1
Hubungan Antara Kedisiplinan Melaksanakan Sholat Wajib Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Fevi Zanfiana Siswanto Jalan Kapas No.9, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta 55165 Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dengan prokrastinasi akademik. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan dengan sampel sebanyak 45 orang yang diambil secara cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan skala prokrastinasi akademik dan skala kedisiplinan melaksanakan sholat wajib. Data dianalisis menggunakan metode statistik dengan teknik korelasi product moment. Hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar -0,535 dengan taraf signifikansi 0,00 (p<0,01). Sedangkan besarnya sumbangan efektif kedisiplinan melaksanakan sholat wajib terhadap prokrastinasi akademik sebesar 28,6%. Kesimpulan yang dapat dibuat dari penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif yang sangat signifikan antara kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dengan prokrastinasi akademik. Artinya semakin tinggi kedisiplinan melaksanakan sholat wajib, akan diikuti semakin rendahnya prokrastinasi akademik, sebaliknya semakin rendah kedisiplinan melaksanak sholat wajib, akan diikuti semakin tingginya prokrastinasi akademik. Kata kunci: kedisiplinan melaksanakan sholat wajib, prokrastinasi akademik Abstact This research aim to know is there a correlation between dicipline of sholat with academic procrastination of college students. The population of this research is student of Pharmacy Faculty of Ahmad Dahlan University class 2010. The sample of 45 people processed was use cluster random sampling. The data collecting applies by academic procrastination scale and dicipline of sholat scale. Data is analysed to applies statistical methods with product moment correlation technique. Result of data analysis obtained correlation coefficient ( rxy) r = 0,535 with p= 0,00 (p<0,01). While level of effective contribution of dicipline of
2
sholat to academic procrastination is 28,6%. Conclusion which can be made of this research is there is a real significant negative correlation between dicipline of sholat with academic procrastination. Mean excelsior dicipline of sholat, will be followed increasingly the low of academic procrastinastion; on the contrary the low of dicipline of sholat, will be followed increasingly excelsior of academic procrastination. Keyword: disipline of sholat, academic procrastination PENDAHULUAN Sesuai dengan landasan Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, mendefiniskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Salah satu tempat dimana pendidikan diberikan secara formal adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu berprestasi dengan optimal dan selalu dihadapkan oleh tugas-tugas baik itu yang bersifat akademis maupun non akademis (misalnya organisasi kemahasiswaan). Mahasiswa juga tidak bisa terlepas dari tuntutan untuk memenuhi tugasnya itu. Akan tetapi sering kali dalam menghadapi tugas-tugas tersebut muncul rasa enggan atau malas untuk mengerjakannya. Rasa enggan ini berasal dari kondisi psikologis yang dialaminya dan mendorongnya untuk menghindari tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan (Putri, Wijayanti dan Priyatama, 2012). Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda, atau tidak segera memulai suatu kerja, ketika menghadapi suatu kerja ataupun ketika menghadapi suatu tugas disebut sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi. Sedangkan prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda-nunda dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas akademik. Menurut Solomon & Rothblum (Rumiani, 2006) tugas - tugas akademik tersebut diantaranya tugas menulis, membaca, belajar menghadapi ujian, menghadiri pertemuan (kuliah), tugas administratif, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Seorang mahasiswa memiliki konsekuensi dalam menghadapi tuntutan dan tekanan untuk membaca literatur, menyerahkan tugas, ataupun melakukan penyajian materi secara konstan. Sebagian mahasiswa di dalam menyikapi tuntutan itu masih melakukan penundaan pengerjaan tugas sampai mendekati
3
tenggang waktu penyerahan atau sampai mendapat teguran terkait kelambanan mereka (Tjundjing, 2006). Tak jarang ditemui mahasiswa cenderung menggunakan waktu yang dimiliki untuk sekedar melakukan aktivitas yang bersifat hiburan daripada harus membaca materi kuliah atau membuat laporan. Seseorang yang melakukan penundaan tugas akademiknya, pada saat mengerjakan tugas tersebut hingga mendekati batas waktu yang ditentukan maka akan cenderung mengerjakannya dengan ceroboh dan terburu-buru. Menurut Rizvi (Zakki, 2009) perilaku menunda menyebabkan beberapa masalah yang muncul pada mahasiswa yang bersangkutan, yakni rusaknya motivasi mental dan disiplin sehingga banyak sekali waktu terbuang sia-sia dan kinerja akademik buruk, motivasi belajar rendah, kognisi yang irrassional, obsesif dan kompulsif, rendahnya harga diri, kepercayaan diri, atau bahkan sampai ke tahap kecemasan yang tinggi. Prokrastinasi dapat dihindari dengan cara lebih meningkatkan kedisiplinan. Menurut Hurlock (Sulistirtanti, 2008) disiplin adalah cara untuk mendidik individu untuk mengembangkan kontrol diri dan arah diri serta mampu menyesuaikan diri dengan harapan yang diterima di lingkungan sosialnya sehingga individu dapat bertindak dan mengambil keputusan dengan bijaksana. Hagan (2002) juga mengatakan disiplin merupakan proses untuk membantu anak mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. Adapun kedisiplinan banyak macamnya, yakni disiplin dalam menggunakan waktu, disiplin dalam beribadah, disiplin dalam masyarakat, dan disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Starawaji, 2009). Dari beberapa macam disiplin tersebut kedisiplinan dalam beribadah misalnya melaksanakan sholah wajib selain mencakup kedisiplinan dalam beribadah, juga dapat mencakup kedisiplinan dalam hal penggunaan waktu. Menurut Haryono (2011), menunaikan shalat tepat waktu berarti melatih diri untuk disiplin. Bila kita mulai dari disiplin shalat, maka kita akan terbiasa melakukan disiplin-disiplin dalam kegiatan lainnya. Berdasarkan latarbelakang tersebut peneliti bertujuan ingin mengkaji lebih dalam hubungan antara kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dengan prokrastinasi akademik. Tinjauan Pustaka 1. Prokrastinasi Akademik a. Definisi Perilaku menunda-nunda suatu pekerjaan dalam bidang psikologi dikenal dengan istilah prokrastinasi. Menurut Desimore (Surijah dan Tjundjing, 2007) istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare. Kata tersebut berarti menunda hingga esok hari. Istilah ini tersusun dari istilah pro dan crastinus. Kata pro berarti “bergerak maju” sedangkan crastinus berarti “menjadi esok hari”. Prokrastinasi yang terjadi di lingkungan akademik disebut dengan prokrastinasi akademik. Menurut Solomon & Rothblum (Rumiani, 2006) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik merupakan kecenderungan perilaku dalam menunda pelaksanaan atau penyelesaian tugas pada enam area akademik, yaitu tugas mengarang, belajar untuk ujian, membaca, kinerja administratif,
4
menghadiri pertemuan, kinerja akademik secara umum baik itu penundaan jangka pendek, penundaan beberapa saat menjelang deadline ataupun penundaan jangka panjang bahkan melebihi deadline sehingga mengganggu kinerja dalam rentang waktu terbatas dengan mengganti aktivitas yang tidak begitu panjang. Noran (Akinsola, Tella & Tella, 2007) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai bentuk penghindaran dalam mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan oleh individu. Individu yang melakukan prokrastinasi lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman atau pekerjaan lain yang sebenarnya tidak begitu penting daripada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat. Prokrastinasi akademik merupakan sikap penundaan yang dilakukan mahasiswa dalam mengerjakan tugas sampai mendekati tenggang waktu pengerjaan tugas, atau sampai mendapat teguran terkait keterlambatan mereka (Tjundjing, 2006). Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian prokrastinasi akademik adalah perilaku yang dilakukan individu dalam mengerjakan tugas akademiknya yang meliputi tugas menulis, belajar untuk ujian, dan menghadiri pertemuan sampai mendekati tenggang waktu penyerahan tugas yang dilakukan secara berulang-ulang disertai dengan perasaan cemas, hal tersebut terjadi karena pelakunya lebih memilih mengerjakan aktivitas-aktivitas yang kurang berguna dan menyenangkan. b. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik Menurut Schouwenberg (Putri, Wijayanti & Priyatama, 2012) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator-indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati berdasar ciri-ciri tertentu, yaitu: 1) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menundanunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. 2) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Seseorang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. 3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencanarencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah dia
5
tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai. 4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikan. Sedangkan menurut Surijah dan Tjundjing (2007) dalam jurnalnya mengatakan bahwa ada empat aspek yang dapat menjadi ciri-ciri prokrastinasi, yaitu antara lain: 1) Perceived time Yang dimaksud dengan aspek ini adalah seseorang dengan kecenderungan prokrastinasi adalah orang-orang yang gagal menepati deadline. Mereka berorientasi pada “masa sekarang” dan tidak mempertimbangkan “masa mendatang”. 2) Celah antara keinginan dan perilaku atau intention-action gap Perbedaan antara keinginan dengan perilaku senyatanya itu terwujud dalam kegagalan mengerjakan tugas akademik walau sesungguhnya sangat menginginkan untuk mengerjakannya. 3) Emotional distress Emotional distress ini tampak dari perasaan cemas saat melakukan prokrastinasi. 4) Perceived ability atau keyakinan terhadap kemampuan diri Walaupun prokrastinasi tidak berhubungan dengan kemampuan seseorang, keragu-raguan terhadap kemampuan dirinya akan menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Faktor-faktor utama yang mempengaruhi prokrastinasi akademik menurut Steel (Gunawinata, Nanik & Lasmono, 2008) antara lain sebagai berikut: 1) Fenomenologi prokrastinasi. Orang yang melakukan prokrastinasi awalnya tidak bermaksud untuk menunda. Ia memiliki niat untuk menyelesaikan tugas, tetapi kemudian ia menundanya. Seseorang menghindari cemas dan meningkatkan kinerja dengan melakukan prokrastinasi. Dengan melakukan prokrastinasi, mereka dapat mengeluarkan seluruh kemampuan fisik dan kognitif ketika tenggat waktu mendekat.
2) Karakteristik tugas. 1) Waktu pemberian reward dan punishment.
6
Samuel Johnson berpendapat bahwa temporal proximity sebagai penyebab alami prokrastinasi. Prokrastinasi akan menurun ketika tugas semakin dekat (temporal proximity). Menurut Samuel, temporal proximity sebagai “to be most solicitous for that which is by its nearness enabled to make the strongest impressions,” yang artinya kecemasan yang paling besar saatsaat terakhir menimbulkan kesan yang kuat; 2) Task aversiveness Banyak hal yang dapat membuat orang menunda mengerjakan tugas. Ketika suatu tugas dirasa tidak menyenangkan, orang cenderung menghindari tugas yang aversif tersebut. Hal inilah yang disebut dengan task aversiveness. c. Perbedaan individual. Steel meneliti 5 tipe kepribadian, yaitu Neuroticism, Extraversion, Agreebleness, Openness to experience, dan Conscientiousness. Tipe kepribadian Openness to experience tidak berkorelasi dengan prokrastinasi, sedangkan Agreebleness memiliki korelasi negatif dengan prokrastinasi. Tipe kepribadian Conscientiousness merupakan prediktor negatif terkuat terhadap perilaku prokrastinasi. Komponen impulsiveness dari tipe kepribadian Extraversion juga diperkaya memainkan peran dalam perilaku prokrastinasi. Dari studi literatur yang dilakukan beberapa peneliti, disimpulkan bahwa Neuroticism adalah sumber utama dari prokrastinasi. Namun, Steel menemukan hasil korelasi yang lemah antara Neuroticism dan prokrastinasi, kecuali self-efficacy memiliki korelasi negatif yang kuat dengan prokrastinasi. d. Demografi. Munculnya perilaku prokrastinasi di populasi tidak hanya disebabkan oleh sifat-sifat kepribadian saja, penelitian telah memperkirakan faktor demografi dari prokrastinasi. Seharusnya prokrastinasi menurun saat seseorang bertambah umurnya dan telah banyak belajar dari pengalaman. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi fenomenologi prokrastinasi, karakteristik tugas, perbedaan individual dan demografi. 2.
Kedisiplinan Melaksanakan Sholat Wajib
a. Definisi Menurut Setyobroto (2003) disiplin yang baik adalah disiplin dari diri sendiri atau self discipline yaitu disiplin yang timbul karena penuh kesadaran dan penguasaan diri, jadi yang mengawasi tindakan apabila menyimpang adalah diri sendiri. Penanaman disiplin harus dilandasi pengertian yang intinya menanamkan kepatuhan yang didasarkan atas pemahaman dan kesadaran, rasa tanggung jawab serta kesanggupan menguasai diri dan lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Menurut Haryanto (2005) shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya beribadah kepada Allah SWT dan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh agama. Menurut Ash Shiddieq (2000) ketentuan shalat wajib bagi umat Islam adalah dalam sehari semalam terdiri dari shalat subuh, shalat dzuhur, shalat ashar, shalat maghrib dan shalat isya’.
7
Drajat (Yudistira & Susbudianto, 2005) berpendapat bahwa shalat lima waktu merupakan pelatihan pembinaan disiplin dan kontrol diri. Ketaatan melaksanakan shalat lima waktu yang ditentukan, begitu waktu shalat tiba. Orang taat beribadah akan segera tergugah hatinya untuk melaksanakan kewajiban shalat. Oleh karena itu, berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisipilinan melaksanakan shalat wajib adalah suatu kepatuhan dan kesanggupan menjalankan ibadah shalat dalam sehari semalam sebanyak lima kali dan harus dikerjakan pada waktunya masing-masing dan tidak satupun yang ditinggalkan yaitu shalat subuh, shalat dzuhur, shalat ashar, shalat maghrib dan shalat isya' yang timbul karena penuh kesadaran, penguasaan diri dan rasa tanggung jawab. b. Aspek Kedisiplinan Melaksanakan Sholat Wajib Menurut Tasmara (1999) ada tiga aspek kedisiplinan dalam mengerjakan shalat, yaitu: 1) Ketepatan Waktu Shalat tanpa adanya usaha untuk mendisiplinkan diri untuk menepati waktu-waktu shalat yang telah ditentukan, akan menyebabkan sering terlambat dan kemudian muncul rasa malas untuk mengerjakannya dan hal tersebut menandakan kegagalan dalam mencapai keteraturan shalat. 2) Tanggung Jawab Tanggung jawab dalam melaksanakan shalat akan melahirkan suatu niat yang kuat dan ikhlas. Apabila hal tersebut telah tercapai maka melaksanakan shalat merupakan sesuatu yang ringan bahkan menyenangkan. Sebaliknya akan terasa sulit dan berat untuk melaksanakan shalat apabila dikerjakan dengan hati yang tidak ikhlas atau terpaksa. 3) Kemauan atau Kehendak Tanpa adanya kehendak yang kuat dari dorongan internal, maka tidak ada motivasi untuk melaksanakan sesuatu dan mudah terpengaruh oleh faktor eksternal. c. Faktor-faktor Kedisiplinan Melaksanakan Sholat Wajib Menurut Khalili (2007) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan melaksanakan shalat, yaitu sebagai berikut: 1) Lingkungan keluarga dan kurangnya perhatian orangtua Tidak adanya perhatian ayah dan ibu terhadap anak-anak dalam lingkungan rumah berkaitan dengan masalah agama memberikan pengaruh yang cukup besar bagi anak-anaknya, terutama dalam hal sholat. 2) Tidak adanya pengetahuan yang mencukupi tentang sholat Tidak adanya pengetahuan tentang makna dan arti sholat, pemahaman yang dangkal tentang pengaruhnya dalam pribadi dan penghidupan, tidak adanya pengetahuan tentang kedudukan sholat dalam Islam merupakan beberapa faktor yang menjauhkan para remaja dari kewajiban Ilahi. 3) Kemalasan
8
Sebagian besar remaja dan pemuda tidak mudah melakukan suatu aktivitas kecuali jika aktivitas tersebut menyenangkan hati mereka, ataupun mereka telah terbiasa melakukannya. d. Bergaul dengan teman-teman yang amoral Teman yang baik memiliki pengaruh yang amat besar dalam mendorong manusia menuju kehidupan yang bahagia. Dan sebaliknya, teman yang buruk akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang penyimpangan moral. e. Kerusakan moral Faktor lain yang menyebabakan seseorang enggan untuk melaksanakan sholat dan berbagai tuntunan agama lainnya adalah karena mereka mengalami kerusakan moral. Misalnya tidak adanya perhatian terhadap nilai-nilai agama. f. Anggapan bahwa sholat mengganggu aktivitas individual Ada sebagian orang, yang dikarenakan pada saat tiba waktu sholat mereka tengah sibuk melakukan pekerjaan individualnya, mereka tidak memiliki kesempatan untuk menjalankan sholat pada awal waktu. g. Sombong dan takafur Seseorang yang memiliki sifat sombong mengira bahwa tatkala ia harus bersujud kepada Allah, ia akan menjadi kecil dan hina. Oleh karena itu, demi mempertahankan kesombongannya, ia tidak sudi untuk merendahkan diri dan menghormati siapa pun, termasuk Allah SWT. h. Kebiasaan menunda pekerjaan Sebagian remaja yang baru beberapa tahun memasuki usia balig dan berkewajiban untuk menjalankan berbagai hukum agama, mereka enggan untuk melaksanakan berbagai hukum tersebut dengan alasan akan dikerjakan nanti. i. Lemah ideologi Sebagian orang menjalankan tuntunan agama bukan berdasarkan pada ideologi dan pengetahuan yang jelas, yang disertai dengan rasa cinta terhadap tuntunan agama. Kelemahan ideologi ini, dan perbuatan yang tidak berdasarkan pada logika, menyebabkan mereka tidak memperhatikan berbagai permasalahan agama, dan tidak memiliki ikatan yang kuat dengan tuntutan agama. j. Perilaku buruk sebagian tokoh agama Banyak remaja yang konsisten terhadap ajaran agama, namun dikarenakan ulah seseorang yang berpakaian ala ustadz, dengan seketika mereka meninggalkan agama. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan dalam melaksanakan shalat wajib adalah lingkungan keluarga dan kurangnya perhatian orangtua, tidak adanya pengetahuan yang mencukupi tentang sholat, kemalasan, bergaul dengan teman-teman yang amoral, kerusakan moral, anggapan bahwa sholat mengganggu aktivitas individual, sombong dan takabur, kebiasaan menunda pekerjaan, lemah ideologi, dan perilaku buruk sebagian tokoh agama.
9
Kedisiplinan Melaksanakan Sholat Wajib dan Prokrastinasi Akademik Sebagian besar dari mahasiswa masih melakukan penundaan dalam menghadapi konsekuesi akademiknya, sehingga timbul berbagai dampak dari perilaku menunda yang dilakukan oleh individu tersebut. Sebagai contohnya adalah mengulur waktu untuk menyelesaikan tugas yang dapat menyebabkan kerugian baik bagi diri sendiri dalam segi finansial, waktu, kesempatan, maupun kerugian bagi pihak lain secara tidak langsung. Salah satu kriteria mahasiswa yang berhasil adalah mahasiswa yang memiliki pengaturan waktu yang tepat, maka dibutuhkan faktor yang dapat mengurangi terjadinya prokrastinasi. Misalnya adalah kedisiplinan karena seseorang yang disiplin pada suatu hal pasti akan berpengaruh dengan aktivitas yang lain. Manusia mustahil hidup tanpa disiplin. Menurut Starawaji (2009) disiplin pun banyak macamnya, antara lain: 1. disiplin dalam menggunakan waktu, 2. disiplin dalam beribadah, 3. disiplin dalam masyarakat, dan 4. disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan beberapa macam disiplin tersebut kedisiplinan dalam beribadah misalnya melaksanakan sholah wajib selain mencakup kedisiplinan dalam beribadah juga dapat mencakup kedisiplinan dalam hal penggunaan waktu. Seseorang yang tertib dan tepat waktu melaksanakan shalat wajib lima kali dalam sehari semalam biasanya memiliki manajemen waktu yang cukup baik dan tentu saja memiliki kemungkinan untuk tepat waktu juga dalam menyelesaikan berbagai tugas-tugas akademik yang diberikan kepadanya. Shalat merupakan kewajiban yang ditetapkan melalui Al-Quran dalam firman Allah QS. Hud: 114:
Artinya: “dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatanperbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa dengan melaksanakan sholat perbuatan tercela akan terhapuskan. Khalili (2007) menegaskan kembali bahwa shalat mampu mencegah manusia dari melakukan perbuatan buruk. Menundanunda menyelesaikan tugas termasuk perbuatan yang menyimpang. Dengan melaksanakan sholat secara disiplin maka diharapkan mahasiswa dapat terhindar
10
untuk melakukan penundaan karena di dalam diri seseorang tersebut sudah terbentuk kedisiplinan. Disiplin itu sangat penting bagi kehidupan. Kedisiplinan berperan penting dalam pencapaian keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang diharapkan disiplin akan terbangun dengan kebiasaan-kebiasaan yang selalu dilakukan setiap hari, tanpa adanya otoriter. Adapun bagan skema dinamika hubungan antara melaksanakan sholat wajib dengan prokrastinasi akademik yaitu: Kontrol diri
Kedisiplinan sholat wajib
Faktor penyebab 1. Fenomenologi prokrastinasi 2. Karakteristik tugas 3. Perbedaan Individu 4. Demografi
kedisiplinan
Prokrastinasi akademik
Bagan dinamika hubungan antara kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dengan prokrastinasi akademik
Dinamika hubungan tersebut dapat diartikan bahwa kedisiplinan melaksanakan sholat wajib yang juga dengan adanya pengaruh kontrol dalam diri dapat menekan beberapa faktor penyebab munculnya prokrastinasi akademik. Faktor yang mempengaruhi terjadinya prokrastinasi akademik menurut Steel (Gunawinata, Nanik & Lasmono, 2008) ada empat macam, yaitu fenomenologi prokrastinasi akademik, karakteristik tugas, perbedaan individu dan demografi. Perbedaan individu memiliki peran yang kuat untuk timbulnya prokrastinasi akademik. Setiap individu memiliki karakteristiknya sendiri misalnya perbedaan intelektual, kepribadian, minat, gaya belajar, latarbelakang ekonomi, dan lain sebagainya. Ada lima tipe kepribadian yaitu Extraversion, Neuroticism, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness. Namun tipe kepribadian Conscientiousness merupakan contoh prediktor negatif terkuat terhadap perilaku prokrastinasi. Tipe kepribadian Conscientiousness memiliki ciri-ciri seseorang yang pekerja keras, teratur atau tertib dan tepat waktu. Seseorang yang disiplin melaksanakan sholat wajib tentu saja memiliki sifat pada tipe kepribadian Conscientiousness. Sehingga dapat dikorelasikan untuk menurunkan prokrastinasi akademik. Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang disiplin melaksanakan shalat wajib secara tepat waktu memiliki kemungkinan untuk tepat waktu juga dalam menyelesaikan berbagai tugas-tugas akademik yang diberikan kepadanya. Hipotesis
11
Ada hubungan yang negatif antara kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dengan prokrastinasi akademik. Artinya semakin tinggi kedisiplinan melaksanakan sholat wajib maka semakin rendah prokrastinasi akademik. Dan sebaliknya semakin rendah kedisiplinan melaksanakan sholat wajib maka semakin tinggi prokrastinasi akademiknya. METODE PENELITIAN Variabel penelitian terdiri dari: 1. 2.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah prokrastinasi akademik, Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kedisiplinan melaksanakan sholat wajib.
Definisi Operasional 1.
2.
Kedisiplinan melaksanakan sholat wajib adalah suatu kepatuhan dan kesanggupan menjalankan ibadah shalat dalam sehari semalam sebanyak lima kali dan harus dikerjakan pada waktunya masing-masing dan tidak satupun yang ditinggalkan yaitu sholat subuh, sholat dzuhur, sholat ashar, sholat maghrib dan sholat isya’ yang timbul karena penuh kesadaran, penguasaan diri dan rasa tanggung jawab. Prokrastinasi akademik adalah perilaku yang dilakukan individu dalam mengerjakan tugas akademiknya yang meliput tugas menulis, belajar untuk ujian, dan menghadiri pertemuan sampai mendekati tenggang waktu penyerahan tugas yang dilakukan secara berulang-ulang disertai dengan perasaan cemas, hal tersebut terjadi karena pelakunya lebih memilih mengerjakan aktivitas-aktivitas yang kurang berguna dan menyenangkan.
Populasi dan sampel penelitian Penelitian ini menggunakan populasi mahasiswa aktif angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan yang berjumlah 203 orang dan sampel yang digunakan adalah 45 orang. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel dari kelas-kelas atau kelompok anggota populasi yang dilakukan secara acak.
Pengumpulan Data
12
Pengumpulan data menggunakan skala kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dan skala prokrastinasi akademik. Kedua skala penelitian konstruksi aitemaitemnya dapat dilihat pada kisi-kisi sebagai berikut: Tabel 1. Sebaran aitem skala kedisiplinan melaksanakan sholat wajib No
Aspek
1.
Ketepatan Waktu
2.
Tanggungjawab
3.
Kemauan atau kehendak Total
Nomor Aitem
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1, 6, 11, 18, 24, 32, 38, 44 5, 10, 15, 20, 25, 30, 36, 42 3, 7, 13, 19, 29, 34, 40, 45 24
4, 8, 14, 21, 28, 35, 41, 46 2, 12, 17, 22, 27, 33, 39, 47 9, 16, 23, 26, 31, 37, 43, 48 24
16 16 16 48
Tabel 2. Sebaran aitem skala prokrastinasi akademik No
1. 2. 3.
4.
5. 6.
Aspek Penundaan untuk memulai atau menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan Emotional distress Perceived ability atau keyakinan terhadap kemampuan diri Jumlah
Nomor Aitem
Jumlah
Favorable
Unfavorable
15, 21, 25, 28
4, 10, 33, 45
8
9, 27, 30, 39
6, 13, 23, 37
8
8, 20, 31, 41 11, 16, 18, 43
8
1, 3, 29, 34
7, 14, 19, 42
8
26, 36, 44, 46
8
2, 5, 32, 38
8
24
48
17, 24, 40, 48 12, 22, 35, 47 24
Validitas dan reliabilitas alat ukur Kedua alat ukur penelitian ini menggunakan validitas isi (Content Validity), yakni validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Analisis aitem Skala kedisiplinan melaksanakan sholat wajib menggunakan parameter indeks daya beda aitem yang diperoleh dari korelasi antar skor item dengan skor total pada
13
skala, sehingga dapat ditentukan aitem yang dapat digunakan dan yang gugur. Penyeleksian aitem tersebut didasarkan pada besarnya koefisien korelasi aitemtotal. Aitem yang memiliki indeks daya beda (rit) lebih atau sama dengan 0,30 layak untuk dimasukkan dalam skala penelitian. Hasil korelasi skor aitem dengan skor total pada skala kedisiplinan melaksanakan sholat wajib menghasilkan rit (korelasi aitem total) berkisar antara 0,369 sampai dengan 0,778. Sedangkan skala prokrastinasi akademik menghasilkan rit (korelasi aitem total) berkisar antara 0,308 sampai dengan 0,673. Uji reliabilitas skala menggunakan teknik Alpha Cronbach, skala kedisiplinan melaksanakan sholat wajib memiliki koefisien alpha sebesar 0,973, sedangkann skala prokrastinasi akademik memiliki koefisien alpha sebesar 0,890. Dengan demikian kedua skala peneltiian ini layak digunakan untuk mengungkap data. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan asumi terlebih dahulu. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas dan uji linieritas dengan hasil sebagai berikut: a. Uji Normalitas Analisis uji normalitas diketahui sebaran skor skala prokrastinasi akademik K-S Z= 0,797 dan p = 0,565 (p>0,05), sedangkan sebaran skor kedisiplinan melaksanakan sholat wajib K-S Z= 0,714 dan p = 0,689 (p>0,05). Dari hasil analisis dapat diasumsikan bahwa skor kedua variabel terdistribusi secara normal. b. Uji Linearitas Uji linieritas bertujuan untuk melihat apakah dari sebaran titik-titik yang merupakan nilai dari variabel- variabel penelitian dapat ditarik garis lurus yang menunjukan sebuah hubungan linier antara variabel tersebut. Adanya hubungan linier dapat dilihat dari indeks linearty, apabila p<0,05 maka hubungan antara kedua variabel adalah linier. Hasil pengujian menunjukkan F = 17,220, p = 0,000 (p<0,05). c.
Uji Hipotesis Analisis data dengan teknik korelasi product moment, diperoleh koefisien korelasi rxy = - 0,535, dan p = 0,000 (p<0,01). Dengan demikian terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara variabel prokrastinasi akademik dengan variabel kedisiplinan melaksanakan sholat wajib. Sehingga dapat diyatakan bahwa hipotesis diterima. Sedangkan angka koefisien determinan r2 = 0,286, ini menunjukkan bahwa kedisiplinan melaksanakan sholat wajib menyumbang sebesar 28,6 % dalam menekan prokrastinasi akademik.
Berdasarkan norma kategorisasi dengan distribusi normal disimpulkan bahwa kategorisasi skor subyek adalah sebagai berikut:
dapat
14
Tabel 3. Kategorisasi Variabel Prokrastinasi Akademik Interval Frekuensi % Kategori X < 54 5 11,11 Rendah 54 ≤ X < 81 38 84,44 Sedang X ≥ 81 2 4,44 Tinggi Tabel 4. Kategorisasi Variabel Kedisiplinan Melaksanakan Sholat Wajib Interval Frekuensi % Kategori X < 90 0 0 Rendah 90 ≤ X < 135 18 40 Sedang X ≥ 135 27 60 Tinggi Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan anatara kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa subyek yang memiliki skor tinggi pada kedisiplinan melaksanakan sholat wajib terlihat skor prokrastinasi akademiknya sedang bahkan beberapa terlihat pada skor terendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Haryono (2011) bahwa menunaikan shalat tepat waktu berarti melatih diri untuk disiplin. Bila dimulai dari disiplin shalat, maka seseorang akan terbiasa melakukan disiplin-disiplin dalam kegiatan lainnya. Shalat tepat waktu bisa menjadi ukuran disiplin bagi seorang muslim. Prokrastinasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 84,44%, ini dapat terlihat ketika dilakukan penggolongan ke dalam 4 kategorisasi, dengan demikian sebagian mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik. Seperti yang telah terlihat adanya mahasiswa yang mengulur waktu untuk menyelesaikan tugas karena deadline pengumpulan masih lama. Keadaan ini berhubungan dengan variabel kedisiplinan melaksanakan sholat wajib yang menunjukkan kategori tinggi yaitu 60 %, hal tersebut dapat terlihat ketika dilakukan penggolongan ke dalam 4 kategorisasi, sebagian besar mahasiswa disiplin melaksanakan sholat wajib karena walaupun tugas sedang banyak para mahasiswa tetap tepat waktu melaksanakan sholat wajib tanpa disuruh-suruh. Menurut Drajat (Yudistira & Susbudianto, 2005) shalat lima waktu merupakan pelatihan pembinaan disiplin dan kontrol diri. Dengan sholat tepat waktu, ia akan menjadi terbiasa tepat waktu dan disiplin pula dalam seluruh kegiatannya yang lain, misalnya dalam menyelesaikan tugas. Seperti yang kita tahu, bahwa disiplin adalah salah satu kunci meraih kesuksesan. Sumbangan efektif kedisiplinan melaksanakan sholat wajib terhadap prokrastinasi akademik sebesar 0,286 atau 28,6 %. Artinya kedisiplinan melaksanakan sholat wajib bisa memprediksikan timbulnya prokrastinasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan sebesar 28,6%, sedangkan presentase sisanya sebesar 71,4% dipengaruh
15
faktor atau variabel lain. Menurut Steel (Gunawinata, Nanik & Lasmono, 2008) Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik, yaitu fenomenologi prokrastinasi, karakteristik tugas, perbedaan individual dan demografi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan melaksanakan sholat wajib mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap prokrastinasi akademik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Semakin tinggi kedisiplinan melaksanakan sholat wajib maka semakin rendah prokrastinasi akademik, sebaliknya apabila semakin rendah kedisiplinan melaksanakan sholat wajib maka semakin tinggi prokrastinasi akademik. 2. Variabel kedisiplinan melaksanakan sholat wajib memiliki sumbangan efektif terhadap prokrastinasi akademik sebesar 28,6% dan sisanya 71,4% dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain, yaitu fenomenologi prokrastinasi, karakteristik tugas, perbedaan individual dan demografi. 3. Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan melaksanakan sholat wajib pada mayoritas mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan berada pada taraf tinggi (60% dari 45 subyek) dan tingkat prokrastinasi akademik pada mayoritas mahasiswa angkatan 2010 fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan pada taraf sedang (84,44% dari 45 subyek). Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pustaka dalam menjelaskan variabel kedisiplinan melaksanakan sholat wajib dan prokrastinasi akademik. Sebaiknya, peneliti selanjutnya agar lebih mendalam untuk meneliti variabel tergantungnya, misalnya menambahkan variabel bebas yang lain seperti kontrol diri, motivasi diri, dan lain sebagainya. Selain itu diharapkan agar lebih mengungkap kemungkinan adanya faktor kedisiplinan dalam prokrastinasi akademik. 2. Bagi subyek Bagi mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan diharapkan untuk tetap bisa meningkatkan kedisiplinan melaksanakan sholat wajib sehingga dapat mempengaruhi tingkat prokrastinasi akademik. Adanya usaha untuk memperbaiki tingkat kedisiplinan melaksanakan sholat wajib, mahasiswa bisa lebih disiplin pula dalam menyelesaikan tugas dan kelulusan pun tidak tertunda.
16
DAFTAR PUSTAKA Akinsola, M.K., Tella, A., dan Tella, A. 2007. Correlates of academic procrastination and mathematics achievement of university undergraduate student. Eurasia Journal of Mathematics Science & Technology Education. 3 (4). 363-367 Ash Shiddieq, T.M.H. 2000. Pedoman Sholat. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra Gunawinata, V. A. R., Nanik, dan Lasmono H. K. 2008. Perfeksionisme, Prokrastinasi Akademik, dan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa. Anima Vol. 23. No. 3. 256 – 276 Hagan, M. 2002. Agar Anak Menjadi Disiplin. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Raya Haryanto, S. 2005. Psikologi Shalat. Yogyakarta: Pusktaka Pelajar Haryono, T.P. 2011. Keutamaan Sholat Tepat Waktu. http://myjourneyintheworld.wordpress.com/2011/11/24/keutamaan-sholattepat-waktu/ 1 Februari 2012 Khailili, M. 2004. Berjumpa Allah dalam Sholat. Jakarta: Zahra Putri, N.F.A., Wijayanti, S., dan Priyatama, A.N. 2012. Hubungan antara SelfEfficacy dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa Vol. 1. No. 2. 1-13 Rumiani. 2006. Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 3 No. 2. 39 Setyobroto, S. 2003. Pendidikan Psikologi Sosial. Jakarta: Solo Starawaji. 2009. Pengertian Kedisiplinan. http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/. 24 Oktober 2011 Sulistirtanti, . 2008. Hubungan antara Kedisiplinan Menjalankan Sholat Wajib dengan Perilaku Moral Remaja. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
17
Surijah, E.A., Tjundjing, S. 2007. Mahasiswa Versus Tugas: Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness. Anima. Vol. 22, No. 4, 352 – 374 Tasmara, T. 1999. Dimensi Doa dan Dzikir Menyelami Samudra Qolbu Mengisi Makna Hidup. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Primarsa Tjundjing, S. 2006. Apakah Penundaan Menurunkan Prestasi Sebuah Metaanallisis. Anima Indonesia Psychological Journal. Vol 22 No. 1. 17-27 Undang-undang No. 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003Sisdiknas.pdf Yudhistira & Budiharto, S. (2005). Kecenderungan Ketergantungan Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja Ditinjau dari Keteratutan Menjalankan Shalat Wajib dan Kontrol Diri. Kumpulan Abstrak Temu Ilmiah Nasional Psikologi Islam 1. Yogyakarta: 24 September 2005. Yogyakarta: UII Zakki, I.N.M. 2009. Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan