 217 425
Peratus 48.9 % 51.1 % 100 %
Kekerapan 212 184 21 8 425
Kekerapan 87 46 145 89 58 425
Peratus 49.9 % 43.3 % 4.9 % 1.9 % 100 %
Peratus 20.5 % 10.8 % 34.1 % 20.9 % 13.6 % 100 %
Tahap Kualiti Hidup Secara Umum :
Kualiti Hidup Rendah Tinggi TOTAL
Jumlah 123 302 425
% 28.94% 71.06% 100%
Tahap Kualiti Hidup Berdasarkan Sektor Pekerjaan
Sektor/QoL Pabrik Bangunan Jasa
Rendah 50 51 22
Tinggi 110 90 102
Sektor Pekerjaan Pabrik Bangunan Jasa TOTAL
123
302
Rendah 40.65% 41.46% 17.89% 100%
Tinggi 36.42% 29.80% 33.77% 100%
Tahap Penyesuaian Sosio Budaya TKI di Malaysia Adjustment Rendah Sedang Tinggi
Jumlah 13 313 99 425
% 3.06% 73.65% 23.29% 100%
Hubungan antara Penyesuaian Sosio Budaya dengan Kualiti Hidup TKI Penyesuaian Sosio Budaya Kualiti Hidup Rendah Tinggi Total
Rendah
Sedang
Total
Tinggi
8
109
6
123
5
204
93
302
13
313
99
425
Dari hasil analisi Crosstabs di dapat taraf signifikansi p =.000, p < .005 maka didapati bahawa hubungan antara penyesuaian sosio budaya dengan Kualiti Hidup adalah signifikan.
Pengaruh antara Penyesuaian Sosio Budaya dengan Kualiti Hidup
Dari hasil analisis dengan menggunakan regresi mudah didapati bahawa R = .296 bahwa korelasi antara penyesuaian sosio budaya adalah posotif dan pada tahap yang rendah. Kemudia didapati bahwa (R² = .087) yang ertinya bahawa penyesuaian sosio budaya memiliki pengaruh sebesar 8,7% terhadap Kualiti Hidup.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil kajian diatas menunjukan bahwa factor penyesuaian sosio budaya bagi peningkatan kualiti hidup TKI sangatlah diperlukan. Karena didapati bahawa kualiti hidup TKI menjadi lebih baik bukan hanya karena factor materi ataupun persekitaran saja, namun juga factor psikologikal iaitu kemampuan dalam menyesuaikan diri dalam hal sosio dan budaya.
Kajian ini dapat memberikan pemahaman bahawa baik dan buruknya kualiti hidup TKI di Malaysia bukan hanya semata-mata karena faktor luaran seperti majikan, gaji dan sistem hukum, namun juga faktor psikologikal yang sangat memberi pengaruh kepada peningkatan kualiti hidup pekerja. Dengan memberikan treatmen kepada TKI dan meningkatkan kemampuan menyesuaikan dirinya maka dapat meningkatkan tahap kualiti hidupnya.
Sudah seharusnya pelatihan yang diberikan kepada TKI sebelum berangkat bekerja ke Malaysia bukan hanya skill mengenai pekerjaan dan bahasa, namun juga mengenai personaliti dan caracara menyesuaikan diri, ujian psikologi yang dijalankan oleh pemerintah untuk merekrut calon TKI lebih merekomendasikan TKI yang memiliki jenis personaliti ekstrovert daripada introvert.
RUJUKAN
Anne Anastasi & Susana Urbina. 1997. Tes Psikologi. Terj Jakarta, PT. Prenhallindo.
Arifin Hj Zainal. Pekerja dan Pekerjaan Pendekatan Psikologi Personal. Petaling Jaya. Penerbit : Fajar Bhakti Sdn.Bhd.1995
Bagong Suyanto & Sutinah. Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan. 2005. Jakarta : Penerbit Prenada Media
Calvin S.Hall & Gardner Linzey.1992. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. Terj Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey. 1995. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Terj Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
David Matsumoto & Linda Juang. Cultural and Psychology. USA : Thomson Learning. 2004 Iran Herman, Statistik dan Analisis Data Sains Sosial, Malaysia, Penerbitan Ustara 2004 Mark Rapley, Quality of Life a Critikal Introduction. 2003. London : SAGE Publication
Sidney Jones. Making Money Off Migrant The Indonesian Exodus to Malaysia. Hongkong : Asia 2000 Ltd and Centre for Asia Pacific Sosial Transformation Studies University of Wollongong Sheridan J. Coakes. Lyndall G. Steed. SPSS Analaysis Without Anguish. Australia : John Willey & Sons Australia Ltd. 2001