HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN Kebudayaan atau pun yang disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang compleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adatistiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Para ahli sudah banyak yang menyelidiki berbagai kebudayaan. Dari hasil penyelidikan tersebut timbul dua pemikiran tentang munculnya suatu kebudayaan atau peradaban. Pertama, anggapan adanya hukum pemikiran atau perbuatan manusia (baca kebudayaan) disebabkan oleh tindakan besar yang menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebanya yang sama. Kedua, anggapan bahwa tingkat kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf perkembangan dan hasil evaluasi masing-masing proses sejaranya. Perlu dicatat bahwa kedua pendapat diatas tidak lepas dari kondisi alamiah atau, dengan kata lain, alam tidak jenuh oleh keadaan yang tidak jelas ujung dan pangkalnya, atau alam tidak pernah bertindak dengan meloncat. Demikian pula proses sejarah bukan hal yang mengikat, tetapi merupakan kondisi ilmu pengetahuan, agama, seni, adatistiadat, dan kehendak semua masyarakat. Mempelajari pengertian kebudayaan bukan suatu kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya batsan konsep dari berbagai bahasa, sejarah, dan sumber bacaannya atau literaturnya, baik yang berwujud ataupun yang abstrak yang secara jelas menunjukan jalan hidup bagi kelompok orang (masyarakat).
Demikian pula dalam pendekatan metodenya sudah banyak disiplin ilmu lain seperti, sosiologis,psikoanalisis, psikologi (perilaku) mengkaji bermacam-macam masalah kebudayaan, yang tingkat kejelasannya bergantung pada konsep dan penekanan masing-masing unsur konsepnya. Untuk memperoleh pengertian kebudayaan yang telah sistematis dan ketat, diperlukan konsesus tentang definisi mengingat kebudayaan merupakan totalitas pandangan hidup. Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan, dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiaannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi ; pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai. Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan itu sudah bersifat universal, dapat diterima oleh pendapat umum meskipun dalam praktek, arti kebudayaan menurut pendapat umum ialah suatu yang berharga atau baik (Bakker, 1984). Pendek kata, kebudayaan dalam kaitannya dengan ilmu budaya dasar adalah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani. Tercakup didalamnya usaha memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial. Nilainilai ditetapkan atau dikembangankan sehingga sempurna. Tidak memisah-misahkan dalam membudayakan alam, memanusiakan
hidup, dan menyempurnakan hubungan insani. Manusia memanusiakan dirinya dan memanusiakan lingkungan dirinya. Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadiankejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Dalam sejarah manusia, negara dalam bentuk yang seperti sekarang adalah hasil lebih kemudian dari proses peradaban. Jauh sebelum menciptakan negara, negara sebagai satu bentuk oraganisasi sosial, manusia sudah melakukan berbagai percobaan lain untuk menata keinginan-keinginan, perasaan-perasaan, dan pemikiran-pemikirannya. Penataan dan sistematisasi seperti itu terjadi dalam bentuk bahasa, mitos, agama, dan kesenian. Bila kita ingin membangun teori tentang manusia, basis yang lebih luas ini harus kita terima. Negara, betapapun pentingnya, bukanlah segala-galanya. Negara tidak mencerminkan dan tidak menyerap seluruh aktifitas manusia. Tentu saja, kegiatan manusia dalam perkembangan sejarahnya berhubungan erat dengan tumbuhnya negara. Dilihat dari berbagai sudut, kegiatankegiatan itu memang tergantung dari bentuk-bentuk kehidupan politis. Akan tetapi, biarpun tidak merupakan hal-hal yang dalam sejarah sama sekali terpisah, kegiatan-kegiatan itu bagaimanapun punya arti dan nilai tersendiri.
Ciri utama manusia, ciri khasnya, bukan kodrat fisik atau kodrat metafisik, melainkan karyanya. Karyanyalah, sistem kegiatan-kegiatan manusiawilah, yang menentukan dan membatasi dunia “kemanusiaan”. Bahasa, mitos, religi, kesenian, sejarah adalah sektor-sektor penting dalam dunia itu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu organisme hidup. Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan setiap orang berasal dari satu lingkungan vertikal, horizontal, maupun kesejarahan. Kebudayaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan itu dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan. Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki subkebudayaan, yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal dan prilaku kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, karena perbedaan umur, ras, etnisitas,kelas, agama, pekerjaan, pandangan politik, dan gender.
PERAN MANUSIA DALAM MENJAGA ATAU MELESTARIKAN KESUSASTRAAN/KEBUDAYAAN
TARI PERSEMBAHAN Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan. Salah satunya kebudayaan. Kebudayaan-kebudayaan itu tersebar di berbagai daerah, dan setiap kebudayaan memiliki aspek seni tersendiri, salah satunya adalah kebudayaan di propinsi Sumatra Barat yang dikenal dengan budaya Minangkabau yang memiliki banyak kesenian tradisionalnya, salah satunya adalah Tari Persembahan. Tari Persembahan biasanya digunakan oleh masyarakat Minangkabau dalam acara penyambutan, atau ucapan selamat datang bagi tamu kehormatan. Tari Persembahan sendiri adalah tarian yang memiliki nilai tradisi di budaya Minangkabau. Namun saat ini Tari Persembahan ditampilkan tidak hanya dalam acara penyambutan tamu, tetapi juga dalam seni pementasan dan pertunjukan. Tari Persembahan adalah tarian khas Minangkabau yang dimana tarian ini dimaksudkan sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu kehormatan yang baru saja sampai. Tari Persembahan ini ditampilkan saat ada kedatangan tamu yang datang dari jauh, atau ditampilkan saat
kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Setelah Tari Persembahan ditampilkan, kemudian acara dilanjutkan dengan suguhan Daun Sirih di Carano kepada sang tamu. Pada saat acara pernikahan, suguhan Daun Sirih diberikan kepada pengantin pria sebagai wakil dari rombongan. Daun Sirih di Carano tersebut juga biasanya disuguhkan kepada Kedua Orang Tua pengantin. Tari Persembahan yang biasanya ditampilkan sebagai ucapan selamat datang kepada tamu kehormatan, ternyata pada saat sekarang ini juga digunakan sebagai pertunjukan seni panggung pertunjukan. Tari persembahan selain sebagai suatu nilai produk budaya kini sudah menjadi nilai produk ekonomi, karena Tari Persembahan ditampilkan tidak hanya saat kehadiran tamu kehormatan melainkan sebagai seni pertunjukan untuk menarik penonton dan turis. Selain itu, para penari Tari Persembahan inipun mendapatkan imbalan atas pkerjaannya melatih para penari, dan dapat membuat sanggar untuk melatih tari persembahan tersebut untuk mencari pendapatan. Hal ini menjadikan nilai produk Tari Persembahan yang dari nilai kebudayaan dan tradisi dari nilai ekonomi.
PERAN ORANG TUA DAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MENGATASI PERILAKU SISWA/MAHASISWA YANG SEMAKIN ANARKIS.
TAWURAN PELAJAR Tawuran pelajar antar sekolah sepertinya sudah menjadi noda hitam di dunia pendidikan Indonesia. Tawuran seakan dilestarikan sebagai warisan budaya, diwariskan dari satu angkatan pelajar senior ke juniornya selama bertahun-tahun, seperti pada kasus tawuran antara SMUN 6 dan SMUN 70 di Jakarta yang telah merebak sejak tahun 1980an. Menurut catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak, insiden tawuran sepanjang tahun 2011 telah memakan 82 korban jiwa, tidak termasuk yang menderita luka-luka. Setiap tahunnya kasus tawuran pun bukannya semakin berkurang, tetapi semakin bertambah. Berbagai cara untuk meredam peningkatan kasus tawuran memang tengah diupayakan terutama dipihak sekolah. Sejauh ini pihak sekolah telah didaulat untuk mengantisipasi tawuran dengan penegasan peraturan sekolah. Terlepas dari peran aktif sekolah, peran orang tua juga perlu diprioritaskan dalam upaya mengatasi tawuran pelajar. Pendidikan dalam keluarga sangat penting sebagai landasan dasar yang membentuk karakter anak sejak awal. Peran orang tua tidak hanya sebatas menanamkan norma-norma kehidupan sejak dini. Mereka harus terus berperan aktif, terutama pada saat anak-anak menginjak usia remaja, diamana anakanak ini mulai mencari jati diri.
TANGGAPAN Seharusnya kejadian ini tidak lagi terjadi, karena sudah sangat merugikan orang banyak, dan juga mengecewakan banyak pihak terutama pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kalau hal ini tidak juga bisa ditangani maka dunia pendidikan akan hancur karena akan semakin banyaknya korban akibat tawuran tersebut. Untuk itu peran orang tua, guru, bahkan lembaga pendidikan pun juga harus berperan penting dalam mengatasi perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa/mahasiswa.
SARAN Seharusnya orang tua senantiasa menjaga komunikasi yang baik dengan anaknya, karena kenyataan di masa sekarang bahwa orang tua terlalu sibuk bekerja hingga anak-anaknya kehilangan figure sebagai orang tua mereka. Seharusnya sesibuk apapun, orang tua mesti meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan anaknya, serta perlu juga untuk mendengarkan keluh kesah mereka dengan cara memposisikan diri mereka sebagai teman bagi anak dalam memberikan feedback. Dengan demikian mereka akan merasa lega bisa mengeluarkan uneg-unegnya secara positif tanpa harus berprilaku anarkis. Keharmonisan juga perlu adanya di dalam keluarga, serta mengajarkan anaknya dengan pendidikan yang benar. Dan seharusnya orang tua juga dapat memberikan contoh teladan
yang baik bagi anaknya. Dengan adanya keteladanan yang baik di rumah, mereka tidak akan mudah terpengaruh untuk terlibat dengan aktivitas yang bersifat anarkis. Emosi anak-anak usia remaja sangatlah labil. Untuk itu, sebagai orang tua mesti berpandai-pandai menjaga emosi anak. Usahakan untuk tidak mengekang anak selama yang dilakukannya masih positif. Dan jangan melakukan tindakan kekerasan di dalam rumah apalagi dihadapan sang anak, karena mereka akan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tua sendiri tidak bisa menghargai anggota keluarga sendiri, bagaimana anak-anakanya akan bisa menghargai orang lain. Dan tidak lupa memberi pendekatan agama yang benar. Pendidikan agama dalam keluarga juga berperan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Fondasi agama yang benar lebih mengarah kepada penerapan nila-nilai moral dan solidaritas terhadap sesama