HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh : DIYAH SUBEKTI NIM K8406019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh : DIYAH SUBEKTI NIM K8406019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd NIP. 19530826 198003 1 005
Drs. Slamet Subagya, M.Pd NIP. 19521126 198103 1 002
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
:____________
Tanggal
:____________
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. T. Widodo, M.Pd
___________
Sekretaris
: Dra. Hj. Siti Chotidjah, M.Pd
___________
Anggota I
: Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd
___________
Anggota II
: Drs. Slamet Subagya, M.Pd
___________
Disahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 1960 0727 198702 1 001
iv
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (Alam Nasyroh : 6-8).
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri”. (Q. S Ar Rad ayat 11)
v
ABSTRAK
Diyah Subekti. K8406019. HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010, (2) hubungan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010, (3) hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari, sejumlah 267 siswa. Sampel yang diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 54 siswa. Teknik pengumpulan data yang utama dilakukan dengan menggunakan teknik angket dan dokumentasi, dan juga observasi dan wawancara sebagai teknik bantu. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, rx1y = 0,626 dan r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar 12,793 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 6,546 %. (2) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, rx2y = 0,668 dan r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar sebesar 87,207 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 44,626 %. (3) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, r(x12)y = 0,715 , r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01)dan F = 26,725. Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar 100 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 51,172 %.
vi
ABSTRACT
Diyah Subekti. K8406019. THE RELATIONSHIP BETWEEN OF ORGANIZATIONAL ACTIVITIES AND PEER GROUP COHESIVITY WITH STUDENTS DICIPLINE OF CLASS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO, IN THE SCHOOL YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Juli 2010. The objectives of research are to find out: (1) the relationship of organizational activities with students dicipline, (2) the relationship of peer group cohesivity with students dicipline, (3) the relationship of organizational activity and peer group cohesivity with students discipline. The method used in this research is a correlational descriptive one. The population of research are all grade XI students of SMA Negeri 1 Tawangsari, as many as 267 students. The sample was taken by simple random sampling technique, as many as 54 students. Technique of collecting data used questionnaire and documentation as basic technique, and also observation and interview as grating technique. Technique of analizing data used a multiple linear regression corelational statistic analysis. Based on the result of research, it can be concluded that: (1) The result of data analisys is rx1y = 0,626 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between organizational activities with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 12,793 % and Effective Contribution is 6,546 %. (2) The result of data analisys is rx2y = 0,668 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between peer group cohesivity with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 87,207 % and Effective Contribution is 44,626 %. (3) The result of data analisys is r(x12)y = 0,715 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between organizational activities and peer group cohesivity with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 100 % and Effective Contribution is 51,172 %.
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk :
Alm. Bapak (Kardiman) dan Ibu (Sukiyem), tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain terimakasih atas do’a, kasih sayang, nasihat dan maafnya
yang selalu tercurah untuk penulis.
Kakak dan adikku (Asri, Dina) serta keluarga besar di Sukoharjo, terimakasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.
Teman-teman kost Kaduk Manis (Ika, Lita, Rini, Yunita) yang telah mengajariku berbagai hal yang baru, mendampingi kala suka dan duka.
Teman-temanku Pendidikan Sosiologi Antropologi angkatan 2006 (Wiwit, Kade, Eka, Sana, Tari, Candra, Nico, Azis, Dhanar dan lainnya) terimakasih untuk kebersamaannya.
Almamaterku.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan
rahmad
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi. Untuk itu segala bentuk bantuan, penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. MH. Soekarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Yosafat Hermawan, S.Sos., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS. 5. Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd., Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Slamet Subagya, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 7. Drs. Darno, selaku Kepala SMA Negeri 1 Tawangsari atas ijin yang diberikan dan kerjasamanya selama penelitian. 8. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang Pengajaran Sosiologi Antropologi.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
JUDUL ...............................................................................................................
i
PENGAJUAN ....................................................................................................
ii
PERSETUJUAN.................................................................................................. iii PENGESAHAN .................................................................................................
iv
MOTTO ..............................................................................................................
v
ABSTRAK .........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .............................................................. 7 D. Perumusan Masalah ............................................................... 7 E. Tujuan Penelitian………………………………………….... 8 F. Manfaat Penelitian …………………………………………. 8
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ………………………………………….... 9 1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa ………............... 9 2. Tinjauan Tentang Keaktifan Berorganisasi………….... 28 3. Tinjauan Tentang Kohesivitas Peer Group ………….... 41 B. Penelitian yang Relevan ………………………………….... 56 C. Kerangka Berpikir ………………………………………..... 57 D. Perumusan Hipotesis……………………………………….. 60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………. 61
xi
B. Metode Penelitian ………………………………………...... 62 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.............. 67 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 74 E. Teknik Analisis Data ............................................................. 84 BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ……………………………………………... 91 B. Pengujian Persyaratan Analisis ……………………………. 99 C. Pengujian Hipotesis ………………………………………. 106 D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………….… 109
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………. 112 B. Implikasi …………………………………………………. 113 C. Saran ……………………………………………………... 115
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 116 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 119
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Waktu Penelitian…………………………………………...... 61 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Berorganisasi (X1)................... 94 Tabel 4.2 Deskriptif Data Keaktifan Berorganisasi (X1)................................... 95 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Kohesivitas Peer Group (X2)................... 96 Tabel 4.4 Deskriptif Data Kohesivitas Peer Group (X2)…………………........ 96 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Kedisiplinan Siswa (Y)........................... 98 Tabel 4.6 Deskriptif Data Kedisiplinan Siswa (Y)............................................ 98 Tabel 4.7 Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y.......................................... 101 Tabel 4.8 Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y ......................................... 103 Tabel 4. 9 Perhitungan bobot Prediktor-Model Penuh..................................... 108
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir............................................................. 60 Gambar 4.1 Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)........................... 95 Gambar 4. 2 Grafik Histogram Kohesivitas Peer Group (X2).......................... 97 Gambar 4.3 Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa (Y).................................... 99 Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Linieritas X1 dan Y........................................... 102 Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji Linieritas X2 dan Y........................................... 103
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian ........................................................ 120 Lampiran 2. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Keaktifan Berorganisasi ................ 121 Lampiran 3. Soal Uji Coba Angket Keaktifan Berorganisasi......................... 122 Lampiran 4. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Kohesivitas Peer Group................. 128 Lampiran 5. Soal Uji Coba Angket Kohesivitas Peer Group……………… 129 Lampiran 6. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Kedisiplinan Siswa....................... 135 Lampiran 7. Soal Uji Coba Angket Kedisiplinan Siswa............................... 136 Lampiran 8
Tabulasi data Uji Coba (Try Out).............................................. 142
Lampiran 9. Data Skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel keaktifan berorganisasi............................................................. 145 Lampiran 10. Data skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel kohesivitas peer group.............................................................. 150 Lampiran 11. Data skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel kedisiplinan siswa ..................................................................... 155 Lampiran 12. Soal Angket Keaktifan Berorganisasi ....................................... 160 Lampiran 13. Soal Angket Kohesivitas Peer Group ....................................... 166 Lampiran 14. Soal Angket Kedisiplinan Siswa............................................... 172 Lampiran 15 Tabulasi Data Penelitian............................................................ 177 Lampiran 16. Sebaran Frekuensi dan Histogram............................................. 183 Lampiran 17. Hasil Uji Normalitas X1, X2 dan Y............................................ 187 Lampiran 18. Hasil uji linieritas X1 dengan Y................................................ 191 Lampiran 19. Hasil Analisis Regresi............................................................... 194 Lampiran 20. Perijinan .................................................................................... 197 Lampiran 21. Curriculum Vitae ...................................................................... 203
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan martabat manusia
Indonesia
dapat
dilaksanakan
secara
berhasil
bila
upaya
pembangunan tersebut dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Untuk
melaksanakan
pembangunan seperti itu diperlukan suatu
sistem administrasi pembangunan yang berkemampuan serta memberi peluang bagi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Sehingga diperlukan sumber manusia yang handal guna memperlancar pembangunan di negara ini. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia yang saat ini dilanda krisis multidimensi. Oleh sebab itu masyarakat perlu memperhatikan dan menggunakan peluang terbuka untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akhir-akhir ini, fenomena yang terjadi di Indonesia adalah semakin meningkatnya pengganguran yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia. Orang yang tidak bekerja atau bisa disebut juga pengangguran merupakan salah satu masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja. Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. (Diazz dalam SDM Indonesia dalam
Persaingan
Global,
http://www.sdm-indonesia-dalam-persaingan-
global.htm,), diakses tanggal 9 februari 2010 pukul 13.12 WIB. 1
2
Salah satu hambatan yang mengakibatkan rendahnya kualitas SDM menurut uraian diatas adalah hambatan kultural yaitu hambatan yang menyangkut budaya dan etos kerja. Untuk menjelaskan hal ini, akan dikutip uraian dari Koentjaraningrat
(1974)
dalam
bukunya
”Kebudayaan
Mentalitas
dan
Pembangunan”. Menurut ahli budaya ini, mentalitas bangsa kita yang tidak selaras dengan tuntutan pembangunan berasal dari dua faktor, yakni faktor dari budaya kita sendiri dan faktor kondisi setelah revolusi. Faktor dari budaya kita sendiri yaitu mentalitas bangsa Indonesia yang lemah, misalnya saja sifat tidak percaya kepada diri sendiri , sifat tidak disiplin, dan sifat mengabaikan tanggung jawab. Jika diamati, sifat-sifat tersebut merupakan mentalitas yang sangat bertentangan dengan karakter sumber daya manusia yang handal. Sehingga sifat-sifat tersebut harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari kita. Cara strategis untuk mengatasi hambatan kultural berupa sikap mental bangsa Indonesia yang rendah yaitu dengan meningkatkan mentalitas bangsa. Dan cara yang dapat dilakukan dari bawah ialah dengan menanamkan kedisiplinan pada setiap aspek kehidupan. Disiplin ialah perilaku yang menunjukkan adanya ketaatan terhadap norma atau peraturan yang berlaku bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Disiplin tidak hanya di tuntut di tempat-tempat tertentu misalnya di sekolah ataupun di tempat kerja, melainkan diperlukan di berbagai tempat dan di setiap aspek kehidupan. Perilaku disiplin ini akan tampak setiap tindakan yang sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam kelompok di mana individu itu diidentifikasikan. Disiplin tidak hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu saja melainkan harus ada pada setiap warga negara termasuk didalamnya para remaja. Penelitian ini mengupas tentang peserta didik di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas) dimana dalam masa itu merupakan masa perkembangan bagi anak yaitu masa remaja. Disiplin akan menjadikan terlaksananya suatu aktivitas dengan baik, sebaliknya tanpa adanya disiplin akan memungkinkan timbulnya berbagai masalah dan hambatan dalam kehidupan. Dewasa ini banyak fenomena yang menggambarkan ketidakdisiplinan remaja, antara lain melakukan hal-hal yang melanggar peraturan yang bentuknya bermacam-macam, mulai dari tata tertib sekolah, peraturan lalu lintas, norma
3
pergaulan dan etika yang berlaku di masyarakat, bahkan tindakan-tindakan melanggar hukum seperti tindak kriminal dan penyalahgunaan narkotika dan obatobat berbahaya. (Wahdini, 2008:2). Perilaku disiplin dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari seperti menjalankan ibadah tepat pada waktunya, berangkat sekolah tidak terlambat, mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, istirahat teratur, bekerja sesuai aturan. Hal ini dapat dilihat dan di lakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dirumah maupun disekolah. Perilaku disiplin di sekolah terutama bagi siswa SMA dapat dilihat dari kegiatan di sekolah seperti disiplin masuk kelas, mengikuti kegiatan belajar mengajar, mematuhi peraturan sekolah, mengikuti upacara bendera, berpakaian rapi. Sikap disiplin memerlukan suatu latihan-latihan dalam pelaksanaannya, lebih-lebih pada anak dalam suatu lembaga sekolah. Batasan disiplin dalam penulisan ini merupakan suatu perilaku yang sesuai dengan aturan yang berlaku di dalam masyarakat baik itu masyarakat sekolah maupun lingkungan masyarakat di rumah, karena perilaku disiplin dalam kehidupan merupakan perilaku dalam memenuhi kebutuhan hidup agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Perkembangan anak berlangsung di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Perkembangan anak yang berlangsung di sekolah dan masyarakat, tidak lepas dari peran organisasi sebagai wadah pembinaan anak. Dengan demikian organisasi, merupakan wadah yang sangat penting bagi anak karena didalamnya diajarkan berbagai ketrampilan dan kedisiplinan. kedisiplinan akan terlihat dalam siswa yang aktif berorganisasi karena sudah terlatih dan menjadi bagian kesehariannya dalam berorganisasi. Menurut pengalaman yang saya dapat, dengan seringnya kita bersosialisasi atau berorganisasi dapat memperkaya pengalaman dan pengetahuan karena kita saling bertukar pikiran antar satu dengan yang lainnya. Selain itu dengan berorganisasi juga dapat menambah teman, pergaulan, dan tentunya mempermudah kita untuk mencari informasi karena memiliki banyak relasi. Jenis organisasi bermacam-macam seperti, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Karangtaruna, dan masih banyak lagi organisasi yang dibentuk dari ekstrakurikuler sekolah contoh: Pramuka.
4
Aktif mengikuti organisasi dapat membantu siswa dalam bergaul di lingkungan sekolah, maupun bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sikap kedisiplinan akan terlihat dalam siswa yang aktif berorganisasi karena sudah terlatih dan menjadi bagian kesehariannya dalam berorganisasi. Manfaat berorganisasi yaitu memupuk sikap disiplin, munculnya rasa percaya diri yang tinggi, bersikap kritis terhadap setiap perubahan yang ada, aktif mengemukakan ide-ide, timbulnya rasa solidaritas yang tinggi dan menambah teman. (Nurkolis dalam Manfaat Berorganisasi, http://researchengines.com/nurkolis1.html,) diakses tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.46 WIB. Pada dasarnya siswa SMA merupakan remaja yang sedang berkembang sehingga mempunyai sikap yang ingin menang sendiri, emosional, dan suka tawuran. Menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (2004: 43) “Sikap dan karakteristik remaja yang sering timbul adalah pemalu dan perasa, munculnya konflik dan emosi yang kuat, muncul tingkah laku radikal dan memberontak”, untuk itu sering kali siswa SMA mempunyai sikap yang brutal dan tidak mau patuh terhadap aturan yang berlaku di sekolah seperti : datang terlambat, baju tidak dimasukkan, merokok di sekolah, rambut panjang bagi siswa laki-laki, suka membolos, dan tawuran. Masa remaja adalah masa dimana seorang anak mencari pola hidup yang sesuai dengan jati dirinya. Seorang remaja akan cenderung memilih untuk bergaul dengan kelompok teman sebaya (peer group) sebagai wadah penyesuaian diri. Interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya berdampak pada perubahan perilaku, gagasan bahkan corak kehidupan kepribadian individu. Kelompok teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial bagi remaja untuk belajar hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja. Peer group penting bagi siswa SMA yang merupakan usia remaja karena di usia remaja merupakan usaha mencari identitas, dan hal itu berpengaruh dalam kehidupan anak dan kedisiplinan anak. Pergaulan peer group merupakan kelompok sebaya atau mempunyai usia yang hampir sama, biasanya hobi yang
5
dimiliki pun hampir sama, jadi kelompok sebaya merupakan salah satu sarana bagi remaja yang sedang mencari identitas diri. Adapun fungsi atau peranan yang di peroleh dari kelompok sebaya ini adalah : mengajarkan mobilitas sosil, mempelajari peranan sosil yang baru, mengembangkan sosiabilitas dalam diri remaja (Vembriarto, 1993). Hal ini di lakukan agar mereka merasa diakui dan dibutuhkan keberadaannya, untuk itu dalam melakukan segala aktivitas dan kegiatan mereka sangat memegang kedisiplinan agar segala kegiatan dapat berjalan lancar. Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga tiap anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan yang terikat dan saling mendukung. Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individuindividu yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa individu akan berperilaku apa saja sesuai dengan kehendak kelompoknya, dengan kata lain perilaku atau pendirian individu bisa dipengaruhi oleh kelompok di mana dia berada. Individu akan cenderung berperilaku sama atau searah dengan peer groupnya tersebut. Kecenderungan remaja untuk berperilaku searah peer groupnya tidak terlepas dari keinginan untuk diterima sebagai bagian dari kelompoknya. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa seorang remaja telah bergabung dengan suatu kelompok dan merasa cocok dengan kelompok tersebut maka akan muncul kohesivitas yang kuat pada diri remaja. Apabila teman-teman sebaya
(peer group) itu memiliki motivasi yang tinggi, jiwa
kepemimpinan, disiplin bagi teman-teman yang lainnya. Kohesivitas kelompok merupakan petunjuk penting mengenai seberapa besar pengaruh kelompok secara keseluruhan atau masing-masing anggotanya. Siswa SMA yang merupakan usia remaja sangat penting berorganisasi karena pada usia remaja anak mencari identitas diri. Selain itu dalam berorganisasi juga akan tercipta perilaku disiplin yang akan membantu siswa terlebih siswa SMA dalam menjalani kehidupan.
6
Kebenaran dari uraian diatas tentu perlu dibuktikan melalui penelitian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Keaktifan Berorganisasi dan Kohesivitas Peer Group dengan Kedisiplinan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Sikap disiplin memerlukan suatu latihan dalam pelaksanaannya, lebih-lebih pada peserta didik. Apakah siswa SMA tertanam sikap disiplin? 2. Banyak fenomena yang menggambarkan ketidakdisiplinan remaja, tetapi kedisiplinan dituntut di organisasi sekolah. 3. Apakah aktif mengikuti organisasi dapat membantu siswa dalam bergaul di lingkungan sekolah, maupun bersosialisasi dengan lingkungan sekitar? 4. Orang yang suka berorganisasi cenderung memiliki pola pikir yang dewasa dan sedikit lebih bijak menghadapi suatu permasalahan,di banding yang tidak gemar berorganisasi. 5. Apakah berorganisasi membuat kita sadar akan pentingnya sikap-sikap mental yang positif, salah satunya yaitu disiplin? 6. Apakah interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya akan berdampak pada perubahan perilaku, gagasan bahkan corak kehidupan kepribadian individu? 7. Apabila ada salah satu anggota peer group itu memiliki sikap kedisiplinan yang tinggi, apakah anggota lain juga termotivasi untuk mengikutinya? 8. Apakah
kohesivitas
kelompok
memberi
keseluruhan atau masing-masing anggotanya?
pengaruh
kelompok
secara
7
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka permasalahan dibatasi pada : 1. Keaktifan berorganisasi yang dimaksud adalah kegiatan dan kesibukan yang dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan, meliputi ikut berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan organisasi dan patuh menjalankan peraturan organisasi tersebut. 2. Kohesivitas peer group yang dimaksud adalah tingkat keterikatan atau keeratan hubungan diantara anggota kelompok anak sebaya yang berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lain sehingga timbul rasa ketergantungan dan saling membutuhkan. 3. Kedisiplinan siswa yang dimaksud adalah keadaan tertib dimana siswa harus menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada yang dilakukan dengan senang hati serta dengan kesadaran diri. Kedisiplinan sebagai alat pendidikan diterapkan dalam rangka proses pembentukan, pembinaan dan pengembangan sikap dan tingkah laku yang baik.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?. 2.
Apakah ada hubungan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?.
3. Apakah ada hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?
8
E. Tujuan Penelitian Mengacu pada permasalahan yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dengan dilakukanya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa. 2. Untuk mengetahui hubungan kohesivitas
peer group dengan kedisiplinan
siswa. 3. Untuk mengetahui hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam bidang ilmu Sosiologi dan Psikologi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukkan untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah ini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, untuk mengetahui pentingnya berorganisasi dan kohesivitas peer group untuk menciptakan perilaku disiplin. b. Bagi Kepala Sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan akan pentingnya kedisiplinan siswa sehingga akan mempertahankan kemajuan organisasi yang ada di sekolahan tersebut dan memberi penyuluhan pada siswa untuk terus aktif di dalam organisasi. c. Bagi Guru, dapat memberikan sumbangan untuk lebih mengembangkan keaktifan berorganisasi siswa dan membantu anak didiknya dalam berorganisasi dan bergaul dengan teman sebaya dengan baik. d. Bagi Orang tua siswa, agar lebih cermat mengawasi dan mendidik putra putrinya agar lebih berdisiplin dengan cara mendorong untuk aktif berorganisasi dan memilih kohesivitas peer groupnya.
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa a. Pengertian Kedisiplinan Kedisiplinan dalam kehidupan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena kedisiplinan merupakan modal dasar yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai kesuksesan. Apalagi di dunia pendidikan kedisiplinan sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Sekarang ini pengertian disiplin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak pengertian disiplin yang berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Adapun pengertian disiplin menurut para ahli adalah sebagai berikut : 1). Menurut Mac Millan dalam Tulus Tu’u (2004:20) ”Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1) tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku” Berdasarkan pernyataan di atas yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu latihan yang bertujuan untuk mengendalikan tingkah laku, membentuk sikap mental atau karakter moral seorang individu dengan cara mengikuti dan melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku. Sifat pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri setiap orang. Pengendalian diri di sini dimaksudkan adalah suatu kondisi di mana seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri sehingga tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu meluap-luap dan berlebih-lebihan. Apabila setiap perbuatan selalu berada dalam koridor disiplin dan tata tertib, akan tumbuh rasa kedisiplinan untuk selalu mengikuti tiap-tiap peraturan tersebut.
9
10
2). Menurut Mulyasa (2003:108) “disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan yang ada dengan senang hati” Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa disiplin merupakan suatu kepatuhan terhadap aturan atau tata tertib yang berlaku dilingkungan kehidupan orang yang terkait dan dilakukan dengan kesadaran diri. Disiplin mengandung asas taat, yaitu kemampuan untuk bersikap dan bertindak secara konsisten berdasar pada suatu nilai tertentu. Disiplin merupakan sikap yang harus ditanamkan dan dikembangkan sejak dini pada setiap diri manusia, karena disiplin sebagai latihan untuk mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri dan berperilaku tertib. Aktivitas sehari-hari baik di rumah, di sekolah maupun lingkungan masyarakat bisa dijadikan sarana efektif untuk menerapkan kedisiplinan bagi anak usia dini. Anak mulai dibiasakan agar cuci tangan dan berdoa sebelum atau sesudahnya, serta tidak diperbolehkan makan dan minum sambil berdiri. Setiap upaya menerapkan kebiasaan ini pada anak harus diikuti dengan penjelasan yang mudah dimengerti oleh anak. 3). Menurut Soegeng Prijodarminto (1992:23) “Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.” Dari pernyataan di atas yang dimaksud dengan kedisiplinan adalah keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu yang berupa peraturanperaturan atau kebiasaan dan nilai-nilai. Di dalam kehidupan bermasyarakat pasti terdapat nilai-nilai dan norma yang dianut dan nilai tersebut bisa dijadikan pedoman demi terciptanya keteraturan hidup. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat penulis simpulkan
bahwa
yang dimaksud
dengan
kedisiplinan
adalah
kedisiplinan adalah sikap dan kondisi seseorang yang menunjukkan
11
ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan,nilai-nilai dan tata tertib yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati serta kesadaran diri. Peraturan tersebut berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan individu dan kelompok. Perilaku yang menunjukan kedisiplinan dapat dilihat dari perilaku seseorang yang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu baik persetujuan tertulis, lisan maupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan. b. Pengertian Siswa Seorang anak dapat dibentuk kepribadianya melalui lembaga formal yang dinamakan sekolah. Sekolah ialah merupakan lembaga pendidikan formal mempunyai tugas yang tidak lepas dari tugas pendidikan secara umum. Lingkungan sekolah adalah merupakan keadaan yang ada di sekitar anak, yang banyak di pengaruhi lingkungan keluarga dan masyarakat. Lingkungan sekolah berpengaruh bagi perkembangan kepribadian moral anak agar tercipta hubungan yang baik antara teman-teman sekitar selama proses belajar dan pendidikan di sekolah. Seorang anak yang menjalani pendidikan di sekolah biasa disebut dengan siswa. Siswa adalah adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu Menurut Moeliono (1993) “siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar”. Dengan demikian siswa adalah orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Untuk itu siswa merupakan anakanak dan remaja yang sedang mengenyam pendidikan formal. Sehingga yang dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah remaja atau anak yang sedang belajar mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah.
Semua aktifitas siswa dapat
dilihat dari aktifitas pendidikannya di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah yaitu aktifitas dalam keluarga dan aktifitasnya dalam masyarakat.
12
c. Pengertian Kedisiplinan Siswa Masalah disiplin siswa di sekolah tidak dapat dipisahkan dari masalah tata tertib sekolah. Sehingga kedisiplinan siswa merupakan cerminan langsung dari kepatuhan seorang siswa dalam melakukan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah akan mendukung terciptanya karakter dan kepribadian yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mulyasa (2003:103) yang berbunyi “Perlunya disiplin di sekolah adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan”. Oleh karena itu Perilaku disiplin juga sangat dibutuhkan dalam pembinaan perkembangan siswa untuk menuju masa depan yang lebih baik. Membentuk karakter anak tidak semudah membalikan telapak tangan. Memberikan perilaku bijak dan cara memandang suatu permasalahan secara positif harus ditanamkan sejak dini. Ibarat membuat rumah, harus membuat pondasi yang kuat agar rumah tidak roboh. Kedisiplinan berperan penting dalam pencapaian keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang diharapkan karena kedisiplinan itu akan membawa dampak positif bagi siswa. Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah. Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dinamakan dengan kedisiplinan siswa adalah keadaan tertib dimana siswa harus menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada yang dilakukan dengan senang hati serta dengan kesadaran diri. Berbagai macan aktivitas yang dilakukan berdasarkan atas
13
sikap kedisiplinan, maka kegiatan tersebut dapat terkendali dan terkontrol secara teratur. Kesadaran untuk mempunyai sikap disiplin di sekolah bagi setiap anak berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Ada anak yang memiliki kesadaran akan disiplin yang rendah sementara yang lain memiliki kedisiplinan yang tinggi. Sehingga pada akhirnya siswa yang memiliki kesadaran akan sikap disiplin yang tinggi, maka mampu berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. d. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang,. Kecenderungan tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu
tergantung
bagaimana
pengoptimalannya.
Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka agar manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan aturan maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui berbagai bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut baik melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan yang mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan penghargaan bagi pelaku dan pengawasan. Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa yang mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Emile Durkheim dalam Ratna.S (1990:24-34) adapun faktor yang menyebabkan kedisiplinan yaitu “tanggung jawab, harapan diri dan harapan orang lain.” Agar faktor-faktor yang menyebabkan kedisiplinan jelas, maka dapat penulis uraikan sebagai barikut:
14
1). Tanggung jawab Seseorang yang diberi tanggung jawab, maka orang tersebut akan berusaha mengemban tanggung jawab tersebut. Orang yang memiliki tanggung jawab besar untuk menyelesaikan suatu tugas maka orang tersebut akan terdorong dan berusaha untuk mengatur dirinya sendiriagar dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Selain itu orang tersebut juga akan mengatur orang lain agar bertanggung jawab sesuai dengan tugas yang diberikan. Misalnya saja, seorang siswa diberi tanggung jawab untuk memimpin rapat, maka siswa tersebut akan melaksanakan dengan tanggung jawab dengan datang lebih awal, mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan serta memimpin jalannya rapat. 2). Harapan diri Seseorang akan cenderung berperilaku disiplin apabila terdorong oleh adanya harapan dan keinginan untuk memperoleh atau menghindari sesuatu. Harapan dan keinginan tersebut berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri. Misalnya saja seorang siswa akan berlaku disiplin karena menghindari hukuman yang diberikan oleh guru kesiswaan apabila melanggar peraturan yang ada di sekolah. Selain itu ada juga seorang anak yang berperilaku disiplin karena mengharapkan penghargaan dari orang lain. 3). Harapan orang lain Selain tanggung jawab dan harapan diri, ada juga faktor lainnya yaitu harapan orang lain. Harapan dan kepentingan yang berasal dari orang lain juga akan menyebabkan dan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku taat dan disiplin. Harapan dan kepentingan itu biasanya untuk kepentingan bersama serta untuk kemajuan. Misalnya suatu lembaga sekolah yang akan kedatangan tamu tim penyidik sekolah, maka kepala sekolah akan menghimbau para siswa untuk berlaku disiplin di kelas, berpakaian rapi, menjaga kebersihan kelas, bertutur kata yang baik dan sebagainya.
15
e. Unsur-unsur Kedisiplinan Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman hidup mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin. Bila disiplin diharapkan mampu mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai unsur pokok dalam kedisiplinan. Hurlock dalam Istiwidayanti (1999:84) menyebutkan empat unsur pokok kedisiplinan ialah peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi. Agar unsur-unsur pokok itu lebih jelas dapat diuraikan penulis sebagai berikut: 1). Peraturan Peraturan dalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan oleh guru, orang tua dan teman bermain. Tujuan peraturan adalah untuk mewujudkan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan yang jelas dan dapat diterapkan secara efektif akan membantu anak merasa aman dan terhindar dari tingkah laku yang menyimpang dan bagi orang tua, berguna untuk memanfaatkan hubungan yang serasi antara anak dan orang tua. Dalam hal peraturan sekolah misalnya, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, lapangan sekolah, kantin. Peraturan berfungsi mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. Peraturan juga membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. 2). Hukuman Hurlock dalam Istiwidayanti (1999:89) menyatakan bahwa “hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan
atau
pelanggaran
sebagai
ganjaran
atau
16
pembalasan”. Hukuman mempunyai peran antara lain menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Tetapi hukuman untuk perilaku yang salah hanya dapat dibenarkan bila ia mempunyai nilai pendidikan dan ketika perkembangan bicara dan bahasa anak telah baik, penjelasan verbal harus menggantikan hukuman. 3). Penghargaan Hurlock
dalam
Istiwidayanti
(1999:90)
mengistilahkan
“penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik”. Penghargan tidak perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa katakata pujian, senyuman, atau tepukan dipunggung dan belaian. Banyak orang yang merasa bahwa penghargaan itu tidak perlu dilakukan karena bisa melemahkan motivasi anak untuk melakukan apa yang harus dilakukannya. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan anak merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil. Pengargaan tidak harus berupa piala ataupun piagam. Pujian atau pemberian nilai yang bagus adalah cukup untuk memberikan penghargaan dari guru terhadap muridnya sebagai motivasi untuk lebih mengembangkan kepercayaan diri siswa. 4). Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, keajegan, atau
suatu
kecenderungan
menuju
kesamaan
(Hurlock
dalam
Istiwidayanti, 1999:91) “Konsistensi tidak sama dengan ketetapan yang berarti tidak adanya perubahan, sebaliknya artinya ialah suatu kecenderungan menuju kesamaan”. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan dipaksakan, dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak
17
menyesuaikan pada standar dan dalam penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan. Disiplin tidak mungkin terlaksana tanpa konsistensi. Dengan adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala hal yang bersifat tetap, sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah. f. Fungsi Kedisiplinan Keinginan untuk mempunyai sikap disiplin bagi setiap anak berbedabeda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Ada anak yang memiliki disiplin yang rendah sementara yang lain memiliki disiplin yang tinggi. Keadaan seperti perlu disadari bahwa disiplin bagi anak adalah sebagai proses perkembangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang datang dari luar maupun dari dalam diri siswa itu sendiri. Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Kedisiplinan dirasakan sebagai sebuah pengalaman siswa tentang hak pribadi, terutama bagi pribadi yang sedang dalam konflik. Oleh karena itu, kedisiplinan memberikan fungsi yang sangat berharga bagi pendidikan. Adapun fungsi kedisiplinan di sekolah menurut Tu’u (2004:38) ialah menata kehidupan bersama, membangun kepribadian, melatih kepribadian sikap, pemaksaan, hukuman, dan menciptakan lingkungan kondusif. Fungsi dari kedisiplinan tersebut dapat diuraikan oleh penulis sebagai berikut: 1). Menata Kehidupan Bersama Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda. Sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut diperlukan norma, nilai peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar dan baik. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat.
18
2). Membangun Kepribadian Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan
keluarga,
lingkungan
pergaulan,
lingkungan
masyarakat dan lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masingmasing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Jadi lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. 3). Melatih Kepribadian Sikap. Perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.
Seorang
siswa apabila dilatih untuk berdisiplin, maka siswa tersebut akan terbiasa dan lama-kelamaan kebiasaan yang baik itu akan menjadi kepribadian yang baik pula. 4). Pemaksaan Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan
dan tekanan dari luar. Dikatakan
terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin. Jadi disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu. 5). Hukuman Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.
19
6). Mencipta Lingkungan Kondusif. Sekolah
merupakan
ruang
lingkup
pendidikan
(Wawasan
Wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik, hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan prestasi siswa akan mencapai hasil optimal. Untuk sekolah, disiplin itu sangat perlu dalam proses belajar mengajar, alasannya yaitu: disiplin dapat membantu kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan meningkatkan hubungan sosial Berdasarkan uraian yang telah disampikan di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian, sungguh-sungguh dan kompetitif dalam pembelajarannya. Lingkungan disiplin seperti itu ikut memberi andil lahirnya siswa-siswa yang berprestasi dengan kepribadian unggul. Di sana ada dan terjadi kompetisi positif diantara mereka. Oleh karena itu kedisiplinan mempunyai fungsi untuk membentuk kepribadian dan karakter sumber daya manusia yang handal. g. Kedisiplinan di Sekolah Kedisiplinan adalah suatu keadaan yang selalu menaati peraturan dan tata tertib yang telah ada. Disiplin dimulai dari diri sendiri, hal ini diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang teratur. Kedisiplinan dapat kita lakukan di rumah di sekolah dan di masyarakat. Disiplin dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Disiplin di sekolah
20
bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta
mencegah
timbulnya
problem-problem
disiplin
dan
berusaha
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian disiplin dapat merupakan bantuan kepada peserta didik agar mampu berdiri sendiri (help for self help) (Mulyasa, 2003:108). Menurut Slameto seperti yang dikutip Susilowati (2005:25), ada beberapa macam disiplin yang hendaknya dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya di sekolah yaitu disiplin siswa dalam masuk sekolah, disiplin dalam mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah. Agar lebih jelas, kedisiplinan di sekolah dapat diuraikan penulis sebagai berikut: 1). Disiplin siswa dalam masuk sekolah Disiplin siswa dalam masuk sekolah ialah keaktifan, kepatuhan dan ketaatan dalam masuk sekolah. Artinya, seorang siswa dikatakan disiplin masuk sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak pernah terlambat serta tidak pernah membolos setiap harinya. Seorang siswa yang aktif berangkat ke sekolah tidak pernah ketinggalan materi yang disampaikan oleh guru. Ia akan mengikuti pelajaran secara lengkap sehingga proses pembelajaran berjalan lancar tanpa hambatan. 2). Disiplin dalam mengerjakan tugas Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam belajar, yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah. Tujuan dari pemberian tugas biasanya untuk menunjang pemahaman dan penguasaan mata pelajaran yang disampaikan di sekolah, agar siswa berhasil dalam belajarnya. Apabila siswa disiplin dalam mengerjakan tugas, maka materi yang telah disampaikan oleh guru dapat diserap dan dipahami oleh siswa dengan mudah. Disiplin dalam mengerjakan tugas misalnya saja, mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, mengerjakan tugas dengan rasa tanggung jawab dan mengerjakan tugas sungguh-
21
sungguh. Dari kedisiplinan dalam mengerjakan tugas itu, pemahaman siswa akan tugas tersebut bertambah dan materi dapat diserap dengan baik dan lancar. 3). Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah menuntut adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran, yang terarah pada suatu tujuan belajar. Sehingga pada proses pembelajaran sehari-hari dikelas, suasananya akan terasa hidup. Dengan adanya kedisiplinan saat mengikuti pelajaran hubungan antara guru dan siswa berjalan secara interaktif karena didalam pembelajaran tersebut siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan menumbuhkan dampak yang positif atas terselenggaranya proses belajar mengajar. 4). Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah adalah kesesuaian tindakan siswa dengan tata tertib atau peraturan sekolah yang ditunjukkan dalam setiap perilakunya yang selalu taat dan mau melaksanakan tata tertib sekolah
dengan penuh kesadaran. Dengan
adanya kesadaran yang timbul dari jiwa siswa itu sendiri, diharapkan berbagai macam peraturan yang ada, misalnya: tata tertib sekolah, tata tertib di kelas, kewajiban dan tugas siswa, selalu ditaati tanpa harus dipaksa dengan hukuman. Disiplin merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sekolah. Untuk itu, setiap pihak-pihak yang terkait seperti guru, kepala sekolah harus membuat peraturan sekolah. Peraturan ini haruslah rinci dan jelas, agar siswa dapat dengan benar-benar patuh terhadap tata tertib sekolah dan bagi siswa yang melanggar harus diberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Penerapan kedisiplinan ini harus diterapkan dengan bijaksana yaitu dengan memberikan sanksi yang sesuai tindakannya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menerapkan kedisiplinan yang baik pada anak dan peserta didik agar membawa anak kearah kemajuan.
22
h. Kedisiplinan di rumah Anak sebagai generasi baru yang lahir dari suatu keluarga akan sangat dipengaruhi oleh suasana keluarga dimana ia hidup. Dalam hal ini keluarga merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan anak karena keluarga sebagai kelompok primer yang di dalamnya terjadi interaksi di antara para anggota dan di situlah terjadinya proses sosialisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (2004:85) yang berbunyi “ salah satu fungsi dari keluarga adalah sebagai wadah belangsungnya sosialisasi primer, yakni dimana anak-anak di didik untuk memahami dan menganuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat”. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak. Setiap orang tua dalam keluarga mempunyai cara sendiri-sendiri untuk mengajarkan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ada di masyarakat. Ada orang tua yang bersikap tegas dalam menerapkan aturan namun ada orang tua yang memberikan kebebasan bertindak. Semua tergantung dari kebijakan masing-masing orang tua. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang baik, maka akan tumbuh dan berkembang secara baik pula. Membentuk karakter anak dapat dimulai dari membentuk kedisiplinan anak itu sendiri. Diawali dengan disiplin di rumah, mulai dia bangun tidur sampai dia tidur lagi di malam hari sebaiknya dibuat suatu jadwal kegiatan yang harus dipatuhi anak setiap hari. Misalnya kapan jam untuk bermain, kapan jam untuk belajar, kapan jam untuk tidur, kapan jam untuk mandi, kapan jam untuk kegiatan ekstra kulikuler. Dalam membuat jadwal orang tua harus mengajak diskusi anak menentukan jadwal kegiatan. Orang tua yang baik adalah orang tua yang membimbing anak dalam menentukan jadwal kegiatan yang tepat terutama mengenai belajar. Kegiatan sehari-hari harus dilakukan dengan teratur untuk itu perlu adanya jadwal kegiatan jadwal kegiatan berguna untuk mengatur waktu sejak bangun tidur sampai mau tidur lagi. Anak yang baik akan melakukan kegiatan sehari hari sesuai dengan jadwal yang dibuat dan waktu diatur sesuai kebutuhan. Waktu belajar digunakan sebaik baiknya untuk belajar serta waktu bermain
23
digunakan
untuk
bermain.
Pengaturan
waktu
yang
baik
sangat
menguntungkan diri sendiri. Anak yang pandai mengatur waktu kegiatan sehari-hari akan melakukan aktivitas sesuai jadwal kegiatan sehingga tidak banyak waktu yang terbuang. Jadwal kegiatan ini bukan dijadikan suatu pengekangan tetapi lebih ke pembelajaran karakter, agar anak terbiasa mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan sesuatu secara terencana dan maksimal tidak setengah-setengah. Tidak akan ada anak yang bodoh di dunia ini apabila setiap orang tua menanamkan kedisiplinan pada anaknya sejak dini. Oleh sebab itu orang tua perlu membuat suatu aturan-aturan yang berguna untuk menanamkan kedisiplinan pada anaknya. Komitmen orang tua terhadap aturan yang dibuat akan berpengaruh pada keberhasilan menerapkan kedisiplinan. Hal ini penting agar orang tua tidak hanya sekedar berbicara, tetapi juga memberikan keteladanan dari apa yang dikatakannya. Penerapan konsistensi ini tidak hanya pada saat mengajarkan kedisiplinan pada anak, tetapi pada semua aktivitas apapun hal ini harus diutamakan. Orang tua harus konsisten dalam arti ketika aturan-aturan itu dibuat, maka harus ada kesepakatan-kesepakatan awal terlebih dahulu, konsekuensi apa yang harus diterima jika kesepakatan itu dilanggar. Sebaliknya orang tua jangan lupa memberikan reward (penghargaan) kepada anak jika anak tidak melanggar kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui bersama. i. Kedisiplinan di masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan yang mendukung dan memberi sumbangan terhadap perkembangan kepribadian anak. Dalam kehidupan masyarakat pasti ada suatu aturan yang mengatur dan mengendalikan perilaku, baik perilaku seseorang maupun perilaku kelompok. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup berkelompok dan memiliki pergaulan yang luas dalam masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan kedisiplinan terhadap peraturan-peraturan di masyarakat agar interaksi diantara anggotanya bisa berjalan baik. Di kehidupan masyarakat biasanya tidak ada aturan yang tertulis. Aturan dalam masyarakat biasanya berbentuk norma, baik dan buruk
24
menurut kebiasaan masyarakat. Ada bermacam-macam norma yang ada di masyarakat. Saptono dan Bambang Suteng (2006:56) mengemukakan ”Secara sosiologis, beragam norma sering digolongkan menjadi empat macam, yaitu: folkways, mores, pranata sosial dan hukum. Penjelasan mengenai empat macam norma di masyarakat akan diuraikan penulis sebagai berikut : 1). Folkways Folkways adalah kebiasaan suatu kelompok maupun individu dalam melakukan suatu hal. Contoh kebiasaan dari masyarakat kita seperti makan menggunakan tangan kanan, memakai baju batik pada acara resmi, mengendarai kendaraan di jalur sebalah kiri jalan dan sebagainya.
Norma
ini
mengatur
perilaku
sehari-hari
warga
masyarakatnya. Apabila ada pelanggaran terhadap peraturan ini, maka tidak dikenakan sanksi penjara karena hanya menimbulkan sedikit masalah dan tidak terlalu menggangu kehidupan bersama. Akan tetapi folkways mempunyai peranan dalam mengatur perilaku keseharian warga masyarakat. 2). Mores Mores adalah suatu aturan pada masyarakat yang dilandasi oleh moral sehingga sering disebut dengan norma moral. Mores merupakan aturan yang dibutuhkan bagi kesejahteraan masyarakat, karena aturan ini memuat prinsip-prinsip yang amat dihormati masyarakat. Mores adalah gagasan yang tentang benar atau salah, yang mendorong dilakukannya perbuatan-perbuatan tertentu dan melarang perbuatan-perbuatan lainnya. Aturan ini tidak dibuat secara tiba-tiba namun tumbuh secara bertahap melalui kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat. Setiap masyarakat dituntut untuk patuh terhadap mores dan pelanggaran terhadap aturan ini akan menimbulkan sanksi atau hukuman. Aturan ini bisa berupa larangan (tabu) di bidang makanan seperti larangan memakan daging babi. Atau larangan menampilkan diri seperti larangan mempertontonkan aurat dan sebagainya.
25
3). Pranata sosial Rangkaian folkways dan mores mengenai kegiatan-kegiatan yang penting dalam masyarakat biasanya akan diorganisasikan atau dibakukan ke dalam pranata sosial. Misanya saja rangkaian folkways dan mores mengenai hidup berkeluarga dan memelihara anak. Dengan demikian pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang diorganisasikan dan mengandung nilai-nilai sosial serta prosedur-prosedur tertentu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Dalam masyarakat ada lima pokok pranata sosial yaitu keluarga, agama, pemerintah pendidikan dan organisasi kegiatan ekonomi. 4). Hukum Hukum adalah norma yang berada dalam masyarakat dan diresmikan yaitu dirumuskan secara jelas dan tegas serta dipaksakan berlakunya oleh lembaga yang berwenang. Sehingga norma hukum adalah serangkaian kaidah atau petunjuk hidup manusia yang dibuat oleh pejanat yang berwenang, berisi perintah atau larangan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apabila aturan ini dilanggar maka akan dijatuhi sanksi oleh yang berwenang. Norma ini bersifat melengkapi norma-norma hidup bermasyarakat lainnya. Mencuri dan membunuh adalah contoh tindakan ilegal yang melanggar norma hukum. Tindakan ini akan dikenakan sanksi dan hukuman yang tegas dari pihak yang berwenang. Aturan tersebut pada umumnya tidak tertulis, namun aturan tersebut merupakan nilai-nilai yang terdapat di masyarakat, diyakini dan dipatuhi sebagai aturan yang mengatur kehidupan bersama. Apabila peraturan yang ada di masyarakat itu dilanggar, maka kita sendiri yang mengalami kerugian. Selain itu pelanggaran itu dapat menimbulkan sanksi yaitu berupa kucilan yang datang dari masyarakat terkait. Oleh karena itu peraturan yang ada di masyarakat itu biasanya ditaati dan dipatuhi karena mengarahkan kepada halhal yang baik dan positif bagi kehidupan bermasyarakat.
26
j. Cara Menanamkan Kedisiplinan Usaha untuk membina dan menumbuhkan kedisiplinan pada diri anak menjadi bagian integral dari suatu proses atau kegiatan belajar. Ada beberapa teknik atau cara untuk menumbuhkan dan membina disiplin. Elizabeth B. Hurlock dalam Istiwidayanti (2000:93) mengemukakan bahwa cara-cara menanamkan disiplin dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu cara mendisiplin otoriter, cara mendisiplin yang permisif dan cara mendisiplin demokratis. Suatu deskripsi singkat dari ketiga cara menanamkan disiplin akan menunjukkan ciri-ciri masing-masing dan akan menyorot ciri-ciri baik buruknya. Ketiga cara itu antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Cara Mendisiplin Otoriter Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tandatanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan. Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak yang wajar hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Di sekolah terdapat aturan atau tata tertib yang tertulis dan setiap siswa harus mentaatinya. Sedangkan dirumah seorang anak harus mematuhi semua peraturan yang telah dibuat oleh orang tuanya. Sehingga anak tidak diberi kebebasan untuk bertindak, semua kegiatan selalu dikontrol oleh orang tua. Di masyarakat semua kegiatan dikuasai dan diatur oleh ketua kelompoknya. 2). Cara Mendisiplin yang Permisif Disiplin permisif sebenarnya berarti sedikit disiplin atau tidak disiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Dalam hal ini anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diijinkan untuk
27
mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Dalam disiplin ini siswa dibiarkan bertindak menurut keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Cara disiplin permisif ini siswa lebih dituntut untuk mempunyai rasa tanggung jawab sendiri karena siswa diberi kebebasan. Dengan kata lain, kebebasan disini adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Cara disiplin permisif ini juga bisa diterapkan di rumah yaitu anak diberi kebebasan untuk bertindak dan dipercaya namun dibawah pengawasan orang tuanya. Sedangkan pada masyarakat, anak diberi kebebasan agar berbuat sesuai dengan keinginannya selama tidak melampaui aturan yang ada di masyarakat. 3). Cara Mendisiplin Demokratis Metode
demokratis
menggunakan
penjelasan,
diskusi
dan
penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukuman. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Falsafah yang mendasari disiplin demokratis adalah falsafah bahwa disiplin adalah bertujuan mengajar anak mengembangkan kendali atas perilaku mereka sendiri. Aplikasi disiplin di sekolah berupa aturan baku yang ditaati bersama. Kesalahan akan mendapat punishment (hukuman) dan prestasi mendapat reward (penghargaan). Misalnya, jika siswa terlambat datang ke sekolah, maka dihukum menyapu halaman sekolah. Sebaliknya jika siswa meraih prestasi rangking di kelas, akan mendapat penghargaan berupa piagam atau hadiah. Begitu pula dirumah, setiap keteladanan yang dilakukan oleh anak patut untuk mendapatkan pujian atau penghargaan yang berupa hadiah dan setiap pelanggaran yang dilakukan juga perlu diberikan hukuman yang bersifat mendidik.
28
2. Tinjauan Tentang Keaktifan Berorganisasi a. Pengertian Keaktifan Manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari akan melakukan usaha yang ditandai dengan adanya kegiatan. Dari semua kegiatan manusia tersebut timbul aktivitas yang mana berupa tindakan-tindakan yang dilakukan manusia dalam kegiatan sehari-harinya. Keaktifan merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari dan ini mengarah pada aktivitas sesuai dengan tujuan dari kegiatan itu. Keaktifan membantu seorang anak dalam pembentukan watak dan akhlak dan budi pekerti luhur melalui aktivitas tersebut. Sebelum kita memberikan definisi tentang keaktifan, maka terlebih dahulu kita meninjau pengertian dari aktif dan aktivitas. Keaktifan berasal dari kata ”aktif” dan menurut kamus ilmiah populer (2001:12) aktif adalah ”giat dalam menjalankan kewajiban, kreatif dan sibuk (dalam usaha maupun organisasi)”. Jadi yang dimaksud dengan aktif adalah giat dan kreatif dalam menjalankan kegiatan yang menjadi kewajibanya baik dalam usaha tertentu atau di dalam organisasi. Orang yang aktif, maka kewajibannya akan terpenuhi dengan baik karena ia akan selalu melakukan usaha-usaha agar kewajiban itu dapat dipenuhi. Sumadi Suryabrata (2001:97-98) mengemukakan ”Aktivitas (activiteit) adalah banyak sedikitnya orang mengemukakan diri, menjelmakan perasaan, dan pikirannya dalam tindakan yang spontan”. Jadi aktivitas merupakan tindakan yang dilakukan seseorang secara spontan melalui kegiatan dengan mencurahkan segala potensi yang ada didalam diri. Aktivitas ini dilakukuan agar seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Melalui aktivitas ini seseorang dapat meraih cita-cita yang diinginkan. Dengan demikian dapat dikatakan orang yang mempunyai aktivitas yang banyak maka ia akan semakin dekat dengan tujuan yang ingin dicapainya. Sebaliknya apabila seseorang tidak mempunyai aktivitas maka ia akan cenderung diam dan tidak melakukan perubahan pada dirinya. Orang yang seperti ini adalah orang-orang yang tidak mau mengaktualisasikan dirinya. Dan biasanya tujuan yang diinginkan tidak akan pernah tercapai.
29
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah ikut bergeraknya jasmani dan rohani dalam suatu kegiatan dan kesibukan dengan dituntut untuk berperan dalam kegiatan yang dilakukan dan mencurahkan segala potensi yang dimiliki melalui pikiran maupun tindakan yang nantinya akan direalisasikan sesuai dengan kegiatan itu sendiri. Sehingga orang yang aktif merupakan orang yang ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan kelompok. Dapat dikatakan bahwa orang yang aktif merupakan orang yang mempunyai pikiran yang maju. Seseorang yang aktif adalah seseorang yang mau beraktualisasi diri dan dinamis. b. Pengertian Organisasi Pada awal perkembangan jaman, manusia adalah makhluk individu. Akan tetapi bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat, membuat manusia mulai merasakan perlu untuk hidup berkelompok dan bersosialisasi dengan lingkungannya karena adanya tujuan dan cita - cita yang sama diantara mereka. Di dalam masyarakat sering dijumpai adanya sekelompok orang-orang yang bekerja, baik bekerja di perkantoran, bekerja di sebuah lembaga tertentu ataupun bekerja di swasta. Kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing orang tersebut pasti mempunyai tujuan. Begitu juga dengan seorang anak, khususnya remaja, dalam melakukan aktivitas secara mandiri dan berkelompok diperlukan adanya suatu wadah yang dinamakan organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang organisasi, adapun definisi tersebut adalah sebagai berikut: 1). Menurut Gibson (2000:5) menyatakan bahwa “an organizations is a coordinated consisting of at least two people how function to achieve common goal on set of goal”, yang artinya organisasi adalah suatu unit terkoordinasi yang terdiri sekurang-kurangnya dua orang atau lebih yang fungsinya untuk mencapai tujuan bersama atau menentukan beberapa tujuan.
30
Dari pernyataan diatas memiliki makna bahwa organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang terkoordinasi yang terdiri dari dua orang atau lebih dan mempunyai tujuan yang sama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila tujuan yang ingin dicapai diantara anggota berbeda, maka hal ini bukan organisasi karena suatu organisasi itu harus mempunyai tujuan yang sama. Dalam organisasi para anggota tidak bekerja bersama-sama, tetapi bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Tentunya masing-masing anggota mempunyai tugas yang berbeda untuk mempermudah dalam mencapai tujuan yang diharapkan. 2). Menurut Ngalim Purwanto (2005:17) mengemukakan “organisasi ialah aktivitas-aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud-maksud dan tujuan-tujuan pendidikan”. Berdasarkan pendapat di atas mengandung maksud bahwa organisasi adalah kegiatan-kegiatan yang menyusun hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain dan membentuk kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu khususnya tujuan pendidikan. Melalui organisasi diharapkan dapat mendidik seorang anak dalam membentuk karakter dan kepribadian anak serta melatih sikap mental yang positif. Seorang anak yang ikut berpartisipasi dalam suatu organisasi akan terdorong untuk menerapkan sikap-sikap yang positif. Dengan segala tanggung jawab yang ada di organisasi, seorang anak dilatih untuk disiplin, jujur, berpikir kritis, dan mampu mengatur waktu. Selain itu anak juga semakin terlatih untuk berani mengemukakan pendapat dan membuat suatu keputusan. 3). Menurut Malayu S. P Hasibuan (2005:24-25) “organisasi adalah sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam tujuan tertentu. Organisasi merupakan alat dan wadah saja”
31
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa organisasi itu merupakan suatu alat dan wadah yang dapat mengumpulkan sekelompok orang secara formal, mempunyai struktur jelas, terkoordinasi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Organisasi ini merupakan alat atau tempat agar pekerjaan yang diinginkan dapat tercapai. Jika pekerjaan dikerjakan sendirian, mungkin hasilnya berbeda dengan jika pekerjaan itu dikerjakan bersama-sama. Organisasi adalah kesatuan dari berbagai orang yang bekerja untuk satu tujuan. Dari mulai pemunculan ide, rapat, penyusunan anggaran, eksekusi kegiatan, sampai evaluasi, semua dipikirkan dan dikerjakan bersama-sama. Terutama jika pekerjaan itu mempunyai tujuan sama. Oganisasi itu dibentuk karena para anggota merasa bahwa dengan organisasi hasil kerjanya lebih baik dibandingkan dengan dikerjakan sendiri-sendiri. Setiap anggota bagai roda mesin yang saling menggerakkan. Kalau salah satu macet, maka hasil akhirnya bisa tidak sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa organisasi merupakan bentuk perkumpulan antara dua orang/lebih yang bekerja sama, berstrukur dan berkoordinasi dengan anggotanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Oganisasi itu dibentuk karena para anggotanya merasa bahwa dengan organisasi hasil kerjanya lebih baik dibandingkan dengan dikerjakan sendiri-sendiri. Untuk itulah dalam organisasi setiap anggota mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab tertentu yang dapat memberikan sumbangan kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Organisasi ini merupakan alat atau tempat agar pekerjaan yang diinginkan dapat tercapai. Jika pekerjaan dikerjakan sendiri, mungkin hasilnya berbeda dengan jika pekerjaan itu dikerjakan bersamasama. Suatu organisasi yang baik, perlu memiliki tujuan yang jelas dan nyata, pembagian kerja yang jelas, pembagian tugas sesuai kemampuan, keserasian antar anggota yang bertanggung jawab, dan koordinasi semua bagian.
32
c. Pengertian Keaktifan Berorganisasi Kehidupan manusia dalam hidup bermasyarakat tidak lepas dengan organisasi. Setiap aspek kehidupan baik lingkungan kerja, lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan sebagainya akan selalu dekat dengan organisasi. Dengan aktif mengikuti organisasi, kita mendapat pengalaman berorganisasi. Bagaimana bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-individu majemuk, beraneka ragam latar belakang dan pola pikir. Dengan keaktifan mengikuti organisasi diharapkan memberikan latihan bagi anak untuk membentuk sikap mental yang positif dan juga membantu anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Keaktifan siswa di sekolah adalah bentuk peran aktif siswa dalam mencurahkan segala potensi yang ada pada dirinya dalam berpikir atau bertindak untuk merealisasikan sesuatu terhadap suatu objek dalam wadah usaha bersama dari sekelompok siswa yang masing-masing anggota mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, dalam hal ini keaktifan berorganisasi. Di sekolah siswa mempunyai organisasi seperti OSIS, Pengurus Kelas, Kelompok belajar dan sebagainya. Dengan organisasi tersebut diharapkan siswa dapat berlatih berorganisasi di sekolah dengan baik. Selain di sekolah, anak juga mempunyai organisasi yang berada di masyarakat misalnya saja organisasi Karang Taruna, Remaja Masjid dan sebagainya. Dengan adanya organisasi di masyarakat ini dapat membantu pembentukan karakter seseorang di masyarakat. Dengan aktif pada organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup berkelompok di masyarakat. Selain itu, berorganisasi juga dapat melatih kepemimpinan, bagaimana kita dapat memimpin diri sendiri khususnya dan memimpin orang lain pada umumnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang pasti akan jadi pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri dan di dalam organisasi hal tersebut bisa kita dapatkan. Masih banyak lagi manfaat-manfaat yang bisa kita peroleh ketika kita ikut berpartisipasi disebuah organisasi.
33
Dengan demikian keaktifan berorganisasi adalah kegiatan dan kesibukan yang dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan, meliputi, ikut ber-partisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan organisasi dan patuh menjalankan peraturan organisasi tersebut. Orang yang suka berorganisasi cenderung memiliki pola pikir yang dewasa dan sedikit lebih bijak menghadapi suatu permasalahan,di banding yang tidak gemar berorganisasi. Berorganisasi juga dapat melatih mental kita. Kegiatan dalam setiap organisasi membentuk sikap mental positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri. Dengan pengalaman yang kita dapatkan saat berorganisasi, secara sadar maupun tidak, tingkat kepercayaan diri kita juga meningkat. Kepercayaan diri yang tinggi ini amat berguna saat kita harus melangkah dan menentukan sesuatu. Bila kita percaya diri, maka kita akan lebih berani dalam menghadapi segala situasi. d. Unsur-unsur Organisasi Banyak hal yang harus ada di dalam organisasi. Semua itu harus dipenuhi agar tujuan bisa tercapai. Agar tujuan bisa tercapai, unsur-unsur dalam organisasi harus dipenuhi. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:27) Unsurunsur itu adalah adanya manusia (human factor), tempat kedudukan, tujuan, pekerjaan, struktur, teknologi dan lingkungan. Semua unsur itu perlu saling melengkapi agar tercipta organisasi yang baik. Untuk lebih jelasnya unsur-unsur organisasi tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut : 1). Manusia (human factor) Dalam organisasi dibutuhkan adanya anggota yaitu manusia. Organisasi merupakan alat atau wadah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Organisasi itu merupakan perkumpulan dari beberapa orang, yang di dalamnya ada pemimpin dan juga anggota. Misalnya sajad di sekolah, agar tujuan dari tugas yang diberikan oleh guru bisa berjalan dengan baik, maka dibuatlah organisasi kecil dalam lingkup kegiatan belajar seperti kelompok belajar.
34
2). Tempat kedudukan Organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukan. Setiap organisasi selalu memiliki tempat dimana organisasi itu dibuat. Mungkin saja tempat organisasi itu di dalam kelas. Ada organisasi yang berada di kantor-kantor, di pemerintahan, ada juga organisasi politik bahkan banyak pula organisasi yang mempunyai tempat di masyarakat. Semua organisasi pasti mempunyai tempat. 3). Tujuan Awal organisasi itu dibentuk karena ada tujuan yang hendak dicapai. Untuk itulah maka semua organisasi pasti mempunyai tujuan. Membuat organisasi kelompok belajar misalnya, tujuannya adalah agar belajar bisa lebih efektif dan hasilnya lebih baik. Apabila organisasi itu tidak memiliki tujuan, maka organisasi tidak akan berarti apa-apa. Begitu pula dalam tujuan yang ada tentunya harus sama. Jika tujuannya berbeda, maka tidak perlu dibuat organisasi. 4). Pekerjaan Organisasi itu akan ada jika ada pekerjaan/tugas yang dilakukan. Pada dasarnya dengan organisasi yang ada harapan pekerjaan itu bisa dikerjakan secara efektif. Pekerjaan itu bisa dikerjakan dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan. Sebagaimana contoh di atas. Seorang guru memberikan tugas kepada siswanya secara berkelompok, tentunya tugas ini tidak dikerjakan sendiri sendiri, tetapi harus dikerjakan secara berkelompok. Agar pekerjaannya itu bisa sesuai dengan harapan guru, maka dibentuklah organisasi dalam menyelesaikan tugas bersama. Dan organisasi ini biasa disebut dengan kelompok belajar. 5). Struktur Struktur artinya hubungan kerja antar bagian. Dalam organisasi, ada hubungan kerja antar bagian. Sebuah contoh ada organisasi sekolah, yang di dalamnya terdapat tugas yang jelas antar masing-masing bagian. Ada ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, ada bagian kebersihan, keamanan, keindahan, kekeluargaan, dan lain-lain. Semua menjalankan
35
fungsinya masing-masing. Suatu organisasi akan berjalan dengan baik jika masing-masing pengurus dan anggotanya mengetahui akan tugas dan tanggung jawabnya. Semua yang ada dalam struktur organisasi berjalan sesuai dengan tujuan bersama. 6). Teknologi Sebuah organisasi akan berdiri jika terdapat unsur-unsur teknis yang dibutuhkan dalam suatu organisasi. Unsur-unsur tersebut biasanya berupa teknologi yang berfungsi sebagai sarana untuk melaksanakan kegiatan organisasi. Tanpa adanya suatu teknologi, maka setiap kegiatan yang direncanakan dalam organisasi tidak dapat terlaksana dengan baik. Sehingga teknologi merupakan sarana penunjang dalam kegiatan organisasi. 7). Lingkungan Dalam organisasi pasti ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerja sama sosial. Untuk mencapai tujuan yang nyata, maka dibutuhkan kerja sama. Di dalam kerja sama akan terjadi interaksi antara anggota yang satu dengan lainnya. Lingkup interaksi diantara anggota inilah yang disebut dengan lingkungan dalam organisasi. Dan biasanya dalam lingkungan ini akan terjadi hubungan yang saling mempengaruhi antar anggota organisasi. e. Karakteristik Organisasi Menjalankan sebuah organisasi berapapun besarnya tak pernah akan dapat terlaksana dengan baik hanya dengan satu orang. Hal ini hanya dapat diselenggarakan dengan efisien oleh sebuah tim, yang terdiri dari orang-orang yang bertindak bersama-sama. Organisasi adalah suatu wadah formal dimana sejumlah orang bekerja sama untuk mencapai maksud yang sama. Sebuah organisasi harus memiliki karakteristik tertentu. Arni Muhammad (2002:29) mengatakan ”Di antara karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis, memerlukan informasi, mempunyai tujuan, dan struktur”. Uraian dari karakteristik organisasi dapat dijelaskan penulis sebagai berikut :
36
1). Dinamis Organisasi sebagai sistem terbuka terus-menerus akan mengalami perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkunganya dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah-ubah tersebut. Perubahan inilah yang akan membawa sebuah organisasi bisa menjadi baik dan juga dapat mengalami kemunduran. Oleh karena itu diharapkan setiap perubahan itu bisa membawa pengaruh yang baik untuk kemajuan sebuah organisasi. 2). Memerlukan informasi Semua organisasi memerlukan informasi untuk melangsungkan kegiatan. Tanpa informasi organisasi tidak bisa berjalan. Dengan adanya interaksi para anggotanya, maka informasi akan diperoleh. Informasi ini bisa digunakan sebagai bahan diskusi dan juga pertimbangan untuk membangun sebuah organisasi menjadi maju. Begitu pula sebaliknya dengan tidak adanya informasi suatu organisasi akan macet. 3). Mempunyai tujuan Setiap organisasi harus mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Oleh karena itu antara organisasi satu dengan organisasi lain tujuannya sangat bervariasi. Namun dalam sebuah organisasi pasti memiliki tujuan yang sama. Jika tujuan itu jelas dan para anggotanya merasakan ada kesatuan tujuan, maka di antara anggota itu segera untuk bersatu dalam sebuah kelompok organisasi. Untuk itu diharapkan setiap anggota mendukung pencapaian tujuan organisasi melalui partisipasi mereka. 4). Terstruktur Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat aturan-aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi. Hal inilah yang dinamakan struktur organisasi. Struktur menjadikan organisasi membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas. Dengan adanya struktur organisasi ini akan tercipta koordinasi yang baik. Koordinasi merupakan hal mengatur organisasi sehingga antara peraturan dan tindakan dalam organisasi tidak bertentangan.
37
f. Bentuk-bentuk Organisasi Organisasi akan selalu muncul dalam sebuah kegiatan yang dilakukan secara berkelompok. Kita bisa mengenal macam-macam organisasi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk organisasi menurut Eko Winarto (dalam Kebebasan Organisasi, http://ekowinarto.files.wordpress.com/03/bab36.pdf) adalah terdiri dari : 1). Organisasi sekolah 2). Organisasi masyarakat. a) Berdasarkan proses pembentukan: (1). Organisasi formal (2). Organisasi informal b) Berdasarkan tujuannya : (1). Organisasi sosial (2). Organisasi bisnis c) Berdasarkan hubungannya dengan masyarakat: (1). Organisasi resmi (2). Organisasi tidak resmi. Sedangkan Abdul Azis Wahab (2008:109) mengemukakan ”terdapat dua jenis organisasi yaitu organisasi formal dan organisasi informal”. Organisasi formal disusun berdasarkan kebutuhan dalam mengatur tata hubungan yang ada dalam bentuk struktur yang ditetapkan. Sedangkan organisasi informal dibentuk secara sukarela oleh anggotanya untuk memperoleh kepuasan berafiliasi dan tujuannya adalah untuk persahabatan Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa bentuk-bentuk organisasi adalah organisasi sekolah dan organisasi masyarakat. Bentukbentuk organisasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1). Organisasi sekolah Organisasi di sekolah bisa terjadi di dalam kelas maupun di lingkup sekolah. Organisasi sekolah bisa berupa kelompok belajar, organisasi pengurus kelas, organisasi kepramukaan dan OSIS. Masing-masing organisasi dibentuk karena ada kepentingan yang berbeda-beda.
38
a) Belajar Kelompok Untuk memudahkan mencari data, tentunya setiap kelompok akan membagi tugas dengan satu ketua. Ada yang menjadi penulis, ada yang bagian wawancara, ada pula yang bagian pelapor. Jika penugasan yang diberikan oleh ketua itu jelas, maka masing-masing anggota yang bertugas akan berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika ketua memberikan penugasan yang kurang jelas, maka hasilnya akan kurang memuaskan. b) Organisasi Kelas Di dalam kelas pasti mempunyai struktur organisasi pengurus kelas. Hal ini diharapkan mempermudah dalam kegiatan di kelas. Dengan adanya pengurus kelas, urusan-urusan kelas bisa ditangani oleh siswa. Ada yang bertugas sebagai ketua kelas, wakil, ada pula bendahara, sekretaris, dan anggota. Dengan pembagian tugas yang jelas, semua kegiatan bisa berjalan lancar. Dengan adanya pembagian tugas di dalam kelas, maka yang bertugas itulah yang mempunyai tanggung jawab dengan dibantu oleh anggotanya. Dan ini berarti bahwa organisasi ini telah menjalankan fungsinya dengan baik. c) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Organisasi ini khusus dibentuk di sekolah dengan tujuan untuk melatih anak-anak dalam kepemimpinan. Untuk itu tidak heran bila bagi pengurus ada pembekalan yang disebut dengan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). Dalam LDK, siswa dibimbing oleh bapak dan ibu guru dalam hal berorganisasi yang baik. Ada materi kepemimpinan (leadership), ada latihan komunikasi, latihan pemecahan masalah, dan lain-lain. Ini semua untuk membekali anak-anak supaya kelak menjadi tangguh dalam menghadapi masalah. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) juga diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan sekolah. Misalnya melaksanakan
bakti
sosial,
melaksanakan
Idul
Qurban,
39
melaksanakan
pentas
akhir
tahun,
bahkan
ikut
membantu
memecahkan masalah yang dihadapi oleh teman-temannya. d) Organisasi Kepramukaan Kegiatan pramuka dilaksanakan mulai dari tingkat sekolah sampai tingkat internasional. Kegiatan di dalam pramuka sungguh sangat menyenangkan. Di pramuka juga dilatih kepemimpinan dengan cara berorganisasi. Ada yang disebut pimpinan regu, yang sering disebut dengan Pinru. Pimpinan regu yang sudah ditunjuk oleh kakak pembina atau kelompoknya ini harus bisa menjadi panutan, harus bisa membagi tugas kepada anggotanya. Karena penilaian di dalam kegiatan pramuka ini kebanyakan pada kekompakan regu, yaitu bagaimana cara mengorganisasikan kelompok. Dengan mengikuti pramuka, maka kita berlatih belajar berorganisasi di sekolah. 2). Organisasi di masyarakat Organisasi akan selalu muncul dalam sebuah kegiatan yang dilakukan secara berkelompok.
Berikut ini adalah macam-macam
organisasi di masyarakat. a) Organisasi Formal. Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula dan diatur dengan ketentuan-ketentuan yang formal. Ketentuan-ketentuan yang ada di dalam organisasi formal diatur dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tanggal (ART). Contoh organisasi formal di masyarakat misalnya, LKMD, PKK, dan lain-lain. b) Organisasi Informal. Organisasi Informal adalah organisasi yang dibentuk tanpa disadari sepenuhnya, tujuan-tujuannya juga tidak begitu jelas. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) juga tidak jelas. Hubungan yang terjalin juga sifatnya pribadi dan sifatnya tidak formal. Contoh organisasi informal, misalnya
40
organisasi kesenian karyawan. Setiap karyawan mempunyai keinginan untuk mengembangkan bakat di bidang kesenian. Dari masing-masing pribadi berkumpul untuk membentuk kegiatan kesenian, bisa juga arisan, dan lain-lain. g. Fungsi Organisasi Menjadi anggota dalam sebuah organisasi merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang hidup di masyarakat. Banyak fungsi yang diperoleh apabila kita aktif dalam suatu organisasi baik organisasi formal, informal dan sosial. Menurut Arni Muhammad (2002:32) ”organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi hasil produksi dan mempengaruhi orang.” Uraian mengenai fungsi organisasi dapat dijelaskan oleh penulis sebagai berikut : 1). Memenuhi kebutuhan pokok organisasi. Setiap organisasi pasti mempunyai kebutuhan pokok sendirisendiri. Kebutuhan ini ada dalam rangka kelangsungan kehidupan suatu organisasi. Misalnya semua organisasi cenderung memerlukan gedung sebagai tempat beroperasinya, uang untuk biaya upah pekerja, atau fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi. Kadangkadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja, yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap peralatanya. Semua ini merupakan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhinya. 2). Mengembangkan tugas dan tanggung jawab. Suatu organisasi harus bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar inilah yang memberikan organisasi seperangkat tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi. Misalnya saja dalam organisasi pendidikan, maka organisasi tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang pendidikan seperti
41
memikirkan perkembangan kemajuan pendidikan demi kesejahteraan anggota organisasinya. 3). Memproduksi barang atau orang. Organisasi mempunyai salah satu fungsi yaitu memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing. Misalnya saja organisasi pendidikan guru produksinya adalah calon-calon guru. Para ahli dan pimpinan organisasi akan memikirkan peningkatan dan penyempurnaan hasil produksinya. 4). Mempengaruhi dan dipengaruhi orang. Di dalam organisasi pasti digerakkan oleh orang/manusia. Orang tersebutlah
yang
mengkoordinasi,
mengelola,
membimbing,
dan
memngarahkan yang bisa menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arah yang baru pula. Orang sebagai anggota organisasi, dipengaruhi oleh organisasi. Misalnya saja orang yang berprofesi sebagai guru, maka akan sensitif terhadap tingkah laku anak atau remaja. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan psikologis dan sosial berhubungan dengan tugas dan jabatan kita. 3. Tinjauan Tentang Kohesivitas Peer Group a. Pengertian Kohesivitas Kohesivitas atau Cohesiveness adalah rasa satu kesatuan yang terikat dan saling mendukung yang menggambarkan adanya kualitas ketergantungan diantara anggotanya (dalam hal ini adalah kelompok). Dalam kelompok akan terjadi
rasa satu kesatuan dan kedekatan hubungan antara anggota satu
dengan anggota lainnya sehingga menimbulkan ketergantungan. Rasa ketergantungan ini muncul karena adanya kedekatan dan kecocokan diantara kelompok tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kohesivitas dapat menunjukkan hubungan keakraban pada suatu kelompok tertentu. Berikut ini adalah definisi mengenai kohesivitas dari beberapa sumber : 1). Menurut Kamus Ilmiah Populer (2002:183) yang dimaksud dengan kohesi adalah ”hubungan yang erat”.
42
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan kohesi adalah keeratan hubungan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. Dengan demikian kohesivitas adalah derajat keeratan hubungan diantara komponennya. Kohesivitas biasanya dianggap sebagai sebuah kekuatan dalam suatu hubungan. 2). Menurut Kurt Lewin (dalam Littlejohn Stephen W L dan Karen A. Foss, 2005:232) ”Cohesiveness is the degree of mutual interest among members”, yang artinya kohesivitas adalah tingkat ketertarikan hubungan diantara anggotanya. Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa kohesivitas merupakan seberapa besar ketertarikan dan kedekatan hubungan diantara anggota dalam
suatu
kelompok
tertentu.
Sebuah
kelompok
dikatakan
mempunyai kohesivitas rendah apabila tidak memiliki ketertarikan interpersonal antar anggota kelompoknya. Begitu pula sebaliknya suatu kelompok yang mempunyai kohesivitas yang tinggi, maka mempunyai ketertarikan diantara anggotanya. Dengan kata lain keanggotaan kelompok saling menarik karena diantara anggotanya saling mendukung dan saling membantu sehingga menimbulkan rasa ketergantungan. 3). Menurut J.M. Ivan Cevich (dalam Winardi, 2005:), ”Kelompokkelompok formal dan informal cenderung memiliki kedekatan atau keseragaman dalam hal sikap, perilaku dan kinerja. Kedekatan inilah yang sering disebut dengan kohesivitas”. Dari pendapat di atas memiliki makna bahwa kohesivitas merupakan kecenderungan suatu kelompok yang mempunyai kesamaan sikap, perilaku dan kinerja sehingga menimbulkan kedekatan diantara anggotanya. Kelompok-kelompok yang sangat kohesif mempunyai motivasi untuk bersatu, sehingga kinerja kelompok tersebut menjadi efektif. Kohesivitas bersifat mengikat anggotanya agar tetap berada dalam kelompok dan menangkal pengaruh yang menarik anggota agar keluar dari kelompoknya. Kohesivitas dapat memberikan dampak yang baik apabila setiap anggota kelompok memberikan pengaruh yang
43
berupa sikap mental yang positif sehingga memberikan motivasi kepada anggota lain untuk bertindak sesuai dengan sikap mental yang positif tersebut. Selain itu kohesivitas juga dapat meningkatkan hubungan kebersamaan diantara anggota kelompok. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa kohesivitas merupakan tingkat ketergantungan atau kedekatan hubungan diantara anggota kelompok sehingga memunculkan kesamaan sikap, perilaku dan kinerja. Seseorang yang telah bergabung dengan suatu kelompok dan merasa cocok dengan kelompoknya tersebut, maka akan muncul kohesivitas yang kuat pada diri orang itu. Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara mereka. Misalnya saja salah satu anggota kelompok mempunyai sikap disiplin, percaya diri dan semangat yang tinggi, maka anggota yang lainnya akan termotivasi untuk bersikap seperti itu. Hal ini disebabkan karena adanya kedekatan dan ketergantungan hubungan yang disebut dengan kohesivitas. b. Pengertian Peer Group Membicarakan mengenai masalah interaksi antara orang yang satu dengan lainnya, maka tidak lepas dengan adanya suatu kelompok. Demikian halnya dengan seorang anak yang selalu membuat kelompok-kelompok yang ada dalam pergaulannya. Salah satu dari kelompok itu adalah kelompok teman sebaya atau istilah dalam bahasa lain yaitu peer group. Anak memasuki kelompok sebaya secara alamiah dan bermula sejak dia memasuki kelompok permainan dengan anak-anak di lingkungan tetangganya. kelompok sebaya yang lebih besar, yaitu teman-teman sekelasnya. Dalam kelompok sebaya anak belajar bergaul dengan sesamanya. Anak belajar memberi dan menerima dalam pergaulannya. Beberapa ahli memberikan definisi tentang peer group sebagai berikut :
44
1). Menurut Ivor Morrish dalam Abu Ahmadi (2004:191) menyatakan bahwa “a peer is an equal, and a peer group is a group composed of individual who are equals.”, yang artinya seorang teman sebaya adalah teman yang memiliki persamaan, dan sebuah kelompok teman sebaya adalah sebuah kelompok yang anggotanya mempunyai persamaan dalam hal umur, sikap, minat, hobi, dan masih banyak lagi persamaanpersamaan yang lainya. Dari uraian di atas, mengandung makna bahwa peer group adalah sebuah kelompok yang merupakan tempat bermain yang terdiri atas sejumlah individu yang sama dengan tujuan yang sama. Kesamaan itu terdiri dari persamaan usia, hobi, pendapat, nilai-nilai, posisi sosial dan persamaan lainnya. Seorang anak akan lebih dekat dengan teman sebayanya, karena mereka menganggap bahwa teman-teman sebayanya dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman sebayanya. Persahabatan itu ada kalanya diteruskan hingga menginjak usia remaja. Karena mereka merasa bahwa hanya teman-teman dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan merasakan apa yang sedang dialami. 2). Menurut John W. Santrock (2003:186) ”peer are children or adolescent who are of about the same age ar maturity”, yang artinya kelompok sebaya adalah anak-anak atau remaja yang diantaranya mempunyai kesamaan umur atau tingkat kematangan. Dari pendapat di atas terlihat bahwa peer group merupakan suatu kelompok anak sebaya yang memiliki persamaan, khususnya adalah persamaan umur dan tingkat kematangan dalam hal berpikir rasional. Kelompok sebaya atau sering disebut peer group ialah suatu kelompok yang di dalamnya terdapat hubungan interaksi antar individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi sosial. Apabila interaksi tersebut berhasil dalam menjalankan proses sosialisasi, maka akan berdampak positif bagi perkembangan anak. Teman sebaya itu mungkin adalah anak tetangga, teman sekelas, atau bahkan anak kerabat.
45
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peer group adalah suatu kelompok sosial yang terbentuk karena mereka merasa mempunyai kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok tersebut. Di dalam peer group atau kelompok sebaya tersebut yang dipentingkan adalah diantara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Kelompok sebaya atau peer group mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan diri remaja yaitu sebagai persiapan bagi kehidupan di masa yang akan datang dan nantinya akan mempengaruhi sikap, perilaku dan pandangannya. Dengan kata lain peer group juga merupakan salah satu wadah seorang anak untuk melaksanakan sosialisasi setelah keluarga. Hal ini disebabkan karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung pada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama, seorang remaja juga takut kehilangan rasa nyaman yang diperoleh pada masa kanak-kanaknya karena mereka harus bertindak mandiri dan bebas dari keluarga mereka. c. Pengertian Kohesivitas Peer Group Peer group dengan pengaruh yang cukup kuat merupakan hal penting dalam masa remaja. Pada kelompok teman sebaya ini melatih remaja atau anak menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu terbentuk nilai, norma, dan simbol-simbol tersendiri, yang merupakan simbol yang lain atau berbeda dengan yang ada di rumah mereka masing-masing. Bahkan nilai, norma dan simbol antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya berbeda. Ada istilah khusus yang yang mereka ciptakan sendiri sehingga hanya anggota kelompoknya yang tahu tentang istilah tersebut. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara
46
mereka, sehingga tiap anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan yang terikat dan saling mendukung. Dalam kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan lingkungan peer group (kelompok sebaya) dimana remaja bergabung dari pada dengan orang tua, karena remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai yang sama, yang dapat mempercayakan masalahnya dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua atau guru. Pengaruh kuat (kohesi) teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa remaja. Remaja mempunyai kewajibankewajiban terhadap kelompok yang memiliki kode-kode tingkah laku yang mereka tetapkan sendiri dan remaja menghargai dan mematuhinya. Setelah menyesuaikan dengan minat dan nilai yang ada maka akan muncul rasa kohesi terhadap lingkungan dimana remaja bergabung. Kohesi adalah suatu bentuk hubungan persahabatan yang mempunyai ikatan untuk saling membantu dan saling tolong menolong antar sesama anggota. Kelompok sebaya terbentuk karena unsur kesengajaan untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain, namun kadang juga terbentuk karena tidak disengaja. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kohesivitas peer group adalah tingkat ketertarikan hubungan diantara anggota kelompok anak sebaya yang berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lain sehingga timbul rasa ketergantungan dan saling membutuhkan. Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa individu akan berperilaku apa saja sesuai dengan kehendak kelompoknya, dengan kata lain perilaku atau pendirian individu bisa dipengaruhi oleh kelompok di mana dia berada. Individu akan cenderung berperilaku sama atau searah dengan kelompok teman sebayanya tersebut. Kecenderungan remaja untuk berperilaku searah peer group-nya tidak terlepas dari keinginan untuk diterima sebagai bagian dari kelompoknya. Bahkan remaja akan melakukan apapun, agar dapat di masukkan ke dalam anggota. Dengan demikian seorang remaja telah bergabung dengan suatu kelompok dan
47
merasa cocok dengan kelompok tersebut maka akan muncul kohesivitas yang kuat pada diri remaja. Karena mereka merasa bahwa hanya teman-teman dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan merasakan apa yang sedang dialami. d. Latar Belakang Terbentuknya Peer Group Kelompok sebaya terbentuk secara spontan dan anggotanya adalah individu-individu yang mempunyai usia dan status posisi sosial yang sama. Kelompok sebaya ini muncul karena setiap anggotanya mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama. Menurut Slamet Santoso (1999:83) “Latar belakang munculnya kelompok sebaya yaitu: (1) adanya perkembangan proses sosialisasi (2) kebutuhan untuk menerima penghargaan (3) perlu perhatian dari orang lain (4) ingin menemukan dunianya”. Latar belakang terbentuknya peer group akan penulis uraikan sebagai berikut: 1). Adanya perkembangan proses sosialisasi Pada usia remaja, individu mencoba bersosialisasi dalam lingkungan tempat tinggalnya. Dalam usia remaja ini mereka sedang belajar memperoleh kemantapan dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kawan yang memiliki perasaan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Dalam kelompok individu dapat saling berinteraksi satu sama lain, berusaha mengerti dan memahami satu sama lain agar dapat diterima dalam kelompok. Dan kelompok yang dimaksud adalah kelompok teman sebaya (peer group). Melalui peer group ini seorang remaja mendapatkan proses sosialisasi dari teman-teman sebayanya. 2). Kebutuhan untuk menerima penghargaan Secara psikologis, individu membutuhkan penghargaan dari orang lain agar mendapatkan kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu individu bergabung dengan teman sebayanya. yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai sebagai seorang teman. Dengan begitu individu merasakan adanya rasa
48
kebersamaan/kekompakan dalam kelompok teman sebayanya itu. Dan seorang remaja apabila mempunyai teman sebaya yang akrab, maka remaja itu akan merasa berharga karena dapat membagi kebahagiaan dan kesusahan bersama teman sebayanya. 3). Perlu perhatian dari orang lain Pada masa remaja, seseorang mulai mencari perhatian dari orang lain dan lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti dalam kegiatan organisasi remaja di kampung-kampung. Mereka menginginkan
keberadaannya
diakui
dalam
kelompok.
Individu
memerlukan perhatian dari orang lain terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebaya di mana individu merasa sejajar dengan yang lain, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status seperti jika mereka bergabung dalam dunia orang dewasa. Disamping itu, mereka merasa bahwa hanya teman-teman dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan merasakan apa yang sedang dialami. Secara tidak langsung seorang remaja akan mendapatkan perhatian dari teman-teman sebayanya. 4). Ingin menemukan dunianya. Dalam kelompok sebaya individu dapat menemukan dunia sendiri yang berbeda dengan dunia orang dewasa dan sesuai dengan persamaan umur. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan dalam segala bidang, misalnya pembicaraan tentang masalah pacar, pendidikan, hobi dan halhal yang menarik lain yang tidak dapat mereka bicarakan dengan orang tua atau orang dewasa lain. Hal ini disebabkan karena ada daya tarik hubungan interpersonal di antara anggota kelompok teman sebaya. Pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam hal minat, nilai-nilai, pendapat, hobi dan sifat-sifat kepribadian. e. Ciri-ciri Peer Group Kelompok sebaya merupakan suatu kelompok yang dibentuk oleh individu-individu yang mempunyai persamaan usia dan status sosial. Kelompok sebaya ini mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan
49
dengan jenis kelompok lain. Ciri-ciri dari kelompok sebaya atau peer group menurut Slamet Santosa (1999:87) yaitu :”(1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas (2) Bersifat sementara (3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas (4) Anggotanya adalah individu yang sebaya.” Ciri-ciri Peer group dapat penulis jelaskan sebagai berikut : 1). Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas Kelompok sebaya atau peer group terjadi secara spontan, karena diantara anggota terjadi kecocokan sehingga terbentuklah peer group. Kelompok ini tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas karena semua anggota mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama. Walaupun begitu, tetap ada satu orang di antara anggota dianggap sebagai seorang pemimpin yaitu anak yang paling disegani dan paling mendominasi dalam kelompok tersebut. Pemimpin kelompok inilah yang biasanya selalu mengatur kegiatan dan mengambil keputusan kelompok. Meskipun demikian kelompok ini tidak ada struktur yang jelas seperti ketua, sekertaris, anggota 2). Bersifat sementara Kelompok sebaya ini bukanlah merupakan suatu organisasi resmi dan kemungkinan tidak dapat bertahan lama karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, lebih-lebih jika keinginan masing-masing anggota berbeda-beda dan tidak mencapai kesepakatan. Disamping itu apabila kebutuhan diantara anggota kelompok sudah berbeda, maka mereka satu persatu akan memisahkan diri dari kelompoknya. Sehingga kelompok sebaya ini bersifat sementara. Ada kelompok teman sebaya yang berlangsung dengan waktu yang singkat, namun banyak pula peer group yang bertahan sangat lama. 3). Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas Setiap anggota kelompok sebaya mungkin berasal dari lingkungan yang berbeda dan mempunyai aturan serta kebiasaan yang berbeda pula. Dalam kelompok sebaya mereka akan saling memperkenalkan kebiasaan
50
masing-masing, sehingga mereka dapat saling belajar. Secara tidak langsung kebiasaan-kebiasaan yang beraneka ragam tersebut dipilih dan disesuai dengan kelompok, untuk selanjutnya dijadikan sebagai kebiasaan kelompok. Misalnya saja ada anggota peer group yang berasal dari sunda dan jawa, maka anggota kelompok sebaya itu otomatis akan mengerti bagaimana kebudayaa orang sunda dan jawa, bahasa dari orang sunda dan jawa serta dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan tersebut dengan seringnya bergaul dengan anggota lainnya. 4). Anggotanya adalah individu yang sebaya Kelompok sebaya yang terbentuk secara spontan ini beranggotakan individu-individu yang memiliki persamaan usia dan posisi sosial. Contoh konkritnya ialah pada anak-anak TK, SD, SMP atau SMA, di mana mereka mempunyai tingkat usia, keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang sama. Teman sebaya itu mungkin adalah teman sekelas, anak tetangga, teman sepermainan, saudara sepupu atau bahkan anak kerabat. Dan teman sebaya itu memiliki anggota yang memiliki kesamaan dalam hal umur. f. Fungsi Peer Group Kelompok teman sebaya merupakan suatu lingkungan yang penting dan mendukung perkembangan sosial dan pribadi anak. Partisipasi di dalam peer group menberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial. Melalui kelompok sebaya ini anak belajar menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakat. Menurut Vembriarto (1990:65-68) mengemukakan “Fungsi kelompok sebaya yaitu: 1) Anak belajar bergaul dengan sesamanya, 2) Mempelajari kebudayaan masyarakat, 3) Mengajarkan mobilitas sosial, 4) Mempelajari peran sosial yang baru, 5) Patuh pada aturan sosial yang impersonal dan kewibawaan yang impersonal pula” Untuk lebih jelasnya, fungsi Peer group dapat penulis uraikan sebagai berikut :
51
1). Anak belajar bergaul dengan sesamanya Di dalam kelompok sebaya, seorang remaja bergaul dengan sesamanya. Remaja belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan cita-cita masyarakat. Dengan seringnya remaja bergaul dengan sesamanya, maka ia akan mudah menyesuaikan pergaulan yang ada di lingkungannya. Selain itu, remaja yang ikut dalam kelompok teman sebaya akan mempunyai pengalaman yang banyak yang akan membantu perkembangan psikologis remaja. 2). Mempelajari kebudayaan masyarakat Kelompok teman sebaya juga mengajarkan budaya dewasa yang merupakan bagian dari suku bangsa, agama, kelas sosial, dan budaya daerah yang tersosialisasi diantara anggotanya. Jadi kelompok sebaya juga merupakan kelompok yang yang mengajarkan tentang kebudayaan masyarakat seperti agama, kelas sosial kepada anggota kelompok yang ada didalamnya, agar kelompok tersebut tercipta toleransi, kerjasama, dan rasa saling memiliki satu sama lain. Dengan kita menjadi anggota kelompok teman sebaya, secara tidak langsung kita juga mempelajari kebudayaan yang ada di masyarakat yang sering kita lupakan dari kehidupan kita. 3). Mengajarkan mobilitas sosial Di dalam masyarakat pasti terdapat kelas-kelas sosial yang berbeda sesuai dengan derajat yang dimiliki. Misalnya ada kelas atas yang terdiri dari pajabat pemerintah dan pengusaha, namun ada pula kelas bawah yang terdiri dari buruh-buruh. Di dalam peer group kelas sosial bawah dapat bergaul akrab dengan kelas sosial menengah atau atas. Remaja kelas bawah menangkap dan mengadopsi cita-cita, nilai dan pola tingkah laku remaja kelas sosial menengah atau atas. Sehingga biasanya akan terjadi mobilitas sosial kelas bawah menjadi kelas sosial menengah atau atas.
52
4). Mempelajari peran sosial yang baru Dalam kehidupan sosial, semua orang mempunyai keinginan untuk dapat bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, selalu membutuhkan pertolongan dari orang lain agar dapat mengaktualisasikan diri dalam penyesuaian diri dari lingkungan masyarakat. Untuk itu proses mempelajari suatu peranan sosial yang baru harus terus berjalan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat, maka individu secara tidak langsung juga berusaha untuk mempelajari sosial yang baru agar dapat bertahan didalam lingkungan masyarakat dimana individu itu tinggal. 5). Patuh pada aturan sosial yang impersonal dan kewibawaan yang impersonal pula. Dalam lingkungan pergaulan remaja tidak lepas dari kelompoknya, karena kelompoknya selalu memberikan pengaruh dan motivasi yang sangat besar. Apabila kelompok tersebut mengajarkan kedisiplinan terhadap aturan dan kewibawaan, maka kelompok tersebut memberikan pengaruh yang positif bagi anggota lainnya. Karena didalam peer group diantara anggotanya saling terjadi ketertarikan dan saling mempengaruhi. Sehingga apabila aturan sosial yang berada dalam masyarakat ditaati dan dipatuhi oleh salah satu anggota, maka anggota yang lain juga akan mengikutinya. Dalam kelompok itu pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dengan demikian kelompok teman sebaya merupakan suatu lingkungan yang penting dan mendukung perkembangan pribadi dan sosial seorang remaja. g. Sifat-sifat Kelompok Sebaya Setiap kelompok sebaya mempunyai aturan baik yang bersifat maupun yang eksplisit, harapan-harapan terhadap anggotanya, dan cara hidupnya sendiri. Menurut Abu Ahmadi (2004:195) “kelompok sebaya dibedakan menjadi kelompok sebaya yang bersifat informal dan kelompok sebaya yang bersifat formal.”
53
Dari perbedaan sifat-sifat kelompok teman sebaya diatas akan penulis jelaskan sebagai berikut : 1). Kelompok sebaya yang bersifat informal Kelompok sebaya ini tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh peraturan-peraturan, anggaran dasar, serta anggaran rumah tangga yang tertulis. Kelompok sebaya informal ini dibentuk, diatur dan di pimpin oleh anak sendiri. Kelompok teman sebaya yang bersifat informal dapat terbentuk kapan saja dan dimana saja, tanpa adanya suatu peraturan yang mengikat. Kelompok ini hubungannya intensif dan erat karena adanya tatap muka yang sering dilakukan dan hubunganya bersifat kekeluargaan. Yang termasuk kelompok sebaya informal ini adalah kelompok permainan, geng, klik dan lainnya. Di dalam kelompok sebaya informal tidak ada bimbingan dan partisipasi dari orang dewasa. 2). Kelompok sebaya yang bersifat formal Kelompok sebaya yang bersifat formal atau kelompok resmi di dukung oleh peraturan-peraturan, anggaran dasar serta anggaran rumah tangga yang tertulis dan untuk mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan bermasyarakat secara obyektif dan rasional. Didalam kelompok sebaya bersifat formal ini ada bimbingan, partisipasi, atau pengarahan dari orang dewasa. Apabila pengarahan dan bimbingan dari orang dewasa itu diberikan secara bijaksana, maka kelompok sebaya yang formal ini dapat mejadi proses sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok sebaya formal misalnya organisasi siswa baik intra maupun ekstra, perkumpulan pemuda, perkumpulan olah raga, klub dan masih banyak lainnya. h. Bentuk-bentuk Peer Group Kelompok teman sebaya, khususnya pada remaja, mempunyai anggota yang berbeda. Ada kelompok sebaya yang mempunyai anggota banyak, namun ada pula peer group yang mempunyai anggota sedikit. Tiap-tiap bentuk peer group terdiri dari komunitas yang berbeda-beda sesuai dengan minat dan kesamaan yang dimiliki. Adapun penggolongan kelompok remaja
54
menurut Elizabeth B. Hurlock dalam Istiwidayanti (2005:215) yaitu teman dekat, kelompok kecil, kelompok besar, kelompok terorganisasi, dan kelompok geng. Untuk lebih jelasnya bentuk-bentuk peer group tersebut akan penulis uraikan sebagai berikut : 1). Teman dekat Teman dekat biasa disebut dengan sahabat karib, dan biasanya terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai jenis kelamin, minat dan kemampuan yang hampir sama. Teman dekat adalah teman yang biasanya diajak untuk berbagi baik senang maupun susah. Karena teman dekat adalah teman yang mampu mengerti, memahami dan merasakan apa yang dialami satu sama lain. Hubungan yang terjadi diantara teman dekat lebih intensif dan lebih akrab karena mereka lebih sering bersama dalam kehidupan sehari-hari. Diantara teman dekat biasanya saling mempengaruhi, baik dalam mengambil keputusan maupun dalam berperilaku sehari-hari. Selain itu teman dekat juga biasanya sering memberikan suatu nasehat-nasehat dan saran apabila salah satu diantara mereka bingung dalam menentukan pilihan. 2). Kelompok kecil Kelompok kecil merupakan kelompok yang anggotanya terdiri dari beberapa kelompok teman dekat. Awalnya diantara kelompok tersebut terdiri dari jenis kelamin yang sama, namun kemudian seiring dengan perkembangan zaman dan pergaulan yang sangat luas maka kelompok ini meliputi jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Diantara orang-orang yang berlainan jenis kelamin tersebut sering kali terjadi hubungan yang akrab sehingga terbentuklah kelompok kecil ini. Di dalam kelompok ini biasanya selalu merencanakan kegiatan bersama seperti makan bersama, pergi bersama dan sebagainya. 3). Kelompok besar Kelompok besar adalah kelompok yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan teman dekat. Hubungan yang terjadi dalam
55
kelompok ini kemudian berkembang dengan meningkatkan minat dan interaksi diantara mereka. Karena kelompok ini anggotanya banyak, maka penyesuaian minat antar anggota-anggotanya berkurang sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar diantara mereka dan terjadi sangat kompleks. Karena besarnya kelompok ini, maka ada anggota yang hubungannya begitu dekat namun ada pula yang hubungannya tidak terlalu akrab bahkan jauh. 4). Kelompok yang terorganisasi Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atatu susunan kepengurusan yang jelas dan terwujud dalam sebuah organisasi sekolah atau masyarakat, dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja. Sehingga dalam kelompok ini juga terdapat pembagian tugas pada masing-masing anggota kelompok tersebut. Kelompok ini masih berada dalam pengawasan dan bimbingan dari orang dewasa yang berpengalaman, sehingga kadang-kadang anggota yang mengikuti kelompok ini merasa bosan karena mereka terlalu diatur dan dibatasi ruang geraknya. Kelompok yang terorganisasi ini misalnya OSIS, karang taruna (organisasi kepemudaan) dan sebagainya. 5). Kelompok geng Kelompok geng adalah kelompok yang terdiri dari anak-anak yang berjenis kelamin sama dan biasanya memiliki minat utama yaitu untuk menghadapi penolakan teman-teman memiliki perilaku sosial. Dalam kelompok geng biasanya mempunyai keinginan untuk diperhatikan oleh orang lain sehingga sering bertindak yang mengundang perhatian orang lain. Kelompok geng sebenarnya tidak berbahaya asalkan orang dewasa tetap mengarahkan dan mengawasi tingkah laku mereka. Karena dalam kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, dan kebutuhan rasa aman yang semuanya tersebut tidak diperoleh dari keluarga dan masyarakat serta sekolah.
56
B. Penelitian yang Relevan Secara teoritis, kedisiplinan siswa dipengaruhi oleh beberapa unsur dan banyak faktor. Faktor dan unsur ini dapat berupa faktor yang berasal dari dari dalam maupun dari luar individu. Dalam penelitian ini penulis mengkorelasikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini: Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sri Nawang Wulan tahun 2007 dengan judul ”Hubungan antara Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dan Interaksi Siswa dalam Keluarga dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI MAN 1 Sragen Tahun Ajaran 2006/2007”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara peranan kelompok teman sebaya dengan kedisiplinan belajar yakni, rx1y = 0,402 dan p = 0,002 dengan peluang galat (P<0,01) yaitu 0,002<0,01. Ada hubungan positif yang signifikan antara interaksi siswa dalam keluarga dengan kedisiplinan siswa yakni, rx2y = 0,404 dan p = 0,002 dengan peluang galat yaitu (P<0,01) yaitu 0,002<0,01. Dan ada hubungan yang signifikan antara peranan kelompok teman sebaya dan interaksi siswa dalam keluarga dengan kedisiplinan belajar yakni, ry(x1,2) = 0,476 dan p = 0,001 dengan peluang galat yaitu (P<0,01) yaitu 0,001<0,01. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Widi Wijayanti tahun 2006 dengan judul ”Hubungan Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah dan Pergaulan Peer Group dengan Kedisiplinan Siswa Kelas XI SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2005/2006”. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara keaktifan berorganisasi intra sekolah dengan kedisiplinan yakni, rx1y = 0,440 dan p = 0,001 sesuai dengan kaidah uji hipotesis P<0,01 yaitu 0,001<0,01. Ada hubungan yang signifikan antara pergaulan peer group dengan kedisiplinan yakni, rx2y = 0,342 dan p = 0,010 sesuai dengan kaidah uji hipotesis P<0,01 yaitu 0,010=0,01. Dan ada hubungan yang signifikan antara keaktifan berorganisasi intra sekolah dan pergaulan peer group dengan kedisiplinan yakni, ry(x12) = 0,229 dengan p = 0,001 sesuai dengan kaidah uji hipotesis P<0,01 yaitu 0,001<0,01.
57
C. Kerangka Berfikir Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, kedisiplinan adalah suatu keadaan yang yang melibatkan banyak unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun kerangka berfikir penelitian yang penulis lakukan adalah : 1. Hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa. Keaktifan berorganisasi adalah kegiatan dan kesibukan yang dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan, meliputi rutin mengikuti rapat organisasi, ikut berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan dan patuh menjalankan peraturan organisasi tersebut. Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam mengikuti organisasi, baik di sekolah maupun di rumah akan memberikan banyak keuntungan bagi siswa. Keuntungan dari mengikuti organisasi ini adalah ia memiliki jiwa kepemimpinan, dapat memecahkan masalah secara rasional itu yang terpenting dalam satu tim, memberi pelajaran dalam bekerja dalam satu tim, dan masih banyak lagi manfaat yang tanpa disadari ia dapatkan jika bergabung dengan organisasi. Dengan organisasi dapat mendidik kita untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang, belajar untuk menyatukan tujuan bersama. Sikap kedisiplinan akan terlihat dalam siswa yang aktif berorganisasi karena sudah terlatih dan menjadi bagian kesehariannya dalam berorganisasi. Sikap disiplin memang sangat di perlukan sekali untuk mencapai suatu tujuan, dengan sikap disiplin siswa akan mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan, untuk itu sikap disiplin harus di pupuk sejak dini supaya dalam melakukan dalam segala hal dapat tercapai dengan sukses. Siswa yang aktif ikut berorganisasi akan mendorong terbentuknya sikap kedisiplinan. Jadi keaktifan berorganisasi (X1) akan terdapat hubungan signifikan yang positif apabila seorang siswa aktif dalam mengikuti kegiatan keorganisasian karena melatih sikap mental positif sehingga kedisiplinan siswa (Y) akan meningkat.
58
2. Hubungan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa. Kelompok teman sebaya (peer group) memberikan pengaruh yang kuat dalam masa remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga tiap anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan yang terikat dan saling mendukung. Kohesivitas peer group adalah tingkat ketergantungan atau kedekatan hubungan diantara anggota kelompok anak sebaya di mana ia dapat berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lain sehingga timbul rasa saling membutuhkan. Apabila interaksi dalam peer group ini berhasil, maka proses sosialisasi akan berjalan baik dan mempunyai dampak positif bagi perkembangan anak. Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara mereka. Individu akan cenderung berperilaku sama atau searah dengan kelompok teman sebayanya tersebut. Apabila salah satu anggota menerapkan kedisiplinan, maka anggota lainnya juga akan bertindak sama dengan anggota tersebut. Jadi kohesivitas peer group (X2) akan terdapat hubungan yang positif apabila salah satu anggota peer group memberikan pengaruh yang baik khususnya dalam hal sikap dan kepribadian sehingga kedisiplinan (Y) akan meningkat. 3. Hubungan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa. Keaktifan siswa di sekolah, rumah dan masyarakat adalah bentuk peran aktif siswa dalam mencurahkan segala potensi yang ada pada dirinya dalam berpikir atau bertindak untuk merealisasikan sesuatu terhadap suatu objek dalam wadah usaha bersama dari sekelompok orang yang masingmasing anggota mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, dalam hal ini keaktifan berorganisasi. Dengan aktif pada organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup berkelompok di masyarakat. Kegiatan dalam setiap organisasi membentuk sikap mental positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri.
59
Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja. Dalam jalinan yang kuat itu terbentuk nilai, norma, dan simbol-simbol tersendiri, yang merupakan simbol yang lain atau berbeda dengan yang ada di rumah mereka masingmasing. Dalam kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan lingkungan peer group (kelompok sebaya) dimana remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai yang sama, yang dapat mempercayakan masalahnya dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua atau guru. Kedekatan inilah yang dapat menimbulkan rasa ketertarikan dan rasa satu kesatuan yang mengambarkan hubungan yang saling ketergantungan (atau yang sering disebut dengan kohesivitas) diantara mereka akan membuat remaja cenderung berperilaku searah dengan kelompok teman sebayanya. Dapat dikatakan bahwa seorang remaja telah bergabung dengan suatu kelompok dan merasa cocok dengan kelompok tersebut maka akan muncul kohesivitas yang kuat pada diri remaja. Apabila teman-teman sebaya (peer group) itu memiliki motivasi yang tinggi, jiwa kepemimpinan, disiplin bagi teman-teman yang lainnya. Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa untuk mendukung keberhasilan dalam proses belajar. Dengan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group diharapkan seorang remaja mampu meningkatkan dan memupuk sikap kedisiplinan. Karena kedisiplinan menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Dengan demikian dua faktor tersebut antar keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dimungkinkan secara bersama-sama mempunyai korelasi yang positif dengan kedisiplinan pada siswa. Hal ini terjadi bila siswa terus aktif dalam mengikuti organisasi dan kohesivitas
peer
group lebih
ditingkatkan
khususnya dalam
pengaruh
pembentukan sikap mental positif. Jadi keaktifan berorganisasi (X1) dan kohesivitas peer group (X2) akan memiliki hubungan yang positif dengan kedisiplinan siswa (Y).
60
Dari uraian di atas, peneliti menggambarkan pemikiran yang tersusun pada skema kerangka pemikiran sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Keaktifan Berorganisasi (X1) Kedisiplinan siswa (Y) Kohesivitas Peer Group (X2) Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo. 2. Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas
peer group
dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo. 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo.
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tawangsari. Adapun yang melatar belakangi pemilihan lokasi tersebut adalah: a. Tersedianya sumber informasi yang menyajikan data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini. b. SMAN 1 Tawangsari belum pernah dijadikan objek penelitian dengan topik yang sama dengan penelitian ini sehingga diharapkan akan berguna bagi sekolah. c. Adanya ijin dari pihak SMAN 1 Tawangsari. d. Peneliti adalah alumnus SMAN 1 Tawangsari, sehingga penulis sudah menjalin relasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam penelitian. e. Lokasi sekolah yang mudah dijangkau oleh peneliti. f. Populasi yang digunakan cocok untuk dijadikan obyek dalam penelitian ini.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan 7 bulan dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan juli 2010. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : Tabel. 1 : Uraian Waktu Penelitian Keterangan Januari Proposal Konsultasi bab I, II dan perizinan Konsultasi bab III dan mengumpulkan data
Februari Maret
Analisis data Penyusunan laporan
61
Bulan April
Mei
Juni
Juli
62
B. Metode Penelitian 1. Pengertian Metode Penelitian Untuk memperoleh suatu kebenaran dalam suatu penelitian diperlukan metode ilmiah yang tepat, agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggung
jawabkan.
Penelitian
ilmiah
merupakan
kegiatan
untuk
memperoleh kebenaran secara ilmiah yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuanseorang peneliti dituntut dapat memilih dan menetapkan metode yang tepat. Metode penelitian yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut ini akan penulis paparkan beberapa definisi mengenai metode penelitian yang dikemukakan oleh para ahli : a. Menurut Kartini Kartono (1990:20) ”Metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa metode penelitian merupakan cara-cara beripikir dan berbuat yang dipersiapkan untuk mengadakan dan mencapai tujuan penelitian yaitu memecahkan suatu permasalahan. Sebelum mengadakan penelitian perlu untuk menetapkan cara yang akan digunakan untuk mengali kebenaran dalam sebuah penelitian. b. Menurut Winarno Surakhmad (1994:131) ”Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Maksud dari pendapat di atas adalah bahwa metode dalam penelitian adalah cara yang paling utama untuk digunakan sebagai alat mencapai tujuan penelitian.
Sehingga
dapat
dikatakan
metode
adalah
alat
untuk
mengumpulkan data dalam rangka memecahkan suatu permasalahan yang sedang diteliti. Dari kedua pendapat di atas, maka penelitian dapat menyimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam sebuah penelitian. Melalui metode ini peneliti dapat mengumpulkan data dan bisa mengali kebenaran
63
dalam rangka memecahkan suatu permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu sebelum mengadakan penelitian, perlu menetapkan metode yang akan dipakai dalam penelitian tersebut.
2. Macam-macam Metode Penelitian Ada berbagai metode yang digunakan dalam penelitian, Consuelo G Sevilla, Jesus A, O Chave, Twila C. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Uriert yang diterjemahkan oleh Alimuntu Tuwu et al (1993:40) mengemukakan bahwa : ”metode yang dapat digunakan dalam penelitian ada 5 macam. Metodemetode penelitian yang dimaksud adalah metode penelitian sejarah (historis), metode penelitian deskriptif, metode penelitian eksperimen, metode penelitian expost facto (kausal komparatif), metode penelitian partisipatoris”. Untuk memperjelas pendapat di atas tersebut, dapat penulis uraikan sebagai berikut : a. Metode penelitian sejarah (historis) Metode penelitian historis adalah suatu penelitian yang menerapkan pada metode pemecahan yang yang ilmiah dari perspektif historis dalam suatu masalah. Metode ini merupakan sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa ataupun menemukan gagasan yang timbul dimasa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami situasi sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang. b. Metode penelitian deskriptif Metode penelitian deskriptif adalah cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode penelitian deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta sebagaimana keadaan sebenarnya yang bertujuan agar bisa membuat deskripsi, gambargambar atau lukisan secara sistematis, vaktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diseklidiki.
64
Penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis. Menurut Consoule G. Sevilla et al (1993:73) jenis-jenis penelitian deskriptif antara lain : 1). 2). 3). 4). 5). 6). 7).
Studi kasus Survei Penelitian Pengembangan (developmental study) Penelitian Lanjutan (follow up study) Analisis Dokumen Analisis Kecenderungan (trend analysis) Penelitian Korelasi (correlational study) Secara singkat, jenis-jenis penelitian deskriptif tersebut dapat
dijabarkan penulis sebagai berikut : 1). Studi kasus Studi
kasus
merupakan
penelitian
yang
terinci
tentang
seseorangatau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu. Pada metode ini akan melibatkan kita dalam penelitian yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku individu. Contoh studi kasus, misalnya penelitian tentang tradisi dalam suatu masyarakat tertentu, tata pelaksanaan suatu upacara adap, dan lain sebagainya. 2). Survei Survei merupakan metode yang lebih menekankan pada penentuan informasi tentang variabel daripada informasi tentang individu. Metode survei ini digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada (exist). Contoh survei antara lain pendataan tentang prestasi akademik siswa, sensus penduduk. 3). Penelitian Pengembangan (developmental study) Penelitian perkembangan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan suatu variabel yang sejalan dalam kurun waktu tertentu. Contoh dari studi pengembangan adalah penelitian mengenai metode pembelajaran yang inovatif dan pengaruhnya terhadap prestasi siswa, kurikulum, dan sebagainya.
65
4). Penelitian Lanjutan (follow up study) Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki perkembangan lanjutan para subjek setelah diberi perlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu. Penelitian ini biasa digunakan untuk menilai kesuksesan program-program tertentu. Contoh dari penelitian lanjutan antara lain penelitian keefektifan metode diskusi terhadap mental siswa untuk
mengemukakan
pendapat,
keefektifan
program
Keluarga
Berencana terhadap pengendalian jumlah penduduk dan sebagainya. 5). Analisis Dokumen Analisis dokuman adalah metode atau cara yang digunakan apabila kita ingin mengumpulkan data melalui pengujian arsip-arsip dan dokumen. Contoh dari analisis dokuman yaitu penyelidikan tentang berapa banyak rubrik pendidikan yang termuat dalam surat kabar (Koran) setiap hari. 6). Analisis Kecenderungan (trend analysis) Metode analisis kecenderungan adalah metode yang bertujuan untuk mencari proyeksi permintaan atau keperluan orang-orang di masa depan. Analisis kecenderungan dipakai untuk meramalkan suatu gejala. Contoh dari analisis kecenderungan adalah sekolah swasta dan negeri harus membuat perencanaan mata pelajaran yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan tenaga kerja pada masa depan. 7). Penelitian Korelasi (correlational study) Penelitian korelasi adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Melalui penelitian ini kita dapat menentukan apakah ada dan seberapa kuat hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh dari penelitian korelasi adalah hubungan antara media pembelajaran yang dipakai dan kedisiplinan dengan prestasi akademik siswa. c. Metode penelitian eksperimental Metode penelitian eksperimental dilakukn denagn mengadakan kegiatan percobaan untuk memperoleh suatu hasil. Tujuan eksperimental
66
adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara membandingkan berbagai peristiwa dimana terdapat fenomena tertentu. Metode ini digunakan pada penelitian-penelitian dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat atau memperoleh suatu hasil dan mempunyai tujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa kondisi terhadap suatu gejala. d. Metode penelitian expost facto (kausal komparatif) Metode penelitian expost facto adalah metode atau cara-cara penelitian yang dilakukan tanpa eksperimen, artinya variabel bebas atau perlakuan (treatment) telah terjadi secara apa adanya (alamiah) tanpa dimanipulasi, dan pengukuran (pengumpulan data) untuk semua variabel dilakukan dalam waktu yang sama, setelah perlakuan berjalan lanjut. e. Metode penelitian partisipatoris Penelitian partisipatoris melibatkan semua partisipan dalam proses penelitian, mulai dari formulasi masalah sampai dengan diskusi bagaimana masalah tersebut diatasi dan bagaimana penemuan-penemuan akan ditafsirkan. Partisipan penelitian harus melihat proses penelitian sebagai keseluruhan
pengalaman
masyarakat
dimana
kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dibangun, dan kesadaran serta kesepakatan dalam masyarakat ditingkatkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif korelasional karena penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan sifat atau keadaan yang sementara sedang berjalan dan berusaha meneliti sejauh mana hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. Penelitian ini tidak hanya berusaha menggambarkan suatu fenomena yang sesuai dengan fakta yang ada akan tetapi juga mencari hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti dengan cara menguji hipotesis. Adapun variabel tersebut adalah variabel bebas yang dalam hal ini adalah keaktifan berorganisasi yang diberi kode (X1) dan kohesivitas peer group yang diberi kode (X2) kemudian variabel terikat dalam hal ini adalah kedisiplinan siswa yang diberi kode (Y).
67
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Dalam sebuah penelitian, tidak akan terlepas dengan adanya penetapan mengenai populasi dan sampel. Hal ini terjadi karena populasi dan sampel merupakan subjek penelitian dan keduanya merupakan sumber data dalam sebuah penelitian. 1. Populasi Dalam suatu penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu objek penelitian yang sering disebut dengan populasi. Populasi dalam suatu penelitian merupakan suatu kelompok individu yang menjadi objek untuk diselidiki. Aspek-aspek yang diselidiki dalam penelitian ini adalah aspek keaktifan berorganisasi, kohesivitas peer group dan kedisiplinan siswa. Berikut ini ada beberapa pengertian mengenai populasi yang disampaikan oleh para ahli : a. Menurut Sugiyono (2006:55), ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya.” Pendapat diatas dapat diartikan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi dalam suatu penelitian yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kesamaan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti. Sehingga populasi bisa berupa hewan atau tumbuhan dan benda-benda alam lainnya yang memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik inilah yang digunakan oleh peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya digeneralisasi. b. Sutrisno Hadi (2001:102), bahwa ”Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai sifat yang sama.” Pendapat tersebut mengandung makna bahwa populasi merupakan sejumlah individu yang mempunyai kesamaan sifat dan karakteristik sehingga dapat dijadikan sebagai obyek dalam penelitian. Dari obyek inilah, maka akan ditarik kesimpulan. Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek maupun obyek yang akan dipelajari dan diteliti. Populasi dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, atau
68
peristiwa lainnya yang mempunyai karakteristik tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti untuk ditarik kesimpulan. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Tawangsari tahun ajaran 2009/2010. 2. Sampel Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dilibatkan dalam penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan dalam diri peneliti. Untuk itu perlu ditetapkan sampel untuk membatasi jumlah populasi yang dapat mewakili populasi tersebut. Berikut ini ada beberapa pengertian dari populasi yang disampaikan oleh para ahli : a. Sugiyono (2006:56), ”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Pendapat diatas mengandung arti bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat mewakili populasi tersebut. Sampel inilah yang akan menjadi sumber data dalam penelitian untuk ditarik kesimpulan. b. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), ”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Pendapat diatas mempunyai makna bahwa sampel bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi yang akan diteliti. Hasil penelitian dari sampel inilah yang akan mewakili seluruh populasi penelitian. Dari beberapa pendapat diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang digunakan untuk mewakili populasi tersebut dan dijadikan sebagai objek penelitian. Penentuan sampel ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah populasi, karena nantinya akan digeneralisasikan kepada populasi. Jadi sampel harus representatif atau mewakili populasi dalam penelitian tersebut. Mengenai besar kecilnya pengambilan sampel, pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak untuk menentukan untuk menentukan ukuran sampel.
69
3. Teknik Pengambilan Sampel Untuk memperoleh sampel dalam penelitian, maka digunakan teknik sampling agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasi yang ada. Maksudnya adalah agar peneliti mendapatkan sampel yang representatif atau dapat mewakili populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel ini sering disebut dengan teknik sampling. Banyak para ahli yang mendefinisikan teknik sampling menurut pandanganya masing-masing, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Menurut Sutrisno Hadi (2000:75) mengemukakan bahwa ” Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel”. Pendapat tersebut mengandung arti bahwa teknik sampling adalah cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah sampel yang akan diteliti. Hal ini disebabkan dalam sebuah penelitian
jumlah
populasi biasanya tidak dikenai penelitian semua, namun hanya sebagian saja atau yang sering disebut dengan sampel. b. Menurut Iqbal Hasan (2002:85) ”metode sampling adalah cara pengumpulan data yang hanya mengambil sebagian elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi”. Maksud dari pendapat diatas adalah bahwa teknik sampling merupakan cara atau upaya pengumpulan data dengan mengambil sebagian dari elemen dan karakteristik yang ada di dalam populasi atau yang sering kita sebut sampel. Dengan kata lain tidak semua populasi dikenai penelitian namun hanya sebagian dari karakteristik populasi saja. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa teknik sampling adalah teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk menetapkan jumlah sampel yang akan mewakili jumlah populasi dalam penelitian. Dengan menggunakan cara atau teknik ini diharapkan dapat mewakili populasi yang ada karena nantinya hasil
penelitian
ini
yang
akan
menggambarkan keadaan populasi.
ditarik
kesimpulannya
dan
bisa
70
Pengambilan sampel dalam suatu penelitian memerlukan teknik tersendiri. Menurut Consuelo G. Sevilla, et al, terjemahan Alimuddin Tuwu (1993:163-169) menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dibagi menjadi lima macam, yaitu: a. Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampel) 1). Tabel nomer acak 2). Pengambilan sampel melalui undian b. Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling) c. Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling) d. Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling) e. Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling) 1). Pengambilan sampel purposif 2). Pengambilan sampel kuota 3). Pengambilan sampel dipermudah (convenience) Untuk memperjelas kita dalam memahami teknik sampling diatas maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut : a. Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampel) Dalam teknik ini pengambilan sampel dilakukan secara random atau tanpa pandang bulu. Dalam random sampling semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel atau anggota terpilih sebagai sampel tidak mempengaruhi peluang anggota yang lain, maka dari itu teknik ini sering disebut sebagai teknik yang paling baik. Teknik pengambilan sampel secara acak meliputi : 1). Tabel nomer acak Teknik ini merupakan teknik yang paling sistematis dalam perolehan unit-unit sampel melalui acak. Tabel acak berisi kolomkolom digit yang umumnya dihasilkan melalui komputer untuk meyakinkan susunan acak. Hampir semua buku statistika dalam penelitian membuat tabel-tabel nomor acak. 2). Pengambilan sampel melalui undian Teknik ini disebut juga dengan fishbowl. Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel melalui undian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
71
a) Undian dengan pengembalian (with replacement) b) Undian tanpa pengembalian (without replacement) Adapun penjelasan dua teknik undian diatas adalah sebagai berikut a) Undian dengan pengembalian (with replacement) Teknik undian dengan pengembalian dilakukan dengan cara mengundi seluruh populasi penelitian sehingga keluar salah satu sampel, kemudian sampel yang sudah keluar dikembalikan lagi dan kembali diikutsertakan dalam proses pengundian selanjutnya. Proses pengundian dengan cara ini lebih baik digunakan karena dengan teknik ini mempunyai intensitas ketetapan pengembalian sampel yang tetap. b) Undian tanpa pengembalian (without replacement) Teknik ini sering disebut dengan simple random sampling dimana individu yang telah keluar dalam proses undian maka dia tidak lagi ikut diundi, maka dari itu tidak akan ada kemungkinan muncul nama yang sama. Dalam teknik ini setiap sampel dalam populasi mempunyai satu kali kesempatan untuk dijadikan sampel. b. Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling) Teknik ini digunakan untuk memilih anggota sampel yang hanya dibolehkan melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan keanggotaan dalam sampel. Yang dimaksud dengan sistem ini dalam hal ini adalah strategi yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah memulai pemilihan acak, misalnya memilih nomer genap atau ganjil atau kelipatannya tertentu dari suatu daftar yang telah disusun. c. Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling) Pengambilan sampel strata dilakukan dengan cara populasi atau elemen populasinnya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata. Banyaknya tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkat harus mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proporsi dari jumlah subyek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel, sehingga mereka dapat
72
dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. Dengan teknik ini sub-sub kelompok (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup mewakili dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub analisis dari anggota sub-kelompok tersebut. d. Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling) Dalam teknik pengambilan sampel ini, satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu melainkan kelompok-kelompok atau kluster. Sampling ini dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan terhadap kluster dipandang lebih murah dan mudah daripada observasi terhadap individu yang terpencar-pencar. e. Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling) Dalam pengambilan sampel ini tiap anggota populasi tidak mempunyai pelluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel dalam penelitian. Beberapa bagian tertentu dalam semua kelompok secara sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan untuk mewakili sub-kelompok. Teknik pengambilan sampel secara non acak meliputi : 1). Pengambilan sampel purposif Dalam pengambilan sampel ini, pemilihan sekelompok subyek didasarkan pada atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu di ragukan lagi. Dengandemikian peneliti tidak meneliti semua daerah atau kelompok dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil beberapa kelompok kunci saja. 2). Pengambilan sampel kuota Dalam kuota sampling yang harus dan penting untuk dilakukan adalah penetapan jumlah subyek yang akan diteliti. Kemudian permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang menjadi responden diserahkan kepada sebuah tim. Tim ini bertugas untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Ciri utama dari kuota sampling adalah jumlah subyek yang sudah
73
ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan. 3). Pengambilan sampel dipermudah (convenience) Dalam pengambilan sampel dipermudah, pengambilan sampel didasarkan atas kemudahan dari peneliti. Pengambilan sampel ini dilakukan agar tidak menyulitkan peneliti untuk melakukan teknik pengambilan sampel. Untuk menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada pendapat Sutrisno Hadi (1994:221) menyatakan ”Sampel adalah bagian objek yang diteliti, untuk menetapkan besarnya sampel, langkah-langkah yang dilakukan adalah apabila subjeknya kurang dari 100 atau lebih dari 100, maka sampel yang diambil 20% sampai 25%”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMAN 1 Tawangsari tahun pelajaran 2009/2010. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 267 siswa. jumlah sampel tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut : 20% X 267 = 54 siswa. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik simpel random sampling, alasannya karena setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Anggota dari populasi diseleksi secara bebas dalam satu waktu, satu kali mereka diseleksi maka tidak ada kesempatan untuk kedua kali. Keuntungan dari simpel random sampling adalah sampel yang di dapat tidak biasa dan tanpa banyak menggunakan teknik sulit, maka dari itu semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama menjadi sampel. Untuk itu teknik simple random sampling peneliti pilih agar lebih cepat dan tidak memakan waktu banyak. Teknik pengambilan sampel ini, sampel diambil dengan cara undian satu kali kesempatan. Sampel yang sudah keluar dalam undian tidak lagi mempunyai kesempatan diundi lagi, sehingga tidak mungkin muncul nama yang sama, hal ini dilakukan agar tiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel.
74
Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menentukan lokasi penelitian , yaitu di SMAN 1 Tawangsari b. Menetapkan populasi penelitian, yaitu kelas XI c. Seluruh populasi terbagi menjadi 8 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4, XI Bahasa d. Membuat daftar yang berisikan semua subyek dalam populasi e. Memberi kode angka pada setiap subyek f. Menuliskan kode angka tersebut pada kertas-kertas kecil g. Menggulung kertas yang bertuliskan kode itu baik-baik h. Memasukkan gulungan kertas tersebut pada sebuah kaleng i. Mengocok kaleng tersebut j. Mengambil kertas sebanyak sampel yang dibutuhkan dengan menggunakan metode simple random sampling atau random sampling dengan teknik undian tanpa pengembalian pada kelas-kelas sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data tentang masalah yang diselidikinya. Data merupakan faktor penting dalam suatu penelitian, untuk dapat mencapai syarat validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperlukan cara atau teknik pengumpulan data yang tepat. Sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua teknik yaitu teknik utama dan teknik bantu. 1. Teknik Utama 1. Angket 1). Pengertian Angket Data
merupakan
faktor
penting
dalam
suatu
penelitian.
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh suatu data atau keterangan yang benar dan dapat dipercaya. Untuk dapat mencapai syarat validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperlukan cara atau teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik yang digunakan dalam
75
pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode angket. Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang angket yaitu sebagai berikut : a) Menurut Sanapiah Faisal (2001:122) ”angket adalah angket pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis ditujukan kepada subyek atau responden dalam penelitian.” Maksud dari pendapat di atas adalah bahwa angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis dan ditujukan untuk responden atau subyek dalam suatu penelitian. Sehingga data yang dikumpulkan adalah berupa jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. b) Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128) ”angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui”. Dari pendapat tersebut diatas mengandung arti bahwa angket merupakan daftar pertanyaan tertulis yang dibuat dengan tujuan memperoleh informasi mengenai data pribadi dan hal-hal yang diketahui dari responden dalan suatu penelitian. Jawaban dan tanggapan dari responden juga tertulis dan seperlunya. Berdasarkan kedua pendapat di atas,
dapat disimpulkan
bahwa angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada responden/subyek penelitian untuk mendapatkan informasi. Data yang terkumpul dari angket yaitu berupa jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan oleh peneliti. 2). Jenis-Jenis Angket Angket merupakan daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada subjek penelitian
yang memperoleh jawaban atau tanggapan
secara tertulis sepenuhnya. Angket pada umumnya meminta keterangan
76
tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat dan sikap. Maksud serta tujuan penelitian akan mempunyai pengaruh terhadap materi serta bentuk pertanyaan yang ada dalam angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Apabila di lihat dari cara penyampaiannya, menurut Kartini Kartono (1990:224) membedakan angket menjadi dua jenis, yaitu : angket langsung dan angket tidak langsung. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : a) Angket langsung Angket ini diberikan secara langsung kepada responden yang diminta informasi tentang dirinya, dapat berupa tanggapan pribadi, keyakinan, minat dan sebagainya. b) Angket tidak langsung Angket ini diberikan kepada responden untuk menilai keadaan psikis orang lain. Responden tidak memberikan jawaban secara langsung mengenai keadaan dirinya akan tetapi menjelaskan keadaan orang lain. Suharsimi Arikunto (2002:140) mengemukakan macam-macam angket antara lain : a) Dipandang dari cara menjawabnya, ada: (1). Angket terbuka, yang memberi kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. (2). Angket tertutup, yang sudah disediakan jawabanya, sehingga responden tinggal memilih. b) Dipandang dari bentuknya, angket dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu : (1). Angket pilihan ganda, sebuah pertanyaan disusun dengan berbagai kemungkinan jawaban, responden diminta memilih salah satu dari beberapa pilihan jawaban. (2). Angket isian, sebuah pertanyaan ditulis dalam kalimat pertanyaan atau perumusan dan ada beberapa kalimat yang dihilangkan. (3). Angket chek list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda cek (ü) pada kolom yang sesuai.
77
(4). Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkat, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju. Dalam penelitian ini, angkat yang digunakan adalah angket langsung tertutup dengan bentuk pilihan ganda. Alasan digunakan teknik ini adalah karena angket akan diberikan langsung kepada responden untuk diisi. Bentuk pertanyaanya adalah pertanyaan tertutup agar memudahkan responden untuk memilih jawaban yang disediakan dalam bentuk pilihan ganda yang telah disediakan dengan membatasi jawaban yang akan diberikan oleh responden sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 3). Kelebihan dan Kelemahan Angket Angket adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Angket juga memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut. Menurut Sutrisno Hadi (2000:157) metode angket banyak digunakan oleh peneliti berdasarkan anggapan-anggapan sebagai berikut: a) Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. b) Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. c) Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Anggapan-anggapan tersebut mempunyai beberapa kelemahan, seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi (2000:157) yaitu : a) Unsur-unsur yang tidak disadari akan dapat terungkap. b) Besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan dipengaruhi oleh keinginan-keinginan pribadi. c) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu ditanyakan, misalnya hal-hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan. d) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri ke dalam bahasa. e) Ada kecenderungan untuk berkonstruksi secara logis unsur-unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logis.
78
4). Langkah-Langkah Menyusun Angket Sedangkan langkah-langkah menyusun angket dapat penulis uraikan sebagai berikut : a) Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung dan tertutup yaitu berupa angket yang daftar pertanyaanya langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinannya atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri. b) Kisi-kisi Angket Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Konsep alat ukur ini berupa kisi-kisi angket. Konsep ini dijabarkan ke dalam variabel dan indikator yang dijadikan pedoman dalam menyusun item-item angket sebagai instrumen pengukuran. c) Butir Angket Penyusunan butir-butir sebagai alat ukur didasarkan pula kisikisi angket yang telah dibuat sebelumnya. Setelah indikator ditetapkan, kemudian dituangkan kedalam butir-butir angket yang terdiri butir positif dan butir negatif. d) Prosedur Penyusunan Angket Mengenai prosedur yang yang penulis tempuh dalam penyusunan angket adalah : (1). Menetapkan tujuan Dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket ini adalah untuk memperoleh data tentang keaktifan berorganisasi, kohesivitas peer group, dan kedisiplinan. (2). Menetapkan aspek yang ingin diungkap Untuk memperjelas aspek yang ingin diungkap maka digunakan kisi-kisi angket. Kisi-kisi instrumen diperlukan
79
untuk memperjelas serta mempermudah pembuatan item-item instrumen.
Pembuatan
kisi-kisi
dalam
instrumen
ini
disesuaikan dengan indikator-indikaator yang sudah ditentukan sebelumnya dan disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan yang hendak dicapai. (3). Menentukan jenis dan bentuk angket Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup. Alasan digunakan teknik ini karena angket akan diberikan langsung kepada responden untuk diisi. Bentuk pertanyaanya adalah pertanyaan tertutup agar memudahkan responden untuk memilih jawaban yang telah disediakan dan membatasi jawaban yang akan diberikan oleh responden sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (4). Menyusun item angket Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaanpertanyaan yang dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket. Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah sebagai berikut : (a) Membuat item-item pertanyaan. (b) Membuat surat pengantar angket. (c) Menyusun petunjuk dan pedoman pengisian angket. (5). Menentukan skor Setelah angket disusun, maka disusun skor dari masingmasing jawaban. Dalam penelitian angket ini, setiap item mempunyai alternatif jawaban dan skor antara 1 sampai 4. dari alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai sebagai berikut:
80
Bentuk item positif (a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 4 (b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 3 (c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 2 (d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 1 Bentuk item negatif (a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1 (b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 2 (c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 3 (d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 4 5). Uji Coba (Try Out) Angket Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu mengenai validitas dan reliabilitasnya yaitu melalui try out. Tujuan diadakan try out ialah agar mendapatkan angket yang benarbenar valid. Oleh karena itu instrumen penelitian perlu diuji melalui uji validitas dan reliabilitas sebelum diterapkan di lapangan. Dalam penelitian ini, try out dilakukan di SMAN 1 Tawangsari pada kelas XI tahun ajaran 2009/2010 20 siswa. menurut Sutrisno Hadi (2000:166) maksud diadakan try out adalah sebagai berikut : a) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya. b) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan. c) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal. d) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research. Berdasarkan
pendapat
tersebut
diatas,
maksud
peneliti
mengadakan try out angket ini adalah : a) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bermakna ganda dan tidak jelas. b) Menghindari diperlukan.
pertanyaan-pertanyaan
yang
sebenarnya
tidak
81
c) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti oleh responden. d) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan penelitian. Selain itu, tujuan diadakan try out terhadap angket adalah untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. a) Uji validitas angket Menurut Nasution (2003:74) ”suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang akan di ukur”. Dengan demikian validitas adalah kesesuaian antara alat ukur dengan hal yang akan diukur. Penelitian ini menggunakan teknik validitas internal yaitu korelasi antara skor dengan skor total untuk menghitung besarnya koefisian korelasi menggunakan teknik product moment dengan rumus:
rxy =
{n å X
n å XY - (å X )(å Y ) 2
{
- (å X ) n å Y 2 - (å Y ) 2
2
}}
(Saifuddin Azwar, 2002:19) Keterangan : rxy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y
åX
= jumlah skor dalam sebaran X
åY
= jumlah skor dalam sebaran Y
å XY
= jumlah perkalian skor X dan skor Y yang berpasangan
åX2
= jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
åY 2
= jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran Y
n
= jumlah subyek
82
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian validitas item adalah sebagai berikut : (1). Membuat tabulasi hasil skor angket (2). Mencari skor untuk variabel x (3). Mencari skor untuk variabel y (4). Mencari skor untuk kuadrat x (5). Mencari skor untuk kuadrat y Kriteria uji validitas tersebut adalah jika p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah valid, sebaliknya jika p>0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak valid. b) Uji Reliabilitas Menurut Sudarwan Danim (2000:195) ”reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur meskipun digunakan secara berulang kali pada subyek yang sama ataupun berbeda”. Dengan demikian reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran sampel konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih bahkan untuk subyek yang sama dan berbeda. Dengan kata lain reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus alpha cronbach sesuai dengan rumus Saifuddin Azwar (2002:78) sebagai berikut : é k ù r11 = ê ú ë (k -1) û
é å s b2 ù ê1 - 2 ú s1 û ë
Keterangan :
r11
= Reliabilitas instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal
s b2
= Varians butir
s 12
= Varians total
83
Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah reliabel, sebaliknya jika p>0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak reliabel.
2. Teknik Bantu 1. Dokumentasi Selain menggunakan metode angket, penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi yang merupakan teknik bantu. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:148) yang dimaksud dengan ”Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulan rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Dengan demikian dokumentasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui hal-hal atau variabel mengenai bukti tertulis. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah 1). Lebih mudah mendapatkan data, karena data sudah tersedia dan menghemat waktu 2). Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya. 3). Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan. 4). Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan. Metode dokumantasi dalam penelitian ini merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data yang berupa data tertulis, antara lain tentang jumlah siswa dan daftar nama siswa yang bisa penulis dapatkan dikantor TU (Tata Usaha). 2. Observasi Di dalam pergertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini hanya digunakan sebagai pendukung saja dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran umum wilayah penelitian dengan jelas.
84
3. Wawancara Interview atau yang disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari responden (interviewer). Metode ini sebagai metode bantu dalam penelitian yang digunakan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam angket sudah dipahami oleh responden atau belum.
3. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas Variabel bebas atau yang disebut juga variabel eksperimental, atau variabel X adalah variabel yang diselidiki pengaruhnya. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah keaktifan berorganisasi (X1) dan kohesivitas peer group (X2). 2. Variabel Terikat Variabel terikat atau disebut juga variabel kontrol, variabel ramalan, ataupun variabel Y, adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam hubungan yang fungsional (atau sebagai pengaruh dari) variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa (Y).
4. Sumber Data Dalam penelitian ini data mengenai keaktifan berorganisasi, kohesivitas peer group dan kedisiplinan siswa diambil dari siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari tahun ajaran 2009/2010.
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi multiple dengan dua prediktor yaitu cara atau teknik khusus untuk mencari hubungan antar dua variabel (sebagai prediktor) dengan variabel lain (sebagai kriterium). Alasan digunakan teknik ini adalah :
85
1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel prediktor dan satu variabel kriterium, 2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut. Sesuai dengan teknik yang digunakan, peneliti menggunakan dasar dalam analisis dengan pedoman sebagai berikut : Kaidah Uji Hipotesis Menggunakan Komputer : Jika P (probabilitas) <0,01 = sangat signifikan Jika P (probabilitas) <0,05 = signifikan Jika P (probabilitas) <0,15 = cukup signifikan Jika P (probabilitas) <0,30 = kurang signifikan Jika P (probabilitas) >0,30 = tidak signifikan Kaidah Uji Hipotesis Konvensional (Menggunakan Tabel Signifikansi) Jika P (probabilitas) <0,01 = sangat signifikan Jika P (probabilitas) <0,05 = signifikan Jika P (probabilitas) >0,05 = tidak signifikan Dalam uji butir tes menggunakan signifikansi p<0,05. Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menguji persyaratan analisis regresi ganda adalah : 1. Menyusun tabulasi data dari keaktifan berorganisasi (X1), kohesivitas peer group (X2), dan kedisiplinan siswa (Y). 2. Penyajian data statistik (deskripsi data) yang diperlukan 3. Menghitung harga a, b1, dan b2 dari persamaan garis regresi Rumus persamaan regresi untuk dua prediktor adalah : Ù
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan : Ù
Y
= Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a
= Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b
= Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
86
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan. X
= Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
4. Pengujian prasyarat analisis data a. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut: X2 =
å
( fo - fh ) 2 fh
(Sutrisno Hadi 2001:346)
Keterangan : X2
= koefisien chi kuadrat
Fo
= jumlah frekuensi yang telah diperoleh
Fh
= jumlah frekuensi yang diharapkan
Jika p>0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, sebaliknya jika p<0,05 maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal. b. Uji homogenitas populasi Untuk menguji homogenitas populasi digunakan uji Bortlet yaitu dengan menggunakan uji chi kuadrat ( C 2 ). Apabila Xo<Xt, maka hipotesis diterima. Oleh karena itu populasi yang diteliti adalah homogen. c. Uji linieritas Uji linieritas variabel X1 terhadap Y, dan X2 terhadap Y adalah untuk mengetahui tingkat kelinieran data atau untuk mengetahui bahwa setiap peningkatan variabel X juga diikuti dengan variabel Y. Uji linieritas dilakukan dengan mengunakan rumus dari Sudjana (2001:332) sebagai berikut :
87
é êå Y êë
1). JK (G)
= å X1
2). JK (TC)
= JK (S) – JK (G)
3). dK(G)
=n–K
4). dK (TC)
=k–2
2
-
(å
Y N
)
2
ù ú úû
J K (T C )
5). RJK (TC) = d f ( T C ) J K (G ) d f (G )
6). RJK (G)
=
7). F hitung
= R JK (G )
R J K (T C )
Keterangan : JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok dK (G) = Derajat Kebebasan Galat dK (TC) = Derajat Kebebasan Tuna Cocok RJK (G) = Kuadrat Tengah Galad RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok Jika p>0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, sebaliknya jika p<0,05 maka korelasinya tidak linier. 5. Pengujian Hipotesis Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan. Uji hipotesis ini menggunakan uji regresi ganda. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah :
88
a. Uji hipotesis pertama dan kedua r = x1 , y
n å X 1Y - (å X 1 )(å Y )
{n å X
2 1
}{
- (å X 1 ) n å Y 2 - (å Y ) 2
2
}
(Sutrisno Hadi, 2001:4)
Keterangan : n
= Menyatakan jumlah data observasi
X
= Variabel predictor
Y
= Variabel kriterium
r = Koefisien korelasi X1 dan Y x1 , y r = Koefisien korelasi X2 dan Y x2 , y
b. Uji hipotesis ketiga
r y (1, 2 ) =
a1
å X 1Y + a 2 å X 2Y åY2
(Sutrisno Hadi, 2001:225) Keterangan : ry(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X 1 dan X 2
a1
= Koefisien prediktor X 1
a2
= Koefisien prediktor X 2
X1Y
= Jumlah produk antara X1 dan Y
X2Y
= Jumlah produk antara X2 dan Y
å y2
= Jumlah kuadrat kriterium Y
Jika p> 0,05 maka data yang diperoleh korelasinya signifikan, sebaliknya jika p<0,05 maka data yang diperoleh korelasinya tidak signifikan.
89
6. Pengujian signifikansi R. Langkah selanjutnya adalah mengadakan uji signifikansi atau keberartian antara
kriterium
dengan
prediktor-prediktornya.
Uji
signifikansi
menggunakan rumus : F reg =
R 2 ( N - m - 1) m (1 - R 2 )
Keterangan : F reg
= harga F garis regresi
N
= jumlah sampel
R
= pengaruh secara bersama-samaX1, X2 terhadap Y
m
= jumlah kelompok dalam sampel
7. Pengujian signifikansi koefisien regresi. Untuk menghitung t dengan rumus : t =
b Sb
jika to > tt , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga yang di uji berarti. 8. Penghitungan Sumbangan Relatif dan sumbangan Efektif. Mencari sumbangan relatif sumbangan relatif X 1 dan X 2 terhadap Y dengan rumus: Untuk X 1 =
Untuk X 2 =
a 1 å X 1Y
x100%
a 2 å X 2Y
x100 %
J K (re g
)
JK (reg )
(Sutrisno Hadi, 2001: 42) Untuk mencari sumbangan efektif X 1 dan X 2 terhadap Y, dengan rumus: R 2 =SE =
J K (r e g ) x1 0 0 % J K (T )
90
a) Mencari sumbangan efektif X 1 terhadap Y: SE% X 1 = SR% X 1 xR
2
b) Mencari sumbangan efektif X 2 terhadap Y : SE% X 2 = SR % X 2 xR 2 (Sutrisno Hadi, 2001: 46)
Keterangan : SR : Sumbangan Relatif masing-masing prediktor. SE : Sumbangan Efektif masing-masing prediktor. R² : Koefisien antara X1 dan X2. Dimana R 2 = SE adalah efektifitas garis regresi. 9. Penulisan Kesimpulan.
91
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tawangsari adalah salah satu SMA Negeri yang ada di kabupaten Sukoharjo dan merupakan satu-satunya SMA Negeri di kecamatan Tawangsari. Secara geografis SMA Negeri 1 Tawangsari terletak di bagian selatan kabupaten Sukoharjo, tepatnya berada di Jl. Pattimura No. 105, Tawangsari Sukoharjo. Batas-batas SMA Negeri 1 Tawangsari : a.
Timur
: Areal persawahan
b.
Selatan
: Jalan Pattimura / Lembaga Primagama
c.
Barat
: Areal persawahan
d.
Utara
: Perkampungan penduduk.
Sedangkan kondisi fisik sekolah memiliki luas tanah 24.320 m 2 dan luas bangunan 3.328 m 2 . SMA Negeri 1 Tawangsari berdiri tahun 1983, merupakan salah satu sekolah milik pemerintah. SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki berbagai fasilitas belajar seperti ruang kelas sebanyak 24 ruang yang terdiri dari 8 (delapan) ruang untuk kelas X, 8 (delapan) ruang untuk kelas XI yang terbagi dalam 4 (empat) ruang untuk IPS, 3 (tiga)ruang untuk IPA dan 1 (satu) ruang untuk Bahasa. Sedangkan kelas XII terdiri dari 8 (delapan) ruang yang terbagi dalam 4 (empat) ruang untuk IPS, 3 (tiga) ruang untuk IPA dan 1 (satu) ruang untuk Bahasa. Untuk menunjang kegiatan praktikum, SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki beberapa ruang laboratorium, yaitu laboratorium Biologi, laboratorium Kimia, laboratorium Fisika, laboratorium Bahasa dan laboratorium Komputer. SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki prasarana penunjang KBM seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang bimbingan dan konseling, aula, kantin, ruang UKS, ruang multi media, ruang seni musik, perpustakaan, masjid, parkiran yang luas, lapangan tenis, lapangan basket dan lapangan sepak bola. 91
92
2. Data Uji Coba (Try-Out) Uji coba (try-out) dilaksanakan dengan jumlah responden sebanyak 20 siswa. Berdasarkan hasil uji coba tersebut kemudian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Adapun hasil dari uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut : a.
Uji Validitas Uji validitas item dengan menggunakan teknik analisis product moment. Adapun hasil perhitungan dari uji validitas item pertanyaan sebagai berikut : 1). Variabel keaktifan berorganisasi Hasil uji validitas variabel keaktifan berorganisasi (X1) didapatkan hasil bahwa dari 45 butir item pertanyaan untuk variabel keaktifan berorganisasi (X1), yang dinyatakan valid terdapat 44 item dan yang dinyatakan tidak valid ada 1 item yaitu nomor 45. Hasil perhitungan keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 145. 2). Variabel kohesivitas peer group Hasil uji validitas variabel kohesivitas peer group (X2) didapatkan hasil bahwa dari 50 butir item pertanyaan untuk variabel kohesivitas peer group (X2), yang dinyatakan valid terdapat 47 item dan yang dinyatakan tidak valid ada 3 item yaitu nomor 47, 48 dan 49. Hasil perhitungan kohesivitas peer group selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 150. 3). Variabel kedisiplinan siswa Hasil uji validitas variabel kedisiplinan siswa (Y) didapatkan hasil bahwa dari 45 butir item pertanyaan untuk variabel kedisiplinan siswa (Y), yang dinyatakan valid terdapat 39 item dan yang dinyatakan tidak valid ada 6 item yaitu nomor 11, 36, 37, 38, 42 dan 43. Hasil perhitungan kedisiplinan siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 155.
93
b.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas item dilakukan dengan menggunakan rumus formula Alpha Cronbach. Adapun hasil perhitungan reliabilitas item sebagai berikut : 1). Variabel keaktifan berorganisasi Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien alpha (rtt) = 0,966 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 % yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 147. 2). Variabel kohesivitas peer group Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien alpha (rtt) = 0,962 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 % yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas kohesivitas peer group selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 152. 3). Variabel kedisiplinan siswa Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien alpha (rtt) = 0,962 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 % yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 157.
94
3. Deskripsi Data Variabel Penelitian Penelitian tentang hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dan Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Kelas XI SMAN 1 Tawangsari tahun ajaran 2009/2010, meliputi tiga macam data yaitu : a.
Deskripsi Data Tentang Keaktifan Berorganisasi (X1) Keaktifan berorganisasi dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1). Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 184. Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut : 1). Mean
= 142,70
2). Median
= 141,50
3). Modus
= 141,50
4). SB
= 11,34
5). SR
= 9,05
6). Nilai tertinggi
= 166,00
7). Nilai terendah
= 117,00
Distribusi frekuensi data keaktifan berorganisasi disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Berorganisasi (X1) Variant
f
fx
fx 2
f %
fk %-naik
156,5-166,5
7
1.132,00
183.122,00
12,96
100,00
146,5-156,5
11
1.681,00
256.975,00
20,37
87,04
136,5-146,5
18
2.529,00
355.503,00
33,33
66,67
126,5-136,5
16
2.122,00
281.576,00
29,63
33,33
116,5-126,5
2
242,00
29.314,00
3,70
3,70
Total
54
7.706,00
1.106.490,00
100,00
_
95
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16 halaman 184 diperoleh data sebagai berikut : Tabel 2. Deskriptif Data Keaktifan Berorganisasi (X1) Variabel
Max
Min
Mean
Median Modus
Keaktifan berorganisasi
166
117
142,70
141,50
141,50
SB
SR
11,34
9,05
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel keaaktifan berorganisasi maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3 pada interval 136,5-146,5 dengan prosentase 33,33 %, kemudian diikuti oleh kelas ke-4 pada interval 126,5-136,5 dengan prosentase 29,63 %, kemudian diikuti oleh kelas ke-2 pada interval 146,5-156,5 dengan prosentase 20,37 %, kemudian diikuti lagi oleh kelas ke-1 pada interval 156,5-166,5 dengan prosentase 12,96 %. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas ke-5 pada interval 116,5-126,5 dengan prosentase 3,70 %. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini : Deskripsi Data Keaktifan Berorganisasi 20 18
Frekuensi
16 14 12 10 8 6 4 2 0 116,5-126,5
126,5-136,5
136,5-146,5
146,5-156,6
156,5-166,5
Interval
Gambar 1. Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)
Gambar 1. Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)
96
b.
Deskripsi Data Tentang Kohesivitas Peer Group (X2) Kohesivitas peer group dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2). Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 185. Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut : 1). Mean
= 152,91
2). Median
= 151,88
3). Modus
= 149,00
4). SB
= 11,16
5). SR
= 8,48
6). Nilai tertinggi
= 174,00
7). Nilai terendah
= 122,00
Distribusi frekuensi data kohesivitas peer group disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Kohesivitas Peer Group (X2) Variant
f
fx
fx 2
f %
fk %-naik
165,5-176,5
8
1.354,00
229.238,00
14,81
100,00
154,5-165,5
14
2.239,00
358.163,00
25,93
85,19
143,5-154,5
21
3.156,00
474.494,00
38,89
59,26
132,5-143,5
8
1.128,00
159.094,00
14,81
20,37
121,5-132,5
3
380,00
48.168,00
5,56
5,56
Total
54
8.257,00
1.269.157,00
100,00
_
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16 halaman 185 diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4. Deskriptif Data Kohesivitas Peer Group (X2) Variabel
Max
Min
Mean
Median Modus
Kohesivitas peer group
174
122
152,91
151,88
149
SB
SR
11,16
8,48
97
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel keaaktifan berorganisasi maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3 pada interval 143,5-154,5 dengan prosentase 38,89 %; kemudian diikuti oleh kelas ke-2 pada interval 154,5-165,5 dengan prosentase 25,93 %; kemudian diikuti lagi oleh kelas ke-1 dan ke-4 pada interval 165,5-176,5 dan 132,5143,5 dengan prosentase masing-masing 14,81 %. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas ke-5 pada interval 121,5-132,5 dengan prosentase 5,56 %. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini : Deskripsi Data Kohesivitas Peer Group 25
Frekuensi
20
15
10
5
0 121,5-132,5
132,5-143,5
143,5-154,5
154,5-165,5
165,5-176,5
Interval
Gambar 2. Grafik Histogram Kohesivitas Peer Group (X2) c.
Deskripsi Data Tentang Kedisiplinan Siswa (Y) Kedisiplinan siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y). Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 186. Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut : 1). Mean
= 130,57
2). Median
= 131,85
3). Modus
= 134,50
4). SB
= 12,49
98
5). SR
= 10,30
6). Nilai tertinggi
= 149,00
7). Nilai terendah
= 100,00
Distribusi frekuensi data kedisiplinan siswa disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Kedisiplinan Siswa (Y) Variant
f
fx
fx 2
f %
fk %-naik
139,5-149,5
14
2.029,00
294.163,00
25,93
100,00
129,5-139,5
17
2.297,00
310.485,00
31,48
74,07
119,5-129,5
12
1.489,00
184.891,00
22,22
42,59
109,5-119,5
8
931,00
108.393,00
14,81
20,37
99,5-109,5
3
305,00
31.017,00
5,56
5,56
Total
54
7.051,00
928.949,00
100,00
_
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16 halaman 186 diperoleh data sebagai berikut : Tabel 6. Deskriptif Data Kedisiplinan Siswa (Y) Variabel
Max
Min
Mean
Median Modus
Kedisiplinan siswa
149
100
130,57
131,85
134,50
SB
SR
12,49
10,30
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel kedisiplinan siswa maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-2 pada interval 129,5-139,5 dengan prosentase 31,48 %; kemudian diikuti oleh kelas ke-1 pada interval 139,5-149,5 dengan prosentase 25,93 %; kemudian diikuti oleh kelas ke-3 pada interval 119,5-129,5 dengan prosentase 22,22 %; kemudian diikuti lagi oleh kelas ke-4 pada interval 109,5-119,5 dengan prosentase 14,81 %. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas ke-5 pada interval 99,5-109,5 dengan prosentse 5,56 %. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini :
99
Deskripsi Data Kedisiplinan Siswa 18 16 Frekuensi
14 12 10 8 6 4 2 0 99,5-109,5
109,5-119,5
119,5-129,5
129,5-139,5
139,5-149,5
Interval
Gambar 3. Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa (Y)
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data yang telah tersusun secara sistematis seperti pada lampiran, selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel terikat. Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut : 1. Uji Normalitas Jika r >0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, dan apabila r <0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal. a. Uji Normalitas Variabel X1 Pada uji normalitas X1 (keaktifan berorganisasi), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel X1 (lampiran 17 halaman 188). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
100
X 2 = 6,357
r = 0,704 Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,704 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 188. b. Uji Normalitas Variabel X2 Pada uji normalitas X2 (kohesivitas peer group), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel X2 (lampiran 17 halaman 189). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : X 2 = 4,873
r = 0,845 Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,845 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 189. c. Uji Normalitas Variabel Y Pada uji normalitas Y (kedisiplinan siswa), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel Y (lampiran 17 halaman 190). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : X 2 = 8,576
r = 0,477 Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,477 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 190.
101
2. Uji Linieritas dan Keberartian Berdasarkan kaidah yang berlaku, data dalam penelitian dikatakan memiliki korelasi yang linier apabila r > 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier, dan apabila r < 0,05 maka data dalam penelitian korelasinya tidak linier. a. Uji Linieritas Variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Berdasarkan hasil uji linieritas antara keaktifan beroganisasi dengan kedisiplinan siswa, diperoleh r = 0,843 dan F = 0,037. karena
r > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan beroganisasi dan kedisiplinan siswa diperkirakan mempunyai korelasi yang linier (lihat pada lampiran 18 halaman 192). Hasil uji linieritas keaktifan beroganisasi dengan kedisiplinan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y Sumber
Derajat
R2
db
Var
F
r
Regresi
ke 1
0,392
1
0,392
33,467
0,000
0,608
52
0,012
--
--
Residu Regresi
ke 2
0,392
2
0,196
16,442
0,000
Beda
ke 2 - ke 1
0,000
1
0,000
0,037
0,843
0,608
51
0,012
--
--
Residu
Korelasinya Linier
Berikut ini gambar hasil uji linieritas keaktifan beroganisasi dengan kedisiplinan siswa :
102
KEDISIPL 150
140
130
120
110
100 Observed 90
Linear
110
120
130
140
150
160
170
KEAKTIFA
Gambar 4. Grafik Hasil Uji Linieritas X1 dan Y Berdasarkan gambar di atas disimpulkan sebagai berikut : 1). Variabel X1 dan variabel Y mempunyai hubungan yang cukup dekat. Hal ini dikarenakan titik-titik yang dihubungkan atau diagram pencar diperkirakan dekat dengan garis regresi atau tidak jauh dari garis lurus (titik-titik diperkirakan dengan dekat dengan garis lurus). 2). Variabel X1 dan variabel Y memiliki hubungan yang positif karena titik-titik yang dihubungkan (diagram pencarnya) menunjukkan gejala dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas. 3). Mempunyai korelasi yang linier karena titik-titik yang telah dihubungkan tersebut diperkirakan menunjukkan gejala garis lurus. b. Uji Linieritas Variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Berdasarkan hasil uji linieritas antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa, diperoleh r = 0,532 dan F = 0,551. karena
r > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa kohesivitas peer group dan kedisiplinan siswa mempunyai korelasi yang linier (lihat pada lampiran 18 halaman 192). Hasil uji linieritas kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
103
Tabel 8. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y Sumber
Derajat
R2
db
Var
F
r
Regresi
ke 1
0,446
1
0,446
41,909
0,000
0,554
52
0,011
--
--
Residu Regresi
ke 2
0,452
2
0,226
21,049
0,000
Beda
ke 2 - ke 1
0,006
1
0,006
0,551
0,532
0,548
51
0,011
--
--
Residu
Korelasinya Linier
Berikut ini gambar hasil uji linieritas kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa :
KEDISIPL 150
140
130
120
110
100 Observed 90
Linear
120
130
140
150
160
170
180
KOHESIVI
Gambar 5. Grafik Hasil Uji Linieritas X2 dan Y Berdasarkan gambar di atas disimpulkan sebagai berikut : 1). Variabel X2 dan variabel Y mempunyai hubungan yang cukup dekat. Hal ini dikarenakan titik-titik yang dihubungkan atau diagram pencar diperkirakan dekat dengan garis regresi atau tidak jauh dari garis lurus (titik-titik diperkirakan dengan dekat dengan garis lurus).
104
2). Variabel X2 dan variabel Y memiliki hubungan yang positif karena titik-titik yang dihubungkan (diagram pencarnya) menunjukkan gejala dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas. 3). Mempunyai korelasi yang linier karena titik-titik yang telah dihubungkan tersebut diperkirakan menunjukkan gejala garis lurus 3. Persamaan Garis Regresi a. Persamaan Regresi Linier Sederhana 1). Persamaan regresi linier antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Y’ = a + b1X1 Y’ = 0,499 + 0,368 (X1) Artinya : a) Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada Keaktifan Berorganisasi (X1), maka Kedisiplinan Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar 0,499. b) Koefisien regresi 0,368 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
unit
Keaktifan
Berorganisasi
(X1)
maka
akan
meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,368 . Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195. 2). Persamaan regresi linier antara Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Y’ = a + b2X2 Y’ = 0,499 + 0,507 (X2) Artinya : a) Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada Kohesivitas Peer group (X2), maka Kedisiplinan Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar 0,499.
105
b) Koefisien regresi 0,507 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
unit
Kohesivitas
Peer
group
(X2)
maka
akan
meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,507. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195. b. Persamaan Regresi Linier Ganda Y’ = a + b1X1 + b2X2 Y’ = 0,499 + 0,368 (X1) + 0,507 (X2) Artinya : 1). Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada Keaktifan Berorganisasi (X1) dan Kohesivitas Peer group (X2), maka Kedisiplinan Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar 0,499. 2). Koefisien regresi 0,368 X, menyatakan bahwa setiap penambahan satu unit Keaktifan Berorganisasi (X1) maka akan meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,368 . 3). Koefisien regresi 0,507 X, menyatakan bahwa setiap penambahan satu unit Kohesivitas Peer group (X2) maka akan meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,507. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata Kedisiplinan Siswa (Y) akan meningkat dan menurun sebesar 0,499. dalam hal ini setiap peningkatan atau penurunan satu unit keaktifan berorganisasi (X1) akan meningkatkan atau menurunkan kedisiplinan siswa (Y)sebesar 0,368. demikian halnya dengan kohesivitas peer group (X2) akan meningkatkan atau menurunkan kedisiplinan siswa (Y) sebesar 0,507.
106
C. Pengujian Hipotesis Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun analisis regresi ganda menggunakan komputer seri SPS edisi : Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Menghitung Koefisien Korelasi antara X1 dan Y ; X2 dan Y a. Koefisien korelasi sederhana antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo. Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo. Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh :
rx1y
= 0,626
r
= 0,000 Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari
Sukoharjo”
dinyatakan
diterima.
Untuk
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.
perhitungan
107
b.
Koefisien korelasi sederhana antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo. Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo. Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh :
rx2y
= 0,668
r
= 0,000 Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195. 2. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1, X2 dengan Y Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo. Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo. Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh:
108
r(x12)y = 0,715 r
= 0,000
F
= 26,725 Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195. 3. Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Persamaan Regresi Berdasarkan hasil uji signifikansi diperoleh hasil sebagai berikut :
R 2 ( N - m - 1) 0,715(54 - 2 - 1) = = 63,973 2 m (1 - R ) 2(1 - 0,715)
F reg =
Jadi harga Fhitung = 63,973. Kesimpulannya Fhitung >Ft yaitu 63,973 > 26,725, maka koefisien korelasi ganda yang di uji signifikansi pada taraf kesalahan 1 %. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. 4. Hasil Perhitungan Sumbangan Masing-masing Variabel X1, X2 dengan Y Tabel 9. Perhitungan bobot Prediktor-Model Penuh Variabel
Korelasi Lugas
Korelasi Parsial
Koefisien Determinasi
X
r xy
r
r par-xy
r
SD Relatif %
SD Efektif %
1
0,626
0,000
0,344
0,002
12,793
6,546
2
0,668
0,000
0,444
0,000
87,207
44,626
Total
--
--
--
--
100,000
51,172
Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh tersebut di atas, maka diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing prediktor yang bisa dijelaskan sebagai berikut :
109
a. Sumbangan Relatif (SR) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar
12,793 %. Sedangkan
Sumbangan Efektif (SE) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 6,546 %. b. Sumbangan Relatif (SR) variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 87,207 %. Sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 44,626 %. c. Sumbangan Relatif (SR) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dan variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 100 %. Sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dan variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 51,172 %. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis maka pembahasan analisis data sebagai berikut : 1. Hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima, karena variabel keaktifan berorganisasi diperoleh rx1y =
0,626 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Keaktifan dalam mengikuti organisasi yang seperti, rutin mengikuti rapat organisasi, ikut berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan dan patuh menjalankan peraturan organisasi dapat melatih sikap mental yang positif bagi siswa.
110
Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam mengikuti organisasi, baik di sekolah maupun di masyarakat memberikan banyak keuntungan bagi siswa khususnya dalam hal kedisiplinan. Sikap kedisiplinan dapat dilihat dari perilaku yang menunjukkan ketaatan terhadap peraturan, nilai-nilai dan norma yang ada. Kedisiplinan dapat diterapkan oleh siswa di sekolah, di rumah dan di masyarakat seperti patuh kepada peraturan yang ditetapkan sekolah, pulang ke rumah tepat pada waktunya dan sebagainya. Siswa yang aktif ikut berorganisasi mendorong terbentuknya sikap kedisiplinan. Jadi keaktifan berorganisasi memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan siswa. 2. Hubungan antara Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima, karena variabel kohesivitas peer group diperoleh rx2y =
0,668 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Kelompok teman sebaya (peer group) memberikan pengaruh yang kuat dalam masa remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga tiap anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan yang terikat dan saling mendukung. Adanya keakraban dalam suatu kelompok membuat individuindividu yang menjadi anggotanya bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara mereka. Individu cenderung berperilaku sama atau searah dengan kelompok teman sebayanya tersebut. Apabila salah satu anggota menerapkan kedisiplinan, maka anggota lainnya juga akan bertindak sama dengan anggota tersebut. Kuatnya kohesivitas peer group memberikan dampak yang baik apabila salah satu anggota peer group memberikan pengaruh yang baik pula, khususnya dalam hal sikap dan kepribadian sehingga kedisiplinan juga meningkat. Jadi kohesivitas peer group memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan siswa.
111
3. Hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dan Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima, karena berdasarkan uji hipotesis prediktor diperoleh r = 0,000 karena harga
r lebih kecil dari 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan siswa. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan tidak bisa terlepas dari kehidupan siswa. Keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group menjadi sarana untuk melatih kedisiplinan bagi siswa. Dengan aktif pada organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup berkelompok di masyarakat. Kegiatan dalam setiap organisasi membentuk sikap mental positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri. Disamping itu lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang bisa membentuk nilai-nilai, norma, dan simbol-simbol tersendiri, yang merupakan simbol yang lain atau berbeda dengan yang ada di rumah mereka masing-masing. Apabila interaksi dalam peer group ini berhasil, maka proses sosialisasi akan berjalan baik dan mempunyai dampak positif bagi perkembangan anak. Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa untuk mendukung
keberhasilan
dalam
proses
belajar.
Dengan
keaktifan
berorganisasi dan kohesivitas peer group, seorang remaja mampu meningkatkan dan memupuk sikap kedisiplinan. Karena kedisiplinan menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Dengan demikian dua faktor tersebut antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group secara bersama-sama mempunyai korelasi yang positif dengan kedisiplinan pada siswa.
112
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara teoritik hipotesis yang pertama berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”. Dikatakan memiliki hubungan positif bila seorang siswa semakin aktif berorganisasi, maka akan semakin tinggi pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Setelah dilakukan penelitian diperoleh rx1y sebesar 0,626 dan r = 0,000 dan hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % ( r <0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima. 2. Secara teoritik hipotesis yang kedua berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”. Dikatakan memiliki hubungan positif bila semakin baik kohesivitas peer group, maka akan semakin tinggi pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Setelah dilakukan penelitian diperoleh
rx2y sebesar 0,668 dan r = 0,000 dan hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % ( r <0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima.
112
113
3. Secara teoritik hipotesis yang ketiga berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”. Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut terlihat bila kedisiplinan siswa akan meningkat, apabila seorang siswa semakin aktif berorganisasi dan semakin baik pula kohesivitas peer group. Setelah dilakukan penelitian diperoleh
r(x12)y sebesar 0,715 , r = 0,000 dan F = 26,725 sehingga menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % ( r <0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut : 1. Keaktifan berorganisasi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif karena semakin aktif seorang siswa dalam berorganisasi, maka semakin tinggi pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan ide atau masukan untuk berbagai pihak yang berkaitan dengan siswa, terutama bagi orang tua dan pihak sekolah. Orang tua harus mendorong anaknya untuk aktif mengikuti organisasi, baik organisasi yang berada di masyarakat maupun yang berada di sekolah. Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam mengikuti organisasi memberikan banyak keuntungan bagi siswa, salah satunya adalah melatih sikap mental positif terutama kedisiplinan. Selain itu bagi pihak sekolah harus mengembangkan organisasi yang berada di sekolah dan memberi penyuluhan pada siswa untuk terus aktif di dalam organisasi sebagai sarana menumbuhkan sikap kedisiplinan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
114
2. Kohesivitas peer group memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif karena semakin baik kohesivitas peer group yang terjalin diantara siswa, maka akan semakin tinggi pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan ide dan masukan bagi siswa untuk mengembangkan diri dengan cara memperluas dan memilih pergaulan yang bisa membawa pengaruh yang baik khususnya dalam hal sikap dan kepribadian. Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam menjalankan kehidupan dan mengembangkan dirinya dibutuhkan interaksi dengan sesamanya. Melalui kelompok teman sebaya (peer group), seorang siswa bisa mengembangkan diri ke arah yang lebih baik selama peer group itu memberikan dampak yang positif bagi anggotanya. Orang tua maupun guru harus membantu dan memberikan bimbingan anak didiknya dalam bergaul dengan teman sebaya dengan baik agar meningkatkan kedisiplinan dan kepribadian yang lebih baik. 3. Keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif karena kedisiplinan siswa dapat ditingkatkan melalui seorang siswa semakin aktif berorganisasi dan semakin baik pula kohesivitas peer group. Dengan aktif pada organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup tertib dan hidup berkelompok di masyarakat. Disamping itu, adanya kohesivitas dalam peer group membuat individu-individu menjadi lebih baik selama proses sosialisasi yang terjadi terjalin dengan baik pula. Dengan demikian antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group secara bersama-sama mempunyai korelasi yang positif dengan kedisiplinan pada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan ide atau masukan untuk berbagai pihak yang berkaitan dengan siswa, terutama bagi orang tua dan pihak sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan. Orang tua dan guru yang mempunyai peran yang besar dalam hal ini dan harus cermat mengawasi dan mendidik putra putrinya agar lebih berdisiplin dengan cara mendorong untuk aktif berorganisasi dan membimbing kohesivitas peer group-nya.
115
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah penulis uraikan di atas, maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Orang Tua a. Orang tua hendaknya mendorong anak untuk ikut aktif dalam organisasi baik organisasi yang berada di sekolah maupun masyarakat. b. Diharapkan orang tua mampu mendorong anaknya untuk memperluas dan memilih-milih pergaulan, salah satunya melalui peer group. Selain itu orang tua juga harus membimbing kohesivitas peer groupnya agar selalu mengembangkan diri secara positif. 2. Bagi Siswa a. Siswa diharapkan memiliki kesadaran untuk menaati nilai, norma dan peraturan, baik yang berada di sekolah, rumah dan masyarakat. b. Seorang siswa hendaknya mampu melatih kedisiplinan dengan cara aktif mengikuti organisasi, baik organisasi yang ada di sekolah maupun di masyarakat. c. Siswa diharapkan memilih teman sebaya yang bisa memberi motivasi untuk melakukan hal-hal yang positif dan dapat membawa ke arah yang lebih baik. 3. Bagi Pihak Sekolah a. Kepala Sekolah hendaknya memberi penyuluhan pada siswa untuk terus aktif di dalam organisasi untuk mempertahankan kemajuan organisasi yang ada di sekolah dan menegakkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. b. Guru
hendaknya
dapat
memberikan
motivasi
untuk
lebih
mengembangkan keaktifan berorganisasi siswa dan membantu anak didiknya dalam bergaul dengan teman sebaya dengan baik. 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan lebih dipelajari lagi apabila ingin dijadikan acuan peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema yang hampir sama.
116
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : ALFABETA. Abu Ahmadi. 2004. Sosiologi Pendidikan (cetakan kedua). Jakarta : Rineka Cipta. Alimuddin Tuwu. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan dari Sevilla, Consuelo G,et all judul asli “An Introduction to Research Methods”. Jakarta: UI- Press. Arni Muhammad. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Diazz. 2009. SDM Indonesia dalam Persaingan Global(http://www.sdmindonesia-dalam-persaingan-global.htm, diakses tanggal 9 februari 2010 pukul 13.12 WIB. Eko Winarto. 2009. Kebebasan Berorganisasi. http://ekowinarto.files.wordpress. com/03/bab-36.pdf., diakses tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.55 WIB Gibson, Ivoncevich.Donally. 2000. Organizations Behaviour Structure Proses. USA: Mc. Graw Hill. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia Istiwidayanti 1999. Perkembangan Anak. Terjemahan dari Elizabeth B. Hurlock Jakarta : Erlangga. Istiwidayanti. 2000. Psikologi Perkembangan. Terjemahan dari Elizabeth Hurlock. Jakarta : Erlangga. Winardi. 2005. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Terjemahan dari John M. Ivan Cevich. Jakarta : Erlangga Kartini Kartono. 1990. Pengantar metodologi Riset Nasional. Bandung : Mandar Maju. Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. http://www. gramediashop.com/book/detail/9796860058, diakses tanggal 05 Februari 2010 pukul 14.35 WIB. Littlejohn, W. Stephen dan Karen A. Foss. 2004. Theories of Human Communication. New York : Thompson Learning. 116
117
Malayu S.P Hasibuan. 2005. Organisasi dan Motivasi (Dasar Peningkatan Produktivitas). Jakarta : Bumi Aksara. Moeliono.1933. Korelasi Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling dan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Samudra http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/1, diakses tanggal 23 Maret 2010 pukul 16.15 WIB. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdya Karya. Nasution. 2003. Metode Research Jakarta : Bumi Aksara. Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. (Cetakan Keduapuluh). Bandung: Remaja Rosdyakarya. Nurkolis. 2009 Manfaat Berorganisasi, (http://researchengines.com/ nurkolis1.html.) diakses tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.46 WIB Ratna.S. 1990. Pendidikan Moral. Terjemahan dari Emile Durkheim. Jakarta: Erlangga. Saifuddin Azwar. 2002. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saptono dan Bambang Suteng S. 2006. Sosiologi Kelas XI. Jakarta: Phibeta Aneka Gama. Sanapiah Faizal. 2003. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindi Persada. Santrock, J.W. 2003. Adolescence. New York: Mc. Graw Hill. Sarlito Wirawan Sarwono. 2004. Psikologi Remaja: Individu dan Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Slamet Santoso. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara. Soegeng Prijodarminto. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Paramita. Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung : Tarsito. _______. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
118
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung. ALFABETA Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. 2001. Psikologi Pendidikan.(Cetakan Kesepuluh). Jakarta : Raja Grafindo Persada Susilowati, Harning Setyo.2005. Pengaruh Disiplin Belajar, Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah terhadap prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester I tahun Ajaran 2004/2005 SMA N I Gemolong Kabupaten Sragen. Skripsi: Universitas Negeri Semarang Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research Jilid I dan II. Yogyakarta : Andi Offset ____________ 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset. Tim Media. 2002. Kamus Ilmiah Populer. : Media Center Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Vembriarto, ST. 1993. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta : Yayasan pendidikan Paramitha. Wahdini Nugrahani Sakti. 2008. Hubungan Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah dan Kohesivitas Peer Group dengan Kedisiplinan Siswa. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Pusat. Winarno Surachmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, Teknik. Bandung: Transito.
LAMPIRAN
160
Nama
:
Kelas
:
No Absen
:
SOAL-SOAL ANGKET I.
Petunjuk Pengisian 1. Tulis terlebih dahulu nama, kelas dan nomer absen anda pada tempat yang telah disediakan. 2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan anda pada jawaban yang telah tersedia. 3. Jawablah dengan jujur, cermat, dan teliti karena jawaban tersebut tidak mempengaruhi hasil belajar/prestasi anda di sekolah. 4. Telitilah Pekerjaan anda sebelum dikumpulkan.
II. Pertanyaan Tentang Keaktifan Berorganisasi 1. Apakah anda termasuk salah satu anggota organisasi di sekolah anda? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 2. Anda selalu menghadiri kegiatan organisasi secara rutin. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Apakah anda selalu belajar kelompok jika mendapatkan tugas dari Bp/Ibu guru?. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Saya selalu menolak jika ditunjuk sebagai pengurus dalam suatu organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apabila ketua organisasi datang terlambat dalam suatu kegiatan, saya juga mengikutinya. a. Selalu
161
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Apabila anda ketua kelas, apakah anda bersedia melaksanakan tanggung jawab dengan baik? a. Sangat bersedia b. Bersedia c. Kurang bersedia d. Tidak bersedia 7. Apakah anda selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan OSIS? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Anda sangat senang mengikuti kegiatan Pramuka yang ada di sekolah? a. Sangat senang b. Senang c. Kurang senang d. Tidak senang 9. Apakah anda aktif mengikuti kegiatan karang taruna didesa anda? a. Sangat aktif b. Aktif c. Kurang aktif d. Tidak aktif 10. Apakah anda mengajak teman lain ikut bergabung organisasi keagaamaan yang ada di masyarakat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11. Jika ditunjuk sebagai pimpinan regu dalam pramuka, saya selalu menolak. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Kegiatan di dalam OSIS tidak memberikan manfaat bagi kehidupan saya. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 13. Kegiatan yang diadakan organisasi karang taruna di desa kita akan membatasi pergaulan. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju
162
d. Tidak setuju 14. Dengan aktif dalam kegiatan organisasi masyarakat, akan mengurangi waktu belajar. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 15. Apakah anda saling memberi masukan kepada teman dalam kegiatan organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16. Apakah anda selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam suatu organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Apakah anda malas untuk memberikan pendapat saat ada rapat organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Apakah anda kurang peduli dengan perkembangan organisasi yang anda ikuti? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 19. Apakah anda selalu melaksanakan tugas yang diberikan organisasi kepada anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Saya akan bertanggung jawab apabila terpilih menjadi ketua organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 21. Anda selalu memberikan ide-ide demi kemajuan organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
163
22. Saya lebih suka bekerja sendiri dari pada harus bekerjasama. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 23. Apakah anda selalu mengabaikan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 24. Seberapa besar kemandirian yang anda peroleh dalam organisasi? a. Sangat besar b. Besar c. Kurang besar d. Tidak besar 25. Menurut anda, apakah dengan aktif berorganisasi akan melatih sikap mental positif? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 26. Kegiatan dalam organisasi akan menambah pengalaman kita. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 27. Berorganisasi dapat mengembangkan nilai-nilai kepribadian siswa. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 28. Berorganisasi akan menghambat belajar siswa. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 29. Dengan seringnya kita berorganisasi waktu kita akan banyak terbuang. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 30. Apakah aktif dalam berorganisasi akan mengurangi pergaulan dengan temanteman kita. a. Sangat benar
164
b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 31. Dengan seringnya kita berorganisasi, akan menambah pengetahuan tentang organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 32. Organisasi membuat kita melakukan kegiatan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 33. Apakah anda lebih senang membicarakan masalah orang lain dari pada masalah organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 34. Apakah berorganisasi membuat anda menyampingkan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 35. Apakah aktif berorganisasi akan mengembangkan potensi yang ada pada diri kita? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 36. Apakah anda termasuk salah satu anggota organisasi karang taruna di masyarakat? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 37. Saya selalu terlambat saat menghadiri rapat organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 38. Saya selalu berpartisipasi jika ada kegiatan bersih desa yang diselenggarakan oleh karang taruna.
165
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 39. Berorganisasi dapat menghambat kemampuan siswa dalam hal berpikir. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Kurang setuju 40. Saya lebih senang mengerjakan tugas sendiri dari pada belajar kelompok. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 41. Apakah anda memilih diam saja jika rapat organisasi sedang berlangsung. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 42. Apakah anda lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 43. Kegiatan dalam organisasi akan menambah pengalaman kita. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 44. Apakah anda kurang aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi masyarakat? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
166
Pertanyaan Tentang Kohesivitas Peer Group 1. Apakah anda tidak senang bergaul karena menyita waktu untuk belajar? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 2. Apakah anda selalu berharap bersama teman anda terus? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Apabila ada teman yang mempunyai pendapat berbeda dengan pendapat anda, anda akan menjauhinya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah anda curhat dengan teman anda tentang masalah anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah anda menolong teman anda yang mengalami kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Apakah anda selalu dihargai teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Apakah teman anda selalu menegur jika anda melakukan kesalahan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Apabila ada kesulitan belajar, apakah anda selalu bertanya kepada teman yang lebih pandai? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Apakah anda tidak membeda-bedakan status sosial teman dalam bergaul? a. Selalu b. Sering
167
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Apakah anda meniru gaya bicara teman untuk mengikuti trend gaul walaupun maknanya kurang baik? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11. Apakah anda dalam berperilaku selalu meniru perilaku teman anda yang belum tentu benar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Saya akan senang berteman dengan siapapun. a. Sangat senang b. Senang c. Kurang senang d. Tidak senang 13. Apa yang anda lakukan bila teman anda berbuat salah? a. Memarahi b. Menegur c. Membiarkan d. Ikut-ikutan 14. Apakah anda selalu memilih-milih teman dalam bergaul? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Bagaimana jika anda mempunyai teman yang mempunyai status ekonomi tinggi? a. Bangga b. Biasa saja c. Merendahkan d. Sangat merendahkan 16. Apabila teman memukul anda, apakah anda akan balas memukul? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Bagaimana jika anda mempunyai teman yang mempunyai status ekonomi rendah? a. Bangga b. Biasa saja c. Merendahkan d. Sangat merendahkan
168
18. Apakah teman anda selalu mengajak untuk aktif dalam organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Apakah yang anda lakukan apabila salah satu teman anda memusuhi teman satu kelompok? a. Memarahi b. Menegur c. Membiarkan d. Ikut-ikutan 20. Apakah teman anda sering mengajak anda untuk datang terlambat ke sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21. Apakah yang anda lakukan sering kali dianggap salah teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 22. Anda selalu mengajak teman untuk datang tepat waktu ke sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 23. Apakah anda selalu mengajak teman untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadand d. Tidak pernah 24. Anda selalu memberikan contoh berpakaian rapi kepada teman anda. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 25. Anda tidak mempunyai hubungan baik dengan teman anda? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 26. Anda gampang terpengaruh dengan teman anda, meskipun teman anda tidak benar. a. Sangat benar b. Benar
169
c. Kurang benar d. Tidak benar 27. Seberapa besar komunikasi yang anda jalin dengan teman anda? a. Sangat besar b. Besar c. Kurang besar d. Tidak besar 28. Apabila ada teman yang rajin, saya selalu mengikutinya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 29. Anda selalu iri melihat teman yang lain memiliki keahlian tertentu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 30. Apakah anda memberitahu keadaan anda kepada teman anda setiap hari? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 31. Apabila teman anda pergi ke perpustakaan, anda selalu ikut? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 32. Apabila ada teman yang mendapatkan penghargaan tertentu, maka anda termotivasi untuk mendapatkan penghargaan juga. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 33. Apakah anda sering mencontoh pekerjaan teman dalam mengerjakan tugas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 34. Apabila teman membolos, anda juga akan ikut bolos. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
170
35. Apakah anda akan belajar dari teman anda apabila teman anda memiliki keahlian olahraga? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 36. Anda tidak akan belajar pada teman yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 37. Apakah anda memperdulikan teman anda apabila sedang mempunyai masalah? a. Sangat peduli b. Peduli c. Kurang peduli d. Tidak peduli 38. Apakah anda sering meluangkan waktu untuk berkumpul dengan teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 39. Apakah anda bersikap acuh tak acuh apabila ada teman yang sedang mengalami kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 40. Apakah anda kurang terbuka dengan teman-teman terutama masalah pribadi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 41. Apakah anda diam saja jika ada teman yang mendapat masalah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 42. Apakah anda menghargai teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
171
43. Saya diam saja jika ada teman yang melakukan kesalahan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 44. Apakah anda membantu teman anda yang tertinggal dalam pelajaran. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 45. Apabila ada teman yang sombong, maka anda akan mengucilkannya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 46. Apakah anda akan belajar dari teman apabila teman anda memiliki keahlian memainkan alat musik. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 47. Apakah anda cenderung diam saja jika mempunyai masalah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
172
Pertanyaan Tentang Kedisiplinan Siswa 1. Apakah anda selalu datang ke sekolah sebelum bel tanda masuk berbunyi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Apakah anda selalu datang ke sekolah secara rutin? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Setelah mendengar bel masuk berbunyi saya langsung masuk kelas. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah anda malas datang ke sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah anda terlambat masuk kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Apakah anda tepat waktu dalam mengumpulkan PR? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Apakah anda tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru? a. Selalu b. sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Saya selalu melirik tugas teman tanpa meminta ijin terlebih dahulu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Saya selalu mengerjakan tugas tanpa menunda-nunda waktu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
173
10. Apakah anda selalu mengerjakan tugas apabila batas waktu yang ditentukan sudah dekat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11. Apakah anda lebih senang mendengarkan guru saat menyampaikan materi pelajaran daripada berbicara dengan teman? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Apakah anda selalu menggunakan seragam secara lengkap? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Apakah anda selalu berbicara dengan teman anda apabila Bp/Ibu guru sedang memberikan materi pelajaran? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Saya selalu aktif bertanya kepada Bp/Ibu guru apabila mengalami kesulitan tentang materi yang diajarkan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Apakah anda lebih suka meminjam peralatan tulis teman dari pada peralatan tulis sendiri? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 16. Apakah anda tepat waktu dalam membayar iuran koperasi siswa? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Apakah anda menggunakan seragam sesuai dengan hari yang ditentukan oleh sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
174
18. Saya sering pura-pura sakit kemudian ke UKS untuk menghindari upacara bendera yang diselenggarakan oleh sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Apakah anda datang terlambat jika ada giliran piket kebersihan di kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Apakah anda pulang kerumah tepat pada waktunya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21. Apakah anda memberi tahu orang tua apabila pulang terlambat karena ada jam tambahan di sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 22. Saya selalu mencari-cari alasan apabila pulang ke rumah terlambat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 23. Apakah anda pamit kepada orang tua apabila akan berangkat ke sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 24. Saya selalu mampir ke rumah teman terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 25. Setelah pulang dari sekolah saya selalu membantu pekerjaan orang tua di rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
175
26. Apakah anda selalu mendiskusikan segala permasalahan dengan orang tua? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 27. Saya kurang perduli dengan kebersihan di rumah walaupun keadaan rumah sangat kotor. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar 28. Saya selalu menunda-nunda untuk belajar di rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 29. Apakah anda mengendarai kendaraan di jalur sebelah kiri jalan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 30. Apakah anda selalu makan dengan tangan kanan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 31. Saya selalu memakan makanan yang halal sesuai ajaran agama. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 32. Apakah anda berpakaian kurang sopan jika menghadiri acara resmi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 33. Apakah anda kurang memperhatikan kebersihan di tempat-tempat umum seperti tempat ibadah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 34. Saya selalu mematuhi peraturan yang berlaku di masyarakat. a. Selalu b. Sering
176
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 35. Saya selalu datang lebih awal untuk mengerjakan piket kebersihan kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 36. Saya selalu terlambat membayar iuran koperasi siswa. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 37. Saya lebih senang pulang ke rumah terlebih dahulu sebelum bermain kerumah teman. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 38. Apakah anda lupa memakai helm jika mengendarai sepeda motor? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 39. Saya selalu terlambat pulang ke rumah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah