Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior
HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DENGAN PROBLEM USIA “NURSING HOME” Nama Mahasiswa : Laras Kinasih Sidi
Nama Pembimbing : Drs. Widihardjo, M.Sn
Program Studi Sarjana Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : lansia, kesehatan, rumah tinggal, usia
Abstrak Seiring berjalannya waktu, jumlah pertumbuhan lansia kian meningkat. Peningkatan ini juga diikuti dengan banyaknya jumlah lansia terlantar dengan berbagai faktor yang berbeda. Dari keterangan tersebut, didapatkan fakta bahwa peningkatan jumlah lansia membutuhkan penanganan tersendiri. Hal ini berarti membutuhkan adanya fasiliitas yang menampung lansia dengan segala kebutuhannya. Fasilitas tersebut adalah sebuah rumah tinggal yang biasa disebut panti wredha. Panti wredha harus dapat menampung berbagai macam lansia, baik itu lansia aktif maupun lansia pasif. Panti wredha juga harus dapat memfasilitasi kegiatan para lansia yang tinggal di dalamnya. Pada akhirnya, fasilitas ini akan menjadi salah satu pilihan yang dapat memecahkan masalah keterlantaran lansia.
Abstract As time goes by, the growing number of elderly is increasing. This increase is also followed by many number of elderly who neglected with a variety of different factors. From the description, we found the fact that an increasing number of elderly requiring separate treatment. This means it requires a faciliities that accommodate elderly with all their needs. The facility is a dwelling house commonly called nursing homes. Nursing homes should be able to accommodate a variety of elderly, the elderly both active and passive elderly. Nursing homes should also facilitate the activities of the elderly who live in it. In the end, this facility would be one option that can solve the problem of elderly neglect.
1. Pendahuluan Seperti hakikatnya, manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Pertambahan usia merupakan suatu hal yang wajar dan hal yang tidak bisa dihindari bagi seorang manusia. Seiring dengan bertambahnya usia suatu individu, dan juga berdasarkan faktor manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan membutuhkan pasangan hidup untuk meneruskan keturunannya dan berkeluarga. Sebagai manusia yang telah memiliki keluarga, mereka akan membutuhkan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan seharihari. Kegiatan bekerja itu sendiri tentu akan menguras pikiran, tenaga dan waktu dari masing-masing individu tersebut. Selain itu keadaan gaya hidup modern yang membuat istri tidak harus berdiam diri di rumah dan ikut meniti karir baik itu karena ketidak cukupan faktor ekonomi dalam rumah tangga atau mengikuti passion individu itu sendiri membuat orang tua mau tidak mau sedikit terabaikan. Terabaikannya orang tua, tentu bukanlah karena faktor yang “disengaja” melainkan karena jam kerja yang cenderung mengikat dan tidak bisa ditawar. Bertambahnya usia seseorang atau biasa disebut dengan penuaan (aging) akan membuat faktor kesehatan dan faktor psikologis seseorang akan berubah. Penuaan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai penurunan kemampuan jaringan untuk mempertahankan vitalitasnya, sehingga lambat-laun tubuh akan mengalami degenerasi yang bersifat fisik maupun psikis (Constantinides, 1994). Ke dua faktor tersebut dapat menurun secara perlahan maupun sebaliknya dan tentu hal tersebut sudah seharusnya diperhatikan dengan seksama oleh orang-orang yang berada di sekitarnya. Sayangnya, hal ini dirasa sulit di lakukan apabila orang-orang yang berada di sekitarnya, baik itu pasangan hidup, anak bahkan cucu tidak dapat memperhatikan dengan seksama, baik itu dikarenakan sudah meninggalnya orang di sekitarnya, kesibukkan dengan pekerjaan masing-masing dan kesibukkan dalam menuntut pendidikan. Seiring perkembangan zaman, jumlah penduduk berusia lanjut terus bertambah, survei yang sudah dilakukan oleh badan kesehatan dunia atau WHO mengatakan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia di dunia, diperkirakan naik dua kali lipat dari 11 % (650 juta) pada tahun 2006 akan menjadi 22 % (2 miliar) pada tahun 2050. Hal ini juga terjadi di Negara Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, populasi lansia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, hal Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior | 1
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior
ini bisa dilihat dari jumlah penduduk lansia di Indonesia. Pada tahun 1990 terdapat sebanyak 11,3 juta jiwa atau 9,77 % dari jumlah penduduk dan meningkat menjadi 15,3 juta (7,4 %) pada tahun 2000, dan terus berkembang menjadi 24 juta (9,77 %) pada tahun 2010 dan diperkirakan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34 % dari jumlah penduduk pada 2020. Penduduk lanjut usia itu sendiri tidak semuanya membutuhkan bantuan, dalam artian masih terdapat lansia yang dapat melakukan kegiatannya sendiri tanpa dibantu oleh alat bantu dan manusia lainnya yang biasa disebut dengan lansia aktif ataupun lansia potensial. Terlepas dari hal itu, masih terdapat banyak lansia yang membutuhkan suatu fasilitas khusus yang memfasilitasi kegiatan mereka sehari-hari dengan pengawasan khusus, terlebih bagi para lansia yang sudah membutuhkan bantuan, baik berupa alat maupun bantuan manusia lainnya. Pengadaan fasilitas “nursing home” atau panti sosial tresna wredha merupakan salah satu solusi bagi permasalahan tersebut, sayangnya, panti wredha sendiri masih memiliki pandangan negatif bagi masyarakat, terlebih di negara-negara Asia salah satunya Indonesia. Panti wredha dianggap sebagai tempat pembuangan para kaum lansia yang sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Membuang orang tua, menelantarkan orang tua, tidak tahu berterimakasih adalah hal-hal yang timbul dari pemikiran masyarakat apabila seseorang menitipkan orangtuanya di panti wredha. Hal ini tentu harus diluruskan, bahwasanya panti wredha bukanlah tempat untuk membuang orang tua dan melepaskan tanggung jawab kita sebagai anak untuk mengurus dan mengasihi orang tua, karena pada kenyataannya panti wredha yang baik memiliki staf-staf profesional yang dapat memperhatikan dan mengurus para lansia secara lebih seksama dan dengan pemahaman atas psikologis dari para lansia tersebut. Oleh karena itu berdasarkan faktor-faktor yang sudah disebutkan diatas, maka pembuatan fasilitas panti wredha sangat dibutuhkan bagi kaum lansia. Fasilitas ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi para lansia yang membutuhkan bantuan, baik dikarenakan lansia sendiri sudah tidak ada yang mampu merawat dan tidak memiliki sanak saudara, maupun lansia yang menginginkan menghabiskan sisa waktunya di dalam panti bersama lansia seumur lainnya untuk menghindari rasa kesepian. Pembuatan panti wredha yang baik juga diharapkan dapat menghapus sedikit demi sedikit paradigma negatif masyarakat pada keberadaan panti wredha itu sendiri, sehingga masyarakat juga dapat berpikiran positif dan dapat mengizinkan orang tua mereka untuk tinggal di panti wredha dan menjalani kehidupan dengan sesama lansia lainnya.
2. Proses Studi Kreatif Fasilitas panti wredha ini bertujuan untuk memfasilitasi keterlantaran para lansia khususnya di Kota Bandung. Fasilitas ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lansia sesuai dengan karakter dan kebutuhannya masing – masing dengan seoptimal mungkin sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengatasi jumlah lansia yang terlantar. Perancangan fasilitas ini juga tidak terlepas dari pengaruh fasilitas serupa yang sudah ada di Kota Bandung dengan berbagai tambahan, baik dari program aktivitas dan program fasilitas yang dibutuhkan lansia sesuai dengan latar belakang ekonomi penghuni dengan keadaan ekonomi menengah ke atas juga berdasarkan karakter lansia itu sendiri. Tinjauan langsung ke lapangan dan survei kepada lembaga juga penghuni pada panti wredha yang sudah ada memudahkan penulis dalam memutuskan desain perancangan fasilitas nursing home ini. Tema yang penulis angkat pada perancangan fasilitas nursing home ini merupakan clean healthy and warm, tema ini diangkat penulis berdasarkan kebutuhan penghuni yang amat membutuhkan faktor “kesehatan” dalam menjalankan kesehariannya dan faktor sehat itu sendiri sangat berkaitan dengan faktor “bersih”, “hangat” juga diangkat karena merespon keadaan psikologi lansia yang sering merasa kesepian sehingga tema “hangat” ini dapat membantu meringankan keadaan tersebut. Tema yang penulis sudah jelaskan sebelumnya dirasa menjadi tema yang paling sesuai pada perancangan ini.
3. Hasil Studi dan Pembahasan Berdasarkan tema perancangan yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu clean healthy and warm maka konsep perancanganpun mengacu pada tema tersebut. Konsep yang digunakan pada perancangan ini antara lain sebagai berikut. Konsep yang digunakan pada organisasi ruang merupakan konsep teratur yang disusun berdasarkan kebutuhan dan fungsi dari ruang tersebut. Pada konsep bentuk, bentuk – bentuk geometris dengan sudut tumpul dipilih penulis karena memperlihatkan kesan teratur dan rapih juga tidak rumit bagi lansia, penggunaan sudut tumpulpun diangkat untuk menambahkan faktor keamanan bagi para penghuni. Konsep warna pada perancangan ini mengedepankan warna – warna yang bersifat hangat, meditatif dan bersih, warna – warna tersebut seperti warna putih, hijau, biru, oranye dan coklat. Pada Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior | 2
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior
konsep material, material yang digunakan pada langit – langit merupakan material yang ringan dan mudah dibentuk, pada dinding digunakan material yang mudah dibersihkan dan tidak memiliki banyak tekstur dan pada lantai material yang tidak licin dan mudah dibersihkan akan menjadi fokus utama pada perancangan ini. Konsep furniture pada perancangan ini mengedepankan furniture yang baik secara ergonomis untuk lansia sehingga lansia merasa nyaman menggunakannya. Pada konsep pencahayaan, pencahayaan alami dimaksimalkan pada pagi hingga siang hari dengan banyaknya bukaan jendela pada setiap ruangan, hal ini juga berkaitan erat dengan kesehatan penghuni, dengan banyaknya cahaya alami juga bukaan jendela untuk pertukaran udara akan membuat penghuni lebih terjaga kondisi kesehatannya. Konsep penciuman juga akan ditambahkan pada perancangan ini, untuk meningkatkan rasa nyaman dan perasaan sehat bagi para penghuni di setiap kamar akan diletakkan wewangian yang menimbulkan efek nyaman secara psikologis seperti wewangian lavender, lemon, almond dan vanilla (Augustin, Sally Place Advantage Applied Psychology For Interior Architecture) . Pada konsep keamanan, tidak adanya perbedaan ketinggian lantai, pemilihan material yang tidak licin pada lantai, juga menempatkan railing bantuan di posisi tertentu dan di setiap jalur sirkulasi akan menanggulangi lansia dari resiko terjatuh. Penggunaan teknologi CCTV dan juga bel panggilan darurat yang di letakkan di setiap kamar akan membuat penghuni merasa lebih aman. Berikut pengimplementasian konsep desain yang sudah penulis uraikan pada penjelasan sebelumnya pada denah khusus dan tampak interior:
Gambar 1. Denah khusus pada area residensial
\ Gambar 1. Denah khusus area residensial para lansia
Gambar 2. Tampak samping kamar lansia aktif Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior | 3
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior
Gambar 3. Tampak samping kamar lansia pasif
Gambar 4. Tampak samping kamar lansia berpasangan
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior | 4
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior
4. Penutup / Kesimpulan Fasilitas ini membutuhkan banyaknya perhatian terutama pada faktor keselamatan dan kenyamanan penghuni. Desain yang mengacu pada standard – standard yang sudah ditetapkan akan membantu keberlangsungan penghuni dalam beraktivitas pada kesehariannya. Perancangan fasilitas “nursing home” ini harus memperhatikan keadaan penghuni yaitu lansia secara mendalam, seperti karakter dan keterbatasan fisik dari para lansia itu sendiri sehingga desain yang dihasilkan akan efektif dan mendukung lansia saat berada di dalamnya. Berikut pengimplementasian konsep desain yang sudah dijelaskan sebelumnya pada nursing home yang penulis rancang:
Gambar 5. Perspektif kamar lansia aktif
Gambar 6. Perspektif kamar lansia pasif
Gambar 7. Perspektif kamar lansia berpasangan
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior | 5
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior
Gambar 8. Perspektif kamar mandi lansia
Gambar 9. Perspektif area lobby residensial
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Drs. Widihardjo, M.Sn
Daftar Pustaka Augustin, Sally PhD 2009. Place Advantage Applied Psychology For Interior Architecture. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. Starmen, Anna 2005. The Colour Scheme Bible. Singapore : Page One. Suptandar, J. Pamudji. Disain Interior Pengantar Merencana Interior Untuk Mahasiswa Disain dan Arsitektur. Bandung : Djambatan. UU Kesejahteraan Lansia No.13 Tahun 1998 UU RI No. 28 Tahun 2002 Tentang Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Interior | 6